PERSPEKTIF
Volume XII No.4 Tahun 2006 Edisi Oktober
TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA ATAS IKLAN YANG MENYESATKAN Oleh : Netty Endrawati ABSTRACT Advertisement is the part of activity of marketing, what ought to is medium materialization of consumer rights specially the right to get information and the right to property. When advertised things oppose against common public grounds of rule code advertisement, for example advertised things disagree with the reality of hence emerging clear problems harm consumer side. Because existence of advertisement do not get out of the existence producer advertiser, service firm of advertisement bureau, and media, hence loss befalling third consumer of perpetrator component is effort that have to responsibility accountedtogether. Concerning level of responsibility each perpetrator of effort that depended from storey; level mistake of him. Keyword : consumen, perpetrator of is effort, responsibility.
yang
tentunya
Program pembangunan perekonomian saat
ini
dan
kesejahteraan
PENDAHULUAN
nasional
bebas
diharapkan
harus
mampu
masyarakat. disertai
meningkatkan Hal
tersebut
adanya
jaminan
kepastian atas kualitas barang dan atau jasa
mampu
yang diperoleh masyarakat selaku konsumen
mendukung pertumbuhan dunia usaha yang
dari suatu perdagangan tanpa mengakibatkan
pada saat ini masih terpuruk karena krisis
kerugian bagi konsumen.
moneter yang berkepanjangan. Ke depan dunia usaha mampu bangkit kembali dengan
Suatu Iklan dalam menyampaikan
menghasilkan beraneka ragam barang dan
informasi mengenai suatu barang atau jasa
atau jasa yang memiliki kandungan teknologi yang
canggih,
sehingga
dituntut untuk selalu menginformasikan yang
mampu
benar atau senyatanya kepada konsumen.
menghantarkan pada persaingan perdagangan
Keberadaan iklan sangat membantu calon Tanggung Jawab Pelaku Usaha Atas Iklan Yang Menyesatkan
380
Netty Endrawati
PERSPEKTIF
Volume XII No.4 Tahun 2006 Edisi Oktober
konsumen dalam menentukan pilihan atas
membangkitkan
barang dan atau jasa yang sesuai dengan
membeli
kebutuhannya. Oleh karena itu informasi
ditawarkannya. Dengan demikian, iklan dalam
yang
segala
benar
dan
bertanggung
jawab
minat
barang
konsumen
dan/atau
bentuknya
jasa
mengikat
para
untuk yang
pihak
merupakan hal yang pokok bagi konsumen
tersebut dengan segala akibat hukumnya.
sebelum memutuskan untuk memilih dan
Besarnya peranan iklan sebagai
mengadakan transaksi atas suatu produk
informasi di satu pihak harus pula diikuti
barang
dengan pengawasan terhadap mutu iklan
atau
jasa
untuk
memenuhi
kebutuhannya.
sehingga
iklan
tidak
membuat iklan telah dikawal oleh kode etik
aman.
dan atau tata krama dan tata cara periklanan,
PERMASALAHAN
namun pada penerapannya etika periklanan
Bagaimana
dirasa kurang efektif. Hal ini disebabkan
sebagai
lebih
menyesatkan ?
perusahaan
yang
menjadi
produk
informasi yang sangat komersil dan tidak
Meskipun praktisi periklanan dalam
banyak
alat
tidak
tanggung
pelaku
jawab
usaha
atas
korporasi iklan
yang
peranan
yang
mematuhi, apalagi terhadap pelanggaran kode PEMBAHASAN Iklan mempunyai
etiK tersebut tidak dikenai sanksi. Sebenarnya kode
etik
tersebut
dapat
dipergunakan
sangat penting dalam dunia perdagangan.
sebagai dasar pijakan oleh konsumen untuk
Informasi mengenai jenis barang, kegunaan,
melakukan teguran karena munculnya iklaniklan
yang
menyesatkan,
tetapi
kualitas, harga, maupun pihak produsen
karena
dapat diperoleh dari keberadaan iklan. Bagi
minimnya pengetahuan tentang itu maka
konsumen, iklan yang baik sangat membantu
konsumen merasa enggan untuk menuntut haknya apabila terjadi kerugian
dalam menentukan pilihan barang atau jasa
sebagai
yang dibutuhkan sesuai dengan selera dan
akibat adanya iklan yang menyesatkan. Hakikat
iklan
bagi
kemampuan finansialnya. Sedangkan bagi
konsumen
produsen,
merupakan janji dari pihak korporasi untuk
Tanggung Jawab Pelaku Usaha Atas Iklan Yang Menyesatkan
iklan
merupakan
sarana
penyampaian informasi tentang produk yang
381
Netty Endrawati
PERSPEKTIF
Volume XII No.4 Tahun 2006 Edisi Oktober
dihasilkan dengan harapkan untuk dapat
penjualan
memperlancar pemasarannya. Bahkan para
diarahkan kepada para calon pembeli yang
pelaku
iklan
potensial atas produk barang dan atau jasa
memberikan sumbangsih yang berharga pada
tertentu dengan biaya semurah-murahnya.
pasca produksi.
(Frank Jefkins, 1996 ; 5)
usaha
meyakini
bahwa
Menurut
Periklanan merupakan salah satu bentuk
khusus
untuk
memenuhi
yang
didefinisikan
fungsi
paling
persuasif
Rhenal
sebagai
Kasali,
suatu
yang
iklan
pesan
yang
pemasaran. Untuk dapat menjalankan fungsi
menawarkan suatu produk yang ditujukan
pemasaran, maka apa yang harus dilakukan
kepada
dalam kegiatan periklanan tentu saja harus
(Rhenal Kasali : 1995)
masyarakat
lewat
suatu
media.
mampu meraih simpatik masyarakat agar
Tams Djayakusumah mengemukakan
berperilaku sedemikian rupa sesuai dengan
bahwa : “Periklanan adalah salah satu bentuk
maksud strategi pemasaran perusahaan untuk
spesialisasi publisistik yang bertujuan untuk
mencapai omset penjualan yang optimal serta
mempertemukan
pada akhirnya mencapai keuntungan yang
menawarkan sesuatu dengan pihak lain yang
sebanyak-banyaknya.
harus
membutuhkannya.
untuk
1982 ; 9)
mampu
Periklanan
mengarahkan
konsumen
satu
pihak
(Tams
yang
akan
Djayakusumah,
membeli produk-produk yang ditawarkan
Sedangkan menurut Bab I angka 1
tersebut, sehingga diyakini dapat memenuhi
Tata Krama dan Tata Cara Periklanan
kebutuhan
Indonesia
dan
keinginan
pembeli.
diuraikan
bahwa
periklanan
Singkatnya iklan harus dapat mempengaruhi
sebagai salah satu sarana pemasaran dan
pemilihan serta keputusan untuk membeli apa
sarana
yang diiklankan itu.
penting
penerangan di
dilaksanakan Pengertian iklan telah disampaikan
sarana
oleh beberapa pihak yang di antaranya
adalah
sebagai
bangsa
penerangan
pembangunan Indonesia. dan
peranan yang Sebagai
pemasaran,
periklanan merupakan bagian dari kehidupan
sebagai berikut : Menurut Frank Jefkins, periklanan
dalam
memegang
media
komunikasi
yang
vital
bagi
pesan-pesan
Tanggung Jawab Pelaku Usaha Atas Iklan Yang Menyesatkan
382
Netty Endrawati
PERSPEKTIF
Volume XII No.4 Tahun 2006 Edisi Oktober
pengembangan dunia usaha, serta harus
mempunyai
berfungsi menunjang pembangunan.
(nonpersonal).
Menurut kalangan ekonom, definisi
sifat
bukan
pribadi
6) Dalam perancangan iklan harus secara
standar periklanan mengandung 6 (enam)
jelas
elemen, yaitu :
yang akan menjadi sasaran sehingga dapat
1) Periklanan adalah bentuk komunikasi
berfungsi
yang dibayar walaupun beberapa bentuk periklanan
seperti
iklan
ditentukan
secara
kelompok
efektif.
konsumen
(Taufik
H.
Simatupang, 2004 : 6)
layanan
Maraknya produk iklan di akhir-
masyarakat biasanya gratis, ataupun kalau
akhir ini yang hanya mementingkan aspek
harus membayar hanya dengan jumlah
promosi untuk menarik minat bagi konsumen
yang sedikit.
dapat dilihat pada ajang unjuk kreativitas
2) Pada iklan terjadi proses identifikasi
insan periklanan di Indonesia dalam momen
sponsor, yaitu bahwa melalui iklan bukan
Citra Pariwara. Fetival pelaku usaha dalam
hanya
mengenai
periklanan tersebut di antaranya memang
kehebatan produk yang ditawarkan tetapi
terkait dengan pengawasan, yaitu tentunya
sekaligus
dalam
menampilkan
pesan
menginformasikan
tentang
perusahaan yang memproduksinya.
penilaiannya
ketentuan
yang
tidak
lepas
dari
terangkum
dalam
Tata
3) Maksud utama kebanyakan iklan adalah
Krama Dan Tata Cara Periklanan Indonesia
untuk membujuk atau mempengaruhi
yaitu sebagai kode etik dari para pelaku
konsumen untuk membeli produknya.
usaha terkait dengan pembuatan iklan.
4) Periklanan memerlukan elemen media
Menurut Tata Krama dan Tata Cara
massa sebagai media penyampai pesan
Periklanan
kepada audiens sasaran.
umum periklanan harus memuat :
5) Penggunaan media massa ini menjadikan periklanan
dikategorikan
memuat
asas-asas
1) Iklan harus jujur, bertanggung jawab, dan
sebagai
tidak bertentangan dengan hukum yang
komunikasi masal, sehingga periklanan
Tanggung Jawab Pelaku Usaha Atas Iklan Yang Menyesatkan
Indonesia,
berlaku.
383
Netty Endrawati
PERSPEKTIF
Volume XII No.4 Tahun 2006 Edisi Oktober
2) Iklan tidak boleh menyinggung perasaan dan
merendahkan
agama,
adat
martabat
budaya,
4) Tidak memuat informasi mengenai risiko
negara,
hukum,
pemakaian barang dan/atau jasa.
dan
5) Mengeksploitasi
golongan.
kejadian
dan/atau
seseorang tanpa seizin yang berwenang
3) Iklan harus dijiwai oleh asas persaingan
atau persetujuan yang bersangkutan.
yang sehat.
6) Melanggar
etika
dan/atau
ketentuan
Alangkah baiknya jika patokan kode etik ini
peraturan perundang-undangan mengenai
digunakan sebagai self– regulation, terlebih
periklanan.
lagi ditegakkan melalui organisasi profesi
Berdasarkan isi ketentuan tersebut,
periklanan manakala belum ditetapkannya
maka
Undang-Undang Periklanan .
terkait dengan aspek hukum periklanan,yaitu :
Secara dilarang
khusus
bagi
pelaku
perbuatan usaha
yang
ada beberapa hal yang patut dikaji
a. Bahwa iklan harus lebih menekankan
periklanan
pada
pengenalan
penyebarluasan
sebagaimana diatur dalam Pasal 17 ayat (1)
informasi
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang
konsumen. Seringkali para pelaku usaha
Perlindungan
menafsirkan iklan sebagai alat, dengan
Konsumen,
yaitu
dilarang
memproduksi iklan yang dapat: 1) Mengelabuhi
konsumen
untuk
dan
menarik
minat
beli
menghalalkan muatan informasi apa saja, mengenai
semata-mata
untuk
menggugah
kualitas, kuantitas, bahan, kegunaan, dan
konsumen agar membeli. Tanpa disadari
harga barang dan/atau tarif jasa serta
bahwa secara hukum ada informasi-
ketepatan
informasi
waktu
penerimaan
barang
dan/atau jasa. 2) Mengelabuhi
yang
dilarang,
meskipun
menurut pertimbangan teknis pemasaran jaminan/garansi
terhadap
sangat mungkin membangkitkan minat
barang dan/atau jasa.
konsumen untuk membeli.
3) Memuat informasi yang keliru, salah, atau
b. Hak
konsumen
mengakses
tidak tepat mengenai barang dan/ atau
informasi
jasa.
seharusnya berupa informasi yang benar,
Tanggung Jawab Pelaku Usaha Atas Iklan Yang Menyesatkan
384
dari
untuk
penayangan
iklan
Netty Endrawati
PERSPEKTIF
Volume XII No.4 Tahun 2006 Edisi Oktober
jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
menyangkut perihal periklanan. Di antaranya
jaminan barang dan/atau jasa. Meskipun
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang
ukuran dari “benar, jelas, dan jujur” tidak
Perlindungan Konsumen. Dalam Pasal I
begitu jelas, namun prsoalan yang terkait
UUPK menyebutkan bahwa “Promosi adalah
dengan
dilarang
kegiatan pengenalan atau penyebarluasan
secara hukum menjadi hal yang sensitif
informasi suatu barang dan/atau jasa yang
dalam dunia usaha, agar dapat bersaing
akan dan sedang diperdagangkan”.
diperbolehkan
atau
dalam iklan dan promosi secara sehat dan
Selanjutnya tentang perbuatan yang
fair.
dilarang bagi pelaku usaha, seperti yang
c. Kewajiban
dari
untuk
terdapat dalam Pasal 9-nya yang menjelaskan
menyampaikan semua informasi yang
bahwa pelaku usaha dilarang menawarkan,
harus senyatanya yaitu secara benar, jelas
mempromosikan, dan mengiklankan suatu
dan jujur tentang hal-hal yang terkait
barang dan/atau jasa secara tidak benar dan
dengan
atau seolah-olah produk tersebut memiliki
barang
pelaku
dan/atau
usaha
jasa
yang
ditawarkannya. d. Tanggung
potongan harga, keadaannya baik, memiliki
jawab
pelaku
usaha
sponsor,
tidak
mengandung
cacat
sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 20
tersembunyi, merendahkan produk lain yang
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 yaitu
sejenis,
kata-kata
yang
bahwa pelaku usaha bertanggung jawab
berlebihan, dan mengandung janji
yang
atas
belum
iklan
yang
diproduksinya
dan
menggunakan
pasti.
Sedangkan
Pasal
10
bertanggung jawab pula terhadap segala
berkenaan dengan informasi iklan yang
akibat
membuat pernyataan yang tidak benar dan
yang
ditimbulkan
oleh
iklan
tersebut.
meyesatkan,
baik
menyangkut
harga,
Sampai saat ini undang-undang yang
kegunaan, kondisi, jaminan/garansi, maupun
mengatur secara khusus mengenai periklanan
daya tarik potongan harga (discount) yang
belum ada. Namun ada beberapa undang-
belum
undang yang dalam ketentuannya ada yang
periklanan dimuat pula dalam Pasal 12, Pasal
Tanggung Jawab Pelaku Usaha Atas Iklan Yang Menyesatkan
385
tentu
benar.
Selain
itu
terkait
Netty Endrawati
PERSPEKTIF
Volume XII No.4 Tahun 2006 Edisi Oktober
13, Pasal 14, Pasal 15, Pasal 16, Pasal 17, dan
pelaku usaha telah tertuang dalam ketentuan
Pasal 20 UUPK.
UUPK.
Istilah “konsumen” telah diberikan
Bagi
konsumen yang
dirugikan
dapat mengajukan tuntutan pidana terhadap
penafsiran yang otentik, yaitu termuat dalam
pelaku
Pasal 1 angka 2 Undang – Undang No. 8
pengurusnya.
tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
usaha
(korporasi)
dan/atau
Pasal 20 UUPK menetapkan bahwa “
(UUPK), bahwa “Konsumen adalah setiap
Pelaku usaha periklanan bertanggung jawab
orang pemakai barang dan/atau jasa yang
atas iklan yang diproduksi dan segala akibat
tersedia
yang
dalam
masyarakat,
baik
bagi
ditimbulkan
oleh
iklan
tersebut”.
kepentingan diri sendiri, keluarga , orang lain
Berdasarkan ketentuan tersebut, jelas sekali
maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
bahwa pelaku usaha periklanan bertanggung
diperdagangkan”. Menurut Undang-Undang
jawab penuh atas isi materi dari suatu iklan
Perlindungan Konsumen maka menekankan
yang diproduksi dan diterbitkan.
“pemakai”
adalah
konsumen
terakhir.
usaha
periklanan
dapat
Pelaku dimintai
Dengan demikian yang dimaksudkan sebagai
pertanggungjawaban apabila terjadi suatu
konsumen tidak selalu harus memberikan
wanprestasi dan perbuatan melawan hukum
prestasinya dengan cara membayar uang
yang ditimbulkan sebagai akibat dari suatu
untuk membayar barang dan/atau jasa itu.
iklan yang diproduksinya.
Untuk itu tidak harus diperlukan kontraktual. Undang-Undang
Perlindungan
Dalam manajemen periklanan terdapat
Konsumen
hubungan
juga mendefinisikan perihal perlindungan
-
perlindungan kepada konsumen.
(biro iklan), dan
Produsen (pengiklan); pemilik anggaran untuk
Perlindungan hukum bagi konsumen terhadap
(pengiklan),
media sebagai berikut :
adanya kepastian hukum untuk memberi
terakhir)
produsen
perusahaan periklanan
konsumen yaitu segala upaya yang menjamin
(pemakai
antara
kampanye
periklanan
guna
mendukung program perusahaan.
pelanggaran
hukum yang dilakukan oleh korporasi sebagai
Tanggung Jawab Pelaku Usaha Atas Iklan Yang Menyesatkan
386
Netty Endrawati
PERSPEKTIF -
-
Volume XII No.4 Tahun 2006 Edisi Oktober
Perusahaan jasa periklanan (biro iklan);
kepada perusahaan periklanan termasuk
membantu
ikut
pengiklan
mengembangkan
memberi arah,
batasan dan
kreasi, mendesain iklan serta dalam hal
masukan pada pesan iklan sehingga
pembelian media, waktu dan ruang.
tidak terjadi janji yang berlebihan (over
Media ; membantu menyediakan ruang
claim) atas kemampuan nyata suatu
atau waktunya untuk digunakan oleh
produk .
pengiklan.
2) Perusahaan Periklanan atau Agency
Ketiga pihak yang terlibat dalam hubungan
Bertanggung jawab atas ketepatan unsur
tripartit ini masing-masing menggambarkan
persuasi
ptofesinya sendiri-sendiri.
pesan
Menurut Tata Krama dan Tata Cara
yang iklan
pemilihan
dimasukkannya melalui
dalam
pemilahan
informasi
yang
dan
diberikan
Periklanan Indonesia yang disempurnakan
pengiklan maupun dalam upaya menggali
(TKTCPI) , hubungan tripartit
dan mendayagunakan kreativitasnya.
diperluas,
hubungan antara unsur yang berkepentingan
3) Media Periklanan
dalam periklanan sebagai berikut :
Bertanggung
jawab
atas
iklan
a. pelaku periklanan dan pemerintah;
kesepadanan antara iklan yang disiarkan
b. pelaku periklanan dan konsumen;
dengan nilai-nilai sosial budaya dari
c. pengiklan
profil kalayak sesamanya.
dan
perusahaan
Dalam
periklanan.
melakukan
kerjasamanya,
ketiga pihak yang berkepentingan dalam Mengenai bobot tanggung jawab, masingmasing pihak
periklanan pada umumnya melakukan suatu
yang berkompeten dalam
perjanjian/kontrak secara tertulis, karena ini
penciptaan dan penyebaran pesan-pesan iklan
menyangkut
adalah sebagai berikut :
yang
1) Pengiklan Bertanggung
jawab
atas
kebenaran
beban
pertanggungjawaban
ditanggung
dan
di
samping
perjanjian/kontrak
juga
dapat
itu
digunakan
sebagai bukti dalam suatu peradilan apabila
informasi tentang produk yang diberikan
Tanggung Jawab Pelaku Usaha Atas Iklan Yang Menyesatkan
387
Netty Endrawati
PERSPEKTIF
Volume XII No.4 Tahun 2006 Edisi Oktober
ada konsumen yang menggugat atas suatu
2. Bobot, peran atau besarnya keterlibatan
iklan yang merugikan.
masing-masing pihak didasarkan pada
Pertanggung
jawaban
dapat
peringkat
atau
pemrakarsa
diberlakukan terhadap para pelaku periklanan
pelanggaran,
pelaksana
apabila dalam pembuatan atau produksi,
dan pembantu pelanggaran.
“otak”
pelanggaran
penerbitan atau penyebaran isi materi suatu
Jadi pada dasarnya ketiga komponen
iklan melanggar Tata krama dan Tata Cara
pelaku usaha periklanan dapat dituntut ke
Periklanan sehingga menyebabkan timbulnya
pengadilan
kerugian pada konsumen.
jawaban atas perbuatannya apabila ternyata
untuk
dimintai
pertanggung
tanggung
iklan yang dibuat merugikan konsumen
renteng dapat diberlakukan terhadap para
dengan alasan memberikan suatu informasi
pelaku
yang
Pertanggung
usaha
jawaban
periklanan
apabila
dalam
menyesatkan
dari
informasi
yang
pembuatan atau produksi, penerbitan atau
sebenarnya dari keadaan nyata suatu barang
penyebaran, isi materi suatu iklan melanggar
dan/atau jasa.
Tata Krama dan Tata Cara Periklanan,
PENUTUP
sehingga menyebabkan timbulnya kerugian
Pihak-pihak yang terkait dengan keberadaan
pada konsumen.
periklanan
adalah
meliputi
produsen
Tata Krama dan Tata Cara Periklanan
(pengiklan), perusahaan jasa periklanan (biro
Indonesia yang disempurnakan pada bab V
iklan), dan media. Jika pihak konsumen
sub
dirugikan
4
tentang
bobot
pelanggaran
karena
adanya
iklan
yang
menyesatkan, maka ketiga komponen pelaku
menyebutkan bahwa :
usaha periklanan tersebut dapat dimintai 1. Bobot pelanggaran tata krama dan tata cara secara
periklanan klausul
Indonesia dan
pertanggungjawaban.
ditentukan
dengan
Pasal
20
UUPK bahwa pelaku usaha periklanan dapat
melihat
dimintai pertanggungjawaban apabila terjadi
bobot, peran dari masing-masing pihak
suatu wanprestasi dan perbuatan melawan
yang terlibat.
Tanggung Jawab Pelaku Usaha Atas Iklan Yang Menyesatkan
Berdasar
hukum yang ditimbulkan sebagai akibat dari
388
Netty Endrawati
PERSPEKTIF suatu
iklan
Volume XII No.4 Tahun 2006 Edisi Oktober
yang
diproduksinya.
Maka
DAFTAR PUSTAKA
pertanggung jawaban tanggung renteng dapat
Frank Jefkins, Periklanan, Cetakan pertama, terjemahan Haris Munandar, Erlangga , Jakarta, 1996. Rhenal Kasali, Manajemen Periklanan; Konsep dan Aplikasi Di Indonesia, Pustaka Utama Grafiti, Cetakan ke II, Jakarta, 1995. Tams Djayakusumah, Periklanan, Armico, Bandung, 1982. Taufik H. Simatupang, Aspek Hukum Periklanan
diberlakukan terhadap para pelaku usaha periklanan apabila dalam pembuatan atau produksi, penerbitan atau penyebaran, isi materi suatu iklan melanggar Tata Krama dan Tata Cara Periklanan, sehingga menyebabkan timbulnya kerugian pada konsumen. Namun
dalam Perspektif Perlindungan Konsumen, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004.
adakalanya masing-masing pelaku usaha itu bertanggung
jawab
secara
pribadi
dan
Yusuf Shofie, Perlindungan Konsumen Dan Instrumen-Instrumen Hukumnya, Citra Adiyta Bakti, Bandung, 2000. Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
tergantung dengan bobot pelanggaran yang terkait dengan profesinya.
Tanggung Jawab Pelaku Usaha Atas Iklan Yang Menyesatkan
389
Netty Endrawati