Terlambat Melihat Cahaya Kabut tebal bagaikan selimut penghalang sinar matahari yang ingin turun menyentuh bumi,dedaunan teh hijau yang membentang seolah tak berujung ,serta udara segar yang membuat semua kehidupan disana semakin ramai karena disaat itulah banyak jemari dengan keahliaannya menari diatas pucuk-pucuk dedaunan teh yang muda. Itulah suasana disebuah desa yang berada diatas perbukitan yang jauh dari sentuhan besi-besi pencakar bumi. nyaman,tentram dan sangat tenang disanalah aku dibesarkan. Namaku raffa ,aku putra pertama dari pasangan yang hidup dengan segala keterbatasan ekonomi keluarga.aku juga menjadi tulang punggung keluarga karena kondisi ayah yang sering sakit-sakitan. Aku kerja untuk orang tua dan seorang adik perempuanku. Ia bernama Tania. Ia seorang adik yang sangat berharga bagiku, karena setiap masalah yang ku hadapi sering kali kami saling curhat dan mencari solusi. Aku bekerja sebagai tukang petik dikebun teh dan buruh angkut teh ke gudang milik pamanku. Keringat dan tenaga selalu berkucuran setiap hari mengiringi nafasku yang berhembus mencari nafkah. Tetapi, kondisi fisikku tak sekuat tenaga dan semangatku. aku mengidap sakit kanker pembulu darah .tetapi sakit itu ku anggap biasa saja, karena jika ku tak bekerja sehari saja maka rotasi keuangan keluarga akan tersendat. Pagi hari ini akhu sedang sibuk memetik daun teh bersama adikku Tania yang membantuku.walau diusianya yang masih belia tetapi ia sangat kuat karena diusianya menginjak 15 thun seharusnya hari-harinya dihabiskan untuk bermain ,belajar ,bercanda tawa dan riang bersama teman-temannya.sebenarnya aku tak tega harus melihatnya bekerja bersamaku.tetapi untaian kataku tak bisa luluhkan keinginannya itu.ku pandangi senyuman dedaunan yang memanjakan mata serta bersyukur atas segalanya yang ku miliki. “kak…..kak…kak raffa…” teriak adikku dari kejauhan. “iya adikku sayang ada apa……”jawabku .
“tolong donk bantu aku angkatin nih keranjang…”pintaku padanya..”udah penuh nih kak…sampai-sampai dedek tidak kuat mengangkatnya sendiri ”katanya dengan iringan senyumnya yang imut. “iya adikku sayank sini kakak bantu….kakak juga sudah selesai kok”…..jawabku. Kami angkat rizki kami yang ada didalam keranjang tua yang sudah lapuh termakan usia….tambalan kantong plastic pada kerangjang itu menjadi saksi bisu tekat kami berdua. Disaat perjalanan ke gudang kami bertemu gadis buta yang berada didalam mobil dengan pola acak rambutnya seperti orang depresi berat. Seragam sekolah yang ia kenakan menujukkan umur ia masih berada dibawahku. Ku melihatnya berada dalam kesedihan dan menahan kesedirian dalam raut wajahnya. “kak….heh …..kak……kakak raffa yang ganteng.” Teriak si imut padaku. “eh ….yaaaa…. ada apa ?” tanyaku. “kakak kenal cewek itu?”Tanya dia disaat aku bertanya padanya. “oh tidak kok dik…. Hanya saja kakak merasakan sesuatu yang membuat kakak penasaran” jawabku. “ah kakak ini sok kenal sich…… walau keaadaannya memprihatinkan tetaplah berhati hati kakak jangan sampai kakak jatuh cinta padanya…” jawab adikku dengan nada penuh khawatir. “ohhh ya dik” jawabku. Kabut yang mulai tak terlihat karena tergantikan oleh sosok kegelapan malam yang akan segera hadir membuatku teringat pada gadis itu. Kasihan dia pasti kesepian karena didalam mobil ia hanya seorang sendiri ditemani seorang sopir pribadinya saja.ku beranikan untuk keluar rumah mencari tahu dimana sosok wanita yang menarik perhatianku tadi. Dinginnya malam serta bunyi paduan suara yang beriringan dari hewan-hewan malam yang berada dikebun teh menjadi teman diriku dalam mencari tahu informasi tentang dia.ketika ku berjalan melewati sebuah villa keluarga yang letaknya tak jauh dari rumahku dikejutkan dengan
suara teriakan dan tangisan keras seorang cewek yang berada di atas teras berpegang tongkat sebagai juru arahnya dan kedua tangan yang meraba tak tentu arah.pot bunga yang berjatuhan menjadi sebuah jawaban bagiku atas sakitnya itu. Perlahan kaki melangkah,pelan pelan dan halus sekali karena aku tak ingin melihat ia merasakan kehadiranku. Tiba-tiba ku dikejutkan dengan sosok ibu-ibu yang menepuk pundakku. Aku kenal ia adalah pembatu divilla ini. “mau apa den?”Tanya bi surti. “itu siapa bi?”tanyaku. “dia adalah non rani..putri sulung dari pemilik villa ini den.” Jawabnya. “terus kenapa dia disini bi. Seharusnya ini kan harinya aktif masuk sekolah?” tanyaku pada bi surti. “ceitanya begini den ‘ non rani dulu sebelum sakit ia ada seorang pelajar di SMA TUNAS HARAPAN BANGSA 2 JAKARTA PUSAT didaerah Menteng. Kehidupan mewah dan segala kebutuhan yang terpenuhi membuatnya menjadi sosok wanita yang tak tentu arah karena jauh dari perhatian orang tuanya. Kedua orang tuanya adalah pembisnis antar pulau sehingga membuat hampir tak ada perhatian tercurahkan pada non Rani. Mobil mewah dan pakaian diatas lutut menjadikan ia cewek yang kurang sopan..hari-harinya dihabiskan bersama temantemannya ke mall dan diskotik di daerah apartemen tempatnya tinggal. Sampai suatu tengah malam saat perjalanan sehabis dari diskotik ia pulang ke apartemennya dengan menaiki mobil lamborgini dalam keadaan mabuk berat. Karena mengemudi dalam keadaan kurang sadar ia mengalami sebuah kecelakaan tragis yang mengakibatkan ia harus menelan kenyataan pahit bahwa ia mengalami kebutaan permanen.karena tak ada orang yang menjaganya disana kemudian orang tuanya mengirim non rani kesini dengan tujuan menenangkan pikirannya dan menjauhkan dari teman-temannya. Tetapi sejak kedatangannya ia selalu marah-marah dan manangis setiap saat.mungkin karena ia disini juga sendirian den. Hanya bedanya disini dan di Jakarta itu ketenangan lingkungan yang masih asri. ’ itulah ceritanya den ” kata bi surti dengan raut wajah sedih melihat majikan mudanya dalam keadaan seperti ini.
Mendengar perbincangan kami iapun angkat bicara “siapa yang bibi ajak bicara?” tanyanya dengan nada keras. “eh bisa kagak kamu menghormati orang yang lebih tua?dasar cewek tak tau diri. Apa orang tuamu belum pernah mengajarimu sopan santu….dasar kau” sentakku menyela bicaranya. “emmmm anu non dia raffa pemuda didesa ini non” jawab bi surti dengan nada rendah. “buat apa elo kesini ?pulang saja sana” sentaknya. “bi saya pamit dulu ya. Besok saya kesini lagi lebih pagi sebelum subuh.”ijinku pada bi surti. “maaf ya den…..”ucap bi surti. “ya bi tak apa-apa ..mungkin karena ia masih terpukul dengan keadaannya itu.” Jawabku. Disaat sebelumku tertidur otakku tak henti-hentinya mengingatnya. Semakin ingin ku kenal ia lebih dekat lagi.bayangan wajahnya membuatku tersenyum-senyum sendiri seperti orang gila. “Apa ini yang dinamakan cinta?” tanyaku dalam hati.mata yang terasa berat seakan tak kuasa menahan kantuk ingin cepat tidur dan lekas bangun pagi agar bisa bertemu Rani lagi. Tidur dari jam 11 malam sampai jam 3 pagi membuat seakan waktu yang hanya beberapa jam itu terasa lama sekali.pagipun datang,suasana segarnya udara pagi yang masih bercampur suasana malam terasa masih menyelimuti desa ini. Sunyinya suasana menandakan terlelapnya hewan-hewan malam dalam tidurnya.ku bergegas mengambil sarung dan langsung menuju villa Rani. Bi surti yang mengetahui kedatanganku lekas mencoba membangunkan Rani “non non bangun ada yang ingin bertemu….”bisik bi surti secara perlahan.berulang sekitar 5 kali diulangi barulah ia menanggapi. “ini jam berapa bi?” tanyanya pada bi surti. “jam 3.30 non” jawab bi surti
“hah. Gila apa jam segini mau ketemu orang. Siapa sich?” tanyanya agak kesal “Raffa non.”jawab bi surti. “apaaaa cowok yang berlaga kayak sok bener itu dating kesini.” Jawabnya “dah bi tolong biarin gentian saya yang ngomong bi. Bi surti tenang aja ” pintaku. Perlahan ku dekati ia. Ini ada pertama kalinya aku melihatnya dari jarak dekat. Rambutnya yang lurus dan bulu mata yang indah bagaikan seorang bidadari yang turun dari surga .tetapi kesedihan masih terlukis kental diwajahnya. “haey kenalin akhu raffa. Nama kamu siapa?” tanyaku. “ngapain kamu Tanya tentang diriku?” balik dia bertanya tanpa menjawab. “akhu tak ingin apa-apa hanya ingin kenal denganmu dan ingin mengubah kesedihan yang terlukis dalam dirimu itu.” Jawabku. “kenapa kamu perhatian padaku. Aku sudah tak ada yang ingin mendekatiku ,bahkan orang tuaku sendiri enggan mengurusku.” Jawabnya sedikit tenang. “karena kau belum sepenuhnya terjatuh dalam jurang.kau masih beruntung masih bisa hidup lama.….” jawabku “kenapa elhoo bilang gitu? Bukankah itu sangat tragis jika tak bisa melihat lingkungan kita. Disini hanya gelap yang kulihat fa” curhatnya tentang keadaannya. Allahu akbar 3x ……terdengar suara adzan subuh membuat percakapan kami terhenti…. “kenapa elhoo diem ….elhooo kagak bisa jawab kan?ya kan……dasar cowok sok tau” tegurnya karena ku tak menjawab pertanyaannya. “maaf tadi aku diem karena ada suara Adzan.dan kita sebagai muslim wajib diam dan menjawab adzan yang berkumandang.” Jawabku
Sosok yang pemarah itu seolah hilang menjadi sosok yang penuh penyesalan dan menjatuhkan air mata. “kenapa kamu bersedih ran?”tanyaku. “aku sedih karena akhu telah jauh dari Tuhan. Dulu semasa kecilku aku pernah mengeyam dunia pendidikan madarasah tetapi semua hilang ketika akhu menginjak SMP dan orang tuaku sering jarang dirumah.” Ucapnya. “ayo sekarang kita sholat berjama’ah ran…sama bi surti juga” ajakku. “tapi akhu sudah lupa cara sholat fa..” kata dia dengan wajah sedih. “tak apa ran. Kamu duduk aja dibelakang kami…kamu dengarkan dan kamu rasakan” kataku padanya. saya dan bi surti berjama’ah sedangkan rani ia duduk tenang dibelakang kami yang sedang sholat
Rani : “fa kenapa elhho hadir dalam hidup guee… guee udah tak layak buat dapet perhatian sebesar ini fa…walau hanya semalem gue kenal ama elhoo tetapi elhho udah memberikan kenyamanan dan ketentraman hati guee……Ya Tuhan apa ini malaikatmu yang engkau kirim buat menemani hari-hariku?” renungku merasakan perhatian raffa ke gue. “setiap lantunan kalimat ayat suci yang ku dengar membuat hatiku terasa nyaman dan tenang. Gue yang depresi karena musibah ini semakin tak tentu arah kemana gue melangkah.tapi elhhoo datang seperti membawa angin segar dalam hidup gue faa..elhoo beda dengan pacar guee yang suka hura-hura dan pemabok itu. Perbedaan kalian bagaikan lagit dan bumi..”renungku dalam hati.
------“Hei ran kenapa kamu nglamun…ntar cepet tua lhoooo…hehehehe” …..sahutku disela lamunannya… “oh nggak kok fa……”jawabnya… “sekarang elhho mandi dan makan dulu biar segar…nanti sepulang kerja akhu mau ngajak kamu jalan-jalan biar tidak jenuh melulu…” candaku…. “ya fa……..makasih ya elhooo dah perhatian ama gueee” jawabnya. “sekarang akhu pulang dulu ran,,,,akhu harus kerja dulu” sahutku “hah kerja…. Pagi-pagi gini?”Tanya dia “iya …karena kalau keburu siang maka rupiah itu akan sedikit ran”jawabku “oh gitu……”jawabnya…. Hati yang senang bisa membuat redup rasa kebencian yang ada pada diri rani seakan membuatku semakin semangat ingin menjaganya setiap saat. Walau ku tak tahu sampai berapa lama lagi akhu hidup karena sakit yang kuderita ini. Disela langkahku keluar villanya iapun memanggilku “faaa ….. sekali lagi gue terimakasih ama elhooo” ucapnya. “iya ran sama-sama” jawabku.
Pagi yang indah bahkan lebih indah dari pada biasaya, walau sinar mentari belum menyentuhku tetapi untuk mulai pagi ini mentarilah yang ku sentuh dengan kebahagyaan hatiku ini. Kabut putih yang tebal menjadi teman dalam kebahagyaanku ini.selama ku hidup belum pernah hatiku sebahagya dan sesemangat seperti ini.bayangan lukisan wajahnya seolah menjadi sebuah figura dalam benakku.
Setelah sampai dirumah Kuambil keranjang dan bergegas ku berangkat kerja bersama adikku Tania. Dalam perjalanan menuju kebun teh tak ada yang membuat perhatianku beranjak dari sosok wanita buta yang menjadi idaman hatiku. senyum yang terlukis dariku seolah menjadi isyarat lukisan hatiku. “kak…..kakak sehat kan?” Tanya adikku. “ya adikku sayang. Kakak baik-baik saja bahkan lebih baik banyak lipat seperti biasanya” jawabku. “kakak lihat mata dedek deh….”perintah adikku kepadaku lekas kupandang kelopak matanya yang seolah ingin memberi banyak pertanyaan atas diriku. “jangan bilang kalau kakak sedang jatuh cinta pada cewek itu kan?” tanyanya padaku. “ya tak bisa ku akui tan kalau sejak pertama melihatnya hatiku merasa ingin dekat dan ingin mengenalnya. Semalem kakak dari villanya dan berkenalan dengannya. Ia ternyata tak seburuk penampilannya diawal datang. Ternyata banyak kesedihan dan beban yang ia tanggung sendiri tanpa perhatian orang tuanya.” Jelasku pada Tania. “ohhh jadi begitu kak. Akhu sangat kawatir kepada kakak karena kita tak tahu siapa dia…..dan kakak hanya baru kenal semalem saja dengannya. Dedek takut kalau kalau senyuman indah kakak pagi ini berbuah kesedihan diakhir nanti kak” cemasnya terhadapku. Ku pegang tangan adikku “dhek yakinlah pada kakak. Mungkin kakak tak akan selalu merasakan ini lagi dhek….jadi tetaplah percaya padaku dhek” ujarku meyakinkan adekku Tania. “ya kak. Ayo kak kita bergegas” ajaknya. “ya ayoooooo semangat semangat…..” sahutku. Detik menit dan hitungan jam berlalu tiba saatnya pulang karena waktu pemetikkan sudah selesai. Usai urusanku dikebun teh akhu segera ke villa Rani.
“assalamu’alaikum” salamku didepan pintu. “wa’alaikum salam”terjawab salamku tetapi itu kan suara rani. Dengan tongkatnya ia berjalan mendekatiku ,alangkah bahagyanya diriku bisa bertemu orang yang kucintai. “Ran apa kamu mau ku ajak disebuah tempat favoritku?”tanyaku padanya. “emmm gimana ya? Okelah akhu juga suntuk nih dirumah melulu” jawabnya. Kami berpamitan terlebih dahulu pada bi surti. Ku ajak Rani ke tempat dimana kita bisa memandangi hijaunya kebun teh yang berselimut kabut putih dari atas tebing… “Ran ini tempatku biasa berbicara pada alam..” bicaraku padanya. “emmm tempat ini sangat nyaman fa. Angin yang berhembus secara datar dan sinar mentari yang menghangatkan seolah menjadi bukti kekuasaanNya” kagumnya rani. “iya ran, disini adalah tempat yang paling bisa membuatku merasa tenang.” Jawabku. “oh ya Ran aku mau ngomong sesuatu padamu” ocehku padanya “ya fa mau ngomongin apa?”tanyanya padaku. “jujur dari awal ku melihatmu akhu merasa ingin bersamamu selamanya. Emmmmm akhuuuu emmmm akhuuu sayank sama kamu ran” utara isi hatiku padanya. “tapi fa akhu hanya gadis buta yang mempunyai banyak kekurangan.”curhatnya “akhu juga tak sesempurna yang kau lihat ran.. akhu juga manusia yang masih punya kekurangan” jawabku. Kupasangkan bunga mawar merah disela telinganya . ku ikat rambutnya yang terurai dengan rumput ilalang seakan membuatku semakin mencintainya.di atas batu yang berada di tepi tebing ku tuliskan sebuah kalimat yang ku harap nanti akan ia baca setelah pengelihatannya kembali.
TO RANI -> I LOVE U <- FROM RAFFA
Rani : Seandainya kamu tahu fa, aku masih mencintai pacarku yang ada di sana. Aku masih belum bisa melupakan hubunganku yang belum tahu apakah sudah berakhir tau belum. Raffa : Seandainya kamu tahu ran sakit yang ku alami ini pasti kamu akan menjaga jarak dengan cowok sepertiku karena aku tak lama lagi akan menutub mata.oleh karena itu aku ingin merasakan indahnya cinta bersamamu sebelum tutup usiaku.sakit yang membuatku selalu terbayang akan kematian ,sakit yang sudah tak ada obatnya dan sakit yang membuatku semakin layu dari hari ke hari.aku sangat mencintaimu ran hingga akhir hayatku. Aku berjanji akan selalu bersamamu . “ran kamu mau kan berjanji padaku setiap hari kita akan bersama-sama diatas tebing ini dan diatas batu ini duduk bersama saling membahu memandangi hijaunya pemandangan berselimut kabut serta merasakan hangatnya sang surya yang menerangi kita?” tanyaku padanya “iya fa akhu janji akan selalu ada untukmu diatas batu ini” janjinya padaku. Matahari kian bersembunyi, sorepun tlah tiba kami segera kembali ke villa . “Ran apa kamu mau nanti setelah magrib kita ngaji bersama?”tanyaku “iya fa aku mau” jawabnya. “ya udah aku pulang dulu ya?” sahutku “iya fa sampai ketemu lagi” jawabnya.
Rani: Raffa kau memang malaikat untukku,kau sangat baik dan lugu.kau seperti cahaya yang ada dalam gelapku.kau membawa senyuman dan perasaan nyaman itu padaku disela musibah menimpaku. Kau memang cowok yang paling terindah dalam hidupku fa. Aku sangat menyayangimu tetapi aku masih mencintai pacarku . maafkan aku fa. Kelampun datang,surau yang penuh dengan orang-orang dengan tujuan ingin bertemu Tuhannya lewat doa kini perlahan telah sepi.suara merdu burung hantupun sudah silih berganti bernyanyi.ku bergegas ke rumah Rani. “Assalamu’alaikum” salamku. “Wa’alaikum salam” jawabnya serang Rani. Serentak pandanganku terkejut. Rani yang biasanya memakai celana dan baju pendek kini telah berubah total . mukena yang menyelimuti tubuhnya seakan menjadikannya seperti bintang yang bersinar dimalam hari .. “oh ya fa…ayo cepat kamu ajarin aku mengaji.” Pintanya rani kepadaku. “ya ran ayo”ajakku. Heningnya sebeuah ruangan karena hanya ada dua insan manusia yang ingin kembali menuju jalanNya.sebuah kitab suci yang kami hadapi berdua seakan menjadi bukti kebersamaan kami .Huruf demi huruf lancar dibacanya sampai selesai ia membaca sebuah surat pendek.hati yang bahagya tak bisa terlukisan dengan untaian kata. Hari demi hari berlalu dengan iringan kebahagyaanku bersama Rani. Bermain,bercanda,tertawa dan saling mengisi satu sama lainlah yang kami rasakan.hari terasa singkat dan berlalu begitu cepat tak terasa kebersamaan kami berlalu sampai sebaulan lamanya. Sampai suatu malam saat kita mengaji,diriku dikejutkan dengan darah yang keluar dari hidung. Ku minta ijin pada Rani untuk kebelakang. Dasar yang terkucur deras kelantai menjadikanku merasa takut. Rasa takut yang datang itu bukan dikarenakan takut pada sakit yang kuderita
melainkan takut jika ku jauh dari Rani.tubuh yang lemas seorang ingin tertidur,tetapi tak mungkin jika ku terlihat sakit divilla ini.bergegas ku langsung pulang tanpa izin pada bi surti dan Rani.
Rani: Suara langkah kaki membuatku penasaran siapakah ia “fa itu kamu kan? Kamu kok lama sich dikamar mandinya” tanyaku. “bukan non ini bi surti”jawabnya “raffa mana bi, dia bilang hanya sebentar dikamar mandi”cemasku “dikamar mandi memang bibi lihat tadi ada den raffa tapi setelah beberapa saat bibi lewat situ tak ada orang didalamnya.mungkin den raffa ada urusan mendadak non sehingga lupa ijin pulang pada non rani”jawab bi surti “ohhhh gitu ya bi.”jawabku. “kenapa hatiku merasakan ada yang disembunyikan raffa.hari ini ia tak seperti biasanya..raffa yang biasa bercanda saat ditebing dan menggendongku saat melewati kebun teh hari ini berubah. Hari ini rafa tak kuat menggendongku sampai kevilla.nafasnya sangat berat seperti orang kelelahan dan menahan sakit. Seandainya akhu bisa melihatnya. Sosok lelaki yang bisa memberikanku ketenangan hati dan kebahagyaan itu.inginku lihat wajah dan memegang kedua tangannya.Ya Tuhan apa hamba selamanya tak bisa melihat sosok raffa ? ” renungku dalam hati. -------------Saatku membuka pintu rumah ,diriku dikagetkan dengan keberadaan adikku dibelakang pintu. “uh kamu tan membuat kakak kaget saja.”reflekku bersuara.
“lagian kakak tidak ketok pintu dulu seperti biasanya.”jawab adikku “kakak lelah sekali dek ingin cepat istirahat” jawabku. Tania memegang kepalaku ,ia tatap wajahku dengan penuh kekawatiran. “kakak baik-baik saja kan? Tolong jujur kak”tanyanya. “kakak hari ini merasa lelah dik. beneran” kataku menjawabnya. Disela berbaringnya tubuh ini diatas kasur ku merenung “Hati yang penasaran disaat pertama kali melihatnya didalam mobil terasa tergugah ingin mengenalnya. Malam yang kelam diiringi ramainya suara hewan dimalam hari seakan bersorak karena malm itulah pertama kali kumengenalnya. Hari-hari kulalui dengannya bahagya,tawa,dan ceria yang kurasa. Tak ada lukis kesedihan saatku mengenalnya. Sakit yang ku derita seakan tak terasa dan tergantikan rasa bahagya dalam hati ini. Kebun the yang asli dan sejuk menjadi penonton kebersamaan kami saat menuju tebing. Angin yang berhembus dan sinar mentari yang menyentuh kulit saat ditebing menjadi pelengkap hubungan kami. Hari demi hari dya bersandar dipundakku untuk mengagumi dan mensyukuri ciptaanNya. Kelamnya sore hari menjadi petanda saatnya diriku menjadi ketera dan indra penglihatannya saat pulang dari tebing menuju villa. Indahnya suaranya saat melantunkan ayat suci seakan membuatku semakin ingin memilikinya selamanya. Tetapi semua kenangan itu telah terusik dengan adanya sakit yang datang menghampiri. Darah yang berkucuran keluar kini telah hadir dalam hubungan kami. Rasa takut akan perpisahanpun timbul disela kebahagyaan.roda waktu yang berjalan kini penjadi sosok yang menakutkan karena itulah gerbang pemisah antara ku dan rani …gerbang yang kian hari berjalan menghampiriku.mungkin hidupku tak lama lagi. Tuhan hanya satu pintaku biarkan tubuh hamba senantiasa menjadi sinarnya dalam kegelapan.” Renungku dalam hati disertai tetesan air mata suci yang membasahi pipi. Pagi pun datang menyapa,alunan tapak kaki aktifitas manusia seakan membangunanku dalam tidur. Tubuh yang lemas tak berdaya karena kesehatan yang kurang baik.hari ini ku tak bekerja karena keringat dingin yang menyelimuti pori-pori tubuh.
Hari demi hari berlalu karena kesehatan yang tak kunjung membaik memaksaku hanya bisa terbaring lemas tak berdaya diatas tempat tidurku.pagi ,siang dan malam silih berganti,rasa kangenku kepada ranipun semakin terasa.”andai saja rani kesini dan menjengukku?hehehe” hayalku.
Rani : “fa kamu sedang apa?sudah beberapa hari ini tak ada sedikitpun kabar darimu.ku tunggu hadirmu diteras villapun tak ada lagi sosok dirimu yang mengindahkan hari-hariku.apa kau sudah bosan terhadapku karena aku hanya seorang gadis buta yang tak berdaya tanpamu. Setiap lamunanku hanya terjawab oleh rasa khawatirku akan dirimu.entah kenapa setelah tiada kabar tentangmu hati ini terasa sedih.terkadang air matapun keluar dengan sendirinya.aku sangat merindukanmu raffa kau cahaya dalam gelapku.” Heningku dalam lamunan khawatir akan raffa. ------------Rani yang khawatir akan keadaan raffa kini ia merasa tak sabar hanya bisa menunggu bersama rasa khawatir yang menemaninya.iapun meminta tolong sama bi surti untuk mengatarkan dirinya ke rumah raffa untuk mengetahui keadaan raffa yang sebenarnya. “bi surti saya minta tolong donk.” Pintaku. “iya non ….kalau boleh tahu non rani ingin apa?”jawabnya “aku ingin bi surti mengantarkanku kerumah raffa ,bi” jawabku. “oh itu……ya non dengan senang hati”jawabnya
---Bi surti yang mengetahui perubahan baik pada rani sangat bersemangat untuk mengantarkan rani.ketika melewati kebun teh ranipun teringat raffa. ---Rani: “angin segar dan wanginya daun teh ini membuatku semakin khawatir akan dirimu fa. Seharusnya kaulah yang menemaniku ,kau juga yang harusnya memberikan senyuman itu seperti biasa saat ki menuju tebing kita” sedihku dalam hati. -------Saat obrolan ditengah perjalanan bi surti dikagetkan dengan mobil yang kehilangan kendali melaju kearah rani. “non awaaaaaaaaaaaaaas…..” teriaknya bi surti kepada rani. Rani yang tak bisa melihat hanya bisa mendengarkan teriakan bi surti dan tak tahu apa yang bi surti maksutkan.rani yang diselimuti kegelapan dalam pandangannya itu kini telah terjatuh dan kepalanya terbentur batu sehingga mengalami pendarahan. Melihat majikannya dalam keadaan seperti itu bi surti dengan cekatan membawa rani ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan medis. Bi surti pun lekas menyampaikan keadaan rani kepada raffa.Disaat se keadaan raffa pun semakin mengkhawatirkan. Darah yang semakin banyak keluar diiringi batuk berdahak darah membuat orang tua raffa tak tega melihatnya ,membuat orang tuanya terpaksa membawa kerumah sakit. Ternyata rumah sakit itu sama dengan yang rani singgahi. Rani yang dirawat di kamar Cepaka 13 sedangkan rafa dirawat di kamar Cepaka 15 .... Raffa yang terkejut serentak membuat seolah-olah rasa sakit itu tertahan karena berita yang dibawa oleh bi surti.infus yang menempel seakan tak menjadi penghalang untuknya menuju kamar Rani. Raffa yang terkejut melihat keadaan rani hanya bisa terdiam dalam dirinya.
Raffa: “Rani yang buta kini harus mengalami keadaan seperti ini,seandainya ia dapat melihat pasti ia bisa menjaga dirinya sendiri. Hidupku yang tak lama lagi seakan tak ada arti lagi jika hanya bisa meninggalkan dunia tanpa peninggalan untuk orang yang sangat ku cintai” gumamku dalam hati. Hati yang sedih dan tetesan air mata yang mengiringi seoalah memaksaku untuk terus berfikir bagaimana cara agar Rani dapat melihat lagi.lekas ku temui dokter spesialis mata di rumah sakit ini.”akhu harus mendonorkan mata ini untuk rani agar aku bisa selalu menjaganya walau raga ini tak bisa lagi bersamanya.” Graaaaaakkkk suara pintu ruangan dokter yang ku buka seakan membuat sang dokter terkejut mendengarnya. “selamat siang dok” kataku. “ya selamat siang maz, apa yang bisa saya bantu?” katanya. “saya mau mendonorkan mata saya dok untuk pasien yang ada di kamar cempaka nomor 13.” Kataku. Melihat keadaanku yang membawa tabung infuse membuat dokter bertanya “ apa anda yakin maz ,akan mendonorkan matamu untuknya?” “ya dok. Saya yakin tetapi dokter harus merahasiakan siapa pendonornya .” Kataku. “ya kalau itu sudah keputusanmu saya bisa melakukannya.” Katanya. “terima kasih dok atas bantuannya” kataku. “ya mas sama-sama”katanya.
“Setelah mendengar ucapan terakhir dokter itu lekas ku tinggalkan ruangan itu dengan hati yang senang, karena mulai setelah oprasi itu rani akan dapat melihat dan biarkan diriku saja yang akan menggantikannya dalam kegelapan karena diriku tak lama lagi menghembuskan nafasku.” Gumamku dalam hati. Hari operasi mata telah terlewati hari ini adalah hari pelepasan perban mata Rani dan hari pertamaku bisa mendengarkan untaian kekaguman Rani terhadap indahnya dunia.Didalam Kamar tempat Rani dirawat itu adikku berbisik “kak disini kok ada seorang cowok yang tak kukenal selain keluarga mbak Rani …”kata adikku. Hatiku sangat senang sekali tetapi ada sedikit rasa kekawatiran didalam hatiku. “Apakah rani akan mengenaliku ?apa lagi ada cowok lain disampingnya” gumamku dalam hati… “selamat pagi semuanya” dokter berkata...”apa semuanya sudah siap untuk melihat hasil dari operasinya?”.Ayah Rani pun menjawab “kami semua siap dok”... Serentak suara kegembiraan membuatku kaget…semua terdengar sangat gembira.tetapi ada beberapa hal yang buat ku sedih, yakni kata “Hai sayang …kamu kok ada disini ?siapa yang udah ngasi tahu kamu?” pria itu menjawab “ini nih yang ngasi tahu akhu itu ayah kamu…hehehhe”..setelah mendengar itu semua aku berkata kepada adikku tania “ayo dik kita pulang saja dari pada disini mengganggu saja”….. Hati yang sedih dan hancur seakan menjadi satu dengan kegelapan yang sedang ku alami saat ini. “Kenapa Ran kau tak mengingat ku disaat kau meninggalkan kegelapanmu. Mungkin ini sudah takdir Tuhan yang harus ku jalani. Ya Allah Terimakasih Engkau telah mengijinkanku untuk merasakan indahnya cinta walau itu semua berada diujung hidupku. Ku akan selalu kenang ini semua.”… Hari demi hari berlalu tanpa ada kabar sediikitpun dari Rani. Semua terasa sunyi sekali tanpa ada cahayaku itu. Sakit yang semakin parah kian hari semakin terasa sakit sekali. Darah yang keluar dari hidung serta mulutku seakan menjadi teman baru disisa hidupku.tiba suatu hari ada kabar datang dari adikku . “kak ada kabar tentang kak Rani.” Katanya.
Serentak ku mencoba untuk bangun dari tempat tidurku. “apa itu dek?”tanyaku. “kak Rani sekarang ingin kembali ke Kota untuk menjalani kehidupannya kembali kak” kata adikku. “oh ya …kalau gitu kamu mau kan tolong kakak untuk yang terakhir?” tanyaku. “kakak jangan bilang gitu donk , kakak harus sembuh apapun yang terjadi.” Serunya. “tolong sampaikan rasa terimakasihku kepada rani karena dia sudah pernah singgah didalam hatiku. Aku sangat mencintainya.” Ucapku padanya. “iya kak …”katanya. Suara tapak kaki adikku yang sedang berlari keluar sangat terdengar ditelingaku. Kemudian akhu berjalan menuju tempat dimana ku dan rani mengagumi ciptaan Tuhan sekaligus tempat pertama yang menumbuhkan rasa cintaku padanya.tubuh yang terasa sakit dengan diiringi batuk yang dalam serta panas tubuh seakan membuatku tak mampu mencapai tempat itu. Setelah beberapa menit berjalan akhirnya sampailah ku berada di tempat itu dengan ditemani sebuah tongkat sebagai ganti indra pengelihatanku. Ku duduk di bersandingan dengan batu yang dulu pernah ku ukir namaku dan dya..walau ku tak bias melihat tetapi ku sangat menghafali keberadaan benda yang menjadi saksi cintaku padanya.Tubuh yang letih seakan ingin tidur kini ku ambil posisi untuk ku tertidur disamping batu itu. ------------------------------------------------Tania--------------------------------“Tunggu…heeeiiiii kak Rani…”teriakku … “Iya ada apa ya?” jawabnya. “kak rani….”bicaraku… “iya dik ….kamu siapa ya?” jawabnya “akhu adik kak Raffa namaku Tania” jawabku.
“Tania? ……” jawabnya. “iya….. apa kamu udah lupa kak rani…. Apa kamu sudah lupa juga dengan kak raffa?” sontakku padanya. “raffa…. Oh ya Raffa iya ku mengenalnya…… emangnya ada apa?” tanyanya. “Heeeeyyyyy siapa kau minggir kami sudah buru-buru ingin kembali ke kota” jawab cowok aneh. “heh siapa kau? Tega sekali kau rebut kak rani dari kak raffa” jawabku “dah udah semua diam….sekarang kamu ngomong ada apa dengan raffa?” sentak kak rani. “sebenarnya kak raffa mengidap sakit kangker pembuluh darah.dan kini kondisinya memburuk setelah ia mendonorkan matanya untukmu.” Kataku. “apa ? apa mata ini……………………kenapa? Kenapa raffa sampek sejauh ini …. Ia menemaniku disaat ku terpuruk dan sekarang memberikan cahayanya agar ku bisa melihat dunia ini.tetapi aku sama sekali tak tahu tentang keadaannya dan setelah ku sembuh ku malah melupakannya begitu saja…….” Ucap kak rani dengan kesedihan. “asal kau tahu kak raffa hanya ingin ku menyampaikan kalau dia sangat mencintaimu..”kataku.
Setelah mendengar semuanya ia menggandeng tanganku untuk segera membawanya kerumahku untuk bertemu dengan kak raffa. Kami berlari secepat mungkin tetapi setibanya dirumah kak rafa tak ada dirumah… “kak….. kak raffa…ini ada kak rani …kakak dimana” teriakku…. Seluruh sudut rumah ku cari tetapi tak ada jejak kak raffa. “tunggu aku tahu tempat diamana ia berada…sekarang ikut aku dan tunjukkan dimana tebing yang biasa raffa singgahi” kata kak rani padaku.
“ya kak akhu tahu dimana tempat itu.dan tak jauh kok dari sini” kataku. Setelah itu kami berlari menuju tempat itu dan setelah sampai disana kami berdua melihat kak raffa yang sedang berada disamping sebuah batu.. “itu dia kak raffa….. dekati dia kak rani” suruhku padanya. …………Rani………………. Selangkah demi selangkah ku dekati raffa…walau ku tak pernah melihat wajahnya tetapi ia tetap saja raffa yang menemaniku dulu dalam kegelapan. “faaa…..”panggilku dari belakangnya…. Tak ada jawaban…. Ku dekati ia rasa kagetpun terkuak setelah ku lihat darah keluar dari hidungnya…ternyata ia tertidur… “faa bangun faaa…ini akhu rani” kataku… Perlahan ia membuka mata dengan lemas… “oh kamu ran?” jawabnya….. Ia meraba raba tempat disekelilingnya dan jemari itu mencariku. “sudah fa sudah kamu tak perlu mencariku lagi…aku disini disampingmu..” kataku. Ku peluk raffa dengan erat setelah itu ku lepas jaketku kemudian ku pakaikan padanya.. “ran akhu minta maaf kalau ku tak memberi tahumu” katanya. “sudah fa kamu jangan bahas itu semua…kamu tetap yang terbaik buatku.” Kataku sembari bertetesan air mata di pipiku. “ran akhu boleh meminta sesuatu darimu untuk yang terakhir kalinya?” pintanya. “ya fa …apapun yang kau minta akan ku beri” jawabku
“boleh kah akhu memakaian bunga di telingamu?” pintanya “ia memakaikanku bunga mawah merah…. Ku teringat dulu ia pernah memakaikan ini disaat ku berada dalam kegelapan dan kebutaan hati dan jiwaku” gumamku dalam hati. “kau pasti terlihat cantik seperti dulu ya ran…heheh” katanya… “raffaaaa” teriakku pelan…. “bolehkan kau baca tulisan yang ada di batu ini untukku?” pintanya Bahkan ia telah mengukir ini semua disaat ku tak menyadarinya dulu .Ya Allah begitu sempurna malaikat yang kau kirim padaku …. “iya faaaa”…. “Untuk Rani ..Aku mencintaimu…Dari Raffa” hati yang sedih sekali membuat bibir ini gemetaran membaca kalimat indah itu. “aku juga sangat mencintaimu raffa…tetaplah bersamaku” pintaku. “tak bisa ran akhu harus kembali bersama Sang Pencipta..” jawabnya… “hari ini aku sangat bahagya ran…. Bisa merasakan hangatnya mentari dan indahnya bersamamu disaat terakhirku…selammat tinggal rani…aku sangat mencintaimu..” ucapnya “rafffaaaa”teriakku…. Ku peluk ia sembari memandang mentari dan embun pagi yang menerpa kami di atas tebing yang menjadi saksi cinta suci kami untuk yang pertama kali dan perpisahan kami…… “Kenapa ku hanya bisa melihatmu dalam sekejap waktu… ku ingin selalu bersamamu raffa… kau hadir dalam gelapku dan kau memberikan cahaya padaku disaat gelapmu datang…. Walau ragamu telah jauh tetapi mata ini akan menjadi saksi kalau kau selalu ada dihatiku untuk selamanya raffa”