KEPEMIMPINAN CAMAT DAN KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN PUBLIK KANTOR KECAMATAN DI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
Diba Safitri
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kepemimpinan Camat dan Kepuasan Masyarakat terhadap Pelayanan Publik Kantor Kecamatan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2016
Diba Safitri NIM I34100111
ABSTRAK
DIBA SAFITRI. Kepemimpinan Camat dan Kepuasan Masyarakat terhadap Pelayanan Publik Kantor Kecamatan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Di bawah bimbingan LALA M KOLOPAKING. Pelayanan publik di tiap kecamatan di DKI Jakarta diberikan melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Penelitian ini menganalisis hubungan kepemimpinan Camat dengan tingkat kepuasan masyarakat pengguna PTSP. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan total jumlah responden sebanyak 90 responden yang terbagi atas 30 responden pegawai kecamatan dan 60 responden masyarakat yang diambil dengan teknik accidental sampling. Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan uji korelasi Rank-Spearman dan Chi Square. Hasil penelitian menemukan bahwa kualitas pelayanan dan tingkat kepuasan masyarakat berada pada tingkat sedang dan gaya kepemimpinan Camat berpengaruh terhadap tingkat pelayanan publik. Gaya kepemimpinan yang ideal untuk digunakan di kecamatan-kecamatan di DKI Jakarta adalah partisipatif atau konsultatif. Kata kunci: Pelayanan publik, kualitas, gaya kepemimpinan, kecamatan DIBA SAFITRI. Camat Leadership and Public Satisfaction towards Public Service in Special Capitol Area Jakarta Subdistricts. Supervised by LALA M. KOLOPAKING Public service in every subdistricts in DKI Jakarta is served by Integrated One-stop Service (Pelayanan Terpadu Satu Pintu/PTSP). This research analyzes the relation between Camat’s leadership style and satisfaction level of PTSP users. Quantitative research conducted based on 90 respondents (30 respondents are subdistricts staffs, 60 are PTSP users) taken with accidental sampling. Data processing technique in this research is Rank-Spearman and Chi Square correlation tesst. The result shows that the quality and public satisfaction level is medium and Camat’s leadership style also have influence on public services activities.The ideal leadership style to be applied in DKI Jakarta’s subdistricts are consultative or participative. Keywords: Public service, quality, leadership style, subdistricts
KEPEMIMPINAN CAMAT DAN KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN PUBLIK KANTOR KECAMATAN DI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
DIBA SAFITRI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
Judul Skripsi : Kepemimpinan Camat dan Kepuasan Masyarakat terhadap Pelayanan Publik Kantor Kecamatan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nama :Diba Safitri NIM :I34100111
Disetujui oleh
Dr. Ir. Lala M Kolopaking, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Siti Amanah, MSc Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kepemimpinan Camat dan Kepuasan Masyarakat terhadap Pelayanan Publik Kantor Kecamatan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta” ini dengan baik. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS sebagai pembimbing yang telah memberikan saran dan masukkan selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini. Penulis juga menyampaikan hormat dan terima kasih kepada orang tua tercinta Chalida dan Ismunandar serta adik tersayang Azella Nurul Hikmah yang selalu memberikan dukungan, bantuan, dan doa setiap saat. Terima kasih kepada Dinna Amalia Rahmah, Aussie Komala Rani, dan Lisaadah Arisna Dewi untuk semua semangat, bantuan, dan hiburannya. Terima kasih juga untuk seluruh jajaran pegawai kecamatan Pasar Minggu dan kecamatan Jagakarsa yang telah melancarkan penelitian ini. Penulis juga sampaikan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan KPM 47 yang namanya tidak bisa disebutkan satu per satu sebagai teman berdiskusi, saling bertukar pikiran, membantu dan memotivasi penulis dalam penulisan dan penyelesaian proposal skripsi ini. Penulis mengetahui bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Akhir kata, semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi khalayak banyak.
Bogor, Januari 2016
Diba Safitri
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Penelitian Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Konsep Kecamatan Konsep Kepemimpinan Gaya Kepemimpinan Faktor Kepemimpinan Konsep Pelayanan Publik Kepuasan Masyarakat Kualitas Pelayanan Publik Kerangka Pemikiran METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Pemlihan Responden dan Informan Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data GAYA KEPEMIMPINAN CAMAT DI LOKASI PENELITIAN Visi dan Mini Lokasi dan Kepadatan Penduduk Struktur Organisasi Gaya Kepemimpinan Camat Camat Pasar Minggu Camat Jagakarsa Ikhtisar KUALITAS PELAYANAN PUBLIK Elemen Bukti Fisik Elemen Kehandalan Elemen Responsif Elemen Jaminan Elemen Perhatian Ikhtisar KEPUASAN TERHADAP PELAYANAN PUBLIK Elemen Bukti Fisik Elemen Kehandalan Elemen Responsif Elemen Jaminan Elemen Perhatian
xv xvi xvi 1 2 2 3 5 5 6 6 8 8 9 10 11 15 15 15 15 17 17 19 21 21 23 25 27 28 28 29 30 30 33 34 34 35 35
xiv
Ikhtisar HUBUNGAN KUALITAS, KEPUASAN, DAN GAYA KEPEMIMPINAN Kualitas dan Kepuasan terhadap Pelayanan Publik Kecamatan Pasar Minggu Kecamatan Jagakarsa Gaya Kepemimpinan dan Kepuasan Masyarakat Ikhtisar SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
36 39 39 40 41 42 45 45 47 49 67
xv
DAFTAR TABEL Tabel 1
Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5
Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8
Tabel 9
Tabel 10
Tabel 11
Tabel 12
Tabel 13
Tabel 14
Tabel 15 Tabel 16 Tabel 17 Tabel 18
Perbandingan luas dan kepadatan penduduk di kecamatan Pasar Minggu dan Jagakarsa dengan kotamadya Jakarta Selatan Tabel sebaran penduduk Detail nama dan jabatan pengisi struktur organisasi kecamatan Pasar Minggu Detail nama dan jabatan pengisi struktur organisasi kecamatan Jagakarsa Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kualitas pelayanan kecamatan Pasar Minggu dan Jagakarsa pada elemen bukti fisik Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kualitas pelayanan kecamatan Pasar Minggu dan Jagakarsa pada elemen kehandalan Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kualitas pelayanan kecamatan Pasar Minggu dan Jagakarsa pada elemen responsif Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kualitas pelayanan kecamatan Pasar Minggu dan Jagakarsa pada elemen jaminan Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kualitas pelayanan kecamatan Pasar Minggu dan Jagakarsa pada elemen perhatian Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kepuasan atas pelayanan kecamatan Pasar Minggu dan Jagakarsa pada elemen bukti fisik Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kepuasan atas pelayanan kecamatan Pasar Minggu dan Jagakarsa pada elemen kehandalan Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kepuasan atas pelayanan kecamatan Pasar Minggu dan Jagakarsa pada elemen responsif Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kepuasan atas pelayanan kecamatan Pasar Minggu dan Jagakarsa pada elemen jaminan Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kepuasan atas pelayanan kecamatan Pasar Minggu dan Jagakarsa pada elemen perhatian Korelasi tingkat kepuasan masyarakat dan tingkat kualitas pelayanan di kecamatan Pasar Minggu Korelasi tingkat kepuasan masyarakat dan tingkat kualitas pelayanan di kecamatan Jagakarsa Perbandingan gaya kepemimpinan dan kepuasan masyarakat Hubungan antara gaya kepemimpinan Camat dan tingkat
18 18 20 20
27
28
28
29
30
33
34
34
35
36 39 40 41 42
xvi
kepuasan masyarakat DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3
Gambar 4
Kerangka Pemikiran Struktur organisasi kecamatan Diagram gaya kepemimpinan Camat Pasar Minggu dalam kegiatan pendelegasian tugas dari Camat kepada pegawai Diagram gaya kepemimpinan Camat Pasar Minggu dalam kegiatan pendelegasian tugas dari Camat kepada pegawai
11 19
21
23
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 4
Tabel lampiran jadwal pelaksanaan penelitian Tabel hasil pengolahan data SPSS Kuisioner penelitian untuk masyarakat Kuisioner penelitian untuk pegawai kecamatan Panduan wawancara mendalam penelitian Dokumentasi penelitian
49 51 53 59 63 65
PENDAHULUAN
Latar Belakang Kecamatan merupakan salah satu bentuk organisasi pemerintah yang memiliki tugas untuk penyelenggara pemerintahan, penyelenggara pembangunan, dan penyelenggara pelayanan publik. Semenjak diberlakukannya UU Nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi menjadi UU Nomor 32 Tahun 2004, kebijakan pembangunan di Indonesia mengalami perubahan dari sentralisme ke otonomi daerah. Perubahan ini berpengaruh besar bagi struktur tata pemerintahan, salah satunya adalah pengangkatan Bupati menjadi penguasa daerah tingkat II di bawah Gubernur. Hal ini berdampak kepada berubahnya peran institusi kecamatan dalam pemerintahan daerah, dimana pada awalnya posisi Camat dan kecamatan adalah kepala wilayah dan penguasa tunggal pemerintahan menjadi hanya sebagai pendukung perangkat daerah yaitu bupati. Hal ini membuat Camat dan kecamatan kehilangan wewenangnya, namun peran kecamatan sebagai pembantu bupati masih sangat diperlukan karena keterbatasan kemampuan kabupaten untuk mengatasi permasalahan dan mengawasi desa yang banyak, alasan historis juga menjadi salah satu faktor masih sangat diperlukannya peran kecamatan (Kinseng 2010). Kecamatan dipimpin oleh seorang Camat yang memiliki tugas utama menurut Pergub DKI Jakarta Nomor 146 Tahun 2009 adalah memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi kecamatan yaitu melaksanakan tugas pemerintah yang dilimpahkan dari gubernur. Kepemimpinan sendiri adalah suatu proses dimana seorang individu mempengaruhi sekelompok individu lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Northouse 2007). Dari definisi tersebut dapat dielaborasi bahwa kepemimpinan bukanlah sekedar karakter yang dimiliki oleh pemimpin namun merupakan aktivitas timbal balik dimana pemimpin mempengaruhi dan dipengaruhi oleh anggotanya. Kepemimpinan juga hanya terjadi di dalam kelompok atau organisasi, dalam kasus ini organisasi yang dimaksud adalah kecamatan Diperlukan gaya kepemimpinan yang tepat agar kecamatan dapat tetap menjalankan tugasnya di tengah perubahan besar yang terjadi di struktur tata pemerintahan Indonesia. Camat sebagai pemimpin dari kecamatan memegang peran penting untuk menggerakan anggotanya yaitu pegawai kecamatan baik pegawai negeri sipil (PNS) maupun pegawai kontrak agar memberikan kinerja yang terbaik yang mereka miliki. Salah satu indikator atas keberhasilan pemimpin adalah keberhasilan bawahannya untuk menjalankan tugas. Untuk itu, seorang Camat tentunya perlu memiliki kepemimpinan yang kuat dan menempatkan diri sebagai pengayom dan pengarah anggotanya agar kecamatan dapat mencapai tujuan bersama yaitu kesejahteraan masyarakat. Tugas utama kecamatan yang ketiga, yaitu sebagai penyelenggara pelayanan publik, merupakan hal yang paling disorot dalam penelitian ini. Mendapatkan pelayanan publik yang memadai adalah hak seluruh warga negara, namun berbagai kasus masih menunjukkan minimnya kualitas pelayanan publik yang diberikan oleh negara melalui kantor kecamatan seperti contoh pada kecamatan-kecamatan di Kota Pekanbaru yang dinilai oleh warganya kurang
2
memperhatikan pengangkutan sampah sehingga terjadi penumpukan sampah dimana-mana1 dan kurangnya tenaga kesehatan di fasilitas puskesmas kecamatan Teweh Tengah Kalimantan Tengah yang mengakibatkan warganya kesulitan untuk mengakses fasilitas kesehatan meskipun sarana sudah tersedia (Yayan 2014) Kecamatan Pasar Minggu dan Jagakarsa di Provinsi DKI Jakarta menjadi pilihan penulis untuk melakukan penelitian karena kedua kecamatan tersebut tercatat sebagai kecamatan yang memiliki kinerja baik menurut hasil survey IKM Badan Survey Nasional Jakarta 2013 sehingga penulis dapat menganalisis tingkat kualitas pelayanan publik yang diberikan melalui kepuasan masyarakat yang memanfaatkan pelayanan tersebut serta bagaimana peran Camat sebagai pemimpin dalam mengorganisir pelayanan yang diberikan oleh kecamatannya. Berangkat dari latar belakang tersebut, penelitian ini akan membahas mengenai tingkat kualitas dan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik yang diberikan oleh kantor kecamatan di DKI Jakarta melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dan gaya kepemimpinan Camat dalam memimpin kantor kecamatan.
Masalah Penelitian Kecamatan merupakan organisasi pemerintah yang dipimpin oleh seorang Camat. Salah satu tugas utamanya dalah memberikan pelayanan publik kepada masyarakat dan dalam pelaksanaan tugasnya tidak terlepas dari peran kepemimpinan yang digunakan oleh Camat tersebut. Karena itu penting untuk ditelaah bagaimana gaya kepemimpinan Camat dalam mengorganisir pelayanan publik? Meskipun pelayanan yang diberikan oleh kecamatan di DKI Jakarta sudah seragam dan adanya standarisasi, tidak seluruh kecamatan menyediakan pelayanan yang maksimal. Karena itu perlu dikaji bagaimana kualitas pelayanan masyarakat dan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik yang diberikan oleh kecamatan? Dari faktor kepemimpinan dan hasil pendapat masyarakat yang menggunakan pelayanan PTSP di kecamatan, penting pula untuk dianalisis bagaimana hubungannya antara gaya kepemimpinan dan tingkat kepuasan yang dirasakan oleh masyarakat?
Tujuan Penelitian Pelayanan publik sebagai salah satu tugas utama kecamatan meskipun sudah memiliki standarisasi namun pada pelaksanaannya masih belum merata kualitasnya. Bahkan pada provinsi DKI Jakarta kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakatnya masih belum seragam sehingga kepuasan yang dirasakan juga tidak sama. 1
http://www.pekanbaru.go.id/berita/berita-pemko/1527-sampah-menumpukdimanamana-wako-pekanbaru-evaluasi-kinerja-aparat-kecamatan/
3
Hal ini tidak terlepas dari peran kepemimpinan Camat karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Menganalisis dan membandingkan gaya kepemimpinan Camat yang diterapkan di masing-masing kecamatan, 2. Mengukur kualitas pelayanan publik di masing-masing kecamatan, 3. Mengukur tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik yang diberikan. 4. Menganalisis hubungan antara gaya kepemimpinan yang diterapkan dan tingkat kepuasan masyarakat di masing-masing kecamatan.
Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi berbagai pihak, diantara lain ialah: 1. Akademisi. Hasil penelitian dapat menjadi salah satu sumber informasi mengenai kualitas pelayanan publik yang diberikan oleh 2 kecamatan di provinsi DKI Jakarta sebagai referensi penelitian lebih lanjut. 2. Pemerintah. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam menyusun dan mengambil kebijakan mengenai peraturan pelayanan publik di tingkat kecamatan, tetapi tidak terbatas pada kecamatan di DKI Jakarta saja. 3. Masyarakat. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan masyarakat mengenai kualitas pelayanan publik yang diberikan sehingga masyarakat dapat memperjuangkan kualitas yang lebih baik.
PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka
Konsep Kecamatan Menurut Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 146 Tahun 2009 tentang organisasi dan tata kerja kecamatan, kecamatan merupakan sebuah perangkat daerah yang berada di bawah kota administrasi. Sebuah kecamatan dipimpin oleh seorang Camat yang bertanggung jawab kepada walikota sebagai bentuk pelimpahan kewenangan dari gubernur kepada walikota. Tugas dari kecamatan adalah untuk melaksanakan tugas yang dilimpahkan oleh gubernur dan melaksanakan kegiatan pemerintahan di wilayah kecamatan. Fungsi-fungsi kecamatan antara lain a) untuk penyusunan dan pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) kecamatan; b) pelaksanaan tugas pemerintahan daerah yang dilimpahkan dari gubemur; c) pengendalian operasional pemeliharaan ketenteraman dan ketertiban, dan penegakan peraturan daerah dan peraturan gubemur oleh Satgas Satpol PP Kecamatan; d) pengkoordinasian penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Seksi Dinas Kecamatan, Satgas Satpol PP Kecamatan, dan Kelurahan di wilayah Kecamatan; e) pemantauan pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Seksi Dinas Kecamatan, Satgas Satpol PP Kecamatan, dan Kelurahan di wilayah kecamatan; f) pengendalian, pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan operasional tugas dan fungsi Seksi Dinas Kecamatan, Satgas Satpol PP Kecamatan dan Kelurahan di wilayah kecamatan; g) pengkoordinasian Puskesmas Kecamatan; h) pembinaan kelurahan; i) pelayanan perizinan dan non perizinan yang dilimpahkan dari gubernur; j) pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat; k) pemeliharaan prasarana dan sarana umum; l) penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan, dan perawatan prasarana dan sarana kerja; m) pengelolaan kepegawaian, keuangan, barang, dan ketatausahaan Kecamatan; n) dan pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi. Kecamatan dipimpin oleh seorang Camat yang dibantu wakil Camat dan sekretaris kecamatan. Tugasnya untuk: a) memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi kecamatan; b) mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi sekretariat Kecamatan, Seksi Kecamatan, Seksi Dinas Kecamatan, dan Kelurahan; c) melaksanakan koordinasi dengan Puskesmas Kecamatan; d) melaksanakan pengendalian pemeliharaan ketenteraman dan ketertiban umum, serta penegakan peraturan Daerah dan peraturan Gubernur oleh Satgas Satpol PP Kecamatan; e) melaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan satuan kerja perangkat daerah, unit kerja perangkat daerah dan/atau instansi pemerintah/swasta terkait dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi Kecamatan; f) memimpin dan mengkoordinasikan penyelenggaraan musyawarah perencanaan pembangunan tingkat kecamatan; g) melaksanakan koordinasi dengan unsur musyawarah pimpinan Kecamatan; h) melaksanakan pembinaan organisasi kemayarakatan di wilayah Kecamatan; i) dan melaporkan, dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi Kecamatan.
6
Konsep Kepemimpinan Manusia merupakan mahluk sosial yang memerlukan orang lain untuk melangsungkan hidupnya, untuk itu manusia terbiasa menggabungkan diri ke dalam beragam kelompok yang memiliki kriteria berbeda-beda baik formal maupun informal. Dalam setiap kelompok atau organisasi, salah satu syarat utama adalah adanya pemimpin dan anggota. Menurut Northouse (2007) dalam bukunya „Leadership: Theory and Practice‟ menjelaskan bahwa kepemimpinan merupakan kata kunci yang dapat dielaborasi sebagai proses dimana seorang individu mempengaruhi individu-individu lainnya dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama Definisi kepemimpinan yang diutarakan oleh Northouse dengan jelas menyatakan bahwa kepemimpinan adalah sebuah fenomena yang hanya bisa terjadi dalam konteks kelompok. Hal ini dijelaskan pula oleh Kartini Kartono yang menyatakan bahwa kepemimpinan adalah masalah relasi dan pengaruh antara pimpinan dan yang dipimpin. Kepemimpinan tersebut muncul dan berkembang sebagai hasil dari interaksi otomatis diantara pemimpin dan individuindividu yang dipimpin (ada relasi interpersonal) (Kartono 1995 dikutip Fahmi 2013). Dapat disimpulkan bahwa dalam sebuah kelompok, seorang pemimpin membutuhkan pengikutnya dan pengikut pun membutuhkan pemimpin karena seseorang tidak akan menjadi pemimpin jika tidak memiliki pengikut dan begitu pula sebaliknya. Interaksi yang dilakukan antara pemimpin dan pengikut tersebut menjadikan seorang pemimpin sebagai kunci bagi kelompoknya. Sebagaimana yang diutarakan Komariyah dalam Fahmi (2013) bahwa kepemimpinan adalah satu faktor penting dalam organisasi yang merupakan faktor penggerak organisasi melalui penanganan perubahan dan manajemen yang dilakukannya. Keberadaan pemimpin bukan hanya sebagai simbol yang keberadaannya bisa diabaikan, namun keberadaannya memberi dampak positif bagi perkembangan organisasi karena seorang pemimpin tidak hanya harus mampu mempengaruhi pengikutnya namun juga harus dapat mengarahkan dan mengawasi orang lain untuk mengerjakan tugas sesuai dengan yang telah direncanakan. Sejalan dengan definisi tersebut dalam artikelnya, Harianta (2012) menyatakan bahwa kepemimpinan sangat penting untuk meningkatkan kinerja orang lain dalam organisasi. Karena itu, seorang pemimpin harus mampu menjalankan kepemimpinannya dengan efektif agar tujuan kelompoknya tercapai dengan baik.
Gaya Kepemimpinan Seorang pemimpin memiliki berbagai cara dalam memimpin pengikutnya untuk mencapai tujuan. Cara-cara yang digunakan dapat dikategorikan dalam gaya kepemimpinan yang digunakan oleh seorang pemimpin. Seperti yang didefinisikan Handoko (2001) dalam Randhita (2009), gaya kepemimpinan terbagi menjadi 3 yaitu: Otokratis: Segala keputusan diambil oleh pemimpin semata, demokratis: Pada gaya kepemimpinan ini, keputusan diambil bersama pemimpin dan bawahannya, laissez faire: Pemimpin menyerahkan
7
pengambilan keputusan kepada bawahannya. Buchari Alma dikutip oleh Fahmi (2013) melengkapi ketiga gaya tersebut menjadi 5 tipe kepemimpinan sebagai berikut: a. Tipe Otokratisasi: Kepemimpinan berdasarkan kekuasaan dan paksaan yang mutlak harus dipatuhi, b. Tipe Militeristis: Kepemimpinan berdasarkan sistem perintah, adanya sistem komando dari atasan ke bawahan yang keras, sangat otoriter, penuh formalitas, c. Tipe Paternalistis: Pemimpin melindungi bawahan seperti orang tua melindungi anaknya, d. Tipe Laissez Faire: Pemimpin menyerahkan pelaksanaan tugas sepenuhnya pada bawahan dan membiarkan bawahan bertanggung jawab sepenuhnya, e. Tipe Demokratis: Pemimpin ini membimbing bawahannya dan berorientasi pada manusia. Burns (1978) dalam Desianty (2005) juga mengadakan penelitian deskriptif mengenal pemimpin-pemimpin politik. Hasilnya adalah gaya kepemimpinan trasformasional sebagai sebuah konsep dimana para pemimpin dan pengikut saling meningkatkan diri ke tingkat moralitas dan motivasi yang lebih tinggi. Komponen dari gaya kepemimpinan ini adalah empat dimensi kepemimpinan yang dijelaskan oleh Bass dan Avolio yaitu : idealized influence (kharisma), inspirational motivation (motivasi inspiratif), intellectual stimulation (stimulasi intelektual), dan individual consideration (konsiderasi yang bersifat individual). Gaya kepemimpinan kedua menurut Burns adalah gaya transaksional, dimana sebagai kepemimpinan dipandang sebagai sebuah pertukaran antara imbalan dan kepatuhan. Perbedaan diantara keduanya adalah, pada gaya transformasional pengikut mematuhi pemimpin karena pemimpin dianggap sebagai wujud dari visi dan nilai-nilai yang memotivasi mereka untuk meningkatkan kinerja dalam mencapai tujuan kelompok, mereka mengagumi dan mempercayai pemimpin mereka sedangkan pada gaya kepemimpinan transaksional, seorang pemimpin dipatuhi karena imbalan-imbalan yang diberikannya (Bass dan Avolio 1994 dikutip oleh Desianty 2005) Gaya kepemimpinan lain yang diutarakan oleh Wahjosumidjo (1984) adalah gaya kepemimpinan direktif yaitu seorang pemimpin hanya memberikan perintah kepada bawahannya yang mengakibatkan hubungan yang rendah antara pemimpin dan bawahan, gaya kepemimpinan konsultatif yaitu pengambilan keputusan oleh pemimpin setelah mendengarkan masukan dari bawahannya, gaya kepemimpinan partisipatif yaitu pemimpin dan bawahannya sama-sama terlibat dalam pengambilan keputusan dan ada hubungan yang terjalin dengan baik antara pimpinan dan bawahan, kemudian gaya kepemimpinan yang terakhir adalah gaya kepemimpinan delegatif dimana pemimpin hanya mendiskusikan permasalahan yang dialami dan menyerahkan pengambilan keputusan kepada bawahannya (Wahjosumidjo 1984 dikutip Randhita 2009).
8
Faktor Kepemimpinan Dalam menentukan gaya kepemimpinan yang akan digunakan dalam melaksanakan tugasnya, seorang pemimpin dapat dipengaruhi oleh beberapa hal. Hal-hal yang mempengaruhinya disebut sebagai faktor kepemimpinan dan dapat dibagi menjadi 2 kategori yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor yang pertama adalah faktor internal, faktor ini berasal dari diri pemimpin itu sendiri seperti karakteristik yang dimilikinya yang membuat seorang pemimpin berbeda dari orang kebanyakan. Karakteristik yang dimilikinya bisa merupakan bawaan atau hasil dari proses pendidikan dan latihan yang dialami sehingga latar belakang budaya dan pendidikan seseorang juga berpengaruh dalam pembentukan karakternya sebagai pemimpin. Karakteristik seorang pemimpin yang ideal menurut Mufarrihah dalam Mas‟ud (2010) yang dikutip oleh Harianta (2012) adalah memiliki karisma, kepedulian, komitmen, kejelasan, komunikator, konsisten, kreatif, kompeten, keberanian dan kenekatan. Faktor yang kedua adalah faktor eksternal, hal ini berkaitan dengan situasi di lingkungan kerja dan kondisi pegawai. Situasi di lingkungan kerja dipengaruhi oleh visi dan misi dari organisasi, waktu, tempat, jenis tugas, serta budaya sedangkan kondisi pegawai terkait dengan pendidikan, sifat, serta motivasi pegawai. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi seorang pemimpin dalam menentukan gaya kepemimpinan yang digunakan dalam tugasnya, beberapa ahli berpendapat bahwa tidak ada satupun gaya kepemimpinan yang efektif untuk semua situasi. Seorang pemimpin harus mampu memilih gaya kepemimpinan mana yang paling tepat diterapkan dalam situasi tertentu agar kepemimpinannya efektif.
Konsep Pelayanan Publik Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan arti pelayanan sebagai usaha melayani kebutuhan orang lain. Kecamatan merupakan organisasi pemerintah yang salah satu tugas utamanya adalah memberikan pelayanan kepada masyarakatnya, pelayanan ini dikategorikan sebagai pelayanan publik. Pelayanan publik dapat didefinisikan sebagai serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh birokrasi publik untuk memenuhi kebutuhan warga pengguna. SK MenPan Nomor 81/1993 menyatakan bahwa pelayanan umum adalah segala bentuk kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah dan BUMN/BUMD dalam bentuk barang dan jasa baik dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun ketentuan peraturan perundangan-undangan. Bentuk dari pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat menurut Lembaga Administrasi Negara dapat dibedakan menjadi pelayanan pemerintahan yaitu pelayanan yang erat dengan fungsi pemerintahan seperti pelayanan pembuatan KTP/KK, pajak, retribusi, migrasi, pelayanan pembangunan yaitu pelayanan yang terkait dengan penyediaan saranan dan prasarana seperti pembangunan jalan dan jembatan, pelayanan utilitas seperti penyediaan air, listrik, dan transportasi, pelayanan kebutuhan pokok yaitu penyediaan bahan-bahan kebutuhan pokok rumah tangga dan perumahan, serta pelayanan kemasyarakatan
9
yaitu pelayanan yang menyediakan pelayanan sosial kemasyarakatan seperti penyediaan pelayanan kesehatan, pendidikan, penjara, dan lainnya. Kriteria pelayanan publik yang baik adalah sederhana dengan prosedur yang tidak berbelit-belit, jelas dan transparan, terbuka kepada masyarakat baik yang akan maupun belum akan menggunakan pelayanan, efisien, ada ketetapan waktu yang berarti tugas atau pelayanan selesai pada jadwal yang telah ditentukan, responsif, adaptif, dan ekonomis, jangkauan adil merata, adanya kriteria kuantitatif.
Kepuasan Masyarakat Dalam konteks PTSP di kantor kecamatan, masyarakat berperansebagai pelanggan atau pengguna jasa. Menurut Mowen (1995) dikutip oleh Arisman (2014) kepuasan pelanggan dapat didefinisikan sebagai sikap keseluruhan pelanggan terhadap barang atau jasa setelah didapatkan atau digunakan. Sesuai dengan tujuan pelayanan publik yang pada dasarnya yaitu memuaskan masyarakat sebagai suatu kewajiban negara terhadap warganya. Untuk mencapai kepuasan tersebut, dituntut kualitas pelayanan yang dapat diukur dari a) Transparansi, yaitu pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti; b) Akuntabilitas, yaitu pelayanan yang dapat dipertanggung jawabkan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; c) Kondisional, yaitu pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas; d) Partisipatif, yaitu pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dalam enyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat; e) Kesamaan hak, yaitu pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat dari aspek apapun, khususnya suku, ras, agama, golongan, status sosial dan lain-lain; f) Keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu pelayanan yang mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan penerima pelayanan (Sinambela 2006 dikutip Arisman 2014). Selain enam unsur penilaian di atas, kepuasan masyarakat juga dapat diukur dengan mengukur kualitas pelayanan yang diberikan dengan menggunakan metode service quality. Metode ini melibatkan 5 elemen yaitu bukti langsung/bukti fisik (tangible), kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance), dan perhatian (emphaty) (Jumanta 2011). Untuk menilai kepuasan masyarakat ini ada dua dimensi yang perlu ditelaah yaitu dimensi pelanggan dan dimensi pemberi pelayanan. Dalam kedua dimensi tersebut dapat terjadi kesenjangan antara harapan-harapan dan kenyataankenyataan yang dirasakan pelanggan pengguna pelayanan dengan persepsi pegawai PTSP terhadap harapan-harapan yang dimiliki oleh masyarakat (Arisman 2014) dan menurut Zeithamel et al (1990) dalam Jumanta (2011) kepuasan konsumen dalam bisnis pelayanan jasa juga dapat diukur dari kesenjangan antara harapan dan persepsi pelanggan tentang pelayanan yang akan diterima ini.
10
Kualitas Pelayanan Publik Suatu organisasi dapat diukur keberhasilannya melalui kualitas yang diberikan, hal ini terutama diukur pada institusi pemerintahan salah satu tugas utamanya adalah menyediakan pelayanan publik. Beragam survey dilakukan oleh lembaga pemerintah mengenai keinginan dan penilaian masyarakat atas pelayanan yang diberikan karena negara dan sistem pemerintahan menjadi tumpuan pelayanan warga negara dalam memperoleh jaminan atas hak-haknya, karenanya peningkatan kualitas pelayanan (quality of services) akan menjadi penting (Zauhar 2001; Prasojo, Pradana dan Hiqmah, 2006 dikutip Sancoko 2010). Kecamatan sebagai organisasi pemerintah yang salah satu tugas utamanya adalah memberikan pelayanan kepada masyarakatnya dalam bentuk pelayanan perizinan dan non perizinan yang dilimpahkan dari gubernur juga mementingkan pengukuran tingkat kepuasan masyarakat atas kualitas pelayanan publik yang diberikan. Pengukuran kualitas pelayanan dilakukan terhadap dua dimensi yang saling terkait dalam proses pelayanan yakitu penilaian kepuasan pelanggan, terhadap pengguna pelayanan dan terhadap penyedia pelayanan. Kemudian mengembangkan service quality gap model kedalam suatu instrumen skala menggunakan lima dimensi kualitas pelayanan (Zeithaml 1990 dikutip Sancoko 2010), sebagai berikut: 1. Bukti langsung (tangible), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi. 2. Kehandalan (reliability), yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang janjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan. 3. Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para staf untuk membantu masyarakat dan memberikan pelayanan dengan tanggap. 4. Jaminan (assurance), yaitu mencakup pengetahuan kemampuan, kesopanan,dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki staf, bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan. 5. Perhatian (empathy), yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para pelanggan/masyarakat.
11
Kerangka Pemikiran
Gaya Kepemimpinan Direktif Konsultatif Partisipatif Delegatif
Kualitas Pelayanan Bukti Fisik (Tangible) Kehandalan (Reliability) Responsif (Responsiveness) Jaminan (Assurance) Perhatian (Emphaty)
Tingkat Kepuasan Masyarakat Dan Kualitas Pelayanan Publik
Keterangan : : Berhubungan Gambar 1. Kerangka Pemikiran Kecamatan merupakan salah satu bentuk organisasi pemerintahan yang bertugas untuk memberikan pelayanan publik kepada masyarakat. Dalam penelitian ini akan ada 2 kecamatan yang diteliti dan dibandingkan yaitu kecamatan Pasar Minggu dan Kecamatan Jagakarsa dimana keduanya sama-sama berada di satu provinsi yaitu DKI Jakarta. Pelayanan publik yang diberikan oleh kecamatan di DKI Jakarta merupakan bagian dari tanggung jawab Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di masing-masing kecamatan. Dari beragam pelayanan yang diberikan oleh PTSP tersebut, dapat dilihat tingkat kepuasan yang dirasakan oleh masyarakat. Tingkat kepuasan itu didapat dengan menggunakan metode penelitian kuisioner dan wawancara mendalam, setelah itu hasil dari tingkat kepuasan dapat menjadi cerminan dari kualitas pelayanan publik yang diberikan oleh masing-masing kecamatan. Kemudian hasilnya akan dibandingkan antara kedua kecamatan dan dianalisis pula mengapa perbedaan antara kepuasan masyarakat terjadi. Untuk itu perlu pula menganalisis gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Camat di kedua kecamatan dalam mengorganisir pelaksanaan pelayanan publik di kecamatannya masing-masing.
12
Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran yang ada, maka hipotesis penelitian yang didapatkan ialah: 1. Diduga gaya kepemimpinan Camat mempengaruhi tingkat kepuasan atas pelayanan PTSP. 2. Diduga pelayanan publik yang diberikan oleh kecamatan mempengaruhi tingkat kepuasan masyarakat di kecamatan tersebut.
Definisi Operasional 1. Gaya kepemimpinan adalah suatu pola yang diterapkan oleh sosok pemimpin dalam melaksanakan tugasnya. Terbagi menjadi 4 gaya kepemimpinan dengan pilihan dominan akan dihitung pada kuisioner. a. Gaya kepemimpinan direktif dimana pengambilan keputusan sepenuhnya berada di tangan Camat. b. Gaya kepemimpinan konsultatif dimana pengambilan keputusan di tangan Camat setelah mendengarkan masukan dari pegawai. c. Gaya kepemimpinan partisipatif dimana keputusan diambil bersama-sama oleh Camat dan pegawai. d. Gaya kepemimpinan delegatif dimana Camat mempercayai sepenuhnya kepada pegawai untuk mengambil keputusan. 2. Tingkat Kepuasan. Dapat dilihat dari jenis-jenis pelayanan yang diberikan oleh kecamatan melalui PTSP. Kepuasan akan kedua pelayanan ini dapat dinilai melalui skala ordinal. a. Tangible (Bukti Fisik) seperti lingkungan, lokasi, fasilitas yang tersedia, dan penampilan petugas. Pengukuran menggunakan skala ordinal dengan tiga kategori untuk pengukuran kualitas dan tiga kategori untuk pengukuran kepuasan, berdasarkan apa yang dirasakan warga dengan kualitas pelayanan PTSP di dua kecamatan: Sangat Puas :4 Sangat Setuju :4 Puas :3 Setuju :3 Tidak Puas :2 Tidak Setuju :2 Sangat Tidak Puas :1 Sangat Tidak Setuju : 1 b. Reliability (Kehandalan) seperti kemampuan dan ketepatan petugas, informasi akurat yang diberikan, jadwal pelayanan, dan ketepatan waktu pemberian pelayanan. Pengukuran menggunakan skala ordinal dengan tiga kategori untuk pengukuran kualitas dan tiga kategori untuk pengukuran kepuasan, berdasarkan apa yang dirasakan warga dengan kualitas pelayanan PTSP di dua kecamatan: Sangat Puas :4 Sangat Setuju :4 Puas :3 Setuju :3
13
Tidak Puas :2 Tidak Setuju :2 Sangat Tidak Puas :1 Sangat Tidak Setuju : 1 c. Responsiveness (Responsif) seperti kemampuan memberikan penjelasan yang mudah dimengerti, adanya kesempatan untuk bertanya, dan kemudahan menghubungi petugas. Pengukuran menggunakan skala ordinal dengan tiga kategori untuk pengukuran kualitas dan tiga kategori untuk pengukuran kepuasan, berdasarkan apa yang dirasakan warga dengan kualitas pelayanan PTSP di dua kecamatan: Sangat Puas :4 Sangat Setuju :4 Puas :3 Setuju :3 Tidak Puas :2 Tidak Setuju :2 Sangat Tidak Puas :1 Sangat Tidak Setuju : 1 d. Assurance (Jaminan) seperti kesesuaian proses dengan prosedur dan jangka waktu, rincian biaya yang transparan, dan informasi yang dapat diakses dengan mudah. Pengukuran menggunakan skala ordinal dengan tiga kategori untuk pengukuran kualitas dan tiga kategori untuk pengukuran kepuasan, berdasarkan apa yang dirasakan warga dengan kualitas pelayanan PTSP di dua kecamatan: Sangat Puas :4 Sangat Setuju :4 Puas :3 Setuju :3 Tidak Puas :2 Tidak Setuju :2 Sangat Tidak Puas :1 Sangat Tidak Setuju : 1 e. Empathy (Perhatian) seperti sikap, fokus, dan kesiapan petugas dalam memberikan pelayanan. Pengukuran menggunakan skala ordinal dengan tiga kategori untuk pengukuran kualitas dan tiga kategori untuk pengukuran kepuasan, berdasarkan apa yang dirasakan warga dengan kualitas pelayanan PTSP di dua kecamatan: Sangat Puas :4 Sangat Setuju :4 Puas :3 Setuju :3 Tidak Puas :2 Tidak Setuju :2 Sangat Tidak Puas :1 Sangat Tidak Setuju : 1 Jumlah pertanyaan untuk variabel kualitas dan kepuasan pelayanan PTSP di kecamatan berjumlah 23 pertanyaan dari keseluruhan dimensi ukuran kualitas dan kepuasan pelayanan PTSP di kecamatan. Akumulasi skor dikategorikan menjadi : Kualitas Kepuasan Rendah jika akumulasi skor 23-46 Rendah jika akumulasi skor 23-46 Sedang jika akumulasi skor 47-69 Sedang jika akumulasi skor 47-69 Tinggi jika akumulasi skor 70-92 Tinggi jika akumulasi skor 70-92
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kedua kecamatan, kecamatan Pasar Minggu dan kecamatan Jagakarsa, di wilayah Kotamadya Jakarta Selatan pada periode waktu Juni-Agustus 2014. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan pertimbangan kedua kecamatan mendapatkan penilaian kinerja baik menurut hasil survey IKM Badan Survey Nasional Jakarta 2013.
Teknik Pemilihan Responden dan Informan Dalam penelitian ini populasi dibagi menjadi dua kelompok, kelompok pertama adalah penduduk yang menggunakan pelayanan PTSP di kantor kecamatan, untuk meneliti kualitas dan kepuasan warga terhadap pelayanan yang diberikan. Kelompok kedua adalah pegawai di Kecamatan Pasar Minggu dan Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan untuk meneliti gaya kepemimpinan Camat di masing-masing kecamatan. Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu yang menggunakan pelayanan PTSP. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode accidental sampling (Sugiono 2004) terhadap warga yang sedang menggunakan pelayanan kecamatan dan pegawai kecamatan. Responden yang diambil secara total sebanyak 30 pegawai di kedua kecamatan dan 60 orang warga yang sedang berada di PTSP di kedua kecamatan untuk mendapatkan pelayanan. Informan yang diambil adalah pegawai kantor PTSP di kedua kecamatan.
Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder melalui pendekatan kuantitatif untuk data primer dan didukung data kualitatif. Data primer dikumpulkan dari para responden di lapangan. Data primer yang dikumpulkan terdiri hasil kuisioner dan pengamatan lapang. Data sekunder dikumpulkan dari Kantor Kecamatan Pasar Minggu dan Kecamatan Jagakarsa, dan perorangan, yang sesuai dengan keperluan data untuk penelitian ini.
Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dari kuisioner baik kuisioner untuk pengguna pelayanan dan pegawai kantor kecamatan diolah secara kuantitatif. Data kuantitatif diolah dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan SPSS versi 20. Tabel frekuensi digunakan untuk melihat gaya kepemimpinan Camat yang dominan diterapkan. Untuk melihat hubungan gaya kepemimpinan Camat dengan kepuasan masyarakat digunakan uji korelasi Chi-Square dan hubungan antara
16
kualitas pelayanan kecamatan dengan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan PTSP di kedua kecamatan diolah menggunakan uji korelasi Rank-Spearman. Pengolahan dan analisis data kualitatif dilakukan dengan reduksi data (peringkasan) dengan menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga sesuai dengan keperluan untuk menjawab pertanyaan analisis di dalam penelitian. Data hasil wawancara yang relevan dengan fenomena yang dianalisis, disajikan dalam bentuk kutipankutipan. Analisis data kualitatif dipadukan dengan hasil interpretasi data kuantitatif.
GAYA KEPEMIMPINAN CAMAT DI LOKASI PENELITIAN Pada bab ini dijabarkan mengenai profil umum kecamatan Pasar Minggu dan Jagakarsa serta gaya kepemimpinan yang digunakan oleh masing-masing Camatnya. Visi dan Misi Sesuai dengan peraturan dan prosedur yang ada, kedua kecamatan memiliki visi dan misi yang sama yang telah ditentukan oleh Kotamadya Jakarta Selatan sebagai berikut: a. Visi: Mewujudkan wilayah kecamatan yang nyaman serta masyarakat yang sejahtera, bermartabat, dan berbudaya. b. Misi: Meningkatkan profesionalisme dan mutu pelayanan kepada masyarakat, mempertahankan wilayah kecamatan Pasar Minggu sebagai wilayah resapan air yang dihuni oleh masyarakat yang sejahtera, bermartabat, dan berbudaya. Meskipun memiliki visi dan misi yang sama, kecamatan Pasar Minggu dan Jagakarsa memiliki motto yang berbeda. Kecamatan Pasar Minggu menjunjung motto BERNYALI (Bersih, Nyaman, Lancar, dan Indah) sedangkan kecamatan Jagakarsa bermotto „Jika Bisa Dipermudah Mengapa Dipersulit.‟ Kedua kecamatan sudah menjalankan program-program yang sejalan dengan misi-misinya untuk mencapai visi yang diharapkan. Untuk misi meningkatkan profesionalisme dan mutu pelayanan kepada masyarakat, yang sudah dilakukan sejauh ini adalah menyediakan standar operasional prosedur pelayanan baik administrasi maupun konsultasi yang jelas sesuai dengan ISO 9001-2008, mekanisme pemberian pelayanan yang jelas termasuk waktu dan jumlah biaya resmi dan mudah diakses oleh masyarakat, seluruh pegawai baik PNS maupun honorer di kantor kecamatan juga sudah memenuhi standar ISO 9001-2008. Kecamatan Pasar Minggu juga bahkan dijadikan Kecamatan Percontohan Pelaksanaan PATEN (Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan) di tingkat kotamadya Jakarta Selatan pada tahun 2012.
Lokasi dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Pasar Minggu di Kotamadya Jakarta Selatan dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 171 Tahun 2007. Luas daerah dari kecamatan Pasar Minggu adalah seluas 2.169,39 hektar yang terbagi menjadi tujuh kelurahan. Batas-batas wilayah kecamatannya sebagai berikut: Sebelah utara berbatasan dengan Jalan Haji Samali, jalan Kalibata Timur, dan Jalan Pulo kecamatan Mampang Prapatan, sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Poltangan, Jalan Joe, Jalan Haji Mursid, Jalan Sagu Kavling Polri Kecamatan Jagakarsa, sebelah timur berbatasan dengan sungai Ciliwung, kecamatan Kramat Jati Kotamadya Jakarta Timur, sebelah barat berbatasan dengan sungai Krukut, kecamatan Cilandak. Populasi di kecamatan Pasar Minggu berjumlah 298.436 jiwa sampai dengan bulan Juni 2012.
18
Kecamatan Jagakarsa adalah satu dari sepuluh kecamatan di wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan. Pembentukannya berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1990 tanggal 18 Desember 1990 tentang Pembentukan Kecamatan dalam Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Luas wilayahnya seluas 2.502,607 hektar di sebelah selatan DKI Jakarta dan batasbatasnya adalah sebagai berikut: Sebelah utara berbatasan dengan Jalan Margasatwa, Jalan Sagu, Jalan Mursid, Jalan Joe, Jalan TB Simatupang, dan Jalan Poltangan, sebelah timur berbatasan dengan sungai Ciliwung, sebelah selatan berbatasan dengan Pilar Batas (Desa Pondok Cina, Kukusan, Tanah Baru Kota Depok dan Gandul di kecamatan Sawangan Kabupaten Bogor), sedangkan sebelah baratnya berbatasan dengan Sungai Krukut. Kecamatan Jagakarsa terbagi menjadi enam kelurahan dengan total populasi sebesar 290.294 jiwa per tahun 2013. Tabel 1.
Perbandingan Luas dan Kepadatan Penduduk di Kecamatan Pasar Minggu dan Jagakarsa dengan Kotamadya Jakarta Selatan Kecamatan Luas (%) Kepadatan Penduduk (%) Pasar Minggu 2.169,39 Ha (15,35%) 298.436 Jiwa (14,5%) Jagakarsa 2.502,607 Ha (17,71%) 290.294 Jiwa (14,1%) Kotamadya Jakarta Selatan 14.127 Ha (100%) 2.057.080 Jiwa Sumber: Laporan Tahunan Kecamatan Pasar Minggu dan Jagakarsa
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari perbandingan kecamatan Pasar Minggu 0,4% lebih padat dengan luas daerah yang 2,36% lebih sempit dibandingkan kecamatan Jagakarsa namun secara total luas dan kepadatan penduduk di kedua kecamatan tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Secara lokasi, kedua kecamatan juga berdekatan satu dengan lainnya namun kecamatan Pasar Minggu memiliki lokasi yang lebih strategis dengan dekatnya akses ke jalan tol dan stasiun kereta api dan berbatasan dengan kota Jakarta Timur sedangkan kecamatan Jagakarsa berbatasan dengan kabupaten Bogor dan kota Depok. Tabel di bawah ini adalah detail sebaran penduduk per kelurahan di kedua kecamatan. Tabel 2. Tabel Sebaran Penduduk Kecamatan Pasar Minggu Kelurahan Jumlah Penduduk Pejaten Barat 41.869 Jiwa Pasar Minggu 29.218 Jiwa Kebagusan 44.788 Jiwa Jati Padang 41.245 Jiwa Ragunan 43.911 Jiwa Cilandak Timur 30.994 Jiwa Pejaten Timur 66.411 Jiwa Total 298.436 Jiwa
Kecamatan Jagakarsa Kelurahan Jumlah Penduduk Ciganjur 36.148 Jiwa Srengseng Sawah 60.523 Jiwa Jagakarsa 60.690 Jiwa Lenteng Agung 55.902 Jiwa Tanjung Barat 40.656 Jiwa Cipedak 36.375 Jiwa Total
Sumber: Laporan Kecamatan Pasar Minggu dan Jagakarsa.
290.294 Jiwa
19
Struktur Organisasi Struktur organisasi di kecamatan Pasar Minggu dan Jagakarsa sebagaimana telah ditentukan oleh Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta nomor 146 tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta nomor 10 tahun 2008 adalah sebagai berikut: CAMAT
WAKIL CAMAT
SEKRETARIS KECAMATAN SEKSI DINAS KECAMATAN
KA. SATGAS SATPOL PP
KEPALA PUSKESMAS
SIE. PEMERINTA HAN
SUB.BAG UMUM
SIE. PEREKON OMIAN
SIE. KESMAS
SUB.BAG KEUANGA N
SIE. PEMBANGU NAN
SUB.BAG PROGRAM
SIE. PELAY ANAN
UMUM KELURAHAN
Gambar 2. Struktur Organisasi Kecamatan Dari Gambar 2 di atas dapat dilihat bahwa di kedua kecamatan menerapkan struktur organisasi yang sama dimana Camat dan wakilnya berhubungan langsung dengan kepala seksi (kasie) pemerintahan dan ketentraman, perekonomian, pembangunan dan lingkungan hidup, kesejahteraan masyarakat, dan pelayanan umum dan juga dibantu oleh sekretaris kecamatan berhubungan dengan kepala sub bagian (kasub) dari sub. bagian umum, keuangan, dan program dan anggaran. Selain kasie dan kasub, Camat juga berkoordinasi dengan kepala satgas Satpol PP kecamatan dan kepala Puskesmas tingkat kecamatan.
20
Tabel 3. Detail Nama dan Jabatan Pengisi Struktur Organisasi Kecamatan Pasar Minggu Jabatan Tingkat Pendidikan Camat S2 Wakil Camat S1 Sekretaris Kecamatan S1 Kepala Satgas Satpol PP S1 Kepala Puskesmas Kecamatan S1 Sub. Bag Umum S2 Sub. Bag. Keuangan S1 Sub. Bag. Program dan Anggaran S1 Sie. Pemerintahan, Ketentraman S1 Sie. Perekonomian S1 Sie. Pembangunan dan Lingkungan S1 Sie. Kesejahteraan Masyarakat S3 Sie. Pelayanan Umum S1 Sumber: Laporan Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Perbedaan terdapat pada jenjang pendidikan pegawai yang ada di dalam struktur organisasi tersebut. Untuk kecamatan Pasar Minggu, Camatnya sudah menjalani pendidikan hingga tingkat S2 dengan gelar M.Si dan pegawai di bawahnya bergelar minimal sarjana dengan tingkat pendidikan tertinggi adalah doktor S3. Lain halnya dengan tingkat pendidikan pegawai di kecamatan Jagakarsa seperti yang dapat dilihat di bawah ini, dimana Camatnya merupakan lulusan SMA namun memiliki pengalaman bertahun-tahun bekerja di pemerintahan, pegawai yang mengisi struktur organisasinya sebagian besar sudah menjalani pendidikan setingkat sarjana S1 namun ada pula yang merupakan lulusan SMA. Tabel 4. Detail Nama dan Jabatan Pengisi Struktur Organisasi Kecamatan Jagakarsa Jabatan Tingkat Pendidikan Camat SMA Wakil Camat S1 Sekretaris Kecamatan S2 Kepala Satgas Satpol PP S1 Kepala Puskesmas Kecamatan S2 Sub. Bag Umum S1 Sub. Bag. Keuangan S1 Sub. Bag. Program dan Anggaran S1 Sie. Pemerintahan, Ketentraman SMA Sie. Perekonomian SMA Sie. Pembangunan dan Lingkungan S1 Sie. Kesejahteraan Masyarakat S1 Sie. Pelayanan Umum S1 Sumber: Laporan Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.
21
Gaya Kepemimpinan Camat Gaya kepemimpinan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori gaya kepemimpinan Wahjosumidjo, seperti yang telah dijelaskan pada definisi operasional dikelompokan menjadi empat yaitu gaya kepemimpinan direktif, gaya kepemimpinan konsultatif, gaya kepemimpinan partisipatif dan gaya kepemimpinan delegatif. Berdasarkan hasil kuisioner pegawai di masing-masing kecamatan, gaya kepemimipinan yang diterapkan oleh Camat Pasar Minggu adalah gaya kepemimpinan konsultatif sedangkan gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Camat Jagakarsa adalah gaya kepemimpinan partisipatif. Hal ini dikaji dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah pada bebagai kegiatan yang dilaksanakan oleh Camat di kedua kantor kecamatan. Camat Pasar Minggu Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Camat Pasar Minggu adalah gaya kepemimpinan konsultatif, dimana Camat sebelum mengambil keputusan meminta pegawai-pegawainya untuk memberikan masukan terlebih dahulu. Hal ini senada dengan hasil tanggapan responden yang didapat sebagai berikut:
Gaya Kepemimpinan Camat Pasar Minggu
21
20 Direktif Konsultatif
32
Partisipatif Delegatif 77
Gambar 3.
Diagram gaya kepemimpinan Camat Pasar Minggu dalam kegiatan pendelegasian tugas dari Camat kepada pegawai
Dari kuisioner kepada 15 pegawai kantor kecamatan dengan total poin sebesar 150 poin, hasil olahan datanya adalah sebesar 77 poin menyatakan bahwa gaya kepemimpinan Camat di kecamatan Pasar Minggu adalah gaya konsultatif, sebesar 32 poin menyatakan gaya yang digunakan adalah partisipatif, 21 poin gaya delegatif, dan sisanya sebesar 20 poin adalah gaya direktif.
22
Camat Pasar Minggu dikenal pegawainya sebagai seorang yang sistematis dan berhati-hati dalam mengambil keputusan. Ia juga memementingkan pendapat pegawai-pegawainya dan jarang mengambil keputusan tanpa berkonsultasi dahulu dengan pegawai terkait. Hal ini dibuktikan dalam wawancara mendalam dengan beberapa pegawai kantor kecamatan Pasar Minggu. Sehubungan dengan gaya kepemimpinan Camat Pasar Minggu ini, pegawai kantor kecamatan Pasar Minggu NJA (24 tahun) menyampaikan “Pak Camat sangat mementingkan pendapat-pendapat pegawai sebelum mengambil keputusan. Sebelum mengambil keputusan atau menandatangani surat penting, pak Camat akan meminta persetujuan pak Wakil Camat dan pak Sekretaris Camat. Selain itu juga pak Camat selalu meminta pendapat dari pegawai yang lain seperti misalkan ada kegiatan yang akan diadakan, akan ada rapat terlebih dahulu dengan lurah dan pihak-pihak berwenang yang lainnya. Jadi tidak serta merta langsung mengambil keputusan sepihak tanpa konsultasi dengan stafnya.” Selain gaya kepemimpinan konsultatif sebagai gaya kepemimpinan yang dominan dengan total poin 77, sebagian lain responden juga berpendapat Camat Pasar Minggu memiliki gaya kepemimpinan partisipatif dengan 32 poin. Gaya kepemimpinan ini merupakan gaya kepemimpinan yang berbasis pada musyawarah dimana baik Camat maupun pegawainya sama-sama turut serta dalam pengambilan keputusan. Sehubungan dengan gaya kepemimpinan ini, salah satu pegawai kantor kecamatan CDR (27 tahun) juga menyatakan “Pak Camat dalam mengambil keputusan juga terkadang melakukan polling, jadi setiap pegawainya bisa menyampaikan suara. Jika setuju, alasannya kenapa dan jika tidak setuju juga kenapa begitu. Biasanya setelah itu keputusan yang diambil akan sama dengan hasil polling, jadi kita semua ikut andil dalam pengambilan keputusannya.” Selain konsultatif dan partisipatif, 20 poin dan 21 poin dari responden berpendapat Camat Pasar Minggu menggunakan gaya delegatif dan direktif dalam memimpin namun wawancara mendalam dengan pegawai kecamatan menyatakan bahwa kedua gaya kepemimpinan hanya digunakan di saat-saat tertentu seperti pada saat darurat dan saat tugas yang diberikan merupakan tugas teknis yang dilengkapi dengan tata cara pelaksanaan yang jelas dan tertulis. Hal ini diutarakan oleh pegawai kecamatan NJA (24 tahun) “Biasanya pak Camat membuat keputusan selalu bersamasama, tapi pernah ada saat dimana beliau memutuskan sendiri. Biasanya saat waktu membuat keputusannya sempit atau keadaan darurat dimana keputusan harus cepat dibuat dan tidak ada waktu berdiskusi. Atau ya tugastugas teknis, biasanya sudah ada yang sudah paham akan tugasnya.”
23
Para pegawai kecamatan merasa dilibatkan dan dihargai pendapatnya oleh Camat mereka dengan begitu mereka merasa nyaman dalam memberikan pelayanan karena tahu masukan yang mereka berikan terkait dengan pelayanan didengar dan dipertimbangkan oleh Camat. Perasaan nyaman yang dirasakan oleh pegawai berpengaruh dalam kinerja mereka dalam memberikan pelayanan sehingga masyarakat pengguna pelayanan pun merasakan kualitas pelayanan yang baik.
Camat Jagakarsa Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Camat Jagakarsa adalah konsultatif dan partisipatif dimana gaya partisipatif menjadi gaya kepemimpinan yang dominan dengan total poin 63. Gaya kepemimpinan partisipatif menurut Wahjosumidjo adalah ketika pemimpin dan bawahannya sama-sama terlibat dalam pengambilan keputusan dan ada hubungan yang terjalin dengan baik antara pimpinan dan bawahan. Hal ini senada dengan hasil tanggapan respoden yaitu pegawai kantor kecamatan Jagakarsa sebagai berikut:
Gaya Kepemimpinan Camat Jagakarsa
23
6 Direktif 58
Konsultatif
Partisipatif Delegatif 63
Gambar 4.
Diagram gaya kepemimpinan Camat Jagakarsa dalam kegiatan pendelegasian tugas dari Camat kepada pegawai.
Berdasarkan kuisioner kepada 15 pegawai kantor kecamatan, hasilnya adalah 63 poin berpendapat gaya kepemimpinan yang digunakan oleh Camat Jagakarsa adalah gaya partisipatif, 58 poin gaya konsultatif, 23 poin gaya delegatif, dan hanya 6 poin menggunakan gaya direktif. Dapat dilihat bahwa gaya kepemimpinan partisipatif dan konsultatif mendominasi dengan perbedaan 5 poin.
24
Gaya partisipatif yang digunakan oleh Camat Jagakarsa terlihat dari kesehariannya dimana ia selalu melibatkan pegawai-pegawai dalam mengambil keputusan. Diskusi dan musyawarah menjadi hal yang normal di kantor kecamatan dan ketika Camat Jagakarsa memiliki pendapat sendiri ia akan menjabarkan pendapatnya terlebih dahulu untuk kemudian dipertimbangkan bersama pegawai-pegawainya sebelum mengambil keputusan. Hal ini dijelaskan pula oleh salah satu pegawai kecamatan MNH (57 tahun) “Biasanya bapak suka diskusi, paling tidak ya setiap minggu ada saja diskusinya. Kalau mau buat keputusan, suka minta stafnya kumpul, tidak semua sih yang ada hubungannya dengan keputusan yang mau diambil saja tapi tetap dimintakan pendapatnya satu-satu.” Selain gaya kepemimpinan partisipatif dengan melibatkan pegawainya secara langsung dalam proses pengambilan keputusan, Camat Jagakarsa juga menggunakan gaya konsultatif. Gaya ini digunakan terutama saat diperlukannya pengambilan keputusan secara cepat namun ia tetap meminta saran dan masukan dari pegawainya. Peran lurah-lurah di kecamatan Jagakarsa juga dianggap penting karena sebagai ujung tombak pemerintahan, mereka dianggap lebih paham dengan kondisi masyarakatnya. Seperti yang diungkapkan MNH (57 tahun) berikut “Kalau untuk keputusan yang harus cepat diambil, bapak konsultasikan juga tapi hanya ke wakil dan sekretaris Camat. Pegawai biasa tidak, tapi tetap bisa dipastikan selalu konsultasi dulu. Mungkin nyaris tidak pernah bapak main ambil keputusan begitu saja, kalaupun ada tidak setuju dengan pegawainya biasanya bapak akan menjelaskan kenapa beliau berpikir begini begitu, pertimbangannya apa dan menurut beliau baiknya bagaimana. Dari situ kita pegawai paham kalau mungkin pendapatnya beda tapi ujungnya sama. Selain itu, lurahlurah juga pendapatnya penting sekali bagi bapak, karena kan mereka itu yang langsung berhubungan dengan masyarakat.” Selain gaya kepemimpinan partisipatif dan konsultatif yang mendominasi, beberapa pegawai juga berpendapat Camat Jagakarsa menggunakan gaya kepemimpinan delegatif dan direktif meskipun dengan persentase yang jauh lebih kecil dibandingkan kedua gaya yang telah dijelaskan di atas. Gaya kepemimpinan direktif terlebih lagi hanya mendapatkan 6 poin dari keseluruhan suara, hal ini disebabkan oleh jarangnya Camat Jagakarsa menggunakan gaya kepemimpinan ini dalam membuat keputusan.
25
Ikhtisar Kedua Camat di kedua kantor kecamatan memiliki gaya kepemimpinan dominan yang berbeda yaitu partisipatif dan konsultatif. Camat Pasar Minggu mendapatkan poin lebih tinggi di gaya kepemimpinan konsultatif sebesar 77 poin dan gaya kepemimpinan partisipatif sebesar 32 poin sementara untuk gaya kepemimpinan delegatif dan direktif mendapatkan nilai hampir setara yaitu 20 poin dan 21 poin. Sedangkan untuk Camat Jagakarsa, gaya kepemimpinan yang dominan adalah gaya partisipatif sebesar 63 poin dan gaya konsultatif sebesar 58 poin. Kedua gaya kepemimpinan inilah yang paling sering diterapkan oleh Camat Jagakarsa karena terlihat dari hasil olah data kuisioner pegawai kantor kecamatan, nilai yang didapat keduanya hanya berbeda 5 poin. Gaya kepemimpinan delegatif mendapatkan 23 poin dan gaya direktif menjadi gaya yang kurang populer dengan 6 poin dari total 150 poin. Kedua Camat juga menggunakan strategi berbeda dalam mengambil keputusan darurat. Camat Pasar Minggu menggunakan gaya direktif dimana ia membuat keputusan dan pegawainya mengikuti sedangkan Camat Jagakarsa menggunakan gaya konsultatif dengan tetap meminta pendapat wakil dan sekretarisnya sebelum membuat keputusan. Camat Jagakarsa juga dikenal jarang menggunakan gaya kepemimpinan direktif karena menurut para pegawainya, ia adalah sosok yang gemar berdiskusi.
KUALITAS PELAYANAN PUBLIK
Kualitas pelayanan publik di kedua kecamatan dinilai melalui tingkat kesesuaian pelayanan akan standar operasional (SOP) yang berlaku, tingkat kemampuan dan etika petugas, jadwal dan tarif pelayanan, serta kenyamanan fasilitas dengan menggunakan lima elemen yaitu elemen tangible (bukti fisik), reliability (kehandalan), responsiveness (responsif), assurance (jaminan), dan empathy (perhatian). Dalam bab ini dijelaskan dan dibandingkan hasil kuisioner kualitas pelayanan publik di dua kecamatan yaitu kecamatan Pasar Minggu dan kecamatan Jagakarsa serta pengaruh gaya kepemimpinan yang digunakan oleh Camat di masing-masing kecamatan atas kualitas pelayanan yang diberikan.
Elemen Bukti Fisik Elemen bukti fisik yang dilihat adalah lingkungan tempat pelayanan yang rapi dan bersih, lokasi tempat pelayanan yang mudah ditemukan, ketersediaan fasilitas pendukung yang memadai seperti meja dan kursi, nomor antrian, dan lainnya, kelayakan dari fasilitas pendukung yang ada, serta penampilan petugas yang rapi dan mudah dikenali. Tabel 5. Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kualitas pelayanan kecamatan Pasar Minggu dan Jagakarsa pada elemen bukti fisik Pasar Minggu Jagakarsa Bukti Fisik n % n % Rendah 0 0 0 0 Sedang 19 63,3 16 53,3 Tinggi 11 36,7 14 46,7 Berdasarkan tabel di atas, mayoritas responden berpendapat bahwa secara fisik, kualitas pelayanan yang diberikan oleh kecamatan Pasar Minggu adalah sedang, sebagian lainnya berpendapat kualitasnya tinggi dan tidak ada yang berpendapat kualitasnya rendah. Hal ini menunjukan bahwa menurut masyarakat yang menggunakan pelayanan publik di kantor kecamatan Pasar Minggu, pelayanan yang diberikan sudah baik. Sedangkan untuk kecamatan Jagakarsa, sebagian besar responden juga berpendapat bahwa secara fisik pelayanan yang diberikan adalah sedang namun 14 responden berpendapat pelayanannya berkualitas tinggi atau sangat baik. Pada kecamatan Pasar Minggu hanya 11 responden yang menyatakan pelayanannya berkualitas tinggi. Namun secara garis besar, kedua kecamatan sama-sama memiliki kualitas pelayanan sedang atau sudah baik dan tidak ada responden yang menyatakan kualitas pelayanannya rendah.
28
Elemen Kehandalan Elemen kehandalan dilihat dari kemampuan petugas pelayanan untuk memberikan beragam pelayanan yang tersedia, ketepatan petugas dalam memberikan suatu pelayanan, ketepatan waktu dalam menyelesaikan suatu pelayanan, kemampuan memberikan informasi akurat mengenai pelayanan yang ada, dan pelaksanaan pelayanan yang sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Tabel 6. Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kualitas pelayanan kecamatan Pasar Minggu dan Jagakarsa pada elemen kehandalan Pasar Minggu Jagakarsa Kehandalan n % n % Rendah 0 0 0 0 Sedang 16 53,3 27 90,0 Tinggi 14 46,7 3 10,0 Mayoritas dari responden di kecamatan Pasar Minggu berpendapat bahwa berdasarkan elemen kehandalannya, kualitas pelayanan publik di kecamatan Pasar Minggu adalah sedang, namun tidak sedikit juga yang berpendapat kualitasnya tinggi. Pada elemen ini, 16 dari 30 responden menyatakan kualitas pelayanannya sudah baik dan 14 sisanya menyatakan kualitasnya sangat baik. Untuk kecamatan Jagakarsa, mayoritas dari responden setuju bahwa pelayanan publik yang diberikan kualitasnya adalah sedang dan hanya tiga responden yang menyatakan kualitasnya tinggi. Pada elemen meskipun mayoritas di kedua kecamatan tetap berpendapat kualitas yang diberikan adalah sedang atau sudah baik, terlihat jelas perbedaan di hasil olah kuisioner antar kecamatan namun tetap tidak ada responden yang berpendapat kualitas pelayanan yang diberikan rendah. Elemen Responsif Elemen responsif dilihat dari kemampuan petugas pelayanan dalam memberikan penjelasan yang mudah dimengerti, adanya kesempatan yang diberikan bagi masyarakat pengguna pelayanan untuk bertanya kepada petugas pelayanan, perhatian yang diberikan oleh petugas pelayanan, serta ketersediaan petugas pelayanan yang mudah ditemui dan dihubungi. Tabel 7. Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kualitas pelayanan kecamatan Pasar Minggu dan Jagakarsa pada elemen responsif Responsif Rendah Sedang Tinggi
Pasar Minggu n % 0 0 2 6,7 28 93,3
Jagakarsa n 0 11 19
% 0 36,7 63,3
29
Responden di kecamatan Pasar Minggu menyatakan bahwa kualitas pelayanan di PTSP kecamatan tersebut adalah tinggi. Hanya dua dari total 30 responden yang berpendapat kualitasnya sedang. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas pelayanan pada elemen responsif di kecamatan Pasar Minggu adalah sudah sangat baik. Petugas pelayanan yang ada di PTSP juga menyatakan bahwa ada pelatihan yang mereka jalani sebelum ditugaskan untuk memberikan pelayanan di PTSP tersebut. Untuk kecamatanJagakarsa mayoritas responden juga menyatakan kualitasnya elemen responsifnya tinggi namun terdapat perbedaan sebesar 30 persen dari kecamatan Pasar Minggu. Kecamatan Jagakarsa mendapat skor 63,3 persen untuk kepuasan tinggi dan sebesar 11 responden atau 36,7 persen menyatakan kualitas pelayanannya sedang. Perbedaan ini cukup mencolok jika dibandingkan dengan kecamatan Pasar Minggu, pegawai PTSP di kedua kecamatan juga mendapatkan pelatihan sebelum bertugas melayani masyarakat.
Elemen Jaminan Elemen jaminan dilihat melalui kesesuaian proses pelayanan dengan prosedur yang berlaku, kesesuaian proses pelayanan dengan jangka waktu yang telah ditetapkan, perlakuan sama yang diberikan kepada setiap orang yang menggunakan pelayanan, kemudahan dalam mengakses rincian biaya pelayanan, serta kemudahan dalam mengakses informasi mengenai persyaratan pelayanan. Pada elemen jaminan, mayoritas responden di kecamatan Pasar Minggu berpendapat bahwa kualitas yang diberikan adalah sedang atau sudah cukup baik sebesar 22 responden atau 73,3 persen dan delapan orang atau 26,7 persen berpendapat kualitasnya sudah sangat baik. Tidak ada responden yang berpendapat kualitas pelayanannya rendah atau kurang baik, hal tersebut dapat dilihat di tabel berikut ini Tabel 8. Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kualitas pelayanan kecamatan Pasar Minggu dan Jagakarsa pada elemen jaminan Jaminan Rendah Sedang Tinggi
Pasar Minggu n % (persen) 0 0 22 73,3 8 26,7
Jagakarsa n % (persen) 0 0 27 90,0 3 10,0
Sedangkan hasil olah data dari kuisioner yang disebar kepada responden di kecamatan Jagakarsa untuk elemen jaminan mendapatkan skor yang nyaris sama dengan kecamatan Pasar Minggu. Mayoritas responden berpendapat bahwa kualitas pelayanan di elemen jaminan adalah sedang atau sudah cukup baik namun hanya tiga dari total 30 responden atau 10 persen yang berpendapat bahwa kualitasnya sangat baik. Sedangkan kecamatan Pasar Minggu memiliki skor 26,7 persen responden yang menyatakan kualitasnya tinggi atau sangat baik.
30
Elemen Perhatian Elemen perhatian dilihat melalui petugas pelayanan bersikap sopan dan ramah, kesungguhan petugas pelayanan dalam memberikan pelayanan, perhatian penuh yang diberikan oleh petugas pelayanan saat proses pelayanan, dan kesiapan petugas pelayanan dalam memberikan informasi pada pengguna pelayanan yang kebingungan. Tabel 9. Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kualitas pelayanan kecamatan Pasar Minggu dan Jagakarsa pada elemen perhatian Perhatian Rendah Sedang Tinggi
Pasar Minggu n % (persen) 0 0 1 3,3 29 96,7
Jagakarsa n % (persen) 0 0 7 23,3 23 76,7
Untuk elemen perhatian, nyaris seluruh responden menyatakan kualitasnya sudah tinggi atau sangat baik dan hanya satu responden yang berpendapat kualitasnya sedang. Hal ini menujukkan kualitas pelayanan sangat baik dari segi elemen perhatian di PTSP kecamatan Pasar Minggu. Senada dengan kecamatan Pasar Minggu, mayoritas responden di kecamatan Jagakarsa juga menyatakan bahwa kualitas pelayanannya dari segi elemen perhatian sudah tinggi atau sangat baik. Namun jumlah responden yang menyatakan bahwa kualitasnya sedang atau cukup baik lebih tinggi dibandingkan kecamatan Pasar Minggu yaitu sebesar tujuh orang atau 23,3 persen dari keseluruhan persentase responden. Di kedua kecamatan tidak ada responden yang berpendapat kualitas pelayanannya rendah atau kurang baik, secara keseluruhan responden menyatakan kualitas yang baik dari pelayanan PTSP yang diberikan di kedua kecamatan tersebut.
Ikhtisar Dari hasil olah data kuisioner yang telah disebar dan diisi oleh responden dimana respondennya adalah masyarakat pengguna pelayanan masyarakat yang diberikan oleh PTSP yang berlokasi di masing-masing kantor kecamatan sejumlah 30 responden per kecamatan dan total 60 responden, dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan publik yang diberikan dinilai berdasarkan lima elemen yaitu bukti fisik, kehandalan, responsif, jaminan, dan perhatian menurut pendapat masyarakat adalah cukup baik. Kecamatan Pasar Minggu mendapatkan nilai total yang lebih tinggi dibandingkan dengan kecamatan Jagakarsa namun secara umum keduanya mendapatkan penilaian kualitas yang seimbang dimana untuk elemen bukti fisik 63,3 persen responden di kecamatan Pasar Minggu menyatakan kualitasnya sudah cukup baik dan 53,3 persen responden di kecamatan Jagakarsa juga menyatakan hal yang sama. Kecamatan Pasar Minggu dan Jagakarsa juga mendapatkan
31
penilaian sedang atau cukup baik untuk kualitas pelayanannya berdasarkan elemen kehandalan dan jaminan. Sedangkan untuk elemen responsif dan perhatian, mayoritas responden di kedua kecamatan berpendapat kualitasnya sudah cukup baik atau sedang. Kualitas sedang yang didapat oleh kedua kecamatan juga dibuktikan dengan tidak adanya responden yang menyatakan kualitas pelayanan yang kurang baik.
KEPUASAN TERHADAP PELAYANAN PUBLIK
Kepuasan akan pelayanan publik di kedua kecamatan dilihat melalui lima elemen yaitu elemen tangible (bukti fisik), reliability (kehandalan), responsiveness (responsif), assurance (jaminan), dan empathy (perhatian). Dalam bab ini dijelaskan dan dibandingkan hasil kuisioner kepuasan masyarakat atas pelayanan publik yang diberikan di dua kecamatan yaitu kecamatan Pasar Minggu dan kecamatan Jagakarsa serta hubungan antara kualitas pelayanan yang diberikan dengan tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan PTSP.
Elemen Bukti Fisik Elemen bukti fisik yang dilihat adalah lingkungan tempat pelayanan yang rapi dan bersih, lokasi tempat pelayanan yang mudah ditemukan, ketersediaan fasilitas pendukung yang memadai seperti meja dan kursi, nomor antrian, dan lainnya, kelayakan dari fasilitas pendukung yang ada, serta penampilan petugas yang rapi dan mudah dikenali. Tabel 10. Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kepuasan atas pelayanan kecamatan Pasar Minggu dan Jagakarsa pada elemen bukti fisik Pasar Minggu Jagakarsa Bukti Fisik n % n % Rendah 0 0 0 0 Sedang 16 53,3 16 53,3 Tinggi 14 46,7 14 46,7 Untuk elemen bukti fisik, pendapat responden di kecamatan Pasar Minggu terbagi menjadi dua dimana mayoritasnya sebesar 16 responden atau 53,3 persen berpendapat kepuasan yang mereka dapat dari pelayanan adalah sedang yaitu cukup puas dan sebagian lainnya sebesar 14 responden atau 46,7 persen berpendapat mereka sudah sangat puas dengan pelayanan yang diberikan. Tidak ada responden yang berpendapat bahwa pelayanan kurang memuaskan. Pada kecamatan Jagakarsa, kepuasan pengguna pelayanan publik terhadap elemen bukti fisik menunjukkan hasil yang persis sama dengan kecamatan Pasar Minggu dimana 16 responden berpendapat pelayanan yang diberikan sudah cukup memuaskan dan 14 lainnya berpendapat pelayanan yang diberikan sangat memuaskan. Di kecamatan ini juga tidak ada responden yang berpendapat pelayanannya kurang memuaskan.
34
Elemen Kehandalan Elemen kehandalan dilihat dari kemampuan petugas pelayanan untuk memberikan beragam pelayanan yang tersedia, ketepatan petugas dalam memberikan suatu pelayanan, ketepatan waktu dalam menyelesaikan suatu pelayanan, kemampuan memberikan informasi akurat mengenai pelayanan yang ada, dan pelaksanaan pelayanan yang sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Tabel 11. Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kepuasan atas pelayanan kecamatan Pasar Minggu dan Jagakarsa pada elemen kehandalan Pasar Minggu Jagakarsa Kehandalan n % n Rendah 0 0 0 Sedang 15 50,0 27 Tinggi 15 50,0 3
% 0 90,0 10,0
Kecamatan Pasar Minggu mendapatkan skor yang rata untuk kepuasan pengguna pelayanan atas pelayanan yang diberikan dinilai dari segi elemen kehandalan dimana 15 responden atau 50 persen menyatakan cukup puas dengan pelayanan yang diberikan dan 50 persen lainnya merasa sangat puas dengan pelayanan yang ada. Tidak ada responden yang merasa kurang puas pada elemen ini. Kontras dengan kecamatan Pasar Minggu dimana elemen kehandalan mendapatkan skor kepuasan yang imbang, hasil kuisioner yang diisi oleh responden di kecamatan Jagakarsa mayoritasnya merasa sudah cukup puas oleh pelayanan yang diberikan. Sebesar 27 responden atau 90 persen dari total 30 orang responden menyatakan kepuasan sedang atau sudah cukup puas dan hanya tiga orang responden yang merasakan kepuasan tinggi atau sangat puas.
Elemen Responsif Elemen responsif dilihat dari kemampuan petugas pelayanan dalam memberikan penjelasan yang mudah dimengerti, adanya kesempatan yang diberikan bagi masyarakat pengguna pelayanan untuk bertanya kepada petugas pelayanan, perhatian yang diberikan oleh petugas pelayanan, serta ketersediaan petugas pelayanan yang mudah ditemui dan dihubungi. Tabel 12. Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kepuasan atas pelayanan kecamatan Pasar Minggu dan Jagakarsa pada elemen responsif Pasar Minggu Jagakarsa Responsif n % n Rendah 0 0 0 Sedang 1 3,3 9 Tinggi 29 96,7 23
% 0 30,0 70,0
35
Mayoritas responden di kecamatan Pasar Minggu merasa sangat puas dengan pelayanan yang diberikan di PTSP Pasar Minggu, hal ini ditunjukkan pada hasil olah kuisioner yaitu sebesar 29 responden mengaku merasa kepuasan tinggi dan hanya satu orang responden yang merasakan kepuasan sedang atau cukup baik serta tidak adanya responden yang merasa kurang puas dengan pelayanan yang ada. Sebesar 70 persen responden di kecamatan Jagakarsa juga merasakan kepuasan tinggi atau sangat puas dengan pelayanan di PTSP Jagakarsa dan hanya sembilan responden atau 30 persen dari total responden yang merasakan kepuasan sedang atau cukup puas. Di kedua kecamatan tidak ada responden yang merasa kepuasannya rendah atau tidak puas dengan pelayanan yang diberikan.
Elemen Jaminan Elemen jaminan dilihat melalui kesesuaian proses pelayanan dengan prosedur yang berlaku,kesesuaian proses pelayanan dengan jangka waktu yang telah ditetapkan, perlakuan sama yang diberikan kepada setiap orang yang menggunakan pelayanan, kemudahan dalam mengakses rincian biaya pelayanan, serta kemudahan dalam mengakses informasi mengenai persyaratan pelayanan. Pada elemen jaminan, sebagian besar responden di kecamatan Pasar Minggu merasa cukup puas dengan jumlah responden sebesar 20 orang atau 66,7 persen dan 10 responden sisanya mengaku merasa sangat puas. Tidak ada responden yang merasa kurang puas pada elemen ini. Berbeda dengan kecamatan Pasar Minggu, responden di kecamatan Jagakarsa mayoritasnya mengaku merasa sangat puas, yaitu sebanyak 24 orang atau 80 persen sementara hanya enam responden yang menyatakan cukup puas. Di kecamatan ini juga tidak ada responden yang menyatakan kurang puas atas pelayanan yang diberikan oleh PTSP Jagakarsa. Hasil olahan datanya dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 13. Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kepuasan atas pelayanan kecamatan Pasar Minggu dan Jagakarsa pada elemen jaminan Pasar Minggu Jagakarsa Jaminan n % n % Rendah 0 0 0 0 Sedang 20 66,7 6 20,0 Tinggi 10 33,3 24 80,0
Elemen Perhatian Elemen perhatian dilihat melalui petugas pelayanan bersikap sopan dan ramah, kesungguhan petugas pelayanan dalam memberikan pelayanan, perhatian penuh yang diberikan oleh petugas pelayanan saat proses pelayanan, dan kesiapan petugas pelayanan dalam memberikan informasi pada pengguna pelayanan yang kebingungan.
36
Tabel 14. Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kepuasan atas pelayanan kecamatan Pasar Minggu dan Jagakarsa pada elemen perhatian Pasar Minggu Jagakarsa Perhatian n % n Rendah 0 0 0 Sedang 1 3,3 6 Tinggi 29 96,7 24
% 0 20,0 80,0
Pada elemen perhatian untuk pelayanan PTSP di kecamatan Pasar Minggu, sebesar 29 responden atau 96,7 persen merasakan kepuasan tinggi atau sangat puas dan hanya satu responden yang mengaku merasa cukup puas. Hal senada juga didapatkan dari hasil olah kuisioner responden di kecamatan Jagakarsa dimana 24 responden atau 80 persen dari total 30 responden menyatakan mereka merasa sangat puas atas pelayanan di PTSP Jagakarsa. Hanya enam responden atau 20 persen dari keseluruhan responden yang merasa cukup puas. Tiadanya responden yang menyatakan kurang puas dengan pelayanan PTSP di kedua kecamatan menyatakan kepuasan atas elemen perhatian di kedua tempat sudah tinggi.
Ikhtisar Dari hasil olah data kuisioner yang telah disebar dan diisi oleh responden dimana respondennya adalah masyarakat pengguna pelayanan yang diberikan oleh PTSP di masing-masing kantor kecamatan sejumlah 30 responden per kecamatan dan total 60 responden, dapat disimpulkan bahwa kepuasan terhadap pelayanan publik yang diberikan dinilai berdasarkan lima elemen yaitu bukti fisik, kehandalan, responsif, jaminan, dan perhatian menurut pendapat masyarakat adalah cukup baik atau sedang. Kecamatan Jagakarsa mendapatkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan kecamatan Pasar Minggu namun secara umum keduanya mendapatkan penilaian kualitas yang seimbang dengan hanya berbeda 3,3 persen dari total skor keseluruhan. Kecamatan Pasar Minggu dan Jagakarsa juga mendapatkan penilaian sedang atau cukup baik untuk kepuasan terhadap pelayanannya. Kualitas sedang yang didapat oleh kedua kecamatan juga dibuktikan dengan tidak adanya responden yang menyatakan pelayanannya kurang memuaskan, hal ini tidak lepas dari peran pimpinan Camat di masing-masing kecamatan. Kecamatan Pasar Minggu dan Jagakarsa memiliki tingkat kualitas pelayanan publik yang sedang, kedua kecamatan juga mendapatkan skor kepuasan sedang dari masyarakat pengguna pelayanannya. Dari lima elemen yang ada pada variabel kepuasan masyarakat, di elemen bukti fisik kecamatan Pasar Minggu 16 responden menyatakan kepuasannya adalah sedang dan skor yang sama juga didapatkan oleh kecamatan Jagakarsa. Untuk elemen kehandalan, kecamatan Pasar Minggu mendapatkan nilai seimbang yaitu 50 persen responden menyatakan kepuasan sedang dan 50 persen lainnya menyatakan sangat puas, lain halnya dengan kecamatan Jagakarsa dimana mayoritas responden sebesar 27 orang atau 90 persen menyatakan cukup puas dengan pelayanan yang diberikan.
37
Di elemen responsif, kedua kecamatan mendapatkan mayoritas responden berpendapat sangat puas dengan pelayanan yang diberikan yaitu 29 orang untuk kecamatan Pasar Minggu dan 21 orang untuk kecamatan Jagakarsa. Pada elemen jaminan, kecamatan Pasar Minggu mendapatkan nilai kepuasan yang lebih rendah dengan 20 respondennya atau 66,7 persen berpendapat kepuasannya adalah sedang, kecamatan Jagakarsa mendapatkan 24 responden atau 80 persen menyatakan mereka sangat puas. Elemen yang terakhir adalah elemen perhatian dimana kedua kecamatan mendapatkan hasil yang seimbang yaitu kepuasan tinggi atau sangat puas, kecamatan Pasar Minggu mendapat skor yang sedikit lebih tinggi dengan 29 respondennya menyatakan kualitas tinggi sedangkan di kecamatan Jagakarsa sebesar 24 responden yang menyatakan kualitasnya tinggi. Di kedua kecamatan tidak ada responden yang menyatakan kurang puas atau kepuasannya rendah.
HUBUNGAN KUALITAS, KEPUASAN, DAN GAYA KEPEMIMPINAN
Kualitas dan Kepuasan terhadap Pelayanan Publik Penelitian ini mengkaji hubungan antara kualitas pelayanan yang diberikan dan kepuasan masyarakat yang menggunakan pelayanan PTSP di kantor kecamatan di kecamatan Pasar Minggu dan kecamatan Jagakarsa serta gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Camat. Di masing-masing kecamatan diambil 30 responden untuk kuisioner yang terdiri dari 23 pertanyaan untuk kualitas pelayanan dan 23 pertanyaan untuk kepuasan masyarakat serta 15 responden untuk kuisioner gaya kepemimpinan Camat. Tahap pertama dalam mengolah data adalah menjumlahkan skor berdasarkan jawaban yang diberikan oleh responden. Pada setiap pertanyaan skor terendahnya adalah 1 dan skor tertingginya 4 dengan total skor terendah adalah 23 dan skor tertinggi 92. Dari total skor ini dikategorikan menjadi 3 yaitu skor rendah 23-46, skor sedang 47-69, dan skor tinggi 70-92 dan hal ini berlaku untuk kedua variabel yaitu kualitas dan kepuasan. Untuk kuisioner gaya kepemimpinan Camat, setiap jawaban dalam kuisioner mencerminkan gaya kepemimpinan yang berbeda dan total jawaban terbanyak di setiap pertanyaan menunjukkan gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Camat.
Kecamatan Pasar Minggu Pada kecamatan Pasar Minggu, hasil yang didapat dari olahan kuisioner kualitas dan kepuasan atas pelayanan publik yang diberikan dalam kasus ini adalah PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu) terhadap 30 responden yang merupakan pengguna pelayanan PTSP di kantor kecamatannya menggunakan Rank Spearman dapat dilihat di tabel pada halaman berikut Tabel 15. Korelasi tingkat kepuasan masyarakat dan tingkat kualitas pelayanan di kecamatan Pasar Minggu TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT TINGKAT RENDAH SEDANG TINGGI TOTAL KUALITAS PELAYANAN n % n % n % n % RENDAH 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% SEDANG 0 0% 7 100% 5 21,7% 12 40% TINGGI 0 0% 0 0% 18 78,3% 18 60% TOTAL 0 0% 7 100% 23 100% 30 100% Berdasarkan tabel 17, dapat dilihat adanya hubungan yang kuat antara kedua variabel yaitu tingkat kualitas pelayanan dan tingkat kepuasan masyarakat di kecamatan Pasar Minggu dengan nilai kolerasi 0.676. Hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi kualitas pelayanan kecamatan maka semakin tinggi tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kecamatan tersebut. Dibuktikan dengan sebanyak 18 responden atau 60 persen dari responden berpendapat hubungan
40
kualitas pelayanan dan tingkat kepuasan mereka terhadap pelayanan PTSP di kecamatan adalah tinggi. Dari 30 total responden di kecamatan Pasar Minggu, hanya tujuh yang menyatakan hubungan kualitas pelayanan dan tingkat kepuasannya adalah sedang. Tidak ada satupun responden yang berpendapat kualitas pelayanan dan kepuasannya adalah rendah. Hal ini membuktikan kualitas pelayanan yang diberikan oleh kecamatan Pasar Minggu dapat dinyatakan cukup baik. Hasil ini diperkuat pula oleh kenyataan pegawai kecamatan telah mendapatkan beragam pelatihan sebelum bertugas di PTSP dan karenanya mampu memberikan pelayanan dengan baik sesuai dengan prosedur serta fasilitas pelayanan yang ada di kantor kecamatan sudah terhitung lengkap. Kecamatan Jagakarsa Pada kecamatan Pasar Minggu, hasil yang didapat dari olahan kuisioner kualitas dan kepuasan atas pelayanan publik yang diberikan dalam kasus ini adalah PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu) terhadap 30 responden yang merupakan pengguna pelayanan PTSP di kantor kecamatannya menggunakan Rank Spearman dapat dilihat di tabel berikut ini Tabel 16. Korelasi tingkat kepuasan masyarakat dan tingkat kualitas pelayanan di kecamatan Jagakarsa TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT TINGKAT RENDAH SEDANG TINGGI KUALITAS PELAYANAN n % n % n % RENDAH 0 0% 0 0% 0 0% SEDANG 0 0% 16 100% 2 14,28% TINGGI 0 0% 0 0% 12 85,72% TOTAL 0 0% 16 100% 14 100%
TOTAL n % 0 0% 18 60% 12 40% 30 100%
Berdasarkan tabel, dapat dilihat adanya hubungan yang kuat antara kedua variabel yaitu tingkat kualitas pelayanan dan tingkat kepuasan masyarakat di kecamatan Jagakarsa dengan nilai korelasi koefisiennya 0,873 dimana semakin tinggi kualitas pelayanan kecamatan maka semakin tinggi tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kecamatan tersebut. Dibuktikan dengan sebanyak 12 responden atau 40 persen dari responden berpendapat hubungan kualitas pelayanan dan tingkat kepuasan mereka terhadap pelayanan PTSP di kecamatan adalah tinggi. Kemudian 16 responden atau 53,3 persen berpendapat tingkat kualitas dan kepuasannya adalah sedang. Tidak ada satupun responden yang berpendapat kualitas pelayanan dan kepuasannya adalah rendah. Hal ini membuktikan kualitas pelayanan yang diberikan oleh kecamatan Jagakarsa dapat dinyatakan sudah cukup baik atau sedang. Hasil ini diperkuat pula oleh kenyataan pegawai kecamatan telah mendapatkan beragam pelatihan sebelum bertugas di PTSP dan karenanya mampu memberikan pelayanan dengan baik sesuai dengan prosedur serta fasilitas pelayanan yang ada di kantor kecamatan sudah terhitung lengkap.
41
Gaya Kepemimpinan dan Kepuasan Masyarakat
Camat di kecamatan Pasar Minggu memiliki kecenderungan untuk menggunakan gaya kepemimpinan konsultatif sedangkan Camat di kecamatan Jagakarsa cenderung sering menggunakan gaya kepemimpinan partisipatif. Kedua kecamatan juga memiliki total nilai kepuasan yang berbeda berdasarkan hasil pendapat responden. Tabel 17. Perbandingan gaya kepemimpinan dan kepuasan masyarakat Elemen Kepuasan Gaya Bukti Kehanda Kepemimpinan Fisik lan Responsif Jaminan Perhatian Pasar Minggu Konsultatif 46,7 50,0 96,7 33,3 96,7 Jagakarsa Partisipatif 46,7 50,0 70,0 80,0 80,0
Total 323,4 326,7
Dari tabel 17 dapat dilihat bahwa Camat yang menggunakan gaya kepemimpinan partisipatif mendapatkan skor kepuasan masyarakat yang relatif seimbang dibandingkan dengan yang menggunakan gaya kepemimpinan partisipatif dengan hanya berbeda 3,3 poin. Untuk gaya kepemimpinan partisipatif, pegawai kecamatan Jagakarsa mengaku merasa puas dengan gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Camat mereka, dengan dilibatkan dan adanya keleluasaan dalam melaksanakan tugas yang diberikan. Sedangkan untuk gaya kepemimpinan konsultatif, pegawai kantor kecamatan Pasar Minggu juga mengaku puas dengan gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Camatnya. Mereka merasa dilibatkan dan diberikan kesempatan untuk belajar, karena tidak semata-mata dimintai pendapatnya tetapi juga mereka ditunjukkan pertimbangan-pertimbangan yang dimiliki oleh Camat dalam menentukan keputusan akhir. Selain itu, Camat juga dinilai oleh pegawainya bersikap adil. Contohnya untuk pembagian upah dan bonus kepada pegawai, pengaturan dilakukan setelah mendengarkan masukan dan saran dari pegawainya dan juga dalam memberikan tugas, beliau jarang serta merta angkat tangan dari tugas yang sudah dilimpahkan kepada pegawainya dan sering kali memberikan pengawasan dalam pelaksanaan tugas tersebut. Perbedaan yang cukup mencolok antara kedua kecamatan adalah tingkat pendidikan pegawainya. Hal ini menjadi perhatian saat menggunakan gaya kepemimpinan partisipatif yang membutuhkan pegawai yang memiliki kemampuan dan kompentensi tinggi karena tingkat keleluasaan yang diberikan oleh pimpinan sedangkan tingkat pendidikan pegawai kecamatan Jagakarsa secara umum lebih rendah dibandingkan dengan kecamatan Pasar Minggu. Selain itu lokasi kantor kecamatan Jagakarsa yang kurang strategis jika dibandingkan dengan kantor kecamatan Pasar Minggu yang terletak persis di pinggir jalan dan dilalui banyak kendaraan umum membuat akses ke kantor kecamatan Jagakarsa menjadi lebih sulit.
42
Tabel 18. Hubungan antara gaya kepemimpinan Camat dan tingkat kepuasan masyarakat TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT RENDAH SEDANG TINGGI TOTAL GAYA KEPEMIMPINAN n % n % n % n % Pasar Minggu Konsultatif 0 0% 7 23,3% 23 76,7% 30 100% Jagakarsa Partisipatif 0 0% 16 53,3% 14 46,7% 30 100% TOTAL
0
0%
23
38,3%
37
61,7%
60
100%
Dari tabel 18, hasil perhitungan uji korelasi Chi Square untuk gaya kepemimpinan dan tingkat kepuasan yang dirasakan oleh masyarakat di kedua kecamatan didapatkan nilai korelasi sebesar 0,017, ini menunjukkan adanya hubungan antara gaya kepemimpinan yang diterapkan dengan nilai kepuasan yang didapatkan. Gaya kepemimpinan ini berpengaruh pada kepuasan yang dirasakan oleh masyarakat di kedua kecamatan, meskipun ada perbedaan mecolok dalam tingkat pendidikan dan lokasi kantor kecamatan. Kepemimpinan partisipatif yang diterapkan di kecamatan Jagakarsa membuka banyak peluang bagi pegawainya untuk bisa saling belajar, saling percaya, dan merasa ada reward yang diberikan oleh Camatnya. Kepemimpinan ini mampu mendukung pelayanan publik yang diberikan oleh kantor kecamatan Jagakarsa sehingga masyarakat merasa cukup puas dengan layanan yang diberikan. Kecamatan Pasar Minggu, dengan tingkat pendidikan pegawai yang sudah tinggi dan lokasi yang mudah dijangkau, hanya membutuhan sedikit dukungan untuk mencapai tingkat kepuasan masyarakat sedang. Camatnya menyadari potensi yang ada dan karenanya menerapkan kepemimpinan konsultatif. Pegawai kecamatan juga merasa mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan sehingga mampu memberikan layanan yang maksimal.
Ikhtisar Baik di kecamatan Pasar Minggu maupun kecamatan Jagakarsa, variabel kualitas dan kepuasan atas pelayanan publik yang diberikan menunjukkan adanya hubungan yang kuat satu sama lain. Di kecamatan Pasar Minggu, nilai korelasi yang didapatkan adalah 0,676 sedangkan kecamatan Jagakarsa menunjukkan nilai yang lebih besar yaitu 0,873. Maka dapat disimpulkan, semakin baik kualitas pelayanan yang diberikan maka akan semakin besar pula kepuasan yang dirasakan oleh masyarakat pengguna pelayanan tersebut. Hal ini tidak lepas dari peran gaya kepemimpinan Camat di masingmasing kecamatan. Hasil uji korelasi Chi Square menghasilkan nilai korelasi sebesar 0,017 antara gaya kepemimpinan yang diterapkan dan skor total kepuasan masyarakat yang didapat, hal ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan mempengaruhi kepuasan yang didapat.
43
Wawancara dengan pegawai di kedua kecamatan mengenai gaya kepemimpinan Camatnya menyatakan bahwa pelayanan publik yang diberikan meskipun ditugaskan oleh gubernur namun dalam pelaksanaannya tidak lepas dari arahan dan pengawasan Camat. Pegawai kantor kecamatanpun merasa puas karena dilibatkan dalam pengambilan keputusan dan hal ini berpengaruh dalam kinerja mereka dalam memberikan pelayanan kepada publik. Kepemimpinan Camat yang diterapkan mampu mendorong pegawainya untuk memberikan pelayanan yang cukup baik meskipun terdapat perbedaan di antara kedua kecamatan seperti tingkat pendidikan pegawai pemberi pelayanan dan lokasi kantor kecamatan. Wawancara dengan masyarakat pengguna pelayanan PTSP, secara umum mereka berpendapat bahwa pelayanan sudah baik bahkan jauh lebih baik dibandingkan dengan beberapa tahun lalu. Karena metode sampling yang digunakan adalah accidental sampling, maka hasil yang didapat dalam penelitian ini mencerminkan pendapat dari keseluruhan responden, bukan keseluruhan populasi pengguna pelayanan PTSP. Dari hasil olah data dapat dilihat bahwa secara umum kualitas pelayanan yang diberikan oleh kedua kecamatan adalah cukup baik atau sedang, senada dengan kepuasan yang dirasakan oleh masyarakatnya.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Berdasarkan penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Gaya kepemimpinan Camat Kecamatan Pasar Minggu berbeda dengan Camat Kecamatan Jagakarsa. Camat Kecamatan Pasar Minggu cenderung menggunakan gaya kepemimpinan konsultatif, sedangkan Camat Kecamatan Jagakarsa cenderung menggunakan gaya kepemimpinan partisipatif. 2. Tingkat kepuasan dan kualitas pelayanan publik di kedua kecamatan pada taraf sama-sama sedang. Masyarakat di kedua kecamatan berpendapat kualitas pelayanan publik sudah cukup baik dan sudah merasa cukup puas dengan pelayanan publik yang diberikan melalui PTSP di masing-masing kecamatan. Namun kecamatan Pasar Minggu cenderung memiliki skor kepuasan dan kualitas pelayanan publik lebih tinggi dibandingkan kecamatan Jagakarsa. 3. Ada hubungan antara kualitas pelayanan yang diberikan dan kepuasan masyarakat di kedua kecamatan. Kualitas pelayanan yang diberikan berpengaruh pada kepuasan publik. Hal ini ditemukan dengan ciri jika kualitas dari pelayanan yang diberikan semakin baik, maka semakin tinggi pula kepuasan yang dirasakan oleh masyarakat. 4. Gaya kepemimpinan Camat berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pelayanan yang diterima oleh masyarakat. Kepemimpinan partisipatif dapat memberikan tingkat pelayanan sedang, meskipun tingkat pendidikan pegawai pemberi pelayanan lebih rendah. Sedangkan untuk kepemimpinan konsultatif dapat memberikan tingkat pelayanan sedang karena didukung oleh tingkat pendidikan pegawai pemberi pelayanan yang tinggi. Dengan demikian, gaya kepemimpinan yang ideal untuk digunakan di kecamatankecamatan di DKI Jakarta adalah partisipatif atau konsultatif.
Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik ditarik beberapa hal yang dapat dijadikan masukan atau saran diantaranya sebagai berikut: 1. Pelayanan kecamatan yang diberikan oleh kecamatan Pasar Minggu dan kecamatan Jagakarsa sudah cukup baik atau sedang dan sepatutnya ditingkatkan hingga menjadi tinggi, serta pertahankan pula kualitas pelayanan PTSP di masing-masing kantor kecamatannya seperti kebersihan, kesediaan fasilitas, dan pegawai PTSP yang ramah dan mudah dihubungi. 2. Diadakannya sosialisasi PTSP kepada masyarakat yang lebih luas agar masyarakat mendapatkan informasi yang lebih jelas mengenai pelayanan yang diberikan oleh kecamatan seperti contohnya melalui selebaran atau spanduk di lokasi-lokasi yang strategis.
DAFTAR PUSTAKA
Arisman. 2014. Mengukur Kepuasan Masyarakat dan Kualitas Pelayanan Publik. [Internet]. [Dikutip 4 Desember 2015]. Dapat diunduh dari: http://jakarta.kemenkumham.go.id/download/karya-ilmiah/pelayananpublik/71-mengukur-kepuasan-masyarakat-dan-kualitas-pelayanan-publik/file Desianty S. 2005 Januari. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Komitmen Organisasi Pada PT POS Indonesia (Persero) Semarang. Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi. [Internet]. [Dikutip 8 Oktober 2013]. Volume 2 (1). Halaman 70. Dapat diunduh dari: http://eprints.undip.ac.id/14970/1/Pengaruh_Gaya_Kepemimpinan_Terhadap... .by_Sovyia_Desianty_(OK).pdf Fahmi I. 2013. Perilaku Organisasi Teori, Aplikasi, dan Kasus. Bandung [ID]: Alfabeta Harianta J. 2012. Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai di Kantor Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali. Jurnal Transformasi. [Internet]. [Dikutip 10 Oktober 2013]. Volume XIV (22). Halaman 1. Dapat diunduh dari: http://ejournal.unisri.ac.id/index.php/Transformasi/article/download/35/8 Jumanta. 2011. Mengukur Kepuasan Masyarakat terhadap Pelayanan Pendidikan. [Internet]. [Dikutip 4 Desember 2015]. Dapat diunduh dari: http://jumanta.com/download/doc_view/3-mengukur-kepuasan masyarakat.raw?tmpl=component Kingseng RA. 2010. Perubahan Status dan Kewenangan Camat Serta Implikasinya. Dalam: Kolopaking LM, editor. Kecamatan Untuk Kesejahteraan Rakyat. Bogor [ID]: PSP3 Northouse PG. 2007. Leadership: Theory and Practice. Edisi ke-4. California [US]: Sage Publication, Inc [PERGUB] Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 146 Tahun 2009 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan Randhita R. 2009. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai Organisasi Pemerintah Kelurahan (Kasus Kelurahan Ciparigi, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor). [Skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 136 hal. Sancoko, B. 2010. Pengaruh Remunerasi terhadap Kualitas Pelayanan Publik. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi. [internet]. [dikutip 3 April 2014]. 17(1): 43-51. Dapat diunduh dari: http://journal.ui.ac.id/index.php/jbb/article/viewFile/625/610 [UU] Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah [UU] Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah Yayan, E. 2014. Jumlah Tenaga Medis di Perdesaan Masih Belum Ideal. [Internet]. [Dikutip 20 Maret 2014]. Dapat diunduh dari: http://borneonews.co.id/index.php/kalteng/barito/utara/item/10348-jumlahtenaga-medis-di-perdesaan-masih-belum-ideal
LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel lampiran jadwal pelaksanaan penelitian Kegiatan
2014 | 2015 Maret
April
Juli
Septembe r
Oktober
Novemb er
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 Menyus un proposal skripsi Kolokiu m Perbaika n proposal Pengam bilan data Lapang Pengola han dan analisis data Penyusu nan draft Skripsi Sidang skripsi Perbaika n laporan Penelitia n
Lampiran 2. Tabel hasil pengolahan data SPSS
Hubungan tingkat kepuasan masyarakat dan tingkat kualitas kecamatan Pasar Minggu
pelayanan di
Hubungan tingkat kepuasan masyarakat dan tingkat kualitas kecamatan Jagakarsa
pelayanan di
50
Hubungan gaya kepemimpinan dan tingkat kepuasan masyarakat di kedua kecamatan Chi-Square Tests Value Pearson ChiSquare Continuity Correctionb Likelihood Ratio Fisher's Exact Test N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2-sided)
df
5.711a
1
.017
4.512
1
.034
5.829
1
.016
Exact Sig. (2-sided)
.033
Exact Sig. (1-sided)
.016
60
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.50. b. Computed only for a 2x2 table
Lampiran 3. Kuisioner untuk masyarakat
Nomor Responden Hari, Tanggal Survei Tanggal Entri Data
KUISIONER Analisis Kualitas Pelayanan Publik Kantor Kecamatan di Kecamatan di DKI Jakarta Peneliti bernama Diba Safitri, merupakan mahasiswi Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Saat ini sedang melakukan penelitian mengenai kualitas pelayanan publik kecamatan di dua kecamatan di DKI Jakarta yaitu Kecamatan Pasar Minggu dan Kecamatan Jagakarsa. Penelitian ini merupakan syarat bagi kelulusan studi peneliti di jenjang Sarjana (S1). Peneliti berharap Bapak/Ibu/Saudara/i menjawab kuisioner ini dengan lengkap dan jujur. Apapun bentuk jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara/I berikan akan menjadi data yang berharga bagi kelancaran penelitian ini. Identitas dan jawaban dijamin kerahasiaannya dan semata-mata hanya akan digunakan untuk kepentingan penulisan skripsi. Terima kasih atas perhatian, bantuan, dan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i dalam menjawab kuisioner ini.
1. IDENTITAS RESPONDEN Nama lengkap
:
Jenis kelamin*
: ( )L/( )P
Umur
:
Suku
:
Alamat
:
No. Telp/HP
:
Lama tinggal di lokasi
:
Tahun.
Tahun.
50
Pendidikan terakhir*
: ( ) Tidak Sekolah ( ) SD (Tamat/Tidak Tamat) ( ) SMP (Tamat/Tidak Tamat) ( ) SMA (Tamat/Tidak Tamat) ( ) Universitas (Tamat/Tidak Tamat) ( ) Lainnya.........
Status kependudukan*
: ( ) Asli ( ) Pendatang, dari…………
Status perkawinan*
: ( ) Belum menikah ( ) Menikah ( ) Cerai Hidup ( ) Cerai Mati
Pekerjaan utama *
: ( ) Petani ( ) Nelayan ( ) Pegawai Swasta ( ) Pegawai Negeri ( ) Pelajar ( ) Lainnya:………………….
Pekerjaan sampingan
:
* Beri tanda silang(X) pada pilihan jawaban yang disediakan
II. TINGKAT KEPUASAN TERHADAP PELAYANAN TERPADU Catatan : TS = tidak setuju KS =kurang setuju S = setuju SS = sangat setuju NO
1
ASPEK
Tangible (Bukti Fisik)
TP = Tidak Puas KP = Kurang Puas P = Puas SP = Sangat Puas
PERTANYAAN 1. Lingkungan tempat pelayanan rapi dan bersih 2. Lokasi tempat pelayanan mudah ditemukan
JAWABAN TS – TP – KS – KP – S– P– SS SP TP – TS – KP – KS – P– S–
51
SS 3. Tersedia fasilitas pendukung pelayanan yang memadai (bangku, meja, nomor antrian, dll) 4. Fasilitas pendukung berada dalam kondisi layak 5. Penampilan petugas pelayanan sopan, rapi, dan mudah dikenali
2
3
Reliability (Kehandalan)
Responsiveness (Responsif)
TS – KS – S– SS TS – KS – S– SS TS – KS – S– SS
6. Petugas pelayanan memiliki kemampuan untuk memberikan beragam pelayanan yang tersedia
TS – KS – S– SS
7. Petugas pelayanan memiliki ketepatan tinggi dalam memberikan suatu pelayanan
TS – KS – S– SS
8. Petugas pelayanan memiliki ketepatan waktu tinggi dalam menyelesaikan suatu pelayanan
TS – KS – S– SS
9. Petugas pelayanan memberikan informasi akurat mengenai pelayanan yang diberikan
TS – KS – S– SS
10. Pelayanan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
TS – KS – S– SS
11. Petugas pelayanan mampu memberikan penjelasan yang mudah dimengerti
TS – KS – S– SS
SP TP – KP – P– SP TP – KP – P– SP TP – KP – P– SP TP – KP – P– SP
TP – KP – P– SP TP – KP – P– SP
TP – KP – P– SP TP – KP – P– SP TP – KP – P– SP
52
12. Petugas pelayanan memberikan kesempatan bagi masyarakat pengguna pelayanan untuk bertanya 13. Petugas pelayanan memperhatikan kebutuhan masyarakat 14. Petugas pelayanan mudah ditemui dan dihubungi 15. Proses pelayanan sesuai dengan prosedur yang berlaku
4
Assurance (Jaminan)
TS – KS – S– SS TS – KS – S– SS TS – KS – S– SS
16. Proses pelayanan selesai sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan
TS – KS – S– SS
17. Setiap orang mendapatkan perlakuan yang sama dalam proses pelayanan
TS – KS – S– SS
18. Rincian biaya pelayanan dapat diakses dengan mudah 19. Informasi mengenai persyaratan pelayanan dapat diakses dengan mudah 20. Petugas pelayanan bersikap sopan dan ramah 5
TS – KS – S– SS
Emphaty (Perhatian) 21. Petugas pelayanan bersikap sungguhsungguh dalam
TP – KP – P– SP
TP – KP – P– SP TP – KP – P– SP TP – KP – P– SP TP – KP – P– SP TP – KP – P– SP
TS – KS – S– SS TS – KS – S– SS
TP – KP – P– SP TP – KP – P– SP
TS – KS – S– SS TS – KS – S– SS
TP – KP – P– SP TP – KP – P– SP
53
memberikan pelayanan 22. Petugas pelayanan memberikan perhatian penuh saat proses pelayanan 23. Petugas pelayanan selalu siap memberikan informasi pada pengguna pelayanan yang kebingungan
TS – KS – S– SS TS – KS – S– SS
TP – KP – P– SP TP – KP – P– SP
Lampiran 4. Kuisioner untuk pegawai kantor kecamatan
Nomor Responden Hari, Tanggal Survei Tanggal Entri Data
KUISIONER Analisis Kualitas Pelayanan Publik Kantor Kecamatan di Kecamatan di DKI Jakarta Gaya Kepemimpinan Camat Peneliti bernama Diba Safitri, merupakan mahasiswi Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Saat ini sedang melakukan penelitian mengenai kualitas pelayanan publik kecamatan di dua kecamatan di DKI Jakarta yaitu Kecamatan Pasar Minggu dan Kecamatan Jagakarsa. Penelitian ini merupakan syarat bagi kelulusan studi peneliti di jenjang Sarjana (S1). Peneliti berharap Bapak/Ibu/Saudara/i menjawab kuisioner ini dengan lengkap dan jujur. Apapun bentuk jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara/I berikan akan menjadi data yang berharga bagi kelancaran penelitian ini. Identitas dan jawaban dijamin kerahasiaannya dan semata-mata hanya akan digunakan untuk kepentingan penulisan skripsi. Terima kasih atas perhatian, bantuan, dan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i dalam menjawab kuisioner ini.
1. IDENTITAS RESPONDEN Nama lengkap
:
Jenis kelamin*
: ( )L/( )P
Umur
:
Alamat
:
No. Telp/HP
:
Pendidikan terakhir*
: ( ) Tidak Sekolah
Tahun.
( ) SD (Tamat/Tidak Tamat)
56
( ) SMP (Tamat/Tidak Tamat) ( ) SMA (Tamat/Tidak Tamat) ( ) Universitas (Tamat/Tidak Tamat) ( ) Lainnya......... Jabatan di Kantor Kecamatan
:
* Beri tanda silang(X) pada pilihan jawaban yang disediakan
KUISIONER GAYA KEPEMIMPINAN CAMAT 1. Bagaimanakah cara pemimpin (Camat) dalam pemecahan masalah berkaitan dengan kesejahteraan pegawai? a. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dilakukan oleh Camat. b. Pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dilakukan oleh Camat setelah mendengarkan masukan/saran dari pegawai. c. Camat dan pegawai terlibat dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah bersama. d. Camat mendelegasikan pengambilan keputusan dan pemecahan masalah kepada pegawai. 2. Bagaimanakah cara pemimpin (Camat) anda, ketika anda memberikan saran/masukan? a. Tidak menerima saran/masukan. b. Menerima tetapi keputusan sepenuhnya ditentukan pemimpin. c. Menerima dan mendiskusikan saran/masukan dengan pegawai. d. Menerima saran/masukan dan keputusan sepenuhnya ditentukan pegawai. 3. Bagaimanakah cara pemimpin terhadap pengaturan dalam pemberian gaji/upah terhadap pegawai? a. Pengaturan dilakukan oleh pemimpin. b. Pengaturan dilakukan oleh pemimpin setelah mendengarkan masukan/saran dari bawahan. c. Pemimpin dan bawahan sama-sama terlibat dalam pengaturan pemberian upah/gaji. d. Pemimpin mendelegasikan pengaturan kepada pegawai. 4. Bagaimanakah cara pemimpin (Camat) ketika memperoleh tugas dari instansi Pemerintahan yang lebih tinggi seperti Walikota? a. Pemimpin melaksanakan dan mengambil keputusan sendiri. b. Pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan tugas tersebut dilakukan oleh pemimpin setelah mendengarkan masukan/saran dari bawahan.
57
c. Pemimpin dan bawahan sama-sama terlibat dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. d. Pemimpin mendelegasikan tugas dan pengambilan keputusan kepada bawahan. 5. Bagaimanakah perlakuan yang anda terima sebagai pegawai ketika sedang melaksanakan tugas pekerjaan? a. Pemimpin melakukan pengawasan pekerjaan yang ketat. b. Pemimpin memberikan tanggung jawab pekerjaan kepada pegawai tetapi dalam pengawasan pemimpin. c. Pemimpin memberikan keleluasaan bawahan dalam melaksanakan pekerjaan. d. Bawahan memiliki kebebasan dalam melaksanakan pekerjaan. 6. Ketika anda mengerjakan tugas yang diberikan pemimpin, bagaimanakah tindakan pemimpin? a. Pemimpin melakukan pengawasan pekerjaan yang ketat. b. Pemimpin memberikan tanggung jawab pekerjaan kepada pegawai tetapi dalam pengawasan pemimpin. c. Pemimpin memberikan keleluasaan bawahan dalam melaksanakan pekerjaan. d. Bawahan memiliki kebebasan dalam melaksanakan pekerjaan. 7. Bagaimana cara pemimpin dalam pengambilan keputusan pelaksanaan pekerjaan berkaitan dengan pelayanan kecamatan kepada masyarakat? a. Pengambilan keputusan dilakukan oleh pemimpin. b. Pengambilan keputusan dilakukan oleh pemimpin setelah mendengarkan masukan/saran dan bawahan. c. Pemimpin dan bawahan sama-sama terlibat dalam pengambilan keputusan. d. Pemimpin mendelegasikan pengambilan keputusan kepada bawahan. 8. Bagaimanakah cara pemimpin ketika terjadi konflik diantara sesama pegawai? a. Pemimpin memberi hukuman kepada pegawai yang terlibat konflik. b. Pemimpin mendiskusikan penyelesaian konflik yang terjadi tetapi tetap memberikan hukuman kepada pegawai yang terlibat konflik. c. Pemimpin bersama pegawai menyelesaikan konflik dengan musyawarah. d. Pemimpin menyerahkan penyelesaiannya kepada pegawai. 9. Bagaimanakah cara pemimpin (Camat) dalam pengambilan keputusan ketika terdapat musibah/bencana yang terjadi di lingkungan? a. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dilakukan oleh pemimpin. b. Pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dilakukan oleh pemimpin setelah mendengarkan masukan/saran dan bawahan.
58
c. Pemimpin dan bawahan sama-sama terlibat dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. d. Pemimpin mendelegasikan pengambilan keputusan dan pemecahan masalah kepada bawahan. 10. Bagaimanakah tindakan pemimpin ketika terdapat pegawai yang melakukan kesalahan kerja? a. Pemimpin memberi hukuman kepada pegawai. b. Pemimpin mendiskusikan penyelesaian masalah yang terjadi tetapi tetap memberikan hukuman kepada pegawai. c. Pemimpin bersama pegawai menyelesaikan masalah dengan musyawarah. d. Pemimpin menyerahkan penyelesaiannya kepada pegawai.
Lampiran 5. Pedoman pertanyaan wawancara mendalam 1. 2. 3.
Bagaimana kepemimpinan pak Camat selama ini? Jelaskan? Bagaimana dengan pelayanan umum yang diberikan selama ini, apakah ada perubahan nyata selama masa jabatan pak Camat? Bagaimana gaya pengambilan keputusan pak Camat?
Lampiran 6. Dokumentasi penelitian
Dokumentasi Penelitian
RIWAYAT HIDUP
Diba Safitri dilahirkan di Depok pada tanggal 20 Maret 1993. Penulis adalah anak pertama dari pasangan Ismunandar dan Chalida. Pendidikan formal yang pernah dijalani oleh penulis adalah TK. Budiman Bogor periode 1997-1998, SDN Pajeleran 1 Cibinong periode 1998-2004, SMPN 2 Cibinong periode 20042007, dan SMAN 1 Bogor periode 2007-2010. Pada tahun 2010 penulis diterima di departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor sebagai mahasiswa melalui jalur UTM (Ujian Tes Mandiri). Selain aktif diperkuliahan, penulis juga aktif mengikuti berbagai macam kegiatan organisasi di dalam dan luar kampus. Penulis tercatat sebagai anggota divisi Project di IAAS LC IPB semenjak tahun 2010 dan belakangan terpilih sebagai Youth Advisory Panel UNFPA Indonesia 2014-205. Penulis juga sempat mengikuti kegiatan pertukaran pelajar ke Hokkaido University, Jepang selama 1 tahun semenjak September 2014 hingga September 2015.