TERUNG TINJAUAN LANGSUNG KEBEBERAPA PASAR DI KOTA BOGOR
Oleh : LIANA DWI SRI HASTUTI NIP. 132240334
PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2007 Liana Dwi Sri Hastuti : Terung – Tinjauan Langsung ke Beberapa Pasar di Kota Bogor, 2007
USU Repository © 2007
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT karena berkat rahmat dan hidayahNYA penulis dapat menyelesaikan tulisan ini. Tulisan ini semula merupakan tugas matakuliah Klasifikasi Tanaman Budidaya yang diberikan pada waktu penulis melaksanakan pendidiksn program pasca sarjana pada sub-program Taksonomi Departemen Biologi Institut Pertanian Bogor. Tulisan ini memuat penelitian sederhana yang penulis langsung lakukan dengan meninjau langsung ke beberapa pasar tradisional dan pasar swalayan di kota Bogor. Adapun tujuannya adalah untuk memperoleh suatu masukan apakah klasifikasi terhadap Tanaman Budi Daya yang di lakukan oleh Balai Penelitian Tanaman Hortikultura sudah di sosialisasikan ke masyarakat umum sebagai pengguna serta kepada para Petani atau Pedagang sayuran dan buahan. Hal ini dirasa perlu karena begitu banyaknya kultivar-kultivar terung yang di hasilkan dan sudah dibudi-dayakan dengan ciri dan manfaat yang berbeda. Sehimgga masyarakat sebagai pengguna dari segi kulitas dan kemanfaatannya tidak merasa dirugikan sedang petani dan pedagang sebagi produsen secara materi juga tidak dirugikan. Demikianlah akhir kata penulis sangat berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi pihak tertentu yang tertarik untuk melakukan penelitian yang sama terhadap tanaman terung di kota Medan serta pihak-pihak lain yang membutuhkan tulisan ini sebagai bahan referensinya.
Medan, 09 April 2007
Penulis
Liana Dwi Sri Hastuti : Terung – Tinjauan Langsung ke Beberapa Pasar di Kota Bogor, 2007
USU Repository © 2007
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………
i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………...
ii
PENDAHULUAN …………………………………………………………..
1
Asal-Usul terung dan Manfaatnya ……………………………………………
1
Macam-Macam Varietas Terung ……………………………………………..
2
PERMASALAHAN ………………………………………………………….
5
KESIMPULAN ………………………………………………………………
7
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………
8
Liana Dwi Sri Hastuti : Terung – Tinjauan Langsung ke Beberapa Pasar di Kota Bogor, 2007
USU Repository © 2007
PENDAHULUAN
Terung merupakan sejenis tumbuhan yang dikenal sebagai sayur-sayuran dan di tanam untuk dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Terung dikenal dengan nama ilmiah Solanum melongena L. adalah merupakan tanaman asli daerah tropis yang cukup dikenal di Indonesia. Sebagai salah satu sayuran pribumi, buah terung hampir selalu ditemukan di pasar tani atau pasar tradisional dengan harga yang relatif murah. Akhir-akhir ini bisnis terung masih memberikan peluang pasar yang cukup baik terutama untuk memenuhi permintaan pasar dalam negeri. Beberapa varietas terung lokal contohnya “terung ungu” belakangan ini telah berhasil menembus pasaran luar negeri. Namun perlu diakui belum adanya standardisasi mutu sesuai tuntutan masa kini serta masuknya terung hibrida introduksi dari Jepang dan Thailand ke pasaran dalam negeri menyebabkan harga ratarata terung varietas lokal masih berada di bawah potensi tanaman itu sendiri.
Asal-Usul Terung dan Manfaatnya Terung diduga berasal dari benua Asia, terutama India dan Birma. Kapan tanaman ini mulai dibudidayakan oleh manusia belum diketemukan keterangan ataupun data yang pasti. Beberapa petunjuk menyatakan bahwa tanaman terung banyak tumbuh di Cina. Dari daerah ini kemudian dibawa ke Spanyol, dan disebarluaskan ke negara-negara lain di Eropah, Afrika, Amerika Selatan, Malaysia dan Indonesia . Terung atau Terong (Jawa), torung (Batak), cuang, taung (Bali) atau nasubi (Jepang) termasuk salah satu sayuran buah yang banyak digemari berbagai kalangan di seluruh pelosok tanah air. Buah terung yang merupakan hasil panen utama tanaman ini memiliki citarasa yang enak, bernilai gizi diantaranya vitamin A, B1, B2, C, P dan Fosfor (Trubus, 1998). Selain itu terung memiliki harga yang relatif murah (Rp. 3000 - Rp. 3500/kg terung ungu) sehingga dapat terjangkau oleh masyarakat lapisan bawah. Jadi tidak mengherankan jika berbagai
masakan rumah tangga Indonesia bahkan rumah
makan besar menggunakan terung sebagai salah satu menunya. Umumnya terung dikonsumsi dengan cara dimasak hingga menjadi sayur contohnya sayur lodeh, sayur asem, opor, gulai dan balado terung. Namun beberapa jenis Liana Dwi Sri Hastuti : Terung – Tinjauan Langsung ke Beberapa Pasar di Kota Bogor, 2007
USU Repository © 2007
terung seperti misalnya terung Gelatik dan terung Bogor dapat dimakan sebagai lalap segar. Selain itu beberapa varietas misalnya terung kopek ungu atau terung kopek putih dapat dijadikan bahan asinan, manisan bahkan rujak. Kegunaan lain dari terung adalah sebagai bahan obat tradisional, antara lain untuk obat gatal-gatal pada kulit, obat sakit gigi, wasir, tekanan darah tinggi, pelancar air seni, serta dipercaya dapat memperlancar proses persalinan jika sering dikonsumsi sebelum masa persalinan.
Bahkan berdasarkan kajian pusat Penelitian
Tanaman
Industri
maupun balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro), bahwa beberapa jenis terung seperti S. khasianum, S. laciniatum dan S. grandiflorum mengandung senyawa alkaloid “solanin” atau solasodin antara 2,0%-3,5%. Senyawa ini digunakan sebagai bahan baku obat steroid untuk kontrasepsi oral Keluarga Berencana (pil KB), sehingga jenis tersebut dinamakan “terung KB”.
Macam-Macam Varietas Terung
Sebagian besar petani menggunakan benih dari hasil seleksinya sendiri, sehingga sering menghasilkan keragaman tanaman dan tipe buah yang sangat berbeda. Oleh karena itu dilahan pertanaman terung bisa terdapat lima tipe buah. Beberapa terung varietas lokal yang dianjurkan untuk sayur adalah terung kopek ungu dan kopek ungu biasa, sedangkan untuk dimakan mentah adalah terung Bogor dan Gelatik . Deskripsi beberapa terung asli Indonesia yang biasa terdapat di pasar-pasar tradisional di kota Bogor adalah :
1. Terung Kopek Ungu Biasa (terung Kopek Putih) Buah berukuran besar dan berbentuk bulat agak memanjang seperti buah advokat atau pir dengan bagian ujung buah bulat tumpul. Buah muda memiliki warna yang barvariasi, ungu muda, kuning susu atau hijau keputih-putihan sedangkan warna buah tua ungu keputihan. Buah muda biasanya dimanfaatkan untuk asinan dan manisan sedangkan buah tua biasanya dijadikan bahan sayur.
Liana Dwi Sri Hastuti : Terung – Tinjauan Langsung ke Beberapa Pasar di Kota Bogor, 2007
USU Repository © 2007
2. Terung Kopek Ungu Buah berbentuk bulat-panjang dan ujungnya meruncing warna buah muda ungu muda, warna buah tua ungu muda dimanfaatkan sebagai sayuran, asinan dan manisan .
3. Terung Bogor (terung Kelapa) Buah masak berbentuk bulat besar, seukuran bola tenis berwarna putih atau hijau keputih-putihan, rasanya renyah, manis dan sedikit getir. Biasa di makan dengan cara dilalap segar.
4. Terung Gelatik (Terung Lalap) Buah masak berbentuk bulat kecil seukuran bola ping-pong, warna kulit buahnya ungu atau putih keunguan, cita rasanya renyah dan manis tetapi tidak getir seperti terung Bogor.
5. Terung Telunjuk Berbentuk bulat panjang berwarna hijau keseluruhan atau bebercak putih diameter lebih kurang 1-1,5 cm panjang lebih kurang 10-15 cm. Tetapi sepanjang pengamatan penulis tidak semua pasar tradisional menyediakan terung jenis ini, sesekali dapat dijumpai di pasar swalayan.
Namun pada saat ini telah ada perusahaan yang khusus memproduksi benih dengan kualitas yang baik. Dan biasanya macam varietas terung tersebut dibedakan berdasarkan bentuk, ukuran dan warna buah yang bervariasi, sebagai contoh :
Liana Dwi Sri Hastuti : Terung – Tinjauan Langsung ke Beberapa Pasar di Kota Bogor, 2007
USU Repository © 2007
No
Varietas
1.
Mustang
2.
Pingtung Long
3. 4. 5. 6.
Extra Long Bride Farmers Long Black Coral
7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
Black King Black Enorma Black Bumper Shoya Long Money Maker no.2 Black Dragon Millionaire Black Shine Vista No.29 Early Bird Short Tom Long Tom Kurume Long Dusky Black Bell Blacknite Easter Egg Epic Ichiban PS
Asal perusahaan
East-West Seed Indonesia Known You Seed Taiwan
Hungnong Seed Korea Takii Seed Jepang
Sakata Seed Jepang
Petoseed USA
Bentuk Buah BP
Berat buah (gr) -
Warna kulit buah Ungu
BP
110
Ungu
BP BP BP
110 90 100
Ungu UM UKM
BP BL BL SBP BP BLBL BP BP SBP BL BP BP SBP BP BL BL BL BL BL BL BP
550 650 550 250 100 80 200 220 --
UKH Hitam Hitam Hitam Hitam Hitam Hitam Hitam Hitam UKH UKH UKH Hitam Hitam Hitam UKH UKH Hitam PKK UKH UKH
Keterangan: BP (Bulat Panjang),BL (Bulat), SBP (Semi Bulat Panjang), UM (Ungu Muda), UKM (Ungu Kemerah-merahan), UKH (Ungu Kehitam-hitaman), PKK (Putih Kekuning-kuningan) Samadi (2001).
Liana Dwi Sri Hastuti : Terung – Tinjauan Langsung ke Beberapa Pasar di Kota Bogor, 2007
USU Repository © 2007
PERMASALAHAN
Berdasarkan keterangan beberapa ciri-ciri kultivar yang dijelaskan diatas dapatlah diketahui bahwa banyaknya variasi buah terung sebagian besar hanya terdapat pada variasi bentuk, ukuran maupun warna kulitnya. Dari segi bentuk buah ada yang bulat, bulat panjang dan setengan bulat. Ukuran buahnya antara kecil, sedang sampai besar. Sedangkan warna kulit buah umumnya ungu, hijau keputih-putihan, ungu keputihan, putih keunguan, atau ungu tua. Di pasar para penjual terung biasanya memilah-milah buah terung juga didasarkan pada warna, bentuk dan ukuran buah. Terung sayur ungu bentuk bulat panjang dijadikan satu kelompok, demikian juga terung lalap bentuk bulat hijau dijadikan satu kelompok. Ada pula sebagian penjual yang memisahkan lagi terung ungu yang berukuran besar dengan terung ungu yang berukuran kecil untuk menyesuaikan dengan harga yang akan dimintanya kepada pembeli. Pengelompokan secara ini tidak menjamin mutu rasa, karena pemilahan yang hanya didasarkan pada bentuk, ukuran dan warna kulit buah sangat bersifat general. Sehingga ketajaman variasi kurang jelas tercirikan atau tidak tergambar dengan jelas. Dengan demikian bisa saja
dalam satu kelompok terung ungu ternyata terdiri dari
beberapa kultivar yang berbeda, sehingga pembeli sering mendapatkan bahwa terung yang dibelinya memiliki rasa yang tidak seragam. Hal yang lebih merugikan petani atau pedagang bisa juga terjadi bila pada kelompok terung ungu tersebut terdapat terung ungu dari kultivar Mustang atau kultivar Dadali yang memiliki mutu lebih baik dan harga lebih tinggi dari terung ungu biasa. Berdasarkan pengamatan penulis di pasar swalayan harga terung ungu bisa mencapai Rp. 10 000/kg sedangkan terung ungu asal Jepang dapat mencapai harga Rp. 12 000/kg. Sementara terung kopek ungu biasa harga rata-rata dipasar hanya mencapai Rp. 3000/kg. Hal ini tentu saja dapat merugikan petani maupun penjual dari segi harga, sementara pembeli akan menemukan bahwa terung yang dibelinya bukanlah terung yang diinginkan. Hal yang sama juga terjadi untuk terung bulat hijau yang dikonsumsi sebagai lalap segar, bisa saja dalam satu kelompok terung lalap tersebut ternyata terdiri dari sedikitnya dua varietas yang berbeda misalnya terung Bogor dan terung Gelatik yang Liana Dwi Sri Hastuti : Terung – Tinjauan Langsung ke Beberapa Pasar di Kota Bogor, 2007
USU Repository © 2007
sebenarnya dari segi rasa jelas berbeda. Sehingga tidak jarang bagi mereka yang mengutamakan mutu dan tidak mempunyai waktu, pasar swalayan merupakan alternatif pilihan. Walupun harga rata-rata relatif lebih mahal dibanding harga terung yang ada di pasar tradisional tetapi keseragaman mutu relatif terjamin bahkan jenis terung yang tidak umum terdapat dipasar tradisional seringkali terdapat di pasar swalayan seperti terung telunjuk dan terung ungu tua introduksi dari Jepang atau Thailand. Hal ini tentu saja semakin menyebabkan anjloknya harga terung di pasar-pasar tradisional. Beberapa varietas terung hibrida yang
dihasilkan Balithor (Balai Penelitian
Hortikultura) dan beberapa perusahaan benih dalam negeri maupun luar negeri diinformasikan tidak hanya bentuk, ukuran dan warna kulit buah saja, tetapi ada yang sudah disertai dengan panjang dan diameter buah serta berat buah pergram yang sangat membantu dalam pengenalan varietas terung. Tetapi informasi mengenai ciri kultivar terung yang dianjurkan oleh balai-balai penelitian tanaman Hortikultura tersebut belum seluruhnya disosialisasikan. Hal ini sangat perlu dilakukan mengingat prospek pengembangan budidaya terung yang semakin cerah. Ditambah lagi sejak diperolehnya informasi bahwa beberapa jenis terung dapat dijadikan sebagai bahan obat-obatan. Informasi seperti ini sebaiknya disampaikan ke masyarakat luas secara jelas tentang ciri terung yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan sehingga masyarakat dapat membedakannya dengan terung yang biasa dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Namun demikian untuk lebih mempertegas perbedaan varietas tanaman terung standardisasi sebaiknya tidak hanya berdasar pada ciri morfologi apalagi yang sifatnya general tetapi yang benar-benar
membedakan (diskrit) disertai ciri biokimianya.
Sehingga dilakukannya pencantuman kadar solanin atau kadar gula untuk masa yang akan datang sangat perlu dilakukan sebagai standardisasi untuk mempertajam perbedaan varietas pada buah terung.
Liana Dwi Sri Hastuti : Terung – Tinjauan Langsung ke Beberapa Pasar di Kota Bogor, 2007
USU Repository © 2007
KESIMPULAN
Berdasarkan hal yang telah penulis uraikan diatas dan berdasarkan pada pengamatan yang penulis lakukan dibeberapa pasar tradisional dan swalayan di kota Bogor dapatlah penulis ambil kesimpulan bahwa adanya suatu standardisasi baik berdasarkan ciri morfologi maupun ciri biokimia yang dibentuk dalam suatu System Klassifikasi terhadap varietas tanaman, baik pada terung maupun tanaman budidaya lainnya perlu dilakukan.
Untuk kemudian disosialisasikan kemasyarakat sehingga
manfaatnya dapat dirasakan tidak hanya oleh para konsumen dalam negeri maupun luar negeri. Tetapi yang lebih penting lagi adalah bagi petani dan pedagang terung yang dalam hal ini berarti membantu meningkatkan pendapatan bagi ekonomi rumah tangga mereka. Apalagi setelah diketahui bahwa prospek pengembangan tanaman budidaya ini makin hari makin menunjukkan peluang yang lebih baik ditandai telah berhasilnya terung varietas lokal yaitu terung ungu dengan beberapa kultivarnya menembus pasaran luar negeri. Hal ini mungkin saja berlaku bagi jenis terung lainnya khususnya dan tanaman budidaya umumnya yang sekarang sangat menanti penelitian secara intensif dan lebih mendalam.
Liana Dwi Sri Hastuti : Terung – Tinjauan Langsung ke Beberapa Pasar di Kota Bogor, 2007
USU Repository © 2007
DAFTAR PUSTAKA
Rukmana, R. 1994. Bertanam Terung. Penerbit Kanisius.
Samadi, B. 2001. Budi Daya Terung Hibrida. Penerbit Kanisius.
Sastrapradja, S.D. dan M.A. Rifai. 1989. Mengenal Sumber Pangan Nabati dan Plasma Nutfahnya. Puslitbang Bioteknologi-LIPI. Bogor.
S.P. Peni. 1998. Pro Kontra Terung Ungu Untuk Keperkasaan. Majalah Trubus. No..340.Thn.XXIX.
Sutarya, R., G. Grubben, H. Sutarno. 1995. Pedoman Bercocok Tanam Sayuran Dataran Rendah. Gadjah Mada University Press, bekerjasama dengan Prosea Indonesia dan Balithor Lembang.
Liana Dwi Sri Hastuti : Terung – Tinjauan Langsung ke Beberapa Pasar di Kota Bogor, 2007
USU Repository © 2007