ANALISIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, DAN FINANCIAL LEVERAGE TERHADAP TINDAKAN INCOME SMOOTHING PADA PERUSAHAAN SEKTOR KEUANGAN (FINANCE) YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2004-2008 Nurhayatun Nufus Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma
[email protected]
abstract Income Smoothing is a method which used by management to lessen reported profit fluctuation to be as according to wanted by goals either through artificial ( passing accounting method) and also really ( passing transaction). Income smoothing considered to be action which is common conducted by management to reach certain intentions. But that way this action have been criticized by many part because can cause disclosure in adequate financial statement becoming not. And the next effect financial statement shall no longger express situation in fact things that happened in company which ought to it is important to know by financial statement user.This research is conducted to test factors influencing Income smoothing that is company size measure, Net Profit Margin, Return On Asset, and Financial Leverage. Classification between company of leveler and non leveler is using eckel index to company of financial sector which listing in BEI from 2004 to 2008 with amount of research sample counted 38 company.The Result of logistic regression analysis is fourth of independent variable which anticipated have an effect on Income Smoothing actions, in the reality only Financial Leverage variable having a significant effect to income smoothing action. Because of that result, the conclusion of this research show that variable of company size, Net Profit Margin, and Return on Asset do not have significant effect to income smoothing practices, only Financial Leverage variable having a significant effect to income smoothing practices. Keyword: company size, Net Profit Margin (NPM), Return on Asset (ROA), Financial Leverage, income smoothing PENDAHULUAN Laba merupakan salah satu informasi potensial yang terkandung di dalam laporan keuangan dan yang sangat penting bagi pihak internal maupun pihak eksternal sebuah perusahaan. Informasi laba merupakan komponen laporan keuangan perusahaan yang bertujuan untuk menilai kinerja manajemen, membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif dalam jangka panjang, dan menaksir resiko investasi atau meminjamkan dana (Kirschenheiter dan Melumad 2002). Definisi tersebut juga senada dengan definisi yang tertuang dalam Statement of Financial Accounting Concept Nomor 1 yang menyebutkan bahwa informasi laba pada umunya merupakan faktor penting dalam mengukur kinerja ataupun pertanggungjawaban manajemen dan informasi laba tersebut membantu pemilik dan pihak lain yang berkepentingan
terhadap perusahaan (stakeholders) melakukan penaksiran atas earning power perusahaan di masa yang akan datang (Financial Accounting Standard Board ). Adanya perubahan informasi atas laba bersih suatu perusahaan melalui berbagai cara akan memberikan dampak yang cukup berpengaruh pada tindak lanjut para pengguna informasi yang bersangkutan tidak terkecuali penerapan perataan laba pada sebuah perusahaan. Tindakan manajemen untuk melakukan perataan laba (income smoothing) umumnya didasarkan pada berbagai alasan baik untuk memuaskan kepentingan pemilik perusahaan seperti menaikkan nilai dari perusahaan sehingga muncul anggapan bahwa perusahaan yang bersangkutan memiliki risiko yang rendah (Dwiatmini dan Nurkholis, 2001), menaikkan harga saham perusahaan sendiri (oportunistik), seperti mendapatkan kompensasi, dan mempertahankan jabatannya (Juniarti dan Corolina, 2005). Selain itu alasan manajemen melakukan praktik perataan laba adalah sebagai berikut : 1. Sebagai rekayasa untuk mengurangi laba dan menaikkan biaya pada periode berjalan yang dapat mengurangi utang pajak. 2. Dapat meningkatkan kepercayaan investor karena kestabilan penghasilan dan kebijakan deviden sesuai dengan keinginan. 3. Dapat mempererat hubungan antara manajer dam karyawan karena dapat menghindari permintaan kenaikan upah atau gaji oleh karyawan. 4. Memiliki dampak psikologis pada perekonomian. Praktik income smoothing ini juga biasanya dilakukan dengan berbagai cara, menurut Sofyan Syafri Harahap, 2008 antara lain yaitu dengan cara sebagai berikut : 1. Mengatur waktu kejadian transaksi 2. Memilih prinsip atau metodologi alokasi 3. Mengatur penggolongan antara laba operasi dan laba yang bukan dari operasi normal Tidak semua Negara menganggap praktik income smoothing ini merupakan tindakan atau pekerjaan yang dilarang, di Negara Swedia praktik income smoothing merupakan tindakan yang diperbolehkan dengan syarat perlakuan ini dibuat secara transparan. Dan memang pada hakikatnya hasilnya sama dalam jangka panjang. Beberapa penelitian telah dilakukan pada seluruh perusahaan yang telah go public yang terdapat di BEI. Sementara perusahaan sektor keuangan (Finance) merupakan emiten yang cukup besar di BEI,selain itu perusahaan sektor finance mempunyai peranan yang penting dalam pertumbuhan ekonomi sebuah Negara, maka perlu adanya penelitian lebih lanjut yang meneliti tindakan income smoothing khusus pada perusahaan sektor keuangan. Dalam penelitian ini akan menganalisis apakah perusahaan sektor keuangan yang sudah terdaftar di BEI melakukan praktik income smoothing atau tidak serta apakah faktor-faktor yang mempengaruhinya berpengaruh secara signifikan terhadap tindakan income smoothing tersebut. TINJAUAN PUSTAKA Igan Budiasih (2009) mengatakan bahwa perataan laba merupakan tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk mengurangi variabilitas laba yang dilaporkan agar dapat mengurangi risiko pasar atas saham perusahaan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan harga saham perusahaan, selain itu perataan laba juga didefinisikan sebagai upaya yang sengaja dilakukan untuk memperkecil fluktuasi pada tingkat laba yang dianggap normal bagi perusahaan, serta sebuah praktik dengan menggunakan teknik-teknik akuntansi untuk mengurangi fluktuasi laba bersih selama beberapa periode waktu.
Alasan perataan laba oleh manajemen adalah sebagai berikut : 1. Sebagai rekayasa untuk mengurangi laba an menaikkan biaya pada periode berjalan yang dapat mengurangi utang pajak. 2. Dapat meningkatkan kepercayaan investor karena kestabilan penghasilan dan kebijakan deviden sesuai dengan keinginan. 3. Dapat mempererat hubungan antara manajer dan karyawan karena dapat menghindari permintaan kenaikan upah atau gaji oleh karyawan. 4. Memiliki dampak psikologis ada perekonomian. Suwito dan Herawaty (2005) mengungkapkan bahwa tujuan perataan laba adalah untuk memperbaiki citra perusahaan dimata pihak eksternal dan menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki risiko yang rendah. Disamping itu, memberikan informasi yang relevan dalam melakukan prediksi terhadap laba pada masa yang akan datang, meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemampuan manajemen, dan meningkatkan kompensasi bagi pihak manajemen. Untuk mendapatkan definisi dan gambaran yang lebih jelas tentang perataan laba Eckel memberikan pendapat bahwa definisi perataan laba tidak dapat dipisahkan dari tipe perataan laba. Dan penjelasan tipe perataan laba dapat memperjelas kerangka ide dan definisi operasional perataan laba yang diperkenalkan oleh Eckel: Smooth Income Stream
Intentionally Being Smoothed
Naturally Smooth
by Management
Artificial
Real
Smoothing
Smoothing
Gambar Tipe Perataan laba Aliran perataan laba yang alami (naturally income smoothing) secara sederhana mempunyai implikasi bahwa sifat proses perolehan laba itu sendiri yang menghasilkan suatu aliran laba yang rata. Tipe perataan laba terjadi begitu saja secara alami tanpa intervensi dari
pihak manapun. Berbeda dengan perataan laba yang secara alami, perataan laba yang disengaja (intentionally income smoothing) mengandung intervensi manajemen. Ada dua jenis perataan laba yang disengaja, yaitu perataan laba riil dan perataan laba artificial. Perataan laba riil menunjukkan tindakan manajemen yang berusaha untuk mengendalikan peristiwa ekonomi yang secara langsung memperngaruhi laba perusahaan di masa yang akan datang, perataan laba riil mempengaruhi aliran kas. Sebagai contoh suatu perusahaan dapat memilih proyek permodalan berdasarkan kovariannya dengan serangkaian laba yang diharapkan. Sedangkan perataan laba artificial menunjukkan usaha manipulasi yang dilakukan manajemen untuk meratakan laba. Manipulasi yang dilakukan tidak menunjukkan peristiwa ekonomi yang mendasar atau mempengaruhi aliran kas, tetapi menggeser biaya dan atau pendapatan dari satu period eke paeriode lain. Sebagai contoh, suatu perusahaan dapat secara sederhana meningkatkan atau menurunkan laba yang dilaporkan dengan cara mengubah asumsi aktuarialnya yang berkaitan dengan biaya pension. Dari penjelasan tipe perataan laba tersebut, konsep perataan laba yang dimaksu dalam penelitina ini adalah perataan laba yang disengaja, tanpa membedakan perataan riil maupun perataan artificial. Karena peneliti hanya meneliti factor-faktor yang memperngaruhi perataan laba tanpa menguji lebih lanjut bagaimana manajemen melakukan perataan laba tersebut. HIPOTESIS Ha1 Ha2 Ha3 Ha4
= Terdapat pengaruh variabel ukuran perusahaan terhadap perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan. = Terdapat pengaruh variabel Return on Asset terhadap perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan. = Terdapat pengaruh variabel Net Profit Margin terhadap perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan. = Terdapat pengaruh variabel Financial Leverage terhadap perataan laba yang dilakukan perusahaan.
tindakan praktik tindakan praktik tindakan praktik tindakan praktik
METODE PENELITIAN Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan metode purposive judgement sampling yaitu pemilihan sampel atas dasar kesesuaian antara karakteristik sampel dengan kriteria pemilihan sampel yang telah ditentukan. Sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor finance yang terdaftar di BEI dengan kriteria sebagai berikut : 1. Perusahaan sektor finance yang terdaftar di BEI tahun 2004-2008. 2. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan tahun 2004-2008. 3. Perusahaan yang tidak melakukan akuisisi atau merger selama periode pengamatan. Bila perusahaan melakukan kegiatan akuisisi atau merger selama periode pengamatan akan mengakibatkan variabel-variabel dalam penelitian mengalami perubahan yang tidak sebanding dengan periode sebelumnya. Sedangkan bila suatu perusahaan dilikuidasi maka hasil penelitian tidak akan berguna karena perusahaan tersebut tidak lagi beroperasi di masa yang akan datang. 4. Perusahaan yang tidak mengalami kerugian secara berturut- turut selama periode pengamatan.
Berdasarkan karakteristik pemilihan sampel di atas, diperoleh perusahaan yang akan dijadikan sampel penelitian. Tabel 3.1 ini menyajikan hasil seleksi sampel dengan metode purposive judgement sampling. Table 3.1 Seleksi Sampel Keterangan Jumlah sampel awal Pelanggaran kriteria I Perusahaan yang listing pada tahun 2004 dan sudah delisting sampai dengan tahun 2008 Pelanggaran kriteria II Emiten yang tidak menerbitkan laporan keuangan tahun 2004-2008 Pelanggaran kriteria III Emiten yang melakukan merger atau akuisisi minimal sekali selama tahun 2004-2008 Pelanggaran kriteria IV Emiten yang berturut-turut merugi
jumlah 58 13
0
1 6 38
Jumlah sampel yang telah diseleksi diklasifikasikan ke dalam kelompok perata dan bukan perata menggunakan income smoothing index. Berdasarkan income smoothing index, perusahaan diklasifikasikan sebagai perusahaan perata laba jika memperoleh income smoothing index lebih dari satu. Adapun untuk menghitung income smoothing index dapat menggunakan rumus sebagai berikut : CV Sales IS
= CV Earnings
Keterangan: CV Sales
CV Earning
: Koefisien variasi perubahan penjualan yang diperoleh dari hasil perbandingan antara standar deviasi penjualan dengan rata-rata penjualan. : Koefisin variasi perubahan laba yang diperoleh dari hasil perbandingan antara standar deviasi laba dengan rata-rata laba.
Perusahaan dikatakan melakukan praktik perataan laba apabila memiliki nilai coefficient of variations of sales yang lebih besar dari coefficient of variations of earning nya (CV Sales > CV Earning).(Jatiningrum, 2000)
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Statistik Deskriptif Uji statistik deskriptif dilakukan untuk mengetahui gambaran umum perusahaan perata laba maupun perusahaan bukan perata laba. Diharapkan hasil uji statistik secara umum dapat melegitimasi validitas dan reliabilitas variabel yang digunakan dalam uji statistik setiap hipotesis penelitian. Dari 38 sampel perusahaan dilakukan 3 tahap pengamatan untuk menentukan status perataan laba. Jadi terdapat 114 sampel yang dapat diolah untuk menganalisis perataan laba. Hasil analisis statistik deskriptif dengan bantuan komputer program SPSS Statistics 18.0 disajikan pada Tabel berikut ini:
Statistik Deskriptif Perusahaan Sampel
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Aktiva
114
42030
358438678
33804825.45
72613218.640
Npm
114
-.79
6.33
.2647
.62709
Roa
114
-.12
1.92
.2682
.37479
Fl
114
.02
1.92
.6849
.29847
Valid N (listwise)
114
Sumber: output SPSS 18.0 Hasil Pengujian Multivariate Analisis multivariate digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel ukuran perusahaan (size), Net Profit Margin, Return On Asset, dan Financial Leverage terhadap praktik perataan laba. Analisis multivariate dilakukan dengan teknik analisis regresi logistik (binary logistic regression) dengan bantuan komputer program SPSS Statistics 18.0. Dalam penelitian ini dilakukan dua jenis teknik analisis yaitu analisis regresi logistik dengan metode “enter” dan analisis regresi logisik dengan metode “backward stepwise”. Pengujian multivariate dilakukan secara parsial dengan metode enter untuk keempat variabel independen dengan menggunakan binary logistic regression. Hasil pengujian atas kelayakan model regresi (goodness of fit test) yang diukur dengan nilai Chi-Square pada uji Hosmer and Lemeshow Test, menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,234 (diatas 0,05), berarti model regresi layak dipakai untuk analisis selanjutnya, karena tidak ada perbedaan antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati.
Hosmer and Lemeshow Test Step
Chi-square
Df
Sig.
1 10,470 8 Sumber: Output SPSS 18.0 (data diolah)
0,234
Ghozali (2005) mengatakan jika nilai statistik Hosmer and Lameshow Goodness Of Fit sama dengan atau kurang dari 0,05, maka Ho ditolak yang berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga Goodness fit model tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Jika nilai Statistic Hosmer and Lameshow Goodness of fit lebih besar dari 0,05, maka Ho tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya. Analisis Logistic Regression Enter Method Analisis regresi logistik dengan metode enter ini berarti bahwa keempat variabel yaitu ukuran perusahaan, Net Profit Margin, Return on Assets, dan Financial Leverage secara serentak (secara simultan) dimasukkan ke dalam model regresi logistik dan dilakukan estimasi. Hasil pengujian regresi logistic dengan menggunakan metode enter disajikan pada tabel berikut ini:
Hasil Pengujian Logistic Regression Enter Method Variables in the Equation B Step 1
a
Aktiva
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
.000
.000
2.802
1
.094
1.000
Npm
-.055
.348
.025
1
.875
.947
Roa
-.135
.552
.059
1
.807
.874
-2.989
.939
10.132
1
.001
.050
2.521
.691
13.316
1
.000
12.441
Fl Constant
Sumber : Output SPSS 18.0 Hasil pengujian logistic regression dengan metode enter pada tabel diatas dapat dilihat bahwa variabel ukuran perusahaan, Net Profit Margin, dan Return on Asset memperoleh nilai p-value lebih besar dari 0,05 (p-value > 0,5) yang berarti terjadinya penolakan terhadap Ha dan sebaliknya Ho diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan, Net Profit Margin, dan Return on Asset tidak berpengaruh secara signifikan terhadap praktik perataan laba. Hasil pengujian regresi logistic dengan metode enter ini menunjukkan bahwa hanya variabel Financial Leverage yang berpengaruh secara signifikan terhadap praktik perataan laba, karena variabel Financial Leverage memperoleh nilai p-value yang lebih kecil dari dari 0,05 (pvalue < 0,05).
Berdasarkan analisis multivariate tersebut, dibentuk persamaan regresi dan didapatkan persamaan regresi sebagai berikut: p ln
= 2,521 + 0 (TA) – 0,055 (NPM) - 0,135 (ROA) – 2,989 (FL) 1-p
Selanjutnya, untuk lebih meyakinkan hasil pengujian multivariate secara serentak, dilakukan pengujian multivariate secara terpisah (backward stepwise). Analisis Logistic Regression Backward Stepwise Method Analisis logistic regression backward stepwise method berarti bahwa pengaruh keempat variabel ukuran perusahaan (size), Net Profit Margin, Return On Asset, dan Financial Leverage diestimasi secara bertahap (stepwise), dimulai dengan memasukkan keempat variabel tersebut kedalam model pada pengujian secara serentak, kemudian bergerak mundur (backward), mengeluarkan satu variabel yang memiliki nilai probabilitas terbesar dan lebih besar dari 0,05 pada tahap pertama. Proses ini terus berlanjut ke tahap berikutnya dan berakhir dimana tidak ada lagi variabel yang dikeluarkan dari model karena nilai p-value lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian pada tahap terakhir, model hanya menyisakan variabel yang memiliki nilai probabilitas yang lebih kecil dari 0,05. Jadi hanya variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba. Hasil pengujian multivariate secara serentak terlihat bahwa variabel Net Profit Margin memiliki nilai probabilitas terbesar dan lebih besar dari 0,05 dan karenanya dikeluarkan dari model. Selanjutnya pada pengujian secara terpisah tahap kedua, analisis dilakukan terhadap ketiga variabel ukuran perusahaan (size), Return on Assets, dan Financial Leverage. Hasil analisis disajikan pada Tabelberikut ini: Analisis Pengujian Multivariate Secara Terpisah Tahap II Variabel
ρ-value
Keterangan
Ho
Besaran perusahaan (size)
0,092
p > 0,05
Diterima
Return on Assets
0,809
p > 0,05
Diterima
Financial Leverage
0,001
p < 0,05
Ditolak
Sumber: Output SPSS 18.0 (data diolah)
Hasil pengujian multivariate secara terpisah tahap kedua dapat dilihat bahwa variabel ukuran perusahaan (size) dan Return on Assets tidak berpengaruh terhadap perataan laba. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas (p-value) untuk kedua variabel tersebut berada diatas 0,05, yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Hanya variabel Financial Leverage yang memiliki nilai probabilitas (p-value) dibawah 0,05, yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti variabel Financial Leverage berpengaruh terhadap perataan laba pada pengujian multivariate tahap II. Variabel Return on Assets memiliki nilai probabilitas terbesar dan lebih besar dari 0,05 dan karenanya dikeluarkan dari model. Selanjutnya pada tahap kedua, analisis dilakukan terhadap kedua variabel besaran perusahaan (size), dan Return on Assets. Hasil analisis disajikan pada tabel berikut ini:
Hasil Pengujian Multivariate Secara Terpisah Tahap III Variabel
p-value
Keterangan
Ho
Ukuran perusahaan (size)
0,091
p > 0,05
Diterima
Financial Leverage
0,001
p < 0,05
Ditolak
Sumber: Output SPSS 18.0 (data diolah) Hasil pengujian multivariate secara terpisah tahap ketiga dapat dilihat bahwa variabel ukuran perusahaan (size) masih memiliki nilai probabilitas terbesar dan lebih besar dari 0,05 dan karenanya dikeluarkan dari model. Hanya variabel Financial Leverage yang memiliki nilai probabilitas (p-value) dibawah 0,05, yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti variabel Financial Leverage berpengaruh terhadap perataan laba pada pengujian multivariate tahap III. Selanjutnya pada tahap keempat, analisis dilakukan terhadap variabel Financial Leverage. Hasil analisis disajikan pada tabel berikut ini:
Hasil Pengujian Multivariate Secara Terpisah Tahap IV Variabel Financial Leverage
p-value
Keterangan
Ho
0,001
ρ < 0,05
Ditolak
Sumber: Output SPSS 18.0 (data diolah) Hasil pengujian multivariate secara terpisah tahap keempat pada tabel 4.12 dapat dilihat bahwa variabel Financial Leverage memiliki nilai probabilitas (ρ-value) lebih kecil dari 0,05 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Hasil pengujian multivariate secara serentak dan terpisah membuktikan bahwa variabel Financial Leverage berpengaruh secara signifikan terhadap perataan laba.
DAFTAR PUSTAKA Assih, Prihat dan M. Gudono, 2000. “Hubungan Tindakan Perataan Laba dengan Reaksi Pasar atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 3, No. 1: 35 – 53. Belkaoui, Ahmed Riahi. 2007. Accounting Theory (Teori Akuntansi). Edisi Kelima. Jakarta: Salemba Empat. Budiasih, Igan, 2009. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba”, Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol. 4, No. 1: 1 – 14. Dwiatmini, S. dan Nurkholis. 2001. Analisis Reaksi Pasar terhadap Informasi Laba: Kasus Praktik Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Tema, Vol 2. Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi 4. Semarang: Badan Penerbit UNDIP Halim, Julia, Carmel Meiden, dan Rudolf Lumban Tobing, 2005. “Pengaruh Manajemen Laba Pada Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Termasuk Dalam Indeks LQ-45”, Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo, 15 – 16 September. Harahap, Sofyan Syafri. 2007. Teori Akuntansi. Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Ikatan Akuntan Indonesia. 2008. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Indonesia Capital Market Directory. 25 Maret 2010. Laporan Keuangan Tahun 2004. http://202.155.2.90/corporate_actions/new_info_jsx/jenis_informasi/01_laporan_keuang an/02_Soft_Copy_Laporan_Keuangan/Laporan%20Keuangan%20Tahun%202004/Dese mber%202004/.
____________________________. 26 Maret 2010. Laporan Keuangan Tahun 2005. http://202.155.2.90/corporate_actions/new_info_jsx/jenis_informasi/01_laporan_keuang an/02_Soft_Copy_Laporan_Keuangan/Laporan%20Keuangan%20Tahun%202005/Audit an/.
____________________________. 27 Maret 2010. Laporan Keuangan Tahun 2006. http://202.155.2.90/corporate_actions/new_info_jsx/jenis_informasi/01_laporan_keuang an/02_Soft_Copy_Laporan_Keuangan/Laporan%20Keuangan%20Tahun%202006/Audit an/.
____________________________. 28 Maret 2010. Laporan Keuangan Tahun 2007. http://202.155.2.90/corporate_actions/new_info_jsx/jenis_informasi/01_laporan_keuang
an/02_Soft_Copy_Laporan_Keuangan/Laporan%20Keuangan%20Tahun%202007/LK% 20Auditan%20Per%2031%20Desember%202007/.
____________________________. 29 Maret 2010. Laporan Keuangan Tahun 2008. http://202.155.2.90/corporate_actions/new_info_jsx/jenis_informasi/01_laporan_keuang an/02_Soft_Copy_Laporan_Keuangan/Laporan%20Keuangan%20Tahun%202008/LKT %20Desember%202008_Audit/.
Jatiningrum, 2000. “Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perataan Penghasilan atau Laba Pada Perusahaan Yang Terdaftar di BEJ”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 2, No. 2: 145 – 155. Juniarti dan Corolina, 2005. “Analisa Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perataan Laba (Income Smoothing) Pada Perusahaan-Perusahaan Go Public”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 7, No. 2: 148 – 162. Kirschenheiter, M & N. Melumad. 2002, June. “Earnings Quality and Smoothing”. http://www.mgmt.purdue.edu/events/bkd_speakers/papers03/mike.pdf Masodah, 2007. “Praktik Perataan Laba Sektor Industri Perbankan dan Lembaga Keuangan Lainnya dan Faktor yang Mempengaruhinya”, Proceeding PESAT, Vol. 2: A16 – A23. Mursalim. 2005. “Income Smoothing dan Motivasi Investor: Studi Empiris pada Investor di BEJ, Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo, 15 – 16 September. Santosa, Purbayu Budi dan Ashari. 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS. Yogyakarta: ANDI. Santoso, Singgih. 2006. Menggunakan SPSS untuk Statistik Multivariat. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Suwito, Edy dan Arleen Herawaty, 2005. “Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan Laba Yang Dilakukan oleh Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo, 15 – 16 September. Syahriana, Nani. 2006. ”Analisis Perataan Laba dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta (2000 – 2004)”. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Yusuf, Muhammad dan Soraya, 2004. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Asing dan Non Asing di Indonesia”, Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Vol. 8, No. 1: 99 – 125.