Terms Of Reference Round Table Discussion 1 “Rawa Tripa, penyangga kehidupan masyarakat Nagan Raya” Latar Belakang Tripa merupakan hutan rawa gambut yang luasnya sekitar 61.000 ha, terletak di pantai barat Aceh, yaitu di Kabupaten Nagan Raya dan Aceh Barat Daya. Secara administratif kawasan Tripa sekitar 60% termasuk dalam wilayah kecamatan Darul Makmur kabupaten Nagan Raya dan 40% dalam wilayah kecamatan Babah Rot kabupaten Aceh Barat Daya. Tripa merupakan salah satu dari tiga hutan rawa gambut besar di dalam Ekosistem Leuser yang paling terkenal di dunia. Rawa-rawa ini memiliki nilai local dan internasional. Tripa sangat penting bagi penduduk local karena mampu menjadi buffer zone yang tangguh saat bencana tsunami menghantam Aceh di bulan Desember 2004. Tripa juga menyediakan keamanan pangan (terutama ikan), persediaan air bersih, dan hasil hutan non kayu seperti madu dan kayu. Juga mengatur iklim mikro, termasuk temperatur dan kelembaban, yang penting bagi pencegahan kebakaran dan keberlanjutan pertanian lokal. Hasil penelitian LIPI, kawasan Hutan Tripa memiliki kedalaman gambut 3 s/d 5 meter. Hutan rawa gambut ini bersifat khas karena berfungsi seperti spons (busa) yang mampu menyerap air dan melepaskannya secara perlahan-lahan, dan yang paling pentingnya adalah sebagai penyimpan karbon. Karena sifatnya itu, gambut memiliki kemampuan sebagai penambat (reservoir) air tawar yang cukup besar pada musim hujan dan melepaskan air pada musim kemarau. Selain itu, kawasan ini memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi, yang diantaranya adalah Beruang Madu (Helarctos malayanus), Orangutan Sumatera (Pongo abelii), Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrensis), Buaya Muara (Crocodilus porosus), Burung Rangkok (Buceros sp), dan berbagai jenis satwa liar lainnya. Bahkan hasil penelitian Prof. Carel van Schaik pada tahun 1996 menemukan jumlah populasi orangutan tertinggi terdapat di dalam kawasan hutan gambut Tripa, Kluet dan Singkil. Dikarenakan fungsinya yang cukup penting tersebut, berdasarakan Kepres Nomor 33 tahun 1997, kawasan ini dimasukkan dalam Kawasan Ekosistem Leuser (KEL). Pendataan lapangan pada bulan November 2007 oleh YEL/PanEco, ICRAF (the World Agroforestry Centre) dan UNSYIAH (Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh) menemukan cadangan karbon di atas permukaan tanah pada hutan yang masih ada seluas 31.410 ha (Hutan primer seluas 24.088 ha dan hutan sekunder seluas 7.231 ha) adalah sebesar 4.048.335 ton carbon. Sementara cadangan karbon di bawah permukaan tanah (dengan kedalaman antara 130 cm-505cm) diperkirakan sebesar 328-2.240 ton karbon per hektar (luas rawa gambut Tripa 60.000 ha, menyimpan 19.680.000-134.400.000 ton karbon). Pembukaan dan pengeringan rawa gambut dimana saja termasuk juga Tripa, akan mengakibatkan pelepasan kandungan karbon tersebut ke udara yang dapat mempercepat pemanasan global. Dampak lokal yang akan dirasakan oleh masyarakat sekitarnya adalah kehilangan sumber protein alami (ikan air tawar seperti lele), kehilangan sumber tanaman obat, penurunan permukaan tanah dan berkurangnya daya serap air sehingga mengakibatkan seringnya terjadi banjir. Pada jangka panjang dampak yang akan dirasakan masyarakat lokal adalah penurunan permukaan tanah dan intrusi air laut, sehingga akan sulit mendapatkan air tawar. Pengeringan rawa saja akan berakibat matinya tutupan hutan (vegetasi) yang ada diatasnya, dan kemudian akan menurunkan permukaan tanah. Potensi alaminya, masalah lingkungan yang akan muncul dari aktifitas pada kawaswan rawa ini tidak banyak diketahui masyarakat.
Untuk itu, perlu dicari jalan keluar atau solusi dari persoalan yang muncul atau ada didalam kawasan hutan Rawa Gambut Tripa. Dalam merumuskan solusi terbaik bagi permasalahan di Tripa perlu melibatkan berbagai pihak yang terkait, baik pemerintah daerah, masyarakat, LSM pemerhati masalah Tripa dan pihak swasta (perkebunan kelapa sawit) Tujuan 1. Memberikan pemahaman awal mengenai fungsi dan peran serta dampak dari kehilangan rawa gambut Tripa ditinjau dari aspek ekonomi, sosial, mitigasi bencana dan jasa lingkungan 2. Membangun stakeholder atau jaringan stakeholder kunci untuk proses pencarian solusi dan pengelolaan rawa tripa ke depan yang berkelanjutan. 3. Bersama-sama dengan stakeholder kunci mengidentifikasi masalah-masalah yang ada di sekitar hutan rawa Tripa. Hasil yang diharapkan. 1. Adanya pemahaman dari stakeholder kunci mengenai nilai dan peran Rawa Tripa serta dampak yang muncul dari kehilangan Rawa Tripa bagi masyarakat dan pemerintah daerah 2. Terbentuknya jaringan stakeholder kunci untuk mencari solusi dalam membangun pengelolaan Rawa Tripa yang berkelanjutan. 3. Terciptanya kesepahaman dan komitmen diantara stakeholder kunci untuk mencari solusi dalam membangun pengelolaan Rawa Tripa yang berkelanjutan. Metode Round Table Discussion direncanakan akan berlangsung selama 2 hari dan terbagi dalam dua sesi utama yaitu seminar dan diskusi. Dalam sesi seminar akan dipaparkan berbagai informasi dan fakta terkait dengan nilai, fungsi dan peran Rawa Tripa ditinjau dari berbagai aspek. Selanjutnya dalam sesi diskusi (dalam hal ini dibagi dalam beberapa kelompok kerja) akan memetakan berbagai persoalan yang saat ini mengancam Tripa dan alternative solusinya. Hasil dari kelompok-kelompok kerja ini yang akan dibahas lebih lanjut dalam Round Table Discussion sesi kedua
Peserta Peserta kegiatan ini adalah para pemangku kepentingan yang berada di daerah sasaran yaitu Kabupaten Nagan Raya dan Aceh Barat Daya serta LSM pemerhati Tripa dan jurnalis. 1. Masyarakat Adat (Kemukiman) 2. Kecamatan (Darul Makmur dan Babahrot) 3. DPRK Abdya dan Nagan Raya. 4. Dishutbun Kab Abdya dan Nagan Raya. 5. Bapeda Kab Abdya dan Nagan Raya 6. Bapedalda/ Dinas Lingkungan Hidup Kab Abdya dan Nagan Raya 7. Dinas Pertanian 8. Dinas Perikanan dan Kelautan 9. Dinas Pengairan 10. BP KEL 11. Pemilik Hak Guna Usaha (Perkebunan Kelapa sawit),
12. Media (Cetak dan Elektronik), 13. Perguruan Tinggi, dan 14. LSM. Materi dan narasumber: 1. Rawa dan masyarakat pesisir pantai barat Aceh ditinjau dari aspek ekonomi, sosial budaya dan mitigasi bencana. a. Unsyiah: Rawa dan masyarakat pesisir Aceh (hubungan sosial ekonomi dan budaya) b. YLI: Raw pesisir pantai barat dan perannya dalam mitigasi bencana (lesson learned tsunami 2004) c. Perwakilan Masyarakat Lokal (Mukim) : Berbagi pengalaman - Manfaat Rawa Tripa bagi kehidupan masyarakat lokal 2. Pengelolaan hutan Rawa Tripa dan potensi sumber ekonomi yang berkelanjutan. a. BP DAS Prov NAD: DAS Tripa – peran, dasar hukum pengelolaan dan dampak kehilangannya b. BP KEL: Rawa Tripa sebagai bagian dari KEL – peran, dasar hukum, dan pengelolaannya c. ICRAF: Hutan Rawa Gambut Tripa dan potensi perdagangan karbon. Waktu dan Tempat Kegiatan Kegiatan ini akan diselenggarakan pada: Hari/Tanggal : 19 – 20 Desember 2008 Tempat : akan dikonfirmasikan lagi Jadwal Kegiatan Terlampir.
Penutup Demikian ToR ini dibuat sebagai kerangka acuan pelaksanaan dan evaluasi hasil kegiatan.
Salam Lestari, Tim kampanye dan advokasi untuk penyelamatan Rawa Tripa
Kontak Panitia: 1. Kristiani Napitupulu (081396364540) 2. Fransisca Ariantiningsih (081533107681) 3. Tatang Y Komoro (081376127991)
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Round Table Discussion Hari Pertama, Kamis 18 Desember 2008 Waktu Kegiatan 09.00 – 09.30 WIB 09.30 – 10.00 WIB
10.00 – 10.30 WIB
10.30 – 10.50 WIB 10.50 – 11.10 WIB 11.10 – 11.30 WIB 11.30 – 12.00 WIB 12.00 – 13.00 WIB
13.00 – 13.20 WIB 13.20 – 13.40 WIB 13.40 – 14.00 WIB 14.00 – 14.30 WIB
Registrasi peserta Pembukaan - Pembacaan ayat suci Al Quran - Pembukaan RTD oleh Bupati Nagan Raya Coffee Break Seminar Panel 1 Rawa dan masyarakat pesisir pantai barat Aceh ditinjau dari aspek ekonomi, sosial budaya dan mitigasi bencana Rawa dan masyarakat pesisir Aceh
Pemateri/Penanggung Jawab Panitia Panitia
Panitia
UNSYIAH
Rawa di pesisir pantai barat dan perannya dalam mitigasi bencana (lesson learned tsunami 2004) Berbagi pengalaman - Manfaat Rawa Tripa bagi kehidupan masyarakat lokal Diskusi dan tanya jawab
YLI
Ishoma
Panitia
Perwakilan Masyarakat Adat Tripa
Seminar Panel 2 Pengelolaan hutan Rawa Tripa dan potensi sumber ekonomi yang berkelanjutan DAS Tripa – peran, dasar hukum BP DAS NAD pengelolaan dan dampak kehilangannya Rawa Tripa sebagai bagian dari KEL – peran, BP KEL dasar hukum, dan pengelolaannya Hutan Rawa Gambut Tripa dan potensi ICRAF perdagangan karbon Diskusi dan tanya jawab Peserta kemudian dibagi menjadi dua kelompok diskusi, dengan tema: 1) Rawa dan kehidupan masyarakat lokal 2) Pengelolaan rawa dan potensi untuk sumber ekonomi berkelanjutan
Panitia
14.30 – 16.30 WIB
Diskusi dalam masing-masing kelompok untuk mengidentifikasi permasalahan – permasalahan yang muncul di Tripa terkait dengan tema diskusi masing-masing kelompok
Fasilitator kelompok
16.30 – 16.45 WIB 16.45 – 17.45 WIB
Coffee Break
Panitia
Pemaparan hasil diskusi masing-masing kelompok
Hari Kedua, Jumat 19 Desember 2008 Waktu
Kegiatan
08.00 – 09.00 WIB 09.00 – 09.15 WIB
Sarapan pagi
Pemateri/Penanggung Jawab Panitia
Review kegiatan hari sebelumnya
Panitia
09.15 – 10.15 WIB 10.15 – 10.30 WIB 10.30 – 11.30 WIB 11.30 – 12.00 WIB 12.00 – 14.00 WIB 14.00 – 14.30 WIB 14.30 – 15.30 WIB 15.30 – 15.45 WIB 15.45 – 16.15 WIB 16.15 – 16.45 WIB
Peserta kembali di bagi dalam kelompokkelompok kerja Diskusi dalam masing-masing kelompok untuk mengidentifikasi alternative-alternatif solusi untuk permasalahan di Tripa Coffee Break
Fasilitator
Panitia
Lanjutan Diskusi
Fasilitator
Pemaparan hasil diskusi sesi pertama
Kelompok
Ishoma
Panitia
Pemaparan hasil diskusi sesi kedua
Kelompok
Kesimpulan, komitmen dan rekomendasi
Dishutbun Nagan Raya
Coffee break
Panitia
Penutupan
Panitia
Konferensi Pers
Panitia
Lampiran 2. Daftar Peserta Round Table Discussion No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40.
Instansi/Lembaga Perwakilan masyarakat adat Tripa Muspika Darul Makmur Muspika Babahrot DPRK Nagan Raya DPRK Aceh Barat Daya Pemda Nagan Raya Pemda Aceh Barat Daya Dishutbun Nagan Raya Dishutbun Aceh Barat Daya Bappeda Nagan Raya Bappeda Aceh Barat Daya Dinas Lingkungan Hidup Nagan Raya Bapedalda Aceh Barat Daya Dinas Pengairan Nagan Raya Dinas Pengairan Aceh Barat Daya Dinas Pertanian Nagan Raya Dinas Pertanian Aceh Barat Daya Dinas Perikanan dan Kelautan Abdya Dinas Perikanan dan Kelautan Nagan BP KEL Unsyiah BP DAS Prov NAD WWF ICRAF Walhi NAD YLI Eye on Aceh Wetland International Indonesia Program LBH NAD OCSP YEL/PanEco Serambi Indonesia Radio Fatali FM Radio Nara FM PT Astra Agro Lestari PT Kalista Alam PT Gelora Sawita Makmur PT SOCFINDO PT Fajar Bazury & Brothers PT Cemerlang Abadi Total
Jumlah 3 orang 3 orang 3 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 45 orang