EFEKTIVITAS PROGRAM MANAGEMENT BY OBJECTIVES PADA TINGKAT WORK ENGAGEMENT KARYAWAN THE EFFECTIVENESS OF PROGRAM MANAGEMENT BY OBJECTIVES (MBO) AT THE LEVEL OF WORK ENGAGEMENT OF EMPLOYEES Genjadid Utomo Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Email:
[email protected] Bagus Riyono Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Sus Budiharto Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta
ABSTRACT This study aimed to examine the effectiveness of management by objectives (MBO) program at the level of work engagement of employees at PT. X. MBO program is one method of goal setting by involving employees. This research used experimental methods to study the design of the before and after study. A total of 12 respondents from companies small and medium enterprises engaged in the beverage involved in the MBO program conducted over two months. Measurement of work engagement using a scale Uwes (Utrecht Work Engagement Scale) developed by Schaufeli and Bakker (2004). By using the Wilcoxon data analysis found a significant difference before and after the perpetration of the MBO program to the value of Z = -2,135 and significance of 0.03 (P <0.05). While MBO program effective contribution to the improvement of work engagement of employees of PT. X is 31.33%. Keywords: MBO, management by objectives, work engagement ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas program management by objectives (MBO) pada tingkat work engagement karyawan di PT. X. Program MBO merupakan salah satu metode penetapan tujuan dengan melibatkan karyawan. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain penelitian the before and after study. Sebanyak 12 responden dari perusahaan Usaha Kecil Menengah yang bergerak di bidang beverage terlibat dalam Program MBO yang dilakukan selama 2 bulan. Pengukuran work engagement menggunakan skala UWES (Utrecht Work Engagement Scale) yang dikembangkan oleh Schaufeli dan Bakker (2004). Analisis data menggunakan Wilcoxon, hasilnya menunjukkan perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah dilakukannnya program MBO dengan nilai Z= -2.135 dan signifikansi 0,03 (P<0,05). Sementara sumbangan efektif program MBO terhadap peningkatan work engagement karyawan PT. X adalah 31,33%. Kata Kunci: MBO, Management By Objectives, Work Engagement
Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016 | 1
Genjadid Utomo, Bagus Riyono, & Sus Budiharto
Sumber daya manusia merupakan
mampu menciptakan pasar-pasar, me-
hal yang sangat penting bagi setiap
ngembangkan perdagangan, mengelola
organisasi. Pengelolaan sumber daya
sumber alam, mengurangi kemiskinan,
manusia yang baik menghasilkan output
membuka lapangan kerja, membangun
positif bagi perusahaan. Output nyata
masyarakat dan menghidupi keluarga
dari seorang karyawan adalah kinerja.
mereka tanpa kontrol dan fasilitas dari
Berbagai program dibentuk oleh perusa-
pihak pemerintah daerah yang memadai
haan untuk mengelola serta mengem-
(ILO, 1991). Di Indonesia, sektor UKM
bangkan karyawan agar memiliki kinerja
bahkan menjadi tumpuan kehidupan
yang maksimal. Program-program terse-
yang semakin besar sejak terjadinya krisis
but dibuat dengan investasi yang besar,
ekonomi yang dimulai pada tahun 1997
dengan harapan setiap karyawan yang
(Sarosa, 2000).
berada pada organisasi tersebut dapat
Berdasarkan
pada
permasalahan
optimal serta memiliki kontribusi terha-
tersebut maka dapat ditarik kesimpulan
dap perusahaan.
bahwa
komitmen
seorang
karyawan
Pemilihan karyawan yang tepat
terhadap organisasi merupakan hal yang
dapat dilakukan melalui seleksi. Karya-
sangat penting. Dengan adanya komit-
wan yang memiliki kinerja tinggi dikenal
men karyawan diharapkan dapat berta-
dengan
istilah
talent.
Studi
yang
han dalam waktu lama di organisasi.
dilakukan Gallup (Herway & Dvorak,
Selain komitmen terhadap organisasi,
2014) menemukan bahwa selain kom-
dibutuhkan motivasi serta keterlibatan
petensi karyawan, terdapat faktor penting
yang mendalam dari seorang karyawan di
lainnya bagi kinerja karyawan yaitu
sebuah organisasi. Hal ini lebih dikenal
engagement atau keterlibatanyang tinggi
dengan istilah work engagement.
terhadap organisasi.
Work engagement telah menjadi
International Labour Organization
topik hangat dalam beberapa tahun ter-
(ILO, 1991) melaporkan bahwa 60%
akhir di perusahaan-perusahaan konsul-
buruh di kota-kota negara berkembang
tasi dan dalam dunia bisnis (Saks, 2006).
diserap oleh sektor informal dan kegiatan
Konsep work engagement se-benarnya
pada usaha kecil dan menengah (UKM).
merupakan pengembangan dari teknik
Laporan lain juga menunjukan bahwa
manajemen lama seperti Orga-nizational
peran sektor UKM sangat penting karena
Citizenship Behavior (OCB) (Robinson,
2 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016
Efektivitas Program Management by Objectives pada Tingkat Work Engagement Karyawan
Employee engagement merupakan
Perryman & Hayday 2004). Konsep ini memberikan
pemahaman
manajer
pengembangan dari konsep-konsep sebe-
perusahaan bahwa keterikatan karyawan
lumnya seperti kepuasan kerja karyawan,
terhadap perusahaan merupa-kan suatu
komitmen
elemen penting dalam mening-katkan
organisasi karyawan. Robinson, Perry-
produktivitas dan efisiensi kerja.
man dan Hayday (2004) mengatakan
karyawan,
serta
perilaku
Robinson, Perryman dan Hayday
bahwa kedua konsep terdahulu yaitu
(2004) mengatakan bahwa kedua konsep
komitmen dan OCB dirasa kurang leng-
terdahulu yaitu komitmen dan OCB
kap, dan di dalam konsep employee
dirasa kurang lengkap, dan di dalam
engagement, dimasukkan unsur kesadar-
konsep employee engagement, dimuat
an bisnis (business awareness). Adanya
unsur
(business
karyawan yang terlibat secara aktif di
awareness). Rafferty dan Simons (2005)
dalam perusahaan menandakan bahwa
juga
konsep
perusahaan tersebut memiliki iklim kerja
employee engagement dengan dua kon-
yang positif. Hal ini disebabkan dengan
sep terdahulunya, di mana employee
adanya karyawan yang memiliki keter-
engagement lebih menunjukkan proses
ikatan yang baik dengan perusahaan.
saling memberi dan menerima yang
Oleh karena itu karyawan diharapkan
menguntungkan antara karyawan dan
memiliki antusiasme yang besar untuk
perusahaan.
bekerja, bahkan melampaui tugas pokok
kesadaran membedakan
bisnis antara
Penting bagi perusahaan untuk memperhatikan engagement para karyawannya karena hal tersebut sangat ber-
yang
tertuang
dalam
kontrak
kerja
mereka. Schmidt (2004) mengartikan work
bisnis,
engagement sebagai gabungan antara
seperti: kesediaan karyawan untuk tetap
kepuasan dan komitmen, dan kepuasan
bekerja di perusahaan, produktivitas,
tersebut mengacu lebih kepada elemen
keuntungan, loyalitas dan kenyamanan
emosional atau sikap, sedangkan komit-
pelanggan (Markos & Sandhya, 2010).
men lebih melibatkan pada elemen moti-
Semakin karyawan memiliki rasa keter-
vasi dan fisik. Meskipun kepuasan dan
ikatan yang tinggi dengan perusahaan,
komitmen adalah dua elemen kunci, se-
maka semakin meningkat pula pertum-
cara individu mereka tidak cukup untuk
buhan pendapatan bisnis tersebut.
menjamin work engagement, terdapat
kaitan
erat dengan
outcome
tema berulang yang menunjukkan work
Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016 | 3
Genjadid Utomo, Bagus Riyono, & Sus Budiharto
engagement yang melibatkan pekerja
menghasilkan kualitas pekerjaan yang
yaitu “going extra mile” (akan bekerja
lebih baik.
ekstra) dan mengupayakan sesuatu untuk
Karyawan
yang
telah
memiliki
pekerjaan di atas apa yang biasanya
keterampilan dalam mengerjakan tugas-
diharapkan (Clifton, 2008).
tugasnya diharapkan dapat bertahan di
Salah satu perusahaan kecil me-
PT X dalam waktu lama, mengingat
nengah yang bergerak di bidang beve-
sulitnya untuk mencari dan mengem-
rage adalah PT. X, yang terletak di daerah
bangkan karyawan yang mampu dalam
Yogyakarta. Saat ini PT. X sedang ber-
mengerjakan
kembang dengan jumlah karyawan seba-
Selain itu, kinerja karyawan yang lain
nyak 15 orang. PT. X berdiri semenjak
diharapkan mampu mendongkrak kinerja
tahun 2008. Dengan usia yang relatif
organisasi secara menyeluruh.
tugas-tugas
operasional.
baru, permasalahan yang diuraikan di
Robinson, Perryman, dan Hayday
atas tentunya dialami oleh PT X. Demi
(2004) menyatakan bahwa faktor kunci
menjaga kelangsungan dan berkembang
pendorong dari engagement karyawan
menjadi lebih baik, PT. X harus mampu
adalah apabila karyawan dapat merasa
dalam mengelola SDM yang ada.
dihargai dan dilibatkan (feeling valued
Wawancara awal yang dilakukan
and involved). Lebih lanjut, peneliti
dengan pihak HRD, visi dan misi yang
menyebutkan bahwa dalam penelitian
ada diakui pihak HRD masih bersifat
10.000 karyawan NHS di Inggris, faktor
sangat konseptual dan global cakupan-
pendorong employee engagement adalah:
nya, akibatnya para karyawanpun secara
rasa untuk dihargai dan terlibat, yang di
umum tidak memahami apa yang diha-
dalamnya memuat pengambilan keputus-
rapkan dari keberadaannya diorganisasi,
an, dapat menyuarakan pendapat, dan
serta tujuan organisasi secara umum.
peluang untuk berkembang, serta kepe-
Akibatnya, motivasi para karyawan masih
dulian perusahaan terhadap kesehatan
belum menunjukan harapan dari organi-
dan kesejahteraan karyawan.
sasi. Hal tersebut ditunjukan dari banyak-
Berdasarkan uraian tersebut, dapat
nya waktu kosong karyawan yang tidak
disimpulkan keterlibatan karyawan ter-
digunakan untuk melakukan kegiatan
utama dalam menetapkan tujuan dapat
yang produktif. Menurut pihak HRD para
membantu organisasi untuk mendapat-
karyawan hanya bekerja sekedarnya,
kan kinerja yang optimal dari para
tidak
karyawan.
menunjukan
keinginan
untuk
4 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016
Efektivitas Program Management by Objectives pada Tingkat Work Engagement Karyawan
Salah satu metode penetapan tuju-
MBO mengakomodir kebutuhan organi-
an yang melibatkan partisipasi karyawan
sasi
adalah management by objectives (MBO).
sehingga dapat menciptakan kepuasan
Management By Objective merupakan
kerja
salah satu metode dalam menetapkan
efektivitas organisasi secara umum.
dan
juga
individu
masing-masing
didalamnya,
individu,
dan
Goal setting. Beberapa teori mengenai
Dewasa ini, ilmu psikologi banyak
Goal Setting dapat dijelaskan melalui
mendapatkan kritik karena kajiannya
goal setting theory yang merupakan
yang dominan pada penyakit mental
bagian dari teori motivasi yang dikemu-
(Bakker dkk, 2008). Hal tersebut ditun-
kakan oleh Edwin Locke pada tahun
jukan dari jumlah publikasi tema psiko-
1978
ini
logi negatif dan positif dengan rasio 14: 1
yang
(Myers, 2000). Work Engagement meru-
memiliki komitmen tujuan tinggi akan
pakan salah satu isu kajian psikologi
mempengaruhi kinerja manajerial. Ada-
positif yang perlu untuk diteliti lebih
nya tujuan individu menentukan sebe-
lanjut. Workengagement merupakan hal
rapa besar usaha yang akan dilakukan-
yang penting, organisasi modern saat ini
nya, semakin tinggi komitmen karyawan
mengharapkan karyawan mereka lebih
terhadap tujuannya akan mendorong
proaktif, menunjukan inisiatif, mengam-
karyawan
melakukan
bil tanggung jawab bagi pengembangan
usaha yang lebih keras dalam mencapai
profesionalisme, dan selalu menunjukan
tujuan tersebut. Menurut Locke dan
kualitas kinerja yang tinggi (Bakker &
Latham (Lunenburg, 2011) tujuan memi-
Schaufeli, 2008). Latar belakang yang
liki pengaruh yang luas pada perilaku
telah diuraikan diatas, menjadi landasan
karyawan, kinerja dalam organisasi dan
penulis
praktik manajemen.
mengenai pengaruh intervensi mana-
(Lunenburg,
menyatakan
bahwa
tersebut
2011).
Teori
karyawan
untuk
Selain tujuan organisasi, proses MBO memberikan perhatian pada tujuan
untuk
melakukan
penelitian
gement by objectives terhadap work engagement di PT X.
pribadi dan karir individu yang selaras
Tujuan dari penelitian ini adalah
dengan organisasi. Prosedur penetapan
untuk mengetahui efektivitas intervensi
target memungkinkan partisipasi nyata
Management By Objectives terhadap
dari para subordinat dalam penetapan
work
tujuan (Cummings& Worley, 2005). Dari
Latham dan Yukl (1975) menyatakan
uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
bawah
engagement banyak
pada
penelitian
karyawan. membahas
Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016 | 5
Genjadid Utomo, Bagus Riyono, & Sus Budiharto
dampak positif dari goal setting pada karyawan
dalam
organisasi.
Sistem
MBO adalah mengakomodir masukan
by
dari bawahan terkait dengan tujuan
objectives, total quality management,
kelompok yang ditetapkan. Selanjutnya,
dan continous improvement initiatives,
dari tujuan kelompok tersebut karyawan
menetapkan goal setting sebagai faktor
menetapkan
penentu keberhasilan. Management by
menunjang tercapainya tujuan kelompok
objectives merupakan salah satu metoda
tersebut. Dari uraian tersebut dapat
yang dapat digunakan organisasi untuk
disimpulkan bahwa MBO mengakomidir
melakukan goal setting atau menetapkan
masukan dari karyawan terkait dengan
tujuan (Cummings & Worley, 2005).
tujuan-tujuan yang akan dicapai.
manajemen,
seperti
management
Salah satu proses dalam pembuatan
Robinson, Perryman dan Hayday (2004), menyebutkan faktor kunci pendorong
dari
engagement
Tujuan
tujuan
yang
pribadi
ditetapkan
untuk
dalam
MBO memberikan pengetahuan yang
karyawan
jelas kepada karyawan, tentang wewe-
adalah karyawan dapat merasa dihargai
nang apa saja yang dimiliki untuk menye-
dan dilibatkan. Bentuk penghargaan serta
lesaikan tujuan-tujuan yang telah ditetap-
keterlibatan tersebut dipengaruhi oleh
kan dan disepakati bersama. Berbagai
empat faktor, di antaranya adalah karya-
penelitian yang dilakukan peneliti sebe-
wan dilibatkan dalam (1) pengambilan
lumnya menunjukan bahwa goal setting
keputusan, (2) karyawan dapat menyalur-
merupakan faktor antecedent yang me-
kan ide, (3) karyawan dapat mengem-
micu terjadinya work engagement pada
bangkan pekerjaan, (4) organisasi mem-
karyawan. Di antaranya adalah Sheemun,
perhatikan kesehatan dan kesejahteraan
dkk (2013).
karyawan. Management by objectives
Dari pemaparan diatas maka tam-
merupakan metode penetepan tujuan
pak jelas bahwa management by objec-
yang melibatkan karyawan. Sehingga
tives dapat mempengaruhi tingkat work
pengambilan keputusan yang berkenaan
engagement karyawan. Berikut model
dengan
penelitian yang diajukan pada penelitian
pekerjaan
dilakukan
secara
bersama antara atasan dan bawahan (Cummings & Worley, 2005).
6 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016
ini.
Efektivitas Program Management by Objectives pada Tingkat Work Engagement Karyawan
Goal Setting
Work Engagement
MBO
Gambar 5. Model Penelitian Dari pemaparan diatas, hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah
rangka menyimpulkan perubahan yang disebabkan perlakuan.
work
Rancangan penelitian yang diguna-
engagement setelah dilakukan perlakuan
kan dalam penelelitian ini adalah the one
management by objectives.
group pre test- post teset design yaitu
Terdapat
perbedaan
tingkat
sebuah METODE PENELITIAN
rancangan
yang
digunakan
dengan cara memberikan perlakuan pada jangka waktu tertentu serta mengukurnya
Rancangan Penelitian
dengan
tes
sebelum
(pre-test)
dan
ini
sesudah (post test) perlakukan dilakukan.
Menurut
Pada paradigma ini terdapat pre test
Cook dan Cambell (1979) eksperimen
sebelum diberi perlakuan sehingga hasil
terdiri atas minimal satu perlakuan,
perlakuan dapat diketahui lebih akurat,
ukuran dampak, unit penugasan dan
karena dapat membandingkan dengan
pembanding
keadaan
Rancangan menggunakan
pada
penelitian
eksperimen.
yang
digunakan
untuk
mengambil kesimpulan adanya peru-
sebelum
diberi
perlakuan
(Cambell & Cook, 1979).
bahan dan untuk mengatribusikan peru-
Rancangan ini dipilih karena pada
bahan itu kepada perlakuan sehingga
penelitian ini hanya menggunakan satu
Stouffer dan Campbell (Campbell &
kelompok yang akan diberikan per-
Cook, 1979) merumuskan eksperimen
lakuan. Prates dilakukan untuk menge-
kuasi (quasiexperiment) sebagai eksperi-
tahui
men yang memiliki perlakuan, peng-
sebelum diberikan perlakuan atau inter-
ukuran dampak, unit eksperimen, namun
vensi. Pascates digunakan untuk melihat
tidak
acak
kembali perubahan yang mungkin terjadi
untuk menciptakan pembandingan dalam
pada tingkat work engagement karyawan
menggunakan
penugasan
tingkat
engagement
karyawan
setelah mengikuti program management
Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016 | 7
Genjadid Utomo, Bagus Riyono, & Sus Budiharto
by objectives. Jadi dalam desain ini
Skala yang pertama berbentuk booklet
dilakukan 2 kali pengukuran yaitu peng-
sedangkan skala yang kedua berbentuk
ukuran di awal (pretest) sebelum adanya
lembaran dengan ukuran huruf yang
perlakuan dan setelah itu dilakukan
lebih besar. Skala-skala tersebut dibuat
pengukuran kembali (posttest). Perubah-
sebagai opsi bagi perusahaan untuk
an dapat diukur dengan membandingkan
menggunakan format skala yang efektif
perbedaan dalam sebuah fenomena atau
dan disukai.
variebel sebelum dan sesudah diberikan
Uji coba dilakukan untuk mengeta-
perlakuan. Pada penelitian ini, yang ingin
hui validitas dan reabilitas dari alat ukur,
dilihat adalah dampak dari intervensi
agar alat ukur tersebut sesuai dengan
Management By Objectives terhadap
standar statistik yang berlaku. Uji coba
Work Engagement Karyawan PT. X.
dilakukan dengan 60 orang karyawan PT. X dan PT. XY yang memiliki karakteristik
Subjek Penelitian
yang sama dengan PT. X.
Populasi dan sampel pada pene-
Sebelum dilakukannya uji coba alat
litian ini adalah seluruh karyawan di PT.
ukur, peneliti melakukan validitas isi
X yang berjumlah 13 orang. Teknik
melalui professional judgement. Menurut
pengambilan sampel yang digunakan
Azwar (1997) validitas isi merupakan
dalam penelitian ini yaitu purposive
validitas yang diestimasi lewat pengujian
sampling. Teknik tersebut dipilih karena
terhadap isi tes dengan analisis rasional
dianggap memiliki informasi yang dibu-
atau
tuhkan dalam penelitian (Kumar, 1996).
Penggunaan validitas isi dikarenakan
Penelitian ini dilakukan di kantor PT. X
skala yang sudah di adaptasi serta sudah
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
banyak digunakan peneliti lainnya.
lewat
professional
judgement.
Uji coba alat ukur di PT. XY Metode Pengambilan Data
dilakukan pada hari jumat tanggal 2
Alat ukur yang digunakan pada
Oktober
2015.
Kondisi
operasional
penelitian ini adalah kuesioner work
perusahaan yang cukup tinggi, sehingga
engagement. Kuisioner tersebut diadap-
tidak memungkin bagi peneliti untuk
tasi dari kuesioner yang dikembangkan
mendapatkan kembali data pada hari
oleh
(2004).
yang sama. Lembar uji coba skala
Kuesioner ini terdiri dari 17 aitem.
dikembalikan pada hari senin, tanggal 5
Schaufeli
dan
Bakker
Peneliti membuat dua buah bentuk skala.
8 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016
Efektivitas Program Management by Objectives pada Tingkat Work Engagement Karyawan
Oktober 2015, dengan jumlah skala 52
0,70, sedangkan jika nilai > 0,80 maka
dari 60 skala yang dibagikan.
nilai
Berdasarkan hasil try out peneliti
tersebut
(Sekaran,
dapat
2006).
dikatakan
Pada
skala
baik work
melakukan seleksi aitem. Menurut Azwar
engagement alpha yang dimiliki adalah
(1999) parameter yang paling penting
0,915 pada saat putaran pertama. Namun
adalah daya beda atau daya diskriminasi
setelah dilakukan seleksi pada aitem
aitem yang merupakan indikator kese-
nomor 06, koefisien alphanya adalah
larasan atau konsistensi antara fungsi
0,928 yang memiliki arti 0,928>0,80
aitem
sehingga skala work engagement dapat
dengan
fungsi
skala
secara
keseluruhan. Pengujian daya diskriminasi
dikatakan reliabel.
aitem menghendai dilakukannya komputeasi koefisien korelasi antara distibusi
Intervensi Penelitian
skor aitem dengan suatu kriteria yang
Perlakuan
dalam penelitian
Management
By
ini
Objectives.
relevan, yaitu distribusi skor skala itu
adalah
sendiri. Komputasi ini akan menghasilkan
Menurut Cummings dan Worley (2005),
koefisien korelasi aitem total (rix) dengan
management by objective adalah teknik
kriteria pemilihan minimal 0,30 dapat
khusus yang dilakukan organisasi untuk
dianggap memuaskan (Azwar, 1999).
menetapkan tujuan, Hal tersebut dilaku-
Berdasarkan analisis statistik yang dilaku-
kan untuk menyelaraskan tujuan Individu
kan dengan menggunakan bantuan dari
dan Organisasi. Secara umum proses
sosical
MBO dilakukan selama 2 hari. Hari
scientific) 16.0 for windows didapatkan
pertama berjumlah 3 jam 50 menit.
aitem dengan indeks daya beda aitem
Sementara pada hari kedua 5 jam 30
dibawah 0,30. Adapun item yang gugur
menit. Selanjutnya adalah proses review
tersebut adalah aitem dengan nomor 06
dan recycle yang berjumlah 4 kali per-
dengan nilai koefisien -0.033.
temuan, dengan durasi 2 jam setiap kali
SPSS
(statistic
program
for
Setelah dilakukan seleksi aitem,
pertemuan. Perlakuan pada penelitian ini
peneliti meninjau kembali besaran reabi-
dilakukan dengan tahap sebagai berikut
litas dari skala yang digunakan. Realibitas
(a) Persiapan Dokumen, (b) Keterlibatan
adalah tingkat kepercayaan hasil suatu
Kelompok Kerja, (c) Penetapan Sasaran,
pengukuran (Azwar, 2008). Suatu kon-
(d) Pembuatan Rencana Kerja, (e) Review
struk atau variabel dikatakan reliabel jika
& Recycle
memberikan nilai Cronbach Alpha >
Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016 | 9
Genjadid Utomo, Bagus Riyono, & Sus Budiharto
Teknik Analisis Data
by objectives dapat disimpulkan bahwa untuk
terdapat peningkatan pada mean work
mengumpulkan data pada penelitian ini
engagement karyawan PT. X sebelum
adalah
skala
dan sesudah dilakukannya intervensi
UWES, wawancara dan observasi. Se-
management by objectives. Sebelum
dangkan analisis data pada penelitian ini
dilakukannya program MBO mean work
menggunakan metode Wilcoxon Signed-
engagement karyawan PT. X sebesar 56,2
Ranks Test digunakan untuk melihat apa-
sementara pasca penelitian mean work
kah ada perbedaan skor work engage-
engagement
ment sebelum dan sesudah diberikan
Sementara itu perolehan rerata pada saat
program management by objectives.
follow up adalah 59,4. Namun pada saat
Metode
yang
kuesioner
digunakan berdasarkan
karyawan
PT.
X
64,4.
follow up responden F dan MSH telah HASIL PENELITIAN
resign pada bulan januari lalu. Sementara itu tingkat kategorisasi
Deskripsi Data Penelitian Berdasarkan
hasil
work engagement sebelum dilakukannya analisis
data
tingkat work engagement sebelum dan
intervensi, sesudah intervensi dan follow up tersaji dalam tabel berikut.
sesudah dilakukan program management Tabel 1. Kategori Work Engagement Kategorisasi Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah
Rentang Hasil Jumlah Prates X > 64 4 32 ≤ X ≤ 64 8 X < 32 0 Pascates X > 64 8 32 ≤ X ≤ 64 4 X < 32 0 Follow Up X > 64 8 32 ≤ X ≤ 64 4 X < 32 0
10 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016
Persentase 33,3 % 66,7 % 0% 66,7% 33,3% 0% 66,7% 33,3% 0%
Efektivitas Program Management by Objectives pada Tingkat Work Engagement Karyawan
Berdasarkan data tersebut diketahui sebelum dilakukannya program MBO
sisanya berada dalam kategori tinggi dengan persentase 66,7%.
keadaan engagement karyawan yang berada dalam kategori sedang sebanyak
Hasil Analisis Data
66,7 % dan yang berada pada kategori
Berikut hasil analisis data yang
tinggi sebanyak 33,3%. Pasca dilakukan-
dilakukan dari sebelum dan sesudah
nya program MBO jumlah yang berada
dilakukannya. Teknik analisis data yang
dalam
digunakan
kategori
sedang
mengalami
penurunan yaitu sebanyak 33,3% dan
program
untuk yang
melihat
efektiftas
dijalankan
adalah
wilcoxon signed-ranks test. Tabel 2. Hasil Analisa Wilcoxon Signed-Ranks Test. Variabel Work engagement
Rerata Prates
Rerata Pascates
Z
P
56,2
67,38
-2.135
0,03
Berdasarkan uji analisis wilcoxon
engagement di PT. X. Sementara itu
signed-ranks test, signifikansi yang diper-
sebesar 68,67% lainnya dipengaruhi oleh
oleh sebesar 0,03< 0,05 (los=5 %) me-
faktor diluar variabel bebas.
nunjukan bahwa terdapat perbedaan tingkat work engagemet karyawan PT X
PEMBAHASAN
sebelum dan setelah dilakukannya program MBO. Dari hasil tersebut dapat
Menurut
Schaufeli
dan
Bakker
disimpulkan bahwa hipotesis yang diaju-
(2004), karakteristik utama karyawan
kan dalam penelitian dapat diterima.
yang engage adalah vigor, dedication
Sementara itu sumbangan efektif
dan absorption. Vigor adalah adalah level
(effect size) pada penelitian ini sebesar
energi dan resiliensi yang tinggi, adanya
31,33%. Hal ini menunjukan bahwa pro-
kemauan untuk investasi tenaga, persis-
gram intervensi management by objec-
tensi dan tidak mudah lelah. Dedication
tives memberikan sumbangan efektif
adalah keterlibatan yang kuat ditandai
sebesar 31,33% dalam peningkatan work
dengan antusiasme, rasa bangga dan
Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016 | 11
Genjadid Utomo, Bagus Riyono, & Sus Budiharto
inspirasi. Absorption adalah keadaan
Medlin dan Green (2009 melaku-
terjun total (total immersion) karyawan
kan penelitian pada karyawan bisnis re-
yang
cepatnya
tail, real estate dan pegawai pemerintah-
waktu berlalu dan sulitnya memisahkan
an dengan jumlah responden sebanyak
seseorang
426 orang. Penelitian lainnya dilakukan
diindikasikan dari
dengan
pekerjaannya
(Saks,
2006).
oleh Sheemun dkk (2013) yang menemu-
Program management by objectives
kan bahwa variabel yang dapat menjadi
dalam
antesendent bagi tingkat engagement
membuat dan menetapkan tujuan (goal
karyawan adalah goalsetting, otonomi
setting). Program management by objec-
dan rule benefit. Penelitian yang dilaku-
tives yang dijalankan berdampak pada
kan pada 204 responden tersebut menun-
meningkatnya engagement para karya-
jukan peran goal setting secara positif
wan di PT. X Ice cream. Hal tersebut
berhubungan dengan engagament.
memfasilitasi
karyawan
sejalan dengan temuan Medlin dan
Perbedaan mendasar penelitian ini
Green (2009) dalam studi pada enga-
dengan kedua penelitian diatas terletak
gement
penetapan
pada perlakuan yang dilakukan berupa
tujuan yang efektif adalah pendorong
management by objectives yang mem-
kinerja individu.
fasilitasi goal setting. Perbedaan lainnya
karyawan
bahwa
Pada penelitian tersebut Medlin
terletak pada metode dan demografi
dan Green (2009) menjadikan goal
subjek penelitian. Seperti yang dikemu-
setting sebagai antesenden dari mening-
kakan
katnya engagement karyawan dalam be-
(2005) bahwa management by objectives
kerja, selanjutnya engagement karyawan
merupakan salah satu metode dalam
mempengaruhi workplace optimism dan
menetapkan goal setting dengan ciri
pada akhirnya mempengaruhi kinerja
partisipasi dari karyawan.
oleh
Cummings
dan
Worley
individu. Temuan Medlin dan Green
Sumbangan efektif dari program
(2009) menunjukan bahwa keseluruhan
management by objectives ini pada
hipotesis yang diajukan diterima, terma-
peningkatan work engagement adalah
suk goal setting yang secara positif ber-
sebesar 31,33 %. Sementara 68,67 %
hubungan dengan tingkat engagement
lainnya dipengaruhi oleh faktor diluar
karyawan.
program
MBO.
Meningkatnya
work
engagement yang terjadi pada karyawan
12 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016
Efektivitas Program Management by Objectives pada Tingkat Work Engagement Karyawan
PT.
X
dapat
ditinjau
melalui
teori
menetapkan
tujuannya
sendiri
yang
pertukaran sosial. Menurut Saks (2006)
relevan dan juga memilih pendekatan
teori
dalam menyelesaikan tujuan yang telah
pertukaran
sosial
merupakan dalam
dibuat. Management by objectives yang
menjelaskan proses engagement yang
dibuat para karyawan dan disetujui
terjadi pada seorang karyawan. Teori
membantu memberikan gambaran kepa-
tersebut
rasa
da karyawan terkait dengan tujuan yang
tanggungjawab dihasilkan melalui se-
dicapai dari pekerjaan-pekerjaan yang
rangkaian interaksi timbal balik antara
dilakukan.
landasan
berfikir
yang
menjelaskan
kuat
bahwa
pihak-pihak yang memiliki kepentingan.
Cropanzano dan Mitchell (2005)
Sebuah prinsip dasar pertukaran sosial
menyatakan bahwa ketika individu me-
adalah bahwa hubungan berkembang
nerima dukungan dari organisasi, mereka
dari waktu ke waktu menjadi percaya,
merasa berkewajiban untuk merespon
setia, dan saling komitmen selama semua
dalam bentuk kontribusi pada organisasi.
pihak
pertukaran
Salah satu cara bagi individu untuk
tertentu (Cropanzano & Mictchell, 2005).
berkontribusi bagi organisasi mereka
Aturan pertukaran biasanya bersifat
adalah melalui keterlibatan yang menda-
timbal balik sehingga tindakan salah satu
lam atau engagement. Artinya, karyawan
pihak menyebabkan respon atau tin-
akan memilih untuk melibatkan diri pada
dakan oleh pihak lain. Hal ini konsisten
tingkat yang tinggi dalam menanggapi
dengan yang dikemukakan Robinson,
sumber daya dan dukungan yang mereka
Perryman dan Hayday (2004) dengan
terima dari organisasi yang dalam hal ini
mematuhi
aturan
mendeskripsikan
engagement
sebagai
dilakukan melalui program management
hubungan
arah
pemilik
by objectives. Para karyawan membawa
dua
antara
perusahaan dan karyawan. Management
diri
by objectives memfasilitasi peserta dalam
pekerjaan dan mencurahkan tenaga yang
mengemukakan pendapatnya, menetap-
lebih besar dari sumber daya kognitif,
kan tujuan pribadi yang relevan dengan
emosional, dan fisik. Keseluruhan hal
tujuan
sehingga
yang dilakukan tersebut adalah cara yang
komitmen individu terhadap tujuan yang
sangat mendalam bagi individu untuk
ditetapkan meningkat. Para karyawan
menanggapi tindakan organisasi (Cropan-
tersebut
zano & Mictchell, 2005).
yang
lebih
diberikan
besar
wewenang
untuk
lebih
penuh
ke
dalam
peran
Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016 | 13
Genjadid Utomo, Bagus Riyono, & Sus Budiharto
Program management by objec-
nal dan eksternal organisasi melalui ana-
tives yang dijalankan juga sekaligus
lisis SWOT. Data-data yang dihimpun
membantu setiap individu dalam mema-
dari analisis tersebut mencakup kekuat-
hami arah organisasi secara menyeluruh.
an, kelemahan, peluang, ancaman dari
Seperti yang diketahui, visi dan misi yang
keadaan internal perusahaan dan juga
ada dianggap para karyawan masih
eksternal.
terlalu bersifat global. Belum mampu
pihak-pihak
diterjemahkan
memetakan serta membuat tujuan yang
terutama
bagi
para
karyawan level operator. Hal ini seperti yang
dikemukakan
yang
data-data berwenang
tersebut dapat
relevan.
Carrol
Pembahasan mengenai hasil dari
(1990) manfaat program MBO salah
SWOT yang dihimpun memakan waktu
satunya adalah membuat setiap individu
yang lebih lama dari rencana waktu yang
lebih mengetahui sasaran organisasi. Hal
ditetapkan. Pembahasan tersebut dilaksa-
tersebut mendorong meningkatnya enga-
nakan pada pertemuan pertama setalah
gement karyawan di PT. X seperti yang
pembentukan kelompok kerja dilakukan.
dikemukakan Taran dkk, (2009) enga-
Setiap koordinator dari masing-masing
gement terjadi ketika karyawan menge-
divisi memiliki argumentasi serta per-
tahui apa yang diharapkan, mendapatkan
spektif yang sama terkait dengan per-
sumber
menyelesaikan
masalahan yang terjadi dalam organisasi.
pekerjaan, memiliki kesempatan untuk
Sikap aktif yang ditunjukan oleh para
berpartisipasi terhadap pengembangan
koordinator divisi menunjukan bahwa
serta mendapatkan umpan balik, dan
masing-masing individu memiliki kepe-
merasa bahwa kontribusi yang diberikan
dulian serta antusias dalam membuat
terhadap organisasi dapat diterima atau
perubahan
diapresiasi.
menyeluruh.
daya
Tosi dan
Melalui
untuk
dalam
organisasi
secara
Efektivitas program management
Pemaparan hasil SWOT tersebut
by objectives yang dilakukan sangat
menjadi acuan bagi manager terutama
bergantung dari penetapan tujuan yang
dalam membuat objectives organisasi
relevan dan pemilihan strategi yang jelas
secara menyeluruh. Ketepatan objectives
(Cummings & Worley, 2005). Program
yang dibuat sangat bergantung dari
management by objectives yang dilaku-
kemampuan setiap individu terutama
kan mencakup pemetaan keadaan inter-
pada bagian top management dalam
14 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016
Efektivitas Program Management by Objectives pada Tingkat Work Engagement Karyawan
memetakan keadaan internal maupun
menyatakan bahwa karyawan yang enga-
eksternal perusahaan. Pada level mana-
ged, menunjukkan perilaku seperti me-
jemen objectives dapat dengan mudah di
ngemukakan ide-ide baru dalam peker-
terjemahkan dan dipahami. Para koor-
jaannya,
dinator yang ada dalam organisasi tanpa
pekerjaannya, berinisitif, aktif mengem-
kesulitan membuat goal bagi masing-
bangkan diri, orang lain maupun peru-
masing divisi, sehingga secara umum,
sahaan,
keseluruhan objectives yang diusulkan
tujuan
kepada
dan
mengatasi hambatan dan tetap fokus
dijadikan sebagai objectives bagi masing-
pada tugas-tugasnya, komitmen terhadap
masing divisi. Namun demikian, berbeda
perusahaan.
atasan
dapat
diterima
halnya dengan para subordinat, mereka
bersikap
secara dan
Sumber
antusias
konsisten
melampaui
harapan yang
daya
terhadap
yang
diemban,
diberikan
memiliki hambatan hambatan dalam
organisasi kepada karyawan berbagai
membuat dan menetapkan tujuan. Menu-
macam bentuknya, di antaranya adalah
rut para pendukung fasilitator hambatan
jobresource
mereka dalam membuat dan mengisi
balik hasil kinerja karyawan, kesempatan
form MBO adalah kemampuan dalam
belajar dan mengembangkan diri. Job
membuat redaksi, serta membuat tujuan
resource memegang peranan penting
yang
SMART
(specific,
measureable,
attanaible, relevant &time bond). Pada pembuatan objectives tersebut disepakati juga langkah-langkah serta cara-cara yang dapat digunakan, sehingga
untuk
seperti
otonomi,
membangkitkan
umpan
motivasi
baik
ekstrinsik sebagai alat untuk mencapai goals atau tujuan dapat tercapai (Bakker, Schaufeli, Leiter, Taris, 2008). Faktor-faktor
yang
termasuk
di
karyawan mendapatkan otonomi tersen-
dalam job resource di antaranya adalah
diri dalam menyelesaikan masalahnya.
otonomi (autonomy), dukungan sosial
Program management by objectives yang
(social support) dan bimbingan atasan
dijalankan secara umum mendapatkan
(supervisory coaching) serta kesempatan
tanggapan positif dari semua pihak serta
bagi perkembangan profesional (oppor-
menstimulasi sikap aktif dan terlibat
tunities for professional development)
secara mendalam dari semua rangkaian
(Xanthoupoulou dkk, 2007). Keseluruhan
proses yang dilaksanakan. Hal ini sejalan
faktor-faktor yang terdapat dalam job
dengan temuan Marciano (2010) yang
resource tersebut secara umum terling-
Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016 | 15
Genjadid Utomo, Bagus Riyono, & Sus Budiharto
kup dalam program management by
tersebut jatuh pada saat akan dipindah-
objectives. Seperti yang dijelaskan sebe-
kan.
lumnya, program management by objecSIMPULAN DAN SARAN
tives yang dibuat, memberikan otonomi kepada para peserta berupa keterlibatan dalam pembuatan tujuan pribadi. Para
Simpulan
karyawan yang menyusun tujuan pun di-
Berdasarkan penelitian yang serta
berikan kewenangan untuk mengajukan
analisis terhadap data yang dilakukan,
strategi penuntasan. Sementara dukungan
dapat disimpulkan bahwa hipotesis kerja
sosial yang diberikan berupa persetujuan
yang diajukan diterima, yakni terdapat
antara
perbedaan
karyawan
yang
bersangkutan
tingkat
work
engagement
dengan atasan terhadap rencana program
sebelum
yang diajukan. Selain itu, karyawan juga
program management by objectives pada
mendapatkan umpan balik secara berkala
PT. X. Tingkat work engagement pada
dalam rangka meng-evaluasi tujuan yang
PT. X meningkat pasca dilakukannya
telah ditetapkan, dan hal-hal apa saja
program management by objectives.
dan
sesudah
dilakukannya
yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah dibuat dengan efektif. Dari analisis yang dilakukan pada setiap
individu,
terdapat
perbedaan
Saran Adapun saran yang dapat diberikan pada penelitian ini yaitu, 1) program
dengan arah yang negatif pada salah satu
MBO yang
karyawan.
menunjukan
peneliti selanjutnya, harus dikonsepkan
penurunan engagement pada karyawan
secara matang dan mendapatkan dukung-
tersebut pasca dilakukannya program
an dari seluruh elemen dalam organisasi.
management by objectives. Dari wawan-
2) Memperkaya materi sosialisasi dengan
cara yang dilakukan terhadap pihak
permainan atau simulasi dan menambah
management diketahui bahwa mana-
waktu sosialisasi sehingga memudahkan
gement
gaji
peserta dalam memahami program yang
dikarenakan
akan dijalan-kan. Hal ini perlu dilakukan
kelalaian dalam bekerja, sehingga mesin
karena sebagian responden menyarankan
produksi yang diangkut oleh karyawan
untuk menambah waktu role play cara
pada
Hal
tersebut
melakukan
karyawan
pemotongan
tersebut
akan dilaksanakan
oleh
melakukan wawancara partisipasi agar
16 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016
Efektivitas Program Management by Objectives pada Tingkat Work Engagement Karyawan
kemampuan mereka dalam menggali tujuan
dan
strategi
dari
subordinat
meningkat. 3) Menambah jumlah fasilitator yang menunjang terlaksananya program
MBO.
Hal
ini
diperlukan
terutama saat pengisian form MBO agar tujuan yang dibuat memenuhi konsep SMART (specific, measureable, attain-
Engaged employees inflourishing organizations. Journal of Organizational Behavior, 29, 147-154. Campbell, D. T & Cook, D.T. (1979). Quasi-Experimentation, design and analysis issues for field setting. Boston: Hougton Mifflin Company.
able, result oriented, time bond). 4) Menambah jumlah waktu pemetaan dan
Clifton, J K. (2008). Engaging your
review keadaan organisasi dari data
employees: Six keys to understanding the new workplace. 2002 SHRM Foundation Thought Leaders Remarks. Society for Human Resource Management
SWOT yang disebarkan sehingga tujuan yang
lebih
besar
relevan
dengan
sumberdaya organisasi serta keadaan bisnis yang berkembang. 5). Menggunakan kelompok kontrol untuk melihat efektivitas
program
management
by
objectives yang di rancang dengan ketat, serta mencoba mengaplikasikannya pada berbagai jenis industri dari berbagai jenis usaha di semua tingkatan. DAFTAR PUSTAKA Bakker, A.B, Schaufeli, W.B, Leiter, N.P,& Taris, T.W, (2008). Work engagement: An emerging concept in occupational health psychology.
Journal
Work
&
Stress. 22 (3). 187-200 Bakker, A.B. & Schaufeli, W.B. (2008). Positive organizational behavior:
Cummings, T.G. & Worley, C.G. (2005). Organization development and Change. 6th Ed. South-Western: College Publishing Cropanzano& Mitchell, M.S. (2005), “Social exchange theory: an interdisciplinary review”, Journal of Management, 31, 874-900. Herway, J. & Dvorak, N. (2014). What's More Important: Talent or Engagement?.A study with retailer ANN INC. seeks to find the essential ingredients to highperforming employees.
managers and http://www.gallup.
com/businessjournal/167708/impor
Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016 | 17
Genjadid Utomo, Bagus Riyono, & Sus Budiharto
Di
tional Journal of Business and Management, 5 (12).
(1991), The Dilemma of the Informal Sector. Report of the Director General, Part I, the 78th
Medlin, B., & Green Jr, K. W. (2008). The Relationship Among Goal Setting, Optimism, And Engagement: The Impact On Employee Performance. Allied Academies International Conference, Vol. 13 No. 1. 51-56.
tant-talent-engagement.aspx. unduh tanggal 15 Mei 2015 ILO,
Session of the International Labour Conference, Geneva. Kumar, R. (1996). Research methodology : a step-by-step guide for beginners. California : Sage Publication Inc. Latham, G.P.& Yukl, G.A. (1975). “A review of research on the application of goal setting in organizations”, Academy of Management Journal, 60 (4). Lunenburg, F., C. (2011). Goal-Setting Theory of Motivation. international journal of management, business, and administration. 15 (1). Marciano, P. L. (2010). Carrots and sticks don’t work: build a culture of employee engagement with the principles of RESPECT. USA: McGraw Hill. Markos, S & Sandhya, M. S. (2010), Employee Engagement: The Key to Improving Performance, Interna-
Medlin, B., & Green Jr, K. W. (2009). Enhancing performance through goal setting, engagement and optimism. Journal of Industrial Management &Data Systems, 109 (7), 943–956. Myers, D.G. (2000). The funds, friends and faith of happy people. American Psychologist, 55,5667. Olivier AL, Rothmann S. (2007). Antecedents of work engagement in a multinational oil company. South African Journal of Industrial Psychology, 33, 49–56. Perrin,
T. (2003). Working Understanding What
Today: Drives
Employee Engagement The 2003 Towers Perrin Talent Report U.S Report. [Online] Available: http://www.towersperrin.com/tp/g etwebcachedoc? Webc = HRS
18 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016
Efektivitas Program Management by Objectives pada Tingkat Work Engagement Karyawan
/USA/2003/200309/Talent_2003. pdf (October 30, 2008) Rafferty, A., & Simons, R.H (2006). An examination of the antecendent of readiness for fine-tuning and corporate transformation changes. Journal of Business and Psychology, 20 (3), 325-3250; Robinson D., Perryman S., & Hayday S. (2004). The Drivers of Employee Engagement Report 408, Institute for Employment Studies, UK Rothbard, N.P. (2001), “Enriching or depleting? The dynamics of engagement in work and family roles”, Administrative Science Quarterly, 46 (3), 655-84.
and Development Director Urban and Regional Development Institute (URDI) http://www.urdi.org/urdi/bulletin/ volume- 12a.php. Di unduh tanggal 20 Juli 2015. Schaufeli, W.B., Bakker, A.B. (2003). UWES - Utrecht Work Engagement Scale: Test Mamual.Tidak Diterbitkan. Department of Psycho-logy. Urecht University. Schaufeli, W.B. & Bakker, A.B. (2004). Job demands, job resources, and their relationship with burnout and engagement: A multi-sample study. Journal of Organizational Behavior, 25 (7), 293–315. Sheemun, Y., dkk (2013) Employee
Rothmann, S., & Storm, K. (2003). Work engagement in the South African Police Service. Paper presented at the 11th European Congress of Work and Organizational Psychology, Lisbon, Portugal. Saks, A.M. (2006). Antecedents and Consequences of Employee Engagement. Journal of Managerial Psychology, 21(7), 601-602. Sarosa, W. (2000), “Menyoroti Sektor Informal
Perkotaan,”
Research
Engagement: A Study from the Private Sector in Malaysia. Human Resource Management Research. 3(1): 43-48. http://article.sapub.org/10.5923.j.hr mr.20130301.09.html#Ref . Di unduh tanggal : 14 Juni 2015. Taran, L.C., Shuck, M.B., Gutierrez, C.C., & Baralt, S. (2009). The role of leadership style in employee engagement. In M.S. Plakhotnik, S.M. Nielsen, & D.M Pane (Eds.), Proceedings of the eight annual
Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016 | 19
Genjadid Utomo, Bagus Riyono, & Sus Budiharto
college of education research conference (pp.15-20). Miami: Florida International University. Tosi, H.L & Carrol, S.J (1990) Managing Organizational Behavior. (2nd Edition). New York Collings Publishers.
:
Harper
20 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016
Xanthoupoulou, D., Bakker, A.B., Demerouti, E. & Schaufeli, W.B. (2007). The role of personal resources in the job demandsresources model. International Journal of Stress Management, 14, 121-141.