Volume No. XLVI, Edisi Oktober s/d Desember 2015
Tani Buletin
ISSN 1693 – 816 X
Bolehkah Makanan Kita Ber-pengawet ???
Penerapan PTT pada Tanaman Kedelai Penerapan PTT pada Tanaman Kedelai
MENEROPONG SALAK PRONOJIWO LUMAJANG
Salam Redaksi Kuliner sudah menjadi bagian dari gaya hidup sekarang ini. Dalam budaya masyarakat Jawa jaman dulu, sebagaimana dikisahkan dalam karya sastra Serat Centhini , yang mengisahkan bahwa tamu diibaratkan sebagai raja. Diceritakan bahwa orang yang kemalaman akan dipersilahkan menginap. Artinya, di dapur dan meja makan harus tersedia makanan. Hal itu turut menjadi penyebab mengapa banyak orang yang terbiasa untuk selalu menyediakan makanan lebih dan membeli makanan tidak untuk dikonsumsi saat itu juga, tapi untuk disimpan. Dampaknya banyak bahan makanan yang dijual belum tentu sehat yang cenderung mengandung banyak zat aditif dan tidak cukup nutrisi. Meski kita selalu berpendapat bahwa memilih makanan sehat apa susahnya tetapi tidak demikian kenyataannya . Jadi Bolehkah makanan kita berpengawet??? Beberapa informasi lainnya terkait upaya peningkatan produksi tanaman pangan terutama untuk komoditas padi jagung dan kedelai, dengan demikian gambaran teknologi budidaya yang diketengahkan kali ini untuk komoditas jagung dan kedelai. Informasi rutin lainnya seperti perkembangan NTP dan pelaksanaan Hari Krida tahunan yang dihelat setiap tahunnya serta pengembangan agribisnis salak Pronojiwo dari Lumajang yang siap menyambut MEA dengan global gap-nya. Selamat membaca.
Penerbit Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur Penasihat Dr. Ir. Wibowo Ekoputro, MMT Kepala Dinas Pertanian Penanggung Jawab Drs. M Istidjab, MM Sekretaris Dinas Pertanian Pengarah Ir. A. Nurfalakhi, MP, Ir. R. Sita P, MMA, Ir. Bambang H, M. Agr, Ir. Indrosutopo, MMA Pemimpin Redaksi Ir. Koemawi H, MM Redaksi Pelaksana Ir. Anastasia, MCP, MMA Ir. Zainal Abidin, Huriyani Fikri Sirkulasi Suwandi, SH Wiji Lestari Alamat Redaksi Jalan Jend. A Yani 152 Surabaya Redaksi menerima artikel ataupun opini dikirim lengkap dengan identitas serta foto ke E-mail:
[email protected] Cover doc http://03hungguwali.blogspot.co.id dan http://health.kompas.com
Fokus - Bolehkah Makanan Kita Ber-Pengawet ???
3~6
Info Pertanian 7 ~11 - Penerapan PTT pada Tanaman Kedelai - Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Tahun 2015 Seputar Diperta 12 ~ 13 - Keikutsertaan UPT. Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura Pada Puncak Acara Hari Krida Pertanian (HKP) Ke-43 Geliat Agribisnis - Meneropong Salak Pronojiwo Lumajang
14 ~ 16
Budidaya 17 ~ 20 - Komponen Teknologi sebagai Langkah Peningkatan Produksi Jagung
FOKUS BOLEHKAH MAKANAN KITA BER-PENGAWET ??? Oleh: Cholifah, SP (Pengawas Mutu Hasil Pertanian Ahli Pertama)
Beberapa saat yang lalu, banyak isu-isu terkait keamanan pangan yang beredar. Sebut saja Mawar Pelaku bakso boraks atau rekan Mawar yang lain, Penjual Jeruk berformalin dan lain sebagainya. Isu-isu tersebut hingga saat ini masih meresahkan masyarakat, beberapa memang terbukti kebenarannya, tetapi banyak pula yang merupakan isu belaka, sehingga memunculkan kewaspadaan dan kecurigaan yang pada akhirnya tidak berdasar dan berujung. Sebelum menjawab pertanyaan diatas, sebaiknya kita ketahui apakah itu yang disebut sebagai Pengawet.
Pengawetan Produk Pangan Segar Asal Tumbuhan (Buah Dan Sayur) Buah dan sayur bersifat mudah rusak (perishable). Salah satu faktor yang menyebabkan hal ini adalah karena sayur dan buah masih melakukan aktivitas metabolisme setelah panen, yaitu respirasi. Respirasi merupakan aktivitas metabolisme yang menggunakan oksigen (O ) untuk merombak makro molekul menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana. Proses respirasi menghasilkan karbondioksida (CO ), uap air, dan panas. Akibat dari respirasi ini buah dan sayur mengalami perubahan kimia yang mengakibatkan perubahan fisik. Perubahan kimia akibat proses respirasi menyebabkan serangkaian perubahan dari tua (mature) berturut-turut menjadi matang (ripe), layu (senescene) dan selanjutnya busuk (decay). Usaha untuk menghambat terjadinya pembusukan buah dan sayur disebut pengawetan segar. Beberapa teknis proses pengawetan produk pertanian seperti Buah dan sayur : 1. Pengawetan secara fisik Beberapa teknis proses pengawetan pangan secara fisik: • Pelapisan buah dan sayur menggunakan : CMC (carboxyl methyl cellulose), gelatin, gumarab, agar-agar, pati dan senyawasenyawa turunan monosakarida. Persyaratan
•
2
umum bahan untuk pelapisan buah atau sayur antara lain tidak mempengaruhi rasa dan bau, mudah kering, tidak lengket, tidak mudah pecah, tidak menghasilkan permukaan yang tebal, tidak toksik, mudah diperoleh, murah harganya, dan diharapkan licin serta mengkilap; Pengendalian Atmosfir berupa konsentrasi CO tinggi dan O rendah digunakan unruk mempertahankan mutu buah dalam penyimpanan atmosfir terkendali atau termodifikasi; Pemanasan untuk bahan padat, namun tidak efektif untuk bahan yang mengandung gugus fungsional, seperti vitamin dan protein; Pendinginan dalam lemari pendingin, untuk daging dan susu; Pembekuan dengan menurunkan suhu / temperatur hingga di bawah titik beku air Pengasapan dengan memadukan teknik pengasinan dan pengeringan, untuk pengawetan jangka panjang, biasa diterapkan pada daging; Pengalengan dengan menambahkan bahan pengawet dalam kaleng yang hampa udara; Pembuatan acar pada sayur ataupun buah, Pengentalan untuk mengawetkan cairan; Pengeringan yang mencegah pembusukan akibat mikroorganisme, biasanya dilakukan 2
2
•
• • •
• • • •
2
maksimal sebaiknya gunakan buah nanas muda. Semakin banyak nenas yang digunakan, semakin cepat proses pengempukan dagingnya. • Enzim Papain dari getah pepaya yang disadap dari buahnya yang baru berumur 2,5 sampai 3 bulan. Enzim papain dari getah pepaya ini berfungsi untuk melunakkan daging, sebagai bahan penjernih pada industri minuman, industri tekstil, industri penyamakan kulit, industri farmasi dan alatalat kecantikan (kosmetik). Dalam setiap buah pepaya bisa dilakukan 5 kali penyadapan, untuk sekali penyadapan bisa menghasilkan sekitar 20 gr getah. Getah tersebut dapat diambil setiap 4 hari dengan cara menggoreskan buah pepaya dengan pisau. Hormon yang digunakan untuk menghambat pematangan buah dan sayur misalnya kinetin dan gibberellin. Kinetin menghambat degradasi klorofil dan penuaan sayuran bayam, cabe, buncis, dan ketimun. Gibberellin menghambat pematangan buah tomat, jambu biji dan pisang. Pada jeruk, gibberellin menghambat degradasi klhlorofil.
untuk bahan padat yang mengandung protein dan karbohidrat; • Pembuatan tepung untuk bahan yang mengandung karbohidrat; • Irradiasi dengan menghancurkan mikroorganisme dan menghambat perubahan biokimia. 2.
Pengawetan alami Proses pengawetan pemanasan dan pendinginan. Keduanya dilakukan bisa dengan cara modern atau tradisional. Misalnya cara pengawetan makanan secara modern adalah dengan radiasi dan cara tradisional adalah pengawetan makanan dengan pengeringan. 3.
Pengawetan biologis Pengawetan secara biologis adalah dengan peragian atau fermentasi. Cara Peragian atau Fermentasi merupakan proses perubahan dari karbohidrat menjadi alkohol. Zat-zat yang berperan dalam proses fermentasi ini adalah enzim yang dihasilkan oleh sel-sel ragi itu sendiri. Proses fermentasi makanan ini lamanya tergantung dari bahan makanan yang difermentasikan atau diragikan. Untuk mempercepat proses fermentasi atau peragian bisa menambahkan enzim lain sebagai katalisator biologis yang dihasilkan oleh sel-sel hidup yang membantu mempercepat bermacam-macam reaksi biokimia. Enzim yang terdapat dalam makanan bisa berasal dan diperoleh dari bahan mentah atau mikroorganisme dalam makanan tersebut. Pada daging, ikan, susu, buah-buahan dan biji-bijian mengandung enzim tertentu yang secara normal aktif bekerja pada bahan makanan tersebut. Enzim juga bisa menyebabkan perubahan dalam bahan pangan. Perubahan ini bisa menguntungkan dan bisa dikembangkan semaksimal mungkin, tetapi juga bisa merugikan. Perubahan karena pengaruh enzim ini bisa perubahan berupa rasa, warna, bentuk, kalori, dan sifat-sifat lainnya. Beberapa contoh enzim yang sering digunakan dalam pengolahan daging. • Enzim Bromalin dari buah nanas berfungsi untuk melunakkan daging. Aktifitasnya dipengaruhi oleh kematangan buah, konsentrasi pemakaian, dan waktu penggunaan. Untuk memperoleh hasil yang
3.
Pengawetan kimia Pengawetan Kimia yang menggunakan bahan-bahan kimia, seperti gula pasir, garam dapur, nitrat, nitrit, natrium benzoat, asam propionat, asam sitrat, garam sulfat, dan lainlain. Proses pengasapan termasuk jenis pengawetan cara kimia, bahan-bahan kimia dalam asap dapat berfungsi sebagai pengawet makanan. Dengan jumlah pemakainan yang tepat, pengawetan dengan cara kimia pada makanan akan lebih praktis serta lebih dapat menghambat berkembang biaknya mikroorganisme seperti jamur atau kapang, bakteri, dan ragi. Beberapa jenis Pengawet yang kita kenal : a. Natrium/ kalium Benzoat: Cocok untuk makanan bersifat asam pH 2,5 -4,0. Sari buah, minuman ringan, saus tomat, saus sambal, jem, jeli, manisan, kecap. Ditambahkan pada akhir/ setelah proses pemanasan; b. Propionat (Asam/kalium): Cocok untuk produk bakery/ rerotian. Ditambahkan pada adonan;
4
c.
d.
e.
9.
Nitrit (Kalium/natrium): Peruntukkan pada Daging olahan (sosis, kornet kalengan), keju; Sorbat (garam kalium/kalsium): Cocok untuk makanan pH rendah – pH 6,5; Margarin, pekatan sari buah, keju, Bakery; Sulfit (garam kalium/natrium bisulfit) di peruntukkan pada potongan kentang goreng, udang beku, pekatan sari nenas.
11. 12.
Bahan Tambahan Pangan (BTP) Pengawet makanan merupakan salah satu dari bahan tambahan pangan (BTP) yang digunakan untuk mengawetkan pangan yang mudah rusak. Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 033 Tahun 2012, Bahan Tambahan Pangan didefinisikan sebagai bahan kimia alami atau sintetis, yang mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang ditambahkan dalam makanan pada waktu pengolahan supaya performa makanan tersebut baik (warna menarik dan seragam, awet, empuk, dsb.). Pengawet atau bahan tambahan pangan yang banyak digunakan dalam masyarakat sebagai berikut: 1. Anti buih (Antifoaming agent) untuk mencegah / mengurangi pembentukan buih; 2. Anti kempal (Anticaking agent) untuk mencegah mengempalnya produk pangan; 3 Antioksidan (Antioxidant) bermanfaat untuk mencegah / menghambat kerusakan pangan akibat oksidasi; 4. Bahan pengkarbonasi (Carbonating agent) untuk membentuk karbonasi dalam pangan; 5. Garam pengemulsi (Emulsifying salt) bermanfaat untuk mendispersikan protein dalam keju dan mencegah pemisahan lemak; 6. Gas untuk kemasan (Packaging gas) yang dimasukkan ke dalam kemasan pangan sebelum, saat, maupun setelah kemasan diisi dengan pangan bermanfaat untuk mempertahankan mutu pangan & melindungi pangan dari kerusakan; 7. Humektan (Humectant) untuk mempertahankan kelembaban pangan; 8. Pelapis (Glazing agent) untuk melapisi permukaan pangan shg memberikan efek perlindungan dan / atau penampilan mengkilap,
13.
14.
15.
16.
17. 18.
19.
20. 21. 22.
23.
24.
5
Pemanis (Sweetener) digunakan dengan cara melarutkan, mendispersikan atau memodifikasi secara fisik BTP lain / zat gizi tanpa mengubah fungsinya dan tidak mempunyai efek teknologi pada pangan; Pembentuk gel (Gelling agent) bermanfaat untuk membentuk gel, Pembuih (Foaming agent) untuk memelihara homogenitas dispersi fase gas dalam pangan; Pengatur keasaman (Acidity regulator) untuk mengasamkan, menetralkan dan mempertahankan keasaman pangan; Pengawet (Preservative) untuk mencegah / menghambat fermentasi, pengasaman, penguraian & perusakan lainnya terhadap pangan yang disebabkan oleh mikroba; Pengembang (Raising agent) merupakan senyawa tunggal / campuran untuk melepaskan gas sehingga meningkatkan volume adonan; Pengemulsi (Emulsifier) membantu terbentuknya campuran yang homogen dari 2 atau lebih fase yang tidak tercampur seperti minyak dan air; Pengental (Thickener) bermanfaat untuk meningkatkan viskositas pangan; Pengeras (Firming agent) untuk memperkeras / mempertahankan jaringan buah dan sayuran, atau berinteraksi dengan bahan pembentuk gel untuk memperkuat gel; Penguat rasa (Flavour enhancer) untuk memperkuat / memodifikasi rasa dan aroma dalam bahan pangan; Peningkat volume (Bulking agent) untuk menambah volume pangan; Penstabil (Stabilizer) sistem dispersi yang homogen pada pangan; Peretensi warna (Colour retention agent) untuk mempertahankan, memperkuat intensitas warna pangan tanpa menimbulkan warna baru; Perisa (Flavouring) untuk memberi flavour dengan pengecualian rasa asin, manis dan asam; Perlakuan tepung (Flour treatment agent) ditambahkan pada tepung untuk memperbaiki warna, mutu adonan &/ pemanggangan, termasuk bahan pengembang adonan, pemucat & pematang tepung;
25. Pewarna (Colour) merupakan pewarna alami / sintetis untuk memberi / memperbaiki warna; 26. Propelan (Propellant) adalah gas untuk mendorong pangan keluar dari kemasan; 27. Sekuestran (Sequestrant) untuk mengikat ion logam polivalen membentuk ion kompleks sehingga meningkatkan kualitas pangan.
pembuatan baso, mie basah, pisang molen, lemper, lopis, siomay, lontong, ketupat, dan pangsit . 2.
Formalin Seperti halnya Boraks, Formalin juga banyak digunakan masyarakat untuk mengawetkan makanan seperti tahu dan mie basah. Padahal pemanfaatan formalin adalah untuk mengawetkan mayat dan organ tubuh makhluk hidup.
Jenis dan Batas Maksimum Penetapan penambahan dan pengurangan jenis BTP serta penetapan batas maksimum harus mempertimbangkan: 1. Persyaratan kesehatan berdasarkan bukti ilmiah yang shahih, 2. ADI/MTDI/PTWI* Asupan harian yang dapat diterima (Acceptable Daily Intake/ADI) adalah jumlah maksimum BTP dalam mg/kg BB yang dapat dikonsumsi setiap hari selama hidup tanpa menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan, Asupan maksimum harian yang dapat ditoleransi (Maximum Tolerable Daily Intake/MTDI) adalah jumlah maksimum suatu zat dalam mg/kg BB yang dapat dikonsumsi dalam sehari tanpa menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan, Asupan mingguan sementara yang dapat ditoleransi (Provisional Tolerable Weekly Intake/PTWI) adalah jumlah maksimum sementara suatu zat dalam mg/kg BB yang dapat dikonsumsi dalam seminggu tanpa menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan
Pelabelan Pengawet sebagai Bahan Tambahan Pangan Keterangan Label Pengawet harus memuat beberapa keterangan, yaitu: • Mencantumkan tulisan Bahan Tambahan Pangan dan "Pengawet Makanan / Pangan"; • Nama pengawet pangan; • Isi Netto; • Kode produksi; • Takaran penggunaan dalam pangan; • Nomor pendaftaran produk (MD/ML); • Nama dan alamat perusahaan.
Beberapa Pengawet Berbahaya dan Dilarang Didalam Peraturan Menteri Kesehatan No: 033 Tahun 2013 Lampiran II termuat Beberapa Pengawet Berbahaya dan Dilarang, diantaranya seperti : Boraks dan Formalin.
Kesimpulan: 1) Pemakaian BTP dianggap aman kalau penggunaannya sesuai dengan aturan yang telah ditentukan. 2) BTP dievaluasi terus menerus di negaranegara maju dan juga oleh Codex Alimentarius Commission WHO/FAO sehingga jika diketahui dari hasil penelitian membahayakan kesehatan, BTP akan dicabut dari daftar yang diperbolehkan. 3) Industri makanan dan minuman diharap mengikuti peraturan BTP dan hanya menggunakan BTP yang diperbolehkan. 4) Pangan siap saji sebaiknya menggunakan bahan alami dan bukan BTP, namun apabila tidak bisa dihindari, pilih BTP yang tercantum nomor persetujuan pendaftaran BPOM MD/ML.
1.
Referensi
Boraks Boraks yang juga dikenal dengan nama Bleng, obat puli, pijer. Peruntukkan Boraks sebagai Antiseptik, yang banyak digunakan pada industri kayu dan juga sebagai anti / pembunuh kuman. Boraks banyak digunakan karena membuat rasa yang lebih kenyal dengan teksturnya penampilan yang bagus untuk
•
Peraturan Menteri Kesehatan RI NOMOR 033 Tahun 2012 Tentang Bahan Tambahan Pangan,
•
http://dataiptek.blogspot.co.id/2013/02/PengawetanPangan.html,
•
https://beautyramissu.wordpress.com/2011/10/13/peng awetan-segar-buah-dan-sayur/,
•
6
https://id.wikipedia.org/wiki/Pengawetan_makanan
Komponen Teknologi Komponen teknologi yang diterapkan dalam PTT dikelompokkan kedalam teknologi dasar dan pilihan. Komponen Teknologi Dasar sangat dianjurkan untuk diterapkan di semua areal pertanaman kedelai. Penerapan komponen pilihan disesuaikan dengan kondisi, kemauan, dan kemampuan petani setempat. Adapun komponen dasar seperti (1) Varietas Unggul Baru; (2) Benih bermutu dan berlabel; (3) Pembuatan saluran drainase; (4) Pengaturan populasi tanaman; (5) Pengendalian OPT (organisme pengganggu tanaman) secara terpadu. Sedangkan Komponen Pilihan seperti : (1) Penyiapan lahan (2) Pemupukan sesuai kebutuhan tanaman ; (3) Pemberian pupuk organik; (4) Amelioran pada lahan kering masam,; (5) Pengairan pada periode kritis; (6) Panen dan pasca panen
Info
PERTANIAN
PENERAPAN PTT PADA TANAMAN KEDELAI Hingga saat ini kebutuhan kedelai nasional sebagian masih harus dipenuhi dari impor karena produksi dalam negeri belum mampu memenuhi permintaan yang terus meningkat. Kedelai banyak digunakan untuk industri pangan, antara lain tahu dan tempe yang telah menjadi menu utama masyarakat. Untuk menekan volume impor yang terus membengkak diperlukan upaya percepatan peningkatan produksi kedelai Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) kedelai adalah suatu pendekatan inovatif dan dinamis dalam upaya meningkatkan produksi dan pendapatan petani melalui perakitan komponen teknologi secara partisipatif bersama petani. Prinsip utama Penerapan PTT adalah Partisipatif dimana Petani berperan aktif memilih dan menguji teknologi yang ssuai dengan kondisi setempat, dan meningkatkan kemampuan melalui proses pembelajaran di Laboratorium Lapangan (LL), kemudian Spesifik Lokasi yaitu perlu memperhatikan kesesuaian teknologi dengan ligkungan fisik sosial-budaya, dan ekonomi petani setempat, serta Terpadu yaitu sumber daya tanaman, tanah dan air dikelola dengan baik secara terpadu. Prinsip lainnya yaitu Sinergis atau serasi yaitu pemanfaatan teknologi terbaik, memperhatikan keterkaitan antar komponen teknologi yang saling mendukung, kemudian Dinamis yaitu penerapan teknologi selalu disesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan IPTEK serta kondisi sosiali-ekonomi setempat. Tahapan pelaksanaan mencakup dua kegiatan utama yaitu : (a) Kegiatan penentuan prioritas masalah secara bersama oleh anggota kelompok tani. Dimana permasalahan setiap petani dikumpulkan, dikelompokkan dan dicarikan alternative pemecahannya oleh sesama peserta. Kemudaian (b) kegiatan analisa kebutuhan dan peluang introduksi teknologi atas dasar permasalah tersebut.
Komponen Teknologi Dasar 1. Varietas unggul baru, Varietas unggul baru (VUB) umumnya berdaya hasil tinggi, tahan terhadap hama penyuakit utama atau toleran draan lingkungan setempat dan dapat juga memiliki sifat khusus tertentu. VUB kedelai antara lain adalah Argomulyo, Anjasmoro, Grobogan, Gepak Kuning dan Detam 1. Pemilihan varietas perlu disesuaikan dengan agroekosistem setempat dan permintaan pengguna, misalnya ukuaran biji (sedang - besar) umur (genjah 0 sedang), dan kegunaan (bahan baku tahu, tempe, kecap dan taoge). Setiap varietas memiliki daya adaptasi berbeda antar agroekosistem, seperti lahan sawah/tegal, lahan masam, dan lahan pasang surut. 2.
Benih bermutu dan berlabel, Benih bermutu adalah benih dengan tingkat kemurnian dan daya tumbuh yang tinggi (> 85 %). Pada umumnya benih bermutu dapat diperoleh dari benih berlabel yang sudah lulus proses sertifikasi. Benih bermutu akan menghasilkan bibit yang sehat dengan akar yang banyak. 3.
Pembuatan saluran drainase, Tanaman kedelai memerlukan air yang cukup dan tidak menghendaki kelebihan air / tanah becek selama pertumbuhannya. Saluran drainase diperlukan untuk mengalirkan air ke areal pertanaman guna menjaga kelembaban tanah optimal dan mengalirkan kelebihan air pada saat hujan. Jarak antar saluran ditentukan oleh jenis tanah, umumnya 2 - 5 m dengan lebar dan kedalaman sekitar 30 cm.
7
Pada lahan kering, saluran drainase berfungsi sebagai pematus air pada saat hujan.
pengolahan tanah di lahan kering perlu optimal, dengan dua kali bajak da satu kali garu (diratakan) Kegiatan gulma atau sisa tanaman dibersihkan pada saat pengolahan tanah.
4.
Pengaturan populasi tanaman, Populasi berkisar 350.000-500.000 tanaman/ha, kebutuhan benih 40-60 kg/ha, bergantung pada ukuran biji. Tanam dengan cara ditugal, jarak tanam 40 cm antar baris, 1015 cm dalam barisan, 2 - 3 biji perlubang, pada musim penghujan gunakan jarak tanam lebar (populasi sedang), pada musim kemarau gunakan jarak tanam rapat (populasi tinggi).
2.
Pemupukan, bahan organik dan amelioran Pupuk diberikan secara ditugal di seabelah lubang tanam atau diseabar merata pada saaat tanah masih lembab.. Kedelai yang ditanam. Kedelai yang ditanam setelah ;padi sawah umnya tidak memerlukan banyak pupuk. Penggunan pupuk hayati seperti bakteri penambat N2 (Rhizobium) disesuaikan dengan kebutuhan, perhatikan waktu kadaluwarsa pupuk hayati. PUTK (Perangkat Uji Tanah Kering) dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam menetapkan takaran pupuk an amelioran. Bahan organik bermanfaat untuk memperbaiki kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah. Persyaratan teknis pupuk organik mengacu pada Perrmentan no. 02/2005, kecuali diproduksi untuk keperluan sendiri. Pemberian pupuk organik dan pupuk kimia dalam bentuk dan jumlah yang tepat berperan penting untuk keberlanjutan sistem produksi kedelai. Penggunaan amelioran ditetapkan berdasarkana tingkat kejenuhan aluminium (Al) tanah dan kandungan bahan organik tanah. Kejenuhan Al memiliki hubungan yang kuat dengan tingkat kemasaman (pH) tanah. Lahan kering masam perlu diberi kapur pertanian (dolomit atau kalsit) dengan takaran sebagai berikut : (a) pH tanah 4,5 - 5,3 ± 2,0 t kapur / ha; (b) pH tanah 5,3 - 5,5 ± 1,01 kapur / ha ; (c) pH tanah 5,5 - 6,0 ± 0,51 kapur / ha.
5.
Pengendalian hama, penyakit dan gulma secara terpadu, Diawali dengan mengindetifikasi jenis dan penghitungan kepadatan populasi hama, kemudian menentukan tingkat kerusakan tanaman seberapa jauh tingkat penyerangannya, lalu bagaimana strategis atau taktik dan teknik pengendaliannya misalnya dengan mengusahakan tanaman selalu sehat, melakukan pengendalian secara hayati atau penggunaan varietas yang tahan terhadap hama, dapat juga melalkukan pengendalian secara fisik dan mekanis atau penggunaaan feromon atau penggunaan pestisida kimia apabila serangan sudah cukup berat. Tindakan sama dengan pengendalian hama yaitu diawali dengan mengindetifikasi jenis Penyakit seperti cendawan, bakteri atau virus, kemudian menentukan tingkat kerusakan tanaman seberapa jauh tingkat penyerangannya, lalu bagaimana strategis atau taktik dan teknik pengendaliannya misalnya dengan mengusahakan tanaman selalu sehat, melakukan pengendalian secara hayati atau penggunaan varietas yang tahan terhadap hama, dapat juga melalkukan pengendalian secara fisik dan mekanis atau penggunaaan feromon atau penggunaan pestisida kimia (fungisida, bakterisida) apabila serangan sudah cukup berat. Melalui identifikasi jenis gulma dan tingkat kepadatan gulma dapat ditentukan teknik pengendalian apakah dengan cara mekanis, atau kultur teknis dan atau kimiawi (herbisida) atau secara terpadu.
3.
Pengairan pada periode kritis Periode kritis tanaman kedelai terhadap kekeringan mulai pada saat pembentukan bunga hingga pengisian biji (fase reproduktif). Pada lahan sawah, pengairan diberikan secukupnya menjelang tanaman berbunga dan fase pengisian polong.
4.
Panen dan Pasca panen Panen yang tepat menentukan mutu biji dan benih kedelai. Panen dilakukan jika tanaman sudah masak atau 95 % polong telah berwarna coklat dan daun berwarna kuning. Barangkasan kedelai segera dihamparkan dan dijemur dengan ketebalan sekitar 25 cm. Biji dirontok setelah barangkasan kering, secara manual atau menggunakan thresher (perhatikan kecepatan slinder perontok dan kadar air biji). Panen tepat waktu dan penggunaan alat mesin untuk merontok biji akan menghasilkan produk yang berkualita tinggi.
Komponen Teknologi Pilihan 1. Penyiapan Lahan, Pengolahan tanah tidak diperlukan jika kedelai ditanam di lahan sawah bekas tanaman padi, jerami dapat digunakan sebagai mulsa. Penggunaan mulsa berguna untuk menjaga kelembaban tanah, mengurangi serangan lalat kacang dan menekan pertumbuhan gulma.. Untuk
8
(Diah Sulistyowati, Penyuluh Pertanian Madya) •
Alat ukur untuk menilai tingkat kesejahteraan petani salah satunya adalah berdasarkan Nilai Tukar Petani (NTP). Dengan demikian NTP Jawa Timur menjadi Indikator kinerja pembangunan ekonomi masyarakat terutama petani di Jawa Timur, mengingat sebagian besar masyarakat Jawa Timur dengan 7,26 juta penduduk bergerak dalam kegiatan sektor pertanian / agribisnis, dan sebanyak 33,59 juta penduduknya tinggal di pedesaan tinggal di perdesaan. Oleh karena itu dalam setiap tahapan pembangunan pertanian Jawa Timur, kesejahteraan petani dinilai sangat strategis dan menjadi prioritas. Sebagai salah satu indikator kesejahteraan petani, maka NTP berperan mengukur daya beli petani yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima (It) petani terhadap indeks harga yang dibayar (Ib) petani (dalam persentase). Jadi NTP menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian Doc. BP3K Wlingi Blitar
9
dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi dan pembentukan barang modal. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat daya beli petani. Besaran NTP tidak hanya dipengaruhi oleh kinerja sektor pertanian tetapi juga dipengaruhi berbagai situasi dan gejolak yang terjadi, baik karena faktor alam atau akibat adanya distorsi pasar salah satunya seperti penerapan kebijaksanaan publik akan mempengaruhi produksi serta harga. • Jika NTP > 100 artinya kemampuan/daya beli petani lebih baik dibanding keadaan pada tahun dasar 2012 = 100, • Jika NTP = 100 artinya kemampuan/daya beli (kesejahteraan) petani sama dengan keadaan pada tahun dasar 2012 = 100 dan • Jika NTP < 100 artinya kemampuan/daya beli petani menurun dibanding keadaan pada tahun dasar 2012 = 100.
Rata-rata NTP Jawa Timur Perkembangan NTP Jawa Timur (NTP Gabungan) tahun 2015 berdasarkan rata-rata hingga bulan November 2015 sangat fluktuatif. Rata- rata dari perkembangan NTP yang terlihat dalam tabel sebesar 104,71 dan terjadi penurunan sebesar 0,063 apabila dibandingkan rerata NTP tahun 2014 dengan periode yang sama, yaitu sebesar 104,78. Menurunnya rata - rata NTP tersebut disebabkan menurunnya rata-rata NTP 2015 dibandingkan dengan perkembangan rata-rata NTP 2014 untuk sub sektor hortikultura sebesar (1,07), dan perkebunan sebesar (2,47) serta perikanan sebesar 9,13. Angka penurunan ratarata NTP 2015 untuk sub sektor hortikultura, perkebunan dan perikanan disebabkan rata-rata indeks yang dibayar (Ib) lebih besar dibandingkan indeks harga yang diterima petani (It). Artinya dalam kurun waktu tahun 2015 harga barang-barang yang dikonsumsi oleh petani hortikultura, perkebunan dan perikanan lebih besar dari pada harga barang-barang yang dihasilkannya. Secara nasional. penurunan NTP tidak
yang mencapai 102,09. Rata-rata NTP bulan Januari – November 2015. Rata-rata NTP Tahun 2015 dari 33 Provinsi Papua Barat Papua Maluku Utara Maluku Sulawesi Tenggara Sulawesi Barat Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah Gorontalo Sulawesi Utara Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Barat NTT NTB Bali Jawa Timur DI Yogyakarta Jawa Tengah Banten Jawa Barat DKI Jakarta Lampung Bengkulu Kep. Babel Sumatera Selatan Jambi Kepulauan Riau Riau Sumatera Barat Sumatera Utara Aceh 85,00
Uraian
2014 2015 1. Tanaman Pangan a. Indeks yang Diterima (It) 112,94 122,03 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 113,56 122,15 c. Nilai Tukar Petani (NTP-P) 99,46 99,89 2. Hortikultura a. Indeks yang Diterima (It) 117,72 124,97 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 112,19 120,35 c. Nilai Tukar Petani (NTP-H) 104,92 103,85 3. Gabungan/Jawa Timur a. Indeks yang Diterima (It) 117,16 125,34 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 111,81 119,69 c. Nilai Tukar Petani (NTP-JT 104,78 104,71 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur, 2015 (data diolah)
102,09 100,80 99,54 104,35 104,72 98,11 102,28 96,48 98,62 99,99 98,66 96,73 101,91 103,65 104,20
104,83
101,13 100,23
104,76 105,08 98,18 103,17 93,92 104,70 96,87 95,43 99,45 95,24 97,74 98,61 96,50 90,00
95,00
100,00
105,00
(BPS Jawa Timur, 2015, diolah)
NTP Jawa Timur Tahun 2014 dan 2015 Periode Januari – November Rerata Jan - Nov
100,37 96,85
Rata-rata Sub Sektor Tanaman pangan dan Hortikultura Perkembangan Subsektor Tanaman pangan dan Hortikultura selama 3 bulan terakhir mengalami peningkatan meskipun jika dibandingkan tahun 2014 NTP hortikultura mengalami pelemahan yang disebabkan ratarata indeks yang dibayar (Ib) lebih besar dibandingkan indeks harga yang diterima petani (It). Meningkatnya indeks harga yang diterima petani meningkat (It) pada bulan September – November disebabkan meningkatnya harga beberapa komoditas yang dihasilkan petani : Tomat, Bawang merah, wortel dan Kol/kubis (September - Oktober), Jagung (September – November) dan Gabah
Pertumbuhan Jan - Nov (%) 2014 2015 0,36 0,49 (0,13)
0,75 0,32 0,43
0,70 0,46 0,23
0,19 0,32 (0,12)
0,54 0,44 0,10
0,42 0,29 0,13
hanya terjadi di Jawa Timur seperti terlihat dalam grafik bahwa NTP Nasionalpun mengalami pergerakan yang fluktuatif pada tahun 2015 dengan rata-rata sebesar 101,48 atau menurun sebesar 0,62 dibanding tahun 2014
10
110,00
meningkat harganya di bulan November akan tetapi pada bulan September – November, harga panen cabai dan cabai merah justru melemah. Disisi lain, indeks yang dibayar (Ib) pun meningkat karena meningkatnya peningkatan inflasi pedesaan dalam 3 bulan terakhir yang disebabkan peningkatan konsumsi rumah tangga pada kelompok makanan seperti beras, bawang putih, bawang merah dan jagung pipilan. Berfluktuasinya harga komoditas tanaman pangan dan hortikultura perlu diperhatikan mengingat komoditas beras, jagung, bawang merah dan cabai sangat berpengaruh terhadap
inflasi pedesaan di akhir tahun 2015. Upaya pemerintah telah banyak dilakukan untuk mengendalikan harga melalui pengaturan produksi terutama bawang merah dan cabai. Sedangkan untuk komoditas pangan seperti beras telah difasilitasi melalui berbagai prasarana alat dan mesin pertanian untuk panen dan pasca panen yang diharapkan dapat mengurangi tingkat kehilangan hasil saat proses panen dan petani juga dapat menjual hasil sawahnya tidak lagi dalam bentuk gabah kering panen dan kering giling tetapi dalam bentuk beras. (Anastasia, MCP, Perencana Madya)
Grafik Perkembangan NTP Bulanan Jawa Timur Tahun 2015 116,00 114,00 112,00
Indeks NTP
110,00 108,00 106,00 104,00 102,00 100,00 98,00 96,00 94,00
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Tan. Pangan
101,57 102,47 98,86
95,25
94,77
96,44
97,64
Hortikultura
104,63 105,49 105,03 103,08 103,16 103,25 104,11 103,79 103,13 103,30 103,36
Jan
Peb
Tan. Perkeb. Rakyat 103,23 103,29 101,79 101,23 100,54 99,74 Peternakan 110,80 111,94 111,32 112,05 111,84 112,01 Perikanan 105,32 106,14 105,40 104,63 104,70 105,80 NTP. Jawa Timur 105,23 106,18 104,32 102,82 102,50 103,05 NTP Nasional
Agust
Sept
Okt
Nov
99,77 102,90 103,38 105,77
100,69 102,53 100,86 99,45 100,32 112,34 113,55 115,50 113,26 112,78 105,87 105,56 105,97 106,67 106,38 103,87 105,14 106,42 105,76 106,56
101,86 102,19 101,53 100,14 100,02 100,52 100,97 101,28 102,33 102,46 102,95
(BPS Jawa Timur, 2015, diolah)
11
SEPUTAR DIPERTA KEIKUTSERTAAN UPT. PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PADA PUNCAK ACARA HARI KRIDA PERTANIAN (HKP) KE-43
Oleh : Sri Suwartini Kasi Pengembangan Agribisnis Hortikultura
Hari Krida Pertanian (HKP) merupakan salah satu event tahunan yang diselenggarakan oleh Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur, untuk mengajak seluruh insan pertanian agar lebih bersyukur dan terus bersemangat dalam menjalankan kiprah di tugasnya masing-masing. Sikap bersyukur dan semangat tersebut pada hakekatnya merupakan inti dan keluaran yang ingin diperoleh dari setiap penyelenggaraan HKP di setiap tahunnya. Dengan mengusung tema “Dengan Semangat HKP Kita Tingkatkan Produksi Pangan dan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Lokal Menuju Kemandirian dan Kedaulatan Pangan “ pelaksanaan Gebyar HKP ke-43 Tahun 2015 yang berlangsung di Kampus UMM ini dimaksudkan sebagai sosialisasi pengembangan tanaman pangan nasional yang dikenal dengan UPSUS PAJALE (Upaya Khusus swasembada Padi Jagung dan Kedele) melalui peningkatan luas tanam dan produktivitas ketiga komoditas tersebut di sentra produksi utama.
HKP
maupun aneka kegiatan lainnya yang
secara resmi dilakukan oleh Assisten
dilakukan di masing-masing unit kerja di
Perekonomian
(Dr.
lingkup
Hadi Prasetyo) pada tanggal 6 Oktober
dengan
2015.
kembali
ditekankan pada pengembangan tanaman
pemangku
potensial sebagai sumber bahan pangan
kepentingan (petani/pelaku usaha dan
alternatif. Tema ini diwujudkan melalui
institusi pembina) dalam pengembangan
penataan display UPT PATPH berupa
produk pertanian yang memiliki daya
keragaan aneka jenis labu-labuan (Labu
saing
Pembukaan
Pada
diingatkan
acara
dan
Gebyar
Pembangunan
kesempatan kesiapan
ini
para
UPT, tema
utamanya
yang
sentral
acara,
terkait yang
regional
maupun
Parang, Labu Kabucha, Labu Nangkua)
khususnya
dalam
yang mulai diintroduksikan dan ditanam
menghadapi pemberlakuan pasar bebas
di kebun UPT PATP. Selain itu juga
Asia atau yang lebih dikenal sebagai
ditampilkan demo dan display beberapa
Masyarakat Ekonomi Asia-MEA.
produk olahan
di
pasar
internasional,
berbahan
dasar
Labu
Parang yang masih diujicobakan untuk
Keikutsertaan UPT PATPH pada event
skala laboratorium.
ini ditujukan untuk lebih mengenalkan profil dan potensi kebun yang dikelola 12
masing kebun agribisnis yang dikelola oleh
Secara umum visualisasi materi isian dan
perlengkapan
pendukung
UPT PATPH. Secara umum keberadaan stand UPT PATPH dalam Pameran HKP ini cukup memberikan dampak yang positif dalam upaya menjalin jejaring dan hubungan kerja yang bersifat kedinasan dengan pihak lain secara individual maupun institusional. Ke depan perlu dilakukan penyempurnaan isian dan pendukung display, yang dilengkapi dengan peralatan audio visual sehingga bisa lebih menggambarkan profil maupun kegiatan UPT secara lebih menarik lagi.
display
yang ditampilkan di Stand UPT PATPH tahun ini mengalami banyak perubahan dibandingkan event
yang
serupa
ditampilkan
pada
pada
tahun-tahun
sebelumnya. Hal ini terlihat dari upaya untuk
melengkapi
item
isian
display
dengan komoditas utama (Melon, Jeruk, Pisang, Apel, Semangka, Jagung manis, Cabe merah, Terong, Tomat, Jamur dan aneka labu) dan penampilan peralatan pendukung antara lain berupa : Rotary Banner,
Running
Vertikultur,
Rak
Text
LCD,
Hidroponik
Rak
maupun
peralatan masak untuk demo pengolahan labu parang. Keberadaan
peralatan
Diantara stan UPT PATPH yang mendisplay produk agribisnis tanaman pangan dan hortikultura adalah mengenalkan budidaya secara vertikal dan Hidroponik
pendukung
maupun bahan informasi tercetak yang berupa leaflet secara nyata memberikan tampilan
lebih
membantu
lengkap
untuk
dan
sangat
memvisualisasikan
profil dan kegiatan yang dilakukan di masing-masing unit kerja atau kebun. Antusiasme pengunjung
dan terhadap
keingintahuan profil
maupun
kegiatan UPT juga dapat dilayani secara baik
oleh
kecekatan
petugas
yang
memandu stand. Kebanyakan pengunjung yang
sebagian
besar
merupakan
pelajar/mahasiswa tersebut secara aktif menggali informasi terkait komoditas yang ditampilkan dari aspek teknis budidaya maupun pengembangan pasarnya. Selain itu mereka juga mendapatkan informasi tentang prosedur atau tatacara melakukan kunjungan atau magang / praktek kerja lapangan yang bias dilakukan di masing-
13
S
alak merupakan salah satu jenis tanaman buah tropis asli Indonesia yang sampai saat ini belum diketahui secara pasti sejak kapan tanaman tersebut dibudidayakan pertama kali. Tanaman salak cukup populer di kalangan masyarakat dan sudah dibudidayakan sejak ratusan tahun silam di Indonesia. Dibalik kulitnya yang bersisik cokelat eksotis kehitaman yang mirip dengan sisik ular, buah salak mempunyai daging buah berwarna putih susu hingga kekuningan yang manis rasanya.
Sebagai buah eksotik, salak merupakan buah meja yang sangat populer. Bangsa China sangat menyukai buah ini karena percaya dengan memakan salak membuat kulit menjadi bersih dan sehat. Bahkan dapat menyembuhkan penyakit diare. Popularitas salak semakin meningkat, buahnya yang manis dan dapat dikonsumsi langsung sebagai buah segar, juga bisa dikonsumsi sebagai buah olahan seperti rujak, manisan, asinan,
keripik maupun sebagai buah kalengan. Selain itu, dibandingkan dengan buah-buahan lain yang banyak dikonsumsi, nilai gizi buah salak cukup baik dengan kandungan kalori, mineral serta vitamin yang cukup memadai. Hasil kajian Pusat Penelitian Gizi dan Makanan, Kementerian Kesehatan, kandungan betakaroten salak cukup tinggi, sehingga buah ini dapat menggantikan wortel untuk menjaga kesehatan mata. Mengingat banyaknya manfaat buah salak, baik
14
sebagai sumber kalori dan vitamin, juga terutama meningkatkan pendapatan petani karena nilai ekonominya yang cukup tinggi. dapat hidup bertahun-tahun, sehingga ketinggiannya dapat mencapai antara 1,5 – 8 meter, bergantung pada jenisnya. Dari akar yang tua dapat tumbuh tunas baru yang juga dapat ditangkarkan sebagai bibit. Tanaman salak memiliki nama ilmiah Salacca edulis Reinw dan termasuk famili Palmae.
Tanaman salak termasuk golongan tanaman berumah dua (dioceus), yang artinya membentuk bunga jantan pada tanaman terpisah daru bunga betinanya. Dengan kata lain, setiap tanaman salak memiliki satu jenis bunga atau disebut tanaman berkelamin satu (unisexualis). Batang salak hampir tidak kelihatan karena tertutup pelepah daun yang berduri yang tersusun rapat, dari batangnya yang berduri akan tumbuh tunas baru yang dapat menjadi anakan atau tunas bunga buah salak dalam jumlah yang banyak. Diantara berbagai varietas salak di Indonesia, yaitu : salak swaru, salak enrekang, salak gula pasir, salak bali, salak padang sidempuan, salak gading ayu, salak pangu, salak sibakua, salak sangata, salak condet, salak manonjaya, salak kersikan, salak bongkok. Bahkan beberapa jenis varietas salak tersebut mempunyai nilai komersial yang tinggi, sehingga varietas tersebut ditetapkan oleh pemerintah sebagai varietas unggul untuk dikembangkan, maka salak pronojiwo menjadi primadona karena mampu mengubah taraf hidup ribuan petani di Kecamatan Pronojiwo menjadi kaum jutawan. Salak Pronojiwo termasuk komoditas unggulan kedua secara nasional, bahkan ditengah maraknya serbuan buah impor, Salak Pronojiwo mampu menembus Malaysia dan Singapur dan menjadi buah yang sangat diminati konsumen di kedua negara jiran. Salak Pronojiwo berasal dari Kota Sleman Yogyakarta yang dikenal dengan salak pondoh. Tanaman salak tersebut setelah dibudidayakan di desa Pronojiwo, yang mengalami perubahan fisik setelah beradaptasi dengan lingkungan setempat.
Profil Salak Pronojiwo : 1.
2.
3. 4.
5.
15
Sudah memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) dan menerapkan Good Agriculture Practices (GAP), serta sebagian produk memiliki sertifikat Prima 3; Bibit lokal dengan varietas lumut, pondoh, hitam, jumlah populasi 1000 rumpun / hektar Budidaya secara intensif Pemupukan : • Tunggal (Urea : 100 kg/ha atau 50 gram /tanaman, SP 36: 50 kg/ha atau 75 gr / tanaman, KCl : 150 kg/ha atau 75 gr / tanaman, ZA : 400 kg / ha atau 200 gr / tanaman); • Majemuk (NPK 600 kg / ha atau 300 gr / tanaman) • Organik (20 ton / ha) • Dolomit (2000 kg / ha) Cara pemberian pupuk dengan ditaburkan mulai pembibitan, persiapan lahan, penanaman, dan pembungaan, pembuahan. Pemberian pupuk dasar pada umur tanaman 5 bulan dan pupuk susulan saat umur 12 bulan. Pengendalian OPT (Hama dan Penyakit) a. Hama Uret : • Kimia, yaitu menaburkan insektisida karbufuran; • Biologi, yaitu pelepasan musuh alami pada area pertanaman dan • Mekanis, pemasangan perangkap pada fase larva. b. Ulat penggerek buah : • Kimia, penyemprotan insektisida; • Mekanis, perbaikan drainase dan menutup bunga
Adapun perubahan fisik yang nampak
c. Penyakit busuk buah Pengendalian : • Kimia dengan disemprot fungisida); • Biologi, menggunakan bibit sehat; dan • Mekanis, yaitu perbaikan drainase dan menutup bunga (disungkup). d. Penyakit Fusarium : Pengendalian mekanis, yaitu perbaikan sanitase dan drainase. 6. Pengairan tadah hujan dengan ketersediaan air cukup; 7. Pemeliharaan dengan cara melakukan pewiwilan / perogresan, penyiangan, pemupukan, pembubunan dll; 8. Cara panen dipotong pangkal tandan buah dengan alat pemotong khusus; 9. Perlakuan setelah panen pembersihan buah dan sortasi, grading, pengemasan; 10. Pasca panen dan pengolahan berupa : a) sortasi, yaitu memisahkan buah sesuai ukuran, tingkat kemasakan; b) grading berdasarkan kelas A, B, C, dan lainnya dan melakukan pengemasan menggunakan keranjang / kotak; 11. Pemasaran dalam bentuk buah segar ke pasar lokal (Kalibening, Pronojiwo, Pasirian, Dampit dan Pasar Lumajang serta Pasar Baru Lumajang) dengan alur : petani – tengkulak – pedagang besar – pengepul di pasar – konsumen; 12. Sudah terbentuk Assosiasi Salak Lumajang
pada buahnya yang lebih besar dan rasa buah lebih manis, demikian pula dengan warna buah lebih bersih dan lebih menarik. Karena buah memiliki kelebihan dari induknya baik secara fisik, aroma dan rasanya, maka pada akhirnya salak tersebut diberi nama Salak Pronojiwo. Pengembangan Salak Pronojiwo mulai dilakukan tahun 1990-an hingga tersebar di kecamatan Pronojiwo, Lumajang. Dengan luas lahan hingga 3.000 ha, Pronojiwo menjadi sentra salak. (Anastasia, MCP, Perencana Madya)
16
Komponen Teknologi sebagai Langkah Peningkatan Produksi Jagung oleh Dyah Sulistyowati Penyuluh Pertanian Madya Pemerintah RI berkeinginan berswasembada berkelan-jutan untuk produksi jagung, dengan cara berupaya untuk peningkatan produksi. Upaya peningkatan produktivitas jagung dapat menggunakan teknologi Pengelolaan Teknologi Terpadu (PTT). PTT jagung bukan paket teknologi, tetapi hanya suatu pendekatan inovatif dan dinamis dalam upaya meningkatkan produktivitas, produksi dan pendapatan petani. Teknologi PTT meliputi Komponen Teknologi Dasar dan Komponen Teknologi Pilihan. Komponen Teknologi Dasar Teknologi ini mudah diterapkan dan berpengaruh besar terhadap peningkatan produksi jagung, meliputi: 1) Varietas Unggul Baru (Hibrida atau Komposit); 2) Benih bermutu dan berlabel dengan daya kecambah >95%, perlakuan benih dengan metalaksil khusus di wilayah endemik bulai; 3) Penanaman benih dengan populasi 66.000-75.000 tanaman/ha, jarak tanam 70-75 cm x 20 cm (1 biji per lubang) atau 70-75 cm x 40 cm (2 biji per lubang); 4) Pemupukan berdasarkan kebu-tuhan tanaman dan status hara tanah.
• • • • • •
2)
Bima-1 (hasil persilangan Mr4 x Mrl4), Bima-2 (hasil persilangan B11-209 x Mrl4), Bima-3 (hasil persilangan Nei9008xMrl4), Bima-4 (hasil persilangan (G180 xMr14), Bima-5 (hasil persilangan 193 x Mrl4), Bima-6 (N150 x Mr14), dan sebagainya.
Benih bermutu dan berlabel Benih bermutu dan berlabel, yaitu benih jagung yang mempunyai kelebihan sebagai berikut : kemumian dan daya tumbuh yang tinggi (>95%), tumbuh serentak, menghemat penggunaan benih, populasi tanaman, berbunga serentak, tongkol berisi, dan produktivitas tinggi. Dengan penggunaan benih bermutu dan berlabel, merupakan langkah awal menuju keberhasilan dalam usahatani jagung (95%). Penggunaan benih ini sangat hemat, yaitu 18-20 kg/ha. Agar daya kecambah > 95% sebelum ditanam benih jagung dilakuan seed treatment dengan
1)
Varietas Unggul Baru Varietas Unggul Baru (Hibrida atau Komposit) merupakan varietas yang berdaya hasil tinggi, toleran terhadap cekaman biotik dan abiotik, atau memiliki sifat khusus tertentu. Jagung hibrida merupakan F l persilangan antara dua tetua. Tetua dapat berupa galur murni, hibrida silang tunggal dan varietas atau popuiasi bersari bebas. Tetua hibrida biasa disebut materi induk (parent stock). Contoh varietas hibrida : 17
merendam benih dengan metalaksil (2 g/1 kg benih). 3) Penanaman Penanaman benih jagung dengan popuiasi 66.000-75.000 tanaman/ha, jarak tanam 70-75 cm x 20 cm (1 biji per lubang) atau 70-75 cm x 40 cm (2 biji per lubang). Sebelum menanam dibuat lubang dengan tugal 'atau alat tanam. Kedalaman lubang tanam + 5 cm, jarak antar lubang tanam 75 cm x 20 cm atau 75 cm x 40 cm. Cara tanamnya dengan memasukkan benih dalam lubang (1 biji per lubang untuk jarak tanam 75 cm x 20 cm dan 2 biji per lubang untuk jarak tanam 75 cm x 40 cm). Benih ditutup dengan tanah (jangan dalam bentuk bongkahan) atau pupuk organik satu genggam.
meningkatkan efisiensi pemupukan dan hasil. Pemupukan harus secara spesifik lokasi, karena: Takaran pupuk disesuaikan dengan hasil analisis tanah atau status hara dalam tanah. Takaran setiap aplikasi pupuk disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan tanaman. Pemberian pupuk dilakukan sedekat mungkin dengan tanaman dan tertutup tanah. Ketersediaan air saat aplikasi pupuk. Pemantauan dengan Bagan Warna Daun (BWD), caranya dapat ditanyakan kepada Penyuluh Pertanian setempat. Pada tanaman jagung, gejala kekurangan unsur hara nitrogen (N) terlihat pada ujung daun berwarna kuning dan melebar menuju tulang daun, warna kuning pada daun membentuk huruf V, gejala ini nampak pada daun bagian bawah. Untuk gejala kekurangan hara fosfor (P), terlihat di pinggir daun berwarna ungu-kemerahan, mulai dari ujung hingga panggal daun, gejala ini nampak pada daun bagian bawah. Kennidian gejala kekurangan hara kalium (K), terlihat pada ujung daun berwarna kuning dan bagian pinggir berwarna coklat seperti terbakar, tulang daun tetap hijau, warna kuning pada daun berbentuk huruf V, gejala ini nampak pada daun bagian bawah. Sedangkan gejala kekurangan hara sulfur (S), terlihat pada pangkal daun berwarna kuning, gejala nampak pada daun yang letaknya dekat pucuk. Apabila tanaman jagung telah diketahui gejala kekurangan hara (N, P, K, atau S) tersebut di atas, maka dapat diberi pupuk yang mengandung unsur hara yang kurang tersebut. Selanjutnya untuk mengetahui dosis pupuk N, P, dan K yang diberikan
Tanaman Jagung Jajar Iegowo 2:1
Penanaman jagung dengan sistem tanam jajar legowo 2 :1, caranya dibuat lubang tanam dengan tugal, jarak tanam (100-50) cm x 20 cm (legowo), masukkan benih dalam lubang, 1 biji per lubang dan tutup benih dengan pupuk organik kira-kira satu genggam. 4)
Pemupukan Pemupukan tanaman jagung berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah. Pemberian pupuk berbeda antar lokasi dan jenis jagung yang digunakan (hibrida atau komposit). Pemberian sesuai spesifik lokasi akan
18
dapat diketahui dari hasil analisis tanah atau sesuai rekomendasi pemupukan setempat, agar bertanya kepada penyuluh pertanian Pembina. Jika analisis tanah bclum dilakukan dan rekomendasi pemupukan setcmpat belum tersedia, maka dapat diberikan pupuk dengan mengikuti tahapan sebagai berikut : 1) Pada saat tanaman jagung berumur + 7-10 HST (hari setelah tanam), tanaman dipupuk N berupa urea sebanyak 90 kg/ ha dan ZA sebanyak 50 kg/ha, diberikan borsamaan dengan pupuk SP36 sebanyak 200 kg/ ha dan KCL sebanyak 50 kg/ha; 2) Pada saat tanaman jagung berumur + 28 -30 HST, tanaman dipupuk dengan urea sebanyak 210 kg/ha dan KCL sebanyak 50 kg/ha; 3) Pada saat tanaman jagung berumur + 40 - 45 HST, dilakukan pengamatan kecukupan hara N pada tanaman mclalui daun dengan menggunakan BWD, caranya sebagai berikut: Sampel daun yang dipantau adalah daun yang telah terbuka sempurna (daun ke 3 dari atas). Piljh 10-20 tanaman secara acak pada setiap petakan lahan: Iindungi daun yang akan dipantau warnanya dengan cara membclakangi matahari, sehingga daun atau alat BWD tidak terkena matahari langsung agar penglihatan tidak silau. Daun diletakkan di atas BWD. Bagian daun yang dipantau adalah sekitar /3 dari ujung daun, kemudian warna daun dibandingkan dengan warna BWD, skala yang paling sesuai dengan warna daun dicatat. BWD mcmpunyai nilai skala 2 - 5. Jika warna daun berada di antara skala 2 dan 3 gunakan nilai 2,5;
di antara 3 dan 4 gunakan nilai 3,5; dan di antara 4 dan 5 gunakan nilai 4,5. Rata-ratakan nilai skala dari 10-20 daun yang diamati.
Bagan Warna Daun (BWD)
Nilai rata-rata skala digunakan untuk menentukan tambahan takaran pupuk urea. Tambahan pupuk urea berdasarkan hasil pemantauan scgera dilakukan, dengan takaran disesuaikan seperti berikut:
Skala < 4,0 4,0 5,0
Takaran Pupuk Urea (kg/ha) Jagung Jagung Hibrida Komposit 150 60 100 25 50 0
Komponen Teknologi Pilihan Meskipun hanya pilihan, sebaiknya petani melakukan dengan baik agar dapat meningkatkan hasil. Komponen ini, meliputi: 1) Penyiapan lahan; 2) Pupuk organik; 3) Pembuatan saluran drainase pada lahan kering; 4) Pembuatan saluran irigasi pada lahan sawah; 5) Pengendalian gulma secara mekanis atau dengan herbisida kontak; 6) Pembumbunan; 7) Pengendalian OPT (Organisme Penggangu Tanaman), dan panen tepat waktu dan pengeringan sesegera mungkin.
1
Penyiapan Lahan Lahan dibersihkan dari tanaman sebelumnya; 19
sisa-sisa
Bila banyaktumbuh gulma dapat digunakan herbisida; Pengolahan tanah dengan traktor atau ternak sapi jika tekstur tanah berat; Tanah tidak boleh bongkah-bongkah; Jika tekstur tanah ringan atau sedang tidak perlu pengolahan tanah (cukup lahan dibersihkan dari gulma).
Panen tepat waktu dan segera dikeringkan Tanda-tanda jagung dapat dipanen, yaitu: klobot sudah berwarna coklat, biji jagung telah mengeras, terbenruk lapisan hi tarn (minimal 50% di setiap barisan biji); Setelah telihat tanda-tanda terbut, panenlah tongkol, lalu anginanginkan atau dijemur; Jangan menyimpan tongkol dalam karung tertutup lebih 2 hari; Setelah kadar air + 20%, jagung dipipil; Hasil pipilan dijemur sampai kadar air +14%. Dari uraian di atas menunjukkan, bahwa budidaya tanaman jagung memerlukan perhatian untuk meningkatkan produksinya. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi penyuluh pertanian, petani dan siapapun yang membacanya. (Informasi : dari berbagai sumber)
Pupuk organik Selain pupuk anorganik tersebut di atas, jika pupuk organik (pupuk kandang) direkomendasikan penggunaannya di daerah setempat, pemberiannya dilakukan pada saat tanam sebagai penutup benih pada lubang tanam. Ukuran pupuk kandang antara 25 50 gram untuk setiap lubang tanaman jagung atau setara dengan 1 , 5 3 ton/hektar. Bertanam jagung pada lahan masam diperlukan pupuk kandang berupa kotoran ayam ras atau ayam petelor yang biasanya mengandung kapur yang cukup memadahi.
20