Teori Kepribadian Adler Adler (Psikologi Individu) Sejarah Seperti Freud, Alfred Adler juga lahir di Austria, 14 tahun setelah Freud - pada tahun 1870. Ia memperoleh gelar dokter pada tahun 1895. Setelah periode singkat sebagai dokter mata, dia berlatih psikiatri, bergabung dengan Freud lingkaran Wina dari perusahaan asosiasi. Adler sangat independen bahkan seorang pemberontak, Adler memisahkan diri dari Freud setelah 10 tahun dan memulai gerakan psikoanalitiknya sendiri, yakni Individual Psychology. Kontribusi Adler telah mengalami nasib ironis. Banyak dari apa yang dia katakan telah menjadi begitu luas diterima, dan tampak masuk akal, yang telah dimasukkan ke dalam ide-ide dan istilah sehari-hari, kebijaksanaan biasa yang kita miliki tentang psikologi intuitif. Beberapa konsep-konsep ini begitu umum. Namun demikian, popularitas ide-ide Adler membuat mereka sedikit berbeda, mereka tetap penting, bahkan dalam pemikiran kontemporer tentang kepribadian. Hal ini sering dikatakan bahwa setiap teori kepribadian menangkap kepribadian terbaik dari teori yang dibuat. Masa kanak-kanak Adler sendiri ditandai dengan penyakit kronis dan bermusuhan dengan lima saudara kandungnya. Menariknya, kedua tema – tubuh yang lemah - tidak berdaya, dan persaingan saudara - menjadi konsep sentral dalam teorinya. Bagi Adler, manusia itu lahir dalam keadaan tubuh yang lemah, tak berdaya. Kondisi ketidakberdayaan itu menimbulkan perasaan inferiorita dan ketergantungan kepada orang lain. Kerentanan biologis ini menjadi akar keadaan psikologis yang bertahan dalam diri seseorang dan yang sentral dalam teori Adler; perasaan rendah diri. Bagi Adler, kehidupan manusia dimotivasi oleh satu dorongan utama – dorongan untuk mengatasi perasaan inferior & menjadi superior. Jadi tingkah laku ditentukan utamanya oleh pandangan mengenai masa depan, tujuan dan harapan kita. Didorong oleh perasaan inferior, dan ditarik keinginan menjadi superior, maka orang mencoba hidup sesempurna mungkin. Inferiorita bagi Adler berarti perasaan lemah dan tidak terampil dalam menghadapi tugas yang harus diselesaikan. Bukan rendah diri terhadap orang lain dalam pengertian yang umum, walaupun ada dua unsure membandingkan kemampuan khusus diri dan kemampuan orang lain yang lebih matang dan berpengalaman. Superiorita, pengertiannya mirip pengertian transendensi sebagai awal realisasi diri Jung, atau aktualisasi dari Horney dan Maslow. Soperiorita bukan lebih baik disbanding orang lain atau mengalahkan orang lain, tetapi berjuang menuju superiorita berarti terus menerus berusaha menjadi lebih baik – menjadi semakin dekat dan semakin dekat dengan tujuan final.
Perasaan inferiorita ada pada semua orang, karena manusia mulai hidup sebagai makhluk yang kecil dan lemah. Sepanjang hidup, perasaan ini terus muncul ketika orang menghadapi tugas baru dan belum dikenal yang harus diselesaikan. Perasaan ini justru menjadi sebab semua perbaikan dalam tingkah laku manusia. Anak yang belajar bermain skate merasa inferior sampai ia betul-betul mahir. Orang tua yang mendapat promosi merasa inferior pada posisi barunya sampai dia memahami bagaimana menangani tugasnya. Setiap tugas baru memunculkan inferiorita yang dapat diredakan ketika orang itu mencapai tingkat berfungsi yang lebih tinggi. Kondisi-kondisi khusus seperti kelemahan organic/cacat, pemanjaan dan pengabaian – mungkin dapat membuat orang mengembangkan kompleks inferiorita (inferiority complex) atau kompleks superiorita (superiority complex). Dua
kompleks
ini
berhubungan
erat. Kompleks
superior
selalu
menyembunyikan – atau kompensasi dari – perasaan inferior, sebaliknya kompleks inferior sering menyembunyikan perasaan superiorita. Misalnya, orang yang congkak dan sombong dan berusaha menguasai orang lain yang dalam hal tertentu lebih lemah darinya, mungkin menunjukan kompleks superiorita. Sesungguhnya, orang itu justru tersiksa dengan perasaan tidak mampu, tetapi dengan cara tertentu menarik perhatian dan mendorong orang lain mengitarinya, agar dia dapat berlagak superior. Orang yang terus menerus depresi dan takut mungkin mengembangkan alas an untuk tidak berusaha maju dan karena itu dapat memperoleh layanan special dari orang lain. Orang ini mungkin sebenarnya merasa barhak atas layanan itu karena adanya perasaan superioryang tersembunyi dan keyakinan bahwa semua kesulitan itu sesungngguhnya bukan karena salahnya.
Teori Adler Menurut Adler, masalah dalam kehidupan selalu bersifat sosial. Fungsi yang sehat bukan hanya mencintai dan bekerja, melainkan merasakan kebersamaan dengan orang lain dan mempedulikan kesehjateraan mereka. Beberapa prinsip penting dalam teori Adler adalah sebagai berikut: 1. Satu-satunya kekuatan dynamic yang melatar belakangi aktivitas manusia adalah perjuangan untuk sukses atau superior ( striving for superiority ). 2. Persepsi subyektif ( subyektive perception ) individu membentuk tingkah laku dan kepribadian. 3. Semua fenomena psikologis di satukan ( unity of personality ) di dalam diri individu dalam bentuk self. 4. Manfaat dari aktifitas manusia harus dilihat dari sudut pandang interest sosial ( social interst). 5. Semua potensi manusia dikembangkan sesuai dengan gaya hidup (life of style) dari self. 6. Gaya hidup dikembangkan melalui kekuatan kretif ( cretive power ) individu.
Inferioriy dan Superiority Manusia dimotivasi oleh adanya dorongan utama, yaitu mengatasi perasaan inferior dan menjadi superior. Dengan demikian perilaku kita dijelaskan berdasarkan tujuan dan ekspentasi akan masa depan. Inferioritas berarti merasa lemah dan tidak memiliki keterampilan untuk menghadapi tugas atau keadaan yang harus diselesaikan. Hal itu tidak berarti rendah diri terhadap orang lain dalam pengertian yang umum, meskipun ada unsur membandingkan kemampuan diri dengan kemampuan orang lain yang lebih matang dan berpengalaman. Sedangkan superiority bukan berarti lebih baik dibandingkan dengan orang lain, melainkan secara berkelanjutan mencoba untuk menjadi lebih baik, untuk menjadi semakin dekat dengan tujuan ideal seseorang. Beberapa keadaan khusus seperti dimanja dan ditolak, mungkin dapat membuat seseorang mengembangkan inferiority complex atau superiority complex. Dua kompleks tersebut berhubungan erat. Superiority complex selalu menyembunyikan atau bentuk kompensasi dari inferior. Sedangkan inferiority complex menyembunyikan perasaan superior. Adler meyakini bahwa motif utama setiap orang adalah untuk menjadi kuat, kompeten, berprestasi dan kreatif. Social Interest Social interest merupakan bentuk kepedulian atas kesehjateraan orang lain yang berkelanjutan sepanjang kehidupan untuk mengarahkan perilaku seseorang. Meskipun minat sosial dilahirkan, tetapi menurut Adler terlalu lemah atau kecil untuk dapat berkembang dengan sendirinya. Oleh karena itu menjadi tugas Ibu, yang menjadi orang pertama dalam pengalaman seorang anak, untuk mengembangkan potensi tersebut. Apabila ibu tidak dapat membantu anak untuk memperluas minat sosialnya, maka anak akan cenderung tidak memiliki kesiapan ketika menghadapi masalah dalam lingkungan sosialnya. Minat sosial memungkinkan seseorang untuk berjuang mencapai superior dengan cara yang sehat dan kurangnya minat sosial tersebut dapat mengarahkan pada fungsi yang maladaptif. Semua kegagalan seperti neurotik, psikotik, pemabuk, anak yang bermasalah dan lainnya disebabkan kurangnya memiliki minat sosial mereka mengatasi masalah pekerjaan, persahabatan dan seks tanpa memiliki keyakinan bahwa hal tersebut dapat diselesaikan dengan cara kerja sama. Makna yang diberikan pada kehidupan lebih bernilai pribadi. Tidak ada orang lain yang mendapatkan keuntungan dengan tercapainya tujuan mereka. Tujuan keberhasilan merupakan merasakan superioritas personal dan hanya berarti untuk diri mereka sendiri. sebagai manusia yang sehat, maka pada waktu yang bersamaan ia akan berjuang mencapai superior dengan membantu orang lain mencapai tujuan mereka.
Style of Life Melalui konsep gaya hidup, Adler menjelaskan keunikan manusia. Setiap manusia memiliki tujuan, perasaan inferior, berjuang menjadi superior dan dapat mewarnai atau tidak mewarnai usaha mencapai superioritasnya itu dengan minat sosial. Akan tetapi, setiap manusia melakukannya dengan cara yang berbeda. Gaya hidup merupakan cara unik dari setiap orang dalam mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan dalam lingkungan hidup tertentu, di tempat orang tersebut berada. Gaya hidup berdasarkan atas makna yang seseorang berikan mengenai kehidupannya atau interpretasi unik seseorang mengenai inferioritasnya, setiap orang akan mengatur kehidupannya masing-masing unuk mencapai tujuan akhirnya dan mereka berjuang untuk mencapai hal tersebut. Gaya hidup terbentuk pada usia 4-5 tahun dan tidak hanya ditentukan oleh kemampuan intrinsik (hereditas) dan lingkungan objektif, melainkan dibentuk oleh persepsi dan interpretasinya mengenai kedua hal tersebut. Seorang anak tidak memandang suatu situasi sebagaimana adanya, melainkan dipengaruhi oleh prasangka dan minatnya dirinya. Subjective Perception Tujuan final yang fiktif bersifat subyektif, artinya orang menetapkan tujuan-tujuan untuk diperjuangkan berdasarkan interpretasinya tentang fakta, bukan berdasarkan fakta itu sendiri. Kesatuan ( Unity ) Kepribadian Adler memilih nama psikologi individu ( individual psychology ) dengan harapan dapat menekankan keyakinannya bahwa setiap orang itu unik dan tidak dapat dipecah-pecah. Psikology individual menekankan pentingnya unitas kpribadian. Fikiran, perasaan, dan kegiatan semuanya diarahkan ke satu tujuan tungal dan mengejar satu tujuan. Ketidak konsistenan tingkah laku tidak ada; kalau dilihat dalam kaitannya dengan tujuan final – menjadi superiorita atau menjadi sukses, semua kegiatan itu konsisten dan bermakna. •
Logat prgan ( organ dialect)
Uniti kepribadian bukan hanya kesatuan aspek - aspek kejiwaan seperti motivasi, perasaan dan pikiran tetapi unity juga meliputi keseluruhan organ tubuk. Gejala-gejala fisik, misalnya kelemahan itu berbicara tentang tujuan individu yang oleh adler dinamakan logat organ ( organ dialect ) atau bahasa organ ( organ jargon ) •
Kesadaran dan tak sadar
Unitas kepribadian juga terjadi antara kesadaran dan tak sadar. Menurut adler, tingkah laku tak sadar adalah bagian dari tujuan final yng belum diformulasi dan belum difahami secar jelsas. Adler menolak
dikotomi antara kesadaran dan tak sadar yang dianggapnya sebagai bagian yang bekerja sama dalam sistim yang unifi. Fikiran sadar adalah apa saja yang difahami dan diterima individu dapat membantu perjuangan menjadi sukses. Diri yang Kreatif Diri yang kreatif adalah penggerak utama, pegangan filsafat, sebab pertama bagi semua tingkah laku. Sukarnya menjelaskan soal ini ialah karena kita tak dapat menyaksikanya secara langsung akan tetapi hanya dapat menyaksikan lewat manifestasinya. Inilah yang mengantarai pernagsang yang dihadapi individu dengan respon yang dilakukanya. Diri yang kreatif adalah yang member arti kepada hidup; yang menetapkan tujuan serta membuat alat untuk mencapainya Kekuatan kreatif self Adler berpendapat, setiap orang memiliki kekuatan untuk bebas menciptakan gaya hidupnya sendiri sendiri. Manusia itu sendiri yang bertanggung jawab tentang siapa dirinya dan bagaimana dia bertingkah laku. Manusia mempunyai kekuatan kreatif untuk mengontrol kehidupan dirinya, bertanggung jawab mengenai tujuaan finalnya, menentukan cara memperjuangkan mencapai tujuan itu, dan menyumbang pengembangan minat sosial. kekuatan kreatif itu memebuat setiap manusia menjadi manusia bebas bergerak menuju tujuan yang terarah. Perkembanagan abnormal Faktor eksternal dalam salah suai •
Cacat fisik yang buruk
Cacat yang sangat buruk, apakah dibawa dari lahir atau akibat kecelakaan/ penyakit, tidak cukup untuk membuat salah suai. Cacat itu harus diikuti dengan perasaan infriorita yang berlebihan. Perasaan subyektif ini mungkin didorong oleh cacat tubuh, tetapi perasaan itu sesungguhnya hasil atau ciptaan self kreatif •
Gaya hidup manja ( pampered )
Gaya hidup manja menjadi sumber utama penyebab sebagian besar neurosis. Anak yang dimanja mempunyai minat sosial yang kecil dan tingkat aktifitas yang rendah. Mereka menikmati pemanjaan itu, berkeinginan kuat tetap dimanja, mengembangkan hubungan parasit dengan ibunya ke orang lain. Mereka mengharap orang lain memperhatikan dirinya melindunginya dan memuaskan semua keinginanya yang mementingkan diri sendiri. ciri yang lain, sangat mudah putus asa, selalu ragu, sangat sensitif, tak sabaran, emosional khususnya dalam hal kecemasan. Mereka menganggap orang lain itu ada untuk melayani dirinya mengharap orang lain memanjakanya seperti yang dilakukan
ibunya. mereka melihat dunia dengan kacamata pribadi, dan yakin bahwa mereka ditakdirkan menjadi nomer satu. •
Gaya hidup diabaikan
Anak yang merasa tidak dicintai dan tidak dikehendaki, akan mengembangkan gaya hidup diabaikan. diabaikan merupakan konsep yang relatif; tidak ada orang yang merasa mutlak diabaikan atau mutlak tidak dikehendaki. Kenyatan bahwa anak selamat melewati masa bayi adalah bukti ada seseorang yang merawatnya, itu berarti ada bibit minat sosial di dalam jiwanya. •
Kecendurangan pengamana ( safeguarding )
Semua penderita neurotik menciptakan pengaman terhadap harga dirinya. Gejala itu berperan sebagai kecenderungan pengamanan,
memproteksi inflasi image diri dan mempertahankan
gaya hidup
neurotik. konsep kecenderungan pengamanan mirip konsep mekanisme pertahanan dari freud. keduanaya adalah simptom yang dibentuk sebagai proteksi terhadap self atau ego. Namau ada berapa perbedaan antara keduanya. Pertama, mekanaisme pertahanan melindungi ego dari kecemasan instingtif, sedang kecenderungan pengamanan melindungi self dari tuntutan luar. Kedua, mekanisme pertahanan merupakan gejala umum yamg dilakukan semua orang, sedang kecenderungan pengamanan mereupakan salah satu simptom neurotik, walapun mungkin setiap orang ( normal atau abnormal ) memakai kecenderungan itu untuk mempertahankan harga diri. Ketiga, mekanisme pertahanan
beroperasi pada tingkat tak sadar sedang kecenderungan pengamanan bekerja pada
tingkat sadar dan tak sadar. •
Sesalan (excuses)
1.
Pada sesalan “ya, tetapi” orang pertama menyatakan apa yang sesungguhnya mereka senang
mengerjakanya - sesuatau terdengar bagus untuk orang lain - kemudian diikiuti dengan pernyataan sesalan. Seseorng wanita mungkin mengatakan “saya sesungguhnya senang kuliah, tetapi anak saya membutuhkan terlalu banyak perhatian saya.” seorang pemimpin mengatakan “saya setuju dengan proposal anda tetapi kebijakan perusahaan tidak mengijinkan.” sesalan yes-but dipakai untuk mengurangi bahaya harga diri yang jatuh karena melakukan hal yang berbeda dengan orang lain. 2.
Sesalan “sesungguhnya kalau” dinyatakan dengan cara berbeda. “sesungguhnya kalau istri
saya lebih banyak memberi dukungan saya mungkin bisa maju lebih cepat dalam profesi saya.” “sesungguhnya kalau saya tidak memiliki hambatan fisik, sukses kerja saya akan lebih sempurna.” sesalaan if-only ini melindungi perasaaan lemah dari harga diri dan menipu orang lain untuk percaya bahwa mereka sesungguhnya lebih seperior dari kenyataan yang ada sekarang,
•
Agresi
1.
Merendahkan (depreciation) adalah kecenderungan manilai rendah prestasi orang lain dan
menilai tinggi prestasi diri sendiri. kecendrungan pengamanan ini ada pada tingkahlaku agresi sprti sadisme, gosip, kecemburuan, dan tidak toleran. maksud dibalik depresiasi adalah untuk mengecilkan orang lain sehingga kalau dibandingkan penderita akan menjadi lebih baik. 2.
Menuduh (accusation), adalah kecenderungan menyalahkan orang lain atas kegagalan yang
dilakukanya sendiri, dan kecendrungan untuk mencari pembalasan dendam, sehingga mengamankan kelemahan harga dirinya. semua neurotik menunjukan gejala akusasi. Penderita narotik sering bertingkah laku yang membuat lingkunganya menderita lebih dari dirinya. 3.
Menuduh diri sendiri (self-accusation), ditandai oleh menyika diri dan perasaan berdosa,
menyiksa diri terjadi pada penderita masokisme, depresi dan bunuh diri, yang maknanya mengamankan agar kekuatan neurotik tidak menyakiti orang lain yang dekat dengan penderita. akusasi diri dapat dipandang sebagai kebalikan dari depresi walapaun keduanya sama-sama mengarah pada superioita personal, dalam depresi penderita neurotik mengecilkan orang lain agar diri tampil bagus kalau dibndingkan. Dalam akusasi diri penderita neurotik menilai rendah dengan tujuan membebankan penderitaan orang lain kepada dirinya untuk melindungi harga dirinya. Adler’s typology of personality Adler mengembangkan teori mengenai tipe kepribadian berdasakan derajat minat sosial dan aktivitas yang dimiliki seseorang, hal yang terpenting bagi Adler bukanlah bagaimana seseorang mengatasi perasaan inferioritasnya, melainkan sejauhmana seseorang mengembangkan gaya hidup yang konstruktif dibandingkan yang destruktif. Sejauhmana empati dan minat sosial dari masing-masing tipe. Kapasitas untuk berempati merupakan hal yang penting dalam kehidupan. Berikut adalah 4 tipe berdasarkan tipologi ini: 1. The Rulling-dominant Type: asertif, agresif fdan aktif. Ia memanipulasi dan menghadapi situasi kehidupan dan orang-orang didalamnya, tingkat aktivitasnya tinggi tetapi dikombinasikan denan minat sosial yang minimal. Aktivitas yang dilakukan dapat mengarah pada perilaku antisosial. 2. The Getting-Leaning Type: mengharapkan orang lain memenuhi kebutuhannya dan mendukung minatnya, bergantung pada orang lain. Merupakan kombinasi antara minat sosial yang rendah dan tingkat aktivitas yang rendah. 3. The Avoidant Type: menarik diri dari permasalahan. Menghadapi suatu tugas dengan cara menghindar. Memiliki minat sosail yang rendah dan tingkat aktivitas yang sangat rendah.
4. The Society Useful Type: Merupakan tipe yang paling sehat. Memiliki penilaian yang realistik atas masalah yang dihadapi. Memiliki orientasi sosial dan bekerjasama dengan orang lain untuk mengahadapi tugas kehidupan. Merupakan kombinasi antara tingat aktivitas dan minat sosial yang tinggi. Neurotic Safeguarding Strategies Semua orang neurotik menciptakan pengamanan atas harga dirinya, seperti defense mechanism menurut Freud. Pengamanan tersebut merupakan perlindungan terhadap self atau ego dari pengaruh luar, biasanya interpersonal, ancaman. Terdapat 3 strategi pengamanan, yaitu: 1. Excuses atau strategi rasionalisasi Seseorang mencoba untuk membebaskan dirinya dari tuntutan umum kehidupan dengan cara menekankan pada simtom neurotiknya, simtom neurotik digunakan sebagai alasan untuk melarikan diri dari tuntutan kehidupan sehingga tidak menunjukkan yang terbaik. Seseorang merasa aman karena adanya kebebasan untuk tidak melakukan yang terbaik dari tuntutannya yang kurang terhadap perkembangan diri. 2. Aggresive Strategies a. Depreciation: kecenderungan merendahkan orang lain sehingga orang tersebut tidak terlihat superior sebagai ancaman, melebihkan penilaian diri dalam hubungannya dengan orang lain. Strategi untuk mencapai superior dengan membuat orang lain merasa inferior. b. Accusation: perasaan tidak disadari yang menyalahkan orang lain atas perasaan inferior dan frustasi yang dialami. Mengarah pada ekspresi langsung kemarahan c. Self-accusation: menyalahkan diri sendiri atas ketidakberuntungan yang dialami. Hal itu dilakukan dengan cara yang dapat menarik perhatian, simpati atau bantuan dari orang lain. 3. Distancing Strategies Melindungi harga diri dengan membatasi keterlibatan dalam kehidupan dan menghindari tantangan yang memungkinkan adanya resiko kegagalan. a. Moving backward: adanya konflik mendasar dimana seseorang menginginkan kesuksesan dan menghindari kegagalan. Pada akhirnya orang tersebut memiliki motivasi untuk tidak melakukan apapun atau kembali pada tahap perkembangan yang kurang mencerminkan kecemasan.
b. Standing Still: seseorang tidak melakukan apapun dalam taraf yang lebih dramatis. Ia menolak tanggung jawab yang memungkinkan adanya evaluasi. Melindungi diri dari kegagalan dengan tidak melakukan apapun. c. Hesitation: secara tidak sadar menciptakan kesulitan pada diri dan juga menciptakan cara untuk tidak mengatasinya sehingga menjadi simtom neurotik. Mengulur waktu sehingga masalah tidak perlu lagi dihadapi. d. Construction of obstacles: bentuk pengecualian karena seseorang melihat masalah yang mungkin dapat mencegahnya untuk menunjukkan usaha yang lebih besar sehingga dapat melindungi harga dirinya. Faulty Life-styles Gaya hidup yang maladaptif merupakan hasil dari tiga kondisi, yaitu cacat fisik, gaya hidup dimanja dan gaya hidup diabaikan. Anak dengan cacat fisik cenderung memilki perasaan tidak adekuat dalam memenuhi tugas dalam hidupnya. Pengertian dari orangtua dapat membantu anaknya untuk mengembangkan kekuatan untuk mengkompensasikan kelemahannya itu. Anak yang dimanja gagal untuk mengembangkan minat sosial dan memenuhi harapan sosial. Ia memiliki kebutuhan untuk menerima tanpa memberi, anak akan sedikit atau tidak melakukan sesuatu untuk orang lain dan memanipulasi orang lain untk memuaskan kebutuhannya. Sedangkan anak yang diabaikan dapat menjadi musuh di lingkungannya dan didominasi oleh kebutuhan untuk balas dendam. Penelitian Khas Adler mengenai Urutan Kelahiran Sejalan dengan perhatian Adler terhadap penentu sosial kepribadian, ia mengamati bahwa kepribadian anak sulung, anak tengah, dan anak bungsu dalam satu keluarga akan berlainan. 1. Anak Pertama Menurut Adler, anak pertama memiliki posisi yang unik, yaitu sebagai anak satu-satunya pada suatu waktu, dan kemudian mengalami pergeseran status ketika anak kedua lahir. Anak pertama awalnya mendapatkan perhatian utuh sampai terbagi saat adiknya lahir. Peristiwa tersebut mengubah situasi dan pandangan anak pertama terhadap dunia. Bila anak pertama berusia lebih tua 3 tahun atau lebih ketika memiliki adik, maka biasanya akan merasa permusuhan dan kebencian terhadap adiknya. 2. Anak Tengah Ciri anak tengah adalah ambisius. Ia selalu berusaha melebihi kakaknya dan cenderung memberontak atau iri hati. Tetapi pada umumnya ia dapat menyesuaikan diri dengan lebih baik. 3. Anak Bungsu
Anak bungsu adalah anak yang dimanjakan. Sama seperti anak sulung, kemungkinan ia akan menjadi anak yang bermasalah dan menjadi orang dewasa yang neurotik dan tidak mampu menyesuaikan diri. 4. Anak Kedua Sifat anak ini selalunya lebih agresif berbanding dengan anak sulong. Dia selalu dibantu dalam banyak perkara dan sentiasa ada penyokong di belakang kejayaannya –sama ada ibu, bapa atau kakak atau abangnya. Dia turut mempunyai daya saing yang lebih tinggi dan sering kali berlumba- lumba untuk menjadi yang lebih baik daipada adik- beradiknya yang lain. Anak kedua boleh menjadi seorang yang degil atau cuba dilihat menyerlah daripada orang lain dalam apa- apa perkara. 5. Anak Kembar Salah satu daripada pasangan kembar ini akan bersifat lebih agresif, cerdas, dan aktif. Maka, ibu bapa mereka cenderung melihat salah seorang daripada mereka adalah kakak atau abang kepada yang satu lagi. Anak kembar boleh mengalami masalah ketidaktentuan identiti. Pasangan kembar yang lebih menyerlah akan menjadi ketua dan model kepada pasangannya yang lebih lemah dan pasif.
Aplikasi Teori Alfred Adler Teori Adler diaplikasikan dalam keadaan keluarga dan psikoterapi. Aplikasinya disesuaikan dengan tujuan utama dari teori ini. 1. Keadaan Keluarga Adler mengembangkan teori urutan lahir, didasarkan pada keyakinannya bahwa keturunan, lingkungan, dan kreatifitas lingkungan bergabung membentuk kepribadian. Dalam sebuah keluarga, setiap anak lahir dengan unsur genetik yang berbeda, masuk ke dalam setting sosial yang berbeda, dan anak-anak itu menginterpretasi situasi dengan cara yang berbeda. Karena itu, penting untuk melihat urutan kelahiran (anak pertama, kedua, dan seterusnya), dan perbedaan cara orang menginterpretasi pengalamannya (Alwisol, 2004). Dalam konsep ini, Adler mengungkapkan bahwa urutan kelahiran anak mempengaruhi pemberian perhatian orang tua terhadap anaknya. Sebagai contoh, anak sulung akan mendapatkan perhatian yang utuh dari orang tuanya hingga perhatian itu terbagi ketika dia memiliki adik. Dengan kehadiran sang adik, maka anak sulung mengalami suatu gejala traumatis akibat „turun tahta‟. Dari hal ini, anak sulung mengalami perubahan situasi yang mewajibkannnya untuk berbagi dan menjadi orang tua kedua bagi sang adik. Anak sulung ini mungkin akan menjadi pribadi yang bertanggung jawab atau justru menjadi pribadi yang merasa tidak aman dan minim interes sosialnya. Hal ini dipengaruhi oleh faktor genetik, kesiapan menerima adik baru, dan interpretasi terhadap pengalamannya sendiri.
Sifat positif Memerhatikan
dan
Urutan kelahiran
Sifat negative
Anak Sulung
Penuh kecemasan yang berlebihan
melindungi orang lain Kebencian tidak sadar Pengorganisasi yang baik Memaksakan diri untuk diterima Harus
selalu
menjadi
“benar”
sementara yang lain selalu “keliru” Sangat kritis terhadap orang lain Tidak kooperatif Sangat termativasi
Anak Kedua
Kooperatif
Bersaing secara moderat Mudah putus asa
Sangat kompetitif Memiliki
ambisi
yang
Anak Bungsu
Gaya hidup manja
realistik Bergantung pada orang lain Ingin
sempurna
dalam
segala
yang
tidak
sesuatu Memiliki
ambisi
realistic Dewasa secara sosial
Anak Tunggal
Perasaan unggul yang berlebihan Perasaan kooperatif yang rendah Pemahaman diri yang dilebihlebihkan Gaya hidup manja
2. Psikoterapi Menurut Adler (dalam Alwisol, 2004), psikopatologi merupakan akibat dari kurangnya keberanian, perasaan inferior yang berlebihan, dan minat sosial yang kurang berkembang. Jadi, tujuan utama psikoterapi adalah meningkatkan keberanian, mengurangi perasaan inferior, dan mendorong berkembangnya minat sosial. Adler yakin bahwa siapa pun dapat mengerjakan apa saja. Keturunan memang sering membatasi kemampuan seseorang, dalam hal ini sesungguhnya yang penting bukan kemampuan, tetapi bagaimana orang memakai kemampuan itu. Melalui humor dan kehangatan, Adler berusaha meningkatkan keberanian, harga diri, dan social interest klien. Menurutnya, sikap hangat dan melayani dari terapis mendorong klien untuk mengembangkan minat sosial di tiga masalah kehidupan; cinta atau sekual, persahabatan, dan pekerjaan. 3. Mmpi-mimpi Menurut Adler mimpi menipu diri sendiri (self deception) dan tidak bisa mudah dipahami bahkan oleh
pemimpi
sendiri. Mimpi
menyamar
untuk bias
membohongi
pemimpi,
membuat
penginterpretasian oleh diri sendiri (self-interprettation) tidak mudah. Semakin tujuan individu tidak konsisten dengan realitas , semakin banyak mimpi digunakan menipu si pemimpi. 4. Rekoleksi- Rekoleksi Awal Meskipun Adler percaya bahwa memori-memori yang diingat kembali dapat memberinya petunjuk untuk memahami gaya hidup pasien, namun tidak menganggap memori –memori ini penyebab gaya hidup tersebut. Karena pengalaman yang diingat kembali bisa berkaitan dengan realitas objektif, atau hanya fantasi belaka yang tidak begitu penting. Manusia merekonstruksi ulang peristiwa-peristiwa untuk membuat mereka tetap konsisten dengan suatu tema atau pola yang terus dijalaninya di sepanjang hidup mereka. Adler menekankan pada rekoleksi-rekoleksi awal selalu konsisten dengan gaya hidup sekarang dan bahwa pemahaman subjektif mereka terhadap pengalaman-pengalaman ini menghasilkan sejumlah petunjuk untuk memahami tujuan akhir maupun gaya hidup mereka saat ini. Adler percaya bahwa pasien dengan tingkat kecemasan tinggi akan sering memproyeksikan gaya hidup mereka saat ini ke dalam memori pengalaman kanak-kanak mereka tentang peristiwa yang menakutkan dan menimbulkan kecemasan. Sebaliknya orang yang penuh percaya diri cenderung mengingat memori yang berisi hubungan-hubungan menyenangkan dengan orang lain. Dikeduanya, pengalaman awal tidak menentukan gaya hidup. Tapi sebaliknyalah yang benar yaitu rekoleksirekoleksi pengalaman awal malah dibentuk oleh gaya hidup saat ini.
Psikopatologi Penyakit Jiwa adalah penyakit yang berasal dari dalam diri manusia itu sendiri yang mengakibatkan terganggunya sistem syaraf,sehinga mengakibatkan gerak gerik dari pada manusia tersebut menjadi tidak terkontrol atau tidak normal. Dalam uraian pengertian gangguan jiwa ada beberapa pendapat dari para ahli psikologi. Diantaranya salah satu definisi gangguan jiwa dikemukakan oleh Frederick H. Kanfer dan Arnold P. Goldstein. Menurut kedua ahli tersebut gangguan jiwa adalah kesulitan yang harus dihadapi oleh seseorang karena hubungannya dengan orang lain, kesulitan karena persepsinya tentang kehidupan dan sikapnya terhadap dirinya sendiri. Penyebab ganguan kejiwaan itu bermacam-macam. Ada yang bersumber dari hubungan dengan orang lain yang tidak memuaskan (seperti diperlakukan tidak adil, diperlakukan semena-mena, cinta tidak terbatas), kehilangan seseorang yang dicintai,kehilangan pekerjaan dan lain-lain. Selain itu ada pula ganggan jiwa yang disebabkan oleh faktor organik, kelainan sistem syaraf dan gangguan pada otak. Para ahli psikologi berbeda pendapat tentang sebab-sebab terjadinya gangguan jiwa. Alfred Adler mengungkapkan bahwa terjadinya gangguan jiwa disebabkan oleh tekanan dari perasaan rendah diri (inferiority complex) yang berlebih-lebihan. Sebab-sebab timbulnya rendah diri adalah kegagalan didalam mencapai superioritas di dalam hidup. Kegagalan yang terus-menerus ini akan menyebabkan kecemasan dan ketegangan emosi. Perasaan rendah, rendah diri, keunggulan kompleks, kompensasi, gaya hidup, tujuan-diarahkan, konstelasi keluarga, fiksi finalism, hubungan antara tubuh, pikiran, dan semangat, dan psikiatri sebagai ilmu hubungan interpersonal, merupakan ide yang dikembangkan oleh Alfred Adler. These ideas and theories were developed from 1907 when his first book was written until his death in 1937. Ide dan teori-teori ini dikembangkan dari 1907 ketika buku yang pertama ditulis sampai kematiannya pada 1937. Dari pemahaman tentang organ rendah(organ inferiority), Adler mulai melihat setiap individu memiliki kelemahan. Adler wrote, “to be a human being means to feel oneself inferior. The child comes into the world as a helpless little creature surrounded by powerful adults. A child is motivated by his feelings of inferiority to strive for greater things. When he has reached one level of development, he began to feel inferior once more and the striving for something better begins again which is the great diving force of mankind.” Adler menulis, “Untuk menjadi manusia berarti merasa rendah diri. Anak datang ke dalam dunia sebagai makhluk lemah, sedikit kuat karena dikelilingi oleh orang dewasa. Seorang anak yang didorong oleh-Nya untuk berusaha melakukan hal-hal yang lebih
besar. Ketika ia telah mencapai satu tingkat perkembangan, ia mulai merasa rendah sekali lagi dan berjuang untuk sesuatu yang lebih baik lagi yang dimodali dengan kekuatan manusia itu sendiri. ” Every person has inferiority feelings whether he will or can admit it. Pokok permasalahannya adalah setiap orang mempunyai perasaan rendah diri, apakah ia dapat membuangnya atau tidak. Adler says that since the feeling of inferiority is regarded as a sign of weakness and as something shameful, there is naturally a strong tendency to conceal it. Adler mengatakan bahwa sejak rasa rendah dianggap sebagai tanda kelemahan dan sebagai sesuatu yang memalukan, ada kecenderungan alamiah yang kuat untuk menyembunyikan itu. Indeed, the effort of concealment may be so great that the person himself ceases to be aware of his inferiority as such, being wholly preoccupied with the consequences of the feeling and with all the objective details that subserve its concealment. Sesungguhnya, upaya perahasiaan menjadi besar ketika kita terlalu sibuk memikirkan konsekuensi dan tujuan setiap usaha dengan semua rinciannya yang membantu proses perahasiaan. So effectively may an individual train his whole mentality for this task that the entire current of his psychic life flows ceaselessly form below to above, that is, from feeling of inferiority to that of superiority, occurs automatically and escapes his own notice. Hal ini tidak mengherankan jika kita sering menerima balasan negatif ketika kita menanyai orang apakah dia merasa rendah diri. It is better not to the press the point, but to observe his psychological movements, in which the attitude and individual goal can always be discerned. Lebih baik tidak menanyai langsung ke pokok permasalahan seperti itu, tetapi cukup dengan mengamati gerakan psikologisnya, di mana sikap dan individu dapat selalu menjadi tujuan utama pengamatan. Both healthy individual and the neurotic individual cope with their feeling of inferiority by compensatory action through gaining power to overcome the sense of weakness. Tindakan mendapatkan kekuasaan dilakukan untuk menanggulangi rasa rendah diri.These aggressive reactions often lead to considerable success in terms of recognized achievement in some area of life; some accomplishment of power over others. Reaksi agresif ini sering mengakibatkan banyak keberhasilan dalam hal pencapaian dalam beberapa bidang kehidupan, melalui tindakan penguasaan diri atas orang lain. The healthy individual will strive to overcome his inferiority feelings through involvement with society. Individu yang sehat akan berusaha untuk mengatasi perasaan rendah dirinya melalui keterlibatan dengan masyarakat. He is concerned about the welfare of others as well as himself. Dia khawatir tentang kesejahteraan orang lain serta dirinya sendiri. He develops good feelings of selfworth and self-assurance. Dia mengembangkan baik perasaan diri sendiri dan hal-hal yang menjamin perasaan itu, yaitu orang lain. Efek negatif dari usaha memperoleh superiorotas yang berlebihan adalah timbul egoisme dalam rangka untuk mendominasi, menolak untuk bekerja sama, atau ia mungkin ingin mengambil dan tidak member. Satu hal yang penting adalah rasa rendah diri(inferiority) bisa diekpresikan dalam bermacam-macam bentuk, selain berkuasa. Cara pengekpresian biasanya tergantung pada gaya hidup seseorang.
Modal utama Psikiater dalam mengobati atau proses konseling adalah dengan memahami secara mendalam masalah inferioritas(rendah diri), kompensasi (usaha menutupi kelemahan), dan usaha untuk memperoleh superioritas. Konseling atau pengobatan penyakit jiwa disesuaikan dengan tingkat keparahan penyakit jiwa yang diderita pasien. Pada dasarnya konseling/pengobatan dilakukan dalam dua hal, yaitu pemberian sugesti sehingga mengerti tentang permasalahan sebenarnya dan dalam bentuk perbuatan/ memberikan perlakuan tertentu pada pasien. Sugesti/pengertian berupa; jangan menganggap diri terlalu super dengan menyadari keterbatasan. Banyak hal dalam kehidupan ini tidak dapat dimengerti dan bersedia menerima kenyataan tersebut karena keterbatasan kita. Berpikir positif berarti menerima kenyataan, kita menyadari keterbatasan berarti menerima dan tidak kecewa dengan
segala konsekuensi atas keterbatasan tersebut.
Diusahakan dalam melakukan segala sesuatu terfokus, dalam arti menentukan secara tegas tujuan yang ingin dicapai lalu konsentrasikan segenap tenaga dan pikiran untuk mencapainya. Memupuk sosialitas atau kesosialan dengan melatih berbuat suatu kebaikan untuk orang lain. Jika anda terlalu sibuk dengan diri sendiri tau terlibat dalam kesulitan-kesulitan sendiri, cobalah berbuat sesuatu demi kebaikan dan kebahagiaan orang lain. Hal ini akan menumbuhkan rasa harga diri, rasa berpartisipasi dalam masyarakat dan bisa memberikan arti atau suatu nilai individu kepada kita. Juga memberikan rasa kepuasan dan kemudahan, karena kita merasa berguna. Perbuatan tadi akan membawa kita kepada penelitian diri sendiri, distansi diri dan instropeksi. Rasa tersebut akan lebih cepat mengeluarkan kita dari ganguan batin, egosentrisme, serta ketegangan. Semua itu akan menimbulkan rasa kehangatan, rasa simpati dan rasa kasih saying pada sesame manusia dan akan memupuk kesehatan jiwa maupun raga.
Kepribadian Sehat Untuk menjelaskan tentang kepribadian individu, terdapat beberapa teori kepribadian yang sudah banyak dikenal, diantaranya : teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud, teori Analitik dari Carl Gustav Jung, teori Sosial Psikologis dari Adler, Fromm, Horney dan Sullivan, teori Personologi dari Murray, teori Medan dari Kurt Lewin, teori Psikologi Individual dari Allport, teori Stimulus-Respons dari Throndike, Hull, Watson, teori The Self dari Carl Rogers dan sebagainya. Sementara itu, Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang di dalamnya mencakup :
Karakter; yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
Temperamen; yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen
Stabilitas emosi; yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih, atau putus asa
Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima resiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima resiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari resiko yang dihadapi.
Sosiabilitas; yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti : sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
Setiap individu memiliki ciri-ciri kepribadian tersendiri, mulai dari yang menunjukkan kepribadian yang sehat atau justru yang tidak sehat. Dalam hal ini, Elizabeth (Syamsu Yusuf, 2003) mengemukakan ciri-ciri kepribadian yang sehat dan tidak sehat, sebagai berikut : Kepribadian yang sehat :
Mampu menilai diri sendiri secara realisitik; mampu menilai diri apa adanya tentang kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.
Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau menerima secara wajar, tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.
Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat menilai keberhasilan yang diperolehnya dan meraksinya secara rasional, tidak menjadi sombong, angkuh atau mengalami superiority complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup. Jika mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustrasi, tetapi dengan sikap optimistik.
Menerima tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.
Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir, dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya.
Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi situasi frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau konstruktif , tidak destruktif (merusak)
Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas dan kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar, dan berupaya mencapai tujuan dengan cara mengembangkan kepribadian (wawasan), pengetahuan dan keterampilan.
Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang lain, memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam
berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya, merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya.
Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari keyakinan agama yang dianutnya.
Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh faktor-faktor achievement (prestasi) acceptance (penerimaan), dan affection (kasih sayang)
Kepribadian yang tidak sehat :
Mudah marah (tersinggung)
Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan
Sering merasa tertekan (stress atau depresi)
Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau terhadap binatang
Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum
Kebiasaan berbohong
Hiperaktif
Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas
Senang mengkritik/ mencemooh orang lain
Sulit tidur
Kurang memiliki rasa tanggung jawab
Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang bersifat organis)
Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama
Pesimis dalam menghadapi kehidupan
Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan
Kritik Terhadap Adler Teori Adler, seperti Freud menghasilkan banyak konsep yang tidak mudah diverifikasi maupun difalsifikasikan. Fungsi lain teori yang berdaya guna adalah membangkitkan riset, dan mengenai criteria ini, teori Adler berada pada tingkat di atas rata-rata. Banyak riset yang tertarik pada psikologi individu sudah meneliti rekoleksi-rekoleksi awal, kepedulian social, dan gaya hidup.
Konsep daya kreatif memang sangat menarik. Mungkin banyak orang percaya bahwa mereka memang disusun dari sesuatu yang lebuh dari sekedar unteraksi hereditas dan lingkungan. Banyak orang secara intuitif merasa bahwa mereka memiliki beberapa unsure dalam jiwa mereka (jiwa, ego, diri, daya kreatif). •
Kehidupan jiwa di anggap terlampau sederhana
•
Arti dasar dan keturunan dipandang sangat kecil, dan pengaruh lingkungan di nilai berlebihan.
Konsep Kemanusian/Kesimpulan Adler percaya bahwa pada dasarnya manusia adalah penentu dirinya sendiri (self determined) dan bahwa mereka membentuk kepribadian dari makna yang mereka berikan kepada pengalamanpengalaman mereka. Material bangunan kepribadian ini disediakan oleh hereditas dan lingkungan, namun daya kreatif membentuk material iini dan menjadikannya berguna. Adler sering menekankan bahwa kegunaan yang dibangun dari kemampuan-kemampuan diri sendiri lebih penting daripada jumlah kemampuan itu. Hereditas memberkati manusia dengan kemampuan tertentu dan lingkungan memberi beberapa kesempatan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut namun, pada akhirnya manusia itu sendiri yang harus bertanggung jawab dengan penggunaan kemampuankemampuan tersebut. Manusia bergerak maju, dimotivasikan oleh tujuan di depan lebih daripada insting-insting bawaan atau daya-daya kausal. Tujuan-tujuan masa depan ini sering kali ketat dan tidak realistic namun, kebebasan pribadi manusia mengizinkan mereka membentuk ulang tujuan-tujuan mereka, dan karenanya mengubah hidup mereka. Manusia menciptakan kepribadiannya dan sanggup mengubah kepribadiannya tersebut. Manusia menciptakan kepribadiannya sendiri dan sanggup merubah kepribadian tersebut dengan mempelajari sikap-sikap baru. Sikap-sikap ini menjadi pedoman bagi pemahaman bahwa perubahan bisa terjadi, bahwa tak seorang pun atau kondisi apapun bertanggun jawab bagi “siapa dirinya” dan bahwa tujuan-tujuan pribadi harus disubordinasikan pada kepedulian social. Adler paercaya bahwa pada akhirnya manusia bertanggung jawab atas kepribadian mereka sendiri. Daya kreatif manusia sanggup mentranformasi perasaan-perasaan tidak tepat menjadi kepedulian social maupun tujuan keunggulan pribadi yang berpusat pada diri sendiri. Kemampuan ini berarti manusia tetap bebas untuk memilih antara sehat secara psikologis atau neurotisisme. Adler menganggap pembatasan pada diri sendiri sebagai patologi sedangkan kepedulian social yang kuat sebagai standar kedewasaan psikologis. Manusia yang sehat memiliki tingkat kepedulian sosial tinggi namun, di sepanjang hidup, manusia masih tetap bebas untuk menerima atau menolak normalitas dan menjadi apa yang diinginkan.