TATA CARA PENGURUSAN JENAZAH MUTILASI DI RUMAH SAKIT dr. CIPTO MANGUNKUSUMO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
Skripsi Diajukan Kepada Falkutas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana (S1)
Oleh: Welvis Noverzandy NIM.104043101303
KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB HUKUM FALKUTAS SYARI’AH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
TATA CARA PENGURUSAN JENAZAH MUTILASI DI RUMAH SAKIT dr. CIPTO MANGUNKUSUMO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
Skripsi Diajukan Kepada Falkutas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syari’ah (S.Sy.)
Oleh : Welvis Noverzandi NIM: 104043101303
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr.H.Muhammad Taufiki, M.Ag NIP.196511191998031002
Rosdiana, M.A. NIP.196906102003122001
KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB HUKUM FALKUTAS SYARI’AH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi ini berjudul “TATA CARA PENGURUSAN JENAZAH MUTILASI DI RUMAH SAKIT dr. CIPTO MANGUNKUSUMO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM” telah diujikan dalam sidang Munaqasah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 15 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Syari’ah (S.Sy.) pada Progam Studi Perbandingan Mazhab Hukum. Jakarta, 15Juni 2010 Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof.Dr.H. Muhammad Amin Suma, SH, M.A., M.M. NIP. 195505051982031012
PANITIA UJIAN MUNAQASYAH 1. Ketua
: Prof.Dr.H.M.Amin Suma,SH, M.A., M.M. (.……………………) NIP. 195505051982031012
2. Sekretaris : Dr.H.Muhammad Taufiki, M.Ag NIP. 196511191998031002
(.……………………)
3. Pembimbing I: Dr.H.Muhammad Taufiki, M.Ag NIP. 196511191998031002
(.……………………)
4. Pembimbing II: Rosdiana, M.Ag NIP. 196906102003122001
(.……………………)
5. Penguji I : Dr.H.A.Juawaini Syukri, Lc, M.A. NIP.195507061992031001
(.……………………)
6. Penguji II : Dr.H.M.Nurul Irfan, M.Ag. NIP.197308022003121001
(.……………………)
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 15 Juni 2010 Welvis Noverzandi Nim.10404301303
ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮّﺣﻤﻦ اﻟﺮّﺣﻴﻢ KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt., yang telah memberi nikmat dan karunia-Nya kepada penulis, juga karena izin dan ridha-Nya pula penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sesuai dengan yang diharapkan. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw., yang dengan kehadirannya telah memberikan pencerahan, ketenangan dan kenyamanan hidup manusia. Tak lupa pula kepada para sahabat, keluarga dan orangorang yang pernah mengikuti dan mentaati ajarannya hingga akhir zaman. Setelah melewati waktu yang melelahkan, akhirnya dengan penuh kesabaran dan keyakinan penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semua ini tentunya tidak menjadi sebuah kenyataan, tanpa bantuan dan keterkaitan semua pihak, untuk itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada : 1.
Ayahanda H.Warlis dan Ibunda Almarhummah Hj. Warniza, Adalah orang tua penulis yang dimuliakan, disayangi dan juga yang telah menemani penulis sejak kecil baik suka maupun duka. Selama di dalam penulisan skripsi ini beliau selalu memberikan semanggat dengan kata-kata yang membuat penulis semakin semanggat untuk menyelesaikan skripsi ini hingga menjadi Wisudawan.
2.
Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
i
3.
Bapak Dr. H. Ahmad Mukri Adji, MA. selaku Ketua Jurusan Perbandingan Mazhab Fiqh. Bapak Dr. H. Muhammad Taufiki, M.Ag. selaku Sekertaris Jurusan Perbandingan Mazhab Fiqh.
4.
Bapak Dr.H. Muhammad Taufiki, M.Ag dan Ibu Rosdiana, M.A, sebagai dosen pembimbing yang selalu memberikan masukan, arahan, dan kritikan yang konstruktif pada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5.
Penguji I, Dr.HA.Juaini Syukri, Lcs, MA. dan penguji II, Dr.H.M.Nurul Irfan, M.Ag. Sebagai penguji penulis di dalam sidang munaqasah yang telah banyak memberikan masukan-masukan semakin sempurnanya skripsi.
6.
Pimpinan Perpustakaan, baik perpustakaan pusat maupun Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan berupa buku ataupun literlatur lainnya sehingga memperoleh informasi.
7.
Bapak/ibu dosen khususnya Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa pendidikan berlangsung.
8.
Bapak dr. Tjetjep Dwidja Siswaja, Sp.F selaku pembimbing wawancara dari Departemen Forensik dan Medikolegal, dan Ibu Siti Hasni, S.Sos selaku pembimbing wawancara dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman (Pemerintah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta) yang telah memberikan kemudahan penulis untuk mendapatkan data dan wawancara yang berhubungan dengan ii
masalah skripsi penulis seperti; Lampiran-lampiran dari Departemen Forensik dan Medikolegal di RSCM dan juga dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman (Pemerintah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta). Tidak ada yang dapat penulis berikan sebagai balas jasa kepada mereka yang telah memberikan banyak dan dukungan kepada penulis, kecuali dengan do’a. Semoga Allah membalas segala amal baik karena sesungguhnya Dialah Tuhan satusatunya tempat memohon dan meminta. Akhirnya, penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan. Oleh karena itu, penulis sangat membutuhkan kritikan dan masukan yang membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini dapat menjadi amal bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya pengembangan bagi wacana keislaman. Amin ya robbal’alamin
Penulis Welvis Noverzandi Nim.10404301303
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................................... iv BAB I
PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah ............................................................................. 1 B. Pembatasan dan perumusan masalah ........................................................ 5 C. Tujuan dan kegunaan penulisan ................................................................ 6 D. Tinjauan pustaka ....................................................................................... 7 E. Metode penelitian ...................................................................................... 10 F. Sistematika pembahasan ........................................................................... 11
BAB II
PENGURUSAN JENAZAH MUTILASI MENURUT HUKUM ISLAM A. Pengertian jenazah .................................................................................... 13 B. Hal-hal yang berkaitan dengan pengurusan jenazah ................................. 14 C. Pengurusan jenazah mutilasi Menurut Fuqaha ................................ 40
BAB III MENGENAL RUMAH SAKIT dr. CIPTO MANGUNKUSUMO A. Sejarah Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo ...................................... 48 B. Visi, Misi, dan Tujuan RSCM ......................................................... 50 C. Unit dan Instalsi RSCM ............................................................................ 51 D. Departemen Forensik dan Medikolegal RSCM ........................................ 57
iv
BAB IV TINJAUAN PENGURUSAN JENAZAH MUTILASI DI RSCM
DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Pengurusan Jenazah Mutilasi di RSCM Menurut Hukum Islam ........... 62 B. Analisa Penulis .......................................................................................... 85 BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................... 86 B. Saran .......................................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 89 LAMPIRAN-LAMPIRAN
v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kematian adalah sesuatu yang pasti akan dialami oleh setiap manusia dan makhluk hidup lain di dunia yang fana. Kematian merupakan pintu gerbang menuju kepada kehidupan selanjutnya, yaitu kehidupan akhirat, ia sebagai bukti kekuasaan Allah, bukti adanya kebangkitan dan bukti yang meyakinkan bahwa manusia akan berdiri di hadapan Allah, Tuhan alam semesta. Kematian juga sebagai bukti akan kehidupan kekal yang dikehendaki oleh Tuhan semesta alam, dengan ukuran-ukuran yang telah diketahui dan timbangan-timbangan yang baik dan adil. Kematian mesti ada, karena kematian berarti kembali ke asal manusia diciptakan. Sebagaimana Allah telah menciptakan manusia dari tanah, maka ia mesti kembali menjadi tanah agar menjadi peringatan bagi jiwa-jiwa yang lalim di saat berada dalam kelaliman, bagi jiwa-jiwa yang gundah di saat kegundahannya, dan jiwa-jiwa yang rusak di saat berada dalam kerusakan bahwa tempat kembalinya adalah ke dalam tanah. 1 Kehidupan manusia timbul pada saat ruh ditiupkan pada jasad janin dalam rahim seorang ibu. Sedangkan kematian adalah jembatan yang menghubungkan dua
1
Abdul Lathif Asyur, Adzab al-Qabri wa Na’imuhu wa izhat al-Maut, diterjemahkan oleh Syatiri Matrais dengan judul “Pesan Nabi tentang Mati,” (Jakarta: Cendekia, 2001), h. 13.
1
2
kehidupan; kehidupan di dunia dan kehidupan di akhirat 2 atau terputusnya hubungan dan terpisahnya ruh dengan jasad manusia. Namun demikian suka atau tidak suka, cepat atau lambat, kematian pasti datang menjemput kita, ia diibaratkan dengan anak panah yang telah dilepas dari busurnya, ia terus akan mengejar sasarannya, dan begitu ia tiba pada sasarannya saat itu pula kematian yang ditujunya tiba. Selain itu manusia tidak dapat terhindar sama sekali dari keresahan hidup. Ada keresahan yang dapat ditanggulanginya sendiri atau bersama orang lain, tetapi ada juga keresahan yang tidak dapat ditanggulanginya yaitu keresahan menghadapi kematian. Kecemasan tentang kematian dan apa yang terjadi sesudah mendorong manusia mencari sandaran yang dapat diandalkan. Kematian makhluk hidup, termasuk manusia yang hidup selamanya, meskipun begitu Tuhan juga menegaskan berkali-kali mengenai kepastian kematian manusia agar mereka menyiapkan diri dalam menghadapinya 3 . Mati secara etimologis berati padam, diam, dan tenang 4 . Maksudnya sesuatu yang tidak memiliki roh jika tenang merupakan makna asal dari kematian. Dengan demikian gerak adalah makna asal dari kehidupan. Allah SWT telah menggariskan kematian atas manusia sejak dalam kandungan atau rahim ibu, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits bahwa ketika 2
Wahbah al-Zuhaily, Al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu, Jilid II, (Beirut: Dar al-Fikr,
1989), h. 3 4
Wahbah al-Zuhaily, Al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu, Jilid II, h. 9.
Sudirman Tebba, Menuju Kematian yang Husnul Khatimah, (Tanggerang: Pustaka Irvan, 2006) h.11.
3
jabang bayi seorang manusia sudah menginjak 40 hari, Allah akan menentukan padanya manusia rezekinya, umurnya dan jodohnya. Ketentuan-ketentuan akan batasan umur manusia di atas dikenal dengan istilah taqdir, artinya sebuah ketetapan yang tidak bisa dijamah oleh nalar manusia, karena ia adalah hak prerogatif Allah. Manusia hanya diwajibkan berusaha dengan berdoa meminta agar panjang umur, adapun kepastiannya Allahlah yang menentukan. Jika ajal sudah datang, tak seorangpun bisa mengelaknya dan menghindarnya, alihalih meminta dipercepat. Allah SWT berfirman: … (34:[7] ) اﻷﻋﺮا ف Artinya:“…Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu, maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (QS.al-A’raaf [7]: 34) ) ال ﻋﻤﺮ
…
… (185 : [3] ان
Artinya: ”…Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati . . .”(QS.Ali-Imran[3]:185) Takdir kematian yang telah ditetapkan oleh Allah SWT secara umum terjadi karena sebab-sebab (al-asbab). Kematian bisa disebabkan oleh suatu penyakit, kecelakaan, atau pelanggaran hukum seperti pembunuhan atau yang lainya. Di dalam skripsi ini, penulis berusaha meneliti di dalam pengurusan jenazah dengan sebab kematian termutilasi karena kecelakaan (tergilas kereta, mobil), pembunuhan mutilasi, atau karena bom bunuh diri dengan tubuh mayat yang hancur-
4
hancuran. Dalam kaitan ini, penelitian tentang tata cara pengurusan jenazah mutilasi dirasa perlu untuk mencari kejelasan identitas seseorang yang terbunuh tersebut. Sebagaimana dikemukakan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana bab Penyidikan bagian kedua pada pasal 133 ayat 3: “Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilaksanakan dengan diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.” Kematian yang tidak wajar yang disebabkan termutilasi atau anggota tubuh mayat yang hancur harus dicari untuk kepentingan identifikasi korban dan untuk mendapatkan kepastian hukumnya. Dalam kaitan ketidakjelasan jenazah yang ditemukan, yang perlu diketahui adalah; Apakah jenazah tersebut mati secara tidak wajar? Apakah ada tanda-tanda atau ciri-ciri khusus pada jenazah? dan untuk mengetahui identitasnya tanda-tanda khusus tersebut perlu dicocokkan dengan keluarganya melalui informasi anggota keluarganya yang hilang. Dalam KUHP bab penyidikan bagian ke dua pasal 133 ayat 2: “Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.” Dalam kaitannya dengan jenazah yang tidak dikenal perlu diketahui juga identitas agamanya. Mengapa? karena identitas agama suatu jenazah sangat penting
5
ketika melakukan proses pengkremasian jenazah dan penguburan, di mana setiap agama memiliki peraturan (syariat) yang berbeda-beda. Dan ini sejalan undangundang dasar Negara Indonesia yang mengakui keyakinan umat beragama sebagaimana tertera dalam sila ke 1 Pancasila: Ketuhanan Yang Maha Esa Kemudian, dalam kaitannya dengan jenazah yang beragama Islam, secara khusus ada beberapa aturan penatalaksanan (tata cara) pengurusan jenazah yang perlu diperhatikan, yang meliputi tata cara memandikan, mengkafankan, menshalatkan, serta menguburkan jenazah. Dan ini merupakan kajian yang penulis bahas dalam skripsi ini. Dari latar belakang di atas, penulis sangat tertarik mengadakan penelitian dalam penulisan skripsi ini dengan mengambil judul: “Tata Cara Pengurusan Jenazah Mutilasi di Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo dalam Perspektif Hukum Islam.” Penulis berharap skripsi ini bisa memberikan faedah khususnya bagi penulis dan siapa saja yang membaca skripsi ini. Amin ya rabbal-a’lamin.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Berhubung judul skripsi ini sangat luas, dan keterbatasan waktu, tenaga serta biaya penulis, maka penelitian dalam skripsi ini dibatasi dengan hanya membahas tata cara pengurusan jenazah mutilasi menurut hukum Islam, yang objek penelitiannya adalah RSUP dr. Cipto Mangunkusumo. Untuk memberikan
6
arah yang tepat dan tidak memperluas pembahasan, maka penulis perlu membatasi objek penelitian pada masalah. Dengan mengacu pada pembatasan di atas maka pokok masalah dalam skripsi ini dapat dirumuskan: 1. Apa yang dimaksud dengan jenazah mutilasi dan bagaimana pengurusannya menurut Islam ? 2. Bagaimana tata cara pengurusan jenazah mutilasi di Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo menurut hukum Islam?
C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk menambahkan ilmu, informasi di dalam tata cara pengurusan jenazah, dan khususnya pada jenazah mutilasi. Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah; 1. Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana (S1) 2. Untuk memberikan gambaran-gambaran umum tentang jenazah mutilasi. 3. Untuk mengetahui bagaimana tata cara pengurusan jenazah mutilasi di Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo dalam perspektif hukum Islam. Sedangkan kegunaan yang hendak dicapai dari penulisan skripsi ini adalah: 1. Sebagai bahan bagi penulis untuk menambah wawasan khazanah intelektual dalam kaitannya dengan hukum Islam.
7
2. Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pihak-pihak lain dalam dunia kedokteran, sehingga bisa merealisasikan syariat Islam dalam pengurusan jenazah yang muslim. 3. Sebagai bagian dari sumbangsih pemikiran penulis terhadap permasalahanpermasalahan keagamaan yang ada di Indonesia. D. Tinjauan Pustaka Setelah penulis menelusuri di beberapa perpustakaan, khususnya di perpustakaan syariah, dan perpustakaan umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta penulis menemukan beberapa skripsi yang berkaitan dengan permasalahan skripsi yang penulis bahas. Skripsi-skripsi tersebut dijadikan sebagai bahan acuan dan rujukan bagi penulis dalam penulisan penelitian ini. Diantara skripsi-skripsi yang penulis temukan berjudul; 1. “Pandangan Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Tindakan Pembunuhan Mutilasi” yang ditulis oleh Nurlaila Awalani (9945117053) Progam Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum pada tahun 2003. Skripsi ini membahas tentang pembunuhan mutilasi, pandangan hukum Islam dan hukum positif atas pembunuhan mutilasi dan juga sanksi hukum Islam dan hukum positif tindak pidana. Kesimpulannya, secara umum pengertian tindak pidana pembunuhan dalam hukum pidana Islam dan hukum pidana positif tidak jauh berbeda, pembunuhan itu adalah perbuatan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang yang menyebabkan hilangnya nyawa orang lain.
8
Sedangkan dalam al-Qur’an sanksi hukuman pembunuhan ada dua macam yaitu pertama; di dunia yang melangar hak Adami (hak sesama manusia untuk hidup) dan hak Allah (kematian hanya Allah-lah yang menentukannya) dan yang kedua; pidana di dalam hukum Islam bagi tindak pidana pembunuhan adalah Qishas sedangkan dalam KUHP pasal 339 maksimum hukumanya adalah 20 tahun penjara. 2. “Pembongkaran Makam dan Pemindahan Kerangka Jenazah Menurut Perspektif Hukum Islam” yang ditulis oleh Sugeng Pramono (104043101340) Progam Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum pada tahun 2008. Sedangkan skripsi ini membahas tentang pembongkaran makam dan pemindahan kerangka jenazah analisis empat mazhab. Kesimpulannya, seorang muslim terhadap muslim lainnya tidak hanya berlaku ketika masih hidup saja, akan tetapi ketika matipun kita mempunyai kewajiban untuk mengurusinya, sedangkan hukum membongkar makam dan pemindahan kerangka jenazah dalam pandangan Islam pada dasarnya tidak boleh, haram hukumnya terkecuali jenazah itu dikuburkan di tanah rampasan, tertinggalnya bendabenda berharga di dalam kubur dan kain kafannya hasil rampasan. Dalam hukum Islam para ulama berbeda pendapat tentang hukum pemindahan kerangka jenazah diantaranya Imam Syafi’i dan Imam Abu Hanifah berpendapat haram hukumnya Pembongkaran makam dan pemindahan kerangka jenazah, kecuali dalam keadaan dharurat.
9
3. “Efektifitas Penyelengaraan Jenazah pada Lembaga Persatuan Bela Sungkawa Ciputat” yang di tulis oleh Agus Kalim (101053022676) Progam Studi Manajemen Da’wah pada tahun 2005. Skripsi ini membahas tentang prosedur penyelengaraan jenazah dalam Islam di Lembaga Persatuan Bela Sungkawa Ciputat dan mempresentasikan kaidah-kaidah atau dalil-dalil yang sah menurut hukum Islam. Kesimpulannya, bahwa proses penyelengaraan jenazah yang dilaksanakan di lembaga penyelengaraan jenazah persatuan bela sungkawa berjalan sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam ajaran agama Islam dan bersesuaian dengan prosedur-prosedur yang telah di tetapkan dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Persatuan Bela Sungkawa Ciputat. Sedangkan penyelengaraan jenazah di lembaga Persatuan Bela Sungkawa sudah berjalan sangat efektif. Dari beberapa skripsi tersebut, penulis menemukan ada kesamaan di dalam kajian penelitian penulisan skripsi yang penulis bahas tentang pengurusan jenazah, dan mutilasi. Yang membedakan dalam kajian penelitian penulisan skripsi ini adalah bahwa skripsi ini membahas tentang tata cara pengurusan jenazah mutilasi menurut hukum Islam (memandikannya, mengkafaninya, menshalatkannya, dan menguburkannya) dan objek bahasannya terfokus pada Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa RSCM dianggap sebagai satu-satunya rumah sakit nasional yang telah berumur lama dan menjadi rujukan bagi rumah sakit-rumah sakit di Jakarta.
10
E. Metode Penelitian 1. Pendekatan yang digunakan Dalam penulisan skripsi ini, penulis mengunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa sumber-sumber tertulis dan tidak tertulis (lisan) dari orang-orang atau pelaku yang diamati. Penelitian ini bersifat studi pustaka (Library Research), juga studi lapangan (Field Research). Library Research, yaitu: metode penulisan dengan cara pengumpulan data dengan berbagai literatur. Sedangkan Field Research, yaitu; penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan dalam hal ini responden yang dituju adalah Tim Forensik Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo, Dinas Pertamanan dan Pemakaman, dan Penggali Kubur TPU Kampung Kandang di Cilandak. 2.
Sumber data
a. Studi dokumentasi Sumber data yang digunakan adalah data primer yaitu; dokumentasi dan wawancara. Sedangkan data sekunder; al-Qur’an, al-Hadis, buku-buku fiqh tentang pengurusan jenazah, internet, serta Koran-koran yang ada kaitannya dengan penulisan skripsi ini. b. Studi wawancara Wawancara dilakukan dengan tanya jawab dengan Tim Forensik Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo, Dinas Pertamanan dan Pemakaman, serta Penggali Kubur TPU Kampung Kandang di Cilandak.
11
3. Teknik analisa data Data yang dikumpulkan lalu diolah, dianalisa, dan diinterpretasikan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Data yang diperoleh akan ditinjau lebih jauh untuk mendapatkan hasil yang diinginkan penulis. Sedangkan perolehan data yang diperoleh dari hasil wawancara dilakukan dengan cara mengedit (editing) data yaitu; memeriksa data yang terkumpul apakah jawabanjawaban dari pertanyaan yang diajukan dalam wawancara sudah sesuai dengan data-data yang di butuhkan, dan jawaban yang dianggap lengkap atau yang belum lengkap harus dipisahkan. Setelah mengolah data selesai, kemudian menganalisa data. Analisa data dilakukan dengan mengunakan metode content analisa yang kemudian menginterpretasikannya dengan bahasa penulis sendiri. Maksud dari content analisa dalam penelitian ini adalah menganalisa. Teknik penulisan pada skripsi ini merujuk pada “Buku Pedoman Penulisan Skripsi Falkutas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007”.
F. Sistematika Pembahasan Agar pemahaman dalam naskah skripsi ini teratur dan berurutan dengan baik maka pembahasannya disusun sedemikian rupa sehingga diharapkan dapat
12
diperoleh kejelasannya semaksimal mungkin dari informasi yang dimuat di dalamnya. Sistematika pembahasan tersebut, sebagai berikut; Bab I:
Bab ini membahas tentang pendahuluan pada bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian.
Bab II:
Bab ini membahas tata cara pengurusan jenazah menurut hukum Islam, bab ini menguraikan tentang; pengertian jenazah, hal-hal yang berkaitan dengan pengurusan jenazah, dan pengurusan jenazah mutilasi menurut fuqaha.
Bab III: Bab ini membahas tentang mengenal rumah sakit dr. Cipto Mangunkusumo, bab ini menguraikan tentang; Sejarah Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo, Visi, Misi, dan Tujuan RSCM, Unit dan Instalsi RSCM, Departemen Forensik dan Medikolegal RSCM.
Bab IV:
Bab ini membahas Tinjauan pengurusan jenazah mutilasi di RSCM dalam perspektif hukum Islam, bab ini menguraikan tentang; Pengurusan Jenazah Mutilasi di Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo menurut Hukum Islam, dan Analisa Penulis
Bab V:
Pada bab akhir ini dikemukan kesimpulan dan saran-saran serta dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
BAB II PENGURUSAN JENAZAH MUTILASI MENURUT HUKUM ISLAM
A. Pengertian jenazah Jenazah berasal dari kata arab “Janazah” artinya “tubuh mayyit” sedangkan kata “Jinazah” yang artinya “tandu pembawa mayat” berasal dari kata “Janaza” yang berarti “menutupi”. Dinamakan jenazah karena tubuh mayyit itu harus ditutupi” 1 . Arti janazah dalam enksiklopedia Islam yaitu segala yang berkaitan dengan proses pemakaman dan kafan bagi si mayat 2 . Sedangkan kata mayat, selanjutnya disebut jenazah, berasal dari bahasa arab “al-mayyit” yang berarti orang yang meninggal, sebagaimana ungkapan di dalam Al-Quran: … (15 :[23] ) اﻟﻤﺆ ﻣﻨﻮ ن
☺
Artinya: “... Kemudian, sesudah itu sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati” (Q.S. Al-Mu’minun [23]:15) Pada ayat di atas kata al-mayyit digunakan untuk manusia yang telah meninggal, meski demikian dalam bahasa Indonesia kata “mayat” lebih sering dipakai. Menurut Hasby Ash-Shiddiqie kata jenazah dalam bahasa Arab bersifat umum artinya kata jenazah digunakan untuk manusia yang meninggal dunia maupun
1
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progesif, 2002), cet. ke-25, h. 214. 2
Cepil Glasse, Enksiklopedia Islam: Ringkas, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999),
h. 192.
13
14
untuk binatang yang mati. Akan tetapi di dalam bahasa Indonesia kata jenazah dikhususkan kepada manusia yang meninggal dunia 3 .
B. Hal-Hal Yang Berkaitan Dengan Pengurusan Jenazah Penatalaksanaan atau pengurusan jenazah merupakan salah satu hak kewajiban seorang muslim dengan muslim lainya. Hukum pengurusan jenazah adalah fardhu kifayah 4 atau kewajiban sebagian bukan seluruhnya, artinya jika sudah ada sebagian muslim yang mengurus jenazah maka gugurlah kewajiban sebagian yang lain. Dalam kaitannya dengan hak seorang muslim dengan muslim lainnya Nabi Muhammad SAW bersabda:
ﺴﺒْ ٍﻊ َو َﻧ َﻬﺎ َﻧﺎ َ ﺳﱠﻠ َﻢ ِﺑ َ ﻋَﻠﻴْ ِﻪ َو َ ﷲ ُ ﺻﱠﻠﻰ ا َ ﻲ َأ َﻣ َﺮﻧَﺎ اﻟ ﱠﻨ ِﺒ ﱡ:ل َ ﻋﻨْ ُﻪ َﻗﺎ َ ﷲ ُ ﻲا َﺿ ِ ﻋﻦْ اﻟْ َﺒ َﺮا ِء َر َ ﻋﻲْ َو َﻧﺼْ ِﺮ ِ ﺟﺎ َﺑ ِﺔ اﻟ ﱠﺪا َ ﺾ َوِإ ِ ْﻋ َﻴﺎ َد ِة اﻟْ َﻤ ِﺮﻳ ِ ﺠ َﻨﺎ َز ِة َو َ ْع اﻟ ِ َأ َﻣ َﺮ َﻧﺎ ِﺑﺎ ﱢﺗ َﺒﺎ:ﺳﺒْ ٍﻊ َ ْﻋﻦ َ ﻀ ِﺔ ﻋﻦْ َأ ِﻧ ﱠﻴ ِﺔ اﻟْ ِﻔ ﱠ َ ﺲ َو َﻧ َﻬﺎ َﻧﺎ ِ ﻃ ِ ﺖ اﻟْ َﻌﺎ ِ ْﻼ ِم َو َﺗﺸْ ِﻤﻴ َﺴ ﺴ ِﻢ َو َر ﱢد اﻟ ﱠ َ اﻟْ َﻤﻈُْﻠﻮْ ِم َوِإﺑْ َﺮا ِر اﻟْ َﻘ 5 (ق )رواﻩ اﻟﺒﺨﺎري ِ ﻻﺳْ َﺘﺒْ َﺮ ِ ْﺊ َوا ِﺴ ج َواﻟْ َﻘ ﱢ ِ ﺤ ِﺮﻳْ ِﺮ َواﻟ ﱢﺪﻳْ َﺒﺎ َ ْﺐ َواﻟ ِ ﺧﺎ َﺗ ِﻢ اﻟ ﱠﺬ َه َ َو Artinya: “Diriwayatkan dari Al-Barra ra, dia berkata: Nabi SAW memerintahkan tujuh hal kepada kami dan melarang kami tujuh hal pula, Nabi SAW memerintahkan kami, mengiringkan jenazah ke kubur, menjenguk orang sakit, mendatangi undangan, menolong orang yang didzolimi, melaksanakan sumpah, menjawab salam, mendoakan orang yang bersin (dengan ucapan yarkamukulllah, apabila orang yang bersin tersebut mengucapkan alhamdulillah). Rasulullah SAW melarang kami menggunakan bejana perak, bercincin emas (bagi laki-laki), berbusana sutra, 3
Hasby Ash Shiddiqie, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1971), h. 245.
4
Othman Mukim Hassan, Khulasah Kifayah Himpunan 600 Masalah Jenazah, cet. I, (Malaysia: Pustaka Ilmi, 1995), h. 2. 5
h. 88.
Abdullah Muhammad Ibn Isma’il Ibn Ibrahim, Shahih al-Bukhari, (Beirut: Dar al-Fikr),
15
bergaun dibaj (sutra murni), menggunkan kain qassi (sejenis sutra) menggunkaan kain istabraq (sejenis sutra).” (HR. Al-Bukhari) Adapun hal-hal yang berkaitan dengan pengurusan jenazah dalam syariat agama Islam adalah meliputi memandikan mayat, mengkafankan, menshalatkan dan menguburkan. Semua proses-proses pengurusan jenazah tersebut diterangkan dalam beberapa hadits Nabi Muhammad SAW.
1. Memandikan Mayat Mayoritas ulama berpendapat bahwa memandikan mayat seorang muslim hukumnya fardhu kifayah. Tetapi mereka berbeda pendapat mengenai memandikan sebagian tubuh mayat muslim atau tubuh yang termutilasi yang akan penulis bahas di akhir bab. Berkenaan dengan memandikan mayat, Rasulullah SAW bersabda:
ﻋﻨْ َﺪ ِ ن ِﻣﻨْ ُﻪ ُ ﻋَﻠﻴْ ِﻪ ﻣَﺎ َﻳﻜُﻮ َ ﻲ َﺸ ِ ْﻞ َﻣ ﱢﻴﺘًﺎ َﻓَﺄدﱠى ﻓِﻴ ِﻪ اﻟَْﺄﻣَﺎ َﻧ َﺔ ﻳَﻌْﻨِﻲ َأنْ اﻻ ُﻳﻔ َﺴ ﻏﱠ َ َْﻣﻦ ﻋَﻠﻴْ ِﻪ َ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﱠﻠ ُﻪ َ ل اﻟﱠﻠ ِﻪ ُ ل َرﺳُﻮ َ ن ِﻣﻦْ ُذﻧُﻮ ِﺑ ِﻪ َآ َﻴﻮْ ِم َوَﻟ َﺪﺗْ ُﻪ ُأﻣﱡ ُﻪ ﻗَﺎَﻟﺖْ َﻓﻘَﺎ َ ﻚ آَﺎ َ َذِﻟ ْن اﻻ َﻳﻌَْﻠ ُﻢ َﻓﻠْ َﻴِﻠ ِﻪ ِﻣﻨْ ُﻜﻢْ َﻣﻦ َ ن َﻳﻌَْﻠ ُﻢ َﻓِﺈنْ آَﺎ َ ب َأهِْﻠ ِﻪ ِﻣﻨْ ُﻪ ِإنْ آَﺎ ُ ﺳﱠﻠ َﻢ َوﻟْ َﻴِﻠ ِﻪ َأﻗْ َﺮ َ َو 6 ( )رواﻩ أﺣﻤﺪ واﻟﻄﺒﺮاﻧﻲ.ع َأوْ َأﻣَﺎ َﻧ ٍﺔ ٍ ﻋﻨْ َﺪ ُﻩ ﺣَﻈًّﺎ ِﻣﻦْ َو َر ِ ن ن َأ ﱠ َ َْﺗ َﺮو Artinya:“Siapa yang memandikan mayyit, ia laksanakan dengan amat, tidak menyebarkan (menceritakan) apa yang ada pada mayyit ketika memandikannya, maka ia keluar dari dosanya seperti waktu ibunya melahirkan dirinya.” Ia berkata “hendaklah ia memandikan oleh orang yang paling dekat dengan kalian, jika dia mengetahui (dengan baik persoalan mayyit). Tetapi jika ia tidak mengetahui, maka hendaknya yang memandikannya orang yang memiliki sifat wara’ dan amanah.”(HR. Imam Ahmad dan Thabarani)
6
Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal ibn Asad ibn Idris ibn Abdullah ibn Hasan alSyaibaniy, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, (Kairo: Dar al-Ma’arif, 1949), h.342.
16
Perkataan beliau “hendaklah ia mandikan oleh orang yang paling dekat dengan kalian” maksudnya bahwa yang paling berhak memandikan mayat adalah orang yang paling dekat kepada mayat, dengan syarat ia orang yang mengetahui ilmu yang dibutuhkan untuk itu. Imam Yahya mengatakan bahwa orang yang lebih dekat (kaum kerabat) harus didahulukan dari yang lainnya. Adapun ucapan beliau “Maka hendaknya yang memandikannya orang yang memiliki sifat wara’ dan amanah” mengandung dalil yang dipegang oleh mazhab Hadawiyah 7 bahwa orang yang memandikan mayat disyaratkan orang yang adil. Akan tetapi jumhur (mayoritas) ulama berbeda dengan mereka mengenai persoalan tersebut. Mereka mengatakan: orang yang memandikan itu (sebagaimana setiap muslim lain) dibebankan dengan beban-beban syara’, dan memandikan mayat termasuk di antaranya. Jika tidak maka tidak sah setiap perbuatan yang dibebankan kepadanya, dan ini menyalahi ijmak. Mereka bersandar pada dalil-dalil yang tak dapat kami sebutkan di sini. Akan tetapi, yang tidak diragukan adalah bahwa apabila orang yang memandikan memiliki sifat adil, hal itu sangat utama 8 .
7
Mazhab Hadawiyah ialah mazhab yang nisbah ke salah satu madzhab fiqih orang-orang syi'ah, yaitu mazhab zaidiyah atau disebut juga sebagai Syi'ah Zaidiyah Hadawiyah. Zaidiyah nisbah ke Zaid ibn 'Ali Zain al-'Aabidiin ibn Husain ibn 'Ali Ibn Abi Thaalib yang kebanyakan di Yaman dan Hadawiyah ini nisbah kepada al-Haady Yahya ibn al-Husain (w. 298 H). salah satu kitab Mazhab Hadawiyah ialah “Kitab Hadaa'iqul Azhaar yang disyarh oleh al-Imam al-Syaukaany” dan sedangkan syarahnya berjudul “al-Sail al-Jarraar al-Mutadaffiq 'Ala Hadaaiq al-Azhaar”. 8
Abdul Lathif Asyur, Adzab al-Qabri wa Na’imuhu wa izhat al-Maut, diterjemahkan oleh Syatiri Matrais dengan judul “Pesan Nabi tentang Mati,” (Jakarta: Cendekia, 2001), h. 78-79.
17
a. Hal-hal yang disunahkan dalam memandikan: 9 1) Mewudhukan mayat sebagaimana wudhunya orang yang masih hidup, yaitu dengan air pada basuhan pertama setelah menghilangkan najis dan kotoran. 2) Menggunakan air yang dicampur daun bidara dan sabun pada semua basuhan, serta menggunakan kapur pada basuhan yang terakhir.
ﺟﻞٌ وَاﻗِﻒٌ ِﺑ َﻌ َﺮ َﻓ َﺔ ِإذْ َو َﻗ َﻊ ُ َل َﺑﻴْ َﻨﻤَﺎ ر َ ﻋﻨْ ُﻬﻢْ ﻗَﺎ َ ﻲ اﻟﱠﻠ ُﻪ َﺿ ِ س َر ٍ ﻋﺒﱠﺎ َ ﻦ ِ ْﻋﻦْ اﺑ َ ﺳﱠﻠ َﻢ َ ﻋَﻠﻴْ ِﻪ َو َ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﱠﻠ ُﻪ َ ﻲ ل اﻟ ﱠﻨ ِﺒ ﱡ َ ﺼﺘْ ُﻪ ﻗَﺎ َ ل َﻓَﺄوْ َﻗ َ ﺼﺘْ ُﻪ َأوْ ﻗَﺎ َ ﺣَﻠ ِﺘ ِﻪ َﻓ َﻮ َﻗ ِ ﻋﻦْ رَا َ 10 ( )رواﻩ اﻟﺒﺨﺎري...ﺳﺪْ ٍر ِ ﺴﻠُﻮ ُﻩ ِﺑﻤَﺎ ٍء َو ِ ْاﻏ Artinya:“Diriwayatkan dari Ibn Abbas ra., ia berkata: ‘diantara kita terdapat seorang laki-laki yang berwukuf di Arafah bersama Rasulullah saw., tiba-tiba dia terjatuh dari hewan tunggangannya sehingga lehernya patah, kemudian Nabi SAW. Bersabda: “Mandikan dia dengan air dan daun bidara,…” (HR. Al-Bukhari) 3) Mengganjilkan basuhan pada mayat Dari Ummu Athiyyah r.a., ia berkata kepada kami, bahwa ketika kami memandikan putrinya Rasulullah SAW, bersabda:
ﻦ ﻓِﻲ َ ْﺳﺪْ ٍر وَاﺟْ َﻌﻠ ِ ﻚ ِﺑﻤَﺎ ٍء َو َ ﺧﻤْﺴًﺎ َأوْ َأآْ َﺜ َﺮ ِﻣﻦْ َذِﻟ َ ْﺴﻠْ َﻨﻬَﺎ َﺛﻼَﺛًﺎ َأو ِ ْاﻏ ﺣﻘْ َﻮ ُﻩ ِ ﻦ ﻓَﺂذِﻧﱠﻨِﻲ َﻓَﻠﻤﱠﺎ َﻓ َﺮﻏْﻨَﺎ ﺁذْﻧﺎﱠ ُﻩ َﻓَﺄﻟْﻘَﻰ ِإَﻟﻴْﻨَﺎ ﺧ َﺮ ِة آَﺎﻓُﻮرًا َﻓِﺈذَا َﻓ َﺮﻏْ ُﺘ ﱠ ِ اﻵ 11 ()رواﻩ اﻟﺒﺨﺎري.ل َأﺷْ ِﻌﺮْ َﻧﻬَﺎ ِإﻳﱠﺎ ُﻩ َ َﻓﻘَﺎ Artinya:“Mandikanlah tiga kali atau lima kali atau lebih dari itu jika kalian memandang perlu, dengan air dan daun bidara, dan jadikanlah di akhirnya kapur barus atau sedikit dari kapur barus, setelah selesai beritahukanlah 9
Sayyid Sabiq, Fiqhussunnah, diterjemahkan oleh Mahyuddin Syaf dengan judul “Fiqh Sunnah 4”, cet.1, (Penerbit:PT Alma’arif bandung, 1978), h.94-98. 10 11
Abdullah Muhammad Ibn Isma’il Ibn Ibrahim, Shahih al-Bukhari, h. 94. Abdullah Muhammad Ibn Isma’il Ibn Ibrahim, Shahih al-Bukhari, h. 91.
18
kepadaku.”Setelah kami selesai memandikannya kami beritahukan kepada beliau, maka beliau memberitahukan kepada beliau, maka beliau memberikan kain sarungnya kepada kain seraya berkata,“Jadikanlah ini sebagai pakaian yang menyentuh kulitnya.” (HR. Al-Bukhari) 4) Menekan perut mayat ketika memandikannya secara lembut untuk mengeluarkan kotoran dalam perutnya. 5) Mengalirkan air yang banyak pada bagian qubul dan dubur untuk membersihkan kotoran/najis. 6) Memakai sarung tangan bagi orang yang memandikannya ketika membasuh bagian-bagian yang termasuk aurat. 7) Mendahulukan yang kanan, yaitu membasuh bagian kanan kemudian yang kiri, dimulai dari kepala bagian belakang, pundak sampai telapak. Dari Ummu Athiyyah r.a., dia berkata: “Rasulullah SAW bersabda kepada para wanita yang memandikan putri beliau: 12
(ﺿ ِﻊ اﻟ ُﻮﺿُﻮ ِء ِﻣﻨْﻬَﺎ )رواﻩ اﻟﺒﺨﺎري ِ ن ِﺑ َﻤﻴَﺎ ِﻣﻴْ ِﻨﻬَﺎ َو َﻣﻮَا َ ِاﺑْ َﺪَأ
Artinya:“Mulailah dengan bagian tubuh yang kanan dan anggota-anggota wudhu’nya.” (HR. Al-Bukhari) 2. Cara Mengkafankan Mayat Mengkafankan mayat adalah fardhu kifayah bagi seorang muslim yang menghadirinya. Mengkafankanya itu dilakukan langsung setelah mayat dimandikan. Sebaiknya orang yang mengkafankan mayat adalah orang yang terdekat dengannya-sebagaimana yang telah dibicarakan diatas. 12
Abdullah Muhammad Ibn Isma’il Ibn Ibrahim, Shahih al-Bukhari, h. 9.
19
Hikmah dari mengkafankan mayat adalah untuk menutupinya dari pandangan mata dan sebagai penghormatan padanya. Karena menutupi auratnya dan menghormatinya adalah wajib selagi ia masih hidup, begitu pula ketika ia telah meninggal. a. Macam-Macam Kafan 13 ; 1) Kafan Wajib (Kafan ad-Darurah) Yaitu baju yang menutupi seluruh badan, di mana tidak ada kekurangan pada bagian bawah badan.
ﻻ ﺷﻴْ ًﺌﺎ ُﻧ َﻜ ِّﻔ ُﻨ ُﻪ ﻓﻴْ ِﻪ ِإ ﱠ َ ْﺠﺪ ِ ﺣ ٍﺪ َﻓَﻠﻢْ َﻧ ُ ﻞ َﻳﻮْ َم ُأ َ ﻋ َﻤﻴْ ٍﺮ ُﻗ ِﺘ ُ ﻦ ُ ْﺐ ﺑ ُ ُﻣﺼْ َﻌ..." : ل َ ﻗَﺎ ج َ ﺧ َﺮ َ ﻄﻴْ َﻨﺎ ِرﺟَْﻠﻴْ ِﻪ َﻏ َ ﻼﻩ ُ ِﻓِﺈ َذا َ ْﺧ َﺮﺟْﺖْ ِرﺟ َ ﺳ ُﻪ َ ْﻄﻴْ َﻨﺎ ِﺑ َﻬﺎ َرأ َﻏ َ َﻧﻤْ َﺮ ٍة ُآ ﱠﻨﺎ ِإ َذا ﺳ ُﻪ ِﺑ َﻬﺎ َ ْﻲ َرأ َﻄ ِّ ﺳﱠﻠ َﻢ َأنْ ُﻧ َﻐ َ ﻋَﻠﻴْ ِﻪ َو َ ﷲ ُ ﺻﱠﻠﻰ ا َ ﷲ ِ لا ُ ْﺳﻮ ُ ﺳ ُﻪ َﻓَﺄ َﻣ َﺮ َﻧﺎ َر َ َْرأ 14 (" )رواﻩ اﻟﺒﺨﺎري...ﺧ ٍﺮ َ ْﻋَﻠﻰ ِرﺟَْﻠﻴْ ِﻪ ِﻣﻦْ ِإذ َ ﻞ َ َو َﻧﺠْ َﻌ Artinya:”Ia (Khabab bin al-Art) berkata, ”... Mush’ab bin Umair terbunuh pada perang uhud. Dia tidak memiliki pakaian kecuali kain wol yang menyelimuti badan. Jika kami menutupi kepalanya, kakinya kelihatan, bila kami menutupi kakinya kepalanya terbuka. Maka Rasulullah SAW memerintahkan agar kami menutupi kepalanya dengan kain itu dan menutupi kakinya dengan idzkhar (sejenis tumbuhan yang wangi) ...”.(HR. Al-Bukhari) Perkataan “dan menutupi kakinya dengan idzkhar” menunjukkan bahwa jika tidak ada penutup sama sekali, baik untuk sebagian badan atau seluruhnya, disunnahkan untuk menutupinya dengan sejenis tumbuhan yang wangi. Jika yang tumbuh di rumah-rumah kita atau di sekeliling kuburan di 13
Abdul Lathif Asyur, Adzab al-Qabri wa Na’imuhu wa izhat al-Maut, diterjemahkan oleh Syatiri Matrais dengan judul “Pesan Nabi tentang Mati,” h.86-88. 14
h.647.
Abdullah Muhammad Ibn Isma’il Ibn Ibrahim, Shahih al-Bukhari, Nomor hadits,
20
tempat kita. Kata idzkhar adalah jenis tumbuhan wangi yang berada di Madinah.
ﺳ ِﻪ ِ ْﻋﻠَﻰ َرأ َ ْﺟ ِﻌَﻠﺖ ُ ﻻ ُﺑﺮْدَةٌ َﻣﻠْﺤَﺎ ُء ِإذَا ﻦ ِإ ﱠ ٌ ﺟﺪْ َﻟ ُﻪ َآ َﻔ َ ﺣﻤْ َﺰ َة َﻟﻢْ ﻳُﻮ َ ﻦ ل َﻟ ِﻜ ﱠ َ َوﻗَﺎ ْﺣﺘﱠﻰ ُﻣ ﱠﺪت َ ﺳ ِﻪ ِ ْﻋﻦْ َرأ َ ْﺼﺖ َ ﻋﻠَﻰ َﻗ َﺪ َﻣﻴْ ِﻪ َﻗَﻠ َ ْﺟ ِﻌَﻠﺖ ُ ﻋﻦْ َﻗ َﺪ َﻣﻴْ ِﻪ َوِإذَا َ ْﺼﺖ َ َﻗَﻠ 15 (ﺧ ُﺮ )رواﻩ أﺣﻤﺪ ِ ْﻹذ ِ ﻋﻠَﻰ َﻗ َﺪ َﻣﻴْ ِﻪ ا َ ﻞ َ ﺟ ِﻌ ُ ﺳ ِﻪ َو ِ ْﻋﻠَﻰ َرأ َ Artinya:”Ia berkata (khabab) bahwa Hamzah tidak memiliki kain kafan kecuali selendang penutup. Ketika selendang itu digunakan menutupi kakinya, menyusut atas kepalanya, lalu selendang itu diukurkan ke atas kepalanya dan kedua kakinya ditutupi dengan sejenis tumbuhan” (HR. Ahmad). 2) Kafan yang Cukup (Kafan al-Kifayah) Yaitu dua baju yang menutupi seluruh badan (di bawahnya tidak kurang). Kain dan lipatan keduanya harus menutupi seluruh badan. Mencukupkan dengan keduanya dibolehkan dan tidak makruh. 3) Kafan Sunah (kafan as-sunnah) Yaitu baju untuk laki-laki yang telah baligh dan yang hampir baligh menurut para ulama Hanafi dan banyak fukaha dari berbagai mazhab; baju, kain, dan penutup atau lipatan. Pakaian gamis menutupi dari leher hingga kaki, tanpa lengan baju, tidak terbuka pada dada dan sisi lambung. Bawahnya tidak usah lebar-lebar seperti pakaian orang hidup, tetapi harus sejajar. Begitu pula pada kain harus menutupi seluruh badan, lalu memakai penutup untuk tubuhnya dari kepala sampai kaki. Seluruhnya mayat itu
15
Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal ibn Asad ibn Idris ibn Abdullah ibn Hasan alSyaibaniy, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, h. 365.
21
ditutupi tiga pakaian. Itulah kafan yang disunnahkan berdasarkan haditshadits.
ﺤﻠﱠ ُﺔ ُ ب َﻧﺠْﺮَا ِﻧ ﱠﻴ ٍﺔ ا ْﻟ ٍ ﺳﱠﻠ َﻢ ﻓِﻲ ﺷﻼ ﺛﺔ َأﺛْﻮَا َ ﻋَﻠﻴْ ِﻪ َو َ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﱠﻠ ُﻪ َ ل اﻟﱠﻠ ِﻪ ُ ﻦ َرﺳُﻮ َ ُآ ﱢﻔ 16 (ت ﻓِﻴﻪ )رواﻩ أﺑﻮ داود َ ﺼ ُﻪ اﱠﻟﺬِي ﻣَﺎ ُ ن َو َﻗﻤِﻴ ِ َﺛﻮْﺑَﺎ Artinya:”Dari ibn Abbas bahwa Rasulullah saw dikafankan dengan tiga pakaian; pakaian gamis yang ketika beliau wafat dan baju Najran. (HR. Abu Daud) Imam Ahmad bin Hanbal meriwayatkan dari Aisyah ra.
ﺾ ٍ ب َﻳﻤَﺎ ِﻧ َﻴ ٍﺔ ﺑِﻴ ٍ ﺳﱠﻠ َﻢ ﻓِﻰ ﺷﻼ ﺛﺔ َأﺛْﻮَا َ ﻋَﻠﻴْ ِﻪ َو َ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﱠﻠ ُﻪ َ ل اﻟﱠﻠ ِﻪ ُ ﻦ َرﺳُﻮ َ ُآ ﱢﻔ 17 (ﻻ ﻋِﻤَﺎﻣَﺔٌ )رواﻩ اﻟﺠﻤﺎﻋﺔ َ ﺲ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻗَﻤِﻴﺺٌ َو َ َْﻟﻴ Artinya:“Rasulullah SAW dikafankan dengan tiga pakain putih Suhuliyah Judada Yamaniyah, tidak ada gamis dan tidak juga imamah (serban) yang di lipatkan” (HR.Jama’ah)
ل ِ ﺖ َرﺳُﻮ َ ْﻞ ُأمﱠ ُآﻠْﺜُﻮ ٍم ِﺑﻨ َﺴ ﻏﱠ َ ْﺖ ﻓِﻴ َﻤﻦ ُ ْﻒ اﻟ ﱠﺜ َﻘ ِﻔ ﱠﻴ ِﺔ ﻗَﺎَﻟﺖْ ُآﻨ ٍ ﺖ ﻗَﺎ ِﻧ ِ ْﻋﻦْ ﻟَﻴْﻠَﻰ ِﺑﻨ َ ل اﻟﱠﻠ ِﻪ ُ ل ﻣَﺎ َأﻋْﻄَﺎﻧَﺎ َرﺳُﻮ ُ ن َأوﱠ َ ﻋﻨْ َﺪ َوﻓَﺎ ِﺗﻬَﺎ َﻓﻜَﺎ ِ اﻟﱠﻠ ِﻪ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ْﺟﺖ َ ﺤ َﻔ َﺔ ُﺛﻢﱠ ُأدْ ِر َ ْﺨﻤَﺎ َر ُﺛﻢﱠ اﻟْ ِﻤﻠ ِ ْع ُﺛﻢﱠ اﻟ َ ْﺤﻘَﺎ َء ُﺛﻢﱠ اﻟ ﱢﺪر ِ ْﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ اﻟ ٌﺟﺎﻟِﺲ َ ل اﻟﱠﻠ ِﻪ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ُ ﺧ ِﺮ ﻗَﺎَﻟﺖْ َو َرﺳُﻮ ِ ب اﻵ ِ َْﺑﻌْ ُﺪ ﻓِﻰ اﻟ ﱠﺜﻮ 18 (ب َﻣ َﻌ ُﻪ َآ َﻔ ُﻨﻬَﺎ ُﻳﻨَﺎ ِوُﻟﻨَﺎهَﺎ َﺛﻮْﺑًﺎ َﺛﻮْﺑًﺎ )رواﻩ أﺣﻤﺪ و أﺑﻮ داود ِ ﻋﻨْ َﺪ اﻟْﺒَﺎ ِ Artinya:”Dari Laila binti Qanif ast-Tsaqafiah, ia berkata, “Aku termasuk orang yang memandikan Ummi Kalsum (putri Rasulullah SAW) ketika ia wafat. Yang pertama diberikan oleh Rasulullah kepada kami adalah kain, kemudian pakaian, lalu kerudung, dan selimut, selanjutnya setelah itu dilipatkan baju akhir.” Ia berkata: sementara Rasul SAW berada di pintu memegang 16
Abu Dawud Sulaiman Ibn al-Asy’ats al-Sajastani, Sunan Abu Dawud, (Kairo: Dar alHadits,1988), h. 360. 17
Abi al Husein Muslim bin al Haj al Qusyairi al Nasaburi, Shahih Muslim, (Kairo: Dar Ihya al Kutub al Arabiyyah,1918), Juz. 2, nomor hadits 941, h.649. 18
Abu Dawud Sulaiman Ibn al-Asy’ats al-Sajastani, Sunan Abu Dawud, h.362.
22
kafannya, lalu beliau mengambilkan baju kepada kami satu demi satu. (HR. Ahmad dan Abu Daud) Al-Bukhari berkata: Hasan mengatakan, dengan sobekan pakaian-pakaian yang kelima kedua paha dan pangkalnya biasa tertutup di bawah pakaian itu. Imam asy-Syaukani mengatakan: Hadits di atas menunjukkan bahwa yang diharuskan dalam mengkafankan mayat wanita adalah dibuatkan kain, pakaian, kerudung selimut, dan lipatan. Tidak disebutkan nama Ummi ‘Athiyah dalam hadits orang yang melayatnya. Imam asy-Syaukani mengatakan dalam Fiqh al-Wadhih: sebagaian Fukaha memandang makruh penambahan kain mayat lebih dari tiga, mereka menganggap itu hal yang berlebihan. Namun sebagaian lagi membolehkan penambahan sampai lima; untuk gamis, imamah, Dan tiga untuk pakaian. Menurut asy-Syaukani Persoalan di atas menurut saya luas sekali, hanya saja membatasi tiga pakaian lebih utama karena itu yang sesuai dengan kafan Nabi SAW. b. Hal-hal yang disunnahkan dalam mengkafankan 19 : 1) Membaguskan kafan; yaitu dengan menggunakan kafan yang bersih, wangi, bisa menutupi seluruh anggota badan, bukan yang diharamkan-seperti sutera, dan penggunaanya tidak berlebihan. Hal di atas berdasarkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
19
Abdul Lathif Asyur, Adzab al-Qabri wa Na’imuhu wa izhat al-Maut, diterjemahkan oleh Syatiri Matrais dengan judul “Pesan Nabi tentang Mati”, h. 89.
23
ﻲ َ ﺳﱠﻠ َﻢ ِإ َذا َوِﻟ َ ﻋَﻠﻴْ ِﻪ َو َ ﷲ ُ ﺻﱠﻠﻰ ا َ ﷲ ِ لا ُ ْﺳﻮ ُ ل َر َ َﻗﺎ: ل َ ﻋﻦْ َأ ِﺑﻲْ َﻗ َﺘﺎ َد َة َﻗﺎ َ 20 ( )رواﻩ اﻟﺘﺮﻣﺬي.ﺴﻦْ َآ َﻔ َﻨ ُﻪ ِ ْﺧﺎ ُﻩ َﻓﻠْ ُﻴﺤ َ ﺣ ُﺪ ُآﻢْ َأ َ َأ Artinya:“Diriwayatkan dari Abi Qatadah, ia berkata: ‘Jika seoarang diantara kalian mengurus mayyit saudaranya, hendaklah ia memperbagus kain kafannya.” (HR. at-Tirmidzi) 2) Berwarna putih, hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW:
. ْﺧﻴْ ِﺮ ِﺛﻴَﺎ ِﺑ ُﻜﻢْ َو َآ ﱢﻔﻨُﻮا ِﻓﻴْﻬَﺎ َﻣﻮْﺗَﺎ ُآﻢ َ ْض َﻓِﺈ ﱠﻧﻬَﺎ ِﻣﻦ َ ﺴﻮا ِﻣﻦْ ِﺛﻴَﺎ ِﺑ ُﻜﻢْ اﻟْ َﺒﻴَﺎ ُ اﻟْ َﺒ 21 ()رواﻩ أﺑﻮ داود Artinya:“Pakailah yang putih dari pakaian kalian, karena dia adalah yang terbaik dari pakaian kalian, dan pakailah dia sebagai kafan.”(HR. Abu Dawud) 3) Bagi mayat laki-laki kain kafan tiga helai, dan bagi mayat perempuan lima helai 22 . Bagian ini telah dijelaskan sebelumnya pada bab kafan sunah. 4) Hendaknya salah satu dari kain-kain tersebut adalah kain yang bergaris-garis jika hal itu memungkinkan 23 . Hal ini berdasarkan hadits Jabir bahwasannya Rasulullah SAW bersabda:
)رواﻩ أﺑﻮ.ﺣ َﺒ َﺮ ٍة ِ ب ٍ ْﺷﻮ َ ﺟ َﺪ ﺷَﻴْﺌﺎً َﻓﻠْ ُﻴ َﻜ ﱠﻔﻦْ ﻓِﻲ َ ﺣ ُﺪ ُآﻢْ َﻓ َﻮ َ ﻲ َأ َ ِإذَا ُﺗ ُﻮﻓﱢ 24 (داود 20
Muhammad bin ‘Isa, Abu ‘Isa at-Tirmidzi as-Sullami, Sunan at-Tirmidzi, (Beirut: Dar Ihya at-Turats al-Arabi, tt), Juz.3, hal. 320. 21
Abu Dawud Sulaiman Ibn al-Asy’ats al-Sajastani, Sunan Abu Dawud, (Kairo: Dar alHadits, 1988) , h.362. 22 Abdul Lathif Asyur, Adzab al-Qabri wa Na’imuhu wa izhat al-Maut, diterjemahkan oleh Syatiri Matrais dengan judul “Pesan Nabi tentang Mati”, h.89. 23
Abu Ahmad Arif Fathul ulum, 1 Jam Belajar Mengurus Jenazah panduan praktis tata cara penyelengaraan jenazah dan hukum-hukumnya, Cet. 1, (Penerbit: Pustaka Darul Ilmi, 2009), h.38. 24
Abu Dawud Sulaiman Ibn al-Asy’ats al-Sajastani, Sunan Abu Dawud, h.425.
24
Artinya:“Jika wafat seorang diantara kalian dan mampu maka hendaknya dikafankan dalam kain yang bergaris-garis” (HR.Abu Dawud) 3. Menshalatkan mayat a. Hukum shalat mayat 25 Menshalati mayat hukumnya fardhu kifayah bagi orang muslim yang menghadirinya.
ﺨﻴْ َﺒ ٍﺮ َوَأ ﱠﻧ ُﻪ َ ﻲ ِﺑ َ ﻦ ُﺗ ُﻮﻓﱢ َ ْﻦ اﻟْ ُﻤﺴِْﻠ ِﻤﻴ َ ﻼ ِﻣ ًﺟ ُ ن َر ﻦ ﺧَﺎِﻟ ٍﺪ اﻟْﺠَﻬْﻨَﻰ َأ ﱠ ِ ْﻋﻦْ َزﻳْ ِﺪ ﺑ َ ْﺣ ِﺒ ُﻜﻢ ِ ﻋﻠَﻰ ﺻَﺎ َ ﺻَﻠﱡﻮْا: ل َ ﺳﱠّﻠ َﻢ َﻓﻘَﺎ َ ﻋَﻠﻴْ ِﻪ َو َ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ا َ ﷲ ِ ل ا ِ ْﺳﻮ ُ َذ َآ َﺮ ِﻟ َﺮ ﻞ ﻏﱠ َ ْﺣ َﺒ ُﻜﻢ ِ ن ﺻَﺎ ِإ ﱠ: ل َ َﻓَﻠﻤﱠﺎ رَأَى اﱠﻟﺬِى ِﺑ ِﻬﻢْ ﻗَﺎ،َﺟﻮْ ُﻩ اﻟْ َﻘﻮْ ِم ِﻟ َﺬِﻟﻚ ُ َﻓ َﺘ َﻐ ﱠﻴ َﺮتْ ُو ﺧ َﺮ ِز اﻟْ َﻴ ُﻬﻮْ ِد ﻣَﺎ ُﻳﺴَﺎوِي َ ﻋ ُﻪ ﻓَﻮَﺟَﺪْﻧَﺎ ِﻓﻴْ ِﻪ َ ﷲ َﻓ َﻔ ﱠﺘﺸْﻨَﺎ َﻣﺘَﺎ ِ ﻞ ا ِ ْﺳ ِﺒﻴ َ ِْﻓﻲ 26 ِ ِْدرْ َه َﻤﻴ ( ﻻ اﻟ ﱢﺘﺮْ ِﻣﺬِى ﺴ ُﺔ ِإ ﱠ َ ْﺨﻤ َ ْﻦ) َروَا ُﻩ اﻟ Artinya:“Dari Zaid bin Khalid al-Juhani, ia berkata: bahwa ada seorang sahabat Nabi SAW meninggal dunia pada waktu perang Khaibar maka para sahabat menyampaikan beritanya kepada Rasulullah SAW maka beliau bersabda “Shalatilah teman kalian ini” (maksudnya Rasulullah SAW tidak mau menshalatinya tetapi menyuruh para sahabat untuk menshalatinya) maka berubahlah wajah orang-orang ketika mendengar hal itu maka, Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya teman kalian ini berbuat curang ketika berjihad” maka kami memeriksa barang-barangnya ternyata ada satu buah permata dari permata orang-orang Yahudi yang nilainya tidak sampai dua dirham.” (HR.Lima kecuali Tirmidzi) b. Keutamaanya
25
Asyur, Adzab al-Qabri wa Na’imuhu wa izhat al-Maut, diterjemahkan oleh Syatiri Matrais dengan judul “Pesan Nabi tentang Mati”, h. 91-98. 26 Al-Imam Muhammad Ibn ‘ali Ibn Muhammad Asy-Syaukani, Nail al-Authar, Jilid: IIIIV, (Kairo: Maktabah al-Imam), h. 56.
25
ﻞ َ ْن ِﻗﻴ ِ ﺟﻨَﺎ َز ٍة َوَﻟﻢْ َﻳﺘْ َﺒﻌْﻬَﺎ َﻓَﻠ ُﻪ ﻗِﻴْﺮَاطٌ َﻓِﺈنْ َﺗ ِﺒ َﻌﻬَﺎ َﻓَﻠ ُﻪ ِﻗﻴْﺮَاﻃَﺎ َ ﻋﻠَﻰ َ ﺻﻠﱠﻰ َ َْﻣﻦ 27 (ﺣ ٍﺪ )رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ ُ ﻞ ُأ ُ ْل َأﺻْ َﻐ ُﺮ ُهﻤَﺎ ِﻣﺜ َ ن ﻗَﺎ ِ َوﻣَﺎ اﻟ ِﻘﻴْﺮَاﻃَﺎ Artinya:“Barangsiapa yang menshalati jenazah dan tidak mengiringkannya sampai di kuburnya maka ia mendapatkan pahala satu qirath dan jika dia ikut mengiringkannya maka dia mendapatkan pahala dua qirath” Ditanyakan kepadanya “Apa yang di maksud dengan dua qirath?” Rasulullah SAW bersabda “Yang terkecil dari keduanya seperti gunung Uhud” (HR. Muslim)
ْﺳﱠﻠ َﻢ ﻣَﺎ ِﻣﻦ َ ﻋَﻠﻴْ ِﻪ َو َ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﱠﻠ ُﻪ َ ل اﻟﱠﻠ ِﻪ ُ ل َرﺳُﻮ َ ل ﻗَﺎ َ ﻦ ُه َﺒﻴْ َﺮ َة ﻗَﺎ ِ ْﻚ ﺑ ِ ﻋﻦْ ﻣَﺎِﻟ َ ﻦ َﺑَﻠﻐُﻮا َأنْ َﻳﻜُﻮﻧُﻮا َﺛﻠَﺎ َﺛ َﺔ َ ﺴِﻠﻤِﻴ ْ ﻋَﻠﻴْ ِﻪ ُأ ﱠﻣﺔٌ ِﻣﻦْ ا ْﻟ ُﻤ َ ت ﻓَ ُﻴﺼَﻠﱢﻲ ُ ﻦ َﻳﻤُﻮ ٍ ُﻣﺆْ ِﻣ ﻞ ُ ْﻞ َأه ﺤﺮﱠى ِإذَا َﻗ ﱠ َ ﻦ ُه َﺒﻴْ َﺮ َة َﻳ َﺘ ُ ْﻚ ﺑ ُ ن ﻣَﺎِﻟ َ ل َﻓﻜَﺎ َ ﻏ ِﻔ َﺮ َﻟ ُﻪ ﻗَﺎ ُ ف ِإﻟﱠﺎ ٍ ﺻﻔُﻮ ُ .ف ٍ ﺻﻔُﻮ ُ ﺟﻨَﺎ َز ٍة َأنْ َﻳﺠْ َﻌَﻠ ُﻬﻢْ ﺷﻼ ﺛﺔ َ 28 ()رواﻩ أﺣﻤﺪ Artinya:“Dari malik bin Hubairah, ia mengatakan, ‘Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang mukmin mati, lalu di shalatkan oleh kaum Muslim mencapai tiga baris, melaikan diampuni dosanya. Malik bin Hubairah biasa memeriksa jamaah yang menshalatkan jenazah; apabila mereka sedikit, ia jadikan mereka tiga baris. (HR. Ahmad)
ﺼﻠﱢﻲ َ ﺖ ُﺗ ٍ ل ﻣَﺎ ِﻣﻦْ َﻣ ﱢﻴ َ ﺳﱠﻠ َﻢ ﻗَﺎ َ ﻋَﻠﻴْ ِﻪ َو َ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﱠﻠ ُﻪ َ ﻲ ﻋﻦْ اﻟ ﱠﻨ ِﺒ ﱢ َ ﺸ َﺔ َ ﻋﺎ ِﺋ َ ْﻋﻦ َ ﺷﻔﱢﻌُﻮا ﻓِﻴ ِﻪ ُ ن َﻟ ُﻪ ِإﻻ َ ن ﻣِﺎ َﺋ ًﺔ ُآﻠﱡ ُﻬ ْﻢ َﻳﺸْ َﻔﻌُﻮ َ ﻦ َﻳﺒُْﻠﻐُﻮ َ ﺴِﻠﻤِﻴ ْ ﻋَﻠﻴْ ِﻪ ُأ ﱠﻣﺔٌ ِﻣﻦْ ا ْﻟ ُﻤ َ 29 ()رواﻩ أﺣﻤﺪوﻣﺴﻠﻢ Artinya:“Dari ‘Aisyah mengatakan,’tidaklah seorang mayyit dishalatkan oleh kaum Muslim mencapai seratus orang, semua meminta pertolongan untuknya, melainkan mereka diberikan pertolongan padanya.” (HR.Ahmad dan Muslim) 27
Abi al Husein Muslim bin al Haj al Qusyairi al Nasaburi, Shahih Muslim, (Kairo: Dar Ihya al Kutub al Arabiyyah, 1918), Juz 2, h.653. 28 Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal ibn Asad ibn Idris ibn Abdullah ibn Hasan alSyaibaniy, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, Juz. 34, Nomor hadits 16125, h.75. 29
Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal ibn Asad ibn Idris ibn Abdullah ibn Hasan alSyaibaniy, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, Juz 49, Nomor hadits 22997, h.153., lihat juga Muslim bin al Haj al Qusyairi al Nasaburi, Shahih Muslim, Juz 5, Nomor hadits.1576, h. 42.
26
c. Syarat-Syarat Shalat Mayat Shalat mayat disyaratkan sebagaimana biasa; yaitu dalam keadaan suci, menghadap kiblat, menutup aurat, terhindar dari darah haid dan nifas. Hanya saja tidak disyariatkan masuknya waktu, tetapi dilakukan pada setiap waktu. Hanya saja Imam Ahmad, Ibn al-Mubarak, dan Ishaq, tidak menyukai shalat jenazah dilakukan pada waktu terbit matahari, atau di waktu matahari tergelincir, atau di waktu matahari terbenam, kecuali bila dikhawatirkan ada perubahan pada jenazah.
d. Rukun-Rukunnya 1) Niat 2) Berdiri bagi orang yang mampu. Ini menurut pendapat jumhur. 3) Empat kali takbir. Membaca surah al-Fatihah secara perlahan. 4) Membaca shalawat atas Rasulullah SAW dengan ucapan apa saja. Seandainya mengucapakan “allahumma shalli’ ala Muhammad” sudah cukup, tetapi yang lebih utama mengucapkan:
ﻋﻠَﻰ ِإﺑْﺮَا ِهﻴْ َﻢ َ ﺖ َ ْﺻﱠﻠﻴ َ َآﻤَﺎ،ٍل ُﻣﺤَﻤﱠﺪ ِ ﻋﻠَﻰ ﺁ َ ﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو َ ﻋﻠَﻰ ُﻣ َ ﻞ ﺻﱢ َ اَﻟﻠﱠ ُﻬﻢﱠ ﺖ َ ْﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َآﻤَﺎ ﺑَﺎ َرآ َ ل ُﻣ ِ ﻋﻠَﻰ ﺁ َ ﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو َ ﻋﻠَﻰ ُﻣ َ ْ َوﺑَﺎ ِرك.ل ِإﺑْﺮَا ِهﻴْ َﻢ ِ ﻋﻠَﻰ ﺁ َ َو ﺠﻴْ ٌﺪ ِ ﺣ ِﻤﻴْ ٌﺪ َﻣ َ ﻚ َ ﻦ ِإ ﱠﻧ َ ْل ِإﺑْﺮَا ِهﻴْ َﻢ ﻓِﻰ اﻟﻌَﺎَﻟ ِﻤﻴ ِ ﻋﻠَﻰ ﺁ َ ﻋﻠَﻰ ِإﺑْﺮَا ِهﻴْ َﻢ َو َ Artinya:“Ya Allah ya Tuhan kami, limpahkan shalawat atas Nabi Muhammad dan keluarganya, sebagaimana engkau telah memberikan shalawat atas Ibrahim dan keluarganya. Dan berikan keberkahan atas Muhammad dan keluarganya,
27
sebagaimana engkau telah memberikan keberkahan kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya, pada semesta alam. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha agung.” Shalawat diucapkan setelah mengucapkan takbir yang kedua, sekalipun tidak ada keterangan yang menjelaskan tempat diucapkannya shalawat ini. 5) Membaca doa. Ini merupakan rukun sesuai kesepakatan ulama. Bisa dengan doa apa saja, tetapi disunnahkan membaca doa-doa yang datang dari Rasulullah SAW, seperti berikut ini: Diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW apabila menshalati jenazah, beliau mengucapkan doa berikut:
ﺤ ﱢﻴﻨَﺎ وَﻣَ ﱢﻴﺘِﻨَﺎ َوﺷَﺎ ِه ِﺪﻧَﺎ َوﻏَﺎ ِﺋ ِﺒﻨَﺎ وَﺻَﻐِﻴْﺮِﻧَﺎ َو َآ ِﺒﻴْ ِﺮﻧَﺎ وَذَآَﺮَﻧَﺎ َ اَﻟﻠﱠ ُﻬﻢﱠ اﻏْ ِﻔﺮْ ِﻟ ﻼ ِم َو َﻣﻦْ َﺗ َﻮ ﱠﻓﻴْ َﺘ ُﻪ ِﻣﻨﱠﺎ َﻓ َﺘ َﻮ ﱠﻓ ُﻪ َ ْﻹﺳ ِ ْﻋﻠَﻰ ا َ اَﻟﻠﱠ ُﻬﻢﱠ َﻣﻦْ َأﺣْ َﻴﻴْ َﺘ ُﻪ ِﻣﻨﱠﺎ َﻓَﺄﺣْ ِﻴ ِﻪ،َوُأ ْﻧﺜَﺎﻧَﺎ .ن ِ ﻹﻳْﻤَﺎ ِ ْﻋﻠَﻰ ا َ 30 ()رواﻩ أﺣﻤﺪ و اﻟﺘﺮﻣﺬي Artinya:“Ya Allah, ampunilah orang yang hidup dan mati di antara kami, orang yang hadir bersama kami, dan orang yang tidak datang bersama kami, ampuni anak-anak kecil dan orang-orang dewasa diantara kami dan ampuni lelaki dan wanita-wanita kami. Ya Tuhanku, siapa saja yang Engkau hidupkan di antara kami, maka hidupkanlah dia dalam keadaan Islam, dan siapa saja yang Engkau matikan di antara kami, maka matikanlah dia dalam keadaan beriman. (HR.Ahmad dan at-Tirmidzi). e. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam shalat jenazah 31 : 1) Orang yang ingin shalat jenazah hendaklah berdiri setelah menyempurnakan syarat-syarat shalat, berniat dalam hatinya melaksanakan shalat atas jenazah 30
Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal ibn Asad ibn Idris ibn Abdullah ibn Hasan alSyaibaniy, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, h. 456. 31
Abdul Lathif Asyur, Adzab al-Qabri wa Na’imuhu wa izhat al-Maut, diterjemahkan oleh Syatiri Matrais dengan judul “Pesan Nabi tentang Mati”, h. 96-97.
28
Muslim yang ada di hadapannya, mengangkat tangannya untuk takbiratul ihram, lalu meletakan tangannya yang kanan diatas tangan kiri, memulai bacaan surat al-Fatihah, kemudian takbir yang kedua dan bershalawat atas Nabi, lalu melakukan takbir yang ketiga dan berdoa untuk mayat, selanjutnya takbir yang keempat dan berdoa, dan terakhir salam setelah doa. 2) Posisi berdiri imam terhadap jenazah lelaki dan wanita. Disunnahkan imam berdiri di hadapan kepala mayat lelaki dan ditengah mayat wanita. Hal ini didasarkan riwayat lain dari Abu Ghalib al-Khayyath r.a., dia berkata:
ﺳ ِﻪ َﻓَﻠﻤﱠﺎ ُر ِﻓ َﻊ ِ ْﻋﻨْ َﺪ َرأ ِ ﻞ َﻓﻘَﺎ َم ٍﺟ ُ ﺟﻨَﺎ َز ِة َر ِ ﻋﻠَﻰ َ ﺻﻠﱠﻰ َ ﻚ ٍ ﻦ ﻣَﺎِﻟ َ ْﺲ ﺑ َ ت َأ َﻧ ُ ْﺷ ِﻬﺪ َ ﺣﻤْ َﺰ َة َ ﻳَﺎ أَﺑَﺎ:ﻞ َﻟ ُﻪ َ ْ َﻓ ِﻘﻴ.ﻷﻧْﺼَﺎ ِر َﻦا َ ﺶ َأوْ ِﻣ ٍ ْﻲ ِﺑﺠِﻨَﺎ َز ِة ِاﻣْ َﺮَأ ٍة ِﻣﻦْ ُﻗ َﺮﻳ َ ُأ ِﺗ ﻄﻬَﺎ َﺳ َ ﻋَﻠﻴْﻬَﺎ َﻓﻘَﺎ َم َو َ ﺼﻠﱠﻰ َ َﻓ.ﻋَﻠﻴْﻬَﺎ َ ﻞ ﺼﱢ َ ن َﻓ ٍﻼ َ ﻼ َﻧ َﺔ اﺑْ َﻨ ِﺔ ُﻓ َ ﺟﻨَﺎ َز ُة ُﻓ ِ َه ِﺬ ِﻩ ﻞ ِﺟ ُ ﻋﻠَﻰ اﻟ ﱠﺮ َ ف ِﻗﻴَﺎ ِﻣ ِﻪ ِ ﻼ َ َﻓَﻠﻤﱠﺎ رَأَى اﺧْ ِﺘ.ي ﻦ ِزﻳَﺎ ِد اﻟ َﻌ َﺪ ِو ﱡ ُ ْﻼ ُء ﺑ َ َو ِﻓﻴْﻨَﺎ اﻟ َﻌ ﺳﱠﻠ َﻢ َ ﻋَﻠﻴْ ِﻪ َو َ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ا َ ﷲ ِ لا ُ ن َرﺳُﻮ َ ﺣﻤْ َﺰ َة َه َﻜﺬَا آَﺎ َ ﻳَﺎ َأﺑَﺎ:ل َ ﻗَﺎ.َواْﻟ َﻤﺮَْأ ِة :ل َ ﻗَﺎ.ْ َﻧ َﻌﻢ:ل َ ﺚ ُﻗﻤْﺖَ؟ ﻗَﺎ ُ ْﺣﻴ َ ﻦ اْﻟ َﻤﺮَْأ ِة َ ﺖ َو ِﻣ َ ْﺚ ُﻗﻤ ُ ْﺣﻴ َ ﻞ ِﺟ ُ ﻦ اﻟ ﱠﺮ َ َﻳ ُﻘﻮْ ُم ِﻣ 32 ( )رواﻩ أﺣﻤﺪ. اﺣْ َﻔﻈُﻮا:ل َ ﻓَﻘَﺎ.ﻼ ُء َ ﺖ ِإَﻟﻴْﻨ َﺎ اْﻟ َﻌ َ ﻓَﺎﻟْ َﺘ َﻔ Artinya:“Aku menyaksikan Anas bin Malik menshalati Jenazah seorang laki-laki maka dia berdiri di sisi kepalanya ketika Jenazah tersebut di angkat didatangkan Jenazah seorang perempuan dari Quraisy atau Anshar maka dikatakan kepadanya “Wahai Abu Hamzah ini adalah Jenazah Fulanah binti Fulan maka shalatilah dia” maka Anas menshalatinya dan berdiri di tengahnya dan diantara kami ada ‘Alla’ bin Ziyad al-Adawi ketika ia melihat perbedaan tepat berdirinya Anas pada jenazah laki-laki dan wanita maka dia berkata “Wahai Abu Hamzah apakah Rasulullah SAW juga berdiri sebagaimana Engkau berdiri ? Anas menjawab “Ya Maka ‘Allah’ menoleh kepada kami seraya berkata “Hafalkanlah ini”(HR.Ahmad) 32
Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal ibn Asad ibn Idris ibn Abdullah ibn Hasan alSyaibaniy, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, juz. 3, h. 204.
29
3) Seseorang yang menshalati jenazah hendaknya membaca do’a dengan do’ado’a yang telah disebutkan. 4) Jika mayat seorang wanita, jangan katakan “abdilha zaujan khairon min zaujiha” (gantikan untuknya suami yang lebih baik baginya dari pada suaminya), karena suaminya dapat memperoleh wanita lain di surga, sedangkan wanita tidak mungkin mendapatkan suami lain bersama suaminya di dalam surga, berbeda dengan lelaki. 5) Jika mayat bukan mukallaf seperti anak kecil, maka tidak dimintakan ampun baginya, melainkan bagi kedua orang tuanya dan kaum muslim yang telah meninggal. Disunahkan berdo’a dengan mengucapkan:
ﻃﺎ َوَأﺟْ ًﺮا ً ﺳَﻠ ًﻔﺎ َو َﻓ َﺮ َ َاﻟﱠﻠ ُﻬ ﱠﻢ اﺟْ َﻌﻠْ ُﻪ Artinya:“Ya Allah, jadikanlah dia bagi kami sebagai pahala yang mendahului dan sebagai ganjaran.” 6) Membaca Doa setelah takbir yang keempat. Imam Syafi’i berkata: Hendaklah sesudah takbir ke empat mengucapkan:
ﻻ َﺗﻔْ ِﺘ ﱠﻨﺎ َﺑﻌْ َﺪ ُﻩ َ ﻻ َﺗﺤْ ِﺮﻣْ َﻨﺎ َأﺟْ َﺮ ُﻩ َو َ َاﻟﱠﻠ ُﻬ ﱠﻢ Artinya:“Ya Allah, janganlah Engkau haramkan kami akan pahalanya, dan jangan Engkau uji kami sesudahnya.” Ibn Abi Hurairah mengatakan: orang-orang terdahulu, sesudah takbir yang keempat, mengucapakan:
ب اﻟ ﱠﻨﺎ ِر َ ﻋ َﺬا َ ﺴ َﻨ ًﺔ َو ِﻗ َﻨﺎ َﺣ َ ﺧ َﺮ ِة ِ ﺴ َﻨ ًﺔ َو ِﻓﻰْ اْﻵ َﺣ َ َاﻟﱠﻠ ُﻬ ﱠﻢ َر ﱠﺑ َﻨﺎ ﺁ ِﺗ َﻨﺎ ِﻓﻰْ اﻟ ﱡﺪﻧْ َﻴﺎ
30
Artinya:“Ya Allah ya Tuhan kami, datangkan kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari siksa neraka.” 7) Mengucapkan salam. Kalangan fukaha sepakat atas wajibnya salam, kecuali Abu Hanifah. 4. Mengiringi jenazah Berjalan mengiringi jenazah ketika membawanya hukumnya adalah fardhu kifayah. Berjalan mengiringi jenazah artinya mengiring jenazah sampai ke tempat pemakaman. Dari Abu Hurairah ra bahwasanya Rasulullah saw bersabda :
ﻞ َ ْن ِﻗﻴ ِ ﺟﻨَﺎ َز ٍة َوَﻟﻢْ َﻳﺘْ َﺒﻌْﻬَﺎ َﻓَﻠ ُﻪ ﻗِﻴْﺮَاطٌ َﻓِﺈنْ َﺗ ِﺒ َﻌﻬَﺎ َﻓَﻠ ُﻪ ِﻗﻴْﺮَاﻃَﺎ َ ﻋﻠَﻰ َ ﺻﻠﱠﻰ َ َْﻣﻦ 33 (ﺣ ٍﺪ )رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ ُ ﻞ ُأ ُ ْل َأﺻْ َﻐ ُﺮ ُهﻤَﺎ ِﻣﺜ َ ن ﻗَﺎ ِ َوﻣَﺎ اﻟ ِﻘﻴْﺮَاﻃَﺎ Artinya: “Barangsiapa yang menshalati jenazah dan tidak mengiringkannya sampai di kuburnya maka ia mendapatkan pahala satu qirath dan jika dia ikut mengiringkannya maka dia mendapatkan pahala dua qirath” Ditanyakan kepadanya “Apa yang di maksud dengan dua qirath?” Rasulullah saw bersabda “Yang terkecil dari keduanya seperti gunung Uhud” (HR. Muslim) a. Hal-hal yang disunnahkan ketika membawa jenazah 34 1) Mensegerakan dalam mengantar dan membawa jenazah dengan berjalan biasa, tidak terlalu cepat karena hal tersebut makruh ukurannya yaitu sekira mayat tidak tergoncang akibat cepatnya berjalan. Dari Abu Hurairah, ia berkata: bahwa Rasulullah SAW bersabda:
33
Abi al Husein Muslim bin al Haj al Qusyairi al Nasaburi, Shahih Muslim, (Kairo: Dar Ihya al Kutub al Arabiyyah,1918), h.653. 34
Abdul Lathif Asyur, Adzab al-Qabri wa Na’imuhu wa izhat al-Maut, diterjemahkan oleh Syatiri Matrais dengan judul “Pesan Nabi tentang Mati”, h. 112.
31
ﺳ َﻮى ِ ْ َوِإنْ َﺗ ُﻜﻦ،ﺨﻴْﺮٌ ُﺗ َﻘ ﱢﺪ ُﻣﻮْﻧ َﻬَﺎ َ ﺤ ًﺔ َﻓ َ ﺻﺎِﻟ َ ْ َﻓِﺈنْ َﺗ ُﻜﻦ،ﺠ َﻨﺎ َز ِة َ ْﻋﻮْا ِﺑﺎﻟ ُ َأﺳْ ِﺮ 35 (ﻋﻦْ ِر َﻗﺎ ِﺑ ُﻜﻢْ )رواﻩ اﻟﺒﺨﺎري َ ﻀ ُﻌﻮْ َﻧ ُﻪ َ ﺸ ﱡﺮ َﺗ َ ﻚ َﻓ َ َذِﻟ Artinya:“Percepatlah iringan jenazah. Jika ia orang baik, berarti kalian menyegerakannya dalam memperoleh kenikmatan. Dan jika ia tidak baik, berarti kalian segera menyingkirkan kejelekannya dari lingkungan kalian.” (HR. Al-Bukhari) Adapun dimakruhkannya berjalan terlalu cepat ketika membawa jenazah karena adanya hadits yang diriwayatkan oleh Ibn Mas’ud, ia berkata:
ن َ ل ﻣَﺎ دُو َ ﺠﻨَﺎ َز ِة َﻓ َﻘﺎ َ ْﻲ َﻣ َﻊ اﻟ ِ ْﻋﻦْ اﻟْ َﻤﺸ َ ﺳﱠﻠ َﻢ َ ﻋَﻠﻴْ ِﻪ َو َ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﱠﻠ ُﻪ َ ﺳَﺄ ْﻟﻨَﺎ َﻧ ِﺒ ﱠﻴﻨَﺎ َ 36 ( )رواﻩ أﺑﻮ داود...ﺐ ِ ﺨ َﺒ َ ْاﻟ Artinya:“Kami bertanya kepada Rasulullah SAW tentang (bagaimana) berjalan membawa jenazah, Rasulullah SAW bersabda: yang tidak cepat-cepat…” (HR Abu Dawud) 2) Mengitari kurung batang, sampai mengitari seluruh sisi. Hal ini berdasarkan hadits riwayat dari Ibn Mas’ud yang mengatakan:
ﺴ ﱠﻨ ِﺔ ُﺛﻢﱠ ِإنْ ﺷَﺎ َء ﺴﺮِﻳ ِﺮ ُآﱢﻠﻬَﺎ َﻓِﺈ ﱠﻧ ُﻪ ِﻣﻦْ اﻟ ﱡ ﺐ اﻟ ﱠ ِ ﺠﻮَا ِﻧ َ ﺟﻨَﺎ َز ًة َﻓﻠْ َﻴﺤْ ِﻤﻞْ ِﺑ ِ َﻣﻦْ ا ﱠﺗ َﺒ َﻊ 37 ( )رواﻩ اﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ.ْﻄ ﱠﻮعْ َوِإنْ ﺷَﺎ َء َﻓﻠْ َﻴ َﺪع َ َﻓﻠْ َﻴ َﺘ Artinya:“Siapa yang mengiringi jenazah, hendaklah membawanya di setiap sisi, karena itu termaksuk sunnah. Jika ia mau, silakan lakukan, jika enggan, silakan tinggalkan.” (HR. Ibn Majah)
35
Fikr), h.133.
Abdullah Muhammad Ibn Isma’il Ibn Ibrahim, Shahih al-Bukhari, (Beirut: Dar al-
36
Abu Dawud Sulaiman Ibn al-Asy’ats al-Sajastani, Sunan Abu Dawud, (Maktabah Syamilah), Juz 8, Nomor hadits. 2769, h.466. 37
1467, h. 420.
Abdullah Ibn Yazid al Qazweni Ibn Majah, Sunan Ibnu Majah, Juz 4, Nomor hadits
32
3) Berjalan di depannya, di belakangnya, di sampingnya sebelah kanan atau sebelah kiri yang berdekatan dengan mayat. Ini berdasarkan hadits riwayat Anas Ibn Malik ra.:
ن َ ﻋﺜْﻤَﺎ ُ ﻋ َﻤ َﺮ َو ُ ﺳﱠﻠ َﻢ َوَأﺑَﺎ َﺑﻜْ ٍﺮ َو َ ﻋَﻠﻴْ ِﻪ َو َ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﱠﻠ ُﻪ َ ﻲ ن اﻟ ﱠﻨ ِﺒ ﱠ ﺲ َأ ﱠ ٍ ﻋﻦْ َأ َﻧ َ 38 ( )رواﻩ أﺑﻮ داود.ﺠﻨَﺎ َز ِة َ ْن َأﻣَﺎ َم اﻟ َ آَﺎﻧُﻮا َﻳﻤْﺸُﻮ Artinya:”Dari Anas bahwa Rasulullah SAW dan Abu Bakar, Umar dan Utsman, mereka berjalan di depan jenazah.” (HR.Abu Dawud) Mayoritas
ulama
tidak
menyukai
menaiki
kendaraan
ketika
mengantarkan jenazah kecuali ada halangan. Hal tersebut berdasarkan hadits riwayat Tsauban r.a.:
ﺟﻨَﺎ َز ٍة َ ﺳﱠﻠ َﻢ ﻓِﻲ َ ﻋَﻠﻴْ ِﻪ َو َ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﱠﻠ ُﻪ َ ل اﻟﱠﻠ ِﻪ ِ ﺧ َﺮﺟْﻨَﺎ َﻣ َﻊ َرﺳُﻮ َ ل َ ن ﻗَﺎ َ ﻋﻦْ َﺛﻮْﺑَﺎ َ ْﻋﻠَﻰ َأﻗْﺪَا ِﻣ ِﻬﻢْ َوَأﻧْ ُﺘﻢ َ ن َﻣﻠَﺎ ِﺋ َﻜ َﺔ اﻟﱠﻠ ِﻪ ن ِإ ﱠ َ ل أَﻟَﺎ َﺗﺴْ َﺘﺤْﻴُﻮ َ َﻓ َﺮأَى ﻧَﺎﺳًﺎ ُرآْﺒَﺎﻧًﺎ َﻓﻘَﺎ 39 ( )رواﻩ اﻟﺘﺮﻣﺬي واﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ.ب ﻇﻬُﻮ ِر اﻟ ﱠﺪوَا ﱢ ُ ﻋﻠَﻰ َ Artinya:”Diriwayatkan dari Tsauban, ia berkata: ’di saat kami berserta Rasulullah keluar mengiringi jenazah, beliau melihat orang-orang yang ikut mengiringi jenazah berkendaraan. “Maka tidakkah kalian malu bahwa malaikat Allah berjalan di atas kaki-kaki mereka, sementara kalian berada di atas pundak kendaraan kalian.” (HR. Tirmidzi dan Ibn Majah)
5. Menguburkan Mayat a. Hukumnya
38
Muhammad bin ‘Isa, Abu ‘Isa at-Tirmidzi as-Sullami, Sunan At-Tirmidzi, Juz 4, Nomor hadits 931 h. 134. 39
Muhammad bin ‘Isa, Abu ‘Isa at-Tirmidzi as-Sullami, Sunan At-Tirmidzi, Juz 4, h. 138, Nomor hadits 933., lihat juga Abdullah Ibn Yazid al Qazweni Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, Juz 4, h.422, Nomor hadits 1469.
33
Menguburkan mayat hukumnya Fardhu Kifayah; yaitu menguburkan mayat di dalam tanah, agar tidak tercium baunya, tidak dimakan oleh binatang buas, dan agar tidak memungkinkan pencuri mengambil kain kafannya dengan mudah.
b. Hal-hal yang disunahkan ketika menguburkan mayat 40 ; 1) Mendalamkan kuburnya. Dari Hisyam bin Amir dia berkata: Ketika perang Uhud, banyaklah orang yang gugur dari kaum muslimin, dan banyak dari kaum muslimin yang terluka, maka kami katakan, “Wahai Rasulullah, sekarang ini kita merasa berat jika harus membuat satu lubang untuk satu mayat, maka apa yang Engkau perintahkan kepada kami?.” Rasulullah SAW bersabda:
ْﻼ َﺛ ُﺔ ﻓِﻲ اﻟ َﻘﺒْ ِﺮ َو َﻗ ﱢﺪﻣُﻮا َأآْ َﺜ َﺮ ُهﻢ َ ﻦ وَاﻟ ﱠﺜ ِ ْﻻﺛْ َﻨﻴ ِ ﺳﻌُﻮا وَادْﻓِﻨُﻮا ا ِ ِْإﺣْ ِﻔﺮُوا َوَأو ُﻗﺮْﺁﻧًﺎ 41 ()رواﻩ أﺑﻮ داود Artinya:“Galilah, luaskanlah, dalamkanlah, dan baguskanlah, kuburkanlah dua atau tiga orang di satu lubang, dan dahulukan yang paling banyak bacaan qur’annya dari ketiganya, maka dia didahulukan”. (HR. Abu Dawud)
40
Abdul Lathif Asyur, Adzab al-Qabri wa Na’imuhu wa izhat al-Maut, diterjemahkan oleh Syatiri Matrais dengan judul “Pesan Nabi tentang Mati”, h.103. 41
Abu Dawud Sulaiman Ibn al-Asy’ats al-Sajastani, Sunan Abu Dawud, h.34.
34
2) Memperluas bagian kepala mayat dan kaki-nya 3) Lebih baik menguburkan mayat pada lahad jika tanah itu keras. Jika tanah itu lunak, menguburkannya pada syaq (parit) lebih baik. Karena, tanah yang keras tidak bisa membuat bagunan berguguran terhadap mayat. Lahad adalah membelah di sisi kuburan menghadap kiblat, diatasnya dipasang batu, sehingga seperti rumah yang beratap. Sementara syaq adalah lubang yang dalam seperti parit. Di dalam kubur dibuat dengan batu, di situ mayat diletakkan, dan ditutup dengan sesuatu seperti tanah dan kayu, sekira-kira tutup itu tidak sampai mengenai jasad mayat. 4) Mengubur mayat di kuburan yang jauh dari rumah. Karena mengubur di rumah hanya dikhususkan untuk mayat para Nabi. 5) Orang yang mengubur adalah orang yang berhak menjadi imam dalam shalat mayat. Jika ia tidak memiliki ilmu tentang tata cara penguburan, sebaliknya dilakukan oleh kaum Muslim yang mengetahui itu. 6) Menutup kubur dengan kain ketika meletakkan mayat di dalam kubur, untuk menutupi mayat, baik mayat lelaki maupun wanita, dan melepaskan ikatan kafan, karena mayat itu tidak diikat kecuali untuk menahan tergelincir. 7) Memasukkan mayat dari sisi kakinya, jika memungkinkan bagi pengubur maka ia boleh memasukkannya dari sisi kepalanya. 8) Menghadapkan mayat ke arah kiblat. Hal itu dimaksudkan agar mayat beristirahat di lambung kanannya dan wajahnya menghadap kiblat.
35
9) Orang yang meletakan mayat mengucapkan:
ﷲ ِ لا ِ ْﺳﻮ ُ ﻋﻠَﻰ ِﻣﱠﻠ ِﺔ اﻟ ّﺮ َ ﷲ َو ِ ِﺑﺴْ ِﻢ ا Artinya: “Dengan nama Allah dan berdasarkan agama Rasululllah”
Berdasarkan hadits Ibnu ‘Umar:
ل ِﺑﺴْ ِﻢ َ ﺖ ﻓِﻲ اﻟْ َﻘﺒْ ِﺮ ﻗَﺎ َ ﺿ َﻊ اﻟ َﻤ ﱢﻴ َ ن ِإذَا َو َ ﺳﱠﻠ َﻢ آَﺎ َ ﻋَﻠﻴْ ِﻪ َو َ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ا َ ﻲ ن اﻟ ﱠﻨ ِﺒ ﱠ َأ ﱠ 42 ( )رواﻩ أﺑﻮ داود.ﺳﱠﻠ َﻢ َ ﻋَﻠﻴْ ِﻪ َو َ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ا َ ﷲ ِ لا ِ ﺳ ﱠﻨ ِﺔ َرﺳُﻮ ُ ﻋﻠَﻰ َ ﷲ َو ِ ا Artinya:“Bahwasanya Nabi SAW, jika meletakkan mayyit diliang kuburnya mengucapkan “Bismillah, wa’ala millati Rasulillah” (Dengan nama Allah dan di atas agama Rasulullah).” (HR. Abu Dawud) 10) Menempelkan pipi mayat yang kanan dan diletakkan di atas ganjalan atau batu atau tanah. 11) Meletakan sesuatu di belakangnya dari tanah atau lainnya agar ia tidak jatuh dan selalu menghadap kiblat. 12) Menutup kubur dengan tanah dan meninggikannya sejengkal dari tanah, jika tidak ada tanah bisa dengan lainnya. Dan tidak diratakan dengan tanah, dengan tujuan agar diketahui, kemudian dijaga dan tidak dihinakan. Hal ini berdasarkan hadits riwayat Jabir r.a.:
ﻦ ﻧَﺼْﺒًﺎ َو ُر ِﻓ َﻊ َ ﻋَﻠﻴْ ِﻪ اﻟﱠﻠ َﺒ َ ﺐ َ ﺼ ِ ﺳﱠﻠ َﻢ أْﻟﺤِْ َﺪ َو ُﻧ َ ﻋَﻠﻴْ ِﻪ َو َ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ا َ ﻲ ن اﻟ ﱠﻨ ِﺒ ﱠ َأ ﱠ 43 (ﺷﺒْ ٍﺮ )رواﻩ إﺑﻦ ﺣﺒﺎن واﻟﺒﻴﻬﻘﻲ ِ ْض َﻧﺤْﻮَا ِﻣﻦ ِ ْﻷر َ ﻦا َ ُﻗﺒْ ُﺮ ُﻩ ِﻣ 42
Abu Dawud Sulaiman Ibn al-Asy’ats al-Sajastani, Sunan Abu Dawud, h.32.
36
Artinya:“Bahwasanya Nabi SAW dibuatkan lahad baginya, ditimbunkan batu bata di atasnya, dan ditinggikan kuburnya dari tanah sekitar sejengkal .”(HR.Ibnu Hibban dan Al-Baihaqi) 13) Hendaknya kubur dibuat menjadi gundukkan, berdasarkan hadits Sufyan atTammar, bahwasanya dia berkata:
)ر واﻩ اﻟﺒﺨﺎ.ﺴ ﱠﻨﻤًﺎ َ ﺳﱠﻠ َﻢ ُﻣ َ ﻋَﻠﻴْ ِﻪ َو َ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ا َ ﻲ ﺣ ﱠﺪ َﺛ ُﻪ َأﻧﱠ ُﻪ رَأَى َﻗﺒْ َﺮ اﻟ ﱠﻨ ِﺒ ﱢ َ َأﻧﱠ ُﻪ 44 (رى Artinya:“Aku melihat kubur Nabi SAW berbentuk gundukkan tanah.” (HR.Al-Bukhari) 14) Memberi tanda berupa batu atau yang semisalnya, agar bisa dikuburkan didekatnya yang meninggal kemudian dari keluarganya, berdasarkan hadits Muthallib bin Abdullah, bahwasanya dia berkata:
ﺻﻠﱠﻰ َ ﻲ ﻦ َﻓَﺄ َﻣ َﺮ اﻟ ﱠﻨ ِﺒ ﱡ َ َﻓ ُﺪ ِﻓ,ﺠﻨَﺎ َز ِﺗ ِﻪ َ ج ِﺑ َ ن ُأﺧْ ِﺮ ٍ ﻦ َﻣﻈْﻌُﻮ ُ ْن ﺑ ُ ﻋﺜْﻤَﺎ ُ ت َ َﻟﻤﱠﺎ ﻣَﺎ َﻓﻘَﺎ َم إِﻟَﻴْﻬَﺎ,ﺣﻤَْﻠ ُﻪ َ ْﻄﻊ ِ ﺠ ٍﺮ َﻓَﻠﻢْ َﻳﺴْ َﺘ َﺤ َ ﻼ َأنْ َﻳﺄْ ِﺗ َﻴ ُﻪ ِﺑ ًﺟ ُ ﺳﱠﻠ َﻢ َر َ ﻋَﻠﻴْ ِﻪ َو َ ﷲ ُ ا ل َ ل آَﺜِﻲٌْ ﻗَﺎ َ ﻋﻴْ ِﻪ ﻗَﺎ َ ﻋﻦْ ِذرَا َ ﺴ َﺮ َﺣ َ ﺳﱠﻠ َﻢ َو َ ﻋَﻠﻴْ ِﻪ َو َ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ا َ ﷲ ِ ل ا ُ َرﺳُﻮ ﺳﱠﻠ َﻢ َ ﻋَﻠﻴْ ِﻪ َو َ ﷲ ُ ﺻﻠَﻰ ا َ ﷲ ِ لا ِ ﻋﻦْ َرﺳُﻮ َ ﻚ َ ل اﱠﻟﺬِي ُﻳﺨْ ِﺒ ُﺮﻧِﻲ َذِﻟ َ ﻗَﺎ:ﺐ ُ اﻟ ُﻤﻄﱠِﻠ ﺳﱠﻠ َﻢ َ ﻋَﻠﻴْ ِﻪ َو َ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ا َ ﷲ ِ لا ِ ﻋﻲْ َرﺳُﻮ َ ض ِذرَا ِ ﻈ ُﺮ ِإﻟَﻰ َﺑﻴَﺎ ُ ْ َآَﺄﻧﱢﻲ َأﻧ:ل َ ﻗَﺎ َأ َﺗ َﻌﱠﻠ ُﻢ ِﺑﻬَﺎ َﻗﺒْ َﺮ:ل َ ﺳ ِﻪ َوﻗَﺎ ِ ْﻋﻨْ َﺪ َرأ ِ ﺿ َﻌﻬَﺎ َ ﺣ َﻤَﻠﻬَﺎ َﻓ َﻮ َ ﻋﻨْ ُﻬﻤَﺎ ُﺛﻢﱠ َ ﺴ َﺮ َﺣ َ ﻦ َ ْﺣﻴ ِ 45 ( )رواﻩ أﺑﻮ داود.ت ِﻣﻦْ َأهْﻠﻲ َ ﻦ ِإَﻟﻴْ ِﻪ َﻣﻦْ ﻣَﺎ ُ َأﺧِﻲ َوَأدْ ِﻓ Artinya:“Ketika Utsman bin mazh’un meninggal, maka dikeluarkanlah jenazahnya dan dikuburkanya, kemudian Rasulullah SAW memerintahkan seseorang agar 43
Abu Bakar Ahmad bin al-Husein bin Ali al-Baihaqi, Sunan al-Kubra, (Beirut: Dar elFikr), Jilid 4, h.410. 44 Abdullah Muhammad Ibn Isma’il Ibn Ibrahim, Shahih al-Bukhari, Nomor hadits 1390, h.130. 45 Abu Dawud Sulaiman Ibn al-Asy’ats al-Sajastani, Sunan Abu Dawud, h.22.
37
membawakan batu kepadanya, maka beranjaklah orang itu mengambil batu, tetapi ternyata dia tidak kuat mengangakatnya, maka beranjaklah Rasulullah SAW menuju batu tersebut dan menyisingkan kedua lengannya. Muthallib berkata: Berkatalah orang yang mengabarkan kepadaku dari Rasulullah SAW, “Sepertinya aku melihat kepada putihnya kedua lengan Rasulullah SAW ketika disingsingkan.” Kemudian Rasulullah SAW membawa batu tersebut dan meletakkan pada tempat kepala Utsman bin mazh’un seraya berkata, “Agar menjadi tanda bagi kuburan saudaraku ini, dan aku kuburkan disisinya orang yang meninggal dari keluargaku.”(HR. Abu Dawud) 15) Orang yang menghadiri penguburan mayat hendaknya memegang tiga gumpalan tanah di atas kubur di sisi kepala mayat kemudian menaburkannya dengan kedua tangannya. Hal ini berdasarkan hadits Abu Hurairah r.a.:
ﺟﻨَﺎ َز ِة ُﺛﻢﱠ َأﺗَﻰ َﻗﺒْ َﺮ ِ ﻋﻠَﻰ َ ﺻﻠﱠﻰ َ ﺳﱠﻠ َﻢ َ ﻋَﻠﻴْ ِﻪ َو َ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ا َ ﷲ ِ لا َ ن َرﺳُﻮ َأ ﱠ 46 ( )رواﻩ إﺑﻦ ﻣﺎﺟﺔ.ﺳ ِﻪ ِﺛﻼَﺛًﺎ ِ ْﻞ َرأ ِ ﻋَﻠﻴْ ِﻪ ِﻣﻦْ ِﻗ َﺒ َ ﺤﺜَﻰ َ ﺖ َﻓ ِ اﻟ َﻤ ﱢﻴ Artinya:“Bahwasanya Rasulullah SAW menshalati jenazah kemudian mendatangi kubur dan menaburkan di atasnya pada sisi kepalanya tiga kali.”(HR.Ibnu Majah) 16) Orang yang mengiringi mayat hendaknya menunggu setelah penguburan dengan waktu kira-kira waktu yang dibutuhkan untuk menyembelih unta dan membagikan dagingnya kepada orang-orang miskin agar mayat merasa tentram dengan mereka. 17) Berdiri di sisi kubur sambil mendoakan keteguhan bagi mayat, memohonkan ampun baginya, dan memerintahkan orang-orang yang hadir agar melakukan hal yang serupa. Hal ini berdasarkan hadits Utsman bin ‘Affan r.a. bahwasanya dia berkata: 46
Abdullah Ibn Yazid al Qazweni Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, (Beirut: Dar al-Ihya alTurath al-Araby, 1975), h.499
38
ﻋَﻠﻴْ ِﻪ َ ﻒ َ ﺖ َو َﻗ ِ ﻦ اﻟ َﻤ ﱢﻴ ِ ْغ ِﻣﻦْ َدﻓ َ ﺳﱠﻠ َﻢ ِإذَا َﻓ َﺮ َ ﻋَﻠﻴْ ِﻪ َو َ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ا َ ﻲ ن اﻟ ﱠﻨ ِﺒ ﱡ َ آَﺎ )رواﻩ أﺑﻮ.ل ُ ن ُﻳﺴَْﺄ َ ﺖ َﻓِﺈ ﱠﻧ ُﻪ اْﻵ ِ ْﺳﻠُﻮا َﻟ ُﻪ ﺑِﺎﻟ ﱠﺘﺜْ ِﺒﻴ َ ﻷﺧِﻴ ُﻜﻢْ َو َ ِ اﺳْ َﺘﻐْ ِﻔﺮُوا:ل َ َﻓﻘَﺎ 47 (داود Artinya:“Adalah Nabi SAW jika selesai dari penguburan mayyit, dia berdiri di sisi kubur seraya berkata, “mohonkanlah ampunan bagi saudara kalian ini, dan mohonkanlah keteguhan baginya, karena sekarang dia sedang ditanya!.” (HR. Abu Dawud) Dan juga dibolehkan duduk di sisi kubur saat penguburan dengan maksud mengingatkan orang-orang yang hadir kepada kematian dan hal-hal yang terjadi sesudahnya, berdasarkan hadits Bara’ bin Azib, bahwasanya dia berkata: “Kami keluar bersama Nabi SAW mengiringkan jenazah seseorang dari Anshar, maka sampailah kami penguburan yang waktu itu belum digali, kemudian duduklah Rasulullah SAW dan kami juga duduk di sekitarnya, seakan-akan di kepala-kepala kami ada burung, di tangan Rasulullah SAW ada sebatang kayu, maka beliau mencocokkannya ke tanah dan mengangkat kepalanya seraya berkata, “mintalah perlindungan kepada Allah dari Adzab kubur.” Dua atau tiga kali, kemudian dia bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba yang mu’min, jika telah terputus dari dunia dan memulai kehidupan akhiratnya, turunlah para malaikat dari langit.”
47
Abu Dawud Sulaiman Ibn al-Asy’ats al-Sajastani, Sunan Abu Dawud, h.41.
39
C. Pengurusan Jenazah Mutilasi Menurut Fuqaha Sebelum penulis memaparkan pendapat para fuqaha tentang pengurusan jenazah mutilasi, telebih dahulu penulis menjelaskan tentang arti jenazah mutilasi. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, mutilasi ialah proses atau tindakan memotong-motong (biasanya) tubuh manusia atau hewan, 48 dan Mutilasi dilihat dari Ilmu Pengetahun adalah kebiasaan merusakkan bagian-bagian tertentu dari tubuh, misalnya menanggalkan gigi dan memotong jari sebagai tanda korban. 49 Pengertian mutilasi menurut, dr. Tjetjep Dwidja Siswaja, Sp.F adalah kondisi mayat yang tidak utuh menjadi beberapa bagian karena, suatu kejadian. Misalnya yaitu; mutilasi karena pembunuhan, kecelakaan; kemudian tubuhnya terpisah menjadi beberapa bagian hingga terpencar atau terpotong-potong. 50
48
Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed. 3, cet.4, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 768. 49
Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta:Lembaga pengkajian Kebudayaan Nusantara (LPKN), 1997), Cet.Ke-I, h. 695. 50
Wawancara, Pribadi dengan dr. Tjetjep Dwidja Siswaja, Sp.F., Staf Departemen Forensik dan Medikolegal FKUI/ RSCM di bidang Hukum, Tanggal 09 July 2009.
40
Dan sedangkan menurut kriminolog UI Adrianus Melia, yang dimaksud dengan mutilasi adalah terpisahnya anggota tubuh yang satu dengan yang lainnya oleh sebab yang tidak wajar. 51 Adapun yang dimaksud dengan jenazah mutilasi, dengan mengacu pada penjelasan tentang arti mutilasi di atas, adalah jenazah yang terpotong-potong beberapa bagian dari suatu kejadian, seperti pembunuhan atau kecelakaan yang menyebabkan tubuhnya terpencar/terpotong-potong. Dalam pengurusan jenazah mutilasi, penulis membagi beberapa pendapat diantara para fuqaha ke dalam 3 golongan, yaitu: 1. Golongan Pertama Golongan pertama berpendapat bahwa mayat yang tidak lengkap tubuhnya, termasuk di dalamnya mayat yang termutilasi tetap dimandikan, dikafankan, dan dishalatkan. Mereka mengatakan bahwa tidak ada bedanya mayat yang tubuhnya lengkap dengan yang ada hanya anggota badannya saja. Di dalam pengurusan jenazah, pendapat yang pertama ini mewajibkan memandikan anggota tubuh si mayat yang terdapat itu seperti wajibnya memandikan mayat yang lengkap anggota badannya. Pendapat ini dikemukan oleh Imam Syafi’i, Imam Ahmad bin Hambal, dan Ibnu Hazm. Imam Syafi’i berkata: “kami mendapat berita bahwa di waktu perang berunta, seekor burung menjatuhkan sepotong tangan manusia di mekkah (tangan itu adalah tangan Abdurahman bin ‘Itab bin Asid). Tangan itu dapat 51
Mutilasi yang timbul di ibukota, Sinar Harapan, (Jakarta:17 Januari 2003), h. 10.
41
mereka kenali dengan cincin. Maka tangan itu mereka mandikan dan shalatkan, dan hal itu adalah di depan para sahabat”. 52 Imam Ahmad, berkata: “Abu Ayyub menshalatkan sepotong kaki, sedang Umar menshalatkan tulang-belulang”. 53 Dan menurut Ibnu Hazm: ”hendaklah dishalatkan apa yang ditemukan dari tubuh mayat muslim, juga hendaklah dimandikan, dan dikafani. Kecuali jika berasal dari orang mati syahid. Katanya pula hendaklah dalam menshalatkan sebagian tubuh mayat itu, diniatkan menshalatkan keseluruhannya, baik jasad maupun roh”. 54 2. Golongan Kedua Golongan kedua berpendapat bahwa; jika yang terdapat itu lebih dari separuh badan mayat, maka haruslah dimandikan, dikafani, dan dishalatkan, namun jika tidak, maka tidak wajib dimandikan dan dishalatkan. Pendapat ini dikemukakan oleh Abu Hanifah dan Imam Malik. Pendapat Abu Hanifah dan Imam Malik ini adalah semata-mata Ijtihad mereka.
52
Sayyid Sabiq, Fiqhussunnah, diterjemahkan oleh Mahyuddin Syaf dengan judul “Fiqh Sunnah 4”, cet.1,(Penerbit:PT Alma’arif bandung, 1978), h.89-90. 53 Sayyid Sabiq, Fiqhussunnah, diterjemahkan oleh Mahyuddin Syaf dengan judul “Fiqh Sunnah 4”, h.89-90. 54
Sayyid Sabiq, Fiqhussunnah, diterjemahkan oleh Mahyuddin Syaf dengan judul “Fiqh Sunnah 4”, h.89-90.
42
Abu Hanifah dan
Imam Malik, berkata : “jika ditemukan lebih dari
separuhnya, hendaklah dimandikan dan dishalatkan, dan jika kurang maka tidak perlu dimandikan dan dishalatkan”. 55
3. Golongan Ketiga Golongan ketiga dari Imamiyah 56 berpendapat bahwa kalau yang didapatkan dari sepotong anggota badan mayat itu adalah dadanya atau sebagian yang lainnya yang mengandung hati, maka hukumnya persis seperti hukum terhadap mayat yang sempurna, yaitu wajib dimandikan, dikafankan, dan dishalatkan. Namun, jika tidak ada sepotong saja dari anggota tubuhnya yang mengandung hati, atau sebagainya, seperti dada, tapi terdapat tulangnya, maka ia wajib dimandikan dan dibungkus dengan sehelai kain kemudian dikuburkan. Tapi bila ia tidak terdapat tulang didalam anggota tubuh yang ditemukannya itu, maka ia hanya dibungkus dengan sehelai kain dan dikuburkan, tidak usah dimandikan. 57 55
Sayyid Sabiq, Fiqhussunnah, diterjemahkan oleh Mahyuddin Syaf dengan judul “Fiqh Sunnah 4”, h.89-90. 56 Imamiyah adalah Mazhab Syi’ah Imamiyah disebut juga Mazhab Syi’ah Itsna Asyariyah (Syi’ah Dua Belas),karena mereka mempunyai 12 orang Imam nyata. Diantaranya, yaitu; Ali bin Abi Thalib, Al-Hasan, Al-Husen, Ali Zain al-Abidin, Muhammad al-Baqir, Ja’far al-Shadiq, Musa al-Kazhim, Ali al-Ridha, Muhammad al-Jawwad, Ali al-Hadi, Al-Hasan bin Muhammad alAskari, Muhammad al-Mahdi al-Muntazar. Syi’ah Imamiyah menjadi paham resmi di Negara Iran. 57
Muhammad Jawad Mughniyah, al-Fiqh ‘ala al-Madzahib al-Khamsah, diterjemahkan oleh Masykur A.B.,Afif Muhammad, Idrus Al-Kaff dengan judul “Fiqih Lima Mazhab: Ja’fari, Hanafi, Maliki, Syafi’I, Hambali”, cet.19 (Jakarta: Lentera, 2007) h.45-46.
43
Pendapat yang pertama lebih kuat karena diperbuat dan dilaksanakan dihadapan para sahabat nabi dan para mayat yang terlepas dari anggota badannya korban dari perang Uhud dan Jamal. 58 Adapun tata cara dalam memandikan mayat yang tubuhnya terpotong – seperti misalnya terpotong kepalanya-jika potongan tersebut ada, maka terlebih dahulu menangkapkan tepi yang satu dengan yang lain lalu menjahitnya dengan menggunakan tali pengikat atau pembalut atau juga dengan lumpur yang tak bercampur pasir, sehingga tidak tampak kejelekannya. Apabila ada sesuatu yang lepas dari tubuh mayat seperti gigi, maka tetap dimandikan dan dikafankan. 59 Sebagai penutupan dari pembahasan bab 2 ini mengenai ”Pengurusan Jenazah Mutilasi Menurut Hukum Islam”, penulis akan memberikan kesimpulan di dalam pembahasan ini; Jenazah adalah segala yang berkaitan dengan proses pemakaman dan pengkafanan bagi si mayat, sedangkan kata al-mayyit dalam bahasa arab yang berarti orang yang meninggal. Dalam pengurusan jenazah hukumnya ialah fardhu kifayah, artinya jika sudah ada sebagian muslim yang mengurus jenazah maka gugurlah kewajiban sebagian yang lain, baik itu memandikannya, mengkafankannya, menshalatkannya, dan menguburkannya.
58
Othman Mukim Hassan, Khulasah Kifayah Himpunan 600 Masalah Jenazah, cet. I, (Malaysia: Pustaka Ilmi, 1995), h. 51-52. 59 Wahbah al-Zuhaily, Al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu, (Beirut: Dar al-Fikr, 1989), Juz 2, h. I1489.
44
Di dalam memandikan jenazah hendaknya orang yang paling dekat (kaum kerabat) dan yang memiliki sifat wara dan amanah. Pendapat ini dipegang oleh mazhab Hadawiyah, bahwa orang yang memandikan jenazah disyaratkan orang yang Adil. Sedangkan, Jumhur Ulama berbeda pendapat dalam hal ini dan mereka mengatakan bahwa orang yang memandikan jenazah itu dibebankan dengan bebanbeban syara’, dan memandikan mayat termasuk di antaranya, jika tidak maka tidak sah setiap perbuatan yang dibebankan kepadanya, dan ini menyalahi ijmak. Mengkafankan jenazah juga sama dengan, memandikan jenazah yaitu dilakukannya oleh kerabat. Sedangkan hikmah dari mengkafankan mayat adalah untuk menutupi auratnya dari pandangan mata dan sebagai penghormatan padanya. Pengkafanan para fuqaha berbeda pendapat; menurut Imam Hanafi dan berbagai fuqaha mazhab, untuk kafan laki-laki baliq; bahwa pakaian gamis menutupi dari leher hingga kaki, tanpa lengan baju tidak terbuka pada dada dan sisi lambung, dan Bawahnya tidak usah lebar-lebar seperti pakaian orang hidup, tetapi harus sejajar. Sedangkan kafan untuk wanita, Imam Syaukani mengatakan (hadits yang diriwayatkan Laila binti Qanif ast-Tsaqafiah) adalah dibuatkan kain, pakaian, kerudung selimut, dan lipatan. Dan dalam Fiqh al-Wadhih, Imam Syaukani mengatakan bahwa sebagian Fuqaha memandang Makruh dalam penambahankain kafan mayat lebih dari tiga, hal demikian mereka mengannggap berlebihan. Menshalatkan jenazah hukumnya fardhu kifayah bagi yang orang muslim yang menghadirinya. Syarat-syarat shalat mayat, dilaksanakan sebagaimana biasanya; harus dalam keadaan suci, menghadap kiblat, menutup aurat, terhindar dari darah
45
haid dan nifas. Dan rukun-rukunnya, yaitu; Niat, Berdiri bagi orang yang mampu, Empat takbir, Membaca Shalawat atas Rasulullah SAW, Membaca doa. Dalam berjalan mengiringi jenazah termasuk proses dalam pengurusan jenazah, dan hukumnya fardhu kifayah. Berjalan mengiringi jenazah artinya mengusung jenazah sampai tempat pemakaman mayat dikuburkan. Hal-hal yang disunnahkan ketika membawa jenazah; Mensegerakan dalam membawa jenazah, Mengintari kurung batang, Berjalan di depannya atau di belakangnya atau di sampingnya sebelah kanan atau juga sebelah kiri yang berdekatan dengan mayat. Dan yang terakhir yaitu proses penguburannya, yaitu menguburkan mayat di dalam tanah, agar terhindar dari; tercium baunya, dimakan oleh binatang buas. Dalam ketika penguburan jenazah di sunnahkan untuk; Mendalamkan kuburnya, Memperluas bagian kepala mayat dan kakinya, lebih baik menguburkan mayat pada lahad yang tanahnya keras, Menguburkan mayat di kuburan yang jauh dari rumah, Orang yang mengubur yang menjadi imamdalam shalat mayat, menutup kubur dengan kain ketika meletakkan mayat di dalam kubur, Memasukkan mayat dari sisi kakinya, Menghadapkan mayat ke arah kiblat, Orang yang meletakan mayat mengucapkan: ”Bismillahi wa a’lamilatilrasullillah”, Menempelkan pipi mayat yang kanan dan diletakkan di atas ganjalan atau batu atau tanah, Meletakan sesuatu di belakangnya dari tanah atau lainnya agar ia tidak jatuh dan selalu menghadap kiblat, Menutup kubur dengan tanah dan meninggikannya sejengkal dari tanah, Memberi tanda berupa batu dan Orang yang menghadiri penguburan mayat hendaknya memegang tiga gumpalan tanah di atas kubur di sisi kepala mayat kemudian
46
menaburkannya dengan kedua tangannya, Orang yang mengiringi mayat hendaknya menunggu setelah penguburan dengan waktu kira-kira waktu yang dibutuhkan untuk menyembelih unta dan membagikan dagingnya kepada orang-orang miskin agar mayat merasa tentram dengan mereka, Berdiri di sisi kubur sambil mendoakan keteguhan bagi mayat dan memohonkan ampunan bagi si mayat.Dan pada hakikatnya Islam menganjurkan agar setiap orang yang meninggal untuk disegerakan melaksanakan proses pengurusan jenazahnya. Untuk pengurusan jenazah mutilasi, mereka (Fuqaha) berbeda pendapat dan terbagi menjadi tiga golongan diantaranya, yaitu; Golongan pertama, Imam Syafi’i, Imam Ahmad bin Hambal, dan Ibnu Hazm mengatakan dalam pengurusan jenazah mutilasi: mayat tidak lengkap tubuhnya, wajib memandikan anggota tubuh si mayat yang terdapat itu seperti wajibnya memandikan mayat yang lengkap anggota badannya. Golongan kedua, Imam Abu Hanifah, dan Imam Malik mengatakan dalam pengurusan jenazah mutilasi: jika yang ditemukan lebih dari separuh badan mayat, hendaklah dimandikan dan dishalatkan, dan jika kurang maka tidak perlu dimandikan dan dishalatkan. Sedangkan, Golongan ketiga, Imamiyah mengatakan dalam pengurusan jenazah mutilasi: jika didapatkan dari sepotong anggota badan mayat itu adalah dadanya atau sebagian yang lainnya yang mengandung hati, maka wajib dilaksanakan pengurusan jenazah seperti, hukum terhadap mayat yang sempurna, yaitu wajib dimandikan, dikafankan, dan dishalatkan. Dan apabila, yang didapatkan tidak ada sepotong saja dari anggota tubuhnya yang mengandung hati, atau
47
sebagainya, seperti dada, tetapi ditemukan ada tulangnya, maka ia wajib dimandikan dan dibungkus dengan sehelai kain kemudian dikuburkan.
BAB III MENGENAL RUMAH SAKIT dr. CIPTO MANGUNKUSUMO
A. Sejarah Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo Sejarah RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, tidak terlepas dari sejarah Falkutas Kedokteran Universitas Indonesia, karena perkembangan kedua instansi ini yang saling tergantung dan saling mengisi satu sama lain. Pada tahun 1896, dr. H. Roll ditunjuk sebagai pimpinan pendidikan kedokteran di Batavia, sekarang Jakarta, saat itu laboratorium dan sekolah Dokter Jawa masih berada dalam satu pimpinan. Kemudian pada tahun 1910, Sekolah Dokter Jawa diubah menjadi STOVIA 1 yang nantinya menjadi cikal bakal Falkutas Kedokteran Universitas Indonesia. Pada tanggal 19 November 1919 didirikan CBZ (Centrale Burgelijke Ziekenhuis) yang disatukan dengan STOVIA. Sejak saat itu penyelenggaraan pendidikan dan pelayanan kedokteran semakin maju dan berkembang fasilitas pelayanan kedokteran spesialistik bagi masyarakat luas. Saat Indonesia diduduki oleh Jepang pada bulan Maret 1942, CBZ dijadikan rumah sakit perguruan tinggi (Djakarta Ika Dai Gaku). Dan pada tahun 1945, CBZ diubah namanya menjadi “Rumah Sakit Oemoem Negeri” (RSON) dipimpin oleh Prof. dr. Asikin Widjaya Koesoema dan selanjutnya dipimpin oleh Prof. Tamija.
1
Alfred.C.Satyo, Sejarah Ilmu Kedokteran Forensik, Edisi II, cet III, (Penerbitan dan Percetakan USU (Press, Universitas Sumatera Utara Medan, 2004), h. 28-29.
48
49
Kemudian pada tahun 1950 RSON diubah namanya menjadi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP). Setelah 19 tahun kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1964, Menteri Kesehatan Prof. dr.. Satrio meresmikan nama Dokter Tjipto Mangunkusumo bagi rumah sakit. Sebagai ketahui kemudian nama ini lazim ditulis Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo dan dengan seiringnya dengan waktu dan perkembangan ejaan baru Bahasa Indonesia, maka diubah menjadi (RSCM). Hingga kini RSCM yang menjadi rujukan rumah sakit-rumah sakit nasional masih berdiri kokoh walaupun dari awal berdirinya terjadi banyak pergantian nama. Pada tanggal 13 Juni 1994, turunlah SK Menteri kesehatan (Menkes) nomor 553/Menkes/SK/VI/1994, memutuskan mengganti nama menjadi Rumah Sakit Umum
Pusat
Nasional
dr.
Cipto
Mangunkusumo
dan
juga
berdasarkan
S.K.134/Munkes Sk/1978, tugas RS. dr. Cipto Mangunkusumo ialah memberikan pelayanan medik dengan mutu yang tinggi sesuai perkembangan ilmu teknologi kedokteran 2 . Kemudian berdasarkan PP nomor 116 Tahun 2000 yang diterbitkan pada tanggal 12 Desember 2000, RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo ditetapkan sebagai Perusahaan Jawatan (Perjan) RS dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, dan dalam perkembangan selanjutnya, Perjan RSCM berubah menjadi Badan Layanan Umum yang berdasarkan PP Nomor 23 tahun 2005.
2
Rukmono, Hanifa Wiknjosastro, dkk. Sejarah & Perjuangan RSCM-FKUI, (Penerbit: Falkutas Kedokteran Universitas Indonesia, 1989), h.89.
50
B. Visi, Misi, dan Tujuan RSCM 1. Visi : “Menjadi Rumah Sakit Pendidikan yang mandiri dan terkemuka di Asia Pasifik” 2. Misi : a. Memberikan pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu serta terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. b. Menjadi tempat pendidikan dan penelitian tenaga kesehatan. c. Tempat penelitian dan pengembangan dalam rangka meningkatkan derajat
3. Tujuan : a) Tercapainya pelayanan prima yang menjamin kepuasan konsumen. b) Terciptanya manajemen yang adil, akuntabel dan transparan. c) Hasil pendidikan dan penelitian kesehatan dapat di manfaatkan secara nasional dan global. d) Tercapainya karyawan yang produktif dan melalui kesejahteraan yang berkeadilan dan pengembangan karir yang sehat. e) Tercapainya pelayanan ilmu kedokteran forensik dan medikolegal serta pemulasaraan jenazah sebagai Unit Reveneu Center.
51
C. Unit dan Instalasi RSCM 1. Unit Penyakit Anak 2. Unit Kesehatan Anak 3. Unit Bedah 4. Bagian Kebidanan dan Penyakit Kandungan 5. Unit Bedah Saraf 6. Unit Ilmu Penyakit Telinga-Hidung-Tengorokan. 7. Unit Penyakit Mata 8. Unit Penyakit Gigi dan Mulut 9. Unit Penyakit Saraf 10. Unit Kedokteran Jiwa (Psikiatri) 11. Unit Penyakit Kulit dan Kelamin 12. Unit Radiodiagnostik 13. Unit Radioterapi 14. Unit Anestesiologi 15. Unit Rehabilitasi Medik (URM) 16. Instalasi Laboratium Klinik 17. Intalasi Patologi Anatomik 18. Instalasi Gawat Darurat 19. Instalasi Bedah Pusat 20. Instalasi Perawatan 21. Instalasi Farmasi 22. Instalasi Farmakologi Klinik 23. Instalasi Gizi 24. Instalasi Pemeliharaan Sarana 25. Instalasi Kamar Jenazah Dari beberapa unit dan instalasi yang ada di RSCM, instalasi kamar jenazah merupakan obyek yang akan penulis teliti. Perkembangan Instalasi Kamar Jenazah dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu3 ; 1. Masa sebelum tahun 1970 Pada masa tersebut kamar jenazah merupakan tempat penampungan jenazah yang berasal dari yang meninggal di RSCM dan jenazah yang berasal dari luar RSCM yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memperoleh Visum et Repertum. 3
Rukmono, Hanifa Wiknjosastro, dkk. Sejarah & Perjuangan RSCM-FKUI, h. 309-310.
52
Kamar jenazah terdiri atas beberapa kamar tempat meletakkan jenazah sebelum diambil oleh keluarganya. Selain kamar-kamar itu terdapat pula tempat untuk membersihkan jenazah, tempat kereta jenazah dan kamar mandi sederhana. Di antaranya kamar-kamar itu terdapat lorong yang menghubungkan halaman Universitas Indonesia dengan RSCM. Pegawai yang berkerja terdiri atas 15 orang yang dikepalai oleh M.Yusa. secara bergiliran pegawai-pegawai ini menjaga Kamar Jenazah selama 24 jam. Tugas mereka hanyalah menjaga jenazah. Dia antara mayatmayat yang berasal dari luar RSCM, ada yang tidak jelas keluarganya, atau ditemukan sudah dalam keadaan busuk. 2. Masa antara tahun 1970 sampai 1978 Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan yang mendasar, baik fisik maupun organisasi di kamar jenazah. Dengan tujuan agar bagian Patologi Anatomik bisa terlepas dari gangguan kamar jenazah, Prof. dr. Rukmono yang menjadi kepala bagian Patologi Anatomi minta kepada Direktur RSCM yaitu Prof. dr. Odang, agar diperbolehkan mengurus kamar jenazah. Tawaran ini tentu saja disambut gembira oleh Direktur RSCM. Dengan dibantu oleh dr. Sutjahjo Endardjo, salah satu asisten bagian Patologi Anatomik, Prof. dr. Rukmono mulai mengatur dan mengadakan perbaikan-perbaikan antara lain; a. Membuat ketentuan bahwa jenazah yang sudah di kamat jenazah lebih dari 48 jam akan dikubur. Untuk ini diadakan kerjasama dengan pihak Pemerintah Daerah DKI.
53
b. Mengadakan perbaikan gedung kamar jenazah dengan dana dari RSCM atau dari Departemen Kesehatan RI. c. Kamar-kamar tempat penyimpanan mayat dibongkar sama sekali dan pada naungan yang baru diadakan. d. Tempat untuk menunggu jenazah yang sekaligus dapat dijadikan tempat untuk upacara. e. Tempat untuk adminitrasi. f. Tempat penyimpanan jenazah berupa lemari pendingin. g. Tempat memandikan jenazah. h. Perbaikan pagar kamar jenazah yang merupakan sumbangan dari para ibu Angkatan Laut (Jalaselastri). i. Mengadakan mobil untuk mengangkut jenazah. Karena dana yang sangat terbatas maka mula-mula yang digunakan sebagai mobil jenazah adalah mobil bekas dari dr. Tumbelaka ( Staf senior dari Bagian Ilmu Kesehatan Anak). Dengan sarana fisik yang serba sederhana dan adminitrasi yang mulai teratur kamar jenazah berhasil menghimpun dana yang berasal dari sewa kendaraan jenazah, dengan dana inilah perbaikan-perbaikan terus diadakan. Pada tahun 1973, Prof. dr. Rukmono diangkat menjadi Direktur RSCM, sehingga praktis kamar jenazah tidak ada yang mengatur. Dengan persetujuan Dekan Falkutas Kedokteran UI Prof. H. Djamaloeddin pada tahun 1973 menunjuk dr. I Made Nasar asisten di bagian Patologi Anatomi untuk menjadi Kepala Kamar Jenazah. Didalam pengelolaan keuangan kamar jenazah pada periode ini bersifat otonom, maka dari seluruh penghasilan
54
kamar jenazah dapat digunakan kembali untuk keperluan pelayanan dan pembangunan kamar jenazah serta pembelian sarana. Walupun bersifat otonom namun setiap bulan pengelola kamar jenazah diwajibkan membuat laporan keuangan kepada Direktur. Perubahan atau pengembangan penting yang terjadi pada masa ini ialah: Tahun 1976: a. Pembangunan bagian belakang kamar jenazah meliputi tempat pemandian jenazah, tempat peti, dan brankar jenazah. b. Pembuatan lemari pendingin mayat sampai mencapai 4 unit, tiap unit dapat diisi dengan 3 mayat. Tahun 1978: a. Pembelian kendaraan jenazah 2 buah. b. Pemugaran ruang upacara. Organisasi dikamar jenazah juga mulai lebih teratur, sejalan dengan jenis pelayanan yang dapat diberikan yaitu: a. Memandikan mayat. b. Persiapan sampai jenazah siap dikubur. c. Membantu menguruskan surat jalan bila jenazah akan dibawa ke luar DKI sesuai dengan peraturan DKI. d. Pengangkutan jenazah,dll. Sehingga hal ini menyebabkan jumlah karyawan di kamar jenazah meningkat.
55
3. Masa sesudah tahun 1978 Dengan keluarnya Surat Keputusan Menkes No.134 tahun 1978, tiap rumah sakit termasuk RSCM harus menyesuaikan organisasi maupun kegiatan dengan SK (Surat Keputusan). Dalam SK.134 ditentukan kamar jenazah merupakan suatu Instalasi. Dengan ditetapkannya kamar jenazah menjadi suatu Instalsi rumah sakit. Instalasi Kamar Jenazah kemudian mendapat dana untuk perbaikan gedung dan pengadaan lemari pendingin mayat yang baru, tetapi di lain pihak Instalasi Kamar Jenazah harus memasukkan semua penghasilan ke Kas Negara sebagai bagian dari penghasilan RSCM. Sampai akhir tahun 1978, walaupun penghasilan telah disetor kepada Bendahara RSCM, namun Instalasi Kamar Jenazah masih diperbolehkan memakai uang setoran itu untuk keperluan di kamar jenazah sendiri. a. Tahun 1982 kamar jenazah mendapat sebuah mobil jenazah dari RSCM. b. Tahun 1984 membeli mobil jenazah dengan uang penghasilan kamar jenazah. c. Tahun 1986 untuk terakhir kalinya membeli sebuah mobil jenazah lagi. Mulai tahun 1988 Instalsi Kamar Jenazah sudah benar-benar merupakan suatu Instalasi Rumah Sakit, seluruh kegiatan pelayanan maupun pembangunan harus melalui perencanaan yang matang. Saat ini Instalasi Kamar Jenazah telah mempunyai sarana untuk pelayanan berupa; a. 5 buah mobil jenazah. b. Lemari pendingin mayat dengan kapasitas18 mayat.
56
c. Ruang untuk upacara. d. Ruang untuk adminitrasi. e. Musholla. f. Tempat pemandian jenazah. g. Tempat penyimpanan peti. h. Tempat brankar. i. Pelayana yang dapat dilakukan ialah : j. Pembuatan surat kubur atau Surat Kematian. k. Memadikan jenazah. l. Penyimpanan jenazah. m. Pemulasaran jenazah. n. Pengangkutan jenazah. o. Membantu pengurusan surat-surat jalan, pengawetan dan penguburan. Pada saat ini terjadi beberapa peristiwa yang menimbulkan banyak korban, yaitu peristiwa ledakan pabrik mercon, kebakaran pabrik konfeksi dan terakhir kejadian kecelakaan kereta api di Bintaro. Pada kejadian-kejadian tersebut Instalasi Kamar Jenazah telah membuktikan dapat menyelesaikan dengan baik urusan jenazah secara massal. Hingga pada tahun 2007, instalasi kamar jenazah bergabung dengan bidang Forensik dengan nama Departemen Forensik dan Medikolegal. Dengan bergabungnya dua instalasi tersebut dengan mempunyai cakupan ilmu dan tujuan yang sama di dalam memajukan visi dan misi untuk menjadi yang terunggul di asia
57
pasifik. Maka, tepatnya pada tahun 2007 diresmikanlah dengan nama Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo. 4
D. Departemen Forensik dan Medikolegal di RSCM Departemen
Forensik
dahulu
dikenal
sebagai
Ilmu
Kedokteran
Kehakiman, ia, adalah cabang spesialistik dari Ilmu Kedokteran yang mempelajari penggunaan Ilmu Kedokteran untuk membantu penyelesaian masalah hukum yang menyangkut tubuh manusia. Karenanya, obyek pemeriksaan kedokteran forensik dilakukan adalah tubuh manusia, baik yang hidup atau yang mati, bagian dari tubuh atau yang diduga berasal dari tubuh manusia. Sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, pemeriksaan kedokteran forensik dilakukan atas dasar adanya permintaan resmi dari pihak yang berwenang, yaitu POLISI, yang diajukan menyertai tubuh manusia selaku benda bukti. Dalam pemeriksaan terhadap korban mati atau bagian tubuh dilaksanakan oleh Bagian Kedokteran Forensik FKUI dan Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum-UI. Pada awalnya, sebelum tahun 1948, tugas pemeriksa kedokteran forensik dilakukan oleh Bagian Patologi Anatomi dari FKUI. Pada masa pra 1948, tepatnya pada tahun 1935-1947, Profesor dr. Sutomo Tjokronegoro merupakan ahli penyakit umum, Ilmu Urai dalam Sakit dan Ilmu Kedokteran Kehakiman yang banyak berjasa dalam bidang kedokteran forensik dengan memberikan beberapa tulisan mengenai kedokteran forensik, bahkan pidato pada 1 Oktober 1946 dalam rangka Dies Natalis 4
http://rscm.co.id.Sejarah Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
58
pertama Perguruan Tinggi Kedokteran Republik Indonesia (sekarang FKUI). Sejak tahun 1948, Lembaga Kriminologi dibentuk secara structural berada dibawah Falkutas Hukum dan Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan UI dan dipimpin oleh Prof. dr. H. Muller. Unit Kedokteran Forensik juga berafiliasi pada Lembaga Kriminologi ini dalam hal pelayanan pemeriksaan jenazah secara kedokteran forensik, sedangkan untuk fungsi pendidikan bagi para doktorandus medikus, tetap bernaungan di bawah FKUI. Semenjak Prof. dr. Muller dipensiunkan dan meninggalkan Indonesia, Ilmu Kedokteran Forensik tidak ada aktivitas didalam pemeriksaan mayat. Hanya Asisten Mahasiswa yang banyak membantu pada saat itu, ialah dr. Tjan Han Tjong (sekarang staf ahli pada Bidang pelayanan Kriminalistik Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum UI). Setelah Prof. dr. Muller dipensiunkan, dr. Soernardi Dhanutirto diangkat menjadi Kementrian Kesehatan untuk menduduki jabatan pimpinan Bagian Ilmu Kedokteran Kehakiman. Beliau memimpin Bagian Ilmu Kedokteran Kehakiman hingga masa pensiunanya, dan digantikan oleh dr.Arif Budiyanto memimpin Bagian Kedokteran Forensik (Ilmu Kedokteran Kehakiman) sampai tahun 1985. 5 Adapun wewenang hukum di dalam kedokteran adalah setiap keputusan dan tindakan dipegang secara penuh oleh dokter baik itu dokter umum maupun dokter forensik yang didalam memegang kuasa secara penuh untuk membedah ataupun
5
Rukmono, Hanifa Wiknjosastro, dkk. Sejarah & Perjuangan RSCM-FKUI, h.171-172.
59
menyelidiki mayat yang meninggal secara alami dan non alami. Sebagaimana yang telah di sahkan di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Bab XIV Penyidikan Pasal 133 ayat 1: “Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.” Departemen Medikolegal ialah departemen yang mengelola bidangnya didalam setiap prosedur tata cara atau penatalaksanaan dari berbagai aspek yang berkaitan pelayanan kedokteran yang mengacu kepada kepentingan hukum yang berlaku di Indonesia dan mengacu kepada sumpah dokter dan etika kedokteran. Diantaranya yaitu 6 ; a. Pengadaan Visum et Repertum untuk kepentingan penyidikan (Pasal 133 ayat 1 KUHP bab XIV penyidikan), baik pemeriksaan mayat untuk peradilan (Pasal 222 KUHP bab XIV penyidikan). b. Pemeriksaan kedokteran terhadap tersangka (Pasal 53 UU Kesehatan) yaitu: ayat (3) Tenaga Kesehatan, untuk kepentingan pembuktian, dapat melakukan tindakan medis terhadap seseorang dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan yang bersangkutan. c. Seorang yang ahli di dalam bidangnya diminta untuk memberikan keterangan ahli demi keadilan (Pasal 179 ayat 1 dan Pasal 1 Butir 28 KUHP bab XIV
6
http://forensik.ilmukedokteran.net/hukum-kesehatan/158-pengantar-mediko-legal
60
penyidikan), apabila sewaktu-waktu di minta oleh penyelidik untuk bersaksi. Dan apabila saksi ahli atau juru bahasa tidak memenuhi kewajibannya, maka diancam: dalam perkara pidana, dengan penjara paling lama sembilan bulan (Pasal 224 KUHP bab XIV penyidikan). d. Kerahasiaan kedokteran dicantumkan di dalam; Pasal 1 PP No 10 Tahun 1966; ”Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala sesuatu yang diketahui oleh orang-orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan pekerjaanya dalam lapangan kedokteran”. Pasal 2 PP No 10 Tahun 1966; ”Pengetahuan tersebut pasal 1 harus dirahasiakan oleh orang-orang yang tersebut dalam pasal 3, kecuali apabila suatu peraturan lain yang sederajat atau lebih tinggi dari pada PP ini menentukan lain”. Pasal 3 PP No 10 Tahun 1966; Yang diwajibkan menyimpan rahasia yang dimaksud pasal 1 ialah; a) Tenaga Kesehatan menurut pasal 2 Undang-Undang tentang tenaga kesehatan (Pasal 2 UU tentang Tenaga Kesehatan dibagi 2 diantaranya Tenaga Kesehatan Sarjana; Dokter, Dokter gigi, Apoteker, Sarjanasarjana lain dalam bidang kesehatan. dan Tenaga Kesehatan Sarjana Muda, Menengah, dan Rendah: di bidang Farmasi: Asisten apoteker, di bidang Kebidanan: Bidan dan sebagiannya, di bidang Perawatan: Perawat dan Fisioterapis, di bidang Kesehatan Masyarakat: Pemilik Kesehatan, Nutrisionis.
61
b) Mahasiswa Kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan pemeriksaan, pengobatan dan atau perawatan, dan orang lain yang ditetapkan oleh menteri kesehatan. dan Sumpah Dokter, dengan peryataannya yaitu: “Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena perkerjaan saya dan karena keilmuan saya sebagai dokter”. e. Tentang penerbitan Surat Keterangan Kematian, dan Surat Keterangan Medik. f. Tentang fitness/kompentesi pasien untuk menghadapi pemeriksaan penyidik.
BAB IV TINJAUAN PENGURUSAN JENAZAH MUTILASI DI RSCM DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
A. Pengurusan Jenazah Mutilasi di RSCM Menurut Hukum Islam Telah diterangkan sebelumya bahwa jenazah mutilasi adalah jenazah yang terpotong-terpotong. Hal ini tentunya pengurusanya tidak sama dengan pengurusan jenazah biasa, karena ada beberapa hal yang menjadi aspek dharurat dalam pengurusannya. Penulis berusaha memaparkan beberapa hal mengenai pengurusan jenazah yang dilakukan oleh RSCM sebagai berikut: Untuk jenazah mutilasi ataupun korban yang mayatnya hancur karena terlindas atau tertabrak kereta, mobil dan atau bom bunuh diri yang dibawa ke rumah sakit harus menjalani pemeriksaan yang disebut identifikasi potongan tubuh manusia, yaitu untuk bertujuan menentukan apakah potongan berasal dari manusia atau binatang dan bila berasal dari manusia, ditentukan apakah potongan-potongan tersebut berasal dari satu tubuh. Sedangkan di dalam memastikan bahwa potongan tubuh berasal dari manusia dapat digunakan beberapa pemeriksaan seperti pengamatan jaringan secara makroskopik, mikroskopik, dan pemeriksaan serologik 1 berupa reaksi antigen-antibodi (reaksi presipitin). Dan untuk penentuan jenis kelamin dilakukan dengan pemeriksaan makroskopik dan diperkuat dengan pemeriksaan 1
Pemeriksaan Serologik ialah bertujuan menentukan golongan darah jenazah. Untuk penentuan golongan darah jenazah yang telah hancur-hancuran dan membusuk dapat dilakukan dengan memeriksa rambut, kuku, dan tulang.
62
63
mikroskopik yang bertujuan menentukan kromatin seks wanita seperti drum stick pada lekosit dan barr body pada sel epitel. Di dalam penentuan ini tidak hanya jenis kelamin saja yang meliputi pemeriksaan melainkan juga ras, umur, tinggi badan, dan keterangan lain seperti cacat tubuh, penyakit yang pernah diderita, status social ekonomi, kebiasaan-kebiasaan tertentu dan sebagainya serta cara pemotongan tubuh yang mengalami mutilasi. 2 Di dalam penatalaksanaan jenazah di Rumah Sakit dr.Cipto Mangunkusumo, khususnya mayat yang dimutilasi atau mayat yang hancur akan dilaksanakan proses pengebumikannya apabila setelah menjalani pemeriksaan identifikasi potongan tubuh manusia, baik yang sempurna maupun yang hancur dan juga kondisi jenazah tubuh yang telah sempurna ditemukan dengan selayaknya manusia normal ataupun lebih dikenal di dalam ilmu kedokteran yaitu struktur anatomi tubuhnya sempurna dan apabila dari penyelusuran penyelidik hanya menemukan beberapa potongan saja tetapi tidak menemukan tubuh mayat dengan sempurna, bila pihak rumah sakit mendapat perintah dari POLISI untuk dilaksanakan penatalaksanan jenazah maka petugas intalasi kamar jenazah akan melaksanakan tugasnya untuk pengurusan jenazah mutilasi.
2
Arif Budiyanto,Wibisana Widiatmaka, dkk, Ilmu Kedokteran Forensik, (Penerbit:Bagian Kedokteran Falkutas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997), Cet ke-II, h.199.
64
Dokter akan melakukan kontruksi 3 mayat untuk jenazah yang ditemukan dengan sempurna. Dengan cara; tubuh jenazah yang terpisahkan karena pembunuhan mutilasi disambung-sambung atau dengan kata lain dijahit, dan setelah dilakukan kontruksi status mayatnya sudah dapat diketahui identitasnya dari Informasi orang hilang, ataupun liga dokumen (seperti; KTP, STNK, dan surat-surat identitas lainnya) ini pun sebagai jenazah yang dikenal, dan apabila tidak diketahui identitasnya maka disebut sebagai jenazah yang tidak dikenal. Setelah ditentukan status jenazah tersebut barulah dilaksanakanlah proses penatalaksanaan jenazah sesuai dengan prosedur rumah sakit. Bila jenazah tersebut beragama Islam maka, dilaksanakan sesuai dengan Syari’at Islam dan apabila jenazah tersebut beragama lain maka dilaksanakan dengan cara umum 4 . Setelah menjalani prosedur yang wajib dilaksanakan untuk jenazah termutilasi atau yang hancur, petugas penatalaksanaan jenazah Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo melaksanakan kewajibannya untuk pengurusan jenazah mutilasi dari memandikan, mengkafankan, menshalatkan, dan penguburan (berkerjasaman dengan Dinas Pertanaman dan Pemakaman PEMDA DKI). Diantaranya, yaitu 5 ; 1. Memandikan Jenazah Mutilasi a. Niat untuk memandikan jenazah
3
Kontruksi ialah dijahit atau disambung-sambung anggota tubuh yang terpisah tatanan anatomi tubuh. 4 Wawancara, Pribadi dengan dr.Tjetjep Dwidja Siswaja, Sp.F., Staf Departemen Forensik dan Medikolegal FKUI/ RSCM di bidang Hukum, Tanggal 09 July 2009. 5
Wawancara, Pribadi dengan Bapak Asbullah, Staf Tim Penatalaksanaan Jenazah RSCM, Tanggal 18 Maret 2010.
65
Jenazah mutilasi ataupun mayat-mayat yang hancur, maka pengurus jenazah RSCM meniatkan jenazah-jenazah tersebut seperti jenazah yang normal dengan kata lain pengurus meniatkan mayat dalam keadaan utuh walaupun prakteknya mayat tersebut dalam keadaan terpotong-potong (mutilasi) atau hancur (ketabrak kereta atau mobil). Apabila yang ditemukan hanya sepotong atau sebahagian tubuh saja, maka niatnya sama seperti meniatkan mayat yang normal begitu juga dengan mayat yang ditemukan hanya sebahagian ataupun sepotong dari tubuh mayat yang dimutilasi, yaitu: niatnya bukan untuk mayat yang sepotong-sepotong melainkan niat memandikan jenazah yang keadaannya masih sempurna. b. Mewudhukan Dalam mewudhukan jenazah yang mutilasi sebagaimana wudhunya orang yang masih hidup yaitu; Apabila tubuh mayat ditemukan dengan sempurna dan dilaksanakan penyambungan (kontruksi) bagian-bagian tubuh yang terpisah karena dimutilasi, yaitu dengan air pada basuhan pertama setelah menghilangkan najis dan kotoran. Sedangkan untuk jenazah yang hanya sepotong tangan mayat yang dimutilasi ataupun mayat yang tubuh jenazahnya hancur karena korban kecelakaan kereta atau mobil, dll. Maka, pengurus RSCM hanya men-Tayamum-kan mayat tersebut karena tidak memungkinkan untuk disucikan dengan air bahwa, air tersebut dapat menghancurkan tubuh mayat. c. Memakai sarung tangan
66
Untuk bagi orang yang memandikan ketika membasuh bagian-bagian yang termasuk aurat mayat dan juga menghindari tertularnya kuman-kuman penyakit yang telah menghinggap di tubuh mayat, karena tubuh mayat yang terpotong-potong (mutilasi) ditemukan dalam kondisi yang hampir busuk atau berhari-hari baru ditemukan. d. Menggunakan air yang dicampur daun bidara atau air sabun;
ﺟﻞٌ وَاﻗِﻒٌ ِﺑ َﻌ َﺮ َﻓ َﺔ ِإذْ َو َﻗ َﻊ ُ َل َﺑﻴْ َﻨﻤَﺎ ر َ ﻋﻨْ ُﻬﻢْ ﻗَﺎ َ ﻲ اﻟﱠﻠ ُﻪ َﺿ ِ س َر ٍ ﻋﺒﱠﺎ َ ﻦ ِ ْﻋﻦْ اﺑ َ ﺳﱠﻠ َﻢ َ ﻋَﻠﻴْ ِﻪ َو َ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﱠﻠ ُﻪ َ ﻲ ل اﻟ ﱠﻨ ِﺒ ﱡ َ ﺼﺘْ ُﻪ ﻗَﺎ َ ل َﻓَﺄوْ َﻗ َ ﺼﺘْ ُﻪ َأوْ ﻗَﺎ َ ﺣَﻠ ِﺘ ِﻪ َﻓ َﻮ َﻗ ِ ﻋﻦْ رَا َ 6 ( )رواﻩ اﻟﺒﺨﺎري....ﺳﺪْ ٍر ِ ﺴﻠُﻮ ُﻩ ِﺑﻤَﺎ ٍء َو ِ ْاﻏ Artinya:“Diriwayatkan dari Ibn Abbas ra., ia berkata: ‘diantara kita terdapat seorang laki-laki yang berwukuf di Arafah bersama Rasulullah SAW., tibatiba dia terjatuh dari hewan tunggangannya sehingga lehernya patah, kemudian Nabi SAW. Bersabda: “Mandikan dia dengan air dan daun bidara,…”(HR.Al- Bukhari) e. Selalu menganjilkan setiap basuhan pada mayat mutilasi;
ﻦ ﻓِﻲ َ ْﺳﺪْ ٍر وَاﺟْ َﻌﻠ ِ ﻚ ِﺑﻤَﺎ ٍء َو َ ﺧﻤْﺴًﺎ َأوْ َأآْ َﺜ َﺮ ِﻣﻦْ َذِﻟ َ ْﺴﻠْ َﻨﻬَﺎ َﺛﻼَﺛًﺎ َأو ِ ْاﻏ ﺣﻘْ َﻮ ُﻩ ِ ﻦ ﻓَﺂذِﻧﱠﻨِﻲ َﻓَﻠﻤﱠﺎ َﻓ َﺮﻏْﻨَﺎ ﺁذْﻧﺎﱠ ُﻩ َﻓَﺄﻟْﻘَﻰ ِإَﻟﻴْﻨَﺎ ﺧ َﺮ ِة آَﺎﻓُﻮرًا َﻓِﺈذَا َﻓ َﺮﻏْ ُﺘ ﱠ ِ اﻵ .ل َأﺷْ ِﻌﺮْ َﻧﻬَﺎ ِإﻳﱠﺎ ُﻩ َ َﻓﻘَﺎ 7 ()رواﻩ اﻟﺒﺨﺎري Artinya:“Mandikanlah tiga kali atau lima kali atau lebih dari itu jika kalian memandang perlu, dengan air dan daun bidara, dan jadikanlah di akhirnya kapur barus atau sedikit dari kapur barus, setelah selesai beritahukanlah kepadaku.”Setelah kami selesai memandikannya kami beritahukan kepada beliau, maka beliau memberitahukan kepada beliau, maka beliau memberikan 6
Abdullah Muhammad Ibn Isma’il Ibn Ibrahim, Shahih al-Bukhari, (Beirut: Dar al-Fikr),
7
Abdullah Muhammad Ibn Isma’il Ibn Ibrahim,Shahih al-Bukhari, h. 91
h. 94.
67
kain sarungnya kepada kain seraya berkata,“Jadikanlah ini sebagai pakaian yang menyentuh kulitnya.” (HR. Al-Bukhari)
f. Mendahulukan yang kanan Yaitu dengan membasuhkan bagian yang kanan kemudian yang kiri, di mulai dari kepala bagian belakang, dan pundak sampai telapak hal ini untuk jenazah mutilasi yang ditemukan secara lengkap dan untuk jenazah mutilasi yang tidak lengkap ditemukan maka, tetap dilaksanakan sesuai dengan syariat Islam yang telah di tentukan. Dari Ummu Athiyyah r.a., dia berkata: “Rasulullah SAW bersabda kepada para wanita yang memandikan putri beliau: 8
(ﺿ ِﻊ اﻟ ُﻮﺿُﻮ ِء ِﻣﻨْﻬَﺎ )رواﻩ اﻟﺒﺨﺎري ِ ن ِﺑ َﻤﻴَﺎ ِﻣﻴْ ِﻨ َﻬﺎ َو َﻣﻮَا َ ِاﺑْ َﺪَأ
Artinya:“Mulailah dengan bagian tubuh yang kanan dan anggota-anggota wudhu’nya.” (HR. Al-Bukhari) Apabila tidak memungkinkan untuk di basuh dengan air maka, melainkan di Tayamumkan sebagaimana yang sudah dijelaskan di dalam mewudhukan jenazah mutilasi. g. Mengalirkan air yang banyak pada bagian qubul dan dubur untuk membersihkan kotoran/najis.
8
Abdullah Muhammad Ibn Isma’il Ibn Ibrahim, Shahih al-Bukhari, h. 9.
68
Bagi jenazah mutilasi yang bagian qubul dan dubur ditemukan dengan sempurna dengan mengalirkan air yang banyak dan apabila ditemukan dalam keadaan tidak sempurna maka, ditayamumkan.
h. Menekan-nekan perut mayat ketika memandikannya secara lembut untuk mengeluarkan kotoran dalam perutnya. Bila yang menekan perut mayat mutilasi dan keluar kotoran-kotoran dari dalam perut dan bersamaan dengan keluarnya darah dari kontruksi tubuh yang dijahit maka, langsung dibersihkan dan juga dipercepat untuk diwudhukan mayat tersebut. 2. Mengkafankan Jenazah Mutilasi a. Setelah mayat mutilasi dibersihkan dan juga dipercepat untuk diwudhukan maka, pengurus jenazah RSCM langsung membungkus mayat mutilasi dengan plastik bertujuan untuk menjaga tetesan darah ke kain kafan dan setelah dibungkus dengan plastik lalu di berikan kapas hingga menutupi keseluruhan tubuh mayat barulah ditutupi dengan kain kafan. Yang terpenting dalam mengkafankan
mayat
ialah
menutupi
seluruh
badan
mayat
untuk
penghormatan padanya. Karena menutupi auratnya dan menghormatinya adalah wajib selagi ia masih hidup, begitu pula ketika ia telah meninggal. Hal ini untuk jenazah yang meninggal dalam keadaan sempurna ataupun jenazah yang meninggal dalam keadaan yang tidak wajar.
69
ﻻ ﺷﻴْﺌًﺎ ُﻧ َﻜ ِﻔّ ُﻨ ُﻪ ﻓﻴْ ِﻪ ِإ ﱠ َ ْﺠﺪ ِ ﺣ ٍﺪ َﻓَﻠﻢْ َﻧ ُ ﻞ َﻳﻮْ َم ُأ َ ﻋ َﻤﻴْ ٍﺮ ُﻗ ِﺘ ُ ﻦ ُ ْﺐ ﺑ ُ ُﻣﺼْ َﻌ...." : ل َ ﻗَﺎ ج َ ﺧ َﺮ َ ﻄﻴْﻨَﺎ ِرﺟَْﻠﻴْ ِﻪ َﻏ َ ﺧ َﺮﺟْﺖْ رِﺟْﻼَﻩ ُ ِﻓِﺈذَا َ ﺳ ُﻪ َ َْﻧﻤْ َﺮ ٍة ُآﻨﱠﺎ ِإذَا ﻏَﻄَﻴْﻨَﺎ ِﺑﻬَﺎ َرأ ﺳ ُﻪ ِﺑﻬَﺎ َ ْﻲ َرأ َﻄ ِّ ﺳﱠﻠ َﻢ َأنْ ُﻧ َﻐ َ ﻋَﻠﻴْ ِﻪ َو َ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ا َ ﷲ ِ لا ُ ْﺳﻮ ُ ﺳ ُﻪ ﻓَﺄَﻣَﺮَﻧَﺎ َر َ َْرأ 9 (" )رواﻩ اﻟﺒﺨﺎري....ﺧ ٍﺮ َ ْﻋﻠَﻰ ِرﺟَْﻠﻴْ ِﻪ ِﻣﻦْ ِإذ َ ﻞ َ َو َﻧﺠْ َﻌ Artinya:”Ia (Khabab bin al-Art) berkata, ”... Mush’ab bin Umair terbunuh pada perang uhud. Dia tidak memiliki pakaian kecuali kain wol yang menyelimuti badan. Jika kami menutupi kepalanya, kakinya kelihatan, bila kami menutupi kakinya kepalanya terbuka. Maka Rasulullah SAW memerintahkan agar kami menutupi kepalanya dengan kain itu dan menutupi kakinya dengan idzkhar (sejenis tumbuhan yang wangi) ...”(HR.Al-Bukhari) b. Membaguskan kain kafan. Hal ini berdasarkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
ﻲ َ ﺳﱠﻠ َﻢ ِإ َذا َوِﻟ َ ﻋَﻠﻴْ ِﻪ َو َ ﷲ ُ ﺻﱠﻠﻰ ا َ ﷲ ِ لا ُ ْﺳﻮ ُ ل َر َ َﻗﺎ: ل َ ﻋﻦْ َأ ِﺑﻲْ َﻗ َﺘﺎ َد َة َﻗﺎ َ 10 ( )رواﻩ اﻟﺘﺮﻣﺬي.ﺴﻦْ َآ َﻔ َﻨ ُﻪ ِ ْﺧﺎ ُﻩ َﻓﻠْ ُﻴﺤ َ ﺣ ُﺪ ُآﻢْ َأ َ َأ Artinya: “Diriwayatkan dari Abi Qatadah, ia berkata: ‘Jika seoarang diantara kalian mengurus mayyit saudaranya, hendaklah ia memperbagus kain kafannya.” (HR. at-Tirmidzi) c. Berwarna putih. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW:
.ْﺧﻴْ ِﺮ ِﺛﻴَﺎ ِﺑ ُﻜﻢْ َو َآ ﱢﻔﻨُﻮا ِﻓﻴْﻬَﺎ َﻣﻮْﺗَﺎ ُآﻢ َ ْض َﻓِﺈ ﱠﻧﻬَﺎ ِﻣﻦ َ اﻟْ َﺒﺴُﻮا ِﻣﻦْ ِﺛ َﻴﺎ ِﺑ ُﻜﻢْ اﻟْ َﺒﻴَﺎ 11 ()رواﻩ أﺑﻮ داود Artinya:“Pakailah yang putih dari pakaian kalian, karena dia adalah yang terbaik dari pakaian kalian, dan pakailah dia sebagai kafan.”(HR.Abu Dawud) 9
h.647.
Abdullah Muhammad Ibn Isma’il Ibn Ibrahim, Shahih al-Bukhari, nomor hadits. 1276,
10
Muhammad bin ‘Isa, Abu ‘Isa at-Tirmidzi as-Sullami, Sunan at-Tirmidzi, (Beirut: Dar Ihya at-Turats al-Arabi, tt), juz 3, h. 320. 11
Abu Dawud Sulaiman Ibn al-Asy’ats al-Sajastani, Sunan Abu Dawud, (Kairo: Dar alHadits, 1988), h.362.
70
d. Dan di dalam pembungkusan kain kafan jenazah mutilasi tidak ada perbedaan dengan jenazah yang normal dalam berapa helai kain kafan. Sama dengan jenazah yang normal yaitu; Laki-laki tiga helai dan perempuan lima helai kain kafan. Dan bagaimana yang ditemukan hanya sepengal kepala saja, bila diketahui kepala tersebut kepala Laki-laki maka tiga helailah kain kafan mayat tersebut. 3. Menshalatkan Jenazah Mutilasi Di dalam Menshalatkan mayat mutilasi di RSCM dilaksanakan sesuai dengan Syari’at Islam bagi jenazah yang beragama muslim. Sebagaimana yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW;
ﺤ ِﺔ َ ُﺛﻢﱠ َﻳﻘْ َﺮَأ ِﺑﻔَﺎ ِﺗ,ﻹﻣَﺎ ُم ِ ﺠﻨَﺎ َز ِة َأنْ ُﻳ َﻜ ﱢﺒ َﺮ ا َ ﻋﻠَﻰ اﻟ َ ﻼ ِة َﺼ ﺴ ﱠﻨ َﺔ ﻓِﻲ اﻟ ﱠ ن اﻟ ﱡ َأ ﱠ ﺻﻠﱠﻰ َ ﻲ ﻋﻠَﻰ اﻟ ﱠﻨ ِﺒ ﱢ َ ﻲ َ ﺼﱢﻠ َ ُﺛﻢﱠ ُﻳ,ﺴ ِﻪ ِ ْﻷوْﻟَﻰ ﺳِﺮًّا ﻓِﻲ َﻧﻔ َ ب َﺑﻌْ َﺪ اﻟ ﱠﺘﻜْ ِﺒﻴْ َﺮ ِة ا ِ اﻟ ِﻜﺘَﺎ ﻻ َﻳﻘْ َﺮُأ ﻓِﻲ َ ,ت ِ ﺠﻨَﺎ َز ِة ﻓِﻲ اﻟ ﱠﺘﻜْ ِﺒﻴْﺮَا َ ْﺺ اﻟ ﱡﺪﻋَﺎ َء ِﻟﻠ ُ ﺳﱠﻠ َﻢ َو ُﻳﺨِْﻠ َ ﻋَﻠﻴْ ِﻪ َو َ ﷲ ُ ا 12 (ﺴ ِﻪ )رواﻩ اﻟﺒﻴﻬﻘﻲ ِ ْﺳﺮًا ﻓِﻲ َﻧﻔ ِ ﺴﻠﱢ ُﻢ َ ﺷﻲْ ٍء ِﻣﻨْ ُﻬﻦﱠ ُﺛﻢﱠ ُﻳ َ Artinya:“Sesungguhnya yang sunah dalam shalat jenazah adalah hendaknya imam bertakbir kemudian membaca al-Fatihah setelah takbir yang pertama dengan pelan kemudian bershalawat kepada Nabi SAW dan mengikhlaskan doa kepada jenazah pada tiga takbir yang berikutnya tidak membaca (surat) sedikitpun (pada tiga takbir itu) kemudian mengucapkan salam dengan pelan.” (HR. Al-Baihaqi)
a. Dengan diawali niat
12
Abu Bakar Ahmad bin al-Husein bin Ali al-Baihaqi, Sunan al-Kubra, Jilid 4, (Beirut: Dar el-Fikr), h. 39.
71
b.Posisi imam berdiri untuk mayat laki-laki, yaitu; di belakang kepala mayat laki-laki dan sedangkan mayat wanita, yaitu; di tengah (badan) mayat wanita. c. Berdiri bagi orang yang mampu. d.Empat kali takbir;
ت َ ﻲ ﻓِﻲ اﻟ ﱠﻴﻮْ ِم اﱠﻟﺬِي ﻣَﺎ ﺷﱠ ِ ﺳﱠﻠ َﻢ َﻧﻌَﻰ اﻟ ﱠﻨﺠَﺎ َ ﻋَﻠﻴْ ِﻪ َو َ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ا َ ﷲ ِ لا َ ن َرﺳُﻮ َأ ﱠ 13 ( ﺮ َأرْ َﺑﻌًﺎ )رواﻩ اﻟﺒﺨﺎري َ ﻒ ِﺑ ِﻬﻢْ َو َآ ﱠﺒ ﺼ ﱠ َ ﺼﻠﱠﻰ َﻓ َ ج ِإﻟَﻰ اْﻟ ُﻤ َ ﺧ َﺮ َ ِﻓﻴْ ِﻪ Artinya:“Bahwasanya Rasulullah SAW menyampaikan berita kematian Najasy di hari saat dia meninggal beliau keluar ke tanah lapangan menata sahabat shaf mereka dan bertakbir empat kali.” (HR.Al-Bukhari) e. Membaca shalawat atas Rasulullah SAW;
ﻋﻠَﻰ ِإﺑْ َﺮا ِهﻴْ َﻢ َ ﺖ َ ْﺻﱠﻠﻴ َ َآﻤَﺎ،ٍل ُﻣﺤَﻤﱠﺪ ِ ﻋﻠَﻰ ﺁ َ ﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو َ ﻋﻠَﻰ ُﻣ َ ﻞ ﺻﱢ َ اَﻟﻠﱠ ُﻬﻢﱠ ﺖ َ ْﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َآﻤَﺎ ﺑَﺎ َرآ َ ل ُﻣ ِ ﻋﻠَﻰ ﺁ َ ﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو َ ﻋﻠَﻰ ُﻣ َ ْ َوﺑَﺎ ِرك.ل ِإﺑْﺮَا ِهﻴْ َﻢ ِ ﻋﻠَﻰ ﺁ َ َو 14 ﺠﻴْ ٌﺪ ِ ﺣ ِﻤﻴْ ٌﺪ َﻣ َ ﻚ َ ﻦ ِإ ﱠﻧ َ ْل ِإﺑْﺮَا ِهﻴْ َﻢ ﻓِﻰ اﻟﻌَﺎَﻟ ِﻤﻴ ِ ﻋﻠَﻰ ﺁ َ ﻋﻠَﻰ ِإﺑْﺮَا ِهﻴْ َﻢ َو َ Artinya:“Ya Allah ya Tuhan kami, limpahkan shalawat atas Nabi Muhammad dan keluarganya, sebagaimana engkau telah memberikan shalawat atas Ibrahim dan keluarganya. Dan berikan keberkahan atas Muhammad SAW dan keluarganya, sebagaimana engkau telah memberikan keberkahan kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya, pada semesta alam. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha agung.” f. Membaca doa;
13 14
Abdullah Muhammad Ibn Isma’il Ibn Ibrahim, Shahih al-Bukhari, h.90.
Abdul Lathif Asyur, Adzab al-Qabri wa Na’imuhu wa izhat al-Maut, diterjemahkan oleh Syatiri Matrais dengan judul “Pesan Nabi tentang Mati”, h. 91-98.
72
ﺤ ﱢﻴﻨَﺎ وَﻣَ ﱢﻴﺘِﻨَﺎ َوﺷَﺎ ِه ِﺪﻧَﺎ َوﻏَﺎ ِﺋ ِﺒﻨَﺎ وَﺻَﻐِﻴْﺮِﻧَﺎ َو َآ ِﺒﻴْ ِﺮﻧَﺎ وَذَآَﺮَﻧَﺎ َ اَﻟﻠﱠ ُﻬﻢﱠ اﻏْ ِﻔﺮْ ِﻟ ﻼ ِم َو َﻣﻦْ َﺗ َﻮ ﱠﻓﻴْ َﺘ ُﻪ ِﻣﻨﱠﺎ َﻓ َﺘ َﻮ ﱠﻓ ُﻪ َ ْﻹﺳ ِ ْﻋﻠَﻰ ا َ اَﻟﻠﱠ ُﻬﻢﱠ َﻣﻦْ َأﺣْ َﻴﻴْ َﺘ ُﻪ ِﻣﻨﱠﺎ َﻓَﺄﺣْ ِﻴ ِﻪ،َوُأ ْﻧﺜَﺎﻧَﺎ 15 (ن )رواﻩ أﺣﻤﺪ و اﻟﺘﺮﻣﺬي ِ ﻹﻳْﻤَﺎ ِ ْﻋﻠَﻰ ا َ Artinya:“Ya Allah, ampunilah orang yang hidup dan mati di antara kami, orang yang hadir bersama kami, dan orang yang tidak datang bersama kami, ampuni anak-anak kecil dan orang-orang dewasa diantara kami dan ampuni lelaki dan wanita-wanita kami. Ya Tuhanku, siapa saja yang Engkau hidupkan di antara kami, maka hidupkanlah dia dalam keadaan Islam, dan siapa saja yang Engkau matikan di antara kami, maka matikanlah dia dalam keadaan beriman.” (HR.Ahmad dan at-Tirmidzi). 4. Menguburkan Jenazah Mutilasi Dalam menguburkan mayat mutilasi di bagi dua kategori bagian di dalam penguburan jenazah mutilasi yaitu yang pertama; untuk jenazah yang dikenal akan di proses oleh keluarga korban bila ia beragama Islam akan dilaksanakan sesuai dengan syari’at Islam dan bila beragama non muslim maka, keluarga korban akan melaksanakan sesuai dengan keyakinannya. Dan yang kedua; untuk jenazah yang tidak dikenal RSCM berkerjasama dengan Dinas Pertanaman dan Pemakaman PEMDA DKI. Sedangkan dalam prosedur pengurusan jenazah yang wajar (karena; penyakit) ataupun jenazah yang tidak wajar (karena; mutilasi korban pembunuhan atau kecelakaan) di Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo ada 3 penatalaksanaan (tata cara), diantaranya yaitu; yang dilaksanakan sesuai dengan syari’at Islam bagi yang beragama Islam, dilaksanakan secara pemandian jenazah umum bagi yang
15
Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal ibn Asad ibn Idris ibn Abdullah ibn Hasan alSyaibaniy, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, h.456.
73
beragama (Kristen, Katolik, Prostetan, Hindu, Budha), dan pelaksanaan bagi jenazah yang tidak dikenal. Diantaranya yaitu; Pertama, dilaksanakan dengan cara pemandikan jenazah di RSCM dilaksanakan sesuai dengan syari’at Islam bagi yang beragama muslim, dengan ketentuan umum 16 ; a) Setiap jenazah harus diperlukan secara manusiawi dan bermatabat b) Setiap jenazah yang beragama Islam harus dimandikan dan dikafankan dengan mengikuti syari’at Islam sebelum dikuburkan c) Pemandian jenazah dan mengkafankan jenazah dilaksanakan oleh petugas UPKJ Departemen Forensik dan Medikolegal RSCM yang memiliki jenis kelamin yang sama. Di dalam mempersiapkan pemandian jenazah yang sesuai dengan Syari’at Islam diawali dengan mensiapkan perlengkapan dan peralatan yang diperlukan untuk memandikan jenazah, diantaranya yaitu; 1. Kamar Mandi. 2. Tempat/dipan mandi. 3. Sabun mandi. 4. Air daun bidara. 5. Air bersih. 6. Sugi – 7 batang.
16
Artikel, Prosedur Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Pemandian Jenazah Beragama Islam, Revisi 2007.
74
7. Sarung tangan – 3 atau – pasang. 8. Sedikit kapas. 9. Air kapur barus. 10. Gayung. 11. Kain lap/handuk. Dan
tidak
lupa
dengan
Mempersiapkan
perlengkapan
untuk
mengkafankan jenazah yaitu; 1. Kain putih (bidang 45”) – 20 meter bagi dewasa. 2. Gunting. 3. Kapas. 4. Cendana. 5. Kapur barus. 6. Air tawar. 7. Minyak wangi (Minyak Attar). 8. Tikar jerami. 9. Bantal (dari daun pandan). Setelah perlengkapan dan peralatan telah dipersiapkan lalu di dalam penatalaksanaan pemandian jenazah di RSCM, yaitu; 1. Letakkan jenazah di tempat mandi yang disediakan. 2. Tutup seluruh anggota tubuh jenazah, kecuali muka. 3. Petugas memakai sarung tangan. 4. Sediakan air sabun dan air kapur barus.
75
5. Istinjakkan jenazah terlebuh dahulu. 6. Angkat sedikit bagian kepalanya. 7. Mengeluarkan kotoran dalam perutnya dengan menekan atau memijit-mijit perutnya secara perlahan-lahan, serta kotoran dalam mulutnya dengan menggunakan kain dan dialas agar tidak tersentuh auratnya. 8. Siram dan basuh dengan air sabun saja dahulu. 9. Gosokkan giginya, lubang hidung, lubang telinga, celah ketiaknya, celah jari tangan, dan kakinya serta rambutnya. 10. Siram atau basuh seluruh anggota tubuh jenazah dengan air yang bersih sambil mengucapkan niat. 11. Telentangkan jenazah siram atau basuh dari kepala hingga ujung kaki 3 kali dengan air bersih. 12. Siram sebelah kanan 3 kali lalu sebelah kiri 3 kali. 13. Miringkan jenazah ke kiri basuh bagian perut kanan sampai belakang. 14. Miringkan jenazah ke kanan basuh bagian perut sebelah kirinya. 15. Telentangkan jenazah kembali ulangi menyiram seperti pada nomor 11 sampai nomor 14. 16. Siram dengan air kapur barus. 17. Wudhukan jenazah. 18. Lap seluruh badan jenazah hingga kering. 19. Kafankan jenazah.
76
20. Dalam hal jenazah akan dibawa keluar kota maka jenazah dibungkus dengan plastik. Setelah dilaksanakan proses pemandian dan pengkafankan jenazah, lalu kewajiaban yang masih hidup untuk melaksanakan menshalatkan jenazah tersebut. Apabila jenazah tersebut dishalatkan di rumah sakit maka dishalatkan oleh staf kamar jenazah sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dan apabila jenazah tersebut ingin dishalatkan di rumah korban jenazah maka sebelum diantarkan dengan ambulan pihak keluarga atau ahli waris menyelesaikan adminitrasi kemudian barulah diberikan Surat Keterangan Kematian jenazah tersebut dan diantarkan dengan mobil ambulan Kedua, pelaksanaan cara pemandikan jenazah di RSCM dilaksanakan untuk pemandian jenazah umum bagi yang beragama (Kristen, Katolik, Prostetan, Hindu, Budha), dan dengan ketentuan umum 17 ; a. Setiap jenazah harus diperlakukan secara manusiawi dan bermatabat b. Jenazah yang berasal dari: a) Dalam RSCM (IGD/IRNA), yang akan dibawa pulang oleh keluarganya tidak perlu dimandikan di UPKJ (Unit Pelayanan Kamar Jenazah) Departemen Forensik dan Medikolegal RSCM, kecuali diminta oleh pihak keluarga
17
Ibid, Artikel, Prosedur Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Pemandian Jenazah Umum, Revisi 2007.
77
b) Luar RSCM setelah dilakukan pemeriksaan luar dengan/tanpa pemeriksaan dalam dimandikan dahulu di UPKJ Departemen Forensik dan Medikolegal RSCM sebelum diserahkan kepada pihak keluarga atau dikuburkan c) Pemandian jenazah dilaksanakan oleh petugas UPKJ Departemen Forensik dan Medikolegal RSCM. Di dalam mempersiapkan pemandian jenazah yang secara umum dengan mempersiapkan perlengkapan dan peralatan yang diperlukan untuk memandikan jenazah yaitu; 1. Tempat/dipan mandi. 2. Sabun mandi. 3. Air bersih. 4. Sarung tangan – 3 atau – sepasang. 5. Gayung atau shower. 6. Kain lap atau handuk. Lalu mempersiapkan jenazah yang akan dimandikan petugas yang akan memandikan jenazah untuk menyiapkan diri sebelum melaksanakan Penatalaksanaan pemandian jenazah secara umum, yaitu; 1. Letakkan jenazah di tempat mandi yang disediakan. 2. Petugas memakai sarung tangan. 3. Sediakan air sabun. 4. Angkat sedikit bagian kepalanya.
78
5. Keluarkan kotoran dalam perutnya dengan menekan atau memijit-mijit perutnya secara perlahan-lahan, serta kotoran dalam mulutnya. 6. Gosokkan giginya, lubang hidung, lubang telinga, celah ketiaknya, celah jari tangan, dan kakinya serta rambutnya. 7. Siram atau basuh seluruh anggota tubuh jenazah dengan air sabun. 8. Bilas seluruh tubuh jenazah dengan air bersih. 9. Miringkan jenazah ke kiri basuh bagian perut kanan sampai belakang. 10. Miringkan jenazah ke kanan basuh bagian perut sebelah kirinya pula. 11. Telentangkan jenazah kembali ulangi menyiram. 12. Lap seluruh badan jenazah hingga kering. 13. Dipakaikan dengan pakaian untuk Laki-laki memakai baju celana dan jas yang berwarna hitam dan putih sedangkan untuk wanita memakai gaun berwarna putih dan wajahnya di hias hingga terlihat cantik. 14. Dan dimasukkan ke dalam peti jenazah. Sedangkan yang ketiga, pelaksanaan cara pemandikan jenazah di RSCM bagi jenazah yang tidak dikenal dan dengan ketentuan umumnya, 18 yaitu: Pengaturan alur dan tata cara penatalaksanaan jenazah yang tidak dikenal di UPKJ (Unit Pelayanan Kamar Jenazah) Departemen Forensik dan Medikolegal RSCM. Dengan tujuan, yaitu: Terlaksananya penaganan jenazah yang tidak dikenal di unit pelayanan
18
Ibid, Artikel, Prosedur Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Jenazah Yang Tidak Dikenal, Revisi 2007.
79
kamar jenazah Departemen Forensik dan Medikolegal RSCM dengan baik dan benar. Dengan system penerapan yang berlaku di RSCM, diantaranya ialah; 1. Menetapkan prosedur baku alur dan tata cara penatalaksanaan jenazah yang tidak dikenal di unit pelayanan kamar jenazah Departemen Forensik dan Medikolegal RSCM. 2. Menetapkan diberlakukanya Universal Precautions pada penanganan setiap jenazah yang tidak dikenal di unit pelayanan kamar jenazah Departemen Forensik dan Medikolegal RSCM. Sebelum pelaksanaan jenazah yang tidak dikenal haruslah mengetahui beberapa Ketentuan kebijakan umum di RSCM untuk jenazah yang tidak dikenal, diantaranya; 1. Setiap jenazah harus diperlakukan secara manusiawi dan bermartabat. 2. Sebagaimana diatur dalam pasal 133-134 KUHAP, pemeriksaan otopsi (pemeriksaan dalam/Bedah Jenazah) hanya dapat dilaksanakan setelah masa menunggu salama 2 hari. 3. Pada kasus jenazah yang tidak dikenal, harus dilakukan upaya-upaya pendokumentasian yang baik untuk kepentingan identifikasi. 4. Sebagaimana diatur dalam PP 1981, Jenazah tak dikenal yang hingga masa menunggu berlalu tidak diurus oleh keluarganya dapat dimanfaatkan untuk pendidikan dan pelatihan. Prosedur dan tata cara penatalaksanaan jenazah yang tidak dikenal di unit pelayanan kamar jenazah Departemen Forensik dan Medikolegal RSCM, dari
80
datangnya jenazah hingga sampai ada yang mengenali jenazah yang tidak dikenal yaitu; 1. Setiap jenazah yang tidak dikenal yang dikirim ke RSCM harus diantar oleh petugas kepolisian atau diberi surat pengantar dari kepolisian dan disertai dengan Surat Permintaan Visum (SPV). 2. Petugas melaksanakan prosedur penerimaan jenazah sebagaimana mestinya, dan melakukan pengisian formulir dan buku registrasi “jenazah tak dikenal”. 3. Petugas UPPF (Unit Pelayanan Patologi Forensik) melakukan pemeriksaan luar jenazah, memeriksa dan mencatat ciri-ciri identitas, memasukannya ke dalam database dan menyimpan sampel pakaian dan barang lain yang diduga diperlukan untuk identifikasi. Semua pakaian, perhiasan, barang-barang pribadi, ciri/ciri fisik/medis, dan identitas khusus jenazah dicatat secara lengkap dan rinci. 4. Petugas Unit Pelayanan Patologi Forensik memotret wajah, identitas khusus, dan pakaian jenazah dengan ikut menampilkan labelnya. 5. Petugas Unit Pelayanan Patologi Forensik memasukkan foto tersebut ke dalam database jenazah. 6. Petugas Unit Pelayanan Patologi Forensik mengambil darah dan/atau kuku dan/atau rambut jenazah untuk pemeriksaan golongan darah dan/atau DNA. 7. Petugas Unit Pelayanan Patologi Forensik membuat arsip “ciri identitas” yang berbentuk fisik (kartu identitas, sebagian potongan pakaian jenazah, dan barang, dan barang-barang pribadi/perhiasan).
81
8. Petugas Unit Pelayanan Kamar Jenazah membersihkan jenazah setelah pemeriksaan selesai, kemudian menyimpannya di ruang pendingin dengan menggunakan sehelai kain penutup. 9. Jenazah disimpan di lemari pendingin sampai keluarga atau pihak-pihak yang perlu di beritahu dari jenazah dapat ditemukan. 10. Bila setelah 2 hari keluarga atau pihak-pihak yang perlu di beritahu tidak dapat ditemukan, maka dapat dilakukan pemeriksaan dalam/bedah jenazah. 11. Setelah dilakukan pemeriksaan dalam, jenazah dimandikan, dikafankan, dan dikuburkan secara Islam. 12. Petugas Unit Pelayanan Kamar Jenazah melakukan pelaporan ke Direktur RSCM, Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Dinas Sosial, Dinas Pemakaman Umum dan Polda Metro Jaya secara berkala (bulanan). 13. Pemaparan korban tak dikenal di surat kabar atau media massa lain agar dapat dikenali warga hanya diperkenankan atas izin Kepala Departemen Forensik dan Medikolegal RSCM. Setiap jenazah yang datang ke Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo mewajibkan jenazah untuk
diberlakuan Universal Precautions pada penanganan
jenazah yang tidak dikenal di unit pelayanan kamar jenazah Departemen Forensik dan Medikolegal RSCM, diantaranya yaitu; 1. Setiap jenazah yang tidak dikenal dianggap memiliki potensi mengidap penyakit yang menular.
82
2. Setiap petugas yang menangani jenazah harus mengenakan apron, sarung tangan, masker, kaca mata/goggle, dan sepatu tertutup/sepatu bot. 3. Setelah otopsi, petugas harus mencuci tangan dengan sabun dan cairan antiseptik dengan baik. 4. Ruangan, alat-alat, dan perlengkapan yang terkena cairan tubuh/jaringan yang berasal dari jenazah harus dibersihkan dengan cairan antiseptik. 5. Limbah cair dan limbah padat diperlakukan sebagaimana diatur dalam prosedur. Di dalam pengguburannya, jenazah yang tidak dikenal dilaksanakan oleh Dinas Pemakaman di Pertamburan Jakarta Pusat. Dinas Pemakaman inilah yang nantinya akan melaksanakan pengguburan bagi jenazah yang tidak dikenal identitasnya, dari panti-panti sosial, dari tunawan, dan bagi jenazah-jenazah keluarga tidak mampu dari rumah sakit yang ada di DKI Jakarta. Untuk jenazah pembunuhan mutilasi, ketabrak kereta, ataupun bom bunuh diri dengan kondisi mayat yang hancurhancuran tidak dapat langsung dikuburkan karena masih dalam tahap penyelidikan kepolisian di dalam pencarian anggota tubuhnya yang masih belum ditemukan, dan apabila tidak temukan juga dalam sekian bulan maka, polisi baru menyuruh untuk dikuburkan dan dilaksanakan proses pengurusan jenazah 19 . Semua proses penatalaksanaan jenazah dari memandikan, mengkafankan, menguburkan. Akan dibiayai oleh PEMDA DKI hingga sampai pengakutan jenazah tersebut ke TPU Kampung Kandang. Sedangkan jenazah yang dikenal, sebelum dikuburkan di tunggu
19
Wawancara, Pribadi dengan Bapak H.Ma’mun, Staf Tim Pengatalaksanaan Jenazah RSCM, 14 Juli 2009.
83
dalam waktu 3 hari oleh pihak rumah sakit untuk mengetahui ada keluarga yang menjemput jenazah tersebut 20 . Rumah sakit akan menyediakan fasilitas mobil ambulan dan sebelum dibawa oleh keluarganya harus menyelesaikan adminitrasi di kamar jenazah Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo barulah setelah itu diserahkan surat kematian jenazah mutilasi kepada pihak ahli warisnya.
Bila jenazah beragama muslim maka dilaksanakan sesuai dengan syari’at Islam, apabila jenazah tersebut beragama non muslim maka dilaksanakan secara kepercayaan agama masing-masing jenazah tersebut, dan bila tidak diketahui identitasnya maka dilaksanakan dengan cara yaitu; setiap jenazah yang didatangkan ke rumah sakit sebelum dimakamkan, pihak rumah sakit melaksanakan prosedurpersedur jenazah yang tidak di kenalyang sudah ditetapkan oleh rumah sakit, setelah melaksanakan semua prosedur maka, pihak rumah sakit akan mengatarkan jenazah ke TPU yang telah ditentukan dengan mobil ambulan. Di dalam penguburannya di serahkan oleh penggali kubur di TPU Kampung Kandang, Ketika akan dimakamkan jenazah, langsung dikuburkan setelah lubang Lahad dipersiapkan dengan kedalaman tanah makamnya 60 Cm atau lebih, setelah itu langsung dikuburkan tanpa harus dibuka tali kuncup pocongnya karena, jenazah yang tidak dikenali ini sudah hitungan harian atau mingguan dari rumah sakit jadi, dibungkus plastik dan barulah dibungkus dengan kain kafan agar bau bangkai mayat tidak menyengat, juga menjauhkan dari penyakit menular,dan tubuh jenazah sudah pada membiru, dan juga tanpa ada;
20
Wawancara, Pribadi dengan Bapak Sohibi dan Bapak Inah Sopir Mobil Jenazah Dinas Pertamanan dan Pemakaman,Tanggal 13 Agustus 2009.
84
diazankan di telinga kanan jenazah, di do’akan karena tidak adanya kejelasan agamanya dan dalam pelaksanaan penguburannya dilakukan dengan satu lubang untuk satu jenazah dan tidak pernah melakukan satu lubang untuk dua ataupun tiga jenazah, 21 kata Penggali kubur TPU Kampung Kandang Bapak Hs. Di dalam tempat penguburannya dilakukan di dua tempat yaitu; TPU Kampung Kandang Cilandak Jakarta Selatan dan TPU Serengseng Sawah. Untuk TPU Serengseng Sawah, baru diresmikan dan untuk sebagian hektar tanah di sana akan digunakan untuk pengguburan jenazah yang tidak dikenal karena, TPU Kampung Kandang telah penuh dan tidak ada lagi tempat yang memadai untuk pengguburan jenazah yang tidak di kenal. Sedangkan letak penguburanya dilakukan secara perkelompok-kelompok, misalkannya; PEMDA DKI mempunyai tanah 100 Hektar tanah tersebut di bagi secara perkelompok untuk Unit Islam 20 Hektar, Unit Keristen 20 Hektar, Unit Hindu 20 Hektar, Unit Budha 20 Hektar, sisa dari tanah itu untuk jenazah yang tidak di kenal, dan itu dalam satu Tempat Pemakaman Umum 22 .
21
Wawancara, Pribadi dengan Bapak Hs Pengali Makam TPU Kampung Kandang, Tanggal 14 Agustus 2009. 22
Wawancara, Pribadi dengan Ibu Siti Hasni. S.Sos. Kepala Seksi Pemulasaran jenazah, Tanggal 13 Agustus 2009.
85
B. Analisa Penulis Dari prosedur-prosedur yang menjadi acuan penatalaksanaan di Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo, penulis menyimpulkan bahwa proses atau tata cara pengurusan jenazah yang dilakukan RSCM sudah sesuai dengan prosedur dalam syariat agama Islam. Hanya saja waktu penguburan jenazah mutilasi tidak bisa dikuburkan secara langsung, dalam syariat Islam sunnahnya langsung. Alasan yang pertama; tidak dapat dikuburkan secara langsung karena jenazah mutilasi yang ditemukan terlebih dahulu harus melewati prosedur seperti pengumpulan potonganpotongan tubuh korban, tujuannya supaya dapat diketahui identitas korban dan untuk menghormati tubuh, kedua; identifikasi korban, tujuannya untuk mencari tahu nama, daerah tempat tinggal serta status agama korban sehingga memudahkan proses pengurusannya. Ketiga; identifikasi keluarga korban, tujuannya supaya keluarga korban mengetahui bahwa korbannya anggota keluarganya sehingga jenazah korban bisa diambil dan dibawa pulang serta dikuburkan di tempat yang disetujui pihak keluarga. Setelah semua prosedur sudah terpenuhi barulah pihak RSCM akan memberikan surat kematian setelah terlebih dahulu pihak keluarga yang akan mengambil jenazah membayar administrasi yang ditentukan pihak RSCM. Pihak RSCM akan memfasilitasi berupa penggunaan kendaraan mobil jenazah untuk mengangkut jenazah menuju rumah duka korban, dan untuk kemudian dikuburkan.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang penulis bahas, maka dapat ditarik kesimpulan hal-hal sebagai berikut; 1. Jenazah mutilasi adalah jenazah yang terpotong-potong beberapa bagian dari suatu kejadian, seperti pembunuhan atau kecelakaan yang menyebabkan tubuhnya terpencar/terpotong-potong. Para fuqaha berbeda pendapat dalam hal pengurusan jenazah mutilasi, Imam Syafi’i, Imam Ahmad bin Hambal, dan Ibnu Hazm berpendapat bahwa jenazah yang termutilasi tetap dimandikan, dikafankan dan dishalatkan. Mereka mengatakan bahwa tidak ada bedanya mayat yang tubuhnya lengkap dengan yang ada hanya anggota badannya saja. Abu Hanifah dan Imam Malik berpendapat bahwa; jika yang terdapat itu lebih dari separuh badan mayat, maka haruslah dimandikan, dikafani, dan dishalatkan, namun jika tidak, maka tidak wajib dimandikan dan dishalatkan. Sedangkan Imamiyah berpendapat bahwa kalau yang didapatkan dari sepotong anggota badan mayat itu adalah dadanya atau sebagian yang lainnya yang mengandung hati, maka hukumnya persis seperti hukum terhadap mayat yang sempurna, yaitu wajib dimandikan, dikafankan, dan dishalatkan. Namun, jika tidak ada sepotong saja dari anggota tubuhnya yang mengandung hati, atau sebagainya, seperti dada, tapi terdapat tulangnya, maka ia wajib dimandikan dan dibungkus dengan sehelai kain 86
87
kemudian dikuburkan. Tapi bila ia tidak terdapat tulang di dalam anggota tubuh yang ditemukannya itu, maka ia hanya dibungkus dengan sehelai kain dan dikuburkan, tidak usah dimandikan. 2. Tata cara pengurusan jenazah mutilasi baik karena pembunuhan, kecelakaan; tertabrak kereta, kendaraan, atau bom bunuh diri yang anggota tubuhnya hancur. Dilaksanakan sesuai dengan keberagamaan kepercayaan masing-masing jenazah dengan prosedur yang dilakukan oleh pengurus jenazah di Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo, secara; Islam, umum dan jenazah yang tidak dikenal. Langkah awal dalam identifikasi korban mutilasi adalah melaksanakan kontruksi terhadap korban pembunuhan mutilasi agar dapat diketahui status jenazahnya, dikenal atau tidak dikenal. Setelah ada keterangan dari informasi orang hilang atau liga dokumen, maka dapat diketahui identitas jenazah korban pembunuhan mutilasi tersebut dan apabila jenazah tersebut beragama Islam maka, dilaksanakan pengurusan jenazah secara syariat Islam. Pengurusan jenazah yang beragama Islam meliputi proses memandikan, mengkafankan, menshalatkan, serta menguburkan. Semua proses tersebut harus sesuai dengan syariat Islam yang baku. Pada hakikatnya Islam menganjurkan agar setiap orang yang meninggal untuk segera dikuburkan, dan tidak menunggu hingga berlarut-larut. Namun khusus untuk jenazah mutilasi prosesi penguburan bisa segera dilangsungkan bila telah lengkap beberapa prosedur, diantaranya adalah identifikasi korban, jenazah tidak bisa langsung dikuburkan hingga telah jelas siapa dia, yang kedua, identifikasi keluarga korban. Biasanya pihak rumah sakit tidak akan menguburkan
88
mayat sampai diketahui pihak keluarganya, bila pihak keluarga tidak kunjung mengambil pihak rumah sakit akan menyimpannya di ruang jenazah sampai batas waktu tertentu.
B. Saran-Saran Dalam mengakhiri penelitian ini, penulis merasa perlu untuk memberikan saran dan pendapat yang membangun, dengan harapan nantinya terjalin kerjasama yang baik antara semua pihak, khususnya dalam realisasi hukum Islam: Diantara saran-saran tersebut adalah sebagai berikut: 1. Adanya kesadaran dari berbagai pihak untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat bahwa yang namanya pembunuhan apalagi memutilasi adalah tindakan yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai agama dan sosial, serta tindakan pemutilasi terhadap tubuh manusia adalah tindakan yang tidak manusiawi. 2. Kepada pihak rumah sakit di RSCM agar tidak mempersulit prosedur pengambilan jenazah korban pembunuhan meliputi pembiayaan-pembiayaan administrasi, peti jenazah dan transportasi dan lain sebagainya. 3. Kepada para mahasiswa diharapkan menulis penelitian-penelaian yang sama guna melengkapi cakarawala keislaman yang lebih lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an nul Karim dan Terjemahannya, Departemen RI. Arif Fathul ulum, Abu Ahmad, 1 Jam Belajar Mengurus Jenazah panduan praktis tata cara penyelengaraan jenazah dan hukum-hukumnya, (Penerbit: Pustaka Darul Ilmi, 2009). Al-Baihaqi, Abu Bakar Ahmad bin al-Husein bin Ali, Sunan al-Kubra, (Beirut: Dar el-Fikr). Al-Zuhaily, Wahbah al-Zuhaily, Al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu, (Beirut: Dar alFikr, 1989). At -Tirmidzi as-Sullami, Muhammad bin ‘Isa, Abu ‘Isa, Sunan at-Tirmidzi, (Beirut: Dar Ihya at-Turats al-Arabi, tt). ‘Awdah, ‘Abd al-Qadir, At-Tasyri’ al-Jinaiy al-Islamy, Juz I, (Beirut: Muassasah arRisalah, 1992). Artikel, Prosedur Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Revisi 2007. Ash Shiddiqie, Hasby, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1971). Asyur, Lathif, Abdul, Adzab al-Qabri wa Na’imuhu wa izhat al-Maut, diterjemahkan oleh Syatiri Matrais dengan judul “Pesan Nabi tentang Mati,” (Jakarta: Cendekia, 2001). Budiyanto,Arif, dkk, Ilmu Kedokteran Forensik, Cet ke-II, (Penerbit:Bagian Kedokteran Falkutas Kedokteran Universitas Indonesia,1997). C.Satyo, Alfred, Sejarah Ilmu Kedokteran Forensik, Edisi II, Cet Ke III, (Penerbitan dan Percetakan USU (Press, Universitas Sumatera Utara Medan,2004). Chalil, Muanawar, haji, Kiayi, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Shallahu Alihi Wasalam, Cet-6, (Jakarta: Bulan Bintang 1993). Dagun, Save M, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Cet.Ke-I, (Jakarta:Lembaga pengkajian Kebudayaan Nusantara (LPKN), 1997). Ensiklopedi Hukum Islam.
89
90
Glasse, Cepil, Enksiklopedia Islam: Ringkas, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999). Hasan al-Syaibaniy, ibn Hanbal, Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal ibn Asad ibn Idris ibn Abdullah ibn, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, (Kairo: Dar al-Ma’arif, 1949). Hassan, Mukim, Othman, Khulasah Kifayah Himpunan 600 Masalah Jenazah, cet. I, (Malaysia: Pustaka Ilmi, 1995). Ibn Yazid, Abdullah, al Qazweni Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, (Beirut:Dar al-Ihya al-Turath al-Araby,1975). Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Malik, Al-Imam, Fathur Rahim, (Beirut: Dar al-Fikr, 1979). Mughniyah, Jawad, Muhammad, al-Fiqh ‘ala al-Madzahib al-Khamsah, diterjemahkan oleh Masykur A.B.,Afif Muhammad, Idrus Al-Kaff dengan judul “Fiqih Lima Mazhab: Ja’fari, Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali”, (Jakarta: Lentera, 2007). Muhammad Ibn ‘ali, Al-Imam, Ibn Muhammad Asy-Syaukani, Nail al-Authar, Jilid: III-IV, (Kairo: Maktabah al-Imam). Muhammad, Abdullah, Ibn Isma’il Ibn Ibrahim, Shahih al-Bukhari, (Beirut: Dar alFikr). Muhammad, Abdullah, Ibn Isma’il Ibn Ibrahim, Shahih Bukhari, Jilid II, cet.6. Penerjemah H. zainuddin Hamidy, dkk (Jakarta: Penerbit Widjaya, 1983). Munawwir, Warson, Ahmad, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progesif, 2002). Muslim, Abi al Husein, bin al Haj al Qusyairi al Nasaburi, Shahih Muslim, (Kairo: Dar Ihya al Kutub al Arabiyyah,1918). Rukmono, Hanifa Wiknjosastro, dkk. Sejarah & Perjuangan RSCM-FKUI, (Penerbit: Falkutas Kedokteran Universitas Indonesia, 1989). Sabiq, Sayyid, Fiqhsunnah, diterjemahkan oleh Mahyuddin Syaf dengan judul “Fiqh Sunnah 4”, (Penerbit:PT Alma’arif bandung,1978).
91
Satyo, Alfred.C.Satyo, Sejarah Ilmu Kedokteran Forensik, Edisi II, (Penerbitan dan Percetakan USU (Press, Universitas Sumatera Utara Medan, 2004). Sulaiman, Abu Dawud, Ibn al-Asy’ats al-Sajastani, (Maktabah Syamilah).
Sunan Abi Dawud, juz 8,
Sulaiman, Abu Dawud, Ibn al-Asy’ats al-Sajastani, Sunan Abu Dawud, (Kairo: Dar al-Hadits,1988). Syaltut, Mahmud, Islam Sebagai Aqidah dan Syari’ah. Penerjemah Bustami A.Gani dan B.Hamdany Ali, cet. II, Jilid 4, (Jakarta: Bulan Bintang, 1972). Tebba, Sudirman, Menuju Kematian yang Husnul Khatimah, (Tanggerang: Pustaka Irvan, 2006). Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007). Tim Liputan SeputarIndonesia RCTI, Sergap 12:32, Tanggal, 27 Juli 2009. Wahbah al-Zuhaily, Al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu, (Beirut: Dar al-Fikr, 1989). Wardi, Muslich, Ahmad, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005). Wawancara, Pribadi dengan Bapak H.Ma’mun, Staf Tim Pengatalaksanaan Jenazah RSCM, Tanggal 14 Juli 2009. Wawancara, Pribadi dengan Bapak Asbullah, Staf Tim Penatalaksanaan Jenazah RSCM, Tanggal 18 Maret 2010. Wawancara, Pribadi dengan Bapak Sohibi dan Bapak Inah Sopir Mobil Jenazah Dinas Pertamanan dan Pemakaman,Tanggal 13 Agustus 2009. Wawancara, Pribadi dengan dr. Tjetjep Dwidja Siswaja, Sp.F., Staf Departemen Forensik dan Medikolegal FKUI/ RSCM di bidang Hukum, Tanggal 09 July 2009. Wawancara, Pribadi dengan Hs Pengali Makam TPU Kampung Kandang, Tanggal 14 Agustus 2009. Wawancara, Pribadi dengan Ibu Siti Hasni. S.Sos. Kepala Seksi Pemulasaran jenazah, Tanggal 13 Agustus 2009.
92
Yahya, Muhyiddin, Abu Zakariya, Ibn Syarif an-Nawawi ad-Damasyqi, Fatawa alImam an-Nawawi al-Musamma al-Masa’il al-Mantsurah, (Beirut: Dar alFikr, tt).
Koran: Mutilasi yang timbul di ibukota, Sinar Harapan, (Jakarta:17 Januari 2003).
Internet; http://rscm.co.id.Sejarah Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. http://forensik.ilmukedokteran.net/hukum-kesehatan/158-pengantar-mediko-legal.
Data Wawancara di Departemen Forensik dan Medikolegal Nama Nim Jabatan Tanggal
: dr. Tjetjep Dwidja Siswaja, Sp.F. : 140242317 : Staf Departemen Forensik dan Medikolegal FKUI/ RSCM di bidang Hukum : 09 Juli 2009, Jam 11.30.
1. Menurut dokter arti mutilasi, itu bagaimana? Jawab: kondisi mayat yang tidak utuh menjadi beberapa bagian karena, dari suatu kejadian. Misalnya; pembunuhan, kecelakaan; kemudian tubuhnya terpisah menjadi beberapa bagian hingga terpencar atau terpotong-potong.
2. Bagaimanakah seorang dokter dapat membedakan jenazah korban pembunuhan mutilasi yang beragama dan khususnya beragama Islam ataupun non-Islam? Jawab: Tata cara pengatalaksanaan jenazah yaitu sebagaimana menurut prosedur operasional Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo. Sedangkan mutilasi ialah kasus yang dianggap tidak wajar oleh karena itu pengatalaksanaannya harus terawal dari kepentingan penyelidik. Penyidik akan memberikan surat permintaan ahli untuk pemeriksaan tubuh mayat, setelah pemeriksaan tubuh mayat maka ada dua; yaitu; -
Di kenal
-
Tidak di kenal
Kalau mayat itu di kenal maka diserahkan kepada pihak keluarga dan pada saat di serahkan kepada pihak keluarga korban, di tanyakan dulu dari pihak keluarganya di shalatkan disini atau di rumah. Kalau disini (RSCM) dilaksanakan seperti yang di contohkan Rasulullah SAW dan kalau dishalatkan di rumah maka rumah sakit memandikan, mengkafankan, menyerahkan surat kematiannya dan dibawakan dengan ambulans ke rumah keluarga korban. Di dalam membedakan mayat mutilasi yang muslim dengan non muslim, yaitu;
13
14
Adanya informasi dari penyidik atau tidak sama sekali dari penyidik yang di kenal atau tidak di kenal. - Bila di kenal adanya Liga Dokumen; seperti KTP, SIM, dan surat-surat indentitas lainnya yang sah secara hokum dan dapat diketahui agamanya, dari liga dokumen tersebut. -
Bila statusnya tidak di kenal maka tidak ada surat keterangan indentitas (Liga Dokumennya).
3. Menurut dokter arti di dalam pengurusan jenazah, itu apa? Jawab: Di dalam pengatalaksanaan (pengurusan) jenazah mayat yang di mutilasi itu akan dilaksanakan proses pengebumikannya apabila kondisi tubuhnya sudah sempurna selayaknya manusia normal ataupun didalam ilmu kedokteran yaitu struktur anatomi tubuhnya sempurna. Lalu, dokter melakukan kontruksi dan, setelah dilakukan kontruksi status mayatnya sudah di ketahui indentitasnya, maka dilaksanakanlah proses pengatalaksanaan jenazah/mayat. Bila jenazah tersebut beragama islam maka dilaksanakan sesuai dengan prosedur hokum islam; Memandikan, mengkafankan, menshalatkan (bila ada permintaan keluarganya di lakukan di RSCM) dan mengguburkan (bila jenazah tersebut di kenal maka di serahkan ke keluarganya dan bila tidak di kenal maka dikuburkan oleh PEMDA DKI dan dibiayai oleh PEMDA DKI). Kapan dikuburkan “kata, dokter”?, di jawab: Dalam hal ini ada waktunya kapan di kuburkan atau ditunda penguburannya dan tidak bisa semau-maunya karena masih dalam proses penyelidikan. Penguburan akan dilaksanakan apabila; - Bila ada perintah dari penyidik untuk dikuburkan maka barulah jenazah dapat dikuburkan, dan - Bila badannya atau anggota tubuh lainnya belum ditemukan maka disimpan di dalam Freezer (lemari pendingin jenazah) karena masih dalam proses pencarian anatomi tubuh lainnya.
15
4. Dapatkah bapak ceritakan sejarah, Visi, misi, Tujuan, wewenang hukum, dan struktur organisasi
pengurusan jenazah di Rumah Sakit Dr Cipto
Mangunkusumo? Jawab: a. Ceritakan sejarah; Rumah Sakit dr..Cipto Mangunkusumo ialah Rumah sakit yang dijadikan rujukan nasional oleh seluruh rumah sakit yang ada di nusantara bumi pertiwi ini. Semua pelayanan yang berkaitan dengan forensic ataupun bidang lainnya dapat dilayani oleh seluruh nusantara Indonesia ini. b.Visi, Misi, dan Tujuan Departemen Forensik dan Medikolegal di RSCM; Visi : “menjadi salah satu sentra pendidikan dan pelayanan ilmu kedokteran forensik dan medikolegal yang unggul di asia pasifik tahun 2010” Misi : •
Memberikan pelayanan ilmu kedokteran forensic dan medikolegal yang paripura, bermutu dan terjangkau.
•
Menjadi tempat pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan dalam bidang ilmu kedokteran forensik medikolegal dan pemulasaraan jenazah.
•
Menjadi tempat penelitian dan pengembangan dalam rangka upaya pemanfaatan ilmu kedokteran untuk kepentingan penegak hokum serta keadilan.
•
Memberikan pelayanan pemulasaraan jenazah yang berstandar asia pasifik
Tujuan : •
Tercapainya pelayanan prima yang menjamin kepuasan konsumen.
•
Terciptanya manajemen yang adil, akuntabel dan transparan.
•
Hasil pendidikan dan penelitian kesehatan dapat di manfaatkan secara nasional dan global.
•
Tercapainya karyawan yang produktif dan melalui kesejahteraan yang berkeadilan dan pengembangan karir yang sehat.
16
•
Tercapainya pelayanan ilmu kedokteran forensik dan medikolegal serta pemulasaraan jenazah sebagai Unit Reveneu Center.
c. Jelaskan di dalam wewenang hukumnya departemen forensic dan medikolegal; Secara hokum sah, karena yang mengatur ialah dokter (dokter didalam bidang apa saja). Di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Bab XIV Penyidikan Pasal 133 ayat 1 :“Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.” d.struktur organisasi pengurusan jenazah di Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo; Dalam bentuk lampiran.
Mengetahui,
dr. Tjetjep Dwidja Siswaja, Sp.F. Staf Departemen Forensik dan Medikolegal FKUI/ RSCM di bidang Hukum
17
Nama: H.Namun Jabatan: Tim Pengatalaksanaan (pengurusan) Jenazah Tanggal: 14 Juli 2009, Jam 13.30. 1. Apakah ada mayat mutilasi yang masih didalam penyelidikan langsung di proses pengatalaksanaannya dan polisi menyuruh untuk di kuburkan saja, Contoh: yang ditemukan baru kepala dan badannya saja. Apakah kepolisian menyuruh menguburkannya? Jawab: Polisi menyuruh mengkuburkan!? setahu bapak selama berkerja sebagai pengatalaksanaan jenazah atau mayat selama ini, tidak ada. Kenapa karena tujuan kepolisian membawa jenazah tersebut ke RSCM Forensik untuk mengetahui atau mencari tahu sebab-sebab kematiannya kapan dan kenapa.dan juga tujuannya untuk di visum luar dan visum dalam, ada juga polisi yang sudah melaksanakan visum luar tetapi visum dalam belum dilakukan karena tidak adanya persetujuan dari pihak keluarganya atau ahli warisnya. Untuk langsung dikuburkan jenazah tersebut tidak ada. Tapi, kalau yang di temukan kepala dan badannya atau kakinya masih bisa kontruksi dan polisi akan melacak anggota tubuh lainnya kaki, atau tangan, dll dan bila tidak ditemukan juga dalam sekian bulan, maka polisi baru menyuruh untuk dikuburkannya. Sedangkan di dalam otopsi tidak bisa dilakukannya begitu saja karena jenazah/mayat yang datang ke sini (RSCM) ada yang hancur, rusak, dan ada yang sudah 2,3, 4 hari di temukan baru di bawa ke rumah sakit. 2. Mayat yang di mutilasi ialah mayat yang tidak utuh kondisi tubuhnya, biasanya di dalam satu kasus pembunuhan mutilasi berapa lama kepolisian melacak atau menyelidiki mayat yang terpotong-potong lainnya? Jawab: Ketentuan di dalam penundaan pengatalaksanaan jenazah tergantung dari kepolisian di dalam pencarian anggota tubuh jenazah tersebut. Biasanya seminggu atau lebih dari itu, karena polisi pastinya melacak siapa pelaku pembunuhan mutilasi tersebut. Batasan waktunya ada tapi masih di dalam pencariaan anggota tubuh lainnya.
18
3. Bagaimana pengatalaksanaan jenazah di dalam kasus pembunuhan mutilasi dari awal
penyelidikan
hingga
memandikan,
mengkafankan,
menshalatkan,
sedangkan di dalam mengguburkan siapa yang bertangung jawab karena pihak RSCM hanya tiga hal diatas saja, bagi jenazah yang tidak di kenal dan jelaskan prosedur untuk mayat yang di kenal dan tidak dikenal ? Jawab: Mayat yang pembunuhan mutilasi sudah ditemukan akan dilakukannya kontruksi tubuhnya dengan cara di jahit anggota tubuhnya yang terpisahkan karena pembunuhan mutilasi. Bila sudah menemukan bagian-bagian yang telah hilang atau sudah sempurna tubuhnya, barulah jenazah/mayat tersebut dilaksanakan proses pengatalaksanaan jenazah yang sebagaimana Rasulullah SAW contohkan dan itu bagi jenazah yang muslim. Lalu, bagaimana dengan jenazah Non muslim (Kristen, Katolik, Prostestan, Hindu, Budha, dll) kata bapak yang sudah berkerja di RSCM sejak tahun 1980-an ini. Bagi jenazah yang non muslim dilaksanakan sebagaimana biasanya yaitu dimandikan hingga bersih dari darah yang menempel ditubuhnya dan dipakaikan untuk laki-laki memakai baju celana dan jas sedangkan untuk wanita memakai gaun dan wajahnya di hias. Tapi bedanya dengan orang muslim dengan agama lainnya yaitu Islam ada do’a-do’a untuk jenazah seperti menshalatkan jenazah, sedangkan agama lainnya tidak ada. Iya, memang benar bahwa di RSCM ini hanya mengurus jenazah di memandiannya,
menggafankannya
dan
mengshalatkannya.
Sedangkan
mengguburannya dilakukan oleh Dinas Pertanaman dan Pemakaman dan dimana tempat dilakukan penguburannya tergantung dari keputusan dari Dinas Pertanaman dan Pemakaman Mengetahui, H.Namun Tim Pengatalaksanaan (pengurusan) Jenazah Di RSCM
19
Nama Nim Jabatan Tanggal
: Asbullah : 140288292 : Tim Penatalaksanaan jenazah : 18 Maret 2010, Jam 15.30
A. Bagaimanakah, tata cara pengurusan jenazah mutilasi karena; Pembunuhan, Kecelakaan; Ketabrak Kereta, Mobil, ataupun Bom bunuh diri yang tubuhnya hancur-hancuran ? Jawab;
1. Memandikan Jenazah Mutilasi a. Niat untuk memandikan jenazah Jenazah mutilasi ataupun mayyit-mayyit yang hancur-hancuran maka pengurus jenazah RSCM meniatkan jenazah-jenazah tersebut seperti jenazah yang normal dengan kata lain pengurus meniatkan mayyit dalam keadaan utuh walaupun prakteknya mayyit tersebut dalam keadaan terpotong-potong (mutilasi) atau hancur-hancuran (ketabrak kereta atau mobil). Apabila yang ditemukan hanya sepotong atau sebahagian tubuh saja, maka niatnya sama seperti meniatkan mayyit yang normal begitu juga dengan mayyit yang ditemukan hanya sebahagian ataupun sepotong dari tubuh mayyit yang dimutilasi, yaitu: niatnya bukan untuk mayyit yang sepotong-sepotong melainkan niat memandikan jenazahyang keadaannya masih sempurna. b. Mewudhukan Dalam mewudhukan jenazah yang mutilasi sebagaimana wudhunya orang yang masih hidup. Apabila tubuh mayyit ditemukan dengan sempurna dan dilaksanakan penyambungan (kontruksi) bagian-bagian tubuh yang terpisah karena dimutilasi. Sedangkan untuk jenazah yang hanya sepotong tangan mayyit yang dimutilasi ataupun korban kecelakaan kereta atau mobil, dll. Maka, pengurus RSCM hanya men-Tayamum-kan mayyit tersebut karena tidak memungkinkan untuk disucikan dengan air bahwa, air tersebut dapat menghancurkan tubuh mayyit. c. Memakai sarung tangan.
20
Untuk bagi orang yang memandikan ketika membasuh bagian-bagian yang termasuk aurat mayyit dan juga menghindari tertularnya kuman-kuman penyakit yang telah menghinggap di tubuh mayyit, karena tubuh mayyit yang terpotongpotong (mutilasi) ditemukan dalam kondisi yang hampir busuk atau berhari-hari baru ditemukan. d. Menggunakan air yang dicampur daun bidara atau air sabun. e. Mendahulukan yang kanan Yaitu dengan membasuhkan bagian yang kanan kemudian yang kiri, di mulai dari kepala bagian belakang, dan pundak sampai telapak hal ini untuk jenazah mutilasi yang ditemukan secara lengkap dan untuk jenazah mutilasi yang tidak lengkap ditemukan maka, tetap dilaksanakan sesuai dengan syariat Islam yang telah di tentukan dan apabila tidak memungkinkan maka tidak dibasuh melaikan di Tayamumkan sebagaimana yang sudah dijelaskan di dalam mewudhukan jenazah mutilasi. f. Selalu menganjilkan setiap basuhan pada mayyit mutilasi. g. Menekan
perut
mayyit
ketika
memandikannya
secara
lembut
untuk
mengeluarkan kotoran dalam perutnya. Bila yang menekan perut mayyit mutilasi dan keluar kotoran-kotoran dari dalam perut dan bersamaan dengan keluarnya darah dari kontruksi tubuh yang dijahit maka, langsung dibersihkan dan juga dipercepat untuk diwudhukan mayyit tersebut.
2. Mengkafankan Jenazah Mutilasi a. Setelah mayyit mutilasi dibersihkan dan juga dipercepat untuk diwudhukan maka, pengurus jenazah RSCM langsung membungkus mayyit mutilasi dengan plastik bertujuan untuk menjaga tetesan darah ke kain kafan dan setelah dibungkus dengan plastik lalu di berikan kapas hingga menutupi keseluruhan tubuh mayyit barulah ditutupi dengan kain kafan. b. Membaguskan kain kafan c. Berwarna putih.
21
d. Dan di dalam pembungkusan kain kafan jenazah mutilasi tidak ada perbedaan dengan jenazah yang normal dalam berapa helai kain kafan. Sama dengan jenazah yang normal yaitu; Laki-laki tiga helai dan perempuan lima helai kain kafan. Dan bagaimana yang ditemukan hanya sepengal kepala saja, bila diketahui kepala tersebut kepala Laki-laki maka tiga helailah kain kafan mayyit tersebut.
3. Menshalatkan Jenazah Mutilasi Di dalam Menshalatkan mayyit mutilasi di RSCM dilaksanakan sesuai dengan Syari’at Islam bagi jenazah yang beragama muslim. Sebagaimana yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW; a. Dengan diawali niat b. Posisi imam berdiri untuk mayyit laki-laki, yaitu; di belakang kepala mayyit laki-laki dan sedangkan mayyit wanita, yaitu; di tengah (badan) mayyit wanita. c. Berdiri bagi orang yang mampu. d. Empat kali takbir. e. Membaca shalawat atas Rasulullah SAW f. Membaca doa.
4. Menguburkan Jenazah Mutilasi Dalam menguburkan mayyit mutilasi di bagi dua kategori bagian di dalam penguburan jenazah mutilasi yaitu yang pertama; untuk jenazah yang di kenal akan di proses oleh keluarga korban bila ia beragama Islam akan dilaksanakan sesuai dengan syari’at Islam dan bila beragama non muslim maka, keluarga korban akan melaksanakan sesuai dengan keyakinannya. Dan yang kedua; untuk jenazah yang tidak dikenal RSCM berkerjasama dengan Dinas Pertanaman dan Pemakaman Mengetahui Tim Pengatalaksanaan jenazah di RSCM
22
Data Wawancara di PEMDA DKI Nama : Ibu Siti Hasni Jabatan: Kepala Seksi Pemulasaran jenazah Tanggal: 13 Agustus 2009 1. Apa sajakah tugas-tugas pelayanan pemakaman, di Dinas pertamanan dan pemakaman yang baru saja bergabung? Jawab: Kami bertugas memakamkan jenazah yang tidak di kenal, dari panti-panti yang ada di DKI Jakarta, dari tunawan, dari keluarga miskin hingga dengan perlengkapan jenazah di persiapkan; kain kafan, tikar, diantarkannya ke tempat pemakaman umum (TPU), dan semua itu telah di biayai oleh PEMDA DKI .
2. Berapakah data-data jenazah yang biasa dianggkut oleh sopir mobil jenazah di dinas pertamanan dan pemakaman dalam perbulannya, tenaga pengurusan jenazah, sopir mobil jenazah ada berapa orang dan yang mengangkut jenazah dari tempat kasus perkara (TKP) ada berapa ? Jawab: Untuk jenazah yang dianggkut mobil jenazah dari dinas pertamanan dan pemakaman perbulannya itu mencapai 150 jenazah baik itu; Tunawan , Pantipanti Sosial, dari rumah sakit, dan dari TKP.sedangka tenaga di dalam pengurusan jenazah ada 4 orang, sedangkan sopir mobil jenazah ada 10 orang dan yang mengangkut jenazah dari TKP ada 35 orang.
3. Di dalam letak penguburannya; Apakah jenazah muslim dengan jenazah non muslim masih berada dalam satu lingkungan TPU (Tempat Pemakaman Umum) dan dimana sajakah tepat pemakaman bagi jenazah yang biasa dianggkut ? Jawab: Begini, contohnya; Misalnya kita mempunyai tanah 100 meter untuk 20 m Unit Islam, 20 m Unit Keristen, dan itupun bukan hanya untuk jenazah yang di kenali tetapi untuk jenazah tunawan, jenazah yang tidak di kenal, dll. Sedangkan
23
tempat yang biasa untuk dimakamkannya di dua tempat; TPU Kampung Kandang, dan tepat yang baru di TPU Serenseng Sawah. Jadi untuk semua jenazah sudah mendapatkan blok-blok unitnya dan kita yang masih hidup hanya ingin menghormati jenazah-jenazah tersebut.
Nama : Bapak Sohibi Bapak Inah Jabatan: Sopir Mobil Jenazah Dinas Pertamanan dan Pemakaman Tanggal:13 Agustus 2009 1. Tugas bapak sebagai sopir mobil jenazah di Dinas pertamanan dan pemakaman, Apa saja? Jawab: Tugas saya sebagai sopir mobil jenazah yaitu; mengangkut Tunawan, Korban Kecelakaan , dll. Lalu dari TKP dibawa ke Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo, itupun kalau mendapat informasi dari kepolisian dan untuk jenazah yang baru datang dari TKP tidak langsung dilaksanakan melainkan menunggu 3 hari untuk menunggu keluarganya, jika tidak ada baru dilaksanakan otopsi jenazah.Lalu, sebelum dibawa ke TPU jenazah dishalatkan secara massal (bagi jenazah yang tidak dikenal, jenazah tunawan, dan jenazah keluarga miskin yang meninggal di rumah sakit/ RSCM) barulah setelah itu diangkut ke TPU Kampung Kandang di daerah Cilandak. Untuk jenazah tidak di kenali diangkut dari rumah sakit/ RSCM ke TPU hanya 5 hari sekali, dalam pengakutannya biasa 8-9 jenazah, dan untuk jenazah yang diketahui indentitasnya/di kenali dibawa oleh keluarga atau ahli warisnya. Sedangkan untuk penguburannya ada petugas dari TPU setempat yang melaksanakan proses penguburannya, jenazah yang tidak dikenal dikuburkan sendiri-sendiri maksud saya satu lubang untuk satu jenazah.
24
2. Selama Bapak bertugas mengangkut jenazah dari dinas pertamanan dan pemakaman, Pernahkah bapak mengangkut jenazah mutilasi dari RSCM yang sudah dikafankan ataupun hanya beberapa potongan tubuh jenazah? Jawab: Tidak pernah, walaupun ada itu dari pihak rumah sakit itu sendiri dengan menggunakan mobil jenazah dari pihak RSCM sendiri.
Mengetahui
Ibu Siti Hasni Kepala Seksi Pemulasaran jenazah
25
Nama : Hs (disamarkan) Jabatan dan Pengalaman Kerja ; •
Non Karyawan sebagai Pengali kubur di TPU Kampung Kandang dan biasa menguburkan jenazah yang tidak di kenal
•
Sudah hampir 11 Tahun berkerja sebagai pengali kubur di TPU Kampung Kandang
Tanggal: 14 Agustus 2009, Jam 13.00.
1. Bagaimana tata cara penguburan jenazah yang tidak di kenali, dari baru didatangkan hingga sapai dikuburkan? Jawab: Untuk jenazah yang tidak di kenali, untuk yang massal (yang tidak ada keluarganya) di persiapkan 15 lubang atau 20 lubang agar ketika ada jenazah yang datang ke TPU Kampung Kandang dapat langsung dikuburkan. Biasanya jenazah yang didatangkan bisa mencapai 9 atau 15 jenazah, didalam penguburanya jenazah yang tidak di kenali yang baru datang langsung di angkat menuju makamnya dengan kedalaman tanah makamnya 60 Cm, setelah semua dipersiapkan langsung dikuburkan tanpa dibuka tali kuncup pocongnya karena jenazah yang tidak dikenali ini sudah hitungan hari atau mingguan dari rumah sakit jadi dibungkus plastik dan barulah dibungkus dengan kain kafan agar bau bangakinya tidak menyengat juga menjauhkan dari penyakit menular dan tubuh jenazahnya sudah pada membiru, tanpa ada diazankan di telinga kanan jenazah, di do’akan dan satu lubang hanya untuk satu jenazah saja. Kalaupun di azankan dan do’akan paling dikhususkan kepada semua jenazah, kadang ketika saya selesai shalat juga saya khususkan kepada semua jenazah, kadang juga saya melihatnya juga kasihan terhadap jenazah-jenazah yang tidak di kenali ini. Kata pengali kubur yang tidak mau indentitasnya di ketahui!.
26
2. Jenazah yang di kenal yang biasa yang bapak kuburkan dari mana saja dan sudah ada berapa jenazah yang tidak di kenali di TPU Kampung Kandang ? Jawab: Tunawan, Panti-panti sosial dan Keluarga miskin yang tidak mampu. Kurang lebih ada 1000 jenazah yang tidak di kenali di TPU ini.
3. Bapak pernah tidak melaksanakan tata cara penguburan jenazah mutilasi dari RSCM dan tahun berapa bapak melaksanakan penguburan jenazah mutilasi? Jawab: Kalau itu baru cuma satu kali saja, tapi hanya kakinya sebelah kanan saja yang tidak ada. Ketika didatangkan sudah dibungkus dengan plastik dan dibungkus dengan kain kafan, dengan tanpa ada indentitasnya, dan kalau tidak salah itu pada tahun 2007-an. Penguburannya seperti jenazah yang tidak di kenali karena ketika dibawa ke TPU Kampung Kandang tidak ada indentitasnya hanya papan yang bercat putih dan bertulisan; Nomor Kode jenazah dari Rumah Sakit Dr.Cipto Mangunkusumo, Nama bertulisan Mr.X, dan Tanggal kapan jenazah dikuburkan.
Mengetahui,
Hs (Minta di Samarkan) Pengali kubur di TPU Kampung Kandang
27