Yang Tertinggal/Tersisa dari ROH Lachlan & Melanie Perrin dengan Victor Hall Edisi Pertama: 31st Oktober 2008 Ayat-ayat diambil dari NASB, NKJV atau KJV kalau tidak akan dicatat. Di mana penekanan huruf miring digunakan dalam ayatayat referensi, ini telah ditambahkan dan tidak muncul dalam terjemahan asli. Diterbitkan oleh visionone ©Vision One Inc. 2008 TCF 10 Old Goombungee Road Toowoomba QLD 4350 Tlp: +617 4698 6646 Email:
[email protected] Untuk Katalog musik Kristen dan Publikasi, silahkan kunjungi:
Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh
Daftar Isi Pendahuluan 3 SATU 5 Menemukan Kesepadanan Melalui Persembahan 5 Perjanjian Nenek Moyang 6 Kecocokan yang Romantis atau Kesepadanan Kristen? 7 Sukacita Romantis/Percintaan 8 Rumah dari Imam – Rumah Kristus 9 Teman Pewaris/Pewaris bersama 11 Korban-korban Rohani 13 Pengkhianatan Melawan Kesepadanan 15 Perjanjian Pernikahan 16 Dosa Adam 18 Yang tertinggal/tersisa dari Roh 20 Pengudusan 20 Penghormatan 21 Diberikan Kuasa dengan Yang Tertinggal/Tersisia dari Roh 22 Menjadi siap sedia 25 Diterima Melalui Kekepalaan 27 Membangun Rumah Israel 29 Membawa seorang Istri yang Percaya 31 Idealisme Keagamaan atau Kesepadanan yang Sesungguhnya? 33 DUA 36 Reorientasi melalui Salib 36 Sudahkan kita melepaskan ketidakdewasaan atau persepsi/pandangan ‘remaja’ mengenai romatis dan pernikahan? 37 Apakah kesaksian saya atas hubungan ini dari pertumbuhan yang dewasa dan pertemuan yang berdasarkan identitas? 38 Sudahkah kita melepaskan keinginan untuk menguasai yang lain dan mengontrol agenda? 39 Masihkah kita memelihara kekhawatiran? (Apakah perempuan menemukan kesepadanan dengan ketakutan? Apakah laki-laki takut perempuan tidak dapat sepadan dalam pekerjaannya? 40 1
Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh
Sudahkan perempuan menemukan iman untuk menjadi paraclete, penolong yang sesungguhnya bagi laki-laki ini dan bukan ideal hebatnya dari seorang istri yang dia proyeksikan bagi dirinya sendiri? 42
2
Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh
Pendahuluan
Dalam kitab Amsal, orang bijak heran dengan ‘jalan laki-laki dengan perempuan.’ Ams 30:19. Pada buku ini kita naik ke kapal perjalanan praktek untuk menemukan model/contoh bagi menemukan kesepadanan, mengambil contoh dalam pembuatan Hawa, untuk Adam. Bagaimana mujizat Allah dalam kasih orang Kristen menarik seorang laki-laki dan seorang perempuan bersama-sama begitu dekat, sehingga mereka dapat menjadi satu? Mat 19:6. Dengan melangkah melalui pernyataan profetik
3
Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh
Maleakhi, kita mengambil pandangan yang segar mengenai perjanjian pernikahan, memperhatikan bahwa menerima ‘yang tertinggal/tersisa dari Roh’ adalah makna yang berkuasa untuk menemukan kesepadanan yang sesungguhnya. Pokok-pokok pembahasan lebih jauh lagi termasuk: pertemuan dalam pengudusan; perhubungan dengan menghormati
identitas
penentuan
Allah
bagi
setiap
orang;
model/contohnya Allah untuk membangun rumah-Nya. Dapatkah kita mengetahui perbedaan antara romantis pada umumnya yang digambarkan pada saat ini, dengan kasih yang sempurna dari Allah? Perbedaan antara menemukan seseorang yang cocok, dengan tindakan kedaulatan Allah untuk menyatukan dua individu ke dalam satu rumah yang sepadan? Kita percaya jawabannya adalah ya. Bab pertama akan melangkah melalui prinsip-prinsip theologia menemukan kesepadanan melalui persembahan, sedangkan bagian kedua dari buku ini berbicara secara praktek tentang pertemuan seorang laki-laki dan seorang
perempuan.
Ketika
setiap
pasangan
mencita-citakan
pernikahan yang ilahi, sebuah reorientasi melalui salib Kristus menjamin pasangan sepadan. Belajar untuk mempersembahkan dengan murni dan saling komitmen satu dengan yang lain, respek yang benar terhadap pengudusan dan penghormatan, penghargaan terhadap karunia masing-masing dan kunci kepada kebahagiaan yang terusmenerus dalam pernikahan, memastikan buku ini memberikan perspektif yang berguna pada pernikahan Kristen.
4
Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh
SATU Menemukan Kesepadanan Melalui Persembahan
Nabi
Maleakhi
memperingatkan
rumah
Israel
bahwa
hanya
kedaulatan/kekuasaan Allah yang dapat menyatukan laki-laki dan perempuan dalam kesepadanan. Tidak lagi berpegang pada perjanjian pernikahan kudusnya Tuhan, bangsa Israel ditegur Maleakhi karena melakukan pengkhianatan; satu dengan yang lain, dengan istri mereka; dan dengan Allah sendiri. Dua perjanjian mendasar hancur ketika Israel mencari untuk menikahi anak-anak perempuan dari dewa-dewa asing dan ‘meletakkan/meninggalkan’ istri mereka: perjanjian nenek moyang; dan perjanjian pernikahan. Hanya melalui istirahat/tenang/rest dan damai sejahtera dari persembahan, laki-laki dan perempuan dapat
5
Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh
menerima yang tertinggal/tersisa dari Roh, dan dijadikan satu, oleh Allah. Mal 2:15.
Perjanjian Nenek Moyang Maleakhi bertanya kepada umat Allah, ‘mengapa kita berkhianat satu sama lain dan dengan demikian menajiskan perjanjian nenek moyang … Yehuda … telah menjadi suami anak perempuan allah asing.’ Mal 2:10,11. Perjanjian nenek moyang menunjuk kepada hukum yang diturunkan kepada bangsa Israel melalui Musa. Tuhan memerintahkan umat-Nya untuk jangan mengambil mempelai perempuan dari, atau memberikan anak-anak perempuan mereka kepada, bangsa-bangsa yang mereka temui ketika mereka mengikuti-Nya. Het, Girgazi, Amori, Kanaan, Feris, Hewi, Yebus adalah semua yang disebutkan Allah. Kita dapat memperhitungkan contoh-contoh dari Tuhan dalam masyarakat saat ini, untuk mewakili semua orang yang bukan Kristen. ‘Janganlah engkau mengadakan perjanjian … Janganlah juga engkau kawinmengawin dengan mereka … mereka akan membuat anakmu laki-laki menyimpang dari pada-Ku, sehingga mereka beribadah kepada allah lain.’ Ul 7:1-3. Kita hidup dengan pengharapan bahwa semua laki-laki dan perempuan akan mendengar suara Tuhan jalan-jalan-Nya, tapi
sebelumnya, ‘Janganlah
dan berjalan dalam kamu
merupakan
pasangan yang tidak seimbang (Jangan menjadi tidak seimbang dengan mengenakan kuk bersama-sama – terjemahan Inggris) dengan orangorang yang tak percaya.’ 2 Kor 6:14. Lebih jauh lagi Paulus menjelaskan, ‘Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial [alah asing]? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak
6
Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh
percaya?’ 2 Kor 6:15. Kami bukan bermaksud untuk berprasangka terhadap mereka yang diluar persekutuan Kristus, tapi lembaga pernikahan kudus-Nya Allah tidak dapat dimasuki kecuali keduanya laki-laki dan perempuan dengan beriman mengakui salib Kristus sebagai pusat dari pernikahan. Pemikiran duniawi tentang kecocokan adalah dipertanyakan pada terbaiknya, sedangkan menemukan kesepadanan adalah tidak mungkin.
Kecocokan yang Romantis atau Kesepadanan Kristen? Apa perbedaan antara kesepadanan Kristen dalam pernikahan dengan tipu muslihat dan pengkhianatan dari kecocokan? Pertama-tama, kita dapat berpikir mengenai kecocokan sebagai presentasi umum dari percintaan dalam dunia saat ini. Pasangan bergumul antara pernyataan negatif ‘kita tidak memiliki kesamaan’ dan pernyataan positif ‘saling tertarik’, yang akhirnya menentukan suatu titik tengah, dan menamakan diri mereka sendiri cocok. Tipu muslihat yang mungkin dari berhubungan semacam ini adalah satu orang atau keduanya mengorbankan siapa diri mereka yang sesungguhnya demi kecocokan. Sebagai altenatif mereka melihat yang lain sebagai seorang yang bukan diri mereka, demi kecocokan. Pasangan tetap lunak hanya untuk menenangkan hubungan itu dan menjaga status quo. Cukup lucu, model
berhubungan
ini
tidak
berbeda
dengan
‘pertemanan/persahabatan’ dan tahap ‘pacaran/saling mengenal’ dari pacaran Kristen dimana masing-masing masih secara mendasar menilai orang lain dalam hal bagaimana mereka menambahkan sesuatu pada
7
Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh
diri mereka atau membuat mereka merasakan. Jenis hubungan berdasarkan kecocokan ini, sama sekali tanpa kasih karunia dan tuntunan ALLAH, dapat menghasilkan pertemuan yang cacat. Bahayanya adalah fondasi ini membentuk dasar dari pernikahan, dan terus berlanjut setelah hari pernikahan yang mana akan terbukti sendiri menjadi perdagangan budaya yang pincang. Jika, bagaimanapun juga, tahap yang tepat dari menemukan kesepadanan terjadi, pasangan akan mencegah ‘banjir’ dari romantis/percintaan yang mengancam untuk menyapu pasangan turun ke jalan kecocokan.
Sukacita Romantis/Percintaan Kesepadanan menjamin keduanya baik laki-laki maupun perempuan dapat berdiri ditengah-tengah roman-percintaan yang menipu, dan menemukan
kekuatan
dalam
salib
Kristus.
Apakah
ada
romantis/percintaan dalam pernikahan Kristen? Tentu saja! Tapi romatis/percintaan berdasarkan pertemuan yang sepadan, dalam identitas yang benar, menghasilkan sukacita yang lebih besar daripada romantic/percintaan
berdasarkan
kecocokan
yang
saling
menentramkan. Kesepadanan memfasilitasi pertemuan yang benar, tanpa penaklukan dalam bentuk apapun. Jika salah satu dari laki-laki atau perempuan merasa bahwa keberhargaan, penerimaan atau validasi mereka tergantung pada ‘memerintah’ hubungan, akan menghasilkan pengejaran kontrol. Kemudian kecocokan, menuntut supaya dasar itu menyerah dalam apa yang dinamakan sintesis/perpaduan kedewasaan. Perdagangan antara berusaha untuk dasar menaklukkan dan menyerah, menggerakkan hubungan ini ke paralel, jalan yang berdasarkan hukum.
8
Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh
Sebagai perbandingan, kesepadanan memungkinkan keduanya lahir dari identitas yang dari atas untuk melakukan persembahan. Dengan rela saling menyerahkan kehidupan satu dengan yang lain dalam ekspresi identitas yang penuh. Perhubungan yang didapatkan dalam pertemuan
yang
benar
memfasilitasi
persembahan
dalam
kesederhanaan dan perlindungan identitas. Hal ini dapat menjadi indikasi yang baik dari pasangan yang bertumbuh dewasa. Jika persembahan, baik dari laki-laki maupun perempuan adalah sulit atau terhalang, mereka masih menyembunyikan sisa-sisa dari pertemuan berdasarkan kecocokan. Dalam surat pertamanya, rasul Yohanes menulis, ‘Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih’. 1 Yoh 4:18. Jika pasangan tidak dapat bertemu dalam identitas yang penuh karena takut akan hukuman (tuntutan supaya dasar itu mengalah), mereka berhenti untuk meletakkan seluruh korban bakaran di atas mezbah. Kel 29:18. Pengudusan dan penghormatan harus menjadi cara dari persembahan jika kita mau menjadi bagian dari imamat yang rajani yang mempersembahkan korban-korban rohani.
Rumah dari Imam – Rumah Kristus Adalah penentuan dari semua orang Kristen untuk menjadi ‘generasi terpilih, imamat rajani, bangsa yang kudus.’ 1 Pet 2:9. Akan membantu untuk membedakan bagaimana suami dan istri yang sepadan membentuk rumah yang unik dalam Gereja, sementara kapasitas mereka sebagai imam tetap menjadi suatu realita bersama. Kami akan
9
Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh
menganggap disini bahwa pernikahan, dalam satu rumah, tidaklah merupakan keimamatan. Melainkan, gereja anak sulung, rumah Kristus, yang melingkupi konteks dari imam. Pekerjaan dari imam dalam seluruh Kitab Suci, adalah secara mendasar dilakukan dalam tabernakel, bait Allah. Kita mengingat pentahbisan Harun dan anakanaknya dalam kitab Imamat. ‘Inilah hukum tentang korban sajian … Selebihnya haruslah dimakan oleh Harun dan anak-anaknya; haruslah itu dimakan sebagai roti yang tidak beragi di suatu tempat yang kudus [bait] … Telah Kuberikan itu sebagai bagian mereka dari pada segala korban api-apian-Ku … Setiap laki-laki di antara anak-anak Harun haruslah memakannya; itulah suatu ketetapan untuk selamanya bagi kamu turun-temurun … Setiap orang yang kena kepada korban-korban itu menjadi kudus.’ Im 6:14-18. Kita perhatikan bahwa penunjukkan Harun dan anak-anaknya sebagai imam diadakan sebagai bagian dari roti tidak beragi, yang Allah sendiri perhitungkan dari ‘persembahanNya’. Lebih jauh lagi, memakan dan pentahbisan dari Harun dan rumahnya, hanya dapat brekenan di dalam pelataran kemah pertemuan. Im 6:16. Ini dalah bait dari tubuh-Nya, gereja anak sulung, rumah Kristus. Raja Daud menulis tentang minyak urapan yang berharga ‘Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya.’ Maz 133:2. Minyak urapan ini mengalir turun ke pakaian Harun adalah minyak urapan yang mengalir dari Kristus kepada semua anggota tubuh-Nya. Kristuslah Imam Besar dari pengakuan kita, dengan minyak turun ke pakaian anggota tubuhNya yang banyak, yang mengurapi Harun. Ibr 3:1.
10
Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh
Pada Perjamuan Terakhir kita melihat penggenapan, pentahbisan generasi terpilihnya Kristus, sebagai imamat rajani. ‘Dan ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil (beberapa) roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan berkata: "Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku."’ Mat 26:26. Seperti persembahan di tabernakel Musa, Yesus menggunakan persembahanNYA untuk murid-murid, supaya mereka dapat ‘kena … menjadi kudus [ditunjuk sebagai imam-imam]’. Im 6:18. Ketika mereka mengambil bagian dalam makan Paskah, mereka makan dalam rumah Kristus, rumah anak sulung. Ini memberikan makna yang besar terhadap pernyataan Paulus, ‘Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumahNya; dan rumah-Nya ialah kita …’ Ibr 3:6. Partisipasi kita dalam perjamuan kudus, makan roti dan minum anggur, menyucikan/mentahbiskan kita sebagai imamat rajani dalam rumah Kristus. Rumah baru yang dibentuk bersama oleh suami dan istri, menjadi satu keluarga di dalam keluarga dari keluarga-keluarga yang membuat rumah Anak. Ini adalah konteks imamat-Nya, generasi pilihan-Nya yang menjadikan diri mereka bangsa yang kudus ketika mereka membawa persembahan mereka.
Teman Pewaris/Pewaris bersama Model persekutuan bersama kita ditemukan dalam persembahan. ‘Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani … supaya kamu memberitakan [menunjukkan] perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia’. 1 Pet 2:9. Pekerjaan yang mendefinisikan dari imam adalah menangani persembahan, dan dengan melakukan hal itu, menunjukkan
11
Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh
kebesaran Allah, disaat Dia menerima persembahan itu. Dasar kita untuk persekutuan dalam pernikahan berlanjut pada fondasi persembahan, di mana kita mencari untuk menghidupi kehidupan Allah. Petrus, murid, menghubungkan pengudusan dan penghormatan dengan persembahan di antara teman pewaris/sewaris_ injil Kristus. ‘suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, … Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang’ 1 Pet 3:7. Persembahan yang tidak terhalang dari keduanya, suami dan istri, adalah yang terpenting dalam pernikahan Kristen. Kata ‘menghormati’ yang Petrus peringatkan suami-suami tunjukkan kepada istri-istri mereka, diterjemahkan ‘nilai/menghargai’. Hal ini memberi gambaran luar biasa dari pengertian Petrus mengenai pernikahan. Dia menasehati suami-suami untuk mengerti ‘nilai’ dari persembahan istri-istri mereka, sebagai secara haikiki setara dengan ekspresi identitas mereka yang seutuhnya. Persembahan kita secara individu, sebagai suami dan istri, adalah mewakili identitas unik kita, lahir dari atas. Ketika kita mengakui dan menghargai persembahan dari pasangan kita, kasih dan respek kita kepada mereka akan terus ‘disempurnakan’. 1 Yoh 4:18. Dengan melakukan hal itu, cara kita mempersembahan bersama melimpahi kita dengan kasih karunia kehidupan. Kita akan mengingat kembali perkataan Yesus, ‘Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu [sesama pewaris] terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk
12
Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh
mempersembahkan persembahanmu itu.’ Mat 5:23,24. Jika suami dan istri tinggal bersama, tanpa saling pengertian dan menghormati persembahan yang dibawa masing-masing, mereka mempunyai ‘sesuatu yang ada dalam hati satu terhadap yang lain’. Sementara mereka terus membawa persembahan mereka sendiri dalam sikap seperti ini, mereka tidak hidup sepadan, dan ‘doa mereka terhalang’. Raja Daud menulis, ‘Biarlah doaku adalah bagi-Mu seperti persembahan ukupan, dan tanganku yang terangkat seperti persembahan korban pada waktu petang’. Maz 141:2. Ketika kita memperhatikan perkataan Yesus dan penggambaran
Daud
mengenai
doa
kita
naik
sebagai
korban/persembahan [bakaran] petang hari, sebagai latar belakangnya, peringatan Petrus membawa hal yang jelas penting sekali. Kesepadanan kita sebagai teman pewaris, tergantung pada atribut kita dalam menghormati
yang
lain.
Ketika
kita
hidup
dengan
cara
mempersembahkan bersama seperti ini, kita secara efektif menghidupi kehidupan Allah dan sebagai gantinya menerima kasih karunia dari kehidupan-Nya.
Korban-‐korban Rohani Sementara kita dengan sungguh-sungguh rindu untuk ditemukan dalam generasi pilihan-Nya. Kita dapat tinggal dengan mereka yang membentuk rumah-Nya, ketika Dia menerima korban rohani kita. ‘Dan datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah. Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu
rumah
rohani,
bagi
suatu
13
imamat
kudus,
untuk
Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh
mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah’ 1 Pet 2:4,5. ‘Datanglah kepada-Nya’ menggambarakan kita membawa persembahan dari rumah kita ke mezbah di halaman/pelataran rumah-Nya. Mezbah-Nya, tempat dimana nama-Nya tercatat, adalah satu-satunya konteks dimana persembahan kita berkenan dan diterima. Konteks untuk menerima dan mempersembahkan korban adalah bait, walaupun persembahan kita dibawa dari rumah-rumah kita. Ini menjelaskan pengertian kita tentang persembahan dari pasangan kita. Kita harus menghargai kerja keras mereka ketika mereka ‘Selesaikanlah pekerjaanmu [mereka] di luar, siapkanlah itu di ladang’. Ams 24:27. Bagi pasangan yang sudah menikah, tidak ada mezbah di rumah mereka, dimana mereka mempersembahkan kepada Allah. Kehidupan mereka harus menjadi kehidupan yang terus-menerus ‘datang kepada-Nya’ membawa korban yang berkenan dan berpartisipasi di dalam bangsa kudus-Nya. Nabi Hosea menggambarkan sesuatu yang berlawanan sama sekali antara bangsa-bangsa di bumi, dan bangsa kudusnya Allah. Janganlah bersukacita, hai Israel! Janganlah bersorak-sorak seperti bangsa-bangsa! … Mereka tidak akan mempersembahkan korban curahan anggur kepada TUHAN
dan
korban-korban
sembelihan
mereka
tidak
akan
menyenangkan hati-Nya. Roti mereka adalah seperti roti perkabungan, semua orang yang memakannya akan menjadi najis, sebab roti mereka adalah untuk dirinya sendiri, tidak boleh dibawa ke dalam rumah TUHAN.’ Hos 9:1,4. Bukannya membawa korban yang berkenan dan datang ke dalam rumah-Nya, bangsa-bangsa malah memakan roti mereka sendiri dan tetap tidak kudus. Adalah penting sekali bahwa pasangan yang
14
Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh
sepadan mengetahui bahwa rumah-Nya adalah konteks bagi imamat dari generasi pilihan. Inilah imamat rajani, persembahan bangsa yang kudus di dalam rumah-Nya. Partisipasi kita dalam perjamuan menguduskan/mentahbiskan kita sebagai imam, yang dapat dengan benar
menangani
persembahan-Nya
dan
secara
terus-menerus
memberikan kesaksian bahwa kita datang kepada Dia.
Pengkhianatan Melawan Kesepadanan Pengkhianatan dari kecocokan adalah yang membangkitkan minat mistik
‘Anak-anak
perempuan
allah
asing.’
Kita
melakukan
pengkhianatan seorang dengan yang lain, jika kita gagal untuk bertemu dalam
pengudusan
dan
penghormatan.
Sebab
itu,
anak-anak
perempuan (atau laki-laki) dari allah lain, hidup diluar penentuannya yang ilahi, akan muncul dengan diselubungi oleh mistik yang tidak berakhir. Paulus memperingatkan jemaat Tesalonika, ‘supaya kamu masing-masing mengambil seorang perempuan menjadi isterimu sendiri dan hidup (harus tahu bagaimana memiliki bejana [mereka] – terjemahan Inggris) di dalam pengudusan dan penghormatan, (bukan di dalam keinginan hawa nafsu, seperti yang dibuat oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah)’. 1 Tes 4:4,5. Tanpa dikuduskan oleh Roh Kudus, mereka yang tidak mengenal Allah, hidup diluar kehendak-Nya, tidak dapat menemukan kehendak-Nya. Inilah arti dari Amsal, ‘Orang yang tak dapat mengendalikan diri (rohnya sendiri – terjemahan Inggris) adalah seperti kota yang roboh temboknya’. Ams 25:28. Tanpa diberi kuasa oleh Roh Kudus untuk menguasai roh kita dan memahami garis pengudusan dalam keduanya, hidup kita dan hubungan-
15
Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh
hubungan kita, kita tidak akan menemukan aturan-aturan atau batasbatas. Maleakhi memperingatkan rumah Israel untuk tidak tertarik pada mistik romatis ini karena itu hanya dapat menghasilkan pertemuan yang salah, pengkhianatan. Luarbiasanya pernikahan Kristen, setelah dibuat sepadan dan tetap berkomitmen untuk mempersembahkan, adalah di mana penentuan tunggal dari rumah bertumbuh dari ‘kemulian kepada kemuliaan’ dalam Tuhan, dan pasangan berbagi sukacita dari kesepadanan yang berlangsung terus sepanjang perjalanan kehidupan.
Perjanjian Pernikahan Kejijikan kedua yang mana Maleakhi menegor bangsa Israel, adalah menghancurkan perjanjian pernikahan. Tidak hanya mereka dipikat oleh kemistikan dari ketidakkudusan anak-anak laki-laki dan perempuan dari alah asing, mereka menyingkirkan keberadaan istriistri mereka dan suami-suami mereka untuk melakukan hal tersebut! ‘Tuhan telah menjadi saksi antara engkau dan isteri masa mudamu yang kepadanya engkau telah tidak setia [menghancurkan perjanjian], padahal dialah teman sekutumu dan isteri seperjanjianmu.’ Mal 2:14. Jika kita merefleksi pada pernikahan paling pertama dalam Alkitab, Adam dan Hawa, kita dapat melihat bagaimana mereka mengkhianati Tuhan dan jatuh ke dalam dosa. Jika kita menyimpulkan poin kunci pertama-tama, kita dapat membangun langkah-langkah secara progresif dari situ: keduanya Adam dan Hawa telah berdosa sebelum mereka memakan buah, karena mereka menghentikan persembahan di salib, satu kepada yang lain. Nabi Hosea berkata, ‘Tetapi mereka [suku
16
Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh
Efraim dan Yehuda] itu telah melangkahi perjanjian di Adam, di sana mereka telah berkhianat terhadap Aku.’. Hos 6:7. Mengapa Adam disebutkan oleh Nabi, bukan Hawa? Bagaimana Adam berkhianat kepada Allah? Bagaimana Adam dan Hawa saling berkhianat satu dengan yang lain? Ketika ular datang kepada Hawa dan menanamkan benih keraguan dalam pikirannya, ‘Bukankah Allah berkata ….’, dia perlu secepatnya mencari nasehat suaminya. Kej 3:1. Namun, dia masuk ke dalam dialog dengan ular dengan meresponinya. Dia memberi kesempatan bagi dustanya ular untuk mengambil alih dirinya dan menyesatkan dia. Inilah arti dari pernyataan Paulus kepada orang-orang Korintus, ‘perempuan-perempuan
harus
berdiam
diri
dalam
pertemuan-
pertemuan Jemaat. Sebab mereka tidak diperbolehkan untuk berbicara. Mereka harus menundukkan diri, seperti yang dikatakan juga oleh hukum Taurat. Jika mereka ingin mengetahui sesuatu, baiklah mereka menanyakannya kepada suaminya di rumah...’ 1 Kor 14:34,35. Ini bukanlah pernyataan dominasi maskulin, atau inferioritas perempuan. Tidak sama sekali! Paulus menunjuk kepada order kekepalaan yang semestinya dari Kristus, ‘Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah.’ 1 Kor 11:3. Ada penyediaan dari Allah bagi laki-laki untuk memimpin istri dan keluarganya. Ini adalah karunia otoritas dari order kekepalaan. Jika saja Hawa mencari ‘suaminya di rumah’, dia akan mendapatkan hikmat dari Tuhan melalui otoritas Adam sebagai kepalanya. Tentu saja, semua perempuan dapat dipimpin oleh Roh Kudus dan diiluminasi ketika
17
Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh
mereka berdoa dan mencari Tuhan. Tapi bagi Hawa, ini adalah ujian bagi imannya dan persembahannya dalam pernikahan. Saat dia masuk dalam dialog dengan ular, adalah saat dimana persembahannya terhenti dan sebuah ganjalan dibiarkan ada antara dia dengan Adam. Kita tidak dapat melupakan bahwa Adam dan Hawa hidup selama 3000 tahun di dalam taman sebelum mereka memakan buah
terlarang!
Hal
ini
menyoroti
betapa
pentingnya
sikap
mempersembahkan dalam keseluruhan pernikahan. Sedihnya, setelah mereka berdosa, Allah berkata kepada Hawa, ‘Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu’. Kej 3:16. Jika saja Hawa memelihara persembahannya dan membiarkan Allah terus membentuk dia sebagai penolong yang sepadan, dia akan mendapatkan hikmat dari Allah, bukannya diperdaya oleh setan. Adam dapat saja ‘berkuasa atas dia’ bukan untuk superiorits yang picik, tapi untuk perlindungan Hawa berdasarkan pada otoritas kasih karunia dari kekepalaan.
Dosa Adam Bukan hanya Hawa yang menghancurkan perjanjian pernikahan dengan Adam, Adam juga mengkhianati Hawa. Hosea bernubuat kepada Efraim dan Yehuda, menyamakan kesalahan mereka bukan dengan prilaku Hawa, tapi Adam! Orang bijak menulis, ‘Siapa mendapat isteri, mendapat sesuatu yang baik, dan ia dikenan Tuhan.’ Ams 18:22. Perkenanan dari Tuhan adalah hikmat dan kapasitas-Nya untuk memimpin istri dan keluarga. Dosa Adam dan pengkhianatannya
18
Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh
terhadap Hawa dan Tuhan, adalah gagal untuk campur tangan dan terus menerus mempersembahkan dirinya sendiri kepada istrinya dalam kasih. ‘Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya.’ Ef 5:25. Dosa Adam dimulai ketika dosa Hawa dimulai – sebelum mereka memakan buah. Ketika Hawa berhenti mempersembahkan dan ‘berahi kepada suaminya’, Adam secara serentak berhenti mempersembahkan dirinya dalam kasih kepada istrinya. Adam perlu untuk campur tangan dan mencegah Hawa terperdaya, tapi sebaliknya dia tidak melakukan apa-apa. Kita dapat benar-benar melihat sekarang kegagalan dan kepengecutan tanggung jawabnya kepada Allah, ‘Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.’ Kej 3:12. Yesus sangat jelas ketika Dia berbicara dengan murid-murid-Nya ‘Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah.’ Mat 19:9. Ketika bangsa Israel meninggalkan istri-istri mereka, berhenti mempersembahkan dan menemukan kesepadanan, mereka menghancurkan perjanjian pernikahan. Mereka saling berkhianat satu dengan yang lain, dan dengan Allah. Maleakhi memberikan kita jawaban
penting
untuk
benar-benar
menemukan,
dan
sama
pentingnya, memelihara, kesepadanan - menerima yang tertinggal/tersisa dari Roh.
19
Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh
Yang tertinggal/tersisa dari Roh Bagi
pasangan,
mencari
kesepadanan,
menyatakan/mengakui
kedaulatan Allah atas penyatuan mereka adalah yang terpenting. Tidak ada usaha keras dari laki-laki atau perempuan, keluarga mereka, atau bahkan konselor mereka sendiri, yang dapat memimpin kepada kesepadanan. Untuk Adam dan Hawa, ‘dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia (laki-laki) itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu’. Kej 2:22. Rusuk untuk pernikahan dibuat tersedia bagi pernikahan di dalam salib, sehingga dua ornag yang bisa tidak sama, dapat menjadi sepadan dan dijadikan satu. ‘… untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera, dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib ...’ Ef 2:15,16. Hanya ketika kita adalah anggota-anggota tubuh-Nya, daging dan tulang-Nya, dapatlah elemen dari rusuk tersedia bagi kita. Persekutuan dalam persembahan Kristus, di dalam salib, memungkinkan perpindahan ini terjadi melalui pengudusan dari roh, dan penghormatan.
Pengudusan Yesus berkata, ‘Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya merekapun dikuduskan dalam kebenaran’ Yoh 17:19. Pengudusan roh kita, dimana kita dengan sungguh-sungguh menyelaraskan hati dan pikiran kita dengan Roh Kristus, adalah bagian yang sangat penting dari persembahan dalam pernikahan. Kesibukan kita sebelum sebelum pernikahan, ketika dua penentuan unik ada, adalah untuk menyatakan
20
Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh
kemuliaan Kristus, ‘Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah’. Kol 3:3. Jadi, kita mencari untuk menghidupi kehidupan Kristus. Setelah menikah, ukuran dari penolong yang sepadan, adalah kesibukan dari perempuan untuk menyatakan kemuliaan [identitas yang sudah ditentukan] dari suaminya. ‘Isteri yang cakap adalah mahkota [kemuliaan] suaminya’. Ams 12:4. Jadi, kita memerlukan hikmat untuk memelihara pengudusan dari kepala dan penolong dalam rumah pernikahan kita. Lebih jauh lagi, berhubungan satu dengan yang lain dalam pengudusan dan penghormatan membuat kita dapat memelihara perjanjian kita sebagai imam dalam rumah Kristus.
Penghormatan Prinsip
dari
memampukan,
penghormatan melalui
menunjuk
kuasa
kepada
kebangkitan.
mengangkat Dinyatakan
dan
secara
sederhana, pemikiran ‘penghormatan dalam tindakan’, adalah hidup yang dapat dipertanggungjawabkan untuk nama yang telah ditentukan Bapa bagi kita. Inilah bagaimana Paulus dapat menyaksikan ‘Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah ...’ Gal 2:20. Ketika Roh Kudus menerangi kita, berdasarkan pada kebenaran atas siapakah kita dalam Kristus, kita hidup sepadan dengan nama yang diberikan-Nya dan karena itu, hidup dengan penghormatan. Sekarang kita dapat berkomentar pada pernyataan Petrus mengenai penghormatan dalam pernikahan. ‘hai
21
Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh
suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan …’ 1 Pet 3:7. Petrus tidak menyarankan perempuan lebih lemah secara fisik, atau emosi. Tapi lebih kepada, dia lebih lemah karena dia adalah bejana/wujud dari kesepadanan, sebagai lawan dengan laki-laki yang adalah bejana/wujud dari kekepalaan. Suami-suami menghormati istri-istri mereka dengan menyatakan reorientasi mereka melalui salib, untuk kesepadanan dengan satu penentuan untuk satu rumah. Hidup dalam penghormatan menyatakan secara tidak langsung perempuan menemukan kekuatan di dalam salib, bersama dengan kuasa kebangkitan, untuk pertaman-tama menjadi istri yang paraclete, dan kedua seorang ibu. Kapasitas Allah untuk menyatukan laki-laki dan perempuan bersama, ‘tulang dari tulang dan daging dari daging’ adalah mujizat. Kej 2:22. Kehidupan baru adalah mujizat dan TUHAN membuat segala sesuatu baru. Wah 21:5. Setelah menegor rumah Israel karena pengkhianatan mereka, Maleakhi dengan sederhana berkata. ‘Bukankah Allah yang Esa menjadikan mereka daging dan roh? (Tapi tidak seorangpun telah melakukan jadi siapa yang memiliki yang tertinggal/tersisa dari Roh – terjemahan
Inggris)’. Mal 2:15. Inilah
kunci kepada seluruh
proposisi/pernyataan ‘menemukan kesepadanan’.
Diberikan Kuasa dengan Yang Tertinggal/Tersisia dari Roh Buku Menemukan Kesepadanan (Hall dkk), secara keseluruhan melangkah melalui dan mengeksplorasi pengertian kita tentang kesepadanan.
22
Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh
Sasaran kita di sisni adalah mengamati bahwa memperoleh yang tertinggal/tersisa dari roh adalah cara untuk menemukan kesepadanan. Kita perlu mejawab pertanyaan-pertanyaan seperti: bagaimana yang tertinggal/tersisa dari Roh menolong? Bagaimana kita memperoleh yang tertinggal/tersisa dari Roh? Kapan, dalam proses pacaran/saling mengenal, seharusnya kita mencari yang tertinggal/tersisa dari Roh? Dan, proses apa yang laki-laki alami yang berlawanan dengan proses yang dialami perempuan, untuk menerima yang tertinggal/tersisa dari Roh? Untuk menyegarkan lagi tentang topik kesepadanan, kesimpulan singkat dari proses ini akan membantu diskusi kita tentang yang tertinggal/tersisa dari Roh. Berdasarkan pada Kejadian pasal 2: 1.
Tidak ada penolong yang sepadan untuk Adam sampai Allah bertindak dan membentuk [membangun] Hawa dari rusuk Adam.
2. Rusuk Adam (Adam mewakili semua laki-laki) adalah yang digunakan Allah untuk membentuk. 3. Allah mengambil dari rusuk Adam (seolah-olah di dalam momen/saat) ketika Adam tidur, adalah gambaan dari suatu proses. 4. Proses adalah satu dari persembahan, dengan jalan mana Adam mempersembahkan sesuatu dari dirinya sendiri, yang dari itu Tuhan kemudian membentuk penolong yang sepadan. Hal ini menyatakan lagi pentingnya rusuk-nya Adam, karena berbeda dari rusuk yang lain. Rusuknya menjadi penjelmaan dirinya yang lengkap – yang meringkaskan segala yang hakiki tentang dia,
23
Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh
kepada siapa Hawa dibangun sepadan. Ini adalah poin yang penting untuk dimengerti. Apa yang Adam persembahkan dari dirinya sendiri, menjadi ukuran yang tepat (baik maksimum dan minimum) dari penolong yang sepadan di masa depannya. 5. Rusuknya adalah gambaran dari penentuannya (ditemukan dalam kehendak
Bapa)
dan
dengan
demikian
juga
penentuan
(tunggal/satu) dari rumahnya. Perempuan, secara resmi dari rumah ayahnya dan penentuannya sendiri (oleh karena itu, dua penentuan ada
pada
awalnya),
menemukan
penentuan
yang
dipersembahkan/diberikan oleh laki-laki ini, dan mulai bersatu kepada penentuan itu dalam iman (dua penentuan menjadi satu). 6. Laki-laki istirahat/tenang/rest dalam damai sejahtera dan iman persembahannya, mempercayai bahwa ketika dia mencurahkan dirinya sendiri, dalam pola yang sama dengan Kristus mencurahkan dirinya di Kalvari untuk mempelai-Nya yaitu gereja, Allah menerima persembahannya dan membangun seorang penolong yang sepadan berdasarkan hal ini (sehingga daging dari satu menjadi dua). 7.
Allah membawa penolong kepada laki-laki, dan menjadi benarbenar ‘berasal dari dia’, laki-laki bersatu dengan perempuan seolaholah dia adalah bagian dari dagingnya sendiri. ‘Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.’ Kej 2:24.
8. Dalam mujizat Allah menyatukan laki-laki dan perempuan bagi pernikahan, daging dan penentuan dari dua (laki-laki dan
24
Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh
perempuan), menjadi satu (rumah), sementara daging dan penentuan dari satu (rumah), menjadi dua (laki-laki dan perempuan)! Pentingnya untuk menerima yang tertinggal/tersisa dari Roh menjadi jelas bagi pasangan, ketika mereka memahami kebenaran bahwa keseluruhan proses pada uraian diatas, adalah diluar batas kemampuan mereka. ‘…baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia’ Kej 2:20. Sebagaimana romantis
‘kecocokan’ yang
kelihatannya sebagai pasangan yang potensi, kesepadanan adalah penyatuan yang secara mujizat bagi laki-laki dan perempuan dalam satu penentuan, yang hanya mungkin melalui perbuatan Allah. Lakilaki harus masuk dalam istirahat/tenang/rest dari persembahan, ‘tidur nyenyak’, mencurahkan dirinya sendiri, dan percaya bahwa Allah akan membentuk perempuan yang sepadan.
Menjadi siap sedia Sepanjang pertemanan pada awalnya dan diteruskan pada fase pacaran/saling mengenal dalam sebuah hubungan, adalah tidak masuk akal bagi laki-laki untuk memberikan dirinya sendiri bagi perempuan ‘sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya’ Ef 5:25. Kita perlu untuk mengerti sifat dari persembahan Kristus di salib, sebagai substansi dari persembahan lakilaki, dari titik pertunangan pribadi. Proses Kalvari lebih dari sekedar persembahan-Nya bagi dosa kita. ‘Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup …’ Ibr
25
Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh
10:19,20.
Pertama-tama,
curahan
darah-Nya
efektif
untuk
menghapuskan kesalahan kita. Bagaimanapun juga, sesuatu ‘dari Kristus’ dibuat tersedia pada hari itu di salib. Dalam hal rusuk-Nya dipersembahkan bagi kita, sehingga gereja, mempelai Kristus, dapat berjalan di jalan yang baru dan yang hidup kepada kesempurnaan [kesepadanan]. ‘Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.’ Wah 19:7. Itu adalah esensi dari Kristus yang digunakan bagi kita di salib di mana kita semua berharap untuk menjadi sepadan. Inilah bagaimana kita ‘menjadi siap sedia’. Perjalanan menemukan kesepadanan bagi seorang laki-laki dan seorang perempuan, mengikuti pola yang sama seperti Kristus dan mempelaiNya. sementara laki-laki dengan rendah hati mencari untuk mempersembahkan penentuannya di salib, Allah bertemu dengan dia disitu dan mencurahkan ke atas persembahan. Pada momen pemberian dengan iman itu, dari kasih untuk seorang perempuan tanpa ketakutan, yang tertinggal/tersisa dari Roh secara mujizat terimpartasi kepada laki-laki. Tanah/dasar kehidupannya, penentuan yang lengkap bagi rumahnya, tersedia bagi perempuan untuk dibuat sepadan, dan dengan yang tertinggal/tersisa dari Roh, transaksi ini diberi kuasa. ‘Aku akan memberikan mereka hati (satu hati – terjemahan Inggris)yang lain dan roh yang baru di dalam batin mereka; juga Aku akan menjauhkan dari tubuh mereka hati yang keras dan memberikan mereka hati yang taat, supaya mereka hidup menurut segala ketetapan-Ku dan peraturanperaturan-K.’ Yeh 11:19,20. Dengan yang tertinggal/tersisa dari Roh, pasangan dapat dibuat menjadi satu. Maleakhi bernubuat lebih lanjut
26
Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh
lagi, ‘Dan apakah yang dikehendaki kesatuan itu? Keturunan ilahi!’. Mal 2:15. Pernyataan ini memberi konteks kepada pusat dari tujuan menemukan kesepadanan – supaya setiap rumah mengambil mandat yang sama untuk ‘berbuah dan bermultiplikasi/bertambah banyak’. Kej 1:28. Setiap rumah dibuat sepadan dengan Kristus, mencari mandatNya, dan rindu untuk membangun rumah Israel.
Diterima Melalui Kekepalaan Pertunangan pribadi dan periode pertunangan yang berikutnya dari pacaran/saling mengenal, memberikan kesempatan yang sangat bagus bagi laki-laki untuk dengan sungguh-sungguh menyentuh dimensi dari kekepalaan Allah. Tidak seperti Adam, yang gagal untuk berdiri dalam kekepalaan atas istrinya, suami-suami harus mengangkat kepala dalam iman yang tulus untuk menemukan penentuan dari atas, bukannya memandang
wajah-wajah
dari
istri-istri
mereka
untuk
penegasan/peneguhan/afirmasi. Tidaklah dapat diganggap remeh, betapa berkuasanya ketidaksetujuan perempuan yang tidak berubahubah dan meremehkan atau agenda berdasarkan perdebatan dapat terjadi terhadap suaminya. Ams 21:19. Perempuan harus memberikan perhatian secara terus-menerus kepada kesepadanan, tidak pernah mencapai titik ‘menadahkan tangan yang suci, tanpa marah dan tanpa perselisihan (tanpa keraguan – terjemahan Inggris)’. 1 Tim 2:8. Dia harus berdoa untuk kasih karunia dan iman untuk berdiri di tanah/dasar
dari
penentuan
suaminya,
dan
percaya
kepada
kekepalaannya. Solusinya bagi laki-laki bagaimanapun juga, adalah
27
Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh
mengangkat kepala mereka. Tindakan ini dimungkinkan melalui persembahan. Jika kita melihat Ayub, dan pergumulan luar biasa yang dia alami dalam mempertahankan penentuannya yang dari Allah, kita memperhatikan dia menang dengan mengangkat kepalanya. Allah mengizinkan Iblis menyerang kekayaan, keluarga, dan kesehatan Ayub, namun ditengah dakwaan, jalan alternatif dan keraguan dari sahabat-sahabatnya, dia menemukan kekepalaan di dalam Tuhan. Elifas, sahabat Ayub, menuduhnya
dengan
berkata,
‘Mulutmu
sendirilah
yang
mempersalahkan engkau, bukan aku; bibirmu sendiri menjadi saksi menentang engkau … Apakah engkau turut mendengarkan di dalam musyawarah Allah dan meraih hikmat bagi dirimu? Apakah yang kauketahui, yang tidak kami ketahui? Apakah yang kaumengerti, yang tidak terang bagi kami?’. Ayub 15:6,8,9. Seluruh kitab Ayub menuliskan kepahitannya, pergumulan yang menusuk-nusuk untuk mengatasi kebingungan dari dunia, dengan hikmat dari kekepalaan. Dalam tekanan, kekhawatiran yang mengemudikan fase pernikahan, sebagai laki-laki yang menginginkan untuk berdiri bertanggung jawab bagi rumahnya, dia dapat saja menghadapi dengan pernyataan yang sama dengan istrinya, “Apa yang engkau tahu, yang aku tidak tahu?’. Sementara istri harus terus mempersembahkan dan mengusahakan kesepadanan, laki-laki harus mengangkat matanya/pandangannya dan menemukan kekepalaan Allah. Ketika kitab Ayub diakhiri, dia meresponi dengan berkenan kepada Allah dan menemukan arahan yang pasti dan berkat yang sangat besar. ‘Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi
28
Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh
sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu.’ Ayub 42:5,6. Jika laki-laki menurunkan pandangannya dari hikmat yang dari atas, dia harus bertobat dan mencari Allah. Yang menarik, teman-teman Ayub diinstruksikan oleh Allah untuk membawa persembahan mereka kepada Ayub. Dia mendoakan mereka, dan memberikan persembahan mewakili mereka, supaya itu dapat diterima. ‘karena TUHAN telah berkenan [harfiah. mengangkat wajah kepada] Ayub. Kita dapat menyamakan kekepalaan dari laki-laki dan perempuan, dengan kapasitas Ayub untuk menjadi imam dari hidup Allah kepada sahabat-sahabatnya. Seorang laki-laki tidak pernah dapat mencari penegasan/peneguhan/afirmasi atau penentuan dari rumahnya dengan memandang wajah istrinya. Adalah tanggung jawabnya untuk mengangkat
mata/pandangan
dalam
kekepalaan,
menemukan
penentuan yang Ilahi dari Bapa, dan mempersembahkan ini melalui salib, sebagai tanah/dasar dimana perempuan menjadi sepadan. Istrinya harus dapat memandang wajahnya, dan melihat refleksi dari penentuan Allah bagi rumah mereka. Dengan jalan demikian, seluruh rumah lakilaki berkenan mewakilinya.
Membangun Rumah Israel Setiap penolong dibangun/didandani secara unik sepadan bagi suaminya, dan penentuan dari rumahnya. Lebih jauh lagi, mandat yang sama bagi semua keluarga-keluarga dalam persekutan Kristus ditetapkan dalam penciptaan dari laki-laki dan perempuan; ‘beranak cuculah dan bertambah banyak (berbuah-buah dan bermultiplikasi –
29
Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh
terjemahan Inggris)’. Kej 1:28. Perkataan Tuhan kepada yang tertinggal/tersisa dari Israel yang kembali dari Babel, menyatakan kembali mandat, ‘hamba-hamba-Nya, telah siap untuk membangun (bangkit dan membangun – terjemahan Inggris)’. Neh 2:20. Perkataan ini bertahan untuk semua generasi Kristen – bangkit dan membangun rumah Israel. Dua menjadi satu adalah formasi dari sebuah keluarga yang baru, sebuah rumah yang baru, yang memiliki satu penentuan. Kita sebaiknya memperhatikan disini, bahwa penentuan tunggal dari rumah adalah dari rumah itu sendiri, bukan hanya didefinisikan oleh laki-laki, tapi juga didefinisikan oleh dua menjadi satu. Empat faktor yang bekerja: penentuan yang khusus dari laki-laki, penentuan yang khusus dari perempuan, karakteristik dari perempuan sebagai penolong laki-laki, dan sifat yang khusus/tersendiri dari rumah itu sendiri. Jika kita memperhatikan tanggung jawab Boas dan Rut, kita melihat bahwa perempuan dibangun sepadan terhadap kepalanya, sehingga dia mampu membangun rumah. ‘Perempuan yang bijak mendirikan rumahnya.’ Ams 14:1. Hikmat perempuan untuk membangun, mengalir dalam order kekepalaan Kristus: dari Kristus, kepada suaminya, kepada dia sebagai penolong yang sepadan. ‘Dan seluruh orang banyak yang hadir di pintu gerbang, dan para tua-tua berkata: "Kamilah menjadi saksi. TUHAN kiranya membuat perempuan yang akan masuk ke rumahmu itu sama seperti Rahel dan Lea, yang keduanya telah membangunkan umat Israel (membangun rumah Israel – terjemahan Inggris).’ Rut 4:11. Sesungguhnya tanggung jawab dari Rahel, Lea dan Sarah dengan Abraham,
30
Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh
menunjukkan kepada kita motivasi terdalam dari hati perempuanperempuan ini adalah untuk membangun rumah Allah. Berkat dari orang-orang kepada Boas dan Rut, adalah bahwa Rut akan dibuat sepadan dengan suaminya, seperti dia dapat membangun rumah mereka. Sebelumnya di kitab Rut, dia memohon Boas untuk membentangkan perlindungan [pakaian] atasnya. Kita dapat memparalelkan permohonan ini dengan kitab Wahyu, ‘ … Ia yang duduk di atas takhta itu akan membentangkan kemah-Nya di atas mereka. Mereka tidak akan menderita lapar dan dahaga lagi, dan matahari atau panas terik tidak akan menimpa mereka lagi …’ Wah 7:15,16. Mempelai Kristus, gereja, dilindungi oleh perlindungan-Nya dan karena itu, tinggal dalam posisi siap untuk membangun. Rut bermohon kepada perlindungan Boas sebagai kepalanya, supaya dia dapat menjadi sepadan di tanah penentuan Boas, dan berada pada posisi untuk membangun.
Membawa seorang Istri yang Percaya Dalam mujizat membentuk perempuan, sepadan dengan penentuan suaminya, persembahannya yang unik sebagai individu dalam kerajaan Allah adalah dapat berubah. Setiap orang Kristen, keduanya laki-laki dan perempuan, dapat dengan yakin bersaksi, ‘Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya’. Ef 2:10. Dari penentuan tunggal yang baru dari rumah, prinsip dari pekerjaan yang dipersiapkan sebelumnya dinyatakan dalam 3 cara: kemampuan-kasih karunia individu dari laki-laki;
31
Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh
kemampuan-kasih karunia individu dari perempuan; dan kasih karunia dari laki-laki dengan perempuan sebagai penolongnya di dalam rumahnya. Dalam penyatuan laki-laki dan perempuan, penentuan perempuan mengalami sebuah reorientasi melalui salib. Talenta dari perempuan yang berasal dari Bapa dan kasih karunia dari perempuan yang berasal dari Anak tidak berhenti untuk tetap ada dan tidak akan dilepaskan darinya. Kapasitas untuk membawa persembahan tetap ada, tapi ketika dibangun sepadan kepada suami, konteks dan kesempatan perempuan untuk mempersembahkan didapatkan dalam penundukkan yang sebagaimana mestinya kepada suaminya sebagai kepala. Berbicara pada prakteknya, jika kecakapan seorang perempuan secara langsung memberi pujian terhadap pekerjaan laki-laki dalam kerajaan, dia dapat secara benar-benar bekerja disisi laki-laki. Sebagai kemungkinan lain, jika talenta dan karunianya berfungsi di tempat yang berbeda, melalui penundukkan yang sebagaimana mestinya kepada suaminya, dia bebas untuk mempersembahkan sesuai dengan itu. Dalam kedua kasus, dia membawa persembahannya diatas tanah dari saudara-saudara. Lebih jauh lagi, persembahannya diterima oleh administrasi diaken-diaken berdasarkan otoritas-kasih karunia mereka. Ketika dia melayani dengan sikap seperti ini, dia benar-benar adalah saudari terhadap suaminya dalam pekerjaan mereka, sementara memelihara persembahan mereka dalam kerajaan, menjamin bahwa rumah mereka berkontribusi dalam pekerjaan tubuh dan pembangunan rumah Allah. ‘Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka.’ Pengk 4:9.
32
Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh
Hal ini menjelaskan arti dari pernyataan Paulus kepada orang Korintus, ‘Tidakkah kami mempunyai hak untuk membawa seorang isteri Kristen (seorang istri yang percaya - terjemahan Inggris) …?’. 1 Kor 9:5. Kata ‘percaya’ pada kasus ini, sebenarnya diterjemahkan, ‘saudari’. Pengertian Paulus mengenai penolong sepadan sebagai seorang saudari–istri, terhadap
menjaga
penentuan
keseimbangan dan
penundukkan
kekepalaan
perempuan
suaminya,
dengan
persembahannya secara individu berdasarkan talenta dan karunianya. Dengan cara ini, laki-laki dan perempuan dapat dilihat sebagai satu orang, melayani ‘unit’ dalam keluarga dari keluarga-keluarga yang lebih luas. Dia tidak perlu menjadi kuatir atau takut bahwa kesepadanan akan mengorbankan dia, kreativitasnya, inspirasinya, kecakapannya atau karunianya. Kesepadanan yang sesungguhnya adalah tulang dari tulang, daging dari daging, penyatuan dari laki-laki dan perempuan, sehingga keseluruhan hubungan mereka melayani sebagai fondasi/dasar dari persembahan.
Idealisme Keagamaan atau Kesepadanan yang Sesungguhnya? Dapatkan kita benar-benar menemukan kesepadanan? Dengan seluruh prinsip-prinsip yang telah diletakkan sepanjang bab satu, apakah kesepadanan hanya sesuatu yang kita bicarakan secara teologi belaka? Atau itu adalah sesuatu yang kita temukan dan hidupi? Mungkin, untuk saat ini, kita dapat menyamakan kesepadanan dengan kasih. Ketika pasangan-pasangan bertanya kepada diri mereka sendiri: apakah saya di dalam kasih; bagaimana saya tahu saya di dalam kasih;
33
Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh
bagaimana saya menunjukkan saya di dalam kasih; dan demikian juga, pertanyaan-pertanyaan
yang
sama
dapat
ditanyakan
tentang
kesepadanan. Kita dapat dengan yakin, dan berbesar hati, bahwa kesepadanan yang ilahi adalah dapat dicapai dan bermanfaat sebagaimana kasih yang ilahi antara seorang laki-laki dan seorang perempuan. Betapa sukacitanya bahwa pasangan dapat menjadi teman pewaris bersama-sama, dari kasih karunia dan mandat Allah. Pertemuan yang sejati dalam identitas dan persekutuan bersama dalam persembahan Kristus, mengeluarkan segala mistik keagamaam dari proses. Dalam bab berikut, sebuah jarak antara masalah praktek dihubungkan dengan menyerahkan di dalam salib akan diangkat dan dikomentari.
Ketika
pasangan
terlibat
dan
terhubung
dalam
persekutuan persembahan, beberapa reorientasi yang nyata muncul di jalan kepada kesepadanan. Kesepadanan yang sesungguhnya didapatkan tanpa memproyeksikan idealisme keagamaan atau perpaduan kecocokan. Tetapi, menemukan substansi dari rusuk, yang tersedia melalui salib, bersama dengan pekerjaan dari persembahannya, memberikan tanah/dasar dan kemungkinan untuk membangun sebuah rumah. Pembuatan dari seorang penolong adalah dari dimensi kasih karunia yang adalah milik dari laki-laki, digunakan melalui rusuk, dengan yang tertinggal/tersisa dari Roh, untuk menjadi seorang istri. Tidak ada tingkatan kerja keras pribadi dapat menolong proses. Tidak juga suara pengertian dari prinsip-prinsip, tanpa aplikasi yang murni, dapat menolong juga. Dalam menemukan kesepadanan, pasangan menjadi satu rumah dan satu daging. Dengan cara yang sama, kita tidak
34
Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh
memerlukan ‘fokus’ atau ‘konsentrasi’ untuk menjaga jari-jari kita atau anggota tubuh kita melekata pada tubuh kita, pasangan yang sepadan tidak memerlukan ‘fokus’ atau ‘konsentrasi’ pada menyatukan satu dengan yang lain! Ketika Allah membentuk seorang penolong yang sepadan, dan pasangan saling berkomiten satu dengan yang lain untuk terus-menerus mempersembahkan di dalam salib Kristus pada pusat pernikahan mereka, dengan sendirinya mereka adalah satu rumah dan satu daging. Rasa tentram dan damai sejahtera melingkupi, ketika pasangan tinggal bersama dalam pengudusan dan penghormatan, hidup sepadan dalam kesatuan penentuan mereka. Terbebas dari pergumulan yang terus menerus dalam hal kesalahan menyesuaikan dalam kecocokan
atau
idealisme
keagamaan,
kepada
kebebasan
mempersembahkan dan melayani dalam rumah Tuhan, kesepadanan pada faktanya adalah elemen yang penting dari kasih ilahi antara suami dan istri.
35
Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh
DUA Reorientasi melalui Salib
Pada bagian akhir buku ini, kita akan memeriksa beberapa pertanyaan ilistrasi yang pasangan-pasangan akan temukan ketika mereka terikat bersama. Pasangan-pasangan sebaiknya mengambil waktu untuk merenung dan merefleksikan tentang jenis-jenis pertanyaan ini, sementara mereka bersama bertumbuh sepadan. Pada akhirnya, sementara
Roh
Kudus
menuntun
pasangan-pasangan
dan
mengiluminasi pertanyaan-pertanyaan dalam hati mereka, topik-topik yang dirancang ini akan membentuk isi dari diskusi dengan konselorkonselor. Bagi perempuan untuk dibangun sepadan terhadap suaminya, dia harus menjalani sebuah reorientasi melalui salib. Salib bekerja dengan dua cara yang prinsip: pertama-tama untuk membebaskan perempuan (dari segala halangan untuk proses kesepadanan, beberapa
36
Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh
diantaranya ada dalam daftar pertanyaan dibawah), untuk menjadi sepadan; dan kedua untuk menyediakan kasih karunia bagi pernikahan. Salib juga mendorong kapasitas untuk saling menyembah/menghargai satu dengan yang lain dan bertemu dalam koinonia yang sesungguhnya. Dengan membuat observasi praktis dan mencari pengertian yang cukup/memadai, pasangan akan dapat mengembangkan kesaksian yang menjawab pertanyaan-pertanyaan dibawah.
Sudahkan kita melepaskan ketidakdewasaan atau persepsi/pandangan ‘remaja’ mengenai romatis dan pernikahan? Jika sebuah hubungan dibentuk antara dua individu yang tidak dewasa, dicirikan dengan tidak stabil, identitas yang tidak beres, mereka akan bertemu dalam jalan yang timpang. Identitas yang tidak pasti menumbuhkan
persepsi/pandangan
romantis
mengenai
apakah
hubungan yang seharusnya, bukan pertemuan yang sebagaimana mestinya dan apresiasi/penghargaan bagi orang lain, pengudusan dan penghormatan mereka. Ketika kapasitas untuk ‘berdiri’ dalam identitas penentuan mereka menjadi dewasa, sebuah pemisah mulai terbentuk antara menjadi siapa mereka yang mereka perkenalkan diri mereka sendiri sebelumya. Ini menjadi jelas ketika pasangan bergumul untuk menjaga ukuran dari hubungan kepada romantis, persepsi tidak dewasa mereka, yang berlari berlawanan dengan identitas dan panggilan mereka. Untuk alasan ini, kita dapat melihat lobang kejatuhan remaja membentuk hubungan. Itu akan membuktikan ketidakmungkinan untuk menemukan kesepadanan yang sesuai bagi pernikahan.
37
Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh
Kedewasaan membutuhkan penundukkan sebuah hubungan terhadap proses pembersihan/pemurnian melalui salib, benar-benar menguji kelangsungannya untuk seumur hidup dari pernikahan dalam Tuhan, tidak akan ada. Lebih lanjut lagi, ketika sebuah hubungan dibentuk antara dua orang yang tidak seimbang atau tidak dibentuk dalam identitas mereka dalam Tuhan, fondasi hubungan mereka akan menjadi esensi yang sebenarnya dari semua yang asing kepada allah. Untuk menemukan kesepadanan, semua persepsi yang tidak dewasa dalam hubungan harus dihapuskan, dan fondasinya haruslah salib. Pasangan harus menghilangkan konsep mereka sebelumnya tentang romantis dan pernikahan yang ‘seharusnya’ dan mengorientasikan kembali melayani dan saling mempersembahkan satu dengan yang lain dan dalam keluarga gereja. Jika ketidakdewasaan ini atau idaman/citacita remaja dipegang, pasangan akan terus saling melihat dan membentuk satu dengan yang lain dalam persepsi romantis mereka yang salah. Pasangan tidak akan pernah benar-benar bertemu dan yang lebih penting lagi, mereka tidak akan pernah menemukan kesepadanan yang sesungguhnya.
Apakah kesaksian saya atas hubungan ini dari pertumbuhan yang dewasa dan pertemuan yang berdasarkan identitas? Pada titik menemukan kesepadanan, kesaksian pasangan haruslah dari kedewasaan dan kesiapan untuk membangun rumah. Setelah menyerahkan hubungan mereka untuk menjalani proses dari salib, mereka akan mencapai titik dimana mereka benar-benar nyaman dan ditegakkan pada peran mereka sebagai kepala dan penolong.
38
Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh
Perempuan sebaiknya menjadi begitu sepadan sehingga dia membuat penentuan suaminya adalah penentuannya juga. Mereka sekarang mulai untuk berjalan bersama sebagai satu, membawa persembahan mereka pada meja yang sama. Seorang perempuan sepadan dengan seorang laki-laki tidaklah kemudian dirampas dari karunia-karunia dan anugerah-anugerahnya yang unik, tapi sebaliknya terus menerus membawa persembahannya sebagai saudari di atas tanah dari saudarasaudara. Penundukkannya ketika persembahan adalah kepada otoritaskasih karunia dari saudara-saudara yang menjadi diaken dalam administrasi. Adalah mitos bahwa ketika perempuan menemukan kesepadanan, dia kemudian kehilangan semua karunia dan kapasitas dimana dia sebelumnya persembahkan dan yang membentuk identitasnya dalam Kristus. Sebaliknya, dia membawanya ke atas tanah dari
suaminya
sebagai
persembahan
untuk
bersatu
dengan
penentuannya.
Sudahkah kita melepaskan keinginan untuk menguasai yang lain dan mengontrol agenda? Rintangan menonjol yang banyak pasangan hadapi, adalah mengatasi kebutuhan untuk mengontrol dan menaklukan yang lain ketika tekanan-tekanan kehidupan menggunung dihadapan mereka. Dalam pencobaan kehidupan, pasangan harus mempunyai iman terhadap yang lain, hubungan mereka dan pimpinan Allah dalam kehidupan mereka. Jika perasaan mengejar kontrol masuk dalam hubungan, bukannya saling mengimani komitmen masing-masing terhadap hubungan mereka dan kehendak Tuhan, berkompetisi untuk kontrol akan
39
Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh
muncul. Bukannya memberikan tanah/dasar atau bertemu secara rasional dan perhubungan, mereka berakhir dengan berkompetisi untuk menjadi benar, tidak ingin untuk bertemu pada tanah kudus dan memelihara salib antara mereka. Mencoba untuk menaklukan yang lain mencegah menemukan kesepadanan yang sesungguhnya. Pasangan harus dalam iman sepenuhnya untuk peran mereka sebagai kepala dan penolong. Perempuan harus tunduk dan mempercayai laki-laki, dan laki-laki harus mengangkat kepalanya kepada Kristus, bukan memandang wajah istrinya.
Masihkah kita memelihara kekhawatiran? (Apakah perempuan menemukan kesepadanan dengan ketakutan? Apakah laki-‐laki takut perempuan tidak dapat sepadan dalam pekerjaannya? Ketakutan akan masa depan adalah kesulitan yang terulang kembali bagi banyak pasangan. Pasangan-pasangan yang khawatir tentang masa depan belum sepenuhnya meletakkan hubungan mereka di kaki Tuhan dan dengan demikian kembali pada pemikiran-pemikiran mencari kontrol dan pada akhirnya menaklukkan yang lain. Untuk menemukan kesepadanan laki-laki harus menemukan damai sejahtera dan istirahat/tenang/rest, mempercayai Tuhan untuk membentuk istrinya secara sepadan. Ketakutan bahwa perempuan tidak dapat menjadi sepadan dapat membuat laki-laki mencoba untuk memaksa dia kedalam penundukkan dan membentuknya menjadi apa yang dia tentukan seorang istri sepadan yang seharusnya. Sebagai gantinya, jika perempuan menemukan kesepadanan dengan ketakutan, dia tidak akan percaya kepada laki-laki. Ini membuktikan dia belum sepenuhnya
40
Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh
membicarakan tentang perhubungan terhadap pernikahan. Setelah pasangan meminta dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan untuk membuat
mereka
sepadan,
tidak
akan
ada
ketakutan
atau
kekhawatiran tergantung pada hubungan mereka. Walaupun masa depan belum perlu dipetakan secara rapi dan teratur, pasangan berada dalam iman yang penuh bahwa hubungan ini dengan tenang berada dalam kehendak Tuhan.
Sudahkan kita melalukan mimpi romantis dan memusatkan salib antara kita, sebagai fondasi kita? Bahayanya, khususnya bagi perempuan, adalah mengembangkan kumpulan idaman/ideal yang kemudian dia coba untuk bentuk dan ukurkan pada laki-laki. Bukannya memandang kepada Tuhan untuk menemukan kesepadanan, dia mencoba untuk membentuk laki-laki menjadi laki-laki romantis yang ideal menurut yang dia sukai. Tetapi, dia harus merangkul siapa laki-laki itu dalam Tuhan. Demikian juga, laki-laki tidak dapat membentuk kembali perempuan menjadi seideal dengan apa yang telah dia renungkan tentang seorang istri sempurna yang seharusnya. Adalah tidak mungkin bagi pasangan untuk bertemu yang sesungguhnya dan menemukan kesepadanan sementara jenis fantasi romantis ini mendasari hubungan mereka. Pasangan harus tiba pada titik dimana mereka dalam iman sepenuhnya terhadap hubungan mereka. Mereka telah saling merangkul satu dengan yang lain untuk siapa mereka dalam identitas mereka yang diberikan Allah. Mereka telah membuat salib menjadi pusat dari hubungan mereka dan berkemauan untuk menempatkan itu diatas keinginan mereka sendiri.
41
Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh
Sudahkan perempuan menemukan iman untuk menjadi paraclete, penolong yang sesungguhnya bagi laki-‐laki ini dan bukan ideal hebatnya dari seorang istri yang dia proyeksikan bagi dirinya sendiri? Perempuan harus dalam iman sepenuhnya terhadap jalannya hubungan pada pernikahan dan kemudian membiarkan Allah untuk membuat dia menjadi sepadan bagi laki-laki. Kesepadanan yang sesungguhnya hanya dapat ditemukan dengan yang tertinggal/tersisa dari Roh. Pasangan harus waspada bahwa menemukan kesepadanan yang ilahi adalah diluar batas kapasitas kemanusiaan mereka. Ini adalah mujizat dari Allah menyatukan laki-laki dan perempuan. Perempuan harus menemukan kadar kesepadanan dimana juga itu adalah ‘dari laki-laki’ seolah-olah dia telah diambil dari rusuknya juga, seperti Hawa dibentuk dari rusuk Adam. Jenis kesepadanan ini adalah pertama-tama tidak dapat dibayangkan/dipahami/digambarkan, tapi dapat ditemukan ketika hubungan mereka benar-benar berorientasikan salib dan pasangan beriman bahwa hubungan mereka adalah kehendak Tuhan bagi kehidupan mereka. Sekali kesepadanan ditemukan, pasangan dapat tetap menjadi sepadan sementara
mereka
terus-menerus
mempersembahkan.
Ketika
persembahan berhenti, mereka tidak lagi dapat berjalan dalam satu penentuan, dan akan kembali kehilangan kesepadanan. Ini adalah kasus bagi kita semua, ketika pasangan menginginkan untuk membangun rumah. Kita dapat tetap sepadan selama hidup kita, selama kita terus menerus mempersembahkan. Hanya oleh Tuhan membawa penolong yang sepadan dari dan untuk laki-laki, menerima yang tertinggal/tersisa
42
Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh
dari Roh, dapatlah pasangan menemukan dan memelihara kesepadanan cukup untuk seumur hidup pernikahan Kristen. Jika perempuan masih mencoba untuk membuat/menciptakan kembali dirinya sendiri kepada ‘idealnya’ yang dia ciptakan dalam pikirannya atau menduga-duga yang diinginkan suaminya, dia tidak akan pernah menjadi paraclete yang sesungguhnya, atau menemukan dan memelihara kesepadanan.
43