TERJEMAHAN TAFSIR AL-QURAN AL-KARȊ M KARYA MAHMUD YUNUS: KALIMAT MAJEMUK SUBORDINATIF HUBUNGAN KOMPLEMENTASI DALAM SURAT AL-BAQARAH Skripsi Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana (S.S)
Oleh: ANISA ALBASIROH 1111024000008
JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/ 2015 M
ABSTRAK ANISA ALBASIROH “Terjemahan Al-quran Karya Mahmud Yunus: Kalimat Majemuk Subordinatif Hubungan Komplementasi dalam surat al-Baqarah” di bawah bimbingan Dr. Abdullah, M. Ag. Pokok permasalahan penelitian kali ini yaitu, bahwa tidak jarang kita menemui sejumlah kesalahan dalam menyepadankan antara konjungsi dalam bahasa Indonesia ke dalam bahasa Arab termasuk dalam masalah konjungsi kalimat majemuk subordinatif dalam terjemahan Tafsir Al-quran karya Mahmud Yunus. Untuk menjawab pertanyaan ini, Peneliti menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif dengan mengumpulkan data-data yang terkait dengan masalah yang akan diteliti, yaitu berupa teks-teks atau kata-kata, bukan angka-angka. Data didapat oleh Penulis dari sumber hasil terjemahan surat al-Baqarah. Dalam penelitian ini yang pertama kali dilakukan oleh Penulis adalah mencari kalimat majemuk subordinatif yang terdapat dalam terjemahan surat al-Baqarah. Dalam penelitian ini, Peneliti menemukan 202 data yang meliputi kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi dengan tiga kategori yaitu, inna, anna, dan qâla. Data yang diperoleh dalam kategori inna terdapat 32,7 %, kategori anna terdapat 12,4%, dan kategori qâla terdapat 55%. Dalam menafsirkan ayat-ayat Al-quran Mahmud Yunus bersifat ringkas dan sederhana. Hal ini terlihat dalam penyajian tafsirnya, penafsiran dilakukan pertama kali dengan memberi arti dari ayat-ayat Al-quran, kemudian harus memberikan penafsiran global, tanpa mengawali dengan penjelasan arti kata. Dengan tidak menambahkan catatan-catatan dalam tafsirnya seolah-olah Mahmud Yunus ingin mengajak pembaca untuk konsentrasi berdialog dengan Tuhan. Tafsir Al-quran in sistematika penafsirannya sama seperti isi Al-quran dan terjemahan disamping kanan ayat (setiap ayat) kemudian terjemahannya dibawahnya terdapat penafsiran.
i
KATA PENGANTAR Puji syukur Peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, Sang pencipta langit dan bumi serta segala isinya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta kasih sayangNya kepada Peneliti sehingga Peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam Peneliti panjatkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya semoga kita mendapatkan curahan syafa‟atnya di hari akhir kelak. Dalam Penelitian skripsi ini Peneliti banyak diberi bantuan serta bimbingan oleh berbagai pihak. Terima kasih Peneliti ucapkan kepada civitas academica Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Sukron Kamil, M.Ag., Dekan Fakultas Adab dan Humaniora; Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum., Ketua Jurusan Tarjamah serta Sekretaris Jurusan Tarjamah Rizki Handayani, MA. Serta jajaran dosen yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman. Semoga ilmu dan pengalaman yang Peneliti terima bermanfaat di kemudian hari. Ucapan terima kasih dan doa Peneliti tujukan kepada Dr. Abdullah, M.Ag. yang telah meluangkan waktunya untuk membaca, mengoreksi, dan member saran yang berguna selama proses penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT selalu memberikan kebaikan serta keberkahan kepada Bapak dan keluarga. Amin. Kepada Dr. Akhmad Saehudin, M.ag. dan Drs. Ikhwan Azizi, M.A., selaku dosen penguji terima kasih telah menilai, mengoreksi, dan membimbing, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.
ii
Kepada orangtua, Mamah dan Bapak, terima kasih atas cinta, kasih, serta doa yang tidak pernah bosan diberikan kepada Peneliti selama ini. Kepada adik-adik Faisal Albasyir, Nadia Albasyiroh, Fachrial Albasyir dan Alfiatussyifa Albasyiroh terima kasih atas senyum, pelukan serta keceriaan dan motivasi kepada Peneliti. Kepada kak Yayan, terima kasih atas bantuan serta dorongan selama proses penyusunan skripsi ini kepada Peneliti. Kepada Syawaliyah Faisal dan Darti Nurmaesaroh terima kasih atas bantuan, motivasi, serta keceriaan dan tidak pernah bosan mendengarkan isi curahan Peneliti. Kepada kawan-kawan Tarjamah 2011 dan Sahabat KKN Chanvas 2014 terima kasih atas dorongan dan doa kalian kepada Peneliti. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, sehingga Peneliti membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan dapat bermanfaat untuk kita semua khususnya bagi yang berkecimpung dalam dunia penerjemahan.
Jakarta, 30 September 2015 Anisa Albasiroh
iii
A. 15 iv
PEDOMAN TRANSLITERASI1 v
Konsonan
No.
HURUF ARAB
HURUF ARAB
HURUF LATIN
1.
ا
Tidak dilambangkan
16.
ط
th
2.
ب
b
17.
ظ
zh
3.
ت
t
18.
ع
4.
ث
ts
19.
غ
g
5.
ج
j
20.
ف
f
6.
ح
h
21.
ق
q
7.
خ
kh
22.
ك
k
8
د
d
23.
ل
l
9.
ذ
dz
24.
م
m
10.
ز
r
25.
ى
n
11.
ش
z
26.
و
w
12.
س
s
27.
هـ
h
13.
ش
sy
28.
ء
`
14.
ص
sh
29.
ي
y
15.
ض
dl
1
No.
HURUF LATIN
Pedoman Transliterasi ini merujuk pada Pengurus Besar Nahdlatu al-Ulamâ
vi
„
Vokal 1. Vokal Tunggal
No.
HURUF LATIN
No.
1.
a
3.
2.
i
TANDA
TANDA
HURUF LATIN u
Contoh:
ََكتَة
سّبُوزَة َ : sabbuurah
: kataba
سحَة َ هِو: mimsahah
ة ُ َ يَره: yadzhabu
2. Vokal Rangkap
NO.
TANDA DAN HURUF
NAMA
GABUNGAN HURUF
NAMA
1.
ْي
fathah dan yâ` sukun
ai
a dan i
2.
ْو
fathah dan wâu sukun
au
a dan u
Contoh:
َ كَيف: kaifa
َ هَول: haula
Maddah (Vokal Panjang) vii
No.
HURUF DAN HARAKAT
TANDA
No . 3.
1.
ا
â
2.
ْي
î
HURUF DAN HARAKAT
TANDA û
ْو
Contoh:
َ جَاَلس: jâlasa َزحِين: rahîm ل ُ يَقُو: yaqûlu Tâ` Marbûthah Transliterasi untuk tâ` marbûthah adalah: 1. Tâ` ) (ةmarbûthah yang hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah atau dammah, transliterasinya adalah “t”. wihdat al-wujûd = وحدة الوجود 2. Tâ` marbûthah yang mati atau sukun, transliterasinya adalah “h”. tarîqah = طسيقة 3. Kata yang akhirnya ta marbutah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al () ال,
sedangkan
penulisan kedua kata itu dipisah, maka
tâ`marbûthah tersebut ditrasliterasikan dengan “h”, seperti pada kata:
viii
al-Madînah al-Munawwarah = وزَة َ ََا ْلوَدِيْنَ ُة ا ْل ُون Kata Sandang Kata sandang () ال,
ditransliterasikan berdasarkan kata yang diikuti oleh
kata
sandang tersebut. Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah ditrasliterasikan sesuai dengan bunyinya, yakni huruf “l” diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang
langsung mengikuti kata sandang tersebut, ditulis terpisah dan
dihubungkan tanda sambung. Contoh: at- Ta‟lîm = التعلين an- Niŝa = النسآء Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah, kata sandang ditulis tetap sebagai “al”, terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda sambung. Contoh: al-Badî‟u
= ع ُ َْالّْبَدِي
al-Ma‟nâ = َا ْل َوعْنَى
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Bahasa terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan bentuk dan lapisan arti yang dinyatakan oleh bentuk itu. Bentuk bahasa terdiri dari satuan-satuan, yang di sini disebut satuan gramatik. Satuan-satuan itu ialah wacana, kalimat, klausa, frase, kata dan morfem.1 Kalimat merupakan satuan yang langsung digunakan dalam berbahasa, maka para tata bahasawan tradisional biasanya membuat definisi kalimat dengan mengaitkan peranan kalimat itu sebagai alat interaksi dan kelengkapan pesan atau isi yang akan disampaikan. Oleh karena itu, definisi seperti “Kalimat adalah susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap” merupakan definisi umum yang biasa kita jumpai. Malah dalam pelajaran bahasa Arab, definisi kalimat yang berbunyi “Kalimat adalah lafal yang tersusun dari dua buah kata atau lebih yang mengandung arti, dan disengaja serta berbahasa Arab.2 Yang akan Peneliti bahas dalam penelitian ini yaitu kalimat majemuk. Kalimat majemuk termasuk bahan sintaksis, di sebut kalimat majemuk karena terdiri atas lebih dari satu konstituen yang berupa kalimat sendiri.3 Kalau klausa di dalam sebuah kalimat terdapat lebih dari satu, maka kalimat itu disebut kalimat majemuk. dalam hal ini berkenaan dengan sifat hubungan klausa-klausa di dalam
1
M. Ramlan. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis, (Yogyakarta: CV Karyono, 1983), h. 1 Abdul Chaer. Linguistik Umum, (Jakarta, Rineka Cipta, 2003), h. 240 3 J.W.M. Verhaar. Pengantar Linguistik, (Gadjah Mada University Press, 1981), h. 102 2
1
kalimat itu dibedakan adanya kalimat majemuk koordinatif (kalimat majemuk setara) dan kalimat majemuk subordinatif (kalimat majemuk bertingkat).4 Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang dibangun atas dua kalimat tunggal. Kedua kalimat tersebut memiliki predikat yang kedudukannya sejajar (setara) di dalam kalimat. Biasanya kalimat majemuk setara menggunakan kata hubung: dan, tetapi, atau.5 Contoh: a. Ani belajar dan Budi membaca Koran. b. Dia tidak belajar tetapi mengobrol di kelas. Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat majemuk yang dibangun atas dua kalimat tunggal. Kedua kalimat tunggal tersebut memiliki kedudukan yang berbeda. Biasanya dibangun atas dua, yaitu anak kalimat dan induk kalimat. Letak anak kalimat dapat berada setelah induk kalimat atau boleh juga mendahului induk kalimat.6 Contoh: 1. Anak kalimat berada setelah induk kalimat a. Ia sudah duduk di rumah ketika saya kembali dari kampus. 2. Anak kalimat mendahului induk kalimat b. Ketika saya kembali dari kampus, Ali sudah menunggu di depan rumah saya.
4
Moch. Syarif Hidayatullah. Cakrawala Linguistik Arab, (Tangerang Selatan: Alkitabah, 2012), h. 98 5 Suhardi. Dasar-Dasar Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2013), h. 74-75 6 Suhardi. Dasar-Dasar Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2013), h. 75
2
Kalimat majemuk setara atau sering disebut kalimat luas setara adalah kalimat yang terdiri atas dua atau lebih klausa bebas. Dalam bahasa Arab, kalimat ini disebut sebagai kalam murakkab.7 Contoh:
هره دزاجت كبيسة و تلك دزاجت صغيسة Contoh tersebut merupakan klausa bebas, klausa berdiri sendiri dan tidak menjadi bagian dari klausa lainnya. Klausa pada kalimat tersebut dihubungkan oleh penghubung setara, yaitu و. Kalimat majemuk bersusun sering disebut juga kalimat majemuk bertingkat atau kalimat luas tidak setara. Kalimat majemuk bersusun adalah kalimat yang minimal terdiri atas satu klausa bebas atau klausa terikat. Dalam bahasa Arab, jenis kalimat ini bisa disebut dengan istilah kalam tarkibiy.8 Contoh:
عندما أسمع آذان الجمعت أذهب إلى المسجد Kalimat di atas terdiri atas dua klausa yang tidak setara, karena salah satunya berupa klausa terikat. Dengan kata lain kedua klausa pada kalimat itu bertingkat. Kalimat terdiri atas klausa bebas أذهب إلى المسجدdan klausa terikat
عندما أسمع آذان الجمعت. Dalam penelitian ini, Peneliti akan mengkaji salah satu hubungan semantis dalam kalimat majemuk subordinatif. Salah satu diantaranya adalah hubungan semantis komplementasi. Dalam hubungan komplementasi, klausa subordinatif melengkapi apa yang dinyatakan oleh verba klausa utama oleh nomina subjek,
7 8
Imam Asrori. Sintaksis Bahasa Arab, (Malang, Misykat, 2004), h. 103 Imam Asrori. Sintaksis Bahasa Arab, (Malang, Misykat, 2004), h. 103
3
baik dinyatakan maupun tidak. Jenis kalimat majemuk subordinatif hubungan kompelementasi ini dihubungkan dengan konjungsi „bahwa‟. Contoh: Peneliti perlu menekankan di sini bahwa isi bukunya belumlah sempurna. Adapun dalam bahasa Arab, kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi biasa dihubungkan dengan partikel ُّ إ/inna/ atau ُّ أ/anna/.
) ۷۷ :ؼْيُِْ َُْ٘ ( اىجقشحُٝ ُ ٍََٗب َ ْٗ ُغِشُٝ ؼَْي ٌُ ٍَبَٝ َُ أََُ اهلل َ ْ٘ َُؼَْيَٝ َأََٗال Tidakkah mereka itu tahu, bahwa Allah mengetahui apa-apa yang mereka rahasiakan dan apa-apa yang mereka lahirkan Namun, tidak semua partikel ُّ إbisa menempati sebagai konjungsi hubungan
komplementasi.
Ia
baru
bisa
dijadikan
sebagai
konjungsi
komplementasi selama ia mengapit dua klausa yang terdapat dalam kalimat majemuk. Kalau tidak, maka partikel ُّ إtidak bisa dikategorikan sebagai konjungsi hubungan komplementasi dalam kalimat majemuk subordinatif. Beranjak dari masalah di atas, Peneliti merasa perlu mengangkat kajian kalimat majemuk subordinatif sebagai analisis dalam penelitian kali ini. Alasan Peneliti menggunakan terjemahan Tafsir Al-quran al-Karim karya Mahmud Yunus, karena di dalam Tafsir tersebut ayat-ayat yang mengandung kalimat majemuk subordinatif hubungan subordinatif sangat bervariatif untuk diteliti. Oleh karena, dalam penelitian ini, Peneliti akan memberi judul: “Terjemahan Tafsir Al-quran al-Karîm Karya Mahmud Yunus: Kalimat Majemuk Subordinatif Hubungan Komplementasi dalam Surat al-Baqarah.”
4
B. Pembatasan Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, Peneliti memfokuskan diri pada kalimat majemuk subordinatif dalam surat al-Baqarah terjemahan Tafsir Al-quran al-Karim karya Mahmud Yunus. Oleh karena itu, rumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Konjungsi apa saja yang digunakan dalam kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi dalam Tafsir Al-quran al-Karim karya Mahmud Yunus? 2. Bagaimana kualitas penerjemahan kalimat majemuk subordinatif hubungan komlemantasi dalam Tafsir Al-quran al-Karim karya Mahmud Yunus? C. Tinjauan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui konjungsi kalimat majemuk subordinatif
dalam bahasa
Indonesia dan bahasa Arab dalam Tafsir Al-quran al-Karim karya Mahmud Yunus; 2. Mengetahui
kualitas
penerjemahan
kalimat
majemuk
subordinatif
hubungan komplementasi dalam Tafsir Al-quran al-Karim karya Mahmud Yunus. D. Tinjauan Pustaka Penelitian ini menganalisis tentang kalimat majemuk subordinatif dengan mengambil korpus dalam surat al-Baqarah terjemahan Tafsir Al-quran al-Karim karya Mahmud Yunus.
5
Sejauh yang peneliti temukan dalam menyusun proposal skripsi ini di Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah peneliti tidak menemukan penelitian kalimat majemuk subordinatif terhadap terjemahan surat al-Baqarah. Yang peneliti temukan adalah penelitian dengan judul skripsi “Kalimat Majemuk Subordinatif Hubungan Kompelementasi Dalam Surat Al-Anfal” yang diteliti oleh Ahmad Anis pada tahun 2006. Penelitian terdahulu pada umumnya menganalisis jenis kalimat majemuk subordinatif yang berbeda dengan peneliti dan menjadikan penerjemahan surat alAnfal sebagai korpus penelitian sedangkan peneliti menjadikan surat al-Baqarah sebagai korpus. Perbedaan penelitian ini dengan peneliti sebelumnya yaitu peneliti menggunakan terjemahan Al-quran karya Mahmud Yunus sedangkan penelitian terdahulu menggunakan terjemahan Al-quran Departemen Agama. E. Metodologi Penelitian 1. Sumber Data Dalam penelitian ini, Peneliti merujuk pada sumber-sumber primer dan sekunder. Sumber primer dalam penelitian ini yaitu pada terjemahan Tafsir Alquran al-Karim karya Mahmud Yunus. Sedangkan sumber sekunder pada penelitian ini berupa buku sintaksis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Arab. Dalam penelitian ini yang pertama kali dilakukan oleh Peneliti adalah mencari kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi yang terdapat dalam terjemahan surat al-Baqarah pada tafsir Al-quran al-Karim karya Mahmud Yunus.
6
2. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini, Peneliti menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif dengan mengumpulkan data-data yang terkait dengan masalah yang akan diteliti, yaitu berupa teks-teks atau kata-kata, bukan angka-angka.9 Dengan teks terjemahan sebagai objek, yaitu terjemahan Tafsir Al-quran pada surat alBaqarah karya Mahmud Yunus. Adapun dalam Penelitian skripsi ini, Peneliti mengacu pada buku “Pedoman Penelitian Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)” yang diterbitkan oleh Center for Quality Development and Assurance (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Press 2007). F. Sistematika Penelitian Agar Penelitian lebih terarah dan sistematis, maka langkah yang Peneliti lakukan adalah sebagai berikut: BAB I pendahuluan. Bagian pendahuluan ini berisi satu bab tersendiri yang terdiri dari beberapa sub-sub, antara lain: Latar Belakang Masalah, kemudian selanjutnya berisi tentang Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penelitian. BAB II kerangka teori. Bagian kerangka teori ini akan menguraikan jenisjenis kalimat menurut (a) subjek dan predikat (jumlah klausa), (b) fungsi sintaksisnya, dan (c) susunan fungsi sintaksisnya; kalimat majemuk koordinatif dan subordinatif ciri-ciri serta jenis masing-masing ditinjau dari antarklausa; mengulas kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi ditinjau dari 9
Mahsun, Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013) , h. 72
7
sudut bahasa Indonesia dan bahasa Arab; serta penegasan terhadap teori yang digunakan dalam skripsi. BAB III Tafsir Al-quran karya Mahmud Yunus. Dalam bab ini akan berisi mengenai sekilas biografi Prof. Dr. H. Mahmud Yunus serta deskripsi Tafsir Alquran terjemahan. BAB IV merupakan pokok penelitian yang akan menganalisis dengan didahului temuan serta diikuti analisis kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi dalam terjemahan Tafsir Al-quran al-Karim pada surat alBaqarah. BAB V penutup. Pada bagian ini, ada hal yang perlu dikemukakan yaitu kesimpulan.
8
BAB II KERANGKA TEORI
A. JENIS-JENIS KALIMAT DAN PENGERTIANNYA Berdasarkan fungsi sintaksis, kalimat dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis, yaitu (1) berdasarkan jumlah subjek dan predikatnya (jumlah klausanya), kalimat diklasifikasikan menjadi kalimat tunggal dan kalimat majemuk;
(2)
berdasarkan
kelengkapan
fungsi
sintaksisnya,
kalimat
diklasifikasikan menjadi kalimat lengkap dan kalimat tidak lengkap; (3) berdasarkan susunan fungsi sintaksisnya, kalimat diklasifikasikan menjadi kalimat biasa, kalimat inverse dan kalimat permutasi.10 1. Jenis Kalimat Berdasarkan Jumlah Subjek (Jumlah Klausanya) Kalimat diklasifikasikan menjadi kalimat tunggal dan kalimat majemuk. a) Kalimat tunggal Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa, kalimat ini hanya mempunyai satu subjek dan satu predikat.Perhatikan contoh berikut dan bandingkan kalimat (1) dan (2). (1) Separuh pesisir Pulau Bangka rusak karena aktivitas kapal pasir timah. S P K
(2) Pabrik Es Saripetejo bisa menjadi industri bersejarah karena S P Pel
10
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan. Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 164-165
9
bangunannya menjadi penanda kawasan industridi Solo pada awal abad S P Pel (Ket) ke-20. Kalimat (1) merupakan kalimat tunggal hanya karena memiliki satu subjek dan satu redikat(satu klausa), sedangkan kalimat (2) merupakan kalimat majemuk karena memiliki dua subjek dan dua predikat (dua klausa). 2. Jenis Kalimat Berdasarkan Kelengkapan Fungsi Sintaksisnya Kalimat diklasifikasikan menjadi kalimat lengkap dan kalimat tidak lengkap.: a) Kalimat lengkap adalah kalimat yang mengandung klausa lengkap, terdiri atas unsur S dan P, bahkan unsur O, Pel dan K jika predikat menghendaki kehadirannya. Kalimat ini disebut kalimat mayor atau kalimat berklausa. b) Kalimat tak lengkap adalah kalimat yang terdiri atas klausa tak lengkap, yaitu terdiri dari S saja, P saja, O saja, atau Ket saja. Yang termasuk ke dalam jenis kalimat tak lengkap adalah kalimat elips, kalimat sampingan, kalimat urutan, dan kalimat minor. Kalimat elips adalah kalimat tak lengkap yang terjadi karena pelesapan beberapa bagian dari klausa dan diturunkan dari kalimat tunggal.11 Contoh: (3) Menonton hewan di layar kaca Kalimat sampingan adalah kalimat tak lengkap yang terjadi dari klausatak lengkap dan diturunkan dari kalimat majemuk bertingkat. Contoh: 11
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 167
10
(4) Karena sangat sepi Kalimat urutan adalah kalimat berklausa lengkap, namun mengandung konjungsi yang menunjukkan bahwa kalimat itu merupakan bagian dari kalimat. Contoh: (5) Setelah itu, tak ada lagi berita tentang demonstrasi. Kalimat minor adalah kalimat tak lengkap yang memiliki intonasi final.Jenis kalimat ini ada yang berstruktur klausa dan ada yang tidak. Yang termasuk kalimat minor panggilan, salam, ucapan, seruan, judul, moto, inskripsi, dan ungkapan khusus (larangan, peringatan, permintaan, anjuran, harapan, perintah, dan pernyataan). 3. Jenis Kalimat yang Berdasarkan Susunan Fungsi Sintaksisnya Kalimat diklasifikasikan menjadi kalimat biasa, kalimat inverse dan kalimat permutasi. 1) Kalimat biasa adalah kalimat yang tersusun sesuai dengan pola dasar kalimat bahasa Indonesia, yaitu S-P-(O)- (Pel)-(K) atau S mendahului P. 2) Kalimat inversi adalah kalimat yang mengharuskan predikat mendahului subjek (berpola P-S). kalimat ini mensyaratkan subjek tak definit (contoh1).12 Jika S pada kalimat tersebut diubah menjadi S definit, kalimat itu menjadi tidak berterima (contoh 2). Contoh: (6) Ada masalah dalam tubuh partai. P S (7) Ada masalah tersebut dalam tubuh partai. P S definit 12
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 169
11
Biasanya, pola S-P menjadi berterima jika subjeknya diubah menjadi definit, tetapi maknanya tentu sudah berbeda. Contoh: (8) Masalah tersebut ada dalam tubuh partai. S P 3) Kalimat permutasi adalah kalimat yang berpola terbalik, yaitu P-S, atau PO-S. Berbeda dengan inverse, permutasi tidak mengharuskan urutan P-S, tetapi hanyalah merupakan salah satu gaya yang dapat dipilih dari urutan yang baku. Biasanya, permutasi dilakukan karena ada unsur kalimat yang ingin difokuskan maknanya.13 Contoh: (9) Tak perlu datang dia → Dia tak perlu datang P S S P
B. KALIMAT MAJEMUK KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF SERTA JENISNYA MASING-MASING 1. Kalimat Majemuk Koordinatif Kalimat majemuk koordinatif (setara) adalah kalimat majemuk yang dibangun atas dua kalimat tunggal.14 Bila hubungan antara kedua pola kalimat itu sederajat maka terdapatlah kalimat majemuk yang setara.15 Kalimat majemuk koordinatif adalah kalimat majemuk yang klausa-klausanya memiliki status yang sama, yang setara, atau yang sederajat. Klausa-klausa dalam kalimat majemuk koodinatif secara eksplisit dihubungkan dengan konjungsi koordinatif, seperti dan, atau, tetapi, dan lalu: namun, tak jarang hubungan itu hanya secara implisit,
13
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 170 14 Suhardi. Dasar-Dasar Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2013), h. 74 15 Gorys Keraf. Tatabahasa Indonesia, (Jakarta: Nusa Indah, 1984), h. 168
12
artinya tanpa menggunakan konjungsi.16 Berikut ini beberapa contoh kalimat majemuk koordinatif: (10) Nenek melirik, kakek tersenyum, dan adik tertawa-tawa. (11) Dia membuka pintu, lalu menyilakan kami masuk. (12) Beliau membuka pintu itu, tetapi membiarkan kami berdiri di luar. (13) Dia datang dan duduk di sebelah saya. Apabila ada unsur klausa yang sama, maka biasanya unsur yang sama itu disenyawakan atau dirapatkan. Misalnya, pada kalimat (13), unsur subjek pada klausa kedua tidak ditampilkan lagi karena sama dengan subjek pada klausa pertama. Dalam buku tata bahasa tradisional konstruksi kalimat seperti (13) itu disebut kalimat majemuk rapatan.17 2. Kalimat Majemuk Subordinatif Kalimat majemuk bertingkat (subordinatif) adalah kalimat majemuk yang dibangun atas dua kalimat tunggal. Kedua kalimat tunggal tersebut memiliki kedudukan yan berbeda. Biasanya dibangun atas dua, yaitu anak kalimat dan induk kalimat.18 Kalimat majemuk subordinatif adalah kalimat majemuk yang hubungan antara klausaklausanya tidak setara atau sederajat. Klausa yang satu merupakan klausa atasan, dan klausa yang lain merupakan klausa bawahan.19 (14) Nenek membaca komik ketika kakek tidak ada di rumah. Klausa utama Klausa bawahan
16
Abdul Chaer. Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 244 Abdul Chaer. Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 244 18 Suhardi. Dasar-Dasar Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2013), h. 75 19 Abdul Chaer. Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 244-245 17
13
Sedangkan, sebuah unsur dari kalimat sumber (kalimat tunggal) dibentuk menjadi sebuah kalimat, dan kalau kalimat bentukan ini digabungkan dengan sisa kalimat sumbernya, maka akan terbentuklah kalimat majemuk bertingkat.20
C) CIRI–CIRI
SINTAKSIS
DAN
SEMANTIS
HUBUNGAN
KOORDINASI DAN SUBORDINASI 1. Ciri-Ciri Sintaksis Hubungan Koordinasi dan Subordinasi Koordinasi menghubungkan dua klausa atau lebih yang setara, sedangkan subordinasi menghubungkan dua klausa yang salah satu diantaranya merupakan bagian dari klausa yang lain. Bagian kalimat yang dihubungkan oleh konjungsi (baik koordinatif maupun subordinatif) itu sendiri dapat berbentuk kalimat majemuk. Contoh: (15) Ada wanita yang menumbuk padi, tetapi ada juga wanita yang membuat tepung dan suami mereka membicarakan sepak bola. (16) Ketua partai itu tetap menyatakan kebanggaannya karena ternyata partainya masih dapat meraih hamper empat belas juta suara pemilih setelah suara itu dihitung ulang. (17) Dia pindah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal dan ibunya kawin lagi.
20
Ida Bagus Putrayasa. Analisis Kalimat (Fungsi, Kategori, dan Peran), (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), h. 59
14
Pada umumnya posisi klausa yang diawali oleh koordinator dan, atau, dan tetapi tidak dapat diubah tanpa menghasilkan kalimat yang tidak berterima. Sebaliknya, posisi klausa yang diawali subordinator dapat berubah.21 Contoh: (18) Dalam pengungsian itu saya sering melihat orang ditembak musuh dan mayatnyadibuang begitu saja. (19) Saudara harus meminjam uang dari bank atau menjual rumah Saudara. Klausa yang diawali oleh koordinator dan, tetapi, dan atau akan menghasilkan kalimat yang tidak berterima jika klausa itu ditempatkan pada awal kalimat. Contoh: (20) Atau menjual rumah untuk memperoleh uang tunai, Saudara harus meminjam uang dari bank. (21) Dan mayatnya begitu saja, dalam pengungsian itu saya sering melihat orang ditembak musuh. Lain halnya dengan klausa yang diawali oleh subordinator seperti selama, walaupun, dan sebelum.Pemindahan klausa subordinatif itu pada awal kalimat menghasilkan kalimat yang baik. Contoh: (22) Selama hayat dikandung badan, para pejuang itu pantang menyerah. (23) Walaupun perusahaannya mengalami kerugian, pengusaha itu harus membayar pajak. (24) Sebelum atasan kita mengambil putusan, kita jangan bertindak. Urutan yang tetap yang telah dibicarakan di atas berhubungan erat dengan pronominalisasi. Acuan kataforis (pronomina yang mendahului nomina yang 21
Hasan Alwi, dkk. Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai, 1988), h. 311-
313
15
diacunya) tidak diperolehkan dalam hubungan subordinasi, tetapi tidak diperbolehkan dalam hubungan koordinasi. Perhatikan contoh yang berikut (dengan pronominal dia yang mendahului Hasan). (25) Dia suka lagu keroncong, tetapi Hasan tidak mau membeli kaset itu. Dalam kalimat tersebut, kedua kata itu tidak mengacu kepada orang yang sama. (26) Walaupun dia menyukai lagu keroncong, Hasan tidak mau membeli kaset. Dalam kalimat ini
kedua kata dapat, walaupun tidak harus,
mengacu kepada orang yang sama. Sebuah koordinator tidak dapat didahului oleh koordinator lain, tetapi dapat diikuti oleh kata yang memerincikan jenis hubungan antara kedua klausa yang dihubungkan itu. (27) Sidang mempertimbangkan usul salah seorang peserta dan kemudian menerimanya dengan surat bulat. (28) Terdakwa itu tidak menunjukkan penyesalannya dan malah mengancam hakim yang memimpin sidang. Penggunaan kemudian pada kalimat (24) adalah untuk lebih memperjelas gabungan klausa yang menunjukkan urutan waktu, dan penggunaan malah dalam kalimat (25) adalah untuk lebih menekankan gabungan klausa yang menunjukkan penguatan atau penegasan.22
22
Hasan Alwi, dkk. Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai, 1988), h. 314
16
2. Ciri-Ciri Semantis Hubungan Koordinasi dan Subordinasi Dalam hubungan subordinasi, klausa yang mengikuti subordinator memuat informasi atau pernyataan yang dianggap sekunder oleh pemakai bahasa, sedangkan klausa yang lain memuat pesan utama kalimat tersebut. Klausa yang dihubungkan oleh koordinator tidak menyatakan perbedaan tingkat pesan yang dikandung oleh kedua klausa tersebut.Perbedaan semantis itu sejajar dengan perbedaan sintaksis.23 (29) Orang tua itu putus asa dan bunuh diri. (30) Pemuda iu bekerja keras dan berhasil. (31) Orang tua itu bunuh diri karena dia putus asa. (32) Pemuda itu berhasil karena dia bekerja keras. Kalimat (26) dan (27) terdiri atas dua klausa yang dihubungkan oleh koordinator, sedangkan kalimat (28) dan (29) terdiri atas dua klausa yang dihubungkan oleh subordinator. Kedua kalimat itu mempunyai pesan yang kurang lebih sama, yaitu hubungan sebab akibat. Perbedaannya terdapat pada pengutamaan pesan yang dikandung oleh setiap klausa. Ciri semantis kedua adalah bahwa kalimat sematan yang dihubungkan oleh subordinator umunya dapat diganti dengan kata atau frasa tertentu sesuai dengan makna kalimat sematan itu.Jika kalimat sematan itu menyatakan waktu, maka kata atau frasa yang mengacu ke waktu dapat dipakai sebagai pengganti.24 (33) Kami harus pergi sebelum sebelum dia datang. (34) Kami harus pergi pukul lima.
315
23
Hasan Alwi, dkk. Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai, 1988), h. 314-
24
Hasan Alwi, dkk. Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai, 1988), h.315
17
D. HUBUNGAN SEMANTIK ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK KOORDINATIF 1. Penjumlahan Yang dimaksud hubungan penjumlahan adalah hubungan yang menyatakan penjumlahan atau gabungan kegiatan, keadaan, peristiwa, atau proses.Hubungan ini ditandai oleh konjungsi dan, serta, baik… maupun, lalu, kemudian, padahal, sedangkan.Kadang-kadang konjungsi bersifat manasuka, yakni boleh dipakai atau tidak. Hubungan penjumlahan dapat menyatakan (a) sebab-akibat, (b) urutan waktu, (c) pertentangan, dan (d) perluasan.25 a. Penjumlahan yang Menyatakan Sebab Akibat Terjadi apabila klausa kedua merupakan akibat dari klausa pertama. (35) Tsunami telah melanda Jepang dan semua fasilitas publik rusak berantakan. (36) Sudah sebulan kami mengarungi laut dan kami amat merindukan daratan yang sejuk serta kehidupan normal. b. Penjumlahan yang Menyatakan Urutan Waktu Terjadi apabila klausa kedua merupakan urutan dari peristiwa yang terjadi pada klausa pertama. Koordinator yang dipakai antara laindan, kemudian, dan lalu. (37) Dia mengambil uang receh dan memberikannya pada pengemis itu.
25
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 208
18
(38) Yusuf Kalla meresmikan masjid itu lalu berdialog bersama masyarakat sekitar. c. Penjumlahan yang Menyatakan Pertentangan Terjadi apabila klausa kedua menyatakan sesuatu yang bertentangan dengan apayang dinyatakan dalam klausa pertama. (39) Kedua anak itu asyik bercanda, sedangkan gurunya sedang menerangkan pelajaran serius. (40) Para undangan seminar mulai berdatangan, padahal kami belum siap.26 d. Penjumlahan yang Menyatakan Perluasan Terjadi apabila klausa kedua memberikan informasi atau penjelasan tambahan untuk melengkapi pernyataan pada klausa pertama.Konjungsi yang digunakan adalah dan, serta, dan baik… maupun. (41) Dia tetap dermawan baik saat sempit maupun saat lapang. (42) Singapura menjadi destinasi utama bagi warga Indonesia, baik
yang
ingin
berelaksasi
maupun
sekadar
mencari
penyegaran. 2. Keadaan Simultantif Hubungan ini terdapat dalam kalimat majemuk setara yang masing-masing klausanya menunjukkan suatu keadaan yang tidak saling berhubungan secara temporer.
26
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 209
19
Kim terkena cacar dan pada saat yang sama Leslie terkena campak. 3. Perlawanan Yang dimaksud dengan hubungan perlawanan adalah hubungan yang menyatakan bahwa apa yang dinyatakan dalam klausa pertama berlawanan, atau tidak sama dengan apa yang dinyatakan dalam klausa kedua. Hubungan itu ditandai dengan koordinator tetapi, melainkan, dan namun.Hubungan perlawan itu dapat dibedakan atas hubungan yang menyatakan (a) penguatan, (b) implikasi, dan (c) perluasan.27 a. Hubungan Penguatan Terjadi apabila klausa kedua memuat informasi yang menguatkan dan menandaskan informasi yang dinyatakan dalam klausa pertama.Dalam klausa pertama biasanya terdapat tidak/bukan saja ataupun tidak/bukan hanya, tidak/bukan sekadar dan pada klausa kedua terdapat tetapi/ melainkan juga. (43) Singapura bukan hanya menjadi tempat berbelanja, tetapi juga tempat berinvestasi. (44) Indonesia tidak hanya mampu menjadi penonton pada piala dunia, tetapi juga mampu belaga di arena bergengsi tersebut. b. Perlawanan Implikasi Terajdi apabila klausa kedua menyatakan sesuatu yang merupakan perlawanan terhadap implikasi klausa pertama.Konjungsi yang umum digunakan adalah tetapi. 27
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 209
20
(45) Indonesia merupakan Negara agraris, tetapi kita masih saja mengimpor beras. c. Perlawanan Perluasan Terjadi apabila klausa kedua merupakan informasi tambahan untuk melengkapi apa yang dinyatakan klausa, dan kadang-kadang justru memperlemahnya.28 (46) Ujian Nasional tetap diadakan, tetapi ujian sekolah juga harus dipertimbangkan sebagai syarat kelulusan. 4. Pemilihan Yang dimaksud dengan hubungan pemilihan ialah hubungan yang mengandung pilihan di antara dua kemungkinan atau lebih yang dinyatakan oleh klausa-klausa yang dihubungkan.Konjungsi
yang
dipakai untuk menyatakan hubungan pemilihan adalah atau. (47) Demonstrasi mahasiswa saat ini menentramkan rakyat atau meresahkan rakyat? 5. Hubungan Fase (Tahapan Kegiatan) Hubungan ini bersifat penahapan, yakni menggambarkan suatu peristiwa, dimulai dari permulaan, keberlanjutan, dan keberakhirannya. Biasanya, hubungan ini menghadirkan minimal tiga klausa: klausa pertama menggambarka permulaan, klausa kedua keberlanjutan, dan klausa ketiga keberakhiran. Artinya, dapat menggunakan konjungsi setara (dan, lalu, kemudian) atau konjungsi waktu berurutan (setelah, sebelum, dan sebagainya). 28
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 210
21
(48) Sebelum berjalan, bayi itu tengkurap dan merangkak terlebih dahulu.29
E. HUBUANGAN SEMANTIK ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK SUBORDINATIF 1. Hubungan Kausatif Kausatif adalah suatu tindakan yang menyebabkan terjadinya suatu peristiwa yang lain. Hubungan ini terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa bawahan menyatakan hasil atau akibat dari tidakan yang terdapat dalam klausa utama.Hubungan ini biasanya dinyatakan dengan sehingga, sampai-(sampai), dan maka. (49) Dia menjamu kami dengan baik maka kami pun berterima kasih padanya. 2. Hubungan Alasan Hubungan alas an terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa bawahannya menyatakan sebab atau alas an terjadinya apa yang dinyatakan dalam klausa utama. Konjungsi yang biasa digunakan adalah sebab, karena, akibat, oleh karena. (50) Anak itu menangis karena lapar. 3. Hubungan Syarat Hubungan syarat terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa bawahannya menyatakan syarat terlaksananya apa yang disebut dalam
29
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 212
22
klausa utama.30 Hubungan ini juga berkaitan dengan konsekuensi yang harus diambil dari kondisi-kondisi tertentu. Biasanya konjungsi yang digunakan adalah jika(lau), kalau, asal(kan), apabila, bilamana. (51) Jika hujan turun, kita tidak jadi berpergian. 4. Hubungan Pengandaian Hubungan pengandaian terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa bawahannya menyatakan andaian terlaksananya apa yang dinyatakan dalam klausa utama. (52) Seandainya aku Gayus Tambunan, tentu aku sudah kaya raya. 5. Hubungan Konsesif Hubungan konsesif terjadi dalam kalimat majemuk yang klausa bawahannya mengandung pernyataan yang tidak mengubah apa yang dinyatakan dalam klausa utama. Konjungsi yang digunakan adalah walau(pun), sekali(pun), kendati(pun), bagaimanapun, betapapun, ke mana pun, dan apapun. (53) Bill tetap bekerja walaupun hujan salju semakin lebat. 6. Hubungan Cara Hubungan cara terjadi dalam kalimat majemuk yang klausa bawahannya menyatakan cara pelaksanaan tindakan dalam klausa utama.Konjungsi yang digunakan dalam hubungan ini adalah dengan, tanpa. (54) Bill memasuki ruangan dengan melompat.
30
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h.197-198
23
7. Hubungan Gerakan Hubungan gerakan terjadi dalam kalimat majemuk yang klausa bawahannya menyatakan suatu gerakan yang menyertai klausa utama.Konjungsi yang digunakan dalam hubungan ini adalah sambil, seraya, sembari. (55) Sambil berbicara, ia naik ke atas panggung. 8. Hubungan Posisi Hubungan posisi terjadi dalam kalimat majemuk yang klausa bawahannya menyatakan suatu cara bersikap saat melakukan tindakan yang terdapat dalam klausa utama. Biasanya, hubungan ini dinyatakan dengan dalam keadaan. (56) Dana membaca korandalam keadaan berdiri. 9. Hubungan Alat Hubungan alat terjadi dalam kalimat majemuk yang klausa bawahannya menyatakan alat yang digunakan untuk melakukan tindakan pada klausa utama.Konjungsi yang digunakan adalah dengan, tanpa. (57) Sam memotong kue dengan menggunakan pisau roti. 10. Hubungan Tindakan Psikis (Psych-action) Hubungan tindakan psikis ini terjadi dalam kalimat majemuk yang klausa bawahannya terjadi akibat aktivitas psikis mental yang terdapat pada klausa utama.31 (58) Sally lupa membuka jendela. 31
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 200-201
24
11. Hubungan Tujuan Hubungan tujuan terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa bawahannya menyatakan suatu tujuan atau harapan dari apa yang disebut dalam klausa utama. Konjungsi yang digunakan adalah agar, supaya, untuk, biar, demi. (59) Dari dulu hingga sekarang, mahasiswa bergerak demi membela kepentingan rakyat. 12. Jussive: Hubungan Ekspresi Perintah, Permintaan, dan Tuntutan Hubungan yang berupa ekspresi perintah, permintaan, atau tuntutan terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa bawahannya merupakan suatu perintah atau suruhan sebagaimana yang disebutkan dalam klausa utama.Biasanya, verba pada klausa utama menggunakan kata-kata yang mengacu pada perintah, seperti meminta, menyuruh, dan sebagainya.Verba ini bisa diikuti oleh konjungsi untuk, bisa juga tidak. (60) DPR meminta pemerintah melakukan terobosan perbaikan pengelolaan BBM bersubsidi. 13. Persepsi Langsung Hubungan persepsi langsung terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa utamanya merupakan tindakan pengindraan langsung yang dialami oleh subjek, tanpa diperantarai oleh tindakan lain.32 Tentu saja verba yang terdapat dalam hubungan ini adalah verba yang berhubungan dengan indra, seperti melihat, mendengar , dan sebagainya. (61) Saya mendengar harga BBM bulan ini akan naik. 32
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 200-201
25
14. Persepsi Tak Langsung Hubungan persepsi tak langsung merupakan kebalikan dari persepsi langsung.Hubungan persepsi tak langsung ini terdapat dalam kalimat
majemuk
yang
klausa
utamanya
merupakan
tindakan
pengindraan yang dialami langsung oleh subjek, tetapi diperantarai oleh tindakan lain, biasanya, pola kalimat ini dihubungkan dengan konjungsi bahwa, kalau. (62) Saya mendengar bahwa harga BBM bulan ini akan naik. Kalimat ini mengandung interpretasi bahwa berita tentang naiknya BBM tidak didengar langsung dari sumber primer, melainkan didengar dari orang lain. 15. Penyikapan Awal Hubungan penyikapan awal terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa bawahannya merupakan hasil ekspresi subjek (pada klausa utama) dalam menyikapi suatu keputusan atau pendapat tentang suatu peristiwa tersebut.33 (63) Saya yakin mereka mampu menyelesaikan masalah itu dengan baik. 16. Kognitif: Ekspresi Pengetahuan dan Aktivitas Mental Hubungan ini terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa bawahannya menggambarkan suatu ekspresi kognitif atau ekspresi pengetahuan yang ada dalam klausa utama. Biasanya, verba dalam klausa utama merupakan tindakan yang berhubungan dengan kognisi 33
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 204
33
26
manusia, seperti mengetahui, berpikir, dan sebagainya.Hubungan ini bisa diikuti oleh bahwa atau kalau, dan bisa juga tidak. (64) George berpikir Madelein mungkin menol/ak untuk pergi bersamanya. 17. Dikursus Langsung Hubungan diskursus langsung terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa bawahannya merupakan kutipan langsung dari suatu kejadian, ucapan, pernyataan.Biasanya, hubungan ini ditandai oleh penggunaan tanda petik (“). (65) “Harga BBM harus naik pada tahun 2012”, ujar Gubernur Bank Indonesia, Darmin Nasution. 18. Diskursus Tidak Langsung Hubungan diskursus tidak langsung terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa bawahannya merupakan suatu pernyataan yang direkam atau yang dilaporkan.Biasanya, hubungan ini menggunakan konjungsi bahwa. (66) Frank berkata bahwa temannya adalah seorang koruptor. 19. Pembandingan Hubungan pembandingan terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa bawahannya menyatakan pembandingan, kemiripan, atau preferensi antara apa yang dinyatakan pada klausa utama dengan yang dinyatakan pada klausa bawahan itu.34 Konjungsi yang biasa digunakan
34
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 201-202
27
adalah seperti, bagaikan, laksana, ibarat, sebagaimana, dari pada, dan alih-alih. (67) Sayangilah saudaramu sebagaimana kamu menyayangi dirimi sendiri. 20. Perbandingan Hubungan pembandingan adalah hubungan yang menunjukkan bahwa apa yang dinyatakano oleh klausa utama melebihi atau sama tarafnya dengan apa yang dinyatakan oleh klausa bawahan. Hubungan perbandingan yang klausa intinya melebihi dengan apa yang dinyatakan oleh klausa bawahan disebut hubungan komparatif. Hubungan ini menggunakan konjungsi lebih/kurang… dari(pada). (68) Daripada engkau menghamburkan harta, lebih baik kau sumbangkan saja ke panti asuhan. Hubungan perbandingan yang bertaraf sama disebut hubungan ekuatif, biasanya menggunakan konjungsi sama…dengan atau bentuk se-. (69) Perilaku anak itu sama persis dengan perilaku orangtuanya. 21. Komplementasi Hubungan komplementasia adalah hubungan yang melengkapi verba atau nomina yang terdapat pada klausa utama. Biasanya hubungan ini ditandai oleh konjungsi bahwa, kalau, alangkah.35 (70) Berita bahwa Nazarudin telah ditangkap oleh KPK sudah tersebar kemana-mana. 35
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 204
28
22. Optatif (Harapan) Klausa utama kalimat majemuk yang berisikan hubungan optatif menyatakan harapan agar apa yangada pada klausa bawahan dapat terjadi. Konjungsi yang digunakan adalah agar, semoga, moga-moga, mudah-mudahan. (71) Kita berharap semoga pelaksanaan UN tahun 2012 nanti tidak diwarnai lagi oleh berbagai bentuk kecurangan. 23. Atribut Hubungan atribut ditandai oleh konjungsi yang pada klausa bawahan.Konjungsi ini ada bersifat atribut restriktif jika mewatasi makna nomina yang diterangkannya (contoh kalimat 1), dan bersifat atribut tak ter restriktif jika tidak mewatasi nomina sebelumnya, tetapi hanya sekadar merupakan tambahan informasi bagi nomina tersebut (contoh kalimat 2). (72) Anaknya yang tinggal di Jakarta meninggal kemarin. (73) Anaknya, yang tinggal di Jakarta, meninggal kemarin. 24. Perkecualian Hubungan
perkecualian
terjadi
apabila
klausa
bawahan
menyatakan suatu perkecualian, maksudnya menyatakan sesuatuyang dikecualikan dari apa yang dinyatakan dalam klausa utama. Konjungsi yang digunakan untuk menandai hubungan makna ini adalah kecuali, selain.36 (74) Dilarang masuk selain yang berkepentingan. 36
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 204
29
25. Keadaan Ruang Hubungan ini terdapat pada kalimat yang klausa bawahannya menggambarkan keadaan ruang klausa utama. (75) Dia tidur di dalam ruangan ber-AC. 26. Waktu Hubungan waktu ditunjukkan oleh klausa bawahan yang menyatakan waktu terjadinya suatu peristiwa atau keadaan yang disebutkan oleh klausa utama.Hubungan waktu terbagi menjadi waktu permulaan, waktu bersamaan, waktu berurutan, waktu batas akhir terjadinya peristiwa atau keadaan.37 a. Waktu batas permulaan ditandai oleh konjungsi sejak atau sedari. Contoh: (76) Peternak sapi lokal bangkit kembali sejak harga sapi impor melonjak turun. b. Waktu bersamaan ditandai oleh konjungsi ketika, pada waktu, (se)waktu, seraya, sambil, sementara, selagi, selama, dan tatkala. Contoh: (77) Demonstran itu membubarkan diri tatkala polisi tiba di tempat kejadian. c. Waktu berurutan ditandai oleh konjungsi sebelum, sehabis, setelah, sesudah, seusai, begitu. Contoh: (78) Berat badannya turun 10 kg setelah mengonsumsi obat pelangsing itu. 37
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 206
30
d. Waktu batas akhir ditandai oleh konjungsi sampai dan hingga. Waktu ini digunakan untuk menyatakan akhir atau ujung suatu proses.38 Contoh: (79) Gula darah saya naik hingga mencapai 405.
F.
KALIMAT
MAJEMUK
SUBORDINATIF
HUBUNGAN
KOMPLEMENTASI DALAM BAHASA INDONESIA Konjungsi adalah kategori yang menghubungkan kata dengan kata, klausa dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat; bisa juga antara paragraf dengan paragraf. Ditinjau dari kedudukan konstituen yang dihubungkan dibedakan adanya konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif. Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua buah konstituen yang kedudukannya sederajat,
sedangkan
konjungsi
subordinatif
adalah
konjungsi
yang
menghubungkan dua buah konstituen yang kedudukannya tidak sederajat.39 Hubungan komplementasi adalah hubungan yang klausa subordinatifnya melengkapi apa yang dinyatakan oleh verba klausa utama atau oleh nomina subjek, baik dinyatakan maupun tidak.40 Sebagimana telah dijelaskan dalam hubungan semantis antarklausa dalam kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi itu melengkapi apa yang dinyatakan oleh verba klausa bawahan atau oleh nomina subjek, baik dinyatakan maupun tidak. Dalam kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi, 38
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 208 39 Abdul Chaer. Sintaksis Bahasa Indonesia. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), h. 81-82 40 Hasan Alwi, dkk. Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai, 1998), h. 400
31
berdasarkan fungsi sintaksisnya klausa anak berkonjungsi bahwa dapat menjadi pengisi fungsi subjek, objek, keterangan atau pelengkap.41 Berikut beberapa contoh kalimat yang di dalamnya terdapat klausa bawahan jenis ini. (80) Bahwa lulusan APDN mendapat pangkat golongan IIa dalam jajaran PNS Rudini mengungkapkan. (81) Sudah dapat diperkirakan sebelumnya bahwa pihak Libya akan memberikan reaksi keras. (82) Bahwa DPP Ikadin tidak mampu melaksanakan Munas, saya mendukung pernyataan Menkeh. (83) Bahwa kejadian ini hanya mimpi buruk, Ibu berkata. Pada kalimat (1) sebagai pengisi fungsi subjek (O), pada (2) sebagai pengisi fungsi keterangan (Ket), pada kalimat (4) sebagai pengisi fungsi pelengkap (Pel), dan pada (3) sebagai pengisi fungsi subjek (S). Kehadiran konjungsi bahwa ada yang bersifat wajib dan ada pula yang bersifat tidak wajib manasuka. Konjungsi yang bersifat wajib, kehadirannya tidak dapat dilesapkan. Jika konjungsi itu dilesapkan kalimat itu tidak gramatikal seperti pada contoh (2) dan (3). Adapun konjungsi yang bersifat manasuka, kehadirannya tidak wajib, seperti pada contoh (1) dan(4) berikut ini.42 (84) Rudini mengungkapkan lulusan APDN mendapat pangkat golongan IIb dalam jajaran PNS.
41
Sri Nardianti. Konjungsi Subordinatif dalam Bahasa Indonesia. (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1996), h. 20 42 Sri Nardianti. Konjungsi Subordinatif Dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1996), h. 20
32
(85) Pihak Libya akan memberikan reaksi keras, sudah dapat diperkirakan sebelumnya. (86) Saya mendukung pernyataan Menkeh DPP Ikadin tidak mampu melaksanakan Munas. (87) Ibu berkata kejadian ini hanya mimpi. Perilaku lain konjungsi bahwa menuntut hadirnya S pada klausa anak sebab S klausa anak itu memiliki referen yang lain dengan S klausa induknya. Apabila S pada klausa anak itu dilesapkan, kalimatnya tidak berterima seperti berikut.43 (88) Rudini mengungkapkan bahwa mendapat pangkat golongan II b dalam jajaran PNS. (89) Bahwa akan memberikan reaksi keras sudah diperkirakan sebelumnya. (90) Saya mendukung pernyataan Menkeh bahwa tidak mampu melaksanakan Munas. (91) Ibu berkata bahwa hanya mimpi buruk. Berdasarkan hubungan
makna
yang dinyatakannya, klausa anak
berkonjungsi bahwa menyatakan hubungan makna „isi‟ karena klausa anak menjadi isi klausa induknya.
43
Sri Nardianti. Konjungsi Subordinatif Dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1996), h. 21
33
G. KALIMAT
MAJEMUK
SUBORDINATIF
HUBUNGAN
KOMPLEMENTASI DALAM BAHASA ARAB Kalimat
majemuk
subordinatif
hubungan
komplementasi
yang
berkonjungsi bahwa biasa dikaitkan dengan partikel ُّ أ/anna/.44 Namun, dalam kasus-kasus tertentu partikel ُّ إ/inna/ dapat menjadi konjungsi untuk hubungan ini. ُّ أ/anna/ = „Sesungguhnya‟. Dengan demikian pengertiannya sama dengan ُّإ /inna/. Perbedaanya adalah, bahwa bila terletak di awal kata itu dibaca ُّ إ/inna/ , dan bila terletak ditengah dibaca ُّ أ/anna/.45 Partikel ُّ إ/inna/
harus berada antara dua klausa yang tak sederajat.
Selama partikel tersebut tidak mengapit atau menghubungkan dua buah klausa yang tak sederajat, maka ia bukan termasuk dalam kategori hubungan komplementasi. Biasanya, partikel ُّ إ/inna/
bisa menjadi konjungsi jenis
قَب َه/qâla/.
hubungan ini jika diawali dengan verba
ْ ٍذِٝ َر ْؼتٍ شَذِٜل ف َ َّ َػيَ ٌُ أ ْ َأ Saya tahu bahwa kamu sangat letih.
ججًب َ َعَِؼَْْب قُ ْشءَاًّبػ َ َفقَبىُْ٘ا ِإَّب Lalu mereka (sekumpulan jin) mengatakan bahwa kami telah mendengarkan Al-quran yang menakjubkan. Pada contoh (1) di atas, klausa utamanya yaitu bawahannya adalah
ْ ٍذٝت شَ ِذ ٍ رَ ْؼِٜل ف َ ََّأ
ٌَُػي ْ َأ
sedangkan klausa
Pada contoh tersebut, klausa utama dan
klausa bawahan dihubungkan dengan konjungi ُّ أ/anna/. Adapun pada contoh (2) 44 45
Imam Ansori. Sintaksis Bahasa Arab, (Malang: Misykat, 2004), h. 102 Salman Harun. Pintar Bahasa Arab Al-Quran, (Jakarta: Lentera Hati, 2009). Hlmn.
123
34
di atas, klausa utamanya yaitu
َفقَبُىْ٘ا
sedangkan klausa bawahannya adalah
ِإَّب
ججًب َػ َ عَِؼَْْب قُ ْشءَاًّب َ . Seandainya partikel bahwa dalam kalimat majemuk bahasa Indonesia bisa dihilangkan, maka dalam bahasa Arab pun demikian, yakni ُّ إ/inna/ bisa
َ قَب/qâla/. dihilangkan khususnya pada saat verba ه ُ (اىجقشح َ ْٗ ُشؼُش ْ ِ الَ َر ْ َآ ٌء َٗى ِنْٞد ؕ ثَ ْو َاح ٌ هلل اٍََْ٘ا ِ ْ ِو اِٞعج َ ُِْٜقْزَ ُو فٝ ََِْ َٗالَرَقُْ٘ىُْ٘ا ِى )ٔ٘ٗ: Janganlah kamu katakan (bahwa) mati, orang-orang yang terbunuh pada sabilillah, bahkan mereka itu hidup, tetapi kamu tiada sadar. Dalam kasus tertentu dalam kalimat majemuk subordinatif hubungan komplemetasi, meskipun partikel ُّ إ/inna/ berfungsi sebagai objek selain didahului oleh verba ه َ قَب/qâla/ ia kemudian tidak menjadi anna sebagai lazimnya.
)٩ : ٌُ (اىشؼشاءْٞ ِْ ُض اى َشحِٝل ىََُٖ٘ا ْىؼَض َ َِٗإَُ سَ َث Sesungguhnya Tuhanmu Maha Perkasa lagi Penyayang. Hal itu karena khabar inna-nya diawali dengan lam ibtidâ. Karena itu, untuk mengetahui lebih jelas mengenai ُّ إ/inna/ atau ُّأ/anna/, maka Peneliti akan merincinya di bawah ini. a. Partikel ُّ إ/inna/ atau ُّأ/anna/ Partikel ُّ إ/inna/ dan ُّأ/anna/ keduanya digunakan untuk menekankan arti predikat namun inna digunakan hanya pada awal kalimat, sedangkan anna menunjukkan pernyataan. Partikel tersebut disebut Huruf-huruf yang Menyerupai
35
Verba. Beberapa huruf yang memiliki fungsi yang sama ُّ إ/inna/ dan ُّأ/anna/ yaitu َُ مََؤ/kaana/ َِ ىَ ِن/lakinna/ َْذٞ َى/laita/ َ ىَؼَو/la‟alla/.46
ًٌل قَب ِد َ َقْٝ ُِ صَذ َ َل أ َ ذ َى ُ ُق ْي Aku mengatakan kepadamu bahwa temanmu akan datang. Bahwa kata sesudah ُّ إ/inna/- َُ مََؤ/kaana/ - َِِ ىَن/lakinna/ - َْذٞ َى/laita/ dan َ ىَؼَو/la‟alla/ berbentuk nashab dan kalau kata itu berupa isim mufrad munsharif ia berbaris fathah. Dengan demikian kata-kata itu sama fungsinya dengan ُّ إ/inna/.47 Memang demikian, bahwa kata-kata itu adalah kawan-kawan ُّ إ/inna/, artinya mempunyai fungsi yang sama, yaitu membuat subjek (mubtada‟) berbentuk nashab (fathah, alif, kasrah, ya, dan hadzfu nun).48 Dalam penggunaannya, partikel inna tidak bisa berubah menjadi anna dengan sendirinya. Ia bisa berubah menjadi anna seandainya berada dalam kasuskasus tertentu. Hal yang sama juga berlaku pada anna. Namun, pada kondisi tertentu, kedua-duanya bisa digunakan tanpa ada kekhususan. Artinya kita bisa menggunakan inna maupun anna dalam kondisi yang dimaksud. Berikut tempattempat berlakunya inna atau anna akan dijelaskan.49 1) Tempat-tempat Berlakunya ُّ إ/inna/ Partikel ُّ إ/inna/ harus diterapkan jika konstituen setelahnya tidak bisa diubah menjadi mashdar, yaitu pada: a. Terletak di awal kalimat
)ٔ : ْيَ ِخ اىْ َقذْسِ (اىقذسَٞ ىِٚإَِّآ أَّْ َضىَْْب ُٓ ف 46
294
Abdullah Abbas Nadwi. Belajar Mudah Bahasa Al-quran, (Bandung: Mizan, 1996), h.
47
Salman Harun. Pintar Bahasa Arab Al-Quran, (Jakarta: Lentera Hati, 2009), h. 123 Salman Harun. Pintar Bahasa Arab Al-Quran, (Jakarta: Lentera Hati, 2009), h. 123 49 Mustafa Al-Ghalayaini. Jami‟ addurus al-Arabiyah, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2002), h. 225-226 48
36
b. Terletak setelah partikel ثٞ ح/haitsu/
ُ اىؼيٌ ٍ٘ج٘د َ ث ِإٞظ ح ْ اجي c. Terletak setelah partikel إر/idz/
ُ اىشَظَ رَطُي ُغ َ ل ِإ ْر ِإ َ جِئْ ُز d. Terletak setelah shilah maushul (pronomina relatif)
إَِّ ُٔ ٍُجْزَِٖ ٌذٛ ْ ِجَبءَاَىز e. Terletak sebagai jawaban dari qasam (sumpah)
ُ ا ْىؼِ ْيٌَ ُّْ٘ ٌس َ ِإ,َِٗاهلل f. Terletak sebagai isi ucapan dari verba قبه/qâla/
)ٖٓ : ٌٝهلل (ٍش ِ ْ ػَ ْج ُذ اِِّٜقَب َه إ g. Terletak sebagai fungsi hâl
ة ُ ُُ اىشَ َْظَ َرغْش َ ذ َِٗإ ُ ْجِئ h. Terletak sebagai klausa relatif
جَبءَ َسجُ ٌو إَُِّٔ فَبضِ ٌو i. Terletak sebagai jumlah isti‟nâf (permulaan)
َِْٔٞد إِى ُ ْعؤ َ َأُِِّٜ إ ٌ ال َ ػٌُ ُف ُ َ ْضٝ j. Terletak ketika khabar (predikat) inna-nya ada lâm ibtidâ‟
ٌل َىَُجْ َزِٖذ َ َّذ ِإ ُ َْػ ِي َ k. Terletak sebagai ism „ain
ٌٌ ِْْٝ ٌو إَِّ ُٔ مَشِٞخَي 2) Tempat-tempat Berlakunya ُّأ/anna/50 Partikel ُّأ/anna/ harus diterapkan jika konstituen setelahnya harus ditakwilkan menjadi mashdar, baik mashdar marfû‟, mashdar manshûb maupun mashdar majrûr. Semuanya terletak pada:51 a. Terletak sebagai fungsi fâ‟il
ل ٍُجْزَ ِٖ ٌذ َ َّ َ أٜ ْ ََِْثَيغ 50
Mustafa Al-Ghalayaini. Jami‟ addurus al-Arabiyah, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2002), h. 227-228 51 Antoine Dahdah, A Dictionary of Arabic Grammar, (Beirut: Maktabah Lubnan, 1981), h. 168
37
Terletak setelah partikel َْ٘ى
ل َ ْشًا َىَٞد َىنَبَُ خ َ ل اجزٖذ َ َّ َىَْ٘أ Terletak setelah partikel ٍَب
ل َمغُْ٘ ٌه َ َّ ََالأُميَل ٍَب أ b. Terletak sebagai fungsi naibul fa‟il
ف ٌ ل ٍْصش َ َّ َػِي ٌَ أ ُ c. Terletak sebagai fungsi mubtada
ل ٍُجْزَِٖ ٌذ َ َّ َِ أ ٌغ َ ح َ d. Terletak sebagai fungsi khabar dari ism ma‟anna
ٌٌ ْٝ ل أَ َّلَ مَش َ حغْ ُج َ e. Terletak sebagai fungsi taabi‟ lil marfu‟ (na‟at, „athaf, badal, dan taukid)
ق ِ خُي ُ ِ ا ْى ُغ َ ح َ ل َ َّ َ إجْزَِٖب ُدكَ َٗأٜ ْ ََِْثَيغ ٌذ أََّ ُٔ ٍُجْزَ ِٖ ٌذْٞ ِعؼ َ ِْْٜ ْؼجِ ُجُٝ Nasab: 1) Terletak sebagai fungsi maf‟ul bih
ل ٍُجْزَِٖ ٌذ َ َّ َذ أ ُ َِْػي 2) Terletak sebagai khabar kaana atau salah satu dari teman kaana dengan syarat isim kaana dengan isim ma‟anna
ق َ ح َ ْل رَزَ ِج ُغ اى َ َّ َ أ,ِْْٜ َِْٞقَْٝٗ أ,َِْٜ ْمبَُ ػي 3) Terletak sebagai fungsi ma‟thuf ilaih dan badal minhu.
ف ٌ ل ٍْْصش َ َّ َْ َئلَ َٗأِٞذ ٍُج ُ َْ ػَِي:ػطف ِحغَِ ا ْىخُُيق َ ُٔ ََّذ خَبِىذًا أ ُ ٍَْ احـزَش:ثذه Jarr: 1) Terletak setelah huruf jarr
38
ل ٍَُِْٖ ٌو َ َّ َِ أ ْ ٍِ ذ ُ ْػجِج َ 2) Terletak sebagai fungsi mudhaf ilaih
ظ َرطُْي ُغ َ َْ ش َ ُ اى َ جِئْذُ قَجْ َو َأ 3) Terletak sebagai fungsi „athaf dan badal
ْوٍ َٗأََُّٔ ػَبقِ ٌوِِٞ َأدَةِ خَي ْ ٍِ د ُ ْ عشس:ػطف ذ ٍِْْ ُٔ َأ َّ ُٔ ٍَُِْٖ ٌو ُ ْػجِج َ :ثذه 3) Tempat-tempat Dibolehkannya ُّ إ/Inna/ atau ُّ أ/Anna/ Dalam beberapa kasus, partikel ُّ إboleh dibaca inna dan anna.52 Hukum itu berlaku karena konstituen setelahnya bisa diubah menjadi mashdar maupun tidak. Kasus-kasus tersebut terjadi dalam empat hal, yaitu: a. Terletak setelah partikel إرا/idzâ/ yang bermakna „tiba-tiba‟
ذًاْٞ ِعؼ َ َُخَ َشجْذُ فَِئرَا ِإ b. Terletak setelah fa‟ al-jawâb
ًُ ل ُرنْ َش َ َّ ِِإُْ َرجْزَ ِٖذْ فَئ c. Terletak sebagai penjelasan terhadap klausa sebelumnya
ًِ أَ َّ ُٔ ٍُغْزَحِقُ ا ِإلمْشَا,ٍُْٔأمْش d. Terletak setelah frasa ً ال جش/lâ jarama/
ّ حَقَٚػي َ ََالجَ َش ًَ أَ َّل 4) ُّ إ/Inna/ atau ُّأ/Anna/ yang Dirampingkan Pertikel ُّ إ/inna/ atau ُّأ/anna/ bisa dirampingkan menjadi ُ إ/in/ atau ُأ /an/.53 Dalam suatu kalimat apabila inna dirampingkan, maka ia bisa “beramal” (me-nashab-kan isim dan me-rafa‟-kan khabar) dan juga tidak. Namun, ia sama
52
Mustafa Al-Ghalayaini. Jami‟ addurus al-Arabiyah, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2002), h. 229-230 53 Mustafa Al-Ghalayaini. Jami‟ addurus al-Arabiyah, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2002), h. 230-232
39
sekali tidak beramal, maka dalam khabarnya (predikat) mesti diawali dengan huruf ه/lam/.
)ٖٔٗ :هلل ۗ (اىجقشح ُ اَِٙ َٕذ َ ْٝ ِ اَىزَْٚ َش ًح إِالَ ػَيِٞذ َىنَج ْ َّ َِٗإُْ مَب:ُمب )٘ٙ :ِ (اىصبفبد ِ ْٝ ِد ىَزُ ْشد َ هلل ِإُْ مِذ ِ قَب َه رَبا:مبد )ٔ٨ٙ :ِ (اىشؼشاء َ ْٞ ِ ا ْىنَبرِ ِث َ َِ ل َى َ ُْ ُ َِٗإُْ َّظ:ِّظ Dalam penerjemahannya, partikel in perampingan dari inna bisa diartikan dengan „sungguh‟, „sesungguhnya‟, atau „benar-benar‟.54 Adapun partikel anna jika dirampingkan menjadi an, maka ia tetap beramal sebagai anna. Ketika itu isim (subjek) an-nya berupa dhamir sya‟n yang dilesapkan, sedangkan khabarnya (predikat) harus berupa konstituen jumlah, baik jumlah ismiyah maupun fi‟liyah.55 Apabila jumlah setelahnya berupa ismiyah atau fi‟liyah yang berupa fi‟il jâmid ada du‟â, maka ia tidak memerlukan partikel pemisah antara jumlah tersebut dengan an. An dapat dirampingkan dengan syarat, wajib isim anna berupa dhamir atau kata ganti dan dibuang dan wajib khabar anna berupa jumlah baik ismiyah maupun fi‟liyah.56
َِْٞ ََِة ا ْىؼَبى ِ َح َْ ُذهللِ س َ َٗءَاخِ ُش َدػَْ٘ا ُٕ ٌْ أَُ ا ْى Apabila jumlah setelahnya berupa fi‟liyah, maka ia memerlukan partikel pemisah antara jumlah tersebut dengan an. Partikel pemisah itu terbagi menjadi
54
Rofi‟i. Bimbingan Tarjamah Arab-Indonesia, (Jakarta: Persada Kemala, 2002), h. 55 Ahmad Al-Hasyimi. al-Qawa‟id al-Asasiyah al-Lughah al-„Arabiyah, (Beirut: AlMaktabah Al- Ashriyah, 2003), h. 163 56 Syekh Abdullah Ibn Ahmad al-Fakihiy, Mutammimah al-Ajurumiyah, (Surabaya, Harisma), h. 56-57 55
40
lima yaitu berupa قذ/qad/, ط/sin/, ع٘ف/saufa/, huruf nafi, atau adaat asy-syart dan rubba.57
)ٖٔٔ : صذَقْزََْب (اىَبئذح َ ْ َٗ َّؼَْي ٌَ َأُْ َقذ: قذ )ٕٓ : ۙ (اىَضٍوَُٚ ٍِ ْْ ُن ٌْ ٍَ ْشض ُ ْ٘ ُنَٞ َ ػَِي ٌَ َأُْ ع: )ِ ع٘فٞظ (اىغٞحشف اىزّْف Dalam penerjemahannya, partikel ُ أ/an/ perampingan dari anna dapat diartikan dengan „bahwa‟. Penerjemahan ini memang sesuai dengan fungsinya sebagai konjungsi komplementasi dalam kalimat majemuk subordinatif.
H. PENEGASAN TERHADAP TEORI YANG DIGUNAKAN DALAM SKRIPSI Sebagaimana telah dijelaskan bahwa Peneliti akan membahas serta meneliti kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi dalam terjemahan surat al-Baqarah. Pada skripsi ini Peneliti akan fokus pada hubungan komplementasi, yaitu melengkapi apa yang dinyatakan oleh verba klausa bawahan atau oleh nomina subjek, baik dinyatakan maupun tidak. Hemat Peneliti, istilah hubungan komplementasi hanya digunakan oleh Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan (2014) dan Hasan Alwi (1998). Sementara itu, Abdul Chaer menggunakan istilah makna penjelasan (2002) dan masih banyak yang menggunakan teori lain namun semua teori itu
mengacu pada
kalimat majemuk subordinatif dalam jenis yang sama, yaitu yang menggunakan konjungsi bahwa. Dalam bahasa Indonesia, bahwa konjungsi komplementasi hanya ada satu macam, yaitu bahwa. Dalam bahasa Arab, konjungsi tersebut terdapat dua macam 57
Mustafa Al-Ghalayaini. Jami‟ addurus al-Arabiyah, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2002), h. 234-235
41
(َُ ِإdan َُ )َأyang memiliki aturan masing-masing. Dalam kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi, konjungsi bahwa dapat menjadi subjek, objek, keterangan atau pelengkap.
42
BAB III BIOGRAFI A. LATAR BELAKANG KEHIDUPAN PROF. DR. MAHMUD YUNUS Prof. Dr. H. Mahmud Yunus. Dilahirkan di Batusangkar, Sumatera-Barat, pada tanggal 30 Ramadhan 1316 H, bertepatan dengan 10 Pebruari 1899 M. Pada umur ± 7 tahun belajar mengaji di surau kakeknya sendiri M. Thahir bin M. Ali gelar Engku Gadang, lalu memasuki Sekolah Dasar, tetapi hanya sampai kelas tiga saja; sesudah itu memasuki madrasah yang dipimpin oleh Syekh H. M. Thaib Umar sampai tahun 1916. Pada tahun 1917 beliau berhenti mengajar karena sakit. Dia menggantikan gurunya sebagai pemimpin madrasah tersebut. Sebelum itu hanya sebagai guru bantu saja.58 Pada tahun 1924-1925 melanjutkan pendidikan di Universitas Al-Azhar, Kairo, dan berhasil memperoleh Shahadah Alimiyah. Kemudian pada tahun 19261930 belajar di Madrasah Darul Ulum Ulya, yang sesudah bersusah payah berusaha, memasukinya sebagai orang Indonesia pertama belajar di sini. Di Madrasah ini ia mengambil takhassus (spesialisasi) tadris sampai memperoleh ijazah Tadris (diploma guru). Profesinya sebagai guru sudah mulai sejak masih belajar di Batusangkar yaitu sebagai guru bantu di pesantren. Selanjutnya, 1931-1932: direktur/guru AlJamiah Islamiyah, Batusangkar; 1931-1938, 1942-1946: direktur/guru Normal Islam (Kuliah Mu‟allimin Islamiyah), Padang; 1948-1949: Dosen Agama pada Akademi Pamongpraja di Bukittinggi; 1957-1960: Dekan/Dosen pada Akademi
58
Mahmud Yunus. Tafsir Quran Alkarim, (Jakarta: Hidakarya Agung, 2002)
43
Dinas Ilmu Agama (ADIA) di Jakarta; 1960-1963: Dekan/Guru Besar pada Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta; 1966-1971: Rektor IAIN Imam Bonjol, Padang.59 Beliau dikenal pula sebagai pendiri perkumpulan Sumatera Thawalib dan penerbit majalah Islam Al-Banyir (1920); turut mendirikan Persatuan Guru-guru Agama Islam (1920); anggota Minangkabau Raad (1938-1942); anggota Cu Sangi Kai (1943-1945), dalam mana beliau berhasil memasukkan pendidikan Agama Islam di sekolah-sekolah pemerintah; anggota Komite Nasional Sumatera-Barat (1945-1946); Pemeriksa Agama pada Jawatan Pengajaran Agama Sumatera-Barat (1945-1946); Kepala Bagian Islam pada Jawatan Agama Propinsi Sumatera di Pematang Siantar (1946-1949); turut serta mendirikan Majlis Islam Tinggi Minangkabau, yang kemudian menjadi MIT Sumatera (1946); Inspektur Agama pada Jawatan PP & K Propinsi Sumatera, Bukittinggi (1947); Sekretaris Menteri Agama PDRI (1949). Sesudah pengakuan kedaulatan, beliau memangku beberapa jabatan di Kementrian (departemen) agama RI, berturut-turut sebagai Pegawai Tinggi diperbantukan pada Kementrian Agama di Yogyakarta (1950); kepala Penghubung Pendidikan Agama pada Kementrian Agama di Jakarta (1951); dan Kepala Lembaga Pendidikan Agama pada Jawatan Pendidikan Agama (19521956).
59
Mahmud Yunus. Tafsir Quran Alkarim, (Jakarta: Hidakarya Agung, 2002)
44
Beliau sering pula berkunjung ke luar negeri, baik sebagai tugas yang diberikan pemerintah kepada beliau maupun atas undangan untuk menghadiri berbagai muktamar, sebagai berikut:60 Ke Singapura sebagai salah seorang utusan MIT untuk menghadiri Muktamar Alim Ulama (1943); ke sembilan negara Islam: Mesir, Arab Saudi, Suriah, Libanon, Yordan, Irak, Turki, Tunisia, dan Maroko dalam rangka mempelajari pendidikan agama (1961); ke Arab Saudi untuk menghadiri Sidang Majlis A‟la Istisyari Al-Jami‟ah Al-Islamiyah di Medinah Munawarah (1962 dan 1969); ke Mesir, memenuhi undangan Majma‟ Buhutsul Islamiyah Universitas Al-Azhar untuk menghadiri muktamarnya yang kesatu (1964); yang kedua (1965); yang ketiga (1966); dan yang keempat (1979), di mana beliau mengucapkan pidatonya yang berjudul Al-Israiliyat fit Tafsir Wal-Hadits. Prof. H. Mahmud Yunus juga banyak menulis buku, terutama buku pelajaran agama Islam untuk anak-anak, termasuk pula tafsir dan terjemah AlQur‟an.61 Karya tulis Prof. Dr. H. Mahmus Yunus Dalam Bahasa Indonesia 1. Tafsir Al-Qur‟an tamat 30 juz, tahun 1938. 2. Terjemahan Al-Qur‟an tanpa tafsir, untuk memudahkan membaca AlQur‟an.
60 61
Mahmud Yunus. Tafsir Quran Alkarim, (Jakarta: Hidakarya Agung, 2002) Mahmud Yunus. Tafsir Quran Alkarim, (Jakarta: Hidakarya Agung, 2002)
45
3. Marilah Sembahyang, pelajaran shalat, untuk anak-anak SD, 4 jilid. 4. Puasa dan Zakat, untuk anak-anak SD. 5. Haji ke Mekkah, cara mengerjakan haji, untuk anak-anak SD. 6. Keimanan dan Akhlak, untuk anak-anak SD, 4 jilid. 7. Beberapa kisah pendek, untuk anak-anak SD. 8. Riwayat Rasul dua pulu lima, bersama Rasyidin Zubir Usman. 9. Lagu-lagu Baru/Not angka-angka, bersama Kasim St. M. Syah. 10. Beriman dan Berbudi Pekerti, untuk anak-anak SD. 11. Pemimpin Pelajaran Agama, 3 jilid, untuk murid-murid SMP. 12. Hukum Warisan dalam Islam, untuk tingkat „Aliyah. 13. Perbandingan Agama, untuk tingkat „Aliyah. 14. Kumpulan Do‟a, untuk tingkat „Aliyah. 15. Do‟a-do‟a Rasulullah, untuk tingkat Tsanawiyah. 16. Marilah ke Al-Qur‟an, untuk tingkat Tsanawiyah/PGA, bersama H. Ilyas M. Ali. 17. Moral Pembangunan dalam Islam, untuk tingkat „Aliyah. 18. Akhlak (bahasa Indonesia), untuk tingkat „Aliyah. 19. Pelajaran Sembahyang (Shalat), untuk „Aliyah, mahasiswa/umum. 20. Hukum Perkawinan dalam Islam, 4 mazhab. 21. Soal Jawab Hukum Islam, dalam 4 mazhab. 22. Ilmu Mustalah Hadis, bersama H. Mahmud Azis. 23. Sejarah Islam di Minangkabau, dalam penyelidikan baru. 24. Kesimpulan isi Al-Qur‟an, untuk mubalig-mubalig/umum. 25. Allah dan MakhlukNya, Ilmu Tauhid menurut Al-Qura‟an.
46
26. Pengetahuan Umum Ilmu Mendidik, bersama St. M. Sa‟id. 27. Pokok-pokok Pendidikan/Pengajaran, Fak. Tarbiyah/PGAA. 28. Metodik Khusus Pendidikan Agama, Fak. Tarbiyah/PGAA. 29. Metodik Khusus Bahasa Arab, Fak. Tarbiyah/PGAA. 30. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. 31. Sejarah Pendidikan Islam (Umum). 32. Pendidikan Modern di Negara-negara Islam/Pendidikan Barat. 33. Ilmu Jiwa Kanak-kanak, Kuliah untuk kursus-kursus. 34. Pedoman Da‟wah Islamiyah, Kuliah untuk Da‟wah. 35. Dasar-dasar Negara Islam. 36. Menasih Haji, untuk orang dewasa. 37. Juz Amma dan terjemahannya. Dan 27 judul buku lainnya dalam Bahasa Arab. Sebagian besar buku-buku karya Mahmud Yunus dipergunakan bagi para pelajar dari sekolah dasar (ibtidaiyah) hingga ke perguruan tinggi. Karya beliau yang mempunyai pengaruh banyak diluar madrasah dan pondok pesantren adalah terjemahan Quran Karim yang diterbitkan pada tahun 1983 dan sudah mengalami cetak ulang berkali-kali. Adapun daftar buku-buku karya Prof. Dr. H. Mahmud Yunus sebagai berikut: a) Bidang Pendidikan ada 6 karya 1. Pengetahuan Umum dan Ilmu Mendidik. 2. Metodik Khusus Pendidikan Agama. 3. Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia.
47
4. Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran. 5. At-Tarbiyah wa at-Ta‟lim (Bahasa Arab). 6. Pendidikan di Negara-Negara Islam dan Intisari Pendidikan Barat. b) Bidang Bahasa Arab ada 16 karya 1. Pelajaran Bahasa Arab I (Bahasa Arab). 2. Pelajaran Bahasa Arab II (Bahasa Arab). 3. Pelajaran Bahasa Arab III (Bahasa Arab). 4. Pelajaran Bahasa Arab IV (Bahasa Arab). 5. Durusu al-Lughah al-Arabiyah ala Thariqati al Haditsah I (Bahasa Arab). 6. Durusu al-Lughah al-Arabiyah ala Thariqati al Haditsah II (Bahasa Arab). 7. Metodik Khusus Bahasa Arab. 8. Kamus Arab Indonesia. 9. Penterjemah atau Pentafsir Al-quran. 10. Contoh Tulisan Arab (Bahasa Arab). 11. Muthala‟ah wa al-Mahfuzhaat (Bahasa Arab). 12. Durusu al-Lughah al-Arabiyah I (Bahasa Arab). 13. Durusu al-Lughah al-Arabiyah II (Bahasa Arab). 14. Durusu al-Lughah al-Arabiyah III (Bahasa Arab). 15. Muhadatsah al-Arabiyah (Bahasa Arab). 16. Al-Mukhtaraat li al-Muthala‟ah wa al-Mahfuzhaat (Bahasa Arab).
48
B. PRIBADI MAHMUD YUNUS Sejak kecil, Mahmud Yunus dikenal dengan anak yang cerdas. Bila dimalam hari diceritakan hikayat atau cerita yang menjadi salah satu kesanyangannya, siangnya ia sudah bisa menceritakan kembali dengan sempurna. Situasi sosial yang melatarbelakangi kehidupannya telah membentuk karakternya menjadi sosok yang ikut mengisi perjalanan sejarah. Ia telah berfikir dan berbuat untuk menjawab problema sosial, bangsa dan agamanya dengan memilih jalur pendidikan sebagai sisi yang ia anggap paling strategis pada waktu itu. Kecermelangan Mahmud Yunus dalam menerima pelajaran diakui oleh para Ustadz yang mengajarnya. Ketika usianya baru 16 tahun yaitu tahun 1917, Mahmud sudah mampu mengajar beberapa kitab, antar lain al-Mahally, al-Fiyah ibn Aqil dan Jam‟al Jawami. Pengalaman ini menjadi bekal yang sangat berharga bagi beliau ketika melanjutkan pendidikannya terutama ketika belajar di al-Azhar, Kairo.62 C. PERJALANAN MAHMUD YUNUS MENUNTUT ILMU Sejak kecil, Mahmud Yunus didik dalam lingkungan agama dan tidak pernah masuk ke sekolah umum. Belajar mengaji di surau adalah jalur pendidikan awal yang ditempuh oleh beliau. Ia belajar dengan kakeknya sendiri, Muhammad Thahir bin Muhammad. Mahmud mulai mengaji di surau kakeknya ketika berusia 7 tahun dan dalam waktu kurang dari satu tahun ia dapat menamatkan Al-quran. Mahmud pun dipercaya oleh kakeknya menjadi Guru Bantu untuk mengajari
62
Herry Muhammad, dkk (2006), Tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh Abad 20, Jakarta: Gema Insani Press, Cet I, hal. 85-86 49
anak-anak yang menjadi pelajar pemula sambil ia mempelajari dasar-dasar tata bahasa Arab dengan kakeknya. Mahmud sempat masuk sekolah rakyat walaupun hanya betah sampai kelas tiga. Tahun 1908 M, ia memutuskan keluar karena pelajaran terlalu sering diulang dan menjemukkan baginya. Pada saat yang bersamaan, H.M. Thaib Umar mendirikan Madrasah School di Surau Tanjung Pauh. Tahun 1908, Mahmud pun dimasukkan oleh Ayahnya ke madrasah school tersebut. Di madrasah ini, ia belajar nahwu, sharaf, bahasa Arab dan matematika.63 Sejarah mencatat bahwa H.M Thaib Umar amat berpengaruh terhadap pembentukan keilmuan Mahmud Yunus. Melalui karya-karya gurunya itu, Mahmud dapat menyerap semangat pembaruan demi peningkatan kesejahteraan umat dan perkembangan Islam.64 Kedekatan Yunus secara pribadi dengan Thaib Umar membawanya ke forum rapat akbar Ulama Minangkabau pada tahun 1919 M di Padang Panjang. Ia datang menghadiri perkumpulan tersebut sebagai perwakilan H.M Thaib Umar. Setelah itu, ia membentuk perkumpuulan pelajar Islam di Sunggayang bernama Sumatera Thawalib pada tahun 1920 M. Kegiatan perkumpulan ini beragam, dainataranya menerbitkan Majalah al-Basyir. Di media ini, Yunus didaulat sebagai pemimpin Redaksi.65
63
Saiful Amin Ghofur, (2008), Profil Para Mufassir Al-quran, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, hal. 198 Sulaiman Ibrahim (2011), Pendidikan dan Tafsir “Kiprah Mahmud Yunus dalam Pembaruan Islam”, Jakarta: LEKAS, hal. 5 65 Saiful Amin Ghofur, (2008), Profil Para Mufassir Al-quran, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, hal. 198 64
50
D. KARIR MAHMUD YUNUS DALAM PENDIDIKAN Diantara karir kependidikan Mahmud Yunus ialah sebagai berikut:66
Memimpin al-Jami‟ah al-Islamiyyah di Sunggayang
Mahmud Yunus sekembalinya dari Mesir, ia kemudian mendirikan dua pendidikan Islam pada tahun 1931 yang salah satunya adalah al-Jami‟ah alIslamiyyah di Sunggayang. Namun sanagat disayangkan al-Jami‟ah al-Islamiyyah gulung tikar pada tahun 1933 karena kekurangan tenaga pengajar.
Memimpin Normal Islam di Padang
Normal Islam (Kulliyyatul Mu‟allimin al_Islamiyyah) didirikan di Padang oleh Mahmud Yunus bersama kerabatnya yang bergabung Persatuan Guru-Guru Agama Islam (PGAI) pada bulan April 1931. Madrasah ini dimaksudkan untuk mendidik calon guru.
Memimpin Sekolah Islam Tinggi (SIT) di Padang
Mendirikan Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) dan sekaligus menjadi dekannya (1957-1960)
Pada tahun 1960, ADIA dilebur dengan Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAIN) dan namanya berubah menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) yang kini menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Yogyakarta.
66
Herry Muhammad, dkk (2006), Tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh Abad 20, Jakarta: Gema Insani Press, Cet I, hal. 87-91 51
Mendirikan dan Memimpin Sekolah Menengah Islam (SMI) di Bukittinggi
Tahun 1960, diangkat sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Memimpin IAIN Imam Bonjol di Padang
Pada 20 nevember 1966, IAIN Imam Bonjol berdiri di Padang, Sumater Barat dan Mahmud Yunus diangkat menjadi Rektor sampai pension pada tahun 1970.
E. SEJARAH MAHMUD YUNUS DALAM MENERJEMAHKAN ALQURAN Tafsir Alquran al-Karim karangan Mahmud Yunus ini awalnya di terjemahkan pada tahun 1992 kemudian di terbitkan tiga juz dengan huruf ArabMelayu.
Pada
masa
itu
umumnya
Ulama
mengatakan
haram
untuk
menerjemahkan Alquran namun, bantahan dari Ulama tersebut tidak beliau perdulikan dan beliaupun tetap menerjemahkan Al-quran al-Karim tersebut.67 Kemudian beliau berhenti menerjemahkan Al-quran, karena beliau lebih memilih untuk melanjutkan ilmu pengetahuannya di Mesir (Th 1924) di berbagai tempat hingga akhirnya di Darul Ulum. Beliau menerima pelajaran dari Syekh Darul Ulum, bahwa menerjemahkan Al-quran itu hukumnya mubah, bahkan dianjurkan atau hukumnya fardu kifayah, untuk menyampaikan dakwah Islamiyah kepada bangsa asing yang tidak mengetahui bahasa Arab.
67
Mahmud Yunus. Tafsir al-Qur‟an al-Karim, (Jakarta: Hidakarya Agung,1969), hal. III Pendahuluan
52
Dengan berbagai ilmu yang telah diserap oleh akal pikirannya, pada bulan Ramadan tahun 1354 H (Desember 1935) beliau mulai kembali menerjemahkan Al-quran serta tafsir ayat-ayatnya yang penting yang kemudian beliau beri nama : Tafsir Al-quranul Karim. Dengan susah payah di terbitkan tafsir tersebut berjuz 2 tiap 2 bulan. Sedang menerjemahkan juz 7 sampai dengan 18 dibantu oleh almarhum H.M. Bakry. Pada bulan April 1938 tamatlah 30 juz dengan pertolongan Alah swt. dan disiarkan di seluruh Indonesia. Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1950, dengan petunjuk menteri Agama Almarhum Wahid Hasyim, salah seorang penerbit Indonesia Tafsir Alquran Karim itu dengan mendapatkan fasilitas kertas dari Menteri Agama dan di cetak sebanyak 200.000 aksemplar. Lalu di tunjuk percetakan bangsa Indonesia untuk mencetaknya. Kabarnya ada bantuan dari Ulama Yogyakarta, supaya di stop mencetak Tafsir Quran Karim itu. Bantahan itu dikirimnya kepada Maeteri Agama RI tetapi saya tidak menerima bantuan. Boleh jadi karena bantahan itu karena sebab-sebab yang lain, yang empunya percetakan tidak mau meneruskan mencetak tafsir Quran Karim itu, padahal telah dimulainya mencetak beberapa halaman banyaknya. Akhirnya diambil alih oleh M. Baharata Direktur percetakan Al-Ma‟arif Bandung. Lalu ia dicetak dan di terbitkan sebanyak 200.000 aksemplar dan dijualnya dengan harga Rp. 21 per eksemplar. Pada tahun 1953 seorang Ulama dari Jatinegara membantah pula, bantahan itu dikirinya kepada Presiden RI dan Menteri Agama. Salinannya disampaikan kepada Mahmud Yunus oleh Menteri Agama, lalu Mahmud Yunus balas suratnya
53
itu dengan lebar panjang. Tembusannya M. Yunus kirimkan kepada Presiden RI dan Menteri Agama. Akhirnya beliau tidak berkutik lagi, hanya diam. Kemudian setelah habis cetakan itu, Mahmud yunus bersama istri Darisah binti Ibrahim meneruskan menerbitkan tafsir Quran Karim itu. Lalu mereka terbitkan beberapa kali tanpa ada perubahan yang besar. Hanya ada perubahan sedikit demi sedikit.
54
BAB IV ANALISIS DATA A. TEMUAN Dalam pembahasan bab IV ini, Peneliti berupaya menganalisis kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi dalam surat al-Baqarah pada terjemahan Tafsir Al-quran al-Karim karya Mahmud Yunus yang biasa dihubungkan dengan konjungsi ّ إن/inna/ atau ّأن//anna/ dan verba qâla. Sebelum melakukan analisis, Peneliti akan memaparkan hasil dari ayat yang mengandung kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi pada surat al-Baqarah terjemahan Tafsir Al-quran al-Karim karya Mahmud Yunus. Dalam penelitian ini, Peneliti menemukan 202 data dari 286 ayat dalam surat al-Baqarah yang meliputi kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi dengan tiga kategori yaitu ّ إن/inna/ , ّ أن/anna/, dan qâla. Data yang diperoleh dalam kategori ّ إن/inna/ terdapat 32,7%, kategori ّ أن/anna/ terdapat 12,4%, dan kategori qâla terdapat 55%. Berikut ayat-ayat yang termasuk menjadi kategori kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi: B. ANALISIS 1. Ayat 8:
Diantara manusia ada yang berkata: Kami telah beriman kepada Allah dan hari yang kemudian, padahal meraka itu bukan orang-orang beriman.
Dalam ayat di atas (al-Baqarah: 8) terdapat satu kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi, karena mengandung verba qâla. Setiap
55
jumlah setelah verba tersebut maka ia akan menjadi hubungan komplementasi, baik partikel ّ إن/inna/ itu dinyatakan maupun tidak, dan dalam ayat ini partikel ّإن /inna/ kebetulan tidak ada. Jumlah Merupakan klausa utama, sedangkan
jumlah sampai merupakan klausa
bawahan. Dalam klausa bawahannya tidak diwajibkan konjungsi ّ إن/inna/ karena verba klausa utamanya ialah derivasi dari qâla. Adapun penerjemahannya sudah tepat, karena hubungan komplementasi dianggap sebagai kalimat langsung.
2. Ayat 11
Apabila dikatakan kepada mereka; janganlah kamu berbuat bencana dimuka bumi, maka jawab mereka: Hanya kami yang berbuat kebaikan.
Dalam ayat di atas (al-Baqarah: 11) terdapat dua kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi, yaitu pada kalimat yang digaris bawahi. Pertama,
jumlah
jumlah
merupakan
klausa
utama,
sedangkan
merupakan klausa bawahan. Kedua, jumlah
merupakan klausa utama, sedangkan jumlah merupakan
klausa bawahan. Adapun terkait dengan penerjemahan hubungan komplementasi ayat di atas, untuk bagian pertama sudahlah cukup begitu pula pada bagian kedua 56
sudahlah cukup. Menurut hemat Peneliti pada bagian kedua, klausa bawahan dianggap sebagai kalimat langsung karena konjungsi ّ إن/inna/ tidak diartikan.
3. Ayat 14:
Apabila mereka menemui orang-orang yang beriman, mereka berkata: Kami telah beriman. Tetapi bila mereka bersembunyi dengan ketua-ketuanya, mereka berkata pula: Sesungguhnya kami beserta kamu juga, hanya kami memperolok-olokan (orang-orang beriman).
Dalam ayat di atas (al-Baqarah: 14) terdapat dua kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi, yaitu pada kalimat yang digaris bawahi yaitu, dan … . Pertama, jumlah merupakan klausa
utama, sedangkan jumlah merupakan klausa bawahan. Kedua, jumlah
merupakan klausa utama sedangkan jumlah sampai
merupakan klausa bawahan. Adapun dalam penerjemahannya bagian pertama sudahlah cukup karena termasuk kalimat langsung. Sedangkan pada bagian kedua, klausa bawahan yang merupakan hubungan komplementasi memang lebih tepat 57
jika dijadikan sebagai kalimat langsung. Namun, hemat Peneliti, konjungsi komplementasi tidak perlu dihadirkan.68 Selain ayat ayat 8, ayat 11, dan ayat 14 yang termasuk kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi yang terdapat pada terjemahan Tafsir Alquran al-Karim karya Mahmud Yunus, ayat yang berkategori qâla yaitu:
Ayat 13
Apabila dikatakan kepada mereka: Berimanlah kamu, sebagaimana manusia telah beriman, mereka berkata: Adakah kami akan beriman sebagaimana orang-orang bodoh telah beriman ?...
Ayat 25
Berilah kabar gembira orang-orang yang beriman dan beramal salih, bahwa sesungguhnya untuk mereka itu surga yang mengalir air sungai dibawahnya.
68
Apabila mereka menemui orang-orang yang beriman, mereka
berkata: Kami telah beriman. Tetapi bila mereka bersembunyi dengan ketuaketuanya, mereka berkata pula: Kami beserta kamu juga, hanya kami memperolok-olokan (orang-orang beriman).
58
Tiap-tiap mereka mendapat rezeki dari pada buah-buahannya, mereka berkata: Ini seperti rezeki yang diberikan kepada kita dahulu…
Ayat 30
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang khalifah diatas bumi (Adam). Maka jawab mereka itu: Adakah patut Engkau jadikan diatas bumi orang yang akan berbuat bencana dan menumpahkan darah,… …Allah berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa-apa yang tiada kamu ketahui.
Ayat 31
…lalu Allah berfirman: Kabarkanlah kepadaKu nama barang ini, jika kamu yang benar.
Ayat 32
Jawab mereka: Mahasuci Engkau, tak adalah pengetahuan kami, melainkan apa-apa yang Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkau Maha mengetahui lagi Mahabijaksana.
59
Ayat 33
Berfirman Allah: Hai Adam, kabarkanlah kepada malaikat itu nama-nama barang ini! Tatkala Adam menerangkan nama-nama barang itu, Allah berfirman: Bukankah sudah Kukatakan kepadamu, bahwa Aku mengetahui yang gaib dilangit dan dibumi, serta Kuketahui apa-apa yang kamu lahirkan dan apa-apa yang kamu sembunyikan.
Ayat 34
(Ingatlah) ketika Kami berkata kepada malaikat: Tunduklah kamu kepada Adam! Lalu mereka itu tunduk, kecuali iblis, ia enggan, dan tekebur, dan ia termasuk orang-orang kafir.
Ayat 35
Berkata Kami: Hai Adam, tinggallah engkau bersama isteri engkau dalam surga, dan makanlah buah-buahannya dengan senang menurut kehendakmu; dan janganlah kamu dekati pohon kayu ini, nanti kamu termasuk orang-orang aniaya.
60
Ayat 36
…Berkata kami: Turunlah kamu, sebagian kamu dengan yang lain bermusuhmusuhan; dan untukmu tempat kediaman diatas bumi dan kesenangan, hingga seketika (sampai ajalnya).
Ayat 38
Berkata Kami: Turunlah kamu sekalian dari surga. Jika datang petunjukKu kepadamu, maka barang siapa mengikut petunjukKu itu, niscaya tak ada ketakutan atas mereka dan tiada mereka berduka-cita.
Ayat 54
Ketika berkata Musa kepada kaumnya: Hai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri, karena kamu mengambil anak sapi (menjadi Tuhan), sebab itu taubatlah kamu kepada Yang Menjadikan kamu, dan bunuhlah dirimu!
61
Ayat 55
Ketika kamu berkata: Ya Musa, kami tak akan percaya kepada engkau, sehingga kami melihat Allah berterang-terang, lalu halilintar menyiksa kamu, sedang kamu melihatnya.
Ayat 58
Ketika kami berkata: Masuklah kamu kedalam negeri ini (Baitu’l Mukaddas) dan makanlah didalamnya dengan bersenang-senang sebagaimana kamu kehendaki dan masuklah kepintunya dengan tunduk,…
Ayat 59
…(perkataan) yang tiada dikatakan kepadanya, lalu Kami turunkan kepada orang-orang yang aniaya itu siksaan dari langit, karena mereka itu pasik.
62
Ayat 60
(Ingatlah) ketika Musa minta air untuk kaumnya, lalu Kami berkata: Pukullah batu itu dengan tongkatmu! Lalu terpancarlah dua belas mata air daripadanya. Sesungguhnya tiap-tiap orang telah mengetahui tempat minumnya masingmasing: Makanlah dan minumlah dari rezeki Allah dan janganlah kamu berbuat bencana dimuka bumi sebagai orang-orang jahat.
Ayat 61
(ingatlah) ketika kamu berkata: Ya Musa, kami tiada sabar, jika makanan itu semacam saja, sebab itu mintakanlah untuk kami kepada Tuhanmu, supaya ditumbuhkanNya untuk kami dari apa-apa yang ditumbuhkan bumi (yaitu) sayur-sayuran, mentimun, bawah putih (gandum),’adas dan bawang merah. Berkata Musa: Maukah kamu menukar barang yang baik dengan yang buruk?...
63
Ayat 67
(Ingatlah) ketika berkata Musa kepada kaumnya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih sapi betina. Jawab mereka itu: Adakah engkau memperolok-olokan kami? Berkata Musa: Aku berlindung pada Allah, bahwa aku termasuk orang-orang yang jahil (tiada berilmu).
Ayat 68
Berkata mereka itu: Mintakanlah untuk kami kepada Tuhanmu, supaya diterangkanNya kepada kami, sapi apakah itu? Berkata Musa: Sesungguhnya Allah berkata, bahwa sapi itu tiada tua dan tiada pula terlalu muda, pertengahan antara itu, maka perbuatlah apa yang disuruh itu.
Ayat 69
Berkata mereka itu: Mintakanlah untuk kami kepada Tuhanmu, supaya diterangkanNya kepada kami, apakah warnanya? Jawab Musa: Sesungguhnya Allah berkata: Sapi itu kuning tua warnanya, menggirangkan hati orang-orang yang melihatnya.
64
Ayat 70
Berkata mereka itu: Mintakanlah untuk kami kepada Tuhanmu, supaya diterangkanNya kepada kami, sapi apakah itu? Sungguh sapi itu telah meragukan kami. Insya Allah kami mendapat petunjuk (mencari sapi itu).
Ayat 71
Berkata Musa: Allah berfirman: Sesungguhnya sapi itu bukan yang telah patuh untuk membajak bumi dan bukan pula menyirami ladang, lagi sejahtera, tidak belang warnanya sedikitpun. Berkata mereka itu: Sekarang telah engkau terangkan dengan sebenarnya. Lalu mereka sembelih sapi itu, hampir mereka tiada dapat memperbuatnya.
Ayat 73
Lalu Kami berkata: Pukullah orang yang mati itu dengan sebagian anggota sapi itu…
65
Ayat 76
…mereka berkata: Kami telah beriman, mereka berkata: Kami telah beriman… …mereka berkata: Mengapa kamu beritakan kepada orang-orang beriman (karunia) yang dibukakan Allah kepadamu?...
Ayat 79
…mereka berkata: Ini dari sisi Allah, supaya dapat mereka menjualnya dengan uang yang sedikit…
Ayat 80
Berkata mereka: Kita tiada akan disentuh api neraka, melainkan beberapa hari saja. Katakanlah: Adakah kamu telah berjanjji dengan Allah, tentu Allah tiada akan memungkiri janjiNya,…
Ayat 88
Berkata mereka itu: Hati kami tertutup, (tidak mau menerima), tetapi Allah mengutuki mereka sebab kekapirannya, maka sedikitlah yang beriman diantara mereka.
66
Ayat 91
Apabila dikatakan kepada mereka: Berimanlah kamu kepada (kitab) yang diturunkan Allah, berkata mereka: Kami beriman kepada (kitab) yang diturunkan kepada kami, sedang mereka ingkar akan (kitab) yang diturunkan kemudiannya, pada hal kitab itu sebenarnya (dari Allah) serta membenarkan (kitab) yang ada pada mereka. Katakanlah: Mengapakah kamu bunuh nabinabi Allah masa dahulu, jika kamu sebenarnya beriman?
Ayat 93
…Mereka berkata: Kami dengarkan dan kami durhakai… …Katakanlah, amat jahat apa yang diperintahkan oleh keimananmu, jika kamu sebenarnya orang beriman.
Ayat 94
67
Katakanlah: Jika kampung akhirat khusus untukmu disisi Allah tanpa manusia yang lain, maka hendaklah kamu cita-cita mati, jika kamu orang yang benar.
Ayat 97
Katakanlah: Barang siapa menjadi musuh bagi Jibril, maka sesungguhnya Jibril itu menurunkan Qur’an kedalam hati engkau (ya Muhammad) dengan izin Allah, serta membenarkan (kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk dan kabar gembira bagi orang-orang beriman.
Ayat 102
…melainkan lebih dahulu berkata: Kami ini hanya mendatangkan cobaan, sebab itu janganlah engkau kafir…
68
Ayat 104
…Janganlah kamu sebut: Ra’inna (Jagalah kami) dan sebutlah: Pandanglah kami, dan dengarkanlah olehmu!...
Ayat 111
Berkata mereka itu: Tiadalah yang akan masuk surga, melainkan orang-orang Yahudi atau orang-orang Nasrani. Demikianlah angan-angan mereka. Katakanlah: Unjukkanlah dalil (alasanmu), jika kamu orang benar.
Ayat 113
Berkata orang-orang Yahudi: Orang-orang Nasrani itu bukanlah atas suatu (kebenaran). Berkata pula orang-orang Nasrani: Orang-orang Yahudi bukanlah atas sesuatau (kebenaran), sedang mereka itu sama-sama membaca Kitab…
Ayat 117
…Dia berkata: Jadilah engkau. Lalu jadilah ia. 69
Ayat 120
…Katakanlah, sesungguhnya petunjuk Allah ialah sebenarnya petunjuk…
Ayat 124
…Berkata Allah: Sesungguhnya Aku angkat engkau (ya Ibrahim) menjadi imam (orang ikutan) bagi manusia. Berkata Ibrahim: (Begitu pula hendaknya) dari anak cucuku. Berkata Allah: Tetapi orang-orang yang aniaya tiada mendapat perjanjianKu ini.
Ayat 126
(Ingatlah) ketika berkata Ibrahim: Ya, Tuhanku jadikanlah ini sebuah negeri yang aman, dan berilah rezeki penduduknya dengan bermacam buah-buahan, (yaitu) orang yang beriman kepada Allah dan hari yang kemudian. Berfirman Allah: Barang siapa yang kafir, maka Kuberi kesenangan sedikit, kemudian Kumasukkan dia kedalam azab neraka; dan disitulah tempat tinggal yang sejahat-jahatnya.
70
Ayat 131
(Ingatlah) ketika Tuhan berfirman kepada Ibrahim: Islmalah engkau! Jawabnya: Saya telah Islam (patuh mengikut) Tuhan semesta alam.
Ayat 133
…ketika ia berkata kepada anak-anaknya; Apakah yang kamu sembah, kemudian matiku? Sahut mereka: Kami sembah Tuhanmu dan Tuhan bapabapamu, (yaitu) Ibrahim, Isma’il dan Ishaq, sedang Dia Tuhan yang Esa; dan kami patuh kepadaNya.
Ayat 135
Berkata mereka itu: Beragama, Yahudilah kamu, atau beragama Nasrani, supaya kamu mendapat petunjuk. Katakanlah: Bahkan agama Ibrahim yang lurus (kami ikut), dan bukanlah dia termasuk orang-orang musyrik.
Ayat 139
Katakanlah: Adakah kamu membantah kami tentang Allah?... 71
Ayat 140
Adakah kamu katakan, bahwa Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan anakanaknya, semuanya beragama Yahudi atau Nasrani? Katakanlah: Adakah kamu yang lebih tahu atau Allah?...
Ayat 167
Berkata orang-orang yang mengikuti: Kalau sekiranya kami kembali (keatas dunia), maka berlepas diri pula kami dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami…
Ayat 170
Apabila dikatakan kepada mereka: Ikutlah apa-apa yang diturunkan Allah! Maka jawab mereka: Tetapi kami mengikut apa-apa yang kami peroleh dari bapa-bapa kami…
72
Ayat 200
…Maka diantara manusia ada yang berkata: Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) didunia. Maka tak adalah untuknya dagian diakhirat.
Ayat 206
Apabila dikatakan kepadanya: Takutlah kepada Allah, kesombongannya mendorongnya berbuat dosa…
Ayat 217
…Katakanlah: Berperang pada bulan itu besar (dosanya),…
73
Ayat 219
… Katakanlah: Sekadar berlebih dari hajatmu…
Ayat 220
…Katakanlah: Berbuat kebaikan untuk mereka lebih baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, maka mereka itu saudaramu…
Ayat 222
…Katakanlah: Ia suatu kotoran, sebab itu hindarkanlah perempuanperempuan ketika mereka dalam haidl,… …Apabila mereka bersuci (mandi) bersetubuhlah kamu dengan mereka sebagaimana Allah tetap menyuruhmu. Sesungguhnya Allah mengasihi orangorang yang taubat dan mengasihi orang-orang bersuci.
74
Ayat 246
…mereka berkata kepada Nabi mereka: Utuslah seorang raja untuk kami, supaya kami berperang pada jalan Allah. Berkata Nabi itu: Barangkali kamu tiada mau berperang, jika diperlukan peperangan itu atas kamu. Jawab mereka itu: Mengapakah kami tiada mau berperang pada jalan Allah,…
Ayat 247
Berkata Nabi mereka kepada mereka: Sesungguhnya Allah telah mengutus Thalut menjadi raja untukmu. Berkata mereka itu: Bagaimanakah ia akan menjadi raja atas kami, sedang kami lebih patut menjadi raja dari padanya, dan dia tiada mempunyai harta yang banyak? Berkata Nabi: Sesungguhnya Allah telah memilih dia diantara kamu, serta menambahinya dengan ‘ilmu yang luas dan tubuh yang kuat;…
75
Ayat 248
Berkata Nabi mereka kepada mereka: Sesungguhnya tanda kerjaannya ialah bahwa datang kepadamu sebuah peti, yang membawa ketenangan hati dari Tuhanmu dan peninggalan yang ditinggalkan keluarga Musa dan keluarga Harun, sedang peti itu dibawa oleh malaikat. Sesungguhnya pada demikian itu menjadi tanda bagimu, jika kamu orang beriman.
Ayat 249
Maka tatkala keluar Thalut bersama tentaranya berkatalah ia: Sesungguhnya Allah mencobai kamu dengan suatu sungai… …berkata mereka itu: Tak ada kekuasaan bagi kami pada hari ini memerangi Jalut serta tentaranya. Berkata orang-orang yang mengetahui, bahwa mereka akan menemui Allah:…
76
Ayat 250
…berkata mereka: Ya Tuhan kami, tumpahkanlah kesabaran kedalam hati kami dan tetapkanlah telapak kaki kami (kuatkanlah kami) dan tolonglah kami melawan kaum yang kafir itu.
Ayat 258
…berkata Ibrahim: Tuhan
sayalah
yang menhidupkan
(orang) dan
mematikannya. Berkata Ibrahim: Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka cobalah engkau terbitkan dari barat…
Ayat 259
77
…ia berkata: Bagaimanakah Allah memakmurkan negeri ini kembali sesudah musnah? Lalu dia dimatikan Allah seratus tahun lamanya, kemudian dihidupkanNya kembali. Allah berkata: Berapa lamanya engkau tinggal disini? Ia menjawab: Saya tinggal disini sehari atau setengah hari. Berkata Allah: Bahkan engkau tinggal disini seratus tahun, maka lihatlah makanan dan minuman engkau, tiada ia berubah; dan lihat pula keledai (himar) engkau; dan supaya Kami jadikan engkau suatu tanda (akan berbangkit) untuk manusia dan perhatikanlah tulang-tulang itu, bagaimana Kami menyusunnya, kemudian Kami bungkus dengan daging. Setelah nyata yang demikian baginya, ia berkata: Saya mengetahui, bahwa Allah Mahakuasa atas tiap-tiap sesuatu. Ayat 260
(Ingatlah) ketika Ibrahim berkata: Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati. Allah berkata: Tidakkah engkau beriman (percaya)? Sahutnya: Ya (saya percaya), tetapi untuk mententramkan hatiku. Allah berkata: Ambillah empat ekor burung dan hampirkan kepada engkau (potong-potonglah semuanya),…
Ayat 285
…Mereka berkata: Kami dengar dan kami ikut, kami minta ampunan Engkau, ya Tuhan kami dan kepada Engkau tempat kembali.
78
4. Ayat 12:
Ingatlah, sesungguhnya mereka itu berbuat bencana, tetapi mereka tiada sadar.
Dalam ayat di atas (al-Baqarah: 12) terdapat satu kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi, yaitu pada kalimat yang digaris bawahi. Jumlah لَآ merupakan klausa utama, sedangkan jumlah
sampai merupakan klausa bawahan yang berfungsi sebagai
objek. Adapun mengenai penerjemahannya, sebaiknya kata „sesungguhnya‟ dapat diganti dengan partikel penghubung komplementasi „bahwa‟ tanpa harus diawali dengan tanda koma (,) dan termasuk kalimat tidak langsung.69
5. Ayat 20:
Hampir kilat menyambar pemandangan mereka, tiap-tiap kali kilat itu bercahaya, mereka berjalan, tetapi apabila gelap, mereka berhenti. Kalau dikehendaki
69
Ingatlah, bahwa mereka itu berbuat bencana, tetapi mereka tiada
sadar.
79
Allah, niscaya dihilangkanNya pendengaran dan pemandangan mereka. Sesungguhnya Allah Maha kuasa atas tiap-tiap sesuatu.
Dalam ayat di atas (al-Baqarah: 20) terdapat satu kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi, yaitu pada kalimat yang digaris bawahi. Jumlah merupakan klausa utama,
sedangkan jumlah ٍر merupakan klausa bawahan yang
berfungsi sebagai objek. Adapun penerjemahannya sudahlah cukup, seandainya ia dijadikan kalimat langsung, menurut hemat Penulis, kata „sesungguhnya‟ sebaiknya dihilangkan.
6. Ayat 32:
Jawab mereka: Mahasuci Engkau, tak adalah pengetahuan kami, melainkan apa-apa yang Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkau Maha mengetahui lagi Mahabijaksana.
Dalam ayat di atas (al-Baqarah: 32) terdapat satu kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi, yaitu pada kalimat yang digaris bawahi. Dalam klausa bawahannya tidak diwajibkan konjungsi ّ إن/inna/ karena verba klausa utamanya ialah derivasi dari qâla. Jumlah sampai jumlah
80
… merupakan klausa utama, sedangkan jumlah
merupakan
klausa
bawahan.
Adapun
dalam
penerjemahannya,
kata
„sesungguhnya‟ sebaiknya dihilangkan, jika tidak dihilangkan, cukuplah klausa utama saja sebagai kalimat langsung.70 Selain ayat 12, ayat 20, dan ayat 32 yang termasuk kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi yang terdapat pada terjemahan Tafsir Alquran al-Karim karya Mahmud Yunus, ayat yang berkategori ّ إن/inna/ yaitu:
Ayat 33
…Allah berfirman: Bukankah sudah Kukatakan kepadamu, bahwa Aku mengetahui yang gaib dilangit dan dibumi, serta Kuketahui apa-apa yang kamu lahirkan dan apa-apa yang kamu sembunyikan.
Ayat 37
Kemudian Adam memperoleh beberapa kalimat dari Tuhannya (ia minta ampun), lalu Allah menerima taubatnya, sesungguhnya Dia Penerima taubat lagi Penyayang. 70
Jawab mereka: Mahasuci Engkau, tak adalah pengetahuan kami,
melainkan apa-apa yang Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkau Maha mengetahui lagi Mahabijaksana.
81
Ayat 45
Minta tolonglah kamu (kepada Tuhan) dengan kesabaran dan (mengerjakan) sembahyang; dan sesungguhnya sembahyang itu amat berat, kecuali bagi orang-orang yang tunduk (kepada Allah);
Ayat 54
Ketika berkata Musa kepada kaumnya: Hai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri, karena kamu mengambil anak sapi (menjadi Tuhan), sebab itu taubatlah kamu kepada Yang Menjadikan kamu, dan bunuhlah dirimu!...
Ayat 61
82
…Berangkatlah kamu kekota, disana kamu mendapat apa-apa yang kamu minta. Lalu mereka itu ditimpa kehinaan dan kemiskinan dan mereka kembali mendapat kemarahan dari Allah... Ayat 67
(Ingatlah) ketika berkata Musa kepada kaumnya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih sapi betina. Jawab mereka itu: Adakah engkau memperolok-olokan kami? Berkata Musa: Aku berlindung pada Allah, bahwa aku termasuk orang-orang yang jahil (tiada berilmu).
Ayat 70
Berkata mereka itu: Mintakanlah untuk kami kepada Tuhanmu, supaya diterangkanNya kepada kami, sapi apakah itu? Sungguh sapi itu telah meragukan kami. Insya Allah kami mendapat petunjuk (mencari sapi itu).
Ayat 74
Kemudian hatimu menjadi keras sesudah itu, lalu ia seperti batu atau lebih keras. Sesungguhnya dari sebagian batu, terpancar air sungai dari padanya, dan diantara batu ada yang belah, lalu keluar air dari padanya, dan
83
setengahnya pula jatuh, karena takut kepada Allah. Allah tiada lalai dari apaapa yang kamu kerjakan.
Ayat 97
Katakanlah: Barang siapa menjadi musuh bagi Jibril, maka sesungguhnya Jibril itu menurunkan Qur’an kedalam hati engkau (ya Muhammad) dengan izin Allah…
Ayat 98
Barang siapa menjadi musuh bagi Allah, malaikatNya, rasulNya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah musuh bagi orang-orang kafir.
Ayat 109
…Maka ma’afkanlah mereka dan bebaskanlah, sehingga Allah mendatangkan perintahNya. Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas tiap-tiap sesuatu.
84
Ayat 110
Dirikanlah sembahyang dan bayarkanlah zakat; dan apa-apa yang kamu usahakan diantara kebaikan untuk dirimu, niscaya kamu peroleh pahalanya disisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan.
Ayat 115
Kepunyaan Allah timurdan barat, kemana kamu menghadap, maka disanalah kiblat (yang disukai) Allah. Sesungguhnya Allah Luas (karuniaNya) lagi Mahamengetahui.
Ayat 127
(Ingatlah) ketika Ibrahim mempertinggi asas Bait (ka’bah) bersama Isma’il, (kemudian berkata): Ya Tuhan kami, terimalah amalan kami, sesungguhnya Engkau Mahamendengar lagi Mahamengetahui,
Ayat 128
Ya Tuhan kami, jadikanlah kami dua orang muslim, (patuh mengikutmu) dan dari anak cucu kami menjadi umat muslim bagi Engkau, dan perlihatkanlah
85
kepada kami ‘amalan haji, dan terimalah taubat kami; sesungguhnya Engkau Penerima taubat, lagi Penyayang.
Ayat 129
Ya Tuhan kami, utuslah kepada mereka seorang rasul diantara mereka, yang akan membacakan ajat-ajatMu kepada mereka dan akan mengajarkan Kitab dan hikmah kepada mereka serta akan membersihkan mereka (dari kelakuankelakuan yang keji), sesungguhnya Engkau Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
Ayat 132
…Hai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama (Islam) untukmu, maka janganlah kamu mati, melainkan dalam keadaan muslim.
Ayat 143
…Allah tiada menyia-nyiakan keimanan kamu. Sungguh Allah Pengasih lagi Penyayang kepada manusia.
86
Ayat 144
…Dimana-mana kamu berada, maka hadapkanlah mukamu kearahnya. Sesungguhnya ahli kitab (Yahudi, Nasrani) mengetahui, bahwa yang demikian itu suatu kebenaran dari Tuhannya. Allah tiada lalai dari apa-apa yang mereka kerjakan.
Ayat 145
…Demi, jika engkau turut kemauan mereka, setelah datang kepada engkau ilmu pengetahuan, niscaya engkau ketika itu termasuk orang-orang aniaya.
Ayat 146
Orang-orang yang Kami datangkan Kitab kepadanya, mereka kenal akan dia, sebagaimana mereka kenal akan anak-anaknya sendiri. Sesungguhnya segolongan
mereka
menyembunyikan
mengetahuinya.
87
kebenaran,
sedang
mereka
Ayat 148
…Dimana saja kamu berada, Allah akan menghimpunkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas tiap-tiap sesuatu.
Ayat 149
Kemana saja engkau keluar (berjalan), maka hadapkanlah mukamu kearah mesjidil haram (Ka’bah). Sesungguhhnya yang demikian itu suatu kebenaran dari Tuhanmu…
Ayat 153
…mereka berkata: Inna lillahi wainna ilaihi radji’un. (Bahwa sesungguhnya kita kepunyaan Allah dan kita akan kembali kepadaNya).
Ayat 158
…Barang
siapa
mengerjakan
kabaikan
(memperbuat
sunnat),
sesungguhnya Allah Syukur (Membalas) lagi Mahamengetahui.
88
maka
Ayat 168
…dan janganlah kamu ikut langkah-langkah syetan. Sungguh syetan itu musuh yang nyata bagimu.
Ayat 173
…Tetapi barang siapa yang terpaksa (memakannya), sedang ia tiada aniaya dan tiada pula melampaui batas, maka tak ada dosa terhadapnya. Sungguh Allah Pengampun, lagi Penyayang.
Ayat 176
Demikian itu, karena Allah telah menurunkan Kitab dengan sebenarnya. Sesungguhnya orang-orang yang bersalah-salahan tentang Kitab itu adalah dalam perselisihan yang jauh.
Ayat 181
…maka hanya dosanya atas orang-orang yang mengubah itu. Sesungguhnya Allah Mahamendengar, lagi Mahamengetahui.
89
Ayat 182
Barang siapa takut (mengetahui) orang yang berwasiat dengan tidak adil atau berdosa, lalu diperdamaikannya antara
mereka itu, maka tak ada dosa
terhadapnya. Sesungguhnya Allah Pengampun lagi Penyayang.
Ayat 186
Apabila hambaKu bertanya kepada engkau tentang halKu, maka sesungguhnya Aku hampir…
Ayat 190
Perangilah olehmu pada jalan Allah akan orang-orang yang memerangi kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tiada mengasihi orang-orang yang melampaui batas.
Ayat 192
Jika mereka itu berhenti, maka sungguh Allah Pengampun lagi Penyayang.
90
Ayat 195
Belanjakanlah (hartamu) pada jalan Allah dan janganlah kamu jatuhkan dirimu kedalam kebinasaan dan berbuat baiklah. Sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang berbuat baik.
Ayat 197
…Berbekallah kamu dan sesungguhnya sebaik-baik perbekalan, ialah taqwa (memelihara diri dari meminta-minta)…
Ayat 208
…dan janganlah kamu turut langkah-langkah syetan. Sungguh syetan itu musuhmu yang nyata.
Ayat 211
91
…Barang siapa menukarkan nikmat Allah, setelah datang kepadanya, maka sesungguhnya Allah amat keras siksaanNya.
Ayat 214
…Apabilakah tibanya, pertolongan Allah? Ingatlah, bahwasannya pertolongan Allah hampir akan tiba.
Ayat 215
…Apa-apa yang kamu perbuat diantara kebaikan, maka sesungguhnya Allah Mahamengetahuinya.
Ayat 220
…Jika Allah menghendaki niscaya disempitkanNya kamu. Sungguh Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
92
Ayat 222
…Apabila mereka bersuci (mandi) bersetubuhlah kamu dengan mereka sebagaimana Allah tetap menyuruhmu. Sesungguhnya Allah mengasihi orangorang yang taubat dan mengasihi orang-orang bersuci.
Ayat 226
Orang-orang yang bersumpah dengan perempuan-perempuan (tiada akan bersetubuh) diberi janji empat bulan lamanya, maka jika mereka kembali, sesungguhnya Allah Pengampun lagi Penyayang.
Ayat 227
Jika mereka bercita-cita hendak menceraikannya, maka sesungguhnya Allah Mahamendengar lagi Mahamengetahui.
Ayat 237
…Janganlah kamu lupakan karunia (pemberian) sesama kamu. Sesungguhnya Allah Mahamelihat apa-apa yang kamu kerjakan. 93
Ayat 243
…(Maka matilah semuanya), kemudian dihidupkanNya mereka kembali. Sesungguhnya Allah Mempunyai karunia untuk manusia, tetapi kebanyakan manusia tiada berterima kasih.
Ayat 247
Berkata Nabi mereka kepada mereka: Sesungguhnya Allah telah mengutus Thalut menjadi raja untukmu. Berkata mereka itu: Bagaimanakah ia akan menjadi raja atas kami, sedang kami lebih patut menjadi raja dari padanya, dan dia tiada mempunyai harta yang banyak? Berkata Nabi: Sesungguhnya Allah telah memilih dia diantara kamu, serta menambahinya dengan ‘ilmu yang luas dan tubuh yang kuat;…
94
Ayat 248
Berkata Nabi mereka kepada mereka: Sesungguhnya tanda kerjaannya ialah bahwa datang kepadamu sebuah peti, yang membawa ketenangan hati dari Tuhanmu dan peninggalan yang ditinggalkan keluarga Musa dan keluarga Harun, sedang peti itu dibawa oleh malaikat. Sesungguhnya pada demikian itu menjadi tanda bagimu, jika kamu orang beriman.
Ayat 249
Maka tatkala keluar Thalut bersama tentaranya berkatalah ia: Sesungguhnya Allah mencobai kamu dengan suatu sungai... …Berkata orang-orang yang mengetahui, bahwa mereka akan menemui Allah:…
Ayat 252
95
Demikian itulah ayat-ayat Allah, Kami bacakan kepada engkau (ya Muhammad) dengan sebenarnya, dan sesungguhnya engkau salah seorang diantara Rasul-rasul.
Ayat 258
…Berkata Ibrahim: Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka cobalah engkau terbitkan dari barat…
Ayat 270
Apa-apa yang kamu nafkahkan sesuatu nafkah atau kamu nazarkan sesuatu nazar, sesungguhnya Allah mengetahuinya; dan tak ada penolong untuk orang-orang aniaya.
Ayat 273
96
…dan
apa-apa
yang
kamu
nafkahkan
dari
harta,
sungguh
Allah
Mahamengetahuinya.
Ayat 275
…Demikian itu karena mereka berkata: Jual beli itu hanya seperti riba..
7. Ayat 46:
(Yaitu) orang-orang yang yakin, bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan mereka akan kembali kepadanNya (1).
Dalam ayat di atas (al-Baqarah: 46) terdapat satu kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi, yaitu pada kalimat yang digaris bawahi. Jumlah merupakan klausa utama, sedangkan jumlah
sampai merupakan klausa bawahan. Adapun
penerjemahannya sudah tepat, karena hubungan komplementasi dianggap sebagai kalimat tidak langsung. 97
8. Ayat 106:
Apa-apa ayat (mu’jizat) yang Kami ubah atau Kami lupakan (kepadamu), Kami datangkan (gantinya) dengan yang lebih baik dari padanya atau yang seumpamanya. Tidakkah engkau tahu, bahwa Allah Mahakuasa atas tiap-tiap sesuatu?
Dalam ayat di atas (al-Baqarah: 106) terdapat satu kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi, yaitu pada kalimat yang digaris bawahi. Jumlah merupakan klausa utama, sedangkan jumlah
merupakan klausa bawahan. Adapun penerjemahannya sudah tepat,
karena hubungan komplementasi dianggap sebagai kalimat langsung.
9. Ayat 107:
Tidakkah engkau tahu, bahwa bagi Allah kerajaan langit dan bumi; dan tak ada wali dan penolong untukmu, selain dari Allah.
98
Dalam ayat di atas (al-Baqarah: 107) terdapat satu kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi, yaitu pada kalimat yang digaris bawahi. Jumlah merupakan klausa utama, sedangkan jumlah
merupakan klausa bawahan. Adapun penerjemahannya
sudah tepat, karena hubungan komplementasi dianggap sebagai kalimat tidak langsung. Selain ayat 46, ayat 106, dan ayat 107 yang termasuk kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi yang terdapat pada terjemahan Tafsir Alquran al-Karim karya Mahmud Yunus, ayat yang berkategori anna yaitu:
Ayat 47
Hai Bani Israil, ingtalah akan nikmatKu yang telah Kuanugerahkan kepadamu dan sesungguhnya Aku telah memuliakan kamu dan seisi ‘alam.
Ayat 61
99
…Demikian itu karena mereka itu menyangkal ayat-ayat Allah dan membunuh NabiNabi tanpa kebenaran… Ayat 77
Tiadakah mereka itu tahu, bahwa Allah mengetahui apa-apa yang mereka rahasiakan dan apa-apa yang mereka lahirkan. Ayat 122
Hai Bani Israil! Ingatlah akan nikmatKu, yang telah Kuberikan kepadamu dan sesungguhnya Aku telah melebihkan kamu dari seisi alam.
Ayat 144
…Dimana-mana kamu berada, maka hadapkanlah mukamu kearahnya. Sesungguhnya ahli kitab (Yahudi, Nasrani) mengetahui, bahwa yang demikian itu suatu kebenaran dari Tuhannya. Allah tiada lalai dari apa-apa yang mereka kerjakan.
100
Ayat 165
…Jika orang-orang aniaya mengetahui, ketika mereka melihat siksaan, (niscaya…). Sesungguhnya kekuasaan bagi Allah semuanya dan sungguh Allah sangat keras siksaanNya.
Ayat 167
Berkata orang-orang yang mengikuti: Kalau sekiranya kami kembali (keatas dunia), maka berlepas diri pula kami dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami….
Ayat 187
101
…Allah mengetahui, bahwa kamu telah berkhianat kepada dirimu sendiri, maka diterimaNya taubatmu dan dima’afkanNya kesalahanmu…
Ayat 194
…dan takutlah kepada Allah dan ketahuilah, bahwasannya Allah beserta orang-orang taqwa.
Ayat 203
…Takutlah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa kamu akan dihimpunkan kepadaNya.
Ayat 209
Jika kamu tergelincir (terperdaya) sesudah datang kepadamu beberapa keterangan, maka ketahuilah, bahwa Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
Ayat 223
…Takutlah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa kamu akan menghadapNya…
102
Ayat 231
…Takutlah
kepada
Allah
dan
ketahuilah,
bahwasannya
Allah
Mahamengetahui tiap-tiap sesuatu.
Ayat 235
…Ketauilah, bahwasannya Allah mengetahui apa-apa yang ada dalam hatimu, maka takutlah kamu kepadaNya dan ketahuilah, bahwasannya Allah Pengampun, lagi Penyantun.
Ayat 244
Berperanglah kamu pada jalan Allah dan ketahuilah, bahwasannya Allah Mahamendengar lagi Mahamengetahui.
103
Ayat 260
…dan ketahuilah, sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
Ayat 267
…dan ketahuilah, bahwa sesungguhnya Allah Mahakaya, lagi Mahaterpuji.
104
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Setelah membahas dan menelaah kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi dan penerjemahannya dalam bahasa Indonesia, maka dapat diambil kesimpulannya. Dalam bahasa Indonesia, konjungsi komplementasi hanya ada satu macam, yaitu bahwa. Sementara itu dalam bahasa Arab, konjungsi tersebut terdapat dua macam (inna dan anna) yang memiliki aturan masing-masing. Dalam bahasa Indonesia, konjungsi komplementasi bisa diubah menjadi kalau meskipun dalam ragam yang tidak resmi. Namun, dalam bahasa Arab, pergantian ini tidaklah berlaku. Konjungsi komplementasi dalam bahasa Arab yang berupa inna dan anna hanya bisa dirampingkan menjadi an atau in. Penerjemahan konjungsi komplementasi dalam surat al-Baqarah pada terjemahan Tafsir Al-quran al-Karim karya Mahmud Yunus cukup bervariatif, apalagi „jika‟ ditinjau dari kalimat langsung dan tidak langsung. Hal ini biasanya „jika‟ terkait dengan klausa utama yang berpredikat verba qâla. Apabila klausa bawahan setelah verba tersebut dianggap kalimat langsung, maka konjungsi bahwa tidak perlu ada. Sebaliknya, jika klausa bawahan setelah verba tersebut dianggap sebagai kalimat tidak langsung, maka konjungsi bahwa perlu dihadirkan.
105
DAFTAR PUSTAKA
al-Ghulayaini, Mustafa. 2002. Jami‟ ad-Durus al-Arabiyah. Beirut: dar al-Kutub al-Ilmiyyah. al-Hasyimi, Ahmad. 2003. al-Qawaid al-Asasiyah al-Lughoh al-Arabiyah. Beirut: al-Maktabah al-Ashriyah. Alwi, Hasan dkk. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Anis, Ahmad. 2006. “Analisis Kalimat Majemuk Subordinatif Hubungan Komplementasi Dalam Surat Al-Anfal.” Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Jakarta. Asrori, Imam. 2004. Sintaksis Bahasa Arab. Malang: Misykat. Putrayasa, Ida Bagus. 2007. Analisis Kalimat (Fungsi, Kategori, dan Peran). Bandung: Refika Aditama. Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul. 2011. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Ghofur, Saiful Amin. 2008. Profil Para Mufassir al-Quran, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani Herry Muhammad, dkk. 2006. Tokoh-tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20. Jakarta: Gema Insani Press. Hidayatullah, Moch. Syarif. 2010. Tarjim Al-an (Cara Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia). Tangerang Selatan: Dikara.
Hidayatullah, Moch. Syarif. 2012. Cakrawala Linguistik Arab. Tangerang Selatan: Alkitabah. Hilman, Muhamad. 2010. “Analisis Semantik Terhadap Terjemahan Al-quran (Surat adh-Dhuha dan al-Insyirah) Studi Komparatif antara Terjemahan Mahmud Yunus dengan T.M. Hasbi ash Shiddieqy.” Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Jakarta. Ibrahim, Sulaiman. 2011. Pendidikan dan Tafsir “Kiprah Mahmud Yunus dalam Pembaruan Islam”, Jakarta: LEKAS, Cet. I Keraf, Gorys.1984. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Nusa Indah. Khairah, Miftahul dan Sakura Ridwan. 2014. Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif Fungsi). Jakarta: Bumi Aksara. Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Mahsun. 2013. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Muhammad. 2011. Metode Penelitian Bahasa. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Muslich, Masnur. 2008. Tata Bentuk Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Bumi Askara. Nadwi, Abdullah Abbas. 1996. Belajar Mudah Bahasa Al-quran. Bandung: Mizan. Nardianti, Sri. 1996. Konjungsi Subordinatif dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Parera, J.D. 2009. Dasar-Dasar Analisis Sintaksis. Jakarta: Penerbit Erlangga. Ramlan, M. 1983. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: CV. Karyono. Rofi‟i. 2002. Bimbingan Tarjamah Arab-Indonesia. Jakarta: Persada Kemala.
Shihabuddin. 2005. Penerjemahan Arab-Indonesia, Teori dan Praktek. Bandung: Humaniora. Suhadi. 2013. Dasar-Dasar Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Tadjuddin, Moch. 2013. Bahasa Indonesia Bentuk dan Makna. Bandung: Alumni. Verhaar, J.W.M. 1981. Pengantar Linguistik. Universitas Indonesia: Gadjah Mada University Press. Yunus, Mahmud. 2002. Tafsir Quran al-Karim. Jakarta: Hidakarya Agung.
LAMPIRAN
KATEGORI /Qâla/قَبهَ Verba /Qâla/قَبهَ Verba
KONSTRUKSI
NASH
قَبهَ +فؼو
ٍَِْ َٝقُْ٘ ُه اٍََْب ...
AYAT 8
1.
ِإرَا قَِ ْٞو ىَ ٌُْٖ ...
11
2.
قَب َه +جبسٍّجشٗس قَب َه ِ +إَُ
ِ ... حُ قَبىُْ٘اإَََِّب َّ ْ
No.
3.
Sebagai Isi Ucapan /Qâla/قَبهَ Dari Verba /inna/إُّ /Qâla/قَبهَ Verba
ِإَُ +ضَٞش قَب َه +جبسٍّجشٗس
اَ ٟإَِّ ُٖ ٌْ ...
12
4.
ِإرَا قَِ ْٞو ىَ ٌُْٖ ...
13
5.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَبهَ +فؼو
ِ ... قَبىُْ٘ااَُّؤْ ٍِ ُ
/Qâla/قَبهَ Verba
قَبهَ +فؼو
قَبىُْ٘ااٍََْب ...
Sebagai Isi Ucapan
قَب َه ِ +إَُ
قَبىُْ٘اإَِّب ٍَ َؼ ُن ٌْ ...
6.
14
7. 8.
/Qâla/قَبهَ Dari Verba /inna/إُّ
ِإَُ +إعٌ
ُ اهلل ... إَ
20
9.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +إشبسح
قَبىُْ٘إزَااَى ِز... ْٛ
25
10.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +إعٌ
ل ... َِٗإرْ قَبهَ سَ ُث َ
30
11.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَبهَ +فؼو
جؼَوُ فَِْٖٞب .. قَبىُْ٘ا اَ َر ْ
12.
Sebagai Isi Ucapan
قَب َه ِ +إَُ
َ ٜاػَْي ٌُ ... قَب َه إِ ِّ ْ
13.
/Qâla/قَبهَ Dari Verba /Qâla/قَبهَ Verba
قَبهَ +فؼو أٍش
... ٜ فَقَب َه اَّْجِئُِّْ٘ ْ
31
14.
/inna/إُّ
ِإَُ +ضَٞش
ذ ... ل اَّْ َ إِ َّ َ
32
15.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +فؼو رؼّجت
ل ... قَبىُْ٘ا عُ ْجحَب َّ َ
16.
/inna/إُّ
ِإَُ +ضَٞش
َ ٜأػَْي ٌُ ... إِ ِّ ْ
/Qâla/قَبهَ Verba
قَبهَ +حشف ّذاء
قَبهَ َٝبا َد ًُ ...
18.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +إعزفٖبً
قَب َه َاَى ٌْ اَقُ ْو ...
19.
33
17.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +ضَٞش
َِٗإرْ ُقيَْْب ىِيََْيَب ِئنَ ِخ ...
34
20.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +ضَٞش
َٗقُيَْْبَٝبا َد ًُ ...
35
21.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +ضَٞش
َٗ ُقيَْْبإْ ِجطُْ٘ا ...
36
22.
/inna/إُّ
ِإَُ +ضَٞش
إَِّ ُٔ ُٕ َ٘ ...
37
23.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +ضَٞش
ُقيَْْبإْ ِجطُْ٘ا ...
38
24.
inna sebagai jumlah
ِإَُ +ضَٞش
َٗإََِّٖب َىنَجَِ ْٞش ٌح ...
45
25.
)isti’naf (permulaan /anna/أُّ
َأَُ +ضَٞش
أََّ ُٖ ٌْ ٍُيَب قُْ٘ا ...
/anna/أُّ
َأَُ +ضَٞش
َٗأََّ ُٖ ٌْ إِىَ... ِٔ ْٞ
46
26. 27.
/anna/أُّ
َأَُ +ضَٞش
َٗأََِّ ْٜفّضَيْ ُز ُن ٌْ ...
47
28.
/inna/إُّ
ِإَُ +ضَٞش
طيََْ ُزٌْ ... إِ َّ ُنٌْ َ
54
29.
/inna/إُّ
ِإَُ +ضَٞش
إَِّ ُٔ ُٕ َ٘ ...
30.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +إعٌ
َِٗإرْ قَب َه ٍُ ْ٘عَ... ٚ
31.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +ضَٞش
َِٗإرْ ُقيْ ُزٌْ ...
55
32.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +ضَٞش
َِٗإرْ ُقيَْْب ...
58
33.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +ضَٞش
ط ٌخ ... حَ َٗقُْ٘ىُْ٘ا ِ
34.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَبهَ +إعزثْبء
... ٛ قَْ٘الً غَْٞشَاَىزِ ْ
59
35.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +ضَٞش
فَ ُقيَْْباضْشِةْ ...
60
36.
/anna/أُّ
َأَُ +ضَٞش
رِىلَ ِثؤََّ ُٖ ٌْ ...
61
37.
ُّ /inna/ yang terletak
ِإَُ +خجش ٍقذًّ
ُ َى ُن ٌْ ... َفِئ َ
38.
)ketika khabar (P inna-nya ada lam ’ibtida /Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +ضَٞش
َِٗإرْ ُقيْ ُزٌْ ...
39.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَبهَ +فؼو
ُ ... قَب َه اَ َرغْزَ ْجذِىُ ْ٘ َ
40.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +ضَٞش
فَ ُقيَْْب ىَ ُٖ ٌْ ...
65
41.
/inna/إُّ
ِإَُ +إعٌ
ُ اهلل ... إَ
67
42.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +إعٌ
َِٗإرْ قَب َه ٍُ ْ٘عَ... ٚ
43.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +إعزفٖبً
خزَُّب ... قَبىُْ٘ا اَرَ َز ِ
44.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +فؼو ٍبضٚ
قَب َه َاػُ ْ٘ ُر ...
45.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَبهَ +فؼو أٍش
ع ىََْب ... قَبىُْ٘ا ا ْد ُ
Sebagai Isi Ucapan
قَب َه ِ +إَُ
قَب َه إَِّ ُٔ َٝقُْ٘ ُه ...
68
46. 47.
/Qâla/قَبهَ Dari Verba /Qâla/قَبهَ Verba
قَبهَ +فؼو أٍش
ع ىََْب ... قَبىُْ٘ا ا ْد ُ
Sebagai Isi Ucapan
قَب َه ِ +إَُ
قَب َه إَِّ ُٔ َٝقُْ٘ ُه ...
69
48. 49.
/Qâla/قَبهَ Dari Verba /inna/إُّ
ِإَُ +إعٌ
ُ اىْجَقَ َش ... ِإ َ
/inna/إُّ
ِإَُ +ضَٞش
َٗإَِّب ِإُْ شَبءَاهلل ...
51.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَبهَ +فؼو أٍش
ع ىََْب ... قَبىُْ٘ا ا ْد ُ
52.
Sebagai Isi Ucapan
قَب َه ِ +إَُ
قَب َه إَِّ ُٔ َٝقُْ٘ ُه ...
/Qâla/قَبهَ Dari Verba
70
71
50.
53.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +إعٌ صٍِ
ُ ... قَبىُْ٘ا اىْب َ
54.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +ضَٞش
فَ ُقيَْْباضْشِثُ ْ٘ ُٓ ...
73
55.
/inna/إُّ
ِإَُ +خجش ٍقذًّ
حجَب َس ِح ... ِ اى ِ ُ ٍِ َ َِٗإ َ
74
56.
/inna/إُّ
ِإَُ +خجش ٍقذًّ
/inna/إُّ
ِإَُ +خجش ٍقذًّ
ق ُ ٍَِْْٖب ىَََب َٝشَ َق ُ َِٗإ َ ... ط ... ُ ٍَِْْٖب َىََب َٝحْ ِج ُ َِٗإ َ
/Qâla/قَبهَ Verba
قَبهَ +فؼو
قَبىُْ٘ا اٍََْب ...
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +إعزفٖبً
حذِثَُّْ٘ ٌُْٖ ... قَبىُْ٘ا اَ ُر َ
57. 58.
76
59. 60.
/anna/أُّ
ُ +إعٌ َأ َ
ُ اهلل ... َأ َ
77
61.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +إشبسح
ُ ٕزَا ... ُثٌَ َٝقُْ٘ىُ ْ٘ َ
79
62.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَبهَ +حشف ّ٘اصت
ِ ... قَبىُْ٘ا َى ْ
80
63.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَبهَ +إعزقفٖبً
خزْ ُرٌْ ... قُ ْو اَ َر َ
64.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +جبسٍّجشٗس
ػيَ...ٚ َاًْ رَقُْ٘ىُ َُْ٘ َ
65.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +إعٌ
َٗ قَبىُْ٘اقُيُْ٘ثَُْب ...
88
66.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +جبسٍّجشٗس
َِٗإرَاقَِ ْٞو ىَ ٌُْٖ ...
91
67.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَبهَ +فؼو
ِ ... قَبىُْ٘ا ُّؤْ ٍِ ُ
68.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +فبءج٘اة
قُوْ فَِي ٌَ ...
69.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَبهَ +فؼو
قَبىُْ٘ا عَ َِؼَْْب ...
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +إعٌ
قُوْ ثِئْغَََب ...
Sebagai Isi Ucapan
قَب َه ِ +إُْ
قُ ْو ِإُْ مَبَّذْ ...
93
70. 71.
94
72.
/Qâla/قَبهَ Dari Verba /inna/إُّ
ِإَُ +ضَٞش
فَئِ َّ ُٔ َّ َضىَ ُٔ ...
97
73.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +إعزفٖبً
ُ ... قُ ْو ٍَِْ مَب َ
74.
/inna/إُّ
ِإَُ +إعٌ
ُ اهلل ... َفِئ َ
98
75.
Sebagai Isi Ucapan
قَب َه ِ +إَُ
َٝقُْ٘ َال ِإَََّب ...
102
76.
/Qâla/قَبهَ Dari Verba /Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +إعٌ
الَرَقُْ٘ىُْ٘اسَاػًِْب ...
/Qâla/قَبهَ Verba
قَبهَ +فؼو
طشَّْب ... َٗقُْ٘ىُْ٘ا ا ّْ ُ
104
77. 78.
/anna/أُّ
ُ +إعٌ َأ َ
ُ اهلل ... َأ َ
106
79.
/anna/أُّ
ُ +إعٌ َأ َ
ُ اهلل ... َأ َ
107
80.
/inna/إُّ
ِإَُ +إعٌ
ُ اهلل ... إَ
109
81.
/inna/إُّ
ِإَُ +إعٌ
ُ اهلل ... إَ
110
82.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَبهَ +حشف ّ٘اصت
ِ ... َٗ قَبىُْ٘ا َى ْ
111
83.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَبهَ +فؼو
قُ ْو َٕبرُْ٘ا ...
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +إعٌ
ذ اىُْ ْ٘ َُٖٞد ... َٗقَبىَ ِ
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +إعٌ
ذ اىَْصش... ٙ َٗقَبىَ ِ
86.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَبهَ ٍ٘ +ص٘ه
ِ ... قَب َه اَىزِ َْ ٝ
87.
84.
113
85.
/inna/إُّ
ِإَُ +إعٌ
ُ اهلل ... إَ
115
88.
/Qâla/قَبهَ Verba
قبه +ج ّش ٍجشٗس
ٝق٘ه ىٔ ...
117
89.
Sebagai Isi Ucapan
قَب َه ِ +إَُ
ُ ُٕذَ ٙاهلل ... قُ ْو ِإ َ
120
90.
/Qâla/قَبهَ Dari Verba /anna/أُّ
َأَُ +ضَٞش
َٗأََِّ ْٜفّضَيْ ُز ُن ٌْ ...
122
91.
Sebagai Isi Ucapan
قَب َه ِ +إَُ
ل ... قَب َه إِ ِّ ْٜجَبػُِي َ
124
92.
/Qâla/قَبهَ Dari Verba
/Qâla/قَبهَ Verba
قبه +إعٌ
قبه إثشإ... ٌٞ
/Qâla/قَبهَ Verba
قبه +إعٌ
قبه ٍِٗ مفش ...
126
93. 94.
/inna/إُّ
ِإَُ +ضَٞش
ذ ... ل اَّْ َ إِ َّ َ
127
95.
/inna/إُّ
ِإَُ +ضَٞش
ذ ... ل اَّْ َ إِ َّ َ
128
96.
/inna/إُّ
ِإَُ +ضَٞش
ذ ... ل اَّْ َ إِ َّ َ
129
97.
/Qâla/قَبهَ Verba
قبه +ج ّش ٍجشٗس
قبه ىٔ ...
131
98.
/Qâla/قَبهَ Verba
قبه +فؼو
قبه أعيَذ ...
99.
/inna/إُّ
ِإَُ +إعٌ
ُ اهلل ... إَ
132
100.
/Qâla/قَبهَ Verba
قبه +فؼو
قبى٘امّ٘٘ا ...
135
101.
/Qâla/قَبهَ Verba
قبه +ػطف
قو ثو ٍيخ ...
102.
/inna/إُّ
ِإَُ +إعٌ
فئََّبٌٕ ...
137
103.
/Qâla/قَبهَ Verba
قبه +إعزفٖبً
قو أرحبجّْ٘ب ...
139
104.
Sebagai Isi Ucapan
قَب َه ِ +إَُ
ُ ... ُ ِإ َ َأًْ رَقُْ٘ىُ ْ٘ َ
140
105.
/Qâla/قَبهَ Dari Verba /inna/إُّ
ِإَُ +إعٌ
ُ اهلل ... إَ
143
106.
/inna/إُّ
ُ ٍ٘ +ص٘ه ِإ َ
ِ ... ُ اَىزِ َْ ٝ ِإ َ
144
107.
/anna/أُّ
َأَُ +ضَٞش
ق ... أََّ ُٔ ا ْىحَ ُ
108.
/inna/إُّ
ِإَُ +ضَٞش
ل ِإرًا ... إِ َّ َ
145
109.
/inna/إُّ
ِإَُ +إعٌ
َِٗإَُ فَشِْٝقًب ٍِْْ ٌُْٖ ...
146
110.
/inna/إُّ
ِإَُ +إعٌ
ُ اهلل ... إَ
148
111.
/inna/ yangإُّ
ِإَُ +ضَٞش
ق ... إَِّ ُٔ ىِ ْيحَ ُ
149
112.
terletak ketika khabar (P) inna-nya
’ada lam ibtida /inna/إُّ
ِإَُ +إعٌ
ُ اهلل ... إَ
153
113.
Sebagai Isi Ucapan
قَب َه ِ +إَُ
قَبىُْ٘ا إَِّبىِي ِٔ ...
156
114.
/Qâla/قَبهَ Dari Verba /inna/إُّ
ِإَُ +إعٌ
ُ اىصَفَب َٗاىََْشْ َٗ َح ... ِإ َ
158
115.
/anna/أُّ
ُ +إعٌ َأ َ
ُ اهلل ... َأ َ
165
116.
/anna/أُّ
ُ +إعٌ َأ َ
ُ اىْقُ َ٘ َح ... َأ َ
/anna/أُّ
َأَُ +خجش ٍقذًّ
ُ ىََْب ... ىَ ْ٘ َأ َ
/Qâla/قَبهَ Verba
قَبهَ ٍ٘ +ص٘ه
ِ ... َٗ قَب َه اَىزِ َْ ٝ
ُّ /inna/ yang terletak
ِإَُ +ضَٞش
إِ َّ ُٔ َى ُن ٌْ ...
117.
167
118. 119.
168
120.
)ketika khabar (P inna-nya ada lam ’ibtida /Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +جبسٍّجشٗس
َِٗإرَا قَِ ْٞو ىَ ٌُْٖ ...
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +ػطف
قَبىُْ٘ا ثَوْ ...
/inna/إُّ
ِإَُ +إعٌ
إِ َََّب حَ َش ًَ ...
/inna/إُّ
ِإَُ +إعٌ
ُ اهلل ... إَ
170
121. 122.
173
123. 124.
/inna/إُّ
ُ ٍ٘ +ص٘ه ِإ َ
ِ ... ُ اَىزِ َْ ٝ ِإ َ
176
125.
/inna/إُّ
ِإَُ +إعٌ
َفئَََِّب اِثَُْ ُٔ ...
181
126.
/inna/إُّ
ِإَُ +إعٌ
ُ اهلل ... إَ
127.
/inna/إُّ
ِإَُ +إعٌ
ُ اهلل ... إَ
182
128.
/inna/إُّ
ِإَُ +ضَٞش
ت ... ٜقَشٌِ ْٝ َفئِ ِّ ْ
186
129.
/anna/أُّ
َأَُ +ضَٞش
أَ َّ ُنٌْ مُْْ ُزٌْ ...
187
130.
/inna/إُّ
ِإَُ +إعٌ
ُ اهلل ... إَ
190
131.
/inna/إُّ
ِإَُ +إعٌ
ُ اهلل ... َفِئ َ
192
132.
/anna/أُّ
ُ +إعٌ َأ َ
ُ اهلل ... َأ َ
194
133.
/inna/إُّ
ِإَُ +إعٌ
ُ اهلل ... إَ
195
134.
/inna/إُّ
ِإَُ +إعٌ
َفِئَُ خََ ْٞش ...
197
135.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +إعٌ
ٍَِْ َٝقُْ٘ ُه سَثََْب ...
200
136.
/anna/أُّ
َأَُ +ضَٞش
أَ َّ ُن ٌْ إِىَ... ِٔ ْٞ
203
137.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +جبسٍّجشٗس
َِٗإرَا قَِ ْٞو ىَ ُٔ ...
206
138.
/inna/إُّ
ِإَُ +ضَٞش
إِ َّ ُٔ َى ُن ٌْ ...
208
139.
/anna/أُّ
ُ +إعٌ َأ َ
ُ اهلل ... َأ َ
209
140.
/inna/إُّ
ِإَُ +إعٌ
ُ اهلل ... َفِئ َ
211
141.
/inna/إُّ
ِإَُ +إعٌ
ُ َّصْشَ ... اَِٟإ َ
214
142.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +إعٌ
حَزَُ َٝ ٚقْ٘ َه اى َشعُْ٘ ُه ...
/inna/إُّ
ِإَُ +إعٌ
ُ اهلل ... َفِئ َ
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +إعزفٖبً
قُ ْو ٍَباَّْفَقْ ُزٌْ ...
143.
215
144. 145.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +إعٌ
قُوْ قِزَب ٌه ...
217
146.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +جبسٍّجشٗس
قُوْ فََِِْٖٞب ...
219
147.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +إعٌ
قُ ِو ا ْىؼَفْ َ٘ ...
/inna/إُّ
ِإَُ +إعٌ
ُ اهلل ... إَ
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +إعٌ
ح ... صالَ ٌ قُ ْو ِإ ْ
/inna/إُّ
ِإَُ +إعٌ
ُ اهلل ... إَ
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +ضَٞش
قُ ْو ُٕ ََ٘ارَ... ٙ
/anna/أُّ
َأَُ +ضَٞش
أََّ ٚشِئْ ُزٌْ ...
148.
220
149. 150.
222
151. 152.
223
153.
/anna/أُّ
َأَُ +ضَٞش
أَ َّ ُن ٌْ ٍُيَب قُ ْ٘ ُٓ ...
154.
/inna/إُّ
ِإَُ +إعٌ
ُ اهلل ... َفِئ َ
226
155.
/inna/إُّ
ِإَُ +إعٌ
ُ اهلل ... َفِئ َ
227
156.
/anna/أُّ
ُ +إعٌ َأ َ
ُ اهلل ... َأ َ
231
157.
/anna/أُّ
َأَُ +ضَٞش
ِ ... أَ َّ ُنٌْ عَ َز ْزمُشَُّْٗ ُٖ َ
235
158.
/anna/أُّ
ُ +إعٌ َأ َ
ُ اهلل ... َأ َ
159.
/anna/أُّ
ُ +إعٌ َأ َ
ُ اهلل ... َأ َ
160.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه ٍ +صذس
َأُْ رَقُْ٘هُ قَْ٘ ًال ...
161.
/inna/إُّ
ِإَُ +إعٌ
ُ اهلل ... إَ
237
162.
/inna/إُّ
ِإَُ +إعٌ
ُ اهلل ... إَ
243
163.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَبهَ +ج ّش ٍجشٗس
فَقَب َه ىَ ٌُْٖ ...
164.
/anna/أُّ
ُ +إعٌ َأ َ
ُ اهلل ... َأ َ
244
165.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَبهَ +ج ّش ٍجشٗس
... ٜ ِإرْقَبىُْ٘ا ىَِْ ِج ٍ
246
166.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +إعزفٖبً
ػغَُ ْٞز ٌْ ... قَب َه َٕوْ َ
167.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +ػطف
قَبىُْ٘اٍََٗبىََْب ...
168.
/inna/إُّ
ِإَُ +إعٌ
ُ اهلل ... إَ
/inna/إُّ
ِإَُ +إعٌ
ُ اهلل ... إَ
170.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَبهَ +جشّ ٍجشٗس
َٗقَب َه ىَ ٌُْٖ ...
171.
Sebagai Isi Ucapan
قَب َه َ +أَُ
قَبىُْ٘ا أََّ... ٚ
172.
247
169.
/Qâla/قَبهَ Dari Verba Sebagai Isi Ucapan
قَب َه ِ +إَُ
ُ اهلل ... قَب َه ِإ َ
173.
/Qâla/قَبهَ Dari Verba /inna/إُّ
ِإَُ +خجش ٍقذًّ
ل ... ِإَُ فِ ْٜرِى َ
248
174.
/inna/إُّ
ِإَُ +إعٌ
ُ اَ َٝخ ... ِإ َ
175.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَبهَ +ج ّش ٍجشٗس
َٗقَب َه ىَ ٌُْٖ ...
176.
/inna/إُّ
ِإَُ +إعٌ
ُ اهلل ... إَ
/inna/إُّ
ِإَُ +ضَٞش
... ٜ فَئِ َّ ُٔ ٍِِْ ْ
178.
Sebagai Isi Ucapan
قَب َه ِ +إَُ
ُ اهلل ... قَب َه ِإ َ
179.
249
177.
/Qâla/قَبهَ Dari Verba /Qâla/قَبهَ Verba
قَبهَ +حشف ج٘اصً
قَبىُْ٘ا الَطبَ َق َخ ...
180.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَبهَ ٍ٘ +ص٘ه
ِ .. َٗ قَب َه اَىزِ َْ ٝ
181.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +إعٌ
قَبىُْ٘ا سَثََْب ...
250
182.
ُّ /inna/ yang terletak
ِإَُ +ضَٞش
ِ ِ اىَُْ ْشعَيِ َْ ٞ ل ىَ َِ َ َٗإِ َّ َ ...
252
183.
)ketika khabar (P inna-nya ada lam ’ibtida /inna/إُّ
ُ +إعٌ ِإ َ
ُ اهلل ... َفِئ َ
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +إعٌ
ِإرْ قَب َه إِثْشَإِ ْ... ٌُ ٞ
185.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +إعٌ
قَب َه إِثْشَإِ ْ... ٌُ ٞ
186.
Sebagai Isi Ucapan
قَب َه َ +أَُ
... ٜ قَب َه اَُّّٝ ٚحْ ِ
258
259
184.
187.
/Qâla/قَبهَ Dari Verba /Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +إعزفٖبً
ذ ... قَب َه َم ٌْ ىَجِثْ َ
188.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَبهَ +فؼو
ذ ... قَب َه ىَجِثْ ُ
189.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَبهَ +حشف ػطف
ذ ... قَبهَ ثَ ْو ىَجِثْ َ
190.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَبهَ +فؼو
قَب َه َاػَْي ٌُ ...
191.
/anna/أُّ
ُ +إعٌ َأ َ
ُ اهلل ... َأ َ
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +إعٌ
َٗ ِإرْ قَب َه إِثْشَإِ ْ... ٌُ ٞ
193.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +إعزفٖبً
قَب َه اَ ََٗىٌْ رُؤْ ٍِِْ ...
194.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +إعٌ
قَب َه ثَيََٗ ٚى ِنِْ ...
195.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَب َه +فبء ج٘اة
خ ْز اَسْثَ َؼ ًخ ... قَبهَ َف ُ
196.
260
192.
/anna/أُّ
ُ +إعٌ َأ َ
ُ اهلل ... َأ َ
267
197.
/inna/إُّ
ُ +إعٌ ِإ َ
ُ اهلل ... َفِئ َ
270
198.
/inna/إُّ
ُ +إعٌ ِإ َ
ُ اهلل ... َفِئ َ
273
199.
/inna/إُّ
ُ +إعٌ ِإ َ
إَََِّب اىْجََ ْٞغ ...
275
200.
/Qâla/قَبهَ Verba
قَبهَ +فؼو
قَبىُْ٘ا اٍََْب ...
/Qâla/قَبهَ Verba
قَبهَ +فؼو
قَبىُْ٘ا عَ َِؼَْْب ...
201.
285
202.