TAUHIDI EPISTIMOLOGI EKONOMI ISLAM DAN RANCANG BANGUN PENGEMBANGAN DISIPLIN ILMU EKONOMI ISLAM
Oleh : Prof. Dr. H. Suroso Imam Zadjuli, SE *)
I.
PENDAHULUAN
1.1. Metode Pendekatan Filsafat Ilmu Konvensional/Semi Sekulaaris dan Kasyf/Intuitif Dalam rancang bangun pengembangan disiplin ilmu ekonomi Islam yang berketauhidan di Indonesia khususnya dan di Dunia pada umumnya, disini tidak akan dipergunakan asumsi apapun kecuali realita dan keyakinan dasar dari Umat Islam yang termaktub dalam al-Qur‟an dan as-Sunnah (al-Hadits dan perilaku Rosulullah baik yang berhubungan dengan Allah Swt. maupun dengan manusia serta makhluk yang lain). Untuk memperoleh hasil yang optimal terlebih dahulu harus diananalisis secara kasyf/ intuitif, yaitu berdasarkan petunjuk Allah lewat Nur Illahi yang telah diturunkan dalam bentuk Nur-Muhammad dan diduplikasikan dalam bentuk Nur-Adam a.s. yang selanjutnya dari serpihan NurMuhammad tersebut Allah Swt. menciptakan seluruh makhluk diseluruh Jagad Raya ini, yang tujuan akhirnya adalah untuk : bertasbih, bertaqwa, berbakti serta bersyukur keharibaan-Nya. Dalam rangka menguraikan : bangunan Ilmu Ekonomi Islam dalam bentuk kaidah ilmu pada umumnya yang semi sekularis bahkan sekuler penuh, suatu cabang dari pengetahuan baru dapat disebut ilmu yang mandiri apabila dipenuhi tiga persyaratan yang meliputi : 1. Diskripsi tentang keilmuan itu sendiri, persepsi serta penilaian dan permasalahan yang terdapat dalam masyarakat dapat dijelaskan (pendekatan ontologis). 2. Cara mengetahui/memahami ilmu pengetahuan tersebut serta cara mencari jalan keluar dari suatu permasalahan baik yang besar/makro maupun yang kecil/mikro juga harus dapat diuraikan (pendekatan epistimologis). 3. Hasil akhir/target yang diharapkan termasuk hasil akhir dan manfaat/nilai guna/nilai tambah dari ilmu pengetahuan tersebut bila dipraktekkan (pendekatan aksiologis).
__________________________________ *) - Guru Besar pada Fakultas Ekonomi & Bisnis dan Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya. - Director of Center for International Islamic Economic Studies Faculty of Economics & Business Airlangga University.
Hal. 1
Dalam pengembangan Ilmu Ekonomi Islam disini tidak dipakai ketiga metode tersebut, tetapi menggunakan metode (I)ntention, (K)nowledge, (A)ttitude and (P)ractice (IKAP) study yaitu : 1. Segala sesuatu tergantung pada niatnya (Intention). 2. Pemahaman tentang ilmu pengetahuan yang akan dikembangkan tersebut secara mendalam berdasarkan pada arkhannul Iman dan arkhannul Islam (knowledge). Orang yang beriman dan berilmu akan diangkat satu derajat lebih tinggi oleh Allah dari orang yang beriman dengan ilmunya yang sedikit saja. 3. Niat yang baik berdasarkan iman dan ilmu tersebut harus dapat mengubah sikap akhlaqul-jahilliyah menjadi akhlaqul-kharimah (Attitude‟s change to be best behavior). 4. Dari ketiga hal tersebut diharapkan akan memperoleh ridho Allah Swt. dalam mempraktekkan (Practice) Ilmu Ekonomi Islam yang normatifnya terdapat dalam al-Qur‟an dan al-Hadits serta implementasi kesehariannya telah diberikan suri tauladan oleh Rosulullah saw, khalifahurrasidhin serta para Tabi‟it dan Tabi‟in. Pemahaman tentang kebenaran universal dari sistim ekonomi : Liberal, Sosialis, Sosialis Demokrat dan lain sebagainya tersebut merupakan penilaian kebenaran universal yang “Commonsence” yaitu sesuatu yang kelihatannya benar tetapi salah dan jika dipraktekkan hasilnya bermudarat/sesat. Amerika Serikat pendekar dari sistim ekonomi kapitalis liberal ternyata sejak awal tahun 2000 mulai bangkrut dan pada Agustus 2011 mengalami free fall to crass-landing/terjun bebas karena hutangnya telah melebihi dari jumlah GNP yang dihasilkan dari seluruh kegiatan sosial-ekonomi masyarakat/negaranya. Prof. Dawam Rahardjo dalam rancang bangun Ilmu Ekonomi Islam menggunakan pendekatan “Hakekat dan Makrifat pembangunan rumah Joglo Jawa secara arsitekturnya” yaitu dengan cara membangun fondasi, mendirikan soko guru, pintu, jendela dan dindingnya baru kemudian membangun atap rumahnya. Hal ini tidak salah, tetapi masih menggunakan tata cara pendekatan hakekat dan makrifat yang konvensional dalam budaya Jawa, sehingga akan mengurangi kedalaman makna philosofisnya. 1.2. Blue Mosque Philosophy Setelah membaca makalah Prof. Dawam Rahardjo dan oleh Ustadah Dr. Euis Amalia kami diminta untuk mengomentari makalah beliau, maka kami mulai berfikir secara kasyf/intuitif tentang Arsitektur Islam. Arsitektur Islam dikembangkan mulai dari pembangunan masjid. Selain tiga masjid tersuci di Dunia yaitu : Masjidil Haram, Masjidil Aqsa dan Masjid Nabawi terdapat masjid yang paling indah, mengagumkan serta lebih terkenal dengan sebutan “Blue Mosque”/”Masjid Biru” yang berlokasi di Istanbul Turki. Dalam membangun masjid di al-Qur‟an dapat dibaca dalam surah at-Taubah ayat 109.
Hal. 2
Surah at-Taubah ayat 109
Maka Apakah orang-orang yang mendirikan mesjidnya di atas dasar taqwa kepada Allah dan keridhaan-(Nya) itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan Dia ke dalam neraka Jahannam. dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang- orang yang zalim. Dari sisi eksterior arsitektur bangunan strukturnya terdapat perwujudan makna hakekat makrifat kasyf/intuitif yaitu : 1. Terdapat 6 (enam) menara yang tinggi mengerucut keatas yang bermakna Rukun Islam yaitu Iman kepada : Allah, Malaikat, Kitabullah, Rosul, Khodok & Khodar dan Hari Akhir. 2. Dari keenam menara tersebut yang langsung terikat dengan bangunan masjid berjumlah 5 (lima) menara yang bermakna Rukun Islam yaitu : Sahadat, Sholat, Puasa, Zakat dan Haji. 3. Terdapat 3 (tiga) tingkat qubah masjid yang bermaknakan terdapat 3 golongan Umat Islam dalam tingkat ketaqwaan/penghayatan dalam keyakinan dan praktek/pengamalannya yaitu : Iman, Islam dan Ikhsan. 4. Struktur bangunan yang tampak telah bermaknakan : Rukun Iman, Rukun Islam dan menunjukkan tiga tingkat ketaqwaan manusia pada Allah, maka pondasi blue mosque tersebut pasti kokoh dan kuat yaitu dalam makna hakekat dan makrifatnya adalah al-Qur‟an dan as-Sunnah. 5. Warna eksterior lingkungan dan masjiddnya adalah didominasi warna biru yaitu meliputi : a. “Blue Sky” yaitu merupakan warna langit nomor 6 yang berwarna biru atau “Natural Blue Sky” yaitu warna makhluk langit keenam ciptaan Allah. b. “Blue Ocean” yaitu merupakan pandangan pantulan warna Natural Blue Sky pada lautan di Selat Bosporus, Turki ataupun warna refleksi pada air laut/danau pada umumnya.
Hal. 3
c. Seluruh kubah masjid dicat dengan warna biru/”Artificial blue color”, yaitu hasil karya/amalan manusia.
Di langit nomor enam yang berwarna biru inilah bersemayam 2 makhluk langit yang merupakan 2 menteri jaman pemerintahan Rosulullah yaitu Malaikat Jibril merupakan menteri urusan Wahyu dan Malaikat Mikail yaitu menteri urusan Risqi. Dalam Ilmu Ekonomi Konvensional/Umum, laut yang berwarna biru/”blue ocean” tersebut telah melahirkan teori “Blue Ocean Strategy” yaitu pengembangan 3 industri secara besar-besaran di Amerika yang meliputi : Industri mobil, film dan teknologi informatika, sedangkan di Indonesia integrasi dari tiga warna : Natural Blue Sky, Reflection of Blue Ocean dan Artificial Color of mosque‟s Qubas tersebut oleh Prof. Dr. H. Suroso Imam Zadjuli, SE dibangun/dikembangkan “Blue Mosque Philosophy” to develop of Islamic Economics in the World. Hakekat dan makrifat air laut yang merupakan bagian terbesar dari air yang ada di Dunia ini yaitu sebesar 96,50% atau sebanyak 1.338.000.000 km3 air dari jumlah air di Dunia yaitu 1.386.000.000 km3 air, dimana makna hakekat dan makrifat dari air adalah merupakan jenis perilaku kehidupan yang selalu berdasarkan pada syariah/sunatullah. Makna dari Universitas Airlangga yang berasal dari bahasa Sangsakerta bermakna bila ingin mencari ilmu yang lurus benar dan bermanfaat (dengan cara minum air kehidupan yang suci) pergilah menuntut ilmu ke Universitas Airlangga. Makna Syariah by definition “Syar‟i is all of human activities which always begin from the spring” so by definition Airlangga Univerity is the same with Syariah University atau Universitas Syariah satu-satunya di Dunia, karena yang ada di Dunia selama ini kecuali di Airlangga adalah hanya merupakan Fakultas Syariah. Jadi yang benar adalah Universitas Syariah yang meliputi : Fakultas Ekonomi & Bisnis, Kuliyah al Iqtishad wa al Tijarah, Fakultas Kedokteran Umum dan Kedokteran Islam serta Fakultas Hukum dan Fakultas Syariah. Untuk mewadahi kegiatan Kuliyah al Iqtishad wa al Tijarah pada akhir tahun 2014 telah akan selesai “Airlanggaa Syariah Tower” yang merupakan kampus dari Fakultas Ekonomi Islam dan Tijarah dari Universitas Syariah/Airlangga Surabaya, insya Allah, Amiin. 6. Letak dasar keimanan pada Allah ta‟Allah yang merupakan asal muasal maqluk dan kehidupan dengan segala jenis perilaku/kegiatannya dan diakhiri pula untuk Allah (Inna sholati wannusukki wa maqyaya wa mamati lillahi Robil „alamin) dimanifestasikan dalam bentuk bangunan menara tersendiri yang berada di sisi kanan masjid yang berfungsi sebagai tempat adhan (Allahu Akbar x2, ashadu alla illaha illallah x2, ashadu anna Muhammadar Rosullullah x2, Kaya‟alla sholah x2, Kaya‟alla Falaq x2, Allahu Akbar x2 laillaha illallah). Dari notasi kalimah adhan tersebut mulai dari Allah maha besar dan diakhiri pula dengan Allah yang satu/tunggal, sehingga dengan “blue mosque philosophy” ini harus dapat melahirkan
Hal. 4
Ilmu Ekonomi Islam yang berketauhidan yang akan membawa kebahagiaan hidup baik di Dunia maupun di Akhirat nanti.
1.3. Definisi Ilmu Ekonomi Islam Secara Umum Jadi Ilmu Ekonomi Islam adalah ilmu tentang perilaku kehidupan manusia di Dunia berdasarkan tuntunan norma/petunjuk al-Qur‟an dan al-Hadits serta mengikuti suri tauladan Rosulullah dalam praktek hidup kesehariannya, dengan cara hati-hati dan jujur untuk memperoleh keridhoan Allah baik di Dunia maupun di Akhirat nanti. Definisi tersebut terinspirasi/berdasarkan pada 2 hadits qudsi yang turun di Madinah dimana makna secara substansinya adalah sebagai berikut : 1. Wahai Malaikat jika kamu ketemu seseorang berkehidupan untuk akhiratnya, bukakanlah 3 (tiga) pintu risqi sekaligus yaitu: pintu langit, pintu bumi dan pintu diantara keduanya (yaitu antara pintu langit dan pintu bumi) 2. Wahai Malaikat jika kamu ketemu seseorang berkehidupan dengan cara hati-hati dan jujur kirimkanlah risqi berkecukupan untuknya. Jika kedua hadits qudsi tersebut dipadukan sebagai dasar berkehidupan oleh manusia, maka insan tersebut akan dibukakan 3 pintu risqi sekaligus dan dikirimkan pula risqi yang berkecukupan. Sebaliknya bila suatu masyarakat/bangsa ataupun negara yang membangun bangunan tinggi seperti halnya World Trade Center dengan niat untuk berbisnis saja serta untuk simbul adi kuasa dari bangsa tersebut, maka Allah akan menghancurkan bangunan itu runtuh dalam jurang yang dalam bersama-sama dengan pembangunnya ( jurufinn harinn). Hal ini dapat dilihat dalam al-Qur‟an juz 11 surah at-Taubah (surah 9) ayat 109 dimana kode juz, surah dan ayat ini menunjukkan peristiwa “black September” tahun 2001. Untuk tahun 2001 itu sendiri dapat dilihat pada juz 01 yang dimulai dengan surah al-Baqarah dalam ayat 20 (karena ayatnya hanya sampai dengan 141, jadi ayat 200 tidak ada dan diganti dengan ayat 20 dan 19 (sebelumnya) dalam surah al-Baqarah tersebut. Surah al-Baqarah ayat 19
Hal. 5
atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir,sebab takut akan mati[28]. dan Allah meliputi orang-orang yang kafir[29].
Surah al-Baqarah ayat 20
Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu. Dari ayat 19 dan 20 juz 01 tersebut secara hakekat dan makrifatnya menggambarkan kepanikan masyarakat pada waktu itu yaitu ketakutan pada suara ledakan, kilatan api yang berkobar-kobar, mereka berlarian pada ketakutan sambil menutup telinga, karena mereka takut mati, dan itulah kekuasaan Allah. Jelas dalam berbisnis di WTC tersebut, para pelaku ekonominya banyak yang mengikuti bisikan-bisikan syethan yang diciptakan dari api oleh Allah Swt., sehingga pada waktu WTC terbakar tersebut banyak syethan yang berhamburan keluar bersama-sama dengan api dan asap hitam tersebut (lihat slide power point). Untuk pengembangan Ilmu Ekonomi Islam dalam pembidangannya serta penyusunan kurikulum dengan pengembangan teori Makro dan Mikro Islam selanjutnya dapat diikuti dalam uraian/analisis pada bab-bab berikut.
II. BERTAJALINYA NUR ILLAHI PADA NUR MUHAMMAD DAN NUR INSANI DALAM RANGKA PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA INSAN DI MUKA BUMI 2.1. Analisis Intuitif dari Norma al-Qur’an Suratul ‘Alaq Surah al-„Alaq ayat 1-5
Hal. 6
1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589], 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Dari kelima Suratul „Alaq (segumpal darah) tersebut memberikan petunjuik bagi kita, bahwa dalam hal mengembangkan Ilmu Ekonomi Islam harus berpedoman pada 5 unsur sebagai berikut : 1. Dalam mendalami/membaca al-Qur‟an dan as-Sunnah baik dalam bentuk ayat kauliah maupun kauniah harus menggunakan metode ketauhidan, yaitu mulai dari Allah dan diakhiri untuk Allah juga. 2. Allah yang menciptakan manusia dan seluruh makhluk di Jagad Raya ini, sehingga posisi manusia itu kecil dan lemah. 3. Dalam membaca dan mengembangkan ilmu tersebut, jika selalu mengikuti petunjuik-Nya, hasilnya adalah Ilmu yang mulia dan bermanfaat. 4. Dan seluruh ilmu di Jagad Raya ini merupakan ilmu tentang kemakhlukan dengan segala karakteritik dan perilakunya masing-masing dalam rangka bertasbih/bertaqwa pada Allah Swt. 5. Ilmu yang dimiliki manusia itu hanya sedikit dan dapat berkembang atas dasar petunjuk-Nya semata. Dari kelima ayat al-Qur‟an tersebut Rosulullah mulai memperbaiki akhlak manusia dari akhlak jahilliyah menjadi akhlakul kharimah sebagaimana yang tercermin dalam diri Rosulullah sebagai “Insan Kamil” dan beraqlak al-Qur‟an. Jadi tidak dapat disangkal lagi bahwa : - Semua ilmu tentang kemaqlukan tersebut ada di al-Qur‟an. - Semua yang ada di al-Qur‟an itu ada di Umul-Kitab (al-Fatihah). - Semua yang ada di al-Fatihah itu ada di Basmallah. - Semua yang di Basmallah tersebut ada di huruf bak, dan
Hal. 7
- Semua yang ada di huruf bak tersebut ada dalam noqtah (titik) dari struktur huruf bak tersebut adalah dzat inti/dzat Illahi yang merupakan sumber dari segala sumber ilmu pengetahuan apapun. 2.2. Analisis Kasyf dari Norma al-Qur’an Suratun Nabaa’ Hakekat dan makriafat penciptaan maqluk di alam Dunia ini sebagian dapat dipelajari dari Suratun Nabaa‟ ayat 6 samapai dengan 16.
Surah an-Nabaa‟ ayat 6-16
6. Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?, 7. dan gunung-gunung sebagai pasak?, 8. dan Kami jadikan kamu berpasang-pasangan, 9. dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat, 10. dan Kami jadikan malam sebagai pakaian[1546], 11. dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan, 12. dan Kami bina di atas kamu tujuh buah (langit) yang kokoh, 13. dan Kami jadikan pelita yang Amat terang (matahari), 14. dan Kami turunkan dari awan air yang banyak tercurah, 15. supaya Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan, 16. dan kebun-kebun yang lebat? Dari kesepuluh ayat tersebut dapat diperoleh unsur Natural of Production Function serta unsur waktu yang selalu dinamis dan berproses mengikuti perkembangan jaman atau sebaliknya sesuai dengan kehendak-Nya.
Hal. 8
- Allah menciptakan bumi dan planet yang lain tentunya. - Allah menciptakan gunung sebagai stabilisator pergerakan/rotasi bumi dalam galaxi “bima sakti” serta dalam guguasn galaxi yang lain secara massal. - Allah menciptakan manusia berpasang-pasangan untuk saling bersilaturrakhim dan berkembang biak. - Manusia dan maqluk lain diberikan tidur untuk istirahat. - Istirahat/tidur sebaiknya pada waktu malam terutama dalam sepertiga malam yang ditengah. - Siang diciptakan Allah agar manusia dan maqluk yang lainpun mencari kehidupan dan Allah juga menciptakan maqluk lain yang alamnya berkebalikan. Di Dunia seperti halnya burung hantu dan kelelawar berkehidupan pada malam hari dan siang hari tidur/istirahat. Di alam Gaib adalah alamnya Jin Mukmin yaitu bergentayangan dimalam hari tempatnya di stuktur bumi lapisan kedua. - Maqluk di bumi tersebut dilindungi oleh 7 langit yang kokoh yang juga ciptaan Allah agar tidak rusak karena pengaruh tata surya. - Dan diciptakan pula matahari untuk membedakan siang dan malam yang sekaligus merupakan sinar kehidupan serta sumber energi dari seluruh maqluk. - Dan diciptakan awan yang merupakan waduk air di angkasa/langit dengan kapasitas sekitar 1,3 juta km3 air yang berupa awan tersebut. - Dari curah hujan dapat tumbuhlah biji-bijian menjadi kebun-kebun yang lebat berbunga dan berbuah untuk kehidupan manusia dan maqluk lainnya. Dari kesepuluh ayat tersebut dapat dikembangkan “Holistic of Production Function Factors” (lihat pembahasan selanjutnya) Selain itu juga memberikan pelajaran pada manusia untuk mengelola waktu yaitu : - Siang hari untuk mencari kehidupan guna bekal di akhirat dengan cara hatihati dan jujur. - Sepertiga malam (4 jam) setelah sholat Magrib untuk mengevaluasi kehidupan sesiang hari tersebut dan menyusun rencana kehidupan untuk besuk pagi serta dapat mengerjakan pekerjaan yang ringan seperti Rosulullah juga menjahit baju dan menyusun pertahanan perang, jika diserang orang kafir. - Sepertiga tengah malam untuk istirahat/tidur. - Sepertiga malam terakhir menjelang fajar/subuh untuk beribadah/sholat dan berdoa serta selesai subuh besuk paginya lagi manusia bertebaran dimuka bumi untuk mencari kehidupan lagi dan seterusnya. Sabda Rosul : Barang siapa yang dapat menjaga sholat subuhnya pada dasarnya terpeliharalah akidahnya dan barang siapa yang dapat menjaga sholat siangnya maka terpeliharalah muamalahnya serta barang siapa yang dapat memelihara sholat malamnya maka terpeliharalah akhlaknya. Beginilah pengelolaan waktu yang benar menurut Islam (al-Qur‟an dan asSunnah). Selama ini pengaturan waktu kehidupan kita salah yaitu untuk
Hal. 9
bekerja 8 jam, istirahat 8 jam dan tidur 8 jam, sehingga manusia itu kebanyakan istirahat dan tidur, sehingga sebagian besar umat Islam di Dunia masih banyak yang miskin. Sebaliknya orang Jerman dan Jepang bekerja seharinya 16 jam bukan karena baca al-Qur‟an, tetapi karena kalah perang Dunia I dan II agar tidak ketinggalan dengan negara Sekutu.. 2.3. Definisi dan Makna Insan/Manusia Berdasarkan pemaparan dari Syeh Abdul Kharim Ibnu Ibrahim al Jaily dalam “Insan Kamil” dan Syeh Abdullah bin Mubarak al Khurasani definisi Insan/manusia dapat dibedakan menjadi 2 aspek yaitu : a. Makna insan berdasarkan fisiknya yaitu makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna yang merupakan integrasi dari beberapa dzatillah yang terdiri atas : - Nur Illahi/cahaya kebenaran mutlak dari Allah yang diturunkan pada Nur Muhammad dan diduplikasikan menjadi Nur Adam AS. terus berkembang menjadi Nur-Insani, sehingga manusia/insan tersebut dapat membedakan perilaku yang baik dan yang buruk serta cedas. - Sirrullah, dengan sifat dzatillah tersebut maka insan/manusia dapat mempunyai perasaan/kesadaran baik perasaan/kesadaan lahiriyah maupun batiniyah. - Rohullah, sehingga insan/manusia tersebut dapat bergerak. - Rohul ardi, sehingga manusia tersebut mempunyai raga yang berasal dari rohnya bumi yang termasuk dalam jenis roh jamadi yang setelah berintegrasi menjadi roh insani. - Akal/otak, sehingga manusia tersebut dapat berfikir, menganalisis dan menyimpan memori kegiatan penginderaannya serta dapat merekonstruksi/menganalisis apa saja yang telah dan yang akan dikerjakan dalam kehidupan insan tersebut. - Nafs/jiwa yaitu tempat keistiqomahan manusia dalam pembentukan akhlak manusia. - Qolbu yaitu tempat beremayamnya bisikan malaikat yang akhirnya menimbulkan niat insan yang baik. - Hati Nurani adalah tempat bersemayamnya neraca/perasaan keadilan dan kebenaran yang tenag dan selalu mencari keridhoan Allah SWT. - Hati sanubari/Hawa nafsu merupakan bagian dari jiwa yang sakit karena selalu melaksanakan bisikan syaithan, yaitu selalu mendengarkan dan melaksanakan bisikan setan dalam kehidupan insan dan memunculkan jiwa yang lawwamah seperti halnya Fir‟aun dan
Hal. 10
jiwa yang amarah yaitu orang-orang yang tidak mempunyai jiwa keimanan/kesabaran. Dengan demikian manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sepurnaa yang merupakan integrasi dari : Nur Illahi, Sirrullah, Rohullah, Rohul Ardi, Akal/otak, Qolbu, Nafs/jiwa, Hati Nurani dan Hati Sanubari. b. Makna Manusia/Insan Berdasarkan uraian Syeh Abdullah bin Mubarak al Khurasani pada para pengikutnya dan sebagian besar penduduk kota Makkah yang menjemput ditempat peristirahatan sebelah timur mikot yang didengar pula oleh para pengawal permaisuri Sultan Harun al Rasyid waktu menjalankan ibadah haji adalah sebagai berikut : manusia yang sejati pada dasarnya adalah ulama, yaitu orang yang beriman dan berilmu yang lurus benar dan bermanfaat baik manfaat bagi diri sendiri, keluarga, kerabat, tetangga maupun bagi orang/makhluq lainnya (ilmu yang mulia) dan cara mencari serta pemanfaatan ilmunya tersebut dengan cara yang mulia juga. Ada tiga jenis manusia selain para Rosul dan Nabi yaitu : manusia sejati, manusia penguasa dunia dan manusia awam/rakyat jelata. 2.4. Hakikat Penciptaan Manusia Adam as. adalah manusia pertama yang diciptakan Allah SWT. dari tanah seperti halnya Allah menciptakan Nabi „Isa as. Firman Allah dalam al-Quran surah Ali „Imron ayat 59
“Sesungguhnya misal (penciptaan) „Isa disisi Allah, adalah seperti penciptaan Ada dari tanah, kemudian Allah berfiran kepadanya, “jaddilah” (seorang manusia), maka jadilah dia” Firman selanjutnya dalam al-Quran surah an Nisaa‟ ayat 1
Hal. 11
“Hai sekalian manusia, bertakwalah pada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya dan dari pada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) namaNya kamu saling meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”. Firman Allah dalam al-Quran surah al-Hijr ayat 26
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk”.
Selanjutnya Allah berfirman dalam al-Quran surah al-Hijr ayat 28
“Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman pada para malaikat “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk” Firman Allah selanjutnya dalam al-Quran suraah an-Nahl ayat 4
“Dia telah menciptakan manusia dari mani/sperma, tiba-tiba menjadi pembantah yang nyata” Dari kelima ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa Adam as. adalah manusia pertama yang diciptakan oleh Allah, kemudian dari Adam (rusuk kiri) diciptakan Siti Hawa menjadi isteri Nabiyullah tersebut. Selanjutnya dari mani/sperma yang membuahi indung telur di rahim ibu lahirlah manusia berikutnya dan terus berkembang biak hingga dewasa ini. Sekelompok manusia sekarang telah Hal. 12
berbangsa dan bernegara dengan aturan bid‟ah jauh dari silaturrahim yang menciptakan perselisihan dan peperangan yang banyak berbuat kerusakan di muka bumi. Dewasa ini jumlah manusia yang masih hidup masih ada sekitar 7 milyar manusia. Sebelum Rosulullah, Allah SWT. telah memberikan petunjuk kehidupan dalam al Kitab/al-Furqon untuk umat manusia terdahulu agar selamat kehidupannya di Dunia ataupun di Akhiratnya. Petunjuk perilaku kehidupan yang paling sempurna bagi manusia telah diwahyukan oleh Allah lewat malaikat Jibril pada Rosulullah yaitu yang termaktub dalam al-Quran.
2.5. Kualitas Sumber Daya Insani Kualitas sumber daya insani sangat tergantung pada eksistensi/aktualisasi diri manusia itu sendiri. Dalam hal kualifikasi derajat dan martabat manusia tersebut dapat ditinjau berdasarkan nilai-nilai yang diperoleh dari : 1. Derajat kekalifahannya di muka bumi. (Lihat lampiran 8) 2. Derajat/tingkat Rohnya. (Lihat lampiran 1) 3. Derajat/tingkat kejiwaannya/nafs. (Lihat lampiran 2) 4. Derajat keimanan dan ke-Islamannya. 5. Derajat amal al maalnya. 6. Derajat amaal al „ilmunya. 7. Derajat produk akalnya. 8. Derajat makna kemanusiaannya. 9. Derajat perolehan sumber ilmunya. 10. Derajat keikhlasannya. 11. Derajat keiradahannya. 12. Derajat surga di akhiratnya. ad.1.
Derajat kekalifaahannya di muka bumi terdapat 3 klasifikasi yaitu :
a. Khalifatullah (wakil Allah) b. Khalifatunnas (wakil manusia) c. Auliyaus syaithan (pengikut syaithan) ad.2. Derajat/tingkatan Roh tersebut meliputi : a. Roh jamadi yaitu rohnya : tanah, batu, air, logaam/barang tambang dan lain sebagainya. b. Roh hayati/nabaati yaitu rohnya tumbuh-tumbuhan. c. Roh Hayawani yaitu rohnya hewan. d. Roh insani yaitu rohnya manusia biasa. e. Roh insan kamil yaitu rohnya para nabi-nabi dan yang paling tinggi/sempurna yaitu roh Illahi yang bertajali pada Rosulullah. ad.3.
Tingkat/derajat kejiwaan/nafs dari manusia meliputi :
Hal. 13
a. Lawwamah, keakuannya sangat berlebihan sehingga menjadi musrik seperti Fir‟aun b. Amarah yaitu orang yang tidak beriman dan tidak mempunyai kesabaran dan ketakwaannya yaitu terdapat pada orang yang selalu marah/pemarah. c. Mulhimah yaitu orang yang mulai mencari kebenaran dan kebaikan atau mulai mempelajari dan mengamalkan petunjuk al-Furqon. d. Muthmainah yaitu manusia yang kejiwaannya mulai tenang, tenteram dan damai. e. Rodhiyah yaitu manusia yang mulai selalu mencintai Allah. f. Mardiyah yaitu manusia yang dicintai oleh Allah. g. Kamillah yaitu insan kamil hanya Nabiyullah dan yang paling sempurna adalah Rosulullah. ad.4.
Derajat keimanan dan ke Islamannya terdiri atas :
a. Orang beriman yaitu mukmin. b. Orang yang telah beriman dan mengerjakan rukun Islam yaitu Muslim. c. Orang yang beriman mengerjakan rukun Islam sekaligus mengamalkan Islam secara kafah dalam kehidupannya yaitu telah pada tingkatan muklisin.
ad.5. Derajat amal al maalnya meliputi : a. Orang yang selalu meminta/just to take. b. Orang yang memberi dan meminta/give and take. c. Orang yang selalu memberi dalam segala keadaan/always give and give in all conditions ad.6. Derajat pengamalan ilmunya meliputi : a. ‟Ainal yakin yaitu ilmu yang tingkat kebenarannya telah didukung dari kesimpulan penginderaan dan telah dinyatakan benar oleh manusia pada umumnya. b. ‟Ilmal yakin pada tingkat hasil penginderaan dan telah dianalisis dengan dalia-dalil yang benar dan handal. c. Haqul yakin yaitu pengamalan ilmu dari hasil penginderaan („ainal yakin) yang diperkuat dengan referentes yang benar dan handal („ilmal yakin) dan telah mulai masuk pada kebenaran haqul yakin, lewat analisis kasyf/intuitif. ad.7. Derajat produk akalnya terdiri atas : a. Akal kehidupan meliputi :
Hal. 14
1) Akal kehidupan yang lurus benar dan bermanfaat. 2) Akal kehidupan yang salah dan bermudarat. 3) Akal kehidupan dalam hal pengambilan keputusannya tergantung pada lingkungan lokasi/bagian bumi tempat tinggal, termasuk iklim/musim. 4) Akal kehidupan dalam hal pengambilan keputusan tergantung pada lingkungan manusia sekitarnya (Khablum-minannas) b. Akal semesta yaitu produk akal yang menghasilkan ilmu yang berwawasan global dan kaffah/holistik. c. Akal awwal yaitu produk akal yang dapat menjelaskan tentang ilmu ulluhiyah/sifat dan keberadaannya Allah. ad.8. Derajat makna kemanusiaannya meliputi : a. Manusia awam/rakyat jelata yaitu manusia yang dalam perilaku kehidupannya memperoleh risqi dari menjual akidah agamanya. b. Manusia sejati/khos yaitu para ulama, dimana ilmunya mulia, cara memperolehnya mulia serta bermanfaat bagi : diri sendiri, keluarga, kerabat, tetangga (rumah ataupun jamaah) serta bermanfaat bagi orang serta makhluk lain. c. Manusia penguasa dunia yaitu orang yang dapat membimbing manusia yang lain kearah akhlaqul kharimah (Rosulullah, Nabiyullah, Waliyullah).
ad.9. Derajat perolehan sumber ilmunya meliputi : a. Mukjizat/wahyu yaitu ilmunya para Rosul Allah termasuk Rosulullah. b. Kharomah yaitu ilmunya para Waliyullah termasuk ilmunya para Wali Sembilan di Nusantara waktu mengembangkan/dakwah di Nusantara pada abad XIV sampai dengan abad XVI. c. Maunnah yaitu derajat keilmuannya ulama khos. d. Hidayah yaitu manusia pada tingkat keimanan dan ke Islaman tingkatan biasa, tetapi tergolong papan atas dalam hal pemahaman keilmuannya.. ad.10. Derajat keikhlasannya meliputi : a. Taubat Taubat : dijadikan syarat Ihsan, karena seorang hamba jika kembali kepada tindak dosa dan kemaksiatan, itu pertanda ia tidak mempedulikan lagi penglihatan al Haq atas dirinya, lebih dari itu ia tidak lagi melihat kepada-Nya, terlebh menafikan penglihatan al Haq atas dirinya, sebab sejatinya insan yang merasa melihat dan dilihat al Haq, tidak ada sedikitpun bersitan dihatinya untuk berbuat maksiat. b. Inabah Al Inabah (kembali kepada al Haq) : Diklasifikasikan dalam maqom al Ihsan, karena syarat utama keterkabulan taubat, adalah tidak kembali kepada perilaku dosa dan tindak kemaksiatanm, tidak kembali berbuat
Hal. 15
dosa itu murni berdasasrkan rasa takut yang sangat kepada al Haq, rasa takut itu melahirkan semangat kembali kepada al Haq secara utuh, Inabah para Muhsin dan insan-insan yang berada dibawah maqom Ihsan semisal para shaleh, para mu‟min, para muslim, adalah kembali kepada al Haq dengan cara memelihara diri dari segala larangan-larangan-Nya, berikut mentradisikan konsistensi dan kontinuitas diri dalam melaksanakan segenap amar perintah-Nya. c. Zuhud Zuhud (menjaga jarak hati dari kekemarukkan duniawi : Merupakan syarat maqom Ihsan, karena syarat muraqabah (bentuk perhatian) kepada al Haq adalah, tidak memalingkan hati kepada dunia, berikut tidak menjerembabkan hati ke dalam pelik kepentingan pragmatisme dunia.
d. Tawakkal Tawakkal (berserah diri) : dijadikan bagian dari syarat al Ihsan, karena syarat orang seorang yang merasa diperhatikan dan dilihat al Haq, ia harus memfokuskan segala urusannya sejalan dengan ajaran syariat-Nya, serta tidak menyibukkan dirinya dengan pelik-pelik selain al Haq, adapun syarat tawakkal memasrahkan diri kepada al Haq dengan memperlakukan diri sejalan dengan kehendak-Nya, apapun yang dikehendaki al Haq terhadap dirinya, ia pasrah, itulah esensi makna firman Qur‟ani : Dan hanya kepada Allah, hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman. e. Ridha Ridha (rela) : syaratnya adalah pasca Qadha‟, sedang sebelum Qadha‟ maka ia disebut ‟Azam (hasrat kuat) akan ridha, konsensus semacam itu telah banyak dikeluarkan oleh para alim, punggawa thariqat. Ketahuilah ridha para muhsin (pelaku kebaikan) kepada al Haq adalah kerelaan mereka dengan Qadha‟Nya, mereka sama sekali tidak menyoal al Muqdhi (penentu Qadha‟), apapun ketentuan al Haq mereka terima dengan penuh ketulusan dan kerelaan al Haq terkadang menurunkan Qadha‟ berupa kepedihan dan kesusahan hidup dan mereka menerima (menghadapi kepedihan serta kesusahan hidup) itu dengan penuh kerelaan. f. al Ikhlas al Ikhlas (keikhlasan) : adalah wajah dari perilaku para shaleh yaitu, tidak berpaling kepada segenap makhluk-Nya dalam menjalankan ritus ibadah dan ubudiyah kepada al Haq. Ikhlasnya para Muhsin (pelaku kebaikan) adalah, ibadah kepada al Haq tanpa berharap dan meminta imbalan dalam kehidupan dunia dan pahala kehidupan akhirat, etos peribadaatan mereka kepada al Haq, semata-mata karena amar perintahNya kepada segenap hamba untuk menyembah-Nya, sedang nisbat (perumpamaan) ibadah para shaleh dan sebagian para muhsin dalam ritus ibadah, adalah laksana seorang hamba sahaya yang tidak berharap upah dari laku pekerjaan yang ditunaikannya, sedangkan ikhlas para syuhada‟ adalah, penunggalan al Haq dalam segala wujud, adapun ikhlasnya al
Hal. 16
Muhaqqiqin (para ahli hakekat), dan para Shiddiqin adalah, tidak adanya hasrat kepentingan untuk memakrifahi inti (dzat)-Nya pada sesuatu dari pada nama-nama dan sifat-sifat-Nya. ad.11. Derajat keiradahannya meliputi :
ad.12. Derajat Surga di Akhiratnya meliputi : a. Surga Salam / Surga al-Mujazah (balasan)/al -Yusrah Pintu Surganya dari Amal Saleh al-Hasiib (yang menghitung) b. Surga Khuldi / Surga al-Makasib (Perolehan) Pintu Surganya terbuat dari : Aqidah yang benar, prasangka baik lepada al-Haq serta Rajaa‟ (Harapan) kepada-Nya c. Surga Mawahib (Pemberian) Merupakan Surga Terluas tiket masuknya al-Ribh (Keberuntungan), sedang modalnya adalah prasangka baik kepada al-Haq, kelurusan Aqidah dan di al Qur‟an disebut dengan al-Ma‟wah. d. Surga al-Istihqoq (Kepemilikan)/Surga al-Na‟im (Kenikmatan)/Surga alFitrah (fitrah). Yaitu Surganya insan yang berkehidupan transcendental sepanjang umurnya di Dunia,sementara ruh mereka dalam naungan fitrah, mereka itu adalah para Bahlul (cacat mental) anak yang belum akil baligh, orang tidak waras/gila. Surga orang yang hendak mensucikan jiwanya terus mati, serta orang yang masuk neraka dulu untuk disterilkan dosanya baru al-Haq memasukkan ke Surga ini. e. Surga Firdaus Hal. 17
Merupakan Surga makrifat, buminya mengerucut dan puncaknya lebih kecil dari lobang jarum. Di Surga ini tidak ada pepohonan, sungai, istana serta bidadari. Penghuninya dapat turun ke Surga di bawahnya f. Surga Fadhilah (Keutamaan) Penghuninya para Shidiqin (insan yang mentradisikan kebenaran dan kelurusan), disebut juga Surga Asma (nama-nama)-Nya posisi di atas Arsy, penghuninya lebih sedikit dari Surga Firdaus / Surga Makrifat. g. Surga Al-Darajah Al-Rofi‟ah (Tingkatan Tinggi). Surga ini merupakan Surga sifat dan dimensi norma-Nya serta Surga dzat-Nya dari dimensi bentuk, buminya adalah Arsy, penghuninya para ahli hakekat dan ahli makrifah Uluhiyah (al-Muqorrobin = Insan yang paling dekat dengan al-Haq) dan para khalifah (pengganti) Uluhiyah. Penghuninya para rosul dan nabi. Rosullulah memohon kedudukan mulia dan dikabulkan oleh al-Haq dan diangkat ke Surga ke delapan yaitu surga Maqom Mahmud (Kedudukan Mulia). h. Surga Maqom Mahmud (Kedudukan Mulia) Merupakan surga dzat, buminya dari atap Arsy dan tidak seorangpun yang dapat menggapai/mencapainya kecuali Nabiyullah terakhir (Muhammad SAW). ”Sesungguhnya Maqom Mahmud, merupakan tempat tertinggi di Surga, dia diperuntukkan hanya untuk satu orang saja, aku berharapsatu-satunya orang itu, adalah diriku”. Dan tiadalah yang dia ucapkan itu menurut kemauan hawa nafsunya, ucapan itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya. (QS. An-Najm 53 : 4-5) i. Prerogatif al Haq tidak terikat dengan ruang dan waktu serta tidak ada satupun makluqpun yang dapat mencapainya termasuk para Nabi dan Rosul.
III. PERSPEKTIF WUJUD PEMBELAJARAN ILMU EKONOMI ISLAM 3.1. Paradigma Dasar dan Fungsi Ekonomi Islam Ekonomi Islam baik di Dunia maupun di Indonesia yang merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di Dunia mempunyai prospek perkembangan yang pesat mengingat Indonesia merupakan negara yang bermasyarakat religius/agamis dan ber-Pancasila. Selama ini dalam masyarakat yang religius telah diterapkan sistim ekonomi campuran yang didominasi oleh sistim kapitalisme-materialistis yang sekuler sehingga sering menimbulkan gejolak baik dibidang sosial-politik dalam menegakkan negara kesatuan Republik Indonesia hingga sekarang. Hal ini diakibatkan karena telah terjadi brain washing/pencucian otak mulai dari anakanak sampai dengan orang dewasa tanpa memandang warna kulit, jenis suku, agama serta tingkat pendidikannya. Hal ini dapat dilihat dalam berbagai hal yang mendasar sebagai berikut :
Hal. 18
1. Paradigma dasar dalam ekonomi yang kita ikuti selama ini adalah : sekuler, bebas nilai, materialistis dan Sosial-Darwinis. Sedangkan paradigma dasar dalam ekonomi Islam lebih memberikan tekanan pada nilai moral, kebersamaan dalam berperikemanusiaan serta keadilan dalam kesejahteraan sosial dan ekonomi. 2. Dalam hal alokasi sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan manusia telah terbentuk stigma pemikiran bahwa kebutuhan manusia serba tidak terbatas disatu pihak sedangkan dilain pihak terdapatnya keterbatasan sumber daya alam ataupun alat pemenuhan kebutuhan manusia sehingga menimbulkan persaingan yang saling mematikan antar pelaku ekonomi. Islam mengajarkan bahwa sebenarnya kebutuhan manusia secara riil baik untuk kebutuhan hidup primer, sekunder maupun tersier adalah terbatas. Sedangkan alat pemenuhan kebutuhan manusia dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi tidak terbatas sehingga akan menimbulkan kemitraan diantara para pelaku ekonomi. Yang serba tidak terbatas pada diri manusia adalah keinginan nafsunya namun kemapuan daya beli riilnya tetap terbatas. Dalam sistim ekonomi Islam yang holistik maka tugas/fungsi sistim ekonomi Islam adalah untuk memerangi : kebodohan, kemiskinan, kesakitan dan kebathilan. a. Memerangi Kebodohan Pengertian bodoh selama ini telah disamakan dengan seseorang yang tidak pandai baca, tulis serta berhitung. Islam mengajarkan bahwa orang yang bodoh yaitu orang yang tidak berakal. Orang yang tidak berakal adalah orang yang tidak memfungsikan akalnya secara baik, yaitu orang-orang yang menyembah, berbakti, takut, bekerja serta beribadah selain kepada Allah ta‟ala. Dengan demikian seseorang yang telah memperoleh gelar Profesor, Doktor diberbagai keilmuan namun jika dia menyembah dan takut pada berhala yang dibuat oleh manusia sendiri ataupun memuja kayu, batu ataupun hewan lain yang derajatnya lebih rendah dari manusia itulah sebodohbodohnya insan baik di dunia maupun di akhirat nanti. Jadi seseorang yang tidak bisa baca tulis dan berhitung namun insan tersebut beribadah dan beramal mengikuti sunatullah insan ini dapat dikategorikan orang yang pandai dunia dan akhiratnya, terlebih-lebih kalau insan tersebut pandai juga baca tulis dan berhitung. b. Memerangi Kemiskinan Selama ini pengertian orang yang kaya adalah orang yang banyak mempunyai harta benda baik berupa uang, kendaraan, tanah, rumah, saham dan lain dan sekaligus merupakan titipan dari Allah tersebut telah diberikan pada 8 (delapan) asnab yang memerlukan yaitu : fakir, miskin, orang kehabisan bekal di perjalanan, orang terlilit hutang, mualaf, budak/hamba sahaya, fisabilillah dan amil zakat bila memerlukan.
Hal. 19
c. Memerangi Kesakitan Banyak orang sakit yang dirawat di rumah sakit maupun di rumah dimana pada dasarnya Allah menurunkan penyakit dan Allah pula yang menyediakan obatnya, tinggal manusia sendiri dapatkah berikhtiar untuk sembuh bagi dirinya sendiri maupun keluarganya yang sakit. Namun orang yang sebenar-benarnya sakit dan sulit mengobatinya adalah orang-orang yang telah tertutup/terkunci mata, telinga, hati dan kalbunya seperti yang tersurat dalam surat Al-Baqarah ayat 7. d. Memerangi Kebathilan Islam telah menunjukkan jalan yang lurus dan benar namun manusia banyak yang terperangkap dalam hal kebathilan guna memenuhi kehidupan kesehariannya karena telah teracuni pola hidup sekulerisme yang sangat mendambakan tuntutan nafsu guna memiliki harta benda sebanyak mungkin ataupun untuk mencari kedudukan setinggi mungkin dengan menghalalkan segala cara. Hal ini harus dijauhi oleh semua manusia termasuk insan akademis pada umumnya serta para peserta kuliah gabungan khususnya. Dalam hal ini manusia harus pandai-pandai mengelola otak/fikiran dan akhirnya otak manusia tersebut harus dapat mengelola nafsu sebagai yang telah digariskan oleh kalbu/hati nurani manusia itu sendiri. Dalam melaksanakan tugas kita sebagai manusia perlu kesabaran dan ketawakalan karena hidup ini pada dasarnya adalah hanya sekedar mampir minum di dunia yang penuh dengan ujian dan cobaan dari Allah dan jika kita dapat melaluinya dengan ikhlas insya Allah kita akan selamat di dunia dan akhirat nanti. Muhammad Ali Alkhuli dalam ”The Light of Islam” mengemukakan : Islam is a comprehensive religion in the sense that it deals with all the major aspects of human life : mind, body, soul, economy, family, polilics, ethics, penal laws, worship, inheritance, foods, drinks, marriage, divorce, and all the other major aspects of human life. The reason behind the comprehensiveness of Islam is that since Islam is the last religion it must solve the main problems of man. If man is left without Allah‟s guidance, the result is chaos : man do not agree on what is good and what is bad; what is good in a country may be bad in another. How can the world be brought into unity or security if people do not agree to the right and the wrong ? This is Why Islam is made to be comprehensive. The comprehensiveness of Islam aims at helping man solve his own problems. It also aims at unifying the ethical values of humans in all place. It also aims at unifying all people and all races through unifying their ethical frame of reference. However, it is important to add that not all the acts performed by some Muslims are Islamic, because it is a fact that Muslims very in the degree of abiding by Islam. In other word, not all that Muslims do can be related to Islam.
Hal. 20
Dengan demikian Islam merupakan suatu Agama yang lengkap/komplit yang berhubungan dan menjelaskan tentang berbagai aspek pokok kehidupan yang meliputi masalah : ekonomi, politik, hukum, keluarga, tubuh, akal/fikiran, kalbu, makanan, minuman, kawin, cerai, filsafat, sejarah contoh-contoh kehidupan masa lalu dan yang akan datang, yang akan sangat berguna bagi tuntunan umat manusia di bumi ini untuk mencapai kedamaian dan keselamatan yang sejati. Islam merupakan agama penutup yang telah disempurnakan oleh Allah. Islam dapat memberi petunjuk untuk mencari jalan keluar dari semua permasalahan. Kalau seseorang telah meninggalkan petunjuk Allah hasilnya adalah kekacauan. Manusia menjadi tidak dapat membedakan yang buruk dan yang baik, yang salah dan yang benar. Tanpa tuntunan Allah maka sesuatu yang baik dan benar menurut seseorang belum tentu hal tersebut sama persepsinya bagi orang lain. Sesuatu yang baik dan benar untuk suatu negara dinilai jelek dan salah oleh negara lain. Bila hal ini terjadi maka kekacauan dan peperanganlah yang akan timbul. Dewasa ini telah terjadi peperangan baik di Eropa Timur maupun Timur Tengah karena hal tersebut. Sebaliknya bila manusia sebagai individu, keluarga, kelompok masyarakat ataupun bangsa, makin dekat dengan ajaran agama (Islam) maka akan makin sedikitlah permasalahan ataupun bencana yang akan dihadapi, sebab bila manusia mendekat sedepa kepada Allah, maka Allah akan mendekat sehasta pada manusia. Jika manusia mendekat sehasta kepada Allah, maka Allah akan mendekat sejengkal pada manusia dan bila manusia mendekat sejengkal pada Allah, maka Allah akan merapat dan memeluk manusia itu. Bila manusia dapat berhasil merapat dan memeluk Allah ibaratnya, maka Allah akan masuk ke nadi, otak, hati ataupun kalbu manusia itu. Alangkah hebatnya ajaran Islam itu. Allah berfirman :
”Dan caharilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu berupa kebahagiaan negeri akhirat, tetapi janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari keni‟matan duniawi, dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan dimuka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. (Al Qashash : 77) Selanjutnya Al-Darimi Abu Muhamad didalam Musnadnya meriwayatkan dengan isnad shahih, “Mengabarkan kepada kami „Affaan, meriwayatkan kepada kami Hummad bin Zaid, meriwayatkan kepada kami „Ashim bin Bahrakah dari Abu Wail dari „Abdullah bin Mas‟ud, dan ia berkata, “Suatu hari Rosulullah menggambarkan kepada kami suatu garis, kemudian beliau saw bersabda, „Ini
Hal. 21
adalah jalan Allah‟, kemudian beliau menggaris garis lagi di samping kanan dan kirinya, kemudian bersabda, „Ini adalah jalan-jalan dimana syaithan mengajak ke dalam garis ini‟. Kemudian beliau saw membaca ayat ini”.
3**
1*
2**
Keterangan : * Garis tegak lurus = Rosulullah bersabda “Ini adalah jalan Allah” ** Garis kanan dan kiri = Rosulullah bersabdaa “Ini adalah jalan-jalan dimana syaithon mengajak ke dalam garis ini” Sumber
: Al-Darimi Abu uhaad dikutip uhaad Ainul Yaqin (Rahwi dengan isnad shahih) Gambar : 1 GAMBAR GARIS LURUS JALAN ALLAH DAN JALAN SYAITHAN OLEH ROSULULLAH (by SIZ)
Selanjutnya Ibnu Majah mengeluarkan sebuah riwayat yang menyatakan, “Dan Rosulullah saw menggambar dua garis dari samping kirinya, kemudian meletakkan tangan beliau di garis yang tengah, kemudian bersabda, „Ini adalah jalan Allah‟, kemudian beliau membaca ayat ini” 1
**
3
*
2
**
Keterangan : ** Garis jalan syaithon * Garis jalan Allah, kemudian Rosulullah membaca al-Quran surah al-An‟aam ayat 153
Hal. 22
“Dan bahwa (yang kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya”. Sumber
: Riwayat Ibnu Majah, dikutip Muhammad Ainul Yaqin Gambar : 2 GAMBAR GARIS PETUNJUK JALAN ALLAH OLEH ROSULULLAH (by SIZ)
Dari firman Allah tersebut maka cita-cita umat manusia, khususnya bagi umat Muhammad secara keseluruhan hendaknya jangan terbatas pada untuk meraih segala kebahagiaan di Dunia saja, tetapi juga hendaknya untuk meraih kebahagiaan di Akhirat. Apabila kebahagiaan di Dunia telah tercapai belum tentu secara otomatis kehidupan di Akhirat akan bahagia pula; untuk itu marilah kita sama-sama kembali ke agama Islam yang mengarah ke segala keseimbangan dan menuju ke kehidupan yang kekal dan abadi setelah melewati kehidupan yang singkat di alam Dunia yang fana ini. Selanjutnya Muhammad Ali Alkhuli mengatakan : ”If we examine all the orders and laws of Islam, we find that every single law or order aims at and ends with the happiness of the individual. This applies to Islamic regulations with regard to worship, economics, penal laws, and all life aspects”. a. Bila seseorang percaya pada Allah, kepercayaan tersebut secara psikologis akan melahirkan suatu perasaan keamanan yang cukup kuat bagi orang yang bersangkutan. Orang tersebut akan lebih percaya diri dan mempunyai kewibawaan yang hebat pada saat-saat kritis serta tidak mudah putus asa maupun frustasi, karena orang yang demikian ini selalu percaya bahwa Allah akan selalu disampingnya untuk selalu menjaga dan menolongnya. b. Seseorang yang percaya kepada Allah, secara etik akan lebih bertanggung jawab dimana saja dia berada dan dalam waktu kapan saja, karena seseorang tersebut merasa selalu diawasi langsung tingkah lakunya oleh Sang Pencipta/Al-Khaliq. c. Percaya terhadap hari kehidupan setelah mati (hari akhir), akan membuat seseorang muslim tidak sombong, takhabur, rakus/tamak waktu masih hidup di dunia. d. Seseorang muslim yang percaya adanya hari pembalasan/pengadilan di akhirat nanti, manusia akan selalu berusaha beribadah, beramal dan bertaqwa untuk memperoleh ridho Allah SWT. Orang tersebut akan selalu introspeksi pada diri sendiri, agar nantinya dapat memperoleh karcis ke Hal. 23
surga yang penuh dengan bidadari, bidadara serta penuh dengan segala kebahagiaan yang kekal dan abadi. e. Seorang muslim yang mengerjakan sholat lima waktu tiap hari dan ditambah sholat sunnah akan lebih memperkuat hubungan antara manusia tersebut dengan Allah. Sebaliknya jika makin kurang dikerjakan Sholat tersebut, berarti akan absen/renggang pula hubungan langsung antara masnusia dengan Khaliqnya tersebut. f. Manusia muslim yang mengerjakan puasa sebulan tiap tahun akan melatih manusia tersebut menjadi manusia yang dapat mengendalikan diri sendiri dari segala nafsu sehari-harinya. Lagi pula manusia tersebut akan dapat merasakan bagaimana saudaranya yang miskin kelaparan tiap hari, sehingga akan membentuk pribadi yang lebih sabar dan dermawan. g. Islam mengajarkan zakat, infaq dan shodaqoh untuk pemerataan distribusi pendapatan sehingga tidak akan terdapat lagi jurang pemisah yang dalam lagi antara si kaya dan si miskin.
3.2. Sistim Ekonomi Islam Dalam Masyarakat Madani Sistim ekonomi adalah ilmu ekonomi yang dilaksanakan dalam praktek. Ilmu ekonomi adalah suatu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia baik selaku individu maupun kelompok masyarakat (dapat berbentuk badan hukum maupun tidak serta dapat pula berbentuk penguasa/pemerintah), dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik kebutuhan material maupun spiritual (jasmani dan rohani), dimana kebutuhan tersebut cenderung mengarah menjadi tidak terbatas, sedangkan sumber pemenuhan kebutuhan tersebut sangat terbatas. Praktek perilaku ekonomi tersebut berupa bagaimana, untuk apa dan oleh siapa organisasi faktor-faktor produksi dilaksanakan, distribusi barang dan jasa serta peruntukannya dalam suatu negara diberlakukan. Dengan demikian sistim Ekonomi Islam merupakan penerapan ilmu ekonomi dalam praktek sehari-hari bagi individu, keluarga, kelompok masyarakat maupun pemerintah/penguasa dalam rangka mengorganisir faktor produksi, distribusi dan pemanfaatan barang dan jasa yang dihasilkan tunduk dalam peraturan/perundangundangan Islam (Sunnatullah). Sumber terpenting sistim Ekonomi Islam adalah Al-Qur'an, Al-Hadits dan suri tauladan perilaku tindak ekonomi dalam zaman khalifah. Namun demikian hingga saat ini belum terdapat satu literatur pun yang mengemukakan tentang Sistim Ekonomi Islam secara totalitas/atau menyeluruh. Yang ada baru merupakan pembahasan secara parsial saja seperti halnya Zakat, Riba, Bank Islam dan lain sebagainya. Sistim Ekonomi Islam adalah sistim ekonomi yang mandiri, jadi bukan merupakan sistim ekonomi liberal, komunis, sosialis maupun sistim ekonomi campuran. Yang membedakan sistim Ekonomi Islam dengan sistim ekonomi yang lain adalah :
Hal. 24
a. Asumsi Dasar/Norma Pokok atau pun aturan main dalam proses maupun interaksi kegiatan ekonomi yang diberlakukan. Dalam sistim Ekonomi Islam asumsi dasarnya adalah "Syari'ah Islam" diberlakukan secara menyeluruh baik terhadap individu, keluarga, kelompok masyarakat, usahawan maupun pengusaha/pemerintah dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik untuk keperluan jasmaniah maupun rohaniah. b. Prinsip Ekonomi Islam adalah penerapan asas efisiensi dan manfaat dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan alam. c. Motif Ekonomi Islam adalah mencari "keberuntungan" di dunia dan di akherat selaku Khalifathullah dengan jalan beribadah dalam arti yang luas. Pengertian Syariah adalah hukum-hukum yang diberikan oleh Allah Tuhan Yang Maha Esa lewat para Rasul-Nya yang termuat dalam kitab masing-masing seperti halnya yang terdapat dalam kitab Taurat kepada nabi Musa A.S., Zabur yang diwahyukan kepada nabi Daud A.S., Injil kepada Isa A.S. serta Al-Qur an diwahyukan kepada nabi Muhammad S.A.W. Menurut Islam jumlah nabi-nabi memang terdapat ribuan banyaknya termasuk kemungkinan besar antara lain pembawa syariah/hukum-hukum yang terdapat dalam kitab-kitab umat Hindu, Budha dan lain sebagainya. Dengan demikian Syariah Economics dapat berkonsentrasi pada : - Islamic Economics. - Christian Economics. - Hinduism Economics. - Buddhism Economics. Diharapkan religious/syariah economics dapat dimotori pengembangannya oleh para pemikir ilmu ekonomi yang agamis dalam membentuk masyarakat yang madani. Dalam membangun masyarakat madani perlu diuraikan terlebih dahulu tentang pengertian, kesiapan pilar pranata dan tata nilai dalam masyarakat. Pengertian, pilar pranata dan tata nilai masyarakat madani dapat disarikan dari buku "Menuju Masyarakat Madani" yang disusun oleh H. Muhamad Hasyim, 1419 Hijriah sebagai berikut : a. Pengertian
ﻡ
ﺩ
ﻡﺩﻥ ﻥ
Pengertian Madani berunsur kata mim ( ) dal ( ) dan nun ( ) = kemudian menjadi "tamadhana" yang berarti to become civilized yang berarti menjadi sopan dan beradab. Jadi masyarakat yang madani adalah masyarakat yang sopan santun, beradab serta berbudaya tinggi. Perilaku masyarakat madani dalam menghadapi berbagai permasalahan baik persoalan yang besar maupun yang kecil, yang rumit maupun yang mudah selalu dihadapi dengan sopan santun dan berperadaban serta mencari jalan keluar dengan cara
Hal. 25
bermusyawarah baik dengan sesama manusia maupun bermusyawarah dengan dengan Allah menurut Sunatullah-Nya. Hati-hati dengan pengertian "Civil Society" yang selalu terkait dengan: -
Relating to the ordinary life of citizen. Not military. Between citizen of the same country (civil war). Maintained for benefit of citizen (civil service). Polite, well-mannered.
Untuk pengembangan masyarakat madani perlu panutan/pemimpin dalam masyarakat. Pemimpin dalam masyarakat tersebut harus berfungsi yang meliputi : - Dapat mempengaruhi tingkah laku masyarakat baik karena posisi maupun kewenangannya (by virtue of power and position). - Dapat sebagai panutan masyarakat dan tempat bertanya karena posisi keilmuannya yang lebih dan karena kepribadiannya yang santun dan bertanggung jawab (by virtue of personality and ability). b. Pilar Pranata Pilar/tiang pranata yang harus dikembangkan untuk mewujudkan masyarakat madani adalah sebagai berikut : 1. Ulama atau ahli ilmu yang konsisten yaitu (cendekiawan, ilmuwan, ilmiawan atau pakkar/pakar) yang mempunyai kelebihan dari ratarata masyarakat dalam bidang keahlian ataupun ilmu pengetahuan yang bersifat rasional atau perenial, dan memanfaatkan keahlian/keilmuannya selain untuk diri sendiri/keluarga/ kelompoknya juga betul-betul untuk masyarakat banyak/luas (Ikhlasul Ulama). 2. Umara' yang mengemban kepemimpinan (kepemimpinan pemerintahan, swasta, sosial politik). Umara' harus bersifat adil dan seimbang (equity and justice) terhadap masyarakat yang diemban/diabdinya (Adalatul Umara'). 3. Tujjar, pelaku perekonomian masyarakat (penggerak roda ekonomi masyarakat : pengusaha, pabrikasi, pedagang, pialang, perantara dan lain sebagainya) harus bersifat jujur dan tidak berkianat terhadap masyarakat serta lebih mensejahterakan masyarakat (Amanatut Tujjar). 4. Muhtarifun, pekerja/karyawan. Pekerja (karyawan harus setia dalam melaksanakan tugas/profesi sebagai amanat yang dititipkan padanya (Nashihatul Muhtarifun).
Hal. 26
5. Rakyat yang loyal. Terpenuhinya unsur-unsur dalam masyarakat akan mewujudkan masyarakat madani yang loyal dalam bermasyarakat/berbangsa dan bernegara (Al-Ibad). c. Tata Nilai Madanniah Untuk mewujudkan masyarakat madani diatas heterogenitas masyarakat baru dapat diubah menjadi masyarakat yang homogen dengan perekat nilai-nilai yang universal sebagai berikut : 1. Menciptakan nilai-nilai yang mampu memelihara eksistensi agama ataupun ajaran-ajaran yang ada dalam masyarakat (hifzuddin). 2. Menumbuhkan nilai-nilai yang mampu memelihara keamanan dan ketertiban serta keselamatan manusia yang dijamin hak dan kewajibannya (hifzun-nafs). 3. Menegakkan nilai-nilai yang menjamin/menegakkan pemikiran manusia yang jernih (hifzul-aqli). 4. Menumbuhkan nilai-nilai yang mampu menciptakan eksistensi kekeluargaan yang tenang dan tenteram dengan penuh silaturrakhim (hifsun-nabal). 5. Membangun nilai-nilai yang mampu menjamin perkembangan ekonomi masyarakat yang saling menguntungkan. Islam : kebutuhan terbatas - sumber daya alam tidak terbatas. Kapitalis : kebutuhan tidak terbatas - sumber daya alam terbatas, sehingga menimbulkan persaingan yang tidak sehat.
6. Nilai-nilai yang tidak memberatkan kewajiban masyarakat dalam berbangsa dan bernegara serta bermasyarakat (Al-Hajiyat). Al-Hajiyat harus bersifat Raf'ul masyaqqah ataupun Adamul haraj deregulasi terhadap peraturan yang merugikan. 7. Nilai-nilai bebas memilih dari masyarakat terhadap alternatif yang paling menguntungkan dan santun, beradab serta bermoral tinggi (Al-Taksiniyyat). 3.3. Dimensi Ilmu dan Waktu Serta Kegiatan Manusia Karakter Ilmu dan Harta Manusia akan menjadi berdaya apabila manusia itu beriman dan berilmu. Allah telah menjanjikan bagi orang yang beriman dan berilmu serta mempraktekkan keimanan dan keilmuannya tersebut untuk diri sendiri, keluarga, tetangga maupun orang yang lain maka manusia tersebut oleh Allah SWT. akan diangkat posisi/kedudukannya sederajat lebih tinggi bila dibandingkan dengan orang
Hal. 27
yang beriman dengan ilmu yang lebih sedikit. Dalam rangka manusia berkegiatan untuk mencari ilmu guna memperoleh harta/riski atau sebaliknya mencari harta guna menuntut tambahan ilmu serta sekaligus melakukan kegiatan untuk mencari ilmu dan harta, maka akan muncul masalah pemilihan apakah mencari ilmu dulu, harta atau sekaligus keduanya. Perlu diperhatikan antara harta dan ilmu mempunyai karakter yang berbeda sebagai berikut : Ilmu
Harta
1. Ilmu adalah warisan Nabi-Nabi yang bersumberkan pada wahyu Allah. 2. Ilmu bila diberikan/diamalkan kepada orang lain makin bertambah. 3. Ilmu akan menjaga pemiliknya. 4. Ilmu yang benar akan merupakan lentera keselamatan di dunia dan di akhirat.
1. Harta adalah warisan Firoun ataupun Qorun. 2. Harta bila diberikan kepada orang lain tanpa dilandasi ilmu akan habis. 3. Pemilik harus menjaga harta- nya tersebut. 4. Sebagian besar harta akan merupakan lentera kesombongan di dunia, bahkan menjadi kayu bakar untuk pemiliknya di akhirat nanti.
Dengan demikian dalam mencari harta hendaknya berdasarkan ilmu yang tepat dan benar serta dalam rangka mencari ilmu harus berdasarkan niat yang ikhlas. Dalam mencari ilmu yang benar untuk kepentingan orang banyak selain untuk keperluan diri sendiri dan keluarga serta karena Allah Ta‟ala, maka ilmu tersebut akan menjaga dan mengangkat derajat pemiliknya.
3.4. Waktu dan Lapangan Pekerjaan Dalam rangka mencari rizqi/harta harus mengetahui dimensi waktu, kegiatan, ruang dan sumber rizqi itu sendiri dengan uraian sebagai berikut : a. Waktu (Time Dimension) Dalam surat An Nabaa‟ ayat 9, 10, 11 dan 13 Allah berfirman : ”Aku ciptakan matahari untuk membedakan siang dan malam dimana siang untuk bekerjamu dan malam sebagai pakaian untuk tidur/istirahatmu”. Dalam waktu malam Rosulullah membagi menjadi 3 bagian untuk kegiatan beliau yaitu : - Sepertiga malam (4 jam) untuk mengevaluasi pekerjaan/amalan sehari yang telah dilakukan hingga uang kecilnya habis dari saku serta menyusun perencanaan apa yang akan dikerjakan besuk pagi dan kadang kala Rosulullah masih bekerja misalnya menjahit baju ataupun mengatur strategi dakwah dan berperang bila diperlukan. - Sepertiga malam untuk tidur/istirahat. - Sepertiga malam untuk ibadah dan berdoa serta bertafakur.
Hal. 28
Dalam ayat 11 jelas bahwa Allah menjadikan siang hari selama 12 jam untuk dimanfaatkan oleh manusia untuk mencari penghidupan. Jadi jelas orang Islam dalam bekerja telah disediakan waktu oleh Allah selama 16 jam yaitu 12 jam pada waktu siang hari dan 4 jam (sepertiga malam/4 jam) sebagaimana halnya Rasulullah masih menggunakan untuk kerja ringan. Yang melaksanakan ajaran Islam dimana manusia bekerja dalam waktu 16 jam sebagian besar justru telah dilakukan oleh para pekerja Jepang dan Korea Selatan. Untuk orang Islam di Indonesia yang merupakan masyarakat muslim terbesar di Dunia dalam satu hari/selama 24 jam yang dipakai untuk bekerja 8 jam dimana waktu kerja efektifnya baru mencapai 5 s/d 6 jam saja, dan 8 jam untuk istirahat serta 8 jam lagi untuk tidur. Pada hal dalam surat An Nabaa‟ ayat 9 Allah berfirman : “Kami jadikan tidurmu itu untuk istirahat”. Jadi jelas sebagian besar manusia di dunia ini telah merugi karena dua pertiga waktunya dalam sehari semalam atau selama 16 jam hanya untuk istirahat ataupun tidur saja. Dalam ekonomi konvensional analisisnya hanya untuk waktu di Dunia saja. Dalam Islam dikenal 8 dimensi waktu yang meliputi alam : roh, rakhim, dunia, khubur, penantian padang maqsar, alam hisap, alam sirothol mustakhim serta alam akhirat yang kekal dan abadi. b. Kegiatan (Activities by Field of Job) Dalam hal manusia melakukan kegiatannya dapat dirinci menjadi 9 kegiatan menurut lapangan usaha (United Nation Standard of National Income Account in all of Sosial-Economic Activities) yang dalam ekonomi konvensional menurut lapangan usaha/kegiatan makro sektoral meliputi sektor : 1. Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan dan Perikanan 2. Pertambangan & Galian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas & Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 7. Pengangkutan & Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaaan 9. Jasa-Jasa Dari kesembilan kegiatan usaha sektoral tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3 struktur kegiatan makro sektoral yang terdiri atas : kelompok sektor primer, sekunder dan tersier.
IV. METODE PERANGKAT ANALISIS ILMU EKONOMI ISLAM 4.1. Kerangka Proses Berfikir
Hal. 29
Al-Qur’an Surah & Ayat : 1 ..... 2..... 3..... 4..... 5...... dst
As- Sunnah : Hadis Riwayat : 1… 2… 3… dst
Perkembangan Pemiki- ran Ilmu Ekonomi Islam dan Mashab :
Studi Obyek
• • •
…. …. ….
Rumusan Masalah
dst
Hipotesis
Analisis Kasyf
An Kuantitatif Sar’i
An Kualitatif Sar’i
Disertasi 1. Pengembangan Ilmu 2. Manfaat Kebijakan 3. Temuan Empirik dari Studi Obyek 4. Motivasi Penelitian Lanjut 5. Kesimpulan Terintegrasi
Gambar : 3 KERANGKA PROSES BERFIKIR Dari kerangka proses berfikir tersebut bila diterapkan dalam analisis untuk memperoleh penggambaran/perwujudan Ilmu Ekonomi Islam dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Dalam al-Quran terdapat banyak sekali ayat-ayat yang secara substansial dapat memberikan petunjuk bagaimana para pelaku kegiatan dalam ekonomi Islam baik secara pribadi/keluarga, perserikatan/kegiatan swasta, pemerintah/ekonomi publik serta para eksportir dan importir sebagai pelaku ekonomi antar negara. 2. as-Sunah baik yang berupa sabda maupun perilaku kegiatan Rosulullah dalam kontek Ilmu Ekonomi Islam yang telah diaktualisasikan dalam kehidupan keseharian telah merupakan praktek dari ilmu ekonomi (ekonomi positif) berdasarkan petunjuk al-Quran untuk ilmu ekonomi normatif. Perilaku Rosulullah adalah merupakan studi empirik dari praktek kegiatan ekonomi Islam yang handal dan valid kebenarannyasehingga dapat dipakai sebagai alat ukur/indikator dari perilaku para pelaku ekonomi
Hal. 30
apakah kegiatannya telah benar seperti yang dicontohkan Rosulullah ataukah justru kebalikannya yang salah. 3. Perkembangan pemikiran Ilmu Ekonomi Islam dan mashab adalah merupakan references/literatur yang handal untuk dapat memperoleh tingkat kebenaran yang ‟ilmal yakin. 4. Studi obyek adalah merupakan fokus studi dalam Ilmu Ekonomi Islam yang akan diteliti ataupun yang akan didalami lebih lanjut. 5. Dari integrasi analisis substansi yang terdapat dalam ayat al-Quran dan praktek Rosulullah yang sesuai dengan substansi ayat normatif tersebut serta diintegrasikannya dengan pengembangan pemikiran Ilmu Ekonomi Islam dari para intelektual Islam dan mashab-mashab yang dipakai untuk menganalisis studi obyek maka munculah berbagai rumusan masalah dalam fokus studi ataupun pemikiran. 6. Untuk memperoleh produk akal baik akal awwal perlu dipergunakan 3 perangkat analisis kasyf, analisis kuantitatif sar‟i dan kualitatif sar‟i. 7. Produk studi berdasasrkan prosedur kerangka proses berfikir tersebut akan menghasilkan disertasi ataupun produk akal yang holistik yang berunsurkan : pengembangan ilmu, manfaat kebijakan/kearifan, temuan empirik studi obyek dan akan dapat memberikan motivasi pada peneliti/para pengembang Ilmu Ekonomi Islam lebih lanjut. Proses berfikir dalam otak dapat dilihat pada gambar anatomi otak (lampiran 3 dan anatomi tubuh (lampiran 4).
4.2. Perangkat Analisis Ilmu Ekonomi Islam 4.2.1. Modifikasi Teori Ekonomi Makro Konvensional menjadi Makro Ekonomi Islam Pendekatan yang terbagi dalam 9 lapangan usaha/sektoral tersebut dalam Ilmu Ekonomi konvensional disebut dengan pendekatan produksi (production approach). Jadi total output merupakan penjumlahan dari nilai tambah kesembilan sektor usaha tersebut dengan formula sebagai berikut : O = Jumlah Nilai Tambah Sektor (Pertanian + Pertambangan & Galian + Industri Pengolahan + Listrik, Gas & Air Bersih + Bangunan + Perdagangan, Hotel & Restoran + Pengangkutan & Komunikasi + Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan + JasaJasa).
Hal. 31
Total nilai output baik yang berupa barang dan jasa tersebut dapat didekati/dihitung dengan cara/lewat model penerimaan dengan formula sebagai berikut : Yr = Cr + S + T + (X - M) untuk Ekonomi Makro konvensional atau menurut Ilmu makro Islam dengan formula : Yr = Cr + S + T + (X - M) + Zr Dimana : Yr
=
jumlah penerimaan/pendapatan Cr = pendapatan sektor keluarga S = saving T = pajak/retribusi pemerintah X = ekspor M = impor Zr = penerimaan zakat, infaq dan shodaqoh
Kedua formula tersebut sebaliknya dapat dianalisis dari sisi pengeluaran dimana dalam Ilmu Ekonomi Makro konvensional menggunakan model : Ye = Ce + I + Ge + (X - M) dan dalam Ilmu Ekonomi Makro Islam dengan formula : Ye = Ce + I + Ge + (X - M) + Ze Dimana : Ye Ce I Ge X M Ze
= = = = = = =
jumlah pengeluaran pengeluaran sektor keluarga investasi swasta pengeluaran pemerintah ekspor impor pengeluaran zakat, infaq dan shodaqoh
Segala rizqi semuanya berasal dari Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, namun dapat dirinci sebagai berikut : 1) Rizqi yang telah dijamin keberadaannya oleh Allah SWT., seperti halnya bayi baru lahir telah disediakan air susu ibu (ASI), ikan baru lahir/menetas telah disiapkan berbagai makanannya baik diperairan tawar, payau maupun di lautan misalnya lumut, plangton serta rumput laut. 2) Rizqi yang dibagikan oleh Malaikat Mikail atas perintah Allah yang Maha Kuasa dengan cara mendistribusikan hujan dengan perantaraan angin menurut iklim makro dan mikro sesuai dengan takaran yang telah ditentukan. Misalnya daerah Pulau Madura hujannya dikurangi dan intensitas penyinaran mataharinya diperpanjang dan diperluas agar tanaman tembakau dan usaha pegaraman rakyatnya berlimpah. Di daerah Batu Jawa Timur, Bukit Tinggi di Sumatera Barat serta Kebanjae dan Berastagi di Sumatera Utara hujannya ditambah secukupnya agar sayur
Hal. 32
mayur dan buah-buahannya dapat panen raya. Dewasa ini banyak keluarga di daerah perkotaan dan pedesaan dikirim rizqi oleh Malaikat Mikail lewat persewaan menara guna memperkuat frekwensi/sinyal peralatan komunikasi dimana sewa lahan sekitar 25 s/d 64 M2 per 10 tahun mencapai sekitar Rp 100 juta di daerah pedesaan dan sekitar Rp 300 s/d 400 juta di daerah perkotaan. 3) Rizqi yang dijanjikan oleh Allah SWT., dimana bila manusia mencari rizqi dengan cara halal dapat harta yang halal dan bila mencari rizqi secara haram dapat hasil/harta yang haram juga. Kedua cara mencari rizqi yang halal ini tidak dapat digabung ataupun dikombinasikan dalam praktek keseharian menurut syariah Islam. 4) Rizqi yang oleh Allah diberikan pada manusia lewat pintu-pintu yang tidak diketahui oleh para manusia itu sendiri. Jadi memang benar rizqi tersebut dari Allah seperti halnya untuk lahir, hidup, jodoh dan mati. Bila manusia ingin membuka pintu rizqi yang tidak diketahuinya itu, manusia dapat menggunakan kunci pembuka dengan berbagai amalan sebagai berikut : - berniat dan berusaha karena Allah. - selalu bersilaturakhim. - dermawan dalam segala hal dan keadaan (Al Hadiid ayat 11 dan 18) (Al Baqarah ayat 261) - selalu sabar (Al Baqarah ayat 153 dan 155) - pemaaf terhadap orang yang telah mencerca, iri, dengki dan memfitnah diri kita. - dari masjid ke masjid dalam arti yang luas/berdakwah (Al Maidah ayat 35) - taqwallah/bertindak adil (Al Maidah ayat 11) Jika manusia dapat mengamalkan baik sebagian besar maupun secara keseluruhan Insya-Allah Allah SWT. akan memberlakukan salah satu ayat yang diwahyukan pada nabi Daud AS. dalam kitab zabur ‟Tiada seseorang hamba yang taat kepada-Ku melainkan Aku memberinya sebelum dia minta, dan mengabulkan permohonannya sebelum dia berdoa, dan mengampuni dosanya sebelum dia mohon pengampunan (istighfar)‟. (HR. Adailami)
4.2.2. Holistic Macro Model (Model Makro Holistik) Berdasarkan karakter Ilmu dan Harta serta Sumber Rizqi dan Flatah Manusia dalam pengambilan keputusan tersebut, maka dapat disusun ”Normative Macro Model” secara Holistic sebagai berikut : 1.
The Holistic of Production Function O = f(NPF, APF, TA) dimana :
Hal. 33
O
=
NPF/Natural Production Factor
=
APF/Artificial Production Factor
=
TA/Taqdir Allah
=
Total Nilai Tambah Output Barang dan Jasa f(Air, Wind, Land, Water, Sun, Human/Labour, Seed, Animal, Natural Resources) f(Capital, Technology, Managerial, Residual Variables) f(Syariah, Human Behaviour),
sehingga : O/Output = f(Air, Wind, Land, Water, Sun, Labour, Capital, Technology, Managerial, Residual Variables, Syariah & Human Behaviour) 2. Ring‟s Equillibrium of Inter Time Transaction Model. (Lihat lampiran 5) 3. The Ibn Khaldun‟s Multidisciplinary Dynamics Model. (Lihat lampiran 6) 4. Garis Kemiskinan dan Kemakmuran Menurut Islam. (Lihat lampiran 7) 5. Manusia Sebagai Khalifatullah fil Ard. (Lihat lampiran 8)
4.2.3.The Positive Of Micro Economy (Ekonomi Mikro Positif) Kegiatan Ekonomi Mikro dalam keseharian yang dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia baik di Dunia maupun di Akhirat nanti meliputi : 1. Bekerja dan bercocok tanam/bertani seperti yang tersurat dalam AnNabaa‟ ayat 6 s/d 16. 2. Berniaga/berdagang mengikuti Surah Al Muthaffifiin ayat 1 s/d 3, sunah Rosul dan bercermin pada Abdul Rahman bin Auf. 3. Membangun jaringan pergudangan sebagai halnya Nabi Yusuf AS. 4. Mencari nafkah/harta dan kemiskinan. Untuk mencari nafkah guna mendapatkan harta agar tidak jatuh dalam kemiskinan perlu dicermati beberapa Hadits terpilih yang disunting dari 1100 Hadits terpilih (Almath 1991 hal 182 s/d 191) sebagai berikut : a. Mata Pencaharian dan Hasil Kerja. (Lihat lampiran 9) b. Harta dan Kekayaan. (Lihat lampiran 10) c. Kemiskinan. (Lihat lampiran 11)
V. KEBUTUHAN ILMUWAN DAN AHLI EKONOMI ISLAM
Hal. 34
Untuk mempercepat pengembangan ilmu ekonomi Islam dan praktek ekonomi Islam baik dalam kehidupan Individu, Keluarga, Berserikat untuk bisnis/usaha, hubungan ekonomi Internasional antar negara/masyarakat Islam maupun dalam hal berbangsa/bernegara dalam waktu 10-20 tahun yang akan datang diperlukan tenaga profesional baik untuk tenaga lulusan doktor, magister maupun Sarjana Ekonomi Islam sekitar 60.000 orang dengan rincian sekitar 10.000 orang untuk doktor dan 20.000 orang untuk lulusan magister serta 30.000 orang untuk Sarjana Ekonomi Islam. Khusus untuk keperluan tenaga doktor dalam ilmu Ekonomi Islam diperkirakan sebanyak 10.000 orang dengan rincian sebagai berikut : 1. Untuk tenaga dosen Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Indonesia minimal 1.000 orang (1 orang doktor untuk 1 PTN maupun PTS) 2. Dalam rangka otonomi dibidang sosial dan ekonomi minimal diperlukan 2.000 orang (minimal 5 doktor ekonomi Islam untuk setiap kabupaten/kota dari sekitar 400 daerah kabupaten/kota di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam atau baru sekitar 1 doktor ekonomi Islam untuk setiap 100.000 penduduk muslim secara Nasional). 3. Kebutuhan untuk mengembangkan pondok/pesantren besar di Indonesia sebanyak 5.000 orang (di Indonesia terdapat sekitar 5.000 pondok pesantren besar yang mempunyai pendidikan formal). 4. Kebutuhan untuk mengisi tenaga atase perdagangan Internasional sebanyak 100 orang (minimal 1 orang untuk setiap negara anggota OKI). 5. Kebutuhan untuk tenaga ahli dalam Perbankan dan non Bank Islam lainnya sekitar 1.900 orang. 6. Dengan demikian bila terdapat 10 sampai dengan 15 Perguruan Tinggi yang mampu mendidik dan meluluskan doktor dalam ilmu ekonomi Islam untuk setiap 3 tahun dengan kapasitas 30 orang kandidat doktor setiap angkatan, maka diperlukan 20 sampai dengan 30 tahun untuk memenuhi kebutuhan 10.000 orang doktor dalam ilmu ekonomi Islam tersebut.
VI. KURIKULUM PENDIDIKAN PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI ISLAM Untuk memperoleh Kurikulum Pendidikan Program Studi Ilmu Ekonomi Islam yang baik, terlebih dahulu di evaluasi 12 jenis kurikulum baik dari tingkat Diploma / D3, Sarjana / Bachelor, Magister / Master maupun Doktor / Ph.D, seperti terlampir pada Appendix I – XII. Dari ke-12 jenis kurikulum tersebut, ternyata pendidikan Ilmu Ekonomi Islam di Dunia masih banyak berkonsentrasi pada program studi Perbankan Islam dan Finansial, sedangkan untuk program studi Ilmu Ekonomi Islam masih sangat sedikit / langka serta masih terdapat disvaritas / perbedaan yang cukup besar, dimana dari sebagian kurikulum pendidikan masih tampak dominan pengaruh
Hal. 35
ilmu ekonomi konvensionalnya. Untuk itu masih harus disusun standarisasi kurikulum untuk program studi Ilmu Ekonomi Islam dalam berbagai strata pendidikan lebih lanjut dengan tetap berpegang pada pondasi dasar keilmuan yaitu norma Al Qur‟an, praktek ekonomi islam dalam As-Sunnah, serta pengembangan teori Ekonomi Islam Makro dan Mikro yang dapat dipertanggungjawabkan.
VII. PENUTUP Dalam rangka mengembangkan Ilmu Ekonomi Islam berdasarkan al-Qur‟an dan as-Sunnah (sabda Rosul sebagai penjelasan/keterangan ataupun penyempurnaan tafsir dari al-Qur‟an serta termasuk firman Allah dalam hadits qudsi, seluruh perilaku amalan Rosulullah baik yang berhubungan dengan Allah (habluminallah) dan hubungan antar manusia (habluminanas) dengan pendekatan baik dengan analisis kasyf/intuitif, kualitatif syar‟i, kuantitatif syar‟i maupun pengembangan institusi yang dipakai sebagai wadah kegiatan manusia tersebut insya Allah akan diperoleh Ilmu Ekonomi Islam yang lurus, benar dan bermanfaat serta dapat membahagiakan manusia di Dunia dan di Akhirat nanti, insya Allah, amiin.
Surabaya, 28 Pebruari 2012
Prof. Dr. H. Suroso Imam Zadjuli, SE
DAFTAR PUSTAKA Al-Qur'anul karim. Al-Hadits. Amin Azis, “Mengembangkan Pengajaran Ilmu Ekonomi Islam di Indonesia” Berbagai Aspek Ekonomi Islam, P3EI UII dan Tiara Wacana, Yogyakarta, 1992. Abdul Manan, Mohamed, Islamic Economic in Theory and Practice, London : Hodder and Stoughton, 1987, 425p (Revised and enlarge version of the author‟s Islamic Economics Lahore : Ashraf Publications. Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, jilid I, II, III & IV, Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta.
Hal. 36
Islamic Development Bank, "Anual Report 1997-1998 (1418 H). John Lindauer, Macroeconomics, Second Edition, Claremont, California, 1971. Konsep Bank Syari'ah Mohammad Umar Chapra, What Is Islamic Economics ?, IDB Prize Winners‟ Lecture Series No. 9, Islamic Development Bank, Islamic Research and Training Institute, Jeddah, Saudi Arabia. Muhammad Ainul Yaqin, Pasti Ada Jalan, Bunga Rampai Pemikiran Islam Penggugah Akal Pengokoh Jiwa, Big Bang, Semarang, 2008. Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam, Edisi Senior, Penebar Salam, Jakarta, 1999 Suroso Imam Zadjuli, Prof. Dr. SE., Makalah Potensi dan Prospek Lembaga Keuangan Syari'ah Dalam Era Globalisasi, Surabaya, Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga, 1997. _____________, “Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam” Berbagai Aspek Ekonomi Islam, P3EI UII dan Tiara Wacana, Yogyakarta, 1992. _____________, Makalah Peran Perbankan Syari'ah Dalam Investasi Pembangunan Surabaya, Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga, 1995. ____________, Makalah Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Kelompok Kelas Menengah Kebawah, Surabaya, Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga, 1999. _____________, Makalah Membentuk Manusia Menjadi Khalifah di Bumi Yang Makdanniyah, Surabaya, Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga, 1999 _____________ , Makalah Tackling Regional Security Structure in the Persian Gulf from an Outer Space : an Univication with Indonesia on the Basis of Shari‟a Islam, Surabaya, 2011. _____________ , Makalah Peluang dan Tantangan Ekonomi Islam di Indonesia, Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga, 2011 Volker Nienhaus, Prof. Dr., Economic Cooperation and Integration among Islamic Countries : International Framework and Economic Problems, Islamic Development Bank, Islamic Research and Training Institute, Jeddah, Saudi Arabia. http://www.bibf.com.bh/content/coursecatalog2012.htm
Hal. 37
http://www.mihe.org.uk/ma-ibfm-topup http://www.business.salford.ac.uk/ http://www.lsbf.org.uk/programmes/masters/msc/msc-in-islamicbanking-and-finance.html http://www.dur.ac.uk/difp/hp2/mamsc/ http://www.iium.edu.my/iiibf/programmes-courses http://www.zu.ac.ae/main/en/IIWS/programs/graduate_program/MA _Islam_Econ_Wealth_Mngt.aspx http://www.icmacentre.ac.uk/ibif
Hal. 38