Jurnal Ilmiah Education Management Volume 6 Nomor 2 Juli 2016
THE EFFECTS OF LEADERSHIP, SCHOOL CLIMATE, AND MANAGEMENT EFFECTIVENESS TOWARD TEACHER PERFORMANCE ON MADRASAH TSANAWIYAH IN BEKASI CITY
RAHMAT AULIA* ABSTRACT The purpose of this study is to determine the effects of leadership, school climate, and management effectiveness, toward teacher performance in Madrasah Tsanawiyah in Bekasi city. This research tries to answer the problems about teacher performance to increase of learning quality. The research was conducted on teacher performance involving samples of 120 teachers that had been selected from the target population of 285 teachers by using quantitative approach with path analysis method. The research tests hypothesis: (1) leadership had a direct positive effect on teacher performance; (2) school climate had a direct positive effect on compotence of pedagogic; (3) management effectiveness had a direct positive effect on teacher performance; (4) leadership had a direct positive effect on management effectiveness; (5) school climate had a direct positive effect on management effectiveness. Therefore, to improve the teacher performance of madrasah tsnawiyah in city Bekasi, who need to increase the leadership of principal, the school climate, and the management effectiveness. Keywords: leadership, school climate, management effectiveness and PENDAHULUAN 4 Pendidikan nasional pada hakekatnya memiliki tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan berusaha untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya, serta seluruh masyarakat Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dalam pasal 3 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional (2003:6) menyatakan bahwa Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
Guru MTs Negeri 3 Bekasi
teacher performance.
jawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Kualitas pendidikan Indonesia saat ini menurut banyak kalangan sangat memprihatinkan. Hal ini dibuktikan antara lain dengan data UNESCO tahun 2013 tentang peringkat Indeks pembangunan Manusia (Human Development Index). UNDP (2011:3) menyebutkan, Indeks Pembangunan Manusia Indonesia (IPM) pada 2013 sebesar 0,684. Angka ini menunjukkan kenaikan sebesar 0,44 persen bila dibandingkan dengan skor IPM pada 2012 yang sebesar 0,681. Meski mengalami kenaikan, peringkat IPM Indonesia tetap bertengger di urutan 108 dari 287 negara. Indonesia juga belum beranjak dari kelompok medium dalam soal pembangunan manusia. Data hasil survei World Competitiveness Year book (2011:2) dari
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1117
Jurnal Ilmiah Education Management Volume 6 Nomor 2 Juli 2016
tahun 1997 sampai tahun 2007 yang dikutip Muhammad Azhari Tanjung menunjukkan bahwa pendidikan Indonesia berada dalam urutan 49 di dari 49 negara pada tahun 1997, urutan 39 dari 47 negara di tahun 1999, urutan 46 dari 49 negara di tahun 2002, dan urutan 53 dari 55 negara yang disurvei pada tahun 2007. Dari data tersebut jelaslah bahwa berdasarkan survei dari tahun 19972007 kualitas pendidikan Indonesia semakin menurun. Peran guru terutama kinerja guru sangatlah penting, berdasarkan hasil penelitian di negara-negara berkembang yang dikeluarkan oleh Dirjen Dikdasmen (2015:3) telah membuktikan bahwa guru memberikan kontribusi tinggi dalam pencapaian prestasi belajar belajar siswa sebesar 36%, kemudian disusul manajemen sekolah 23%, waktu belajar 22% dan sarana fisik 19%. Indikasi yang nyata di lembaga pendidikan Madrasah Tsanawiyah di kota Bekasi, masih tampak belum sesuai harapan, kinerja guru dalam pembelajaran belum memberikan perubahan secara maksimal bagi perbaikan proses belajar. Berdasarkan data dari Dirjen Pendidikan Dasar Islam Kementerian Agama RI (2015:1), Persentase guru menurut kelayakan mengajar dalam tahun 2002-2003 di berbagai satuan pendidikan menunjukkan bahwa untuk SD/MI yang layak mengajar hanya 21,07% (negeri) dan 28,94% (swasta), untuk SMP/MTs 54,12% (negeri) dan 60,99% (swasta), untuk SMA/MA 65,29% (negeri) dan 64,73% (swasta), serta untuk SMK yang layak mengajar 55,49% (negeri) dan 58,26% (swasta). Kondisi yang ditemukan di Kota Bekasi tidak jauh berbeda, hasil Penelitian Tim Majelis Pendidikan Dasar (Mapenda) Kementerian Agama Kota Bekasi (2011:22), mengemukakan bahwa salah satu faktor
yang menyebabkan kurangnya minat masyarakat terhadap madrasah di kota Bekasi disebabkan oleh kinerja mengajar guru dalam melakukan pembelajaran yang masih rendah yaitu hanya 36,6%. Hasil pengamatan dan wawancara dengan beberapa guru, bahwa belum maksimalnya kinerja guru madrasah tsanawiyah di kota Bekasi, hal ini dapat dilihat dari beberapa guru yang terlihat belum menguasai bahan pengajaran, adanya guru yang mengajarkan bidang studi yang bukan spesialisasinya, adanya guru yang datang terlambat ke madrasah, tidak masuk mengajar dengan alasan sakit atau urusan keluarga, adanya guru yang masih tidak mampu dalam menggunakan alat peraga dan media pembelajaran. Hal ini menandakan masih adanya guru yang belum memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap profesinya. Dengan kondisi tersebut, maka dapat dirumuskan masalah penelitian: Apakah terdapat pengaruh langsung kepemimpinan terhadap kinerja? Apakah terdapat pengaruh langsung iklim sekolah terhadap kinerja? Apakah terdapat pengaruh langsung efektivitas manajemen terhadapa kinerja? Apakah terdapat pengaruh langsung kepemimpinan terhadap efektivitas manajemen: Apakah terdapat pengaruh langsung iklim sekolah terhadap efektivitas manajemen? Kinerja adalah sebagai hasil kerja seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Bernardin dan Russel (1998:239) mendefinisikan kenerja sebagai berikut: “Performance is defined as the record of outcomes produced on a specified job function or activity during a specific time period. Menurutnya kinerja cenderung dilihat sebagai hasil dari suatu proses pekerjaan yang pengukurannya dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Selanjutnya
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1118
Jurnal Ilmiah Education Management Volume 6 Nomor 2 Juli 2016
Sonnentag (2002:156) mendefinisikan kenerja , performance as behaviour or action that is relevant for organization’s goal and that can be scaled (measured) in term of level proficiency (or contribution to goal) that is represented by a particukar action or set of actions. Menurutnya kinerja adalah perilaku atau tindakan yang relevan untuk tujuan organisasi dan dapat di ukur dalam hal tingkat kecakapan (atau kontribusi kepada tujuan) yang ditunjukkan oleh tindakan tertentu atau oleh serangkaian tindakan. Jason A. Qolquit menyatakan seseorang berkinerja baik jika seorang pegawai sudah dapat memberikan kontribusi kepada organisasi di tempat dia bekerja dalam rangka pencapain tujuan organisasinya. Kepemimpinan merupakan salah satu faktor utama dalam organisasi yang mendominasi, menggerakkan, mengarahkan, dan mengkoordinasikan berbagai faktor lain dalam organisasi. Robbins dan Coulter (2007:518), mendefenisikan kepemimpinan adalah, “leadership is what leaders to do. More specifically, it’s the process of influencing a group to achieve goals. Daft (2010:474) mengatakan “leadership as defined here is the ability to influence people toward the attainment goals”. Kepemimpinan adalah proses penggunaan pengaruh untuk memperjelas tujuan organisasi bagi para staf atau yang dipimpinnya. Boardman dalam Dirawat (1983:88) mengemukakan tentang syaratsyarat kemampuan pribadi yang diperlukan oleh kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolahnya “As the educational leader of school he must have the ability to organize and assist the faculty in formulating a program for the improvement of instruction in school. He must inspire confidence in the teacher, secure cooperation in developing the supervision program, and stimulate them
into active participate in the effort to attain its objectives”. Jadi syarat-syarat keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap kepala sekolah mampu mengorganisir, membangkitkan, membina, mendorong dan membantu staf dalam merumuskan perbaikan pengajaran di sekolah dalam bentuk program lengkap serta membimbing guru-guru dan staf agar mereka dengan penuh kerelaan dan tanggung jawab berpartisipasi secara aktif pada setiap usahausaha sekolah untuk mencapai tujuan. Hoy dan Miskel (2006:13) menyatakan bahwa iklim sekolah merupakan istilah yang luas yang mengacu pada persepsi bersama. “school climate is defined as a mixture of beliefs, values and behaviors of student, teaching staff, leaders and parents, level of independence, leadership styles an job satisfaction”. Iklim sekolah sebagai campuran keyakinan, nilainilai dan perilaku siswa, staf pengajar, pemimpin dan orang tua, tingkat kemandirian, gaya kepemimpinan seseorang dan kepuasan kerja. Sergiovanni dan Starratt (2004:9) menyatakan “the enduring characteristics that describe the psychological character of a particular school, distinguish it from other schools, and influence the behaviour of teachers and student, and as psychological fell that teachers and students have for that school”. Iklim sekolah merupakan karakteristik yang ada, yang menggambarkan ciri-ciri psikologis dari suatu sekolah tertentu, yang membedakan suatu sekolah dari sekolah yang lain, mempengaruhi tingkah laku guru dan peserta didik, dan merupakan perasaan psikologis yang dimiliki guru dan peserta didik di sekolah tertentu. Robbins dan Coulter (2005:3) memberikan definisi efektivitas sebagai “completing activities so that organizational goals are attained; referred to as doing the
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1119
Jurnal Ilmiah Education Management Volume 6 Nomor 2 Juli 2016
right things”. Efektivitas berarti menyelesaikan aktivitas sehingga tujuan organisasi tercapai, yang dapat merujuk sebagai melakukan sesuatu yang benar. Rue dan Byars (1996:9) mengungkapkan bahwa “management is a process that directional group of people toward organizational goals or objectivity.” Manajemen adalah proses mengarahkan sekelompok orang terhadap tujuan. Menurut David L. Goetsch dan Stanley B. Davis (2000:259) mengatakan “caracteristics of good leaders apply to any managers at any level who must ...his or her organization deal with the uncertainity caused by change”. Ciri-ciri pemimpin yang baik dan berlaku untuk setiap manajer di tingkat manapun harus mampu membantu menangani organisasinya dalam ketidakpastian yang disebabkan oleh perubahan. METODE Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah (MTs) negeri dan swasta yang ada di Kota Bekasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan pendekatan analisis jalur (path analysis). Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh guru Madrasah Tsanawiyah di lingkungan Kantor Kementerian Agama Kota Bekasi sebanyak 68 madrasah, dengan jumlah guru yang sudah bersertifikasi sebanyak 285 orang. Untuk menentukan sampel madrasah ditentukan berdasarkan cluster random sampling, yaitu berdasarkan kecamatan. Sampel dalam penelitian diambil sebahagian dari populasi. Teknik penentuan jumlah sampel menggunakan tabel Kreijcie. Berdasarkan tabel tersebut, maka jumlah sampel yang diolah sebanyak 120 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Random Sampling.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan penyebaran kuesioner yang dirancang dalam bentuk pertanyaan dengan dimensi penilaian skala Likert. HASIL DAN PEMBAHASAN Koefisien jalur yang dinalisis sesuai hipotesis penelitian yaitu ρy1, ρy3, ρy4, ρ41, ρ42, ρ43. Koefisien jalur variabel exogenous dari variabel endogenous kinerja guru yaitu kepemimpinan 0,304, iklim sekolah sebesar 0,298, dan efektivitas manajemen sebesar 0,320. Persamaan struktur yang terbentuk pada model sub struktur pertama berupa: Y = ρy1x1 + ρy2x2 + ρy3x3 + ε1. Dengan besar ε1 = 0,731. Jadi bentuk persamaan struktural pada model sub struktur pertama: Y = 0,304X1 + 0,298X2 + 0,320X3 + 0,731. Koefisien jalur variabel exogenous dari variabel endogenous efektivitas manajemen yaitu kepemimpinan sebesar 0,292 dan iklim sekolah sebesar 0,283. Persamaan struktural yang terbentuk pada model sub struktur kedua berupa: X3 = ρ31x1 + ρ32x2 + ε2. Dengan besar ε2 = 0,891. Jadi bentuk persamaan struktural pada model sub struktur kedua: X3 = 0,292X1 + 0,283X2 + 0,891.
Hasil penelitian ini menunjukkan; (1) kepemimpinan berpengaruh langsung positif terhadap kinerja guru, (2) iklim Sekolah berpengaruh langsung positif terhadap kinerja guru, (3) efektivitas Manajemen berpengaruh langsung positif terhadap kinerja guru, (4) kepemimpinan berpengaruh langsung positif terhadap efektivitas
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1120
Jurnal Ilmiah Education Management Volume 6 Nomor 2 Juli 2016
manajemen, (5) iklim Sekolah berpengaruh langsung positif terhadap efektivitas Manajemen. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dikemukakan pembahasan penelitian sebagai berikut: Pertama, hasil empirik menemukan kepemimpinan berpengaruh langsung positif terhadap kinerja guru sebesar 0,304. Hal ini menunjukkan bahwa variasi kepemimpinan berpengaruh terhadap variasi kinerja guru sebesar 0,304. Temuan ini mendukung teori yang disampaikan oleh Boardman bahwa keberadaan kepala sekolah sebagai pemimpin diharapkan mampu mempengaruhi bawahannya, baik melalui pembinaan maupun melalui pengarahan sehingga para bawahannya dapat menjalankan tugas dengan baik. Kepala sekolah mampu mengorganisir, membangkitkan, membina, mendorong dan membantu guru dan staf dalam merumuskan perbaikan pengajaran di sekolah dalam bentuk program lengkap serta membimbing agar mereka dengan penuh kerelaan dan tanggung jawab berpartisipasi secara aktif pada setiap usaha-usaha sekolah guna mencapai tujuan. Oleh karenanya kepemimpinan kepala sekolah atau madrasah harus mempunyai tiga kemampuan dasar yang perlu dimiliki yaitu: conceptual skills, human skills dan technical skills. Selain itu yang merupakan tantangan terbesar dalam organisasi pendidikan di madrasah, adalah mengidentifikasi sumber daya manusia secara individual yang cocok dengan persyaratan jabatan yang akan dipangkunya, atau mereka yang berpotensi untuk dikembangkan agar cocok, memenuhi persyaratan yang diperlukan untuk jabatan kepala madrasah. Oleh sebab itu dperlukan proses seleksi yang tepat terhadap individu untuk
mengisi satu jabatan yang didasarkan pada karakter atau sifat-sifat baik daripada individu sesuai dengan persyaratan jabatan yang diinginkan. Salah satu agar proses seleksi dapat dilaksanakan dengan sebaikbaiknya, diperlukan standar kriteria seleksi yang didefinisikan lebih sempurna dan spesifik yang mencakup tingkat kecakapan mental, preparation, pengalaman, spezialized skills, karakter pribadi dan lain sebagainya. Kedua, iklim sekolah berpengaruh langsung positif terhadap kinerja guru sebesar 0,298. Hal ini menunjukkan bahwa variasi iklim sekolah berpengaruh terhadap variasi kinerja guru sebesar 0,298. Temuan ini mendukung teori Toulson dan Smith mengatakan bahwa iklim organisasi yang dalam penelitian ini adalah madrasah sebagai sesuatu yang dapat diukur pada lingkungan kerja, baik secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh kepada pegawai dan pekerjaannya. Lingkungan kerja yang kondusif perlu diciptakan karena mempengaruhi kinerja. Iklim sekolah merupakan karakteristik yang ada, yang menggambarkan ciri-ciri psikologis dari suatu sekolah tertentu, yang membedakan suatu sekolah dari sekolah yang lain, mempengaruhi tingkah laku guru dan peserta didik, dan merupakan perasaan psikologis yang dimiliki guru dan peserta didik di sekolah tertentu. Iklim sekolah akan memberi pengaruh pada perilaku guru dalam melaksanakan tugasnya di sekolah. Pentingnya pimpinan atau manajer sekolah memperhatikan iklim yang ada dalam organisasi sekolah merupakan suatu gambaran bahwa pencapaian tujuan organisasi sekolah juga akan banyak ditentukan oleh bagaimana pengelolaan lingkungan sekolah sebagai pembentuk iklim sekolah, mendorong pada situasi kondusif bagi guru dan tenaga kependidikan
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1121
Jurnal Ilmiah Education Management Volume 6 Nomor 2 Juli 2016
lainnnya untuk melaksanakan tugasnya dengan produktif. Lingkungan kerja yang memiliki iklim kondusif akan mendorong guru lebih berprestasi optimal sesuai dengan minat dan kemampuannya. Agar iklim sekolah kondusif dan tercipta harmonisasi kerja, di sekolah perlu dibangun suasana keterbukaan, obyektivitas penilaian, dan tentunya upaya mewujudkan kesejahteraan anggota. Pemberian penghargaan yang sesuai untuk guru, karyawan dan siswa yang benar-benar pantas untuk mereka terima sebagai hadiah atas usaha dan hasil kerja mereka perlu dilakukan dalam menciptakan iklim sekolah yang kondusif. Tata tertib dan kedisiplinan sangat penting artinya dalam mewujudkan iklim sekolah yang kondusif melalui penciptaan kedisiplinan belajar. Pada dasarnya tata tertib dan kebijakan disiplin sekolah merupakan harapan yang dinyatakan secara eksplisit yang mengandung peraturan tertulis mengenai perilaku siswa yang dapat diterima, dan sanksi-sanksinya. Indikatorindikator yang perlu diperhatikan dalam menegakkan tata tertib atau norma dan kedisiplinan meliputi penyusunan tata tertib, sosialisasi tata tertib dan penegakan tata tertib. Lingkungan kerja yang kondusif seperti lingkungan fisik, penataan lingkungan kerja dan hubungan yang serasi antara karyawan dengan karyawan lainnya, ikut mempengaruhi kinerja guru. Lingkungan fisik meliputi pengaturan ruang belajar yang didesain sedemikian rupa sehingga tercipta kondisi kelas yang menyenangkan dan dapat menumbuhkan semangat bagi guru dan siswa. Pengelolaan kelas yang baik dapat dilakukan dengan cara antara lain: penciptaan lingkungan fisik kelas yang kondusif; penataan ruang belajar sebagai pusat belajar; penciptaan atmosfir
yang menyenangkan, mengasyikkan, mencerdaskan, dan menguatkan; penetapan strategi pembelajaran; pemanfaatan sumber belajar; dan lain sebagainya. Dengan demikian guru akan leluasa memberikan perhatian dan menumbuhkan dorongan dalam diri guru tersebut untuk bekerja lebih semangat guna mencapai tujuan organisasi. Interaksi yang harmonis antar warga sekolah membuat iklim sekolah menjadi lebih baik. Inisiatif yang dibangun dari proses komunikasi terbuka, hasil diskusi dan tukar pikiran akan menambahkan semangat mereka dalam bekerja. Komunikasi merupakan mata rantai yang paling penting dalam mempersatukan sebuah komunitas sekolah, karena melalui komunikasi dapat diperoleh informasi secara vertikal dan horizontal. Iklim sekolah yang membangun budaya komunikasi diantara personil sekolah akan membentuk hubungan yang lebih baik diantara personil sekolah sekaligus memberikan informasi dalam perbaikan proses, metode dan strategi, evaluasi dan hasil serta kualitas mutu pendidikan secara kontinu. Ketiga, efektivitas manajemen berpengaruh langsung positif terhadap kinerja guru sebesar 0,535. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas manajemen berpengaruh terhadap variasi kinerja guru sebesar 0,535. Temuan ini mendukung teori Richard M. Steers yang menyebutkan empat faktor yang mempengaruhi efektivitas yaitu (1) karakteristik organisasi, (2) karakteristik lingkungan, (3) karakteristik pekerja, (4) karakteristik dan praktek manajemen. Faktor-faktor tersebut harus mendapat perhatian yang serius apabila ingin mewujudkan suatu efektivitas dan peningkatan kinerja. Sekolah sebagai kumpulan orangorang yang melaksanakan fungsi-fungsi yang berbeda, tetapi saling berhubungan dan
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1122
Jurnal Ilmiah Education Management Volume 6 Nomor 2 Juli 2016
dikoordinasikan agar tugas-tugas sekolah dapat diselesaikan. Organisasi sekolah merupakan alat untuk saling berhubungan antara satuan-satuan kerja dalam suatu struktur wewenang. Karena itu sekolah sebagai suatu sistem kerja sama harus bersifat dinamis, sehingga mampu memenuhi kebutuhan organisasi dan seluruh anggotanya mampu melakukan pekerjaan dengan baik dalam rangka mencapai tujuan. Kegiatan manajemen sebagai suatu kegiatan yang merupakan proses pengelolaan usaha kerjasama yang tergabung dalam organisasi pendidikan untuk mencapai tujuan organisasi pendidikan dalam hal ini madrasah yang telah ditetapkan sebelumnya agar efektif, pengelolan manajemen (siswa, personil, sarana dan sebagainya) harus dilakukan dengan tepat dan benar. Fungsi-fungsi manajemen, yaitu fungsi-fungsi dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi dengan memberdayakan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Penerapan fungsi-fungsi manajemen yang efektif akan mempengaruhi kinerja guru sebagai bagian dari sumber daya manusia di sekolah. Guru sebagai pegawai di lembaga pendidikan sangat diperlukan dan mendapat perhatian porsi utama dalam pendidikan, sebab ia akan masuk pada jobbing kerja sesuai kebutuhan. Apabila ada kekeliruan dalam jobbing, maka akan melemahkan gairah kerja dan mendorong lemahnya pengembangan kreativitas dan dinamika kerja. Sebaliknya, apabila manajemen yang diterapkan efektif (cocok dengan kemampuan), maka akan menimbulkan gairah kerja yang maksimal karena yang bersangkutan akan senang dan memiliki dinamika kinerja yang cukup tinggi.
Keempat, kepemimpinan berpengaruh langsung positif terhadap efektivitas manajemen sebesar 0,361. Hal ini menunjukkan bahwa variasi kepemimpinan berpengaruh terhadap variasi efektivitas manajemen sebesar 0,361. Temuan ini mendukung teori yang dikemukakan oleh Shane dan Glinow yang menyatakan bahwa pemimpin diharapkan mampu memotivasi, dan mengajak orang lain untuk berkontribusi terhadap efektivitas dan keberhasilan organisasi. Hasil penelitian ini senada dengan teori dalam mazhab kontigensi (Contingency). Prinsip dalam Mazhab Kontingensi ini mengatakan bahwa efektivitas manajemen tergantung pada situasi yang melatarbelakanginya. Prinsip manajemen yang efektif atau sukses pada situasi tertentu, belum tentu efektif apabila digunakan di situasi yang lainnya. Agar tujuan organisasi tercapai diperlukan seorang manajer yang piawai mengambil cara dan mencari teknik yang tepat agar manajemen efektif. Perilaku kepemimpinan cenderung berbeda-beda dari satu situasi ke situasi lain. Oleh sebab itu, dalam kepemimpinan situasi penting bagi setiap pemimpin untuk mengadakan diagnosis dengan baik terhadap situasi. Pemimpin yang baik menurut teori ini adalah, pemimpin yang mampu mengubah-ubah perilakunya sesuai dengan situasi, dan pemimpin yang memperlakukan bawahannya sesuai dengan tingkat kematangan yang berbeda-beda. Dengan kata lain keberhasilan pemimpin adalah apabila pemimpin dapat menyesuaikan tipe kepemimpinannya dengan situasi yang dihadapi. Pengertian situasi mencakup: waktu, tuntutan pekerjaan, kemampuan bawahan, para pemimpin, rekan kerja, kemampuan dan harapan bawahan, tujuan organisasi maupun harapan bawahan.
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1123
Jurnal Ilmiah Education Management Volume 6 Nomor 2 Juli 2016
Kelima, iklim sekolah berpengaruh langsung positif terhadap efektivitas manajemen sebesar 0,354. Hal ini menunjukkan bahwa variasi iklim sekolah berpengaruh terhadap variasi efektivitas manajemen sebesar 0,354. Temuan ini mendukung hasil penelitian tentang iklim sekolah yang dilakukan Hoy dan Sabo, Freiberg dan Stein, Hoy dan Miskel yang mencatat bahwa iklim sekolah yang positif dapat mempengaruhi keefektifan sekolah. Dengan kata lain, bahwa ada hubungan dan pengaruh iklim positif di sekolah dan efektivitas manajemen dan pengelolaan sekolah. Efektifitas sebuah proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: guru, siswa, lingkungan sekolah, budaya dan iklim sekolah yang kondusif. Iklim yang kondusif ditandai dengan terciptanya lingkungan belajar yang aman, tertib, dan nyaman sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik. Iklim adalah konsep sistem yang mencerminkan keseluruhan gaya suatu organisasi. Iklim tidak dapat dilihat dan disentuh, tetapi ia ada seperti udara dalam ruangan. Ia mengitari dan mempengaruhi segala hal yang terjadi dalam suatu organisasi. Iklim sekolah yang kondusif mendorong setiap personil yang terlibat dalam organisasi sekolah untuk bertindak dan melakukan yang terbaik yang mengarah pada pengefektifan fungsi-fungsi manajemen dan pencapaian tujuan organisasi. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini maka dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: (1) Kepemimpinan berpengaruh langsung positif terhadap kinerja guru, artinya kepemimpinan yang baik akan mengakibatkan peningkatan kinerja guru, (2) Iklim sekolah berpengaruh langsung positif
terhadap kinerja guru. Artinya iklim sekolah yang kondusif akan mengakibatkan peningkatan kinerja guru, (3) Efektifitas manajemen berpengaruh langsung positif terhadap kinerja guru. Artinya efektifitas manajemen akan mengakibatkan peningkatan kinerja guru, (4) Kepemimpinan berpengaruh langsung positif terhadap efektivitas manajemen madrasah. Artinya kepemimpinan kepala madrasah yang baik akan mengakibatkan peningkatan efektivitas manajemen madrasah, (5) Iklim sekolah berpengaruh langsung positif terhadap efektivitas manajemen. Artinya iklim sekolah yang kondusif akan mengakibatkan peningkatan efektivitas manajemen DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsini. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2006. Asroi, Analisis Perbedaan Kinerja Mengajar Guru Madrasah dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Aliansi, Jurnal Manajemen dan Bisnis Vol. 6 No. 12 November 2011. Bernardin, H.J dan Russel, J.E.A., Human Resource Management 2nd Edition – An Experimental Approach. Singapore: McGraw-Hill, 1998. Daft, Richard L., New Era of Management. Thomson: South-Western, 2010. Dirawat, Lamberi Busro dan Indrafachrudi Soekanto, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional, 1983.
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1124
Jurnal Ilmiah Education Management Volume 6 Nomor 2 Juli 2016
George R. Terry dalam Engkoswara dan Aan Komariah, Administasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2010.
Portal Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI
Oyetunji, Cristianah Oluwatoyin. The Relationship Between Leadership Style and School Climate in Botswana Secondary Schools. University of South Africa, 2006. Robbins, Stephen P., and Coulter Mary. Management. New Jersey: Pearson Education Inc. 2007. Rue,
Lesliew dan Loyd, Byars. Management: Theory and Aplication. USA: Richard D. Irwin, 1996.
Sabine Sonnentag, Psychological Management of Individual Performance. New York: Jhon Wiley & Son, 2002. Sudjana. Metode Satistika. Bandung: Tarsito, 1996. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3. Jakarta: BP. Dharma Bhakti, 2003. Wayne,Hoy K., and Cecil, Miskel, G. Educational Administration:Theory, Research and Practice. New York: Randim House, Inc., 1991. http//www.artikelbagus.com/2011/11/pembe rdayaan-seorang-guru.html., Muhammad Risal, Pemberdayaan Seorang Guru. Newstoday.blogspot.com. Agustus 20011.
Medan:
01
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1125