KOMODITAS PERTANIAN INDONESIA
TARGET EKSPOR DAN HAMBATAN SISI PERMINTAAN DAN PENAWARAN Pendahuluan Dalam penyampaian rencana program kerja 2005-2009, Departemen Pertanian menargetkan peningkatan ekspor komoditas pertanian pada tahun 2009 nanti mencapai 9 milyar dolar Amerika Serikat. Sehubungan rencana program kerja ada beberapa yang menu rut penulis layak dicermati, yakni: 1) Apakah target tersebut merupakan target yang realistis bila dikaji dari potensi ekspor komoditas pertanian Indonesia yang ada? 2) Kendala-kendala apa yang berpeluang menghambat tercapainya target tersebut? 3) Tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai target tersebut?
lawaban dari tiga pertanyaan besar di atas tidak dikemukakan denganjelas oleh Deptan dalam penyampaian rencana kerja mereka, yang disampaikan oleh Menteri Pertanian dalam acara rapat kerja dengan Komisi IV DPR RI dipenghujung bulan Nopember 20041alu. lawaban dari tiga pertanyaan penting terse but menurut hemat penulis adalah penting, tidak saja untuk menelaah kelayakan tar-
Oleh: Andi lrawan \)
get ekspor yang ditetapkan pemerintah, tetapijuga sebagai bahan masukkan untuk tindakan dan kebijakan apa yang hams diambil agar target terse but tercapai.
Potensi Ekspor Komoditas Pertanian Sebelum membahas potensi komoditas pertanian Indonesia apakah realistis mencapai target ekspor dari pemerintah tersebut, terlebih dahulu perlu didefmisikan cakupan dari I)
Pengamat Ekonomi Universitas Bengkulu
45 ISSN: 0853-8464
A GRIMEDIA - Volume 9, No.2 Desember 2004
ekspor komoditas pertanian yang dimaksud. Dengan
Dengan pertumbuhan rata-rata ekspor sebesar 9 persen
mempertimbangkan lingkup kerj a Deptan dan ketersediaan
tersebut diperkirakan target pemerintah akan tercapai pada
data, penulis membagi dalam tiga kelompok besar
tahun 2008 dengan nilai sebesar 9,1 milyar dolar AS.
komoditas ekspor pertanian sebagai berikut.
Melihat fenomena tersebut dapat dikatakan bahwa target
1) Ekspor Komoditas Primer Perkebunan
yang
merupakan jumlah dari nilai ekspor komoditas-
ekspor pemerintah relatif realistis dan dapat dijangkau oleh potensi ekspor komoditas pertanian nasional.
komoditas karet, kopi, teh, rempah-rempah, tembakau, dan biji coklat.
Kendala Pencapaian
2) Ekspor Produk Perkebunan Olahan yang merupakan jumlah dari nilai ekspor produk karet olahan dan produk
Walaupunjika dilihat dari potensi ekspor nasional, target
minyak sawit (palm oil product)
ekspor pemerintah sudah dapat tercapai pada tahun 2008,
3) Ekspor komoditas sayur-sayuran, buah-buahan dan tanaman lainnya.
tetapi ada beberapa kendala yang dapat menjadi faktor penghambat pencapaian target di lapangan. Sejumlah kendala itu dibagi dua kelompok besar, yakni kendala dari
Dari ketiga kelompok besar komoditas ekspor pertanian
sisi permintaan dan dari sisi penawaran.
tersebut, pertumbuhan yang tertinggi ada pada kelompok komoditas perkebunan olahan (produk minyak sawit dan
Sisi Permintaan
bahan karet olahan), dimana nilai pertumbuhan ekspor ratarata kelompok komoditas di atas adalah 14 persen per
Ada beberapa kendala yang timbul dari sisi permintaan
tahunnya. Adapun secara keseluruhan pertumbuhan
yakni sebagai berikut:
ekspor komoditas pertanian adalah sebesar 9 persen (Tabel
1).
Tabel1. Nilai Ekspor Komoditas Pertanian dan Pertumbuhannya Ekspor Komoditas Perkebunan Primer Tahun
Nilai (ribu Dolar AS) (1) 883400 1225500 1211100 1239953 1235872 1499225 1210379 1041488 816681 1097482
Pertumbuhan per tahun
Ekspor Komoditas Sayursayuran, Buah dan Tanaman lainnya Nilai (ribu PertumbuPertumbuhan per tahun Dolar AS) han per tahun (3) 0.07 326800 0.22 -0.43 0.37 185500 212600 0.14 0.39 214785 0.01 0.03 1.04 0.08 438813 0.62 -0.29 713042 -0.47 0.25 374987 -0.29 0.01 265904 0.13 -0.13 303083 -0.23 233344 0.59 0.07 0.14
Ekspor Komoditas Perkebunan OIahan Nilai (ribu Dolar AS) (2) 1535500 2109000 2938000 3051983 3299316 2333223 2931727 2989303 2571838 4109305
0.17 1993 1994 0.38 -0.011 1995 0.02 1996 1997 -0.003 1998 0.21 1999 -0.19 2000 -0.13 2001 -0.21 2002 0.34 Rata0.058 rata Sumber: Diolah dari data time series CEIC 1993-2003
Total Ekspor Komoditas Pertanian Nilai (ribu PertumbuDolar AS) han per tahUi (1+2+3) 2745700 0.12 3520000 0.28 4361 700 0.23 4506721 0.03 4974001 0.10 4545490 -0.08 4517093 -0.006 4296695 -0.048 3691602 -0.14 5440131 0.47 0.09
46 ISSN:0853-8464
AGRIMEDIA - Volume 9, No.2 Desember 2004
Pertama, Sepanjang periode 1993-2002 berdasarkan uji
Tidak signifikannya hubungan kausalitas antara nilai tukar
kausalitas Granger ditemukan bahwa variabel nilai tukar
efektif riil (real effective exchange rate), harga ekspor dan
riil efektif dan harga ekspor tidak signifikan pengaruhnya
belanja konsumsi dunia terhadap permintan komoditas
terhadap permintaan ekspor komoditas Indonesia (Irawan
ekspor Indonesia mengindikasikan yang menentukan
(2004). Sebagaimana yang diketahui daya kompetisi dari
permintaan ekspor Indonesia bukanlah dari sisi permintaan.
komoditas ekspor suatu negara dapat tercerminkan dari nilai tukar efektif riil (real effective exchange rate) dan harga ekspomya. Semakin tinggi depresiasi nilai tukar efektif riil yang artinya semakin kompetitif nilai tukar, semakin tinggi volume ekspor komoditas suatu negara. Begitujugasemakin rendah harga ekspor komoditas ekspor suatu negara maka permintaan terhadap komoditas ekspomya juga akan semakin tinggi.
Kedua, aspek keamanan dari Negara tujuan ekspor utama Indonesia khususnya Amerika Serikat (AS). Negara terse but merupakan penyerap terbesar ekspor non migas Indonesia yakni sebesar 16.01 persen dengan nilai ekspor yang cukup tinggi. Contohnya pada bulan September 2002 - Oktober 2002 yang mencapai 65.1 an juta dolar (Iihat TabeI3). Sebagai antisipasi terhadap ancaman serangan teroris, AS telah melakukan kebijakan pengamanan di
Faktor lain yang juga penting dalam menentukan
bidang perdagangan. AS melalui institusi Bea Cukainya
permintaan komoditas ekspor adalah permintaan pasar
telah membentuk Container Security Initiative (CSI) untuk
dunia untuk ekspor Indonesia dimana didekati dengan
mencegah gangguan teroris melalui pengiriman peti kemas.
jumlah dari belanja konsumsi negara-negara mitra dagang
Untuk itu dilakukan peningkatan pemeriksaan peti kemas
penting Indonesia (AS, Jepang, Inggris, Australia,
dengan menggunakan alat yang memungkinkan identifikasi
Hongkong, dan Kanada). Uji kausalitas Granger (Irawan,
peti kemas dengan resiko tinggi yang ditempatkan di
2004) juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
sejumlah pelabuhan luar negeri.
kausalitas yang signifikan antara belanja konsumsi dunia terhadap permintaan ekspor pertanian (lihat TabeI2). Tabel2. Hubungan Kausalitas dari exchange rate ke Harga Ekspor dan Permintaan Komoditas Ekspor Kausalitas F-Statistic Dari Ke Real effective Exchange Permintaan Ekspor 1.60489 rate Komoditas Pertanian Real effective Exchange Permintaan Ekspor Komoditas 1.54791 rate Non Pertanian Harga Ekspor Pertanian Permintaan Ekspor Komoditas 0.59482 Pertanian Harga Ekspor non Permintaan Ekspor 0.81478 Pertanian Komoditas Non Pertanian Belanja Konsumsi Dunia Permintaan Ekspor 0.53657 (AS, Jepang, Inggris, Komoditas Pertanian Australia, Hongkong, dan Kanada) Belanja Konsumsi Dunia Permintaan Ekspor non 1.65178 (AS, Jepang, Inggris, Komoditas Pertanian Australia, Hongkong, dan Kanada)
Probability
Keterangan
0.20550
Tidakada
0.21721
Tidak ada
0.55340
Tidakada
0.44535
Tidak ada
0.58623
Tidak ada
0.44695
Tidak ada
Sumber: Irawan (2004)
47 ISSN:0853-8464
AGRIMEDIA - Volume 9, No.2 Desember 2004
Tabel 3. Ekspor non Migas Indonesia menurut Negara Tujuan Januari - Oktober 2001 dan 2002
544.3 410.0 584.5 156.9 101.3 105.0 189.8 88.7 197.6 237fU
609.4 470.4 619.2 173.2 99.9 100.3 184.4 75.4 136.4 2468.6
6361.9 4002.9 5 773.1 1449.2 764.8 1 119.7 1 328.7 1022.2 1 235.5 23058.0
6076 4021.7 5325.9 1 585.7 919.9 I 052.9 1 795.2 945.5 1462.8 23 185.6
Perubahan Oktober thd September 2002 (Juta Dolar AS) 65.1 60.4 34.7 16.3 -1.4 -4.7 -5.4 -13.3 -61.2 90.5
1656.1 4034.2
1 713.4 4 182.0
14199.7 37257.7
14774.3 37959.9
57.3 147.8
Nilai FOB (Juta Dolar Amerika Serikat) Negara Tujuan Ekspor
Amerika Serikat Singapura Jepang Malaysia Australia Jerman Cina Taiwan Korea Selatan Total 9 negara Tujuan Lainnya Total Non Migas
September 2002
Oktober 2002
Jan-Okt 2002
Jan-Okt 2002
% Peran thd Total Non Migas JanOkt 2002 16.01 10.60 14.03 4.18 2.42 2.77 4.73 2.49 3.85 61.08 38.92 100.00
.Sumber: Badan Pusat Statistik (daJam Kompas 11 Nopember 2002)
Akibatnya, mulai tanggal 5 Desember 2002 yang lalu
berikut (Basri (2003) dan Harian Kompas 18 Nopember
aktivitas ekspor mendapat tambahan biaya dalam bentuk
2003):
war risk surcharge untuk semua kargo yang diekspor dari Indonesia ke AS dan Eropa. Selain tarifpeti kemas
1.
Peringkat Indeks Growth competitiveness Indonesia
perusahaan asuransi juga menaikkan premi asuransi
diantara 80 negara yang diobservasi pada tahun 2001
dengan alasan keamanan (war risk). Premi asuransi di
berada pada posisi 62 dan memburuk menjadi posisi
atas naik sebesar 15 persen. Komite Resiko Perang (War
ke 67 pada tahun 2002 dan merosot lagi menjadi
Risk Committee) juga telah memutuskan Indonesia masuk
peringkat 72 dari 102negara pada tahun 2003.
dalam daftar dikenakan tambahan premi karena adanya
Komponen yang cukup baik untuk Indonesia dari
kasus Born Bali. Kebijakan peningkatan pengamanan di.
Indeks Growth
atas menimbulkan biaya tambahan yang dibebankan
lingkungan mikro ekonomi yaitu di peringkat ke 53. Di
kepada eksportir Indonesia, yang selanjutnya
lian pihak, yang terburuk adalah indeks institusi publik
meningkatkan harga ekspor produk Indonesia menjadi
pada peringkat 77 atau terburuk ke empat pada tahun
lebih tinggi sehingga menurunkan daya saing di pasar
2002. Posisi di atas hanya lebih baik dari Nigeria,
Amerika Serikat.
Bangladesh, dan Haiti. Ini menunjukkan semakin
~ompetitiveness
adalah indeks
memburuknya institusi publik. Hal ini juga menjadi
Sisi Penawaran
faktor penjelas penting tentang sumber ekonomi biaya tinggi yang sering dialami para pelaku ekonomi yang
Sejumlah fakta empiris tentang semakin lemahnya daya
selanjutnya akan menjadi kendala dalam upaya
saing Indonesia dalam perekonomian intemasional dari
menciptakan
sisi penawaran yang dapat menjadi faktor penting
perekonomian intemasional.
daya
saing
penghambat kinerja ekspor Indonesia adalah sebagai
48 ISSN:0853-8464
AGRIMEDIA - Vollll18 9, No.2 Desember 2004
Indonesia dalam
2.
Sementara itu peringkat indeks micro-economic com-
29 Desember 2004 Cina memiliki fasilitas jalan tol 92 kilo-
petitiveness Indonesia pada tahun 2001 berada pada
meter per 1 juta penduduk sedangkan Indonesia hanya 2.5
posisi 59 dan memburuk menjadi peringkat 64 di tahun
km per 1 juta penduduk.
2002. Posisi Indonesia ini lebih buruk diantara negaranegara sekawasan seperti Taiwan, Korea Selatan,
Selama ini kita mungkin berpandangan tentang postulat
Jepang, Hongkong, Singapura Vietnam, Pilip ina, In-
pemasaran "demand create own supply" adalah suatu
dia, Cina, Thailand, dan Malaysia. Peringkat indeks
keniscayaan, sehingga kebijakan-kebijakan yang lahir baik
micro-economic competitiveness Indonesia ini
berupa deregulasi ataupun Iiberalisasi diasumsikan akan
meliputi kualitas Iingkungan bisnis pada peringkat 55,
serta merta meningkatkan kinerja ekspor. Tetapi temyata
serta strategi dan operasional perusahaan pada
hampir selama dlla dekade Indonesia melakukan deregulasi
peringkat ke 65.
dan Iiberalisasi pasar yang all out, pangsa pasar ekspor Indonesia di dunia hanya 0.84%. Bandingkan dengan Cina
3.
Peringkat Indeks teknologi yang rendah yakni
(5.88%) atau dengan Malaysia (1.33%) (lihat Setiawan,
peringkat 78 dari 102 negara pada tahun 2003 konsisten,
2004), padahal kedua negara tersebut tergolong yang
juga dengan rendahnya pertumbuhan faktor
berhati-hati dan ''pilih-pilih'' dalam meliberalisasi pasarnya.
produktivitas (TFP) di Indonesia. Selama periode 1960-1994, Indonesia memiliki pertumbuhan TFP pal-
Belajar dari negara letangga khususnya Cina terse but yang
ing rendah kedua setelah Pilip ina di Asia Timur dan
perlu dibenahi terlebih dulu oleh pemerintah untuk memacu
Tenggara. Adapun peri ode 1975-1990 bahkan
daya saing di dunia internasional adalah dari sisi internal
menunjukkim TFP Indonesia adalah yang paling
domestik (sisi penawaran) dengan cara: I) mengeksiskan
rendah.
birokrasi negara yang berbiaya transaksi rendah serta hanya punya satu vested interest yaitu sebagai pelayan
Langkah ke Depan
publik, serta memiliki kapasitas adrnnistrasi yang tinggi dalam manajemen publik. Ini adalah faktor utama yang
Penulis ingin mengajak kita semua untuk belajar dari
diperlukan untuk menghilangkan biaya ekonomi tinggi
kampiun bam ekonomi dunia yakni Cina. Sangat menarik
yang menyebabkan para pelaku ekonomi tidak nyaman
ketika dicermati bagaimana negara ini tidak tergesa-gesa
berusaha di Indonesia.
masuk ke dalam perdagangan bebas dunia dengan menjadi anggota WTO. Cina mempersiapkan dirinya secara inter-
2) Membenahi dan meningkatkan ketersediaan fasilitas
nal dengan membenahi institusi dengan cara membersihkan
infrastruktur sepertijalan, komunikasi, Iistrik dan air adalah
kerak-karat rent seeker (koruptor) yang menumpangi
juga merupakan suatu keniscayaan, tidak ada negara di
institusi publik mereka dengan tindakan hukum keras
dunia yang berjaya memiliki pangsa ekspor dunia yang
terhadap para koruptor. Cina juga membenahi fasilitas
siknifikan tanpa mau berinvestasi dalam pembangunan
infrastruktur yang akan mendukung aktivitas ekonomi
fasilitas infrastruktur yang sikniftkan pula. Jerman, AS,
mereka sehingga mereka memiliki infrastruktur yang
Jepang, Cina dan Perancis, sebagai 5 (lima) besar negara
memadai untuk mendukung aktivitas ekonomi, ambil
dengan pangsa ekspor terbesar dunia telah membuktikan
sebagai perbandingan berdasarkan data Harian Kompas
hal tersebut.
49 ISSN: 0853-8464
A GRiMEDIA - Volume 9, No.2 Desember 2004
Menurut hemat penulis dua hal di atas haruslah berhasil diwujudkan oleh pemerintah sekarang untuk meningkatkan ekspor komoditas pertanian kita, tentu saja ada faktor utama lain yang penting dari sisi penawaran yang telah
taken for granted harus tersedia,yakni keamanan. Dari uraian di atas penulis ingin mengatakan bahwa pencapaian target ekspor komoditas pertanian yang telah dikemukakan oleh Mentan dalam rakernya dengan Komisi IV DPR RI sebenarnya otomatis akan tercapai jika kabinet presiden SBY berhasil mengatasi kendala-kendala peningkatan ekspor khususnya dari sisi penawaran.
Daftar Pus taka Basri, F. 2003. Daya Saing Kita yang Kian Rapuh. Harian Kompas 26 Mei 2003 Basri,
M.e. 2003.
Ekspor Manufaktur Indoensia dan Hambatan Sisi Penawaran. Harian Kompas 31 Juli2003halaman 15.
Irawan, A. 2004. Analisis Keterkaitan Ekonomi Makro, Perdagangan Internasional dan Pertanian di Indonesia: Aplikasi Vector Error Correction Model. Disertasi Doktor. Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Kompas. 2002. Faktor Eksternal Makin Lemahkan Daya Saing Produk Ekspor. Harian Kompas, 11 November 2002. Halaman 13. Kompas. 2003. Soal Daya Saing Perekonomian; Indonesia Hanya Unggul atas Afrika. Harian Kompas 18 November 2003. K0l!lpas. 2004. Cermin Sektor Riil ~ita. Laporan Akhir Tahun. Harian Kompas.29 Desember 2004, halaman29.· Setiawan, B. 2004. Paket Juli WTO, Kotak Pandora bagi Negara Berkembang. Harian Kompas 26· Agustus 2004 halaman 15.
50 ISSN:0853-8464 . AGRlMEDIA - Volwne 9, No.2 Desember 2004