ISSN: 2302-920X Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud Vol 18.1 Januari 2017: 252-260
Teks Mitos Tapakan Barong Bhatara Sakti Nawa Sanga di Kahyangan Jagat Luhur Natar Sari: Analisis Struktur dan Fungsi Ni Putu Gek Anna Delvia1*, L.P Puspawati2, I Gde Nala Antara3 Program Studi Sastra Bali Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana] 1 [
[email protected]] 2[
[email protected]] 3 [
[email protected]] *Corresponding Author
[123]
Abstrak This study reviews about myth text of Tapakan Barong that contained in the Kahyangan Jagat Luhur Natar Sari, Apuan, Baturiti, Tabanan. This study aimed to describe the structure contained in the text of the mythical Tapakan Barong Bhatara Sakti Nawa Sanga and assess the functioning of the Tapakan Bhatara Sakti Nawa Sanga. The methods and techniques used in this study are at the stage of providing data used method of observation, interviews, and using the technique of recording and record keeping; methods of data analysis used methods of kualitatif with descriptive and analytical techniques; and the stage presentation of the results of analysis using informal methods with deductive techniques. The results of this research is revealing the structure of narrative text mythical of Tapakan Barong Bhatara Sakti Nawa Sanga in Kahyangan Jagat Luhur Natar Sari covering incidents, plots, characters, themes, background and mandate. Incidents in the mythical tapakan barong consists of four incidents. Flow used in the text of this myth is the flow of advanced (progressive) with eight episodes. The Figure consists of the main characters and secondary characters. The theme text of this myth building is a miracle. Background story appears that is, setting the place and time. The mandate contained in the text of the myth is that God always help people under any circumstances. Myth text function of tapakan barong is a function of the manifestation of God, Tri Hita Karana function, and social function. Keyword: Tapakan Barong, Narrative Structure, Function of Tapakan Barong
1.
Latar Belakang Mitos ada sejak zaman Babilonia akibat perkembangan akal budi
manusia yang selalu ingin tahu. Hal ini yang menyebabkan sastra dan tradisi lisan tetap hidup dan berkembang dalam masyarakat Bali (dalam Puspawati, 2015 : 6).
252
ISSN: 2302-920X Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud Vol 18.1 Januari 2017: 252-260
Mitos merupakan salah satu tradisi lisan yang merupakan warisan budaya daerah yang turun-temurun. Mitos berarti cerita-cerita anonim mengenai asal mula alam semesta dan nasib serta tujuan hidup, penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh masyarakat kepada anak-anak mereka mengenai dunia, tingkah laku manusia, citra alam dan tujuan hidup manusia (Wellek dan Warren, 1993 : 243). Hampir di setiap pura, baik Kahyangan Jagat, Sad Kahyangan, Dang Kahyangan
serta Tri Kahyangan
di
Bali memiliki sarana visualisasi
penggambaran Tuhan sebagai lingga dan prabawa Beliau berupa tapel atau tapakan. Berdasarkan uraian di atas tampak teks mitos tapakan barong ini memang unik dan khas karena hanya ada di Desa Apuan tepatnya di Kahyangan Jagat Luhur Natar Sari. Selain itu, mitos ini hanya diketahui hanya oleh orangorang tertentu saja seperti pengempon pura dan tokoh masyarakat, sedangkan generasi muda kurang mengetahui adanya teks mitos tersebut. Selain itu, keistimewaan dari penelitian ini yaitu terletak pada sembilan tapakan barong di Kahyangan Jagat Luhur Natar Sari yang memiliki menyerupai Dewata Nawa Sanga (Sembilan Dewa Penjuru Mata Angin) yang memiliki fungsinya masingmasing dan ini hanya ada di Kahyangan Jagat Luhur Natar Sari dan tidak ada duanya. Berkenaan dengan hal ini, sangat penting dilakukan penelitian mengenai teks mitos tapel atau tapakan yang ada di Kahyangan Jagat Luhur Natar Sari agar lebih mengetahui awal dari muncul atau adanya Tapakan Barong di Kahyangan tersebut.Masalah teks mitos tapakan barong di Kahyangan Jagat Luhur Natar Sari sebelumnya belum pernah dikaji oleh peneliti.Oleh karena itu, teks mitos ini perlu dikaji secara lebih mendalam dari segi struktur dan fungsi dari teks mitos tapakan barong ini bagi masyarakat terutama masyrakat Desa Apuan.
2. Pokok Permasalahan 1) Bagaimana struktur dari teks mitos Tapakan Barong Bhatara Sakti Nawa Sanga di Kahyangan Jagat Luhur Natar Sari?
253
ISSN: 2302-920X Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud Vol 18.1 Januari 2017: 252-260
2) Apa fungsi teks mitos Tapakan Barong Bhatara Sakti Nawa Sanga di Kahyangan Jagat Luhur Natar Sari?
3. Tujuan Penelitian 3.1 Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk melestarikan sastra daerah terutama dalam bidang ilmu sastra serta berusaha menggali dan menyebarluaskan nilai-nilai budaya dalam suatu sastra lisan berupa mitos..Selain itu juga dapat memberikan pengetahuan atau informasi kepada masyarakat tentang sastra lisan yang ada di masyarakat yang harus dilestarikan dan dikembangakan. 3.2 Tujuan Khusus 1) Untuk mendeskripsikan struktur yang terdapat dalam teks mitos Tapakan Barong Bhatara Sakti Nawa Sanga, 2) Untuk mengkaji fungsi dari teks mitos Tapakan Barong Bhatara Sakti Nawa Sanga. 3) 4. Metode Penelitian 4.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam pengumpulan data, yaitu metode observasi dan metode wawancara dibantu dengan teknik perekaman dan pencatatan.Metode observasi yaitu dengan penelitian lapangan yang fungsinya untuk mencari kebenaran dari mitos tersebut dengan menggunakan metode wawancara.Metode wawancara adalah metode utama yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menanyakan kepada beberapa informan yang mengetahui teks mitos sesuai dengan objek penelitian yakni salah satunya mewawancarai pemangku Kahyangan Jagat Luhur Natar Sari untuk mengetahui lebih rinci tentang mitos Tapakan Barong Bhatara Sakti Nawa Sanga.
254
ISSN: 2302-920X Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud Vol 18.1 Januari 2017: 252-260
4.2 Metode dan Teknik Analisis Data Metode dan teknik yang digunakan adalah metode deskriptif analitik (menguraikan data secara mendetail). Pada proses pengolahan data ini, dilakukan pemilahan terhadap data yang diperoleh yang kemudian disesuaikan dengan objek kajian. Metode deskriptif analitik yang diterapkan pada pengolahan data ini dibantu dengan cara berpikir induktif dan deduktif.
4.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data Pada penelitian ini hanya menggunakan metode informal saja. Cara kerja metode informal yakni laporan hasil analisis diuraikan dalam bentuk katakata biasa atau mudah dipahami dengan menggunakan kalimat, bukan dalam bentuk angka-angka atau lambang-lambang (Semi, 1988 : 4). Penelitian ini disajikan dengan kata-kata dan kalimat yang menggunakan bahasa Indonesia.. 5. Hasil dan Pembahasan 5.1 Struktur Teks Mitos Tapakan Barong Bhatara Sakti Nawa Sanga 1) Insiden Insiden menurut Sukada (1987 : 58-59) ada dua yaitu: (1) insiden pokok yang mengandung ide-ide pokok cerita yang menjuruskann kesimpuln cerita kepada adanya plot; (2) insiden sampingan yaitu insiden yang menyimpang dari sebab akibat yang logis, yang mengandung ide-ide sampingan, dank arena itu menjurus atau tidak menunjang adanya plot.Insiden dalam teks mitos Tapakan Barong Bhatara Sakti Nawa Sanga di Kahyangan Jagat Luhur NatarSari terdiri dari lima insiden yang terjadi secara berurutan sehingga membangun cerita dengan baik dan sangat menarik karena merupakan insiden yang logis. 2) Alur Teks mitos Tapakan Barong Ida Bhatara Sakti Nawa Sanga memiliki alur/plot maju/progresif sesuai dengan pendapat Nurgiyantoro (2002 : 153-154) yaitu plot progresif jika peristiwa-peristiwa yang pertama diikuti oleh (atau menyebabkan terjadinya) peristiwa-peristiwa
255
ISSN: 2302-920X Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud Vol 18.1 Januari 2017: 252-260
kemudian. Cerita dimulai dari tahap awal (penyituasian, pengenalan, dan permuculan konflik), tengah (konflik meningkat, klimaks), dan akhir
(penyelesaian).Oleh
karena
itu
kejadian-kejadian
yang
dikisahkan bersifat kronologis, sesuai dengan urutan waktu. 3) Tokoh dan Penokohan Tokoh dalam teks mitos Tapakan Barong Bhatara Sakti Nawa Sanga terdiri dari tokoh utama dan tokoh sekunder. Tokoh utama merupakan tokoh yang terlibat dan umumnya dikausai oleh serangkaian peristiwa (Tarigan, 1984 : 43). Dalam teks mitos Tapakan Barong Ida Bhatara Sakti Nawa Sanga di Kahyangan Jagat Luhur Natar Sari, tokoh utamanya
adalah
tiga
tapakan
barong
diantaranyaTapakan
BarongRahwana (Ratu Ngurah Sakti Angawa Rat), Delem (Ratu Ngurah Made), dan Sangut(Ratu Ngurah Ketut). Sedangkan, tokoh sekunder dari teks mitos tapakan barong ini diantaranya undagi yang berasal dari Abiansemal Badung yang membuat ketiga Tapakan Barong, Warga Nusa Penida beserta perangkat Desa dan juga masyarakat di wilayah Nusa Penida, Raja Puri Klungkung beserta masyarakat sekitar Puri Klungkung, Masyarakat Desa Gelagah Marga, tiga utusan Raja Klungkung, Raja Puri Marga, dan juga pemangku dari Desa Apuan. 4) Tema Menurut Nuriyantoro (2002 : 70) tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita, ia selalu berkata dengan berbagai pengelaman kehidupan seperti masalah cerita, rindu, takut, religious, dan sebagainya. Tema dalam teks mitos Tapakan Barong Bhatara Sakti Nawa Sanga yaitu bertemakan keajaiban, dimana banyak keajaiban-kejaiban yang terjadi dalam teks mitos tersebut yang menyebabkan teks mitos ini menjadi sangat menarik. 5) Latar Latar pada teks mitos Tapakan Barong Bhatara Sakti Nawa Sanga terdiri dari dua latar, yaitu latar waktu dan tempat. Latar waktu pada
256
ISSN: 2302-920X Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud Vol 18.1 Januari 2017: 252-260
teks mitos tapakan barong ini terjadi pada malam hari], dan terdapat enam latar tempat diantaranya Griya Cepaka Abian Semal, Pura Munduk Bias Nusa Penida, Pura Bedugul Banjar Gelagah Marga Tabanan, Pura Luhur Pucak Padang Dawa, Pura Puseh Desa Pakraman Tua, dan Pura Puseh Desa Apuan (Kahyangan Jagat Luhur Natar Sari). 6) Amanat Amanat yang terkandung di dalam teks mitos Tapakan Barong Bhatara Sakti Nawa Sanga yaitu mengajarkan kita untuk selalu bersyukur kepada Tuhan karena semua yang kita miliki berasal dari Beliau dan juga teks mitos ini mengingatkan kita untuk selalu menghindari niat buruk terhadap orang lain karena setiap niat yang buruk pasti akan mendapatkan balasan yang setimpal sesuai dengan perbuatan yang dilakukan.
5.2 Fungsi Teks Mitos Tapakan Barong Bhatara Sakti Nawa Sanga 1) Fungsi Religius Fungsi religius yang terdapat dalam teks mitos Tapakan Barong Bhatara Sakti Nawa Sanga berkaitan dengan manifestasi dari Tuhan.Tapakan Barong Bhatara Sakti Nawa Sanga diibaratkan seperti Dewata Nawa Sanga menurut ajaran Agama Hindu yaitu sembilan dewa penguasa disetiap penjuru mata angin. Kesembilan tapakan tersebut adalah: (1) Anoman, warnanya putih yang merupakan simbol Dewa Iswara, senjatanya bajra, aksara sucinya “Sang” (sa), letaknya di timur; (2) Anggada, warnanya dadu, simbol dari Dewa Maheswara, senjatanya dupa, aksara sucinya “Nang”, letaknya di tenggara; (3) Singanana, warnanya merah, simbol dari Dewa Brahma, senjatanya gadha, aksara sucinya “Bang” (Ba), letaknya di selatan; (4) Sugriwa, warnany jingga, simbol dari Dewa Rudra, senjatanya mosala, aksara sucinya “Mang”, letaknya di barat daya; (5) Sangut(Ratu Ngurah Ketut), warnanya kuning, simbol dari Dewa Mahadewa, senjatanya naga pasa, aksara sucinya “Tang” (Ta), letaknya di barat; (6) Anila,
257
ISSN: 2302-920X Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud Vol 18.1 Januari 2017: 252-260
warnanya hijau, simbol dari Dewa Sangkara, senjatanya angkus, aksara sucinya “Sing”, letaknya di barat laut; (7) Delem (Ratu Ngurah Made), warnanya hitam, simbol dari Dewa Wisnu, senjatanya cakra, aksara sucinya ”Ang” (A), letaknya di utara; (8) Sampati, warnanya abu-abu, simbol dari Dewa Sambu, senjatanya trisula, aksara sucinya “Wang”, letaknya di timur laut; dan (9) Rahwana (Ratu Ngurah Sakti Amgawa Rat), warnanya Panca Warna, simbol dari Dewa Siwa, senjatanya padma, aksara sucinya “Ing” (I) dan “Yang”, letaknya di tengah (Sudarsana dan Widarsana, 2009: 35-36). 2) Fungsi Ideologis Fungsi ideologis pada teks mitos Tapakan Barong Bhatara Sakti Nawa Sanga berhubungan dengan konsep Tri Hita Karana menurut masyarakat Bali.Tri Hita Karana bersumber pada keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhannya, manusia dengan sesamanya, dan manusia dengan lingkungannya.Hubungan harmonis yang terjadi antara manusia dengan Tuhan dijelaskan oleh seorang narasumber bahwa setiap adanya hari-hari suci masyrakat Desa Apuan selalu melakukan persembahyangan ke Kahyangan Jagat Luhur Natar Sari dan pura-pura lainnya.Hubungan yang harmonis anatara sesama manusia dijelaskan bahwa pada setiap orang yang memiliki piodalan di Kahyangan Jagat Luhur Natar Sari semua masyarakat Desa Apuan menerima dengan baik masyarakat dari luar untuk sekedar berisitirat dirumah mereka.Hubungan yang harmonis antara manusia dengan lingkungan dijelaskan bahwa masyarakat Desa Apuan selalu menjaga lingkungannya dengan baik terutama pada sawah, kebun, dan hewanhewan peliharaan mereka, karena masyarakat disana dominan berprofesi sebagai petani dan peternak.
258
ISSN: 2302-920X Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud Vol 18.1 Januari 2017: 252-260
3) Fungsi Sosial Fungsi sosail dalam teks mitos Tapakan Barong Bhatara Sakti Nawa Sanga di Kahyangan Jagat Luhur Natar Sari yaitu terlihat pada saat masyarakat dari Desa lain yang datang atau tangkil saat piodalan di Kahyangan Jagat Luhur Natar Sari. Semua yang tangkil saat piodalan di Kahyangan Jagat Luhur Natar Sari nampak seperti saudara, baik tuan rumahnya dan tamu sama-sama ramah dan saling mebantu satu sama lain. Hal ini terbukti saat piodalan di Kahyangan Jagat Luhur Natar Sari, banyak panjak Ida Bhatara yang datang dari berbagai Desa di beberapa Kabupaten diantaranya Tabanan, Badung, Gianyar, Negara, dan Bangli, semuanya tampak harmonis dan sudah seperti saudara walaupun tidak saling mengenal, namun di Pura semuanya adalah saudara karena semua di pertemukan oleh Beliau. Selain itu, panjak Ida Bhatara yang datang dari jauh untuk ngiringsesuwunan dari Desa mereka, mekemit di samapai upacara berakhir dan masyarakat Desa Apuan memperkenankan panjak Ida Bhatara yang mekemit itu untuk beristirahat di rumah mereka. 6. Simpulan Struktur dari teks mitos Tapakan Barong Bhatara Sakti Nawa Sanga terdiri atas 5 insiden, alur yang digunakan yaitu alur maju (progresif) dengan 8 episode, tokoh dalam teks mitos terdiri atas tokoh utama dan tokoh sekunder, dalam teks mitos terdapat latar waktu yaitu pada malam hari dan enam latar tempat, tema dari teks mitos tapakan barong ini yatu keajaiban, dan amanat dari teks mitos tapakan barong yaitu segala sesuatu yang kita inginkan jangan pernah sesekali mendapatkannya dengan cara yang curang, karena suatu kejahatan akan sangat mudah terungkap. Fungsi dari teks mitos Tapakan Barong Bhatara Sakti Nawa Sanga terdiri dari fungsi religius, fungsi ideologis, dan fungsi sosial.
259
ISSN: 2302-920X Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud Vol 18.1 Januari 2017: 252-260
7. Daftar Pustaka Nurgiyantoro, Burhan. 2002. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Puspawati, Luh Putu. 2015. “Teks Mitos Sampi/Bulu Geles Di Desa Tambakan Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng” (Disertasi). Denpasar: Universitas Udayana Semi, M. Atar. 1988. Kritik Sastra. Bandung: Angkasa Sukada, Made. 1987. Beberapa Aspek Tentang Sastra. Denpasar: Kayumas dan Yayasan Ilmu dan Seni Lesiba. Tarigan, Henry Guntur. 1984. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Penerbit Angkasa Anggota IKAPI Teeuw, A. 1984.Sastra dan Ilmu Sastra. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya. Wellek, Rene dan Warren Austin. 1993. Teori Kesusastraan.Jakarta: PT. Gramedia.
260