BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perbankan syariah di Indonesia, pertama kali dipelopori oleh Bank Muamalat Indonesia yang berdiri pada tahun 1991. Bank ini pada awal berdirinya diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah serta mendapat dukungan dari Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha muslim. Pada saat krisis moneter yang terjadi pada akhir tahun 1990, bank ini mengalami kesulitan sehingga ekuitasnya hanya tersisa sepertiga dari modal awal. IDB kemudian memberikan suntikan dana kepada bank ini dan pada periode 1999-2002 dapat bangkit dan menghasilkan laba.
Meningkatnya
kebutuhan
masyarakat
terhadap
keberadaan
sistem
perbankan yang sesuai dengan prinsip syariah mendapat respon positif dari pemerintah dengan mengeluarkan UU No. 7 Tahun 1992 yang menetapkan bahwa perbankan di Indonesia menganut dual banking system, yaitu perbankan konvensional dan perbankan syariah.
Perundang-undangan tersebut selanjutnya disempurnakan dengan UU No. 10 Tahun 1998, guna memberikan landasan hukum yang lebih jelas bagi operasional perbankan syariah nasional. Berdasarkan UU No. 21 tahun 2008
1
tentang Perbankan Syariah, disebutkan bahwa yang dimaksud Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah.
Prinsip syariah yang menjadi ruh operasional Bank Syariah, menjadikan Bank Syariah tidak hanya dimiliki oleh kelompok umat Islam saja. Sebagai negara yang jumlah populasi penduduknya cukup besar, di Indonesia sesungguhnya salah satu alasan pendirian Bank Syariah memang ditujukan untuk melayani kebutuhan umat Islam dalam melakukan transaksi perbankan yang tidak mengandung riba dan transaksi lainnya yang diharamkan oleh hukum Islam.
Menurut UU No. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah, asas dari kegiatan usaha perbankan syariah adalah prinsip syariah, demokrasi ekonomi dan prinsip kehati-hatian. Sehingga diharapkan kegiatan usaha dari perbankan syariah dapat menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dengan adil dan merata.
Mengetahui prinsip usaha Bank Syariah, kita tidak menjadi ragu untuk menyimpan dana kita di Bank Syariah. Kegiatan usaha perbankan syariah sangat luhur dan memiliki manfaat yang besar. Terbukti bahwa setiap transaksi yang mengandung riba dan didalamnya ada unsur perjudian juga spekulasi, telah menimbulkan krisis secara global di dunia, Jika tingkat imbalan produk penghimpunan dana pada Bank Konvensional selalu ditetapkan diawal dan hanya dalam bentuk suku Bunga. Maka, tingkat
2
imbalan produk penghimpunan dana pada Bank Syariah ada dikenal dalam 3 bentuk.
Pertama,
bonus, merupakan instrumen imbalan yang tidak pernah
diperjanjikan diawal tapi diperoleh oleh pemilik uang (nasabah) pada produk tabungan dan giro yang menggunakan akad wadiah (titipan). Kedua, bagi hasil, yaitu imbalan untuk deposito mudharabah yang disepakati dengan nisbah sebagai faktor pembagi antara Bank syariah dan nasabah. Produk deposito Mudharabah bank Syariah aman dan sangat menguntungkan. Dalam bagi hasil yang tetap hanya angka nisbah, sedangkan nominal imbalan yang diperoleh nasabah berfluktuasi dan tidak tetap. Diketahui dari data Bank Syariah tahun 2008 tingkat imbalan bagi hasil deposito mudharabah cukup kompetitif dan cendrung naik setiap bulannya.
Bahkan, pada posisi tertentu dapat melampaui suku bunga nilai deposito perbankan konvensional yang telah ditetapkan diawal. Seperti perbankan Konvensional, keberadaan perbankan syariah juga telah diakui oleh UndangUndang perbankan nasional. Bahkan pada tahun 2008 perbankan syariah telah diatur dalam satu Undang-Undang tersendiri yaitu Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Pemerintah mengakui dan menjamin keamanan dan kenyamanan segala bentuk transaksi yang dilakukan di perbankan syariah. Sehingga, kita tak perlu ragu atau takut untuk menyimpan dana pada perbankan syariah.
3
Hingga kini terdapat 3 institusi bank syariah di Indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah. Sementara itu bank umum yang telah memiliki unit usaha syariah adalah 19 bank diantaranya merupakan bank besar seperti Bank Negara Indonesia (Persero) dan Bank Rakyat Indonesia (Persero).
Dengan semakin berkembangnya perbankan syariah di Indonesia, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang dituangkan dalam bentuk skirpsi dengan judul “PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL TERHADAP PERKEMBANGAN DANA PIHAK KETIGA PADA PT. BANK SYARIAH MUAMALAT INDONESIA, TBK”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan penelitian diatas, penulis membuat perumusan masalah sebagai berikut : “Apakah tingkat bagi hasil berpengaruh terhadap perkembangan dana pihak ketiga pada PT. Bank Syariah Muamalat Indonesia, Tbk?”.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji secara ilmiah pengaruh tingkat bagi hasil terhadap perkembangan dana pihak ketiga pada PT. Bank Syariah Muamalat Indonesia, Tbk.
4
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini :
a. Bagi penulis, untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan lebih memahami tentang konsep bagi hasil pada bank syariah di Indonesia khususnya. b. Bagi bank, sebagai alat ukur kinerja konsep bagi hasil. c. Bagi pembaca, menambah pengetahuan mengenai konsep bagi hasil pada bank syariah.
5