Cahaya Bukan Pantulan Cahaya - 03-30-2016 iT's Me - Kembali ke Fitrah - https://www.itsme.id
Cahaya Bukan Pantulan Cahaya Wednesday, March 30, 2016 https://www.itsme.id/cahaya-bukan-pantulan-cahaya/ iT's me - Terdapat pandangan yang cukup menyebarluas di antara umat Muslim bahwasanya ‘Nur’ adalah ‘pantulan’ cahaya. Sumber penafsiran restriktif ini bisa jadi diperkompleks oleh beberapa ulama Muslim tertentu yang selama beberapa dasawarsa belakangan menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an secara sepotongsepotong dan di luar konteks untuk mencoba membuktikan ‘mukjizat-mukjizat’ ilmiah dan fenomena dari sudut pandang kitab suci. Banyak orang cukup familier dengan pernyataan bahwa Al-Qur’an membedakan Matahari dan Bulan dengan mengacu kepada Bulan sebagai ‘pantulan’ cahaya. Kemampuan Al-Qur’an untuk membedakan dua benda langit tersebut di zaman diturunkannya wahyu seringkali dikutip sebagai mukjizat Al-Qur’an dalam sains. Memang Al-Qur’an juga bicara mengenai tanda-tanda ciptaan Allah yang fantastis yang intinya semua itu dikemukakan pada audiens Arab di abad ke-6 dan abad ke-7 yang bisa memahaminya. Jadi saat acuanacuan dihubungkan ke kreativitas manusia atau ruang angkasa, maka fakta-fakta ini tetap tergantung kemampuan para audiensnya untuk menangkap pemahaman dan apresiasinya. Mari kita simak suatu contoh spesifik. Dalam Q.S. Yunus [10]:5 dimana bulan disebut sebagai ‘Nur’, berbeda dengan matahari yang disebut sebagai ‘Diya’. ُﻫُﻮَ ٱﻠَّﺬِﻯ ﺟَﻌَﻞَ ٱﻠﺸَّﻤْﺲَ ﺿِﻴَﺂﺀً ﻭَٱﻠْﻘَﻤَﺮَ ﻧُﻮﺭﺍً ﻭَﻗَﺪَّﺭَﻩُ ﻣَﻨَﺎﺯِﻝَ ﻟِﺘَﻌْﻠَﻤُﻮﺍْ ﻋَﺪَﺩَ ٱﻠﺴِّﻨِﻴﻦَ ﻭَٱﻠْﺤِﺴَﺎﺏَ ﻣَﺎ ﺧَﻠَﻖَ ٱﻠﻠَّﻪُ ﺫٰﻟِﻚَ ﺇِﻻَّ ﺑِٱﻠْﺤَﻖِّ ﻳُﻔَﺼِّﻞ َٱﻶﻳَﺎﺕِ ﻟِﻘَﻮْﻡٍ ﻳَﻌْﻠَﻤُﻮﻥ “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar (bahasa Arab: Diya(an)) dan bulan bercahaya (bahasa Arab: Nur(an)) dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda kepada orang-orang yang mengetahui.” Q.S. Yunus [10]:5. Bila makna ‘Nur’ dipahami sebagai ‘pantulan cahaya’ dan diterapkan ke ayat Al-Qur’an lainnya (Q.S. An-Nuur [24]:35) dimana Allah mengacu pada diri-Nya sebagai ‘Nur’ maka jelas akan menimbulkan kesulitan-kesulitan. Pertanyaan mencoloknya adalah apakah Allah menyebut diri-Nya sendiri sebagai ‘pantulan’ cahaya Surga dan Bumi? ٱﻠﻠَّﻪُ ﻧُﻮﺭُ ٱﻠﺴَّﻤَﺎﻭَﺍﺕِ ﻭَٱﻸَﺭْﺽِ ﻣَﺜَﻞُ ﻧُﻮﺭِﻩِ ﻛَﻤِﺸْﻜَﻮﺍﺓٍ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻣِﺼْﺒَﺎﺡٌ ٱﻠْﻤِﺼْﺒَﺎﺡُ ﻓِﻰ ﺯُﺟَﺎﺟَﺔٍ ٱﻠﺰُّﺟَﺎﺟَﺔُ ﻛَﺄَﻧَّﻬَﺎ ﻛَﻮْﻛَﺐٌ ﺩُﺭِّﻱٌّ ﻳُﻮﻗَﺪُ ﻣِﻦ ُﺷَﺠَﺮَﺓٍ ﻣُّﺒَﺎﺭَﻛَﺔٍ ﺯَﻳْﺘُﻮﻧَﺔٍ ﻻَّ ﺷَﺮْﻗِﻴَّﺔٍ ﻭَﻻَ ﻏَﺮْﺑِﻴَّﺔٍ ﻳَﻜَﺎﺩُ ﺯَﻳْﺘُﻬَﺎ ﻳُﻀِﻴۤءُ ﻭَﻟَﻮْ ﻟَﻢْ ﺗَﻤْﺴَﺴْﻪُ ﻧَﺎﺭٌ ﻧُّﻮﺭٌ ﻋَﻠَﻰٰ ﻧُﻮﺭٍ ﻳَﻬْﺪِﻯ ٱﻠﻠَّﻪُ ﻟِﻨُﻮﺭِﻩِ ﻣَﻦ ﻳَﺸَﺂﺀ ٌﻭَﻳَﻀْﺮِﺏُ ٱﻠﻠَّﻪُ ٱﻸَﻣْﺜَﺎﻝَ ﻟِﻠﻨَّﺎﺱِ ﻭَٱﻠﻠَّﻪُ ﺑِﻜُﻞِّ ﺷَﻴْءٍ ﻋَﻠَﻴِﻢ “Allah cahaya (bahasa Arab: Nur) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti sebuah
1/6
Cahaya Bukan Pantulan Cahaya - 03-30-2016 iT's Me - Kembali ke Fitrah - https://www.itsme.id
lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca, kaca itu seakan-akan bintang seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur dan tidak pula di sebelah barat, yang minyaknya hampir-hampir menerangi walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya, Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” Q.S. An-Nuur [24]:35 Dalam berbagai dakwah islam, banyak penceramah Muslim berupaya mengontekstualisasikan pemahaman ‘Nur’ ini dalam Q.S. An-Nuur [24]:35 dari awal hingga akhir ayat yang merupakan salah satu ayat paling indah dan paling kaya dari Al-Qur’an. Bagaimanapun juga penjelasan-penjelasan yang ditawarkan untuk penafsiran sempit ini biasanya sukar dan tidak meyakinkan. Suatu Pemahaman Yang Lebih Konsisten Terhadap Istilah 'Nur' Dalam Al-Qur'an Al-Qur’an sendiri masihlah tetap merupakan sumber utama bagi setiap penafsiran kata Al-Qur’an dan semua ayatnya dimana kata demikian digunakan perlu dianalisis secara kolektif untuk memahami lebih mendalam mengenai pengunaannya dan bentuk-bentuk maknanya yang relevan. Suatu studi yang lebih penuh mengenai kata ‘Nur’ dari Al-Qur’an dan konteks penuhnya menunjukkan penafsiran yang lebih luas daripada yang selama ini diakui. Bahkan bisa diperdebatkan apakah kata ‘Nur’ memang berarti ‘pantulan cahaya’ atau justru tidak sama sekali. Dalam pengertian pokoknya, kata ‘Nur’ secara sederhana bermakna ‘cahaya’. Ini juga dibuktikan oleh otoritas-otoritas leksikon terkemuka.
Sumber: Leksikon Edward Lane [1]Pandangan ini juga konsisten dengan kisah-kisah Qurani lain dimana kata bahasa Arab ‘Nur’ tidak bermakna pantulan cahaya sama sekali. Misalnya, istilah ‘Nur’ (cahaya) telah digunakan sebagai suatu kontras terhadap kegelapan kemungkinan untuk menyajikan analogi antara kondisi buta dan melihat. Cahaya (Nur) sebagai suatu Kontras terhadap Kegelapan. ﻳَﻬْﺪِﻯ ﺑِﻪِ ٱﻠﻠَّﻪُ ﻣَﻦِ ٱﺘَّﺒَﻊَ ﺭِﺿْﻮَﺍﻧَﻪُ ﺳُﺒُﻞَ ٱﻠﺴَّﻼَﻡِ ﻭَﻳُﺨْﺮِﺟُﻬُﻢْ ﻣِّﻦَ ٱﻠﻈُّﻠُﻤَﺎﺕِ ﺇِﻟَﻰ ٱﻠﻨُّﻮﺭِ ﺑِﺈِﺫْﻧِﻪِ ﻭَﻳَﻬْﺪِﻳﻬِﻢْ ﺇِﻟَﻰٰ ﺻِﺮَﺍﻁٍ ﻣُّﺴْﺘَﻘِﻴ ٍﻢ “Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan, dan Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya (bahasa Arab: Nur(i)) yang terang benderang dengan seizin-Nya dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” Q.S.Al-Maa’idah [5]:16. “Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat dan tidak sama gelap gulita dengan cahaya. ” Q.S. Faathir [35]:19 – 20. Jadi tidak mungkin kalau ‘Nur’ disini dipahami sebagai ‘pantulan’ cahaya. Cahaya (Nur) Kitab-Kitab Allah
2/6
Cahaya Bukan Pantulan Cahaya - 03-30-2016 iT's Me - Kembali ke Fitrah - https://www.itsme.id
Kami mencatat sejumlah bagian lain dalam Al-Qur’an dimana ayat-ayat Allah juga dideskripsikan sebagai ‘Nur’ (Taurat [5]:44 dan [6]:91, kemudian Injil [5]:46, dan Al-Qur’an Al-A’raaf [7]:157, Q.S. Asy Syuura [42]:52, Q.S. At-Taghaabun [64]:8). Jelas kitab suci-kitab suci demikian merupakan sumbersumber panduan ilahiah dan dalam cara apapun bukan merupakan ‘pantulan’ dalam pengertian harafiah maupun metaforis sama sekali. ِﺇِﻧَّﺂ ﺃَﻧﺰَﻟْﻨَﺎ ٱﻠﺘَّﻮْﺭَﺍﺓَ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻫُﺪًﻯ ﻭَﻧُﻮﺭٌ ﻳَﺤْﻜُﻢُ ﺑِﻬَﺎ ٱﻠﻨَّﺒِﻴُّﻮﻥَ ٱﻠَّﺬِﻳﻦَ ﺃَﺳْﻠَﻤُﻮﺍْ ﻟِﻠَّﺬِﻳﻦَ ﻫَﺎﺩُﻭﺍْ ﻭَٱﻠﺮَّﺑَّﺎﻧِﻴُّﻮﻥَ ﻭَٱﻸَﺣْﺒَﺎﺭُ ﺑِﻤَﺎ ٱﺴْﺘُﺤْﻔِﻈُﻮﺍْ ﻣِﻦ ﻛِﺘَﺎﺏ ُٱﻠﻠَّﻪِ ﻭَﻛَﺎﻧُﻮﺍْ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺷُﻬَﺪَﺁﺀَ ﻓَﻼَ ﺗَﺨْﺸَﻮُﺍْ ٱﻠﻨَّﺎﺱَ ﻭَٱﺨْﺸَﻮْﻥِ ﻭَﻻَ ﺗَﺸْﺘَﺮُﻭﺍْ ﺑِﺂﻳَﺎﺗِﻰ ﺛَﻤَﻨﺎً ﻗَﻠِﻴﻼً ﻭَﻣَﻦ ﻟَّﻢْ ﻳَﺤْﻜُﻢ ﺑِﻤَﺂ ﺃَﻧﺰَﻝَ ٱﻠﻠَّﻪُ ﻓَﺄُﻭْﻟَـٰﺌِﻚَ ﻫُﻢ َٱﻠْﻜَﺎﻓِﺮُﻭﻥ “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya petunjuk dan cahaya, yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang berserah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orangorang kafir.” Q.S. Al-Maa’idah [5]:44. ﻭَﻣَﺎ ﻗَﺪَﺭُﻭﺍْ ٱﻠﻠَّﻪَ ﺣَﻖَّ ﻗَﺪْﺭِﻩِ ﺇِﺫْ ﻗَﺎﻟُﻮﺍْ ﻣَﺂ ﺃَﻧﺰَﻝَ ٱﻠﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻰٰ ﺑَﺸَﺮٍ ﻣِّﻦ ﺷَﻴْءٍ ﻗُﻞْ ﻣَﻦْ ﺃَﻧﺰَﻝَ ٱﻠْﻜِﺘَﺎﺏَ ٱﻠَّﺬِﻯ ﺟَﺂﺀَ ﺑِﻪِ ﻣُﻮﺳَﻰٰ ﻧُﻮﺭﺍً ﻭَﻫُﺪًﻯ َﻟِّﻠﻨَّﺎﺱِ ﺗَﺠْﻌَﻠُﻮﻧَﻪُ ﻗَﺮَﺍﻃِﻴﺲَ ﺗُﺒْﺪُﻭﻧَﻬَﺎ ﻭَﺗُﺨْﻔُﻮﻥَ ﻛَﺜِﻴﺮﺍً ﻭَﻋُﻠِّﻤْﺘُﻢْ ﻣَّﺎ ﻟَﻢْ ﺗَﻌْﻠَﻤُﻮۤﺍْ ﺃَﻧﺘُﻢْ ﻭَﻻَ ﺁﺑَﺎؤُﻛُﻢْ ﻗُﻞِ ٱﻠﻠَّﻪُ ﺛُﻢَّ ﺫَﺭْﻫُﻢْ ﻓِﻰ ﺧَﻮْﺿِﻬِﻢْ ﻳَﻠْﻌَﺒُﻮﻥ “Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya, di kala mereka berkata: ‘Allah tidak menurunkan sesuatupun kepada manusia’. Katakanlah: ‘Siapakah yang menurunkan kitab Taurat yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan dan kamu sembunyikan sebahagian besarnya padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahuinya)?’ Katakanlah: ‘Allah-lah, biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya. ”Q.S. Al-An’aam [6]:91. Lebih lanjut kami catat bahwa dalam Q.S.Yunus [10]:5 di atas, Matahari disebut sebagai ‘Diya’. ُﻫُﻮَ ٱﻠَّﺬِﻯ ﺟَﻌَﻞَ ٱﻠﺸَّﻤْﺲَ ﺿِﻴَﺂﺀً ﻭَٱﻠْﻘَﻤَﺮَ ﻧُﻮﺭﺍً ﻭَﻗَﺪَّﺭَﻩُ ﻣَﻨَﺎﺯِﻝَ ﻟِﺘَﻌْﻠَﻤُﻮﺍْ ﻋَﺪَﺩَ ٱﻠﺴِّﻨِﻴﻦَ ﻭَٱﻠْﺤِﺴَﺎﺏَ ﻣَﺎ ﺧَﻠَﻖَ ٱﻠﻠَّﻪُ ﺫٰﻟِﻚَ ﺇِﻻَّ ﺑِٱﻠْﺤَﻖِّ ﻳُﻔَﺼِّﻞ َٱﻶﻳَﺎﺕِ ﻟِﻘَﻮْﻡٍ ﻳَﻌْﻠَﻤُﻮﻥ “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar (bahasa Arab: Diya(an)) dan bulan bercahaya (bahasa Arab: Nur(an)) dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda kepada orang-orang yang mengetahui.” Q.S. Yunus [10]:5. Bagaimanapun juga sama signifikannya untuk diperhatikan bahwasanya kata yang sama yaitu ‘Diya’ juga digunakan untuk menyebut Taurat. َ ﻭَﻟَﻘَﺪْ ﺁﺗَﻴْﻨَﺎ ﻣُﻮﺳَﻰٰ ﻭَﻫَﺎﺭُﻭﻥَ ٱﻠْﻔُﺮْﻗَﺎﻥَ ﻭَﺿِﻴَﺂﺀً ﻭَﺫِﻛْﺮﺍً ﻟَّﻠْﻤُﺘَّﻘِﻴ ﻦ “Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa dan Harun Kitab Taurat dan cahaya (bahasa Arab: Diya(an)) serta pengajaran bagi orang-orang yang bertaqwa.” Q.S. Al-Anbiyaa’ [21]:48. Oleh karena itu matahari tidak menjadi satu-satunya acuan bagi sebutan ‘Diya’ sebagaimana kitab-kitab Allah juga tidak menjadi satu-satunya acuan bagi ‘Diya’.
3/6
Cahaya Bukan Pantulan Cahaya - 03-30-2016 iT's Me - Kembali ke Fitrah - https://www.itsme.id
Jika kedua istilah yaitu ‘Diya’ dan ‘Nur’ digunakan secara bersama untuk menyebut kitab-kitab Allah, maka jelas bahwasanya Q.S. Yunus [10]:5 dimana matahari disebut sebagai ‘Diya’ dan bulan sebagai ‘Nur’ jelas semata-mata tidak diniatkan untuk membedakan antara ‘sumber’ dengan ‘pantulan’ cahaya. Melainkan hal itu memiliki penafsiran yang jauh lebih luas. Cahaya (Nur) Sebagai Panduan ًﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ٱﻠﻨَّﺎﺱُ ﻗَﺪْ ﺟَﺂءَﻛُﻢْ ﺑُﺮْﻫَﺎﻥٌ ﻣِّﻦ ﺭَّﺑِّﻜُﻢْ ﻭَﺃَﻧْﺰَﻟْﻨَﺂ ﺇِﻟَﻴْﻜُﻢْ ﻧُﻮﺭﺍً ﻣُّﺒِﻴﻨﺎ “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang. (bahasa Arab: Nur)” Q.S. An-Nisaa [4]:174. ٌﻳَﺎ ﺃَﻫْﻞَ ٱﻠْﻜِﺘَﺎﺏِ ﻗَﺪْ ﺟَﺂءَﻛُﻢْ ﺭَﺳُﻮﻟُﻨَﺎ ﻳُﺒَﻴِّﻦُ ﻟَﻜُﻢْ ﻛَﺜِﻴﺮﺍً ﻣِّﻤَّﺎ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺗُﺨْﻔُﻮﻥَ ﻣِﻦَ ٱﻠْﻜِﺘَﺎﺏِ ﻭَﻳَﻌْﻔُﻮﺍْ ﻋَﻦ ﻛَﺜِﻴﺮٍ ﻗَﺪْ ﺟَﺂءَﻛُﻢْ ﻣِّﻦَ ٱﻠﻠَّﻪِ ﻧُﻮﺭٌ ﻭَﻛِﺘَﺎﺏ ٌﻣُّﺒِﻴﻦ “Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al-Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya (bahasa Arab:Nur) dari Allah, dan Kitab yang menerangkan.” Q.S. Al-Maa’idah [5]:15. Sebagaimana dikutip di atas, kitab suci-kitab suci Allah selain Al-Qur’an juga pernah disebut sebagai ‘Nur’ dan dijadikan sebagai ‘panduan’ (huda) dengan pandangan untuk membimbing manusia keluar dari kegelapan. Cahaya (Nur) Sebagai Cahaya Allah َﻳُﺮِﻳﺪُﻭﻥَ ﺃَﻥ ﻳُﻄْﻔِﺌُﻮﺍْ ﻧُﻮﺭَ ٱﻠﻠَّﻪِ ﺑِﺄَﻓْﻮَﺍﻫِﻬِﻢْ ﻭَﻳَﺄْﺑَﻰٰ ٱﻠﻠَّﻪُ ﺇِﻻَّ ﺃَﻥ ﻳُﺘِﻢَّ ﻧُﻮﺭَﻩُ ﻭَﻟَﻮْ ﻛَﺮِﻩَ ٱﻠْﻜَﺎﻓِﺮُﻭﻥ “Mereka berkehendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya walaupun orang-orang kafir tidak menyukai.” Q.S. At-Taubah [9]:32. Kami perhatikan ayat serupa (hampir sama persis) di bagian lainnya dalam Al-Qur’an. َﻳُﺮِﻳﺪُﻭﻥَ ﻟِﻴُﻄْﻔِﺌُﻮﺍْ ﻧُﻮﺭَ ٱﻠﻠَّﻪِ ﺑِﺄَﻓْﻮَﺍﻫِﻬِﻢْ ﻭَٱﻠﻠَّﻪُ ﻣُﺘِﻢُّ ﻧُﻮﺭِﻩِ ﻭَﻟَﻮْ ﻛَﺮِﻩَ ٱﻠْﻜَﺎﻓِﺮُﻭﻥ “Mereka ingin memadamkan cahaya (bahasa Arab:Nur) Allah dengan mulut mereka tetapi Allah menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya.” Q.S. Ash-Shaff [61]:8. ٱﻠﻠَّﻪُ ﻧُﻮﺭُ ٱﻠﺴَّﻤَﺎﻭَﺍﺕِ ﻭَٱﻸَﺭْﺽِ ﻣَﺜَﻞُ ﻧُﻮﺭِﻩِ ﻛَﻤِﺸْﻜَﻮﺍﺓٍ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻣِﺼْﺒَﺎﺡٌ ٱﻠْﻤِﺼْﺒَﺎﺡُ ﻓِﻰ ﺯُﺟَﺎﺟَﺔٍ ٱﻠﺰُّﺟَﺎﺟَﺔُ ﻛَﺄَﻧَّﻬَﺎ ﻛَﻮْﻛَﺐٌ ﺩُﺭِّﻱٌّ ﻳُﻮﻗَﺪُ ﻣِﻦ ُﺷَﺠَﺮَﺓٍ ﻣُّﺒَﺎﺭَﻛَﺔٍ ﺯَﻳْﺘُﻮﻧَﺔٍ ﻻَّ ﺷَﺮْﻗِﻴَّﺔٍ ﻭَﻻَ ﻏَﺮْﺑِﻴَّﺔٍ ﻳَﻜَﺎﺩُ ﺯَﻳْﺘُﻬَﺎ ﻳُﻀِﻴۤءُ ﻭَﻟَﻮْ ﻟَﻢْ ﺗَﻤْﺴَﺴْﻪُ ﻧَﺎﺭٌ ﻧُّﻮﺭٌ ﻋَﻠَﻰٰ ﻧُﻮﺭٍ ﻳَﻬْﺪِﻯ ٱﻠﻠَّﻪُ ﻟِﻨُﻮﺭِﻩِ ﻣَﻦ ﻳَﺸَﺂﺀ ٌﻭَﻳَﻀْﺮِﺏُ ٱﻠﻠَّﻪُ ٱﻸَﻣْﺜَﺎﻝَ ﻟِﻠﻨَّﺎﺱِ ﻭَٱﻠﻠَّﻪُ ﺑِﻜُﻞِّ ﺷَﻴْءٍ ﻋَﻠَﻴِﻢ “Allah cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca, kaca itu seakan-akan bintang seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur dan tidak pula di sebelah barat, yang minyaknya hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya, Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” Q.S. An-Nuur [24]:35. َ ﻳُﺮِﻳﺪُﻭﻥَ ﻟِﻴُﻄْﻔِﺌُﻮﺍْ ﻧُﻮﺭَ ٱﻠﻠَّﻪِ ﺑِﺄَﻓْﻮَﺍﻫِﻬِﻢْ ﻭَٱﻠﻠَّﻪُ ﻣُﺘِﻢُّ ﻧُﻮﺭِﻩِ ﻭَﻟَﻮْ ﻛَﺮِﻩَ ٱﻠْﻜَﺎﻓِﺮُﻭ ﻥ “Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut mereka, tetapi Allah menyempurnakan cahaya-
4/6
Cahaya Bukan Pantulan Cahaya - 03-30-2016 iT's Me - Kembali ke Fitrah - https://www.itsme.id
Nya, walau orang-orang kafir membencinya.” (Q.S. Ash-Shaff [61]:8). Cahaya (Nur) Sebagai Cahaya Yang Bersinar ﻳَﻮْﻡَ ﺗَﺮَﻯ ٱﻠْﻤُؤْﻣِﻨِﻴﻦَ ﻭَٱﻠْﻤُؤْﻣِﻨَﺎﺕِ ﻳَﺴْﻌَﻰٰ ﻧُﻮﺭُﻫُﻢ ﺑَﻴْﻦَ ﺃَﻳْﺪِﻳﻬِﻢْ ﻭَﺑِﺄَﻳْﻤَﺎﻧِﻬِﻢ ﺑُﺸْﺮَﺍﻛُﻢُ ٱﻠْﻴَﻮْﻡَ ﺟَﻨَّﺎﺕٌ ﺗَﺠْﺮِﻯ ﻣِﻦ ﺗَﺤْﺘِﻬَﺎ ٱﻸَﻧْﻬَﺎﺭُ ﺧَﺎﻟِﺪِﻳﻦَ ﻓِﻴﻬَﺎ ُﺫٰﻟِﻚَ ﻫُﻮَ ٱﻠْﻔَﻮْﺯُ ٱﻠْﻌَﻈِﻴﻢ “pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya (bahasa Arab:Nurul(hum)) mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka: ‘Pada hari ini ada berita gembira untukmu, surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar.” (Q.S. Al-Hadid [57]:12). Siapapun yang mempelajari ayat-ayat di atas akan jelas mengenali bahwa terdapat saling ketertumpangtindihan dengan berbagai bentuk makna terkait kata ‘Nur’. Misalnya, cahaya sebagai panduan dalam bentuk kitab suci memberikan seseorang kemampuan ‘melihat’ dari kondisi kegelapan spiritual dimana Allah sendiri yang merupakan sumber utama cahaya ini. Tidak ada satupun penafsiranpenafsiran yang membatasi pemahaman ‘Nur’ sebagai sesuatu yang hanya bermakna ‘pantulan’ cahaya. ﺍﻟۤﺮ ﻛِﺘَﺎﺏٌ ﺃَﻧﺰَﻟْﻨَﺎﻩُ ﺇِﻟَﻴْﻚَ ﻟِﺘُﺨْﺮِﺝَ ٱﻠﻨَّﺎﺱَ ﻣِﻦَ ٱﻠﻈُّﻠُﻤَﺎﺕِ ﺇِﻟَﻰ ٱﻠﻨُّﻮﺭِ ﺑِﺈِﺫْﻥِ ﺭَﺑِّﻬِﻢْ ﺇِﻟَﻰٰ ﺻِﺮَﺍﻁِ ٱﻠْﻌَﺰِﻳﺰِ ٱﻠْﺤَﻤِﻴ ِﺪ “Alif laam raa. Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya (bahasa Arab:Nur) yang terang benderang dengan izin Tuhan mereka menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.” Q.S. Ibrahim [14]:1. Kesimpulan Sebagaimana telah dicatat dalam contoh-contoh tersebut di atas, penafsiran Al-Qur’an atas kata ‘Nur’ tidak bisa dibatasi menjadi sekedar bermakna ‘pantulan’ cahaya. ‘Nur’ secara sederhana bermakna ‘cahaya’ dan maknanya bisa berbeda-beda tergantung konteks ayatayatnya. Kata itu telah digunakan untuk menyebut cahaya Allah, panduan yang diberikan dari kitab kitab Allah, cahaya yang bersinar atau cahaya terang-benderang, dan sebagai kontras terhadap kegelapan spiritual. Tak ada dari makna-makna demikian yang terbatas hanya pada ‘pantulan’ cahaya. ًﻭَﺟَﻌَﻞَ ٱﻠْﻘَﻤَﺮَ ﻓِﻴﻬِﻦَّ ﻧُﻮﺭﺍً ﻭَﺟَﻌَﻞَ ٱﻠﺸَّﻤْﺲَ ﺳِﺮَﺍﺟﺎ “Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya (bahasa Arab: Diya(an) dan menjadikan matahari sebagai pelita (bahasa Arab:Nur(an)” Q.S. Nuh [71]:16. Jika kita membolehkan berbagai bentuk makna dari kata ‘Nur’, maka tidak masuk akal untuk menafsirkan bahwa ‘Nur’nya bulan sebagai cahaya pemandu di kegelapan malam. Jika kita membacanya lebih lanjut dengan Q.S. Yunus [10]:5, kita catat bahwa bulan diberikan sebagai panduan dalam berbagai tahapannya sehingga manusia bisa menghitung waktu. ُﻫُﻮَ ٱﻠَّﺬِﻯ ﺟَﻌَﻞَ ٱﻠﺸَّﻤْﺲَ ﺿِﻴَﺂﺀً ﻭَٱﻠْﻘَﻤَﺮَ ﻧُﻮﺭﺍً ﻭَﻗَﺪَّﺭَﻩُ ﻣَﻨَﺎﺯِﻝَ ﻟِﺘَﻌْﻠَﻤُﻮﺍْ ﻋَﺪَﺩَ ٱﻠﺴِّﻨِﻴﻦَ ﻭَٱﻠْﺤِﺴَﺎﺏَ ﻣَﺎ ﺧَﻠَﻖَ ٱﻠﻠَّﻪُ ﺫٰﻟِﻚَ ﺇِﻻَّ ﺑِٱﻠْﺤَﻖِّ ﻳُﻔَﺼِّﻞ َٱﻶﻳَﺎﺕِ ﻟِﻘَﻮْﻡٍ ﻳَﻌْﻠَﻤُﻮﻥ “Dialah yang menjadikan matahari bersinar (bahasa Arab: Diya(an)) dan bulan bercahaya (bahasa Arab: Nur(an)) dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (wajtu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda kepada orang-orang yang mengetahui.” Q.S. Yunus
5/6
Cahaya Bukan Pantulan Cahaya - 03-30-2016 iT's Me - Kembali ke Fitrah - https://www.itsme.id
[10]:5. Jelas bahwa dalam konteks ini tidak ada landasan untuk membatasi penafsiran dengan suatu pandangan untuk mendukung suatu mukjizat ilmiah dengan membatasi makna kata ‘Nur’ hanya menjadi ‘pantulan’ cahaya. REFERENSI: Quranmessage quran.com [1] LANE. E.W, Edward Lanes Lexicon, Williams and Norgate 1863; Librairie du Liban Beirut-Lebanon 1968, Volume 8, Hal. 2865. Goresan warna dalam leksikon diterapkan oleh Penulis. Naskah asli tidak memuat hal tersebut. Ini semata-mata diberikan sebagai penekanan terhadap topik terkait serta hanya sekedar ilustrasi dan sepenuhnya dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan pendidikan serta penjelasan.
_______________________________________________ WWW.ITSME.ID
6/6 Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)