USULAN PERBAIKAN TATA LETAK PRODUKSI KERIPIK KENTANG DI INDUSTRI KECIL MENENGAH BENCOK 26 PROPOSED IMPROVEMENT OF POTATO CHIPS PRODUCTION LAYOUT IN SMALL AND MEDIUM INDUSTRIES BENCOK 26 Sila Santy Taman Wisma Asri Blok AA12 No. 26,
[email protected] Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma Jalan Raya Margonda 100, Pondok Cina, Depok
ABSTRAK Permasalahan yang terdapat pada Industri Kecil Menengah (IKM) Bencok 26 adalah penempatan dan penataan ruangan yang tidak teratur dan belum sesuai dengan alur prosesnya, sehingga mengakibatkan terjadi aliran bolak-balik. Jarak ruangan yang jauh untuk melakukan kegiatan selanjutnya juga dirasa kurang efektif dan efisien. Perencanaan usulan perbaikan tata letak IKM bencok 26 menggunakan tipe tata letak fasilitas berdasarkan aliran produksi. Pola aliran bahan atau material yang sebaiknya diterapkan adalah pola aliran melingkar. Pola ini dipilih karena pintu yang terdapat pada IKM Bencok 26 hanya satu yang nantinya akan digunakan untuk bahan masuk dan keluar. Jarak total perpindahan bahan sebelum perbaikan sebesar 31,445 meter, sedangkan pada usulan perbaikan didapat jarak total perpindahan bahan sebesar 14,475 meter. Biaya total perpindahan bahan sebelum perbaikan sebesar Rp 327,805, sedangkan pada usulan perbaikan didapat biayas total perpindahan bahan sebesar Rp 150,898. Kata Kunci: Keripik Kentang, IKM Bencok 26, Tata Letak, Biaya, Jarak.
ABSTRACT Issues contained in the Small and Medium Industries 26 Bencok placement and arrangement of the room is irregular and not in accordance with the flow of the process, resulting in the flow back and forth. Distance away to make room for the next activity is also considered less effective and efficient. Planning the layout of the proposed improvements the Small and Medium Industries Bencok 26 use type facility layout based on the production flow. The pattern of the flow of material or material that should be applied is a circular flow pattern. This pattern was chosen because the doors were found in only one the Small and Medium Industries Bencok 26 that will be used for incoming and outgoing materials. The total distance movement of materials before the improvement of 31.445 meters, while the proposed improvements obtained a total distance of 14.475 meters of material movement. The total cost of materials before repairs displacement of Rp 327.805, while the total cost of the proposed improvements obtained material transfer of Rp 150.898. Keywords: Potato Chips, the Small and Medium Industries Bencok 26, Layout, Cost, Distance.
PENDAHULUAN Meningkatnya permintaan akan makanan yang berbahan baku kentang sebagai pengganti nasi menuntut produsen untuk memenuhi semua permintaan konsumen. Industri Kecil Menengah (IKM) Bencok 26 adalah salah satu produsen penghasil kentang olahan yang menghasilkan keripik kentang khas Betawi. Keripik kentang ini
terkenal dikalangan masyarakat Jakarta untuk jamuan acara besar masyarakat Betawi dan sebagai oleh-oleh khas Ibukota Jakarta. Permintaan keripik kentang Bencok 26 semakin meningkat seiring berjalannya waktu. Hal ini menuntut Industri Kecil Menengah (IKM) Bencok 26 untuk meningkatkan produksi dengan lahan yang minimum. Kondisi ini memungkinkan apabila alur produksi yang lancar dan menempatan mesin yang sesuai alurnya. Penempatan dan penataan dari peralatan serta ruangan yang digunakan oleh Industri Kecil Menengah (IKM) Bencok 26 tidak teratur dan belum sesuai dengan alur prosesnya, sehingga mengakibatkan terjadi aliran bolak-balik. Hal ini membuat aliran proses produksi yang kurang efektif dan efisien. Perbaikan tata letak fasilitas produksi pada Industri Kecil Menengah (IKM) Bencok 26 dilakukan dengan menganalisis tata letak yang sudah ada dan mengusulkan tata letak produksi Industri Kecil Menengah (IKM) Bencok 26 yang lebih ekonomis Diharapkan dari usulan tata letak produksi ini dapat meningkatkan produktivitas dari pembuatan keripik kentang Bencok 26 pada Industri Kecil Menengah (IKM) Bencok 26.
METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan secara sistematis sesuai dengan langkah-langkah yang telah direncanakan. Penelitian diawali dengan studi pustaka yang bertujuan untuk menunjang penelitian yang memberikan wawasan secara teoritis dan berperan dalam pengumpulan informasi secara lengkap untuk memecahkan masalah. Sejalan dengan studi pustaka, dilakukan studi lapangan yang diawali pencarian lokasi yang akan dijadikan tempat penelitian. Lokasi yang diperoleh adalah pada Industri Kecil Menegah (IKM) Bencok 26 yang bergerak dalam usaha makanan keripik berbahan dasar kentang. IKM Bencok 26 berlokasi di Jalan Haji Machmud, Pengadegan, Jakarta Selatan. Pengamatan awal dilakukan dengan meminta izin terlebih dahulu pada pemilik IKM untuk diperbolehkan melakukan penelitian pada usahanya. Tahap selanjutnya adalah identifikasi masalah yang ada pada tata letak produksi saat ini. Berdasarkan proses identifikasi terdapat permasalahan diantaranya tata letak produksi yang ada saat ini tidak teratur dan lokasi fasilitas yang tidak sesuai dengan aliran proses material. Ketidakteraturan ini mengakibatkan para pekerja harus melakukan alur bolak balik sehingga proses produksi tidak berjalan efektif dan efesien. Langkah selanjutnya adalah menentukan tujuan penelitian yaitu menganalisis tata letak produksi Industri Kecil Menengah (IKM) Bencok 26 dan mengusulkan tata letak produksi Industri Kecil Menengah (IKM) Bencok 26 yang lebih efesien. Diharapkan dari usulan tata letak produksi ini dapat meningkatkan produktivitas dari pembuatn keripik kentang Bencok 26 pada Industri Kecil Menengah (IKM) Bencok 26. Berdasarkan tujuan tersebut, maka dilakukan pengumpulan data agar memudahkan dalam perancangan tata letak perbaikan yang lebih efesien. Data yang didapat pada saat penelitian berupa data primer. Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti melalui pengamatan langsung. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan pemilik IKM dan melakukan pengumpulan data sendiri di lapangan. Dalam tugas akhir ini data primer yang didapat saat penelitian diolah terlebih dahulu sehingga sudah
menjadi data sekunder. Data primer tersebut harus diolah terlebih dahulu agar pembaca dapat mengerti. Data yang dibutuhkan yaitu proses produksi, data komponen, data alat atau mesin, luas lantai produksi awal, aliran produksi dan alat angkut. Gambaran tata letak produksi awal juga dibutuhkan untuk menganalisis tata letak produksi awal yang nantinya akan digunakan untuk membandingkan dengan tata letak usulan. Data-data yang telah terkumpul kemudian dilakukan proses pengolahan data dengan membuat peta proses operasi, menghitung jumlah kebutuhan mesin, luas lantai untuk masing-masing ruangan, mencari biaya perpindahan bahan, kemudian membuat peta dari ke, membuat tabel skala prioritas, diagram hubungan aktivitas, dan peta hubungan aktivitas. Dari diagram hubungan aktivitas dan peta hubungan aktivitas yang diusulkan kemudian dibuat tata letak usulan perbaikan untuk memproduksi keripik kentang agar lebih efisien. Tata letak perbaikan yang telah dibuat kemudian dianalisis dengan membandingkan biaya perpindahan bahan dengan tata letak sebelumnya. Tahap akhir adalah menarik sebuah kesimpulan. Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan pada tujuan yang telah ditentukan dan memberikan saran yang berguna untuk Industri Kecil Menengah Bencok 26 agar dapat mengembangkan usahanya.
PEMBAHASAN Proses produksi pembuatan keripik kentang Bencok 26 menggunakan bahan baku utama kentang dan bahan baku tambahan yang terdiri dari minyak, bumbu rahasia, dan teri. Proses pembuatan keripik kentang diawali dari proses pengupasan kulit kentang yang dibawa dari gudang bahan baku yang dilakukan pada ruang pengupasan. Pengupasan kentang dilakukan secara manual menggunakan pisau. Kentang yang telah selesai dikupas direndam dalam air agar kentang tidak menghitam. Proses selanjutnya adalah membawa kentang yang telah dikupas ke ruang pengirisan untuk diiris menjadi lembaran-lembaran tipis menggunakan pisau iris. Kentang yang telah diiris tipis direndam dalam air agar tidak menghitam. Langkah selanjutnya yaitu membawa irisan kentang ke ruang cuci untuk dicuci. Di ruang cuci, kentang dicuci sampai bersih untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang masih tertinggal. Kentang yang telah bersih kemudian dibawa ke ruang penggorengan 1 untuk digoreng menggunakan minyak panas sampai kentang berwarna kecoklatan dan garing. Pada proses ini terjadi penurunan berat kentang yang cukup besar, yaitu dari 1 kilogram kentang mentah hanya menghasilkan 250 sampai 300 gram kentang matang. Apabila kentang sudah berubah warna, langkah selanjutnya adalah membawa kentang ke ruang penggorengan 3 untuk proses penumisan. Langkah awal dalam proses pemunisan adalah tumis bumbu rahasia hingga harum, kemudian masukan teri dan kentang yang sudah digoreng. Teri yang digunakan dalam proses penumisan terlebih dahulu digoreng hingga harum di ruang penggorengan 2. Proses penumisan dilakukan hingga bumbu rahasia, teri, dan kentang tercampur rata. Apabila semua bahan tercampur rata keripik kentang Bencok 26 telah jadi. Gambaran proses produksi keripik kentang yang diproduksi oleh IKM Bencok 26 dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Peta Proses Operasi Keripik Kentang Bencok 26 Sumber: IKM Bencok 26 yang telah diolah tahun 2012
IKM Bencok 26 berdiri di atas tanah seluas 24,5 m2 dengan panjang 7 meter dan lebar 3,5 meter. Penempatan gudang bahan baku dekat dengan pintu sehingga mudah untuk masuknya bahan baku, tetapi penempatan gudang penyimpanan terlalu di dalam sehingga keripik kentang yang telah jadi sulit untuk dikeluarkan dari tempat produksi. Penempatan dan penataan ruangan juga tidak teratur dan belum sesuai dengan alur prosesnya, sehingga mengakibatkan terjadi aliran bolak-balik. Dapat dilihat pada setelah proses pengirisan dilanjutkan ke proses pencucian yang jaraknya sangat jauh. Kemudian dapat dilihat pula pada penempatan ruangan bahan baku yang jauh dari proses penggorengan dan penumisan. Aliran perpindahan bahan dari proses pembuatan keripik Bencok 26 dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Tata Letak Industri Kecil Menengah Bencok 26 Sumber: IKM Bencok 26 yang telah diolah tahun 2012
Proses produksi pembuatan keripik kentang Bencok 26 menggunakan bahan baku utama kentang dan bahan baku tambahan yang terdiri dari minyak, bumbu rahasia, dan teri. Data bahan baku utama dan bahan baku tambahan dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2. Tabel 1. Data Bahan Baku Utama Nama Komponen
Ukuran pakai (m) (p x l x t)
Ukuran terima (m) (p x l x t)
Kentang 0,5x0,5x0,7 0,5x0,5x0,7 Sumber: IKM Bencok 26 yang telah diolah tahun 2012
Tabel 2. Data Bahan Baku Tambahan Nama Komponen
Vol Assy
Ukuran Kemasan (m)
Teri
3/6
0,2x0,15x0,3
Minyak
6/12
0,5x0,3x0,4
Bumbu Rahasia 1/1 0,3x0,15 Sumber: IKM Bencok 26 yang telah diolah tahun 2012
Luas lantai untuk masing-masing ruangan dirasa cukup untuk melakukan setiap prosesnya. Ruangan yang sudah ada cukup untuk melakukan setiap proses, tempat operator bekerja, dan tempat untuk menaruh bahan yang akan diproses maupun selesai diproses. Hanya saja pemilik IKM ingin memperluas masing-masing ruangan untuk menambah jumlah mesin. Ukuran dari masing-masing ruangan produksi IKM Bencok 26 dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Luas Lantai Produksi IKM Bencok 26 Ruang Ukuran (m) Total Luas (m2 ) G. Bahan Baku 1x0,9 0,9 R. Pengupasan 1,5x1 1,5 R. Pengirisan 1,5x1 1,5 R. Cuci 1,5x1,2 1,8 R. Penggorengan 1 1,8x1,5 2,7 R. Penggorengan 2 1x0,9 0,9 R. Penggorengan 3 1,2x0,9 1,08 G. Penyimpanan 0,9x0,6 0,54 Sumber: IKM Bencok 26 yang telah diolah tahun 2012
Masing-masing proses yang telah selesai mengalami proses perpindahan bahan atau material ke gudang penyimpanan. Perpindahan bahan pada proses pembuatan keripik kentang Bencok 26 dilakukan oleh manusia atau operator dengan upah sebesar Rp. 100.000,- per hari. Kemampuan operator berjalan adalah 3 detik per meter. Operator mengangkut material menggunakan box plastik seharga Rp. 60.000,- yang dapat dipakai selama 4 tahun. Aliran perpindahan bahan dan alat angkut yang digunakan dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Aliran Perpindahan Bahan dan Alat Angkut Dari Ke Frekuensi Alat Angkut G. Bahan Baku R. Pengupasan 1 Manusia G. Bahan Baku R. Penggorengan 1 1 Manusia G. Bahan Baku R. Penggorengan 2 1 Manusia G. Bahan Baku R. Penggorengan 3 1 Manusia R. Pengupasan R. Pengirisan 1 Manusia R. Pengirisan R. Cuci 1 Manusia R. Cuci R. Penggorengan 1 1 Manusia R. Penggorengan 1 R. Penggorengan 3 1 Manusia R. Penggorengan 2 R. Penggorengan 3 1 Manusia R. Penggorengan 3 G. Penyimpanan 1 Manusia Sumber: IKM Bencok 26 yang telah diolah tahun 2012
Penempatan peralatan atau mesin-mesin yang belum sesuai dengan proses produksi mengakibatkan jarak perpindahan bahan antara ruang yang satu dengan ruang yang lainnya cukup jauh dan biaya semakin tinggi juga. Untuk mengetahui total biaya perpindahan bahan dibutuhkan perhitungan jarak terlebih dahulu berdasarkan pusat
ruang satu dengan pusat ruang lainya dengan menggunakan metode Euclidean. Penentuan sumbu X dan sumbu Y dapat dicari berdasarkan tata letak yang terdapat pada gambar 4.2 dengan garis horizontal sebagai sumbu X dan garis vertikal sebagai Y. Titik pusat dari masing-masing ruangan berdasarkan sumbu X dan sumbu Y dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Titik Pusat Ruang Produksi Titik Pusat (m) Ruang X Y G. Bahan Baku 3 0,45 R. Pengupasan 2,75 1,4 R. Pengirisan 2,75 2,4 R. Cuci 0,75 6,4 R. Penggorengan 1 2,75 4,4 R. Penggorengan 2 2,15 6,5 R. Penggorengan 3 3,05 6,4 G. Penyimpanan 0,45 4,45
Dari titik pusat masing-masing ruangan, maka dapat dihitung jarak antar ruangan. Sebagai contoh gudang bahan baku ke ruang penguapasan:
2
2 1/ 2
d ij 3 2,75 0,45 1,4
0,965meter
Perhitungan jarak dilakukan untuk setiap aktivitas perpindahan bahan. Hasil perhitungan jarak tempuh dari masing-masing perpindahan bahan dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Jarak Tempuh Perpindahan Bahan Dari Ke Jarak (m) G. Bahan Baku R. Pengupasan 0,95 G. Bahan Baku R. Penggorengan 1 3,958 G. Bahan Baku R. Penggorengan 2 6,109 G. Bahan Baku R. Penggorengan 3 5,95 R. Pengupasan R. Pengirisan 1 R. Pengirisan R. Cuci 4,472 R. Cuci R. Penggorengan 1 2,828 R. Penggorengan 1 R. Penggorengan 3 2,022 R. Penggorengan 2 R. Penggorengan 3 0,906 R. Penggorengan 3 G. Penyimpanan 3,25
Upah Operator
Rp 100.000,-/hari Rp 3,4722/detik 8jam x 60menit x 60 detik
Rp 60.000,4tahun x 12 bulan x 16hari x 8jam x 60menit x 60 detik Rp 0,0027/detik
Harga Box
OMH Manusia per meter Rp 3,4722/detik Rp 0,0027/detik x 3 detik/meter Rp 10,4247/meter
Tabel 7. Biaya Perpindahan Bahan Dari
Ke
Nama Komponen
Fre k
Alat Angkut
Biaya per Meter
Jarak (m)
Total Biaya
G. Bahan Baku
R. Pengupasan
Kentang
1
Manusia
10,4247
0,95
9,903
G. Bahan Baku
R. Penggorengan 1
Minyak
1
Manusia
10,4247
3,958
41,261
G. Bahan Baku
R. Penggorengan 2
Teri
1
Manusia
10,4247
6,109
63,684
G. Bahan Baku
R. Penggorengan 3
Bumbu Rahasia
1
Manusia
10,4247
5,95
62,027
R. Pengupasan
R. Pengirisan
Kentang
1
Manusia
10,4247
1
10,425
R. Pengirisan
R. Cuci
Kentang
1
Manusia
10,4247
4,472
46,619
R. Cuci
R. Penggorengan 1
Kentang
1
Manusia
10,4247
2,828
29,481
R. Penggorengan 1
R. Penggorengan 3
Kentang
1
Manusia
10,4247
2,022
21,079
R. Penggorengan 2
R. Penggorengan 3
Teri
1
Manusia
10,4247
0,906
9,445
R. Penggorengan 3
G. Penyimpanan
Kentang
1
Manusia
10,4247
3,25
33,880
Total Biaya Perpindahan Bahan Produksi (Rp)
327,805
Tata letak fasilitas pada suatu pabrik atau IKM memiliki kekurangan atau kelebihan dari penerapan tata letak fasilitas yang sudah ada. Kekurangan dari penerapan tata letak fasilitas yang sudah ada tersebut dapat dijadikan sebagai evaluasi dan acuan untuk memperbaiki tata letak yang sudah ada. Perancangan suatu tata letak fasilitas dibutuhkan suatu prinsip yang dapat digunakan sebagai acuan dalam mendesain suatu tata letak fasilitas. Penerapan prinsip atau landasan dalam merancang tata letak fasilitas, diharapkan dapat menghasilkan suatu rancangan yang memberikan keuntungan bagi perusahaan dan kenyamanan kerja untuk pekerja. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada IKM Bencok 26, terdapat beberapa kekurangan tata letak fasilitas yang ada. Penempatan dan penataan ruangan yang tidak teratur dan belum sesuai dengan alur prosesnya, sehingga mengakibatkan terjadi aliran bolak-balik. Dapat dilihat pada setelah proses pengirisan dilanjutkan ke proses pencucian yang jaraknya sangat jauh. Kemudian dapat dilihat pula pada penempatan ruangan bahan baku yang jauh dari proses penggorengan dan penumisan. Hal ini dirasa kurang efektif. Pembuatan peta proses operasi merupakan tahapan pertama dalam urutan langkah untuk merencanakan tata letak fasilitas. Informasi yang terdapat pada peta proses operasi diantaranya komponen yang digunakan, waktu operasi, peralatan atau mesin yang digunakan, presentasi bahan yang terbuang dan total waktu seluruh kegiatan. Peta proses operasi ini akan membantu mempermudah dalam pembuatan atau menggambarkan aliran dari kegiatan proses pembuatan keripik kentang. Gambar peta proses operasi pembuatan keripik kentang Bencok 26 dapat dilihat pada gambar 1. Tahap selanjutnya adalah penentuan jumlah mesin yang efektif. Penentuan jumlah mesin ditentukan dari kapasitas produksi dan kemampuan mesin untuk memenuhi kebutuhan agar produksi dapat berjalan dengan lancar (Sritomo, 2000). Dalam penentukan jumlah mesin terlebih dahulu harus menghitung efisiensi mesin kemudian jumlah proses prosuksi dan jumlah mesin. Mesin atau peralatan yang digunakan pada setiap proses dapat dilihat pada peta proses operasi pada gambar 1. Sebagai contoh untuk menentukan jumlah pisau dengan langkah-langkah berikut:
00 DT ST 1. % Efisiensi pisau 1 x 100% 1 x 100% 100% JK x 60 8 x 60 jmlh prosprod pisau iris 1 1 2. Jmlh prosprod 1 - % cacat 1 0 waktu operasi jmlh prosrod 60 1 3. Jmlh mesin x x 0,125 1 60 JK x %eff 60 8 x 100 Nama Mesin
Tabel 8. Usulan Jumlah Kebutuhan Mesin Jumlah % Waktu ST JK % eff Proses cacat Operasi Produksi
DT
Jumlah Mesin
Jumlah Mesin Aktual
Pisau
0
0
8
0
60
100,000
1
0,125
1
Pisau Iris
0
0
8
0
100
100,000
1
0,208
1
Ember Cuci
0
0
8
0
45
100,000
1
0,094
1
Penggorengan 1
5
0
8
0
210
98,958
1
0,442
1
Penggorengan 2
2
0
8
0
15
99,583
1
0,031
1
Penggorengan 3
3
0
8
0
50
99,375
1
0,105
1
Tahap selanjutnya adalah menghitung luas lantai produksi meliputi luas mesin, luas bahan baku dan produk jadi dengan Kelonggaran (allowance) dan toleransi yang merupakan faktor yang mempengaruhi luas lantai produksi. Karena luas lantai sudah tersedia, maka luas allowance dan toleransi harus disesuaikan. Ruangan yang sudah ada cukup untuk melakukan setiap proses, tempat operator bekerja, dan tempat untuk menaruh bahan yang akan diproses maupun selesai diproses. Hanya saja pemilik IKM ingin memperluas masing-masing ruangan untuk menambah jumlah mesin. Untuk seluruh luas lantai diberikan allowance yaitu sebesar 150%. Hal ini dimaksudkan untuk rencana penambahan junlah mesin dan memberikan area tambahan untuk keperluan pemindahan bahan, perawatan mesin, dan gerak perpindahan untuk operator. Usulan perbaikan luas lantai produksi keripik kentang Bencok 26 dapat dilihat pada tabel 9 sampai 12. Tabel 9. Luas Lantai Bahan Baku Utama Ukuran (m)
Nama Komponen
P
L
T
Kentang
0,5
0,5
0,7
Volume Produk / 2 Hari (m3)
D
0,175
Volume Tinggi Total Tumpukan (m) (m3)
2 Total
0,35
Luas Lantai (m2)
1,5
Total Allowance 150% Luas (m2)
0,233
0,35
0,583 0,583
Tabel 10. Luas Lantai Bahan Baku Tambahan Nama Komponen Teri Minyak Bumbu Rahasia
Vol Assy 3/6 6/12 1/1
Ukuran (m) P L 0,2 0,15 0,5 0,3
T 0,3 0,4 0,3
D
Unit Tersedia
Produk/ Hari 1 1 1
0,15
Unit/ Hari 3 6 1
Volume Volume Unit Material (m 3 ) (m 3 )
Unit/ 2 Hari
0,5 0,5 1
1 1 2
0,009 0,060 0,005
Tinggi Tumpukan
0,009 0,060 0,011
Luas Allowance 150% Lantai (m 2 )
0,6 0,6 0,6
0,009 0,060 0,011
Total Luas (m 2 )
0,014 0,090 0,016
Tabel 11. Luas Lantai Mesin Nama M e s i n
Ju m l ah M es i n
P
L
Luas M es i n
U k u r an ( m)
2
Luas s e l ur u h
Al l owanc e 1 50 %
T o t al L u as / D e pa r t e me n
2
2
Pi sa u
1
1, 5
1
(1, m 5)
M e s1, i n5( m )
2, 25
(3, m75)
Pi sa u I r i s
1
1, 5
1
1, 5
1, 5
2, 25
3, 75
Ember Cuci
1
1, 5
1, 2
1, 8
1, 8
2, 7
1, 8
Pe nggor e ngan 1
1
1, 8
1, 5
2, 7
2, 7
4, 05
6, 75
Pe nggor e ngan 2
1
1
0, 9
0, 9
0, 9
1, 35
2, 25
Pe nggor e ngan 3
1
1, 2
0, 9
1, 08
1, 08
1, 62
2, 7
T ot al
21
0,023 0,150 0,026 0,199
Tabel 12. Luas Lantai Barang Jadi Nama Komponen Kripik Kentang
Volume (m3)
UkuranProduk (m) P L T 0,6 0,3 0,8
0,144
Luas Produk Jadi / Total Volume Tinggi Allowance 4 Hari Kemasan (m) Tumpukan Lantai (m2) 150% 4 0,576 1,5 0,384 0,576
Total Luas Lantai (m2) 0,96
Tabel 13. Total Luas Lantai Produksi Area Luas (m2 ) G. Bahan Baku 1 Mesin 21 G. Penyimpanan 1 Total Luas Lantai Pabrik 23
Tahap selanjutnya adalah menghitung biaya perpindahan bahan dengan menentukan jarak terlebih dahulu. Jarak antar kelompok mesin yang mengalami aktifitas pengangkutan berdampingan. Untuk menghitung jaraknya sebagai contoh gudang bahan baku ke ruang penguapasan adalah sebagai berikut: 1 1 Jarak luas daerah dari luas daerah ke 2 2 1 1 = 0,8 3,75 1,1375meter 2 2 Tabel 14. Usulan Jarak Tempuh Perpindahan Bahan Dari Ke Jarak (m) G. Bahan Baku
R. Pengupasan
1,1375
G. Bahan Baku
R. Penggorengan 1
1,8875
G. Bahan Baku
R. Penggorengan 2
0,65
G. Bahan Baku
R. Penggorengan 3
0,875
R. Pengupasan
R. Pengirisan
1,875
R. Pengirisan
R. Cuci
1,3875
R. Cuci
R. Penggorengan 1
2,1375
R. Penggorengan 1
R. Penggorengan 3
2,3625
R. Penggorengan 2
R. Penggorengan 3
2,3625
R. Penggorengan 3
G, Penyimpanan
0,925
Tabel 15. Usulan Biaya Perpindahan Bahan
G. Bahan Baku
R. Pengupasan
Kentang
1
Manusia
Biaya per Meter 10,4247
G. Bahan Baku
R. Penggorengan 1
Minyak
1
Manusia
10,4247
1,8875
19,677
G. Bahan Baku
R. Penggorengan 2
Teri
1
Manusia
10,4247
0,65
6,776
G. Bahan Baku
R. Penggorengan 3
Bumbu Rahasia
1
Manusia
10,4247
0,875
9,122
R. Pengupasan
R. Pengirisan
Kentang
1
Manusia
10,4247
1,875
19,546
R. Pengirisan
R. Cuci
Kentang
1
Manusia
10,4247
1,3875
14,464
R. Cuci
R. Penggorengan 1
Kentang
1
Manusia
10,4247
2,1375
22,283
R. Penggorengan 1
R. Penggorengan 3
Kentang
1
Manusia
10,4247
2,3625
24,628
R. Penggorengan 2
R. Penggorengan 3
Teri
1
Manusia
10,4247
1,2375
12,901
R. Penggorengan 3
G. Penyimpanan
Kentang
1
Manusia
10,4247
0,925
9,643
Dari
Ke
Nama Komponen
Frek
Alat Angkut
Total biaya Perpindahan Bahan Produksi (Rp)
Jarak (m)
Total Biaya
1,1375
11,858
150,898
Tahap selanjutnya adalah membuat peta dari ke. Peta dari ke adalah suatu teknik konvensional yang umumnya digunakan untuk perencanaan tata letak dan perpindahan bahan dalam suatu proses produksi. Angka-angka yang terdapat dalam suatu peta dari ke menunjukkan total berat yang harus dipindahkan, jarak perpindahan bahan, volume atau faktor lainnya (Sritomo, 2000). Input yang dibutuhkan untuk membuat peta dari ke yaitu besarnya jarak dari ruang yang satu ke ruang yang lainya pada proses produksi. Hal ini karena fungsi dari peta dari ke salah satunya adalah memperpendek jarak perpindahan dan menganalisa perpindahan barang. Jarak perpindahan bahan antar ruangan dapat dilihat pada tabel 14. Tabel 16. Peta Dari Ke Dari/Ke
R
F001
F002
F003
1,1375
R
F004 1,8875
F005 0,65
F006
S
Jumlah
0,875
4,55
1,875
F001
1,875 1,3875
F002
1,3875 2,1375
F003
2,1375
F004
2,3625
2,3625
F005
2,3625
2,3625 0,925
F006
0,925 0
S 0
Jumlah
1,1375
1,875
1,3875
Keterangan: R = G. Bahan Baku F001 = R. Pengupasan F002 = R. Pengirisan F003 = R. Cuci
4,025
F004 F005 F006 S
0,65
5,6
0,925
15,6
= R. Penggorengan 1 = R. Penggorengan 2 = R. Penggorengan 3 = G. Penyimpanan
Setelah membuat peta dari ke kemudian dapat membuat peta dari ke inflow yaitu koefisien atas jarak pada peta dari ke dilihat dari jarak yang masuk dari suatu mesin. Untuk menghitung peta dari ke inflow sebagai contoh gudang bahan baku ke ruang penguapasan adalah sebagai berikut: jarak di mesin peta dari ke inflow = jarak yang masuk dari mesin 1,1375 1 = 1,1375 Tabel 17. Peta Dari Ke Inflow Dari/Ke R F001 F002 F003
R
F001 1
F002
F003
F004 0,4689
F005 1
F006 0,1563
1 1 0,5311
F004
0,4219
F005
0,4219
F006 S
S
1
Selain membuat peta dari ke inflow dapat juga membuat peta dari ke outflow yaitu koefisien atas jarak pada peta dari ke dilihat dari jarak yang keluar dari suatu mesin. Untuk menghitung peta dari ke outflow sebagai contoh gudang bahan baku ke ruang penguapasan adalah sebagai berikut: jarak di mesin peta dari ke outflow = jarak yang keluar dari mesin 1,1375 0,6067 = 1,875 Tabel 18. Peta Dari Ke Outflow Dari/Ke
R
F001
F002
F003
0,6067
R
F004
F005
F006
0,7989
0,2751
0,9459
S
1,3514
F001
0,6491
F002
0,9048
F003 F004
2,5541
F005
2,5541 ~
F006 S
Prioritas kedekatan antara ruang yang satu ke ruang yang lainya berdasarkan kriteria biaya perpindahan bahan dan peta dari ke dapat dibuat tabel skala prioritas. Tabel skala prioritas digunakan untuk mengetahui prioritas utama yang saling berdekatan antar departemen. Penyusunan tabel skala prioritas menggunakan koefisien jarak terkecil dengan cara membandingkan koefisien biaya terkecil antara peta dari ke inflow dan peta dari ke outflow. Ketentuan dalam penyusunan tabel skala prioritas adalah apabila terpilih peta dari ke inflow yang memiliki koefisien jarak terkecil, maka pengurutan prioritas berdasarkan koefisien jarak terkecil hingga koefisien jarak terbesar. Sedangkan jika terpilih peta dari ke outflow, maka pengurutan prioritas berdasarkan koefisien jarak terbesar hingga koefisien jarak terkecil. Usulan tabel skala prioritas IKM Bencok 26 dapat dilihat pada tabel 19. Tabel 19. Tabel Skala Prioritas Prioritas
Departemen
Keterangan: R = G. Bahan Baku F001 = R. Pengupasan F002 = R. Pengirisan F003 = R. Cuci
I
II
III
IV
R
F006
F004
F001
F005
F001
F002
F002
F003
F003
F004
F004
F006
F005
F006
F006
S
F004 F005 F006 S
= R. Penggorengan 1 = R. Penggorengan 2 = R. Penggorengan 3 = G. Penyimpanan
Pengaturan departemen-departemen dalam sebuah pabrik akan didasarkan pada aliran bahan yang bergerak diantara fasilitas-fasilitas produksi. Untuk mengevaluasi alternatif perencanaan tata letak departemen atau tata letak fasilitas produksi maka diperlukan aktivitas pengukuran aliran bahan dalam sebuah analisis teknis. Dari hasil tabel skala proiritas dapat diketahui kedekatan antara ruangan yang satu dengan ruang lainya sehingga dapat dibuat diagram hubungan aktivitas. Usulan diagram hubungan aktivitas IKM Bencok 26 dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Diagram Hubungan Aktivitas
Selain menggunakan diagram hubungan aktivitas dapat juga menggunakan peta hubungan aktivitas yang merupakan teknik yang digunakan sebagai alat untuk menganalisa hubungan antar aktivitas yang ada. Setiap kegiatan atau aktifitas tersebut saling berhubungan antar satu dengan yang lainnya ditinjau dari beberapa kriteria, maka dalam perencanaan tata letak fasilitas harus dilakukan penganalisaan yang optimal. Peta ini hampir sama dengan peta dari ke, hanya saja disini analisisnya lebih bersifat kualitatif. Jika pada peta dari ke analisis dilaksanakan berdasarkan angka-angka berat atau volume atau jarak perpindahan bahan dari satu departemen ke departemen yang lain, maka peta hubungan aktivitas ini akan menggantikan kedua hal tersebut dengan kode-kode huruf yang akan menunjukkan derajat hubungan aktivitas secara kualitatif dan juga kode angka yang akan menjelaskan alasan untuk pemilihan kode huruf tersebut. Peta hubungan aktivitas IKM Bencok 26 dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4. Peta Hubungan Aktivitas
Tipe tata letak fasilitas yang digunakan dalam perbaikan tata letak IKM Bencok 26 adalah tipe tata letak fasilitas berdasarkan aliran produksi. Berdasarkan tipe tata letak ini, suatu produk akan dapat dikerjakan sampai selesai di dalam departemen tersebut tanpa harus dipindahkan ke departemen yang lain. Bahan baku akan dipindahkan dari satu operasi ke operasi berikutnya secara langsung. Hal ini dapat mengurangi proses pemindahan bahan yang akhirnya juga akan akan berkaitan dengan biaya dan juga memudahkan pengawasan didalam aktivitas produksinya. Aliran bahan atau material dalam kegiatan produksi harus direncanakan dengan baik. Pemilihan aliran bahan atau material yang sesuai juga diperlukan. Perencanaan aliran bahan atau material yang baik dan sesuai akan memberikan keuntungan bagi perusahaan diantaranya menghemat waktu produksi dan meminimalkan biaya perpindahan bahan. Pola aliran bahan atau material yang sebaiknya diterapkan untuk IKM Bencok 26 adalah pola aliran circular. Pola ini dipilih karena pintu yang terdapat pada IKM Bencok 26 hanya satu yang nantinya akan digunakan untuk bahan masuk dan keluar. Tata letak usulan dirancang untuk area produksi yang sudah ada sebelumnya sehingga terdapat beberapa hal yang tidak dapat diubah dan harus disesuaikan dengan penenpatan tata letak yang sudah ada sebelumnya. Total luas area produksi sebesar 24,5 m2 dengan panjang 7 meter dan lebar 3,5 meter. Berdasarkan diagram hubungan aktivitas, peta hubungan aktivitas dan beberapa pertimbangan pemilik IKM dapat dibuat rancangan tata letak perbaikan untuk IKM Bencok 26. Tata letak perbaikan IKM Bencok 26 dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5. Tata Letak Perbaikan IKM Bencok 26
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang terdapat pada Industri Kecil Menengah (IKM) Bencok 26 adalah penempatan dan penataan ruangan yang tidak teratur dan belum sesuai dengan alur prosesnya, sehingga mengakibatkan terjadi aliran bolak-balik. Tata letak usulan dirancang untuk area produksi yang sudah ada. Ukuran dari setiap ruangan dibuat dua kali lebih besar dari tata letak sebelumnya dengan kelonggaran sebesar 150% karena pemilik IKM berkeinginan untuk menambahkan kapasitas produksi. Pintu yang digunakan untuk keluar masuk tidak berubah dari tata letak sebelumnya sehingga gudang bahan baku dan penyimpanan pada tata letak usulan dibuat kedalam dan berbentuk huruf L agar bahan baku mudah untuk masuk dan keripik kentang mudah untuk dikeluarkan. Saran ditujuan untuk kelanjutan penelitian yang akan dilakukan selanjutnya. Luas lantai yang digunakan sebagai acuan perbaikan adalah luas lantai yang sudah ada karena luas lantai yang sudah ada dirasa sudah baik. Tetapi untuk mendapatkan luas lantai yang lebih efektif sebaiknya ukuran mesin yang dijadikan acuan untuk perhitungan.
DAFTAR PUTAKA Amrine, Harold T., John A. Ritchey, dan Oliver S. Hulley. 1986. Manajemen dan Organisasi Produksi Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga. Apple, James. M. 1990. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan Edisi Ketiga. Bandung: ITB. Hadiguna, Rika Ampuh dan Heri Setiawan. 2008. Tata Letak Pabrik. Yogyakarta: Andi Offset. Handoko, T. Hani. 2000. Dasar-dasar Manajemen Produksi & Operasi. Yogyakarta: BPFE-UGM. Harahap, Sorimuda. 2006. Perencanaan Pabrik Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu. Nahmiax, Steven. 1997. Production and Operations Analysis 3rd Ed. Singapore: McGraw-Hill. Sutalaksana, Iftikar Z., Ruhan Anggawisastra, dan John H. Tjakraatmadja. 2006. Teknik Tata Cara Kerja. Bandung: ITB. Wignjosoebroto, Sritomo. 2000. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan Edisi Ketiga. Surabaya: Guna Widya.