Artikel Islami
Jangan Tunda
TAUBATMU
Jika Engkau Bermaksiat Maka Jangan Pernah Menunda Bertaubat, dikarenakan: 1) Menunda taubat adalah dosa tersendiri. Allah telah memerintahkan untuk segera bertaubat
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu 2) Dikawatirkan maut menjemputmu sebelum engkau sempat bertaubat. Karena terlalu sering kematian datang tanpa pemberitahuan dan tanpa ada tanda-tanda sebelumnya.
Artinya: Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. Al jumuah ayat 8
1 | Keluarga Mawaddah Edisi I Th 2017
3) Jika engkau menunda taubat maka titik hitam semakin mengotori hatimu, sehingga semakin sulit kau kembali kepadaNya, dan semakin sulit untuk khusyuk dalam beribadah. 4) Jika engkau menunda taubat maka dikawatirkan Allah akan membongkar aibmu… Maka berdoalah agar Allah menutup aib dan maksiatmu. 5) Jika engkau menunda taubat maka kemaksiatan yg kau lakukan biasanya akan menjerumuskan engkau kepada maksiat-maksiat yang lainnya. Maka marilah kita bersegera menuju ampunan Allah dengan bertaubat kepada-Nya
Artikel Keluarga
Ajarkanlah AnakMu Sholat Abu Daud (no. 495) dan Ahmad (6650) telah meriwayatkan dari Amr bin Syu’aib, dari bapaknya dari kakeknya, dia berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Perintahkan anak-anak kalian untuk melakukan shalat saat usia mereka tujuh tahun, dan pukullah mereka saat usia sepuluh tahun. Dan pisahkan tempat tidur mereka.” (Dishahihkan oleh Al-Albany dalam Irwa’u Ghalil, no. 247) Ibnu Qudamah rahimahullah berkata dalam kitab AlMughni (1/357) “Perintah dan pengajaran ini berlaku bagi anak-anak agar mereka terbiasa melakukan shalat dan tidak meninggalkannya ketika sudah baligh.” As-Subki berkata, “Wali bagi anak diwajibkan memerintahkan anaknya untuk melakukan shalat saat mereka berusia tujuh tahun dan memukulnya (apabila masih belum melaksanakan shalat) saat mereka berusia sepuluh tahun. Kami tidak mengingkari wajibnya perintah terhadap perkara yang tidak wajib, atau memukul terhadap perkara yang tidak wajib. Jika kita boleh memukul binatang untuk mendidik mereka, apalagi terhadap anak? Hal itu semata-mata untuk kebaikannya dan agar dia terbiasa sebelum masuk usia balig.” (Fatawa As-Subki, 1/379) Maka anak kecil dan budak anak kecil diperintahkan untuk melakukan shalat saat mereka berusia tujuh tahun dan dipukul saat mereka berusia sepuluh tahun. Sebagaimana mereka juga diperintahkan untuk berpuasa Ramadan dan dimotivasi untuk melakukan segala kebaikan, seperti membaca Al-Quran, shalat sunah, haji dan umrah, memperbanyak membaca tasbih, tahlil, takbir dan tahmid serta melarang mereka dari semua bentuk kemaksiatan.
Cara Memukul Anak
Disyaratkan dalam masalah memukul anak yang tidak sholat yaitu pukulan yang tidak melukai, tidak membuat kulit luka, atau tidak membuat tulang atau gigi menjadi patah. Pukulan di bagian punggung atau pundak dan semacamnya. Hindari memukul wajah karena diharamkan memukul wajah berdasarkan larangan Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Pukulan hendaknya tidak lebih dari sepulu kali, tujuannya semata untuk pendidikan. Selayaknya hal tersebut dilakukan tidak di depan orang 1 | Keluarga Mawaddah Edisi I Th 2017 2
lain untuk melindungi kehormatan sang anak atas dirinya dan orang lain dari teman-temannya atau selainnya. Juga hendaknya diketahui bahwa dalam perjalanan hubungan bapak dengan anak-anaknya dan pengajarannya bahwa sang bapak memukul sang anak semata-mata bertujuan agar dia taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Tujuannya semata-mata untuk kebaikannya secara sempurna dan perhatiannya dalam mendidiknya sesuai ketentuan syari agar jangan sampai timbul perasaan benci sang anak terhadap perkara syar’i yang berat dia lakukan dan karena meninggalkannya dia dipukul. Syekh Ibn Baz rahimahullah berkata, “Perhatikanlah keluarga dan jangan lalai dari mereka wahai hamba Allah. Hendaknya kalian bersungguhsungguh untuk kebaikan mereka. Perintahkan putera puteri kalian untuk melakukan shalat saat berusia tujuh tahun, pukullah mereka saat berusia sepuluh tahun dengan pukulan yang ringan yang dapat mendorong mereka untuk taat kepada Allah dan membiasakan mereka menunaikan shalat pada waktunya agar mereka istiqomah di jalan Allah dan mengenal yang haq sebagaimana hal itu dijelaskan dari riwayat shahih dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam.” (Majmu Fatawa Bin Baz, 6/46) Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, “Nabi shallallahu alaihi wa sallam telah memerintahkan agar kita memerintahkan anak-anak kita melakukan shalat saat mereka berusia tujuh tahun, atau kita memukul mereka saat mereka berusia sepuluh tahun. Padahal ketika itu mereka belum berusia balig. Tujuannya adalah akar mereka terbiasa melakukan ketaatan dan akrab dengannya. Sehingga terasa mudah dilakukan apabila mereka telah besar dan mereka mencintainya. Begitupula dengan perkara-perkara yang tidak terpuji, tidak selayaknya mereka dibiasakan sejak kecil meskipun mereka belum balig, agar mereka tidak terbiasa dan akrab ketika sudah besar.” (Fatawa Nurun ala Darb, 11/386) Penting juga diperhatikan bahwa pembinaan terhadap anak, bukan hanya karena dia meninggalkan shalat saja, tapi juga jika sikapnya meremehkan syarat-syaratnya, rukun-rukunnya dan wajibnya. Kadang sang anak shalat, tapi shalatnya dia jamak, atau dia shalat tanpa wudhu, atau tidak benar shalatnya. Maka ketika itu hendaknya diajarkan semua perkara shalat dan memastikan bahwa dia menunaikan kewajiban, syarat dan rukunnya. Jika mereka lalai dalam sebagiannya, maka kita kuatkan lagi nasehatnya, diajarkan terus menerus. Jika masih juga lalai, boleh diperingatkan dengan pukulan hingga shalatnya benar. Sumber : islamqa dengan sedikit perubahan
Artikel Keluarga
TERUNTUK PASANGAN SUAMI ISTRI.. DAN BAGI YANG INGIN MELANGSUNGKAN PERNIKAHAN.. ‘PENGHAPUS’ TERLEBIH DAHULU.. Ada salah seorang pemuda yang menikah.. Maka sang ayah datang kepadanya, dan mendoakan keberkahan dalam pernikahannya.. Dan ketika ia duduk bersamanya, ia kemudian meminta anaknya untuk mengambil selembar kertas, pulpen dan penghapus.. Pemuda : Untuk apa wahai ayah? Ayah : Siapkan saja.. Maka pemuda tersebut mengambil kertas dan pulpen, tapi tidak menemukan penghapus.. Ayah : Kalau begitu, keluar dan belilah penghapus.. Dengan perasaan heran, pemuda tersebut keluar.. Pergi ke pasar dan membeli penghapus.. Kemudian ia duduk di sisi ayahnya.. Ayah Pemuda Ayah
: Tulis..! : Apa yang harus kutulis? : Tulis apa saja yang engkau kehendaki..
Maka pemuda tersebut menulis sebuah kalimat. Sang ayah berkata: Hapuslah.! Kemudian sang pemuda pun menghapusnya..
3 | Keluarga Mawaddah Edisi I Th 2017
Artikel Keluarga Ayah Pemuda ayah?
: Tulis..! : Demi Allah, sebetulnya apa yang engkau inginkan wahai
Ayah : Tulislah..! Maka sang pemuda menulis. Ayah : Hapuslah..! Lalu ia pun menghapusnya. Ayah : Tulis..! Sang pemuda : Demi Allah wahai ayah, beri tahu saya, untuk apa ini..?! Ayah : Tulis..! Maka ia pun kembali menulis. Ayah : Hapus..! Lalu ia menghapusnya.. Kemudian sang ayah memandangnya.. dan bertanya : Apakah kertasnya masih putih? Pemuda : Iya, akan tetapi ada apa wahai ayah? Sang ayah memegang pundaknya.. dan berkata : Wahai anakku, sesungguhnya pernikahan itu membutuhkan ‘penghapus’.. Maka apabila engkau tidak membawa dalam pernikahanmu ‘sebuah penghapus’ yang bisa menghapus beberapa sikap yang engkau tidak senangi dari istrimu.. Dan apabila istrimu tidak membawa ‘penghapus’.. Yang dengannya bisa menghapus beberapa sikap darimu yang membuatnya tidak senang.. Maka sesungguhnya lembaran pernikahan akan dipenuhi warna hitam hanya dalam beberapa hari.. Sungguh, ini adalah perkataan yang penuh hikmah..!! Hingga dalam kehidupanmu.. Bawalah ‘penghapus’.. Hapuslah kesalahan-kesalahan di sekitarmu.. Agar hidupmu tetap berlanjut tenang.. Dan bahagia.. Dan jadilah selalu pribadi yang mempunyai hati, Yang bisa selalu menghapus.. Dan memaafkan.. Ibnul Jauzi rahimahulah berkata: “Taghaful’ (Melupakan kesalahan orang lain) adalah sifat orang orang mulia. Karena sesungguhnya manusia tidak ada yang terlepas dari kesalahan dan dosa.. Apabila seseorang selalu memperhatikan tiap kesalahan orang lain, maka ia akan lelah dan juga membuat orang lain lelah.. Orang yang berakal dan cerdas adalah orang yang tidak menghitung hitung kesalahan pasangannya, saudaranya, tetangganya, temannya dan keluarganya”.. Oleh karena itu imam Ahmad berkata, “Sembilan persepuluh akhlak yang baik ada pada taghaful.” (Tahdzibul Kamal 19/230). Renungkanlah.. Hapuslah kesalahan.. Agar ukhuwah persaudaraan tetap berlanjut.. Dan jangan biarkan ukhuwah retak hanya karena satu kesalahan..!! ..’Penghapus’ terlebih dahulu.. 4 | Keluarga Mawaddah Edisi I Th 2017
Artikel umum
Ikut Tren, Fashion, dan Mode ? Namanya juga wanita, pastilah ingin tampil perfect. Namanya juga wanita, pastilah tergoda dengan tren dan fashion kekinian. Apalagi sekarang sudah zamannya informasi dalam genggaman, pastilah android-android wanita, akhwat dan umahat zaman ini dipenuhi dengan pencarian tren, fashion, model pakaian, jilbab, cadar, tupperware, perabotan rumah dan lain-lain di browser historynya. Acapkali kegemaran para wanita ini justru membuat pusing para suami yang mau tidak mau harus merogoh kocek lebih dari sakunya. Berpenampilan dan berperabotan bagus sebenarnya boleh-boleh saja di dalam Islam, namun jika hal tersebut sudah sampai pada taraf yang berlebih-lebihan maka hal tersebut menjadi terlarang. ALLAH q berfirman,
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang bagus di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebihlebihan. Sesungguhnya ALLAH tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. al-A’raf : 31) Andaikata para suami mau melihat lebih jeli, kenapa istri-istrinya menjadi lebih senang berbelanja model pakaian terbaru, perabotan-perabotan terbaru, dan lain-lain yang membuat pengeluaran membengkak. Tentulah mereka akan mendapati bahwa hal tersebut merupakan pengaruh pergaulan, baik pergaulan di medsos, ataupun di kehidupan nyata. Untuk mengatasi hal ini, Rasulullah a telah memberikan kita solusi jauh-jauh hari. Rasulullah a bersabda,
“Jangan terlalu banyak bergaul dengan orang-orang kaya, karena hal tersebut lebih menjadikan kalian agar tidak meremehkan nikmat ALLAH (atas kalian).” (al-Hakim dalam al-Mustadrak) Oleh karenanya, mari kita budayakan hidup sederhana dan bersahaja, banyak bergaul dan banyak melihat kepada orangorang yang lebih di bawah kita. Mudah-mudahan dengan hal tersebut kita lebih bisa mensyukuri nikmat ALLAH.
5 | Keluarga Mawaddah Edisi I Th 2017
Pendidikan Anak
ANAK DURHAKA
Anak durhaka adalah masalah yang sangat merisaukan. Orang tua akan sangat sedih ketika mendapati anak-anak mereka membangkang dan berani melanggar perintahnya. Sebaliknya, anak akan menjadi penyejuk hati bagi orang tua ketika mereka tumbuh menjadi anak yang sholih dan berbakti, lalu apa sebenarnya faktor utama seorang anak tumbuh menjadi durhaka? Tidakkah setiap anak dilahirkan tumbuh dalam keadaan fithroh? Ataukah orang tua yang salah dalam emndidik mereka dan telah menerpkan pola pendidikan yang tidak tepat.
Durhaka mudah sekali dilakukan oleh anak. Tetapi itu bukan berarti durhaka termasuk fithroh yang di bawa anak sejak lahir. Lantaran durhaka adalah sikap negatif yang diperoleh dari proses pembelajaran terus menerus sejak kecil. Anak-anak terdorong untuk memusuhi orang tua karena sering melihat pertengkaran di rumah, tayangan televisi, memperoleh perlakuan kasar di rumah, sering dikata-katai oelh orang tua, disepelkan dan sebagainya. Dari tindakan tersebut anak mulai belajar kata-kata kotor, memukul, menolak, memberontak dan tindakan anarkis lainnya. Tindakan tersebut tak lain berasal dari gejolak jiwa untuk memberontak karena rasa tidak nyaman, bosan, ketidakpedulian, suasana yang penuh curiga, dan kekerasan, hingga terciptanya dorongan untuk memusuhi orang tua diperoleh dari pengalaman yang terakumulasi dalam diri anak. Orang tua memiliki peran penuh dalam memberikan pendidikan bagi anak-anaknya. Bukan hanya pendidikan formal di sekolah saja, dan sayangnya masih banyak kita jumpai orang tuayang mengesampingkan arti penting pendidikan di rumah. Dengan menyerahkan anak-anak ke sekolah seakan kewajiban orang tua memberi pendidikan kepada anak telah cukup. Menyekolahkan anak-anak memang penting, menyuruh anak-anak mengaji juga sangatlah penting, tetapi memberikan pendidikan kepada anak-anak di rumah jauh lebih penting. Sebab di rumah anak-anak lebih banyak menjalani kehidupan sehari-hari. Anak-anak belajar saat makan, hendak tidur, berdialog dengan orang tua, bagaimana seharusnya bersikap, bergaul dengan temannya, bahkan bermasyarakat dengan lingkungannya. Sementara itu di sekolah, hanya lebih banyak memberikan pengajaran, bukan 6 | Keluarga Mawaddah Edisi I Th 2017
pendidikan. Karena itu orang tua seharusnya memberikan keteladanan yang baik bagi anak-anaknya, memberikan lingkungan yang nyaman, perlakuan yang menyenangkan, agar anak juga dapat belaja berakhlaq baik kepada orang tua atau kepada sesamya. Ada beberapa tips mencegah anak menjadi durhaka: 1. Mendidik anak dengan kasih sayang Fakta membuktikan bahwa resep manjur untuk membuat bayi dapat tumbuh dan berkembang dengan baik adalah kasih sayang. Kasih sayang, cinta dan pengertian diperlukan agar kepribadiannya tumbuh secara sempurna dan harmonis. 2. Tanamkan nilai agama sejak dini Salah satu langkah yang paling baik dalam menanamkan sikap berbakti, sekaligus menghindari munculnya kedurhakaan pada anak adalah dengan menanamkan nilai agama sejak dini. Sebab agama akan menjadi pedoman anak dalam menjalani perilaku sehari-hari, terutama saat berinteraksi dengan orang tua. 3. Memberi teladan yang baik Orang tua adalah cermin bagi anaknya, baik dan buruknya akan mudah di tiru oleh anak 4. Ciptakan keluarga yang hangat Hasil penelitian menegaskan bahwa 70% dari anak-anak yang sulit dididik ternyata berasal dari keluarga yang tidak teratur, tidak utuh(broken home) atau mengalami tekanan hidup yang terlampau berat. 5. Beri anak kepercayaan Jika anda sudah menasehatinya maka jangalah overprotektif terhadap anak, berilah anak kepercayaan, tidak perlu khawatir jika anak sesekali berbuat salah atau mengambil tindakan yang kurang tepat. 6. Ucapkan maaf Anak bisa salah dan orang tua pun bisa salah, maka jangan gengsi mengakui kesalahan dan memnita maaf kepada anak jika orang tua mempunyai salah, insya allah anak akan melakukan hal yang sama kepada orang tuanya. 7. Penuhi hak-hak anak Mudah-mudahan yang sedikit ini bisa memberikan tambahan pengetahuan untuk kita semua, barakallahu fiikum assalamualaikum warahmatulloh wabarokatuhu
Pendidikan Anak
Pengaruh
TemanYang Baik Banyak orang yang terjerumus ke dalam lubang kemakisatan dan kesesatan karena pengaruh teman bergaul yang jelek. Namun juga tidak sedikit orang yang mendapatkan hidayah dan banyak kebaikan disebabkan bergaul dengan teman-teman yang shalih.
Dalam sebuah hadits Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan tentang peran dan dampak seorang teman dalam sabda beliau :
“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628) - Hadits di atas mengandung faedah bahwa bergaul dengan teman yang baik akan mendapatkan dua kemungkinan yang kedua-duanya baik. Kita akan menjadi baik atau minimal kita akan memperoleh kebaikan dari yang dilakukan teman kita. - Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’adi rahimahullah menjelaskan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan permisalan pertemanan dengan dua contoh (yakni penjual minyak wangi dan seorang pandai 7 | Keluarga Mawaddah Edisi I Th 2017
besi). Bergaul bersama dengan teman yang shalih akan mendatangkan banyak kebaikan, seperti penjual minyak wangi yang akan memeberikan manfaat dengan bau harum minyak wangi. Bisa jadi dengan diberi hadiah olehnya, atau membeli darinya, atau minimal dengan duduk bersanding dengannya , engkau akan mendapat ketenangan dari bau harum minyak wangi tersebut. Kebaikan yang akan diperoleh seorang hamba yang berteman dengan orang yang shalih lebih banyak dan lebih utama daripada harumnya aroma minyak wangi. Dia akan mengajarkan kepadamu hal-hal yang bermanfaat bagi dunia dan agamamu. Dia juga akan memeberimu nasihat. Dia juga akan mengingatkan dari hal-hal yang membuatmu celaka. Di juga senantiasa memotivasi dirimu untuk mentaati Allah, berbakti kepada kedua orangtua, menyambung silaturahmi, dan bersabar dengan kekurangan dirimu. Dia juga mengajak untuk berakhlak mulia baik dalam perkataan, perbuatan, maupun bersikap. Sesungguhnya seseorang akan mengikuti sahabat atau teman dekatnya dalam tabiat dan perilakunya. Keduanya saling terikat satu sama lain, baik dalam kebaikan maupun dalam kondisi sebaliknya. 🌷Jika kita tidak mendapatkan kebaikan-kebaikan di atas, masih ada manfaat lain yang penting jika berteman dengan orang yang shalih. Minimal diri kita akan tercegah dari perbuatan-perbuatn buruk dan maksiat. Teman yang shalih akan senantiasa menjaga dari maksiat, dan mengajak berlomba-lomba dalam kebaikan, serta meninggalkan kejelekan. Dia juga akan senantiasa menjagamu baik ketika bersamamu maupun tidak, dia juga akan memberimu manfaat dengan kecintaanya dan doanya kepadamu, baik ketika engkau masih hidup maupun setelah engkau tiada. Dia juga akan membantu menghilangkan kesulitanmu karena persahabatannya denganmu dan kecintaanya kepadamu. (Bahjatu Quluubil Abrar, 148)
Tanya Jawab
Konsultasi
Mawaddah Center Pertanyaan? : Assalamu’alaikum ustadz.. Maaf mau bertanya.. Jika kita mengerjakan sholat, namun tanpa sadar ternyata baju yang kita kenakan ada najisnya.. Sementara saat sudah sadar, waktu sholat telah habis. Apakah sholat kita sah? Ataukah mesti mengulangnya atau bagaimana ustadz?
Jawaban : : waalaikumsalam, Orang yang shalat dengan pakaian yang terkena najis, baik karena dia tidak tahu atau karena dia lupa, padahal sebelumnya dia tahu bahwa pakaiannya itu bernajis dan dia baru teringat tentang hal itu setelah dia selesai shalat, maka shalatnya sah dan tidak perlu diulang. Bagaimana jika hal itu diketahui/diingat di tengah shalat? Dalam hal ini, ada rincian: 1. Jika memungkinkan untuk dilepas–artinya, jika pakaian itu dilepas maka tidak sampai membuka aurat–maka pakaian tersebut harus dilepas. Seperti, peci atau yang lainnya. 2. Jika tidak memungkinkan untuk dilepas, karena jika dilepas maka auratnya bisa terbuka, maka pakaian tersebut tidak perlu dilepas, dan shalatnya sah. (Keterangan dari Syekh Abdul Azhim Al-Badawi, dalam Al-Wajiz, hlm. 81) Dalilnya adalah hadis dari Abu Said Al-Khudri, bahwa suatu ketika, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melepas sendalnya ketika beliau shalat. Para shahabat yang bermakmum di belakang beliau pun ikut-ikutan melepas sendal mereka. Setelah selesai shalat, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apa yang menyebabkan kalian melepaskan sendal kalian?” Mereka menjawab, “Kami melihat Anda melepas sandal, sehingga kami pun mengikutinya.” Kemudian, beliau menjelaskan, “Sesungguhnya, Jibril mendatangiku dan memberitahukan padaku bahwa di kedua sendalku ada najis (sehingga beliau pun melepas kedua sendal beliau, pent.).” (HR. Abu Daud; dinilai sahih oleh Al-Albani) Kandungan fikih pada hadis tersebut: Andaikan shalat dalam keadaan lupa atau tidak tahu–bahwa di bagian pakaiannya ada najis–itu dihukumi batal, tentu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam akan mengulangi shalatnya dari awal. Namun, dalam hadis di atas, beliau hanya melepas sendal dan tidak mengulangi shalatnya dari awal.
8 | Keluarga Mawaddah Edisi I Th 2017