PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK STASI MUARA ASA DI PAROKI YOHANES PENGINJIL LINGGANG MELAPEH TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Agama Katolik
Oleh: Martalina NIM: 121124036
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria Kedua orang tua saya Agustinus Lonyong dan Albina Rapun Kedua adik saya Juliani dan Gabriel Noprianus Kekasih tercinta Teki A.Md
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur”. (Flp 4:6)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Judul skripsi TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK STASI MUARA ASA DI PAROKI YOHANES PENGIJIL LINGGANG MELAPEH TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK dipilih berdasarkan kesan pribadi penulis bahwa pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik di Stasi Muara Asa dalam mendidik iman masih kurang. Padahal keluarga merupakan sekolah pertama dan utama dalam mendidik iman anak. Maka keluarga-keluarga Katolik Stasi Muara Asa perlu meningkatkan pelaksanaan tanggungjawab dalam mendidik iman anak-anak mereka. Keprihatinan lain masih dialami oleh keluarga-keluarga Katolik dalam melaksanakan tanggungjawab mereka yakni kurangnya waktu bersama anak oleh karena tuntutan pekerjaan. Anak asyik dengan dengan dunianya sendiri. Kebanyakan orang tua masih menyerahkan pendidikan iman anak kepada pihak lain, seperti guru agama atau sekolah Minggu. Persoalan pokok pada skripsi ini bagaimana keluarga Katolik meningkatkan pelaksanaan tanggungjawab mereka dalam mendidik iman anakanaknya. Dalam rangka menanggapi permasalahan pokok tersebut, penulis melakukan studi pustaka yang bersumber dari Kitab Suci, dokumen-dokumen Gereja, dan juga pandangan para ahli mengenai tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak. Di samping itu, untuk memperoleh gambaran pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak penulis melakukan penelitian dengan cara pengamatan dan penyebaran kuesioner. Hasil penelitan menunjukkan bahwa pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak Stasi Muara Asa masih kurang. Hal tersebut dilihat dari keempat unsur koinonia, kerygma, leiturgia, dan diakonia yang kurang nampak dalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian, umat Stasi Muara Asa memiliki harapan melalui pendampingan rekoleksi keluarga dapat membantu mereka menumbuhkan semangat dalam meningkatkan tanggungjawab keluarga Katolik Stasi Muara asa di Paroki Yohanes Penginjil Linggang Melapeh terhadap pendidikan iman anak-anak mereka sehingga anakanak dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang berguna bagi sesama dan semakin mencintai Sang Pencipta.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Thesis title THE RESPONSIBILITY OF CATHOLIC FAMILY IN STATION MUARA ASA PARISH ST. JOHN THE EVANGELIST LINGGANG MELAPEH TOWARD CHILDREN FAITH EDUCATION is chosen based on the personal impression that the implementation of the responsibilities of Catholic in the parish St. John the Evangelist Linggang Melapeh, station Muara Asa in education children is still lacking faith. Whereas the family is the first and primary schools to educate children of faith. Then Catholic families in Muara Asa parish St. John the Evangelist Linggang Melapeh need to improve the implementation of the responsibility to educate their children faith. Another concern that is still experienced by Catholic families in carrying out their responsibilities namely the lack of time with children because of work demands, actions of children. Most of parents are still handing children faith education to others, such as religious teacher or Sunday schools. The main problem in this thesis own Catholic Family can improve the implementation of their responsibilities in educating their children faith. In order to respond these main problems, the authors conducted a literature that comes from Scripture, Church documents, and also the experts views on Catholic family responsibilities toward to children faith education. Besides that, to again an overview of the implementation of Catholic families toward to children faith education, the authors conducted a research by observation and questionnaires. The research results showed the implementation of the responsibilities of Catholic family against faith education of children in the station Muara Asa, parish St. John the Evangelist Lingang Melapeh are still lacking. This can be seen from the four elements of koinonia, kerygma, liturgy, and diakonia are less visible in everyday life. However, the parishioners of St. John the Evangelist Lingang Melapeh, station Muara Asa have hope through recollection assistance for the improvement of Catholic families’ responsibilities toward to children faith education. Therefore, the author have found that Catholic people in station Muara Asa have the hope in the family recollection assistance that can help Catholic people to grow the spirit in the improvement of Catholic families’ responsibility in station Muara Asa at parish St. John Evangelist Linggang Melapeh toward their children faith education so that the children can grow and evolve to be a good human being for others and also put their love in The Almighty.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Allah Yang Maha Esa, sebab melalui kasihNyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK STASI MUARA ASA DI PAROKI YOHANES PENGINJIL LINGGANG MELAPEH TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK. Skripsi ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan penulis terhadap pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik dalam mendidik iman anak-anak yang ada di Stasi Muara Asa. Menurut hasil pengamatan penulis, orang tua masih cenderung menyerahkan pendidikan iman anak-anak kepada pihak lain, seperti guru agama ataupun Sekolah Minggu. Mereka kurang mampu melaksanakan tugasnya sebagai pendidik iman dengan baik. Oleh karena itu, penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk
membantu
keluarga
Katolik
semakin
meningkatkan
pelaksanaan
tanggungjawabnya dalam tugasnya sebagai pendidik iman anak yang utama dan pertama dalam keluarga. Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini melibatkan banyak pihak. Oleh karena itu, pantaslah pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung. S.J., M.Ed., selaku dosen pembimbing skripsi sekaligus dosen akademik yang dengan setia dan penuh kesabaran membimbing, memberikan motivasi dan masukan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd., selaku dosen penguji II dan sekretaris panitia penguji yang telah memberikan dukungan, semangat, meluangkan waktu untuk mempelajari dan memberikan masukan sehubungan dengan skripsi ini. 3. P. Banyu Dewa HS, S. Ag, M.Si., selaku dosen penguji III yang telah memberikan
semangat,
meluangkan
waktu
untuk
mempelajari
dan
memberikan masukan demi semakin baiknya skripsi ini. 4. Para dosen Program Studi Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah setia membagikan cinta kasih, pengetahuan serta pengorbanan selama penulis menjalani masa studi. 5. Stap dan karyawan Prodi PAK yang turut memberikan perhatian dan dukungan bagi penulis. 6. Bapak Antonius Rusi, selaku ketua umat Stasi Muara Asa yang telah menerima dan memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian. 7. Umat Stasi Muara Asa yang telah meluangkan waktu memberikan jawaban dan mencurahkan perasaan sewaktu penulis melakukan penelitian. 8. Bapak, ibu, adik-adik dan segenap keluarga yang dengan setia menemani, selalu mendukung, mendoakan dan berkorban bagi penulis selama menjalani masa studi.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i HALAMAN PERSETUJAUN PEMBIMBING ................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................iii HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv MOTO ................................................................................................................. v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................... vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................. vii ABSTRAK .......................................................................................................viii ABSTRACT ......................................................................................................... ix KATA PENGANTAR ........................................................................................ x DAFTAR ISI ....................................................................................................xiii DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xvii BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1 A. Latar Belakang ...................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................. 5 C. Tujuan Penulisan ................................................................................... 5 D. Manfaat Penulisan ................................................................................. 6 E. Metode Penulisan .................................................................................. 6 F. Sistematika Penulisan ........................................................................... 7 BAB II. TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK .............................................................. 9 A. Tanggungjawab Keluarga Katolik ...................................................... 10 1. Tanggungjawab ............................................................................... 10 a. Pengertian Tanggungjawab ....................................................... 10 b. Jenis-jenis Tanggungjawab ....................................................... 13 2. Keluarga Katolik ............................................................................. 15 a. Pengertian Keluarga Katolik ..................................................... 15 b. Keluarga Katolik adalah Gereja Rumah Tangga ...................... 17 c. Keluarga Katolik adalah Sel Terkecil di Masyarakat ............... 20 d. Ciri-ciri Keluarga Katolik ......................................................... 21
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
e. Tugas Keluarga Katolik ............................................................ 24 B. Pendidikan Iman Anak ........................................................................ 27 1. Pengertian Pendidikan Iman Anak .................................................. 27 2. Tujuan Pendidikan Iman Anak ....................................................... 28 3. Bentuk-bentuk Pendidikan Iman Anak ........................................... 29 a. Teladan Tokoh-tokoh Indetifikasi ............................................. 30 b. Suasana...................................................................................... 30 c. Pengajaran ................................................................................. 31 d. Komunikasi ............................................................................... 32 C. Pendidikan Iman Anak Merupakan Tanggungjawab Keluarga .......... 32 BAB III. GAMBARAN PELAKSANAAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK STASI MUARA ASA DI PAROKI YOHANES PENGINJIL LINGGANG MELAPEH TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK ............................................................. 36 A. Gambaran Umum Stasi Paroki Yohanes Pengijil Linggang Melapeh dan Stasi Muara Asa ......................................................................... 37 1. Situasi Geografis Paroki Yohanes Penginjil Linggang Melapeh dan Stasi Muara Asa ................................................................... 37 2. Sejarah Singkat Paroki Yohanes Penginjil Linggang Melapeh dan Stasi Muara Asa .................................................................... 38 3. Situasi Umat Paroki Yohanes Penginjil dan Stasi Muara Asa..... 41 4. Karya Pastoral Stasi Muara Asa .................................................. 43 B. Penelitian Tentang Tanggungjawab Keluarga Katolik Stasi Muara Asa Terhadap Pendidikan Iman Anak ................................. 44 1. Persiapan Penelitian .................................................................... 44 a. Latar Belakang Penelitian ................................................... 44 b. Tujuan Penelitian ............................................................... 46 c. Jenis Penelitian ................................................................... 47 d. Istrumen Pengumpulan Data .............................................. 47 e. Responden Penelitian .......................................................... 48 f. Tempat Penelitian dan Alokasi Waktu................................ 49 g. Variabel yang Diteliti dan Kisi-kisi .................................... 49 2. Hasil dan Pembahasan Penelitian ............................................... 50 xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Pendalaman Lebih Lanjut Terhadap Hasil Penelitian Menurut Masing-masing Variabel .............................................................. 61 4. Kesimpulan Hasil Penelitian ....................................................... 67 BAB IV. REKOLEKSI SEBAGAI USAHA UNTUK MENINGKATKAN PELAKSANAAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK STASI MUARA ASA TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK ................................................................................... 70 A. Pentingnya Tanggungjawab Keluarga Katolik Stasi Muara Asa Terhadap pendidikan Iman Anak ....................................................... 71 B. Tanggungjawab Keluarga Katolik Stasi Muara Asa Terhadap Pendidikan Iman Anak ...................................................... 72 1. Alasan Pemilihan Kegiatan Rekoleksi Keluarga ........................... 73 2. Rekoleksi Keluarga ........................................................................ 73 a.
Tujuan Kegiatan Rekoleksi ..................................................... 73
b.
Waktu, Tempat dan Peserta .................................................... 73
C. Usulan Kegiatan Rekoleksi Keluarga ................................................ 74 1. Latar Belakang Program................................................................. 74 2. Tema dan Tujuan Rekoleksi Keluarga ........................................... 75 3. Matriks Kegiatan Rekoleksi Keluarga ........................................... 77 4. Contoh Persiapan Rekoleksi Keluarga ........................................... 79 BAB V. PENUTUP .......................................................................................... 86 A. Kesimpulan ....................................................................................... 86 B. Saran ................................................................................................... 87 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 89 LAMPIRAN Lampiran 1: Surat Permohonan Izin Penelitian ................................. (1) Lampiran 2: Surat Keterangan Selesi Penelitian ............................... (2) Lampiran 3: Kuesioner Tertutup ........................................................ (3) Lampiran 4: Contoh Jawaban Responden........................................ (10)
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 5: Daftar Lagu ................................................................. (17) Lampiran 6: Kisah Keluarga Albert ................................................. (18) Lampiran 7: Teks Kitab Suci ........................................................... (19)
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang diselenggarakan oleh Alkitab Indonesia,
ditambah
dengan
Kitab-kitab
Deuterokanonika,
yang
diselenggarakan oleh Lembaga Biblika Indonesia. Ef
: Efesus
Kej
: Kejadian
Kis
: Kisah Para Rasul
Luk
: Lukas
Mat
: Matius
Rm
: Roma
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja AA
: Apostolicam Actuossisatem, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kerasulan Awam. Tanggal 18 November 1965
CT
: Catechesi Tradendae Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II kepada para Uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini. Tanggal 16 Oktober 1979 xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
FC
: Familiaris Consortio Peranan Keluarga Kristiani dalam Dunia Modern: Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II kepada para Uskup, Iman-iman dan Umat beriman seluruh Gereja Katolik, tanggal 22 November 1981
GE
: Gravissium Educationis Dokumen Konsili Vatikan II yang membahas mengenai Pendidikan Kristen. Diteruskan oleh Paus Paulus VI pada tanggal 28 Oktober 1965.
KGK
: Katekismus Gereja Katolik Terjemahan
Indonesia
dikerjakan
berdasarkan
edisi
Jerman oleh P. Herman Embuiri, SVD. Tahun 2007 LG
: Lumen Gentium Konsititusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Gereja. Tanggal 21 November 1964
KHK
: Kitab Hukum Kanonik Dikeluarkan pada tanggal 25 Januari 1983 oleh Paus Paulus Yohanes II.
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Singkatan Lain KAS
: Keuskupan Agung Semarang
KBG
: Komunitas Basis Gereja
KDRT
: Kekerasan Dalam Rumah Tangga
KK
: Kepala Keluarga
KWI
: Konferensi Wali Gereja Indonesia
OMK
: Orang Muda Katolik
PD
: Persekutuan Doa
PIA
: Pendidikan Iman Anak
PIR
: Pendidikan Iman Remaja
RI
: Republik Indonesia
SAGKI
: Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia
SD
: Sekolah Dasar
SLTP
: Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Atas
SLTA
: Sekolah Lanjutan Tengah Atas
SMP
: Sekolah Menengah Pertama
SMA
: Sekolah Menengah Atas
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Tugas mendidik pertama-tama merupakan tanggungjawab keluarga, karena keluarga merupakan tempat dimana untuk pertama kalinya anak memperoleh pengajaran mengenai keutamaan-keutamaan sosial yang dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat, tempat anak hidup dan berkembang (GE art. 3). Di dalam keluarga, anak pertama kali menemukan pengalaman pertama masyarakat manusia yang sehat serta Gereja. Lambat laun, melalui keluargalah anak dibawa masuk ke dalam pergaulan warga dan dalam umat Allah. Peranan keluarga Katolik dalam mendidik mempunyai tempat yang sangat penting dalam karya pastoral (FC art. 40). Maka dari itu, keluarga perlu menyadari betapa pentingnya pendidikan Katolik dalam keluarga. Sebuah keluarga wajib menciptakan suasana lingkungan keluarga yang dijiwai oleh cinta kasih Allah dan manusia sehingga membantu pendidikan pribadi dan sosial anakanak. Tugas keluarga untuk mendidik pendidikan Katolik anak tidak dapat digantikan oleh siapa pun, karena ini merupakan tanggungjawab sebuah keluarga. Paus Yohanes Paulus II dalam Anjuran Apostolik Familiaris Consortio mengatakan bahwa: Orang tua mendidik berakar dalam panggilan utama suami-istri untuk berperan serta dalam karya penciptaan Allah. Dengan membangkitkan dalam dan demi cinta kasih seorang pribadi baru, yang dalam dirinya mengemban panggilan untuk bertumbuh dan mengembangkan diri, keluarga sekaligus sanggup bertugas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
mendampinginya secara efektif untuk menghayati hidup manusiawi sepenuhnya (FC art. 36). Karya manusia dalam penciptaan manusia baru melahirkan suatu tugas baru, yaitu tugas mendidik dan memelihara hasil prokreasi tersebut. Dalam hal ini, manusia yang telah menjadi anggota Katolik mempunyai tanggungjawab untuk mendidik secara Katolik anak-anak yang telah dikaruniakan kepada keluarga Bagi keluarga Katolik, tugas mendidik yang berakar dalam panggilan utama mereka untuk berperan serta di dalam karya penciptaan Allah mendapat sumber baru yang khas dalam Sakramen Perkawinan, yang menguduskan mereka untuk mendidik secara Katolik anak-anak mereka: artinya perutusan itu meminta mereka untuk mengambil bagian dalam wewenang dan cinta kasih Allah Bapa dan Kristus Sang Gembala (FC art. 38). Konsili Vatikan II mengingatkan bahwa: Karena orang tua telah menyalurkan kehidupan kepada anak-anak, terikat kewajiban amat berat untuk mendidik anak mereka. Maka, keluargalah yang harus diakui sebagai pendidik mereka yang pertama dan utama. Sebab merupakan tanggung jawab orang tua dalam menciptakan lingkungan keluarga, yang diliputi semangat bakti kepada Allah dan kasih sayang terhadap sesama sedemikian rupa sehingga menunjang keutuhan pendidikan pribadi dan sosial anak-anak mereka (GE art. 3). Pernyataan di atas ingin menegaskan bahwa ketika anak dilahirkan, orang tua memiliki tugas dan tanggungjawab baru dalam kehidupan keluarga, yakni mendidik anak-anak mereka. Tanggungjawab keluarga yang dimaksud adalah suatu usaha yang dilakukan oleh keluarga dalam meningkatkan iman anak. Pendidikan iman anak menjadi bagian yang sangat penting dalam usaha mendidik secara Katolik dengan nilai-nilai Katolik, Moral Katolik, ajaran iman Katolik misalnya: memberi nasehat, memberi teladan hidup Katolik sehingga menjadi orang Katolik yang dewasa dalam kegiatan pastoral. Tanggungjawab utama dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
pendidikan iman anak tersebut terletak pada orang tua, hal ini sesuai dengan salah satu fungsi keluarga yaitu sebagai tempat pendidikan iman anak. Dalam ajaran Gereja Katolik, pendidikan atau pembinaan iman sangat penting dalam kehidupan seorang anak. Hal ini dibuat untuk mempertahankan jati diri seorang pengikut Kristus dalam menghadapi perkembangan zaman dan arus globalisai, pendidikan di sini lebih diutamakan bagi anak-anak generasi muda penerus dan pembangun Gereja, karena mereka adalah tulang punggung dan harapan masa depan Gereja. Anak merupakan buah cinta dari pasangan suami-istri yang perlu dilindungi, dibesarkan oleh kasih sayang melalui pendidikan, terutama pendidikan Katolik. Keluarga harus dapat mendidik anak-anak dengan diberi nasehat-nasehat atau teladan-teladan. Para keluarga harus bisa mengarahkan anak-anaknya untuk terlibat di dalam hidup menggereja. Namun kenyataannya sekarang ini banyak keluarga yang lalai akan kewajibannya. Keluarga sekarang lebih mementingkan kesibukan mereka dengan pekerjaan-pekerjaan, sehingga lupa akan tugasnya yang harus mendidik anak dengan pendidikan Katolik. Hal ini menyebabkan anak tidak aktif dalam hidup menggereja. Berangkat dari pengalaman pribadi, penulis mendapatkan kesan di Stasi Muara
Asa,
keluarga
kurang
berperan
dalam
mengembangkan
iman
anak-anaknya. Seperti yang dialami penulis dalam keluarga penulis kurang mendapat perhatian serta pendampingan dari keluarga berkaitan dengan pokokpokok iman Katolik dan bagaimana harus terlibat di Gereja. Penulis merasa bahwa para keluarga di Stasi Muara Asa masih kurang memahami sepenuhnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
tugas mereka sebagai pendidik iman anak yang utama dan pertama dalam keluarga. Banyak keluarga yang cenderung menyerahkan pendidikan iman anaknya kepada suatu lembaga terkait, seperti sekolah, tetapi sebenarnya itu tidaklah cukup. Secara khusus dalam pendidikan iman, keluarga menjadi tempat yang pertama dan utama, keluarga menjadi tempat persemaian bertumbuh dan berkembangnya iman anggota keluarga. Hasil pengamatan yang penulis lakukan pada beberapa keluarga di Stasi Muara Asa ditemukan bahwa banyak keluarga yang kurang memperhatikan pendidikan hidup rohani anaknya karena terbentur oleh pekerjaan. Hidup rohani tidak hanya didapatkan dalam pendidikan iman di sekolah saja, tetapi di dalam keluarga. Peran keluarga dalam mendidik hidup rohani anak, dengan maksud anak dapat menghidupi ajaran Katolik seperti berdoa, mengikuti perayaan Ekaristi, mau terlibat dalam hidup menggereja, tidak hanya datang dan pergi saja di Gereja namun anak ikut ambil bagian di dalamnya. Dengan keteladanan serta pendampingan keluarga mengajak anak-anaknya ikut terlibat aktif dalam hidup menggereja. Misalnya dengan mengikuti latihan koor, menjadi misdinar, lektor/lektris, pemazmur atau di lingkungan dengan mengikuti ibadat mingguan atau doa-doa yang lainnya. Dengan begitu anak semakin akrab dengan kegiatan menggereja dan anak dapat merasakan keterlibatan aktif dalam hidup menggereja. Berdasarkan latarbelakang di atas maka penulis ingin memberikan sumbangan
pemikiran
melalui
penulisan
skripsi
dengan
judul
TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI STASI MUARA ASA TERHADAP
PENDIDIKAN
IMAN
ANAK
DI
PAROKI
YOHANES
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
PENGINJIL LINGGANG MELAPEH KALIMANTAN TIMUR. Penulisan skripsi diharapkan dapat meningkatkan pelaksanaan pendidikan iman anak.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak mereka? 2. Sejauh mana keluarga-keluarga Katolik Stasi Muara Asa telah melaksanakan tanggungjawab terhadap pendidikan iman anak mereka? 3. Upaya macam apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik Stasi Muara Asa terhadap pendidikan iman anak mereka?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulis memberikan penjelasan tujuan penulisan sebagai berikut: 1. Menjelaskan tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak mereka. 2. Mengetahui sejauh mana keluarga Katolik di Stasi Muara Asa telah melaksanakan tanggungawab terhadap pendidikan iman bagi anaknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
3. Memberikan sumbangan berupa program rekoleksi terhadap keluarga Katolik dalam rangka meningkatkan pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak-anak mereka. D. Manfaat Penulisan Manfaat yang diperoleh dari penulisan ini adalah: 1. Keluarga Katolik di Stasi Muara Asa mengetahui tanggungjawab dalam mendidik iman anak-anak mereka. 2. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis sejauh mana peningkatan tanggungjawab keluarga Katolik di Stasi Muara Asa berpengaruh positif terhadap pendidikan iman anak. 3. Penulis dapat memberikan sumbangan berupa program rekoleksi keluarga terhadap keluarga Katolik di Stasi Muara Asa dalam rangka meningkatkan tanggungjawab bagi pendidikan iman anak mereka.
E. Metode Penulisan Dalam penulisan ini, penulis menggunakan metode deskriptif analisis yaitu metode yang menggambarkan dan menganilisis data-data yang diperoleh baik
melalui
pengalaman
maupun
studi
pustaka.
Penulis
juga
akan
mengungkapkan tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak Stasi Muara Asa. Cara mengetahuinya, penulis akan melaksanakan penelitian di Stasi Muara Asa Paroki Yohanes Penginjil Linggang Melapeh Kalimantan Timur. Melalui data yang diperoleh tersebut, penulis mencoba menganalisis dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
merumuskan sumbangan mengenai program pendampingan keluarga katolik guna meningkatkan tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak mereka. F. Sistematika Penulisan Untuk memperoleh gambaran yang jelas, penulis menyampaikan pokokpokok sebagai berikut: Bab I ini, berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, menfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika. Bab II ini, berisi gambaran umum tentang tanggungjawab
keluarga
Katolik, mencakup pengertian tanggungjawab keluarga Katolik, pengertian keluarga Katolik dan ciri-ciri keluarga Katolik, tugas keluarga Katolik, tanggungjawab keluarga Katolik. Kemudian membahas Pendidikan Iman Anak yang mencakup pengertian pendidikan iman anak, tujuan pendidikan, pengertian iman, pengertian iman menurut Kitab Suci, pengertian iman menurut Dokumen Gereja bentuk pendidikan iman anak. Bab III ini, berisi uraian tentang Gambaran Umum Stasi Muara Asa serta uraian tentang Paroki Yohanes Penginjil Linggang Melapeh, yang berisi situasi geografis Paroki, sejarah berdirinya stasi dan paroki, situasi umat Stasi Muara Asa dan Paroki, visi dan misi, tantangan stasi dan aroki, strategi. Dalam bab ini juga disampaikan penelitian mengenai tanggungjawab keluarga Katolik Stasi Muara Asa terhadap pendidikan iman anak di dalamnya memuat persiapan penelitian, laporan penelitian, tanggapan pribadi atas hasil penelitian dan kesimpulan penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Bab IV ini, berisi uraian mengenai upaya peningkatan tanggungjawab keluarga katolik di Stasi Muara Asa berupa usulan kegiatan Rekoleksi keluarga sebagai upaya meningkatkan tanggungjawab keluarga katolik di Stasi Muara Asa. Bab V ini, berisi penutup yang mencakup kesimpulan dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK Bab pertama telah menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaaf penulisan, metode penulisan serta sistematikan penulisan skripsi. Bab kedua secara khusus membahas tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak. Bab kedua merupakan pembahasan dari rumusan masalah yang pertama, yakni menggambarkan tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak-anak. Tanggungjawab keluarga Katolik adalah suatu kewajiban orang tua Katolik untuk memperhatikan pendidikan iman anaknya. Peran orang tua sangatlah besar di dalam keluarga terutama dalam memperhatikan pendidikan iman anaknya. Bab kedua ini terdiri dari tiga bagian yaitu tanggungjawab keluaga Katolik, pendidikan iman anak, dan pendidikan iman anak tanggunjawab keluarga Katolik. Dalam setiap bagian akan diuraikan beberapa topik menurut bahan-bahan kepustakaan. (a) Meliputi tanggungjawab dan keluarga Katolik. Bagian ini mencakup pengertian tanggungjawab, jenis-jenis tanggungjawab, pengertian keluarga Katolik, keluarga Katolik adalah Gereja rumah tangga, keluarga Katolik adalah sel terkecil di masyarakat, ciri-ciri keluarga Katolik, dan tugas keluarga Katolik. (b) Membahas pendidikan iman anak. Bagian ini meliputi tiga pokok bahasan yaitu pengertian pendidikan iman anak, tujuan pendidikan iman anak, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
bentuk-bentuk pendidikan iman anak. (c) Mejelaskan pendidikan iman anak tanggungjawab keluarga Katolik. A. Tanggungjawab Keluarga Katolik 1. Tanggungjawab Tanggungjawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang sengaja maupun tidak sengaja. Tanggungjawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban. Tanggungjawab merupakan salah satu nilai moral utama yang ada di dalam hukum moral. Sebab tanggungjawab tersebut memiliki tujuan dan mengandung nilai-nilai baik bagi semua orang, baik secara individu maupun sebagai bagian dari masyarakat. Tanggungjawab sangat diperlukan untuk mengembangkan jiwa yang sehat, membentuk kepribadian yang memiliki kepedulian akan hubungan interpersonal dan menjadi warga masyarakat yang humanis. a. Pengertian Tanggungjawab Dapiyanta dalam buku Rukiyanto (2013: 34) menyatakan bahwa tanggungjawab adalah kemampuan seseorang untuk memberikan tanggapan atas tindakannya. Tanggapan tersebut berupa jawaban atas pertanyaan mengapa melakukan hal tertentu dan kesiapan menanggung resiko atas apa yang telah dilakukannya. Tuntutan kesiapan menjawab dan menaggung itulah yang disebut tanggungjawab. Sehubungan dengan kesiapan menjawab dan menanggung itu, tindakan yang bertanggugjawab mengandaikan adanya kesadaran dan kebebasan. Sadar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
berarti tahu. Kalau orang bertindak atas kesadaran pribadi, ia tahu apa yang ia perbuat dan mengapa berbuat demikian. Ia telah membuat pertimbangan sebelum bertindak. Bertindak bebas berarti bertindak atas kemauan sendiri. Tindakan tersebut bukan hasil pemaksaan atau keterpaksaan. Dengan menghendaki tindakan tersebut orang akan siap menanggung segala resiko atau konsekuensi dari tindakannya (Dapiyanta, 2013: 35). Semakin orang tersebut bebas maka ia semakin bertangungjawab. Artinya apabila manusia dalam mengambil keputusan dan menentukan jenis tindakan itu manusia tidak memiliki kebebasan, maka dengan sendirinya ia tidak mungkin memiliki tanggungjawab. Bebas di sini bukan berarti bebas semuanya. Kebebasan tidak sama dengan keliaran dan tanpa aturan (Rukiyanto dan Esti Sumarah, 2014: 22). Dan tentu keputusan maupun tindakan tersebut diambil dengan penuh kesadaran. Sebab orang tidak mungkin mengemban tanggungjawab apabila ia tidak menyadari keputusan atau perbuatannya. Sadar berarti mengetahui dan merasakan proses-proses emosi dan pikiran yang sedang berjalan sewaktu individu mengambil keputusan atau melakukan suatu tindakan. Dapiyanta dalam buku Rukiyanto dan Esti Sumarah (2014: 22) mengemukakan pendapat bahwa tanggungjawab adalah kemampuan seseorang untuk memberikan respon atas tindakannya. Respon tersebut berupa jawaban atas pertanyaan mengapa aku melakukan hal tertentu dan kesiapan menjawab dan menanggung itulah disebut tanngungjawab. Contohnya: seorang pemuda ditangkap polisi karena dituduh telah membunuh seseorang. Pemuda itu harus mempertanggungjawabkan di pengadilan tindakan membunuh yang telah ia lakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Berkaitan dengan tanggungjawab Gilarso (1996: 14) mengatakan bahwa tanggungjawab dalam membangun keluarga Kristiani dilakukan dengan penuh cinta kasih. Melalui pernikahan, saumi-istri membangun suatu persekutuan cinta yang kita sebut keluarga Kristiani. Cinta itu pertama-tama harus diusahakan antara mereka berdua sendiri, kemudian kepada anak-anak, juga kepada sanak-saudara, tetangga, lingkungan, dan akhirnya kepada semua orang lain, terutama orangorang kecil dan miskin. Karena itu, segenap anggota keluarga terutama suami-istri harus berusaha dengan sekuat tenaga untuk menumbuhkembangkan cinta kasih di dalam kehidupan mereka. Bila cinta kasih ada dalam keluarga, maka sikap keterbukaan, saling pengertian, saling mengampuni, serta saling mendukung satu sama lain dalam hal-hal yang baik akan muncul dalam keluarga. Tanggungjawab yang diemban oleh keluarga sangatlah penting dan besar. Orang tua tidak hanya sekedar mengetahui tanggungjawabnya kepada setiap anggota keluarga, tetapi sungguh-sungguh melaksanakan tanggungjawab tersebut. Keluarga harus dapat bertanggungjawab terhadap pendidikan iman anak-anaknya. Di dalam keluarga mendidik anak adalah tugas yang utama dan pertama, tidak dapat digantikan oleh siapapun itu (FC art. 36). Ini juga dapat berarti bahwa arah dan kehidupan iman anak ditentukan oleh bagaimana cara keluarga itu mendidik anak secara bertanggungjawab. Dengan demikian, tanggungjawab keluarga Katolik yang dimaksud adalah suatu usaha yang dilakukan oleh keluarga Katolik dalam melaksanakan pendidikan iman anak. Pendidikan iman anak menjadi bagian yang sangat penting dalam usaha pendewasaan iman anak. Tanggungjawab keluarga dalam pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
iman anak tersebut terletak pada orang tua, hal ini sesuai dengan salah satu fungsi keluarga yaitu sebagai tempat pendidikan iman anak. b. Jenis-jenis Tanggungjawab Tanggungjawab itu dapat dibedakan menurut keadaan manusia atau hubungan yang dibuat manusia. Tanggungjawab seorang manusia tidak hanya berhenti pada dirinya sendiri, melainkan juga untuk hal lainnya. Wujud tanggungjawab bermacam-macam, misalnya tanggungjawab terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat dan kepada Tuhan. Jenis-jenis tanggungjawab itu sendiri antara lain: 1) Tanggungjawab terhadap Diri Sendiri Tanggungjawab terhadap diri sendiri berarti menanggung tuntutan kata hati, misalnya, dalam bentuk penyesalan yang mendalam. Tanggungjawab terhadap diri sendiri merupakan hal yang mendasar dalam melakukan kewajibankewajiban lainnya sebagai tuntutan dalam mengembangkan kepribadian sebagai pribadi. Pada dasarnya manusia adalah mahluk bermoral, tetapi manusia juga seorang pribadi yang memiliki pendapat sendiri dalam berbuat dan bertindak. Apabila manusia bertanggungjawab pada dirinya sendiri maka ia mampu bertanggungjawab pada hal lain pula. Dengan berani bertanggungjawab berarti kita sudah mampu melaksanakan tugas dan kewajiban untuk kepentingan diri sendiri sehari-hari secara rutin. 2) Tanggungjawab kepada Anggota Keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Setiap anggota keluarga saling membutuhkan dalam melaksanakan tugas dan peran dengan baik agar keharmonisan keluarga tetap terjalin dengan baik. Segala tugas yang dilakukan dengan iklas akan menunjukkan kepedulian akan apa yang dirasakan dan dibutuhkan oleh anggota keluarga lainya. Sebagi contoh: seorang anak harus belajar dengan baik dan membantu meringankan tugas orang tua ketika berada di rumah. Dengan melaksanakan tanggungjawab sebagai anak, maka hal tersebut tentunya menjadi suatu kebanggaan bagi kedua orang tua. Apabila dalam hal-hal kecil diabaikan, maka semakin sulit untuk membangun rasa tanggungjawab dalam diri maupun untuk orang lain (Rintyastini, 2006: 53). 3) Tanggungjawab sebagai Anggota Masyarakat Pada dasarnya seorang manusia adalah makluk sosial, yakni tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Seorang manusia dituntut untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain. Sebagai anggota masyarakat tentu memiliki tanggungjawab sehingga dapat melangsungkan hidup yang baik di tengah-tengah masyarakat dan mempertanggungjawabkan perbuatannya pada masyarakat. Bertanggungjawab terhadap masyarakat berarti menanggung tuntutan normanorma sosial, bisa berupa sanksi-sanksi sosial seperti cemoohan masyarakat, hukum penjara, dan lain-lain. Bertanggungjawab sebagai anggota masyarakat akan melatih seorang menjadi pribadi yang lebih matang, di mana ia akan memiliki wawasan yang lebih luas (Rintyastini, 2006: 57). 4) Tanggungjawab sebagai Umat Beragama Tanggungjawab umat beragama diwujudkan antara lain dengan berusaha memahami aturan agama dan kemudian mengamalkannya (Rintyastini, 2006: 58).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Seseorang yang memiliki pemahaman dan ketaatan terhadap agama diharapkan memiliki tanggungjawab pada agamanya yang dianut. Bertanggungjawab kepada agama berarti menanggung tuntutan norma-norma agama, misalnya perasaan berdosa. Bagi kaum muda tanggungjawab dalam beragama masih mudah terpengaruh oleh aneka tawaran duniawi. Namun kesadaran diri mereka untuk terlibat dalam kegiatan keagamaan sudah mengalami peningkatan. Misalnya aktif dalam kegiatan Gereja dan lingkungan seperti menjadi misdinar, lektor, mengikuti komunitas doa, Rosario, bakti sosial, dan lain sebagainya (Rintyastini, 2006: 60).
2. Keluarga Katolik a. Pengertian Keluarga Katolik KWI (2011: 5) menyatakan bahwa keluarga merupakan buah dan sekaligus tanda kesuburan adikordrati Gereja serta memiliki ikatan yang mendalam sehingga keluarga disebut sebagai Gereja Rumah-tangga (Ecclesia Domestica). Sebutan ini selain memperlihatkan eratnya pertalian antara Gereja dan keluarga, juga menegaskan fungsi keluarga yang disebut sebagai bentuk yang terkecil dari Gereja. Keluarga, yang didasarkan pada cintakasih serta dihidupkan oleh cinta kasih, merupakan persekutuan pribadi: suami dan istri, orang tua dan anak-anak, serta saudara-saudara. Kasih sejati dalam keluarga adalah kasih yang membuahkan kebaikan bagi semua anggota keluarga (FC art. 18). Pengertian keluarga ini memperlihatkan bahwa setiap manusia berasal dari keluarga. Dalam keluarga terdapat pribadi yang berbeda-beda, namun mereka hidup bersama dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
cinta kasih. Setiap pribadi menunjukan cinta kasih melalui tindakan konkret untuk kebahagian, kesejahteraan, dan keselamatan keluarga (KWI 2011:10). Keluarga tidak dapat dipisahkan dari masyarakat, keluarga merupakan sel terkecil dari masyarakat luas. Konsili Vatikan II mengatakan: “karena Pencipta alam semesta telah menetapkan persekutuan suami-istri menjadi asal-mula dan dasar masyarakat manusia, maka keluarga merupakan sel pertama dan sangat penting bagi masyarakat” (AA art. 11). Sebagai sel terkecil dalam masyarakat, keluarga mempunyai hubungan-hubungan yang amat penting dan organik dengan masyarakat, karena di dalam keluarga seluruh jaringan hubungan sosial dibangun (Paus Yohanes Paulus II, 1994:8). Melalui kehadiran dan peran anggotaanggotanya, keluarga menjadi tempat asal dan upaya efektif untuk membangun masyarakat yang memanusia dan rukun (FC art. 43) Keluarga memiliki hubungan kedekatan atau relasi antar anggotaanggotanya. Dalam perkawinan dan keluarga terjalin serangkaian hubungan antar pribadi (FC art. 15). Setiap anggota keluarga dijalin oleh relasi yang bersifat personal dan fungsional. Yang dimaksud dengan relasi personal adalah relasi antar pribadi, yang tidak didasarkan pada kedudukan atau fungsi seseorang. Dalam keluarga, kedua relasi ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena hubungan fungsional dalam keluarga harus selalu personal juga, artinya harus selalu dalam semangat menerima yang lain sebagai pribadi yang bermartabat sama karena memiliki hak yang sama pula. Pandangan mengenai keluarga di atas sejalan dengan pandangan Gereja dalam Katekismus Gereja Katolik yang mengartikan keluarga Katolik sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
persekutuan kodrati, di mana pria dan wanita di panngil untuk menyerahkan diri dalam cinta kasih melanjutkan kehidupan (KGK No. 2207). Artinya persekutuan pribadi-pribadi ini terjadi atas dasar pilihan dan keputusan sadar dan bebas antara seorang pria dan seorang wanita, serta diungkapkan dalam kesepakatan nikah. Mereka bersedia meninggalkan segalanya, termaksud orang tua dan sanak saudaranya untuk membangun persekutuan hidup dengan pasangannya. Pria dan wanita dipanggil untuk senantiasa menumbuhkembangkan persatuan mereka dengan selalu setia pada janji perkawinan. Berkat janji perkawinan yang diucapkan, mereka tidak lagi dua melainkan satu daging. Dalam Mat 19:6 dikatakan “Demikianlah mereka bukan lagi dua melainkan satu. Karena itu, apa yang dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” Sabda Yesus ini mengatakan bahwa suami-istri merupakan dua pribadi yang telah disatukan oleh Allah. Surat Santo Paulus kepada jemaat di Efesus (5:22-23) mengatakan suatu perkawinan dapat dikatakan sebagai sakramen, sebagai tanda dan rahmat hubungan antara Allah dan jemaat-Nya, bila perkawinan tersebut dilakukan secara sah oleh dua pribadi yang telah dibaptis dalam nama Yesus. b. Keluarga Katolik adalah Gereja Rumah Tangga KWI (2011: 15-18) menegaskan bahwa keluarga adalah Gereja rumahtangga. Berkat Sakramen Baptis, suami-istri menerima tiga martabat Kristus, yakni martabat kenabian, imamat, dan rajawi. Berkat Sakramen Baptis pula, mereka menjadi anggota dan ikut membangun Gereja. Gereja bukan hanya merupakan sebuah komunitas basis Gerejawi yang mengambil bagian dalam karya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
penyelamatan Allah. Keluarga adalah Gereja rumah tangga karena mengambil bagian lima tugas Gereja seperti diungkapkan KWI (2011: 15-17) antara lain: 1) Persekutuan (Koinonia) Keluarga adalah persekutuan seluruh hidup antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang diperluas dengan kehadiran anak. Ciri pokok persekutuan tersebut adalah hidup bersama berdasarkan iman dan cinta kasih serta kesedian untuk saling mengembangkan pribadi satu sama lain (KWI, 2011:15-16). Cinta kasih merupakan kekuatan keluarga yang utama karena tanpa cinta kasih keluarga tidak dapat hidup, berkembang atau menyempurnakan diri sebagai persekutuan pribadi-pribadi (FC art. 18). Persekutuan dalam keluarga akan terwujudkan dan makin sempurna berkat semangat berkorban yang besar. Dalam keluarga dibutuhkan sikap terbuka dan murah hati, bertenggang rasa, saling mengampuni dan saling berdamai (FC art. 21). Sikap saling memaafkan diwujudkan dengan memaafkan apabila ada anggota keluarga yang berbuat salah dan tetap menerima mereka meskipun memiliki keterbatasan, seperti anak yang nakal tetap diterima dengan penuh kasih sayang. Persekutuan dalam keluarga juga dapat diwujudkan dengan menciptakan saat-saat bersama, misalnya: doa bersama, kesetian dalam suka dan duka baik ketika sehat maupun sakit. 2) Liturgi (Leiturgia) Kepenuhan hidup Katolik tercapai melalui sakramen dan hidup doa karena keluarga dapat bertemu dan berdialog dengan Allah. Suami istri mempunyai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
tanggungjawab membangun kesejahteraan jasmani dan rohani bagi keluarganya dengan doa dan karya. Doa dalam keluarga yang dilakukan dengan setia akan memberi kekuatan iman dalam hidup mereka, terutama ketika mereka sedang menghadapi dan mengalami persoalan sulit dan berat, dan membuahkan rohani, yaitu relasi yang mesra dengan Allah (KWI, 2011:16). Kegiatan rohani keluarga dapat dilakukan dalam bentuk Ekaristi bersama di Gereja, doa bersama dalam keluarga pada saat tertentu, seperti saat ulang tahun, mendoakan keluarga yang sudah meninggal, dan lain sebagainya. Kemudian bisa diadakan Ekaristi maupun ibadat keluarga. 3) Pewartaan Injil (Kerygma) Keluarga merupakan Gereja Rumah Tangga sehingga ikut ambil bagian dalam tugas Gereja untuk mewartakan Injil. Keluarga hendaknya menyadari tugas perutusan itu dimana semua anggota mewartakan, dan menerima pewartaan Injil. Orang tua tidak sekedar menyampaikan Injil kepada anak-anak mereka, melainkan anakpun mempunyai kesempatan untuk menyampaikan Injil. 4) Pelayanan (Diakonia) Keluarga merupakan persekutuan cinta kasih, maka keluarga dipanggil untuk mengamalkan cinta kasih. Keluarga Katolik menyediakan diri untuk melayani setiap orang sebagai pribadi dan anak Allah. Pelayanan keluarga hendaknya bertujuan memperdayakan mereka yang dilayani sehingga mereka dapat mandiri. Cinta kasih pun menjangkau lebih luas dari kalangan sesama yang seiman, karena “setiap orang adalah saudara atau saudari”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
5) Kesaksian Iman (Martyria) Keluarga hendaknya berani memberi kesaksian imannya dengan perkataan maupun tindakan. Kesaksian iman itu dilakukan dengan berani menyurakan kebenaran, bersikap kritis terhadap berbagai ketidakadilan dan tindak kekerasan yang merendahkan martabat manusia serta merugikan masyarakat umum (KWI, 2011: 17-18). c. Keluarga Katolik adalah Sel Terkecil di Masyarakat Gereja mengakui bahwa keluarga adalah sel terkecil dalam masyarakat, karena di sana seluruh jaringan hubungan sosial dibangun. Melalui kehadiran dan peran anggota-anggotanya, keluarga menjadi tempat asal dan upaya efektif untuk membangun masyarakat yang manusiawi dan rukun (KWI, 2011:18). Dalam pangkuan keluargalah para warga masyarakat dilahirkan, di tengah keluarga pula mereka menemukan latihan pertama bagi keutamaan-keutamaan sosial, yang merupakan prinsip penjiwaan untuk kehidupan serta perkembangan masyarakat sendiri (FC art. 42). Pengalaman persekutuan dan saling berbagi merupakan sumbangan pertama dan mendasar bagi masyarakat (FC art. 43). Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman kebersamaan dan saling berbagi dalam keluarga dapat menjadi bekal bagi anggota keluarga untuk melaksanakannya dalam hidup bermasyarakat. Keluarga
menjadi
asal
dan
upaya
saling
“memanusiakan”
dan
“mempribadikan” masyarakat (FC art. 43). Oleh karena itu, keluarga Katolik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
diharapkan dapat menyumbangkan keutamaan-keutamaan dan nilai-nilai Katolik yang dimiliki dan dihayatinya. Anggota keluarga diharapkan untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan dalam masyarakat dan menunjukkan nilai-nilai Katolik yang dimiliki dan dihayatinya. Melalui keterlibatan mereka dapat tercipta masyarakat yang manusiawi dan rukun. d. Ciri-ciri Keluarga Katolik Selain merupakan sel terkecil dalam masyarakat luas, keluarga Katolik juga merupakan bagian utuh dari Gereja. Sebagian dari Gereja, keluarga Katolik ikut ambil bagian dalam tugas perutusan Gereja, yakni mewartakan dan menyebarluaskan Injil. Maka dari itu, keluarga juga sering disebut Gereja kecil (FC art. 21). Sebagai Gereja kecil, keluarga Katolik memiliki ciri-ciri yang khas, yakni membentuk persekutuan pribadi-pribadi, monogam dan tak terceraikan (Rukiyanto dan Esti Sumarah, 2014: 63-65). 1) Membentuk Persekutuan Pribadi-pribadi Keluarga mempunyai peranan membentuk persekutuan pribadi-priabdi. Membentuk persekutuan pribadi berarti membangun antarpribadi dalam komunitas yang berdasarkan pada cinta kasih. Pribadi yang bersekutu atau bersatu adalah pertama-tama suami dan istri, kemudian orang tua dan anak-anak serta sanak saudara. Pribadi-pribadi yang hidup dalam keluarga memerlukan dasar untuk mempersatukan mereka. Dasar yang mengikat persatuan mereka adalah cinta kasih. Cinta kasih merupakan dasar kekuatan dan tujuan akhir hidup keluarga. Tanpa dilandasi dan diperkokoh dengan cinta kasih, keluarga tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
dapat hidup berkembang atau menyempurnakan persekutuan pribadi-pribadi (FC art. 18) “Cinta merupakan dasar kehidupan keluarga Kristiani” (Wignyasumarta, 2000: 13). Artinya keluarga Kristiani harus memperkembangkan cinta itu agar tumbuh menjadi persekutuan antarpribadi. Sebab cinta yang mempersatukan saumi istri adalah cinta yang ekslusif. Cinta suami istri juga bersifat tak terceraikan, karena dilandaskan pada cinta yang total, dituntut demi kesejahteraan anak, serta dikehendaki Allah menjadi lambang cinta Allah dan Kristus pada umat-Nya (Kristianto dalam Rukiyanto dan Esti Sumarah 2014: 65). Perempuan dan laki-laki berperan sebagai suami dan istri dan juga sebagai ayah dan ibu terhadap anak-anak mereka. Kehadiran anak dalam keluarga mereka memang patut dilindungi, dihargai, dan dicintai. Martabat pribadi anak-anak mereka diakui dan dijadikan pusat perhatian orang tua. 2) Monogam dan Tak Terceraikan Pernikahan adalah persekutuan hidup yang dibangun oleh seorang pria dan seorang wanita (Monogami). Terbentuknya persekutuan itu pertama kali dijalin dan berkembang oleh persekutuan suami-istri melalui janji perkawinan. Mereka ini „bukan lagi dua melainkan satu‟ (Mat 19:6). Kutipan ini memberi gambaran bahwa pasangan suami-istri senantiasa menjaga keutuhan hubungan mereka berdua. Kesatuan cinta yang mereka bina sepenuhnya hanya dapat terwujud dalam ikatan satu pria dan wanita berlangsung sepanjang hidup (kekal tak terceraikan). Maka sifat poligami (memiliki istri lebih dari satu), dengan berbagai alasan apapun sangat bertentangan dengan kehendak Allah (GS art. 49).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Persekutuan suami-istri menjadikan mereka dipanggil oleh Allah untuk tumbuh dan berkembang dalam persekutuan yang mereka bina lewat kesetian dalam janji pernikahan untuk saling menyerahkan diri seutuhnya (FC art. 19). Persekutuan suami-istri tidak hanya ada ciri kesatuan melainkan tak terceraikan. Kesatuan yang tak terceraikan ini sekaligus menuntut kesetian yang utuh dari kedua pihak baik dari suami maupun dari istri dan kepentingan anak-anak (GS art. 48). Demi kepenuhan cinta menuju kesempurnaannya, dan demi kesejahteraan anak serta tuntutan sakramental, bahwa cinta suami-istri merupakan lambang cinta Allah dan Kristus kepada jemaat-Nya yang bersifat kekal, maka perceraian secara tegas ditolak oleh Kristus sendiri Rukiyanto dan Sumarah (2014: 65). Sebuah pernikahan tentu membawa konsekuensi atasnya. Janji nikah yang diikrarkan oleh kedua mempelai membuktikan bahwa cinta mereka pun dituntut menuju kesempurnaan serta kesejahteraan anak. Hubungan cinta keduanya juga merupakan gambaran hubungan cinta Allah dan Kristus kepada Gereja yang mana Kristus sebagai kepalanya dan manusia menjadi anggota-anggotanya. Oleh karena itu sebuah pernikahan yang telah dilakukan secara sah dan diikat oleh rahmat sakramen perkawinan tidak dapat terceraikan atau dipisahkan lagi. Demikian juga segala bentuk perbedaan maupun perpecahan yang menyangkut apapun itu merupakan sebuah penyimpanan dari makna kesatuan yang sesungguhnya. Walaupun suami-istri memiliki berbagai perbedaan, hendaknya jangan sampai hal tersebut menjadi sumber perceraian tetapi justru didayagunakan secara sinergis, agar dapat tercipta kesejahteraan bersama (Kristianto dalam Rukiyanto dan Esti Sumarah 2014: 65).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
e. Tugas Keluarga Katolik Kristianto dalam buku Rukiyanto dan Esti Sumarah (2014: 66-70) mengungkapkan kembali isi dari Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II tentang peranan Keluarga Kristiani dalam Dunia Modern (Familiaris Consortio) bahwa sesusai dengan rencana Allah, keluarga Katolik mengemban tugas penting sebagai berikut: 1) Mengabdi Kehidupan Kristianto dalam Rukiyanto dan Esti Sumarah (2014: 66) mengungkapkan bahwa “peranan keluarga Kristiani yang juga sangat penting adalah mengabdi kehidupan. Ini pertama-tama demi penyaluran kehidupan melalui keturunan.” Tentu pengadaan keturunan didasari oleh cinta suami-istri yang bersifat subur, baik dalam arti menurunkan anak maupun dalam membuahkan kekayaan moral dan spiritual. Tugas dan kewajiban orang tua untuk mendidik anak ini merupakan hak esensial, orisinil dan primer, tak tergantikan dan tak terpindahkan oleh siapun. Semua itu didasarkan atas dasar cinta sebagai prinsipnya. Anak-anak perlu dididik dalam nilai-nilai dasar: tidak lekat pada harta, adil karena cinta meluap, dan murni dalam seksualitas. Dan masih banyak hal lain, seperti pendidikan iman, pendidikan mengenal arah hidup atau panggilan, dan sebagainya, karena orang tua adalah ibu dan guru, seperti Gereja, dalam bidang iman. 2) Ikut Serta Dalam Pengembangan Masyarakat Keluarga sebagai sel masyarakat mempunyai peranan yang pertama dan amat penting dalam mengembangkan masyarakat yang sehat. Masyarakat yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
sehat dapat terwujud oleh faktor adanya keluarga yang sehat pula. Hubungan erat antara keluarga dan masyarakat menuntut sikap terbuka dari keluarga dan masyarakat untuk berkerjasama membela dan mengembangkan kesejahteraan setiap orang. Tetapi masyarakat harus mengakui keberadaan keluarga sebagai rukun hidup yang mempunyai hak aslinya sendiri (FC art. 45). Suasana
kesatuan
yang
akrab
keluarga
sebagai
sekolah
hidup
bermasyarakat dapat menumbuhkan semangat berkorban dan dialog untuk dapat membina dan mengembangkan sikap sosial dan rasa tanggungjawab. Maka orang tua diharapkan mengajak anak belajar memperhatikan orang lain
Kristianto
dalam Rukiyanto dan Esti sumarah (2014: 68). 3) Berperan Serta Dalam Kehidupan dan Misi Gereja Keluarga Kristiani mempunyai peranan untuk ikut serta dalam kehidupan Gereja. Keluarga dan Gereja mempunyai ikatan yang mendalam yaitu menjadi keluarga suatu “Gereja Kecil” (“Ecclesia Domestica” = Gereja rumah tangga) sedemikian rupa sehingga dengan caranya sendiri keluarga menjadi lambang hidup dan penampilan historis bagi misteri Gereja (FC art. 49). Oleh karena itu keluarga tidak hanya menerima cinta kasih Kristus dan menjadi rukun hidup yang diselamatkan, melainkan mereka diharapkan juga dapat menyalurkan cinta kasih Kristus kepada saudara-saudara mereka. Hanya dengan demikian keluarga mampu menjadi persekutuan yang menyelamatkan. Melalui kegiatan merayakan sakramen-sakramen Gereja diharapkan dapat semakin memperkaya dan memperkuat keluarga Kristiani dengan rahmat Kristus,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
supaya keluarga dikuduskan demi kemulian Bapa Kristianto dalam Rukiyanto dan Esti Sumarah 2014: 68. Ini berarti kehadiran Gereja juga ikut memberi warna akan cinta kasih terus menerus kepada keluarga Kristiani dengan demikian akan semakin mendorong dan membina keluarga Kristiani untuk melaksanakan pelayanannya dalam cinta kasih. Pelayanan cinta kasih tersebut berpola pada Kristus yang penuh pengorbanan. Maka dari itu, keluarga diharapkan dapat menyalurkan cinta kasih Kristus kepada saudara-saudari mereka. Yesus Kristus menjadi teladan dan sumber hidup keluarga Kristiani maka keluarga Kristiani juga mempunyai tugas pokok dalam mengembangkan misi Gereja yang mengacu pada hidup Yesus sebagai Nabi dan Raja Rukiyanto dan Esti Sumarah, (2014: 69). “Keluarga juga mempunyai tugas rajawi, yakni memberi arah dan kepemimpinan dengan melayani sesama manusia seperti Kristus Raja (Rm 6:12)” Kristianto Rukiyanto dan Esti Sumarah (2014: 70). Dalam tugas rajawi ini keluarga harus mampu melihat setiap orang khususnya anak-anak sebagai citra Allah dan terutama pada mereka yang menderita, yang mana semuanya itu harus dilaksanakan dan didasarkan dengan cinta kasih. B. Pendidikan Iman Anak 1. Pengertian Pendidikan Iman Anak Perlu diketahui bahwa pendidikan yang paling mendasar dalam keluarga adalah pendidikan iman. Sebab iman menjadi dasar bagi seluruh proses pendidikan seterusnya. Pendidikan dalam keluarga harus memperhatikan pendidikan iman dan moral Katolik, karena keluarga adalah sekolah nilai-nilai kemanusian dan iman Katolik (KWI, 2011: 29). Artinya pendidikan iman adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
tugas dan tanggungjawab keluarga Katolik, namun kenyataannya banyak keluarga tak cukup melakukannya, entah karena kurang mampu atau kurang memiliki perhatian akan hal ini. Oleh sebab itu keluarga dituntut untuk dapat mengarahkan pendidikan iman anak-anaknya agar berkembang menjadi manusia utuh, beriman, bermoral, bertakwa, dan mampu menjalani kehidupan bersama secara harmonis dalam masyarakat Indonesia yang beragam. Sikap batin dan hati nurani anak ditumbuhkembangkan agar bisa melihat kehadiran dan kebaikan Tuhan dalam dirinya sendiri, di tengah-tengah keluarga, dan dalam lingkungan hidupnya. Suhardiyanto (2008:1) menyatakan bahwa pendidikan iman anak adalah segala kegiatan apapun, dalam lingkup manapun yang dilakukan demi perkembangan iman anak, baik dalam lingkup keluarga maupun dalam lingkup paroki. Sedangkan Soerjanto & Widiastoeti (2007:10) menyatakan bahwa pendidikan iman ialah proses dan usaha-usaha orang dewasa untuk membantu anak-anak muda agar mereka mampu menghormati dan mengasihi Allah, Pencipta dan Penyelamat. Pendidikan iman adalah tanggung jawab utama orang tua. Pendidikan iman mempunyai tujuan utama agar sebagai orang yang sudah dibaptis, mereka secara bertahap dibimbing ke dalam pemahaman tentang misteri keselamatan, agar mereka khususnya anak belajar menyembah Allah dalam Roh dan dalam kebenaran terutama melalui ibadat liturgi dan agar mereka terdidik untuk menghayati hidup pribadi yang benar dan kudus, menurut kodrat mereka yang baru (FC art. 39). Pendidikan iman yang diberikan orang tua kepada anak-anak menuju pada kematangan dan kedewasaan dari sudut pandang Kristus dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Gerejani, dan berusaha menunjukkan kepada anak-anak mereka betapa dalamnya makna yang diselami berkat iman dan cinta akan Yesus Kristus. 2. Tujuan Pendidikan Iman Anak Pendidikan merupakan hal yang mendasar dalam hidup manusia. Setiap manusia membutuhkan pendidikan untuk dapat berkembang. Pendidikan pertama dan utama yang didapat oleh manusia berasal dari keluarga. KWI (2011:28) menyatakan bahwa tujuan pendidikan dalam arti sesungguhnya adalah perkembangan pribadi manusia secara utuh, sehingga dapat menyumbangkan nilai-nilai yang baik demi kesejahteraan masyarakat. Soerjanto & Widiastoeti (2007:10) menyampaikan bahwa pendidikan iman dilakukan supaya anak mampu menghormati dan mengasihi Allah. Sedangkan KWI (2011:30) menambahkan bahwa melalui pendidikan iman dalam keluarga, anak tidak hanya mencintai Allah, tetapi aktif dalam hidup menggereja. Suhardiyanto (2008:4) mengemukakan bahwa tujuan utama pendidikan anak adalah agar anak-anak peserta PIA memiliki sikap dan wawasan iman Kristiani serta bangga atasnya, serta mampu pula mengungkapkan dan mewujudkan imannya sesuai usia mereka. Selain menanamkan pemahaman mengenai Allah yang penuh kasih, anak juga diajarkan mengenai sikap penuh cinta kasih terhadap sesama dan orang lain yang mencerminkan sikap orang Kristiani. Selain itu anak juga dibekali dengan pengetahuan tentang ajaran dan peraturan dalam lingkup agama yang nantinya anak diharapkan, bangga bahwa ia dicintai dan mencintai orang lain serta mengungkapkan dalam wujud nyata dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
hidup sehari-hari sesuai usia mereka. Anak-anak diperkenalkan dengan Allah sebagai Sang Pencipta atas segala sesuatu yang ia dapat belajar untuk bersyukur atas segala sesuatu yang ia dapatkan dari Tuhan. Dan anak-anak juga diberi pemahaman bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan memiliki martabat serta derajat yang sama sehingga melalui pemahaman tersebut anak-anak dapat belajar menghargai orang lain sebagai wujud cinta kasih kepada Tuhan. 3. Bentuk-bentuk Pendidikan Iman Anak Pendidikan iman anak merupakan sebuah proses dan usaha orang dewasa membantu anak-anak muda agar mereka mampu menghormati dan mengasihi Allah, Pencipta, dan Penyelamatnya (Soerjanto & Widiastoeti Soerjanto, 2007: 10). Sikap hormat dan kasih manusia terhadap Allah biasanya berkembang bersamaan dengan perkembangan seluruh kepribadiannya. Artinya bila seorang semakin dewasa secara menyeluruh, maka biasanya ia juga semakin dewasa dalam iman. Segala proses dan usaha orang dewasa tentu harus mempehatikan bentukbentuk pendekatan yang perlu dilaksanakan dalam menuntun serta membimbing anak-anak tersebut sesuai dengan konteks perkembangannya. Soerjanto & Widiastoeti (2007: 14) berpendapat bahwa ada empat bentuk pendidikan iman anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
a. Teladan Tokoh-tokoh Identifikasi
Iman biasanya tumbuh pada anak pada saat ia mengamati dan mengikuti tokoh-tokoh identifikasinya, secara spontan dan belum terlalu disadari. Tokohtokoh identifikasi tersebut adalah orang-orang dewasa terdekat baginya, yakni orang tuanya. Sikap dan perilakunya mengacu pada sikap atau perilaku dari orang-orang dewasa yang dihormatinya, tokoh-tokoh panutannya. Kemampuan seorang anak untuk memahami sesuatu secara abstrak biasanya masih sangat terbatas. Ia lebih mampu memahami sesuatu dengan melihat contoh-contoh yang konkrit dan cenderung mengikuti contoh-contoh tersebut. Karena itulah, pemimpin Gereja Katolik berharap bahwa anak-anak menemukan teladan hidup beriman pertama-tama dalam diri orang tua dan anggota-anggota keluarganya sendiri. (CT art. 68) ditegaskan bahwa sejak usia dini para anggota keluarga perlu saling membantu agar bertumbuh dalam iman.
b. Suasana
Yang dimaksud dengan suasana adalah keadaan suatu tempat. Suasana itu sulit dirumuskan, tetapi mudah dirasakan atau dialami. Bagi seorang anak, suasana merupakan keadaan yang menyenangkan atau tidak, membuatnya kerasan atau tidak. Pengaruh suasana rumah terhadapnya sangatlah besar, apalagi bila hal itu dialaminya selama bertahun-tahun. Karena itulah pimpinan Gereja Katolik menegaskan bahwa suasana keluarga yang diresapi kasih dan hormat mempengaruhi anak seumur hidupnya (CT art. 68).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Suasana memang dapat terjadi karena kebetulan saja. Namun, mengingat pengaruhnya yang besar dalam perkembangan iman anak, suasana di rumah sebaiknya tidak terjadi karena kebetulan, melainkan karena diusahakan sedemikian rupa sehingga memungkinkan perkembangan iman. Suasana seperti itu dapat diciptakan antara lain dengan sikap dan perilaku semua anggota keluarga yang penuh kasih sayang dan keakraban; cara dan irama hidup perlu diusahakan agar sesuai dengan kebutuhan semua anggota keluarga dan sekaligus memungkinkan terciptanya selingan yang menyegarkan; ruang-ruang rumah dan kebun yang ditata sedemikian rupa sehingga menciptakan suasana yang manusiawi dan Kristiani; dan tersedianya fasilitas yang memadai, terutama bagi anak. (Soerjanto dan Widiastoeti, 2007: 16). c. Pengajaran Keteladanan kadang-kadang bersifat agak tersembunyi (Soerjanto & Widiastoeti, 2007: 16). Artinya keteladanan tersebut muncul dengan melihat apa yang dilakukan oleh orang tua. Maka keteladanan itu sebaiknya juga diperkuat dengan pengajaran, yang disesuaikan dengan kebutuhan dan daya tangkap anak, sesuai dengan tahapan-tahapan perkembangan kepribadiannya. Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses pendidikan iman: pengajaran harus sesuai dengan keadaan anak, kepekaan emosionalnya, aneka kesulitan dan masalahnya (Soerjanto & Widiastoeti, 2007: 16). Ini berarti bahwa dalam pengajaran hendaknya melihat situasi dan kondisi yang melatarbelakangi hidup anak sehingga apa yang diajarkan betul-betul mengena pada konteks hidup anak tersebut. Pengajaran harus membantu anak mengolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
pengalaman dan perasaannya. Dalam pengajaran seringkali dilupakan bahwa pengalaman dan perasaan anak perlu juga disentuh agar anak dapat belajar dari setiap pengalaman hidupnya demi perkembangan hidup selanjutnya. d. Komunikasi Komunikasi antara semua anggota keluarga merupakan faktor pendukung perkembangan iman anak yang tak tergantikan (Soerjanto & Widiastoeti, 2007: 16). Komunikasi yang dibangun dengan baik antara orang tua dengan anak, bahkan dengan masyarakat menjadi bentuk pendidikan iman yang baik bagi anakanak. Hal-hal yang dikomunikasikan tidak perlu selalu langsung mengenai iman. Meskipun demikian, isi komunikasi itu sebaiknya dapat memperluas wawasan iman dan menjadi sumber inspirasi iman. Sementara itu, bentuk-bentuk komunikasi sangat dipengaruhi oleh faktor budaya, mislanya: kebiasaan berterusterang atau sembunyi-sembunyi, kebebasan berpikir atau ketaatan buta. Dengan adanya proses globalisasi sekarang tentunya semakin membuka kemungkinan munculnya bentuk-bentuk komunikasi yang baru. Bentuk-bentuk tersebut hendaknya dapat digunakan oleh para orang tua sebagai sarana yang baik dalam menumbuhkembangkan iman anak dalam keluarga. C. Pendidikan Iman Anak Merupakan Tanggungjawab Keluarga Pendidikan iman adalah tanggungjawab utama dari orang tua. Orang tua dapat memulai dengan menanamkan pengertian sebagai kunci dasar hidup. Pendidikan iman mempunyai tujuan utama agar orang yang sudah dibaptis, secara bertahap dibimbing ke dalam pemahaman tentang misteri keselamatan, agar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
mereka khususnya anak belajar menyembah Allah dalam Roh dan dalam kebenaran terutama melalui ibadat liturgi dan agar mereka terdidik untuk menghayati hidup pribadi yang benar dan kudus, menurut kodrat mereka yang baru (FC art. 39).
Menurut Soerjanto dan Widiastoeti (2007: 7) kemajuan zaman membawa beberapa dampak negatif seperti individualisme. Orang zaman ini cenderung bersikap acuh dengan keadaan orang lain. Karena itu orang tua bertanggungjawab membantu anak-anaknya agar mampu mengatasi sifat egois serta persaingan dan sifat-sifat negatif lainnya. Orang tua hendaknya mengingatkan anak-anaknya bahwa mereka dipanggil Tuhan untuk hidup dalam semangat kesetiakawanan bukan dengan mental yang lembek. Dengan mental yang lembek orang cenderung kehilangan daya juang, maka dari itu orang tua hendaknya melatih anak-anaknya agar tahan banting dan punya daya juang yang tinggi.
Paham negatif lainnya yakni sukalarisme. Sikap ini membuat orang cenderung melupakan Tuhan dalam hidupnya. Karena itu orang tua menyadarkan anak-anaknya bahwa Tuhan selalu hadir dan penuh perhatian kepada manusia dan sebagai balasan manusia hendaknya menyertakan Tuhan dalam hidupnya. Maka sudah semestinya bahwa keluarga Katolik dapat melaksanakan tanggungjawabnya dengan menjadi tempat yang dapat melindungi anak-anaknya yang mendambakan kehangatan dan kedamaian. Di dalam keluarga, setiap anggotanya dapat merasakan betapa senangnya makan bersama, bercakap-cakap, gembira, bercanda satu dengan lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Dalam keluarga, seseorang mengalami pendasaran hidup serta proses pembentukan dalam segala segi. Melalui kebiasaan dan pembinaan yang baik, anak akan bertumbuh dan berkembang menjadi orang yang sehat dalam badan, matang dalam iman, kuat dalam kepribadian, dan luas dalam wawasan (Komisi Kitab Suci KAS, 2014: 1). Atas dasar itu maka pendidikan iman anak menjadi tanggungjawab keluarga Katolik dan semua pihak secara bersama-sama membangun tekad dan berjuang agar keluarga-keluarga Katolik semakin menampakkan jati diri sebagai keluarga Kristiani yang baik. Pendidikan dalam keluarga harus memperhatikan pendidikan iman, karena keluarga adalah sekolah iman Katolik. Sejak dini anak-anak perlu dibimbing, sesuai dengan tahap perkembangan kepribadiannya sehingga semakin menghayati dan mengembangkan kurnia iman yang telah mereka terima melalui Sakramen Baptis seperti yang dinyatakan Paus Yohanes Paulus II dalam Familiaris Consortio bahwa: Karena orang tau telah menyalurkan kehidupan kepada anak-anak, maka terikat kewajiban amat berat untuk mendidik mereka. Oleh karena itu orang tualah yang harus diakui sebagai pendidik mereka yang utama dan pertama (FC art. 36) Kutipan di atas menunjukkan salah satu aspek pendidikan iman adalah pemberian dan pengembangan pengetahuan iman. Orang tua hendaknya mengusahakan sumber pengetahuan iman dalam keluarga, seperti Kitab Suci. Pendidikan iman dalam keluarga dapat disyukuri, dipupuk, dan dirayakan melalui doa dan ibadat yang bersifat liturgis maupun devosional, misalnya melalui kegiatan rohani seperti liturgi, doa bersama, devosi dan sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Tanggungjawab yang diemban oleh keluarga terutama orang tua sangatlah besar. Karena orang tua dituntut bertanggungjawab perkembangan iman anak. Orang tua harus memberikan pendidikan iman kepada anak sejak mereka berusia dini. Pendidikan tidak hanya dilakukan di sekolah, namun di dalam keluarga sangat diperlukan. Justru orang tualah yang utama dan pertama bertanggungjawab dalam memberikan pendidikan iman kepada anak. Maka dari itu, keluarga Katolik diharapkan sadar akan tanggungjawabnya dalam mengasuh anak terutama mengajarkan nilai-nilai keutamaan hidup. Jika mereka tidak memiliki kesadaran akan tanggungjawabnya sebagai orang tua, maka nasib keluarga pun menjadi tidak jelas. Karena kehidupan anak masih tergantung pada orang tua yang mendidik dan memberikan contoh yang baik kepada anak-anaknya. Maka dari itu keluarga Katolik memperhatikan pendidikan iman anak-anak mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
BAB III GAMBARAN PELAKSANAAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK STASI MUARA ASA DI PAROKI YOHANES PENGINJIL LINGGANG MELAPEH TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK Pada bab III ini, penulis akan menguraikan gambaran situasi umum paroki Yohanes Penginjil Linggang Melapeh dan Stasi Muara Asa. Situasi yang penulis paparkan berasal dari hasil wawancara secara langsung. Pokok permasalahan yang akan diangkat dalam bab ini adalah sejauh mana pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik di Stasi Muara Asa, paroki Yohanes Penginjil Linggang Melapeh berpengaruh positif terhadap pendidikan iman anak-anak. Bab III ini dibagi menjadi dua pokok bahasan. Pada pokok pertama penulis memaparkan situasi umum paroki Yohanes Penginjil Linggang Melapeh dan Stasi Muara Asa. Kemudian pokok kedua mengemukakan penelitian mengenai tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak di Stasi Muara Asa. Pokok bahasan pertama berisi gambaran umum situasi geografis, sejarah, situasi umat, paroki Yohanes Penginjil Linggang Melapeh dan Stasi Muara Asa. Kemudian, pokok bahasan kedua berisi mengenai persiapan penelitian, laporan dan pembahasan hasil penelitian, pendalaman lebih lanjut hasil penelitian menurut masing-masing variabel, dan kesimpulan penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
A. Gambaran Umum Paroki Yohenes Penginjil Linggang Melapeh dan Stasi Muara Asa 1. Situasi Geografis Paroki Yohanes Penginjil Linggang Melapeh dan Stasi Muara Asa a. Situasi Geografis Yohanes Penginjil Linggang Melapeh Paroki Yohanes Penginjil terletak di kampung Lingang Melapeh, Kecamatan Linggang Bigung, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. Tidak banyak sumber yang dapat diakses untuk mencari sejarah dan asal-usulnya. Entah mengapa paroki yang sudah berdiri lama sekian ini, tapi tidak memiliki bukti sejarah dan asal-usul serta alasan-alasan mendirikan paroki ini, dalam bentuk tulisan (buku). Mungkin, dikarenakan sumber daya manusia dan sarana yang sangat terbatas dan kurang memadai. Syukurlah Pastor-pastor dari konggregasi SVD (Societas Verbi Divini) menulis sedikit kisah tentang paroki St. Yohanes Linggang Melapeh ini dalam kisah perjalanan misi yang termuat dalam website mereka. b. Situasi Geografis Stasi Muara Asa Stasi Muara Asa ini terletak di kampung Muara Asa, Kecamatan Barong Tongkok, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. Seperti yang terjadi di paroki Yohanes Penginjil Linggang Melapeh, begitu juga keadaan di Stasi Muara Asa ini. Tidak banyak sumber yang dapat diakses untuk mengamati sejarah dan asal-usulnya. Mungkin dikarenakan sumber daya manusia dan sarana yang sangat terbatas dan kurang memadai. Sejarah Stasi Muara Asa tidak ada dalam bentuk tulisan (buku).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
2. Sejarah Singkat Paroki Yohanes Penginjil dan Stasi Muara Asa a. Sejarah Singkat Paroki Yohanes Penginjil Berdasar hasil wawancara dengan Pastor Hendrik yang berkunjung ke Stasi Muara Asa pada tanggal 10 Juli 2016, beliau mengatakan bahwa Sejarah Paroki St. Yohanes Penginjil bermula dari Karya Misi Gereja Katolik di Kalimantan Timur pada Tahun 1907. Tiga orang misionaris dari Biara Kapusin menginjakkan kaki di Kalimantan Timur untuk yang pertama kalinya. Mereka memulai karya misi Gereja Katolik dengan membuka pusat misi di Laham di antara orang Dayak Bahau dan merupakan pusat karya misi yang pertama. Para misionaris Kapusin berkarya selama hampir 20 tahun lamanya. Pada awal tahun 1928 para misionaris Kapusin kemudian meninggalkan Laham untuk berkarya di wilayah bagian barat. Karya misi di tanah Kalimantan Timur dilanjutkan oleh para misionaris Keluarga Kudus (MSF) yang telah hadir di Kalmantan Timur sejak awal tahun 1926. Selama 50 tahun karya misi di Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dijalankan hanya para misionaris MSF sejak ditinggalkan oleh para misionaris Kapusin. Meskipun dengan keterbatasan tenaga, para misionaris MSF selama setengah abad harus melayani wilayah misi yang sangat luas dengan berbagai tantangan dan kesulitan, apalagi ketika pusat misi masih bertempat di Laham dan Tering. Dengan
berbagai
kesulitan
dan
adanya
berbagai
perkembangan
penambahan umat di berbagai wilayah, maka diperlukan kehadiran tenaga-tenaga misionaris dari Tarekat lain. Pada tahun 1977 para misionaris OMI asal Italia, memulai karya misi di Kalimantan Timur dengan mengambil wilayah bagian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Utara yaitu Tarakan dan sekitarnya. Kemudian pada tahun 1979 bertambah lagi tarekat yang berkarya di wilayah itu yaitu Serikat Sabda Allah (SVD). Tarekat inilah yang kemudian berkarya di Paroki St. Yohanes Penginjil Linggang Melapeh. Pada awalnya, Paroki St. Yohanes Penginjil, Linggang Melapeh dilayani oleh para imam dari tarekat MSF (Misionaris Keluarga Kudus). Penyerahan Paroki Melapeh kepada pelayanan SVD disebabkan pihak Keuskupan membutuhkan tenaga seorang Bruder SVD untuk pengelolaan penggergajian kayu yang terletak di wilayah St. Yoseph Tering. Maka dipilihlah Br. Domi Wayan Pardi, SVD untuk menjadi pengelola mesin penggergajian tersebut. Karena wilayah tersebut sangat jauh dari komunitas SVD yang ada di Tenggarong, diperlukan paling tidak satu komunitas SVD terdekat. Maka dipilihlah kampung Linggang Melapeh menjadi komunitas terdekat tersebut yang kemudian menjadi Paroki St. Yohanes Penginjil, Linggang Melapeh. Sejak akhir November 1989 P. Hendrik Nuwa, SVD mulai bertugas di Paroki Melapeh, dan dilantik secara resmi oleh Mgr. Michael Coomans, MSF (uskup Samarinda) menjadi Pastor Paroki pada tanggal 1 Desember 1989. Umat Paroki ini hampir seluruhnya adalah orang Dayak Tunjung (Tunjung Linggang dan Tunjung Tengah), ditambah beberapa penduduk dari luar yang tidak seberapa banyak. Mayoritas umatnya adalah petani, baik petani ladang maupun petani karet. Paroki Melapeh sebenarnya hanya melingkupi wilayah daratan Linggang, artinya wilayah pelayanan Paroki St. Yohanes Penginjil, Linggang Melapeh ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
hanya mencakup umat yang berdomisili di wilyah daratan Linggang. Namun sejak semula sampai sekitar tahun 1998 (ketika terbentuknya Paroki Melapeh) Pastor Melapeh melayani beberapa stasi dari Paroki Tering (Gabung, Merimun, Merayak dan Jengan), dan beberapa stasi Paroki Barong Tongkok (Muara Jawaq, Sakaq Tada, Muara Bunyut, Gadur dan Empakuq). Dan hampir semua stasi dari kedua paroki yang dilayani dari Melapeh terletak di pinggir sungai Mahakam, yang memakan waktu perjalanan bisa sampai 6 jam bahkan lebih dengan menggunakan perahu ketinting. Pelayanan boleh dari Melapeh, tetapi semua data baptis, pernikahan, dsb tetap diisi di Parokinya masing-masing. Hal ini dikarenakan jumlah imam sangat sedikit, sementara wilayah yang harus dilayani begitu luas. Dengan pemekaran Paroki Melak, maka stasi-stasi Paroki Barong diserahkan ke wilayah Paroki Melak, sedangkan stasi Paroki Tering sudah lebih dulu dikembalikan pelayanan ke pastor Paroki Tering, sehingga Paroki Melapeh hanya meliputi wilayah daratan. Pastor-pastor yang pernah melayani Paroki Melapeh: P. Hendrik Nuwa, SVD, P. Aloysius Baha, SVD, P. Pieter Sarbini, SVD, P. Fredy Dhay, SVD, P. Edmundus Kaya Lajar, SVD, P. Thomas Bani, SVD, P. Stefanus Kadek, SVD, P. Anton Ebo Resi, dan SVD, P. Romualdus Muspida, SVD yang sekarang menjadi pastor Paroki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
b. Sejarah Singkat Stasi Muara Asa Tulisan ini, berdasarkan hasil wawancara secara langsung dengan Bapak Rusi sebagai ketua umat Stasi Muara Asa tanggal 17 Juli 2016. Beliau mengatakan bahwa tidak tahu persis berdirinya Stasi Muara Asa, karena sejarah Stasi Muara Asa tidak ada dalam bentuk tulisan (buku). Dengan demikian beliau hanya mengira bahwa sejarah Stasi Muara Asa berdiri pada tanggal 15 Maret 1965. 3. Situasi Umat Paroki Yohanes Penginjil dan Stasi Muara Asa a. Situasi Umat Paroki Yohanes Penginjil 1) Mata Pencarian Umat dan Segi Ekonomi Umat Berdasarkan hasil wawancara seacara langsung dengan Ibu Eka sebagai koster paroki tanggal 14 Juli 2016, beliau mengatakan bahwa mata pencarian umat di paroki Yohanes Penginjil bervariasi. Mereka bekerja sebagai menyadap karet, selain itu ada juga yang berladang, bertenak sapi, babi, ayam kampung, menjadi karyawan swasta dan pegawai pemerintahan. 2) Segi Pendidikan Umat Tingkat sosial ekonomi umat mempunyai pengaruh pada tingkat pendidikan. Ada yang mendapatkan sampai SMA atau sederajatnya saja. Pengaruh itu disebabkan karena perbedaan pendapatan ekonomi rumah tangga. Yang memiliki penghasilan lebih tinggi dapat memberikan pendidikan kepada anak-anaknya sampai ke jenjang perguruan tinggi. Sementara rumah tangga yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
perpengasilan rendah merasa berat untuk menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang yang lebih tinggi. 3) Segi Kebudayaan Umat Umat Paroki ini hampir seluruhnya adalah orang Dayak Tunjung (Tunjung Linggang dan Tunjung Tengah), ditambah beberapa penduduk dari luar yang tidak seberapa banyak. Mayoritas umatnya adalah petani, baik petani ladang maupun petani karet. Di samping umat Katolik, sebagian besar umat adalah dari Gereja Kristen Protestan, dan sebagian kecil Islam. b. Situasi Umat Stasi Muara Asa 1) Mata Pencarian Umat dan Segi Ekonomi Umat Berdasarkan wawancara secara langsung dengan ketua umat Stasi Muara Asa tanggal 17 Juli 2016, beliau mengatakan bahwa mayoritas umat adalah petani. Mata pencarian umat di Stasi Muara ini adalah menyadap karet, berladang, berternak, menangkap ikan dan berdagang. Kehidupan ekonomi umat Stasi Muara Asa terdiri dari golongan menengah ke bawah. Tingkat sosial ekonomi umat di Stasi Muara Asa ini tidak jauh berbeda dengan yang terjadi di paroki Yohanes Penginjil. Hal ini dikarenakan pendapatan ekonomi rumah tangga. Yang memiliki pendapatan lebih tinggi dapat memberikan pendidikan sampai SMA atau sederajatnya saja. Sementara rumah tangga yang berpenghasilan rendah merasa berat untuk menyekolahkan anak-anaknya sampai SMA atau sederajat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
2) Segi Kebudayaan Umat Stasi Muara Asa ini mempunyai prinsip gotong royong yang penting diterapkan dalam hidup kekeluargaan. Gotong royong berarti bekerja sama untuk mencapai suatu hasil yang didambakan. Sikap gotong royong adalah kerja bersama-sama dalam menyelesaikan pekerjaan dan secara bersama-sama menikmati hasil pekerjaan tersebut secara adil. Suatu usaha atau pekerjaan yang dilakukan tanpa pamrih dan secara sukarela oleh semua umat menurut batas kemampuannya masing-masing. Sifat gotong royong dan kekeluargaan di Stasi Muara Asa lebih menonjol dalam pola kehidupan mereka, seperti memperbaiki dan membersihkan Gereja, atau memperingati hari-hari besar seperi Natal dan Paskah, mereka bekerja tanpa imbalan jasa, karena demi kepentingan bersama. 3) Karya Pastoral Stasi Muara Asa Karya pastoral Gereja yang diselenggarakan Stasi Muara Asa tidaklah banyak. Pada umumnya karya pastoral itu hanya diselenggarakan pada waktu bulan Maria. Bulan Mei dan Oktober seperi yang telah kita ketahui merupakan bulan Maria. Bulan ini sering diisi dengan kegiatan Rosario dan dilanjutkan dengan doa Novena oleh para umat. Umat Stasi Muara Asa pun turut amdil dan selalu mengadakan doa tersebut secara rutin setiap tahunnya. Kegiatan yang jatuh pada bulan Mei dan Oktober cukup direspon positif oleh umat Stasi Muara Asa. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kehadiran umat yang banyak. Meski tidak semua umat hadir dan cuaca yang kadang tidak menentu seperti hujan, umat tetap bersemangat untuk berdoa bersama-sama. Doa ini ditutup dengan misa yang dipimpin sendiri oleh Pastor Paroki di Goa Maria Linggang Mapan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Dalam misa penutupan bulan Maria ini, banyak umat yang hadir. Umat berbagai stasi datang untuk mengikuti misa penutupan bulan Maria. Pastor pun berpesan dalam berkotbahnya agar tradisi yang baik ini selalu dipertahankan. Setelah menerima santapan rohani, kegiatan ini dilanjutkan dengan santapan jasmani yaitu makan-makan bersama. B. Penelitian Tentang Tanggungjawab Keluarga Katolik Stasi Muara Asa Terhadap Pendidikan Iman Anak. Gambaran umum Stasi Muara Asa yang telah diuraikan pada pokok bahasan pertama akan dilengkapi dengan pokok bahasan mengenai penelitian tentang pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak di Stasi Muara Asa. Dan secara khusus akan dipaparkan mengenai persiapan penelitian laporan penelitian, tujuan, jenis instrumen pengumpulan data, responden, tempat dan alokasi waktu, kemudian variabel yang akan diteliti, dan kisi-kisi. 1. Persiapan Penelitian Berikut ini penulis akan menguraikan gambaran penelitian yang akan penulis laksanakan. Gambaran tersebut meliputi latar belakang penelitian, tujuan, jenis penelitian, instrument pengumpulan data, responden, tempat dan alokasi waktu, kemudian variabel yang akan diteliti, dan kisi-kisi. a. Latar Belakang Penelitian Pengamatan penulis selama tinggal di Stasi Muara Asa mendapatkan kesan bahwa keluarga Katolik masih kurang mengemban tanggungjawabnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
dalam mengembangkan iman anak-anaknya. Seperti pengalaman pribadi dalam keluarga penulis kurang mendapatkan perhatian, keteladanan serta pendampingan dari orang tua berkaitan dengan pokok-pokok iman Katolik. Penulis mendapatkan kesan bahwa keluarga Katolik di Stasi Muara Asa masih kurang memahami sepenuhnya tanggungjawab mereka sebagai pendidik iman anak yang utama dan pertama dalam keluarga. Banyak orang tua yang cenderung menyerahkan pendidikan iman anaknya kepada lembaga terkait, seperti sekolah, tetapi sebenarnya itu, tidaklah cukup. Karena yang paling penting dan utama adalah orang tualah yang memberikan pendampingan kepada anaknya supaya iman mereka dapat tumbuh dan berkembang serta menghasilkan buah yang melimpah. Seharusnya keluarga dapat mengarahkan anak-anak mereka untuk terlibat dalam hidup menggereja, seperti menjadi misdinar, lektor, mengikuti OMK, mengikuti doa atau ibadat, Ekaristi di Gereja maupun di lingkungan. Jika ada ibadat di lingkungan, kebanyakan yang mengikuti adalah kalangan orang tua, sedangkan anak-anak dan kaum mudanya tidak terlibat. Ini juga merupakan salah satu bentuk keprihatinan. Orang tua harus mendorong serta mendukung anaknya untuk terlibat aktif dalam hidup menggereja. Sebab hal ini menjadi bekal anak dalam memupuk iman mereka demi perkembangan Gereja. Bagaimana nasib Gereja jika generasi penerus (anak-anak) tidak diajarkan sejak dini terlibat aktif dalam hidup menggereja. Iman perlu diwujudnyatakan dengan perbuatan yang konkret, seperti rajin mengikuti doa di lingkungan, latihan koor, menjadi putra putri altar, lektor dan OMK.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Sebagai bagian dari umat Stasi Muara Asa, penulis merasa prihatin dengan permasalahan yang ada di stasi tersebut. Apakah tanggungjawab yang dipahami oleh keluarga Katolik masih kurang ataukah ada alasan lain yang ikut mempengaruhi. Oleh karena itu, untuk mengetahui faktor tersebut penulis perlu melakukan sebuah penelitian. Penelitian ini diusahakan untuk memperoleh tingkat pemahaman tanggungjawab keluarga Katolik, pelaksanaan tanggungjawab keluarga
Katolik,
kesulitan-kesulitan
yang
dialami
dalam
menjalankan
tanggunjawab mereka sebagai keluarga Katolik serta harapan keluarga Katolik dalam meningkatkan tanggungjawab mereka terhadap pendidikan iman anak. Kemudian melalui hasil penelitian tersebut penulis mencoba memahami dan menjawab persoalan-persoalan yang dialami berkaitan dengan pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak. Dengan demikian keluarga Katolik di Stasi Muara Asa, semakin memahami dan mengingatkan tanggungjawabnya sebagai keluarga Katolik. b. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang diangkat di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendapat gambaran pemahaman umat tentang tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak. 2. Mendapat gambaran tentang pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak. 3. Menemukan
hambatan-hambatan
yang
dihadapi
dalam
tanggungjawab sebagai keluarga Katolik di Stasi Muara Asa.
menjalankan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
4. Mendapat gambaran tentang harapan keluarga Katolik guna meningkatkan tanggungjawabnya bagi pendidikan iman anak mereka. Keempat tujuan di atas perlu diletakkan dalam konteks tanggungjawab keluarga Katolik. Sebab pendidik iman yang utama dan pertama adalah orang tua yang dilakukan di dalam keluarga. Orang tua di dalam keluarga memiliki tugas penting dalam mendidik iman anak-anak mereka sehingga iman anak semakin bertumbuh dan berkembang sesuai dengan harapan Gereja. c. Jenis Penenlitian Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah jenis penelitian kaulitatif diskriptif yang didukung oleh data-data kuantitatif. Sebab bukan data statistik atau sebagainya tetapi dalam penelitian ini penulis ingin mendapatkan gambaran data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2007: 6), yang benar-benar terjadi dan dialami oleh umat Stasi Muara Asa. Hasil penelitian nantinya akan dapat data berupa angka dalam bentuk presentase, tetapi penelitian ini tidak termaksuk dalam penelitian kuantitatif. d. Instrumen Pengumpulan Data Pada penelitian ini penulis menggunakan kuesioner sebagai metode pengumpulan data. Kuesioner dipergunakan karena pertimbangan banyaknya responden yang tersebar di beberapa tempat. Berdasarkan cara menjawab kuesioner dibedakan menjadi kuesioner terbuka, tertutup dan semi terbuka (Dapiyanta, 2011: 23).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Bentuk kuesioner yang akan digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu pertama tertutup dengan daftar pertanyaannya diajukan kepada responden dalam bentuk pilihan. Kedua bentuk semi terbuka yaitu pertanyaan atau daftar isian sebagian sudah disediakan jawaban dan sebagaian lain diserahkan kepada responden. Alasan menggunakan kedua kuesioner ini adalah untuk mengarahkan pandangan dan keyakanin responden ke arah persoalan yang dikehendaki peneliti. e. Responden Penelitian Responden penelitian adalah keluarga Katolik di Stasi Muara Asa yang berjumlah 14 responden. Teknik pengambilan sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah purposive sampel. Teknik ini dipilih guna mengambil beberapa sampel dari keseluruhan responden obyek penelitian berdasarkan pertimbangan tertentu (Riduwan, 2011: 63) sehingga dapat menghemat waktu dan tidak memerlukan biaya yang besar. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua umat Stasi Muara Asa keluarga Katolik berjumlah 102 KK. Maka responden yang diteliti adalah keluarga Katolik. Dalam penelitian ini penulis tidak mengambil semua keluarga Katolik di Stasi Muara Asa. Penulis hanya mengambil 14 responden untuk diteliti dengan alasan bahwa setiap responden yang dipilih baik bapak atau ibu dari masing-masing keluarga merupakan orang-orang yang dianggap mampu memberi informasi yang akurat mengenai data yang diperlukan dan juga keluarganya yang dipilih memiliki anak usia SD hingga SMP.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
f. Tempat Penelitian dan Alokasi Waktu Mengacu pada judul skripsi yang penulis ambil maka penelitian akan dilaksanakan di Stasi Muara Asa, Paroki Yohanes Penginjil Linggang Melapeh. Waktu penelitian akan dimulai pada pertengahan bulan Agustus 2016 dan berakhir pada pertengahan September 2016. g. Variabel Penelitian Secara teoritis variabel dapat didefiniskan sebagai atribut seseorang, atau obyek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek lain (Sugiyono, 2014: 38). Variabel yang akan diungkapkan dalam penelitian mengenai tanggungjawab keluarga Katolik adalah: 1) Tingkat pemahaman tanggungjawab keluarga Katolik 2) Pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik 3) Hambatan-hambatan yang dialami keluarga Katolik dalam menjalankan tanggungjawabnya 4) Harapan keluarga Katolik dalam upaya peningkatan tanggungjawab terhadap pendidikan iman anak. h. Kisi-kisi Penelitian Tabel Kisi-kisi No
Variabel
No Item
Jumlah
Identitas responden
1 s/d 3
3
Tingkat pemahaman tanggungjawab keluarga
4 s/d 8
5
Pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik
9 s/d 14
6
Kesulitan-kesulitan
15 s/d 17
3
Katolik
keluarga
Katolik
dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
menjalankan tangggungjawabnya Harapan 5 keluarga Katolik
18 s/d 20 Jumlah
3 20
2. Hasil dan Pembahasan Hasil Penelitian Pada bagian ini penulis akan melaporkan hasil penelitian dan pembahasannya berkaitan dengan tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak di Stasi Muara Asa Paroki Yohanes Penginjil Linggang Melapeh berdasarkan data-data yang diperoleh melalui kuesioner. Data penelitian diolah penulis dengan cara membuat tabel distribusi frekuensi relatif dengan maksud menghitung jumlah total responden dibagi jumlah total responden yang diteliti, dan dikalikan seratus (Sutrisno Hadi, 1986:229). Rumus yang digunakan dalam perhitungan kuesioner semi terbuka adalah: F X 100% N F = Frekuensi atau banyaknya responden yang memilih alternatif jawaban tertentu pada setiap item N = Jumlah responden 100 = Bilangan Konstanta Berikut akan penulis sajikan data frekuensi jawaban yang diberikan para responden terhadap setiap pertanyaan yang ada pada kuesioner. Dari tabel data yang ada, penulis mencoba menafsirkan dalam bentuk deskripsi untuk mengungkapkan fakta yang diperoleh di lapangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Namun terlebih dahulu penulis ingin menyampaikan beberapa hal, khusunya pada kuesioner nomor 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 13, 14, dan 16. Pada item nomor-nomor tersebut, setiap responden boleh memilih lebih dari satu jawaban yang disediakan dalam kuesioner. Nomor 4, 5, 6, 7, dan 8 digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman tanggungjawab keluarga Katolik dan pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik. Kemudian untuk nomor 15, 16, dan 17 untuk mengukur tingkat kesulitan apa saja yang membuat keluarga Katolik sulit dalam pelaksanaan tanggungjawab terhadap keluarga. Artinya, di sisi lain keluarga tidak hanya mengalami satu kesulitan saja tetapi ada juga kesulitan lain yang memang ikut mempengaruhi pelaksanaanya. a. Identitas Responden
No Item 1
2
3
Tabel 1. Identitas Responden N=14 Pertanyaan Jumlah Usia sekarang a. Di bawah 30 tahun b. 30 tahun - 35 tahun c. 36 tahun – 40 tahun d. Di atas 40 tahun Pendidikan terakhir a. SD b. SLTP c. SLTA Jenis Pekerkerjaan a. Pedagang b. Penyadap Karet c. Berternak Ayam d. Buruh e. Lainya - Swasta
Prosentase (%)
1 6
7,15 42,85
4 -
28,57
1 3 10
7,15 21,43 71,43
9 5
64,29
35,72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Item 1 mengungkapkan usia responden. Berdasarkan tabel di atas, responden 42,89 % berusia 30 tahun sampai 35 tahun. 28,58 % berusia 36 tahun sampai 40 tahun. Dan 7,15 % yang berusia di bawah 30 tahun. Melihat data di atas penulis berpendapat bahwa lebih banyak umat yang berusia 30 tahun sampai 35 tahun. Item 2 adalah tingkat pendidikan responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar dari responden 71,43 % tamat SLTA. 21,43 % tamat SLTP. 7,15 tamat SD. Berdasarkan data yang terungkap, penulis berpendapat bahwa banyak umat yang memiliki tinggkat pendidikan SLTA. Item 3 adalah jenis pekerjaan responden. Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas 64,29 % responden berkerja sebagai penyadap karet. 35,72 % responden wiraswata.
b. Pemahaman tanggungjawab keluarga Katolik
Tabel 2. Pemahaman tanggungjawab keluarga Katolik N=14 No Item 4
Pernyataan Arti tanggungjawab dalam keluarga Katolik a. Membangun keluarga dengan penuh cinta kasih b. Ikut serta membangun Gereja dengan membina hidup rohani dalam keluarga c. Ikut membangun masyarakat
Jumlah
Persentase (%)
14
100
10
71,43
1
7,15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
5
6
7
8
dengan membentuk pribadi-pribadi keluarga yang baik, adil, jujur berke-Tuhanan, dan berkeprimanusiaan d. Lainnya Tanggungjawab keluarga Katolik a. Perwujudan iman Kristiani untuk mengasihi segenap anggota keluarga b. Perwujudan pendidikan yang layak kepada anak-anak c. Perwujudan teladan yang baik kepada anak-anak Pendidikan iman anak a. Proses dan usaha-usaha orang dewasa untuk Membantu anakanak muda agar mereka mampu menghormati dan mengasihi Allah sebagai pencipta dan penyelamat b. Segala kegiatan yang mengajarkan tentang iman Katolik c. Lainya Pendidikan iman Katolik kepada anak a. Tugas dan tanggungjawab orang tua kepada anak sebagai kurnia Allah b. Wujud kasih sayang orang tua kepada anaknya c. Lainnya Dalam mendukung tercapainya pendidikan iman anak dalam keluarga, orang tua perlu menyekolahkan anaknya di sekolah Katolik a. Sangat perlu b. Perlu c. Tidak perlu
14
100
1
7,15
-
6
42,89
8
57,15
-
14
100
14
100
-
14 -
100
Item 4 membicarakan arti tanggungjawab yang dipahami dalam keluarga Katolik. Tabel di atas menunjukan bahwa 100 % responden memahami tanggungjawab keluarga Katolik adalah membangun keluarga dengan penuh cinta kasih. 71,43 % memahami bahwa arti tanggungjawab dalam keluarga Katolik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
adalah ikut serta membangun Gereja dengan membina hidup rohani dalam keluarga. Sedangkan yang sisanya memahami arti tanggungjawab keluarga Katolik adalah ikut membangun masyarakat dengan membentuk pribadi-pribadi keluarga yang baik, adil, jujur, berke-Tuhanan, dan berkeprimanusiaan. Berdasarkan data yang telah dipaparkan di atas, penulis berpendapat bahwa umat lebih memahami arti tanggungjawab keluarga Katolik sebagai bentuk membangun keluarga dengan penuh cinta kasih. Item 5 berbicara tentang penghayatan tanggungjawab keluarga Katolik. Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa 100 % responden menghayati tanggungjawab dalam keluarga Katolik sebagai perwujudan iman Krsitiani untuk mengasihi segenap anggota keluarga. Sedangkan yang lainya menghayati tanggungjawab dalam keluarga Katolik sebagai perwujudan pendidikan yang layak kepada anak-anak. Berdasarkan aspek yang terungkap dalam penelitian dapat dikatakan bahwa penghayatan tanggungjawab keluarga Katolik sebagai perwujudan iman Krsitiani untuk mengasihi segenap anggota keluarga serta perwujudan pendidikan
yang layak kepada anak-anak. Namun
bentuk
penghayatan itu perlu ditingkatkan lagi agar secara umum umat sungguh-sungguh menghayati
tanggungjawab
sebagai
keluarga
Katolik
sehingga
dapat
bertanggungjawab kepada keluarganya terlebih pada pedidikan iman anak-anak mereka. Item 6 berbicara mengenai arti pendidikan iman anak. Hasil penelitian menunjukkan 57,89 % responden menghayati arti pendidikan iman anak adalah segala kegiatan yang mengajarkan tentang iman Katolik. 42,15 % responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
menghayati pendidikan iman anak sebagai proses dan usaha-usaha orang dewasa untuk membantu anak-anak muda agar mereka mampu menghormati dan mengasihi Allah sebagai pencipta dan penyelamat. Berdasarkan data yang telah dipaparkan di atas, penulis berpendapat bahwa responden menghayati pendidikan iman anak sebagai segala kegiatan yang mengajarkan tentang iman Katolik serta proses dan usaha-usaha orang dewasa untuk membantu anak-anak muda agar mereka mampu menghormati dan mengasihi Allah sebagai pencipta dan penyelamat. Item 8 berbicara mengenai pemahaman orang tua akan perlunya menyekolahkan anak mereka di sekolah Katolik. 100 % responden mengatakan sangat perlu. Berdasarkan data di atas, dapat dikatakan bahwa seluruh responden mengatakan sangat perlu dengan menyekolahkan anaknya di sekolah Katolik serta tanggungjawab keluarga dalam memberikan pendidikan iman anak akan sangat terbantu. d. Pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik Tabel 3. Pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik N=14 No Pernyataan Jumlah Prosentase Item (%) 9 Orang tua terlibat dalam melaksanakan 9 tanggungjawabnya atas pendidikan iman anak a. Selalu terlibat 14 100 b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 1 Tanggungjawab orang tua dalam 10 memberikan pendidikan iman anak a. Memberikan teladan hidup yang baik 13 92,86 b. Ziarah bersama keluarga -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
11
12
14
15
c. Berdoa bersama d. Lainnya 1 Sikap yang mendukung terlaksananya tanggungjawab keluarga Katolik a. Melaksnakan dengan setia b. Melaksanakan dengan semampunya c. Melaksanakan dengan sepenuh hati d. Melaksnakan dengan keterpaksaan 1 Perasaan orang tua dalam memberikan pendidikan iman anak a. Merasakan semakin bertanggungjawab karena memberikan pendidikan iman anak b. Bahagia karena bisa lebih dekat dengan anak-anak c. Semakin peduli dengan pendidikan iman anak d. Senang karena telah memberikan pendidikan iman anak denagn baik 1 Kebersamaan dilakukan dalam keluarga a. Merayakan ulang tahun anggota keluarga b. Merayakan ulang tahun pernikahan c. Kumpul keluarga pada hari besar keagaam d. Makan bersama anggota keluarga 1 Liturgi dilakukan dalam kelurga a. Mengajak keluarga berdoa bersama b. Mengajak keluarga doa sebelumdan sesudah makan c. Mengajak doa pagi sebelum beraktivitas d. Mengajak anggota keluarga untuk pergi ziarah
11 -
78,58
12 2 -
85,72 14,29
1
7,15
2
14,29
11
78,58
14
100
14
100
-
Melihat kembali uraian pada bab sebelumnya, telah dikatakan bahwa tanggungjawab keluarga Katolik dilakukan dengan memberikan pendidikan iman kepada anak. Item 9 mengungkapkan keterlibatan orang tua dalam melaksanakan tanggungjawab atas pendidikan iman anak mereka. 100 % responden mengatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
selalu terlibat. Berdasarkan data di atas, penulis berpendapat bahwa umat melaksanakan tanggungjawab atas pendidikan iman anak mereka. Item 10 berbicara mengenai tanggungjawab orang tua dalam memberikan pendidikan iman kepada anak dalam keluarga. 92,86 % responden mengatakan memberikan teladan hidup yang baik. Sedangkan 78,58 % mengatakan berdoa bersama. Berdasarkan data di atas, penulis berpendapat bahwa hampir seluruh umat di Stasi Muara memberikan teladan hidup yang kepada anak serta melaksanakan berdoa bersama dalam keluarga. Item 11 berbicara mengenai sikap yang mendukung terlaksananya tanggungjawab keluarga Katolik dalam mendidik iman anak. 85,72 % responden menjawab dengan setia. 14,29 % responden menjawab melaksanankan dengan semampunya. Dari data di atas, dapat dikatakan bahwa setiap umat sikap umat dalam melaksanakan tanggungjawab mendidik iman anak bukan hanya sekedar menjalankan tanggungjawab sebagai keluarga Katolik tetapi benar-benar dilaksanakan dengan setia. Hal ini sangat menggembirakan dan perlu dipertahankan. Item 12 berbicara mengenai perasaan orang tua dalam memberikan pendidikan iman kepada anak. 78,58 % responden menjawab merasa semakin senang karena telah memberikan pendidikan dengan baik. Sedangkan sisanya yang menjawab semakin perduli dengan pendidikan iman anak serta semakin bertanggungjawab karena telah memberikan pendidikan iman anak. Berdasarkan data yang dipaparkan di atas, dapat dikatakan bahwa orang tua senang karena telah memberikan pendidikan iman anak dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Item 13 berbicara bentuk kegiatan yang dilakukan dalam keluarga. 100 % menjawab dengan melakukan makan bersama anggota keluarga. Berdasarkan data yang terungkap penulis berpendapat bahwa keluarga Katolik melakukan kegiatan dengan makan bersama anggota keluarga. Item 14 berbicara mengenai bentuk kegiatan liturgi apa yang dilakukan dalam keluarga Katolik. 100 % responden menjawab dengan melaksanakan mengajak keluarga doa bersama. Berdasarkan data di atas, penulis mengatakan bahwa kegiatan liturgi yang dilakukan oleh keluarga di Stasi Muara Asa dengan baik. e. Kesulitan keluarga Katolik dalam menjalankan tanggungjawabnya Tabel 4. Kesulitan keluarga Katolik dalam menjalankan tanggungjawabnya N=14 No. Item 15
16
Pernyataan Internal dalam menjalankan anggungjawab dengan memberikan pendidikan iman a. Kurangnya pemahaman akaan tanggungjawab sebagai keluarga Katolik b. Kurangnya waktu bersama anak c. Kurangnya kesadaran akan tugas dan kewajiban sebagai keluarga Katolik Eksternal yang dihadapi bapak/ibu dalam memberikan pendidikan iman Katolik pada anak a. Lingkungan yang kurang mendukung b. Perkembangan teknologi yang begitu cepat c. Anak sibuk dengan dunianya sendiri
Jumlah
Prosentase (%)
4
28,58
10
71,43
-
5
35,72
9
64,29
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
17
Orang tua menyerahkan tanggungjawabnya dalam mendidik iman anak sepenuhnya kepada lembaga-lembaga sekolahan atau sekolah minggu. a. Selalu b. Tidak selalu c. Tidak pernah
11 3 -
78,58 21,43
Item 15 berbicara mengenai kesulitan intelnal yang dialami bapak/ibu dalam menjalankan tanggungjawab memberikan pendidikan iman Katolik kepada anak. 71,43 % responden menjawab kurangnya waktu bersama anak. 28,58 % responden menjawab kurangnya pemahaman akan tanggungjawab sebagai keluarga Katolik. Berdasarkan data tersebut, penulis berpendapat bahwa kesulitan internal umat adalah kurangnya waktu bersama anak. Namun adapula yang masih kurangnya pemahaman akan tanggungjawab sebagai keluarga Katolik. Item 16 berbicara mengenai tentang tantangan eksternal yang dihadapi bapak/ibu dalam memberikan pendidikan iman Katolik kepada anak. 64,29 % responden menjawab anak sibuk dengan dunianya sendiri. 35,72 % responden menjawab perkembangan teknologi yang begitu cepat. Berdasarkan data yang dipaparkan, penulis berpendapat bahwa tantangan yang dihadapi bapak/ibu adalah anak sibuk dengan dunianya sendiri. Sehingga orang tua susah untuk memberikan pendidikan iman kepada anak terlebih perkembangan teknologi yang begitu cepat. Item 17 mengenai apakah orang tua menyerahkan tanggungjawab dalam mendidik iman anak sepenuhnya kepada sekolah atau sekolah minggu. 78, 58 % responden menjawab selalu. Sedangkan yang lainnya menjawab tidak selalu. Berdasarkan data tersebut, dapat dikatakan bahwa para orang tua hampir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
sepenuhnya menyerahkan pendidikan iman kepada sekolahan atau sekolah minggu. e. Harapan keluarga Katolik Tabel 5. Harapan keluarga Katolik N=14 No. Item 18
19
20
Pernyataan Keluarga yang diharapkan dapat terwujdud dalam setiap keluarga Katolik di Stasi Muara Asa a. Saling mendukung antar keluarga b. Hidup rukun, harmonis, dan bertakwa kepada Tuhan c. Menerima keterbatasan dan kelebihan anggota keluarga Harapan demi meningkatkan tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak a. Perlu adanya kerjasama antara orang tua dan anak sebagai satu keluarga b. Perlu menjalin relasi dan kerjasama antara orang tua dan guru agama/katekis c. Perlu adanya pendamping khusus kepada keluarga-keluarga Katolik Sarana dan prasarana yang menunjang penidikan iman anak a. Kitab Suci dan Puji Syukur b. Dokumen-dokumen Gereja c. Buku-buku tentang iman Katolik d. Lainnya
Jumlah
Prosentase (%)
14 10 14 -
100 71,43 100
10
71,43
4
28,58
-
11 2 14 -
78,58 14.29 100
Item 18 berbicara mengenai keluarga yang diharapkan oleh bapak/ibu yang ada di Stasi Muara Asa supaya dapat terwujud. 100 % responden berharap saling mendukung antar keluarga dan dapat menerima keterbatasan dan kelebihan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
anggota keluarga. 71,43 % responden berharap dapat hidup rukun, harmonis, dan bertaqwa kepada Tuhan. Item 19 berbiara mengenai harapan orang tua demi meningkatkan tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak. 71,43 % responden menjawab perlu adanya kerjasama antara orang tua dan anak sebagai anak satu keluarga. 28,58% responden menjawab perlu menjalin relasi dan kerjasama antara orang tua dan guru agama atau katekis. Berdasarkan data tersebut, penulis berdapat bahwa orang tua di Stasi Muara Asa berharap adanya kerjasama antara orang tua dan anak sebagai satu keluarga dan juga kepada guru agama atau katekis. Item 20 berbicara mengenai sarana dan prasarana yang diharapkan ada disetiap keluarga Katolik di Stasi Muara Asa demi menunjang pendidikan iman anak. 100 % responden berharap adanya buku-buku penunjang tentang pendidikan iman Katolik. 78,58 % responden berharap adanya Kitab Suci dan Puji Syukur. Sedangkan 14,29 % berharap adanya dokumen-dokumen Gereja. Berdasarkan data tersebut, dapat dikatakan bahwa umat sangat berharap adanya sarana dan prasarana yang dapat menunjang mereka mendidik iman anak-anak. 3. Pendalaman Lebih Lanjut Terhadap Hasil Penelitian Menurut Masingmasing Variabel Kerangka pendalaman terhadap hasil penelitian ini pertama-tama mengacu pada tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak yang telah dibahas pada bab II. Kerangka pendalaman meliputi orang tua Katolik yang memperhatikan pendidikan iman anaknya, tujuan pendidikan iman anak, hingga keluarga Katolik berusaha untuk meningkatkan tanggungjawabnya kepada anak-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
anak mereka, terutama terhadap pendidikan iman anak. Kerangka pendalaman di atas mengartikan bahwa tanggungjawab pendidikan iman anak yang pertama dan utama berasal dari keluarga. Iman anak dibina di dalam keluarga supaya mereka dapat menjadi pribadi yang mengenal dan meneladani hidup Yesus Kristus Sang pencipta dan penyelamat. Berkaitan dengan penjelelasan di atas maka hasil penelitian yang telah disajikan sebelumnya akan dibahas lebih lanjut agar semakin memperjelas sejauh mana tanggungjawab keluarga Katolik berpengaruh positif terhadap pendidikan iman anak di Stasi Muara Asa. Pembahasan berikut akan mengungkapkan pendapat penulis terhadap tiap-tiap variabel yang telah disebutkan yang meliputi identitas responden, pemahaman tanggungjawab keluarga Katolik, pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam menjalankan tanggunggjawab sebagai keluarga Katolik, dan harapan keluarga Katolik dalam tanggungjawab terhadap pendidikan iman anak. a. Identitas Responden Responden penelitian tanggungjawab keluarga Katolik berjumlah 14 kepala keluarga. Sebagian besar responden berusia 30 tahun sampai 35 tahun dan sisanya berusia 36 tahun sampai 40 tahun. Melihat dari tingkat usia yang ada, dapat dikatakan bahwa usia umat di Stasi Muara masih tergolong muda dan mereka masih semangat bekerja. Hasil jawaban dalam penelitian mengungkapkan bahwa jumlah besar pendidikan umat adalah SLTA. Karena mereka hidupnya di kampung. Namun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
tidak menutup kemungkinan adapula yang hanya sampai tingkat SLTP dan tamatan SD. Dilihat dari jenis pendidikan terakhir ini sangat mempengaruhi pengetahun serta wawasan umat. Dilihat dari jenis pekerjaan umat, hasil penelitian mengungkapkan bahwa jumlah terbesar umat berprofesi sebagai penyadap karet. Kemudian disusul dengan beberapa umat yang bekerja sebagai karyawan swasta. b. Pemahaman Tanggungjawab Keluarga Katolik Data yang penulis peroleh dari penelitian menunjukan bahwa sebagian besar kepala keluarga memahami arti tanggungjawab keluarga Katolik yakni ikut membangun keluarga dengan penuh cinta kasih. Responden lainnya memahami arti tanggungjawab sebagai usaha membangun masyarakat dengan membentuk pribadi-pribadi
keluarga
yang
baik,
adil,
jujur,
berke-Tuhanan,
dan
berkeprimanusian. Sehubungan dengan pemahaman tanggungjawab keluarga Katolik, hasil penelitian menunjukkan sebagian besar umat telah memahami tanggungjawab keluarga Katolik sebagai suatu perwujudan iman Kristiani untuk mengasihi segenap anggota keluarga. Melihat hasil penelitian ini penulis berpendapat bahwa pemahaman umat akan tanngungjawab sebagai keluarga Katolik sudah baik. Berkaitan dengan pemahaman arti pendidikan iman anak, hasil penelitian menunjukkan sebagian besar keluarga Katolik telah memahami arti pendidikan iman anak adalah segala kegiatan yang mengajarkan tentang iman Katolik. Responden lainnya memahami pendidikan iman anak sebagai proses dan usaha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
orang dewasa untuk membantu anak-anak agar anak-anak mereka mampu menghormati dan mengasihi Allah. Kemudian berkaitan dengan pemahaman orang tua akan perlunya menyekolahkan anak mereka di sekolah Katolik. Responden mengatakan sangat perlu menyekolahkan anak mereka di sekolah Katolik. Dengan demikian tanggungjawab keluarga dalam memberikan pendidikan iman anak akan sangat terbantu. Melihat aspek pemahaman akan tanggungjawab keluarga Katolik dan pendidikan iman anak yang diteliti, penulis dapat mengatakan bahwa tingkat kedalaman pemahaman umat Stasi Muara Asa akan tanggungjawab keluarga Katolik dan pendidikan iman anak sudah cukup mendalam. Hal ini merupakan kekuatan tersendiri bagi keluarga-keluarga Katolik yang ada di Stasi Muara Asa dan perlu dikembangkan lagi agar tidak hanya sekedar memahami saja tetapi terlebih pada kegiatan konkretnya. c. Pelaksanaan Tanggungjawab Keluarga Katolik Jawaban umat mengenai pelaksanaan tanggungjawab sebagai keluarga Katolik mengungkapkan bahwa mereka telah melaksanaakan tanggungjawab sebagai keluarga Katolik dalam memberikan pendidikan iman kepada anak. Hasil penelitian menyebutkan bahwa orang tua seharusnya terlibat dalam melaksanakan tanggungjawabnya atas pendidikan iman anak Tanggungjawab orang tua dalam memberikan pendidikan iman kepada anak dalam keluarga. Hasil penelitian mengatakan bahwa memberikan teladan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
hidup yang baik serta mengajak berdoa bersama anggota keluarga. Dari hasil penelitian, penulis berpendapat bahwa orang tua di Stasi Muara sudah melaksanakan tanggungjawabnya dalam memberikan pendidikan iman kepada anak-anak mereka. Melihat
jawaban
responden
mengenai
sikap
yang
mendukung
terlaksananya tanggungjawab keluarga Katolik dalam mendidik iman anak. Umat menjawab melaksanakan dengan setia serta melaksanankan dengan semampunya. Melihat hasil penelitian ini, penulis berpendapat bahwa umat melaksanakan tanggungjawabnya sebagai keluarga Katolik dalam mendidik iman anak dengan setia dan tidak hanya sekedar memenuhi tanggungjawabnya. Artinya umat sadar bahwa mendidik dan menumbuhkembangkan iman anak adalah tugas pertama dan utama sebagai orang tua yang harus dilakukan dengan senang hati. Melihat hasil penelitian mengenai bentuk kegiatan yang dilakukan dalam keluarga adalah sebagian besar umat melakukan makan bersama anggota keluarga. Hasil penelitian mengenai bentuk kegiatan liturgi apa yang dilakukan dalam keluarga adalah mengajak keluarga doa bersama. Melihat dari hasil penelitian tersebut, penulis berpendapat bahwa keluarga di Stasi Muara Asa telah berusaha untuk melaksanakan kegiatan yang dapat memberikan pendidikan iman bagi anak-anak mereka. d. Kesulitan-kesulitan yang Dialami Keluarga Katolik Hasil penelitian mengungkapkan kesulitan yang dilihat dari segi internal dalam menjalankan tanggungjawabnya memberikan pendidikan iman anak dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
keluarga yakni sebagian besar responden mengatakan kurangnya waktu bersama anak dan kurangnya pemahaman akan tanggungjawab sebagai keluarga Katolik. Melihat hasil penelitian tersebut, penulis berpendapat bahwa kesulitan internal yang dialami umat adalah kurangnya waktu bersama anak begitu juga dengan yang eksternal yakni anak sibuk dengan dunia mereka sendiri dan perkembangan teknologi yang begitu cepat sehingga waktu dan kesempatan orang tua bersama dengan menjadi kurang. Hasil penelitian mengenai tanggungjawab keluarga Katolik menunjukkan sebagian besar umat meneyerahkan pendidikan iman anak kepada pihak sekolah atau sekolah minggu. Hal ini sungguh memprihatikan. Sebab pendidik iman yang utama bukan sekolah, bukan guru agama atau sekolah minggu tetapi orang tua dalam keluarga. Adapun usaha konkret keluarga-keluarga Katolik Stasi Muara Asa dalam upaya mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut yaitu dengan mengatur waktu sehingga mempunyai kesempatan bersama anak dan membangun komitmen dalam diri dengan memberi prioritas utama bagi pendidikan iman anak. Dari hasil penelitian ini, penulis berpendapat bahwa umat mempunyai niat baik sebagai bentuk usaha konkret untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut. Kesadaran mereka merupakan suatu yang menggembirakan sebab umat mempunyai perhatian yang besar bagi pertumbuhan dan perkembangan iman anak-anak mereka. Maka kesadaran tersebut perlu ditindaklanjuti dengan dukungan dari pihak stasi dan peran utama keluarga dalam mendidik iman anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
e. Harapan-harapan Keluarga Katolik Hasil penelitian menyebutkan bahwa umat mengharapkan keluarga Katolik saling mendukung antar anggota keluarga dan dapat menerima keterbatasan dan kelebihan antar anggota keluarga serta menjadi keluarga yang harmonis, hidup rukun dan bertaqwa kepada Tuhan. Berkaitan dengan harapan untuk meningkatkan tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak, hasil penelitian menunjukkan bahwa umat di Stasi Muara Asa perlu adanya kerjasama antar orang tua dan anak sebagai satu keluarga serta perlu menjalin relasi dan kerjasama antara orang tua dan guru agama atau katekis. Hasil penelitan mengenai sarana dan prasarana yang diharapkan ada di setiap keluarga Katolik sebagain besar mengharapkan buku-buku penunjang tentang iman Katolik, Kitab Suci, dan Puji Syukur. Menurut penulis buku-buku tersebut juga dapat membantu umat untuk memberikan pendidikan iman kepada anak mengenai pengetahuan-pengetahuan iman Katolik. 4. Kesimpulan Hasil Penelitian Pada bagian ini penulis akan menyampaikan beberapa kesimpulan berdasarkan pembahasan hasil penelitian. Pertama, pemahaman dan penghayatan pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik di Stasi Muara Asa sudh cukup mendalam. Hanya saja pada pelaksanaannya harus ditingkatkan lagi terutama pada tindakan konkretnya supaya tanggungjawab tersebut tidak hanya sebatas dipahami saja, melainkan juga harus dilaksanakan. Karena sebagai keluarga Katolik tidak cukup hanya sebatas membesarkan anak-anak mereka, namun perlu juga melaksanakan tanggungjawabnya terutama para orang tua
dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
memberikan pendidikan iman kepada anak dengan penuh rasa tanggungjawab dan kesadaran bahwa pendidikan iman anak yang utama dan pertama adalah dari keluarga. Kedua, pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak di Stasi Muara Asa sudah baik. Keluarga Katolik melaksanakan tanggungjawabnya dengan sungguh-sungguh. Hal ini tidak hanya sebatas katakata namun perlu dikembangkan lagi agar tidak hanya sekedar memahami saja tetapi lebih pada tindakan konkretnya dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga, keluarga Katolik di Stasi Muara Asa mengalami kesulitan dalam melaksanakan tanggungjawabnya. Kesulitan yang datangnya dari mereka yakni sebagian besar dari anak sibuk dengan dunia mereka sendiri. Kesulitan lainnya yakni perkembangan teknologi yang begitu cepat mampu mempengaruhi pola pikir dan tindakan anak-anak. Hal inilah menjadi suatu keprihatinan bagi orang tua dan juga pengurus Gereja stasi agar dapat menemukan cara-cara baru dalam memberikan pendidikan iman anak. Keempat, umat Stasi Muara Asa memiliki harapan untuk meningkatkan tanggungjawabnya sebagai keluarga Katolik. Harapan itu di antaranya saling mendukung antar anggota keluarga serta dapat menerima keterbatasan dan kelibihan antar anggota keluarga. Tidak hanya itu, umat juga mengharapkan perlu adanya kerjasama antar orang tua dan anak sebagai satu keluarga serta perlu menjalin relasi dan kerjasama antara orang tua dan guru agama atau katekis. Dan yang terakhir umat mengharapkan adanya sarana dan prasarana demi menunjang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
pendidikan iman anak yakni buku-buku penunjang iman Katolik dan Kitab Suci serta Puji Syukur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
BAB IV REKOLEKSI SEBAGAI USAHA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI YOHANES PENGINJIL LINGGANG MELEPAEH TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANNAK
Pada bab III penulis telah memaparkan hasil penelitian mengenai tanggungjawab keluarga Katolik di Stasi Muara Asa paroki Yohanes Penginjil Linggang Melapeh terhadap pendidikan iman anak. Berdasarkan penelitian dapat dikatakan bahwa: pertama, tingkat kedalaman pemahaman akan tanggungjawab keluarga Katolik cukup mendalam. Kedua, pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak di Stasi Muara Asa sudah baik. Ketiga, umat Stasi Muara Asa mengalami kesulitan untuk melaksanakan tanggungjawab di dalam keluarganya. Keempat, umat Stasi Muara Asa tetap memiliki harapan yang meningkatkan tanggungjawabnya sebagai keluarga Katolik dalam mendidik iman anak juga sarana dan prasarana untuk mendukung tercapainya pendidikan iman anak di dalam keluarga. Pada bab IV ini, penulis memaparkan apa yang diharapkan umat untuk melaksanakan tanggungjawab keluarga Katolik Stasi Muara Asa berdasarkan kajian pustaka pada bab II dan hasil penelitian bab III. Upaya yang penulis ajukan pada bab ini mengarah pada tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak. Hal ini sangat perlu dalam melaksanakan tanggungjawab keluarga Katolik di Stasi Muara Asa. Penulis akan membagi bab IV ini dalam tiga bagian: pertama, pentingnya tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak di Stasi Muara Asa. Kedua, penulis menyampaikan program yang dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
mendukung pelaksanaan tersebut. Ketiga, penjelasan lebih rinci mengenai usulan program dalam bentuk rekoleksi keluarga.
A. Pentingnya Tanggungjawab Keluarga Katolik di Stasi Muara terhadap Pendidikan Iman Anak Orang tua sebagai penyalur kehidupan dari Allah mempunyai kewajiban untuk mendidik anak-anak (GE art. 3). Keluarga Katolik yang telah diperkaya dengan rahmat Sakramen Perkawinan mempunyai tanggungjawab untuk mendidik anaknya sejak dini secara Katolik. Mendidik secara Katolik berarti orang tua harus memperkenalkan Allah kepada anak-anak, baik tentang pribadi Allah dan bagaimana seharusnya anak berbakti pada Allah seperti yang telah orang tua terima dalam pembaptisan.
Perkawinan Katolik itu sendiri mempunyai tujuan untuk mewujudkan kesejahteraan suami-istri serta terarah pada kelahiran dan pendidikan, seperti yang dirumuskan dalam Kitab Hukum Kanonik, kanon 1055 1, “yang menurut ciri kodratinya terarah pada kesejahteraan suami-istri (bonum coniugum) serta kelahiran dan pendidikan anak”. Artinya orang tua harus mendidik anak dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggungjawab, meski tidak mudah, apalagi di zaman sekarang ini. Mereka sebaiknya memikirkan dan mengupayakan pendidikan yang utuh dan menyeluruh bagi anak-anak mereka. Sebagai pendidik pertama dan utama, orang tua harus mendidik sendiri anak-anaknya. Mereka sungguh-sungguh bertanggungjawab terhadap pendidikan anaknya, bukan malah melimpahkan tanggungjawab tersebut kepada kakek-neneknya, apalagi pembantu rumah tangga,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
sebab tanggungjawab pendidikan anak tidak dapat digantikan dan diambil oleh pihak lain (FC art. 36). Awal kehidupan dan lingkungan utama anak adalah keluarga. Dalam keluarga anak belajar dasar-dasar kepribadian, sikap dan prilaku yang akan di pergunakan untuk berhubungan dengan orang lain di luar keluarga (Adiyanti, 2003: 93). Apabila orang tua telah memperhatikan dasar-dasar kepribadian, sikap dan prilaku anak dalam keluarga dengan memberikan kasih sayang dan perhatian penuh, maka iman anak bertambah dan berkembang kearah yang lebih baik. Sebagai Gereja mini atau Gereja rumah tangga keluarga juga dipanggil untuk turut serta dalam tugas persekutuan Gereja melalui 4 (empat) kegiatan inti keluarga yaitu pesekutuan pribadi (koinonia), perwartaan (kerygma), perayaan iman (leiturgia), dan pelayanan (diakonia). Keempat fungsi tersebut yang seharusnya dapat dilakukan dan dikembangkan dalam keluarga tetapi kini belum berjalan dengan baik. Maka dari itu, guna mengusahakannya keempat fungsi tersebut dalam keluarga diperlukan suatu bentuk kegiatan pendampingan untuk meningkatkan pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik dalam mendidik iman anak. B. Tanggungjawab Keluarga Katolik di Stasi Muara Asa terhadap Pendidikan Iman Anak Setelah menyadari pentingnya tanggungjawab keluarga Katolik dalam mendidik iman anak-anak mereka, kini penulis akan memaparkan kegiatan untuk menghadapi hal tersebut. Untuk itu penulis mengajukan suatu kegiatan pembinaan yaitu rekoleksi keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
1. Alasan Pemilihan Program Rekoleksi Keluarga Upaya yang penulis ajukan yaitu program Rekoleksi Keluarga. Kegiatan ini diusulkan oleh penulis sendiri dan disetujui oleh umat Stasi Muara Asa. Maka dari itu, kegiatan rekoleksi perlu dilaksanakan untuk membantu orang tua dalam meningkatkan pelaksanaan tanggungjawabnya sebagai keluarga Katolik dalam mendidik iman anak-anak mereka. 2. Rekoleksi Keluarga a. Tujuan Program Rekoleksi Tujuan dari rekoleksi dapat dilihat dari arti kata rekoleksi itu sendiri. Menurut Mangunhardjana (1985: 7) istilah rekoleksi berasal dari bahasa Inggris recollectio yang berarti berusaha mengumpulkan kembali. Dalam hal ini yang dikumpulkan adalah pengalaman peserta rekoleksi dalam kesahariannya. Maka tujuan umum rekoleksi adalah agar pesrta mampu menyadari peran Kristus dalam hidup mereka melalui pengalaman sehari-hari dalam berkarya. Yang dilakukan dalam rekoleksi sama dengan apa yang ada dalam retret. Peserta meninjau karya Allah dalam dirinya, cara kerja serta bimbingan-Nya dan tanggapan terhadap karya Allah itu. Seperti dalam retret, bahan yang diolah dalam rekoleksi diambil dari pengalaman hidup yang sudah dijalani (Mangunhardjana, 1985: 18) b. Waktu, Tempat, dan Peserta Rekoleksi ini, pertama-tama bertujuan untuk mengembangkan iman serta nilai Kristiani dalam keluarga. Kegiatan ini diharapkan dapat mengembangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
iman pribadi maupun keluarga sebagai suatu komunitas iman sehingga mereka mampu menjadi saksi Kristus di tengah-tengah masyarakat. Maka setiap keluarga Katolik Stasi Muara Asa diharapkan ikut terlibat di dalamnya. Rekoleski ini dilaksanakan satu tahun dua kali. Rekoleksi yang pertama akan dilaksanakan pada saat libur sekolah bulan Juli dan yang kedua pada bulan Desember. Rekoleksi yang pertama diambil bulan Juli karena bertepatan pada libur anak sekolah, sehingga para orang tua masih memiliki waktu senggang untuk mengikuti rekoleksi. Kemudian rekoleksi yang kedua dilaksanakan pada bulan Desember bertepatan dengan peserta Keluarga Kudus, dengan alasan agar dapat meneladani semangat hidup Keluarga Kudus Nazaret. Berkaitan dengan tempat pelaksanaannya dapat ditentukan secara bersama dengan pengurus kegiatan rekoleksi keluarga dan dapat mencari tempat yang nyaman untuk melaksanakannya. C. Usulan Program Rekoleksi Keluarga 1. Latar Belakang Kegiatan Keluarga Katolik merupakan Gereja Kecil yang sangat baik bagi tumbuhkembangnya iman anak sebab dari sanalah anak mulai belajar dan menemukan nilai-nilai hidup untuk membangun kehidupan di masa mendatang. Hal tersebut sesuai dengan GE art. 3, “agar dapat melaksanakan tugas perutusannya, keluarga perlu mempersiapkan anggota-anggotanya, terutama anakanak, melalui pendidikan, baik mengenai iman Katolik maupun nilai-nilai kemanusian, karena keluarga adalah sekolah yang pertama dan utama bagi mereka”. Hal ini mengisyaratkan bahwa keluargalah tempat mendasar pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
iman anak. Tugas dan tanggungjawab tersebut bukan berarti sesuatu yang mudah dilakukan oleh orang tua. Karena orang tua perlu memiliki komitmen, niat yang kuat, persiapan dan perencanaan yang matang. Dan tentunya hal ini tidak boleh begitu saja diserahkan kepada orang tua semata sebagai keluarga Katolik tetapi perlu juga bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak seperti guru agama, katekis, pembimbing rohani, dan lain-lainnya sehingga tugas dan tanggungjawab keluarga Katolik tersebut terlaksana dengan baik. Keluarga Katolik Stasi Muara Asa pun diharapkan benar-benar memiliki komitmen, dan niat yang kuat melaksanakan tanggungjawabnya dalam memndidik iman anak-anak mereka. Namun, pada kenyataannya harapan tersebut cenderung terhambat oleh berbagai macam rutinitas serta pekerjaan yang benarbenar menyita banyak waktu. Rekoleksi keluarga ini diharapkan membantu para keluarga Katolik untuk semakin menyadari tanggungjawabnya sekaligus menjadi pelaksana sekolah iman bagi anak-anak mereka sebab tugas mendidik anak itu “berakar pada panggilan utama suami/istri dalam karya penciptaan Allah” (FC art. 36). 2. Tema dan Tujuan Rekoleksi Penulis mengusulkan tema rekoleksi keluarga yakni “Keluarga Menjadi Pendidik Iman Anak yang Pertama”. Artinya, keluarga merupakan komunitas pertama dan utama yang bertanggungjawab atas pendidikan anak-anak, karena dalam keluargalah anak-anak lahir, hidup dan bertumbuh dewasa (GE art. 3). Dalam keluarga anak menemukan pengalaman pertama masyarakat manusia yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
sehat serta Gereja, terutama dalam iman. Pendidikan iman anak yang dilakukan dalam keluarga Katolik mengcangkup 4 unsur, yakni koinonia, kerygma, leiturgia, dan diakonia. Tujuan yang hendak dicapai melalui rekoleksi keluarga adalah membantu peserta meningkatkan pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak dalam keluarga dengan meneladani cara hidup Keluarga Kudus Nazaret dengan demikian mereka semakin tergerak hatinya dan semakin setia menjadi pelaku utama dan utama melaksanakan tanggungjawab tersebut dalam keluarga Katolik. Tema dan tujuan umum tersebut akan diuraikan sebagai berikuti:
Tema
: Keluarga Menjadi Pendidik Iman Anak yang Pertama
Tujuan
: Membantu Peserta memahami dan sekaligus tergerak melaksanakan
tanggungjawab pendidikan iman anak dalam keluarga dengan cara meneladani hidup Keluarga Nazaret.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
3. Matriks Kegiatan Rekoleksi Keluarga Tema
: Keluarga Menjadi Pendidik Iman Anak yang Pertama
Tujuan : Membantu peserta memahami dan sekaligus tergerak melaksanakan tanggungjawab pendidikan iman anak dalam keluarga dengan cara meneladani hidup Keluarga Nazaret.
No (1)
Judul Pertemuan (2) Membangun Komunitas Iman dan Hidup Doa dalam Keluarga
Pertemuan (3)
Uraian Materi (4)
Membantu keluarga - Pengalaman hidup membangun sebuah peserta/cerita komunitas iman dan pengalaman hidup doa dalam - Mendalami cara keluarganya melalui hidup Keluarga pengalamannya Kudus Nazaret: sehingga mereka Keluarga mampu sebagai melaksanakan komunitas iman perannya untuk Doa sebagai memberikan kekuatan pendidikan iman keluarga pada anak dengan - Pendidikan dan demikian anak dapat impian orang tua
Metode
Sarana
(5)
(6)
- Sharing pengalaman - Tanya jawab - Informasi - Renungan - Refleksi - Peneguhan -
-
Teks Kitab Suci Luk 2:2123; 41-52 Teks dan video lagu “Harta yang paling berharga” Cerita pengalaman hidup (keluarga Albert) Speaker
Sumber Bahan (7) - Luk 2:21-23; 41-52 - Wignyasumart a, Ign., MSF, dkk (2002). Panduan Rekoleksi Keluarga. Yogyakarta: Kanisius. Hal 36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
(1) 2
(2) Keluargaku menjadi saksi Kristus dengan saling Cinta dan Peduli satu sama lain
tumbuh yang tangguh. (3)
menjadi beriman
Membantu keluarga menjadi saksi Kristus yang saling cinta dan melayani satu sama lain dalam keluarga dengan demikan mereka semakin mampu untuk melaksanakannya dalam hidup seharihari baik di dalam keluarga maupun di tengah masyarakat.
terhadap anaknya.
(4) - Pengalam hidup peserta - Sikap dasar melayani bukan dilayani - Gereja dan masyrakat - Gereja dan kaum miskin - Keluarga Katolik sejati harus penduli dan berbagi.
(5) - Sharing pengalaman - Refleksi - Tanya jawa - Informasi - Peneguhan
Laptop LCD (6)
(7)
- Teks Kitab Suci - Kis 2:41-47 ; Kis 2:41-47; 4:32-37 4:32-37 - Edi Mulyono, - Video Y,. SJ, dkk. - “Keluarga itu (2001). Bunga saling melayni” Rampai XXI - Speaker Mari Berbagi - Laptop Menuju - LCD Perwujudan Diri Sejati. Jakarta: Konsursium Pengembangan Perbadayaan Pastoral Sosial Ekonomi Hal 63 - KWI 1996. Iman Katolik Buku Informasi. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 444-460
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
4. Contoh Persiapan Rekoleksi Keluarga
a. Tema
: Keluarga Menjadi Pendidik Iman Anak yang Pertama
b. Tujuan
: Membantu peserta memahami dan sekaligus tergerak
melaksanakan tanggungjawab pendidikan iman anak dalam keluarga dengan cara meneladani hidup Keluarga Nazaret.
c. Susunan Acara
No
Waktu
Acara
1)
09.00-09.10
Snack dan presensi peserta
2)
09.10-09.20
Salam dan kata pembukaan
3)
09.20-09.30
Nyanyian dan doa pembukaan
4)
09.30-09.50
5)
09.50-10.00
Pengarahan dari pembimbing rekoleksi dan penyampaian tema Ice Breaking
6)
10.00-10.10
7)
10.10-10.40
8)
10.40-11.30
9)
11.30-12.00
Sesi II: Memahami cara hidup Keluarga Kudus Nazaret Refleksi pribadi
10)
12.00-12.30
Pleno hasil refleksi
11)
12.30-13.00
Makan siang
12) 13)
13.00-13.15 13.15-14.00
14)
14.00-15.2
Ice Breaking Sesi III: Pendididikan iman yang menjadi impian orang tua terhadap anaknya Misa
15)
15.20-15.30
Snack
16)
15.30-16.00
Foto bersama dan sayonara
Sesi I: Pengalaman pengalaman Refeksi pribadi
hidup
peserta/cerita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
d. Pelaksanaan Waktu 09.00-09.10 09.10-09.20
09.20-09.30
09.30-09.50
09.50-10.00
10.00-10.10 10.10-10.40
Rinian Kegiatan Snack dan Absen peserta Salam dan kata pembukaan Ketua panitia mengucapkan selamat datang kepada semua peserta dan berterima kasih atas kedatangan mereka, serta kepada pembimbing atas kesedian mendampingi rekoleksi keluarga ini. Kemudian menyampaikan harapan agar rekoleksi ini memampukan peserta untuk semakin menyadari karya Allah, cara kerja serta bimbingan-Nya dan tantangan terhadap karya Allah itu; terutama sebagai keluarga Katolik dalam mendidik anak-anak mereka. Nyanyian dan doa pembuka Perserta diajak bersama-sama mengawali rekoleksi dengan bernyanyi “Harta yang paling berharga adalah keluarga”. Klip video ini ditanyangkan menggunakan LCD. Setelah itu, peserta masuk dalam doa pembuka sebagai langkah awal membuka rangkaian rekoleksi keluarga. Pengarahan dari pembimbing rekoleksi tentang tema Dalam rekoleksi keluarga ini kita akan masuk suasana kehidupan Keluarga Kudus di Nazaret. Kita akan melihat dan belajar bagaimana Yesus, Maria dan Yosef menghayati hidup bekeluarga sebagai anak, ibu dan bapak. Teladan hidup berkeluarga, khususnya dalam membangun komunitas iman hidup dan doa, ingin kita angkat menjadi contoh atau model bagi hidup keluarga kita. Snack dan Ice Breaking Untuk mencairkan suasana dan membangkitkan semangat peserta, permainan dilaksanakan dalam kelompok besar dan diikuti oleh peserta. Permainan yang diusulkan adalah gerak dan lagu “dengar Dia panggil nama saya” Sesi I : Panggalian pengalaman hidup peserta dan cerita pengalaman. (cerita terlampir) Refleksi pribadi Pendamping mempersilakan peserta mengambil waktu dan tempat untuk hening masing-masing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
10.40-11.30
dan menulis buah-buah rohani dari sesi I. Sesi II : Memahami cara hidup Keluarga Kudus Nazaret Kisah hidup Keluarga Kudus di Nazaret ini hanya secara singkat dilukiskan oleh Lukas, dan ini pun hanya sebagian peristiwa semasa Ia genap delapan hari, ketika harus disunat dan Yesus masih kanakkanak, ketika Ia mempersembahkan ke Bait Allah di Yerusalem. Namun dari yang singkat ini kita petik pelajaran yang sangat berharga bagi kehidupan keluarga kita. Kita dapat belajar dari cara hidup dalam Keluarga Kudus untuk kita jadikan model hidup bagi keluarga kita. Oleh karena itu, baiklah sekarang kita perdalam lagi dengan pertanyaan-pertanyaan berikut: 1. Apa yang dilakukan orang tua Yesus pada saat Yesus berumur delapan hari? 2. Mengapa orang tua Yesus melakukan hal itu? 3. Apa pesan yang bisa kita petik dari kisah tersebut dalam rangka pengembangan keluarga sebagai komunitas dan doa beriman? Peserta diajak menjawab pertanyaan dan sharing dalam kelompok besar. Pendamping merangkum hasil sharing peserta dan memberi peneguhan : 1. Orang tua Yesus adalah orang yang saleh dan suci. Tiap-tiap tahun orang tua Yesus pergi ke Yerusalam pada hari raya Paskah. Ketika Yesus berumur delapaan hari untuk disunat dan berumur dua belas tahun pergilah mereka ke Yerusalem seperti yang lazim pada hari raya itu. Mereka memaknai hukum Tuhan dan tekun dalam berdoa. Anak dipersembahkan ke pada Tuhan dalam doa agar anaknya dibimbing oleh Tuhan dan tumbuh menjadi anak yang baik dan penuh berkat. Kita sebagai orang Kristiani sadar, baik melalui pengalaman pribadi maupun dalam kesatuan dengan keluarga sebagai komunitas antar pribadi, bahwa doa mempunyai kekuatan: kekuatan yang mengubah, menyembuhkan dan memampukan manusia hidup setia dalam perkawaninanya. Kekuatan itu timbul bukan dari kita sendiri sebagai manusia, melainkan dari dalam Allah Roh Kudus. Kekuatan itu diperlukan oleh keluarga-suami istri, ayah ibu, dan anak-anak -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
agar mereka dapat menghayati kehidupan keluarganya, serta misinya menurut rencana Allah sendiri. 2. Yesus pun menyadari bahwa hidup-Nya yang taat kepada Bapa dan penuh cinta kepada sesama, juga merupakan buah dari pendidikan iman yang dilakukan oleh orang tua-Nya. Orang tua yang penuh iman percaya pada penyelenggarakan ilahi serta setia menjalankan hukum Tuhan, menjadi inspirasi hidup Yesus di hapan Bapa-Nya. Keluarga Kudus Nazaret menjadi komunitas iman yang hidup yang mampu memberikan rasa kesejukan batin bagi Yesus untuk tumbuh menjadi pribadi yang penuh hikmat. 3. Keluarga sebagai komunitas iman berarti keluarga bukan suatu komunitas biasa tetapi suatu tempat persemaian dan sekolah iman; bahwa dalam keluarga iman serta pengungkapannya diperkenalkan, diajarkan, dan dihayati. Di zaman modern ini keluarga sebagai komunitas iman mempunyai sisi terang dan sisi gelap. Di satu sisi, kita menyaksikan banyaknya orang yang mendambakan siraman rohani/iman dalam kehidupannya lewat pendalaman iman, rekoleksi, retret, novena, dan lain-lain. Di sisi lain juga, arus sekularisasi menjadikan orang alergi dengan hal-hal yang berbau keagamaan. Agama menjadi urusan besok atau akhirat. Manusia sibuk mengejar dan memupuk materi, mendewakan IPTEK, dan menomorduakan nilai-nalai moral. Dalam rencana Allah, keluarga merupakan komunitas iman, bahwa di dalam keluarga, iman disemai, dipupuk, dan diperkembangkan. Keluarga sebagai Gereja mini harus menjadi tempat untuk menyalurkan dan mewartakan iman. Misi keluarga ini berakar dalam sakramen Baptis dan Krisma, serta mendapatkan peneguhannya dalam sakramen pernikahan untuk menguduskan dan merombak dunia menurut rancangan Allah sendiri. Melalui pernikahan, suami-istri dijadikan misionarismisonaris Kristus untuk mewartakan Injil kepada seluruh ciptaan, khusunya dalam mendidik dan membesarkan anak-anak mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
11.30-12.00
12.00-12.30
12.30-13.00 13.00-13.15
13.15-14.00
sesuai iman Kristiani. 4. Kiat-kiat pembinaan: doa bersama di dalam keluarga, dan untuk keluarga. Betapa sulitnya menemukan waktu yang cocok bagi segenap anggota keluarga untuk berdoa bersama sebagai suatu keluarga. Perayaan iman dan peserta keluarga, misalnya pristiwa ulang tahun kelaharin, baptisan, komuni, krisma, pernikahan, kelahiran anggota baru, dan kematian merupakan momen yang baik untuk merayakan dan mewartakan iman. Refeleksi pribadi Pendamping mempersilakan peserta mengambil waktu dan tempat untuk hening masing-masing dan menulis buah-buah rohani yang dapat diperoleh dari sesi II. Releksi ini menggunakan dari Teks Kitab Sui Luk 2:21-23; 41-52. (Meneladan Keluarga Kudus Nazaret) Pleno hasil refleksi Pendamping mempersilakan perwakilan dari beberapa peserta yang bersedia mensharingkan hasil refleksinya. Peserta lainnya mendengar dengan penuh penghayatan. Makan siang Ice Breaking Untuk mencairkan suasana dan membangkitkan semangat peserta diajak untuk bermain. Sesi III : Pendidikan iman yang menjadi impian orang tua terhadap anaknya Tugas mendidik anak itu “berakar pada panggilan utama suami/istri dalam karya penciptaan Allah” (FC, a. 36). Konsili Vatikan II mengingatkan kita, bahwa “karena orang tua telah menyalurkan kehidupan kepada anak-anak, maka terikat kewajiban berat untuk mendidik mereka. Oleh karena, orang tualah yang harus diakui sebagai pendidik mereka yang pertama dan utama” (GE, a. 3). Malahan menurut FC a. 36, peran orang tua dalam pendidikan itu “tidak tergantikan dan tidak dapat diambil alih” dan karena itu tak dapat diserahkan sepenuhnya kepada orang lain. Dari anjuran apostolik Sri Paus Yohanes Paulusm II ini menjadi jelas, bahwa memang orang tualah yang pertama-tama menjadi pelaku pendamping bagi anak-anaknya. Orang tua tak dapat lepas tangan dari tanggungjawab ini betapapun sibuknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
14.00-15.20
bekerja dan betapapun beraneka macam kegiatan di masyarakat maupun di Gereja (Ef. 6:4). Tanggungjawab tersebut antara lain pendidikan religius (iman) yang menyangkut perkembangan anak dalam hubungan dengan Tuhan. Pendidikan iman ini merupakan hal yang esensial dalam hidup keluarga Kristiani. Orang tua mengemban hak pertama dan tanggungjawab dalam pendidikan imannya. Aspek ini semakin menjadi mendesak jika agama dipilih oleh orang tuanya melalui baptisan bayi/anak-anak. Pendidikan iman harus mempersiapkan anaknya agar ia sadar dan sukarela menyambut pilihan iman orang tuanya dan selanjutnya mengembangkan rahmat pembaptisan itu dengan iman Katolik. Contoh pendidikan iman dalam keluarga: 1. Unsur persekutuan iman terungkap ketika keluarga berkumpul bersama merayakan pristiwa-peristiwa penting seperti ulang tahun anggota keluarga, ulang tahun perkawinan, kumpul bersama keluarga saat hari-hari besar (Natal, Paskah, dan tahun baru), dan makan bersama anggota keluarga. 2. Unsur doa/liturgi yang menjadi kekuatan dalam keluarga nampak ketika mengajak keluarga doa bersama, doa sebelum dan sesudah makan, doa pagi sebelum melakukan aktifitas, melaksanakan ibadat saat anggota keluarga merayakan ulang tahun atau syukuran, mengajak anggota untuk mengikuti perayaan Ekarsiti minggu bersama seluruh anggota keluarga. Pendamping mempersilakan peserta mebicarakan dengan pasangnya masing-masing sebagai sebuah keluarga untuk membuat niat atau rencana strategis yang dapat diwujudkan dalam keluarga mereka. Niat tersebut akan dipersembahkan ke dalam Misa penutup rekoleksi keluarga ini. Misa Penutup Misa penutup denan tema “Keluarga Menjadi Pendidik Iman Anak yang Pertama” Lagu pembuka” Doa pembukaan dengan inti syukur atas pernyataan Tuhan selama rekoleksi dan mohon agar Tuhan membuka hati para keluarga Katolik untuk menyadari pentingnya pendidikan iman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
15:00-15:20 15.30-16.00
anak dalam keluarga sehingga mereka mau dengan senang hati melaksanakannya dalam hidup berkeluarga sehari-hari. Bacaan dari Efesus 6:1-9 dan Lukas 2:41-52. Khotbah berisi buah-buah rohani rekoleksi yang telah diperoleh peserta sejak sesi pertama hingga sesi ketiga serta niat-niat yang sudah dibuat. Sesudah doa umat diadakan prosesi pembacaan niat dan rencana strategis setiap keluarga yang hendak diwujudkan dalam hidup keluarga setiap hari. Lagu penutut “ Snack Foto bersama dan sayonara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
BAB V PENUTUP Pada bagian akhir dari karya tulis ini, penulis membagi dua bagian. Bagian pertama berisi kesimpulan yang didasari oleh rumusan permasalahan. Bagian kedua berupa saran bagi semua pihak yang terkait dengan penulisan karya tulis ini. A. Kesimpulan Tanggungjawab terhadap pendidikan iman anak telah menjadi tugas yang utama dan pertama keluarga Katolik. Tanggungjawab tersebut harus dipahami serta dihayati oleh setiap keluarga Katolik sebagai panggilan khusus dari Allah kepada orang tua untuk membimbing anak agar semakin dekat dengan Allah. Tanggungjawab keluarga Katolik dalam pendidikan iman anak-anak mereka mempunyai sumber inspirasi dari kehidupan Keluarga Kudus Nazaret (Luk 2:41-52). Kehidupan Keluarga Kudus Nazaret menjadi teladan pendidikan iman anak bagi keluarga-keluarga Katolik. Pendidikan iman anak tersebut mencangkup 4 unsur yaitu koinonia, kerygma, leiturgia, dan diakonia. Unsur pertama koinonia, misalnya keluarga selalu berkumpul untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting (ulang tahun anggota keluarga, dan makan bersama anggota keluarga). Kedua unsur kerygma, misalnya keluarga mengajak setiap anggotanya untuk membaca Kitab Suci, mengajarkan anak mengenai pelajaran agama membantu untuk menemukan makna hidupnya dalam terang Kitab Suci. Ketiga unsur leiturgia, misalnya keluarga Katolik mengajak setiap anggotanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
berdoa (doa malam, doa sebelum dan sesudah makan, doa pagi sebelum melakukan aktifitas), melaksanakan ibadat saat anggota keluarga merayakan ulang tahun. Dan keempat unsur diakoinia, misalnya keluarga Katolik tidak membedakan setiap anggota keluarga dalam memberikan kasih sayang, merawat anggota keluarga yang sakit, anak-anak membantu orang tua menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanakan taggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak di Stasi Muara Asa cukup mendalam. Hal ini terlihat dari keempat unsur koinonia, kerygma, leiturgia, dan diakonia yang tampak dalam kehidupan sehari-hari. Keseluruhan permasalahan di atas perlu ditanggapi dalam bentuk program pendampingan yang relevan dengan keadaan umat. Maka penulis menawarkan rekoleksi keluarga Katolik demi membantu menjawab kebutuhan umat. Sebab rekoleksi mampu membantu para keluarga Katolik untuk mengumpulkan kembali pengalaman mereka dan menyadari peran Kristus di dalam setiap pengalaman tersebut. Rekoleksi keluarga pun dapat menjadi kekuatan keluarga Katolik untuk memperbaiki pola hidup mereka dan berjalan bersama karya Allah.
B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis memberikan beberapa saran sebagai hasil refleksi selama ini bagi keluarga Katolik Stasi Muara Asa. Pihak Stasi disarankan perlu menindaklanjuti program yang telah penulis usulkan yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
rekoleksi keluarga Katolik. Program ini diyakini mampu membantu meningkatkan tanggungjawab keluarga-keluarga Katolik untuk sungguh terlibat aktif dan lebih bertanggungjawab dalam memberikan pendidikan iman bagi anak-anak mereka. Hal ini didasari bahwa tumbuhkembangnya Gereja mini maupun Gereja di Paroki juga ditentukan oleh persiapan generasi muda yang beriman dewasa dari pada orang tua. Maka Gereja perlu membuka pintunya dan membiarkan angin segar masuk agar dapat memberikan kesejukan melalui temuan-temuan baru serta strategi-strategi baru demi menghidupkan kembali iman keluarga-keluarga Katolik yang redup. 1. Pihak pengurus stasi serta umat perlu menyadari pentingnya pendampingan keluarga-keluarga Katolik dan memlibatkan diri dalam usaha pendampingan tersebut sebagai suatu bentuk gerakan umat. Pihak pengurus stasi diharapkan kerjasama
dengan
seluruh
umat.
Wujud
kerjasama
yakni
dengan
menindaklanjuti program tersebut bisa dengan kegiatan sarasehan mengenai pastoral keluarga dan membuat suatu program pendampingan khusus bagi anak-anak dan orang muda seperti rekoleksi atau rertet berkaitan dengan pemahaman serta penghayatan iman kekatoliknya. 2. Pengurus stasi perlu mengevaluasi dan merefleksikan kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan. Sudah sejauh mana kegiatan-kegiatan tersebut berdampak positif bagi perkembangan iman umat. Di sisi lain para keluarga Katolik Stasi Muara Asa juga perlu meningkatkan kesadaran diri dalam memberikan prioritas dan totalitas pada perkembnagan iman anak-anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
DAFTAR PUSTAKA Adiyanti, M. S,. MG, dkk (2003). Prilaku Anak Usia Dini. Yogyakarta: Kanisius. Dapiyanta, FX. (2011). Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di Sekolah. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma. _________, (2013) “Kebebasan dan Tanggungjawab” Teologi Moral Katolik dalam B.A. Rukiyanto (Edt) _________, FX. (2014) “Kebebasan dan Tanggungjawab” Semakin Menjadi Manusiawi; Teologi Moral Masa Kini dala B.A. Rukiyanto & Esti Sumarah (Edt) Gilarso, T. Drs, SJ (editor). (1996). Membangun Keluarga Kristiani; Pembinaan Persiapan Berkeluarga. Yogyakarta: Kanisius Goreti Sugiarti, M., Sr, AK. (1999). Pendampingan Iman Anak. FIPAUniversitas Sanata Dharma Yogyakarta. Manuskrip. Hardiwiryana, SJ., R. (2004). Dokumen Konsili Vatikan II (Penerjemah: R. Hardiwiryana, SJ). Jakarta: Obor Komisi Kitab Suci KAS. (2014) Keluarga Beribada dalam Sabda; Gagasan Pendukung Bahan Pertemuan Lingkungan (Dewasa) Bulan Kitab Suci Nasional. Yogyakarta: Kanisius Konsili Vatikan II. (1992). (Gravissimum Educationis) deklarasi tentang Pendidikan Kristiani. Diterjemahkan oleh R. Hadawiryana, SJ., Jakarta: Dokpen KWI. __________. (1993) Gaudium et Spes “Konstitusi Dogmatis tentang Pastoral Gereja dalam Dunia Modern”, Lumen Gentium “Konstitusi dogmatis tentang Gereja, dan Dei Verbum “Konstitusi Dogmatis tentang Wahyu Ilahi dalam Dokumen Konsili Vatikan II, diterjemahkan oleh R. Hardawiryana, SJ. Jakarta: Dokumentasi dan Penerangan KWI. ___________. (2004). Dekrit tentang Kerasulan Awam (Apostolicam Actuaositatem) diterjemahkan oleh R. Hardawiryana, SJ. Jakarta: Dokumentasi dan Penerangan KWI. KWI. (2011). Pedoman Pastoral Keluarga. Jakarta: Obor. Kristianto, SFK, (2014) “Ciri-ciri dan Peranan Keluarga Kristiani” Semakin Menjadi Manusiawi; Teologi Moral Masa Kini dalam B.A. Rukiyanto & Esti Sumarah (Edt) Mangunhardjana. (1985). Membimbing Rekoleksi.Yogyakarta: Penerbit Yayasan Kanisius. Meleong, L.J. (2007). Dasar Penelitian Kualitatif. Perbedaan Antara Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, (Seri Pastoral no 393), Yogyakarta: Puspas. Riduwan, Dr. MBa. 2011. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta. Rintyastini Yulita, dkk, (2006). Bimbingan dan Konseling SMP. Yogyakarta: Esis. Rukiyanto, B.A. Dr. SJ. (2013). Teologi Moral Katolik. Buku Kuliah Teologi Moral Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
Rukiyanto, B.A. Dr. SJ. dan Sumarah Esti, Ignatia (eds). (2014). Semakin Menjadi Manusiawi; Teologi Moral Masa Kini. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Soerjanto, Al. dan Widiastoeti (2007). Pendidikan anak-anak dalam Keluarga Katolik. Semarang: Komisi Pendampingan Keluarga KAS. Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Suhardianyanto, H.J. Drs, SJ. (2008). “Pendidikan Iman Anak”. Diktat Mata Kuliah PIA bagi semester III, Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Agama Katolik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Sutrisno Hadi, Prof., Drs., MA (1982). Metodologi Research 1. Yogyakarta: Andi Offset. Wignyasumarta, Ign., MSF, dkk. (2000). Panduan Rekoleksi Keluarga. Yogyakarta: Kanisius Yohanes Paulus II. (1979). Catechesi Tradendae (Penyelanggaraan Katekese): Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini (16 Oktober 1079). Seri Dokumen Gerejawi no. 28. Diterjemahkan oleh R. Hardawiryana, SJ. Jakarta: DOKPEN KWI ___________. (1993). Familiaris Consortio tentang Peranan Keluarga Kristiani dalam Dunia Modern. Seri Dokumen Gereja No. 30. Diterjemahkan oleh R. Hadawiryana, SJ., Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI. ___________. (1994). Kedamaian dan Keluarga; Seri Dokumen Gerejawi No. 33. Diterjemahkan oleh R. Hadawiryana, SJ. Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI. www.wikipedia.com/6keuskupan Agung Samarinda, diunduh pada tanggal 22 Juli 2016, pukul 17.11 WIB