TERBANG KE ANGKASA
Dirgita Devina (c) 2009
[email protected]
Terbang ke Angkasa (Skenario) Sebuah kisah lain di Masa Koloni... Hak cipta (c) 2009 pada Dirgita Devina (
[email protected]) Skenario ini dilindungi Undang-Undang Hak Cipta yang berlaku saat ini. Diperbolehkan untuk menyalin dan mengedarkan kembali skenario ini di bawah persyaratan CCNC-ND.
FADE IN: EXT. LUAR ANGKASA Terlihat sebuah planet berwarna kebiru-biruan dihiasi corak-corak putih. SEDA (VO) Masa Koloni tidak serta-merta menghapus konflik pada masa Perang Dunia Ketiga. Justru, konflik-konflik itu muncul kian subur. Perang, kehancuran, luka, dan tangis terjadi setiap saat. Sebuah tayangan pun berkelebat. Tembakan meriam, ledakan, kota yang hancur, hingga tubuh-tubuh yang sudah tak bernyawa. EXT. LANDAS PACU – MALAM Sebuah pesawat mendarat di landas pacu. Dari dalam pesawat itu, dibawa seorang gadis, salah satu korban sebuah perang. Namanya SEDA. INT. RUANG BEDAH Dalam hitungan menit, Seda sudah berada di tengah ruang bedah. Tubuhnya dipindai berkali-kali. Tiga orang dokter dan seorang jenderal militer mengawasi dari balik jendela kaca. DOKTER Dari sekian banyak korban perang, mengapa gadis itu yang terpilih? Ia tak lebih dari seorang gadis biasa. JENDERAL Tidak ada alasan khusus. Hanya kebetulan. Lagi pula, kita tidak perlu kehilangan prajurit terbaik apabila proyek ini gagal. FADE OUT FADE IN: INT. HANGAR Enam bulan telah lewat. Seda kini menjadi pilot sebuah jin yang sekarang bersiap meluncur.
EXT. LUAR ANGKASA Terjadi pertempuran antara dua armada dari dua koloni berbeda. Jin yang dikendarai oleh Seda menyelinap di tengah-tengah dan menghancurkan salah satu pesawat induknya dengan tembakan meriam tunggal. SEDA (VO) Kebetulan itu kini mengubah cara hidupku. Implan biocip di tengkorakku mengontrol hampir semua yang harus kulakukan. Mengontrolku sebagai mesin penghancur. FADE OUT FADE IN: INT. HANGAR Seda menaiki sebuah elevator yang bergerak turun. Ia berucap dalam hati. SEDA Apakah aku masih manusia? Kapan aku bisa kembali hidup dengan normal? Aku sudah tidak bisa lagi menitikkan air mata. FADE OUT FADE IN: INT: RUANG RAPAT Sebuah proyeksi muncul di tengah ruang rapat. Proyeksi senjata itu berputar-putar pelan. JENDERAL Proyek Helios sudah rampung dan siap untuk digunakan. Seda akan mengendarai Jovian yang dilengkapi Helios. Dengan senjata itu, armada lawan bisa dengan mudah kita hancurkan. SEDA Jovian akan dipasangi Helios? JENDERAL Kau keberatan? Seda hanya bisa menunduk dan berucap di dalam hatinya.
SEDA Aku tidak bisa berkata tidak. Apapun keputusanku, hasilnya akan sama saja. Aku akan tetap mengendarai Jovian sembari memanggul Helios, senjata pemusnah massal. FADE OUT FADE IN: EXT. SEBUAH KOTA Bayang-bayang itu terulang lagi. Seda bermimpi ketika ia dan adiknya, RUI, harus keluar dari sebuah kota. Beberapa tank antijin dan beberapa jin telah mendarat di kota itu, jalanan sepi dan di beberapa bagian dibakar oleh kobaran api. Meski selalu dihadang oleh ledakan, Seda berusaha supaya mobil yang dikendarainya tidak berhenti. RUI Kakak, sepertinya kita terkepung. SEDA Jangan bicara seperti itu, Rui. Kita akan segera keluar dari sini. Yang perlu kita lakukan hanyalah mencari pesawat-pesawat itu. Di tangan Rui ada sebuah alat seperti PDA. Di monitor LCD-nya tertayang sebuah peta. Ada dua titik hijau berkedip di sana. RUI Kakak benar. Kita semakin dekat dengan mereka. Seratus meter lagi. Seda sempat tersenyum sejenak, sebelum akhirnya ia kaget dan membanting setir ke kanan. Mobil yang ia kendarai pun berputar nyaris seratus delapan puluh derajat, untuk menghindari hantaman rudal yang kemudian membuat ledakan di depan mereka. Sebuah jin kemudian mendarat, menodong mereka. Belum sempat picu ditarik, rudal lain menghantam bertubi-tubi punggung jin tersebut. Ia berbalik, dan jin lain memotong tubuhnya dengan pedang laser. Seda segera bertindak dengan kembali menekan pedal gas. Setir ia putar memasuki sebuah jalan lain. Dari jalan itu, mereka bisa melihat beberapa pesawat mulai meninggalkan tanah. RUI Itu mereka, Kak. Mereka sepertinya sudah berangkat.
SEDA Mereka tidak akan berangkat tanpa kita. Seda semakin tancap gas. Berbekal PDA milik Rui, mereka berusaha untuk semakin dekat pada rombongan pesawat itu. Namun dari jauh, sebuah jin menembak rombongan itu jatuh tak bersisa. Rui yang menyaksikan langsung kejadian itu tak bisa berkedip. Mobil yang dikendarai Seda melintasi sebuah ruas. Dari ruas itu, tiba-tiba muncul mesin tempur dari jenis automatic-insector. Mesin ini berukuran dua kali dari mobil yang dilarikan Seda, memiliki lima tentakel seperti bintang laut, dan dilengkapi sejumlah senjata, seperti senapan mesin dan rudal. Mesin yang sering disebut Autis ini mengejar mobil Seda, sembari memberondong dengan tembakan senapan mesin. Akibat tembakan itu, Rui terkena satu peluru di bahu kiri, dan Seda dua tembakan di bahu kanan. Mobil sempat oleng dan kembali ditembaki dengan tiga buah rudal. Satu meleset, mengenai jalan. Begitu sampai di sebuah persimpangan, Seda berbelok ke kanan dan sisi kanan mobil terhantam satu rudal. Mobil berputar, dan rudal terakhir menyusul. Mobil Seda berputar beberapa kali di jalan, terhempas, hingga pintu supirnya terpelanting. Sabuk pengaman yang mengekang Seda akhirnya putus, dan membiarkan tubuhnya terhempas dan berguling di jalan, hingga ke trotoar dengan luka di sekujur tubuhnya. Rui masih di mobil yang telah ringsek itu. Lukanya pun tak kalah parah, bahkan darah segar merembes di antara rambutnya, turun membuat alur di wajah. Mobil berhenti dalam kondisi berdiri melintang di tengah jalan, tiga puluh meter dari Seda. Rui bisa melihat jelas kakaknya, sementara Seda berusaha untuk menggerakkan jarijemarinya, meski sangat sulit. RUI Kakak.... Dan Autis bersiap. Sebuah tembakan rudal menghancurkan mobil itu, menutupi wajah Rui dengan kobaran api. INT. KAMAR Seda terbangun dari tidurnya dan langsung terduduk. SEDA Rui! Tahu bahwa ia sekarang berada di kamarnya, Seda pun sadar bahwa ia hanya bermimpi.
INT. KOKPIT Seda akhirnya kembali ke kokpit jin miliknya yang bernama Jovian. Berbagai monitor menyala dan menampilkan berbagai status. SEDA Seda Kristina melapor. Jovian dalam kondisi hijau. INT. HANGAR CMC (VO) Memulai pemasangan Helios. Jovian diharap melangkah ke landasan. Pengaman Jovian pun dilepas. Jin itu lalu melangkah dan menjejakkan kakinya di sebuah landasan. Sebuah dinding kemudian membuka, dan landasan itu bergerak ke sana. Setelah masuk, landasan berputar, dan berbagai penyangga kembali mengunci posisi Jovian. Alat-alat berat pun mulai dipasang. CMC (VO) Pemasangan Helios selesai. INT. KOKPIT SEDA Semua koneksi hijau. INT. HANGAR CMC (VO) Memulai prosedur peluncuran. Landasan yang dijejaki Jovian meluncur ke bawah dan berhenti di depan sebuah landas pacu berupa terowongan. Lampu-lampu di terowongan itu menyala. CMC (VO) Bersiap untuk penyusutan gravitasi. Dua lengan logam mengait Jovian, dan mendereknya hingga berada tepat di tengah-tengah terowongan. CMC (VO) Memulai penyusutan gravitasi. Jovian bersiap berangkat. Hitungan mundur. Lima..., empat..., tiga..., dua..., satu.... Jovian pun meluncur keluar dari pesawat Induk.
EXT. LUAR ANGKASA Jovian meluncur mendekati sebuah armada. Kedatangannya terdeteksi dan armada itu mulai bersiap dengan semua senjata dan pasukan lain. SEDA Mereka sama sekali belum memulai penyerangan. Mengapa kita yang harus memulai lebih dahulu? JENDERAL Hanya dengan cara itu kita bisa menang. Kusarankan kau untuk tidak terlalu memikirkannya. Sebaiknya kau tetap fokus. Kita kirimkan salam pembuka. SEDA Baiklah. Dua laras senapan laser mulai mengumpulkan energi. Aktivitasnya terdeteksi dan ditanggapi oleh armada musuh dengan mulai menembakkan rudal. Rudal-rudal itu terdeteksi oleh Jovian. Sebuah tembakan panjang pun diluncurkan. Rudal-rudal itu hancur, beserta pesawat induk yang menembakkannya. Armada lawan pun membalas serius. Mereka segera memuntahkan apa yang mereka miliki. Namun, rudal-rudal yang berhasil mencapai sasarannya, tidak mampu menghancurkan Jovian. Perisai energinya terlalu keras. Pesawat dan rudal semakin banyak bermunculan dan terdeteksi, namun Seda hanya diam. JENDERAL Apa yang kau lakukan, Seda? Kau ingin membuat kami semua terbunuh? Ingat, di armada ini ada lima puluh ribu prajurit dan sepuluh ribu pengungsi. Bandingkan dengan ukuran mereka, tentunya memiliki jumlah yang lebih kecil. Seda masih mematung. JENDERAL Bukankah kita akan lebih memilih nyawa yang terbanyak, Seda? Terdengar kejam, tapi itulah perang.
Jenderal itu menekan sebuah tombol, bola mata Seda pun berubah merah. Dengan senang hati, ia mengisikan sandi Helios. Dan Helios pun aktif. JENDERAL Ayo, Seda. Tekan picunya sekarang. SEDA Baik. Dan sebuah tembakan besar dari enam laras meriam meluncur. Keenam tembakan cahaya itu bergerak lurus, namun gelombang energinya menyebar dan menghancurkan apa saja yang dilewati. Bahkan, kokpit Jovian hingga memercikkan bunga api, karena terpengaruh tembakan Helios. Beberapa detik kemudian, Helios mereda. Bola mata merah milik Seda berangsur pulih. Pada saat itulah, ia sadar. Armada yang semula utuh di depan matanya, kini hanya tersisa puing. SEDA Aku... yang melakukan ini?
** SEKIAN **
Mengenai Penulis Dirgita Devina (atau hanya Dirgita) adalah nama pena dari Citra Paska. Hampir semua kegiatannya adalah menulis. Mulai dari menulis cerpen, novel, hingga terjemahan programprogram bebas terbuka (free and open source software). Fiksi ilmiah dan laga adalah genre cerita yang paling sering dikembangkan oleh Dirgita. Sementara tema yang paling sering diangkat, tidak begitu jauh dari isu kemanusiaan. Informasi lebih lanjut mengenai Dirgita bisa dijumpai di Rumah Tulis Dirgita dan Dapur Dirgita.