TELAAH NILAI RELIGIUS DALAM KUMPULAN PUISI SURAT CINTA DARI ACEH KARYA SYEH KHALIL Nurul Qomaria SMP Alor
Abstrak Penelitian ini merupakan hasil telaah deskriptif analisis tentang nilai-nilai religius yang berkaitan dengan akhlak. Adapun permasalahan yang ingin diteliti adalah (1) Bagaimanakah nilai religius yang berkaitan dengan akhlak terhadap Allah SWT dalam kumpulan puisi Surat Cinta Dari Aceh karya Syeh Khalil? (2) Bagaimanakah nilai religius yang berkaitan dengan akhlak terhadap Rasulullah SAW dalam kumpulan puisi Surat Cinta Dari Aceh karya Syeh Khalil? (3) Bagaimanakah nilai religius yang berkaitan dengan akhlak pribadi dalam kumpulan puisi Surat Cinta Dari Aceh karya Syeh Khalil? (4) Bagaimanakah nilai religius yang berkaitan dengan akhlak dalam keluarga dalam kumpulan puisi Surat Cinta Dari Aceh karya Syeh Khalil? (5) Bagaimanakah nilai religius yang berkaitan dengan akhlak bermasyarakat dalam kumpulan puisi Surat Cinta Dari Aceh karya Syeh Khalil? (6) Bagaimanakah nilai religius yang berkaitan dengan akhlak bernegara dalam kumpulan puisi Surat Cinta Dari Aceh karya Syeh Khalil? Untuk mengungkap nilai-nilai religius terlebih dahulu dianalisis secara terstruktur yang meliputi akhlak dan nilai-nilai religius. Dari hasil analisis tersebut dapat ditemukan nilai-nilai religius yang pengarang tuangkan dalam puisinya. Berdasarkan telaah yang lebih jauh terhadap kumpulan puisi Surat Cinta Dari Aceh karya Syeh Khalil bahwa nilai-nilai religius dapat dikaitkan dengan akhlak yaitu akhlak terhadap Allah SWT, akhlak terhadap Rasulullah SAW, akhlak pribadi, akhlak dalam keluarga, akhlak bermasyarakat, dan akhlak bernegara. Dalam puisinya pengarang secara tidak langsung memberikan banyak pengetahuan untuk pembaca karena pengarang secara sadar atau tidak sadar telah menggunakan nilai-nilai religius sebagai acuan untuk menulis puisi. Pengarang menggunakan bahasa yang lugas namun masih bersifat wajar yang mempunyai kesopanan dalam mengungkapkan imajinasi, penulisannya tidak terlalu rumit namun maknanya mengandung arti yang mendalam bagi pembaca. Kata kunci: analisis, nilai religius, puisi
PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Suatu tatanan hidup di dunia pasti terdapat unsur yang mempengaruhi kehidupan manusia. Demikian halnya
dengan ilmu antropologi, ilmu ini mendefinisikan unsur-unsur kebudayaan menjadi tujuh unsur. Setiap Negara kemungkinan mempunyai tujuh unsur ini. Koentjaraningrat (1990: 203-204) serta Jurnal Artikulasi Vol.10 No.2 Agustus|724
ilmuwan yang lain mendefinisikan unsur kebudayaan sebagai berikut: 1) bahasa, 2) sistem pengetahuan, 3) organisasi sosial, 4) sistem peralatan hidup dan teknologi, 5) sistem mata pencaharian hidup, 6) sistem religi, 7) kesenian. Penelitian ini menggunakan salah satu unsur sebagai bahan penelitian karena dalam hal ini objek yang dikaji berkaitan dengan unsur tersebut. Unsur yang dimaksudkan adalah unsur yang ke enam yaitu unsur religi. Unsur ini nantinya akan dikaitkan dengan karya sastra berupa puisi, karena dalam hal ini pengarang menuliskan puisinya dengan simbol-simbol yang ditujukan kepada Allah SWT dengan ditambah nilai-nilai religius yang pengarang ketahui sebelumnya. Hasil yang ingin dicapai adalah benarkah unsur kebudayaan yang ke enam (unsur religi) banyak berkaitan dengan puisi Syeh Khalil yang berjudul Surat Cinta dari Aceh. Nilai religius yang dimaksudkan dalam hal ini adalah nilai-nilai yang tekandung dalam ajaran Islam. Menurut Atmosuwito (dalam http://ppss.oridklipingreligius-islam-dalamsastra-sunda) religius berasal dari kata latin religare berarti mengikat, religio berarti ikatan atau pengikatan, dalam arti bahwa, manusia harus mengikatkan diri pada Tuhan dengan kata lain religius adalah keterikatan manusia terhadap Tuhan sebagai sumber ketentraman dan kebahagiaan (http://ppss.oridklipingreligius-islam-dalamsastra-sunda). Religiusitas menurut Atmosuwito mendefinisikan bahwa religius feeling or sentiment atau perasaan keagamaan yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan (dalam http://ppss.or.idklipingreligius-islam-dalam-
sastra-sunda). Dengan adanya pengertian religius dan religiusitas di atas dapat ditemukan bahwa dalam penelitian ini bertujuan untuk menemukan nilai-nilai religius yang mungkin sudah ada namun dalam hal ini yang membedakan adalah pengarang merupakan pengarang yang ingin mengepakkan kembali sayap patahnya di dunia perpuisian Indonesia. Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa nilai-nilai religius diharapkan agar dapat dijadikan contoh teladan bagi semua manusia. Pemilihan terhadap puisi Syeh Khalil yang berjudul Surat Cinta dari Aceh ini didasarkan atas pertimbangan berikut: (1) meskipun penulis masih menerbitkan dua buah buku kumpulan puisi, penulis mampu bersaing dengan penulis yang mempunyai tema sama, (2) dilihat dari isi dan makna puisi terdapat hubungan yang terkait dengan kehidupan diri penulis, (3) sepengetahuan peneliti puisi Syeh Khalil masih belum diteliti peneliti lain. Penelitian ini mengangkat judul Telaah Nilai Religius dalam Kumpulan Puisi Surat Cinta dari Aceh Karya Syeh Khalil. Sebelumnya ada penelitian sejenis di antaranya adalah penelitian yang berjudul Nilai-nilai Religius dari Kumpulan Puisi K.H.A. Mustofa Bisri yang Berjudul Pahlawan dan Tikus oleh Sofiana Rini (2001) permasalahan yang diteliti yaitu (1) keimanan yang menggambarkan kepercayaan kepada Allah SWT, kepercayaan terhadap qada’ dan qadar (2) keibadahan dalam hal ini yang digambarkan adalah rukun Islam dan (3) ketaqwaan dalam hal ini digambarkan tetap terpeliharanya apa yang diperintahkan dan dilarang oleh Allah SWT. Ada pula penelitian yang membahas Jurnal Artikulasi Vol.10 No.2 Agustus|725
nilai-nilai religius namun dalam hal ini pemasalahan yang diangkat tentang nilainilai religi yang terdapat pada novel yaitu dengan judul Nilai Religius Tokoh Utama dalam Novel Ayat-ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy oleh Nina Mayasari (2007). Permasalahan yang diteliti adalah akhlak terhadap Allah SWT yang meliputi: takwa, tawakkal, dan syukur dan akhlak bermasyarakat yang meliputi: hubungan baik dengan masyarakat, pergaulan muda-mudi, dan ukhuwah Islamiyah Dalam penelitian ini, peneliti mengangkat permasalahan nilai religius namun, ada perbedaan dengan peneliti sebelumnya, yaitu pada objek dan permasalahannya. Objek pada penelitian ini adalah puisi sama halnya dengan Sofiana Rini namun, permasalah yang diangkat lebih banyak meneliti tentang akhlak yaitu: (1) akhlak terhadap Allah SWT meliputi: khauf dan rajâ, tawakkal, muraqabah, dan taubat; (2) akhlak terhadap Rasulullah SAW meliputi: mengikuti dan menaati Rasul; (3) akhlak pribadi meliputi: amanah, istiqomah, iffah, mujahadah, tawadhu’, malu, dan sabar; (4) akhlak dalam keluarga meliputi: birrul wâlidain; (5) akhlak bermasyarakat meliputi: ukhuwah Islamiyah; (6) akhlak bernegara meliputi: menegakkan keadilan dan amar ma’ruf nahi munkar. Penelitian sebelumnya lebih menekankan permasalahan religius pada aspek keimanan, ketaqwaan, dan keibadahannya. Pada penelitian ini membahas lebih dalam mengenai akhlak jadi, pada penelitian ini bersifat mengembangkan teori yang memilikis sedikit persamaan dengan peneliti sebelumnya. Berkaitan dengan hal di atas,
maka penelitian yang mengkaji seluruh akhlak mulai dari akhlak terhadap Allah SWT sampai akhlak bernegara ini sepengetahuan peneliti masih belum ada yang meneliti secara keseluruhan. 1.2 JANGKAUAN MASALAH Dalam ajaran Islam istilah religius mempunyai pengertian yang sama dengan istilah aqidah, sedangkan menurut istilah aqidah adalah keimanan yang teguh, yang tidak dihinggapi suatu keraguan apapun bagi pemiliknya (http://ppss.or.idklipingreligiusislam-dalam-sastra-sunda). Menurut Rumi religiusitas merupakan suatu yang dapat digunakan sebagai sarana pembinaan dan pendewasaan mental manusia (http://mkbi.multiply.comreviewsitemis). Zaidan (Ilyas, 2001: 2) akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai perbuatannya baik atau buruk, untuk kemudian memilih melakukan atau meninggalkannya. Ilyas membagi akhlak menjadi beberapa yaitu: (1) akhlak terhadap Allah SWT yang meliputi takwa, cinta dan ridho, ikhlas, khauf dan raja’, tawakkal, syukur, muraqabah, dan taubat (2001: 17). (2) akhlak terhadap Rasulullah SAW yang meliputi mencintai dan memuliakan Rasul, mengikuti dan menaati Rasul, mengucapkan shalawat dan salam (2001: 65). (3) akhlak pribadi yang meliputi sidiq, amanah, istiqamah, iffah, mujahadah, syaja’ah, tawadhu’, malu, sabar, dan pemaaf (2001: 81). (4) akhlak dalam keluarga yang meliputi birrul walidain, hak, kewajiban dan kasih sayang suami istri, kasih sayang dan tanggung jawab orang tua terhadap anak, Jurnal Artikulasi Vol.10 No.2 Agustus|726
dan silaturahmi dengan karib kerabat (2001: 147). (5) akhlak bermasyarakat yang meliputi bertamu dan menerima tamu, hubungan baik dengan tetangga, hubungan baik dengan masyarakat, pergaulan mudamudi, dan ukhuwwah Islamiyah (2001: 195). (6) akhlak bernegara yang meliputi musyawarah, menegakkan keadilan, amar ma’ruf nahi munkar, dan hubungan pemimpin dan yang dipimpin (2001: 229). 1.3 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang yang telah ada, maka masalah penelitian dapat dirumuskan dalam beberapa pertanyaan, yaitu: a. Bagaimanakah nilai religius yang berkaitan dengan akhlak terhadap Allah SWT dalam kumpulan puisi Surat Cinta Dari Aceh karya Syeh Khalil? b. Bagaimanakah nilai religius yang berkaitan dengan akhlak terhadap Rasulullah SAW dalam kumpulan puisi Surat Cinta Dari Aceh karya Syeh Khalil ? c. Bagaimanakah nilai religius yang berkaitan dengan akhlak pribadi dalam kumpulan puisi Surat Cinta Dari Aceh karya Syeh Khalil? d. Bagaimanakah nilai religius yang berkaitan dengan akhlak dalam keluarga dalam kumpulan puisi Surat Cinta Dari Aceh karya Syeh Khalil? e. Bagaimanakah nilai religius yang berkaitan dengan akhlak bermasyarakat dalam kumpulan
puisi Surat Cinta Dari Aceh karya Syeh Khalil ? f. Bagaimanakah nilai religius yang berkaitan dengan akhlak bernegara dalam kumpulan puisi Surat Cinta Dari Aceh karya Syeh Khalil? 1.4 TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh deskripsi tentang nilai religius yang terdapat dalam kumpulan puisi Surat Cinta dari Aceh karya Syeh Khalil dan juga untuk memperoleh deskripsi wujud nilai religius yang terdapat dalam puisi tersebut. II. LANDASAN TEORI 2.1 PENGANTAR Puisi pada dasarnya merupakan isi hati yang dimiliki oleh pengarang. Oleh sebab itu puisi tidak akan lepas dari suatu kehidupan tanpa terkecuali kehidupan yang menyangkut agama. Banyak tema yang dihasilkan puisi tergantung pembaca cenderung pada tema yang mana yang menjadi pilihan. Tak lepas dengan hal itu, agama pun mampu menyihir pembaca untuk menikmati puisi yang kebetulan mempunyai tema menyangkut agama. Sesuai dengan perkembangan jaman yang terus berkembang semakin nampak perbedaan puisi jaman dahulu dengan puisi jaman berkembang seperti saat ini. Jaman dahulu terkat dengan ketentuan jumlah baris, rima, dan lain sebaginya yang menjadi pendukung puisi tersebut dibuat. Wirjosoedarmo (www.bisnet.or.id) mendefinisikan puisi sebagai karangan terikat, karena dahulu puisi haruslah dibuat dengan persyaratan di atas jika hal tersebut dikaitkan dengan puisi Jurnal Artikulasi Vol.10 No.2 Agustus|727
dari pengarang seperti saat ini tidaklah tepat, karena puisi sekarang jauh lebih bebas dalam menyampaikan pokok pikiran dari pengarang.
kemudian memilih melakukan atau meninggalkannya.
2.2 PENGERTIAN PUISI Puisi (dari bahasa Yunani kuno: / (pié/pió) = I create) adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya (www.wikipediabahasaindonesia.com). Samuel Taylor Coliredge (dalam www.bisnet.or.id) berpendapat bahwa puisi adalah kata-kata terindah dalam susunan yang terindah, sehingga nampak seimbang, simetris, dan memiliki hubungan yang erat antara satu unsur dengan unsur yang lain.
2.4 HAKIKAT RELIGIUS Agama (religion) dalam pengertiannya yang paling umum diartikan sebagai sistem orientasi dan obyek pengabdian (dalam Azra dkk, 2002:30). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata religius berarti hal yang bersifat religi, bersifat keagamaan. Religi yang dimaksud adalah memiliki kepercayaan akan adanya kekuatan Adikodrati di atas manusia. Adapun pengertian lain dari religius adalah keterikatan manusia terhadap Tuhan sebagai sumber ketentraman dan kebahagiaan (http://ppss.or.idklipingreligius-islamdalam–sastra-sunda).
2.3 PENGERTIAN AKHLAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan nilai religius yang berkaitan dengan akhlak maka, dalam pembahasan ini akan diterangkan semua yang menyangkut tentang akhlak. Secara etimologis akhlak adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkau laku, atau tabiat (Ilyas, 2001: 1). Secara terminologis ada beberapa definisi tentang akhlak. Akhlak menurut Imam alGhazali (dalam Ilyas, 2001: 2) adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Menurut Abdul Karim Zaidan (dalam Ilyas, 2001: 2) adalah nilai-nilai atau sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai perbuatannya baik atau buruk, untuk
2.5 NILAI-NILAI RELIGIUS Sumber dari ajaran Islam adalah wahyu Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw. Pertama-tama wahyu Allah diturunkan dalam bahasa Arab dan secara autentik terhimpun dalam mushaf AlQur’an. Al-Qur’an merupakan kitab suci yang demikian masyur sehingga sulit untuk menemukan definisi yang mencakup keseluruhan Al-Qur’an karena itu definisi yang ada masih bersifat parsial; tergantung kepada jenis kajian yang dilakukan. Nilai yang berada dalam Al-Qur’an yang syarat akan makna inilah merupakan sumber utama bagi mareka para penulis sastra entah itu novel, cerpen, ataupun puisi. Dengan nilainilai yang terkadung di dalam Al-Qur’an ini yang menjadi tujuan penulis. Tujuan penulis dalam hal ini adalah pengakuan terhadap Yang Maha Besar, bahwa Ia lah yang menciptakan semua tanpa terkecuali. Jurnal Artikulasi Vol.10 No.2 Agustus|728
Banyak yang mengakui bahwa Al-Qur’an juga merupakan sastra tertinggi di dunia. Sudah sejak dulu Al-Qur’an menjadi panutan dalam setiap penulisan sastra. Secara umum nilai-nilai religius yang terdapat dalam Al-Quran kurang lebih mencakup tiga pokok, yaitu: 1) aqidah, 2) syariah, dan 3) akhlak (Ilyas, 2001). IV. HASIL ANALISIS 4.1 NILAI-NILAI RELIGIUS YANG BERKAITAN DENGAN AKHLAK TERHADAP ALLAH SWT 4.1.1 NILAI RELIGIUS KHAUF DAN RAJÂ DALAM PUISI “NELAYAN” Khauf dan raja merupakan sikap dalam hati manusia yang mempunyai arti takut atau kegalauan hati dan harap. Makna khauf di sini adalah kegalauan hati membayangkan sesuatu yang tidak disukai yang akan menimpanya atau pun sebaliknya membayangkan hilangnya sesuatu yang disukainya. Sebagai contoh manusia mempunyai banyak dosa dan karena dosa-dosa yang telah dilakukannya itulah maka manusia takut akan azab Allah SWT. Makna raja adalah harap, yaitu memautkan hati kepada sesuatu yang disukai pada masa yang akan datang. Dicontohkan di sini apabila seorang mukmin beribadah dia harus penuh dengan harapan bahwa ibadah dan amalannya akan diterima oleh Allah SWT. Pada judul puisi di atas menceritakan bahwa pengarang bermaksud untuk menghadapkan manusia pada kenyataan yang membutuhkan pengorbanan. Sesuai dengan puisinya semakin jauh manusia menjalaninya akan semakin jauh
kenangan ntertinggal dan manusia diharapkan untuk tidak lupa bahwa kehidupan yang membesarkan manusia. Terlihat pada bait berikut: Kehidupan adalah lautan Kita nelayan diombang gelombang Semakin jauh pelayaran Jauh pula pantai tertinggal Hanya hati yang rindu kembali Tak lupa daratan (NRI/ATAS/KDR/H42) Puisi di atas mengandung nilai religius khauf dan raja yaitu rasa galau atau khawatir membayangkan sesuatu yang disukai akan hilang dan raja yaitu memautkan hati pada sesuatu yang disukai pada masa mendatang. Maksud dari pengertian tersebut adalah mengapa manusia harus mempunyai dua sikap tersebut adalah agar manusia tidak melupakan Allah SWT sebagai pencipta alam semesta beserta isinya. 4.1.2 NILAI RELIGIUS TAWAKKAL DALAM PUISI “PEREMPUAN DAN TAMAN” Tawakkal merupakan pembebasan hati dari segala sesuatu selain Allah SWT dan menyerahkan keputusan segala sesuatu kepada Allah. Tawakkal dapat dikatakan sebagai sikap pasrah kepada Allah SWT yang didahului dengan melakukan usaha yang keras. Pada puisi ini perempuan dan taman adalah simbol untuk air dan dunia. Pengarang menggambarkan perempuan bagai kemilau air yang menyegarkan daun-daun, kesucian melebihi salju Jurnal Artikulasi Vol.10 No.2 Agustus|729
hanya bersifat sementara dan begitulah adanya seorang perempuan yang mempunyai kecantikan akan berubah dari masa ke masa. Perempuan yang dimaksud dalam puisi ini agar bisa membebaskan diri dari segala ketergantungan kepada selain Allah SWT. Berikut bait yang menyatakan hal tersebut: Tapi, Akan menjadi apa taman ini… Bila air tak lagi jernih Dan, kita melihat satu per satu perempuan Di Lumpur lumut Tertimbun debu peradaban (NRI/ATAS/Tawkl/H26) Potongan bait di atas menunjukkan bahwa perempuan dituntut untuk selalu bertawakkal agar tidak ada penyesalan nantinya. Peran perempuan dalam perkembangan dunia cukup besar namun dalam hal ini perempuan tidak dituntut untuk menjadi pemimpin. Jika perempuan hanya memikirkan kesenangan saja kehidupan akan menjadi kacau. 4.1.3 NILAI RELIGIUS MURAQABAH DALAM PUISI “KALUT” Muraqabah secara umum dapat diartikan menjaga, mengawal, manaati, dan mengamati. Muraqabah dalam pembahasan ini berarti kesadaran seorang muslim bahwa ia selalu berada dalam pengawasan Allah SWT. Dengan kata lain seorang muslim sadar akan adanya Allah SWT yang selalu
mengawasinya. Secara umum kata kalut dalam judul puisi di atas sama halnya dengan perasaan bingung. Perasaan bingung yang ada dalam puisi ini adalah ketika manusia dihadapkan dengan begitu banyak dosa manusia merasa bingung apakah Allah akan menerimanya kembali. Terlihat dari bait berikut: Dalam kalut namaMu kusebut Aku turut padaMu ya Ma’bud Bertekuk lutut wajah kerut Lama nian dosa kugelut Pada dunia kau terpaut Harga diri semakin bangkrut Akan ampunanMu aku menuntut Jadi hambaMu kuing patut Sebelum masa aku Kau jemput Di pembaringan jasad terbalut Di jalanMu ku ingin hidup Mencari diri yang telah luput Pada kekasihMu aku salut Andaikan aku jadi pengikut (NRI/ATAS/Mur/H45) Dari puisi di atas manusia sadar dan berusaha kembali kepada Allah dengan memohon ampun pada-Nya. Kesadaran akan pengawasan Allah terhadap hambahamba-Nya membuat manusia selalu menjaga hati agar tidak tergoda pengaruh duniawi dan dala puisi tersebut manusia bangga akan Rasul yang selalu taat kepada Allah. Kebanggaan tersebut yang membuat manusia selalu ingin mencontoh Rasul.
Jurnal Artikulasi Vol.10 No.2 Agustus|730
4.1.4 NILAI RELIGIUS TAUBAT DALAM PUISI “KEMBALILAH” Pengertian taubat berasal dari kata tabâ yang berarti kembali. Dalam hal ini dapat diartikan kembalinya seorang hamba kepada Allah dan meninggalkan jalan yang sesat. Puisi ini berisikan tentang kembalinya seorang hamba kepada Allah SWT. Isi puisi membicarakan tentang kelalaian manusia yang diperbudak oleh dunia. Manusia dalam hal ini dituntut agar selalu mempelajari makna kehidupan karena jika selalu mempelajarinya manusia akan menemukan indahnya kehidupan yang tak selalu dipandang dengan sisi kemewahannya. Menceritakan juga bahwa panca indra manusia tidak diperlukan lagi ketika menghadapi hari kiamat. Jika mendapat keterlambatan dalam memaknai kehidupan pengarang menyarankan agar tidak mensia-siakan waktu yang ada karena esok hari akan berbeda dengan saat ini. Diperlihatkan pada bait berikut: Kepada jiwa yang bersemedi dalam gelap Bergegaslah engkau ke bawah matahari Sebelum kegelapan lebih jauh menyesat Sebelum matahari pada pijarnya Sebelum kau dilaknat petaka
(NRI/ATAS/Tau/H11) Bait ini diartikan bahwa kembali pada Allah SWT secepatnya maka akan mempermudah diri masuk surga.
Pengarang menerangkan jika manusia dalam keadaaan banyak melakukan halhal yang dilarang oleh Allah maka cepatcepatlah berjalan di bawah aturan Allah SWT dengan itu manusia tidak akan tersesat. 4.2 NILAI-NILAI RELIGIUS YANG BERKAITAN DENGAN AKHLAK TERHADAP RASULULLAH SAW 4.2.1 NILAI RELIGIUS MENGIKUTI DAN MENAATI RASUL DALAM PUISI “MUHAMMAD UTUSAN KEKASIH” Mengikuti dan menaati Rasul sama halnya dengan Rasul-rasul yang lain karena Allah mengutus Rasul untuk diikuti dan dipatuhi. Ketaatan pada Rasul SAW bersifat abadi sebab taat kepada Rasul merupakan bagian dari taat kepada Allah. Secara umum isi dari puisi ini menceritakan tentang kejadian Muhammad diturunkan ke bumi oleh Allah untuk mengubah hidup manusia menjadi lebih baik. Nabi Muhammad diibaratkan cahaya suci sebab Nabi Muhammad tidak pernah melalaikan apa yang selalu diperintahkan Allah SWT. Tujuannya adalah membebaskan para budak atau pekerja, mengangkat harkat dan martabat manusia menjadi lebih baik. Nabi Muhammad dinantikan oleh setiap umat di dunia seperti layaknya bumi yang gersang merindukan air hujan turun ke bumi. Terlihat dari bait berikut: Muhammad kekasih sepanjang kenangan
Jurnal Artikulasi Vol.10 No.2 Agustus|731
Cermin jiwa (NRI/AR/MMR/H79) Potongan bait di atas menjelaskan bahwa Nabi Muhammad adalah sosok suci yang di rindukan umat manusia dengan tujuan dengan turunnya Nabi Muhammad ke bumi, manusia dapat berubah menjadi lebih baik dan kehidupan semakin berjalan sesuai jalan yang Allah tentukan. Alasan ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad sesuai untuk dijadikan contoh karena setiap yang Nabi Muhammad kerjakan sesuai dengan aturan Allah SWT.
seperti “…sajak yang kutitis serta embun pagi” dimaksudkan setelah kematian menjemput agar nasehat yang dia berikan benar-benar dijalankan. Nasehat kepada istrinya adalah seorang suami hanya meminta istri untuk mendo’akannya karena hanya itu yang bisa membuatnya tenang di akhirat. Terlihat bait berikut: Rawatlah amanah yang kutitip di rumahmu Relakan selimut tanahku tetap basah Tak ingin memanggilmu saat ini Sebab kerinduan telah kulayangkan Ke pintu sorga bersamamu (NRI/AP/Ama/H40)
4.3 NILAI-NILAI RELIGIUS YANG BERKAITAN DENGAN AKHLAK PRIBADI 4.3.1 NILAI RELIGIUS AMANAH DALAM PUISI “ANDAI TIBA WAKTUKU” Amanah mempunyai arti dipercaya. Dalam pengertian yang luas mencakup banyak hal yaitu: menjaga rahasia orang, menjaga kehormatan orang lain, menjaga dirinya sendiri, dan menunaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Disimpulkan bahwa amanah artinya dipercaya untuk melakukan segala hal yang menyangkut kebaikan. Keseluruhan isi puisi menceritakan bahwa saat manusia menemui kematian ia hanya bisa menitipkan pesannya kepada anak beserta istrinya. Pesan yang disampaikan kepada anaknya adalah pelajaran hidup yang diceritakannya sebelum kematian datang. Pesan hidup dari seorang ayah kepada anaknya
Bait ini memperlihatkan bahwa seorang suami yang menitipkan apa yang ada di rumahnya kini yaitu anakanak yang merupakan titipan Allah. Kepada istrinya harapan suami agar tidak menangisi kepergiannya karena manusia akan tiba saatnya jika telah ditentukan. Suami mengharapkan agar istri menjaga anak-anaknya dengan baik karena dengan memelihara titipan Allah SWT akan mendapatkan yang layak didapatkan sesuai dengan yang dilakukannya. 4.3.2 NILAI RELIGIUS ISTIQOMAH DALAM PUISI “TEMANI AKU” Istiqomah diartikan sebagai sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun mengalami berbagai masalah. Makna keseluruhan puisi ini adalah ketika manusia mengalami kesepian tanpa orang yang Jurnal Artikulasi Vol.10 No.2 Agustus|732
terkasih berharap agar selalu teringat kepada Allah SWT dalam setiap waktu meski dunia telah mengubah hidupnya. Berharap agar Allah selalu mengingatkan dia dan memegang teguh keimanan dan keislamannya dalam berbagai waktu. Untuk mengingatkan dia kepada Allah, maka dia berharap agar meninggalkan suara-suara yang selalu memanggil dan menyuruhnya untuk ingat kepada Allah SWT. Terlihat dalam bait berikut: Sehabis gerimis malam mendesau Hanya tinggal Engkau semata Pemilik kasih sayang dan cinta Temui dan temani aku Lenterakan setiap sudut gelap sepi jiwaku Dekapkan aku di dada sejukMu Abadi dan suci (NRI/AP/Istiq/H21) Makna bait puisi di atas adalah setelah terjadi bencana tak ada manusia yang dapat menemani. Hanya Allah SWT yang selalu menemani dalam setiap waktu. Manusia yang mengalami kesepian percaya bahwa Allah SWT selalu ada untuk dia. Keteguhan ini diperlihatkan dari keimanan dan keislaman yang selalu dipegang teguh sebab Allah mempunyai kasih sayang dan cinta yang tidak bisa habis oleh waktu. Harapan setiap mukmin agar Allah SWT selalu menerangi jalan yang diplih agar tidak terjerumus.
4.3.3 NILAI RELIGIUS IFFAH DALAM PUISI “MAWAR SEJAMBAK” Pengertian iffah adalah memelihara kehormatan diri dari segala hal yang bersifat buruk karena itulah sikap manusia ditentukan oleh dirinya sendiri dengan dilengkapi dengan ajaran-ajaran agama yang menuntunnya. Judul puisi di atas mencerminkan perempuan yang cantik namun kecantikannya ini hanya bersifat sementara. Sosok perempuan harus menyeimbangkan hidup antara kesenangan duniawi dan kesenangan surgawi. Selalu menjaga kesucian hati dengan selalu memelihara kehormatan dirinya di antara manusia lainnya. Terlihat dalam bait berikut: Tatalah kembangmu dengan rapi Jagalah harummu jangan tercuri Kuatkan dahan dengan duri-duri Ingatlah akar membuatmu berseri…. (NRI/AP/Iff/H9) Makna yang terkandung dalam bait puisi ini adalah secara tidak langsung berupa pengharapan pada perempuan saat dan pada waktu yang akan datang agar selalu menjaga sikap layaknya perempuan yang berhati lembut. Jangan sampai perempuan kehilangan keimanan hanya tidak bisa menjaga kehormatannya. Menguatkan iman dengan cara selalu ingat kepada Allah SWT. Keimanan yang kuat adalah bagi mereka perempuan yang dapat Jurnal Artikulasi Vol.10 No.2 Agustus|733
memperjuangkan kehormatannya dari segala hal yang bersifat merusak. 4.3.4 NILAI RELIGIUS MUJAHADAH DALAM PUISI “RANTAILAH AKU” Pengertian mujahadah adalah mengerahkan segala kemampuan untuk melepaskan diri dari segala hal tidak disukai Allah SWT. Dalam hal ini berbuat yang tidak baik ataupun yang hanya mencintai kesenangan dunia saja tanpa memikirkan kecintaan terhadap akhirat. Makna puisi yang berjudul “Rantailah Aku” ini menerangkan bahwa manusia dalam usahanya untuk mencari ampunan kepada Allah SWT. Mengerahkan segala kemampuan untuk melepaskan diri dari segala keburukan yang sedang menimpanya karena dalam hal ini yang hanya dipikirkan adalah pintu taubat penebusan dosa yang telah bergelut dalam hidupnya. Ketakutan akan hal-hal yang buruk itulah menumbuhkan sikap mujahadah ini. Terlihat dari bait berikut: Catatlah sujudku di sudut cinta-Mu Rantailah aku di sini… Hingga tak ada tempat untuk kuberlari lagi (NRI/AP/Muj/H3) Pengaharapan seorang hamba kepada Allah agar menerima seluruh kelakuan baiknya ketika di dunia. Manusia adalah makhluk yang sempurna yang mempunyai keinginan yang cukup besar maka dalam bait tersebut di atas mencerminkan makna bahwa ketika
seorang hamba telah berbuat keburukan kemudian bertaubat di sini lah dia meminta dalam do’anya agar tidak dijauhkan dari Allah. Seorang hamba yang rela untuk melakukan apapun dan mengerahkan segala kemampuan untuk dekat dengan Allah sampai dia terdiam dan seperti terantaipun mau. Keinginannya yang besar itulah yang membuatnya rela untuk duduk diam hingga tak ada lagi tempat di hatinya untuk memikirkan hal yang bersifat keduniawian. 4.3.5 NILAI RELIGIUS TAWADHU’ DALAM PUISI “DI GERBONG KERETA TUA” Tawadhu’ dapat diartikan sebagai rendah hati atau tidak sombong. Rendah hati tidak sama dengan rendah diri, karena rendah hati berarti kehilangan kepercayaan diri. Kepedulian yang ditunjukkan pengarang lewat puisinya ini memperlihatkan bahwa masih banyak masayarakat yang miskin. Sikap rendah hati pengarang ditunjukkan ketika didatanagi seorang anak kecil kemudian menanyakan kehidupannya dan memberikan uang koin. Di sinilah pengarang memikirkan betapa banyak manusia yang masih kekurangan. Terlihat pada bait berikut:
Aduhai merdekanya bangsaku Mudahnya mencari lapangan pekerjaan di negeriku Gerbong kereta terus melaju Jurnal Artikulasi Vol.10 No.2 Agustus|734
Masa bodoh pada mereka yang lugu (NRI/AP/Twdhu’/H37) Sulitnya mencari pekerjaan untuk hidup yang lebih baik sangat diperlihatkan pada puisi ini. Keadaan yang terpuruk semakin menambah beban hidup karena sulit untuk mereka yang tidak mempunyai pendidikan tinggi. Mempunyai pendidikan yang tinggipun tidak menjamin adanya lapangan pekerjaan. Pengarang yang mempunyai kehidupan yang layak dengan melihat kejadian tersebut tetap memiliki kerendahan hati meskipun negeri yang dia cintai sedang terpuruk perekonomiannya. Kerendahan hati yang pengarang miliki inilah membuatnya semakin banyak belajar karena inilah yang dikatakan hidup. 4.3.6 NILAI RELIGIUS MALU DALAM PUISI “AKU RAGU” Malu mempunyai arti yaitu sifat atau perasaan yang menimbulkan keengganan melakukan sesuatu yang rendah atau tidak baik. Dapat diartikan bahwa malu adalah sikap yang enggan melakukan perbuatan buruk. Keraguan yang timbul atas sesuatu yang bersifat sementara. Malu yang timbul mengakibatkan manusia bersifat meragu. Dalam hal ini pangarang merasa ragu pada setiap apa yang ada di dunia karena menurutnya semua yang ada di dunia tidak abadi layaknya Allah SWT. Mendengar semua kenyataan yang ada seperti nyanyian katak di rawa yang hanya bersifat
sementara karena katak bernyanyi pada waktu-waktu tertentu saja. Terlihat pada bait berikut: Sebelum harapan jadi getaran Yang berkecamuk dalam amarahku Bawakan aku madu Bila benar katamu Namun aku masih ragu (NRI/AP/Mlu/H36) Perasaan malu kepada seorang yang dikasihi menimbulkan keengganan karena rasa cinta yang dibawa tidak bersifat abadi layaknya Allah SWT. Rasa yang timbul menjadi rasa enggan dan hanya bersifat biasa saja dalam menghadapi kenyataan di dunia. Penggalan puisi di atas membicarakan bukti yang kuat apabila ada yang bisa menyaingi keabadian Allah SWT. 4.3.7 NILAI RELIGIUS SABAR DALAM PUISI “KATAMU” Sabar adalah menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai dengan mengharap ridho dari Allah SWT. Puisi ini ditujukan kepada Allah karena pengarang mempertanyakan kembali apakah tidak ada lagi musibah di dunia ini. Sabar dalam menghadapi cobaan hidup karena Allah tidak akan memberikan cobaan yang tidak sesuai dengan kemampuan hamba-Nya. Terlihat pada bait berikut: Katamu tak ada lagi darah Mungkin tak ada Tak ada lagi airmata Mungkinkah reda Jurnal Artikulasi Vol.10 No.2 Agustus|735
Sementara tanah gersangku Masih menyimpan kerangkakerangka Tak berkafan (NRI/AP/Sbr/H34) Makna puisi ini pengarang mencoba untuk bersabar karena dia menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai dan hanya mengharap ridho dari Allah. Hal-hal yang tidak disukai adalah sikap menyerah terhadap kenyataan tanpa ada usaha terlebih dahulu, merenungi kesedihan dan lainnya yang bersifat buruk dan menjauhkan hati kepada Allah. Allah mengajarkan kepada manusia untuk tetap berusaha dan berdo’a meskipun banyak musibah yang dialami. 4.4 NILAI-NILAI RELIGIUS YANG BERKAITAN DENGAN AKHLAK DALAM KELUARGA 4.4.1 NILAI RELIGIUS BIRRUL WÂLIDAIN DALAM PUISI “SUARA BUNDA” Birrul wâlidain berkaitan dengan sikap hormat manusia terhadap orang tua yang melahirkannya. Pengertian birrul wâlidain sendiri adalah berbuat kebajikan kepada kedua orang tua. Orang tua sangat berpengaruh pada kehidupan setiap anak di dunia karenanya seorang anak dapat lahir ke dunia, belajar hidup, dan yang paling utama yaitu menghormati kedua orang tua. Terlihat pada bait berikut: Terasa jasad tak bertulang
Bila sejenak suara bunda tak kuharu Jika kujelang nafas penghabisan Rinduku tentram dalam doamu
(NRI/AK/BW/H64) Orang tua sangat berharga bagi kehidupan seorang anak terutama seorang ibu, baginya tak ada yang penting kecuali anak. Betapa dalam pengorbanan seorang ibu yang melahirkan seorang anak kedunia. Orang tua sebagai penopang hidup yang sejati yang diturunkan Allah SWT untuk membimbing anak-anaknya. Tidak ada yang salah dalam mendidik anak karena orang tua lebih tahu arti kehidupan. Jasa orang tua tidak akan pernah bisa terganti meskipun masa telah berganti. Harapan seorang anak ketika nanti ajal telah menjemput hanya do’a dari orang tua yang bisa menjahkannya dari siksa neraka. 4.5 Nilai-nilai Religius yang Berkaitan dengan Akhlak Bermasyarakat 4.5.1 Nilai Religius Ukhuwah Islamiyah dalam Puisi “Surat Cinta dari Aceh” Pengertian ukhuwah Islamiyah adalah ikatan persaudaraan antara sesama muslim di seluruh dunia tanpa melihat perbedaan warna kulit, bahasa, suku, bangsa, dan kewarganegaraan. Maknanya adalah ucapan terimakasih yang pengarang berikan terhadap siapa Jurnal Artikulasi Vol.10 No.2 Agustus|736
saja yang telah banyak membantu Aceh. Dalam musibah, persaudaraan secara tidak langsung terjalin karena kepedulian. Bentuk kepedulian manusia terhadap Aceh telah banyak membantu Aceh dalam menghadapi cobaan hidup. Dengan begitu Allah secara tidak langsung mengajarkan manusia untuk saling membantu. Ikatan persaudaraan antar sesama muslim ini akan memperkuat keimanan masing-masing manusia. Terlihat pada bait berikut: Siapa dan di manapun engkau, saudaraku Kita adalah satu dalam semua Mari kita rajut benang kusut Dengan cinta kasih sesama Terimalah balasan cinta Dalam kesederhanaan kata Yang tak sebening budimu (NRI/AB/UI/H1) Saling menghargai sesama meskipun berbeda warna kulit, bahasa, suku, bangsa, dan kewarganegaraan. Saling bekerja sama untuk membangun Indonesia yang lebih maju. Dalam hal ini pengarang berucap terimakasih kepada mereka yang telah membantu Aceh. Pengarang hanya bisa membalas dengan kata-kata yang tertuang dalam bait puisi di atas karena pengarang tidak bisa membalas budi seseorang. 4.6 NILAI-NILAI RELIGIUS YANG BERKAITAN DENGAN AKHLAK BERNEGARA 4.6.1 NILAI RELIGIUS MENEGAKKAN KEADILAN DALAM
PUISI “SIAPAPUN YANG JADI PILIHAN” Pengertian menegakkan keadilan adalah memberikan hak dan kewajiban yang seimbang sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Siapapun yang akan memimpin Negara Indonesia diharapkan agar bersikap adil dalam mengambil keputusan. Kata hati manusia yang menginginkan pemimpin yang jujur dalam segala hal. Perlu adanya kejujuran dalam diri seorang pemimpin untuk memimpin sebuah Negara karena dalam hal ini tidak ada kata main-main dalam memperjuangkan kehidupan rakyat. Terlihat pada bait berikut: Siapa pun yang jadi pilihan Bagi kami tak ada masalah Yang kami idam sebuah kesadaran Melunasi hutang dengan sangsaka Melenyapkan rintih ibu pertiwi Yang menangisi anaknya di sampah persoalan (NRI/ABN/MK/H22) Keinginan hati manusia dengan adanya keadilan yaitu menyamakan hak dan kewajiban sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Manusia tidak perlu pemimpin yang kaya karena korupsi. Manusia hanya ingin pemimpin yang bisa menyadari keadaan buruk terjadi. Pengarang mewakili suara-suara yang menuntut keadilan ingin bisa berbangga hati bahwa Negara bisa melunasi hutang atas nama Indonesia agar Indonesia tidak terlalu terpuruk dengan keadaan yang banyak dibuat oleh bangsa sendiri.
Jurnal Artikulasi Vol.10 No.2 Agustus|737
4.6.2 NILAI RELIGIUS AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PUISI “ORANG-ORANG BUTA” Pengertian amar ma’ruf nahi munkar adalah berbuat sesuai dengan perintah agama dan menjauhi semua yang dilarang oleh agama. Orang-orang buta di sini ibarat orang yang selalu memikirkan kesenangan dunianya saja tanpa memikirkan kesenangan akhirat. Setiap hari melakukan hal-hal yang telah dilarang oleh agama. Terlihat pada bait berikut: Dasar buta Siang malam, Hitam putih Sama saja Orang-orang buta Hilang tongkatnya (NRI/ABN/AMNH/H10) Orang yang selalu memikirkan kehidupan yang ada di dunia saja tanpa memikirkan kesenangan di akhirat ini merupakan orang yang tidak kuat iman dalam menghadapi godaan. Kesenangan tersebut dengan sengaja Allah berikan tujuannya mampu atau tidak untuk menahan godaan tersebut. Bagi mereka hidup hanya satu kali dan mengapa harus dibuat susah. Pada saat ini banyak orang yang telah hilang imannya namun masih saja tidak sadar bahwa azab Allah sangat berlaku di dunia ini. Untuk masuk surga tidak cukup hanya berdo’a saja tanpa ada usaha. Untuk kembali ke jalan Allah manusia harua mampu untuk berbuat sesuai aturan yang Allah berikan dan
menjauhinya dengan itu manusia mendapat ketentraman batin. V. PENUTUP 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan langkah-langkah dalam prosedur penelitian dan hasil dari pengumpulan data dengan pendekatan deskriptif kualitatif, maka dapat ditarik kesimpulan mendasar sebagai tahap akhir penelitian ini. Dalam kesimpulan ini akan dikemukakan nilai religius dan wujud nilai religius yang ditemukan dalam kumpulan puisi Syeh Khalil yang berjudul Surat Cinta dari Aceh. Sesuai dengan rumusan masalah nilai religius yang berkaitan dengan akhlak dan wujud nilai religius dibagi manjadi enam, yaitu: (1) akhlak terhadap Allah SWT, (2) akhlak terhadap Rasulullah SAW, (3) akhlak pribadi, (4) akhlak dalam keluarga, (5) akhlak bermasyarakat, dan (6) akhlak bernegara. Seperti yang dikatakan di atas dalam penelitian ini menyimpulkan keenam nilai religius yang berkaitan dengan dengan keenam akhlak di atas, berikut kesimpulan yang ditemukan setelah penelitian dilakukan: Pertama, berkaitan dengan akhlak terhadap Allah SWT. Terkait dengan rumusan masalah yang ada pada penelitian ini maka kesimpulan yang dapat diambil bahwa akhlak terhadap Allah SWT merupakan akhlak yang utama karena dalam hal ini manusia diharuskan untuk selalu mengingat Allah dalam Jurnal Artikulasi Vol.10 No.2 Agustus|738
keadaan apapun. Akhlak ini berkaitan dengan setiap kehidupan manusia yang dijalani. Hubungan manusia antara Allah SWT merupakan kunci sukses utama dalam setiap menjalani kehidupan karena gambaran batin seorang hamba kepada penciptanya akan mempengaruhi setiap keputusan yang akan diambil. Kedua, berkaitan dengan akhlak terhadap Rasulullah SAW. Sesuai rumusan masalah yang ada akhlak ini merupakan lanjutan kunci sukses utama dari akhlak terhadap Allah SWT karena jika manusia menaati Rasul dan menjauhi apa yang Rasul larang sama halnya manusia menaati Allah SWT. Rasul merupakan utusan Allah SWT yang dalam hal ini Rasul diutus untuk memperbaiki akhlak manusia menjadi lebih baik. Rasul diciptakan oleh Allah dengan tidak mempunyai nafsu hal ini menunjukkan bahwa Rasul selalu menaati perintah Allah. Manusia diciptakan Allah dengan segala nafsu yang dimilikinya, ini ditunjukkan dengan perubahan sikap dan perubahan dunia yang disebabkan oleh manusia itu sendiri.
Ketiga, berkaitan dengan akhlak pribadi. Sesuai rumusan masalah yang ada pada penelitian, ahklak ini berkaitan dengan diri pribadi manusia. Dengan kata lain setiap perbuatan manusia baik dengan manusia yang lain ataupun dengan makhluk lain dan lingkungan sekitarnya manusia berpedoman pada aturan Allah. Perbuatan yang dilakukan hanya mengharapkan ridho dari Allah SWT semata. Keempat, berkaitan dengan akhlak dalam keluarga. Sesuai dengan rumusan masalah pada penelitian, akhlak dalam keluarga ini mencerminkan perbuatan seseorang kepada keluarganya. Perbuatan seseorang ini mencerminkan sikapnya terhadap orang tua, saudara, suami, atau istri. Seperti halnya akhlak pribadi dalam akhlak ini juga mengharapkan ridho Allah SWT semata. Kelima, berkaitan dengan akhlak bermasyarakat. Berkaitan dengan rumusan masalah dalam penelitian, akhlak ini mengajarkan manusia untuk menghormati masyarakat sekitarnya. Manusia diciptakan oleh Allah untuk saling
Jurnal Artikulasi Vol.10 No.2 Agustus|739
membantu, karena dalam hal ini Allah menciptakan manusia sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang saling membutuhkan antara satu dengan lainnya. Sikap individu yang ditunjukkan akan menyebabkan gunjingan di sekitar lingkungan yang ditempatinya. Keenam, berkaitan dengan akhlak bernegara. Berkaitan dengan rumusan masalah yang telah ada pada akhlak ini manusia dianjurkan untuk menjaga nama baik bangsa dan negara. Dalam hal ini sikap yang dapat diambil sebagai contoh adalah sikap adil sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu, menghormati sesama manusia dengan tidak melihat SARA (suku, agama, dan ras).
5.2 SARAN-SARAN Berkaitan dengan hasil pembahasan dan sesuai masalah, tujuan, dan manfaat penelitian, dapat dikemukakan saran untuk
peneliti dari pecinta sastra, pengajar sastra, dan peneliti sastra lainnya. Untuk pengajar atau guru bahasa dan sastra, hendaknya menggunakan penelitian ini sebagai teori pendukung dalam memilih materi puisi yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan dan usia siswasiswinya. Agar dalam penerapan teori-teori penelitian ini lebih memudahkan pengajar atau guru untuk menjelaskan kepada muridmurid. Untuk peneliti sastra lain khususnya peneliti yang menggunakan puisi sebagai sumber penelitian, agar dapat mempermudah dalam pemilihan teori yang berkaitan dengan puisi dengan kata lain sebagai bahan referensi atau rujukan untuk memperoleh teori-teori yang akan digunakan dalam penelitian. Bagi yang masih belum tahu tentang buku kumpulan puisi Syeh Khalil yang berjudul Surat Cinta dari Aceh yang merupakan buku kedua setelah Sajaksajak Burung Dara diharapkan untuk meneliti lebih jauh tentang seluk beluk puisi tersebut atau juga dapat meneliti pada aspek yang berbeda dari penelitian yang sebelumnya.
Jurnal Artikulasi Vol.10 No.2 Agustus|740
DAFTAR PUSTAKA Azra, Azyumardi dkk. 2002. Buku Teks Pendidikan Agama Islam Pada Umum. Departemen Agama Republik Indonesia.
Perguruan Tinggi
Ilyas, Yunahar. 2001. Kuliah Akhlaq. Yogyakarta: LPPI. Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA. Khalil, Syeh. 2007. Surat Cinta Dari Aceh. Yogyakarta: PT. Pustaka LkiS Pelangi Aksara. Asya, Lukman. http://mkbi.multiply.comreviewsitemis. Diakses pada tanggal 5 Agustus 2009.
Djasepudin. http://ppss.or.idklippingreligius-islam-dalam-sastra-sunda. Diakses pada tanggal 5 Agustus 2009. Marsiaty, Dwi Anik. www.titikoma.com. Diakses tanggal 18 Oktober 2009. www.bisnet.or.id. Diakses pada tanggal 5 Agustus 2009. www.wikipediabahasaindonesia.com. Diakses pada tanggal 5 November 2009.
Jurnal Artikulasi Vol.10 No.2 Agustus|741