TENAGA KERJA BONGKAR MUAT (TKBM) DAN SUMBER DAYA MANUSIA DI PELABUHAN
OLEH : Ir. SUGIYONO
DISAJIKAN PADA ACARA : ROUNDTABLE DISCUSSION DENGAN TEMA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT (TKBM) DAN SUMBER DAYA MANUSIA DI PELABUHAN
HOTEL ARYADUTA – JAKARTA TANGGAL 2 MARET 2012
1
TENAGA KERJA BONGKAR MUAT (TKBM) DAN SUMBERDAYA MANUSIA DI PELABUHAN Oleh : Ir. SUGIYONO
Abstraksi Dalam kertas kerja ini disajikan secara garis besar tentang Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) yang memiliki peran pokok dalam pencapaian kinerja kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kapal di pelabuhan serta gambaran umum tentang Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat berperan pada seluruh
aktivitas di pelabuhan. Pada dasarnya Tenaga Kerja Bongkar Muat
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Sumber Daya Manusia di pelabuhan secara umum yang karena fungsi dan perannya di pelabuhan lebih specific dibidang bongkar muat barang maka disebut dengan istilah Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM). Sebagaimana
diketahui
bahwa
pelabuhan
sebagai
tempat
kegiatan
pemerintahan dan pengusahaan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi dengan keberagaman aktivitas oleh berbagai instansi baik pemerintahan maupun pengusahaan, terjadi interaksi berbagai sumber daya manusia dengan berbagai kepentingan, fungsi dan peran yang berbeda, dapat menimbulkan permasalahan yang sangat kompleks. Akhir-akhir ini berbagai kalangan menyoroti dan mengkritisi pengelolaan pelabuhan baik dari segi biaya di pelabuhan yang dinilai masih cukup tinggi, produktivitas yang dinilai masih rendah serta pelayanan yang dinilai masih belum memuaskan. Biaya di pelabuhan yang tinggi ini perlu diklarifikasi apakah akibat tarif yang tinggi atau karena waiting time yang tinggi.
2
Disadari bahwa kondisi pelabuhan dipengaruhi oleh berbagai faktor, selain kelengkapan, kecukupan dan kualitas sarana dan prasarana, sumber daya manusia (SDM) juga menjadi factor dominan untuk pencitraan suatu pelabuhan, baik SDM pemerintah/regulator, SDM operator maupun SDM pengguna jasa kepelabuhanan/stake holder.
Ilustrasi Dampak Modernisasi Alat Pesatnya perkembangan teknologi melahirkan modernisasi peralatan yang dirasakan menjadi kebutuhan bahkan tuntutan untuk peremajaan peralatan di pelabuhan. Dalam beberapa dekade ini telah terjadi perubahan paradigma transportasi laut, dari era konvensional menjadi era kontainerisasi dan mekanisasi yang kesemuanya mengarah pada efisiensi pengelolaan
transportasi laut, baik
terhadap alat angkut itu sendiri maupun pengelolaan pelabuhan. Dampak positif efisiensi diharapkan mampu menekan biaya operasional dan distribusi yang pada akhirnya mempengaruhi harga jual barang
dan ditingkat internasional
diharapkan komoditi ekspor Indonesia mempunyai daya saing di pasar global, Namun disisi lain dampak modernisasi sangat dirasakan terhadap penurunan kebutuhan tenaga kerja bongkar muat (TKBM) di pelabuhan yang secara matematis jumlah TKBM yang ada saat ini saja lebih besar jika dibandingkan dengan kebutuhan riil sehingga dinilai sudah tidak proporsional. Ketidak seimbangan antara jumlah TKBM dengan kebutuhan riil TKBM berpengaruh terhadap jumlah hari kerja/man days TKBM yang berdampak pada pendapatan dan kesejahteraan TKBM. Keberadaan TKBM dalam kegiatan bongkar muat di pelabuhan sangat diperlukan namun jumlahnya harus sesuai kebutuhan, untuk itu perlu adanya kesepahaman berbagai pihak dalam hal melakukan pengurangan TKBM secara alamiah sampai dengan mencapai jumlah ideal. 3
Disamping itu juga diperlukan kebijakan strategis dalam pengelolaan dan pembinaan TKBM sejalan dengan arah kebijakan pengelolaan pelabuhan kedepan dengan peralatan yang semakin modern, pembinaan TKBM bukan hanya sekedar menjadikan buruh terampil namun harus menjadikan TKBM sebagai tenaga skil atau operator alat, yang sangat memerlukan pendidikan dan pelatihan secara intensive dan terus menerus.
Kondisi TKBM Saat Ini di Pelabuhan Belawan 1. Jumlah TKBM dan Pola Pemerataan Gilir Kerja. Jumlah TKBM di pelabuhan Belawan saat ini sebanyak 3.458 orang yang terdiri dari 286 regu kerja dengan pengelolaan semi pooling dimana kelompok regu kerja ditempatkan pada 4 (empat) sektor atau terminal yaitu Terminal Belawan Lama, Terminal Ujung Baru, Terminal Citra dan Terminal Gabion/BICT.
Penempatan
jumlah
regu
kerja
didasarkan pada perbandingan volume kegiatan
pada
setiap
terminal
pada setiap terminal.
Pemerataan kesempatan kerja diatur tidak hanya berdasarkan gilir tapi juga berdasarkan evaluasi tonase barang yang dikerjakan oleh setiap regu kerja, dengan demikian setiap regu kerja akan mendapatkan kesempatan kerja dan pendapatan yang merata. 2. Sistem pengupahan. Di pelabuhan Belawan menerapkan sistem upah borongan berdasarkan tonase barang, prinsip upah borongan adalah lebih cepat lebih baik, bila pekerjaan bongkar muat dapat diselesaikan lebih cepat maka TKBM akan mendapatkan upah yang lebih tinggi dari standar upah rata-rata.
4
Penerapan sistem upah borongan dapat memotivasi TKBM untuk bekerja lebih giat, kondisi riil kinerja bongkar muat TKBM pelabuhan Belawan saat ini telah memenuhi bahkan melampaui standar kinerja yang disepakati terkecuali untuk jenis barang tertentu yang bersifat kasuistis.
3. Kesejahteraan. Seluruh TKBM terdaftar setiap tahunnya mendapatkan perlengkapan K3 berupa pakaian kerja, sepatu, helmet, sarung tangan, masker, tunjangan hari Raya (THR) dan perumahan serta diikut sertakan dalam program Jamsostek yang mencakup 4 (empat) komponen yaitu Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Perawatan Kesehatan (JPK), Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Kematian (JK), walaupun saat ini nilai santunan jaminan hari tua dan jaminan kematian masih relatif kecil, hal tersebut dikarenakan tidak seimbangnya antara jumlah TKBM dengan kemampuan membayar premi berdasarkan standar upah minimum.
Kelompok usia dan Alokasi. 1. Jumlah TKBM pelabuhan Belawan yang terdaftar saat ini sebanyak 3.458 orang, dari jumlah tersebut yang berusia dibawah 55 tahun sebanyak 2.458 orang dan usia diatas 55 tahun diperkirakan sebanyak 1.000 orang. Berdasarkan Surat Keputusan Bersama antara Dirjen Hubla, Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan Deputi Bidang Kelembagaan Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah tanggal 29 Desember 2011 usia TKBM dibatasi s/d 55 tahun. Untuk tidak menimbulkan gejolak lapangan diperlukan kebijakan dan langkah persuasif termasuk dukungan dana untuk melepaskan TKBM yang berusia diatas 55 tahun.
5
2. Alokasi. Sektor
I
Terminal Belawan Lama
Sektor II Terminal ujung Baru
42 regu kerja
116 regu kerja
Sektor III Terminal Citra
84 regu kerja
Sektor IV Terminal Gabion/BICT
44 regu kerja
Hal-Hal Yang Mempengaruhi Kinerja. 1. Cuaca Perubahan cuaca yang ekstrim akhir-akhir ini sering terjadi, dimana cuaca dapat berubah secara tiba-tiba, namun hal tersebut merupakan fenomena alam yang tak dapat dicegah dan diatasi oleh kemampuan manusia. Jelas bahwa dampak cuaca ekstrim tersebut akan berpengaruh kepada kinerja bongkar muat barang-barang non petikemas 2. Kondisi Kapal Kapal ex asia (China, Vietnam, dll) yang masuk pelabuhan Indonesia ratarata berusia tua dan kondisi peratannya cukup memprihatinkan, pada umumnya kapasitas crane relatif kecil dan pergerakannya lambat bahkan sering rusak, hal tersebut jelas berpengaruh pada kinerja bongkar muat, namun sebagian kalangan tidak memberikan penilaian obyektif dan selalu menyatakan kinerja pelabuhan rendah tanpa mengurai penyebabnya. 3. Kesiapan Gudang Penerima di Luar Pelabuhan. Perbedaan pola kerja dan jam kerja di pelabuhan dengan gudang penerima di luar pelabuhan menjadi alasan klasik dari tahun ke tahun yang hingga saat ini belum teratasi dengan baik. Pada kegiatan truck lossing hal tersebut sangat dirasakan dan sangat mengganggu capaian kinerja di pelabuhan.
6
Mekanisasi alat di pelabuhan tidak diimbangi dengan mekanisasi di gudang penerima mengakibatkan turn round time truck menjadi besar dan dampaknya kapal gantung sling. Keamanan juga sering menjadi alasan yang dikemukakan oleh operator gudang untuk menutup gudang pada malam hari bahkan pada sore hari, akibatnya kegiatan bongkar di pelabuhan terhenti. Seandainya di pelabuhan tersedia gudang dengan kapasitas memadai dan ada kebijakan untuk menggunakan gudang pelabuhan sebagai gudang alternatif, dapat dipastikan kinerja bongkar muat di pelabuhan akan lebih meningkat.
4. Alat Crane kapal yang digunakan sering mengalami kerusakan sehingga harus mendatangkan shore crane/crane darat, pengadaan crane darat sering menyita waktu yang cukup lama karena Agen pelayaran umumnya meminta persetujuan owner/pemilik kapal. Kegiatan bongkar dengan menggunakan shore crane tidak dapat maksimal karena keterbatasan operator melihat sisi laut.
Peningkatan Kualitas TKBM Perkembangan teknologi pelabuhan harus diimbangi dengan peningkatan kualitas Sumber Daya manusia (SDM) secara menyeluruh termasuk Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM). Pembinaan TKBM selain untuk meningkatkan kualitas juga harus mengarah pada peningkatan kesejahteraan, oleh karenanya disusun beberapa program peningkatan kualitas TKBM antara lain :
7
a. Pengurangan TKBM secara alamiah. Jumlah TKBM berusia diatas 55 tahun saat ini berkisar + 1.000 orang, diperlukan kebijakan untuk memberikan solusi dalam penanganan TKBM lanjut usia baik dengan melepas keanggotaan maupun alokasi kegiatan lainnya. Perlu disusun tahapan program
dengan melibatkan seluruh pihak terkait
dalam penanganan TKBM lanjut usia yaitu Pengurus Koperasi TKBM, Badan Usaha Pelabuhan (PT. Pelindo) dan JAMSOSTEK dan SPSI, TKBM yang meninggal dunia tidak akan diterbitkan pengganti sampai dengan jumlah ideal sesuai kebutuhan.. Dengan adanya pengurangan jumlah TKBM dipastikan akan meningkatkan kesejahteraan TKBM baik dari sisi pendapatan dikarenakan man days nya lebih tinggi maupun kesejahteraan lainnya.
b. Pendidikan dan Pelatihan Teknis (DIKLAT Teknis). Saat ini berbagai Diklat Teknis dilaksanakan oleh Induk koperasi TKBM di Jakarta, seyogyanya pada setiap koperasi TKBM ada unit usaha yang khusus menangani Diklat dan penyelenggaraan Diklat maupun diklat manajemen dapat dilaksanakan oleh setiap Koperasi TKBM di daerah dengan jenis Diklat sesuai kebutuhan. Sertifikasi Diklat manajemen seyogyanya menjadi kriteria dan persyaratan bagi pencalonan pengurus koperasi TKBM, dengan demikian diharapkan ada peningkatan kualitas TKBM baik dari sisi teknis maupun manajemen.
c. Banyak kalangan menyoroti keberadaan TKBM yang terkesan memonopoli kegiatan bongkar muat di pelabuhan sehingga muncul keinginan adanya Badan/Lembaga/Koperasi lain yang juga diijinkan mengelola TKBM di pelabuhan agar terjadi kompetisi, dengan harapan pelayanan dan kinerja TKBM akan menjadi lebih baik. 8
Namun dengan adanya beberapa badan yang mengelola TKBM dapat pula menimbulkan ekses negatif mulai dari perang tarip bahkan mungkin terjadi gesekan antar badan pengelola yang dampaknya justru lebih besar terhadap kelancaran pelabuhan. Perlu disadari bahwa banyak faktor yang mempengaruhi kinerja bongkar muat sebagaimana telah diuraikan diatas, oleh karenanya perlu pemahaman bersama bahwa pembenahan pengelolaan TKBM dan peningkatan kualitas TKBM harus menjadi fokus utama untuk perbaikan kinerja.
9