Teori Pembelajaran Pemprosesan Informasi A. Tokoh Teori Pemrosesan Informasi Salah satu tokoh dari teori pemrosesan informasi adalah Robert Gagne yang memiliki nama lengkap Robert Milis Gagne, ia dilahirkan pada tanggal 21 Agustus 1916 di di North Andover, Massachusetts dan meninggal pada tanggal 28 April tahun 2002. Setelah lulus dari SMA, Gagne melanjutkan pendidikan di Yale University. Pada tahun 1937 Gagne
mendapat gelar B.A dari Yale University, kemudian dia melanjutkan studinya di Brown University dan mendapat gelar Ph.D di bidang psikologi pada tahun 1940. Robert Gagne adalah seorang psikolog pendidikan berkebangsaan Amerika yang terkenal dengan penemuannya berupa The Condition Of Learning. Ia profesor psikologi dan pendidikan di Connecticut College untuk Perempuan (1940-1949), Pennsylvania State University (1945-1946), Princeton (1958-1962), dan University of California di Berkeley (1966-1969), dan profesor di Departemen Penelitian Pendidikan di Florida State University di Tallahassee dimulai pada tahun 1969. Ia juga menjabat sebagai direktur penelitian untuk Angkatan Udara (1949-1958) di Lackland, Texas, dan Lowry, Colorado. Dia bekerja sebagai konsultan untuk Departemen Pertahanan (1958-1961), dan ke Amerika Serikat Kantor Pendidikan (1964-1966). Selain itu, ia menjabat sebagai direktur [1] penelitian di Institut Penelitian Amerika di Pittsburgh (1962-1965). Gagne merupakan pelopor dalam instruksi pembelajaran yang dipraktekkannya dalam training pilot AU Amerika. Munculnya teori pemrosesan informasi berawal dari modifikasi teori matematika, yang telah disusun oleh para peneliti dengan tujuan untuk menilai dan meningkatkan pengiriman pesan. Di sisi lain, terjadinya kondisi pemberian dan penerimaan informasi pengetahuan akan tetap kita temukan dalam proses pembelajaran yang secara langsung berkaitan erat dengan proses kognitif. Karena itu teori pemrosesan informasi memberikan persfektif baru pada pengolahan pembelajaran yang akan menghasilkan belajar yang efektif. Dan dalam perkembangan selanjutnya dalam teori ini akan ditemukan persepsi, pengkodean, dan penyimpanan di dalam memori jangka panjang. Sehingga pada akhirnya teori ini akan berpengaruh terhadap siswa dalam hal pemecahan masalah. B. Teori Pembelajaran Pemrosesan Informasi Robert Gagne Menurut Teori Robert. M. Gagne, belajar merupakan perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh [2] proses pertumbuhan saja , Gagne juga menyatakan bahwa belajar merupakan seperangkat proses yang bersifat internal bagi setiap individu sebagai hasil transformasi rangsangan yang berasal dari peristiwa eksternal di lingkungan individu yang [3] bersangkutan (kondisi) . Seperangkat proses yang bersifat internal yang dimaksud oleh Gagne adalah kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan terjadinya proses kognitif dalam diri individu Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses
pembelajaran. Berdasarkan kondisi internal dan eksternal ini, Gagne menjelaskan bagaimana proses belajar itu terjadi. Model proses belajar yang dikembangkan oleh Gagne didasarkan pada teori pemrosesan informasi, yaitu sebagai berikut : 1. Rangsangan yang diterima panca indera akan disalurkan ke pusat syaraf dan diproses sebagai informasi. 2. Informasi dipilih secara selektif, ada yang dibuang, ada yang disimpan dalam memori jangka pendek, dan ada yang disimpan dalam memori jangka panjang. 3. Memori-memori ini tercampur dengan memori yang telah ada sebelumnya, dan dapat [4] diungkap kembali setelah dilakukan pengolahan. C. Konsep Dasar Teori Pemprosesan Informasi Pengetahuan yang diproses dan dimaknai dalam memori kerja disimpan pada memori panjang dalam bentuk skema-skema teratur secara tersusun. Tahapan pemahaman dalam pemrosesan informasi dalam memori kerja berfokus pada bagaimana pengatahuan baru yang dimodifikasi. Urutan dari penerimaan informasi dalam diri manusia dijelaskan sebagai berikut: pertama, manusia menangkap informasi dari lingkungan melalui organ-organ sensorisnya yaitu: mata, telinga, hidung dan sebagainya. Beberapa informasi disaring pada tingkat sensoris, kemudian sisanya dimasukkan dalam ingatan jangka pendek. Ingatan jangka pendek mempnyai kapasitass pemeliharaan informasi yang terbatas sehingga kandungannya harus diproses secara sedemikian rupa (misalnya dengan pengulangan atau pelatihan), jika tidak akan lenyap dengan cepat. Bila diproses, informasi dari ingatan jangka pendek dapat ditransfer dalam ingatan jangka panjang. Ingatan jangka panjang merukan hal penting dalam proses belajar. Karena ingatan jangka panjang merupakan tempat penyimpanan informasi yang faktual (disebut pengetahuan deklaratif) dan informasi bagaimana cara mengerjakan sesuatu. Tingkat pemrosesan stimulus informasi diproses dalam berbagai tingkat kedalaman secara bersamaan bergantung kepada karakternya. Semakin dalam suatu informasi diolah, maka informasi tersebut akan semakin lama diingat. Sebagai contoh, informasi yang mempunyai imaji visual yang kuat atau banyak berasosiasi dengan pengetahuan ynag telah ada akan diproses secara lebih dalam. Demikian juga informasi yang sedang diamati akan lebih dalam diproses dari pada stimuli atau kejadian lain di luar pengamatan. Dengan kata lain, manusia akan lebih mengingat hal-hal yang mempunyai arti bagi dirinya atau hal-hal yamg menjadi perhatiannya karena hal-hal tersebut diproses secara lebih mendalam dari pada stimuli yang tidak mempunyai arti atau tidak menjadi perhatiannya. Pengulangan memegang peranan penting dalam pendekatan model. Penyimpanan juga dianggap penting dalam pendekatan model tingkat pemrosesan. Namun hanya mengulang-ulang saja tidak cukup untuk mengingat. Untuk memperoleh tingkatan yang lebih dalam, aktivitas pengulangan haruslah bersifat elaboratif. Dalam hal ini, pengulangan harus merupakan sebuah proses pemberian makna dari informasi yang [5] masuk. D. Pendekatan Teori Pemrosesan Informasi Pendekatan pemrosesan informasi adalah pendekatan kognitif di mana anak
mengolah informasi, memonitornya, dan menyusun strategi berkenaan dengan informasi tersebut. Inti dari pendekatan ini adalah proses memori dan proses berpikir . Menurut pendekatan ini, anak secara bertahap mengembangkan kapasitas untuk memproses informasi, dan karenanya secara bertahap pula mereka bisa mendapatkan pengetahuan [6] dan keahlian yang kompleks. Secara sederhana analogi sistem pemrosesan informasi aktif yang dikemukakan oleh psikologi kognitif, untuk menggambarkan hubungan antara kognisi dengan otak adalah dengan melihat sistem kerja komputer yang seakan-akan menjelaskan bagaimana kognisi manusia bekerja dengan menganalogikan hardware sebagai otak fisik dan softwaresebagai kognisi. Teori pemrosesan informasi adalah teori yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak, seperti yang tertuang dalam sekema sebagai berikut berikut ini : Penyimpanan
Penyimpanan
Teks Sementara
Jangka Panjang Rangkaian
Atens
Belajar @ Pengulangan
Eksternal Pencatatan Penginderaan
@ Hapalan Memori Pendek
@ Pengkodean masalah
Memori Panjang
Pemanggilan Hilang
Hilang
Lupa
Sekema tersebut menguraikan beberapa peristiwa mental yang melakukan tranformasi informasi yang dimulai dari input dalam hal ini stimulus yang diberikan pendidik, kepada output dalam bentuk respon yang ditunjukkan oleh peserta didik. Setiap kotak yang dianalogikan sebagai fungsi atau keadaan sistem, dihubungankan dengan garis yang dianalogikan sebagai proses transformasi informasi dari satu peristiwa kepada [7] peristiwa lain. Menurut Robert S. Siegler ada tiga karakteristik utama pendekatan pemrosesan informasi, yaitu : 1. Proses Berpikir Siegler berpendapat bahwa berpikir adalah pemrosesan informasi, dengan penjelasan ketika anak merasakan, kemudian melakukan penyandian, merepresentasikan, dan menyimpan informasi, maka proses inilah yang disebut dengan proses berpikir. Walaupun kecepatan dalam memproses dan menyimpan informasi terbatas pada satu waktu. 2. Mekanisme Pengubah Siegler berpendapat dalam pemrosesan infromasi fokus utamanya adalah pada peran mekanisme pengubah dalam perkembangan. Ada empat mekanisme yang bekerja untuk menciptakan perubahan dalam ketrampilan kognitif anak. a. Encoding (penyandian) Encoding adalah proses memasukkan informasi ke dalam memori. Dalam encoding untuk memecahkan suatu problem dengan menyandikan informasi yang relevan dengan mengabaikan informasi yang tidak relevan. Namun, anak membutuhkan waktu
dan usaha untuk melatih encodingini, agar dapat menyandi secara otomatis. Apa itu memori ? bagaimana informasi itu diletakkan dan disimpan dalam mmemori ? bagaimana informasi itu disimpan setelah disandikan ? dan bagaimana caranya ia dimunculkan kembali untuk tujuan tertentu di kemudian hari ? Pertanyaan inilah yang dipelajari para psikologi pendidikan, dan mereka menyatakan bahwa adalah penting untuk tidak memori dari segi bagaimana anak menambahkan sesuatu ke dalam ingatan, tetapi dilihat dari segi bagaiamana anak menyusun memori mereka. Memori adalah rentensi informasi. Retensi informasi ini terus menerus melibatkan encoding, penyimpanan, dan pengambilan kembali informasi pada saat diperlukan untuk waktu tertentu. Skemanya sebagai berikut: ENCODING Memasukkan Informasi ke dalam
PENYIMPANAN
PENGAMBILAN
Mempertahankan
Mengambil
informasi dari
infromasi dari
Memori
waktu ke waktu
gudang
memori
Ada enam konsep yang dikenal dalam encoding, yaitu : a. Atensi yaitu mengkonsentrasikan dan memfokuskan sumber daya mental. b. Pengulangan yaitu repetisi informasi dari waktu ke waktu agar informasi lebih lama berada dalam memori. c. Pemrosesan mendalam, pada bagian ini Fergus Craik dan Robert Lockhart mengatakan bahwa kita dapat memproses informasi pada berbagai level. d. Elaborasi Elaborasi adalah ekstensivitas pemrosesan informasi dalam penyandian. Jadi, saat pendidik menyajikan konsep demokrasi pada peserta didik, maka mereka akan mengingatnya dengan lebih baik jika diberikan contoh yang bagus tentang demokrasi. e. Mengkonstruksi citra Allan Paivio percaya bahwa memori disimpan melalui satu atau dua cara yaitu sebagai kode verbal atau kode citra/imaji dan menggunakan kode mental. Sebagai contoh pada saat seseorang mengkonstruksi citra berarti ia telah mengelaborasi informasi, seperti menghitung jumlah jendela di rumahnya. Mungkin seseorang akan mengalami kesulitan saat menyebutkan jumlah jendela secara keseluruhan, tetapi ia akan mudah menjawab ketika menggunakan kode mental yaitu dalam mengkonstruksi citra ia dapat menyebutkan jumlah jendela dengan berjalan secara mental di seluruh bagian rumahnya. f. Penataan Penataan atau pengorganisasian informasi dalam kaitannya dengan penyandian pada memori, maka hal ini akan membawa pengaruh terhadap pemahaman, dengan kata lain, semakin baik seorang pendidik menata informasi dalam menyajikan materi pelajaran, maka semakin mudah peserta didik untuk memahami dan mengingatnya [8] dalam memori. Pada proses penyimpanan ada tiga simpanan utama yang erat kaitannya dengan tiga kerangka waktu yang berbeda, yaitu : a. Memori sensoris Memori sensori berfungsi mempertahankan informasi dari dunia, dalam bentuk sensoris
aslinya hanya selama beberapa saat, tidak lebih lama ketimbang waktu murid menerima [9] sensasi visual, suara, dan sensasi lainnya. b. Memori jangka pendek (working memory) Memori jangka pendek adalah system memori berkapasitas terbatas dimana informasi dipertahankan sekitar 30 detik, kecuali informasi itu diulang atau diproses lebih lanjut. Trianto mengutip dari Nur, menurut Miller memori jangka pendek mempunyai kapasitas 5-9 [10] bits informasi. Lebih lanjutnya Trianto menjelaskan bahwa untuk mempertahankan informasi pada memori jangka pendek maka harus melakukan pengulangan dengan cara menghafal. c. Memori jangka panjang Memori jangka panjang adalah tipe memori yang menyimpan banyak informasi selama periode waktu yang lama secara relative permanen. Kapasitas yang dimiliki memori ini [11] menurut ilmuan computer Jhon Von Neumann tidak terbatas. Ketiga konsep di atas dikembangkan oleh Atkinson dan Shiffrin, mereka mengatakan bahwa semakin lama informasi dipertahankan dalam memori jangka pendek dengan bantuan pengulangan, semakin besar kemungkinannya untuk masuk ke memori jangka panjang. Untuk semakin mendekatkann pemahaman, maka berikut ini adalah tabel yang menguraikan perbedaan tiga tingkatan memori. Register Pengideraan
Memori Jangka Pendek
Memori Jangka Panjang
Perhatian awal
Memerlukan perhatian
Latihan pengulangan
Tidak mungkin
Perhatian terus menerus latihan pengulangan
Pengulangan organisasi
Format informasi
Mengcopi masukan secara apa adanya
Bunyi visual yang mungkin semantik
Kapasitas
Besar
Kecil
Hilangnya informasi
Menyeluruh
Pergeseran kemungkinan menyeluruh
Selang berkas
¼ – 2 detik
Sampai 30 detik
Memanggil kembali
Membaca yang nyaring
Kemungkinan otomatis butir-butir dalam kesadaran isyarat sesat/bunyi
Karakteristik Masuknya informasi Memelihara informasi
Sebagian besar semantik, sebagian bunyi, dan suara. Tidak diketahui batasannya Kemungkinan tidak hilang, kemampuan mengakses karena interferensi Beberapa menit sampai beberapa tahun. Isyarat perbaikan kemungkinan proses mencari
Pemrosesan informasi terakhir dalam memori adalah pengambilan kembali dan melupakan. Ketika seseorang mengambil informasi dari gudang data, maka ia melakukan penelusuran untuk mencari informasi yang relevan, pengambilan informasi ini bisa dilakukan secara otomatis, bisa juga harus memerlukan usaha. Dalam melupakan, ada beberapa istilah yang berkaitan yaitu cue-dependent forgetting atau kegagalan dalam mengambil kembali informasi karena kurangnya petunjuk pengambilan yang efektif, teori interferensi yang menyatakan bahwa kita lupa bukan karena kita kehilangan memori dari tempat penyimpanan, tetapi karena ada informasi lain yang menghambat upaya kita untuk mengingat kembali informasi yang kita inginkan, dan decay teory yang menyatakan bahwa berlalunya waktu bisa membuat [12] orang menjadi lupa. b. Otomatisasi Otomatisasi adalah kemampuan untuk memproses informasi dengan sedikit atau
tanpa usaha. Peristiwa ini terjadi karena pertambahan usia dan pengalaman individu sehingga otomatis dalam memproses informasi, yaitu cepat dalam mendeteksi kaitan atau hubungan dari peristiwa-peristiwa yang baru dengan peristiwa yang sudah tersimpan pada memori dan akhirnya akan menemukan ide atau pengetahuan baru dari setiap kejadian. c. Konstruksi Strategi Konstruksi strategi adalah penemuan prosedur baru untuk memproses informasi. Dalam hal ini Siegler menyatakan bahwa anak perlu menyandikan informasi kunci untuk suatu problem dan mengkoordinasikan informasi tersebut dengan pengetahuan sebelumnya yang relevan untuk memecahkan masalah. d. Generalisasi Untuk melengkapi mekanisme pengubah, maka manfaat dari langkah ketiga yaitu konstruksi strategi akan terlihat pada proses generalisasi, yaitu kemampuan anak dalam mengaplikasikan konstruksi strategi pada permasalahan lain. Pengaplikasian itu melalui proses transfer, yaitu suatu proses pada saat anak mengaplikasikan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk mempelajari atau memecahkan problem dalam situasi [13] yang baru. Tentang pengalaman belajar, Wina Sanjaya menyatakan bahwa ketika seorang pendidik berpikir tentang informasi apa yang harus dimiliki oleh peserta didiknya, maka pada saat itu juga pendidik semestinya berpikir pengalaman belajar yang bagaimana yang harus didesain agar tujuan dan kompetensi itu dapat [14] diperoleh setiap peserta didik. Wina Sanjaya memberikan contoh ketika seorang anak kena api, maka kejadian itu akan memberikan pengalaman setelah ia mengolah, menghubungkan, dan menafsirkan bahwa api merupakan sesuatu yang dapat menimbulkan rasa sakit, sehingga [15] ia bisa menyimpulkan dan menentukan sikap bahwa api harus dihindari . Namun pada peristiwa lain, anak tersebut mendapat kesempatan belajar memasak dengan ibunya, dan secara langsung ia mendapat pengalaman bahwa api memberi manfaat buat dirinya dan keluarganya, dengan membuat kesimpulan dengan adanya api makanan bisa di masak. Kemudian peran generalisasi akan muncul saat ia bisa menyimpulkan bahwa api itu panas karena itu jangan sampai mengenai anggota badan, dan api itu sangat bermanfaat buat manusia terutama dalam memasak makanan. 3. Modifikasi Diri Modifikasi diri dalam pemrosesan informasi secara mendalam tertuang dalam metakognisi, yang berarti kognisi atau kognisi atau mengetahui tentang mengetahui, yang di dalamnya terdapat dua hal yaitu pengetahuan kognitif dengan aktivitas kognitif. Pengetahuan kognitif melibatkan usaha monitoring dan refleksi pada pemikiran seseorang pada saat sekarang, sedangkan aktivitas kognitif terjadi saat murid secara sadar menyesuaikan dan mengelola strategi pemikiran mereka pada saat memecahkan [16] masalah dan memikirkan suatu tujuan. Berkaitan dengan modifikasi diri Deanna Kuhn mengatakan metakognisi harus lebih difokuskan pada usaha untuk membantu anak menjadi pemikir yang lebih kritis, terutama di sekolah menengah. Baginya ketrampilan kognitif terbagi dua, yaitu mengutamakan kemampuan murid untuk mengenali dunia, dan ketrampilan untuk [17] mengetahui pengetahuannya sendiri.
Michael Pressly dan rekan – rekannya seperti yang telah dikutip Santrock, mereka telah mengembangkan model metakognitf yang disebut model pemrosesan informasi yang baik. Model ini menyatakan bahwa kognisi yang kompeten adalah hasil [18] dari sejumlah faktor yang saling berinteraksi. E. Penerapan Teori pemrosesan informasi Kegiatan belajar dalam toeri pemrosesan informasi dapat diilustrasikan dengan bagan sebagai berikut: Memory output sensori ourput attantion sensori register
retievel storage short term memory
long term memory
Dalam sensori input dan sensori register infomasi hanya beberapa detik, sangat singkat, didapat dari penglihatan, sentuhan dan lain sebagainya. Dio dalam short term memory, informasi tersebut akan ada dalam beberapa detik antara 20-30 detik, ada rehaorsal buffer yang diulang terus menerus dihubungkan dengan informasi lain yang telah ada dalam ingatan. Sedangkan dalam long term memory, waktunya adalah berhario-hari, berbulanp-bulan, bertahun-tahun dan sepanjang masa; informasi yang tidak terproses dengan baik akan hilang atau terlupakan; pada saat kita mengingat sesuatu segala items akan tergambar di sini. Dari penjelasan di atas dapat diuraikan sebai berikut: 1. Dari lingkungan, pembelajar mendapat rangsangan yang mengativasikan reseptor dan transformasikan pada informasi saraf. Pada awalnya informasi ini masuk ke dalam struktur yang disebut sensory register (SR) dan tersimpan dalam waktu yang sangat singkat dalam hitungan perseratus detik. 2. Tidak seluruh gambaran informasi yang direkam dalam SR akan bertahan, karena informasi tersebut ditrasformasikan ke dalam bentuk rangsang melalui proses persepsi selektif, yaitu proses pemberian perhatian terhadap gambaran tertentu dari informasi yang ada dalam SR dan mengabaikan informasi lain (misalnya: tekstur, kemiringa, objek tiga dimensi dsb). Proses persepsi selektif ini membentuk jenis input baru yang akan masuk ke dalam short term memory storage (STM). 3. Dalam STM, informasi akan bertahan sampai sekitar 20 detik. Ada dua bentuk penyimpanan dalam STM, yaitu: Pertama, bentuk akustis (informasi yang secara internal didengar oleh pembelajar. Kedua, bentuk artikulator (pembelajar mendengar dirinya sendiri mengatakan informasi). Sebagai contoh, saat seseorang mengingat nomor telepon karena akan menelepon, maka ia akan mendengarkan dirinya sendiri mengulang nomor tersebut. Kapasitas STM terbatas, item bisa berupa huruf, angka, atau kata dengan satu suku kata. Bila kapasitasnya sudah terisi penuh, maka item lama akan terbuang saat ada item baru masuk. 4. Dalam STM, ada suatu proses yang disebut rehearsal, yaitu: suatu proses pengulangan mental (pengulangan secara tenang) dari informasi. Proses rehearsal ini, selain membantu memperpanjang masa bertahannya informasi dalam STM, juga membantu dalam pengkodean informasi, sehingga akan bisa masuk (menjadi input) ke dalam struktur berikutnya, yaitu: long term memory stotage (LMT) tapi tidak membentu dalam meningkatkan jumlah item yang disimpan dalam STM.
5.
Transformasi informasi yang paling oenting terjadi saat informasi keluar dari STM dan masuk ke dalam LTM. Proses ini disebut pengkodean (encoding). Informasi yang terdapat dalam STM demgam gfambaran perspektual tertentu ditransformasikan ke dalam bentuk konseptual, bentuk yang bermakna. Jadi informasi tidak lagi disimpan dalam bentuk suara atau bentuk rupa, tapi sebagai konsep yang diketahui maknanya dan dapat dirujuk dengan cepat dalam lingkungan pembelajar. Informasi yang disimpan ini diorganisasikan dalam berbagai cara, tidak hanya dikumpulkan. 6. Penyimpanan dalam LTM bersifat permanen. Tetapi, karena berbagai faktor informasiinformasi tersebut bisa jadi tidak dapat akses, misalnya karena interferensi antara memori lama dengan memori baru. Salah satu contoh akibat kesulitan mengakses informasi dari LTM ini adalah terjadinya lupa. 7. Untuk menemukan kembali informasi dari LTM biasanya dibutuhkan adanya cues baik melalui situasi eksternal maupun oleh si pembelajar itu sendiri (dari sumber memori lain) cues ini diperlukan untuk memasangkan atau mengaitkan apa yang telah dipelajari sehingga informasi yang dicari dapat dikenali dan ditemukan kembali. 8. Recall dari apa yang sudah dipelajari dapat terjadi segera setelah proses belajar terjadi, tapi bisa pula tertunda. Kadang membutuhkan rekontruksi dari kejadian yang perlu diingat. 9. Transfer of Learning terjadi bila recall terhadap apa yang dipelajari mencakup aplikasi terhaap situasi atau masalah baru. Dalam hal ini seseorang yang perlu menerapkan pengetahuan atau ketrampilannya dalam situasi masalah baru harus mengarahkan suatu proses pencarian yang lebih kompleks dari pada menggunakannya pada situasi atau masalah yang biasa ditemui. 10. STM juga memiliki peran sebagai memori aktif atau memori kerja yang sangat penting. Proses pencarian dapat dilakukan dalam memori kerja untuk menemukan kembali bahan-bahan yang disimpan dalam LTM. Sebagai hasilnya, bahan tersebut dapat kembali ke dalam memori kerja dalam suatu bentuk yang dapat disimpan dan dipasangkan dengan input yang baru diterima. 11. Generator respon menentukan, partama, bentuk dasar dari respon manusia, yaitu apakah muncul dalam bentuk perkataan, otot besar tubuh, otot kecil tangan atau lainnya. Kedua menentukan pola dari performance, urutan dan waktu dari gerakan yang masuk tindakan. Secara umum proses yang dihubungkan dengan generator respon menjamin bahwa performance akan terorganisasikan. 12. Tahapan berikutnya adalah aktifasi dari efektor; pola aktivitas yang dapat diamati [19] secara eksternal. Dalam kegiatan belajar seseorang, menurut teori pemrosesan informasi terdapat efek eksternak yang mempengaruhi, yaitu: a. Kejadian eksternal bisa mempromosikan belajar dan memori dalam jangka waktu yang sangat singkat sebelum sesuatu disimpan. Proses yang terjadi dalam pembelajaran berkait dengan memasukkan stimulus yag relevan ke dalam belajar. Tahapan persiapan ini terdiri atas; pertama kewaspadaan terhadap rangsang yang disebutsebagai perhatian. Kedua; persepsi selektif. Merupakan proses penyarinagan dan pengorganisasian yang sangat penting dari rangsang, yang membawa pada seluruh penyimpanan dari ciri rangsang yang relevan dalam STM. Dari sinilah informasi yang telah ditransformasikan kembali (diberi kode) untuk bisa masuk ke dalam LTM.
b.
Untuk belajar, pertama pembelajar haruslah menerima stimulus artinya panca indera mereka harus diarahkan pada sumber stimulasi dan mereka harus siap menerimanya. Memberikan perhatian merupakan langkah awal dalam belajar yang dapat dideteksi dengan mengamati apa yang dilihat atau didengarkan oleh pembelajar. Stimulasi eksternal yang menghasilkan kewaspadaan bisa dilakukan dengan berbagai cara, misalnya membuat keadaan menjadi lebih terang atau mengeraskan suara. Secara umum membuat perubahan tiba-tiba, baik meningkatkan maupun menurun, merupakan stimulus yang efektif untuk membuat pembelajar wapada. c. Persepsi selektif bisa diarahkan dengan intruksi verbal atau bentuk stimulasi lainnya. Misalnya, pada teks bacaan persepsi selektif bisa diarahkan dengan membuat garis bawah atau cetak miring pada kata tertentu yang harus diperhatikan. F. Aplikasi Teori Pemrosesan Informasi Dalam Pembelajaran. Dalam aplikasi teori pemrosesan informasi dalam pembelajaran, kita dapat mengambil teori yang disampaikan oleh Gagne tentang tahapan belajar dari fakta sampai pemecahan masalah, serta tahapan tujuan dari yang rendah sampai ke tinggi, dapat kita lihat pada keterangan yang dituliskan Harjanto tentang pelajaran melukis, seperti berikut ini : 1. Siswa dapat menyebutkan beberapa alat yang dipergunakan untuk mengambar berwarna (fakta). 2. Siswa dapat mengidentifikasi warna panas dan warna dingin (konsep). 3. Siswa dapat menyatakan bahwa penempatan atau pemakaian kedua jenis warna tersebut akan saling berpengaruh (prinsip) 4. Siswa dapat melukis dengan komposisi warna yang harmonis (pemecahan masalah) [20]
[1] Bookrags, Biography Robert Milis Gagne, http://www.bookrags.com/biography/robert-mills-gagne/ [2] Bambang Warsita, Teori Belajar Robert M. Gagne dan Implikasinya Pada Pentingnya Pusat Sumber Belajar, (Jurnal Teknodik, vol. XII No. 1 Juni , 2008), h. 66. http://www.isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/121086579.pdf [3] Ibid. [4] Bambang Warsita,Op,Cit, h. 69.
[5] Yody Hasruf Firmansyah, http://wagimanthinker.blogspot.com/2011/04/makalah-teori-pemrosesan-informasi.html [6] Jhon. W Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 310. [7] Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, cet.4 (Jakarta: Kencana, 2009), h.33 [8] Jhon. W Santrock,Op.Cit, h. 310-318. [9] Ibid,. h. 320. [10]Trianto, Op.Cit, h.35 [11] Jhon. W Santrock,Op.Cit, h. 322. [12] Ibid,. h. 329 [13] Jhon. W Santrock, Op.Cit , h. 379. [14] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembeajaran, cet.4 (Jakarta: Kencana, 2011), h. 160. [15] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, cet.7 (Jakarta: Kencana, 2010), h. 122. [16] Jhon. W Santrock, Op.Cit , h. 340. [17] Ibid.
[18] Jhon. W Santrock,. Op.Cit , h. 341.
[19] C. Asri. Budiningsih, Op.Cit , h. 82-84. [20] Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000.)h. 157.