Efektifitas Peran Konselor Dalam Proses Penyembuhan Anak Autis
EFEKTIFITAS PERAN KONSELOR/TERAPIS DALAM MEMBANTU PROSES PENYEMBUHAN ANAK AUTIS DI “KIDDY AUTISM CENTRE” SUNGAI KAMBANG TELANAI PURA KOTA JAMBI Edi Kusnadi Fakultas Ushuluddin IAIN STS Jambi Abstrak: Penelitian ini dilalakukan di tempat terapi anak-anak yang mengalami autis, yang berada di “Kiddy Autism Centre” Sungai Kambang Telanai Pura Jambi. Penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dan model persampelan dengan metode purposive sampling. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimana efektifitas peran terapis dalam membantu proses penyembuhan dengan berbagai macam model dan metode terapi. Adapun terapi yang digunakan dalam pembelajaran tersebut antaranya yakni: terapi motorik, terapi okupasi, terapi fisik, terapi perilaku dengan metode ABA, terapi bermain, terapi sosial, terapi wicara, dan lainnya. Dari hasil penelitian yang dilakukan dilapangan ditemukan bahwa penggunaan konseling terapi di sekolah Kiddy Autisme Centre Sungai Kambang adalah menggunakan jenis terapi: terapi wicara, terapi okupasi, terapi bermain dengan metode ABA, terapi fisik, terapi sosial, dan terapi motorik. Adapun yang menjadi kendala dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut adalah kuraangnya kerjasama orang tua, kurangnya pemehaman orang tua terhadap terapi, terdapat cukup banyak anak yang hyperaktif, anak tidak dapat fokus dalam proses pembelajaran, terdapat gangguan terhadap bahasa dan komunikasi anak. Jadi peran terapis dalam membantu proses pemulihan anak-anak autis cukup berkesan, hal tersebut sebagaimana pernyataan dari para orang tua dan observasi terhadap perkembangan anak tersebut. Kata Kunci ; Anak, autisme, metode ABA/Lovaas
TAJDID Vol. XIV, No. 2, Juli-Desember 2015
301
Edi Kusnadi
Pendahuluan Gangguan Autis dalam psikologi adalah salah satu gangguan perkembangan yang termasuk dalam ganggauan perkembangan pervasif (pervasive developmental behavior).1 Secara khusus gangguan yang termasuk dalam kategori ini ditandai dengan adanya gangguan perkembangan dalam bidang keterampilan sosial dan berbahasa, seperti perhatian, persepsi, daya nilai terhadap realitas, dan gerakan-gerakan motorik.2 Gangguan Autis termasuk ke dalam gangguan pervasif, karakteristik anak dengan Autisme adalah adanya 6 gangguan diantaranya dalam bidang: interaksi sosial, komunikasi (bahasa dan bicara), prilaku-emosi, pola bermain, gangguan sensorik dan motorik dan perkembangan terlambat atau tidak normal. Gangguan autis pada anak-anak memperlihatkan ketidakmampuan anak tersebut untuk berhubungan dengan orang lain atau bersikap acuh terhadap orang lain yang mencoba berkomunikasi dengannya. Mereka seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri, bermain sendiri, dan tidak mau berkumpul dengan orang lain. Namun, anak autis biasanya memiliki kelebihan atau keahlian tertentu, seperti pintar menggambar,berhitung atau metemetika,musik dan lain-lain. Dikatakan, gangguan autis merupakan gangguan sejak lahir dan dapat didiagnosis setelah anak berumur tiga tahun. Karakteristik umumnya meliputi kurangnya kontak mata; sikap acuh tak acuh terhadap sosial; kesulitan dalam mengekspresikan kebutuhan secara lisan; pengulangan kosa kata atau frase; dan mempunyai tanggapan berbeda terhadap input sensorik. Gejala autis sangat bervariasi dan beragam luas, sehingga disebut juga sebagai Spektrum Disorder (Autistic Spectrum Disorder). Autistic Spectrum Disorder (ASD) sering digunakan untuk merujuk pada anak yang didiagnosis dengan Autisme, Sindrom Asperger, Pervasive Developmental Disorder. 1
Pervasif Development Disorder adalah suatu gangguan perkembangan yang menyebabkan anak mengalami sulit berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. 2 Triantoro Safaria, Autisme: Pemahaman Baru Untuk Hidup Bermakna Bagi Orang Tua Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005, 1.
302 TAJDID Vol. XIV, No. 2, Juli-Desember 2015
Efektifitas Peran Konselor Dalam Proses Penyembuhan Anak Autis
Selanjutnya, penanganan pada Anak autis harus dilakukan dengan cepat dan diintervensi sedini mungkin untuk mencegah terjadinya gangguan yang lebih berat, semakin cepat gangguan autis ini dideteksi maka akan semakin membantu dalam penanggulangan penangananya. Penanganan pada anak yang mengalami gangguan autis atau anak berkebutuhan khusus ini selain dari pihak orang tua juga harus ada kerja sama dengan berbagai pihak dan para ahli dan salah satunya adalah guru yang ada di sekolah jika anak telah memasuki usia sekolah. Akan tetapi sebelum anak memasuki usia sekolah anak bisa mengikuti dan mendapatkan berbagai jenis terapi untuk menyembuhkan ganggauan perkembangan yang dialaminya di pusat-pusat terapi anak berkebutuhan khusus, seperti anak penyandang gangguan autis atau ganggauan perkembangan lainya. Karena anak yang mengalami gangguan ini bisa saja dapat sembuh dan dapat tumbuh normal kembali. Salah satu cara yang dilakukan oleh orang tua yang memiliki anak autis adalah dengan memasukkan anak tersebut ke klinik atau pusat-pusat terapi anak. Karena orang tua yang memiliki pengetahuan tentang gangguan autistik ini akan mengetahui bahwa anak mereka tidak bisa melakukan komunikasi dan interaksi secara normal seperti anak pada umumnya, sehingga jika anak yang mengalami gangguan autistik tersebut sulit dimasukkan ke sekolah biasa, sebab mereka tidak bisa atau sulit menyesuikan diri dengan baik di lingkuknganya. Oleh karenanya mereka dimasukan di sekolah khusus bagi anak autisme. Sehingga Anak-anak di bawah usia sekolah yang mengalami gangguan autis ini diberikan berbagai terapi agar dapat berkomunikasi dan membangun hubungan sosial dengan lingkunganya. Melakukan penanggulangan sedini mungkin dan agar anak akhirnya dapat kembali normal atau setidaknya bisa menjalin komunikasi dengan lingkunganya, sehingga anak pun dapat memasuki sekolah dan bisa bersosialisasi seperti anak-anak pada umumnya, meskipun harus dengan dampingan guru bantu. Di Sungai Kambang Kecamatan Telanaipura Kota Jambi terdapat lembaga pemulihan anak-anak autisme yang bernama Kiddy Autism Center, yang memberikan pelayanan pemulihan terhadap anak-anak yang mengalami autisme dengan menggunakan
TAJDID Vol. XIV, No. 2, Juli-Desember 2015
303
Edi Kusnadi
metode ABA/Lavaas tersebut. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa tertarik untuk melihat dan meneliti lebih mendalam terhadap Efektifitas Peran Terapis dalam Membantu Proses Peenyeembuhan Anak autime di “Kiddy Autism Centre” Sungai Kambang Telanaipura Kota Jambi”. Untuk memfokuskan penelitian dan mendapatkan hasil penelitian yang lebih dalam serta analisis yang lebih tepat dan terfokus, maka beberapa persoalan penting untuk dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana bentuk terapi yang digunakan di Kiddy Autisme Centre Sungai Kambang Kec. Telanaipura Kota Jambi? 2. Apa yang menjadi kendala bagi terapis dalam memberikan terapi untuk membantu proses penyembuhan anak autis di kiddy autism centre Sungai Kambang Kec. Telanaipura Kota Jambi? 3. Bagaimana perubahan yang terjadi pada anak-anak autism, setelah diterapi dan mendapatkan pengajaran dari para terapis di Kiddy Autisme Centre Sungai Kambang Kec. Telanaipura Kota Jambi? Kerangka Teori Jenis-jenis Terapi untuk gangguan Autis Terapi Biomedik Anak yang menderita autis biasanya mengalami gangguan metabolisme yang akan berdampak pada gangguan fungsi otak. Oleh karena itu anak-anak ini diperiksa secara intensif baik darah, urine, feses, dan rambutnya. Setelah menemukan dan mengetahui kelainan dalam tubuh anak, maka kemudian diperbaiki sehingga otak bebas dari gangguan-gangguan dari dalam. Terapi ini memang membutuhkan biaya yang lumayan mahal, karena dilakukan oleh tenaga ahli dan dengan peralatan yang lengkap tentunya. Walau bagaimanapun kesembuhan anak merupakan prioritas bagi orang tua, karena ia adalah harta yang paling berharga Terapi Okupasi (occupational therapy) Biasanya anak penderita autis mengalami kesulitan dalam keterampilan dan gerakannya. Hal ini dikarenakan anak autis memiliki keterlambatan dalam perkembangan motorik halus. Salah
304 TAJDID Vol. XIV, No. 2, Juli-Desember 2015
Efektifitas Peran Konselor Dalam Proses Penyembuhan Anak Autis
satu solusi untuk meningkatkan ketrampilan anak autis bisa menggunakan terapi okupasi ini. Terapi okupasi ini mampu meningkatkan kemampuan anak dan memperbaiki kualitas hidup mereka, baik di rumah maupun di sekolah. Terapis akan membantu mengenalkan, mempertahankan, dan meningkatkan keterampilan anak. Dengan cara ini, penderita autisme diharapkan bisa hidup semandiri mungkin. Terapi Intergrasi Sensoris Integrasi Sensori berarti kemampuan untuk mengelolah dan mengartikan seluruh rangsang sensoris yang diterima dari tubuh maupun lingkungan, dan kemudian menghasilkan respon yang terarah. Terapi ini berguna untuk meningkatkan susunan syaraf pusat, sehingga lebih mampu memperbaiki struktur dan fungsinya. Terapi Bermain Anak yang mengalami autisme membutuhkan hubungan sosial dengan teman-teman sebayanya, maka dari itu anak penderita autis bisa diberikan terapi bermain. Terapi bermain dapat meningkatkan kemampuan berbicara, kemampuan berkomunikasi dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain. Terapi Prilaku dan metode Applied Behavioral Analysis (ABA) Terapi Prilaku berpaya untuk melakukan perubahan pada anak autis dalam arti prilaku yang berlebihan dikurang dan menambah prilaku yang belum ada. Salah satu termasuk dari terapi ini adalah Applied Behavioral Analysis (ABA), ABA adalah pendekatan ilmiah untuk mengevaluasi prilaku, ABA menyediakan informasi ilmiah yang dapat membantu dalam memandu pendekatanpendekatan terapi prilaku. 3 Jenis terapi ini sangat populer di Indonesia sehingga mayoritas orang tua menggunakan jenis terapi ini untuk penyembuhan anak autis. ABA adalah memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcement (hadiah/pujian) kepadanya atas pencapaian-pencapaian tertentu. Dengan metode ini orang tua bisa mengukur sejauh mana perkembangan anak autis. Terapi ini dikenal juga dengan istilah terapi perilaku. Tujuan dari terapi ini adalah mengurangi agresivitas pada anak autis, karena anak autis cenderung hiperaktif 3
Andi Priyatna,Amazing Autism,(Jakarta: PT. Elex media kompetindo kompas Gramedia,2010), 106
TAJDID Vol. XIV, No. 2, Juli-Desember 2015
305
Edi Kusnadi
dan mudah mengamuk. Selain itu terapi ini juga bertujuan menambahkan perilaku yang kurang pada anak autis. Terapi Fisik Penderita autis khususnya anak-anak biasanya mengalami gangguan syaraf motorik. Biasanya anak yang menderita autis mengalami gejala seperti jalan yang tidak kuat, atau bahkan belum bisa berjalan pada usia yang seharusnya sudah bisa berjalan. Hal ini disebabkan karena anak-anak penderita autis memiliki tonus otot yang lembek sehingga mengalami gejala seperti yang dicontohkan di atas. Salah satu terapi yang bisa dilakukan orang tua adalah dengan fisioterapi dan terapi integrasi sensoris.Menurut penelitian ilmiah, terapi ini akan sangat membantu anak agar ototototnya menjadi lebih kuat dan mampu meningkatkan keseimbangan tubuh. Terapi Wicara Terapi wicara dianggap sebagai terapi wajib bagi anak autis karena hampir semua anak penderita autis memiliki kesulitan dalam berucap sehingga sulit berkomunikasi dengan orang lain. Terapi wicara ini akan melatih anak autistik dalam berkomunikasi dan berbahasa. Meskipun harus dengan kesabaran dan tidak boleh menyerah dalam melatih anak autis, karena melatih anak autis tidak seperti melatih anak-anak normal. Terapi Musik Terapi Musik adalah semacam semacam terapi yang menggunakan musik yang bersifat terapiutik guna meningkatkan fungsi prilaku, sosial, psikologis, fisik, prilaku, dan sosial yang mengalami hambatan. Bagi anak autis musik penting untuk meningkatkan kesadaran akan dirinya, memusatkan perhatian, mengurangi prilaku yang negatif yang tidak di harapkan, membuka komunikasi, menciptakan hubungan sosial yang berpengaruh positif pada pertumbuhan dan perkembangan positif. Terapi Perkembangan Terapi ini didasari oleh keadaan anak autis yang kebanyakan mengalami atau kurang dalam kemampuan bersosialisasi. Yang termasuk jenis terapi perkembangan ini adalah pertama floortime yang dilakukan oleh orang tuauntuk membantu melakukan interaksi dan kemampuan berbicara. Yang kedua adalah RDI
306 TAJDID Vol. XIV, No. 2, Juli-Desember 2015
Efektifitas Peran Konselor Dalam Proses Penyembuhan Anak Autis
(Relationship developmental intervetion) yaitu mencoba untuk membantu anak menjalin interaksi positif dengan orang lain, meskipun tanpa menggunakan bahasa. Yang ketiga adalah sonrise, son-rise dan RDI disini adalah terapi untuk mempelajari minat anak, kekuatannya dan perkembanganya, kemudian ditingkatkan pada kemampuan sosial, emosional dan intelektualnya. Terapi Visual Anak penderita autis secara umum lebih mudah belajar dengan cara visual ( visual learning). misalnya dengan video game atau dengan PECS ( Picture Exchange Communication System), atau dengan visual-visual lain. Terbukti secara medis terapi visual ini dapat meningkatkan kemampuan syaraf penderita autis dan melatih komunikasi. Terapi Medikamentosa Terapi ini disebut juga dengan terapi obat-obatan, terapi ini dilakukan dengan pemberian obat-obatan oleh Dokter yang berwenang. Obat-obatan ini tidak bisa menyembuhkan Autisme secara utuh, tetapi obat-obatan ini digunakan untuk menghilangkan gejala autis. Dengan pemakaian obat dan intervensi dini untuk mengobati anak autis akan cepat berhasil, bila keberhasilan sudah stabil obat bisa di hentikan.4 mempelajari minat anak, kekuatannya dan perkembanganya, kemudian ditingkatkan pada kemampuan sosial, emosional dan intelektualnya. Terapi Melalui makanan Terapi melalui makanan (diet teraphy), di berikan untuk anakanak dengan masalah alergi makanan tertentu. Di sisi lain ada pula beberapa makanan yang mengandung zat yang dapat memperberat gejala autis pada anak. Pada terapi ini biasa di temuka anak penderita autis susah makan atau mengalami alergi ketika mengkonsumsi makanan tertentu. Oleh sebab itu dalam terapi ini di
4
Contoh floortme ,anak mungkin asik menikmati atau asyik memukulmukul mainya di lantai. Pada sesi floortime memungkinkan orang tua untuk mengimitasi atau menirukan aksi tersebut. Disiut orang tua mendorong anak untuk menghasilkan skema permainan yang lebih konflek dan menggabungkan kata dan bahasa kedalam per mainan.
TAJDID Vol. XIV, No. 2, Juli-Desember 2015
307
Edi Kusnadi
berikan solisi tepat bagi orang tua untuk menyiasati menu yang cocok dan sesuai untuk anak autis sesuai dengan petunjuk dokter.5 Gambar 1:1 : Kerangka Konsep Alur Pelaksanaan Terapi6 FAKTOR KEBERHASILAN -Usia - kekerapan penanganan - keutuhan pemahaman
JENIS TERAPI
TERAPIS
SARANA PENDUKUNG
DUKUNGAN ORANG TUA
ANAK AUTIS
KEBERHASILAN
STRATEGI -DTT -- Imbalan -- Pengulangan -- Konsistensi -- Penilaian
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan psikososial.7 Pendekatan kualitatif ini berkaitan dengan efektifitas peran terapis dalam membantu pemulihan anak-anak yang berkebutuhan kusus atau anak-anak yang mengalami gangguan
5
Galih A Veskaryanti, 12 Terapi Autis PalingEefektif danHhemat UntukAautisme, Hyperaktif, dan rdasi mental,(Yogyakarta: Pustaka Anggrak, 2008) 41. 6 Kerangka konsep ini adalah modifikasi dari konsep siklus penerapan metode ABA oleh Sitta R Muslimah. Terapi ABA Anak Autistik. Jakarta: Gramedia 2009.9. 7 Lihat Mattew B. Milles & A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, Jakarta: UI Press, 1992,33
308 TAJDID Vol. XIV, No. 2, Juli-Desember 2015
Efektifitas Peran Konselor Dalam Proses Penyembuhan Anak Autis
autism di pusat terapi anak kiddy autism centre. Adapun Teknik pengumpulan data yaitu: Observasi Observasi8 yang dilakukan ini adalah dengan turun langsung kelapangan dengan melihat keadaan dan kondisi yang sebenarnya. Supaya peneliti dapat mengamati secara lebih nyata dan teliti terhadap objek kajian. Observasi di lapangan yang Penulis lakukan adalah di Kiddy Autism Centre terletak di Sungai Kambang Kecamatan Telanai Pura Provinsi Jambi. Wawancara Wawancara9 ini dilakukan guna untuk mengetahui lebih juah dan mendalam serta dapat melihat , mengetahui keadaan yang sebenarnya baik penggunaan metode maupun sejauh mana tingkat keberhasilan dalam penggunaan metode ini serta kendala apa saja yang dihadapi oleh para terapi dalam melaksanakan merode ini. Maka dalam penelitian ini peneliti akan melakukan wawancara mendalam terhadap para guru atau terapis mengenai cara atau metode/terapi pembelajaran mereka serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, kemudian kepada anak-anak ABK tersebut serta wawancara dengan orang tua anak tersebut tentang kemajuan atau keberkesanan penanganan anak-anak mereka ditempat tersebut. Dokumentasi Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari manusia.10 Dokumentasi juga merupakan tehnik pengumpul data yang penting, karena merupakan sumber informasi yang bukan berasal dari manusia dan juga bisa dijadikan sebagai pembuktian yang nyata terhadap data yang ada.Dokumentasi yang diambil dalam penelitian ini adalah data dokumentasi tentang berkenaan dengan Kiddy Autism Centre.
8
Lihat Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi, Jakarta: Rineka Cipta,2011, 104. 9 Lihat Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi, , 105. 10 Lihat Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R& D, 240
TAJDID Vol. XIV, No. 2, Juli-Desember 2015
309
Edi Kusnadi
Bentuk-Bentuk Terapi yang digunakan oleh para Terapis di Kiddy Autisme Centre Sungai Kambang Kec. Telanaipura Kota Jambi Dari hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap para terapi,s maka peneliti menemukan ada beberapa model terapi yang digunakan untuk membantu pemulihan anak-anak yang mengalami autis di Kiddy autisme Center tersebut yakni: Model Terapi Wicara Terapi Wicara adalah salah satu model terapi yang digunakan oleh para terapi dalam memberikan bantuan atau terapi terhadap anak-anak autisme di pusat terapi Kiddy Autisme Centre. Maka dengan itu penerapan terapi wicara ini juga dengan menggunakan metode ABA juga. Hal tersebut dikarenakan hampir semua anak autis mempunyai kesulitan dalam hal berkomunikasi. Tetapi Terkadang bahasanya tidak begitu jelas dan terarah, namun mereka tidak mampu memakai kemampuan bicaranya untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Tujuan terapi ini adalah untuk mengoptimalkan kemampuan berbicara pada anak autis. Hal ini diperjelas dari hasil wawancara dengan bu Linaini di Kiddy Autism Centre. Dia mengatakan bahwa untuk berbicara saja anak tesebut susah dan sulit, ada juga yang lebih parah yakni mereka tidak mampu untuk membuka mulutnya dan dalam hal tersbut diberikan bantuan untuk membuka mulutnya dan menginstruksikan untuk menyebutkan sesuatu seperti huruf, atau kata-kata pendek, dan hal tersebut dilakukan berulang sehingga mereka dapat untuk membukakan mulutnya sendiri.11 Dari hasil wawancara terhadap responden tersebut ternyata bahwa salah satu kendala pada pelaksanaan terapi terapi wicara ini adalah ketidakmampuan sebagian anak untuk melakukan intruksi yang diberikan oleh terapi. seperti untuk menyebutkan huruf yang di intruksikan saja terkadang harus dengan bantuan dengan membukakan mulut anak menjadi lebih lentur untuk mengucapkan huruf-huruf tersebut maupun kata-kata. 11
Linaini, Wawancara, 22 November 2014, Kiddy Autism Centre, Dokumen Peneliti.
310 TAJDID Vol. XIV, No. 2, Juli-Desember 2015
Efektifitas Peran Konselor Dalam Proses Penyembuhan Anak Autis
Terapi Okupasi Hampir semua anak autis mengalami keterlambatan dalam perkembangan motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, banyak dari mereka kesulitan untuk memegang pesil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan untuk menyuap makanan kemulutnya, memasang sandal atau sepatu, dan sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih menggunakan otot-otot halus dengan benar.12 Terapi okupasi adalah salah satu jenis terapi yang digunakan juga di Kiddy Autism Centre selain terapi yang telah di jelaskan di atas. Terapi ini bertujuan untuk melatih otot-otot halus anak. Karena hapir semua anak autis mengalami gangguan perkembangan motorik halus. Gerkannya kasar dan kaku. Mereka tidak dapat bermain seperti anak normal pada umumya, seperti menyuap makanan sendiri, memasang pakaian sendiri dan sebagainya. Dan tujuan dari terapi ini adalah melatih agar otot yang ada dalam tubuh dapat berfungsi dengan baik. Hal tersebut juga diterapkan di Kiddy Autism Centre sebagaimana dinyatakan oleh Ibu Sulainah salah seorang terapis, di menyatakan bahwa dalam pemberian terapi okupasi bisa juga dilakukan dengan melakukan berbagai jenis permainan, seperti lempar dan tangkap bola, memasukan sesuatu seperti biji-bijian ke dalam botol, dengan bermain memilih warna bola bouling dan sebagainya.13 Terapi Bermain dengan menggunakan metode ABA Bermain adalah bagian integral dari masa kanak-kanak, media yang unik untuk memfasilitasi perkembangan ekspresi bahasa, keterampilan komunikasi, perkembangan emosi, keterampilan sosial, keterampilan pengambilan keputusan, dan perkembangan kognitif pada anak-anak. Bermain adalah rangkain perilaku yang sangat kompleks dan multi-dimensional, yang berubah secara signifikan seiring pertumbuhan dan perkembangan anak, yang lebih mudah untuk diamati dan didefinisikan dengan kata-kata. Berbeda dengana anak-anak yang normal yang dengan gampangnya dapat mempelajari dan memahami setiap permainan12
Hasnidar. Autis Pada Anak. 2013 Sulainah. Wawancara 22 November 2014. di Kiddy Autime Centre. Dokumen peneliti 13
TAJDID Vol. XIV, No. 2, Juli-Desember 2015
311
Edi Kusnadi
permaianan yang baru dan dapat dengan mudah meniru apa yang dilihatnya. Oleh karena itu pada anak autistik memiliki hambatan untuk meniru dan keterampilan bemainnya kurang bervariatif. Oleh karenanya tujuan dan target setiap sesi terapi bermain harus spesifik berdasarkan kondisi dan keterampilan anak, dengan dilakukan secara bertahap dan terstruktur. Misalnya dengan penyandang autisme yang belum terbentuk kontak mata, maka mungkin tujuan terapi bermain dapat diarahkan untuk membentuk kontak mata. Adapun permaianan yanag dapat dipilih misalnya ci luk ba, lempar tangkap sesuatu dengan bantuan, dan lain sebagainya.14 Terapi Fisik Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif, jadi banyak diantara individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya. Kadang-kadang tunos otot-otrotnya lembek menyebabkan jalannya kurang kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Dengan fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong menguatkan otot-ototnya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya. Oleh karenanya dengan melakukan terapi fisik yang berterusan setiap hari dan disertai dengan asupan makanan yang baik dan benar menurut kesehatan maka akan dapat mengencangkan ototototnya.15 Hal tersebut juga dilakukan pada Kiddy Autusme Centre, menururt Ibu Linaini mereka juga melakukan terapi fisik yaitu dengan melakukan kegiatan senam, dan menirukan gerakangerakan secara berkelompok, menendang bola, dain lain-lainnya. Jadi lelaslah bahwa disini juga banyak kegiatan yang dapat merangsang pertumbuhan dan perbaikan fisik bagi anak-anak autistik. Terapi Sosial Merupakan kekurangan yang paling mendasar bagi anak autis adalah dalam bidang komunikasi dan interaksi. Mereka pada umumnya sangat kurang untuk berkomunikasi dalam dua arah, berteman dan bermain bersama di tempat bermain. Kebanyakan 14
Hasnidar HR. Autis Pada Anak. 2013.145 Linaini, Wawancara, 22 Novembert 2014, Kiddy Autism Centre, Dokumen Peneliti 15
312 TAJDID Vol. XIV, No. 2, Juli-Desember 2015
Efektifitas Peran Konselor Dalam Proses Penyembuhan Anak Autis
mereka bermain sendiri tanpa menghiraukan orang disekitarnya, dan bahkan menghindari diri dengan orang lain. Maka seorang terapis akan membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan teman-teman sebayanya dengan mengajarkan caranya. Hal ini juga dilakukan pada Kiddy Autisme centre, yaitu dengan melakukan permainan secara berkelompok seperti bermain lempar bola, bermain dengan memegang tangan dan bahu kawan dan sebagainya.16 Terapi Motorik Menurut Linaini, terapi motorik adalah dengan dengan melakukan beberapa tehnik yang digunakan di Kiddi autisme centre yaitu:17 i) Diskrimanation training atau discrminating adalah tehnik ini dipakai untuk melabel dan mengidentifikasi, tahap kemampuan kognitif digunakan untuk melabel atau mengenal hal-hal seperti huruf, warna, bentuk, tempat, orang dan sebagainya. ii) Matching atau mencocokan yaitu merupakan tehnik yang dipakai untuk memantapkan identifikasi maupun sebagai permulaan latihan identifikasi. Metode ini dapat melatih ketelitian anak, yaitu dengan cara memberikan beberapa benda untuk di cocokan. Di tempat terapi ini pun menggunakan sistem ini yakni dengan memberikan potongan gambar dan dirangkaikan oleh anak tersebut. iii). Fading Fading berarti meluntur, meluntur yang dimaksud disini adalah mengurangi pemberian prompt (bantuan) pada anak. Dari yang awalnya prompt penuh kemudian dikurangi secara bertahap dan akhirnya anak melakukanya sendiri. iv). Shaping Shaping berarti pembentukan, pembentukan yang dimaksud disini biasanya digunakan untuk mengajarkan kata-kata verbal kepada anak. v). Chaining 16
Yuni, Wawancara, 22 Novembert 2014, Kiddy Autism Centre, Dokumen Peneliti 17 Linaini, Wawancara, 22 Novembert 2014, Kiddy Autism Centre, Dokumen Peneliti
TAJDID Vol. XIV, No. 2, Juli-Desember 2015
313
Edi Kusnadi
Chaining adalah menguraikan prilaku konfleks menjadi beberapa mata rantai prilaku yang paling sederhana. Tehik ini dapat dipakai ketika mengajarkan untuk memasang kaos kaki, melepas kaos kaki, memakai baju dan celana, melepas baju dan celana, dan sebagainya. Kendala-Kendala yang dihadap bagi terapis dalam memberikan terapi untuk membantu proses penyembuhan anak autis di kiddy autism centre a. Kurangnya kerja sama orang tua di rumah dalam membantu memberikan terapi terhadap anak autis. Peran orang tua adalah sangat penting dalam membantu prses penyembuhan anak autis, karena orang tualah yang lebih mengerti bagaiamana keadaan anak ketika di rumah. Sehingga baik orang tua maupun terapis harus saling bekerjasama dan menjalin komunikasi yang baik agar bisa bersama-sama dan saling mendukung dalam membantu proses penyembuhan anak autis. Hal tersebut terlihat darai pernyataan beberapa para terapis bahwa kurangnya kerja sama orang tua dengan pihak terapis, karena materi-materi yang telah diajarkan di Kiddy ternyata di rumah tidak di terapkan dan ini akan membuat anak tidak biasa mematuhi aturan. b. Kurangnya pemahaman orang tua Pemahaman orang tua sangat diperlukan untuk membantu proses penyembuhan anaknya hal tersebut terlihat bahwa tidak semua orang tua mengerti dan faham apa yang diinginkan oleh anak-anak mereka. Bagi orang tua yang memahami tentang perkembangan anak, maka mereka akan mengetahui jika ada perkembangan anak yang terhambat yang tidak sesuai dengan masa, usia, fase dan tugas yang seharusnya telah di lewati oleh anak, sehingga mereka akan melakukan intervensi dengan cepat. Tetapi bagi orang tua yang tidak memahami tentang perkembangan anak maka mungkin mereka makan menganggap itu biasa saja, dan akan kembali normal ketika anak sudah mulai besar, atau ada juga yang beranggapan bahwa itu adalah faktor keturunan. Haltersebut sebagaimana yang telah dinyatakan oleh salah seorang terapis di Kiddy autisme Centre tersebut. c. Anak yang Hyperaktif (hyperactivity disorder)
314 TAJDID Vol. XIV, No. 2, Juli-Desember 2015
Efektifitas Peran Konselor Dalam Proses Penyembuhan Anak Autis
Keadaan anak yang hyperaktif adalah juga merupakan salah satu kendala dalam perkembangan dan pertumbuhan anak, khususnya anak yang mengalami autisme. Hyperaktif adalah kondisi di mana anak autis tidak dapat berdiam dan selalu menunjukan prilaku yang berlebihan, akan tetapi tidak semua anak yang mengalami ganguan hyperaktif ini di katakan anak autis, tetapi anak autis sidah dapat di pastikan prilakunya hyperaktif. Hal tersebut juga dinyatakan oleh salah seorang terapis yang di Kiddy Autism Centre.18 d. Anak sering Tidak fokus Anak autis cendrung tidak fokus atau sulit kosentrasi dan mengalami gangguan pemusatan perhatian terhadap hal-hal tertentu. Sehingga banyak pekerjaan atau hal-hal yang tidak dapat di kerjakan oleh anak autis. Begitupun dalam pemberian terapi, terapis kesulitan dalam pemberian terapi kepada anak autis di karenakan kurangnya perhatian dan prilaku tudak fokus yang di tunjukkan oleh anak autis. Seperti mereka tidak menghiraukan atau tidak merespon instruksi yang diberikan oleh terapis dalam pemberian terapi. Hal ini di perjelas dengan hasil wawancara salah satu terapis yang bekera di Kiddy Autism Centre. Anak autis kebanyakan tidak bisa fokus, dan sebelum melakukan terapti di Kiddy, sejak awal masuk ke Kiddy anak terlebih dahulu diberikan materi kepatuhan sebelum materi-materi yang lain. Karena meteri kepatuhan ini selain bisa untuk mengatasi tidak fokusnya anak dalam pembelajaran atau terapi juga dapat di gunakan untuk mengatasi hperaktif juga. Jenis gangguan Hyperaktif dan tidak fokus atau gangguan pemusatan perhatian ini termasuk kedalam gangguan ADHD (atention deficit hyperactivity disorer), yaitu gangguan pemusatan perhatian disertai hyperaktif. Gangguan ADHD secara umum dapat didefinisikan sebagai kondisi anakanak yang memperlihatkan simtom-simtom (ciri atau gejala) kurang konsentrasi, hyperaktif dan impulsif yang dapat
18
Mariana, wawancara dengan penulis, Autism Centre,
November
2015, Kiddy
TAJDID Vol. XIV, No. 2, Juli-Desember 2015
315
Edi Kusnadi
menyebabkan ketidak seimbangan sebagian besar aktivitas hidup mereka.19 e. Gangguan terhadap bahasa dan komunikasi Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa anak autisi kebanyakan mengalami berbagai gangguan perkembangan dan salah satu gejala yang tampak pada anak autis adalah gangguan bahasa dan berkomunikasi, pada penjelasan diatas dijelaskan dalam pemberian terapi wicara anak sulit untuk bisa mengikuti instruksi yang diberikan oleh terapis. Hal ini di sebabkan karena anak mengalami gangguan perkembangan pada motoriknya sehingga sulit bagi anak untuk menirukan apa yang diinstruksikan. Terkadang sebelum diberi materi huruf anak yang tidak bisa mengerakkan mulutnya dilatih dengan meniup agar anak terbiasa untuk membuka mulutnya. Perubahan yang Terjadi Setelah Anak Autis Melakukan Terapi di Kiddy Autisme Centre Sungai Kambang Kota Jambi Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara peneliti dengan terapis di Kiddy Autisme Centre, mengemukakan bahwa ada anak yang cepat menerima pengajaran dan ada juga anak yang lambat menerima dan bahkan ada beberapa orang anak yang memang tidak mengalami perubahan. Dari beberapa orang anak yang diamati ada sebagian anak yang sudah banyak mengalami pekembangan, yakni anak tersebut sudah mampu untuk berkomunikasi dan bersosialisasi terhadap teman dan lingkungannya, walaupun masih dalam keterbatasan. Hal tersebut sebagaimana yang di jelaskan oleh ibu Darwati yang menyatakan bahwa memang sudah banyak anak yang mengalami perkembangan yang cukup signifikan seperti anak tersebut yang pada datang kali pertamanya tidak mau berkomunikasi dengan orang yang belum dikenalnya serta menghindar atau tidak menghiraukan orang disekelilingnya dan ada juga yang hyperaktif. Sekarang sudah bisa untuk diajak berkomunikasi walaupun masih belum dapat berbicara seperti anak yang normal lainnya. Namun perkembangan ini dianggap suatu perkembangan yang sangat baik karena anak tersebut mau dan 19
Mif. Baihaqi, M.Sugiarmin, Memahami dan Membantu Anak ADHD, (Bandung: Refika Aditama, 2006) 2.
316 TAJDID Vol. XIV, No. 2, Juli-Desember 2015
Efektifitas Peran Konselor Dalam Proses Penyembuhan Anak Autis
sudah mampu untuk diajak bersosialisasi. Akan tetapi ada juga sebagian anak yang masih seperti pada awal kedatangannya, tidak banyak perkembangannya. Dimana anak tersebut masih menyendiri dan tidak menghiraukan sekelilingnya. Serta masih memerlukan bantuan untuk melakukan sesuatu. Hal ini karena anak tersebut tingkat gangguan autisnya berat dan hanya diterapi disekolah saja dan dirumah orang tuanya kurang untuk melakukan terapi karena mungkin terlalu sibuk dengan urusan masingmasing.20 Begitu juga dengan keterangan yang diberikan oleh ibu Yuni, yang menyatakan bahwa dalam melakukan terapi terhadap anak adalah penuh dengan kesabaran karena pada umumnya anak autis dalam merespon instruksi adalah sangat lambat. Dan bahkan setelah dilakukan bantuan beberapa kali pun masih juga tidak mampu untuk melakukan sendiri. Apalagi mereka terkesan hanya diterapi di sekolah saja sedangkan dirumah seakan-akan orang tua dan keluarga tidak melakukan terapi juga, sedangkan diketahui bahwa efektifnya pemberian terapi pada anak autis dengan model ABA adalah dibutuhkan 4-8 jam sehari dan 40 jam dalam seminggu. Oleh karenanya inilah salah satu penyebab kenapa anak tersebut sulit dan lambat mengalami perkembangan.21 Sama halnya dengan pernyataan ibu Sania yang mempunyai dua orang anak yang mengalami autis yang hyperaktif yang menyatakan bahwa anaknya yang diterapi di Kiddy Autisme Centre cukup mengalami perkembangan dengan baik yaitu dengan ditandai dulu tatapan kontak mata kalau diajak ngobrol agak susah, sekarang sudah agak bisa walaupun Cuma sebentar, dahulu sering menghentak-hentakan kepala sekarang sudah berkurang,kemudian dahulu sering gigit jarinya sampai berdarah bahkan sekarang lumayan tidak lagi, dsb.22
20
Darwati, Wawancara, 22 Novembert 2014, Kiddy Autism Centre, Dokumen Peneliti 21 Yuni, Wawancara, 22 Novembert 2014, Kiddy Autism Centre, Dokumen Peneliti 22 Sania, Wawancara, 26 Novembert 2014, Kiddy Autism Centre, Dokumen Peneliti
TAJDID Vol. XIV, No. 2, Juli-Desember 2015
317
Edi Kusnadi
Lain halnya dengan keterangan yang diberikan oleh salah seorang terapis yakni ibu Linaini menyatakan bahwa tidak semua nak autis tersebut cepat dan mudah untuk mengalami perubahan yang lebigh baik, akan tetapi kebanyakan memerlukan waaktu yang cukup lama, hal tersebut disebabkan mereka (anak autis) tersebut hanya diterapi di sekolah saja dan di rumah para orang tua tidak melakukan hal yang sama seperti ditempat terapi, ini yang menyebabkan perkembangan anak tersebut cukup lambat, dan bahkan sangat sedikit sekali perkembangannya, apalagi pada anak yang kadar autismnya cukup berat.23 Dari wawancara yang dilakukan diatas terlihatlah bahwa peran terapis dalam membantu pemulihan anak-anak yang mengalami autisme cukup memuaskan, namun masih pelu lagi ditingkatkan dan diberikan pengetahuana yang lebih agar dalam proses pembelajaran tersebut dapat berjalan dengan baik dan lancar. Hal tersebut juga dinyatakan bahwa kurang efektifnya pembelajaran/terapi terhadap anak-anak autis tersebut selain faktor banyaknya anak yang mengalami gangguan autisnya cukup berat juga dilatarbelakangi oleh kurangnya perhatian dan kerja sama para orang tua dalam mensukseskan penerapan terapi tersebut di rumah. Pada umumnya orang tua hanya melakukan bantuan terapi pada anaknya di awal-awalnya saja namun jika nampak kurang berkesan, maka mereka terkadang kurang melakukannya lagi. Triantoro Safaria, menjelasakan bahwa orang tua memiliki peranan penting dalam proses penyembuhan anak autis, karena tidak bisa hanya mengandalkan para terapis dan mengandalkan terapi yang diberikan kepada anak mereka. Tanpa kerjasama bantuan, dukungan dan pemahaman para orang tua pada proses terapi perkembangan ini, maka akan sulit berhasil dengan maksimal. Karena para orang tua dituntut untuk lebih memahami bagaimana prilaku anaknya dan usaha umtuk menciptakan suasana yang penuh kasih sayang dan penerimaan pada anak autis tersebut, sehingga anak tidak merasa dirinya sendirian dan tidak merasa terabaikan, menciptakan suasana keluarga yang baik dan lingkungan yang hangat dan bersahabat pada anak autis, sehingga 23
Linaini, Wawancara, 22 Novembert 2014, Kiddy Autism Centre, Dokumen Peneliti
318 TAJDID Vol. XIV, No. 2, Juli-Desember 2015
Efektifitas Peran Konselor Dalam Proses Penyembuhan Anak Autis
mereka bisa nyaman berada ditengah-tengah keluarga dan lingkunganya.24 Dari pernyataan diatas telihat bahwa peran serta orang tua dalam membantu para terapi untuk menterapi anak-anak mereka adalah sangat penting. Hal tersebut dikarenakan dukungan psikologis, perhatian dan kasih sayang terhadap anak autis tersebut adalah sangat dibutuhkannya. Penulis melakukan wawancara terhadap seorang ibu bernama Juliana (32 tahun) yang merupakan ex mahasiswa Universitas Jambi jurusan Manajemen Keuangan yang tidak tuntas, ia berhenti ketika penyusunan proposal sebab kebetulan waktu itu masa kehamilan dan kelahiran Mila yang merupakan anak pertama. Ujianpun terasa ditambah pada masa perkembangan Mila saat usia bayi sangat menghabiskan waktu ibu Juliana untuk mengurus Mila dibanding mentuntaskan perkuliahannya. Masa perkembangan usia dini, Mila sering masuk rumah sakit karena terserang malaria dengan panas tinggi. Anaknya step sebanyak 5x dan sekaligus terkena malaria terus sampai menjelang usia 3,5 tahun, tapi anaknya hanya dirawat dirumah saja.25 Dari pernyataan yang dikemukakan oleh Ibu Juliana, menerangkan penyebab munculnya gejala autis pada anaknya adalah di sebabakan oleh malaria dan seringnya sakit demam panas yang tinggi menjelang usia 3,5 tahun. Pada hal pada usia tersebut penjagaan dan rawatan terhadap kanak-kanak harus maksimal, karena pada usia tersebut rentan terhadap gangguan autisme atau penyakit lainnya. Berawal ketika anak ibu Juliana berusia 3 tahun setengah. Terlihat dari sikap dan prilakunya yang aneh seperti menghentakhentakkan kepala belakang kedinding, tidak bisa bicara, mengamuk tanpa sebab, dan sebagainya. Oleh karena itu dia memasukan anaknya di tempat terapi Kiddy Autisme Centre, untuk menjalani terapi hingga sekarang. Menurut ibu Juliana mengenai 24
Triantoro, Safari. Autisme: Pemahaman Baru Untuk Hidup Bermakna Bagi Orang Tua. Yogyakarta: Graha Ilmu,2005. 25
Juliana, Wawancara, 25 Dokumen Peneliti
Novembert 2014, Kiddy Autism Centre,
TAJDID Vol. XIV, No. 2, Juli-Desember 2015
319
Edi Kusnadi
perkembangan anaknya sampai saat ini bahwa tidak banyak perkembangan yang dialami oleh anaknya apalagi prilaku anaknya masih banyak yang aneh-aneh, seperti banting-banting, hilang prilaku lama ada prilaku baru, nyembur-nyembur dan sebagainya. Cuma sekarang sudah cukup baik karna sudah tahu pipis, buang air besar dan seterusnya. Bahkan sekarang anaknya sudah berusia 9 tahun. Tapi belum bisa masuk sekolah karena sikap dan prilakunya yang yang aneh-aneh. Padahal secara akademik dengan tes kognitifnya, cukup baik tapi prilakunya itulah tidak bisa dikontrol.26 Kemudian Pak Yudi Haryadi (51 tahun) yang bekerja sebagai mantri kesehatan bidang gizi di puskesmas daerah kenali besar. Mempunyai anak bernama Muhammad Lutfi (7 tahun) yang diterapi di Kiddy Kids Centre. Merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Sebenarnya sebelum kelahiran Lutfi, ibunya sudah 2x keguguran, jarak antara Lutfi dengan kakaknya yang pertama itu sekitar 14 tahun setengah. Lutfi dikatakan oleh Pak Yudi bukanlah autis murni, karena sempat normal sepertia anak lainnya. Tetapi, usia 2 tahun 3 bulan dia terserang cytomegalovirus yang menyerang otak sebelah kiri bagian alat bicaranya. Ini hasil scan otak dari pemeriksaan di Rumah Sakit Asia Medika dan pengiriman sample darah ke Jakarta. Ternyata sample darah tersebut mengandung cytomegalovirus sebanyak 80/miligram. Setelah itu dengan drastis dia tidak bisa berbicara lagi. Terhadap lingkungan sangat baik tidak mengganggu, bapaknya sering membawa Lutfi ke puskesmas tempat bapak bekerja. Lutfi dengan enjoy bermain bersama anak-anak dari pasien disana. Hal yang sangat sulit adalah mengajak, menggerakkan, memacu lutfi untuk berbicara. Memakan waktu dan kesabaran dalam membuat dia berbicara. Lutfi tidak seperti autis murni yang terkadang mengamuk dan mengganggu, tetapi dia lebih berdiam diri kalaupun mengamuk atau mengganggu karena kejenuhan dan kebosanan dia sendiri.27 26
Juliana, Wawancara, 25 Novembert 2014, Kiddy Autism Centre, Dokumen Peneliti 27 Yudi Haryadi, Wawancara, 26 Novembert 2014, Kiddy Autism Centre, Dokumen Peneliti
320 TAJDID Vol. XIV, No. 2, Juli-Desember 2015
Efektifitas Peran Konselor Dalam Proses Penyembuhan Anak Autis
Dengan demikian nampak bahwa penyebab gejala autisme pada Lutfi anak Pak Yudi adalah disebabkan oleh virus yang menyerang otaknya sehingga menyebabkan ia tidak bisa untuk berbicara sebagaimana anak yang normal lainnya. Selanjutnya menurut Pak Yudi menyatakan bahwa dia telah mencoba mengajari anaknya apa yang diajarkan di sekolah atau tempat terapi, tapi anaknya sulit untuk merespon dan melakukan apa yang diinstruksikan, dan sangat kerepotan karena waktu yang ada tidak mencukupi. Sementara dia bekerja dan isterinya pun juga kerja sebagai seorang guru dan kakaknya sibuk kuliah. Namun demikian mereka tetap berusaha semampunya untuk mengajarkan apa-apa yang telah di ajarkan disekolah/tempat terapi. Tetapi hal tersebut sering terkendala karena mengikuti kondisi psikis anaknya. Oleh karena itu sejak umur anaknya berusia 3 tahun hingga 7 tahun belum banyak perkembangan yanag dialami oleh anaknya. Juga terkadang kalau dia tidak mau diajak belajar maka sulit untuk diarahkan. Jika keadaannya lagi bagus, enak belajarnya, dan terkadang belajarnya sambil bermain.28 Dari hasil wawancara bersama Pak Yudi Haryadi didapati bahwa proses terapi yang dilakukan oleh anaknya di yayasan Kiddy Autism Centre, dikatakan kurang berhasil, karena perubahan dan perkembangan gangguan autis pada anaknya tidak mengalami tidak mengalami kemajuan secara signifikani. Hanya hal-hal kecil yang bahkan tidak begitu dirasa merupakan perubahan dan perkembangan yang penting. Berbeda dengan pernyataan Ibu Sania (29 tahun) yang mempunyai seorang anak autis yang hyperaktif bernama Adi. Adi sekarang berusia 6 tahun. Sebenarnya anaknya sudah nampak gejala hyperaktif tersebut pada usia 1 tahun, tetapi tidak begitu di permasalahkannya. Kemudia setelah usia 5 tahun baru anaknya di masukkan ke tempat terapi Kiddy Autime Centre. Setelah menjalani terapi selama 1 tahun sudah banyak perkembangan yang dialami oleh anaknya. Hal tersebut selain pelajaran yang diberikan
28
Yudi Haryadi, Wawancara, 26 Centre, Dokumen Peneliti
Novembert 2014, Kiddy Autism
TAJDID Vol. XIV, No. 2, Juli-Desember 2015
321
Edi Kusnadi
di tempat terapi juga sering dilakukan di rumah oleh keluarganya, walaupun hanya 10 menit atau bahkan yang sampai 1 jam.29 Dari hasil wawancara diatas, terlihat bahwa penerapan terapi di Kiddy Kids Centre cukup berhasil. Dengan perubahan perkembangan yang terjadi pada Adi yang cukup baik hasilnya yang dirasa oleh Ibu Sania. Keterlambatan perkembangan anaknya bukan karena sistem metode terapi yang tidak berjalan baik, tetapi memang keterlambatan pihak keluarga memasukkan adi untuk diterapi. Jadi adapun yang merupakan peran terapis dalam membantu proses penyembuhan anak autis antaranya adalah pertama untuk meminimalkan gejala autis agar tidak muncul kembali seperti hyperaktif yang berlebihan, emosi yang tidak terkontrol, prilaku merusak dan menyakiti diri sendiri. Gejalagejala seperti inilah yang harus di minimalisir oleh para terapis dengan berbagai terapi yang diberikan. Kedua untuk membantu dan mengarahkan anak, terhadap peraturan dan instruksi yang diberikan padanya. Karena kebanyakan anak autis tidak mengikuti aturan dan terkadang bertindak semaunya sendiri. Tidak bisa mengikuti norma dan peraturan yang ada di lingkunganya. Ketiga sebagai pengajar dan pendidik terhadap para anak-anak autis sehingga diharapkan mereka bisa seperti anak-anak lainnya yang normal dan dapat bersekolah di sekolah pada umumnya seperti anak-anak yang normal. Penutup Dari urain diatas dan berdasarkan pada perumusan masalah dan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab-bab terdahulu, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Bentuk-bentuk terapi terhadap anak autis di Kiddy Autisme Centre Sungai Kambang Kec. Telanaipura Kota Jambi adalah dengan menggunakan metode terapi wicara, terapi okupasi, terapi bermain dengan metode ABA, terapi fisik, terapi sosial, dan terapi motorik. 2. Adapun yang menjadi kendala dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut adalah kuraangnya kerjasama orang tua, kurangnya pemehaman orang tua terhadap terapi, terdapat cukup 29
Sania, Wawancara, 26 Dokumen Peneliti
Novembert 2014, Kiddy Autism Centre,
322 TAJDID Vol. XIV, No. 2, Juli-Desember 2015
Efektifitas Peran Konselor Dalam Proses Penyembuhan Anak Autis
banyak anak yang hyperaktif, anak tidak dapat fokus dalam proses pembelajaran, terdapat gangguan terhadap bahasa dan komunikasi anak. 3. Jadi peran terapis dalam membantu proses pemulihan anakanak autis cukup berkesan, hal tersebut sebagaimana pernyataan dari para orang tua dan observasi peneliti sendiri terhadap perkembangan anak tersebut. Perubahan-perubahan yang terjadi setelah anak autis melakukan terapi di Kiddy Autisme Centre adalah ada anak yang cepat menerima pengajaran atau instruksi dan ada juga anak yang lambat menerima dan bahkan ada beberapa orang anak yang memang tidak banyak mengalami perubahan. Dari beberapa orang anak yang diamati ada sebagian anak yang sudah banyak mengalami pekembangan, yakni anak tersebut sudah mampu untuk berkomunikasi dan bersosialisasi terhadap teman dan lingkungannya, sudah mampu untuk menyusun permainan puzzel, meniti anak tangga, mencocokkan warna dan gambar dan lain sebagainya. Daftar Pustaka Abdul Hadis. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Autistik. Bandung: Alfabeta. 2006 Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi, Jakarta: Rineka Cipta. 2011 Andi Priyatna,Amazing Autism, Jakarta: PT. Elex media kompetindo kompas ramedia, 2010 Darwati, Wawancara, 22 Novembert 2014, Kiddy Autism Centre Depdiknas. Pedoman Pelayanan Pendidikan Bagi Anak Autistik, Jakarta, 2002. Farhan Setyawan, Pola Penanganan Anak Autis Di Yayasan Sayab Ibu (YSI). Skripsi Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga), 2010 Handojo, MPH., Autisme (Petunjuk Praktis dan Pedoman Materi Untuk Mengajar, Anak Normal, Autis dan Perilaku Lain), Jakarta, PT. Bhuana Ilmu Populer 2003. I.G.A ALIT Suryawati, “Model Komunikasi penanganan Anak Autis Melalui Terapi Bicara metode Lovaas”. Jurnal Psikologi Vol. 1. No 1, 2010 Jessica Kingley. Applied Behavior Analysis. Jakarta: Gramedia.2006 TAJDID Vol. XIV, No. 2, Juli-Desember 2015
323
Edi Kusnadi
Juliana, Wawancara, 25 Novembert 2014, Kiddy Autism Centre Linaini, Wawancara, 22 November 2014, Kiddy Autism Centre Mariana, wawancara , 25 November 2015 Kiddy Autism Centre Mattew B. Milles & A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, Jakarta: UI Press, 1992 Maurice C., Behavioral Invention for Young Children with Autism Pro-ed, Texas, 1996. Mukhtar, Bimbingan Sripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah, Jakarta: Gaung Persada Pers, 2010 Ratna Dewi, ”Peran Orang Tua Dalam Terapi Biomedis Untuk Anak Autis,” Jurnal Ganggauan Autis, 2010 Rudy Sutadi dkk, Penatalaksanaan Holistik Autisme, Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam, FK UI, Jakarta, 2003. Sania, Wawancara, 26 Novembert 2014, Kiddy Autism Centre Siti R Muslimah. Kompas Jabar; http://berita.upi.edu/2012/05/11/prodi-bk-upi-gelar-pelatihanterapi-autisme/ di unduh tgl 20/5/2014. Sitta R Muslimah. Terapi ABA Anak Autistik. Jakarta : Gramedia.2009 Sri Rachmawati dan Anita Zulkaida,” Penerimaan Diri Orang Tua Terhadap Anak Autisme dan Perananya Dalam Terapi Autisme”. Jurnal Psikologi Vol. I, No. 2007 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2006 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, dan R&D. Bandung: Afabeta. Cet.20. 2014. Sulainah. Wawancara 22 November 2014. di Kiddy Autime Centre Theo Peeter. Autisme. Jakarta: Dian Rakyat.2004 Triantoro Safaria, Autisme: Pemahaman Baru Untuk Hidup Bermakna Bagi Orang Tua, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005 Yudi Haryadi, Wawancara, 26 Novembert 2014, Kiddy Autism Centre Yuni, Wawancara, 22 Novembert 2014, Kiddy Autism Centre.
324 TAJDID Vol. XIV, No. 2, Juli-Desember 2015