TERAPI REALITAS UNTUK MEMBAWA GENERASI MUDA INDONESIA KEMBALI KEPADA REALITA KEHIDUPAN SAAT INI. Yusak Novanto, S.Psi, M.Psi, Psikolog Fakultas Psikologi Universitas Pelita Harapan Surabaya
[email protected]
Bab I Pendahuluan
mengadakan perubahan tersebut ada di dalam diri kita sendiri. B. Tujuan Terapi
A. Perkenalan Dalam beberapa hal Teori Kontrol / Terapi Realitas memiliki kesamaan dengan terapi eksistensial, person – centered therapy, dan terapi Gestalt. Seperti ketiga teori tersebut, terapi realitas memusatkan perhatian kepada dunia fenomenologi klien dan menekankan pada penjelasan subyektif dalam tindakan klien untuk menghadapi dan bereaksi terhadap dunianya yang bersumber dari evaluasi dalam dirinya sendiri. Glasser ( 1985 ) menyatakan bahwa kita mempersepsi dunia dalam konteks lima kebutuhan genetik dasar dan tidak mempersepsi dunia seperti kenyataannya. Klien hidup di dua dunia baik dunia luar dan dunia dalam diri mereka sendiri. Glasser menekankan bahwa bukanlah kehadiran dunia luar yang berpengaruh terhadap perilaku kita, tetapi bagaimana cara kita mempersepsikannya yang membuat hal itu menjadi tampak. Jadi perilaku kita adalah selalu merupakan usaha terbaik kita untuk mengkontrol persepsi kita terhadap dunia luar supaya dunia luar itu cocok dengan gambaran keadaan yang dapat memenuhi kebutuhan internal kita. Berbeda dengan ketiga teori di atas, Glasser mengajarkan bahwa perilaku itu adalah sesuatu hal yang total meliputi empat komponen yaitu : Melakukan, Berpikir, Merasakan, dan fisiologi. Seperti terapi eksistensial, terapi realitas didasarkan pada asumsi bahwa kita tidak perlu menjadi korban dari masa lalu atau masa sekarang kita, sepanjang kita tidak memilihnya untuk menjadi korban. Kita mempunyai kontrol terhadap hidup lebih dari apa yang kita percayai. Dengan kata lain kita seharusnya tidak pernah menjadi korban dari keadaan di luar kita, karena kemampuan untuk
Tujuan dari terapi ini adalah menyediakan kondisi yang dapat membantu klien untuk mengembangkan kekuatan psikologis untuk mengevaluasi keseluruhan perilaku mereka saat ini , secara spesifik berarti melakukan, berpikir,merasakan dan komponen fisiologi. Jika mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan mereka, klien akan dibantu untuk mengembangkan perilaku total yang lebih efektif. Seperti pada terapi person centered, lingkungan konseling yang hangat dan penuh penerimaan adalah dasar dari pelaksanaan terapi realitas. Pada terapi ini, terapis mendorong klien untuk membuat sebuah assesmen tentang gaya hidup mereka sekarang. Assesmen ini membuat mereka dapat mengukur perilaku yang mereka pilih, apakah hal itu sudah bermanfaat untuk mereka. Individu dapar meningkatkan kualitas hidupnya melalui proses evaluasi diri yang jujur. Klien diajarkan tentang fungsi dari kebutuhan dasar mereka dan mereka diminta untuk mengenali keinginan mereka ( keinginan spesifik, tujuan, dan arah ) yang mengarah pada pemenuhan salah satu atau lebih dari kebutuhan – kebutuhan di atas. Jika mereka memutuskan untuk membuat beberapa perubahan, mereka diharapkan untuk merancang rencana aksi , untuk mengkomitmenkan diri mereka dengan rencana itu, dan menjalankan komitmen mereka. C. Alasan Pemilihan Metode Terapi Alasan penulis untuk membuat tulisan mengenai realitas terapi adalah : Pendekatan ini agak berbeda dibandingkan dnegan pendekatan konseling yang lain Terapi realitas sudah dikenal di kalangan konselor sekolah, guru, pekerja rehabilitasi,
dan orang – orang yang melakukan konseling di insitusi publik. Prinsip Teori Kontrol tidak mutlak hanya untuk seorang psikoterapis namun prinsip itu dapat digunakan juga oleh orang tua , pendeta, dokter, pasangan suami – isteri yang ada dalam hubungan interpersonal. Teori ini mewakili hal – hal dasar dalam konseling seperti pertanyaan : Apakah yang memotivasi orang untuk melakukan tindakan tertentu ? Bagaimana klien dapat didorong untuk membuat penilaian diri yang jujur ? Jika terapis memusatkan klien terhadap apa yang mereka kerjakan, apakah hal ini akan mempengaruhi bagaimana mereka berpikir dan apa yang mereka rasakan ? Bagaimanakan aturan nilai – nilai dalam suatu konseling ? Yang terakhir haruskan terapis mengajar kliennya ? Bab II Tinjauan Pustaka A.Pandangan mengenai manusia Kontrol teori menekankan bahwa perilaku manusia itu ditentukan tujuannya dari dalam diri individu itu sendiri, bukan oleh daya dari luar. Meskipun faktor lingkungan mempunyai pengaruh pada keputusan kita, perilaku kita tidak disebabkan oleh hal tersebut. Semua perilaku kita termotivasi dari dalam diri kita sendiri dengan tujuan untuk memenuhi salah satu atau lebih dari kebutuhan dasar kita. Glasser ( 1985, 1989 ) menjelaskan adanya empat kebutuhan psikologis manusia , yaitu Rasa memiliki, Kekuasaan, Kebebasan, dan Kegembiraan dan kebutuhan fisiologis untuk mempertahankan diri demi kehidupan. Meskipun kita semua berusaha untuk memenuhi lima kebutuhan dasar yang sama itu, namun setiap kita memiliki cara yang unik untuk memenuhinya. Kita mengembangkan “album gambar “ dalam diri kita yang disebut juga “Dunia Kualitas”. Melalui terapi ini , di dalam masyarakat yang demokratis, orang dapat belajar bagaimana mencapai kebebasan tanpa menyebabkan terjadinya penderitaan pada orang lain di dalam prosesnya. B. Penjelasan Terjadinya Perilaku dari sudut pandang Teori Kontrol Perilaku total kita dibagi menjadi empat komponen yang meliputi kegiatan melakukan ( perilaku aktif seperti bangun tidur dan
berangkat bekerja ) ; berpikir ( mengeluarkan pikiran dan pendapat pribadi ) ; merasakan ( seperti marah, sukacita, kesedihan, depresi, dan kekuatiran ) ; dan fisiologi ( seperti berkeringat atau munculnya simptom psikosomatis ) . Glasser ( 1992 ) memberikan tekanan pada dua roda depan mobil yang mengarahkan mobil ke arah yang dituju ( dalam analogi yang dibuatnya ) adalah melakukan dan berpikir yang mengarahkan kita untuk berperilaku. Setiap perilaku yang kita lakukan harus memiliki tujuan karena perilaku ini dibuat untuk menutupi perbedaan antara hal yang kita inginkan dan apa yang kita pikir kita dapat lakukan untuk mencapainya. C. Karakteristik Terapi Realitas 1.Penolakan model medis Penolakan konsep ortodoks mengenai penyakit jiwa, termasuk neurotik dan gangguan psikotik telah menjadi ciri terapi realitas semenjak mulanya. Formulasi seperti “ schizohrenic” dan psikosis depresif” didasarkan pada pengertian bahwa penyakit itu muncul sebagai reaksi dari kejadian eksternal. Terapis realitas memandang kedua hal itu sebagai perilaku yang kita pilih untuk mengkontrol dunia kita. Meskipun beberapa perilaku seperti gangguan psikosomatis dan ketergantungan pada narkoba dapat menyebabkan hal – hal yang menyakitkan , hal itu kadang dapat kita lakukan untuk tujuan tertentu, atau kita dapat memilih untuk tidak melakukannya. 2. Identitas Sukses dan Ketergantungan Positif Konsep dari identitas sukses dapat membantu kita untuk mengerti terapi realitas. Orang yang memiliki identitas sukses melihat diri mereka sendiri sebagai pribadi yang mampu untuk memberikan dan menerima cinta, merasa bahwa mereka dibutuhkan oleh orang lain, merasa berkuasa, memiliki rasa percaya diri, dan dapat memenuhi kebutuhan mereka tanpa membuat orang lain menderita. Jadi orang yang memiliki identitas sukse memiliki kekuatan yang membantu mereka untuk menciptakan kehidupan yang bahagia. Glasser ( 1976 ) juga mengembangkan ide tentang « ketergantungan positif’ sebagai sumber utama kekuatan psikologis dalam hidup kita. Dua cara untuk mengembangkan ketergantungan positif adalah dengan pengharapan dan meditasi. 3. Penekanan pada Tanggung Jawab
Tanggung jawab diartikan oleh Glesser sebagai perilaku yang memuaskan kebutuhan seseorang tanpa mencampuri urusan orang lain atau mengijinkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan mereka. Dengan kata lain, Tanggung Jawab berarti orang tersebut telah mempelajari cara untuk menguasai kehidupan mereka secara efektif. 4.Tidak menekankan pada Transference Dengan membuat penolakan terhadap ide transference sebagai suatu konsep yang salah , Glasser menentang pernyataan bahwa terapis yang konvensional hanya menaruh ide – ide ke dalam kepala klien dengan menekankan hal itu. Terapi Realitas melihat transference sebagai salah satu cara terapis untuk menyembunyikan dirinya sendiri dari klien. Glasser mengajarkan kepada pada terapis untuk menjadi diri mereka sendiri dan tidak bertingkah laku sebagai ayah atau ibu dari klien. D. Proses Terapetik 1.Tujuan Terapetik Secara umum tujuan dari terapi realitas ini adalah untuk membantu individu untuk menemukan cara yang lebih efekti untuk memenuhi kebutuhan mereka untuk saling memiliki, kekuasaan, kebebasan, dan kegembiraan. Dalam workshopnya Glasser menekankan bahwa konseling terdiri dari kegiatan untuk membantu klien untuk belajar memegang kendali terhadap hidupnya dan dapat hidup lebih efektif. Terapi realitas memusatkan perhatian kepada apa yang sedang disadari oleh klien dan membantu mereka untuk meningkatkan level kesadarannya. Semakin klien menjadi sadar terhadap perilaku mereka yang tidak efektif yang mereka gunakan untuk mengkontrol dunia, mereka akan lebih terbuka untuk mempelajari langkah alternatif untuk bertingkah laku. Glasser menekankan bahwa kita hanya dapat mengkontrol perilaku kita sendiri. Jadi karena kita tidak dapat mengkontrol perilaku orang lain, jalan yang terbaik untuk mengkontrol kejadian – kejadian di sekeliling kita adalah dengan apa yang kita lakukan. 2. Fungsi Terapis dan Aturannya. Tugas dari terapis realitas adalah untuk bergabung dengan klien dan mengembangkan hubungan dengan mereka yang menjadi dasar untuk proses konseling yang baik. Fungsi konselor sebagai instruktor dengan mengajar mereka tentang teori kontrol, menawarkan
pilihan untuk berperilaku tertentu kepada mereka, dan menjadi aktif dalam sesi – sesi. Konselor juga mengajar klien bagaimana mereka dapat menciptakan identitas sukses dengan menerima tanggung jawab atas perilaku yang mereka pilih. Fungsi dari konselor antara lain adalah untuk menentukan struktur dan batasan waktu untuk sesi, kemudian membangun rapport dengan penuh perhatian dan hormat, memusatkan pada kekuatan individual dan potensi yang dapat menuju kesuksesan. Kemudian konselor juga dituntut untuk secara aktif mendiskusikan perilaku klien sekarang dan secara aktif menghilangkan perilaku yang tidak efektit itu. Selanjutnya adalah memperkenalkan dan melakukan proses evaluasi pada keinginan – keinginan yang secara realistis dapat dicapai. Tugas konselor yang lainny adalah mengajar klien untuk membuat perencanaan untuk merubah perilakunya, serta menolong klien untuk menemukan cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan mereka dan mendorong mereka untuk tidak cepat menyerah. 3. Pengalaman Klien dalam terapi. Orang yang datang untuk konseling adalah orang yang berperilaku secara tidak efektif. Perilaku mereka adalah sebuah usaha untuk memenuhi kebutuhan mereka, sedangkan apa yang mereka lakukan sekarang tidak menghasilkan sesuatu. Jadi, klien yang meminta konseling dengan tanda – tanda depresi adalah seseorang yang sedang melakukan apa yang dapat dia lakukan untuk menutupi perbedaan apa yang ia inginkan dan apa yang ia miliki. 4.Hubungan antara terapis dan klien Klien perlu untuk mengetahui bahwa orang yang menolongnya mempunyai perhatian yang cukup dan mau menerima serta menolong mereka untuk memenuhi kebutuhan di dunia sesungguhnya. Terapi ini menekankan pada pengertian dan hubungan supportif. Faktor penting di sini adalah kemauan konselor untuk mengembangkan gaya terapeutik mereka sendiri. Beberapa kualitas yang harus dimiliki seorang konselor antara lain adalah kehangatan, pengertian, penerimaan, perhatian, menghormati klien, keterbukaan , dan kemauan untuk dikritik oleh orang lain. Salah satu cara untuk membangun hubungan adalah dengan mendengarkan klien. E. Praktik Terapi Realitas Praktek terapi dikonseptualisasikan
ke
realitas dalam
dapat lingkaran
konseling yang terdiri dari dua komponen utama : 1 lingkungan konseling 2 Prosedur khusus yang digunakan untuk merubah perilaku. 1. Lingkungan Konseling Keterlibatan pribadi dengan klien. Praktik ini dimulai ketika konselor melakukan usaha untuk menciptakan lingkungan yang mendukung klien merubah hidupnya. Konselor harus masuk ke dalam kehidupan klien dan membina rapport. Keterlibatan ini timbul dari proses gabungan dari mendengarkan cerita klien dan pertanyaan yang sudah diatur sebelumnya. Sikap konselor dan Perilaku yang membantu terjadinya perubahan. Konselor memusatkan klien pada apa yang mereka lakukan sekarang dan cenderung untuk menghindari pembicaraan yang mengarah ke hal perasaan dan fisiologi. Konselor membantu klien untuk menemukan hubungan antara apa yang mereka rasakan dan perilaku / pikiran mereka sekarang. Terapi realitas menyatakan bahwa hukuman tidak bermanfaat untuk merubah perilaku. Prinsip ini diterapkan dalam pengasuhan anak atau manajemen. Hukuman spesifik yang harus dihindari termasuk menghukum seseorang untuk kesalahan yang mereka lakukan atau membuat celaan pada diri mereka. Selain melalui hukuman , individu dapat belajar untuk menerima konsekuensi yang masuk akal dari perbuatannya. Dengan tidak membuat komentar yang mengkritik, konselor sedang berada dalam posisi untuk meminta kesediaan klien untuk berubah. Hal yang penting adalah konselor tidak boleh cepat putus asa meskipun klien hanya membuat sedikit kemajuan dalam proses terapi. 2. Prosedur yang membawa perilaku: Sistem WDEP
perubahan
Menurut Glasser ( 1992 ) , prosedur yang merubah seseorang didasarkan pada dua asumsi dasar bahwa manusia dapat dimotivasi untuk berubah ketika ( 1 ) mereka menyadari pada perilaku mereka sekarang tidak membawa kepada hal – hal yang mereka inginkan, dan ( 2 ) mereka percaya bahwa mereka dapat memilih perilaku lain yang akan membawa mereka semakin dekat pada apa yang mereka inginkan. Glasser dan Wubbolding (1995) menggunakan akronim WDEP untuk menerangkan prosedur kunci yang digunakan dalam terapi realitas.
W = Wants, D=Direction dan Doing, E = Evaluation , dan P = Planning. Wants ( Meneliti keinginan, kebutuhan dan persepsi ) . Melalui pertanyaan para terapis yang disusun berdasarkan suatu teori, klien didorong untuk mengenali dan mendefinisikan ulang apa yang menjadi keinginan mereka. Salah satu bagian dari konseling adalah penelitian album photo untuk membawa persepsi mereka kepada dunia dalam diri mereka sendiri. Contoh pertanyaan dalam proses ini adalah : Jika kamu dapat menjadi orang yang kamu inginkan, orang seperti apa yang kamu bayangkan ? ; Apakah keluargamu akan suka jika keinginan mereka dan keinginanmu cocok ? dan sebagainya. Direction And Doing . Terapi realitas menekankan pada perilaku saat ini dan memberi perhatina kepada kejadian yang telah berlalu jika mereka mempengaruhi bagaimana klien berperilaku sekarang. Kejadian masa lampau dibicarakan jika kita ingin membantu klien untuk merencanakan sesuatu yang lebih baik di masa yang akan datang. Pada awal konseling hal yang penting untuk dilakukan adalah mengarahkan klien kepada kehidupannya secara umum, termasuk ke mana mereka akan melangkah dan ke mana perilaku mereka akan membawa mereka. Terapi realitas berkonsentrasi pada perubahan perilaku total saat ini, bukan hanya perubahan sikap dan perasaan saja. Mendengarkan apa yang dikatakan oleh klien dapat menjadi sangat produktif , tetapi hanya jika hal itu berhubungan dengan apa yang mereka lakukan. Menurut Glasser ( 1980, 1981, 1985, 1992 ) , apa yang kita lakukan sebenarnya mudah untuk dilihat dan memungkinkan untuk dihilangkan, dan hal itu menjadi fokus dalam terapi. Diskusi yang berpusat pada perasaan, tanpa menghubugkan hal tersebut dengan apa yang sedang dilakukan seseorang merupakan suatu hal yang counterproductive ( Glasser, 1980 ) Evaluation Salah satu bentuk pertanyaan dalam tahapan ini adalah “ Apakah yang anda lakukan sekarang menyakiti atau membantu diri anda sendiri ? ; Apakah anda telah melakukan sesuatu yang anda inginkan ? Jadi dalam hal ini, tugas konselor adalah untuk menanyakan kepada klien tentang akibat dari perilakunya dan membantu mereka untuk menilai kualitas perilaku mereka. Tanpa penilaian diri sendiri ini klien mungkin tidak akan berubah. Meminta klien untuk mengevaluasi setiap komponen dari perilaku total mereka adalah
tugas utama dalam terapi realitas. Ketika terapis meminta klien yang depresi untuk menilai apakah perilaku mereka selama ini sudah membantu mereka untuk berubah, sebenarnya saat itu terapis sedang menawarkan pilihan pada klien. Proses evaluasi dalam hal melakukan, berpikir, merasakan, dan komponen fisiologi dari total perilaku berada di dalam tanggung jawab klien sendiri. Planning & Commitment. Ketika seorang klien memutuskan apakah dia mau berubah atau tidak, sebenarnya mereka secara umum telah siap untuk melakukan perilaku yang mungkin dilakukan dan membuat suatu rencana tindakan. Wubbolding ( 1988 , 1991 ) mendiskusikan pedoman sentral perencanaan dan komitmen. Titik kulminasi dari lingkaran konseling ada pada rencana tindakan. Beliau menggunakan akronim SAMIC untuk memberi istilah pada sebuah rencana yang baik yaitu Simple, Attainable, Measurable, Immediate, Involved, Controlled oleh perencana, dan dilakukan terus menerus sesuai dengan komitmen individu. 3. Aplikasi Terapi Realitas Terapi ini dapat diterapkan dalam konseling, pekerja sosial, pendidikan, intervensi krisis, koreksi dan rehabilitasi, manajemen institusi, dan pengembangan komunitas. Ini merupakan pendekatan yang tidak asing di dalam sekolah, institusi koreksional, Rumah Sakit Umum, Rumah sakit jiwa pemerintah, dan pusat penanggulangan narkoba. Glasser menyatakan bahwa terapi ini dapat diterapkan pada semua orang dengan problem psikologis, dari yang mengalami gangguan emosional ringan sampai orang yang menarik diri secara psikologis. Terapi ini dapat digunakan pada anak – anak, remaja, dan orang dewasa, dan orang yang lanjut usia. Menurut Glasser, faktor yang membatasi pada penerapan terapi ini adalah kemampuan teknis dari terapis. Bab III Kontribusi dan Keterbatasan Terapi Relitas 1.Kontribusi Salah satu kelebihan dari terapi ini adalah tidak memerlukan waktu yang lama dan memusatkan perhatian pada problem perilaku yang disadari. Evaluasi diri klien, rencana tindakan, dan komitmen merupakan pusat dari proses terapi. Terapi ini membuat
suatu struktur di mana kedua pihak baik klien maupun terapis dapat mengukur tingkatan dari perubahan. Hal ini membuat klien dapat secara cepat merubah rencana yang dibuatnya, bila ternyata tersebut dalam penerapannya tidak berjalan seperti yang diharapkan. Pandangan tentang Psikosis. Terapi ini memandang psikosis dapat dihubungkan dengan tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu. Orang psikotik mungkin saja tidak dapat menampilkan perilaku yang memuaskan sehingga mereka berbalik untuk hidup dengan distorsi. Dalam dunia dalam mereka, mereka membuat suatu cara yang tidak realistik untuk mengurangi kesakitan / penderitaan yang mereka alami dalam rangka usaha untuk mengatasi keadaan yang ada dalam dunia luar. Dengan menerima kemampuan seseorang untuk membuat suatu situasi tertentu, individu dapat memperlengkapi diri mereka sendiri sehingga mereka dapat menemukan cara untuk hidup dengan lebih baik. Kenyataan tentang penyakit psikiatris yang berat mungkin ada, karena tidak semua gangguan emosional dan jiwa dapat direduksi ke dalam sebuah istilah saja. Sebagai terapis kita perlu membedakan antara gangguan psikiatris dan tindakan yang tidak bertanggung jawab . Kontribusi pada Konseling Multikultural. Prinsip utama terapi realitas memiliki banyak kesamaan dalam area konseling multikultural. Dalam terapi antar budaya, hendaknya konselor menghormati perbedaan yang ada antara dirinya dan kliennya. Konselor menunjukkan penghargaan mereka pada nilai – nilai budaya klien mereka untuk membantu mereka melakukan perilaku yang memuaskan bagi mereka. Melalui pertanyaan yan diajukan konselor, klien dapat membuat penilaian diri apakah perilaku mereka selama ini sudah sesuai dengan nilai – nilai budaya di sekelilingnya. Golongan minoritas dalam suatu lingkungan juga dapat dibantu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dominannya. Sangatlah mungkin bagi mereka untuk tetap mempertahankan nilai budaya mereka sendiri di samping memasukan beberapa nilai dari group yang dominan. Hal yang harus diperhatikan ketika terapis bekerja dengan klien yang berbeda secara budaya, terapi mempunyai banyak perilaku yang dapat dijadikan salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan mereka. Seperti juga teknik dan teori yang diterapkan untuk konseling multikultural ini , fleksibilitas adalah suatu hal yang sangat diperlukan.
2.Keterbatasan dan Kritik Terapi Realitas. Salah satu keterbatasan dari terapi realitas ini adalah tidak memberikan penekanan yang kuat pada aspek – aspek lain dalam proses konseling seperti ketidak sadaran, kekuatan dari masa lampau dan pengalaman yang traumatik pada usia anak, nilai terapetik dari mimpi, dan adanya transference. Kelihatannya terapi ini hanya memusatkan perhatian pada kesadaran saja secara eksklusif , dan tidak memperdulikan faktor yang direpress dalam ketidaksadaran yang mempunyai pengaruh juga pada proses berpikir, merasakan, berperilaku, dan memilih sesuatu.. Salah satu yang pandangan Glasser yang banyak dikritik para ahli adalah pandangan Glasser yang menyatakan bahwa transference adalah konsep yang salah. Karena dalam kenyataannya klien bisa menyadari bahwa orang – orang penting dalam hidupnya mempunyai pengaruh dalam kehidupannya sekarang dan bagaimana cara mereka menghadapi orang lain. Terapi realitas juga dikritik karena adanya usaha dari konselor untuk menyampaikan nilai – nilai dirinya sendiri dan secara tak sadar memasukkannya pada klien. Jika konselor melakukan ini, mereka telah melanggar salah satu hal penting dari terapi ini yaitu membiarkan klien untuk mengevaluasi perilakunya sendiri. Keterbatasan pada Konseling Multikultural. Salah satu keterbatasan terapi ini untuk diterapkan dalam lingkungan yang berbeda budaya adalah adanya keharusan untuk merubah perilaku seorang individu secara cepat. Hal ini seringkali sulit dilakukan ketika hal tersebut menyangkut masalah SARA yang akarnya sudah ada sejak dulu. Kadang – kadang konselor terlalu cepat untuk menekankan pada klien agar segera merubah perilakunya. Masalah lain lagi adalah ketika klien tidak merasa enak untuk menyampaikan apa yang mereka inginkan. Mereka lebih banyak memikirkan kepentingan kelompok atau masyarakatnya daripada kepentingannya sebagai individu., karena dalam beberapa budaya, hal tersebut merupakan tindakan yang tidak sopan. Dalam penerapannya klien yang bermasalah dengan nilai ini harus diperlakukan lebih „lembut „ dan tidak boleh ditekan untuk menyampaikan keinginannya. Hal ini sangat penting sekali, karena jika klien
merasa dirinya terancam, maka dia akan keluar dari proses terapi.
Daftar Pustaka/Referensi Corey, Gerald. ( 1996 ). Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy 5th ed. California : Brooks/ Cole Publishing Company Glasser, N . ( 1980 ) What are You doing ? How people are helped through reality therapy. New York : Harper & Row Glasser, W. ( 1976 ) Positive Addiction. New York : Harper & Row Glasser, W. ( 1985 ) Control Theory. A New Explanation of how we control our lives. New York : Harper & Row. Glasser, W. ( 1989 ) Control Theory in the practice of reality therapy in N. Glasser Control theory in the practice of reality therapy: Case Studies . New York :Harper & Row. Glasser, W. ( 1992 ) Reality Therapy. New York State Journal for Counseling and Development Wubbolding, R.E ( 1988 ). Using reality therapy. New York : Harper & Row Wubbolding, R.E ( 1991 ) Understanding reality therapy. New York : Harper & Row