Daftar Isi Redaksi
TAHUN BENCANA
KONTRIBUTOR
Adi Wibowo Staf Pengajar Departemen Geografi FMIPA UI
Tahun 2010 ini bisa diistilahkan sebagai “Tahun Bencana” jika mengingat kembali sebuah katastrofis di tahun ini, yaitu kejadian erupsi Gunungapi Merapi. Peningkatan aktivitas vulkanisme yang berujung pada kejadian erupsi tersebut berlangsung pada tanggal 26 Oktober hingga mencapai puncak letusan pada tanggal 5 November, yang ditandai dengan berbagai bahaya primer gunungapi seperti luncuran awan panas (pyroclastic flow), guguran kubah lava, serta hujan abu vulkanik (volcanis ashfall). Letusan tersebut dikategorikan sebagai letusan besar dengan indeks eksplosivitas mencapai 4 yang merupakan terbesar selama 10 tahun terakhir. Dampak letusan sangat luas dan mempengaruhi berbagai aspek seperti, ekonomi, pertanian, pariwisata,dll.
Iqbal Putut Ash Shidiq Asisten Dosen Departemen Geografi FMIPA UI Laju Gandharum Environmental Sustainable Development, National Central University (NCU), Taiwan Nurul Sri Rahatiningtyas Asisten Dosen Departemen Geografi FMIPA UI Taqyuddin Staf Pengajar Departemen Geografi FMIPA UI
Selain laporan khusus dari Merapi, edisi kali ini juga menyajikan informasi terkait beberapa kegiatan akademik yang dilakukan oleh Departemen Geografi antara lain, pertukaran pelajar dengan University of Malaya, pelatihan pengembangan transportasi sungai (bekerjasama dengan Direktorat LLSADP Kemenhub), pelatihan SIG (bekerjasama dengan PT. Astra Honda Motor), serta pelatihan pembacaan peta untuk para guru SMA. Tidak ketinggalan pula beberapa opini dari para kontributor yang mengangkat topik sejarah penamaan tempat (toponimi) serta informasi tips dan trik dalam pengolahan data GPS.
Triarko Nurlambang Ketua Pusat Penelitian Geografi Terapan FMIPA UI
Selamat membaca!
PENASEHAT - Dr. Rokhmatuloh
TEAM REDAKSI
3
I
Dokumentasi Kegiatan Pusat Penelitian Geografi Terapan
REDAKSI - Adi Wibowo, Iqbal Putut, Laju Gandharum, Ratri Candra, Weling Suseno. STAFF AHLI - Astrid Damayanti, Sugeng Wicahyadi, Supriatna, Triarko Nurlambang
10
I
Seminar Nasional Perubahan Iklim
12
I
Adakah TOPONYMY KOTA DEPOK yang menjadi “Cultural HERITAGE” atau
15
I
Memisahkan Nilai Derajat, Menit, dan Detik Koordinat Hasil Survai GPS
18
I
Map Asia 2010
ADMINISTRARSI - Ashadi Nobo
“The Intangible Cultural HERITAGE ?” ALAMAT REDAKSI - Gd. Departemen Geografi, FMIPA Universitas Indonesia, Kampus UI Depok Telp. (021) 7721 0658, 702 4405 Fax. (021) 7721 0659 Diterbitkan oleh: Forum Komunikasi Geografi Universitas Indonesia
Redaksi menerima artikel / opini / pendapat dan saran dari pembaca, utamanya yang berkaitan dengan masalah keruangan. Kirimkan tulisan ke alamat redaksi atau email dengan disertakan nama, alamat lengkap, nomor telepon serta Biografi.
Volume 8 / No. 3 / Desember 2010
KUNJUNGAN MAHASISWA
DOKUMENTASI KEGIATAN
UNIVERSITY OF MALAYA
PUSAT PENELITIAN GEOGRAFI TERAPAN
Oleh: Nurul Sri Rahaningtyas Pusat Penelitian Geografi Terapan Departemen Geografi, FMIPA UI
Bulan
Juni 2010, Departemen
Geografi FMIPA UI mendapat kunjungan mahasiswa dari Departemen Geografi University of Malaya Malaysia. Mereka berada di Indonesia selama kurang lebih 1 bulan. Pada kesempatan tersebut, mahasiswa Malaysia mendapat materi di kelas yang diberikan oleh para dosen dari Geografi UI. Selain itu, mereka juga melakukan kunjungan ke beberapa lokasi di Jawa Barat yang didampingi oleh beberapa dosen dan asisten dosen dari Geografi UI. Mahasiswa UM yang
berkunjung ke UI sebanyak 15 orang. Selain mendapatkan materi di kelas, mahasiswa UM juga melakukan kunjungan ke beberapa lokasi di Jawa Barat. Kunjungan tersebut dilakukan selama 3 hari 2 malam. Pada lokasi -lokasi yang dikunjungi, mereka mendapat penjelasan dari beberapa dosen Geografi UI yang ikut dalam kunjungan tersebut. Kunjungan di mulai dari Bendungan Jatiluhur. Di lokasi ini para peserta mendapat menjelasan mengenai kondisi hidrologi di Jawa Barat secara umum. Kunjungan dilanjutkan ke pusat kerajinan Plered. Di lokasi ini, peserta dapat melihat aktivitas masyarakat setempat dalam membuat kerajinan dari tanah liat. Kunjungan selanjutnya adalah kunjungan ke Tangkuban Perahu. Selain melihat pemandangan, di lokasi ini para peserta mendapat penjelasan mengenai kondisi geologinya. Pada hari pertama, rombongan menginap di Lembang. Setelah ada penjelasan sedikit mengenai kondisi Lembang dan sekitarnya, peserta rombongan beristirahat. Keesokan harinya, kunjungan dimulai dengan menikmati susu murni di Lembang. Selanjutnya, rombongan bergerak ke Kota
Bandung. Kunjungan pertama di Kota Bandung adalah ke Museum Geologi. Di museum ini, peserta mendapatkan berbagai informasi mengenai kondisi geologi secara umum dan juga kondisi geologi Indonesia. Sejak tiba di Bandung, para peserta sudah tidak sabar ingin segera berwisata belanja. Lokasi yang mereka pilih adalah Pasar Baru Bandung. Waktu 2 jam yang diberikan sepertinya tidak cukup bagi mereka untuk berbelanja di lokasi ini. Hampir seluruh peserta, pulang dengan membawa banyak barang belanjaan. Pada hari kedua ini, seluruh rombongan menginap di Kota Bandung. Keesokan harinya, rombongan melanjutkan perjalanan menuju perkebunan Malabar di Bandung selatan. Di perkebunan ini, rombongan mendapat kesempatan masuk ke dalam pabrik pengolahan daun teh, melihat langsung proses pemilihan daun teh, hingga proses mengecekan rasa teh yang diproduksi. Semua proses tersebut, dijelaskan dengan singkat oleh para petugas di sana. Kunjungan di Jawa Barat ini, diakhiri dengan acara makan malam di Puncak Pas. Dan selanjutnya rombongan kembali ke Depok.
Volume 8 / No. 3 / Desember 2010
Sebagai lembaga akademis yang selalu ingin meningkatkan mutu baik pengajaran, pembinaan, dan pengabdian kepada masyarakat, Departemen Geografi FMIPA UI dibawah unit riset dan penelitiannya secara berkala mengadakan berbagai kegiatan guna menunjang perkembangan keilmuan serta hubungan akademis dengan berbagai pihak terkait. Berkaitan dengan hal tersebut, pada tahun 2010 PPGT (Pusat Penelitian Geografi Terapan) sebagai unit riset dan penelitian Departemen Geografi FMIPA UI, telah melakukan berbagai kegiatan terutama dalam bentuk pelatihan yang bekerja sama dengan berbagai pihak. I.
termasuk pelatihan, yaitu University of Sydney, Australia. Adapun garis besar lingkup pelatihan adalah sebagai berikut: x Pelatihan lanjutan dan studi lapang, serta kunjungan kerja ke instansi transportasi di Australia. x Penjajakan kerja sama instansional antar negara mencakup antara lain pertukaran informasi, program kerja sama pilot project pengelolaan angkutan sungai di Indonesia. x Proses penyusunan laporan pelatihan dan kunjungan kerja.
Pelatihan Pengembangan Transportasi Sungai
Kegiatan pelatihan tersebut terselenggara hasil kerja sama antara Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (LLASDP) – Kementerian Perhubungan RI dengan Pusat Penelitian Geografi Terapan (PPGT), Departemen Geografi, FMIPA UI, dan mitra perguruan tinggi PPGT-UI di luar negeri dalam menyelenggarakan penelitian dan pendidikan
Volume 8 / No. 3 / Desember 2010
Adapun materi yang diberikan kepada peserta pelatihan tersebut berdasarkan kebutuhan yang menjadi dasar ataupun pendahuluan untuk mendapatkan materi pelatihan yang akan dilakukan di University of Sydney. Disamping itu para pengajar dari program pelatihan tersebut terdiri atas para ahli yang berpengalaman sesuai dengan kajian yang terdapat dalam materi pelatihan tersebut. Yang terdiri atas materi dasar hingga materi yang bersifat aplikatif, sehingga para peserta diharapkan dapat mengimplementasikan hasil dari program pelatihan tersebut pada saat kembali beraktifitas di kantor sesuai dengan tupoksi yang ada.
III. Strategic Environmental Assessment (SEA) for Mas-
ter Plan Study on Port Development and Logistic in Greater Jakarta Metropolitan Area
Pelatihan ini dirancang untuk meningkatkan kapasitas pengetahuan penyusunan kebijakan, perencanaan, program, dan rencana kegiatan pembangunan transportasi sungai, danau, dan penyeberangan dengan menggunakan perspekstif spatial. Sesuai dengan sifat dari kegiatan transportasi pada umumnya, pemanfaatan perspektif spatial sangatlah relevan dan signifikan dalam memahami permasalahan perkembangan pembangunan yang terkait dengan pembentukan pola dan struktur ruang suatu wilayah pembangunan, oleh adanya jaringan transportasi yang menghubungkan simpul-simpul pusat pembangunan.
Selanjutnya dengan pemahaman ini maka konsep yang akan dirumuskan sebagai kebijakan, perencanaan dan program akan menjadi lebih realistis sesuai dengan dinamikanya, khususnya dalam konteks pembangunan di suatu wilayah, baik pada tingkat nasional sampai dengan daerah secara konsisten dan berkesinambungan.
Kegiatan ini merupakan hasil kerja sama Pusat Penelitian Geografi Terapan (PPGT), Departemen Geografi FMIPA UI dengan Japan International Cooperation Agency (JICA). Dasar dari diadakannya kegiatan ini adalah UU Perlindungan Lingkungan dan Manajemen nomor 32/2009 PASAL 15, yang menyatakan bahwa setiap pengembangan sektor (dalam KebijakanRencana-Program) yang memiliki potensi besar berdampak pada lingkungan, harus melakukan SEA (Penilaian Lingkungan Strategis). Salah satu bentuk dari kegiatan ini adalah Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan oleh JICA untuk membahas dampak-dampak yang timbul dalam pengembangan pelabuhan di bagian utara Jawa Barat, (termasuk Provinsi Banten, DKI Jakarta. Hasil FGD ini akan menjadi bagian dari pertimbangan rekomendasi studi SEA dan Master Plan. Beberapa tujuan dari kegiatan ini, antara lain: x
Menjelaskan alternatif kargo terminal untuk mengatasi kelebihan beban atau spill-over kapasitas Pelabuhan Tangjung Priok pada jasa penanganan kargo.
x
Membahas konsekuensi alternatif tersebut dilihat dari aspek lingkungan, serta aspek sosial dan ekonomi.
x
Membahas isu-isu kunci dan isu yang mencuat untuk dipertimbangkan selama dan setelah pengembangan terminal baru kargo.
II. Pelatihan Sistem Informasi Geografis Pelatihan Sistem Informasi Geografis tingkat dasar terselenggara berkat kerja sama Pusat Penelitian Geografi Terapan (PPGT), Departemen Geografi FMIPA UI dengan PT. ASTRA Honda Motor. Pelatihan dilaksanakan di gedung Departemen Geografi FMIPA UI, pada tanggal 22 hingga 26 November 2010, dengan jumlah peserta sebanyak lima orang. Tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan tersebut, antara lain: x
Melatih peserta agar mampu melakukan pembangunan basis data SIG, untuk mempersiapkan datadata masukan dan merencanakan informasi keluaran, merancang basis data, mengimplementasikan basis data, melakukan analisis-analisis (menjawab queries) yang diperlukan, dan kemudian menyajikan hasil-hasil akhirnya.
x
Melatih peserta agar mampu merancang dan mengimplementasikan SIG hingga menjadi sebuah sistem yang terotomasikan sedemikan rupa sehingga membentuk suatu aplikasi (berikut interface manusia-masin yang efektif, efisien, dan menarik) yang tersusun dengan rapi.
FGD ini diikuti oleh para pihak, antara lain Pemerintah Pusat/daerah, NGO, Asosiasi, Akedemisi dan partisipan lain. Kegiatan ini diselenggarakan di Universitas Indonesia, Salemba pada tanggal 22 Oktober 2010. Dalam FGD kali ini, menddapatkan pembahasan terkait: a. Perijinan pembangunan Pelabuhan b. Isu Perencanaan Tata Ruang c. Isu Lingkungan dan sumber daya alam d. Isu-isu ekonomi e. Permasalahan Sosial f. Mitigasi dan adaptasi Secara keseluruhan, para pihak menyetujui rencana
Volume 8 / No. 3 / Desember 2010
Volume 8 / No. 3 / Desember 2010
perluasan Pelabuhan Tanjung Priok. Ada dua pilihan Lokasi, pertama di Kalibaru dan kedua adalah di Cilamaya. Kedua lokasi perlu diteliti lebih lanjut tingkat daya dukungnya, dampak sosial-ekonomi, mitigasi dan adaptasi, manajemen operasional serta kelayakan pendanaannya.
BENCANA ALAM
ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI
SEBUAH KATASTROFIS DI TAHUN 2010 Salah
satu gunungapi aktif di
Indonesia adalah Gunungapi Merapi yang berlokasi di Kabupaten Sleman, Provinsi D.I. Yogyakarta. Gunung Merapi mempunyai ketinggian sekitar 2986 mdpl dan merupakan gunungapi tipe andesit-basaltik (BPPTK, 2006). Berbeda dengan klasifikasi tipe erupsi lainnya, Merapi memiliki karakteristik letusan tersendiri terkait dengan aktivitas dan material yang dikeluarkan pada saat terjadinya erupsi. Beberapa ahli mengkategorikan Merapi dalam tipe letusan tersendiri, yakni “Tipe Merapi”. Pada tahun 1933, Escher menjelaskan karakteristik erupsi Merapi dengan lavanya yang cairkental, dapur magma yang relatif dangkal, dan tekanan gas yang agak rendah (Alzwar, dkk., 1988). Aktivitas Merapi juga m e m p e r l i h a t k a n perkembangannya sebagai suatu gunungapi Strato yang bersifat andesitik (andesitic stratovolcano), dengan variasi letusan baik efusif maupun eksplosif (Camus, et. al., 2000).
Aktivitas vulkanisme Merapi berlangsung dalam periode waktu yang sangat panjang hingga sampai pada kondisinya saat ini. Hasil penelitian stratigrafi menunjukkan sejarah terbentuknya Merapi yang sangat kompleks. Berthommier pada tahun 1990 (BPPTK, tt) membagi sejarah Merapi menjadi empat periode, yaitu:
terlihat melalui proses yang panjang sejak dimulai dengan pembentukan kubah lava, guguran lava pijar dan awan panas (BPPTK, tt).
x Pra Merapi yang berlangsung pada + 400.000 tahun yang lalu. x Merapi Tua yang berlangsung pada 60.000 – 80.000 tahun yang lalu. x Merapi Pertengahan yang berlangsung pada 8.000 – 2.000 tahun yang lalu. x Merapi Baru yang yang terbentuk pada 2.000 tahun yang lalu hingga sekarang. Tipe erupsi Gunungapi Merapi dapat dikategorikan sebagai tipe Vulkanian lemah. Tipe lain seperti Plinian merupakan tipe vulkanian dengan daya letusan yang sangat kuat. Erupsi Merapi tidak begitu eksplosif namun demikian aliran piroklastik hampir selalu terjadi pada setiap erupsinya. Secara visual aktivitas erupsi Merapi
Volume 8 / No. 3 / Desember 2010
Pada Oktober – November 2010 yang lalu terjadi peningkatan aktivitas vulkanisme Gunungapi Merapi yang berpuncak pada kejadian erupsi. Erupsi pertama terjadi pada tanggal 26 Oktober 2010 pukul 17.00 WIB. Ditandai dengan peningkatan aktivitas gempa vulkanik, yang diikuti dengan luncuran awan panas disertai lontaran proyektil (berupa batu dan blok vulkanik) dan aliran lava pijar (Dharoko, et al., 2011). Puncak kejadian erupsi tercatat pada tanggal 5 November 2010. Kondisi tersebut ditandai dengan suara gemuruh di daerah sekitar Merapi, serta hujan kerikil dan abu yang mencapai bagian selatan Provinsi D.I. Yogyakarta. Erupsi Merapi eksplosif tahun 2010 menghancurkan sebagian besar kubah lava dan membentuk kawah baru berdiameter 400 meter, membuka ke arah selatan yaitu alur Kali Gendol. Erupsi eksplosif tersebut menimbulkan kolom letusan setinggi sembilan kilometer. Bahaya primer gunungapi seperti aliran piroklastik (awan panas) dan guguran abu vulkanik mengarah ke bagian selatan dan tenggara terutama aliran Kali Gendol (Sayudi, 2010). Lahar juga terjadi sebagai bahaya sekunder gunungapi, dengan dominasi aliran mengarah melewati aliran sungai seperti Kali Gendol, Kali Opak, Kali Kuning, dan Kali Putih.
Letusan tersebut tergolong letusan yang besar sejak yang terakhir pada tahun 1872, dengan indeks letusan VEI (Volcanic Explosivity Index) mencapai 4. Volume material yang dikeluarkan selama erupsi mencapai 130 juta m3. Sebaran awan panas dan debu vulkanik melewati batas Kawasan Rawan Bencana yang telah ditetapkan oleh PVMBG. Kondisi tersebut menyebabkan sejumlah kerusakan dan kerugian. Jumlah korban meninggal mencapai 198 jiwa, kerusakan bangunan dan infrastruktur pada beberapa desa seperti Umbulharjo, Glagaharjo, Kepuharjo, dan Argomulyo (Sayudi, 2010). Karakteristik dampak erupsi Awan panas secara berkala terjadi pada periode 26 Oktober hingga 5 November 2010. Berdasarkan analisis laporan dan pemberitaan kejadian erupsi serta pengamatan lapang, aliran piroklastik (awan panas) terjadi pada tanggal 26 dan 28 Oktober serta pada tanggal 2, 4, dan 5 November 2010. Berdasarkan hasil interpretasi citra periode sebelum dan sesudah erupsi 2010, diketahui luasan daerah yang terkena dampak awan panas mencapai 8945,38 hektar. Dengan luasan tersebut, awan panas telah menjangkau ke segala penjuru dengan dominasi aliran menuju ke bagian tenggara melewati DAS Gendol dan DAS Opak. Wilayah jangkauan awan panas arah tenggara tersebut mencapai jarak 15 kilometer dari puncak Merapi, melewati 49 dusun dan lima desa, yaitu Desa Argomulyo, Desa Glagaharjo, Desa Kepuharjo, Desa Sindumartani, dan Desa Wukirsari.
Banjir lahar terjadi sebagai salah satu bentuk bahaya sekunder gunungapi. Material vulkanik yang bersifat lepas dapat dengan mudah terbawa oleh air. Banjir lahar dapat terjadi akibat hujan deras yang turun pada daerah yang tertutup oleh material vulkanik. Berdasarkan analisis laporan dan pemberitaan erupsi Merapi serta wawancara terhadap responden, banjir lahar mulai terjadi pada tanggal 4 November 2010. Aliran lahar tersebut terjadi pada empat sungai yang berhulu di Merapi, yakni Kali Gendol, Kali Opak, Kali Kuning, dan Kali Boyong. Dugaan tersebut diperkuat dengan tren kejadian hujan yang terjadi di kawasan lereng Merapi. Data jumlah curah hujan 15 harian selama 20 tahun (1983-2003), yang diperoleh dari enam stasiun hujan yang berlokasi di kawan lereng Merapi bagian atas dan tengah (Banjarharjo, Bronggang, Cangkringan, Kemput, Ngipiksari, dan Pakem), memperlihatkan bulan basah yang mulai terjadi pada awal bulan November dan berakhir pada bulan April.
Berbeda dengan sebaran awan panas, dampak abu vulkanik mempunyai wilayah jangkauan yang lebih luas. Jangkauan sebaran abu vulkanik mencapai radius 33 kilometer dengan dominasi sebaran berada di bagian barat daya lereng Merapi (Peta Sebaran Abu Vulkanik BPPTK, 2011).
Volume 8 / No. 3 / Desember 2010
Kejadian banjir lahar berdampak besar pada wilayah desa yang dilewati oleh Kali Putih dan Kali Pabelan di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Banjir lahar juga cukup besar berdampak di daerah sepanjang aliran Kali Gendol, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Diketahui
Volume 8 / No. 3 / Desember 2010
luas area yang terdampak oleh banjir lahar pada DAS Gendol secara keseluruhan adalah sebesar 678,98 hektar. Banjir lahar terjadi di sepanjang bantaran kali mulai dari bagian hulu hingga hilir Kali Gendol. Aliran lahar melewati lima desa serta 40 dusun. Rata-rata luapan banjir lahar dari bantaran sungai mencapai 287 meter di lereng bagian atas, 307 meter di lereng bagian tengah, 200 meter di lereng bagian bawah, dan 200 meter di bagian lereng kaki. IPA
EVENT:
SEMINAR NASIONAL PERUBAHAN IKLIM UNIVERSITAS GADJAH MADA, YOGYAKARTA Seminar
nasional yang secara khusus mengangkat
topik perubahan iklim dan secara spesifik mengkaji usaha-usaha mitigasi dan strategi adaptasi yang dapat dilakukan dari perspektif multidisiplin, diselenggarakan pada tanggal 13 Oktober 2010 di Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Acara dibuka dengan sambutan oleh Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB, Ir. Sugeng Triutomo, DESS, yang menyampaikan bahwa perubahan iklim merupakan tantangan multidisiplin paling serius, kompleks dan dilematis yang dihadapi umat manusia pada awal abad ke-21, bahkan diperkirakan hingga abad ke-22. Ditegaskannya seberapa besar dan sekuat apapun kemampuan suatu bangsa, tidak akan ada yang sanggup mengatasi sendiri tantangan perubahan iklim dan pemanasan global, yang tentunya terkait erat dengan perilaku dan gaya hidup manusia, keputusan politik, pola pembangunan, pilihan teknologi, kondisi sosial ekonomi dan kesepakatan internasional.
"Hingga September 2010 catatan data bencana BNPB untuk kejadian banjir sebanyak 196 kali. Angka ini tentu mengalami kenaikan karena rata-rata hanya terjadi 150 kali per tahun. Hal ini jelas menunjukkan terjadi perubahan iklim yang disertai dengan perubahan sifat hujannya," tambahnya. Hasil studi A Climate Change Vulnerability Mapping for Southeast Asia yang dilakukan Economy and Environment Program for Southeast Asia (EEPSEA), Indonesia sangat rentan terhadap perubahan iklim. Kerentanan ini diukur dari tingkat tampilan (exposure), sensitivitas dan kemampuan beradaptasi. Bahkan dari hasil kajian menunjukkan 7 kabupaten/kota di Indonesia menduduki 10 besar kota paling rentan terhadap perubahan iklim.
Peluang Penelitian Sebagai salah satu panelis dalam seminar tersebut Dr. Andi Eka Sakya, M.Eng. memaparkan peluang melakukan penelitian dari sudut pandang meteorologi dan klimatologi, untuk mendukung proses mitigasi dan adaptasi. Dalam paparannya beliau menjelaskan potensi yang dimiliki Indonesia untuk mendukung terciptannya penelitian-penelitian terkait perubahan iklim dan usaha mitigasi dan adaptasinya, seperti kondisi geografis, unsur strategis informasi meteorologi dan klimatologi, dan potensi dukungan terhadap keberhasilan pembangunan nasional dan kesejahteraan bangsa. Lebih jauh dalam paparannya yang berjudul “Peluang Penelitian dan Pengembangan dalam Perspektif Kecuacaan dan Keikliman Untuk Mendukung Proses Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim”, beliau menjelaskan beberapa permsalahan yang berpotensi untuk diteliti, antara lain: x
Model konsentrasi CO2
x
Pemanasan global, Ice Core, mempelajari yang sudah terjadi untuk mengungkap/prediksi perubahan suhu di masa datang
x
Asuransi indeks cuaca (AICI)
IPA
Seminar nasional ini diikuti oleh 244 peserta dengan melibatkan 86 pemakalah yang dibagi menjadi tiga panel, yaitu: x
Pemahaman perubahan iklim (konsep, pendekatan kajian, paradigma, dan isu dampak)
x
Kearifan lokal dan kerentanan masyarakat pesisir terhadap bencana alam dan perubahan iklim dari aspek kajian sosial, budaya, dan agama
x
Kebijakan adaptasi perubahan iklim: livelihoods and public infrastructure
Seminar nasional ini dibuka dengan menghadirkan tiga pembicara sebagai keynote speaker, yaitu Dr. Andi Eka Sakya, M.Eng (Sekretaris Utama Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika), Dr. Sugiarta Wirasantosa (LIPI) dan Ir. Sugeng Triutomo, DESS (Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB).
Volume 8 / No. 3 / Desember 2010
Volume 8 / No. 3 / Desember 2010
x
ADAKAHTOPONYMYKOTADEPOK yangmenjadi“CulturalHERITAGE”atau
“TheIntangibleCulturalHERITAGE?” Oleh: Taqyuddin (Departemen Geografi FMIPA UI) Judul di atas memang terlalu berle-
6. Kecamatan Limo meliputi wilayah kerja: Kelurahan
bihan untuk kota Depok? Tetapi setidaknya pertanyaan itu di tujukan kepada pemerintah, masyarakat, di Bagian wilayah Indonesia yang lain tentunya ada yang dapat diidentifikasi sebagai the Intangible Cultural Heritage atau Cultural Heritage.
Limo, Kelurahan Meruyung, Kelurahan Grogol, dan Kelurahan Krukut.
Pertanyaan sebagi
7. Kecamatan Cinere meliputi wilayah kerja: Kerurahan Cinere, Kelurahan Gandul, Kelurahan Pangkal Jati Lama, dan Kelurahan Pangkal Jati Baru.
8. Kecamatan Cimanggis meliputi wilayah kerja: KeluPermasalahannya:
rahan Cisalak Pasar, Kelurahan Mekarsari, Kelurahan Tugu, Kelurahan Pasir Gunung Selatan, Kelurahan Harjamukti, dan Kelurahan Curug.
di mana bagian wilayah itu, di Indonesia? sudah adakah penelitian tentang itu?
9. Kecamatan Tapos meliputi wilayah kerja: KeluraPada catatan kali ini mengangkat Studi kasus Toponimi Kecamatan dan Kelurahan yang ada di Kota Depok Jawa Barat sampai tahun 2010. Hasil yang sudah dipetakan: Berdasar data sekunder Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2007 sebagai berikut:
han Tapos, Kelurahan Leuwinanggung, Kelurahan Sukatani, Kelurahan Sukamaju Baru, Kelurahan Jatijajar, Kelurahan Cilangkap, dan Kelurahan Cimpaeun.
10. Kecamatan Sawangan meliputi wilayah kerja: Kelurahan Sawangan, Kelurahan Kedaung, Kelurahan Cinangka, Kelurahan Sawangan Baru, Kelurahan Bedahan, Kelurahan Pengasinan, dan Kelurahan Pasir Putih.
1. Kecamatan Beji meliputi wilayah kerja: Kelurahan Beji, Kelurahan Beji Timur, Kelurahan Kemiri Muka, Kelurahan Pondok Cina, Kelurahan Kukusan, dan Kelurahan Tanah Baru.
2. Kecamatan Pancoran Mas meliputi wilayah kerja:
11. Kecamatan Bojongsari meliputi wilayah kerja: Kelurahan Bojongsari, Kelurahan Bojongsari Baru, Kelurahan Serua, Kelurahan Pondok Petir, Kelurahan Curug, Kelurahan Duren Mekar, dan Kelurahan Duren Seribu.
Kelurahan Pancoran Mas, Kelurahan Depok, Kelurahan Depok Jaya, Kelurahan Rangkapan Jaya, Kelurahan Rangkap Jaya Baru, dan Kelurahan Mampang.
3. Kecamatan Cipayung meliputi wilayah kerja: Kelurahan Cipayung, Kelurahan Cipayung Jaya, Kelurahan Ratu Jaya, Kelurahan Bojong Pondok Terong, dan Kelurahan Pondok Jaya.
4. Kecamatan Sukmajaya meliputi wilayah kerja: Kelurahan Sukmajaya, Kelurahan Mekarjaya, Kelurahan Baktijaya, Kelurahan Abadijaya, Kelurahan Tirtajaya, dan Kelurahan Cisalak.
5. Kecamatan Cilodong meliputi wilayah kerja: Kelu-
Dari 11 nama kecamatan dan 63 nama kelurahan, dibuatlah Peta Isogloss Hasil (dengan asumsi kajian belum mendalam): x
Pilihan Penamaan Berdasar Penamaan Lokal (Demonymy): Nama Kecamatan: Beji (nama orang Buyut Beji dari Banten), Pancoran Mas (Situs Pancuran berkepala Emas, kemudian di ganti Kuningan pada jaman Jepang dan sekarang sudah tidak ada), Rangkapan Jaya (dasar penamaan belum diketahui), Cipayung (Nama Sungai (tetapi apa yang dimaksud dengan payung belum diketahui), Sukmajaya (nama orang Raden Sukma Jaya), Cilodong (nama sungai dan Lodong dari bahasa Sunda yang artinya Bambu), Cimanggis (nama sungai dalam bahas Sunda yang bercirikan pohon buah manggis), Tapos (nama pohon dalam bahasa latin), Limo (lima dalam bahasa Indonesia atau pelafalan Limau dalam bahasa Betawi), Cinere (sepintas seperti nama sungai dalam bahasa Sunda, tetapi ada sumber yang menyatakan bahwa nama tersebut merupakan akronim dari kata cina dan kere (bahasa Jawa) yang artinya tempat etnis tionghoa miskin), Sawangan (bahasa Jawa untuk penyebutan suatu tempat di ketinggian dari daerah sekitarnya untuk memandang, memantau), Bojongsari (dalam bahas sunda yang maksudnya suatu tempat untuk sari/ bibit/inti).
Gambar 1. Nama kelurahan yang dominan penggunaan kata jamak
Gambar 2. Penamaan berdasarkan ethnonymy (2)
Untuk nama-nama kelurahan di buat isogloss atas dasar: 1. Nama Kelurahan atas dasar Penamaan Lokal (berbahasa Betawi) diantaranya: Krukut, Limo 2. Nama kelurahan yang Dominan penggunaan kata Jamak yang terdiri dari 2 kata (35 kelurahan) 3. Pilihan Penamaan Berdasar Ethnonymy: Masyarakat Kota Depok lebih banyak memberikan nama Kelurahan atas dasar fenomena fisik geografis (28,6 %), atas dasar biodiversiti khususnya Flora (22,2 %), atas dasar fenomena sosial (23,8 %). Data: 18 Kelurahan (FG), 14 Kelurahan (Flora), 15 Kelurahan (Sosial),16 Kelurahan (Lain-lain).
Gambar 3. Penamaan berdasarkan ethnonymy (2)
Pilihan Penamaan Berdasar Asal-Usul Bahasa (Ethymologi): Dominan Indonesia
penggunaan
bahasa
Sunda
dan
rahan Sukamaju, Kelurahan Cilodong, Kelurahan Kalibaru, Kelurahan Kalimulya, dan Kelurahan Jatimulya.
Volume 8 / No. 3 / Desember 2010
Gambar 4. Nama kelurahan atas dasar penamaan lokal
Gambar 5. Penamaan berdasarkan ethnonymy (3)
Explanasi (menyusul) atas dasar tinjauan : 1. Filologi (Prasasti, Naskah, Tradisi Lisan). Memerlukan penggalian kajian lebih dalam. 2.
3.
Arkeologis (Bukti Artefaktual) Bukti-bukti arkeologis: x
Naskah (Sunda Kuno).
x
Tradisi Lisan (Kuncen: Sumur 7, Sumur Bandung, Sumur Pancoran, Sumur Gondang.
x
Makam Islam: Siti Gamparan, Ratu Maemunah (Ratu Anti/istri Raden Pakpak, Bojonggede), Buyut Beji, Raden Sungging (pondok Terong), Raden Uyut Tempang dll.
x
Peninggalan Kolonial di kawasan Depok Lama sekarang (Gereja, sekolah, Pastoran, Kerkhof dll).
Geografis (Pola-pola Keruangan). Dari persebaran menurut kategori yang dipakai untuk pengujian pada kenyataan secara umum indikasinya yaitu: nama-nama tempat yang terkait dengan fenomena hidrologis secara keruangan berdekatan atau ada sungai, di sekitarnya, bisa dikatakan sebagai bentuk keterikutan penamaan tempat (berasosiasi dengan sungai yang ada). Penggunaan nama flora secara analogi di daerah lain menunjukkan dominasi asal flora (12-13 Jenis) di tempat tersebut (perlu pembuktian survey dominasi tumbuhan lebih lanjut), misal: Kokosan (sejenis duku), Pinang (Jambe Siji akronim Beji (dari bahasa Jawa)?)), Manggis, Salak, Kemiri, Durian, Nangka, Tapos, Jati, Terong, Bambu (Lodong), Limau(?) dan Kedaung (Kedawung). Secara keruangan belum dapat diungkapkan pola keruangnnya. Berdasar sosial ada bagian tempat di Kota Depok yang menunjukkan pengelompokan nama kelurahan atas dasar fenomena sosial di kecamatan Sukma Jaya, sementara Nama Kecamatan sukma Jaya sendiri atas dasar penghargaan atas Jasa Raden Sukma Jaya dan kelurahan di sekitarnya mengindikasikan keragaman penamaan sosial; Ratu Jaya (Ratu Maimunah), Beji (Buyut Beji dari Banten), dan nama-nama kelurahan yang kata akhirnya Jaya, Mulya. Disinyalir disinilah asal muasal Padepokan (dan ada yang menafsirkan patapaan), sebelum masa kolonial.
Kesimpulan Nama-nama Kecamatan dan Kelurahan di Kota Depok ini sampai tahun 2010 merupakan warisan budaya (Cultural Heritage) produk sosial masyarakat kota Depok, baik yang memiliki nilai Lokal (penamaan dengan bahasa Betawi) maupun yang memiliki nilai Regional (penamaan berbahasa Banten, Jawa, Sunda), Nasional (penamaan B ahasa Indonesia), serta Internasional (penamaan dengan menggunakan bahasa Sanskerta, Latin; misal Tapos). Dari pengidentifikasian bahasa setidaknya ada tujuh asal bahasa yang digunakan sebagai bahan penamaan Kecamatan maupun Kelurahan di Kota Depok dan jika dipaksakan ditambah satu bahasa lagi yaitu Bahasa Belanda untuk Akronim nama Depok sendiri (masa kolonial). Dari sisi pembentukan kata untuk memberi nama kecamatan atau kelurahan, masyarakat Depok lebih banyak terbukti menggunakan nama-nama yang tersusun dari banyak kata (bentuk Jamak) dibandingkan nama-nama dengan kata tunggal. Dan ciri yang lain yaitu tradisi penamaan kecamatan dan kelurahan di Kota Depok lebih banyak menyukai nama-nama berdasar fenomena fisik geografis (N Natural, Abiotik) dibandingkan penamaan atas dasar biodiversitas (flora, maupun atas dasar fenomena sosial. Penutup Demikian, sekedar contoh untuk dapat dikembangkan dalam penelitian Toponimi di Indonesia. Adapun yang masih menjadi pemikiran yaitu penamaan kelurahan yang belum jelas (ethymologi, demonymy, ethnonymy) diantaranya, yaitu: Rangkapan, Ci”mpauen”, Limo (5 dalam bahasa Indonesia, Limo dalam bahasa Jawa, atau Limau (sejenis pohon Jeruk yang disebut Limo oleh masyarakat berbahasa Betawi), Maruyung, Ci- Langkap, Sarua.
Referensi:
x
Peraturan Daerah Kota Depok, Nomor 08 Tahun 2007 tentang Urusan Pemerintahan Wajib dan Pilihan yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kota Depok.
x
Timadar, Rian. 2008. Persebaran Data Arkeologi di Depok Abad 17—19 M. Sebagai Kajian Awal Rekontruksi Sejarah Permukiman Depok. Sekripsi Arkeologi. FIB-UI
Volume 8 / No. 3 / Desember 2010
MEMISAHKAN NILAI DERAJAT, MENIT, DAN DETIK KOORDINAT HASIL SURVAI GPS EKSTRAKSI BEBERAPA KARAKTER DARI KUMPULAN KARAKTER DI MS ACCESS Oleh: Laju Gandharum
Data mentah dalam GIS kadang kala berupa TEXT file. Misalnya saja data dari hasil survai GPS yang karena keterbatasan opsi konversi mau tidak mau datanya hanya bisa dikonversi ke Text file. Data Text file GPS ini utamanya berisi informasi posisi geografis lintang, bujur dan atribut lainnya. Contoh tabel sederhana hasil survai GPS tertera di bawah ini. Contoh ini merupakan hasil impor file survey GPS dalam *.txt ke Tabel di MS Access. Di text file tersebut posisi lintang maupun bujur tertulis dalam satuan Derajat, Menit dan Detik yang berada dalam satu kolom. Jika seperti ini, artinya data tersebut tidak bisa langsung diplot ke peta disoftware GIS. Untuk bisa diplot ke peta, kolom lintang dan bujur tersebut harus dirubah ke Decimal Degree (satuan derajat desimal). Misalnya nilai Bujur yang tertulis 1060 30’ 00” mesti ditulis menjadi 106,5 (atau 106.5), nilai tersebut didapat dari perhitungan 106 + (30/60) + (0/3600) = 106.5 Untuk menjadikan kolom Lintang (seperti tertera pada tabel di atas) menjadi bersatuan derajat desimal, maka hal yang perlu dilakukan adalah memisahkan satuan Derajat, Menit, dan Detik yang berada dalam SATU kolom menjadi TIGA kolom. Pemisahan ini bisa dilakukan mudah di MS Access (contoh di sini menggunakan MS Access 2003) dengan melalui perintah LEFT, MID dan RIGHT pada bagian Query Design. Fungsi dari ketiga perintah tersebut pada intinya adalah mengekstrak (mengambil sebagian) karakter dari satu kata ataupun kumpulan kata. Misalnya kata LAJUNG (jumlahnya 6 karakter), dengan menjalankan perintah LEFT(2) maka perintah tersebut akan mengekstrak 2 karakter pertama dari kiri sehingga menghasilkan LA. Sedang Perintah MID untuk mengekstrak karakter yang berada di tengah kumpulan karakter, dan RIGHT di sebelah kanan.
Volume 8 / No. 3 / Desember 2010
Langkah-langkah pelaksanaan ekstraksi nilai Derajat, Menit dan Detik dari kolom tunggal koordinat lintang dan bujur adalah sebagai berikut. 1. Buka MS Access, buat blank database baru (*.mdb) 2. Import file *.txt ke Table, misal menjadi tbl_survai 3. Buat query baru dengan opsi Design View, 4. Tambahkan (add) tabel tbl_survai ke desain query yang baru dibuat, lalu drag dan drop masingmasing nama Field dalam list ke kolom pertama hingga ke tiga sehingga tampilannya seperti di bawah ini (abaikan dahulu kolom ke-4 dan setelahnya) 5. Untuk mengekstrak nilai Derajat lintang, x Klik kanan sel kosong pada baris pertama kolom ke-4, lalu pilih menu ’Build’ , sesaat setelah itu kotak ’Expression Builder’ akan muncul. x Pada kotak ’Expression Builder’ klik ’Functions > Build-In Functions’ dari daftar pada kolom pertama, lalu pada kolom ke-2 klik ’Text’, dan klik ganda ’Left ’ pada kolom ke-3. x Hasil klik ganda Left akan memunculkan text -> Left («stringexpr», «n») di bagian kotak kosong. Ganti «stringexpr» dengan nama Field yang akan diekstrak, ganti «n» dengan jumlah karakter yang akan diekstrak dari sebelah kiri, sehingga menjadi Lintang_Dr : Left([Lintang],2)
MAP ASIA 2010
Kuala Lumpur, Malaysia
Oleh: Nurul Sri Rahatiningtyas
M ap
6.
Untuk mengekstrak nilai Menit lintang, x Klik kanan sel kosong pada baris pertama kolom ke-5, lalu pilih menu ’Build’ x Mirip dengan langkah sebelumnya, pada kolom ke-4 klik ganda ’Mid’ x Hasil klik ganda Mid akan memunculkan text -> Mid («stringexpr», «start», «length») di bagian kotak kosong, dimana «stringexpr» adalah nama Field yang akan diekstrak, «start» adalah karakter kesekian dari kiri sedang «n» adalah jumlah karakter yang akan diekstrak dari karakter kesekian (mengacu pada nilai start).
7.
x Ganti Mid («stringexpr», «start», «length») dengan text Lintang_Mn : Mid ([Lintang], 4, 2) Untuk mengekstrak nilai Detik lintang, x Klik kanan sel kosong pada baris pertama kolom ke-6, lalu pilih menu ’Build’ x Mirip dengan langkah sebelumnya, pada kolom ke-3 klik ganda ‘Right’ x Hasil klik ganda Mid akan memunculkan text -> Right («stringexpr», «n») di bagian kotak kosong, dimana «stringexpr» adalah nama Field yang akan diekstrak, sedang «n» adalah jumlah karakter yang akan diekstrak dari bagian kanan.
8.
9. Setelah kolom ke-4 hingga ke-7 lengkap terisi, simpan tampilan query design dengan nama ’Query2’ dengan cara menekan tombol ‘Save’. 10. Tampilkan hasil query design dengan menekan tombol ‘View’ atau bisa melalui menu ‘View’ lalu klik ‘Dataset View’. Hasil tersebut akan nampak seperti di bawah ini
x Ganti Right («stringexpr», «n») dengan text Lintang_Dt : Right([Lintang],6) Jadikan 3 kolom di atas (Derajat, Menit, Dtetik) menjadi 1 kolom bersatuan decimal degree, langkahnya: x
Klik kanan sel kosong pada baris pertama kolom ke-7, lalu pilih menu ’Build’
x
Isi kolom ini dengan text Lintang_DD : [Lintang_Dr] – ([Lintang_Mn]/60) – ([Lintang_Dt/3600]), sebagai catatan bahwa Nilai negatif ( – ) pada penjumlahan diberikan karena satuan Derajatnya lintangnya negatif, jika positif beri tanda plus ( + )
Asia
bertujuan
untuk
berbagi informasi mengenai hasil penelitian dan perkembangan teknologi di Asia khususnya di bidang geospatial. Map Asia merupakan kegiatan internasional yang didirikan pertama kali pada tahun 2002. Map Asia adalah konferensi internasional tahunan dan pameran geospasial, teknologi informasi dan aplikasi terbesar di Asia dan menawarkan merek yang unik, jaringan dan kesempatan pemasaran untuk industri geospasial lokal dan internasional.
dengan survey dan pemetaan dari perusahaan terkait maupun institusi pemerintah yang berkaitan dengan hal tersebut. Beberapa perusahaan yang ikut dalam pameran adalah GeoInformatics and Space Technology Development Agency (GISTDA); AAM; Bentley; CHC (Shanghai HuaCe Navigation Technology Ltd); Credent; DigitalGlobe; DDSB Technologies; fugro, dan ESRI. Pada kesempatan kali ini, Departemen Geografi FMIPA UI mengirimkan tiga paper, yaitu : x
11. Lakukan hal yang sama untuk kolom Bujur. 12. Jika hasil perhitungan sudah benar sehingga memperoleh kolom Lintang dan Bujur dalam satuan decimal degree, simpan hasil Query2 ke dalam sebuah tabel. x Kembalikan tampilan ke Query Design x Pilih menu ’Query’ -> ’Make-Table query’ x Pada kolom kosong, isi nama table dengan nama tbl_survai_DD, lalu klik OK x Melalui menu ‘Query’ klik menu Run, dan OK. x Tabel tbl_survai_DD pun telah terbentuk (muncul pada daftar tabel) 13. Tabel ini untuk kemudian siap diexport ke format lain (mis: dbf, csv, txt) sebagai inputan software GIS (mis: ArcGIS). Jika menggunakan ArcGIS proses export tidak perlu dilakukan, file *.mdb bisa dipanggil di ArcGIS. Di ArcGIS kolom hasil perhitungan akhir baik Lintang maupun Bujur (dua kolom) ini lah yang menjadi referensi untuk diplot ke peta dengan mengunakan fasilitas add event theme.
Volume 8 / No. 3 / Desember 2010
Map Asia 2010 dilakukan pada tanggal 26-28 Juli 2010 di Kuala Lumpur Malaysia. Kegiatan Map Asia 2010, terdiri dari konferensi dan pameran perusahaan dan produk yang berkaitan dengan Geospatial. Konferensi dan pameran dilakukan di Kuala Lumpur Convention Centre Kuala Lumpur Malaysia. Tema yang diangkat pada Map Asia 2010 terdiri dari Natural resources
management; Agriculture & health; Remote sensing & image interpretation; Disaster management; Emerging trends; Urban planning & development; SDI LIS Geology; Surveying and mapping; GIS, GPS, & Open Sources. Selain memaparkan berbagai tema hasil penelitian, kegiatan ini juga diramaikan oleh kegiatan pameran produk yang berkaitan
Peak Ground Acceleration (PGA) of Destructive Earthquake in Cimandiri Fault, Sukabumi, West Java oleh Supriatna, Jarot Mulyo Semedi, dan Corry Nurmala. Paper ini dipresentasikan oleh Jarot Mulyo Semedi.
x
Spatial Analysis for Flood Risk Assessment in North Jakarta oleh Adipandang Yudono (Geografi 1999 sebagai Staf pengajar di Universitas Brawijaya Malang) dan Jarot Mulyo Semedi. Paper ini dipresentasikan oleh Adipandang Yudono.
x
Spatial Analysis for Strategic Environmental Assessment oleh Triarko Nurlambang, Dwi Nurcahyadi, dan Nurul Sri Rahatiningtyas. Paper ini dipresentasikan melalui poster.
Map Asia 2010 dihadiri sebagian besar dari negara-negara di Asia.
Volume 8 / No. 3 / Desember 2010
Khususnya para peneliti yang bergerak dibidang survey dan pemetaan. Namun, adapula peserta dari Afrika dan Eropa yang hadir. Para peserta yang hadir umumnya berasal dari universitas dan instansi pemerintah yang terkait. Selain itu, kegiatan ini juga digunakan oleh perusahanperusahan untuk menjalin kerjasama dan memasarkan produk mereka.