BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film Sebagai Media Massa Film sebagai salah satu media masa dalam komunikasi massa, berperan sebagai sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu, menyajikan cerita, peristiwa, musik drama, lawak dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat umum. 1 2.1.1 Pengertian Film Secara harafiah, film (sinema) adalah cinematographie yang berasal dari kata cinema (gerak), tho atau phytos (cahaya), dan graphie atau grap (tulisan, gambar, citra). Jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya. Agar dapat melukis gerak dan cahaya, harus menggunakan alat khusus, yang biasa disebut kamera. Film sebagai karya seni sering diartikan hasil karya seni yang memiliki kelengkapan dari beberapa unsur seni untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya spritual. Dalam hal ini unsur seni yang terdapat dan menunjang sebuah karya film adalah: seni rupa, seni fotografi, seni arsitektur, seni tari, seni puisi sastra, seni teater, seni musik. Kemudian ditambah lagi dengan seni pantomin dan novel. Kesemuanya merupakan pemahaman dari sebuah karya film yang terpadu dan biasa kita lihat.2
Film, media sejenis pita plastik berlapis zat peka cahaya, yang disebut celluloid. Dalam bidang fotografi, film adalah media yang dominan digunakan untuk menyimpan pantulan cahaya yang tertangkap lensa. Pada generasi 1
Dennis McQuail,Teori Komunikasi Massa, Erlangga, Jakarta,1987. Hal 31 http://www.kajianpustaka.com/2012/10/pengertian-sejarah-dan-unsur-unsurfilm.html#ixzz2Q9VtcRH0 2
6
7
berikutnya, fotografi bergeser ke penggunaan media digital elektronik sebagai penyimpan gambar. Dalam bidang sinematografi, celluloid memiliki berbagai macam ukuran lebar pita seperti 16mm, 35mm, dan 70mm. Ukuran yang biasa digunakan untuk produksi film layar lebar adalah 35mm. Perihal media penyimpan ini, kini, telah mengalami perkembangan pesat. Berturut-turut dikenal media penyimpan celluloid (film), pita analog, dan yang terakhir media digital (pita, cakram, memori chip).Bertolak dari pengertian ini, maka film pada awalnya adalah karya sinematografi yang memanfaatkan media celluloid sebagai penyimpannya.Sejalan dengan perkembangan media penyimpan dalam bidang sinematografi, pengertian film telah bergeser. Sebuah film cerita dapat diproduksi tanpa menggunakan celluloid (media film).Bahkan, saat ini, tidak sedikit film yang menggunakan media celluloid pada tahap pengambilan gambar, kemudian pada tahap pascaproduksi, gambar yang telah diedit dari media analog maupun digital, dapat disimpan pada media yang fleksibel.Hasil akhir karya sinematografi dapat disimpan pada media celluloid, analog, maupun digital.Perkembangan teknologi media penyimpan ini telah mengubah pengertian film dari istilah yang mengacu pada bahan ke bentuk karya seni audio-visual.Singkatnya, kini film diartikan sebagai suatu genre seni bercerita berbasis audio-visual, atau cerita yang dituturkan pada penonton melalui rangkaian gambar bergerak. 3
3
http://id.shvoong.com/humanities/film-and-theater-studies/2280708-pengertian-film-dansejarahnya/#ixzz2Q9Wx0qdI
8
2.1.2 Sejarah Film Film pertama kali lahir di pertengahan ke dua abad 19, dibuat dengan bahan dasar seluloid yang sangat mudah terbakar bahkan oleh percikan abu rokok sekalipun.
Sejalan
dengan
waktu,
para
ahli
berlomba-lomba
untuk
menyempurnakan film agar lebih aman, lebih mudah di produksi. Film sendiri pertama kali diciptakan pada tahun 1805 oleh Lumiere Brothers. Kemudian pada tahun 1899 George Melies mulai menampilkan film dengan gaya editing yang berjudul Trip To The Moon. Pada tahun 1902, Edwin Peter membuat film yang berjudul Life Of In American Fireman. Di Indonesia sendiri, film mencapai kejayaannya pada era 70-an sampai 80-an atau tepatnya sebelum masuknya Broadcast-Broadcast TV pada tahun 1988 (RCTI). Masyarakat sangat apresiatif dalam menanggapi film-film yang ada di Indonesia.Hal ini berkaitan dengan bobot dari film tersebut yang memang dapat memenuhi kebutuhan psikologi dan spiritual dari masyarakat Indonesia.4 2.1.3 Fungsi Film Film adalah salah satu alat komunikasi yang sangat mudah di sampaikannya, mudah di terima dan di cerna oleh manusia. Dalam film mengandung tiga unsur yaitu:
4
http://www.kajianpustaka.com/2012/10/pengertian-sejarah-dan-unsur-unsurfilm.html#ixzz2Q9VtcRH0
9
a. Sebagai alat penerangan Dalam film segala informasi dapat disampaikan secara audio visual sehingga dimengerti. b. Sebagai alat pendidikan Dapat memberikan contoh suatu peragaan yang bersifat mendidik, tauladan di dalam masyarakat dan mempertontonkan perbuatan-perbuatan yang baik. c. Sebagai alat hiburan Dalam mensejahterakan rohani manusia karena disini kepuasan batin untuk melihat secara visual serta pembinaan kebudayaan. Film merupakan salah satu media komunikasi antar manusia dimana terdapat ungkapan rasa pikiran, rasa karakter, budaya dan keindahan manusia, selain itu film memberikan sebuah media pendidikan yang mungkin keberadaanya akan mudah di terima bagi kehidupan manusia itu sendiri. 5
5
Pengertian menurut Umar Ismail, Sejarah Perfilman Nasional
10
2.1.4 Jenis-jenis Film Ada beberapa jenis film yang lazim diketahui oleh masayarakat, yaitu:6
1. Film Dokumenter Dokumenter adalah sebutan untuk film pertama karya Luemiere bersaudara yang berkisah tentang perjalanan yang dibuat sekitar tahun 1890-an. Tiga puluh enam tahun kemudian kata-kata documenter digunakan oleh pembuat film dan kritikus film asal Inggris John Greison untuk film Moana (1926) karya Robert Flaherty. Menurut Greison dokumenter adalah cara kreatif mempersentasikan realitas. Sekalipus Greison mendapat tentangan dari berbagai pihak, pendapatnya tetap relevan sampai saat ini. Film dokumenter menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat melalui berbagai macam tujuan. Namun harus diakui film dokumenter tak pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan, propaganda bagi orang atau kelompok tertentu. Intinya film dokumenter berpijak pada hal-hal senyata mungkin, seiring dengan perjalanan waktu muncul berbagai aliran film dokumenter, misanya dokudrama. 2. Film Cerita Pendek Durasi film pendek biasanya berdurasi dibawah 60 menit. Di banyak negara seperti Jerman, Australia, Kanada dan Amerika Serikat film cerita pendek dijadikan eksperimen dan batu loncatan bagi seseorang atau kelompok untuk
6
Effendy Heru. Mari membuat film: panduan menjadi Produser. Jakarta. Panduan dan Pustaka Konfiden. 2002. Hal 10-14
11
kemudian memproduksi film cerita panjang. Jenis film ini banyak dihasilkan oleh mahasiswa jurusan film atau orang/ kelompok yang menyukai dunia film dan ingin berlatih membuat film yang baik. Sekalipun demikian, ada juga yang memang mengkhususkan diri untuk memproduksi film pendek, umumnya hasil produksi ini dipasok ke rumah-rumah produksi atau saluran televisi. 3. Film Cerita Panjang Film yang berdurasi lebih dari 60 menit lazimnya berdurasi 90-100 menit. Film yang di putar di bioskop termasuk dalam kelompok film ini. Beberapa film misanya Dance With Wolves, bahkan berdurasi lebih dari 120 menit. Film-film produksi India biasanya berdurasi lebih dari 180 menit. Selain ketiga film tersebut masih ada beberapa jenis film lain yaitu (corporate profile). Film ini di produksi oleh instansi tertentu berkaitan dengan kegiatan yang mereka lakukan. Film jenis ini digunakan untuk mengiklankan suatu institusi, umumnya adalah institusi usaha dalam bentuk advertorial . Contoh tayangan ini “Usaha Anda” SCTV, Profile Niaga dan lain-lain. Iklan televisi (TV Comersial) Ilkan Layanan Masyarakat (Public Service Announcement) Program TV, video clip adalah termasuk jenis film.
12
2.1.5 Jenis Cerita Film Jenis cerita film dikelompokan ke dalam beberapa macam, yaitu:7 1. Drama Cerita drama adalah jenis cerita fiksi yang bercerita tentang kehidupan dan perilaku manusia sehar-hari. Jenis cerita drama jika mengikuti teori Aristoteles hanya digolongkan menjadi tragedi, komedi dan gabungan antara tragedy dan komedi. 2. Drama Tragedi Cerita drama yang termasuk jenis ini adalah cerita yang berakhir dengan duka lara atau kematian. 3. Drama Komedi Jenis drama ini dapat digolongkan menjadi beberapa jenis : a. Komedi situasi, cerita lucu yang kelucuannya bukan berasal dari pemain melainkan karena situasinya. b. Komedi slapstic, cerita lucu yang di ciptakan dengan adegan menyakiti para pemainnya atau adegan vulgar dan kasar. c. Komedi satire, cerita lucu yang penuh sindiran tajam.
7
Elizabet Lutters. Kunci Sukses Menulis Skenario.PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta, 2006. Hal 35-38
13
d. Komedi farce, cerita lucu yang bersifat dagelan, sengaja menciptakan kelucuan-kelucuan dengan dialog dan gerakan-gerakan lucu. 4. Drama Misteri Drama ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian: a. Kriminal, misteri yang sangat terasa unsur ketegangannya/suspense dan biasanya menceritakan seputar kasus pembunuhan atau pemerkosaan. Si pelaku biasanya menjadi semacam misteri karena penulis skenario memperkuat alibinya. Sering kali dalam cerita jenis ini, beberapa tokoh bayangan dimasukan untuk mengecoh penonton. b. Horor, misteri yang bercerita tentang hal-hal yang berkaitan dengan roh halus atau makhluk menakutkan. c. Mistik, misteri yang bercerita tentang hal-hal yang bersifat kleni, perdukunan atau unsur gaib. 5. Drama Action atau Laga a. Modern, cerita drama yang lebih banyak menampilkan adegan perkelahian atau pertempuran, namun dikemas dalam setting yang modern. b. Tradisional, cerita drama yang juga menampilkan adegan perkelahian atau pertempuran, namun dikemas dalam setting setting yang modern.
14
6. Melodrama Cerita ini bersifat sentimental dan melankolis. Ceritanya cenderung terkesan mendayu-dayu dan mendramatisir kesedihan. Emosi penonton dipancing untuk merasa iba pada tokoh dengan menampilkannya sedemikian rupa. 7. Drama Sejarah Drama sejarah adalah cerita jenis drama yang menampilkan kisah-kisah sejarah masa lalu, baik tokoh maupun peristiwa. 2.2 Pencitraan Film 2.2.1 Tema Cerita Tema cerita adalah dasar utama cerita yang ingin disampaikan oleh penulis. Berbagai macam tema dapat diangkat menjadi sebuah cerita8 1. Percintaan Tema percintaan yang paling umum kita lihat dan hampir semua sinetron atau fim terdapat kisah percintaannya. 2. Rumah Tangga atau Keluarga Tema rumah tangga biasanya bercerita tentang masalah sekitar rumah tangga atau dalam keluarga.
8
Elizabeth Lutters. Ibid. Hal 41-45
15
3. Perselingkuhan Tema ini mengangkat seorang suami atau istri maupun pacar yang tertarik dengan wanita atau pria lain. Cerita ini biasanya memicu konflik dalam berhubungan. 4. Pembauran Tema pembauran di Indonesia lebih banyak bercerita tentang pembauran etnis seperti perkawinan/persatuan warga pribumi dengan keturunan Cina. 5. Kepahlawanan Tema kepahlawanan biasanaya terdapat pada sifat tokoh yang suka menolong orang dan membela kebenaran. Penampilan tokoh ini biasanya berbeda dengan tokoh lain, seperti memiliki kekuatan lebih dan lain-lain. 6. Persahabatan Film anak-anak atau remaja biasanya terdapat tema persahabatan, baik itu positif maupun negatif. Misanya film tentang persahabatan di sekolah. 7. Petualangan Tema petualngan banyak terdapat dalam setiap film, baik film anak-anak, remaja ataupun dewasa. Dalam tema ini penulis sering menampilkan perjalanan panjang yang penuh rintangan atau untuk mencapai suatu tujuan.
16
8. Balas Dendam Balas dendam banyak digunakan sebagai tema sebuah cerita, biasanya terdapat pada film laga atau action. 9. Fantasi atau fiksi Tema fantasia atau fiksi merupakan karangan sesorang penulis untuk menciptakan suatu tokoh atau karakter.biasanya berbeda dengan seperti manusia biasa dan memiliki kelebihan kekuatan atau uang lain. 2.2.2 Grafik Cerita Garfik cerita diibaratkan tangga nada dalam musik, alunan musik akan tercipta hanya dengan mengatur letak posisi 1-7 nada itu, dibumbui dengan titik dan jari-jari tanda birama. Grafik cerita dalam skenario berkaitan juga dengan irama plot yang membangun konflik pada tiap adegan dalam cerita skenario kita, berikut ini grafik umum yang diciptakan oleh Aristoteles dan sampai saat ini masih banyak digunakan oleh beberapa penulis Indonesia untuk membuat skenario baik teater, sinetron atau film. 9
9
Elizabeth Lutters. Op. Cit. Hal 51
17
Klimaks
Penggawatan
Eksposisi
Tamat 2.2.2 Gambar Grafik Cerita Film
a. Expotition atau paparan, adegan awal dalam film yang biasanya berisi pengenalan atau penjelasan tokoh, kebiasaan tokoh dan pola awal jalan cerita. b. Rangsangan (inciting moment). Peristiwa yang mengawali timbulnya gawatan. Misalnya kemunculan seorang tokoh baru yang berlaku sebagai katalisator atau suati kejadian yang merusak keadaan yang pada mulanya selaras. c. Gawatan (rising action). Munculnya masalah antara tokoh utama dengan sesuatu (biasanya masalah dengan tokoh lain, diri sendiri, nilai-nilai lingkungan dan lain-lain) sebagai kelanjutan dari bagian rangsangan. 2.2.3 Struktur Cerita 1. Inti Cerita Inti cerita atau premise akan menjadi dasar dalam membentuk plot cerita (plotline). Inti sari cerita bisa dikaitkan dengan pesan yang ingin disampaikan oleh cerita, atau sesuatu yang menentukan arah cerita.
18
Struktur plotline yang diawali dengan konflik, komplikasi dan resolusinya biasanya disebut dengan struktur drama tiga babak atau three acts structure. Struktur ini merupakan dasar dalam membangun sebuah cerita. Struktur drama tiga babak terbagi menjadi:10 a. Babak I Awal cerita dengan pengenalan tokoh utama dan dunianya, konflik A dan perkenalan konflik B b. Babak II Tengah cerita, komplikasi masalah, resolusi sementara konflik utama, resolusi konflik minor. c. Babak III Akhir cerita, resolusi masalah utama, resolusi masalah lainnya. 2. Plot/Alur Plot/alur adalah jalan cerita atau alur cerita dari awal, tengah dan akhir. Berikut ini adalah contoh beberapa jenis alur: a. Alur maju (progresif) Pengarang menyajikan cerita dimulai dari awal menuju akhir cerita berdasarkan urutan kronologis.
10
Sony Set dan Sidharta. Op. Cit, hal 26-32
19
b.
Alur mundur (flash back progresif) Pengarang bisa memulai cerita klimaks, kemudian kembali ke awal cerita
menuju akhir. c. Alur gabungan atau campuran Alur maju dan mundur yang digunakan secara bersamaan dalam sebuah cerita. 2.2.4 Unsur Dramatik Dalam skenario harus juga memuat unsur dramatic. Unsur dramatic dalam istilah lain disebut dramaturgi, yaitu unsur-unsur yang dibutuhkan untuk melahirkan grak dramatik pada pikiran penontonnya, berikut ini beberapa unsur dramatik: 11 1. Konflik Konflik adalah permasalahan yang kita ciptakan untuk menghasilkan pertentangan dalam sebuah keadaan sehingga menimbulkan dramatik yang menarik. Konflik biasanya timbul jika seorang tokoh tidak berhasil mencapai apa yang diinginkannya. Sasaran pelampiasannya bisa bermacam-macam, misal tokoh lawannya, tokoh pendampingnya, diri sendiri, binatang dan benda-benda yang ada di sekitarnya.
11
Elizabeth Lutters. Op.Cit, hal 100-103
20
2. Suspense Suspense adalah ketegangan. Ketegangan yang dimaksud disini tidak berkaitan dengan hal yang menakutkan, melainkan menanti sesuatu yang bakal terjadi atau harap-harap cemas. Penonton digiring agar merasa berdebar-debar menanti resiko yang bakal dihadapi oleh tokoh dalam menghadapi problemnya. Hal ini biasanya sering menimpa tokoh protagonis sehingga pada penonton semakin tinggi tensinya, dibandingkan jika tokoh antagonis yang menghadapi hambatan. Pada film-film action unsur ini sangat dominan dibandingkan pada film-film drama. Namun pada semua cerita drama unsur ini juga sangat penting dan tidak bisa diabaikan begitu saja. 3. Curiosity Curiosity adalah rasa ingin tahu atau peasaran penonton terhadap sebuah adegan yang kita ciptakan. Hal ini bisa ditimbukan dengan cara menampilkan sesuatu yang aneh sehingga memancing keingintahuan penonton. Atau bisa juga dengan berusaha mengulur informasi tentang sebuah masalah sehingga membuat penonton merasa penasaran. 4. Surprise Surprise adalah kejutan. Dalam sebuah penjabaran cerita, perasaan surprise pada penonton timbul karena jawaban yang mereka saksika adalah diluar dugaan.
21
2.2.5 Karakter dan Penokohan Penokohan adalah penggambaran tokoh cerita, keadaan lahir maupun batinnya termasuk karakternya, ciri fisik, cara bertindak, keyakinannya, pa ndangan hidupnya, lingkungan tempat tinggal dan sebagainya. Penokohan mencakup pada masalah siapa tokoh cerita, bagaimana pewatakan atau karakter tokoh dan bagaimana penempatan atau pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus mencakup pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita. 1. Karakter Protagonis Karakter ini sering disebut sebagai karakter utama. Ia mewakili sisi kebaikan dan mencerminkan sifat-sifat kebenaran yang mewarnai setiap aktivitas dalam cerita. 2. Karakter Sidesick Karakter ini berpasangan dengan karakter protagonis. Tugasnya membantu setiap tugas yang diemban sang karakter protagonis. 3. Karakter Antagonis Karakter antagonis selalu berlawanan dengan karakter protagonis. Ia selalu berupaya
menggagalkan
setiap
upaya
menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya.
karakter
protagonis
dalam
22
4. Karakter Kontagonis Kontagonis adalah karakter yang membantu setiap aktifitas yang dilakukan antagonis dalam menggagalkan langkah sang protagonis. 5. Karakter Skeptis Sesuai dengan sifat skeptis yang disandangnya, tokoh ini adalah karakter yang paling tidak peduli terhadap aktifitas yang dilakukan tokoh protagonis. Penokohan atau sering disebut karakter tokoh, yaitu penciptaan citra tokoh dalam cerita. Karakter tokoh tidak hanya sebatas karakter saja, melainkan juga fisik dan latar belakang tokoh. Salah satunya adalah tipologi tokoh, tipologi merupakan istilah pisikologis untuk membedakan manusia berdasarkan tipe. Tipologi tokoh dapat dibedakan menjadi:12 1. Tipologi tipe fisik Tipe ini bisa disebut penggolongan tipe manusia berdasarkan bentuk tubuh, berdasarkan teori E. Kretschmer. Tipologi Kretschmer ada 4 tipe, yaitu: a. Piknis Tipe piknis mengarah pada tubuh dengan ciri-ciri pendek dan gemuk (berat badan melebihi berat normal). Jenis tubuh ini memperlihatkan banyak lemak sehingga tulang-tulangnya tidak tampak. Kegemaran tipologi piknis yang paling menonjol adalah suka makan dan tidur.
12
Anif Sirsaeba. Fenomena Ayat-ayat Cinta. Republika, Jakarta, 2006. Halaman 280.
23
b. Leptosom Tipe leptosom mengarah pada tubuh tinggi dan kurus (berat badan kurang dari normal). Jenis tubuh ini adalah kebalikan dari piknis sehingga tulangtulangnya pun terlihat menonjol. Wajahnya cenderung memelas atau sedih. c. Atlethis Mengarah pada bentuk tubuh tinggi kekar, tidak banyak lemak, tetapi juga tampak tulang-tulang tubuhnya. Yang tampak menonjol adalah urat-uratnya. Biasanya badannya tegap dan kuat. d. Dispatis Adalah bentuk tubuh yang khas atau tidak umum. Kategori ini tidak dapat dijabarkan
dengan detil tertentu, mengingat tipe ini menyimpang dari
konstitusi normal, atau bisa dibilang spesifik. 2. Tipologi tipe pisikis Tipologi ini bisa dikatakan sebagai penggolongan manusia berdasarkan tempramen atau dalam sekenario bisa disamakan dengan istilah karakter. a. Sanguinis Periang, ramah, suka tertawa atau gembira, mudah berganti haluan.
24
b. Melankolis Pemurung, penuh angan-angan, muram, pesimistis, mudah kecewa, daya juang kurang, bila mengerjakan sesuatu mesti berpikir matang. c. Koleris Hidup keras, bersemangat, daya juang besar, optimis, hatinya mudah terbakar atau terpengaruh, mudah marah dan kasar. d. Flematis Tidak suka buru buru, kalem tenang tidak mudah di pengaruhi, setia. 2.2.6 Latar atau Setting Cerita Stanton menyebutkan latar merupakan lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung. Latar dapat berwujud dekor (tempat) dan juga berwujud waktu-waktu tertentu. Biasanya latar di ketengahkan melalui baris-baris deskriptif. 13 Latar dibedakan menjadi tiga yaitu latar waktu, latar tempat dan latar suasana. Latar waktu adalah waktu (masa) tertentu ketika peristiwa dalam cerita itu terjadi. Latar tempat adalah lokasi atau bangunan fisik lainnya yang menjadi tempat terjadinya peristiwa-peristiwa dalam cerita. Suasana adalah salah satu unsur intrinsik yang berkaitan dengan keadaan pisikologis yang timbul dengan sendirinya bersamaan dengan jalan cerita. Suatu cerita menjadi menarik karenaberlangsung dalam suasana tertentu. Misalnya, suasana gembira, sedih, tegang, penuh semangat, damai dan sebagainya. Suasana dalam cerita biasanya dibangun bersama pelukisan tokoh utama. Pembaca 13
Robet Stanton. Teori Fiksi Robert Stanton. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2007, hal 35
25
menikuti kejadian demi kejadian yang dialami tokoh utama dan bersama pembaca dibawa larut dalam suasana cerita. 2.2.7 Sudut Pandang Diantara elemant yang tidak bisa di tinggalkan dalam sebuah cerita adalah sudut pandang tokoh yang dibangun sang pengarang. Sudut pandang merupakan visi pengarang yang dijelmakan ke dalam pandangan tokoh-tokoh atau para pemainnya. Pengambilan sudut pandng oleh pengarang adalah untuk memberi keasan akhir yang dia inginkan14 Dalam kisahnya, pencerita sering menyebut diri “aku” atau “saya” (penceritaan akuan) penceritaan akuan adalah tokoh dalam ceritanya tetapi tidak selalu tokoh utama. Namun, seringkali dalam kisahnya pencerita mengacu kepada tokoh-tokohnya dengan kata ganti orang ketiga, dia atau ia. Pencerita diaan berada diluar (eksternal) ia hanya menyampaikan sesuatukisahan, tetapi tidak terlibat didalamnya. Namun jika ia berada diluar (penceritadiaan, eksternal) ia dapat menjadi pencerita mahatahu, yakni pencerita yang mengetahui maksud dan pikiran semua tokoh, serta semua yang mereka lakukan. 15 2.3. Novel Sebagai Sumber Skenario Film 2.3.1 Pengertian Novel Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling popular di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak beredar, lantaran daya komunikasinya yang luas pada masyarakat. Novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif, yang dibangun melalui unsur interistiknya
14
Anif Sirsaeba. Op. Cit, hal 281. Melani Budiananta. Membaca Sastra: Pengantar Memahami Sastra Untuk Perguruan Tinggi Indonesia Tera. Malang. 2006, hal 91 15
26
seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain, yang kesemuannya tentu bersifat naratif. Novel berasal dari bahasa italia novella, yang dalam bahasa Jerman Novelle,dan dalam bahasa Yunani novellus. Kemudian masuk ke Indonesia menjadi novel. Dewasa ini istilah novella dan novelle mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novelette (inggris: novelette), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cakupan, tidak terlalu panjang juga tidak terlalu pendek. Novel merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus.16 Novel merupakan jenis atau genre prosa dalam karya sastra. Prosa dalam kesusastraan juga disebut sebagai fiksi. Karya fiksi menyarankan pada suatu karya sastra yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak ada dan terjadi sungguh-sungguh sehingga tidak perlu dicari kebenarannya pada dunia nyata. Tokoh peristiwa dan tempat yang disebut-sebut dalam fiksi adalah tokoh, peristiwa, dan tempat yang bersifat imajiner. Dari sekian banyak bnetuk sastra seperti puisi, novel, cerita pendek, drama, bntuk novel, cerita pendeklah yang paling banyak dibaca oleh para pembaca. Karya-karya moderen klasik dalam kesusastraan, kebanyakan juga berisi karyakarya novel. Novel lebih panjang (setidaknya 40 ribu kata) dan lebih kompleks dari cerpen dan tidak dibatasi keterbatasan struktural dan materikal sandiwara atau sajak. Umumnya sebuah bercerita tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari dengan menitik beratkan pada sisi yang aneh dari naratif tersebut. Novel dalam bahasa
16
Burhan Nurgiyantoro. Teori Pengkajian Fiksi. Gajah Mada University Press, Jogjakarta, 1998. Hal.9
27
Indonesia dibedakaan menjadi roman. Sebuah roman alur ceritanya lebih kompleks dan jumlah pemeran atau tokoh cerita juga lebih banyak.17 2.3.2 Jenis-Jenis Novel Sebagai bahn bacaan, novel dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu novel serius dan novel populer. Novel serius bukan saja dituntut agar menjadi karya yang indah, menarik, dan juga memberikan hiburan kepada kita tetapi dia dituntut untuk lebih dari itu. Syarat utama sebuah novel adalah menarik, menghibur, dan mendatangkan rasa puas setelah membacanya. 1. Novel Populer (Novel Pop) Novel populer adalah novel yang populaer pada masanya dan banyak penggemarnya, khususnya pembaca di kalangan remaja. Ia menampilkan masalah-masalahyang aktual dan menzaman, namun hanya sampai pada tingkat permukaan. Novel populer tidak menampilkan permasalahan kehidupan secara intens dan tidak berusaha meresapi masalah kehidupan, karena akan dapat membuat novel ini menjadi berat dan dapat berubah menjadi novel serius. Novel
populer
memperbincangkan
adalah
kembali
perekam
kehidu[pan
kehidupan dalam
serba
dan
tidak
banyak
kemungkinan.
Ia
menyajikan kembali rekaman-rekaman kehidupan itu dengan harapan pembaca akan mengenal kembali pengalamannya itu. Menurut kayam, novel populer yang baik banyak mengundang pembaca untuk mengidentifikasi dirinya.18 Novel populer lebih mudah di baca dan lebih mudah dinikmati karena novel populer
17 18
http://nesaci.com/jenis-dan-pengertian-novel/ Burhan Nurgiyantoro. Op. Cit. hal 21
28
memang hanya semata-mata menyampaikan cerita dan tidak berpotensi mengejar efek estetis melainkan memberikan hiburan langsung dari aksi ceritanya. 2. Novel Serius (Novel Sastra) Berbeda dengan novel populer, novel serius atau novel sastra harus sanggup memberikan yang serba kemungkinan. Jika ingin memahami novel sastra diperlukan daya konsentrasi yang tinggi dan disertai kemauan untuk itu. Pengalaman dan permasalahan kehidupan yang ditampilkan dalam novel jenis ini disoroti dan diungkapkan sampai ke inti hakikat kehidupan yang bersifat universal. Disamping memberikan hiburan, novel serius juga memiliki tujuan memberikan pengalaman yang berharga kepada pembaca atau mengajaknya untuk meresapi dan merenungkan secara lebih sungguh-sungguh tentang permasalahan yang dikemukakan. Novel sastra menuntut aktifitas pembaca secara lebih serius, menuntut pembaca untuk ikut merekontruksikan duduk persoalan masalah dan hubungan antar tokoh. Stanton menjelaskan bahwa secara implisit maupun eksplisit disebutkan bahwanovel serius dimaksudkan untuk mendidik dan mengajarkan sesuatu yang berguna untuk kita
dan bukan hanya memberi kenikmatan.
Faktanya, novel serius dapat memberikan kenikmatan dan memang begitu adanya. Pernyataan ini telah diungkapkan dan dibuktikan oleh banyak orang. 19
19
Robet Stanton. Op. Cit
29
2.3.3
Karakteristik Novel
Gambaran umum karakteristik menurut Ismail Marahimin dalam Menulis Secara Populer adalah cerita rekaan yang panjang. 20 Novel yang baik dan bermutu sewajarnya memperhatikan ciri seperti tema, plot, subplot, teknik penceritaan, latar, gaya bahasa, watak dan perwatakan serta sudut pandang, untuk dihayati oleh pembaca.21 Berikut ini adalah beberapa contoh karakteristik dari novel : a. Ditulis dengan gaya narasi, yang terkadang dicampur deskripsi untuk menggambarkan suasana. b. Bersifal realistis, artinya merupakan tanggapan pengarang terhadap situasi lingkungannya. c. Bentuknya lebih panjang dari cerpen, biasanya lebih dari 10.000 kata. d. Alur ceritanya cukup kompleks 2.4 Penceritaan Novel 2.4.1 Tema Tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan makna dalam pengalaman manusia, sesuatu yang menjadikan penglaman begitu diingat. Jadi, dengan kata lain tema perukan ide pokok atau permasalahan utama yang mendasari jalan cerita novel atau karya sastra. Setiap karya fiksi termasuk novel mengandung atau menawarkan tema kepada pembacanya. Menurut Stanton dan Kenny, tema
20
Anif Sirsaeba. Op. Cit, hal 275 Sulaiman et al. Bahasa Melayu: Dimensi Pengajaran dan Pembelajaran. Kuala Lumpur, 2006, hal 444 21
30
merupakan makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Namun, ada banyak makna yang dikandung dan ditawarkan oleh cerita (novel) itu.22 2.4.2 Setting Setting merupakan latar belakang yang membantu kejelasan jalan cerita, setting ini meliputi waktu, tempat, sosial budaya. Stanton menyebutka setting atau latar merupakan lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung. Latar dapat berwujud dekorasi (tempat) dan juga berwujud waktu-waktu tertentu. Biasanya latar diketengahkan melalui baris-baris deskriptif. 23 2.4.3
Sudut Pandang Menurut Abrams dalam Nurgiantoro memaparkan bahwa sudut pandang
(point of view) mengacu pada cara sebuah cerita dikisahkan. Hal ini merupakan cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk sebuah cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. Dengan demikian sudut pandang pada hakikatnya merupakan strategi, teknik, siasat yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan ceritanya24 Secara terperinci, sudut pandang dikategorikan menjadi:25
22
Burhan Nurgiyantoro. Op. Cit Robet Stantion. Op. Cit 24 Burhan Nurgiyantoro. Op. Cit. 25 Othman Puteh,Persediaan Persediaan menulis Novel. Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia, Kuala Lumpur, 1992, hal 44-46 23
31
1. Orang Pertama Tunggal Pengarang terlibat dalam cerita sebagai tokoh utama atau tokoh sampingan. 2. Orang Ketiga Serba Tahu Pengarang berada diluar cerita dan mengisahkan dengan menggunakan kata ganti nama, dia dan atau memakai nama tokoh. 3. Orang Ketiga Terbatas Menggunakan kata ganti nama orang ketiga dia atau menggunakan nama sebenarnya tokoh. Hanya dalam novel pengarang menentukan satu tokoh saja ynag bercerita. 2.4.4
Alur Alur sering disebut dengan plot adalah rangkaian peristiwa yang direka
dan dijalin dengan seksama dan menggerakan jalan cerita melalui rumitan kearah klimaks dan penyelesaian. Peristiwa yang dialami tokoh disusun sedemikian rupa menjadi sebuah cerita, tetapi tidak berarti semua kejadian dalam hidup tokoh ditampilkan secara lengkap. Peristiwa-peristiwa yang dijalintersebut sudah dipilih dengan memperlihatkan kepentingannya dalam membangun alur. Berikut ini adalah contoh dari unsur-unsur alur:
32
1. Awal a. Paparan (exposition) Pengarang menyampaikan informasi sekedarnya kepada pembaca. Misalnya,
memperkenalkan
tokoh
cerita,
keadannya,
tempat
tinggalnya, pekerjaanya, maupun kebiasaan-kebiasaannya. b. Rangsangan (inciting moment) Peristiwa yang mengaali timbulnya gawatan. Misalnya, dengan munculnya seorang tokoh baru yang bertindak sebagai katalisator atau suatu kejadian yang merusak keadaan yang pada mulanya selaras. c. Gawatan (rising action) Munculnya masalah antara tokoh utama dengan sesuatu (bisa masalah dengan tokoh lain, diri sendiri, nilai-nilai, lingkungan, dan lain-lain) sebagai kelanjutan dari bagian rangsangan. 2. Tengah a. Tikaian (conflict) Perkembangan masalahmenjadi pertikaian atau perselisihan antara dua atau lebih kekuatan (tokoh) yang bertentangan Konflik dalam novel dibedakan menjadi dua, yakni :
33
Konflik internal, konflik internal adalah konflik yang terjadi dan dialami sang tokoh.
Konflik Eksternal, konflik eksternal adalah konflik yang terjadi diluar dirinya, namun tetap ada pengaruhnya pada pelaku. b. Rumusan Perselisihan yang semakin meruncing c. Klimaks Perselisihan atau rumitan yang mencapai puncaknya. 3. Akhir
1. Leraian ( Filling Action ) Perkembangan peristiwa area selesaian. Di sini Nampak titik terang pemecahan masalah, yaitu perselisihan yang tadinya sudah mencapai titik gawat, berangsur – angsur larut dan Nampak ada jalan keluarnya. Dalam hal ini kalanya diturunkan deus ex machinos yaitu orang atau barang yang muncul tiba – tiba dan memberikan pemecahan. 2. Selesaian ( Denoucement ) Bagian akhir atau penutup cerita. Selesaian bisa menyenangkan (happy ending) bisa menyedihkan (Unhappy End / Sad Ending) atau bisa menggantung tanpa pemecahan.
34
2.5
Unsur Ekstrinsik Unsur Ekstrinsik adalah unsur – unsur yang menjadi bahan pengarang
dalam meniptakan karya sastra atau menjadi bahan pertimbangan bagi pembaca, seperti biografi, falsafah hidup, dan unsur budaya. Secara lebih khusus dapat dikatakan sebagai unsur – unsur yang mempengaruhi bangun cerita seuah karya sastra. Unsur ekstrinsik cukup berpengaruhi terhadap totalitas keterpaduan cerita yang dihasilkan. Unsur ini meliputi latar belakang penciptaan sejarah, biografi pengarang, dan lain – lain di luar instrinsik Unsur – unsur yang ada di luar tubuh karya sastra. Perhatian terhadap unsur – unsur ini akan membantu keakuratan penafsiran ini usatu karya sastra. 2.5.1 Amanat Pesan Pesan adalah seperangkat symbol verbal atau non verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan, atau maksud dari sumber. Dalam hal ini sumbernya adalah novel. Amanat atau pesan sering disebut sebagai messages adalah salah satu pilarv penting dalam novel. Sebuah novel yang tidak mngandung pesan, menjadi sebuah karya yang dangkal dan tidak banyak faedahnya. Akan tetapi, pesan yang disampaikan sebaiknya terselubung, dibangun serasi, dan wajar. Dengan karakter atau ucapan yang wajar dari sang tokoh. Yang perlu diperhatikan dalam penyampaian pesan adalah sebaiknya pesan terseut tidak bersifat menggurui, atau juga menyimpulkan pesan itu sesudah bercerita. Berikut ini contoh dari pesan yang biasanya disampaikan pengarang.
35
1.
Pesan Moral Pesan moral adalah ajaran kesusilaan yang dapat ditarik dari cerita, puisi, fabel, drama atau apapun karya yang bertujuan mengajarkan sesuatu secara langsung atau secara tidak langsung.
2.
Pesan Agama Pesan agama adalah ajaran yang bersifat religi atau spiritual yang berkaitan dengan keyakinan.
3.
Pesan Sosial Pesan Sosial mengenai ajaran atau norma yang berasa dalam lingkungan masyarakat atau kebenaran umum.
2.6
Adaptasi Novel ke Film
2.6.1 Sejarah Adaptasi Film Menurut Garin Nugroho sejarah penciptaan adalah sejarah adaptasi dari alam dan peristiwa yang terjadi di dalamnya ke dalam berbagai bentuk penciptaan, dari karya lukis, teater hingga seni ketujuh yaitu sinema. Sejarah sinema dunia khususnya Hollywood mencatat bahwa 90% scenario karya film maupun televisi berasal dari adaptasi baik dari novel, komik, kisah nyata, hingga berbagai materi yang ada dalam kehidupan. Imam Tantowi pun menjelaskan bahwa adaptasi bukanlah transkip dari bentuk novel kedalam bentuk scenario. Adaptasi lebih interpretasi dari sebuah
36
cerita novel. Yang perlu diperhatikan oleh penulis scenario ialah harus melengkapi apa yang diperlu dilengkapi novel itu agar menjadi lebih bagus. Sebuah scenario adaptasi dari novel dianggap berhasil jika scenario itu sukses mendapatkan taste dan esensi cerita serta jiwa dari novel aslinya. Film adaptasi memiliki pengertian yaitu perpindahan teks ke dalam bentuk tulisan ke dalam bentuk film. Film merupakan suatu kerja “ peniruan “ (deratativewok) dimana hasil dalam bentuk tulisan ditiru dan diolah kedalam bentuk medium yang lain yaitu gambar bergerak. Menurut buku Adaptatuon Studying Film Literature, film adaptasi diambil dari novel, cerita pendek, novelete, persembahan teater, buku non fiksi, esai, novel grafik, atau puisi. Proses adaptasi dari novel ke film bukanlah suatu proses yang mudah. Namun demikian, dari dulu hingga sekarang banyak sekali film yang diciptakan merupakan hasil adaptasi daripada naskah drama, cerita pendek, ataupun novel. Pada abad 17, Cornelie teah menyederhanakan sebuah cerita abad pertengahan The Cid untuk sebuah pementasan dengan menghilangkan beberapa adegan romantic menjelang pementasan. Ketika seorang penulis scenario mengadaptasi drama panggung tersebut untuk scenario film, yang dilakukannya adalah kebalikannya. Beliau justru memtong dialog – dialog panjang dan menambahkan kembali adegan – adegan yang sebelumnya telah digugurkan oleh penulis naskah drama. Film Indent The Wid yang dituliskan oleh Robert E Loe merupakan sutau contoh salah satu contoh film adaptasi yang efektif. Versi panggungnya yang
37
dipentaskan tahun 1955, hanya memanfaatka ruang pengadilan di Tenesse untuk setting seluruh drama. Yang bernama bettram case yang diadili karena mengajarkan tentang evolusi. Sedangkan versi filmnya pada tahun 1960 diawali dengan penemuan antara beberapa penduduk yang sedang menyelidiki kasus pengajaran yang dilakukan cates. Dalam proses adaptasi dari buku ke film atau televisinya diyakini ada beberapa nilai yang menjadi dasar pelaksanaan proses tersebut. Sebuah film hasil adaptasi dari suatu karya sastra yang terpenting harus mempertahankan spirit teks aslinya. Tetapi pada saat yang sama film tersebut dituntut tetap tambil sebagai karya
yang meyakinkan dalam genrenya.
2.6.2 Film Adaptasi Indonesia Lahirnya adaptasi dari novel ke dalam film biasanya disebabkan novel tersebut sudah terkenal dan best seller sehingga para aspreisator ingin mengetahui lebih lanjut bagaimana bila sebuah novel difilmkan. Di Indonesia pun ide untuk mengangkat sumber cerita seperti novel dari berbagai genre sebagai bahan utama sudah lama dilakukan para penerbit dan pengarah. Sebagian Berjaya meraih kejayaan yang fenomenal namun tak sedikit pula yang tidak mendapatkan apresiasi positif dari para penikmat dan penonton. Telah banyak novel – novel yang dijadikan dalam film dan ditayangkan di bioskop – bioskop. Bukan saja novel itu sendiri yang mendapatkan sambutan hangat, malahan filmnya pun mendapatkan tanggapan positif. Film adaptasi yang sebelumnya meraih kejayaan memberikan inspirasi bagi pembuat – pembuat film lainnya untuk mengenengahkan teks – teks sastra seperti novel terutama dalam
38
bentuk gambar. Banyak sekali novel – novel tertentu yang menjadi best selling di kalangan khalayak juga mengangkat jalan cerita yang telah tersedia menjadi sebuah film. Sejarah film Indonesia juga mencatat sejumlah novel yang diangkat ke layar lebar. Teguh karya mengangkat novel Badai Pasti Berlalu pada tahun 1974 karya Marga T menjadi sebuah film legendaris pada tahun 1977. Setelah 30 tahun berlalu, bukan hanya filmnya yang dikenang tetapi diproduksi kembali pada tahun 2007 dalam konsep masa kini, tapi album soundtrack nya telah habis dibeli lebih dari 10 juta orang. Ia bahkan menjadi salah satu legenda musik Indonesia sepanjang masa. Pegarang novel popular seperti Mira W, menjadi salah satu penulis yang dilihat para film era 80-an. Dapat dilihat bagaimana novelnya menjadi film yang popular dimasanya, seperti Cinta Pertama kali Bersemi, Merpati tak penah ingkar janji, Bilur – bilur penyesalan, Galau remaja SMA, Masih ada kereta yang lewat, dll. Tidak kurang lebih 56 tajuk novel menjadi target para pembuat film dalam masa keemasannya film nasional sejak tahun 70-an hingga 90-an. Perkembangan film nasional era 2000-an yang ditandai oleh fenomena sejumlah novel popular remaja Indonesia juga menjadi sasaran para pembuat film seperti Eiffel I’m in love, Dealova, Cintapucino, Detik terakhir dan Jomblo. Setelah booming melalui novel dan filmnya, kemudian muncul novel sastra seperti ayat – ayat cinta (2004), Laskar Pelangi ( 2005 ), yang mempunyai nilai
39
kesastraan dan menjadi jawaban setelah era novel diawal 2000-an Dan sekarang banyak bermunculan adaptasi novel menjadi sebuah film di Indonesia. 2.6.3 Teori Adaptasi Film Jenis Teori dalam Film Ada beberapa teori Adaptasi Film dan Jenis Teori dalam Film, yaitu : 1. Fidelity (Kesetiaan) dan Infidelity (Ketidaksetiaan) Adalah teori yang digunakan dalam film adaptasi. Dalam tingkat kesetiaan mewakili sejauh mana film adaptasi itu berhubungan erat dengan teks asal. Menurut John M Desmond dan Peter Hawkes dalam buku adaptation Studying Fim Literartures (2-3) : We will not used fidelity “as an evoluctive term that measure the meris of films, but as a descriptive term that allows discussion of the relationship between companion works” Seperti yang dikatakan diatas, dimana seolah – olah mempersionifikasikan film itu dengan memberikannya sifat – sifat manusia yaitu setia. Sebenarnya boleh dikatakan adaptasi novel itu setia kepada teks asal. Jelas istilah tadi membawa penilaian moral. 2. Close Adaptation Merupakan keseluruhan atau mayoritas elemen naratif dalam teks sastra yang masih dikekalkan dalm film, sebagian elemen saja yang digugurkan dan tidak banyak elemen yang ditambah.
40
3. Intermedite Adaptation Merupakan film adaptasi yang hanya mengekalkan sebagian elemen dalam cerita tetapi elemen – elemen yang lain digugurkan dan banyak elemen lain yang dimasukkan. Adaptasi menyimpang daripada teks asal tetapi masih mengekalkan struktur utama. 4. Loose Adaptation Merupakan film adaptasi yang juga membawa maksud elemen penceritaan dalam teks asal digugurkan dan tidak dimasukkan ke dalam film, banyak juga elemen dalam film itu diganti atau ditambah.