Kata Pengantar Para pembaca yang budiman, untuk kedua kalinya Buletin INFOTEK ini yaitu volume 2 tahun 2003 datang kehadapan anda. Beberapa isu pokok penting yang kami sampaikan tetap pada fokus liputan kegiatan Poor Farmers Lombok Timur, di antaranya rekaman harapan para petani, fasilitas yang telah dinikmati, pemberdayaan petani sampai dengan seorang petani yang memelihara si Jenggot yang dijadikan primadona. Disamping itu masih dalam kerangka liputan di lokasi Poor Farmers Lotim di Sembalun para petani telah melakukan panen perdana cabe merah bersama Gubernur NTB. Beberapa teknologi dan informasi yang cocok untuk lokasi Poor Farmers ini juga kami ketengahkan untuk menjadi bahan pertimbangan pengembangan usahatani di lahan kering marginal menjelang datangnya musim hujan. Pada skala nasional yang tercatat dalam Buletin kita ini adalah Penas XI. Pekan Inovasipada Tri Dasawarsa Badan Litbang Pertanian serta Seminar Nasional yang diarahkan untuk memberdayakan petani miskin di Lotim yang diselenggarakan oleh BPTP NTB. Terima Kasih, Selamat membaca Assalamualaikum Wr. Wb. REDAKSI
Daftar isi Program Poor Farmers di Kabupaten Lombok Timur Petani Miskin desa Sambelia Nikmati Fasilitas Pendukung Pertanian PFI3P Harapan Petani Miskin desa Swangi Lombok Timur PFI3P berdayakan petani Miskin di Desa Montong Betok Terara Si Jenggot sang Primadona Sistem Usahatani Ternak Kambing pada Lahan Kering Kabupaten Lombok Timur Alternatif Inovasi Paket Teknologi Demfarm Bawang Putih Sangga Adaptasi Padi Hibrida Asal China di NTB Beberapa judul informasi Paket Teknologi di Perpustakaan BPTP NTB Perpustakaan BPTP NTB sebagai Sumber Informasi bagi Masyarakat Kambing Lokal sebagai Sumberdaya Lokal di Lahan Kering Peran Ternak dalam Pengembangan Usahatani di Lahan Marginal Teknologi Tumpang Sisip Jagung, Kacang Hijau di Lahan Kering Belajar dari Pengalaman PENAS XI 2004 di Minahasa Ekspose dan Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman-Ternak Pekan Inovasi Teknologi Pertanian Dampak Krisi Ekonomi terhadap Ketahanan Pangan Masyarakat Berpendapatan Rendah di P. Lombok Panen Perdana Seminar Nasional Pemberdayaan Petani Miskin di Lahan Marginal Melalui Invasi Teknologi Tepat Guna
2 3 4 5 6 7 10 12 13 15 15 17 19 20 21 23 24 26 28 30
Bulletin Informasi Teknologi Pertanian diterbitkan 2 kali setahun oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Pengarah : Mashur. Tim Penyunting : Ketut Puspadi, A. Muzani, L. Wirajaswadi, Irianto Basuki, M. Sofyan Souri, N. Mansyur, M. Nazam, Prisdiminggo. Penyunting Pelaksana : Andri Nurwati, Sasongko WR, L.A. Jupri; Diterbitkan setahun 2 kali, Tanda Terbit : ISSN : 1829-6947. ; Alamat Penyunting BPTP NTB Jalan Raya Peninjauan Narmada, Kotak Pos 1017 Mataram, Telp. 0370 671312, Fax. 0370 671620, E-mail :
[email protected],
[email protected],
[email protected], . Infotektan tersedia dalam bentuk elektronis yang dapat diakses secara on-line pada. http:\\www.ntb.litbang.net.id. Redaksi berisikan tentang hasil-hasil pengkajian BPTP NTB, berita-berita aktual dan kegiatan diseminasi lainnya yang disajikan dalam bentuk tulisan ilmiah populer, berita.
PROGRAM POOR FARMERS DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR
Berbicara masalah pertanian khususnya petani miskin memang tidak akan pernah ada habisnya, disatu sisi petanian merupakan Program Prioritas dan andalan masyarakat di sisi lain permasalahan harga hasil produksi pertanian yang kini relatif rendah disaat musim panen menjadi permasalahan yang hampir setiap tahun selalu dialami petani. Keluhan tersebut sudah menjadi rutinitas yang selalu dialami petani terutama petani miskin yang sebagian besar berada di daerah pedesaan. Keluhan tersebut belum menyangkut harga bibit dan pupuk serta obat-obatan yang cenderung meningkat setiap tahun sehingga menjadi beban yang harus ditanggung petani yang sebagian besar kondisinya miskin belum lagi kebutuhan rumah tangga. Berangkat dari permasalahan tersebut Pemerintah Pusat melalui Proyek Poor Farmers berupaya optimal memberikan solusi atas berbagai pemasalahan yang dihadapi petani, sebab proyek ini bukan merupakan keinginan pimpinan atau pemerintah namun merupakan salah satu proyek percontohan yang direncanakan langsung oleh petani dan masyarakat serta dilaksanakan oleh dan untuk petani yang dihimpun dari berbagai usulan masyarakat untuk dilaksanakan secara bersama dan dinukmati bersama masyarakat. Ketua BAPPEDA Kabupaten Lombok Timur Drs. H. Hirsan Mahruf menjelaskan Proyek Poor Farmers merupakan proyek pilihan yang hanya dilaksanakan pada lima propinsi di Indonesia termasuk NTB yang dilaksanakan di kabupaten Lombok Timur yang dijadikan pilot proyek untuk NTB. Menurut Drs. H. Hirsan Mahruf ditunjuknya Lombok Timur merupakan anugrah tersendiri sebab harapan masyarakat untuk mengubah nasibnya menjadi kenyataan. Selain itu Lombok Timur juga termasuk kabupaten yang lahan pertaniannya banyak
Informasi Teknologi Pertanian Vol. 2 No.1
diantaranya termasuk lahan kering dan jumlah penduduknya terpadat di NTB. Menurut Ketua BAPPEDA, konsep yang ditawarkan Poor Farmers cukup bagus bagi masyarakat yang secara leluasa dapat berencana untuk kebutuhan sendiri dan dituangkan dalam keputusan kelompok melalui Komite Invesasi Desa (KID), sehingga pemerintah kabupaten Lombok Timur optimis proyek ini dapat berjalan dengan dukungan masyarakat petani di Lombok Timur. Sementara itu pimpinan proyek Poor Farmer Lombok Timur Drs. Dimyati Kahfi menjelaskan di kabupeten Lombok Timur proyek ini baru berjalan satu tahun dan tahun ini memasuki tahun kedua pelaksanaan. Diawal pelaksanaan baru mencapai sasaran 10 desa pada 10 kecamatan diantaranya kecamatan Suralaga, Sambelia, Pringgasela, Keruak, Terara, Wanasaba, Montong Gading, Sembalun, Labuhan Haji dan Sakra. Menurut Dimyati Kahfi seluruh sasaran proyek saat ini baru terealisasi 40% untuk non fisik maupun fisik yang meliputi sosialisasi program, administrasi desa dan perencanaan di tingkat petani yang nantinya akan dihimpun dan ditetapkan pada Komite Investasi Desa (KID). Sementara untuk fisik meliputi pengerjaan gotong royong, rehabilitasi jalan desa, pembangunan jalan usaha tani, jembatan dan irigasi desa yang pengerjaannya lebih difokuskan bulan Agustus tahun 2004 dan saat ini dalam proses pengerjaan melalui dana stimulan proyek. Untuk pelaksanaan proyek tahun 2004 sasaran proyek semakin dipertajam dengan mengacu pada perencanaan awal yang dilaksanakan langsung oleh masyarakat desa. Proyek tahun 2004 jumlah desa sasaran lebih ditingkatkan kalau tahun 2003 hanya 10 desa tahun ini menjadi 33 desa sasaran tersebar pada
2
10 kecamatan di kabupaten Lombok Timur. Untuk pelaksanaan tahap awal seluruh desa sasaran telah mencairkan dana operasional program rata-rata senilai Rp.90.800.000,- (sembilan puluh juta delapan ratus ribu rupiah) sesuai dengan kebutuhan dan proposal yang diajukan ke sekretariat proyek yang dibahas di KID. Keseluruhan proyek perdanaannya telah terealisasi mencapai Rp.817.498.000;- (delapan ratus tujuh belas juta empat ratus sembilan puluh delapan ribu rupiah). Dari dana tersebut senilai Rp.371.000.000,- (tiga ratus tujuh puluh satu juta rupiah) dipergunakan untuk program perencanaan dan administrasi sementara sisanya untuk kegiatan fisik awal yang telah dinikmati masyarakat petani. Walaupun realisasi proyek dinilai masih relatif kecil namun manfaatnya sudah dirasakan masyarakat petani miskin dari segi sosial kemasyarakatan dan ekonomis produktif terutama akses jalan yang semakin lancar dibanding sebelumnya yang hanya merupakan jalan setapak. Sedangkan sistim pencairan dana masing-masing KID memiliki rekening khusus di Bank yang langsung di transfer oleh pusat ke masing-masing rekening sehingga sekretariat hanya sebatas koordinasi dan pemantauan pengawsan program. Sedangkan untuk dana tahun 2004 meningkat dari tahun sebelumnya senilai Rp.2.860.371.000,- (dua milyar delapan ratus enam puluh juta tiga ratus tujuh puluh satu ribu rupiah).(Joko,Ibnu, Irianto)
PFI3P HARAPAN PETANI MISKIN DESA SWANGI LOTIM
Petani-petani pada empat dusun di desa Swangi Lotim beberapa hari terakhir ini disibukkan dengan berbagai kegiatan, bukan saja untuk memacu produksi hasil panen pertaniannya namun juga kegiatan gotong royong membangun berbagai fasilitas umum terutama jalan usaha tani, irigasi desa, jembatan dan tempat pertemuan kelompok yang dibangun melalui proyek Poor Farmers. Dari hasil kunjungan di lapanan di dusun Swangi Utara desa
Informasi Teknologi Pertanian Vol. 2 No.1
Swangi saat ini proyek fisik sedang berjalan dengan membangun jembatan sepanjang 25 meter dan jalan usaha tani sepanjang 200 meter termasuk saluran irigasi sepanjang 200 meter dan berbagai fasilitas pendukung lainnya. Di desa Swangi 4 dusun menjadi sasaran proyek Poor farmers diantaranya dusun Swangi Utara, Pengendeq, Pandan Duri dan dusun Jurang Gading saat ini masih dalam taraf pembangunan fisik, sementara untuk perencanaan sudah final dan sudah diwujudkan dalam bentuk proposal oleh Komite Investasi Desa (KID). Menurut Kaur Pembangunan Desa Swangi Dahman sejak adanya proyek foor farmer di empat dusun sasaran sudah terlihat semakin maju terutama arus lalu lintas yang dulunya hanya dilalui sepeda motor dan sepeda dayung kini sudah terlihat kendaraan roda empat yang mengangkut hasil produksi maupun pupuk sampai ke dusun-dusun tersebut. Menurut penuturan Dahman yang juga seorang petani di dusun Swangi Utara yang menikmati langsung keberadaan proyek foor farmer. saat ini sedang giatnya kami bersama masyarakat petani sejak pertengahan tahun 2003 lalu sudah merencanakan berbagai kegiatan program yang akan dilaksanakan melalui proyek Poor Farmers termasuk skala prioritas yang akan dibangun antisipasi kekeringan yang hampir setiap tahun dialami masyarakat petani di Swangi serta memperlancar akses pemasaran hasil pertanian. Cukup banyak program yang diusulkan para petani dihimpun KID diantaranya jalan usahatani dan iriasi kecil serta jembatan. Masyarakat memilih program tersebut karena program tersebut sangat dibutuhkan masyarakat tani di Swangi Utara, seperti jalan usaha tani yang panjangnya 2 km yang menghubungkan dusun Swangi dengan dusun lainnya termasuk akses ke jalan desa, dulunya jalan tersebut hanya merupakan jalan setapak berupa pematang sawah saat ini sudah mampu dilalui kendaraan roda empat, sehingga masyarakat petani miskin saat ini mampu memperkecil biaya transportasi angkutan untuk kebutuhan pupuk dan obat-obatan pertaian serta bibit termasuk akses pasar hasil poduksi pertanian. Kalau dulu sebelum ada jalan usahatani masyarakat kewalahan untuk menyediakan ongkos dengan perbandingan yang sangat mencolok dari Rp 15.000 menjadi Rp 5.000 saat ini. Belum lagi jembatan sepanjang 50 meter yang dibangun saat ini sudah dapat digunakan dan sangat dirasakan manfaatnya bukan saja oleh masyarakat Swangi namun juga masyarakat dusun sekitarnya termasuk
3
masyarakat dusun Pandanduri sebagai pusat kegiatan pendidikan di desa Swangi Utara ke dusun Pandan Duri. Selain itu juga tidak kalah pentingnya tempuh anak-anak sekolah dari desa Swangi Utara ke dusun Pandan Duri. Selain itu juga tidak kalah pentingnya bangunan irigasi desa dan kecil yang dulunya masih sangat tradisional kini sudah permanen. Hasil produksi andalan masyarakat Swangi adalah padi dan tembakau sebagian palawija, kalau padi setiap satu tahun sekali panen sama dengan tembakau, di saat musim kering sebagian besar petani menanam tembakau dan palawija seperti jagung, ubi dan tanaman sayuran serta cabe rawit yang kelihatannya tahun ini berhasil. Teknologi yang diharapkan adalah penanaman tanaman keras yang dapat bertahan pada musim kemarau. Semua petani di wilayah Swangi sudah mengetahui bahwa proyek tidak boleh di intervensi oleh siapapun kecuali murni merupakan ide dari kalangan petani sendiri sehingga yang disalurkan dan dihimpun oleh Tim Komite Investasi Desa (KID). KID sendiri merupakan cermin dari perwakilan masyarakat desa yang diharapkan mampu menjembatani kepentingan masyarakat tani di dusun dengan pimpinan proyek di Kabupaten Lombok Timur. (Joko,
Ibnu, Irianto)
PETANI MISKIN DESA SAMBELIA NIKMATI FASILITAS PENDUKUNG PERTANIAN Desa Sambelia Kecamatan Sambelia merupakan wilayah utara kabupaten Lombok Timur; sebagian besar lahan pertaniannya merupakan pertanian lahan kering yang setiap tahun hanya mampu panen padi satu kali. Desa ini saat ini mulai berbenah diri walaupun sebagian besar lahan pertanian masyarakat dikatagorikan kering, namun semangat bertahan hidup tetap tinggi sehingga berbagai upaya dilakukan masyarakat,termasuk mendukung masuknya proyek Poor Farmers yang menurut warga masyarakat setempat akan memberi harapan bagi kemajuan dan peningkatan kesejahteraan termasuk peningkatan ekonomi masyarakat petani miskin. Lebih-lebih dengan adanya Komite Investasi Desa (KID) yang dibentuk sendiri oleh masyarakat untuk menjadi
Informasi Teknologi Pertanian Vol. 2 No.1
kepanjangan tangan warga masyarakat terhadap berbagai usulan maupun masukan dan kebutuhan masyarakat tani yang akan dituangkan dalam bentuk proposol untuk diajukan ke Sekretariat Proyek Poor Farmers. Ketua Komite Investasi Desa (KID) Sambelia, M. Saleh menjelaskan, sejak terbentuknya KID di desa Sambelia cukup banyak usulan masyarakat petani yang telah dijabarkan yang dirangkum dalam bentuk proposal dan saat ini sudah dapat dilaksanakan melalui proyek Poor Farmers. Program yang paling dirasakan manfaatnya saat ini adalah pembukaan jalan baru atau jalan usaha tani serta peningkatan status irigasi kecil menjadi irgasi desa yang sebagian besar sudah semi permanen dan mampu mempercepat aliran air irigasi sampai ke wilayah dusun-dusun yang menjadi sasaran proyek, walalupun saat ini masih musim kemarau sebagian masyarakat petani masih menikmati air irigasi untuk mengairi sawahnya. Kalau dulu, sebelum adanya proyek di saat-saat sekarang ini air sudah tidak ada lagi, bahkan hanya dapat ditanami satu kali setahun namun sekarang dengan masuknya proyek tanaman padi lahan sawah dapat ditanami palawija serta berbagai tanaman laninya termasuk jagung dan cabe keriting. Selain itu juga di desa Sambelia dikembangkan berbagai sistem yang diuji coba oleh BPTP NTB yang mendapat sambutan positif masyarakat Sambelia, sehingga mampu memberi harapan baru bagi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat desa Sambelia. Menurut Ketua KID desa walaupun saat ini realisasi proyek Poor Farmers masih relatif kecil di desanya, namun manfaatnya sudah dapat dirasakan, terutama keberadaan fasilitas jembatan dan jalan, kelompok tani seperti tempat pertemuan dan fasilitas lainnya termasuk bimbingan dan pembinaan dalam penerapan teknologi pertanian yang dilaksanakan BPTP NTB sangat menunjuang kegiatan ini. Dari segi pengeluaran petani yang dirasakan adalah manfaatnya terutama ongkos produksi hasil panen, kalau dulu ongkos buruh angkut pupuk maupun padi dalam satu kwintal mencapai Rp 15.000 namun sekarang hanya Rp 5.000 dan hal tersebut sangat dirasakan oleh petani. Selain itu, para petani tidak lagi disibukkan mengangkut barang maupun hasil produksi sampai ke jalan raya desa , tapi sekarang sudah bisa diangkut sampai ke lokasi dusun yang ada, sehingga petani tidak mengeluarkan ongkos sampai dua kali cukup untuk ongkos angkutan saja.
(Joko,Ibnu, Irianto)
4
Sa sa
PFI3P BERDAYAKAN PETANI MISKIN DI DESA MONTONG BETOK TERARA Masyarakat desa Montok Betok kecamatan Terara kabupaten Lombok Timur yang sebagian besar mengandalkan tanaman padi dan tembakau sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari, tentunya sangat bergantung dari keberadaan fasilitas maupun sarana prasarana yang ada seperti jalan, jembatan dan tentunya irigasi desa. Kalau di lihat dari besarnya ketergantungan masyarakat tersebut tentunya memerlukan perhatian semua pihak sebab apabila salah satu saja yang tidak befungsi seperti jalan usahatani maupun irigasi akan sangat merugikan masyarakat khususnya petani miskin yang masih relatif cukup banyak di desa tersebut. Itulah salah satu alasan dijadikannya desa Montong Betok sebagai sasaran proyek Poor Farmer yang dimulai sejak pertengahan tahun 2003 di 10 desa untuk tahap awal dan 33 desa untuk tahun 2004 di kabupaten Lombok Timur. Menurut ketua Komite Investasi Desa (KID) desa Montong Betok, Sukanah pada awal pelaksanaan proyek seluruh masyarakat diundang untuk bermusyawarah, karena masyarakat kurang yakin kalau proyek yang dilakukan di desanya akan mengakomodir kepentingan masyarakat seperti halnya proyek-proyek yang pernah dilakukan sebelumnya, namun setelah melihat dan melaksanakan langsung baru masyarakat percaya. Karena seluruh proyek tidak lagi merupakan keinginan pemerintah atau pimpinan proyek namun merupakan kebutuhan masyarakat tani. Di desa Montong Betok sebagian besar dusun yang menjadi sasaran proyek melaksanakan program sesuai dengan kebutuhan seperti pembangunan dan pembukaan jalan usahatani, irigasi desa dan irigasi kecil serta pembuatan jembatan dan gorong-gorong.
Informasi Teknologi Pertanian Vol. 2 No.1
Menurut Sukanah yang didampingi Akmaludin salah seorang petani di desa Montong Betok menuturkan saat ini desa Montong Betok sudah mulai terlihat adanya kemajuan yang cukup berarti terutama dengan adanya pembukaan jalan usahatani yang dapat menghubungkan dusun satu dengan lainnya yang dulunya hanya dapat dilalui sepeda dayung dan sepeda motor, sekarang dapat dilalui kendaraan roda empat, sehingga arus perekonomian masyarakat desa dan dusun semakin meningkat sebab masyarakat petani tidak susah dalam mengangkut hasil produksinya, tetapi cukup menunggu kendaraan untuk mengangkutnya. Keberadaan proyek Poor Farmers ini juga mampu menyerap swadaya masyarakat yang cukup besar bahkan hampir sama dengan nilai proyek seperti pembangunan jalan usahatani masyarakat secara spontan memberikan tanahnya untuk dijadikan jalan tanpa ganti rugi belum termasuk tenaga kerja yang setiap hari masyarakat secara gotong royong mengerjakan proyek tanpa pembayaran dan hal tersebut dilakukan dengan sistim bergilir antar kelompok tani yang ada di masing-masing dusun sehingga tidak mengganggu aktivitas pekerjaan sehari-hari. Di desa Montong Betok saat ini telah dibuka jalan baru dan merupakan jalan usahatani sepanjang 2 km dan direncanakan untuk pelaksanaan proyek tahun 2004 bentuk fisiknya juga akan membuka jalan usahatani baru yang menghubungkan transportasi desa ke salah satu dusun cukup terpencil yang selama ini belum menikmati berbagai fasilitas jalan seperti dusun-dusun lainnya di desa Montong Betok. Sementara Akmaludin yang sehari-harinya petani di desa Montong Betok menjelaskan saat ini
5
sudah tidak merasa kesulitan lagi untuk membawa hasil produksi pertaniannya ke pasar sebab jalan desa dan dusun sudah dapat dilalui kendaraan roda empat termasuk sistim pengairan yang dulunya masih tradisional sekarang sudah semi permanen dengan adanya proyek Poor Farmers. Sehingga para petani mengharapkan kehadiran proyek ini tidak sebatas membangun fasilitas saja namun juga membantu permodalan petani terutama di saat musim panen dimana hasil melimpah namun petani tidak mampu untuk menyimpan hasil panennya sehingga harga anjlok dan hal ini terjadi hampir setiap tahun. Untuk itu petani mengharapkan pemerintah khususnya pengelola proyek di kabupaten Lombok Timur untuk dapat memikirkan nasib petani yang rata-rata masih dikatagorikan miskin. (Joko,Ibnu,Irianto)
SI JENGGOT
SANG PRIMADONA
bersama teman teman sangatlah sulit dan penuh tantangan bahkan hampir putus asa ditambah lagi faktor airnya yang tidak menunjang . Berkat kemauan yang keras dan semangat yang tinggi bersama teman teman sedikit demi sedikit mengelola mengelola tanah yang rata rata lahanya kering dan berbatuan dengan cara membuat petakan petakan seperti pembuatan teras siring dan bedengan bedengan , alhamdullilah bisa ditanami berbagai tanaman seperti, ubi singkong, kacang tanah, padi dan jagung walaupun dengan luas yang terbatas disamping itu juga dengan memelihara kambing dan sapi dengan tujuan memanfaatkan limbah daun kacang tanah, jagung dan lain sebagainya. Dari semua usaha yang ditekuni yang menonjol adalah ternak kambing karena berkembang biaknya sangat cepat dan pemasaranya sangat mudah Dengan kehadiran Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ( BPTP NTB ) dalam menerapkan Teknologi Tepat Guna melalui pengkajian dan penelitian diwilayah Sambelia Lombok Timur tepatnya di dusun dusun yang wilayahnya kering termasuk dusun dasan bage di kelompoktani ternak ,, Pade Angen ,,sedikit banyak telah memberikan manfaat dan dampak bagi petani kooperator teknologi yang dikembangkan diantaranya adalah dengan cara ,, Sistem Pemeliharaan Kambing Yang Dikandangkan ,, Sebelumnya para petani di dusun dasan bage cara pemeliharaanya digembalakan , walaupun dikandangkan tapi tidak memenuhi persyaratan sehingga kalau datang musim hujan sangat kewalahan . Tapi syukurlah dengan adanya penerapan teknologi yang diterapkan oleh BPTP NTB sangatlah bermanfaat sekali dan para petani ternak sudah dapat merasakanya. Dalam jangka waktu 8 bulan ternak kambing sudah berkembang menjadi 25 ekor lebih. Dari bibit yang dibantu oleh BPTP NTB sebanyak 10 ekor bibit unggul dan selanjutnya akan digulirkan kepada kelompoktani ternak lainya yang membutuhkan sehingga sama sama merasakannya.
Papuk Peri adalah seorang petani lahan kering yang ulet dan mau bekerja keras, orangnya supel dan murah senyum baru berusia 52 tahun boleh dibilang menyatu dengan alam. Papuk peri juga merupakan ketua kelompoktani ternak dusun Pade Angen desa Sambelia Kabupaten Lombok Timur dengan jumlah anggota 10 orang dan ada rencana akan bertambah lagi anggotanya , dengan jumlah 150 kk , sebagian besar penduduknya petani dan pedagang .Menurut penuturan yang telah menggeluti lahan kering hampir 20 tahun lebih , selama mengelola lahan kering
Informasi Teknologi Pertanian Vol. 2 No.1
6
Disamping memelihara kambing juga menanam padi , jagung dan kacang kacangan dengan tujuan limbahnya untuk makanan ternak , yang jelas teknologi yang diterapkan oleh BPTP NTB diwilayah yang lahannya kering khususnya wilayah Sambelia para petani ternak kedepan hidupnya akan sejahtera karena pendapatanya bertambah sehingga bagi kelompokternak kami kambing adalah ,, Sijenggot Sang Primadona ,, demikian penuturan papuk Peri. Disampaikan pula bahwa BPTP NTB selain menerapkan teknologi kambing juga menerapkan teknologi budidaya tanaman jagung dengan sistem TOT ( tanpa olah tanah ) dan hasil panennya sudah dirasakan oleh masyarakat Sambelia khususnya para petani. Pada sisi lain papuk Peri megharapkan , program proyek Poor Farmers untuk sementara ini kegiatanya baru dilahan yang wilayahnya basah sedangkan yang wilayahnya kering belum tersentuh sama sekali mungkin targetnya diwilayah yang basah dulu , harapan kami mudah mudahan ditahun ini kegiatan proyek poor farmer kegiatanya diwilayah yang kering terutama pembuatan irigasi, jalan usahatani dan saluran pemasangan pipa saluran air sehingga para petani hasil usaha taninya lebih lancar juga lahan kering yang luas ini bisa diairi walaupun tidak semuanya yang penting pengairan itu ada . (Ibnu,Irianto)
lain adalah bahwa pemeliharaan kambing dilakukan oleh petani marginal sebagai usaha sampingan. Populasi ternak kambing mempunyai peluang cukup besar untuk ditingkatkan dan memungkinkan menjadi sumber pendapatan utama bagi rumah tangga petani lahan kering. Pengembangan ternak kambing dapat dilakukan melalui pendekatan secara menyeluruh, partisipatif dan integratif. Secara terintegrasi pada empat sub sistem utama yaitu sub sistem sumberdaya alam (sumberdaya lokal), sumberdaya manusia, teknologi dan kelembagaan. Dinamika Kelembagaan Sebelum pengkajian; di dusun Bagik Luar ini belum terbentuk kelompok tani. Pelaksanaan kegiatan diawali dengan pemilihan petani kooperator dan pembentukan kelembagaan tani oleh PPL setempat. Jumlah petani kooperator 15 orang yang di bagi dalam 3 kelompok kecil (satu kelompok terdiri dari 5 orang). Kelompok yang dibentuk adalah kelompok pembibitan kambing, Bertujuan untuk meningkatkan produktivitas ternak kambing. Rata-rata petani kooperator, diberikan dalam bentuk pinjaman dengan sistem bergulir sebanyak 2 ekor per petani serta kambing jantan sebanyak 2 ekor per kelompok. Pejantan digilir oleh anggota kelompok sesuai kebutuhan untuk mengawinkan induk. Sedangkan jumlah kambing milik petani maupun ngadas dari orang lain yaitu sebanyak 48 ekor yang terdiri dari 30 ekor kambing induk, 3 ekor pejantan, 10 ekor kambing muda dan 5 ekor anak kambing lepas sapih. Manfaat pembentukan kelompok tani ternak pembibitan kambing adalah untuk 1) menjaga keselasaran, keserasian dan keseimbangan hubungan tanpa menimbulkan pertentangan (konflik); 2) mengembangkan sikap solidaritas dan kerjasama diantara anggota kelompok; 3) menuangkan persepsi yang sama sesuai dengan yang direncanakan melalui diskusi, konsultasi dan musyawarah bersama; 4) memahami tugas individu baik sebagai pengurus maupun sebagai anggota kelompok; dan 5) mengendalikan kegiatan-kegiatan individu atau kelompok yang tidak menimbulkan lepas kontrol dari pertanggung jawaban. Untuk meningkatkan kerjasama, peningkatan pengetahuan dan keterampilan anggota kelompok, dilakukan pertemuan rutin, diskusi dan pernyuluhan
SISTEM USAHATANI TERNAK KAMBING PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR
Latar Belakang. Populasi kambing di NTB pada tahun 2003 mencapai 282.500 ekor, Lombok Timur tercatat 48.168 ekor. Populasi kambing di NTB mengalami penurunan (1997 – 2003) sebesar 21,4%, kabupaten Lombok Timur penurunan sebesar 87,5%. Penyebabnya berbagai faktor diantaranya perubahan iklim, tingkat penerapan teknologi, tingkat kematian tinggi dan tingkat kelahiran rendah. Faktor
Informasi Teknologi Pertanian Vol. 2 No.1
7
tentang peluang pengembangan kambing dan penerapan teknologi yang dilakukan dua kali dalam sebulan. Pembinaan kelembagaan tani dilakukan oleh peneliti/ penyuluh/teknisi BPTP serta petugas setempat (KCD beserta PPLnya) Kegiatan pengkajian yang telah berjalan ± 9 bulan. Untuk meningkatkan kinerja kelembagaan dalam sistem usahatani ternak kambing yang berorientasi usaha agribinis maka ke depan dibutuhkan koordinasi dan kerjasama yang lebih efektif melalui penyatuan visi dan misi dengan mengedepankan pemberdayaan masyarakat tani kecil guna meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka. Saat ini sedang dilakukan pengembangan kelembagaan produksi ternak kambing melalui usaha penggemukan yang dilakukan di Gili Lampu sebanyak satu kelompok dengan jumlah kambing jantan milik petani yang digemukan berkisar antara 20 – 60 ekor dan kelompok penggemukan kambing di dusun Dasan tinggi desa Sambelia yang kerja sama antara petani dan Unit Komersialisasi Teknologi (UKT) BPTP NTB dengan jumlah kambing yang digemukan sebanyak 16 ekor. Pengembangan kelompok ternak penggemukan kambing bertujuan untuk membangun hubungan sinergis antara kelompok usaha ternak kambing dalam sistem produksi dan agribisnis dengan kelembagaan pemasaran ternak kambing. Penerapan Teknologi Pengkajian ini merupakan pengkajian sistem usahatani yang dilakukan secara terpadu yaitu tanaman pangan (jagung dan padi gogo), ternak kambing, tanaman pakan hijauan ternak, pengelolaan kompos dan kelembagaan. Manajemen Pemeliharaan Kambing Teknologi pemeliharaan ternak kambing yang diintroduksikan dalam pengkajian ini terdiri dari beberapa komponen yaitu 1. Pemilihan bibit yang baik untuk induk maupun pejantan, 2. Teknologi perkandangan dengan menerapkan teknologi kandang model panggung 3. Manajemen pakan, dan 4. Pengawasan kesehatan ternak. KONDISI SEBELUMNYA Pola pemeliharaan kambing yang dilakukan petani sebelum pengkajian adalah secara tradisional dengan kandang yang sangat sederhana, penggunaan pejantan apa adanya, pemberian pakan yang secara umum digembalakan di padang, kebun
Informasi Teknologi Pertanian Vol. 2 No.1
dan lahan-lahan umum dan kontrol kesehatan ternak jarang dilakukan. Kondisi tersebut menyebabkan tingkat produktivitas ternak relatif sangat rendah. KONDISI SETELAH PENGKAJIAN Introduksi teknologi menunjukkan bahwa adanya perubahan pola pemeliharaan kambing dari pola pemeliharaan ekstensif menjadi pola pemeliharaan ekstensif. Kecuali pada musim kemarau dimana sumber pakan hijauan mengalami kekeringan maka petani melakukan secara campuran. Sebagian besar petani selalu memperhatikan pemberian pakan hijauan tambahan setelah digembalakan dan dikat pindah berupakan daundaunan pohon pisang, banten, turi dan gamal. Pemberian pakan dari jerami tanaman telah dilakukan petani mulai menjelang panen, selama panen dan setelah panen di mana jerami tanaman diberikan dalam bentuk segar. Sebagian besar petani telah memanfaatkan pakan hijauan berkualitas seperti daun legume turi dan gamal berkisar antara 5% - 19% dari total pakan yang diberikan. Pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan ternak yaitu rata-rata 16,7% atau berkisar antara 8,% - 25% dari total pakan hijauan yang diberikan. Pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan kambing paling banyak yaitu selama musim hujan sampai menjelang musim kemarau. Manajemen pemberian pakan akan lebih ditingkatkan lagi dengan komposisi pemberian pakan hijauan berdasarkan fisiologis ternak kambing, terutama pemberian pakan berkualitas pada induk yang siap kawin, induk bunting dan induk menyusui serta anak kambing pra sapih dan selama proses penyapihan. HASIL YANG DICAPAI Penerapan beberapa komponen teknologi telah dilakukan secara baik oleh petani. Hasil yang dicapai dari 25 ekor induk telah melahirkan anak sebanyak 37 ekor. Tingkat kematian anak umur satu sampai dua minggu relatif rendah yaitu 14,7% bila dibandingkan dengan tanpa penerapan teknologi dapat mencapai lebih dari 50%. Hal tersebut memberikan gambaran bagi kita bahwa produktivitas kambing mempunyai peluang yang cukup besar untuk lebih ditingkatkan dan memungkinkan usaha kambing dapat menjadi sumber pendapatan utama rumah tangga petani. SARAN Untuk mendukung persediaan pakan hijauan bagi ternak sepanjang tahun juga dilakukan pengembangan tanaman pakan hijauan dari rumput unggul gambah, tanaman turi dan gamal, namun
8
belum dilakukan secara maksimal oleh petani. Pada kegiatan lanjutan tahun 2004 sekarang ini bahwa manajeman pemberian pakan hijauan dan penanaman tanaman pakan hijauan merupakan prioritas yang akan dilakukan mulai awal musim hujan tahun ini. Selain tanaman turi dan gamal yang akan di tanam tahun ini juga akan mengembangkan tanaman lamtoro KX2. lamtoro KX2 memiliki beberapa keunggulan yaitu tahan terhadap kutu loncat dan tahan kekeringan. Pengelolaan kotoran ternak dan sisa pakan menjadi kompos akan dilaksanakan tahun ini, karena persediaan kotoran ternak sudah bisa memperoduksi kompos 0,5 -1 ton per tahun. Kompos yang dihasilkan tersebut akan dimanfaatkan sebagai pupuk untuk tanaman pangan dan tanaman hortikultura. Penerapan Teknologi tanaman pangan Kegiatan penanaman tanaman pangan (jagung dan padi gogo) yaitu dimulai dari akhir bulan Nopember – Januari. Kegiatan usahatani tanaman pangan pada lahan kering selalu mengikuti pola curah hujan dan sangat tergantung pada ketersediaan air hujan. Komoditas tanaman pangan yang diintroduksikan adalah jagung unggul Lamoro dan padi gogo varietas widas. Secara agronomis pertumbuhan tanaman jagung Lamoro dan padi gogo varietas widas cukup baik dan sesuai dengan kondisi wilayah kering beriklim kering. Komponen teknologi tanaman pangan yang diintroduksikan yaitu komponen teknologi pengolahan tanah minimum secara manual, penggunaan benih unggul jagung lamoro dan padi gogo varietas widas, jarak tanam jagung 40 cm x 80 cm dan jarak tanam padi gogo 20 cm x20 cm, penyiangan yang dilakukan 2 – 3 kali, pemupukan, pengendalian hama penyakit, dan teknologi pasca panen. Komponen-komponen teknologi tersebut telah diterapkan secara baik oleh petani kecuali teknologi pasca panen dengan tingkat penerapan sangat rendah. Pemberdayaan petani melalui teknologi sistem usahatani yaitu salah satunya penerapan komponen teknologi unggulan tanaman pangan menunjukkan terjadi peningkatan produksi jagung lamoro sebesar 44,4% dibandingkan dengan produksi jagung turunan hibrida yang biasa ditanam petani. Hasil kelayakan usahatani jagung menunjukkan bahwa usahatani jagung lamoro menunjukkan peningkatan keuntungan yang ditunjukkan oleh nilai indeks B/C ratio sebesar 4,9 dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh dari usahatani jagung turunan hibrida dengan nilai indeks B/C Ratio sebesar 1,5. Secara umum adopsi
Informasi Teknologi Pertanian Vol. 2 No.1
teknologi unggulan tanaman pangan (padi gogo dan jagung) telah diterapkan secara baik oleh petani, kecuali pemanfaatan kompos maupun pupuk kandang sebagai pupuk tanaman belum dilakukan oleh petani. Pendapatan petani dari usahatani tanaman pangan meningkat sebesar 23,6% dan penadapatan dari usaha ternak kambing meningkat sebesar 68,3%. Secara umum pemberdayaan petani melalui penerapan teknologi sistem usahatani yang dilakukan secara integrasi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pendapatan rumah tangga petani lahan kering yaitu rata-rata sebesar 27,1%. Kegiatan Tahun 2004 Kegiatan tahun 2004 yang merupakan lanjutan dari kegiatan tahun 2003 dilaksanakan di desa Sambelia kecmatan Sambelia. Kegiatan ini merupakan kegiatan pembinaan lanjutan pada petani kooperator tahun 2003 dan pembentukan kelompok pembibitan kambing yang baru yang akan menerima guliran induk dari petani kooperator yang telah memelihara selama dua kali siklus produksi. Di samping pembinaan kelompok ternak pembibitan kambing juga dilakukan pembinaan kelompok penggemukan kambing. Khusus untuk kelompok penggemukan kambing sudah memasuki tahap kegiatan pembuatan kandang dan kegiatan penggemukan kambing akan di mulai pada bulan September. Penggemukan kambing dilakukan secara partisipatif dengan petani kooperator dimana BPTP sebagai penyedia teknologi dan petani sebagai pelaksana atau yang menerapkan teknologi akan melakukan kerjasama dalam pengkajian. Tujuan dari pembentukan kelembagaan produksi ternak kambing adalah untuk menumbuhkan kelompok-kelompok usaha agribisnis di pedesaan. Selain itu juga akan dilakukan beberapa kegiatan yaitu pengembangan tanaman hijauan pakan ternak, pembuatan kompos dari kotoran ternak dan sisa pakan, dan pengembangan tanaman pangan (jagung lamtoro) seluas ±10 ha pada musim hujan tahun 2004. Kegiatan sistem usahatani di lahan kering yang dilakukan secara terpadu bertujuan untuk membangun aliran energi fisik, modal, dan sosial guna mendukung produktivitas sistem, ketahanan sistem dan keberlanjutan sistem dalam upaya meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat tani lahan kering. (John, Sasongko, Irianto)
9
ALTERNATIF INOVASI PAKET TEKNOLOGI
SUATU UPAYA UNTUK MENGATASI KEMISKINAN PETANI DI DESA SUKARAJA KECAMATAN SELEBUNG LOMBOK TIMUR Permasalahan yang dihadapi petani di desa Sukaraja dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu permasalahan teknis dan permasalahan non teknis. Masalah teknis berhubungan dengan tingkat penerapan teknologi yang dilakukan petani secara konvensional sedangkan masalah non teknis sesuatu yang dapat menghambat inovasi teknologi seperti masalah ketersediaan input, modal, pasar output, sarana jalan, irigasi, pasca panen dan lain-lain. Ada 7 (tujuh) masalah utama yang mendesak untuk dapat dicarikan jalan pemecahannya adalah 1. Teknologi budidaya pertanian kurang Mutu sumberdaya manusia yang rendah, dan kurangnya informasi teknologi karena kurangnya bimbingan penyuluhan dari PPL serta kurangnya ketersediaan media informasi lain menyebabkan pengetahuan petani tentang teknologi pertanian kurang. Pengetahuan petani dapat ditingkatkan melalui pelatihan/kursus disamping itu kegiatan penyuluhan perlu ditingkatkan. Berdasarkan kebutuhan informasi teknologi budidaya pertanian yang diperlukan alternatif inovasi teknologi di Desa Sukaraja dapat dilihat pada tabel berikut.
16 Oktober HARI PANGAN SEDUNIA. Tahun 2004 Bertema : " Keanekaragaman Hayati untuk Ketahanan Pangan "
Informasi Teknologi Pertanian Vol. 2 No.1
Tabel . 1. Alternatif Inovasi Teknologi di Desa Sukaraja 2004 No. Komoditas Inovasi Teknologi 1. Tanaman Pangan - Padi Varietas Unggul Baru (VUB) Teknologi pembuatan kompos 2. Hortikultura - Cabe besar Teknik pemasaran Pengolahan hasil 3. Peternakan) Sapi, Kerbau, Teknologi budidaya Kambing kambing Teknologi pengolahan jerami fermentasi Teknologi reproduksi 4. Perkebunan - Tembakau Teknologi pengeringan Teknologi pemasaran hasil Model kelembagaan tani tembakau 5. Perikanan Bibit ikan karper, nila dan Embung bandeng Teknologi budidaya pembiakan ikan 2. Informasi dan pemasaran hasil pertanian kurang Di Desa Sukaraja tidak ada pasar desa sebagai tempat untuk menjual produksi pertanian dan membeli sarana produski. Petani belum bersatu membentuk kelompok dalam menjual komoditas yang dihasilkan. Belum adanya pasar dan belum bersatunya petani menyebabkan petani tidak mempunyai informasi harga yang cukup sehingga
10
dalam menentukan harga mudah dipermainkan oleh tengkulak. Untuk mengatasi masalah yang ada, pertama perlu dibangun fasilitas pasar sebagai tempat aktivitas ekonomi desa termasuk menjual produksi pertanian. Agar supaya tidak dipermainkan oleh tengkulak terutama dalam penentuan harga, kelompok tani yang sudah ada perlu diberdayakan sehingga aktivitas pemasaran komoditas pertanian dapat dilakukan melalui kelompok tani dan meningkatkan posisi tawar menawar petani dengan tengkulak. Bersatunya petani melalui kelompok juga akan mempermudah menjalin kerjasama dengan pengusaha atau pemodal dan memperoleh informasi pasar. 3. Keterbatasan minyak tanah dan harga tinggi Penyebab dari keterbatasan minyak tanah karena adanya permainan tengkulak/pengusaha/ pengecer sehingga harga minyak tanah menjadi mahal. Dalam proses pengolahan tembakau diperlukan modal relatif besar untuk membeli minyak tanah sebagai bahan bakar. Seperti sudah dikemukan sebelumnya, petani masih kekurangan modal dan belum ada penumbuhan modal melalui kelompok tani. Tidak adanya modal menyebabkan posisi tawar menawar petani sangat rendah, seringkali petani harus mengambil minyak tanah kepada pedagang sehingga harganya menjadi mahal. Untuk mengatasi masalah tingginya harga minyak dapat dilakukan melalui pembentukan kelembagaan seperti kelompok, kios saprodi dan koperasi. Melalui kelembagaan ini, petani dapat mengumpulkan modal dan bekerjasama dengan pengusaha dalam pengadaan minyak tanah. 4. Budidaya ikan di embung Penyebab dari kurangnya budidaya ikan di embung karena petani di Desa Sukaraja belum menguasai teknologi budidaya ikan, sehingga embung belum semua dimanfaatkan untuk budidaya ikan. Disamping itu kualitas benih yang tersedia relatif rendah dan terjadinya pendangkalan embung serta kurangnya modal menyebabkan keengganan petani untuk memanfaatkan embung. Masalah ini dapat diatasi dengan peningkatan pengetahuan petani tentang teknologi budidaya ikan. Untuk meningkatkan produksi ikan di embung perlu dianjurkan pengunaan bibit bermutu kepada petani, disamping itu bantuan modal dari pemerintah diharapkan dapat mendukung usaha perikanan embung.
Informasi Teknologi Pertanian Vol. 2 No.1
5. Penyuluhan dan pembinaan Kurangnya kegiatan penyuluhan di pedesaan menyebabkan arus transformasi inovasi teknologi mengalami hambatan. Sementara itu informasi teknologi ini sangat diperlukan oleh petani. Dengan adanya Undang-Undang Otonomi Daerah maka segala urusan pemerintahan diatur oleh Pemerintah Daerah Kabupaten termasuk ujung tombak pembangunan pertanian di lapang yaitu PPL. Perubahan organisasi menyebabkan terbatasnya kegiatan PPL di lapang. Tugas PPL saat ini tidak hanya sebagai penyuluh pertanian, namun sebagian waktunya untuk menyelesaikan administrasi kantor sehingga program penyuluhan praktis tidak ada. Penyuluhan dilakukan apabila ada kegiatan proyek di wilayah kerjanya. 6. Belum ada pengusaha lokal Pengusaha lokal yang dimaksud disini adalah pengusaha setempat yang menampung hasil produksi petani dengan tujuan agar tidak dipermainkan oleh tengkulak yang menyebabkan harga jatuh. 7. Kekurangan modal usahatani Salah satu penyebab dari kekurangan modal usahatani karena faktor kemiskinan yang dialami. Disamping faktor kemiskinan yang melekat pada petani, kekurangan modal disebabkan penerimaan yang diperoleh tidak seimbang dengan produksi yang dihasilkan. Meskipun tingkat produksi yang dihasilkan meningkat, karena harga input cenderung meningkat sedangkan harga output yang dihasilkan cenderung turun akibatnya penerimaan petani tidak sesuai korbanan yang dikeluarkan. Cara mengatasi masalah tersebut adalah lebih giat bekerja dan melakukan penghematan, dengan demikian diharapkan pendapatan petani akan meningkat dan akhirnya keluar dari kemiskinan yang dialami. Untuk meningkatkan pendapatan usahatani, inovasi teknologi baru perlu ditingkatkan, sehingga dapat meningkatkan efisiensi biaya dan meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan. Peningkatan produksi dengan mutu yang terjamin perlu membentuk asosiasi petani dan kios usahatani. (Kukuh Wahyu W) Redaksi menerima tulisan/artikel dari pembaca dengan ketentuan : 1. Basis tulisan pertanian dan pedesaan (teknologi, berita, informasi, pendapat dll) 2. Diketik/tulistangan spasi satu maksimal dua halaman termasuk ilustrasi (gambar, foto dll) 3. Setiap penulis dapat menulis lebih dari satu judul artikel. 4. setiap naskah yang dimuat diberikan imbalan sepantasnya.
11
DEMFARM BAWANG PUTIH SANGGA Tanam perdana demfarm bawang putih sangga bersam bapak Gubernur Nusa Tenggara Barat dilakukan di kelompok tani Paok Dangka IV desa Karang Baru kecamatan Wanasaba seluas 10 ha berlangsungpada hari Kamis tanggal 24 Juni 2004. Demfarm bawang putih Sangga di maksudkan sebagai langkah upaya pemurnian benih bawang putih Sangga yang berasal dari daerah Aikmel dan sekitarnya. Pada acara tanam perdana itu ikut menanam bersama Bapak Gubernur NTB antara lain Direktur Sayuran Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura, Kepala Dinas Pr opinsi NTB dan Bupati Lombok Timur. Dalam mengawali sambutan Kepala Dinas Pertanian Propinsi NTB melaporkan keinginan untuk mencoba melakukan pemurnian benih bawang putih varietas Sangga yang merupakan salah satu jenis bawang putih yang berasal dari NTB. Walaupun harga komoditas bawang putih akhir-akhir ini kurang menggembirakan, namun jenis bawang putih ini masih perlu dilestarikan dan perlu diupayakan agar komoditas ini dapat membantu dalam meningkatkan pendapatan usahatani petani setempat. Direktur Sayuran dari Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura dalam sambutannya mengharapkan dapat melestarikan bawang putih yang hanya ada di NTB dan bila ingin mencoba mengadaptasikan jenis lain dapat dicoba bawang putih varietas Lembu Putih, Kuning dan Hijau yang banyak dikembangkan. Apabila usahatani bawang putih ini dapat menguntungkan petani, silahkan dikembangkan. Gubernur NTB dalam sambutan pengarahannya mengajak para petani untuk tidak
hanya mengusahakantanaman padi saja. Masih banyak jenis komoditas lain, antara lain hortikultura seperti bawang putih ini, yang dapat membantu upaya meningkatkan pendapatan usahatani bila dikelola dengan baik. Mudah-mudahan usaha Dinas Pertanian ini dapat memberikan keuntungan yang memadai guna meningkatkan pendapatan usahatani dan kesejahteraan keluarga tani. Dalam acara temu wicara dengan para petani beberapa halyang disampaikan petani menyangkut kesulitan modal setelah tidak adanya kredit usahatani, kondisi penyuluhan di desa-desa dan perbaikan/pembangunan sarna jalan. Bapak Gubernur NTB, Direktur Sayuran dan Bupati Lombok Timur secara bergantian mencoba menanggapi beberapa permasalahan petani tersebut dengan mengharapkan agar petani berusaha menghimpun modal sendiri dari kelompok tani yang ada dan jangan selalu mengharapkan bantuan dari pemerintah. Mulai sekarang petani hendaknya mulai memperkuat kemandirian untuk menyelesaikan permsalahannya sendiri. Secara kelompok petani dapat juga meminjam modal dari beberapa bank yang ada. Masalah PPL yang jarang muncul di desa disebabkan PPL yang dulu hanya dibekali ilmu tentang padi dan palawija. Adakalanya PPL takut tidak tahu banyak tentang sayuran (misal bawang putih) yang belum dikuasainya. Bupati Lombok Timur berjanji akan segera mengatur kembali keberadaan PPL di wilayah kerjanya dengan dinas terkait. Demikian sekelumit informasi dari acara tanam perdana demfarm bawang putih bersama Bapak Gubernur NTB di desa karang Baru kecamatan Wanasaba Lombok Timur yang diadakan pada tanggal 24 Juni 2004. (Kunto K).
Tanam Perdana denfarm Bawang Putih oleh Gubernur Nusa Tenggara Barat
Informasi Teknologi Pertanian Vol. 2 No.1
12
ADAPTASI PADI HIBRIDA ASAL CHINA di NTB
PENDAHULUAN Di NTB beberapa tahun terakhir ini telah dicoba diadaptasikan beberapa jenis padi hibrida asal China. Upaya ini timbul setelah memperhatikan bahwa peningkatan produksi padi dan ketahanan pangan menjadi tujuan utama pembangunan pertanian di Nusa Tenggara Barat (NTB),. Hasil penelitian di China menunjukkan bahwa varietas padi memberikan kontribusi yang nyata terhadap hasil yang dicapai. Padi hibrida telah dilaporkan telah mampu meningkatkan hasil 20-30% (Lin Yuan, 1980). Pengujian terhadap padi hibrida asal China menunjukkan keunggulan hasil dibandingkan dengan varietas –varietas inbrida (Suprihatno et. al, 2003). Hal ini memberikan dorongan kepada Pemda NTB untuk mengambil inisiatif menjalin kerjasama dengan pemerintah propinsi Hunan China untuk mengembangkan padi hibrida di NTB. Tujuan utama kajian ini adalah: (1) Untuk menemukan varietas padi hibrida yang beradaptasi baik pada ekosistem di NTB, (2) Membangun kemampuan staf Departemen Pertanian dan peneliti dalam memproduksi benih hibrida dibawah bimbingan staf ahli China. Dengan demikian apabila introduksi teknologi padi hibrida ini dapat dikembangkan secara meluas diharapkan akan terjadi peningkatan produksi dan pendapatan petani yang cukup signifikan. Pengujian dilakukan pada ekosistem sawah irigasi yang mendominasi sekitar 85,46% lahan sawah di Nusa Tegara Barat pada dataran rendah. Pola tanam umumnya padi-padi-palawija. Penelitian galur harapan padi hibrida asal China dilaksanakan pada dataran rendah di desa Lamenta kecamatan Empang kabupaten Sumbawa MH. 2003/2004 (Nopember 2003-April 2004) pada lahan sawah irigasi sebagai daerah sentra produksi padi dengan melibatkan secara langsung petani pemilik lahan sebagai kooperator dibawah bimbingan peneliti, penyuluh dan teknisi lapangan. Penelitian menggunakan sebanyak 6 Galur yang terdiri dari 2 galur padi hibrida dari Hunan RRC (MS099 dan MS811), dibandingkan dengan Maro, Rokan, IR64 dan Bondoyudo.
Informasi Teknologi Pertanian Vol. 2 No.1
Sifat Agronomis Penampilan tanaman padi hibrida pada MH di dataran rendah lebih baik dibandingkan dengan MK, hal ini karena lingkungan tumbuh yang baik dimana ketersediaan air yang sangat cukup dibandingkan dengan MK, sehingga tanaman lebih baik pada MH. Sedangkan pada dataran sedang pertumbuhan tanaman lebih baik pada MK dibandingkan dengan MH. Hal ini di duga karena berhubungan dengan penyinaran yang diterima oleh tanaman pada MK lebih banyak dibandingkan MH. Disamping itu kelembaban pada MH relatif tinggi sehingga memungkinkan kehadiran penyakit lebih banyak, seperti serangan penyakit tungro berkisar 5-75 % lebih tinggi dibandingkan dengan dataran rendah 035%. Hal ini mempengaruhi hasil yang dicapai lebih rendah dibandingkan dengan MK. Pada dataran rendah umur panen MS099 ratarata 100,72 hari dan MS811 yaitu 104 hari lebih pendek dibandingkan dengan Maro yang berumur 109 hari, tetapi tidak berbeda dengan IR64 101,25 hari. Sedangkan pada dataran sedang MS099 rata-rata umur panen 114 hari, 121 hari untuk MS811 dan Maro 127 hari, IR64 sama dengan MS099 yakni umur 114 hari. Umur panen MS099 dan MS811 lebih cepat 14- 15 hari. Umur tanaman, jumlah anakan produktif, jumlah gabah isi, jumlah gabah hampa, dan bobot 1000 butir merupakan karakter agronomis yang berpengaruh langsung terhadap hasil gabah. Karakter agronomis dan komponen hasil bervariasi antar musim MK dan MH, Galur MS099 dan MS811 yang ditanam pada MH lebih tinggi dibandingkan dengan MK pada dataran rendah. Demikian juga terhadap gabah isi,dan bobot 1000 butir. Jumlah gabah isi/bernas MS099 dan MS811 lebih banyak dibandingkan dengan IR64 maupun Bondoyudo. Gabah bernas MS099 dan MS811 lebih banyak pada MH. Jumlah anakan MS099 dan MS811 pada MH cenderung menurun, dengan demikian diharapkan ukuran malai dan pengisian bulir akan optimal, sehingga butir bernas meningkat, hal ini berpengaruh terhadap hasil gabah yang dicapai. Secara umum hasil penelitian ini, bahwa dua padi hibrida asal China penampilannya lebih baik atau lebih sesuai ditanam pada dataran rendah pada saat MH dibandingkan dengan dataran sedang, sehingga hasil yang dicapai didataran rendah lebih tinggi dibandingkan dengan dataran sedang. Hasil Gabah Daya hasil varietas/galur yang diuji menunjukkan bahwa hasil gabah pada peringkat
13
pertama selalu ditempati oleh MS099, dan pada sebagian lokasi oleh MS811. Berdasarkan hasil uji beda nyata dapat diketahui bahwa MS 099 pada dataran rendah memberikan produksi yang tinggi pada MH. yakni 7,24 t/ha, menyusul MS 811 sebanyak 6,94 t/ha dibandingkan IR64 yang hanya mencapai produksi 5,68 t/ha dengan heterosis masing-masing 27,46% dan 22,18. Sedangkan pada MK. penampilan dari MS 099 dan MS 811 tidak berbeda nyata dengan IR64, namun tetap memberikan heterosis masing-masing 13,52% dan 17,41%. Rata-rata produksi yang dicapai pada dataran rendah untuk MS 099 sebanyak 6,39 t/ha dan 6,34 t/ha untuk MS 811 dibandingkan dengan IR64 sebanyak 5,28 t/ha, dengan hetrosis masing-masing 20,49 % dan 19,80%. Produksi yang dicapai padi hibrida pada musim hujan lebih tinggi dibandingkan dengan musim kemarau, hal ini erat kaitanya dengan ketersediaan air yang sangat cukup pada musim hujan, sehingga padi hibrida memberikan produksi yang tinggi (Suwarno, dkk., 2002., K.G. Cassman, at.al., 1994) Penampilan MS 099 dan MS 811 pada dataran sedang, hasil rata-rata yang dicapai lebih rendah didataran sedang dibandingkan dengan dataran rendah yakni hanya 5,40 t/ha dan 4,49 t/ha tetapi berbeda nayata dengan IR64 4,33 t/ha dengan nilai heterosis masing-masing 26,73% dan 7,50% . Hasil rata-rata yang dicapai oleh MS 099 dan MS 811baik pada dataran rendah maupun sedang tidak berbeda dengan hasil yang dicapai oleh Maro pada dataran rendah 6,0 t/ha sedangkan pada dataran sedang 5,98 t/ha dan lebih tinggi dari hasil yang dicapai oleh IR64 . Hal ini menunjukkan bahwa bahwa galur tesebut beradaptasi baik terhadap lingkungan tumbuh yang baru dibandingkan dengan kultivar yang sudah lama diusahakan oleh petani seperti IR64, hasilnya ditingkat petani sekitar 3,5- 4 t/ha. Daya hasil varietas/galur yang tinggi menjadi bahan pertimbangan yang penting dalam perakitan varietas padi. Galur MS 099 dan MS811 menunjukkan potensi hasil yang tinggi pada 2 lokasi masing-masing 2 musim (MK dan MH) dari 17 lokasi pengujian dengan hasil rata-rata untuk MS 099 6,80 t/ha dengan niali heterosis 24,68% dan MS 811 sebanyak 6,36 t/ha dengan heterosis 17,03% dibandingkan IR64 yang hanya mencapai 5,49 t/ha dan Maro 6,37 t/ha sehingga layak dipertimbangkan untuk dilepas sebagai varietas spesifik NTB. Disamping itu keunggulan kedua galur tesebut mempunyai umur yang pendek dibandingkan dengan Maro, sehingga
Informasi Teknologi Pertanian Vol. 2 No.1
memungkinkan memberikan hasil yang baik pada pola pertanaman. Mutu Beras Untuk mendapatkan data yang akurat, analisis fisik dan fisikokimia beras dilaksanakan di Balai Penelitian Padi Sukamandi MS 099 bersifat aromatik sedangkan MS 811 tidak aromatik. Tekstur MS 099 dan MS 811 agak pulen. Bobot 1000 butir gabah lebih tinggi. Respon Petani Dari 10 orang petani yang diwawancarai untuk menilai dan melihat tampilan MS 099 dan MS 811 pada saat melakukan pengujian pada 2 lokasi, petani pada umumnya sangat berminat terhadap kedua galur tersebut karena mampu beradaptasi dengan baik dan berdaya hasil yang tinggi. Disamping itu karena MS 099 mempunyai gabah yang gemuk dan berwarna kuning cerah, berumur pendek 100 hari, dan MS 811 berumur 104 hari pada dataran rendah, jadi cocok untuk pola pergilaran tanaman di NTB yang dapat memberikan kepastian hasil. KESIMPULAN Dari hasil pengkajian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Padi hibrida untuk berproduksi dengan baik memerlukan lingkungan tumbuh yang spesifik. Kedua galur tersebut memberikan variasi hasil antar lokasi antar musim, pada MH. lebih tinggi dibandingkan MK. pada dataran rendah dengan memberikan hasil yang tinggi dibandingkan IR64 dengan kelebihan hasil sekitar 27,46% hingga 22,18%. Hasil rata-rata yang dicapai pada dataran sedang lebih rendah dibandingkan dengan dataran rendah. 2. Umur panen MS099 100 hari dan MS811 104 hari pada dataran rendah lebih cepat 14-17 hari dibandingkan ditanam didataran sedang. Dibandingkan dengan IR64 sama umurnya, tetapi dengan Maro dan Rokan berbeda 18-19 hari pada dataran sedang dan kedua padi ini diminati oleh petani . 3. Galur MS 099 dan MS 811 tidak tahan terhadap tungro 4. Galur MS 099 tergolong aromatik dengan kandungan amilose 23,10% sedangkan MS 811 tidak aromatik dengan kandungan 22,52% dan rendemen beras kepala untuk kedua galur tersebut 68,29 – 70,87% (Zairin).
14
BEBERAPA JUDUL INFORMASI PAKET TEKNOLOGI DI PERPUSTAKAAN BPTP-NTB
7. Beberapa kajian teknologi hijauan pakan untuk mendukung pengembangan ternak ruminansia Sumber: Prosiding Seminar Nasional Klinik Teknologi Pertanian Sebagai Basis Pertumbuhan Usaha Agribisnis Menuju Petani Nelayan Mandiri. Manado, 9-10 Juni 2004: hal.973-980 8.
Sesuai dengan salah satu tugas dan fungsi perpustakaan BPTP NTB yang mendapatkan informasi dari berbagai sumber dari luar NTB, maka beberapa teknologi untuk lahan kering yang dapat disapaikan kepada pengguna di antaranya adalah : 1. Teknologi penanganan buah segar dan pengolahan buah pisang. Sumber: Prosiding Lokakarya Nasional Hasil Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian, 1999: hal.110—117
Pemanfaatan kulit pisang dan ampas tahu terhadap kinerja pertumbuhan ayam buras. Sumber: Prosiding Seminar Nasional Klinik Teknologi Pertanian Sebagai Basis Pertumbuhan Usaha Agribisnis Menuju Petani Nelayan Mandiri. Manado, 9-10 Juni 2004: hal.1074-1080
9.
Pembuatan tepung pengolahannya.
.ubi
jalar
dan
resep
Sumber: Folder Balai Penelitian Tanaman Kacangkacangan dan umbi-umbian. 10.Teknologi petani dalam memberantas hama dan penyakit tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan di Nusa Tenggara Barat.
2. Teknologi sistem usahatani salak di lahan kering. Sumber:Prosiding Lokakarya Nasional Hasil Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian, 1999: hal.126-133 3. Potensi usaha penggemukan sapi potong pada daerah perkebunan
Artikel tersebut di atas tersedia di perpustakaan BPTP-NTB. Bagi masyarakat yang berminat hubungi petugas perpustakaan dengan biaya foto copy ditanggung pengguna informasi. (Ismail ,A)
Sumber:Prosiding Lokakarya Nasional Hasil Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian, 1999: hal.161-164 4. Pengkajian sistem usahatani kacang tanah di ekoregional lahan kering Sumber: Prosiding Seminar dan ekspose Teknologi Balai Pengkajian Teknologi Jawa Timur,2002:250-261 5. Pengeringan gaplek pisang dengan rak pengering plastik. Sumber: Prosiding Seminar Nasional Pertanian Lahan Kering dan Lahan Rawa Banjarbaru, 18-19 Desember 2002: hal.218-224 6.
Produktivitas dan pendapatan petani jagung pada berbagai cara pengolahan tanah Sumber: Prosiding Seminar Nasional Klinik Teknologi Pertanian Sebagai Basis Pertumbuhan Usaha Agribisnis Menuju Petani Nelayan Mandiri. Manado, 9-10 Juni 2004: hal.645-655
Informasi Teknologi Pertanian Vol. 2 No.1
PERPUSTAKAAN BPTP-NTB . SEBAGAI SUMBER INFORMASI BAGI MASYARAKAT Pendahuluan Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta pengaruh era informasi dan globalisasi yang demikian pesat merupakan perwujudan dari hasil kemajuan berfikir manusia, dan hal lain juga sebagai konsekuensi dari banyaknya perubahan dan tantangan yang harus dihadapi serta dpecahkan oleh manusia itu sendiri. Salah satu sarana untuk menjembatani dan mengatasi masalah tersebut adalah perlu adanya suatu tempat atau wadah untuk menemukan informasi yang dibutuhkan masyarakat dengan cepat dan tepat diantaranya perpustakaan. Perpustakaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa tenggara Barat(BPTP-NTB.) termasuk
15
perpustakaan khusus yang pada awalnya dibentuk dalam rangka menunjang fungsi dan tugas induknya yaitu sebagai sumber informasi bagi peneliti, penyuluh dan staf teknis lainnya di BPTP-NTB. Namun akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat terutama teknologi informasi dan komunikasi dan globalisasi mengakibatkan perpustakaan BPTP-NTB makin sulit dibedakan dengan perpustakaan umum lainya, yaitu dituntut melayani pengguna dari masyakat misalnya mahasiswa/pelajar, dinas/ instansi, dan masyarakat umum yang ingin mencoba dan mengembangkan usaha taninya.
Koleksi perpustakaan Koleksi perpustakaan diperoleh dari pembelian langsung, pertukaran informasi dan hadiah melalui korespondensi dengan lembaga ilmiah di dalam maupun di luar negeri. Pengadaan koleksi pustaka sebagian besar dalam bentukmajalah/jurnal ilmiah dan buku/laporan dari berbagai sub sektor. Sampai akhir tahun 2003 jumlah majalah/jurnal yang diterima dapat dirinci sebagai berikut: majalah/jurnal 1.454 judul/ 2.500 eks.; buku/teks book 2.016 judul/ 2.605 eks.; brosur/folder/liptan 16.295 judul/ 40.010 eks.; laporan/referens 457 judul/ 729 eks.; mikro(CD/Disket) 52 judul.
Pelayanan perpustakaan Kegiatan jasa pelayanan meliputi jasa penelusuran, bimbingan pengguna perpustakaan dan layanan study literatur bagi mahasiswa/siswa, peneliti, penyuluh dan pengguna lainnya.
Jumlah pengunjung perpustakaan sampai dengan akhir tahun 2003 adalah: Dinas/Instansi 477orang; mahasiswa 5.701 orang; umum 460 orang. Jumlah ini belum termasuk peneliti, penyuluh staf lainnya di BPTP-NTB. Penyampaian materi informasi yang diterbitkan BPTP-NTB seperti liptan, folder, brosur, poster dan prosiding atau koleksi yang lebih, didistribusikan secara berkala kepada Dinas/Instansi terkait, penyuluh dan kelompok tani. Sejak perpustakaan di bawah Badan Litbang Pertanian jumlah materi informasi yang disebarkan adalah sebagai berkut: liptan 93 judul/246 500 eks.; folder 16 judul/15.500 eks.; brosur 10 judul/ 9700 eks.; poster 15 judul/14.500 eks.; dan prosiding 7 nomor/565 eks. Selain layanan tersebut juga memberikan bantuan meteri informasi kepada Dinas/Instansi dalam kegiatan AMD dan mahaiswa KKN untuk menunjang kegiatan penyuluhan di lapangan. Mulai tahun 2001 perpustakaan BPTP-NTB bekerjasama dengan Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA) Bogor membangun Pusat Informasi Komoditas Strategis komodite: kangkung, rumput laut dan jambu mete. Pusat informasi ini menyediakan pelayanan informasi berupa pelayanan informasi agribisnis dan penyediaan dokumentasi/artikel lengkap. Jumlah artikel yang tersedia adalah : dalam bentuk bibliografi kangkung 23 judul , rumput laut 74 judul , jambu mete 108 judul sedangkan dalam bentuk yang masih memerlukan penelusuran lebih lanjut yaitu CD. Jumlah untuk CD kangkung 85 judul, rumput laut 257 judul dan jambu mete 163 judul. (Ismail,A)
Perpustakaan dilengkapi dengan perangkat komputer untuk penelusuran dan mesin fotokopi.
Informasi Teknologi Pertanian Vol. 2 No.1
16
Sebagian besar wilayah Nusa Tenggara Barat adalah merupakan lahan kering yang dipergunakan untuk kegiatan budidaya pertanian. Penggunaan lahan terutama berupa tegalan dengan tanaman palawija (ubi jalar dan ubi kayu) dan kacangkacangan (kedelai, kacang tanah dan kacang gude), lahan perkebunan ditanami tanaman seperti pisang, mangga, mente, kelapa dan lain-lain Selanjutnya disebutkan bahwa terjadi peningkatan penggunaan lahan untuk pertanian. Jika dirinci perjenis penggunaan lahan pertanian yaitu luas lahan sawah, pekarangan, tegal, kebun, ladang/huma, tambak dan kolam mengalami peningkatan seluas 33,058 ha (7,76%) namun 1 lahan penggembalaan mengalami penyusutan tajam sebesar 67,597 ha (66%). Menyusutnya padang penggembalaan/padang rumput kemungkinan karena konversi ke penggunaan lain terutama untuk pertanian tanaman pangan dan perkebunan serta areal transmigrasi. Permasalahan yang ada di lahan kering cukup kompleks dan spesifik. Disamping itu sebagian besar petaninya merupakan petani kecil dengan jenis usaha dan sumber permodalan yang terbatas, karena saat musim kering lahan pertaniannya tidak dapat dimanfaatkan untuk tanaman pangan. Namun sebenarnya masih memiliki potensi lain salah satunya adalah hijauan makanan ternak seperti legum pohon dan jenis rumput yang tahan kekeringan. Hal ini merupakan salah satu peluang dalam pengembangan usaha ternak.
TERNAK KAMBING Kambing merupakan alternatif usaha bagi petani kecil di lahan kering, dipelihara sebagai salah satu usaha sampingannya. Namun demikian, usaha ternak kambing mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian rumah tangga petani marginal. Hal ini dibuktikan dengan masih bertahannya usaha ini sebagai bagian dari sistem usahatani masyarakat
Informasi Teknologi Pertanian Vol. 2 No.1
Kambing Batang
Sebagai Sumber Daya Lokal di Lahan Kering
atau petani kecil. Dipelihara di pekarangan rumah, dibuatkan kandang sederhana. Berbagai jenis ternak kambing, yang ada di masyarakat di antaranya kambing Kacang, kambing PE (Peranakan Etawah), serta kambing lokal. Jenis kambing Lokal ini, bila dilihat dari karakteristiknya merupakan paduan dari kambing Kacang dan kambing PE. Oleh masyarakat sering disebut kambing Batang dan kambing Menggala, yang mana masing-masing memiliki ciri-ciri khas. Memang secara khusus kambing-kambing tersebut di atas tidak jelas asal usulnya. Dari pengamatan para peneliti menyebutkan bahwa bila ada 2 atau lebih jenis ternak yang digembalakan secara bersama maka akan terjadi perkawinan di antara mereka. Dari hasil pengamatan oleh penulis, didapatkan bahwa dua jenis breed (yang dianggap oleh masyarakat sebagai kambing lokal setempatdaerah Sambelia) yaitu kambing Batang dan kambing Menggala memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda. Kambing Batang rata-rata bobot badannya 24,59 kg dengan tinggi badan 66,2 cm; lingkar dada 65,6 cm dan panjang badan 45,5 cm. sedangkan kambing Menggala memiliki bobot badan rata-rata 24,67 kg; lingkar dada 65,39 cm; tinggi badan 65,53 cm dan panjang badan 45,59. (lihat Grafik di sebelah) Perbedaan menyolok hanya terdapat pada ciri-ciri fisik yang khas seperti kambing Batang lebih mirip dengan kambing Kacang : bulu halus dan pendek biasanya berwarna coklat hitam atau kombinasi dengan putih; telinganya 2 relatif pendek dan tidak terkulai; kepala relatif kecil dan sempit; bagian perut ke belakang lebih besar dari pada bagian dadanya. Sedangkan kambing Menggala memiliki ciri lebih mirip dengan kambing PE : warna bulu krem, coklat muda, hitam, coklat-putih atau hitam putih; betina memiliki bulu-bulu yang lebih panjang terdapat pada paha bagian belakang dan sedikit bagian bawah perut, sedangkan yang jantan bulu-bulu yang panjang terdapat pada bagian atas leher; telinga agak panjang dan terkulai; bentuk tubuhnya rata antara bagian dada dengan bagian perut ke belakang. Ternyata kemampuan reproduksinya (perkembangbiakan) cukup menyolok yaitu kambing
Kambing Menggala
KAMBING LOKAL
17
Menggala 75% beranak kembar dengan tingkat pertumbuhan yang relatif lambat, sedangkan kambing Batang 72% beranak tunggal dan tingkat pertumbuhannya yang relatif cepat. Karakteristik kambing Batang dan Kambing Manggala 70 60 50 40 30 20 10 0 berat badan (kg)
lingkar dada (cm)
Tinggi badan (cm) panjang badan (cm)
Grafik 3. dapat dilihat pertambahan berat harian kambing Batang dan Menggala pada berbagai tipe kelahiran. Laju pertumbuhan pada ternak biasanya diawali secara perlahan-lahan, kemudian berlangsung secara cepat dan akhirnya perlahan kembali atau berhenti sama sekali. Laju pertumbuhan sejak lahir sampai disapih dipengaruhi oleh jumlah susu yang dihasilkan oleh induk. Produktivitas ternak ditentukan oleh 2 faktor utama yaitu faktor internal (genetik) dan faktor eksternal (lingkungan). Pemberian kondisi lingkungan yang kondusif akan memberikan efek positif terhadap ekspresi potensi genetik ternak bersangkutan. Dalam penerapannya di lapangan peran peternak akan menjadi sangat dominan dalam meningkatkan produktivitas ternak peliharannnya.
Ukuran tubuh
Batang
Kenaikan berat badan harian
Menggala
REPRODUKSI
Frekuensi kelahiran tertinggi pada bulan Mei; diperkirakan ternak-ternak mulai kawin pada bulan Desember-Januari. Walaupun tidak semua demikian beberapa betina beranak pada bulan Januari, Pebruari dengan jumlah 4yang relatif sedikit. Seorang ahli menyatakan bahwa kambing merupakan hewan yang kawin bermusim dan siklusnya dimulai bulan Agustus hingga Januari, dengan bulan-bulan September, Oktober dan November merupakan bulan yang paling baik untuk kawin. Anak kambing yang dilahirkan dengan bobot lahir 2,88 ± 0,559 kg (lahir tunggal), sedangkan bobot lahir kembar adalah 2,56 ± 0,556 kg. Kelahiran lebih dari satu anak untuk seekor kambing adalah normal; biasanya kembar dua dan kembar tiga. Kelahiran kembar dapat diperoleh melalui cara-cara seleksi terhadap sifat genetik dan makanan yang baik selama masa kebuntingan.
Berat lahir rata-rata anak kambing lokal 3,5 3
Be ra t lahir (kg)
2,5 2 Series1 1,5 1 0,5 0 tunggal ♂
tunggal ♀
Kembar ♂♂
Kembar ♂ ♀
kembar ♂♂♀
Tipe kelahiran
Pertambahan bobot badan harian anak yang lahir tunggal rata-rata 0,168 kg/ekor/hr, sedangkan anak yang lahir kembar 0,044 kg/ekor/hr. Pada
Informasi Teknologi Pertanian Vol. 2 No.1
Pe rta m ba ha n be ra t ba da n pe rha ri
0,250
0,200
0,150 Series1 0,100
0,050
0,000 Kembar ♂
Kembar ♂ ♀
tunggal ♀
tunggal ♂
kembar ♂♂♀
Jenis kelahiran
Sistem pemeliharaan ternak secara tradisional kurang mendukung meningkatnya permintaan akan daging. Diduga mutu genetik ternak kambing cenderung menurun, dan untuk ini diperlukannya suatu model perbaikan mutu ternak yang disesuaikan dengan sistem pemeliharaan dan kondisi spesifik. Disisi lain keragaan mutu genetik kambing cukup besar, sehingga peluang untuk meningkatkan produktivitas ternak kambing di Indonesia sangat besar. Melihat potensi yang dimiliki kambing Batang dan Menggala maka melalui intensifikasi pola pemeliharan yang baik akan mendapatkan produktivitas ternak yang lebih baik. Salah satu penyebab rendahnya produktivitas ternak kambing adalah perkawinan yang tidak tepat waktu yang disebabkan kurangnya pejantan dan pemilik kurang memperhatikan tanda-tanda birahi ternaknya. Disamping itu manajemen perkawinan sangat perlu diperhatikan agar anak lahir pada saat pakan cukup tersedia. Perbedaan performan reproduksi dua breed kambing lokal ini dapat menjadikan pilihan alternatif usaha yang lakukan oleh petani. Bila menginginkan kuantitas produk yang tinggi dapat memilih kambing Menggala karena lebih bersifat prolifik sedangkan apabila kualitas produksi yang diinginkan maka
18
pilihannya adalah kambing Batang karena beranak tunggal dengan tingkat pertumbuhan yang relatif cepat. Perbaikan mutu genetik dapat ditingkatkan melalui seleksi, sehingga mampu mempertahankan mutu yang ada dan dapat meningkatkan mutu menjadi lebih baik. Perbaikan pola pemeliharaan dapat meningkatkan produktivitas ternak melalui pemberdayaan petani sehingga harapan perbaikan taraf hidup petani kecil di pedesaan (Sasongko WR
dan Yohanes G. Bulu)
pengelolaan yang tidak tepat, ketersediaan air yang terbatas, lapisan olah tanah yang dangkal, sumberdaya manusia rendah, kelembagaan sosial yang lemah, adopsi teknologi yang kurang tepat. Yang menjadi perhatian utama adalah bahwa tumpuan harapan hidup sebagian besar masyarakat petani miskin serta merupakan wilayah penyangga untuk mempertahankan kualitas lingkungan. NTB merupakan salah satu propinsi dengan prevalensi kemiskinan cukup tinggi di Indonesia, sudah selayaknya prioritas utama pembangunan adalah pengentasan penduduk dari kemiskinan. Di NTB sebagian besar penduduknya menggantungkan hidupnya pada usaha pertanian (agribisnis dalam arti luas), maka upaya yang dilakukan akan lebih efektif bila sektor pertanian dijadikan sebagai prioritas pembangunan. Memang hingga saat ini belum jelas batasbatas kategori masyarakat miskin, namun khususnya yang menjadi salah satu indikator petani miskin adalah berdasarkan kepemilikan lahan. Jumlah penduduk miskin tertinggi (2003) adalah di Kabupaten Lombok Timur yaitu sebanyak 278.000 orang. Sebagian besar Kepala Keluarga (84 – 97%) memiliki pekerjaan utama sebagai petani. Dari lima desa contoh (Sambelia, Swangi, Korleko, Selebung Ketangga dan Sembalun) rata-rata penguasaan lahan tergolong sempit. Lahan sawah tadah hujan 0,45 ha, lahan sawah irigasi sederhana 0,64 ha, lahan tegalan atau ladang 0,45 ha kebun 0,89 ha dan kolam 0,02 ha.
PERAN TERNAK DALAM PENGEMBANGAN USAHATANI DI LAHAN MARGINAL
Lahan Kering di NTB
Sebagian besar wilayah Nusa Tenggara Barat merupakan lahan kering beriklim kering dengan curah hujan di bawah 1200 mm/tahun, bulan basah dua sampai empat bulan. Kondisi iklimnya sangat beragam dari iklim tropika basah sampai iklim semirangkai triopika. Potensi wilayah kering yang cukup luas dan berpeluang besar dikembangkannya sektor kehutanan dan pertanian dalam arti luas guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Bila dibandingkan dengan lahan sawah, maka potensi pengembangan lahan kering masih cukup luas, karena : 1. memungkinkan pengembangan berbagai komoditas pertanian untuk keperluan industri, 2. kemungkinan melakukan pengembangan pertanian terpadu (sistem integrasi tanaman-ternak), 3. memperluas peluang kerja yang lebih besar dengan investasi yang rendah misalnya di lahan kering tidak diperlukan pembangunan irigasi. Namun tentunya ada beberapa kelemahan yang ditemui dalam pengelolaan pengembangan di lahan kering antara lain : kerusakan ekosisitem sering terjadi pada
Informasi Teknologi Pertanian Vol. 2 No.1
Sistem Usahatani
Karakteristik lahan kering yang dicirikan oleh tingkat kesuburan yang rendah dan distribusi curah hujan yang sangat fluktuatif, sehingga musim kemarau tanaman sering menghadapi masalah kekeringan. Dengan kondisi yang demikian menyebabkan terjadinya keterbatasan komoditas yang diusahakan dalam sistem usahataninya, yang sebagian besar dimanfaatkan untuk tanaman palawija, sedikit digunakan untuk padi dan sayuran serta tanaman perkebunan (tembakau). Usahatani
19
padi dan palawija pada dasarnya lebih ditujukan pada upaya pemenuhan kebutuhan pangan keluarga (subsisten) dari pada pemenuhan permintaan pasar. Pengembangan komoditas yang sesuai dengan kondisi agro-ekosistem yang ada memanfaatkan teknologi hasil rakitan BPTP diharapkan dapat meningkatkan produktivitas sumberdaya yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan petani. Model usahatani lahan kering yang ingin di kembangkan hendaknya ditujukan pada peningkatan produktivitas lahan dan pendapatan petani serta kelestarian lingkungan dalam jangka panjang. Pemilihan tanaman dalam usahatani adalah untuk jangka pendek yaitu untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi petani serta untuk jangka panjang yaitu pengembnagan tanaman tahunan serta hijauan makanan ternak (HMT). Upaya meningkatkan produktivitas lahan kering serta pendapatan masyarakat tani di lahan kering ditentukan oleh tingkat pengelolaan biofisik, sosio-ekonomi teknologi dan komoditi yang dipilih. Ternak merupakan salah satu komponen usahatani secara umum. Jenis dan tipe ternak yang diusahakan tergantung pada kemampuan yang dimiliki oleh petani. Dengan sistem integrasi tanaman-ternak merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan efisiensi dalam sistem usahatani. Sapi, kerbau, kambing dan unggas (ayam, itik, entok atau burung dara) merupakan jenis ternak yang menjadi komponen dalam suatu sistem usahatani. Jenis ternak yang diusahakan tentunya sesuai kemampuan modal, tenaga kerja serta kebutuhan akan jasa. Sebagian besar ternak diusahakan sebagai usaha sampingan, sebagai tabungan hidup; ditinjau dari segi sosial-ekonomi sifat usaha yang demikian cukup memberikan arti bagi petani. Dengan pilihan jenis ternak didasari atas berbagai pertimbangan. Misalkan sapi dipelihara (sistem kadasan atau bukan) ada yang bertujuan semata-mata sebagai tabungan ada juga yang memiliki fungsi lain seperti untuk tenaga kerja (membajak lahan pertaniannya). Unggas khususnya ayam kampung merupakan jenis ternak favorit yang dipelihara sebagai tabungan hidup. Sebagai tabungan tentunya banyak berbicara tentang bagaimana memasarkannya. Sifat sebagai tabungan artinya dapat pergunakan sewaktu-waktu saat dibutuhkan. Melihat dari sifat demikian tentunya tidak ada masalah dengan proses penjualan. Hal ini bisa menjadi indikator bahwa jenis ternak yang dijadikan tabungan hidup oleh suatu keluarga tani, berarti memiliki prospek pemasaran yang cukup baik. Seperti ayam kambpung – saat akan dijual – dimana saja dapat melakukan transaksi, tidak harus di pasar. Sebagai penutup, bahwa usaha ternak cukup memiliki peluang untuk dikembangkan dalam sistem usahatani guna meningkatkan pendapatan petani miskin di lahan marginal. Hal ini tentunya dengan Informasi Teknologi Pertanian Vol. 2 No.1
mempertimbangkan jenis ternak yang dipilih mulai dari ruminansia besar-kecil hingga berbagai jenis unggas, dengan memperhatikan kondisi sosial, budaya dan ekonomi. Sehingga dalam mentransfer suatu teknologi dibutuhkan kecermatan dan tentunya inovasi teknologi yang tepat, bersifat teknologi tepat guna yang spesifik lokasi. ( Sasongko WR) (Sumber :
Makalah-makalah yang disampaikan pada Seminar Nasional 2004).
Teknologi Tumpang Sisip
Jagung Kacang hijau di lahan kering Tumpang sisip yaitu menanam jagung sebagai tanaman pertama selanjutnya sebelum panen umur 85 hari disisip dengan penanaman Kacang hijau (sebagai tanaman kedua) diantara jagung . Penanaman di lahan kering awal musim hujan. Teknologi Budidaya Jagung :
Pembersihan lahan , atau selanjutnya diikuti aplikasi herbisida (kalau perlu)
Untuk yang pembersihan biasa langsung penugalan jagung, kalau menggunakan aplikasi herbisida penugalan benih jagung setelah 10 hari.
Menggunakan jagung komposit 30 kg/ha. Jarak tanam 80 x 40 cm , 2 (dua) biji/lubang.
Pemupukan : 300 kg/ha Urea, 100 kg /ha SP-36 ,50 kgg/ha KCl, (½ Pupuk Urea + seluruh SP-36 + Seluruh KCl diberikan pada pemupukan I (umur 7-14 hst) dengan cara ditugal sedalam 5 10 cm lalu ditutup tanah lagi. Sedangkan sisa pupuk Urea diberikan pada saat pemupukan II (umur 30-45 hst).
Penyiangan dilakukan 2 kali yaitu umur 2 dan 4 minggu , sekaligus dilakukan pembumbunan.
Pengendalian hama penyakit dilakukan dengan menerapkan konsep pengendalian hama terpadu (PHT).
Panen dilakukan pada saat kelobot jagung berwarna coklat, biji jagung mengkilap dan jika ditekan tidak berbekas.
20
Teknologi Tumpang Sisip dengan kacang hijau
BELAJAR DARI PENGALAMAN
Kacang hijau ditanam setelah jagung berumur 85 hari
PENAS XI 2004
Kacang hijau ditugal dengan jarak tanam 40 x 15 cm dengan 2 – 3 biji/lubang dengan kedalaman lubang tugal 3 – 5 cm. Karena jarak antar baris jagung adalah 80 cm maka diantara barisan jagung ditugal 2 baris kacang hijau sejauh 20 cm dari baris jagung dengan demikian jarak tanam kacang hijau antar baris 40 cm.
DI MINAHASA
Benih digunakan sebanyak 20 – 25 kg/ha , dengan menggunakan varietas anjuran seperti Perkutut dll.
Pemupukan 50 kg urea/ha, 50 kg Sp-36/ha dan 50 kg KCl/ha.
Penyiangan dilakukan 1 (satu) kali pada umur 21 hst.
Pengendalian hama dan penyakit, dilakukan setiap enam hari sekali dengan penyemprotan Covracon atau Decis sejak tanaman umur seminggu sampai minggu ke sembilan.
Panen dilakukan , bila sebagian besar polong sudah berwarna coklat sampai hitam.
No
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Uraian Usahatani
Jagung Prod (kg/ha) Peneriamaan (Rp/ha) Total biaya (Rp/ha) Keuntungan (Rp/ha) R/C Kacang hijau Prod (kg/ha) Peneriamaan (Rp/ha) Total biaya (Rp/ha) Keuntungan (Rp/ha) R/C Total keuntungan
Penerapan teknologi Sesuai anjuran Teknologi Jagung+Kacang Jagung hijau (tumpang traisional sisip) monokulture 2.045 1.738,250
1.553 1.320,050
832.036
761.376
917.214
558.674
2,1
1,7
583,60 1.750,800
0 0
394.000
0
1.356.800
0
1,3 2.274.014
0
Informasi Teknologi Pertanian Vol. 2 No.1
Pekan Nasional (PENAS) kontaktani-nelayan merupakan ajang bagi para kontak-tani nelayan seluruh Indonesia. Pertemuan akbar ini diselenggarakan setiap 4 tahun sekali secara bergilir setiap propinsi yang ditetapkan berdasarkan rembug Kontaktani-nelayan Analan (KTNA). Propinsi NTB menjadi tuan rumah PENAS IX tahun 1996. banyak pihak yang menilai pelaksanaannya berjalan sukses, seperti yang diungkapkan Asisten II Setda Propinsi Kalimantan Tengah ketika penulis bertemu di Manado pada saat mengikuti PENAS X di Tasikmalaya Jawa Barat dan PENAS XI di Minahasa Sulawesi Utara. Hal ini tentu tidak membuat kita lupa diri untuk terus berpacu dalam berprestasi. Tema PENAS XI adalah untuk meningkatkan motivasi dan kegairahan petaninelayan dan masyarakat pelaku agribisnis dalam pembangnan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi. Sebagai rangkaian acara persiapan PENAS Propinsi NTB menyelenggarakan Pekan Daerah (PEDA) tanggal 3-6 Mei 2004 sebagai ajang latihan bagi parapeserta PENAS yang akan berangkat ke Manado. Kegiatan PEDA hampir sama dengan kegiatan PENAS. NTB mengirim sebanyak 250 orang kontingen yang berasal dari seluruh kabupaten/kota se-NTB.
Pembukaan PENAS XI dilakukan oleh Presiden RI Megawati Soekarnoputri tanggal 5 Juni 2004 di Stadiun Maesa Tondano yang dihadiri oleh 12 ribu
21
kontaktani-nelayan se Indonesia. Selain itu, juga dihadiri oleh para pejabat dari pusat dan daerah, swasta dan petani ASEAN dengan jumlah undangan 2.000 orang. Peserta PENAS selain menginap diberbagai hotel dan penginapan di Manado juga konsentrasi tempat tinggal peserta di rumah penduduk di kabupaten Minahasa, yaitu kontingen dari propinsi Bengkulu, Papua, Sulteng, Bali, Kalteng, Sumut, Kalbar, Sulsel di Tandano Barat,kontingen Di Yogyakarta, Kaltim, DKI Jakarta di Tandano Timur, kontingen NAD, Sulsel di Tondano Utara, kontingen Sulut di Sonder, kontingen NTB, NTT, Lampung, Babel, Jabar di Tomohon Utara, kontingen Gorontalo, Maluku, Kalsel dan Banten di Tomohon Selatan dan kontingen Maluku Utara di Airmandidih. Selama acara PENAS yang berlangsung tanggal 5-10 Juni para peserta dapat mengikuti berbagai jenis kegiatan mulai dari temu wicara dengan presiden, temu wicara dengan menteri, temu teknologi lapang, temu petani ASEAN, konggres wanita tani nelayan, munas forum komunikasi P4S, pelantikan masyarakat agribisnis jagung, temu usaha agribisnis, temu karya, studi banding widya wisata, karya agroforestry, unjuk tangkas, seni dan olahraga, pembentukan asosiasi produsen padi nasional, musyawarah Perhiptani, peragaan, mukernas Ikamaja, dialog antar generasi, kongres pemuda taninelayan, asosiasi petani kelapa Indonesia dan musyawarah ikatan Penyuluhan Pertanian Indonesia. Meskipun PENAS di Minahasa Manado diperkirakan menghabiskan dana Rp 23 milyard, tetapi memberikan dampak terhadap peningkatan pendapatan masyarakat mulai dari tukangojek, pedaang kaki lima, hotel, warung, restoran, biro perjalanan dan lain-lain. Sampai saat ini Badan Litbang Pertanian membawahi 10 unit kerja eselon II, yaitu Sekretariat Badan Litbang, Puslitbangtanak, Puslitbanghorti, Puslitbang Peternakan, Puslitbang Tanaman Pangan, Balai Besar Pasca panen, Balai Besar Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik. Secara fungsional Badan Litbang membina 2 unit eselon II lainnya, yaitu Lembaga Riset Perkebunan Indonesia dan Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian. Di samping itu juga, Badan Litbang didukung oleh 28 unit kerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) yang tersebar hampir di seluruh Indonesia. Selain itu, terdapat pula balai/Loka penelitian komoditas dan bidang masalah sebanyak 14 Balai dan 6 Loka. Saat ini Badan Litbang memiliki 7.670 orang pegawai, 3.100 adalah peneliti dengan kualifikasi 271 orang S3, namun demikian dalam 5-10 tahun mendatang sebagian besar peneliti senior akan
Informasi Teknologi Pertanian Vol. 2 No.1
memasuki usia pensiun, sehingga diperlukan penggantinya. Dalam waktu lima tahun terakhir Badan Litbang telah menghasilkan berbagai rekomendasi kebijakan dan inovasi teknologi antara lain: inventarisasi potensi sumber daya lahan Indonesia yang dibuat dalam peta dengan berbagai skala, berbagai varietas unggul padi, vanili, kelapa sawit, karet, tebu, kopi, kakao dll. Di bidang peternakan juga telah berhasil dikembangkan bibit unggul domba, kambing, dan itik serta sejumlah vaksin dan produk biologi yang sesuai dengan kondisi Indonesia. Semoga Badan Litbang Pertanian dapat mencapai Centre of the excellent sesuai dengan harapan Menteri Pertanian pada berbagai kesempatan.( Dr.
Mashur Kepala BPTP NTB)
EKSPOSE & SEMINAR NASIONAL SISTEM INTEGRASI
TANAMAN-TERNAK Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan telah menyelenggarakan Seminar Nasional dan Ekspose “Sistem Integrasi TanamanTernak Mendukung Pengembangan Agribisnis Peternakan Berdaya Saing”. Penyelenggaraan acara tersebut atas kerjasama dengan BPTP Bali dan CropAnimal Systems Research Network (CASREN) yang bertempat di Sanur-Bali tanggal 20 – 22 Juli 2004. Kepala Badan Litbang Pertanian Achmad Suryana memberikan sambutan pada saat acara
Seminar dan Ekspose Nasional Sistem Integrasi Tanaman Ternak di Sanur - Bali.
22
pembukaan. Dalam kesempatan ini menyampaikan bahwa lahan pertanian seperti daerah persawahan, perkebunan dan tegalan, sebagian telah dimanfaatkan dengan optimal untuk menghasilkan suatu komoditas ‘tunggal’. Namun karena harga komoditas cenderung fluktuatif dan nilai rupiah yang rentan terhadap depresiasi, perlu diupayakan suatu langkah kongkrit untuk mengatasi hal ini. Pengalaman Badan Litbang Pertanian mengembangkan peternakan pola integrasi di persawahan, perkebunan sawit dan lainnya ternyata telah membuktikan bahwa pendekatan ini sangat tepat ditinjau dari aspek teknis, ekonomis, sosial maupun lingkungan. Oleh karena itu sekarang perlu ditingkatkan upaya pemanfaatan lahan-lahan berpotensi tinggi untuk mengembangkan ternak pola integrasi, terutama di kawasan persawahan, tegalan dan perkebunan. Dengan inovasi yang tepat di kawasan ini dapat dikembangkan ternak, terutama sapi, kambing maupun domba, melalui pola integrasi. Pengembangan ternak pola integrasi ini hanya akan terwujud bila ada pemahaman yang baik, serta ada upaya keras para petugas pertanian, para pengusaha pertanian.
Indonesia. Implementasi sistem integrasi tanamanternak berpotensi besar untuk dikembangkan di kawasan perkebunan terutama perkebunan rakyat. Dari aspek teknis sistem ini cukup aplikatif, dari aspek ekonomi dinilai cukup menguntungkan, sedangkan dari aspek sosial cukup dapat diterima. Areal perkebunan rakyat yang tersedia dan berpotensi untuk dimanfaatkan salah satunya adalah tanaman jambu mente.
EKSPOSE BPTP NTB ikut serta tampil dalam ekspose dengan memamerkan beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan ternak sapi bali dalam sistem integrasinya. Materi yang dipamerkan berupa posterposter hasil litkaji : 1. Menentukan Waktu Kawin Sapi Bali, berisikan informasi tentang penentuan waktu kawin
Selanjutnya Kepala Badan Litbang Pertanian menyampaikan bahwa plasma nutfah nasional kita, Sapi Bali, ternyata sangat cocok untuk dikembangkan melalui pola sistem integrasi. Oleh karena itu upaya pelestarian dan pemanfaatannya perlu terus didorong sehingga tantangan kita untuk berswasembada daging melalui peningkatan populasi dapat diwujudkan. Direktur Pengembangan Peternakan, Ditjen Bina Produksi Peternakan menyampaikan beberapa hal bahwa potensi pengembangan ternak ruminansia yang dapat diintegrasikan dengan berbagai jenis tanaman. Mengingat bahwa hampir semua peternak merupakan petani sawah, perkebunan, peladang dan nelayan maka kombinasi kegiatan usaha peternakan dengan usahatani lainnya akan dapat meningkatkan efisiensi usahanya. Menyadari potensi yang ada, pemerintah telah dan terus memfasilitasi pemanfaatan sistem integrasi ternak dengan tanaman melalui pelaksanakan pilot proyek, bantuan permodalan, penyediaan informasi. Dirjen Bina Produksi Perkebunan dalam penyampaian orasinya menyatakan bahwa sistem integrasi tanaman ternak khususnya tanaman perkebunan merupakan salah satu alternatif potensial dalam upaya mendukung pengembangan agribisnis peternakan sekaligus agribisnis perkebunan di Informasi Teknologi Pertanian Vol. 2 No.1
Achmad Suryana (Kepala Badan Litbang Pertanian) saat mengunjungi stand BPTP NTB
pada pertank sapi Bali dan memperkirakan waktu beranak. Disampaikan dalam bentuk diagram. 2. Menuju Sapi Sehat, merupakan informasi tentang monitoring terhadap perkembangan anak sapi serta manajemen pemberian pakannya pada tingkat perkembangan dan gizi yang diperlukan. 3. Kalender Perkawinan, berisikan informasi tentang waktu yang tepat untuk mengawinkan ternak sapi Bali yang didasarkan atas pertimbangan ketersediaan pakan (musim hujan dan musim kering). Disamping itu pertimbangan lainnya yang sebagai ternak kerja dalam kaitannya dengan masa kebuntingan ternak.
23
4. Cara Menentukan Bobot Badan sapi Bali, berisikan tentang cara menentukan bobot badan sapi Bali menggunakan pita ukur. Di sana sudah dilengkapi dengan tabel yang berisi ukuran lingkar dada dengan bobot badan. Jadi pengguna tinggal mengukur lingkar dada sapi kemudian hasil pengukuran dicocokan di tabel meka akan terlihat bobot badan yang tercantum di dalamnya. 5. Sistem Integrasi Ternak Sapi di Lahan Kering Berbasis Jambu Mente. Berisikan tentang kegiatan litkaji BPTP – mengintegrasikan ternak sapi Bali pada lahan pertanaman jambu Mente; pemanfaatan tanaman semusim di antara jambu Mente serta pengolahan buah semu jambu Mente. Materi lainnya berupa bentuk sesungguhnya yaitu olahan buah semu jambu Mente (dodol dan abon), jerami fermentasi, kompos produksi kelompok tani Gerak Maju binaan BPTP NTB. Selain itu maket “Kandang Kolekif” yang merupakan kandang kolektif secara umum terdapat di pulau Lombok dan telah dimodifikasi dengan beberapa fasilitas kandang seperti : kandang pejantan, kandang sapih, kandang tempat mengawinkan dan tempat prosesing kompos dan jerami fermentasi. Pengunjung stand BPTP NTB cukup banyak, beberapa pengunjung sangat tertarik dengan hasil pengkajian Balai yaitu Cara Mudah untuk Menentukan Bobot Badan Sapi Bali. Banyak pengunjung yang terpaksa mencatat dari poster yang ditempel di dinding karena persediaan leaflet terbatas. Selain itu olahan buah semu juga ternyata cukup menarik perhatian pengunjung, karena sebagian besar sudah mengetahui pembuatan sirupnya tetapi belum untuk olahan lainnya. (Sasongko WR, Yohanes G. Bulu,
Sudarto dan Farida S.)
PEKAN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN
Tridasawarsa
memasuki usianya yang ke 30 pada bulan Agustus 2004. Saya pun tercengang ketika seorang teman mengucapkan selamat ulang tahun, saya katakan siapa yang ulang tahun karena saya ingat ulang tahun saya bukan bulan Agustus, dan dengan cepat teman saya itupun mengatakan selamat ulang tahun Badan Litbang Pertanian. Puncak acara dipusatkan di Kampus Pertanian Cimanggu Bogor mulai tanggal 3 – 8 Agustus 2004 sebagai kegiatan Pekan Inovasi Teknologi Pertanian . Menurut laporan ketua panitia Dr. Kusumo Dewyanto bahwa banyak yang dikerjakan dan dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian selama 30 tahun terakhir, namun masih ada inovasi teknologi yang belum dimanfaatkan, sehingga dampak yang dirasakan masyarakat khususnya petani belum optimal. Oleh karena itu, masih banyak yang diperlukan untuk diseminasi hasil teknologi pertanian dengan berbagai bentuk dan cara, salah satunya melalui kegiatan ekspose. Berbagai kegiatan yang dilakukan dalam menyambut tri dasa warsa Badan Litbang Petanian, yaitu: berbagai kegiatan seminar/lokakarya yang diselenggarakan oleh Sekretariat, Puslit dan Balit, Temu koordinasi teknis fungsional, temu aplikasi, kongres konsorsium, diskusi panel, sarasehan penyuluhan, temu bisnis, peluncuran progran (software), pertemuan dharma wanita, pameran dan open house dan orasi APU serta aneka lomba. Dalam sambutannya Kepala Badan Litbang Pertanian Dr. Ahmad Suryana, mengatakan bahwa momentum ini sangat penting untuk mengenalkan teknologi pertanian yang telah dihasilkan dan sekaligus memberikan umpan balik ke depan untuk mendukung pengembangan sistem dan usaha agribisnis pertanian dalam era desentralisasi dan persaingan global yang semakin meningkat. Selanjutnya dikatakan, berbagai tantangan yang akan dihadapi antara lain pemenuhan kecukupan pangan , peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan, penyediaan lapangan kerja dengan tetap mengoptimalkan kelestarian sumberdaya pertanian. Untuk dapat berkontribusi dalam pembangunan pertanian, maka keberadaan Badan Litbang Pertanian perlu diketahui oleh masyarakat luas, baik bagi pengguna maupun bagi pemangku kebijakan. Oleh karena itu, dalam menyambut HUT Badan Litbang Pertanian ingin menampilkan diri secara nyata kepada masyarakat, apa yang telah dikerjakan dan apa yang telah
Badan Litbang Pertanian Tanpa terasa waktu terus berjalan dari detik kedetik, hari ke hari dan tahun ke tahun tanpa kompromi, kini Badan Litbang Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian RI telah
Informasi Teknologi Pertanian Vol. 2 No.1
24
dihasilkan serta yang lebih penting lagi adalah apa yang dapat diberikan untuk mengawali pembangunan nasional pada periode lima tahun mendatang. Berdasarkan pertimbangan ini maka Badan Litbang Pertanian yang lahir tanggal 26 Agustus 1974 menyelenggarakan Pekan Inovasi Teknologi pertanian dalam memperingati hari jadinya yang ke 30. Acara ini melibatkan partisipasi dari pengambil kebijakan di tingkat pusat maupun daerah, pelaku agribisnis, asosiasi, organisasi profesi, ilmuan, pemerhati, media masa dan masyarakat umum, serta lembaga internasional. Disamping pelaksanaan EKSPOSE, juga dilaksanakan Seminar-seminar dalam taraf Nasional dan Internasional. Sejak pembukaan hari Selasa 3 Agustus 2004, telah dilaksanakan Seminar Penajaman Kreativitas Peneliti, Puslitbang Peternakan melakukan Lokakarya Nasional Fungsional non Peneliti sedangkan LRPI melaksanakan Gelar Teknologi. Tanggal 4 Agustus 2004 dilaksanakan serangkaian kegiatan antara lain : Kilas Balik 30 tahun Badan Litbang Pertanian, penyerahan buku “Dua Abad Penelitian Pertanian Indonesia, Penghargaan kepada Peneliti berprestasi, penyerahan varietas dan bibit unggul, pencananganan Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu oleh Walikota Bogor serta penanaman Lasma Nutfah. Menteri Pertanian memberikan sambutan pembukaan acara Pekan Inovasi Teknologi Pertanian serta penandatanganan 8 buah prasasti peresmian gedung dan monumen logo “Agro Inovasi”. Selanjutnya pada siang harinya dilaksanakan Seminar Arah, Strategi dan Program Pembangunan Pertanian ke depan. Secara paralel Puslitbang Peternakan melaksanakan Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner; Balitro melaksanakan
Hj. Sii Marlinda (tengah) menerima penghargaan dari Kepala Badan Litbang Pertanian, sebagai Staf Administrasi terbaik pada BPTP NTB
Informasi Teknologi Pertanian Vol. 2 No.1
Seminar Pengembangan Agribisnis Tanaman Rempah dan Obat; Pustakan Melaksanakan Temu Aplikasi Teknologi Informasi dalam Pengelolaan Perpustakaan Digital; dan Puslitbang Horti melaksanakan Seminar Nasional Tanaman Hias. Tanggal 5 Agustus 2004; Puslitbang Tanaman Pangan melaksanakan Seminar Tridasawarsa Kinerja Penelitian Tanaman Pangan; Puslitbang Tanak meluncurkan program software agroklimat; Puslitbang Sosek Pertanian dan Pustaka melaksanakan Sarasehan Penyuluh; Puslitbang Horti melaksanakan Kongres dan Konsorsium Industri Benih Hortikultura; BB Mektan melaksanakan Seminar Nasional Mekanisasi Pertanian; serta Peripi dan Komnas PN melaksanakan Simposium dan Lokakarya. Hari Jum’at tanggal 6 Agustus 2004, Sekretariat Badan melaksankan Orasi APU; BB Pasca Panen melaksanakan Seminar Peningkatan Daya Saing Pangan Tradisional, disamping itu Puslitbang Peternakan melaksanakan Lokakarya Kambing Nasional yang dilaksanakan di Balai Veteriner. Ekspose dilaksanakan 3 – 8 Agustus 2004, berbagai hasil utama kinerja UPT lingkup Badan Litbang Pertanian selama 30 tahun terakhir dipamerkan secara lengkap. Hasil penelitian dari Balit, Balai Besar; hasil pengkajian dari BPTP dipamerkan secara lengkap oleh masing-masing UPT. Balit memperagakan berbagai produk-produk unggul seperti varietas unggul, dan teknologi-teknologi terbaru lainnya. Balai Besar memamerkan teknologi pengolahan (BB Pasca Panen), teknologi Alsintan (BB Mekanisasi) dan sebagainya. BPTP memamerkan berbagai teknologi terapan yang spesifik lokasi. BPTP NTB pada Ekspose tersebut memamerkan hasil-hasil pengkajian dalam bentuk poster anatar lain : litkaji Kangkung, litkaji Cabe Merah, litkaji Jagung di Lahan Kering, litkaji Sistem Usahatani ternak Sapi di lahan kering berbasis Jambu Mente, Agribisnis Manggis dan sebagainya. Beberapa varietas padi lokal (plasma nutfah) yang dibawa dan dipamerkan diantaranya padi bulu putih, padi merah, padi beton, ketan hitam, ketan merah dan ketan putih serta berasnya. Buah-buahan yang termasuk plasma nutfah yaitu : jeruti (pamelo) dan sawo Plampang. Varietas-varietas tersebut mengundang perhatian dari peneliti dan staf teknis dari Balitro dan Balitbio untuk dikoleksi sebagai plasma nutfah karena dibeberapa daerah varietas tersebut sudah langka. Olahan buah semu Jambu Mente cukup mendapat perhatian pengunjung terutama ibu rumah tangga dan siswa sekolah. Tembakau SENANG juga cukup disukai oleh perokok yang sempat mencoba aromanya.
25
Beberapa komoditas yang cukup berpeluang sebagai usaha Agribisnis adalah sapi Bali. Beberapa pengunjung ingin memperoleh informasi lebih lanjut yang berkaitan dengan ternak sapi Bali. Baik itu potensinya, keunggulannya serta produktivitasnya. Bahkan ada yang menanyakan tentang perolehan bibit sapi Bali. Selain itu komoditas Kangkung yang merupakan sayuran khas pulau Lombok dan telah diketahui bersama cukup digemari oleh masyarakat
DAMPAK KRISIS EKONOMI
TERHADAP KETAHANAN PANGAN MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH DI P. LOMBOK Ketersediaan Pangan Pokok
Kepala Badan Litbang Pertanian Dr. Achmad Suryana saat mengunjungi stand BPTP NTB.
dari daerah lain di luar pulau Lombok memiliki peluang untuk pengembangan Agribisnis. Mangga Darekande dan Mangga Weni yang dibawa khusus dari NTB telah ditanam di halaman Kampus Penelitian Pertanian-Cimanggu sebagai salah satu koleksi plasma nutfah, mengikuti tanaman lain yang telah ditanam oleh Menteri Pertanian – Bungaran Saragih pada saat acara Pembukaan Ekspose dan Seminar Nasional Pekan Inovasi Teknologi Pertanian. Pekan Inovasi Teknologi ditutup dengan acara santai dan hiburan bersama keluarga besar Badan Litbang Pertanian. Acara santai berupa senam bersama, lomba joged, lomba kreasi anak-anak serta acara Aduan Domba sebagai acara tradisional. Demikian sekilas kegiatan selama sepekan di Kampus Penelitian Pertanian-Cimanggu Bogor. 2004.(Mashur , Sasongko)
Ketersediaan pangan untuk keperluan rumah tangga sehari-hari ternyata telah terjadi pergeseran. Gambaran kondisi ini dapat dilhat bahwa pada umumnya masyarakat di perkotaan tidak menyimpan bahan pangan pokok (beras), terdapat kecenderungan pangan pokok dibeli setiap hari. Kecenderungan ini juga terjadi di pedesaan, dimana sebagian besar kepala keluarga bekerja di sektor pertanian. Fenomena ini menunjukkan bahwa rumahtanga berpendapatan rendah sangat rentan terhadap perubahan harga pangan. Apabila mereka menyimpan bahan pangan maka komoditas yang disimpan terbatas pada padi yang diperoleh dari hasil panen atau upah buruh panen dalam bentuk beras maupun gabah. Petani yang tidak menyimpan bahan pangan bukan sematamata karena panen yang kurang berhasil, tetapi karena adanya kebutuhan lain yang mendesak. Identifikasi Kerawanan Pangan Sebelum krisis ekonomi, sebagian besar rumahtangga dapat memenuhi kebutuhan pangan. “Kebutuhan pangan” yang dimaksud lebih terfokus pada pemenuhan pangan pokok yaitu beras. Kecenderungan ini menunjukkan betapa kuatnya peran beras sebagai pangan pokok, sehingga menjadi indikator pemenuhan kebutuhan pangan. Sejak krisis ekonomi terjadi, jumlah rumahtangga yang dapat memenuhi kebutuhan pangan menurun, dari 100 % menjadi 91 % di kota dan dari 68 % menjadi 30 % di desa. Penyebab rumahtangga tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan adalah pendapatan mereka yang terbatas sebagai akibat sulitnya mencari pekerjaan dan harga pangan yang mahal. Dengan demikian penyebab dari rendahnya ketahanan pangan rumahtangga karena pendapatan terbatas dan harga pangan mahal sehingga daya beli rumahtangga terhadap pangan menurun. Tingkat Pendapatan dan Perubahannya Rata-rata pendapatan rumahtangga di kota Rp 51 ribu/kapita/bulan lebih besar daripada di desa
Informasi Teknologi Pertanian Vol. 2 No.1
26
Rp 25 ribu/kapita/bulan. Sebagian besar pendapatan rumahtangga di kota dari sektor non pertanian terutama buruh/jasa (27 %) dan pedagang (31 %), namun dijumpai rumahtangga dengan sumber pendapatan dari sektor pertanian yaitu usaha di lahan sawah dan buruh tani (30 %). Sebaliknya untuk wilayah desa, sumber pendapatan utama berasal dari sektor pertanian.
beras yang dikonsumsi rumahtangga tetap, namun terjadi penurunan kualitas. Masyarakat merasa tidak kesulitan untuk memperoleh beras baik sebelum maupun semenjak krisis berlangsung. Hal ini mengindikasikan bahwa turunnya ketahanan pangan rumahtangga bukan karena pangan (beras) tidak tersedia di pasar tetapi karena daya beli rumahtangga terhadap pangan terbatas.
Krisis ekonomi telah merubah jumlah pendapatan rumahtangga, sebagian besar rumahtangga merasa jumlah riil pendapatan yang diperoleh menurun sebagai akibat terbatasnya kesempatan kerja dan terjadinya pemutusan hubungan kerja. Untuk rumahtangga yang bekerja di sektor pertanian, penurunan pendapatan juga disebabkan oleh penurunan produksi beras karena input produksi yang digunakan terutama pupuk dan pestisida berkurang.
Tingkat partisipasi konsumsi pangan sumber protein hewani dominan di pedesaan NTB adalah ikan segar dan ikan olahan (43,75 %), sedangkan di kota dominan ikan (31 %), telur (30 %), dan daging (16,2 %). Sumber protein nabati dominan adalah tahu dan tempe dengan tingkat partisipasi konsumsi di kota dan desa masing-masing 47,4 % dan 18,75 %.
Pola Konsumsi Pangan dan Non Pangan Total pengeluaran rumahtangga (pangan dan non pangan) di kota Rp 66 ribu /kapita/bulan dan di desa Rp 59 ribu/kapita/bulan, proporsi pengeluaran pangan baik di kota maupun di desa sekitar 81 %. Proporsi pengeluaran pangan ini lebih tinggi dibandingkan dengan hasil analisis data Susenas tahun 1996 (70 %). Sebagian besar pengeluaran pangan rumahtangga digunakan untuk kebutuhan pangan pokok terutama kelompok padi-padian khususnya beras. Pengeluaran untuk padi-padian di daerah perkotaan 48 % dan pedesaan 53 %. Disini terlihat dominasi beras sebagai pangan pokok penduduk, sehingga masyarakat tidak beralih ke bahan pangan pokok lain seperti umbi-umbian meskipun harga beras relatif mahal. Tingkat konsumsi ikan relatif tinggi, hal ini disebabkan ikan mudah didapat dengan harga murah sehingga ikan menjadi sumber protein terbesar bagi rumahtangga berpendapatan rendah di NTB. Alokasi pengeluaran non pangan sebagian besar untuk pemenuhan kebutuhan pokok seperti perumahan, barang dan jasa serta pakaian. Pengeluaran untuk perumahan 34 %, barang dan jasa 41%, sedangkan pengeluaran pakaian, alas kaki dan tutup kepala mencapai 15 %.
Perubahan Konsumsi Pangan Pola pangan pokok masyarakat adalah beras, ditunjukkan oleh tingkat partisipasinya yang mencapai 100 %. Frekuensi makan rumahtangga pada umumnya tiga kali sehari. Sejak krisis ekonomi, terjadi penurunan frekuensi konsumsi pangan pokok baik di desa maupun di kota. Preferensi sangat besar, hal sebagai pangan kenaikan harga.
rumah tangga terhadap beras ini terlihat dari bertahannya beras pokok tunggal walaupun terjadi Terdapat kecenderungan jumlah
Informasi Teknologi Pertanian Vol. 2 No.1
Secara umum peran beras sebagai pangan pokok tetap dominan walaupun terjadi kenaikan harga. Sedangkan untuk mie, pangan hewani dan minyak goreng terjadi penurunan frekuensi konsumsi. Sekitar 65 % rumahtangga yang menyatakan terjadi penurunan konsumsi mie, 80 % menyatakan terjadi penurunan konsumsi telur ayam dan 67 % menyatakan terjadi penurunan konsumsi minyak goreng.
Perubahan Konsumsi Non Pangan Selain pada komoditas pangan, penurunan daya beli rumahtangga juga berdampak pada penurunan frekuensi konsumsi non pangan baik dalam jumlah, kualitas maupun jenisnya. Perubahan pengeluaran non pangan terbesar pada pengeluaran untuk pakaian. Jenis pengeluaran lain seperti perumahan, barang dan jasa, kesehatan dan sekolah hanya mengalami perubahan relatif kecil. Dengan adanya krisis ekonomi tidak semua jenis pengeluaran non pangan mengalami perubahan. Jenis pengeluaran yang relatif tetap adalah pengeluaran perumahan, kesehatan dan keperluan sekolah. KESIMPULAN Proporsi pengeluaran pangan penduduk berpendapatan rendah masih relatif tinggi (di atas 80 %). Alokasi pengeluaran pangan terbesar bagi rumahtangga adalah untuk pemenuhan pangan pokok (padi-padian) yaitu mencapai 46-57 % dari total pengeluaran pangan Dengan adanya krisis ekonomi terjadi peningkatan rumahtangga rawan pangan yang tergambar dari penurunan jumlah rumahtangga yang tahan pangan (khususnya pangan pokok yaitu beras) baik di kota maupun di desa. Krisis ekonomi menyebabkan perubahan frekuensi konsumsi pangan dan non pangan rumahtangga. (Studi kasus di Sukaraja Kab. Lotim, Montong Sapah Kab. Loteng dan Ampenan Kota Mataram) Sri Hastuti Suhartini, Andri Nurwati,
dan Kukuh Wahyu W2)
27
PANEN PERDANA DAN TEMU LAPANG
CABE MERAH
dan sekitarnya maupun pihak-pihak lainnya yang terkait. Areal yang dipanen ke 8 seluas 14 Ha milik kelompok tani Phoenix Baru.
OLEH GUBERNUR NTB DI SEMBALUN TGL. 24 JULI 2004
Temu Lapang, Panen Perdana dan Pelepasan Pengiriman Cabai merah dari Sembalun ke Pulau Jawa di desa Sembalun Lawang Kecamatan Sembalun Kabupaten Lombok Timur, yang secara simbolis dilakukan oleh Gubernur NTB bersama masyarakat petani sekitar disaksikan oleh para undangan. Pada temu lapang ini menampilkan keunggulan teknologi hemat biaya produksi . Dari hasil panenan ke 8 yang dipanen Gubernur di areal pengkajian seluas 14 Ha diperoleh hasil 2.346 kg cabai besar varietas Hot Beauty dan cabe keriting varietas TM 999, total 5.213 kg . Jika dibandingkan dengan petani sekitar yang menggunakan pupuk melebihi rekomendasi dengan varietas yang sama masing masing untuk TM 999 panenan ke 8 diperoleh 2.400 kg dan varietas Hot Beauty 1.900 kg, sehingga dalam setiap panen terdapat kenaikan hasil 446 kg Hot Beauty dan 467 kg TM 999. Penghematan biaya produksi dalam bentuk penggunaan jumlah dan jenis pupuk sekitar Rp1.230.000,- per Ha. Keunggulan teknologi hemat biaya sebagai materi Temu Lapang tersebut memberikan dampak petani sekitar untuk dapat berhitung guna diperoleh efisiensi biaya produksi, dengan harapan mau menerapkannya pada musim tanam yang akan datang. Temu Lapang dilaksanakan pada areal pengkajian Cabai merah yang telah dipanen 7 kali dan pada panen ke 8 inilah yang ditemu lapangkan karena merupakan puncak hasil yang perlu didiseminasikan kepada masyarakat petani Sembalun
Informasi Teknologi Pertanian Vol. 2 No.1
Pada kesempatan tersebut Bupati Lotim memberikan sambutannya. Pemerintah Lombok Timur sangat menaruh perhatian kepada jenis komoditi yang mempunyai nilai ekonomi tinggi seperti kentang, wortel, apel dan cabai atau sejenisnya yang kelak akan bisa mengangkat kehidupan ekonomi masyarakat, untuk itu pemerintah Lotim tahun anggaran 2004 ini telah mengakolasikan tidak kurang lebih Rp 40 miliyard. Bantuan langsung pada masyarakat termasuk juga yang diberikan bantuan pinjaman Revolving fun dkepada KUD di sembalun untuk memperkuat permodalan bagi anggotanya, ini salah satu usaha yang kita tempuh untuk mendorong perkembangan usaha usaha yang bersifat produktif dan bernilai ekonomi sangat tinggi terutama pada para petani di Sembalun Lawang , Bumbung dan Sajang. Kita sangat berpengalaman dimasa lalu, kita telah mendapat keuntungan besar dimasa lalu dari panen bawang putih, tetapi kita lupa bahwa kita telah memproduksi bawang putih dengan tidak mengendalikan penggunaan pupuk yang luar biasa . Dari hasil penelitian yang dilakukan dua ahli dari Jerman memberikan laporan bahwa penggunaan pupuk kimia dan pestisida di Sembalun sudah melampaui ambang batas. Oleh karena itu selalu diingatkan pada kita semua jangan karena napsu kita memproduksi. Petunjuk yang diberikan oleh BPTP NTB dalam menerapkan teknologi tepat guna supaya diperhatikan sungguh-sungguh. Juga yang perlu kita perhatikan adalah keseimbangan kelestarian alam dengan produksi tidak melampaui apa yang telah kita lakukan , petunjuk yang sudah diberikan oleh BPTP NTB. Tentang penggunaan pupuk organik dan kimia secara seimbang sekali lagi supaya diperhatikan. Belum lama ini telah diresmikan data data tentang rinjani bagaimana kerusakan lingkungan sehingga produksi bawang putih menurun.
28
Gubernur NTB pada acara ini memberikan juga pengarahan. Beberapa waktu yang lalu kawasan sembalun terkenal dengan hasil utama komoditi bawang putih, maka seiring dengan menurunya produksi bawang putih dalam waktu tiga tahun terakhir daerah sembalun kembali menjadi sorotan perhatian karena didaerah ini telah berkembang usaha agribisnis didalam skala besar dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan semua daerah seperti P. jawa dan keperluan export. Bagi saya ( Gub ) , bergairahnya usaha pertanian dikawasan sembalun ini mengandung dua maksud ; Pertama meskipun produksi bawang putih menurun namun komditi pertanian lain seperti yang kita panen yaitu cabai merah dikawasan sembalun ini sangat cocok untuk komoditi pengembangan tanaman lainya .Artinya, saat ini memang mempunyai tingkat kesuburan yang sangat tinggi sehingga cocok untuk pembudidayaan berbagai jenis tanaman . Yang kedua ; Dengan adanya pertanian berskala besar saya melihat salah satu program pembangunan pertanian yaitu program pengembangan usaha dan system agribisnis yang terus kita dorong dewasa ini telah mulai berjalan . Memang disadari bahwa system agribisnis yang ingin kita wujutkan adalah sistem agribisnis yang mempunyai kateristik berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan tersentralisasi juga terintegrasi dengan pasaranya, jadi ada jaminan produksi produksi pertanian , artinya ada jaminan harus dilemparkan/dipasarkan. Dalam pengembangan sistem agribisnis seperti ini memang seharusnya pertanian yang berada pada posisi menemukan dan mengenali keunggulan komperatif dan keunggulan dengan melakukan analisa potensi yang kita miliki secara cermat demgan demikian potensi kewirausahaan agribisnis akan lebih bersifat positip dan dapat mewujutkan pusat pusat pertumbuhan suatu produk unggulan. Produk unggulan di sembalun ini bukan hanya satu seperti bawang putih juga berbagai produk produk unggulan yang punya daya saing kompetitip oleh karena itu jangan hanya terikat dan terpaku pada satu jenis komoditi seperti bawang putih saja , dan harus ada pengembangan diversifikasi beberapa jenis komoditas unggulan lainya. Namun demikian kitapun sadar saat ini masyarakat petani kita masih memiliki keterbatasan dalam pengembangan sistem agribisnis antara lain keterbatasan pengetahuan dan keterampilan , keterbatasan teknologi dan modal sehingga untuk mengembangkan sistem ini Informasi Teknologi Pertanian Vol. 2 No.1
membutuhkan dukungan dari bertbagai pihak seperti dunia usaha, peneliti dan pemerintah. Dalam hal ini , BPTP NTB sebagai lembaga penelitian membimbing para petani untuk memajukan semua masalah ini, sedangkan dari pemerintah dalam hal ini kabupaten Lombok Timur telah mempersiapkan dana bagi para petani yang masih memerlukan tambahan modal. Begitu juga ada pengusaha yang bermitra dengan bapak bapak petani dalam hal ini adalah PT. Berkah Alam Kasturi. Untuk tahap awal didalam seperti kemitraan ini memang masih menempatkan petani pada posisi yang kurang menguntungkan namun seiring dengan berjalannya kemitraan antara dunia usaha dengan petani seperti yang dilakukan di PT . Berkah Alam Kasturi ini , para petani akan mendapatkan banyak pelajaran dan pengalaman yang dapat dijadikan bekal apabila petani dapat mengembangkan usaha agribisnis ini secara mandiri dalam kerangka pengembangan agribisnis. Dihimbau kepada PT. Berkah Alam Kasturi untuk memberikan perhatian dan ruang gerak yang lebih memadai bagi para petani yang terlibat didalam usaha agribisnis yang dikembangkan saat ini . Para petani hendakya tidak diposisikan sebagai buruh atau pekerja semata namun perlu diberikan kesempatan lebih banyak untuk menimba ilmu diperusahaan ini agar nantinya mereka dapat melakukan usaha agribisnis yang mandiri , jika memungkinkan manajemen perusahaan diharapkan dapat memberikan binaan serta bantuan teknis dan permodalan kepada para petani disekitar perusahaan ini bantuan moril dan materil. Hal ini sangat penting sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat daerah ini sehingga masyarakat akan ikut menjaga kesinnambungan jalanya perusahaan, dengan demikian satu sisi perusahaan dapat teroperasi dengan lancar dan mendapat keuntungan , dan disisi lain petani dapat mengembangkan usahanya, memiliki kesempatan kerja maupun menikmati nilai tambah pendapatan . Terkait dengan pengembangan usaha agribisnis komoditi di PT. Berkah Alam Kasturi , ini satu hal yang perlu dicermati adalah masalah pemasaran dan saya yakin perusahaan ini telah memiliki pasar pasar tersendiri namun perusahaan harus benar benar menjaga kualitas produksi yang dipasarkan keluar daerah . Jelas produk kita ini memiliki kompetitiv dari daerah lain . Dalam pesannya Gubernur NTB mengatakan , khususnya kepada Pemda Lotim ( Bupati ) untuk tidak henti hentinya berjuang mengembangkan daerah sembalun ini sebagai kawasan agribisnis karena sesungguhnya kawasan daerah gunung rinjani memiliki tingkat kesuburan yang sangat tinggi dan
29
cocok pembudidayaan berbagai jenis komoditi pertanian yang dapat memberikan harapan kedepan , misalnya wortel, kentang , cabai bahkan apel . Dari hasil pelaksanaan kegiatan Temu Lapang yang dihadiri kurang lebih 120 orang masyarakat petani termasuk rombongan Gubernur, Bupati Lombok Timur, tamu pusat dan undangan lainnya, memberikan keyakinan kepada petani tentang beberapa hal sbb: 1.
2.
3.
4.
5.
Petani biasanya menggunakan pupuk per Ha senilai Rp 2.525.000,- terdiri dari: 600 kg NPK,100 kg Urea, dan 300 kg SP36. Sedangkan dalam pengkajian pupuk yang digunakan senilai Rp 1.295.000,- terdiri dari: 200 kg Urea, 300 kg ZA, 200 kg SP36, dan 150 kg KCL. Sehingga, penghematan biaya dari teknologi produksi cabai merah di Sembalun Lawang berupa efisiensi penggunaan jumlah dan jenis pupuk senilai kurang lebih Rp1.230.000,- per ha, Melalui acara diskusi dan tanya jawab, tumbuh kemauan masyarakat petani Sembalun terhadap teknologi efisiensi biaya produksi yang akan mencoba menerapkan pada musim yang akan datang. Sehingga apabila teknologi tersebut diterapkan pada areal cabai di Sembalun yang seluas 125 Ha maka akan diperkirakan terjadinya efisiensi biaya produksi senilai 125 x Rp 1.230.000,- = Rp 153.750.000,- per musim tanam atau per tahun. Terjalin hubungan antara masyarakat petani penanam cabai merah di Sembalun dengan mitra usaha dari PT. Berkah Alam Kasturi Semarang yang hadir pada acara Temu Lapang, untuk bisa bernegosiasi sesuai keperluan pada musim tanam mendatang. Tambahan wawasan dan pengalaman bagi masyarakat petani Sembalun dan undangan yang hadir tentang berbagai hasil olahan dari bahan cabe merah serta produk-produk pertanian lainnya dari Sembalun yang dipamerkan dalam pameran mini di lokasi acara Temu Lapang. Ada umpan balik dari pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Koperasi dan UKM dalam penjelasannya tentang peluang mendapatkan fasilitas kredit bagi petani pada umumnya dan khususnya kepada petani Sembalun untuk menambah modal dalam penyediaan sarana produksi.
Dari hasil pelaksanaan Temu Lapang tersebut dapat disimpulkan beberapa hal sbb: 1. Teknologi hemat biaya produksi dalam agribisnis cabe merah berupa efisiensi penggunaan jenis dan jumlah pupuk dapat menjadikan petani cabai untuk berhitung dan melakukan pilihan alternatif dalam meningkatkan produktivitas cabai merah sekaligus pendapatannya. Informasi Teknologi Pertanian Vol. 2 No.1
2. Dengan menggunakan jenis dan jumlah pupuk sesuai hasil pengkajian yang ditemu lapangkan, akan diperoleh efisiensi hemat biaya produksi senilai Rp 1.230.000,- per ha bila dibandingkan dengan dosis dan jenis pupuk yang biasa digunakan petani selama ini. 3. Sesuai himbauan dan ajakan pemerintah daerah dalam hal ini Gubernur, Teknologi hemat biaya ini perlu disebarluaskan pada daerah-daerah serupa terutama dalam menjalin hubungan dengan mitra usaha untuk kemudahan pemasaran hasilnya. 4. Kegiatan Temu Lapang memberikan dampak positip terhadap penyebaran teknologi dan perlu ditindak lanjuti lebih luas. (Ibnu, Andri, Irianto)
SEMINAR NASIONAL PEMBERDAYAAN PETANI MISKIN DI LAHAN MARGINAL MELALUI INOVASI TEKNOLOGI TEPAT GUNA Lahan kering merupakan sumberdaya yang sangat potensial dan strategis dalam pembangunan pertanian terutama dalam menunjang ketahanan pangan rumah tangga, wilayah dan sebagai pusatpusat pertumbuhan ekonomi baru yang mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat Nusa Tenggara Barat (NTB), mengingat luas lahan kering di NTB sangat dominan yaitu mencapai 84%. Disadari bahwa selama ini pembangunan pertanian lebih banyak dikonsentrasikan pada lahan sawah/ daerah irigasi, sementara daerah lahan kering belum mendapat porsi yang memadai. Sebagian besar petani miskin hidup di pedesaan terutama di wilayah lahan marginal (lahan kering) dengan fasilitas infra struktur yang tidak memadai sehingga mereka kurang akses terhadap pasar input, kredit dan pasar produk, sumber informasi dan teknologi. Untuk itulah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTB bekerjasama dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Mataram. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) NTB, dan Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) NTB telah melakukan seminar Nasional dengan thema “ Pemberdayaan petani miskin di lahan marginal melalui inovasi teknologi tepat guna” pada tanggal 31
30
Agustus – 01 September 2004 di gedung “ M. Yusuf Abubakar” Unram. Tujuan diselenggarakannya seminar ini adalah : (1) menghimpun, menganalisis dan merumuskan teknologi yang cocok bagi pemberdayaan petani miskin di lahan marginal ; (2) menyebar luaskan dan mengkomunikasikan teknologi tepat guna di lahan marginal. Guna mencapai tujuan yang diharapkan, maka telah dibahas sebanyak 11 topik makalah utama yang didahului dengan pembicara kunci oleh kepala Badan Litbang Pertanian diwakili Dr. David A Kapuslitbang Perkebunan, 32 makalah penunjang yang disajikan secara oral dan 31 makalah penunjang yang disajikan secara poster. Adapun Topik makalah utama yang dibahas adalah (1) Pemberdayaan Petani Miskin Melalui Inovasi Teknologi Petani, Oleh Kapus Sosek Pertanian; (2) Pengelolaan Tanah dan Pertanian Untuk Keberlanjutan Produktivitas Lahan Tadah Hujan Lombok Selatan, oleh Prof. Ir. Mansur Ma’shum,Ph. D (Rektor Unram); (3) A Whole – Farm System Approach to Enhaching Bali Cattle Production in Mixed Crop Livestock System of Eastern Indonesia oleh Dr. Cam Mc Donald (peneliti dari Australian Center For International Agricultural Research); (4) Kajian Teknologi Padi di Lahan Marginal Oleh Dr Mahyudin Syam (Kepala Perwakilan IRRI Indonesia); (5) Issu dan Strategi System Menuju Sistem Pertanian Lahan Kering Berkelanjutan dan Penanggulangan Kemiskinan, Kasus Petani Mete di NTB oleh Dr. Astia Dendi, M.Sc (senior Advisor/ Program Koordinator GTZ Propinsi NTB); (6) Mencari Skenario Pengembangan Pertanian Lahan Kering yang Berkelanjutan di Propinsi NTB oleh Dr. Suwardji (ketua pusat pengkajian lahan kering dan rehabilitasai lahan (P2LKRL) Fakultas Pertanian Unram; (7) Kebijakan Pengembangan Lahan Marginal Berbasis Teknologi Tepat Guna di NTB oleh Drs. M. Fathurahman, M.Sc Kepala Pappeda Propinsi NTB; (8) Prospek Pengembangan Pusat-Pusat Pembibitan Sapi Bali di Lahan Marginal Untuk Mendukung Penyediaan Sapi Bakalan di NTB oleh Dr. Mashur (kepala BPTP – NTB); (9) Saprotan Utama Mendukung Perbaikan Kuantitas dan Kualitas Produksi Pertanian di Indonesia oleh Direktur CV Saprotan Utama Semarang; (10) Konteks Ekologi Kultural Kawasan Timur Indonesia dalam Optimalisasi Lahan Kering oleh Dr. Kedy Suradisastra (Deputi bidang Investasi dan Pembiayaan, Kementrian Percepatan Pembangunan Kawasan Timur Indonesia) dan (11) Kapita Selekta Mengenai Hubungan Kamar Dagang dan Industri Dengan Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna di NTB oleh Kadinda NTB. Acara seminar yang dihadiri oleh 128 orang peserta dari unsur, peneliti,
Informasi Teknologi Pertanian Vol. 2 No.1
dosen, penyuluh, praktisi, pakar, pemerhati dan birokrat, yang berasal dari NTB dan beberpa propinsi lain di Indonesia, dibuka oleh Gubernur NTB yang diwakili Sekretaris Daerah Ir. Nanang Samodera KA, M.Sc dan ditutup Rektor Unram Prof. Ir. Mansur Ma’shum, Ph.D. Berdasarkan masukan dari Gubernur NTB dan Kepala Badan Litbang Pertanian, hasil pembahasan 11 makalah utama, 32 makalah yang didiskusikan pada sidang kelompok dan 31 makalah poster, hasilnya telah dirangkum dalam suatu rumusan sebagai berikut : 1. Pemberdayaan petani miskin harus dilakukan melalui : (i) optimalisasi pemanfaatan lahan kering dengan menggali dan mengembangkan nilai tambah hasil pertanian lahan kering melalui peningkatan kandungan teknologi inovasi tepat guna (ii) Melalui pengembangan infrastruktur dan kelembagaan ekonomi sehingga ekologi lahan kering menjadi lebih kondusif mampu bersaing dan menjanjikan bagi masyarakat dan pemerintah setempat 2. Ditinjau dari aspek agronomi, dan peternakan di daerah lahan kering (marginal) memiliki daya dukung rendah terhadap komoditi pertanian untuk menghasilkan produksi optimum. Perbaikan teknologi budidaya pada lahan kering harus menerapkan keterpaduan berbagai teknologi yang tersedia, sebagai berikut : a. Pemanfaatan tanaman yang telah diketahui kemampuaannya untuk beradaptasi dengan kondisi nisbi ekstrim di lahan kering, seperti : padi gogo, padi gogo rancah, jagung, kacang hijau, kacang panjang, pisang, mangga, dan mete b. Perbaikan potensi genetik dari beberapa
Pembukaan Seminar Nasional oleh Sekda NTB
komoditi bernilai ekonomis tinggi seperti
31
3.
cabe, bawang merah, tomat, semangka dan melon agar mampu beradaptasi terhadap cekaman kekeringan, efisien dalam penggunaan unsur hara, dan tahan terhadap beberapa hama serta penyakit penting c. Pengembangan bahan organic baik dari limbah tanaman maupun kotoran ternak dan penggunaan penutup tanah (cover crops) untuk memperbaiki kondisi fisik, biologi dan kesuburan tanah d. Sistem usaha tani (SUT) integrasi tanaman ternak potensial yang dapat memanfaatkan hijauan ternak dan residue tanaman secara maksimal e. Peningkatan produktivitas ternak dilaksanakan antara lain melalui kegiatan perbaikan manajemen pemeliharaan ternak, perbaikan lingkungan kesehatan ternak, penyediaan dan pemberian pakan yang diintegrasikan dalam suatu usaha tani, mengatur jadwal perkawinan ternak yang disesuaikan dengan musim dan ketersediaan pakan bagi induk dan anak yang dilahirkan f. Kekurangtersediaan pakan ternak pada musim kemarau, dapat dilakukakn melalui kegiatan penyimpanan, pengawetan dan pemanfaatan limbah tanaman pertanian (agriculture by product) dan legum pohon yang tersedia Peningkatan optimalisasi pengembangan lahan kering sebagai sumber pangan, pusat pertumbuhan ekonomi memerlukan langkahlangkah sebagai berikut : a. Karakterisasi dan identifikasi sumberdaya (alam, manusia, ekonomi, sosial budaya lahan kering) b. Analisis kelembagaan dan kekuatan lahan kering c. Analisis peluang pasar komoditi, produk pertanian lahan kering d. Pembangunan dan pengembangan infrastruktur lahan kering e. Pengembangan dan pemberdayaan kelembagaan sosial ekonomi di lahan kering f. Pengembangan dan pemberdayaan SDM di lahan kering g. Perakitan teknologi tepat guna h. Pengembangan pola kolaborasi lintas sektoral i. Pengembangan komoditas dan produk pertanian yang sesuai dengan potensi sumber daya setempat
Informasi Teknologi Pertanian Vol. 2 No.1
4.
Untuk keperluan memutakhirkan teknologi inovasi pertanian tepat guna sehingga teknologi tersebut kontekstual dan meningkatkan nilai tambah komoditi dan produk pertanian dalam rangka optimalisasi pemanfaatan lahan kering sebagai sumber pangan dan pusat pertumbuhan ekonomi, maka kegiatan penelitian pengembangan lahan kering harus tanpa mengabaikan kegiatan penelitian dasar seperti pemanfaatan kemajuan di bidang bio teknologi, (Muzani)
PRIMA TANI
Prima Tani adalah suatu model atau konsep
baru diseminasi teknologi yang dipandang dapat mempercepat
penyampaian
informasi
dan
penyebaran inovasi teknologi pertanian serta umpan balik bagi penajaman penelitian dan pengembangan
selanjutnya.
Prima
Tani
diharapkan dapat berfungsi sebagai jembatan penghubung langsung antara Badan Libang Pertanian atau BPTP sebagai penyampaian (delivery system) maupun pelaku agribisnis (receiving system) pengguna inovasi.
LOKASI PENGEMBANGAN
Pelaksanaan Prima Tani untuk TA 2005‐
2009 di Nusa Tenggara Barat pada agroekosistem Lahan Kering Dataran Rendah Iklim Kering. Adapun pengembangan direncanakan di satu atau lebih desa dalam satu kabupaten kesatuan wilayah agriekosistem
yang
layak
sebagai
pilot
percontohan Prima Tani yaitu pada Kabupaten Sumbawa, Sumbawa Barat dan Dompu.
32