BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Dalam dunia kerja, seseorang atau sekelompok pekerja dapat berisiko
mengalami penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan. Kesehatan kerja adalah upaya mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan fisik, mental dan kesejahteraan sosial semua pekerja yang setinggi-tingginya. Mencegah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, melindungi pekerja dari faktor risiko pekerjaan yang merugikan kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja sebagai adaptasi pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada pekerjaannya (Kurniawidjaja, 2012). Menurut Hendra dan Rahardjo (2009) yang mengutip laporan NIOSH (1997) menunjukan bahwa keluhan muskuloskeletal merupakan fenomena yang umum dialami oleh pekerja yang melakukan kegiatan secara manual. Pada tahun 1994 tercatat 705.800 kasus (32%) dari seluruh kasus di Amerika Serikat yang terjadi karena kerja berlebihan (ougkverexertion) atau gerakan yang berulang (repetitive motion). Dalam
pelaksanaan
upaya
kesehatan
kerja,
perbaikan
ergonomi
merupakan upaya preventif agar pekerja dapat bekerja nyaman dan terhindar dari penyakit akibat kerja. Perbaikan dilakukan dengan menyesuaikan tuntutan tugas dengan kemampuan fisik dan mental pekerja serta mengendalikan faktor risiko ergonomi yang bersumber dari pekerjaan. Sebagai contoh, desain mesin, desain
Universitas Sumatera Utara
work station, posisi duduk, alat bantu tangan, beban angkat angkut diupayakan agar pekerja terhindar dari postur janggal yang dapat menimbulkan gangguan muskuloskeletal. Ergonomi dilakukan sebagai upaya salah satu pencegahan gangguan muskuloskeletal akibat faktor risiko kerja postur janggal, beban, frekuensi dan durasi yang bersumber dari pekerjaan, seperti nyeri tengkuk, nyeri pinggang bawah atau low back pain (Kurniawidjaja, 2012). Menurut Tarwaka (2004), keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Bagian otot rangka yang sering dikeluhkan meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan,jari, punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah. Keluhan muskuloskleletal ini biasanya diawali dari adanya sikap kerja yang tidak alamiah. Sikap kerja menurut Sada (2000) dalam Purwanto (2008) adalah tindakan yang akan diambil pekerja dan segala sesuatu yang harus dilakukan pekerja tersebut yang hasilnya sebanding dengan usaha yang dilakukan. Sikap kerja yang sering dilakukan oleh manusia dalam melakukan pekerjaan antara lain berdiri, duduk, membungkuk, jongkok, berjalan, dan lain-lain. Menurut Santoso (2004), terdapat 3 macam sikap dalam bekerja yaitu kerja posisi duduk, kerja berdiri, dan kerja berdiri setengah duduk (membungkuk). Sikap kerja tersebut dilakukan tergantung dari kondisi dari sistem kerja yang ada. Jika kondisi sikap kerjanya yang tidak ergonomis akan menyebabkan kecelakaan kerja karena pekerja melakukan pekerjaan yang tidak aman. Menurut Bridger
2 Universitas Sumatera Utara
(1995) dalam Sundari (2011), sikap kerja yang salah, canggung, dan di luar kebiasaan akan menambah risiko cidera pada bagian sistem muskuloskeletal. Sikap kerja yang tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat dan lain-lain. Bila sikap kerja yang tidak alamiah ini tidak dicegah atau ditangani dengan baik, pada akhirnya dapat menurunkan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas kerja. Sikap kerja dengan posisi berdiri merupakan sikap siaga baik fisik maupun mental, sehingga aktivitas kerja yang dilakukan lebih cepat, kuat dan teliti. Pada dasarnya berdiri lebih melelahkan daripada duduk dan energi yang dikeluarkan untuk berdiri lebih banyak 10-15% dibandingkan dengan duduk (Tarwaka, 2004). Berdasarkan hasil penelitian Mindayani (2012), perajin sulaman di Nagari Koto Gadang Jorong Subarang Tigo Jorong (84% perajin sulaman tangan) mengeluhkan rasa sakit di bagian pinggang selama melakukan pekerjaan sulaman tangan. Selain itu juga terdapat terdapat keluhan pada bahu kanan sebanyak 34 orang (68%), bokong sebanyak 27 orang (54%), dan pantat sebanyak 28 orang (56%). Banyaknya keluhan muskuloskeletal yang dirasakan pada perajin sulaman tangan, menjadikan mereka tidak nyaman dalam melakukan pekerjaan mereka sehari-hari. Tentunya hal ini akan berdampak pada penurunan produktivitas kerja perajin sulaman tangan. Sektor pertanian merupakan salah satu jenis pekerjaan yang mempunyai risiko yang tinggi bagi pekerjanya. Kondisi lingkungan yang ekstrim, penggunaan
3 Universitas Sumatera Utara
teknologi dalam mengelola lahan yang masih cukup tertinggal dan sikap kerja yang tidak ergonomis dapat menyebabkan petani mengalami gangguan muskuloskeletal pada tubuhnya. Sikap kerja tidak ergonomi pada saat bekerja bisa disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan informasi tentang posisi bekerja yang ergonomi dan tidak ergonomi sehingga petani hanya bekerja sesuai kebiasaan petani-petani sebelumnya. Data dari UK Health and Safety Executive (HSE) dalam penelitian Payuk (2013) melaporkan terjadinya 2.410 non-fatal injuries per 100.000 pekerja di sektor pertanian pada tahun 2005. Pada tahun 2009 di Rumania, dari total 3.476 pekerja yang terluka 375 berasal dari sektor pertanian. Data dari survey workrelated disease di Inggris menunjukkan bahwa dari perkiraan 43.000 pekerja di sektor pertanian terjadi gangguan ergonomis dengan rincian kasus back pain injury pada 27.000 pekerja, upper limb injury atau keluhan di leher pada 10.000 pekerja dan keluhan pada lower limb injury pada 11.000 pekerja. Sebagian besar gangguan muskuloskeletal yang dialami oleh petani adalah nyeri. Nyeri yang dialami oleh setiap petani tersebut bersifat subjektif. Kesubjektifan rasa nyeri yang dialami petani ini dilihat dengan melakukan sistem NBM (Nordic Body Map) yaitu melakukan wawancara dengan petani dan menunjukkan posisi nyeri pada tubuh di kertas kuisioner yang sudah terdapat titik-titik nyeri pada tubuh manusia. NBM bertujuan untuk melihat perbedaan rasa nyeri yang dialami, wawancara pada pekerja dilakukan pada saat mulai bekerja dan setelah selesai bekerja.
4 Universitas Sumatera Utara
Kabupaten Simalungun merupakan salah satu kabupaten penghasil kopi terbaik di Indonesia. Terdapat 11 kecamatan dari 31 kecamatan di Kabupaten Simalungun yang menjadi penghasil kopi terbesar di Simalungun, yakni Raya, Dolok Silau, Pamatang Silimakuta, Silimakuta, Dolok Pardamean, Pamatang Sidamanik, Sidamanik, Purba, Pane, Girsang Sipanganbolon, dan Haranggaol Horison (Tribun, 2014) . Dusun Banua adalah salah satu dusun dari 7 dusun yang ada di Desa Purba Sipinggan, Kecamatan Purba. Dusun Banua memiliki 72 kepala keluarga yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani. Hasil pertanian di Dusun Banua antara lain kopi, kol, cabe, tomat, padi, dan jeruk. Berdasarkan survey pendahuluan pada beberapa petani pemetik kopi di Dusun Banua, didapatkan informasi bahwa dalam setahun panen tanaman kopi menghasilkan buah yang melimpah selama dua kali yaitu di bulan Mei hingga Juni dan bulan Oktober hingga November. Hal ini dikarenakan tanaman kopi menghasilkan buah banyak di musim penghujan. Sistem kerja mereka adalah harian dimana selama musim panen, mereka bekerja setiap hari tanpa henti dari hari Senin-Minggu. Lama bekerja petani pemetik kopi dalam sehari yaitu delapan jam dan satu jam istirahat untuk makan siang. Mereka memulai bekerja memetik kopi dari jam 09.00 - 17.00 WIB dan istirahat dari jam 12.00-13.00 WIB. Jenis kegiatan yang dilakukan adalah memetik buah kopi yang sudah matang dari pohonnya. Kegiatan lainnya adalah mengutip buah kopi yang sudah tua yang jatuh ke tanah. Buah kopi yang jatuh ke tanah tersebut digunakan sebagai bibit kopi atau dikenal dengan sebutan tar-tar. Selain itu petani kopi
5 Universitas Sumatera Utara
melakukan kegiatan mengangkat hasil buah kopi untuk disatu ke dalam karung goni. Proses kerja petani pemetik kopi adalah memetik buah kopi yang sudah masak dari pohonnya dan ditampung ke dalam ember. Petani pemetik kopi bekerja memetik kopi dengan sikap kerja berdiri. Selama memetik buah kopi, para petani membawa ember masing-masing sebagai tempat menampung buah kopi dimana ember yang digunakan adalah ember bermuatan ± 5kg. Ember tersebut dibawa selama memetik kopi sehingga berpindah dari pohon satu ke pohon lainnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani, buah kopi yang sudah di tampung ke dalam ember tersebut di satukan ke dalam karung goni dan dalam satu hari mereka dapat mengumpulkan buah kopi kurang lebih 10 kg per orang. Pada saat melakukan pengamatan, petani melakukan kegiatan mengangkat dengan posisi tubuh membungkuk. Dalam wawancara singkat tersebut didapatkan beberapa keluhan yang terjadi selama bekerja yaitu berupa keluhan di daerah leher, pergelangan tangan, punggung, pinggang, kaki, dan betis. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terlihat bahwa petani pemetik kopi melakukan sikap kerja tidak alamiah pada saat memetik buah kopi yaitu berdiri dengan posisi leher mengadahkan ke atas, posisi jongkok, membungkuk dengan membawa beban. Sikap kerja yang tidak alamiah jika terjadi dalam kurun waktu lama maka akan terjadi akumulasi keluhan yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya cedera otot (Suma’mur, 1996).
6 Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik melakukan penelitian mengenai gambaran sikap kerja dan keluhan muskuloskeletal pada petani pemetik kopi di Dusun Banua,Desa Purba Sipinggan, Kabupaten Simalungun Tahun 2015. 1.2
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
penelitian yaitu bagaimana gambaran sikap kerja dan keluhan muskuloskeletal pada petani pemetik kopi di Dusun Banua, Desa Purba Sipinggan, Kabupaten Simalungun. 1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran sikap kerja dan keluhan muskuloskeletal
pada petani pemetik kopi di Dusun Banua, Desa Purba Sipinggan, Kabupaten Simalungun. 1.3.2
Tujuan Khusus
1.
Untuk mengetahui sikap kerja para petani selama melakukan kegiatan memetik buah kopi dengan mengamati proses kerja para petani kopi di Dusun Banua.
2.
Untuk mengetahui keluhan muskuloskeletal yang dialami para petani karena pekerjaannya memetik kopi.
1.4
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1.
Memberikan masukan kepada petani kopi mengenai sikap kerja yang ergonomis dalam melakukan pekerjaannya.
7 Universitas Sumatera Utara
2.
Menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam penelitian.
3.
Sebagai pedoman bagi penelitian selanjutnya.
8 Universitas Sumatera Utara