Teknologi Informasi dan Pengaruhnya Pada Perpustakaan 1 2
Ida F Priyanto
[email protected] [email protected] Perpustakaan@UGM
Pendahuluan Dalam dua dasa warsa terakhir kita telah melihat betapa cepat dunia informasi dan komunikasi berkembang dan hal tersebut telah banyak merubah tata kehidupan masyarakat kita. Banyak aspek kehidupan masyarakat yang telah berubah dari kebiasaan berkomunikasi dan menyampaikan informasi.secara tertulis menjadi digital dan tanpa kabel. Dahulu orang biasa mengirim surat melalui kantor pos; mengirimkan kartu lebaran/natal kepada kawan dan keluarga; dan bahkan kebiasaan untuk mengoleksi perangko maupun mendesain kop surat. Tidak kalah penting adalah dunia fotografi. Dulu orang membeli film dan kemudian mencuci dan mencetaknya serta kemudian baru bisa mengetahui hasilnya setelah dicetak. Kini hal-hal tersebut telah berubah. Hal-hal tersebut mungkin dapat menjadi kenangan bagi mereka yang kini telah berusia 25 tahun ke atas. Sementara itu, bagi orang yang berusia di bawah 25 tahunan mungkin tidak dapat merasakan secara jelas perubahan-perubahan tersebut. Telah terjadi perubahan yang cukup besar dalam dunia teknologi informasi dan perubahan itu berdampak besar pada tatanan, kebiasaan dan perilaku masyarakat.
Tatanan dan kebiasaan masyarakat jelas telah berubah dan ternyata kita juga melihat adanya perubahan dalam dunia perpustakaan. Kalau kita kembali ke periode 20 tahun yang lalu, maka kita bisa melihat bahwa kecanggihan sebuah perangkat komputer adalah pada pemanfaatan komputer sebagai penyimpan data bibliografis dan mampu mencetak kartu katalog dengan lebih cepat dan lebih rapi dibandingkan dengan mencetak dengan mesin ketik.
11 Disajikan
Disajikan dalam dalam Seminar Seminar Sehari Sehari "Teknologi "Teknologi Informasi Informasi Untuk Untuk Perpustakaan Perpustakaan Era Era Milenium Milenium III" III" di di Gedung Gedung Teater Besar ISI Surakarta, Rabu 44 Agustus 2010. Teater Besar ISI Surakarta, Rabu Agustus 2010. 2 Pustakawan di Perpustakaan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
1
Perkembangan cepat dalam TI membawa perubahan revolusioner dalam information processing, storage, dissemination and distribution dan menjadi sumber kunci dalam membawa perubahan besar di berbagai aspek masyarakat. Dengan komputer murah dan software word-processing yang mudah digunakan, teknik pengelolaan image berbasis komputer menjadi ‘informasi digital’ berupa teks dan multimedia yang menyatu - informasi berisi teks dengan gambar, suara dan video. Jadi informasi yang tersimpan di dalam perpustakaan berubah dari kertas dengan batasan volume ke bentuk digital multimedia tanpa batas dengan konvergensi format atau bentuk yang berbeda.
Kemudahan komunikasi dengan Internet, telah membawa perubahan paradigma penggunaan informasi dari need to know basis – menjadi informasi yang available when and where you need it. Teknologi penerbitan digital dan jaringan global juga telah membawa perkembangan pada banyaknya perpustakaan digital. Lorcan Dempsey (2006) mengatakan bahwa:
“Ten years ago we saw the convergence of the human-readable Web with increased connectivity. Now we are seeing communicating applications and more pervasive, broadband connectivity. The world is flatter because computing and communications is more pervasive of our working and learning lives: we create, share and use digital content and services”.
Pengaruh ICT terlihat jelas pada perkembangan perpustakaan, terutama dalam hal-hal berikut: Storage yang dulu kita selalu berpikir tentang jumlah atau panjang rak, saat ini kita berbicara tentang berapa terra atau peta byte jumlah koleksi kita. Kecepatan: kecepatan menemukan kembali informasi dan memberikan layanan adalah dua hal yang menjadi pemikiran dunia perpustakaan dan keduanya sangat terkait dengan database dan kecanggihan teknologi yang dimiliki oleh perpustakaan. Kemudahan dalam pengolahan bahan pustaka, temu kembali informasi, maupun kemudahan dalam memberikan pelayanan dapat kita rasakan dan dapat kita
2
tingkatkan lagi. Dapat kita lihat perubahan layanan perpustakaan dari menuliskan nomor mahasiswa dan menandatangani serta men-cap slip buku menjadi scan barcode atau scan RFID atau langsung terbaca di layar komputer. Besarnya jumlah informasi yang tersimpan semakin besar. Kalau dulu kita merasakan begitu rak penuh maka kita harus menambah jumlah rak atau mengurangi koleksi yang sudah ada, saat ini dalam koleksi digital kita menambahkan besarnya harddisk server. Interoperabilitas dapat dilakukan karena software pada umumnya semakin compatible. Integrasi data yang tersimpan di dalam sebuah basis data juga dapat dilakukan dengan lebih mudah dan lebih cepat.
Layanan Berbasis Web Selain layanan perpustakaan dalam bentuk terautomasi, perpustakaan juga membangun layanan berbasis web, dimana koleksi berbentuk digital seperti tesis dan disertasi telah dapat dibaca secara langsung oleh pemustaka yang berada di tempat yang jauh sekalipun. Freemantle, P., et al (2002) menyebutkan bahwa layanan berbasis web memiliki manfaat berikut: Interoperabilitas Enkapsulasi Ketersediaan Deskripsi Diri Modularitas Sederhana dan Skalabilitas yang tinggi
Library 2.0 Library 2.0 adalah istilah yang muncul beberapa tahun yang lalu setelah web 2.0 dikenalkan dan kemudian menjadi sangat terkenal dan bahkan banyak orang menggunakan istilah 2.0 untuk hal-hal lain: Learning 2.0, user 2.0, dan sebagainya. Dengan Library 2.0 layanan perpustakaan semakin cepat dapat di-update dan dievaluasi kembali untuk memberikan layanan kepada pemustaka sebaik-baiknya. Library 2.0 juga
3
telah mendorong pemustaka memberikan feed back dan turut berperan serta dalam mendesain dan memberikan layanan sesuai yang diinginkannya seperti tertuang dalam wikipedia.org/wiki/Library_2.0. Sementara itu Maness (2006) menyebutkan bahwa: “Library 2.0 is the application of interactive, collaborative and multi media web based technologies to web based library services and collection” (Maness, 2006). Ide dasar Library 2.0 adalah transformasi layanan perpustakaan dengan membuatnya lebih personal, interaktif, kolaboratif, dan lebih berbasis web, serta didorong oleh kebutuhan masyarakat. Komponen Library 2.0 Library 2.0 memiliki ciri khas sebagai perpustakaan yang dapat berkomunikasi secara dua arah. Interaksi dari pemustaka dapat dilakukan langsung dan pustakawan dapat memberikan layanan secara langsung pula meskipun jarak antara pustakawan dan pemustaka cukup jauh. Ciri khas lain termasuk fasilitas berikut: Wiki (Hawaiian wiki, to hurry, swift) Website kolaboratif yang isinya dapat diedit oleh siapapun yang memiliki akses ke wiki. Wiki merupakan aplikasi web yang memungkinkan pemustaka menambahkan isinya, sebagaimana yang terjadi pada Forum Internet, tetapi juga mengacu pada software kolaboratif yang digunakan untuk meng-create web semacam itu. (en.wikipedia.org/wiki/Wikis) Blog Blog (WEBLOG) adalah website yang berisi entri dengan kronologi terbalik (mulai dari yang paling baru) dan mengenai hal-hal tertentu http://www.answers.com/topic/blog)
saja.
Seseorang atau kelompok kontributor bisa menulis blog sendiri yang berisi komentar-komentar dan links ke websites lain, gambar yang dikirimkan oleh orang atau kelompok orang. Dalam sebuah blog, kadang-kadang fasilitas penelusuran juga disediakan.(wikipedia.org/wiki/Blogs) Social networking Layanan Social Networking menggunakan software untuk membangun jaringan komunitas social secara online untuk orang-orang yang berbagi minat dan kegiatan atau mereka yang tertarik untuk memahami minat dan kegiatan orang lain. Sebagian besar layanan terutama berbasis-web dan menyediakan berbagai cara pengguna berinteraksi seperti chat, messaging, email, video, voice chat, file sharing, blogging, discussion groups dan sebagainya. Komponen lain dari Library 2.0 juga termasuk: RSS Podcasting 4
Instant Messaging SMS MMS Teknologi komunikasi dan informasi mendorong perubahan paradigma di dunia perpustakaan dan pusat informasi, yang mencakup: • • • • • • • • • • • •
Perpustakaan traditional ke perpustakan digital, Cetak kertas ke informasi digital, Kartu katalog menjadi OPAC berbasis Web, Proses tertulis ke tag RFID, Jurnal cetak ke jurnal online, Hak Kepemilikan ke hak akses, Akses di dalam perpustakaan ke akses melalui desktop atau jarak jauh. Ketersediaan Informasi di dalam perpustakaan pagi sampai sore menjadi layanan 24X7, Fotokopi menjadi kopi digital, Digital Delivery Services dilakukan melalui E-mail tidak lagi melalui pos atau fax. Perpustakaan standalone menjadi jaringan Informasi Perpustakaan nyata menjadi perpustakaan virtual.
Mengapa pustakawan perlu masuk dalam dunia teknologi? Ahli informasi dan termasuk di dalamnya pustakawan mengadopsi teknologi seperti komputer, jaringan, Internet, data digital dan lain sebagainya serta beradaptasi dengan lingkungan yang berubah karena fokus mereka adalah pemustaka dan pemenuhan kebutuhan informasi. Dempsy Lorcan (2006) menyebutkan bahwa: “The network evolution of research and learning practices across disciplines and institutions is what the librarians need to know more about. Libraries need to understand how best to co-evolve with these changes, and need more evidence upon which to base their planning”.
Perilaku Pemakai “In a flat networked world, where data and content flow more freely, much of what might have happened in library is pushed out into network user environment.” (Dempsey Lorcan, 2006) Pemustaka pada umumnya tidak menyadari tentang adanya teknologi atau perkembangan teknologi informasi yang berkembang pada masanya, namun demikian perilaku pencarian
5
informasi berbeda tergantung dari kompetensi setiap individu dan teknologi yang telah dikuasainya.
Di sisi lain kita memahami bahwa peran pustakawan dalam dunia perpustakaan tradisional adalah sebagai berikut: •
seleksi,
•
menelusur,
•
mengoleksi
•
mengorganisasi
•
menjaga dan memelihara sumber informasi
Sementara itu di era digital, peran pustakawan berubah dari kelima hal di atas, menjadi Negotiator – a person who should be able to identify the needs of users Navigator - Searching the ocean of information regardless the format Facilitator – Information and Infra-structure Educator - being familiar with information in different formats and should be able to train the users whenever required Entrepreneur - Marketing Library Services Information filter – Able to provide right information, in right time to the right person from right resource. (Freemantle, P., et al., Communications of ACM, 2002, 45(10), 77-82)
Dengan demikian, saat ini kita harus mampu mengikuti perkembangan teknologi informasi dan mampu mengimplementasikan berbagai perkembangan tersebut dalam dunia layanan perpustakaan sehari-hari. Perbedaan generasi antara pustakawan dan para pemustaka harus diantisipasi agar tidak terjadi gap antara pustakawan dan pemustaka karena perbedaan cara pandang maupun gaya hidup.
6
Daftar Pustaka: Dempsey, Lorcan. (2006). The (Digital) Library Environment: Ten Years After. Ariadne Issue 46 at http://www.ariadne.ac.uk/issue46/dempsey/intro.html) Freemantle, P., et al., (2002). Enterprise Services. Communications of ACM, 2002, 45(10), 77-82. Maness (2006) Library 2.0 Theory: Web 2.0 and Its Implications for Libraries. Webology, 3 (2). http://webology.ir/2006/v3n2/a25.html
7