MODUL
IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PENYAKIT TERPADU PADA TANAMAN KEDELAI
Nasir Saleh Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Jl. Raya Kendalpayak, P.O.Box 66 Malang
-2IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PENYAKIT TERPADU Pengelolaan Penyakit Secara Terpadu Nagarajan dan Muralidharan, 1995 menerangkan komponen Pengelolaan Penyakit Secara Terpadu yang meliputi : 1) Ketahanan genetik; 2) Kemoterapi dan 3) Penanggulangan . 1. Ketahanan Genetik. Ketahanan genetik merupakan sifat ketahanan suatu varietas kedelai terhadap patogen penyebab penyakit yang bersifat diturunkan pada keturunannya. Varietas tahan merupakan komponen utama untuk mengendalikan penyakit kedelai. 2. Kemoterapi Bahan yang bersifat sistemik, banyak dipergunakan sebagai bahan aktif untuk mengendalikan penyakit tanaman kedelai, misalnya berupa fungisida, bakterisida, antibiotika dan mengendalikan serangga penular (vektor) virus tanaman, misalnya berupa insektisida, akarisida dan nematisida. 3. Penanggulangan, terdiri dari empat komponen yaitu Pencegahan infeksi oleh patogen, Perlindungan tanaman inang, Peraturan dan Eradikasi patogen. 3.1. Pencegahan infeksi patogen. Untuk mencegah dan menghindari infeksi patogen maka beberapa cara yang dapat dilakukan adalah : Pemilihan lokasi untuk usaha tani hendaknya dihindarkan lokasi (petakan) yang diketahui merupakan daerah endemis penyakit tanaman kedelai. Misalnya penyakit rebah semai oleh jamur Sclerotium rolfsii, hawar batang/polong oleh
Rhizoctonia solani. Musim tanam akan sangat berpengaruh terhadap kemunculan penyakit. Musim hujan
pada
umumnya
perkembangan
berbagai
Colletrotichum
dematium
merupakan penyakit yang
musim oleh
untuk
yang
lebih
cocok
jamur
Rhizoctonia
perkembangannya
untuk
solani,
memerlukan
kelembaban udara yang tinggi. Waktu tanam dan lokasi yang diperhitungkan dengan baik akan dapat menghindarkan tanaman kedelai dari infeksi penyakit virus.
Populasi vektor
virus (Aphis spp., Bemisia tabaci) umumnya mulai ada pada akhir musim penghujan dan meningkat pada musim kemarau. Oleh karena itu intensitas Modul-I- Implementasi Pengendalian Hama-Penyakit-Gulma Terpadu
-3serangan penyakit virus pada MK-II umumnya lebih tinggi dibanding pada pertanaman MH ataupun MK-I. Stok benih yang terleksi dan terbebas dari penyakit tular benih. Jamur
Colletotrichum sp., Cercospora kikuchii, bakteri
Pseudomonas syringae,
Soybean mosaic virus (SMV), soybean stunt virus (SSV) diketahui ditularkan melalui benih kedelai. 3.2. Perundangan. Karantina Tumbuhan bertujuan mencegah masuknya patogen dari negara lain atau dari satu wilayah ke wilayah yang lain dalam satu negara, khususnya untuk patogen yang belum ditemukan di negara/wilayah yang bersangkutan.
Phytosanitary certificate dapat dipergunakan untuk membatasi lalulintas tersebarnya patogen di berbagai daerah 3.3. Eradikasi Patogen : Berbagai cara dapat dilakukan untuk eradikasi patogen yang secara umum dikelompokkan menjadi lima , yaitu : -
Perlakuan suhu tinggi ( hot air treatment/ hot water treatment) yang dilakukan untuk benih/ stok benih, peralatan pertanian.
-
Perlakuan
kimia
(seed
treatment,
fumigasi,
disinfectant)
dapat
diperlakukan untuk benih, stok benih dan peralatan pertanian. -
Cara Biologi, beberapa cara biologi yang dapat mengurangi sumber inokulum di lapang antara lain adalah aplikasi agens antagonis, hiperparasit, mycorhiza, pengendalian gulma dan serangga vektor.
-
Cara bercocok tanam, dapat dilakukan dengan pergiliran tanaman, pemupukan yang berimbang, pengaturan populasi tanaman dengan mengatur jarak tanam, Sanitasi, mencabut dan membakar tanaman yang terinfeksi, disinfeksi pada gudang, sterilisasi peralatan pertanian.
-
Mencabut tanaman yang dapat berperan sebagai inang alternatif.
4. Perlindungan Terhadap Tanaman Inang Ada dua cara yang dapat dipergunakan untuk melindungi tanaman inang dari infeksi penyakit : Manipulasi Lingkungan dan Perlakuan Kimia.
Modul-I- Implementasi Pengendalian Hama-Penyakit-Gulma Terpadu
-44.1. Manipulasi Lingkungan. - Pengaturan kelembaban tanah melalui pengaturan air irigasi dan sistem drainase.Sistem drainase yang baik sehingga tidak terjadi genangan air dapat mengurangi serangan penyakit jamur Rhizoctonia solani. - Pengaturan suhu dan kelembaban mikro melalui pengaturan populasi dan jarak tanam. - Solarisasi lahan dengan sinar UV matahari dapat mengurangi intensiotas serangan penyakit jamur tular tanah. 4.2. Perlakuan Kimia. -
Perlakuan kimia yang memperhatikan ambang kerusakan oleh penyakit.
-
Perlakuan kimia yang memperhatikan ambang batas pengendalian.
-
Perlakuan kimia yang memperhatikan ambang ekonomi.
Implementasi Pengelolaan Penyakit secara terpadu sejalan dengan Program pemerintah untuk meningkatkan produktivitas dan produksi kedelai melalui pendekatan
Pengelolaan
Tanaman
Terpadu
(PTT)
yang
saat
ini
sedang
dimasyarakatkan melalui Sekolah lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT).
INFORMASI UMUM PENGGUNAAN MODUL Tujuan dan Sasaran Modul ini disiapkan
dengan tujuan sebagai penuntun bagi para Pemandu dalam
memberikan pelatihan penyakit tanaman kedelai. Sasaran yang ingin dicapai adalah setiap peserta dapat memahami dan melakukan setiap langkah-langkah kegiatan Pengelolaan penyakit kedelai. Struktur Modul Modul berisi tentang pengetahuan umum penyebab penyakit pada tanaman kedelai, Pengamatan dan upaya pengendaliannya. Secara garis besar struktur modul adalah sebagai berikut :
Modul-I- Implementasi Pengendalian Hama-Penyakit-Gulma Terpadu
-5No
Kemampuan (Tahap, kegiatan)
1
Pengenalan Penyakit Tan. Kedelai
2
Pengamatan Penyakit Tan. Kedelai
3
Perkembangan penyakit
4
Pengendalian Penyakit Tan. Kedelai
Modul (Langkah Kegiatan) -
Segitiga penyakit Penyakit oleh faktor biotik Penyakit oleh faktor abiotik Gejala dan tanda penyakit Penentuan Lokasi Penentuan Waktu Pengamatan Pengambilan sampel dan pencatatan data Pola perkembangan epidemi Ambang ekonomi penyakit Seleksi benih Penggunaan Varietas Tahan Pemanfaatan Agens Antagonis Eradikasi Aplikasi Pestisida
1. Pengenalan Penyakit Tanaman Kedelai
Unit Kemampuan I.
Pengenalan Penyakit Tanaman
Sub Unit Kemampuan I.1.
Segitiga/piramida Penyakit
Latar Belakang : Konsep Segitiga penyakit (triangle disease) menjelaskan timbulnya penyakit pada tanaman merupakan hasil interaksi tiga (3) faktor yaitu Tanaman (inang) – Penyebab penyakit (Patogen) – Lingkungan. Tanaman yang peka yang diinfeksi oleh patogen yang virulen dan kondisi lingkungan (suhu, kelembaban, angin, hujan dll) yang mendukung terjadinya tanaman sakit. Di alam bebas seperti halnya belantara dengan berbagai jenis tumbuhan dengan tingkat keragaman genetik yang tinggi umumnya terjadi keseimbangan. Pada sistem pertanian modern, peran manusia melalui teknologi budidayanya yang lebih menyeragamkan genetik tanaman dan memanipulasi lingkungan sering mengakibatkan terjadinya ledakan penyakit. Peran manusia merubah konsep segitiga penyakit menjadi Piramida penyakit.
Modul-I- Implementasi Pengendalian Hama-Penyakit-Gulma Terpadu
-6Tujuan : Pemandu dapat menjelaskan hubungan ketiga faktor/dan manusia tersebut sebagai penyebab timbulnya penyakit tanaman. Alat dan Bahan : Kertas koran, krayon, spidol, informasi ketahanan varietas kedelai, informasi jenis penyakit dan informasi data keadaan cuaca, kasus kasus serangan penyakit tanaman. Metoda : Penjelasan singkat, tanya jawab, diskusi kelompok , diskusi pleno.
Unit Kemampuan I.
Pengenalan Penyakit Tanaman
Sub Unit Kemampuan I.2.
Penyakit Oleh Faktor Biotik
Latar Belakang : Faktor biotik yang yang menyebabkan timbulnya penyakit (mikroorganisme) yang seringkali disebut
Patogen.
adalah jazad renik
Beberapa jenis jasad renik
tersebut adalah : Jamur, bakteri, virus, dan mikoplasma (Tabel 1). Tujuan : Pemandu dapat menjelaskan penyebab penyakit yang disebabkan oleh faktor biotik. Alat dan Bahan : Kertas koran, krayon, spidol, isolat jamur, isolat bakteri, tanaman yang terinfeksi oleh jamur, bakteri dan virus. Metoda : Penjelasan singkat, tanya jawab, diskusi kelompok dan diskusi pleno.
Modul-I- Implementasi Pengendalian Hama-Penyakit-Gulma Terpadu
-7Tabel 1. Penyakit-penyakit pada tanaman kedelai NO.
PENYAKIT
PATOGEN
ARTI PENTING
1.
Karat daun
Phakopsora pachyrhizi
+++
2.
Antraknose
Colletotrichum dematium
++
3.
Bercak coklat
Septoria glycines
--
4.
Busuk akar & batang
Diaporthe phaseolorum
++
5.
Bercak daun
Cercospora sojina
--
6.
Bakteri pustul
Xanthomonas campestris
++
7.
Bakteri hawar
Pseudomonas syringe
++
8.
Mosaik kedelai
Soybean mosaic virus (SMV)
--
9.
Katai kedelai
Soybean dwarf virus (SDV)
--
10.
Kerdil kedelai
Soybean stunt virus (SSV)
+
11.
Mosaik kuning
Soybean yellow mosaic virus (SYMV) --
12.
Mosaik kedelai
Bean yellow mosaic virus (BYMV)
--
13.
Mosaik kedelai
Bean common mosaic virus (BCMV)
--
14.
Mosaik kedelai
Peanut mottle virus (PMoV)
--
15.
Mosaik kedelai
Peanut stripe virus (PStV)
++
16.
Mosaik kedelai
Blackeye (BlCMV)
17.
Belang samar
Cowpea mild mottle virus (CMMV)
+++
18.
Sapu setan
Mycoplasma-like organism (MLO)
--
cowpea
mosaic
virus -
Unit Kemampuan I.
Pengenalan Penyakit Tanaman
Sub Unit Kemampuan I.3.
Penyakit Oleh Faktor Abiotik
Latar Belakang : Lingkungan yang ekstrim mengakibatkan tanaman tumbuh secara tidak normal, contoh: suhu yang tinggi dapat mengakibatkan kelayuan, aplikasi bahan kimia herbisida dapat menimbulkan bercak-bercak pada daun atau kekerdilan. Defisiensi unsur hara kalium pada lahan Vertisol mengakibatkan tanaman tumbuh kerdil dengan tepi daun berwarna kekuningan. Pada tanah Ultisol, tanaman tumbuh tidak normal karena keracunan ion hara Al. Ketidak normalan yang disebabkan oleh faktor Modul-I- Implementasi Pengendalian Hama-Penyakit-Gulma Terpadu
-8abiotik ini seringkali disebut dengan penyakit fisiologis atau gangguan fisiologis (Physiological disorder). Tujuan : Pemandu dapat menjelaskan penyebab penyakit yang disebabkan oleh faktor abiotik. Alat dan Bahan : Kertas koran, krayon, spidol, tanaman yang mengalami gangguan fisiologis, gambargambar tanaman yang mengalami gangguan fisiologis. Metoda : Penjelasan singkat, tanya jawab, diskusi kelompok dan diskusi pleno .
2.
Pengamatan Penyakit tanaman
Unit Kemampuan II Sub Unit Kemampuan II.1
Pengamatan Penyakit Tan. Kedelai Penentuan Lokasi
Latar Belakang : Lokasi pengamatan daerah serangan penyakit yaitu plot, petak sawah, hamparan llahan sawah/tegalan atau wilayah (dusun, desa, kecamatan, kabupaten) Tujuan : Menentukan lokasi pengamatan penyakit tanaman kedelai. Alat dan Bahan : Kertas koran, krayon, spidol, buku catatan, pensil bolpoint, kertas label, label / bendera untuk plot, peta, data/ catatan serangan sebelumnya. Metoda : Penjelasan singkat, tanya jawab, Praktek di lapang, diskusi kelompok dan diskusi pleno .
Unit Kemampuan II Sub Unit Kemampuan II.2.
Pengamatan Penyakit Tan.kedelai Penentuan Waktu
Modul-I- Implementasi Pengendalian Hama-Penyakit-Gulma Terpadu
-9Latar Belakang : Penyakit tanaman kedelai dapat muncul mulai dari persemaian, stadia vegetatif, stadia generatif, pemasakan, panen dan paska panen. Siklus penyakit monosiklik atau polisiklik menentukan interval waktu yang tepat. Pengamatan kejadian penyakit di lapang diperlukan untuk pertimbangan tindakan pengendalian. Tujuan : Menentukan waktu pengamatan penyakit tanaman kedelai. Alat dan Bahan : Kertas koran, krayon, spidol, buku catatan, pensil bolpoint, kalender, buku informasi perkembangan penyakit. Metoda : Penjelasan singkat, tanya jawab, diskusi kelompok dan diskusi pleno .
Unit Kemampuan II
Pengamatan Penyakit Tan. Kedelai
Sub Unit Kemampuan II.3.
Pengambilan Sampel dan pencatatan data
Latar Belakang : Pengambilan sampel yang tepat akan sangat berguna untuk mendapatkan Informasi yang akurat keberadaan penyakit tanaman kedelai di lapang.
Jumlah sampel
tanaman yang diamati akan berkaitan dengan tenaga, biaya dan akurasi data. Tujuan : Memahami prinsip pengambilan sampel dan dapat menentukan jumlah sampel tanaman contoh untuk pengamatan penyakit tanaman kedelai. Alat dan Bahan : Kertas koran, spidol, buku catatan, pensil bolpoint, tabel pengamatan Metoda : Penjelasan singkat, tanya jawab, diskusi kelompok, praktek dan diskusi pleno.
Modul-I- Implementasi Pengendalian Hama-Penyakit-Gulma Terpadu
- 10 3. Perkembangan Penyakit Kedelai
Unit Kemampuan III.
Perkembangan Penyakit Kedelai
Sub Unit Kemampuan III.1.
Berdasarkan
Pola epidemi penyakit
pola perkembangan penyakit, perkembangan
tanaman kedelai yang disebabkan jamur, bakteri
ataupun
epidemi penyakit virus
umumnya
mengikuti pola bunga majemuk (compound interest). Hal ini karena siklus hidup patogen
yang
pendek sehingga
pada satu musim tanam kedelai terjadi
beberapa kali siklus perkembangan patogen sehingga perkembangan penyakit bersifat
logaritmik
(eksponensial). Menurut
van
der
Plank (1963), pola
perkembangan epidemi penyakit tanaman dengan pola bunga majemuk mengikuti rumus: rt Xt = Xo e
dimana
Xt = proporsi tanaman sakit pada saat t Xo = proporsi tanaman sakit pada permulaan (t=0) e = bilangan alam r = laju infeksi t = waktu berlangsungnya epidemi
Tujuan : Mengenal pola perkembangan epidemi penyakit tanaman kedelai di lapang dan faktor-faktor yang mempengaruhi laju infeksi. Alat dan Bahan : Kertas koran, krayon, spidol, pensil, bolpoin, buku catatan. Metoda : Penjelasan singkat, tanya jawab, praktek ,diskusi kelompok dan diskusi pleno.
Modul-I- Implementasi Pengendalian Hama-Penyakit-Gulma Terpadu
- 11 Unit Kemampuan III.
Perkembangan Penyakit Kedelai
Sub Unit Kemampuan III.2.
Ambang ekonomi penyakit
Latar belakang Ambang ekonomi adalah tingkat intensitas penyakit yang menyebabkan pengurangan nilai produksi yang sama dengan biaya pengelolaan penyakit. Ambang ekonomi suatu penyakit sukar ditentukan karena dipengaruhi oleh jenis patogen, jenis tanaman,
lingkungan, biaya maupun harga produk yang selalu
berubah. Bahkan menurut Untung (1993) terhadap penyakit yang menyebar secara cepat, penentuan saat pengendalian berdasar ambang ekonomi tidak dapat dianjurkan. Sudjono
(1984, 1985) melaporkan bahwa penyemprotan
fungisida
triadimefon untuk mengendalikan penyakit karat akan menguntungkan apabila intensitas serangan pada umur 50 hari adalah 22% pada varietas Ringgit (rentan), 17% pada
varietas
Orba (agak tahan) dan 12% pada varietas No.29 (tahan).
Secara umum penyemprotan fungisida untuk mengendalikan penyakit karat pada kedelai
dilakukan apabila intensitas serangan mencapai
33
% (Sudjono et al.,
1983). Sampai saat ini penelitian tentang ambang ekonomi sebagian besar penyakit tanaman kedelai, termasuk penyakit virus belum banyak dilakukan. Tujuan : Memahami permasalahan ambang ekonomi penyakit tanaman kedelai di lapang dan faktor-faktor yang menentukan. Alat dan Bahan : Kertas koran, krayon, spidol, pensil, bolpoin, buku catatan. Metoda : Penjelasan singkat, tanya jawab, praktek ,diskusi kelompok dan diskusi pleno.
Modul-I- Implementasi Pengendalian Hama-Penyakit-Gulma Terpadu
- 12 4.
Pengendalian Penyakit Kedelai
Unit Kemampuan IV. Sub Unit Kemampuan IV.1.
Pengendalian Penyakit Kedelai Seleksi Benih
Latar Belakang : Tanaman yang tumbuh dengan sehat berasal dari benih yang sehat. Beberapa jenis penyakit kedelai dikenal terbawa oleh benih (seed borne ), dan tular benih (seed
transmitted). Benih kedela yang berwarna ungu merupakan indikasi terinfeksi jamur Cercospora kikuchii. Infeksi bakteri Pseudomonas syringae pv. Glycinea kadang mengakibatkan biji kedelai menjadi berkeriput dan berubah warna, tapi kadang tidak bergejala sama sekali. Virus yang menular melalui benih kedelai adalah: Soybean
mosaic virus (SMV), dan Soybean stunt virus (SSV). Kulit Biji kedelai yang berwarna lorek coklat kehitaman dapat digunakan sebagai indikasi bahwa benih tersebut dihasilkan dari tanaman yang terinfeksi virus SMV atau SSV. Oleh karena itu seleksi benih merupakan upaya pengendalian penyakit paling awal yang dapat dilakukan. Tujuan : Mengenal seleksi benih sebagai pengendalian preventif untuk penyakit tanaman kedelai. Mampu melaksanakan seleksi benih dengan cara yang sederhana. Alat dan Bahan : Kertas koran, krayon, spidol, pensil, bolpoin, buku catatan, terinfeksi SMV atau SSV.
benih kedelai yang
Metoda : Penjelasan singkat, tanya jawab, praktek ,diskusi kelompok dan diskusi pleno.
Unit Kemampuan IV. Sub Unit Kemampuan IV.2.
Pengendalian Penyakit Tan. Kedelai Penggunaan Varietas Tahan
Latar Belakang : Menanam
varietas tahan merupakan cara yang murah,
dengan cara pengendalian lain dan mudah diadopsi
efektif, kompatibel
oleh petani.
Strategi
pengembangan tanaman tahan sebaiknya ialah pengembangan tanaman yang Modul-I- Implementasi Pengendalian Hama-Penyakit-Gulma Terpadu
- 13 berketahanan lama (durable resistance). Terutama untuk tanaman seperti kedelai yang ditanam secara
luas, diusahakan oleh petani kecil serta bernilai ekonomi
rendah. Kedelai varietas Wilis, Kerinci dan Malabar dilaporkan lebih tahan terhadap infeksi jamur karat (Phakopsora pachyrhizi) dibanding varietas Ringgit, Tidar dan Jayawijaya
(Hardaningsih,
1997). Varietas
Kipas putih, Kipas merah dan
Singgalang juga diketahui rentan terhadap jamur karat (Salim dan Sadar, 1995). Varietas Galunggung lebih rentan dibanding Raung, Wilis dan Kerinci (Dahlan dan Masyurdin, 1989). Kedelai varietas Krakatau, Tampomas dan Cikuray diketahui rentan terhadap infeksi jamur tanah Rhizoctonia solani dan Sclerotium
rolfsii, sedang varietas
Malabar mempunyai ketahanan yang lebih baik (Prayogo dan Baliadi, 1995) Kedelai varietas Lokon diketahui tahan terhadap penyakit hawar bakteri (Pseudomonas syringae pv.glycinea), sedang varietas Wilis rentan terhadap bakteri tersebut (Budiman, 1997). Tetapi bertentangan. Varietas
Habazar et al.(1997) melaporkan hasil yang
Wilis, Lumajang
bewok tahan sedang Lokon, Krakatau,
Tampomas, Orba dan Singgalang rentan terhadap P. syringae pv. glycinea ras 4. Hal ini mungkin disebabkan perbedaan ras bakteri yang digunakan dalam pengujian tersebut. Ras 4 merupakan ras yang dominan di sentra produksi kedelai di Jawa Timur dan Sumatra Barat (Habazar dan Rudolf, 1997). Kedelai varietas Malabar dan Cikurai diketahui tahan terhadap penyakit bakteri pustul, Xanthomonas campestris pv. Glycines. Varietas
Tidar
dan Dieng
bersifat agak tahan sedang Jayawijaya bersifat rentan (Dirmawati et al., 1997). Menanam
varietas tahan merupakan cara yang paling
mengendalikan penyakit virus pada tanaman Bonus
dan
efektif untuk
kedelai. Kedelai varietas Taichung,
No.1592 dilaporkan tahan terhadap SSV (Roechan et al., 1975.
Burhanuddin (1995) melaporkan bahwa AGS 129, AGS 222, AGS2102, MLG 2526 dan MLG 2742 tahan terhadap SMV.
Hasil penyaringan ketahanan 243 genotipe
kedelai koleksi plasmanutfah terhadap infeksi CMMV menunjukkan bahwa terdapat dua genotipe yaitu No.3020 dan 3288 yang tahan (Baliadi dan Saleh, 1995) Tujuan : Memahami penggunaan varietas tahan untuk pengendalian penyakit kedelai. Mampu mengetahui dan menyeleksi varietas yang mempunyai ketahanan lapang
Modul-I- Implementasi Pengendalian Hama-Penyakit-Gulma Terpadu
- 14 Alat dan Bahan : Kertas koran, krayon, spidol, pensil, bolpoin, buku catatan, pertanaman berbagai varietas kedelai. Metoda : Penjelasan singkat, tanya jawab, praktek ,diskusi kelompok dan diskusi pleno kalkulator.
Unit Kemampuan IV.
Pengendalian Penyakit Tan. Kedelai
Sub Unit Kemampuan IV.3.
Pemanfaatan Agens Antagonis
Latar Belakang : Pengendalian yang ramah terhadap lingkungan saat ini telah menjadi tuntutan dalam melakukan perlindungan tanaman, termasuk pengendalian penyakit tanaman kedelai. Salah satu agens antagonis yang saat ini mulai banyak dikenal adalah pemanfaatan jamur antagonis (Trichoderma spp., Gliocladium spp). Jamur antagonis ini cukup efektif dan efisien untuk mengendalikan penyakit tular tanah pada tanaman kedelai di lapang. Penyakit layu oleh
busuk batang yang disebabkan oleh jamur
Sclerotium rolfsii pada
tanaman
menggunakan beberapa jamur yang
Rhizoctonia solani dan
kedelai dapat dikendalikan dengan
bersifat antagonis. Hardaningsih (1997)
melaporkan bahwa di laboratorium dan rumah kaca, jamur antagonis Trichoderma
harzianum Rhizoctonia
dan
Gliocladiumi roseum. efektif menekan perkembangan jamur
solani, Sclerotium rolfsii, Aspergillus neger, Fusarium
sp. dan
Colletotrichum dematium. Poromarto dan Widadi (2000) melaporkan bahwa di laboratorium isolat No.8 jamur binukleat R. solani dapat menekan serangan jamur busuk batang R.solani hingga 59%. Keberhasilan penggunaan jamur antagonis di lapang juga telah dilaporkan. Penggunaan Biotric dengan bahan aktif Trichoderma
harzianum masing-masing sebanyak 2,87 ku/ha dan 5,75 rhizosfer efektif menekan intensitas serangan penyakit
layu
ku/ha pada daerah
S.rolfsii dari 52%
turun menjadi 8 hingga 8,4% dan mempertahankan hasil 2 t/ha dibanding hanya 0,8 t/ha pada perlakuan kontrol (Sudantha,2000). Tujuan : Memahami pemanfaatan agens antagonis untuk mengendalikan penyakit kedelai. Mampu mengaplikasikan agens antagonis. Modul-I- Implementasi Pengendalian Hama-Penyakit-Gulma Terpadu
- 15 Alat dan Bahan : Kertas koran, krayon, spidol, pensil, bolpoin, buku catatan, jamuri antagonis, tanaman kedelai , sprayer, ember. Metoda : Penjelasan singkat, tanya jawab, praktek ,diskusi kelompok dan diskusi pleno
Unit Kemampuan IV. Sub Unit Kemampuan IV.4.
Pengendalian Penyakit Tan. Kedelai Eradikasi Selektif
Latar Belakang : Eradikasi merupakan cara untuk menekan sumber patogen, dengan menghilangkan sumber patogen penularan penyakit dari satu rumpun ke rumpun yang lain dapat dihambat. Eradikasi selektif dapat dilakukan dengan mencabut rumpun yang terinfeksi dan membenamkannya, sedangkan eradikasi secara total dilakukan apabila serangan penyakit telah lanjut. Tujuan : Memahami cara eradikasi untuk mengendalikan penyakit kedelai. Mampu melakukan eradikasi selektif . Alat dan Bahan : Kertas koran, krayon, spidol, pensil, bolpoin, buku catatan, tanaman kedelai dengan iinfeksi penyakit virus yang ditularkan oleh serangga, jaring serangga. Metoda : Penjelasan singkat, tanya jawab, praktek ,diskusi kelompok dan diskusi pleno
Unit Kemampuan IV.
Pengendalian Penyakit Padi
Sub Unit Kemampuan IV.5.
Aplikasi Pestisida
Latar Belakang : Pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan fungisida atau bakterisida relatif masih sangat jarang dilakukan oleh petani kedelai di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungisida mankozeb (Dithane M-45), klorotalonil (Daconil), Modul-I- Implementasi Pengendalian Hama-Penyakit-Gulma Terpadu
- 16 tiofanat methil
(Topsin),
triadimefon (Bayleton) dan
benomil
(Benlate) cukup
efektif menekan penyakit karat pada tanaman kedelai (Sudjono et al., 1983; Salim dan Sadar, 1995). Penyakit
anthraknose
selain
daun
juga
menyerang
polong kedelai.
Polong yang telah isi merupakan organ yang paling rentan terhadap infeksi jamur (Elizabeth et al., 1997; Sulihtyorini et al., 1997). Oleh karena itu untuk menekan infeksi jamur
antraknose
pada
benih kedelai dapat
dilakukan
dengan
menyemprotkan fungisida benomil (Benlate) atau fentin-hidroksida (Deuter) pada saat mulai berbunga hingga pengisian polong (Sudjono et al.,1983). Penyakit menggunakan
layu
Sclerotium
fungisida
Dithane,
dengan konsentrasi 2-4 g/l
paling
dapat
ditekan
Delsene, efektif
perkembangannya dengan
Manzate
dan Benlate.
Benlate
menekan perkembangan penyakit
(Wahab et al., 1995). Pengendalian secara kimia dengan bakterisida terhadap penyakit pada
tanaman kedelai
tidak
dianjurkan
mengingat mahalnya
biaya
bakteri yang
diperlukan untuk pengendalian tersebut. Terhadap virus-virus non-persisten pengendalian
vektor
secara kimiawi
dengan insektisida untuk menekan intensitas serangan penyakit virus sering tidak memberi hasil yang memuaskan. Hal ini diduga karena insektisida tersebut tidak dapat mematikan aphid dalam waktu yang cepat sebelum vektor menularkan virus ke tanaman lain (Broadbent, 1969; Lobenstein and Raccah, 1980). Beberapa penelitian lain menunjukkan deltamethrin,
bahwa penyemprotan insektisida cypermethrin,
permethrin, fanfalerate, disulfoton
dan
acephate selain dapat
menekan kolonisasi aphid, juga mengurangi atau memperlambat penyebaran virus non-persisten (Asjes, 1985; Atiri et al., 1987; Piron et al., 1988). Penyemprotan minyak mineral (mineral oil) secara kontinyu dengan interval lima hari dilaporkan dapat menghambat proses infeksi dan penyebaran SMV sebesar 27% dibanding perlakuan kontrol yang tidak disemprot (cit. Irwin and Schult. 1981), tetapi karena harus disemprotkan beberapa kali dan harganya mahal. Penggunaan minyak mineral ataupun emulsi minyak nabati sulit diterapkan di Indonesia. Dalam implementasi Pengendalian Hama Terpadu (PHT), aplikasi pestisida masih dibenarkan, akan tetapi harus merupakan alternatif terakhir setelah cara-cara yang llain sudah tidak mampu mengendalikannya.
Aplikasi pestisida dapat dilakukan
setelah OPT melampaui batas ambang pengendalian. Modul-I- Implementasi Pengendalian Hama-Penyakit-Gulma Terpadu
- 17 Tujuan : Memahami cara aplikasi pestisida untuk mengendalikan penyakit kedelai. Mampu melakukan aplikasi pestisida tepat waktu, tepat dosis dan sasaran Alat dan Bahan : Kertas koran, krayon, spidol, pensil, bolpoin, buku catatan, tanaman kedelai dengan iinfeksi penyakit karat daun, fungisida, sprayer, ember. Metoda : Penjelasan singkat, tanya jawab, praktek ,diskusi kelompok dan diskusi pleno
Modul-I- Implementasi Pengendalian Hama-Penyakit-Gulma Terpadu