Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 7 Nomor 1 Desember 2016 INFLUENCE OF KNOWLEDGE OF MANAGEMENT, PRINCIPALS’ ATTITUDE, AND EFFECTIVENESS OF PRODIRA TOWARDS SCHOOL PERFORMANCE IN GORONTALO PROVINCIAL ARFAN ARSYAD* ABSTRACT The objective of this research is to study the direct effect of the principals’ knowledge of management, the principals’ attitudes, and the effectiveness of Prodira towards school perfomance. This research used the survey method. The technique of collecting data using questionnaires and tests. The data analysis was done using descriptive analysis and inferential analysis with the approach of path analysis. The results are: (1) the principals’ knowledge of management has a directly positive effect towards the school performance; (2) the principals’ attitudes has a directly positive effect towards the school performance; (3) the effectiveness of Prodira has a directly positive effect towards the school performance; (4) the principals’ knowledge of management has a directly positive effect towards the effectiveness of Prodira; (5) the principals’ attitudes has a directly positive effect towards the effectiveness of Prodira. Also found among the three predictor variables, the effectiveness of Prodira highest effect towards the school performance. Keywords: Knowledge of management, principals’ attitude, effectiveness of Prodira, and school performance. PENDAHULUAN 2 Berbicara tentang mutu pendidikan tidak lain adalah membicarakan kinerja pendidikan. Kinerja pendidikan antara lain ditentukan oleh kinerja sekolah. Menurut Simamora (1995: 327), “kinerja adalah keadaan/ tingkat perilaku seseorang yang harus dicapai dengan persyaratan tertentu.” Sementara itu, dengan kalimat yang senada Bernandin dan Russel dalam Gomes (1997: 350) menyatakan istilah “kinerja sama dengan performansi yaitu sejumlah catatan yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama suatu periode waktu tertentu.” Selanjutnya,
Suprihanto (1996: 7) menyatakan, “kinerja sama dengan istilah prestasi kerja, yaitu hasil kerja seorang karyawan selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misalnya standar, target/ sasaran, atau kriteria yang telah ditentukan lebih dahulu dan telah disepakati bersama.” Berdasarkan pandangan ini, dapat dikatakan bahwa kinerja merupakan hasil kerja seseorang yang memenuhi standar kinerja dan persyaratan yang telah ditentukan. Standar kinerja tersebut harus disepakati bersama antara pihak manajemen sebagai pemberi wewenang atau penentu target kerja dengan individu sebagai pelaksana kerja. Artinya, baik manajer maupun individu pelaksana harus sama-sama
Dosen Universitas Gorontalo
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1186
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 7 Nomor 1 Desember 2016
memahami target dan tujuan yang akan dicapai bersama. Bernardin dan Russel dalam Ruky (2002: 15), memberikan pengertian kinerja sebagai berikut: “performance is defined as the record of outcomes produced on a specified job function or activity during time period”. Prestasi atau kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsifungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan selama kurun waktu tertentu. Menurut Ilyas (1999: 99), kinerja adalah penampilan hasil kerja personil maupun kelompok dalam suatu organisasi. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personil yang memangku jabatan fungsional maupun struktural tetapi juga kepada keseluruhan jajaran personil di dalam organisasi. Sedangkan Prawirosentono (1999: 2) mendefinisikan kinerja sebagai performance, yaitu hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum, dan sesuai dengan moral dan etika. Dari berbagai pendapat para ahli tentang kinerja, maka dapat disimpulkan pengertian kinerja adalah hasil kerja personil maupun kelompok dalam suatu organisasi selama periode waktu tertentu dibandingkan dengan standar, target/ sasaran, atau kriteria yang telah ditentukan lebih dahulu dan telah disepakati bersama. Selanjutnya, dimaksud dengan kinerja sekolah pada dasarnya adalah kinerja organisasi. Kinerja organisasi
berhubungan dengan berbagai aktivitas dalam rantai nilai (value chain) yang ada pada organisasi. Pengertian kinerja dalam perspektif kinerja organisasi antara lain tercermin dari pendapat para ahli. Bastian (2001: 319) mendefinisikan kinerja organisasi sebagai gambaran tingkat pencapaian pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi, dalam upaya mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi tersebut. Senada dengan pendapat tersebut Tangkilisan (2007: 178), mendefinisikan kinerja organisasi sebagai suatu keadaan yang berkaitan dengan keberhasilan organisasi dalam menjalankan misi yang dimilikinya. Schermerhom, dkk yang dikutip oleh Mangkuprawira (2007), menyatakan “kinerja sebagai kualitas dan kuantitas dari pencapaian tugas-tugas, baik yang dilakukan oleh individu, kelompok maupun perusahaan.” Fielmen dalam Depdikbud (2005: 4), menyatakan bahwa dalam kaitan dengan kelembagaan termasuk sekolah kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seluruh warga sekolah di sekolah dengan wewenang dan tanggung jawab untuk mencapai tujuan kelembagaan (sekolah). Kinerja sekolah di Indonesia, khususnya di Gorontalo pada umumnya masih belum maksimal sesuai yang diharapkan. Secara umum penyebabnya antara lain adalah masalah efektivitas, efisiensi, dan standardisasi pengajaran. Sedangkan secara khusus permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan yang merupakan indikator kinerja sekolah antara lain menyangkut permasalahan sarana dan prasarana,
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1187
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 7 Nomor 1 Desember 2016
profesionalisme dan prestasi guru, dan prestasi siswa. Gambaran kondisi sarana dan prasarana pendidikan di Gorontalo pada sebagian sekolah sudah memadai, bangunan gedung relatif masih baik karena sebagian besar SMA/MA/SMK yang ada berkembang setelah Gorontalo menjadi provinsi pada tahun 2001. Namun demikian, di lain pihak masih ada sebagian sekolah yang gedungnya rusak, ruang kelas terbatas. Di samping itu, kepemilikan dan penggunaan media belajar masih kurang, buku perpustakaan masih terbatas. Sementara laboratorium dari sisi gedung dan peralatan tidak standar, pemakaian teknologi informasi belum maksimal, dan sebagainya. Bahkan masih ada sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium, dan sebagainya. Permasalahan khusus lainnya dalam dunia pendidikan yang menjadi indikator kinerja sekolah adalah profesionalisme guru. Guru menjadi faktor utama untuk mengubah kondisi seorang anak dari gelap gulita aksara menjadi seorang yang pintar dan lancar baca tulis alfabetikal maupun fungsional yang kemudian akhirnya ia bisa menjadi tokoh kebanggaan komunitas dan bangsanya. Guru yang demikian tentu bukan guru sembarang guru. Ia pasti memiliki profesionalisme yang tinggi, sehingga bisa “digugu dan ditiru” (Suyanto, 2006: 1). Namun kenyataan di lapangan menunjukkan masih adanya guru yang kurang profesional, terlebih guru honorer mereka memasuki pekerjaan sebagai guru tanpa melalui sistem seleksi profesi yang jelas.
Indikator lain yang menunjukkan kinerja sekolah adalah prestasi siswa. Pendidikan dikatakan bermutu apabila hasilnya mencapai taraf yang diharapkan dan ditunjukkan oleh prestasi siswa baik akademik maupun non akademik. Dalam hal ini prestasi siswa merupakan muara akhir dari proses pendidikan yang berlangsung pada satuan pendidikan. Baik atau buruknya prestasi siswa akan menggambarkan kinerja sekolah. Prestasi akademik biasanya diasosiasikan dengan hasil capaian ujian akhir sekolah (UAS) dan ujian nasional (UN), bahkan juga hasil seleksi masuk perguruan tinggi. Hingga saat ini UN masih digunakan sebagai instrumen yang menggambarkan mutu pendidikan di Indonesia. Di samping prestasi akademik, prestasi non akademik siswa juga merupakan indikator penentu kinerja sekolah. Dari berbagai kompetisi non akademik yang dilaksanakan di tingkat nasional, seperti O2SN, FLS2N, OSN, LKS, dan sebagainya, Provinsi Gorontalo dalam tiga tahun terakhir sudah mulai tampil masuk pada kelompok terbaik, walaupun hal ini masih terbatas. Selanjutnya, dalam penelitian ini ada tiga variabel independen yang akan diteliti pengaruh langsungnya terhadap kinerja sekolah, yaitu pengetahuan manajemen kepala sekolah, sikap kepala sekolah pada Prodira, dan efektivitas penyelenggaraan Prodira. Kinerja sekolah ditentukan oleh kemampuan kepala sekolah dalam memanaj sekolahnya. Bagaimana seorang kepala sekolah mampu memanaj secara maksimal sumberdaya sekolah
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1188
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 7 Nomor 1 Desember 2016
seperti guru, sarana dan prasarana, anggaran, siswa, program/ kegiatan, dan sebagainya semua itu ditentukan oleh pengetahuan manajemen yang dimilikinya. Berbicara tentang pengetahuan, tidak bisa dilepaskan dari disiplin filsafat ilmu. Menurut Suriasumantri (1995: 104) pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang diketahui manusia tentang suatu obyek tertentu termasuk kedalamnya adalah ilmu. Jadi, ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia di samping berbagai pengetahuan lainnya seperti seni dan agama. Bigge dan Hunt (1980: 690) mengemukakan, “knowledge is the information that contains or is based on the actual fact that can be memorised”, pengetahuan adalah informasi yang mengandung atau berdasarkan faktafakta yang sesungguhnya yang dapat diingat. Pengertian ini menjelaskan tentang pengetahuan yang memuat berbagai informasi dan dilandasi dengan fakta-fakta yang dapat diingat. Sementara itu, Di Vesta dan Thompson (1970: 510), menyatakan bahwa pengetahuan meliputi ingatan mengenai fakta yang spesifik yang terentang dari istilah sampai teoriteori. Penjelasan ini menekankan dengan lebih luas bahwa dalam pengetahuan termuat ingatan mangenai fakta-fakta spesifik. Dari ketiga definisi tersebut, nampaknya para ahli mengemukakan tentang definisi pengetahuan ditinjau dari muatan yang tercakup dalam pengetahuan itu sendiri.
The Liang Gie (1996: 120) menegaskan bahwa pengetahuan pada dasarnya adalah keseluruhan keterangan dan ide yang terkandung dalam pernyataan-pernyataan yang dibuat mengenai sesuatu gejala (peristiwa) baik yang bersifat alamiah, sosial, maupun keorangan. Jadi, pengetahuan menunjuk pada sesuatu yang merupakan isi substantif yang terkandung dalam ilmu. Isi inti di dalam istilah pengetahuan disebut fakta (fact). Lebih lanjut, Woolfolk dalam The Liang Gie (1996: 120) menyatakan, “knowledge is not just the end product of previous learning activities but also the guidance in learning new things”, pengetahuan bukan sekedar produk akhir dari kegiatan belajar sebelumnya tetapi juga menjadi pedoman dalam mempelajari hal-hal baru. Hal ini menggambarkan bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang dapat memandu dirinya untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi, termasuk untuk mempelajari hal-hal baru dan melakukan inovasi dalam kehidupannya. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa pengetahuan merupakan kekayaan mental yang secara langsung atau tak langsung turut memperkaya kehidupan manusia. Menurut teori korespondensi, yang disebut dengan pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang secara empiris sesuai dengan objeknya (Syamsuri, 1998: 4). Melalui pengetahuan, manusia dapat memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya. Ada manusia yang memperoleh pengetahuan berdasarkan
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1189
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 7 Nomor 1 Desember 2016
pengalaman empiris, ada pula yang memperolehnya melalui pembuktian secara ilmiah. Selanjutnya, pengertian tentang manajeman banyak dikemukakan oleh para ahli dari berbagai sudut pandang dan titik tekan yang berbeda-beda. Di antara pengertian-pengertian yang paling banyak dibahas sebagaimana dikemukakan oleh Follet dalam Hellriegel dan Slocum Jr (1989: 8) bahwa manajemen adalah “the art of getting things done through people”. Maksudnya dalam manajemen dibutuhkan seni menyelesaikan pekerjaan tertentu melalui orang lain. Sementara itu, Robbins (1988: 6) mendefinisikan manajemen sebagai “the process of getting completed efficiently with and through other people.” Maksudnya adalah bahwa manajemen merupakan proses menyelesaikan aktivitas secara efisien dengan melalui orang lain. Dalam definisi yang lainnya, Robbins dan Coulter (1999: 8) menegaskan bahwa istilah manajemen mengacu pada proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatankegiatan kerja agar diselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain. Dalam definisi-definisi tersebut digambarkan bahwa manajemen mengandung unsur seni dan kreatifitas seseorang atau sekelompok orang dalam bekerja untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam hal ini, manajer tidak melakukan pekerjaannya sendirian, tetapi melibatkan orang lain atau pegawai dan pekerjaan tersebut dilakukan secara efisien dan efektif.
Kesimpulan ini diperkuat pula oleh Koontz [et.al] (1984: 5) yang menyatakan, “management is the process of carrying out the work through one or more persons to coordinate the activities of others in order to achieve results that can not be accomplished if done alone”, manajemen adalah proses melaksanakan pekerjaan melalui satu atau beberapa orang untuk mengkoordinasi kegiatan orang lain guna mencapai hasil yang tidak dapat dicapai bila dilakukan oleh satu orang. Dalam definisi ini manajemen dititikberatkan pada usaha memanfaatkan orang lain dalam mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka orang lain di dalam organisasi harus jelas wewenang, tanggung jawab, dan tugas pekerjaannya. Selanjutnya, terkait dengan pengetahuan manajemen maka kegiatan manajemen yang utama harus diketahui/ dikuasai oleh kepala sekolah dalam rangka meningkatkan kinerja sekolah adalah fungsi-fungi manajemen. Steer dan Black (1994: 14) menyatakan, manajemen adalah proses dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan (directing), dan pengendalian aktivitas karyawan yang dikombinasikan dengan sumber daya organisasi untuk pencapaian tujuan organisasi. Sementara itu, Daft (1988: 5), menyebutkan bahwa manajemen adalah pencapaian tujuan organisasi dalam suatu cara yang efektif dan efisien melalui perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan (leading), dan pengawasan sumber daya organisasi. Pengertian ini menjelaskan bahwa dalam penerapan fungsi-fungsi
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1190
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 7 Nomor 1 Desember 2016
manajemen untuk mencapai tujuan orgasnisasi, harus dilakukan secara efektif dan efisien. Faktor lain yang mempengaruhi kinerja sekolah adalah sikap kepala sekolah pada Prodira. Sikap adalah gabungan semua inklinasi dan perasaan, prasangka, ide, perlakuan tentang suatu objek (Thurstone dalam Ebel dan Frisbie, 1986: 320). Sikap, sebagai hasil proses sosialisasi sangat berpengaruh pada respon seseorang terhadap obyek-obyek, orang, situasi atau kelompok orang di sekelilingnya. Oppenheim (1966: 105) menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kecenderungan untuk bertindak atau mereaksi rangsangan-rangsangan tertentu dengan cara tertentu pula. Berkman dan Gilson (1981: 78), mendefinisikan “attitude is an individual evaluation in a form of inclination towards various elements other than himself”, dikatakan bahwa sikap adalah evaluasi individu yang berupa kecenderungan (inclination) terhadap berbagai elemen di luar dirinya. Sikap kepala sekolah pada Prodira adalah kecenderungan perasaan menerima atau menolak secara kognisi, konasi, dan afeksi Prodira. Di dalamnya terkandung sikap kepala sekolah terhadap pendidikan secara umum, sebab seorang kepala sekolah sebelum menduduki jabatan telah melalui seleksi dengan berbagai persyaratan baik administratif, teknis, dan non teknis termasuk sikapnya pada semua program pendidikan yang dituntut dari seorang kepala sekolah. Thurstone dam Liliweri (2005: 195), mengemukakan bahwa sikap merupakan penguatan positif atau negatif terhadap
objek yang bersifat psikologis. Howard Kendler dalam Yusuf (2006: 169), mengemukakan bahwa sikap merupakan kecenderungan (tendency) untuk mendekati (approach) atau menjauhi (avoid), serta melakukan sesuatu, baik secara positif maupun negatif terhadap suatu lembaga, peristiwa, gagasan atau konsep. Sikap kepala sekolah yang cenderung positif pada Prodira akan menentukan pencapaian kinerja sekolah yang tinggi. Faktor yang juga turut berpengaruh terhadap kinerja sekolah adalah efektivitas penyelenggaraan Prodira. Prodira merupakan program/ kegiatan yang menyediakan layanan pendidikan yang gratis, terjangkau, bermutu, dan berkeadilan bagi setiap warga masyarakat sehingga dapat mengembangkan potensi dirinya agar dapat hidup mandiri di dalam masyarakat atau melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Bentuk kegiatannya sebagian besar pemberian hibah dana utnuk kegiatan operasional sekolah, hibah bangunan/ RKB, dan honor guru. Dengan diterapkannya Prodira di sekolah maka tidak dibenarkan lagi adanya pembebanan atau pungutan dana dalam bentuk apapun kepada siswa dan orang tua siswa, kecuali biaya personal siswa yang tetap menjadi tanggung jawab orang tua. Dimaksud dengan efektivitas adalah “sebuah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya” (H. Emerson dalam Handayaningrat (1996: 16). Menurutnya efektivitas merupakan sebuah pengukuran dimana
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1191
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 7 Nomor 1 Desember 2016
suatu target telah tercapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Sedangkan Georgopolous dan Tannembaum (1985: 50) mengemukakan, “Efektivitas ditinjau dari sudut pencapaian tujuan, dimana keberhasilan suatu organisasi harus mempertimbangkan bukan saja sasaran organisasi tetapi juga mekanisme mempertahankan diri dalam mengejar sasaran. Dengan kata lain, penilaian efektivitas harus berkaitan dengan masalah sasaran maupun tujuan.” Efektivitas selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai. Buhler (2004: 6), mendefinisikan efektivitas sebagai suatu ”ukuran tingkatan output yang dicapai dibandingkan dengan output yang ditargetkan, atau ukuran keberhasilan untuk mencapai output yang ditargetkan.” Efektivitas merupakan ukuran keberhasilan dari yang ditargetkan. Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu hal dapat dikatakan efektif apabila hal tersebut sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Artinya, pencapaian hal yang dimaksud merupakan pencapaian tujuan dilakukannya tindak-tindakan untuk mencapai hal tersebut. Efektivitas dapat diartikan sebagai suatu proses pencapaian suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Suatu usaha atau kegiatan dapat dikatakan efektif apabila usaha atau kegiatan tersebut telah mencapai tujuannya. Apabila tujuan yang dimaksud adalah tujuan suatu instansi maka proses pencapaian tujuan tersebut merupakan keberhasilan
dalam melaksanakan program atau kegiatan menurut wewenang, tugas dan fungsi instansi tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh Bedeian, “. . . that is, the greater the extent it which an organization’s goals are met or surpassed, the greater its effectiveness”, maksudnya, semakin besar pencapaian tujuan-tujuan organisasi semakin besar efektivitas. Pendapat Gedeian memberikan gambaran bahwa tingkat efektivitas sebuah organisasi, program/ kegiatan ditentukan oleh tingkat pencapaian tujuan-tujuan organisasi, program/ kegiatan tersebut. Dengan kata lain, pencapaian tujuan yang besar dari organisasi, program/kegiatan berimplikasi pada makin besar hasil yang akan dicapai dari tujuan-tujuan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menguji pengaruh langsung; (1) pengetahuan manajemen kepala sekolah terhadap kinerja sekolah, (2) sikap kepala sekolah pada Prodira terhadap kinerja sekolah, (3) efektivitas penyelenggaraan Prodira terhadap kinerja sekolah, (4) pengetahuan manajemen kepala sekolah terhadap efektivitas penyelenggaraan Prodira, dan (5) sikap kepala sekolah pada Prodira terhadap efektivitas penyelenggaraan Prodira. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan pendekatan analisis jalur (path analysis). Populasi adalah para kepala sekolah pada sekolah penerima
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1192
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 7 Nomor 1 Desember 2016
Prodira. Populasi terjangkau adalah sekolah-sekolah SMA/SMK/MA negeri dan swasta di Provinsi Gorontalo tahun 2013 sebanyak 129 sekolah. Untuk kepentingan penelitian ini, dari sejumlah 123 sekolah yang melaksanakan Prodira, sebanyak 40 sekolah ditetapkan secara random untuk pelaksanaan ujicoba instrumen dan sisanya sebanyak 83 sekolah ditetapkan sebagai sampel penelitian. Ada enam sekolah yang diabaikan karena merupakan sekolah unggulan di masing-masing kabupaten/ kota. Teknik pengumpulan data digunakan angket dan tes. Instrumen penelitian dibuat berdasarkan kaidahkaidah penyusunan instrumen, yaitu: (1) perumusan definisi konseptual, (2) perumusan definisi operasional, (3) penyusunan kisi-kisi instrumen, (4) penyusunan butir-butir instrumen (5) uji validitas dan reliabilitas. Hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen sebagai berikut; (1) angket kinerja sekolah, validitas = 94,55%, reliabilitas (r11) = 0,9733, (2) tes pengetahuan manajemen, validitas = 95,92%, reliabilitas (r11) = 0,9909, (3) angket sikap kepala sekolah, validitas = 85,71%, reliabilitas (r11) = 0,9771, (4) angket efektivitas penyelengaraan Prodira, validitas = 94,12%, reliabilitas (r11) = 0,9758. Teknik analisis data menggunanan analisis deskriptif dan analisis inferensial dengan pendekatan analisis jalur (path analysis). Analisis deskriptif dilakukan dengan menghitung nilai rata-rata, median, modus. Karakteristik data masingmasing variabel ditampilkan dalam tabel distribusi frekuensi dan histogram.
Analisis inferensial didahului dengan uji persyaratan analisis, terdiri dari uji linieritas dan signifikansi koefisien arah regresi antar variabel dan uji normalitas galat baku taksiran. Dilanjutkan dengan uji hipotesis terhadap dua struktur hubungan antarvariabel, yaitu struktur 1: pengaruh langsung pengetahuan manajemen kepala sekolah, sikap kepala sekolah, dan efektivitas Prodira terhadap kinerja sekolah. Persamaan strukturnya: Y = βX1 + βX2 + βX3 + ε. Struktur 2: pengaruh langsung pengetahuan manajemen kepala sekolah, dan sikap kepala sekolah terhadap efektivitas Prodira. Persamaan strukturnya: X3 = βX1 + βX2 + ε. Untuk membantu proses perhitungan digunakan program aplikasi statistik SPSS version 17. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data lapangan, diperoleh bahwa variabel Kinerja Sekolah mempunyai nilai rata-rata (Mean) sebesar X = 217,98 dengan, median (Me) = 217,93, dan modus (Mo) = 218,06. Sebaran frekuensi data variabel Kinerja Sekolah merupakan kurva simetris. Variabel pengetahuan manajemen kepala sekolah mempunyai nilai rata-rata (Mean) X = 35,33 dengan median (Me) = 32,20, dan modus (Mo) = 34,70. Sebaran frekuensi variabel pengetahuan manajemen kepala sekolah merupakan kurva simetris. Variabel sikap kepala sekolah pada Prodira mempunyai skor rata-rata (Mean) X = 159,96 dengan median (Me) = 159,63, dan modus (Mo) = 158,17. Sebaran frekuensi variabel sikap kepala sekolah pada
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1193
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 7 Nomor 1 Desember 2016
Prodira merupakan kurva simetris. Variabel efektivitas penyelenggaraan Prodira mempunyai nilai rata-rata hitung (Mean) X = 142,29 median (Me) = 142,08 dan modus (Mo) = 141,36. Sebaran frekuensi variabel Efektivitas Penyelenggaraan Prodira merupakan kurva simetrik Uji normalitas data menggunakan uji Liliefors. Kriteria pengujiannya adalah terima H0 data berasal dari populasi berdistribusi normal, jika L0 < Ltabel pada taraf nyata α yang dipilih. Dalam penelitian ini dipilih α = 0,01 sehingga untuk n = 83, maka nilai Ltabel = 0,1131. Berdasarkan perhitungan normalitas data diperoleh hasil pengujian galat taksiran untuk lima persamaan regresi berdistribusi normal. Pengujian hipotesis pertama, kedua, dan ketiga menggunakan model persamaan struktur 1, sedangkan hipotesis keempat dan kelima mengguna-kan model persamaan struktur 2. a) Pengujian hipotesis pertama, H0: βy.1 ≤ 0; H1: βy.1 > 0. Hasil perhitungan py.1 = 0,29; thit = 3,50; t0,05 = 1,67; thit > ttab. Kesimpulan: H0 ditolak dan menerima H1, yaitu terdapat pengaruh langsung positif pengetahuan manajemen kepala sekolah terhadap kinerja sekolah. b) Pengujian hipotesis kedua, H0: βy.2 ≤ 0; H1: βy.2 > 0. Hasil perhitungan py.2 = 0,17; thit = 2,20; t0,05 = 1,67; thit > ttab. Kesimpulan: H0 ditolak dan menerima H1, yaitu terdapat pengaruh langsung positif sikap kepala sekolah pada Prodira terhadap kinerja sekolah.
c) Pengujian hipotesis ketiga, H0: βy.3 ≤ 0; H1: βy.3 > 0. Hasil perhitungan py.3 = 0,49; thit = 5,58; t0,05 = 1,67; thit > ttab. Kesimpulan: H0 ditolak dan menerima H1, yaitu terdapat pengaruh langsung positif efektivitas penyelenggaraan prodira terhadap kinerja sekolah. d) Pengujian hipotesis keempat, H0 : β3.1 ≤ 0; H1: β3.1 > 0. Hasil perhitungan p3.1 = 0,35; thit = 3,51; t0,05 = 1,67; thit > ttab. Kesimpulan: H0 ditolak dan menerima H1, yaitu terdapat pengaruh langsung positif pengetahuan manajemen kepala sekolah terhadap efektivitas penyelenggaraan Prodira. e) Pengujian hipotesis kelima, H0: β3.2 ≤ 0; H1: β3.2 > 0. Hasil perhitungan p3.2 = 0,41; thit = 4,08; t0,05 = 1,67; thit > ttab. Kesimpulan: H0 ditolak dan menerima H1, yaitu terdapat pengaruh langsung sikap kepala sekolah pada Prodira terhadap efektivitas penyelenggaraan Prodira. Dari hasil hasil penelitian ditemukan bahwa di antara tiga variabel prediktor, efektivitas penyelenggaraan Prodira yang tertinggi memberikan pengaruh langsung positif terhadap kinerja sekolah. Diketahui bahwa Prodira berientasi pada penyediaan sumberdaya pendidikan seperti pemberian hibah dana operasional pembelajaran, pembinaan ketenagaan, pembianaan kesiswaan, hibah RKB, dan manajemen. Sedangkan kinerja sekolah pada hakikatnya terkait erat dengan tingkat pencapaian tujuan sekolah secara kuantitatif maupun kualitatif. Artinya, capaian kinerja sekolah yang tinggi menunjukkan mutu
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1194
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 7 Nomor 1 Desember 2016
pendidikan yang baik. Sehingga dapat dipahami bahwa kinerja sekolah yang tinggi dapat terjadi apabila semua sumberdaya yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan pendidikan tersedia. Hasil penelitian juga menemukan bahwa pengetahuan manajemen kepala sekolah dan sikap kepala sekolah pada Prodira berturut-turut memberikan pengaruh langsung positif yang signifikan terhadap kinerja sekolah. Hal ini dapat dipahami bahwa disamping efektvitas penyelenggaraan Prodira, faktor pengetahuan manajemen kepala sekolah dan sikap kepala sekolah pada Prodira juga turut memberikan pengaruh langsung positif terhadap kinerja sekolah. Selanjutnya, sebagus apapun Prodira apabila tidak didukung oleh pegetahuan manajemen kepala sekolah yang baik dan sikap kepala sekolah yang positif pada Prodira tidak akan mencapai hasil yang efektif. Artinya, pengaruh langsung positif yang ditunjukkan oleh pengetahuan manajemen kepala sekolah dan sikap kepala sekolah pada Prodira telah mendorong tingginya efektivitas penyelenggaraan Prodira. Hal inilah yang menyebabkan efektivitas penyelenggaraan Prodira menjadi yang tertinggi memberikan pengaruh langsung positif terhadap kinerja sekolah. Selanjutnya, pengaruh antar variabel diuraikan masing-masing sebagai berikut. Pertama, hasil penelitian menemukan bahwa pengetahuan manajemen kepala sekolah berpengaruh langsung positif terhadap kinerja sekolah. Hal ini berarti terjadinya peningkatan kinerja sekolah
sebagai akibat dari meningkatnya pengetahuan manajemen kepala sekolah; demikian pula sebaliknya bila kinerja sekolah menurun itu disebabkan oleh pengetahuan manajemen kepala sekolah yang rendah. Pengetahuan manajemen sekolah merupakan salah satu kompetensi yang harus dimilliki oleh kepala sekolah sebagai leader sekaligus manajer di sekolah, sebab implementasi tugas pokok dan fungsi kepala sekolah tidak cukup mengandalkan aksi-aksi praktis dan fragmentasi, melainkan berbasis pada pengetahuan manajemen dan kepemimpinan yang cerdas. Hakikat pengetahuan adalah segenap apa yang kepala sekolah ketahui tentang sesuatu objek tertentu. Pengetahuan itu sendiri merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung atau tidak langsung turut memperkaya kehidupan kepala sekolah. Sehingga dengan pengetahuan manajemen yang dimilikinya, kepala sekolah dapat menjadi pusaran inspirasi dan semangat kerja warga sekolah. Pentingnya pengetahuan manajemen kepala sekolah dikarenakan pelaksanaan manajemen sekolah baik yang konvensional maupun yang menggunakan pendekatan berbasis sekolah, akan dapat berjalan dengan baik jika didukung oleh kepemimpinan kepala sekolah yang memiliki pengetahuan manajemen yang baik dan secara fungsional mampu berperan sesuai dengan tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya. Kepala sekolah dituntut mampu mensinergikan seluruh komponen dan potensi sekolah dan
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1195
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 7 Nomor 1 Desember 2016
lingkungan sekitar agar tercipta kerjasama untuk memajukan sekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat Koontz, O’Donnel, dan Weichrich (1984: 5) yang menyatakan bahwa manajemen adalah proses melaksanakan pekerjaan melalui satu atau beberapa orang untuk mengkoordinasi kegiatan orang lain guna mencapai hasil yang tidak dapat dicapai bila dilakukan oleh satu orang. George R. Terry dan Leslie W. Rue (1982: 1) lebih tegas lagi menyatakan, manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang ke arah tujuan-tujuan organisasional atau sasaran-sasaran yang nyata. Perilaku kepala sekolah tercermin dari kristalisasi interaksi antara fungsi organik manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian, dan evaluasi dengan fungsi substantif, yaitu akademik, ketenagaan, keuangan, fasilitas, kehumasan, pelayanan kusus, dan sebagainya. Fungsi organik manajemen merupakan roda gigi dalam menjalankan fungsi substansi. Interaksi sinergis keduanya melahirkan sosok kepala sekolah yang ideal, yaitu mampu membawa sekolah untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif dan efisien. Pencapaian tujuan sekolah secara efektif dan efisien merupakan gambaran dari kinerja sekolah secara keseluruhan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Werang dan Syaroni yang menemukan bahwa kinerja sekolah dan prestasi belajar siswa merupakan sebagian
aspek penentu kinerja sekolah secara signifikan dipengaruhi oleh keterampilan manajerial kepala sekolah, dan kinerja manajemen kepala sekolah. Sebagai implikasi dari hasil temuan penelitian di atas, maka upaya meningkatkan pengetahuan manajemen kepala sekolah secara umum dapat dilakukan melalui pendekatan pendidikan formal dan non formal. Pendidikan formal dapat dilakukan dalam bentuk studi lanjut. Hal ini dibangun oleh asumsi bahwa makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin tinggi pengetahuan manajemennya yang berimplikasi pada meningkatnya kapasitas manajemen kepala sekolah. Pendidikan non formal dapat dilakukan dalam bentuk diklatdiklat khusus kepala sekolah. Kepala sekolah difasilitasi melalui forum-forum khusus kepala sekolah. Forum kepala sekolah ini merupakan wahana mempertemukan para kepala sekolah secara rutin sehingga berbagai dinamika pendidikan dan dinamika masyarakat tercerahkan secara terus menerus dalam pengetahuan kepala sekolah. Selain melalui jalur pendidikan formal dan non formal, pengetahuan manajemen kepala sekolah dapat ditingkatkan dengan melakukan seleksi yang ketat dalam rekrutmen calon kepala sekolah. Salah satu kriteria yang harus dipertimbangkan adalah kompetensi manajemen calon kepala sekolah. Kedua, variabel lain yang juga berpengaruh secara struktural terhadap kinerja sekolah adalah sikap kepala sekolah pada Prodira. Hasil penelitian menemukan bahwa sikap kepala sekolah
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1196
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 7 Nomor 1 Desember 2016
pada Prodira memberikan pengaruh langsung positif terhadap kinerja sekolah. Hal ini mengandung makna, bahwa peningkatan yang terjadi pada kinerja sekolah sebagai akibat dari meningkatnya sikap positif kepala sekolah pada Prodira. Prodira merupakan program/ kegiatan yang menyediakan layanan pendidikan yang gratis, terjangkau, bermutu, dan berkeadilan bagi setiap warga masyarakat sehingga dapat mengembangkan potensi dirinya agar dapat hidup mandiri di dalam masyarakat atau melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Bentuk kegiatannya sebagian besar dalam bentuk pemberian hibah dana terkait dengan kegiatan operasional sekolah, hibah bangunan/ RKB, dan honor guru. Sebagai program yang besar manfaatnya bagi masyarakat, terutama siswa dan orang tuanya dalam pembiayaan pendidikan sehingga program ini disikapi positif oleh sebagian besar kepala sekolah. Sikap positif kepala sekolah terhadap program ini sangat beralasan karena Prodira merupakan program yang positif yang berpihak kepada kepentingan masyarakat. Secara kognisi, afektif, maupun konatif kepala sekolah menyambut baik Prodira dan melaksanakan dengan efisien dan efektif. Thurstone dalam Liliweri (2005: 195), mengemukakan bahwa sikap merupakan penguatan positif atau negatif terhadap objek yang bersifat psikologis. Howard Kendler dalam Yusuf (2006:169), lebih mempertegas bahwa sikap merupakan kecenderungan (tendency) untuk mendekati (approach) atau menjauhi (avoid),
serta melakukan sesuatu, baik secara positif maupun negatif terhadap suatu lembaga, peristiwa, gagasan atau konsep. Sikap kepala sekolah yang positif menerima Prodira memberikan ruang dan energi kerja bagi sekolah. Sekolah dalam melaksanakan fungsi substansinya akan mendapatkan dukungan dari stakeholders apabila kepala sekolah menampakkan sikap menerima dan melaksanakan semua kebijakan di bidang pendidikan dan program/ kegiatan sekolah sehingga kinerja sekolah makin meningkat dari waktu ke waktu. Sikap kepala sekolah yang positif terhadap program pendidikan akan sangat mempengaruhi semangat kerjanya dalam memanaj secara maksimal seluruh sumberdaya sekolah, sehingga pada gilirannya hal ini sangat berpengaruh positif terhadap peningkatan kinerja sekolah. Hal ini relevan dengan hasil temuan penelitian yang dilakukan oleh Naibaho yang menemukan bahwa sikap pimpinan berpengaruh langsung terhadap kinerja pegawai. Apabila diasosiasikan ke dalam penelitian ini, sikap pimpinan yang dimaksud adalah kepala sekolah, sedangkan kinerja pegawai dalam penilaian kinerja sekolah sama dengan kinerja guru, tenaga penunjang akademik, tenaga administrasi/ tata usaha sekolah yang merupakan salah satu unsur/ aspek yang menentukan kinerja sekolah. Sebagai implikasi dari hasil temuan penelitian di atas, maka upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan sikap positif kepala sekolah dalam menerima Prodira adalah dengan memberikan pemahaman yang
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1197
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 7 Nomor 1 Desember 2016
komprehensif tentang Prodira. Pemahaman ini penting dilakukan untuk memberikan rasa aman bagi kepala sekolah dalam menyelenggarakan manajemen sekolah dengan dukungan Prodira. Rasa aman akan mendorong kecenderungan para kepala sekolah menerima dengan baik Prodira. Rasa aman dapat tercipta apabila kepala sekolah memahami dampak postif dan negatif dari Prodira. Dampak negatif tersebut bahkan sampai pada kejelasan pengelolaan anggaran sehingga tidak menimbulkan masalah hukum. Dana Podira yang diterima di sekolah, akan berdampingan bahkan mungkin beririsan dengan wilayah anggaran lain yang bersumber dari pemerintah pusat, pemerintah kabupaten/ kota, dan dana masyarakat. Upaya lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan sikap positif para kepala sekolah menerima dan melaksanakan Prodira adalah melalui pemberian penghargaan (reward) bagi kepala sekolah yang berhasil menyelenggarakan Prodira secara efisien dan efektif atau yang mampu dan berhasil meningkatkan efektivitas penyelenggaraan Prodira. Penghargaan dapat diberikan dalam bentuk tunjangan kinerja dan/atau kompetisi kinerja. Ketiga, variabel berikut yang memberikan pengaruh terhadap Kinerja sekolah adalah Efektivitas penyelenggaraan Prodira. Di antara tiga variabel prediktor, efektivitas penyelenggaraan Prodira yang besar dan signifikan pengaruhnya terhadap kinerja sekolah. Temuan dalam penelitian ini bahwa efektivitas penyelenggaraan Prodira berpengaruh langsung positif terhadap kinerja sekolah. Dalam hal
ini, perbaikan dan peningkatan yang terjadi pada kinerja sekolah sebagai akibat meningkatnya efektivitas penyelenggaraan Prodira. Secara teoretis keterpengaruhan efektivitas penyelenggaraan Prodira terhadap kinerja sekolah dapat dicapai dengan baik sebagai akibat dari efektifnya penyelenggaraan Prodira. Hal ini sesuai dengan uraian materi yang dikemukakan sebelumnya bahwa inti keefektifan program terletak pada hasil yang dicapai dari program tersebut sesuai tujuan yang telah ditetapkan. Cambell yang dikutip oleh Steers (1985: 46) menyatakan, “ukuran efektivitas merupakan suatu standar terpenuhinya sasaran dan tujuan yang akan dicapai. Selain itu, menunjukkan pada tingkat sejauhmana organisasi, program/ kegiatan melaksanakan fungsifungsinya secara optimal.” Telah dikmukakan sebelumnya bahwa Prodira merupakan program yang besar manfaatnya bagi masyarakat, terutama siswa dan orang tuanya dalam pembiayaan pendidikan, sehingga program ini mendapatkan respon dan dukungan sebagian besar kepala sekolah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain; (1) pihak sekolah dapat menyusun rencana anggaran belanja sekolah (RABS) yang efektif dan efisien karena terkait dengan pembiayaan terutama biaya operasional sekolah sudah jelas sumber dan besarannya baik yang berasal dari Prodira, APBD Kabupaten/ Kota, maupun BOS/ PMU (APBN); sebab dana Prodira dan PMU dialokasikan sesuai jumlah siswa di sekolah per tahun, (2) dengan diterapkannya Prodira, pihak sekolah
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1198
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 7 Nomor 1 Desember 2016
dan komite sekolah tidak disibukkan lagi dengan menagih iuran dana pendidikan per bulan/ SPP dari siswa yang pada umumnya tidak masuk seluruhnya, paling tinggi pada kisaran 50 – 70% yang masuk, (3) Prodira telah membangkitkan semangat serta mendorong orang tua untuk menyekolahkan anaknya, sehingga terjadi peningkatan input sekolah pada setiap tahun, dan ini berimplikasi pada naiknya APK, (4) di sisi lain Prodira telah mendorong partisipasi dan peran aktif orang tua bertanggung jawab dalam program pendidikan anaknya. Tujuan Prodira adalah memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mendapatkan pelayanan pendidikan dengan tetap memperhatikan mutu. Melalui Prodira, masyarakat telah mendapatkan layanan pendidikan gratis dan tidak lagi dibebani dana operasional. Dari sisi manajemen, dengan telah tersedia dana operasional sekolah, kepala sekolah dapat mengelolanya secara efisien dan efektif sehingga fungsi-fungsi sekolah dapat berjalan dengan baik. Artinya, kepala sekolah dapat mengelola mengatur dan menata kegiatan Prodira di sekolah dengan lebih efisien, efektif, dan produktif sehingga pada akhirnya berdampak pada keberhsilan program serta pencapaian tujuan sekolah. Terapainya tujuan sekolah yaang efektif merupakan kinerja sekolah secara keseluruhan. Dengan kata lain keefektifan pengelolaan Prodira oleh kepala sekolah berpengaruh pada membaiknya kinerja sekolah. Hal ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwi, bahwa pemberian dana operasional sekolah
(BOS) berpengaruh langung terhadap kinerja guru. Dalam penelitian ini kinerja guru menjadi bagian dari aspek yang menentukan kinerja sekolah. Sebagai implementasi hasil temuan penelitian di atas, maka upaya-upaya meningkatkan efektivitas penyelenggaraan Prodira di sekolah dapat dilakukan dengan; (a) memberikan pemahaman secara komrehensif tentang implementasi Prodira kepada semua stakeholder sekolah (kepala sekolah, guru, siswa dan orang tuanya, dan masyarakat), (b) pemanfaatan anggaran secara disiplin sesuai komponen pembiayaan Prodira, dengan menghindari sejauh mungkin larangan penggunaan dana Prodira, (c) pendampingan pelaksanaan Prodira terutama dalam penentuan satuan, volume, dan harga dalam penyusunan rencana anggaran dan biaya sekolah, dan (d) monitoring dan pembinaan secara kontinu terhadap penyelenggaraan Prodira. Hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan reward bagi kepala sekolah yang sukses menyelenggarakan Prodira, sebaliknya memberikan punishment bagi kepala sekolah yang gagal menyelenggarakan Prodira. Keempat, variabel yang memberikan pengaruh langung positif terhadap proses efektivitas penyelenggaraan Prodira adalah pengetahuan manajemen. Temuan hasil penelitian ini, ada pengaruh langsung positif pengetahuan manajemen kepala sekolah terhadap efektivitas penyelenggaraan Prodira. Temuan penelitian ini memberi petunjuk bahwa peningkatan efektivitas penyelenggaraan Prodira terjadi karena
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1199
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 7 Nomor 1 Desember 2016
meningkatnya pengetahuan manajemen kepala sekolah. Pada dasarnya penyelenggaraan Prodira adalah kegiatan manajemen. Berbicara efektivitas penyelenggaraan program tidak lepas dari implementasi fungsi-fungsi manajemen mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, sampai dengan pengendalian secara efisien dan efektif. Itulah sebabnya, pengetahuan manajemen kepala sekolah merupakan modal utama dan menentukan bagi seorang kepala sekolah dalam membuat perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian kegiatan hingga memikirkan akibat-akibat yang mungkin terjadi dalam pengelolaan Prodira. Di samping fungsi-fungsi manajemen, dalam pelaksanaan kegiatan kepala sekolah perlu menerapkan prinsip-prinsip manajemen yang merupakan bagian lain dari pengetahuan manajemen yang diketahuinya. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Koontz [et.al] (1990: 45-47) bahwa dalam melaksanakan fungsi-fungsi dan peran-peran manajemen, perlu ditopang dengan prinsip-prinsip manajemen yang jelas. Ia mengemukakan pendapat Fayol mengenai 14 prinsip manajemen umum yang sampai sekarang masih relevan dan berlaku, yaitu sebagai berikut; (1) division of work (pembagian kerja), (2) authority and responsibility (otoritas atau wewenang dan tanggung jawab), (3) dicipline (disiplin), (4) unity of command (kesatuan komando), (5) unity of direction (kesatuan arahan), (6) subordination of individual to general interest (mendahulukan
kepentingan umum di atas kepentingan individu), (7) remuneration (pengupahan), (8) centralization (sentralisasi atau pemusatan), (9) scalar chain (adanya rantai skalar atau hirarki), (10) order (tertib), (11) equity (kesamaan), (12) stability of tenure (kestabilan jaminan masa pensiun), (13) initiative (inisiatif atau prakarsa), dan (14) esprit de corps (semangat korps/ kesatuan). Penerapan pengetahuan manajemen kepala sekolah secara komprehensif dalam memanaj Prodira akan meningkatkan secara positif efektivitas penyelenggaraan Prodira. Di sisi lain, faktor yang turut menyebabkan pengetahuan manajemen kepala sekolah dapat berpengaruh terhadap efektivitas penyelenggaraan Prodira adalah rekrutmen kepala sekolah yang mempersyaratkan calon yang telah mengikuti pelatihan calon kepala sekolah (cakep), di mana dalam pelatihan tersebut dibahas materi tentang masalah leadership, manajemen organisasi serta pembentukan kompetensi lain yang berkaitan dengan tugas dan fungsi menjadi pemimpin sekaligus manajer di sekolah. Melalui pengetahuan manajemen kepala sekolah yang diaplikasikan dalam memimpin sekolah menyebabkan Prodira yang diluncurkan ke sekolah dapat dikelola dengan baik sehingga hasilnya bisa sangat efektif. Dengan kata lain keefektifan pengelolaan Prodira tidak terlepas dari kontribusi pengetahuan manajemen kepala sekolah. Implementasi dari hasil temuan penelitian di atas, maka upaya yang
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1200
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 7 Nomor 1 Desember 2016
perlu dilakukan guna meningkatkan pengetahuan manajemen kepala sekolah adalah dengan meningkatkan kapasitas manajemen kepala sekolah terutama tentang pengetahuan yang berkenaan dengan pengukuran-pengukuran ketercapaian Prodira. Hal-hal yang pelu dilakukan dalam pengukuran ketercapaian Prodira adalah; (a) tepat sasaran, (b) tepat jumlah, (c) tepat penggunaan, dan (d) tepat waktu. Selain itu, upaya lain yang perlu dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan manajemen kepala sekolah terkait dengan efektivitas Prodira adalah peningkatan pemahaman kepala sekolah terhadap prinsip-prinsip manajemen dan penerapannya. Di samping itu, hal yang tidak kalah pentingnya adalah upaya peningkatan pemahaman dan penerapan manajemen keuangan. Kedua hal ini dapat dilakukan melalui kelompok diskusi fokus (FGD) dan pertemuan-pertemuan yang dilaksanakan dalam rangka koordinasi, evaluasi, dan pemantapan penyelenggaraan Prodira. Kelima, hasil penelitian ini menemukan juga bahwa sikap kepala sekolah pada Prodira memberikan pengaruh langsung positif terhadap efektivitas penyelenggaraan Prodira. Ini mengandung makna, bahwa meningkatnya efektivitas penyelenggaraan Prodira terjadi sebagai pengaruh dari sikap kepala sekolah yang makin meningkat. Hal ini sebagai akibat dari pola pikir dan kepercayaan kepala sekolah secara kognisi bahwa Prodira akan berdampak pada kemudahan orang tua siswa untuk memenuhi kebutuhan anaknya dalam penyediaan fasilitas
pembelajaran. Di samping itu, aktivitas guru dalam program pendidikan yang telah direncanakan dapat dicapai karena kebutuhan pembiayaan program dapat diatasi melalui bantuan dana Prodira. Hal ini berarti bahwa kendala penyiapan bahan pustaka, penyediaan media pembelajaran dan perangkat pembelajaran lainnya makin kecil dihadapi guru. Dengan demikian sikap kepala sekolah pada Prodira dipandang sebagai salah satu faktor yang sangat menentukan dalam mencapai keefektifan penyelenggaraan Prodira. Aspek lain yang turut menentukan keterpengaruhan sikap kepala sekolah terhadap efektivitas penyelenggaraan Prodira adalah pandangan secara konatif kepala sekolah terhadap pelibatan orang tua siswa dalam pembiayaan sekolah yang relatif memberatkan orang tua, turut mendorong kepala sekolah untuk mengelola Prodira secara efektif. Sebagai implementasi hasil temuan penelitian di atas, maka upaya yang perlu dilakukan guna meningkatkan sikap kepala sekolah pada Prodira antara lain melalui promosi leader. Promosi leader dapat berupa mempromosikan para kepala sekolah yang berhasil menyelenggarakan Prodira. Promosi sekaligus dibarengi oleh penyampaian best practice dari kepala sekolah yang berhasil dalam menyelenggarakan Prodira. Kata kuncinya adalalah menunjukkan keteladanan para kepala sekolah. Upaya lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan sikap kepala sekolah pada Prodira adalah dengan memberikan bonus kepada sekolah yang berhasil menyelenggarakan
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1201
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 7 Nomor 1 Desember 2016
Prodira dengan efisien dan efektif. Bonus yang diberikan di luar dana operasional, misalnya penambahan ruang kelas baru (RKB), pemberian beasiswa studi lanjut kepada kepala sekolah, dan bonus lain yang bernilai edukatif. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, maka diperoleh kesimpulan penelitian jalur pertama sebagai berikut. Pertama, terdapat pengaruh langsung positif pengetahuan manajemen kepala sekolah terhadap kinerja sekolah. Artinya, peningkatan kinerja sekolah terjadi sebagai akibat dari terjadinya peningkatan pengetahuan manajemen kepala sekolah. Kedua, terdapat pengaruh langsung positif sikap kepala sekolah pada Prodira terhadap kinerja sekolah. Artinya, peningkatan yang terjadi pada kinerja sekolah sebagai akibat dari terjadinya peningkatan sikap kepala sekolah yang menerima Prodira. Ketiga, terdapat pengaruh langsung positif efektivitas penyelenggaraan Prodira terhadap kinerja sekolah. Artinya, peningkatan yang terjadi pada kinerja sekolah sebagai akibat dari terjadinya peningkatan efektivitas penyelenggaraan Prodira. Pada jalur kedua diperoleh kesimpulan, pertama, terdapat pengaruh langsung positif pengetahuan manajemen kepala sekolah terhadap efektivitas penyelenggaraan Prodira. Artinya, peningkatan efektivitas penyelenggaraan Prodira terjadi sebagai akibat dari meningkatnya pengetahuan manajemen kepala sekolah. Kedua, terdapat pengaruh langsung positif sikap kepala sekolah
pada Prodira terhadap efektivitas penyelenggaraan Prodira. Artinya, peningkatan efektivitas penyelenggaraan Prodira terjadi sebagai akibat dari meningkatnya sikap positif kepala sekolah menerima Prodira. DAFTAR PUSTAKA Anonim, Kinerja Sekolah (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Ditjen Dikdasmen, Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, 2005) Bastian,
Indra, Akuntansi Sektor Publik di Indonesia (Yogyakarta: BPFE, 2001)
Bigge, Morris L. and Hunt, Maurice P., Psychological Foundation of Education: An Introduction to Human Motivation and Behavioral Change (New York: Harper & Row, Publishers, 1980) Buhler,
Patricia, Alpha Teach Yourself: Management Skill in 24 Hours (Jakarta: Prenada, 2004)
Daft,
Richard L., Management (Chicago: The Dryden Press, 1988)
Ebel, Robert L. & Frisbie, David A., Essential of Educational Measurement (Engglewood Cliffs: Prentice Hall, 1986) Gedeian, Arthur G. [et Organization (Theory
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
al.], and
1202
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 7 Nomor 1 Desember 2016
(Jakarta: PT. 1999)
Design) (Denver: University of Colorado, 1991)
Prenhallindo,
Georgopolous dan Tannenbaum, Efektivitas Organisasi (Jakarta: Erlangga, 1985)
Ruky, Achmad S., Sistem Manajemen Kinerja (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002)
Gomes, Faustino Cardaso, Manajemen Sumber Daya Manusia (Yogyakarta: Andi Offset, 1997)
Simamora, Henry, Manajemen Sumber Daya Manusia (Yogyakarta: STIE YKPN, 1995) Steers,
Handayaningrat, Soewarno, Azas-azas Organisasi Manajemen (Jakarta: Mas Agung, 1996) Koontz,
Harold, [et.al], Management (New York: McGraw-Hill Book Company,1984)
Liliweri, Alo, Prasangka dan Konflik: Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur, Cetakan 1 (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2005) Oppenheim, A. N., Questionnaire Design and Attitude Measurement (New York: Basic Books, Inc.,1966) Prawirosentono, Suyadi, Kebijakan Kinerja Karyawan (Yogyakarta: BPFE, 1999) Robbins,
Stephen P., Management: Concept and Applications (New Jersey: Prentice-Hall International, Inc., 1988)
Robbins, Stephen P. and Coulter, Mary, Management, Terjemahan: T. Hermaya
Richard M., Efektivitas Organisasi: Kaidah Perilaku, Edisi 1, Penerjemah: Magdalena Jamin (Jakarta: Erlangga, 1985)
Steers, Richard M., and J. Stewart Black, Organizational Behavior (New York: Harper Collins Publishers, 1994) Suprihanto, John, Penilaian Kinerja dan Pengembangan Karyawan (Yogyakarta: BPFE, 1996) Suriasumantri, Jujun S., Filsafat Ilmu (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995) Suyanto, Dinamika Pendidikan Nasional (Dalam Percaturan Dunia Global) (Jakarta: PSAP Muhammadiyah, 2006) Syamsuri S. A., Pengantar Teori Pengetahuan (Jakarta: PPLPTK, Dirjen DiktiDepdikbud, 1998) Syaroni,
Pengaruh Kinerja Kepemimpinan Dan Manajemen Kepala Sekolah
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1203
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 7 Nomor 1 Desember 2016
Terhadap Kinerja Guru SMP Negeri di Kabupaten Brebes, Tesis, Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang Tangkilisan, Hessel Nogi S., Manajemen Publik (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2007) Terry, George R. and Leslie W. Rue, Principles Of Management (Homewood, Illinois: Dow Jones-Irwin, 1982) The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu (Yogyakarta: Liberti, 1996) Yusuf,
Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006)
Naibaho, Murni Elfrida, Pengaruh Budaya Organisasi, Sistem Seleksi Dan Sikap Pimpinan Terhadap Kinerja Pegawai Di Universitas HKBP Nommensen Medan, http://digilib.unimed.ac.id/239 51.html] [Diakes 30 Mei 2014]. Werang, Basillius Redan, Pengaruh Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah dan Status Sosial Ekonomi Guru Terhadap Kinerja Guru di SMA Negeri I Marauke Papua. (Tesis), jurnaljam.ub.ac.id/ index.php/jam/ article/download [Diakses 23/03/2014]
Sumber Internet: Dwi, Pengaruh Penggunaan Dana Bos, Kepemimpinan Dan Kinerja Guru Terhadap Prestasi Siswa di Kota Tangerang Selatan. (Tesis S2), http://id.scribd.com/doc/12424 5304 [Diakses 23/02/2014]. Mangkuprawira, Syarif, “Kinerja. Apa Itu?” http://ronawajah.wordpress.com / 2007/05/29, [Diakses, 29 Mei 2014]
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1204