Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006
ANTISIPASI SERANGAN HAMA TIKUS MELALUI PEMANGKASAN TANAMAN PADI PADA FASE VEGETATIF SLAMET Balai Pengkqjian Teknologi Pertanian Jawa Tengah
RINGKASAN Padi merupakan komoditas yang masih perlu mendapatkan prioritas penanganan, khususnya dalam hal teknologi perlindungan hama dan penyakit . Walaupun beberapa teknologi telah di sebar luaskan, baik secara langsung maupun tidak langsung seperti buku-buku petunjuk, media masa dan elektronik, namun demikian kadang-kadang belum teradopsi oleh pengguna karena suatu keterbatasan . Sebaliknya justru sering berkembang suatu teknologi yang merupakan kreativitas mandiri (indegenous technology) yang sudah terbukti cukup efektif untuk diterapkan oleh petani . Teknologi semacam ini bisa digunakan sebagai salah satu altematif teknologi yang bisa disebarluaskan kepada petani lain . Studi pengamatan sekilas telah dilakukan di Desa Lanjan, Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang pada hamparan persawahan sekitar 10-15 hektar. Teknologi kreativitas mengalami kegagalan panen oleh serangan hama tikus dan beberapa penyakit lainnya didukung dengan minimnya informasi yang sampai kepada petani . Bermula dari keadaan tersebut, petani berpikir untuk mengendalikan tikus dengan cara membuat suasana pertanaman padi menjadi lebih terang . Cara tersebut akhirnya diwujudkan dengan melakukan pemangkasan tanaman pada masa vegetatif (35-40 HST) dimana biasanya tikus mulai menyarang . Dengan demikian diharapkan tikus-tikus akan pergi pada saat pernangkasan dan ini terbukti berhasil . Pemangkasan tanaman dilakukan dengan cara memotong bagian atas tanaman sekitar 40% dari tinggi tanaman, dan disisakan 60% dari tinggi tanaman . Beberapa keadaan yang apabila jenis tanaman padi yang ditanam tidak tahan rebah, penggunaan pupuk N tinggi dan tidak diimbangi dengan pupuk yang lain, merupakan daerah endemis tikus atau pada hamparan tanaman padi tidak serempak . Beberapa keuntungan yang telah diyakini oleh petani antara lain adalah metode dapat digunakan untuk mengantisipasi serangan tikus, timbulnya penyakit Blast, dan mengantisipasi sawah petani yang dilakukan pemangkasan pada saat diyakini akan ada serangan tikus terbukti bisa berproduksi lebih baik dibandingkan hamparan sawah yang tidak dilakukan pemangkasan . Namun demikian beberapa isu tersebut perlu dibuktikan dalam bentuk kajian ilmiah, agar bisa didesiminasikan ke tempat lain . Berdasarkan ungkapan dari petani, teknik pemangkasan ini juga memiliki resiko menurunkan hasil apabila waktu pemangkasan telah kelewat waktu atau pernangkasan telah mendapatkan sentudhan maupun koreksi, fakta penerapan metode ini telah berkembang dan berjalan dalam kurun waktu puluhan tahun di Kecamatan Sumowono . Kata kunci : Serangan hama tikus, padi, pemangkasan
PENDAHULUAN Tanaman-tanaman yang diusahakan petani senantiasa terancam oleh bahaya serangan berbagai macam hama dan penyakit . Salah satu hama yang menyerang tanaman yang diusahakan petani tersebut adalah tikus . Tikus merupakan hama utama tanaman padi di Indonesia . Produksi pertanian, khususnya tanaman padi harus dinaikan untuk mengimbangi kenaikan yang diakibatkan oleh kebutuhan bertambahnya jumlah penduduk . Kehilangan produksi akihat serangan hama tikus umumnya setiap tahun berada paling atas dibandingkan hama-hama lain . Terjadinya serangan tikus secara besar-
418
besaran di suatu daerah nampaknya terulang dalam setiap kurun waktu tertentu, dan tidak mudah dirarnal sebelumnya . Hama tikus ini mempunyai mobilitas tinggi, mudah menyesuaikan diri terhadap lingkungan, termasuk binatang yang cepat berkembang biak . Maka usaha untuk memberantas tikus harus dilakukan secara dinamis, berkesinambungan dan secara terusnienerus . Pengendalian hama dan penyakit tanaman tidak langsung mempertinggi basil, melainkan membatasi kehilangan potensi basil yang diusahakan dengan penggunaan benih varietas unggul dan pupuk, perbaikan pengairan, pengolahan tanah, perneliharaan tanaman dan cara-cara bercocok tanam lainnya . Salah satu cara untuk mengurangi dampak kehilangan potensi basil tanaman
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
Tenut Teknis A'as,onal Tenaga Fungsional Pertanian 2006
padi yang diusahakan tersebut, petani melakukan pemangkasan tanaman padi pada usia produktif (umur 35-40 HST) pada areal persawahan diharapkan tikus akan pergi sendiri . Beberapa keuntungan lain yang diperoleh dari pernangkasan ini yaitu : mengantisipasi serangan organisme pengganggu tanaman lainnya, mengantisipasi timbulnya penyakit blast, mengantisipasi busuk pelepah daun bendera dan padi tahan rebah pada tanah yang kandungan unsurN tinggi . FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN HAMA TIKUS Intensitas atau tingkat kerusakan yang disebabkan oleh hama tikus dipengaruhi oleh : 1 . Faktor genetik Yaitu kemampuan berkembangbiak dari harna itu sendiri, yang tergantung dari a . Kecepatan berkembangbiak, yang dipenga-ruhi oleh : (1) keperidian, yaitu besarnya kemampuan untuk melahirkan keturunan baru, seekor tikus betina dapat melahirkan 4 kali dalam setahun dengan jumlah anak rata-rata 8 ekor/induk/sckali melahirkan dan (2) jangka waktu perkembangan, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk perkemba-ngan, sejak mulai dilahirkan sampai dapat berkembang biak (umur 2 bulan) . Pada keadaan baik sepasang tikus dalam satu tahun dapat berkembang menjadi 1270 ekor . b . Perbandingan kelamin (sex ratio) antara jantan dan betina, merupakan faktor penting dalam menentukan cepatnya kenaikan populasi, karena hama tikus berkembang biak melalui perkawinan . 2 . Faktor lingkungan Faktor lingkungan terdiri dari a. b. c.
fisik (suhu, cahaya dan Faktor kelembaban) Faktor makanan . Faktor hayati, yaitu kehidupan yang ada di lingkungan tern pat hidup harna tikus, dapat berupa binatang lain (predator/
Pusat Penclitian clan Pengembangan Peternakcm
d.
hewan pemangsa), bakteri, cendawan dan virus yang bisa menjadi parasit bagi tikus . Penyakit, merupakan interaksi antara inang, penyebab penyakit dan lingkungan .
ANTISIPASI SERANGAN HAMA TIKUS Hama tikus dapat dikelompokkan menjadi 2 berdasarkan habitatnya, yaitu yang membuat liang dan yang tidak membuat liang . Yang membuat liang adalah tikus werok (Bandicota indica), tikus pelabuhan (Rattus norvegitus), tikus sawah (Rattus-ratius argentiventer) dan tikus duri kecil (Muscaroli) . Kelompok yang tidak membuat liang yaitu : tikus belukar (Rattus tionmnaicus) dan tikus padang atau tikus agas (Rattus exulans) . Yang sering mendatangkan kerugian bagi para petani terutama adalah tikus sawah . Tikus sawah dihedakan dengan tikustikus lainnya oleh warna bulu punggung yang hitam di pangkal dan kuning di ujung, serta perutnya berwarna kelabu, sedangkan yang betina mempunyai bulu jingga pada pangkal telinga . Digolongkan sebagai hama karena merusak padi dengan mengerut hati pangkal batang muda, makan bunga dan buah padi . Tikus dapat merusak persemaian yang baru disebar atau yang sudah berumur 1-2 minggu . Tanaman padi yang sudah berumur kira-kira sebulan dapat diserangnya pula . Karena kenakalan dan kerakusannya, satu ekor tikus dapat merusak 100 batang padi dalam satu malam . Mengingat kerugian yang besar akibat serangan tikus, maka harus diberikan perhatian terhadap hama tikus ini, terutama dalam hal mengendalikan serangannya untuk mengurangi dampak kehilangan potensi basil tanaman padi yang diusahakan . Untuk berhasilnya pengendalian hama tikus, dianjurkan dengan menerapkan konsep Pengendalian Hama Terpadu, yang meliputi : a . Secara ekologi, yaitu penerapan rotasi tanaman, panen serentak dan sanitasi lingkungan . Non ekologi, yaitu penggunaan bahan kimia seperti pernasangan umpan beracun, fumigasi (dengan hembusan asap belerang) dan gropyokan .
419
Tenzu Teknis .Vasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006
c.
Dengan pengamatan untuk menentukan waktu pengendalian dini, meliputi pengamatan populasi pada saat bero, scrta pengamatan serangan dini dalam pertanaman untuk penetapan ambang pengendal ian . Namun di lapangan seringkali dijumpai banyak pertanaman padi yang tidak serempak, sehingga hama tikus akan mudah menyerang . Untuk itu diperlukan suatu metode baru yang bisa digunakan untuk mengendalikan hama tikus selain yang tersebut diatas . Metode tersebut sudah dilakukan di Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang pada hamparan persawahan sekitar 10-15 hektar, berupa pemangkasan tanaman padi pada usia produktif (35-40 1-IST) . Pemangkasan padi masa produktit' ini merupakan upaya mencari terobosan teknologi, walaupun teknik pemangkasan belum 'pernah mendapatkan koreksi yang serius dari petani di daerah lain . Fakta penerapan peniangkasan di Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang telah berjalan hingga puluhan tahun . Dari hasil pengamatan hamparan sawah petani yang dilakukan pemangksan, apa bila diyakini akan ada serangan tikus, terbukti bisa berproduksi lebih baik, dibandingkan hamparan sawah pemangkasan . yang tidak dilakukan Kreativitas mandiri itu muncul bermula dari pengalaman petani setempat yang dari waktu ke waktu sering kali mengalami kegagalan panen karena serangan hama tikus dan beberapa penyakit lainnya . Pemangkasan tanaman padi sawah pada masa produktif dilakukan karena ada beberapa faktor atau kendala dalam menentukan pola tanaman dan cara bercocok tanaman berdasarkan lahan . Namun tidak semuajenis atau varietas padi bisa dilakukan pemangkasan . Keadaan lain yang tidak baik untuk dilakukan pemangkasan yaitu : (1) jika lokasi atau lahan yang pengairannya kurang bagus, (2) lokasi atau lahan yang kandungan unsur haranya rendah . Keadaan yang bagus untuk dilakuakn pemangkasan tanaman padi pada usia produktif yaitu lokasi atau lahan rang endemis tikus .
420
Lokasi atau lahan yang kandungan unsur hara N sangat tinggi dan sisa pupuk kompos sangat banyak . Berikut ini adalah sistem budidaya tanaman padi yang hiasa dilakukan di Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang yaitu : a . Pengolahan Tanah Pengolahan tanah pada awal tanam antara pemakai tenaga traktor dan tenaga nabysia (dicangkul) selama ini sekitar 50% traktor dan 50 % cangkul, karena melihat medan yang terjal dengan ketinggian 50-100 m lebar olah dan petaakan 1,5-2 m maka dalam pemakaian tenaga olah tanah cukup bervariasi (sumber petani) . b . Benih Pemakaian benih yang bersrtifikat 50% dan benih adaptif 50% untuk jumlah kebutuhan benih masih memakai antara 2035 Kg/ha. c . Tanam Pemakaian bibit atau umur persemaian masih diatas 25 HSS pada saat penanaman dalam I tancap masih dominan lebih dari 5 batang, pemakaian garisan atau coplak 10% dan 90% tanaman abyakan . d . Pupuk Pemakaian pupuk pertama antara 014 HTS (TSP) dengan pemakaian TSP kurang lebih 70% dan 30% dalam pemakaian pupuk 2 jenis TSP & KCL, pupuk kandang hanya tergantung pada saat menanam sayuran . e. Penyiangan Penyiangan hampir dilakukan 100% dari 1-3 kali penyiangan dikarenakan sangat suburnya gulma . Selama ini daerah Sumowono dalam penyiangan masih dominan manual dengan alasan belum biasa memakai gasrok . f. Pemberantasan Hama Penyakit Pada saat pemberantasan hama penyakit, petani sangat memperhatikan sekali, namun efektifitas dalam pemakaian pestisida belum diperhatikan baik dalam jenis dan fungsinya .
Pusat Penelitian dan Pengennbangan Peternakan
Tennu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006
g.
Pemangkasan Tanaman Masa Produktif
Disaat tanaman dalam kondisi bagus (normal) tanaman umur 35-40 HST, maka sudah saatnya mulai dipangkas dengan prosentase 40% dipangkas, 60% disisakan . Bermula dari keadaan tersebut, petani berfikir bisa mengendalikan tikus dengan cara membuat suasana pertanaman padi menjadi lebih terang . Kecamatan Sumowono khususnya tidak termasuk penopang beras di Semarang, tetapi wilayah Kabupaten Kecamatan Sumowonolah yang sampai saat ini terus melakukan model pemangkasan tanaman padi masa produktif . Adapun jumlah desa atau kelurahan di Kecamatan Sumowono ada 16 desa dengan ketinggian 750-1000 m dpi untuk daerah potensi padi berada dalam ketinggian 750m dpl . Sistem pola tanam yaitu (1) padi, palawija, sayuran (50%), (2) Sayuran, padi, pal awija (50%) . Dari pengertian diatas dapat dilihat bahwa, sebenarnya petani telah melaksanakan sistem usaha tani berdasarkan pengetahuan dari pengalaman tingkat sumberdaya yang mereka miliki . Keuntungan yang diharapkan dari pemangkasan ini yaitu : tanaman berkurang dari serangan tikus, tanaman tidak mudah rebah, sangat cocok untuk daerah endemis tikus, sangat cocok untuk daerah tanaman tak serempak, nilai tambah makanan ternak (hasil pangkas) . Pemangkasan ini juga bisa mengakibatkan beberapa kerugian, misal : apabila dalam pemangkasan melebihi umur atau saat pemangkasan melebihi batas ambang mengenai titik tumbuh jelas akan mengurangi produksi dan ada tambah tenaga untuk memangkas . Semua tanpa didukung perawatan yang intensif akan mengurangi produksi . KESIMPULAN utama Tikus merupakan hama tanaman padi di Indonesia. Kehilangan produksi akihat serangan hama tikus umumnya setiap tahun berada paling atas dibandingkan hama0hama lain . Maka usaha untuk memberantas tikus harus dilakukan secara dinamis, berkesinambungan dan secara terus-menerus .
Pasat Penelitian dan Penge,nhangan Peternakan
Intensitas atau tingkat kerusakan yang disebabkan oleh hama tikus dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan . Tikus merupakan hama yang mudah berkembang biak, mempunyai mobilitas tinggi dan dapat mudah menyesuaikan dengan lingkungan . Untuk berhasilnya pengendalian hama tikus, dianjurkan dengan menerapkan konsep Pengendalian Hama Terpadu, yang meliputi : 1 . Secara ekologi, yaitu penerapan rotasi tanaman, panen serentak dan sanitasi lingkungan . 2 . Non ekologi, yaitu penggunaan bahan kimia seperti pemasangan umpan beracun, fumigasi (dengan hembusan asap belerang) dan gropyokan. 3 . Dengan pengamatan untuk menentukan waktu pengendalian dini, meliputi : pengamatan populasi pada saat bero, serta pengamatan serangan dini dalam pertanaman untuk penetapan ambang pengendalian . Untuk mengantisipasi serangan hama tikus di daerah yang pertanaman padinya tidak serempak dilakukan pemangkasan pada usia produktif agar pertanaman padi menjadi lebih terang . Pemangkasan tanaman dilakukan dengan cara memotong bagian atas tanaman sekitar 40% dari tinggi tanaman dan disisakan 60% dari tinggi tanaman . Hal ini telah berjalan dan berkembang sejak puluhan tahun sampai sekarang di Desa Bumen, Lanjan, Karang Weran, Sukorono dan Sumowono di Kecamatan Sumowono Kab . Semarang . Beberapa keuntungan yang telah diyakini oleh petani dengan adanya pemangkasan ini antara lain adalah dapat digunakan untuk mengantisipasi serangan tikus, timbulnya penyakit blast, dan mengantisipasi sawah petani yang dilakukan pemangkasan pada saat diyakini akan ada serangan tikus terbukti bisa berproduksi lebih baik dibandingkan hamparan sawah yang tidak dilakukan pemangkasan . Namun demikian beberapa isu tersebut perlu dibuktikan dalam bentuk kajian ilmiah, agar bisa didesiminasikan ketempat lain .
421
Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertankan 2006
Pada Tabel I dapat dilihat bahwa selisih pendapatan antara dipangkas dan tidak dipangkas adalah Rp . 1 .100 .000,- .
Tabel 1 . Analisa biaya produksi usaha tani padi sawah kecamatan sumowono No
Uraian
Dipangkas Volume
Tidak Dipangkas Rp
Volume
Rp
Sarana Produksi Benih
40 kg
120 .000
40 kg
120 .000
150 kg
250 .000
150 kg
250 .000
Pupuk Urea SP 36 KCI Organik Pestisida -
Butiran Carian
500m1
Jumlah 2.
100 .000
500m1
470 .000
100 .000 470 .000
Tenaga ketja pra panen Pengolahantanah Membajak & menggaru
100 HOK
1 .000 .000
Perbaikan pematang
15 HOK
150 .000
15 HOK
150 .000
Meratakan
20 HOK
200 .000
100 .000
Cabot benih
5 HOK
50 .000
10 HOK 5 HOK
350 .000
50 .000
Menggurat/menggaris Tanam
30 HOK
300 .000
30 HOK
300 .000
Menyiang
20 HOK
200 .000
30 HOK
300 .000
Memupuk
4 HOK
40 .000
4 HOK
40 .000
Pengendalian hama & penyakit
4 HOK
40 .000
4 HOK
40 000
Lain-lain
5 HOK
50 .000
5 HOK
.lumlah pra panen
2 .030 .000
50 .000 1 .280 .000
Panen Membabad
20 HOK
200 .000
20 HOK
200 .000
Merontok
10 1-IOK
100.000
10 HOK
100 .000
Lain-lain Jumlah Panen
50.000
50 .000
350 .000
350 .000
Lain-lain pengeluaran Sewa tanah
3 .000 .000/mt
3 .000 .000
I th
50 .000
50 .000
.lumlah
3 .050 .000
3 050 000
Jumlah Biaya Usaha Tani
5 .900 .000
5 .150 .000
Pajak/ lain - lain
3 .000 000/mt
Keterangan . Produksi gkp/ha Harga gabah RP/ Kg Nilai total produksi Hasil Pangkasan Pendapatan
42 2
4,5 ton
4 .500 kg
3 .500 kg
I .800 /kg
I .800
1 .800 /kg
8 100 .000
8 .I00 .000
6 .300 .000
50 .000
50 .000 2 .250 .000
1 .150 .000
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
Tenm Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1990 . Pengendalian Hama Tanaman . Balai Informasi Pertanian . Ungaran
Anonim, 1982 . Hama dan Penyakit Tanaman . Seri Pembangunan Masyarakat Desa. Bhratara Karya Aksara . Jakarta .
Anonim, 1990 . Tikus sawah . Balai Informasi Pertanian . Uangaran .
Purat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
42 3