TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam
Volume 4, Nomor 1 : Februari 2016
Efektivitas PKBM Dalam Pemberdayaan Masyarakat pada Program Pengentasan Buta Aksara oleh PKBM di Desa Gandasari Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo Propinsi Gorontalo Naufal Ilma IAIN Sultan Amai Gorontalo Abstrak PKBM adalah wadah kegiatan masyarakat yang diarahkan untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang tepat dan sesuai dengan tuntutan kesempatan yang terbuka berdasarkan kebutuhan pasar, serta tersedianya sumber dan faktor pendukung lainnya yang terdapat di dalam masyarakat. PKBM sebagai salah satu lembaga pendidikan non formal yang berlangsung dikelola oleh masyarakat dapat menggali, menumbuhkan, mengembangkan dan memanfaatkan seluruh potensi yang ada di masyarakat, untuk sebesar-besarnya dalam pemberdayaan masyarakat sendiri. Pengentasan Buta Aksara oleh PKBM desa Gandasari sudah maksimal dilihat dari beberapa kegiatan yang dilakukan PKBM pada desa tersebut. Kata Kunci : Efektivitas PKBM, Pengentasan Buta Aksara. manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Qs 96:35).1 Ayat tersebut menunjukan jika manusia tanpa melalui belajar, niscaya tidak akan dapat mengetahui segala sesuatu yang dibutuhkan bagi kelang-sungan hidupnya di dunia dan akhirat. Pengetahuan manusia akan ber-kembang jika diperoleh melalui proses pendidikan. Selanjutnya, berdasarkan data BPS dari tahun 2015 hingga sekarang, tercatat penduduk buta aksara usia 10-44 tahun sebesar 4.410.627 jiwa. Data ini merupakan indikator rendahnya Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia, dimana indeks pem-bangunan manusia Indonesia berada pada peringkat 111 dari 117 negara di dunia dan salah satu indikatornya adalah tingkat buta aksara. Akselerasi penuntasan buta aksara telah diupayakan pemerintah melalui Pendidikan Untuk Semua (selanjutnya disingkat: PUS) yang menargetkan penurunan jumlah buta aksara sebesar 15% hingga tahun 2015. Bahkan pada tahun 2015 pemerintah menargetkan pencapaian penurunan buta aksara mencapai 5%.2
A. Latar Belakang Penyelenggaraan pendidikan Luar Sekolah (disingkat: PLS) dimak-sudkan untuk memberikan pelayanan pendidikan kepada masyarakat yang tidak dapat terlayani pendidikannya pada jalur pendidikan sekolah. PLS memegang peranan penting untuk memfasilitasi pendidikan masyarakat melalui pelatihan, kursus, ataupun kegiatan lain yang berhubungan dengan pemenuhan kecakapan hidup (life skill), sehingga masyarakat mampu memberdayakan diri, mandiri, dan da-pat meningkatkan taraf hidupnya. Pandangan Islam tentang konsep tegas yang mewajibkan agar umatnya melaksanakan program pendidikan bagi masyarakat buta aksara, dapat dirujuk dalam dalil yang jelas, sebagaimana pada Qs. Al-Alaq: 3-5: Terjemahnya: ”Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada
1
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: Mahkota, 2005), h.598 2 Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Penyelenggaraan Program Keaksaran. (Jakarta:
55
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam
Salah satu alternatif yang ditempuh oleh pemerintah selama ini dalam mengentaskan buta aksara adalah menggadakan program paket belajar dan paket usaha diberbagai pusat kegiatan belajar yang terdapat di daerah tertentu, seperti pada tingkat Kecamatan dan Desa. Pendirian paket usaha dan paket belajar ini, bertujuan agar WB dapat memenuhi kebutuhan pendidikan dan memiliki kecakapan hidup yang memadai melalui “Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (selanjutnya disingkat: PKBM)”. B. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Secara akronim PKBM berarti Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat. Pemaknaan ini pun dapat menjelaskan filosofi PKBM. Hal ini dijelaskan secara rinci yaitu sebagi berikut: 1. Pusat, berarti bahwa penyeleng-garaan PKBM haruslah terkelola dan terlembagakan dengan baik; 2. Kegiatan, berarti bahwa di PKBM diselenggarakan berbagai kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat setempat; 3. Belajar, berarti bahwa berbagai kegiatan yang diselenggarakan di PKBM haruslah merupakan kegiatan yang mampu memberikan terciptanya suatu proses transformasi dan peningkatan kapasitas serta perilaku anggota komunitas tersebut ke arah yang lebih positif; 4. Masyarakat, berarti bahwa PKBM adalah upaya bersama suatu masyarakat untuk memajukan dirinya sendiri secara bersama sesuai dengan ukuran idealisasi masyarakat itu sendiri akan makna kehidupan.3 Dari makna tersebut, dapat dikatakan bahwa PKBM adalah wadah kegiatan masyarakat yang diarahkan untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang tepat dan sesuai dengan tuntutan kesempatan yang terbuka berdasarkan kebutuhan pasar, serta tersedianya sumber dan faktor
Volume 4, Nomor 1 : Februari 2016
pendukung lainnya yang terdapat di dalam masyarakat. Depdiknas mengatakan bahwa: ”PKBM adalah suatu lembaga pendidikan non formal yang dibentuk dan dikelola dari, oleh dan untuk masyarakat yang secara khusus berkonsentrasi pada usaha pembelajaran dan pemberdayaan masyarakat (komunitas tertentu) sesuai dengan kebutuhan komunitas tersebut.”4 Menurut Sihombing, ”Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) adalah wadah kegiatan masyarakat yang diarahkan untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang tepat dan sesuai dengan tuntutan kesempatan yang terbuka berdasarkan kebutuhan pasar, serta tersedianya sumber dan faktor pendukung lainnya yang terdapat didalam masyarakat.”5 Mempertegas pengertian di atas, Direktorat Pendidikan Masyarakat mengatakan bahwa: ”PKBM adalah suatu lembaga pendidikan non formal yang dibentuk dan dikelola dari, oleh dan untuk masyarakat yang secara khusus berkonsentrasi pada usaha pembelajaran dan pemberdayaan masyarakat (komunitas tertentu) sesuai dengan kebutuhan komunitas tersebut.”6 C. Tujuan dan Fungsi PKBM PKBM sebagai salah satu lembaga pendidikan non formal yang berlangsung dikelola oleh masyarakat dapat menggali, menumbuhkan, mengembangkan dan memanfaatkan seluruh potensi yang ada di masyarakat, untuk sebesar-besarnya dalam pemberdayaan masyarakat sendiri. Sehubungan dengan itu Direktorat Pendidikan Masyarakat mengemukakan tujuan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yaitu: (1) Agar 4
Depdiknas, Visi Media Kajian Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda (Mengembangkan Kemandirian Melalui Pendidikan Luar Sekolah, (Jakarta: Ditjen Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda, Direktorat Tenaga Teknis, 2003), h. 5. 5 Depdiknas, Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Kini dan Masa Depan Konsep, Kiat dan Pelaksanaan, (Jakarta: PD Mahkota, 2000), h. 106. 6 Direktorat Pendidikan Masyarakat, Pedoman Pengelolaan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), (Jakarta: Depdikbud, 2003), h. 5.
Ditjen Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda, Direktorat Tenga Teknis, 2012), h. 1. 3 Forum-Komunikasi Indonesia @yahoo.com.www.fkpkbm.or.id. Dikunjungi: 24 Oktober 2012.
57
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam
memiliki pemahaman dan persepsi yang sama tentang prinsip/prosedur pembentukan, pengelolaan dan pembinaan PKBM, (2) mempersiapkan, menata, melengkapi berbagai perangkat yang dibutuhkan, (3) mengarahkan, mengendalikan dan mengkoordinaksikan pelaksanaan program kegiatan PKBM dengan pihak terkait melalui jalur pendidikan non formal sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja, (4) memperluas kesempatan belajar dan meningkatkan kualitas pelayanan program pendidikan non formal.7 D. PKBM Sebagai Wadah Pember-dayaan Masyarakat Kegiatan PKBM bervariasi tergantung pada kebutuhan pendidikan dan kebutuhan belajar, potensi lingkungan yang tersedia atau yang dapat disediakan, serta kemungkinan kendala yang muncul dalam pengelolaan dan pelaksanaan fungsi PKBM. Pada dasarnya berbagai kegiatan pembelajaran dapat diselenggarakan di PKBM berdasarkan lingkup kegiatan, satuan, dan jenis PLS. Penyelenggaraan kegiatan itu dapat dilakukan oleh lembaga sektoral dan atau lintas sektoral. Berdasarkan lingkup kegiatan Pendidikan Luar Sekolah, Depdiknas PKBM dapat menyelenggarakan dan mengelola (1) pendidikan anak usia dini, (2) pendidikan keaksaraan, (3) pendidikan kesetaraan, (4) pendidikan keterampilan (bekal) hidup, (5) pendidikan perempuan, (6) pendidikan kepemudaan, (7) pendidikan usia lanjut, (8) pendidikan keterampilan pengetahuan dan nilai keprofesian, dan (9) pendidikan melalui media masa.8 Depdiknas menjelaskan bahwa PKBM yang berbasis masyarakat minimal memiliki 2 (dua) fungsi, yakni: (1) fungsi utama sebagai wadah berbagai kegiatan belajar masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk mengembangkan diri dan masyarakat. (2) fungsi pendukung di antaranya sebagai pusat informasi bagi masyarakat sekitar, bagi lembaga
Volume 4, Nomor 1 : Februari 2016
pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat, pusat jaringan informasi dan kerjasama, tempat koordinasi, konsultasi komunikasi dan bermusya-warah, serta sebagai tempat kegiatan penyebarluasan program dan teknologi tepat guna.9 E. Sekilas profil Desa Gandasari kec. Tolangohula kab. Gorontalo Lokasi desa Gandasari kec. Tolangohula kab. Gorontalo terletak 4 km. di sebelah barat daya kota kecamatan. Luas wilayah Gandasari 709.595 Ha, yang meliputi 206.846 Ha dikelola masyarakat untuk ladang dan tegalan, untuk perkebunan seluas 307.900 Ha. Tanah pekarangan atau perumahan seluas 72.850 Ha. Dilihat dari penggunaan tanah atau lahan yang ada di desa Gandasari merupakan desa penghasil sayur-sayuran, buah-buahan, dan hasil perkebunan lainnya yaitu kopi, jahe dan cengkeh. Pola pikir masyarakat Gandasari yang masih tradisional menyebabkan kondisi perekonomian masyarakat desa Gandasari masih dibawah sejahtera, dikarenakan masih kurang sadarnya masyarakat Gandasari akan pentingnya pendidikan. Kondisi sosial masyarakat Desa Gandasari masih sangat baik, ramah, gotong royong, kuat, patuh pada aturan dan program pemerintah dan serta taat beragama dan tidak fanatik antar satu agama. F. PKBM Tunas Harapan PKBM Tunas Harapan desa Gandasari kecamatan Tolangohula kabupaten Gorontalo didirikan pada tahun 2009 dengan Akta Notaris No. C 1718, HI thn 2002, tanggal 5 November 2002 dengan tujuan untuk membantu masyarakat yang kurang mampu mengakses pendidikan formal, di samping itu PKBM Tunas Harapan juga bertujuan untuk memperluas kesempatan kepada warga masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri dan memiliki kecakapan hidup. Program yang dijalankan di PKBM Tunas Harapan antara lain Kejar Paket A dan Kejar Paket B. Keberadaan PKBM yang dekat dengan rumah rakyat sebagai sasaran belajar memiliki
7
Direktorat Pendidikan Masyarakat, Pedoman Pengelolaan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), (Jakarta: Depdikbud, 2003), h. 6. 8 Ibid., h. 3.
9
Ibid., h. 31.
58
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam
potensi besar untuk dijadikan sebagai basis koordinasi program pembelajaran di masyakat. Terkumpulnya tenaga tutor, tersedianya bahan belajar dan prasarana/sarana keterampilan di PKBM merupakan daya pikat sendiri bagi masyarakat. Wadah tersebut harus akan menjadi berdaya guna dan berhasil guna, apabila pihak yang memiliki program serupa bergabung dan menjalin koordinasi secara optimal, bagi pengelola PKBM Tunas Harapan diwujudkan dengan merekrut tutor di jenjang pendidikan minimal Diploma III (D.3) dan Sarjana (S.1) yang ada sebagai Sumber Belajar adalah unsur pendidik yang berguna meningkatkan keberhasilan program pembelajaran KF. G. Efektivitas PKBM Tunas Harapan dalam Pengentasan Buta Aksara Program Pengentasan Buta Aksara (disingkat: PBA), sebagai program pendidikan pada jalur PLS yang saat ini sedang dilaksanakan dan menjadi bagian integral dari upaya pemerintah dibentuk dalam rangka mengentaskan masyarakat dari kebodohan, kemiskinan, keterbela-kangan dan ketidakberdayaan. Upaya yang efektif dalam pengelolaan PKBM Tunas Harapan dilakukan dengan memacu peningkatan dan kemajuan peran dan tanggung jawab masyarakat dalam seluruh aktivitas. Peningkatan peran serta dan tanggung jawab masyarakat dalam pelaksanaan program pembinaan menuntut perubahan sikap dan perilaku secara nyata, menjadi lebih mantap dan terbuka, karena makin menguatnya kesadaran dan motivasi, serta mendalamnya komitmen dan dedikasi warga masyarakat kepada keberhasilan pengelolaan PKBM tersebut. Berdasarkan hasil penelitian penulis mengenai efektivitas penye-lenggaraan dan pengembangan prog-ram PBA dan Keaksaraan Fungsional (disingkat: KF) di PKBM Tunas Harapan desa Gandasari maka terlihat efektifitasnya dalam upaya mem-berdayakan masyarakat dalam pengen-tasan buta huruf di kalangan masya-rakat. Efektivitas suatu program dilihat dari kesesuaian antara tujuan dengan hasil yang dicapai oleh PKBM. Tujuan yang diharapkan
Volume 4, Nomor 1 : Februari 2016
dirumuskan dalam bentuk program. Sebagaimana diketahui bahwa tujuan program PBA adalah agar masyarakat para penyandang buta aksara memperoleh keterampilan dasar untuk baca, tulis, hitung (disingkat: calistung), serta mampu berbahasa Indonesia, mem-peroleh keterampilan fungsional yang bermakna bagi kehidupan setiap hari, sehingga mereka mampu meningkatkan kualitas kehidupannya. Berdasarkan uraian tersebut, dapat diamati hasil yang diperoleh dalam kegiatan PKBM berupa kemampuan dasar tersebut yang terdiri atas: (1) keterampilan calistung, serta mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan (2) keterampilan fungsional seperti berkebun, menjahit dan menganyam.
H. Efektivitas keterampilan Baca, Tulis, Hitung dan berbahasa Indonesia Keterampilan ini merupakan keterampilan dasar karena lebih menekankan pada aspek kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Dalam pengamatan penulis di lokasi penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan program PKBM mem-peroleh keberhasilan dilihat dari kete-rampilan yang diperoleh WB berupa membaca, menulis, berhitung dan berbahasa Indonesia WB tampaknya mengalami peningkatan dari sebelum-nya. Adanya dukungan positif seluruh WB pada khususnya dan masyarakat desa pada umumnya dimaksudkan untuk mendapatkan dukungan pada tingkat pendidikan yang dimiliki terutama oleh pengelola turut menentukan. Pernyataan ini mengan-dung makna bahwa dengan memadainya tingkat pendidikan seseorang akan sangat berpengaruh terhadap penerimaan dan bahkan turut mem-berikan makna bagi setiap pengelola dalam aktivitas memfasilitasi dan menggerakkan kemauan mereka. I. Efektivitas keterampilan fungsio-nal menjahit. Peningkatan yang pesat dalam refleksi WB dalam program KF di PKBM Tunas Harapan desa Gandasari dalam keterampilan menjahit meru-pakan suatu kemajuan proses atau runtutan peristiwa, dimana rangkaian tindakan dalam 59
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam
suatu aktivitas belajar WB yang bertujuan untuk merubah pengetahuan, sikap, dan perilaku, serta keterampilan WB menjadi lebih maju, selain dalam upaya menguasai teknik calistung mereka pun menerapkan kemanfaatan sosial budaya sebagai-mana dituangkan dalam kemampuan menguasai keterampilan menjahit.
Volume 4, Nomor 1 : Februari 2016
2. Faktor Sosial Budaya a. Peningkatan motivasi budaya kerja bagi WB; b. Peningkatan kreatifitas pengeta-huan Calistung WB; c. Peningkatan kemampuan tutor menyajikan materi dan metode; 3. Faktor Kerjasama Menyadari kompleksnya per-masalahan dalam penyelenggaraan PKBM dalam memberdayakan masya-rakat untuk mendukung program PBA ini, berbagai hambatan struktural seperti: anggaran, tenaga, sarpras, me-kanisme kerja, luasnya sasaran yang dilayani serta sikap mental petugas dan masyarakat sangat berpengaruh ter-hadap kebijakan yang akan diambil. Mengingat tugas utama PLS bukanlah sekedar memberikan surat tanda tamat belajar kepada WB, tetapi menyiapkan WB agar menjadi cerdas, terampil dan mandiri, sehingga mampu ikut ber-bicara dan mengambil bagian dalam proses pembangunan yang akan terus berlanjut. L. Upaya PKBM dalam Program Pengentasan Buta Aksara (PBA) Berdasarkan observasi lapangan, personil PKBM Tunas Harapan yang terdiri dari 1 penyelenggara KF, 7 tutor, dan 20 WB, maka upaya yang dilakukan dalam rangka pengembangan PKBM dilakukan pada kelompok belajar KF, di antaranya ialah: 1. Pengidentifikasian dan Pendataan Warga Belajar Pelaksanaan Identifikasi dan pendataan para WB dalam rangka Program KF adalah upaya kerjasama antara pengelola dan warga masyarakat termasuk aparatur desa yang merasakan perlunya data dan klasifikasi jumlah, umur dan potensi pendidikan untuk selanjutnya mengetahui kompetensi minimal warga masyarakat, khususnya yang niraksara hingga melek huruf fungsional serta memiliki sikap mental yang dapat dimanfaatkan sebagai bekal untuk menghadapai perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Dalam rangka mengidentifikasi dan mendata para WB tersebut, pihak pengelola PKBM telah turun langsung kepada rumah warga
J. Efektifitas Pengembangan ke-mampuan tutor Program KF pada PKBM Tunas Harapan sangat didukung oleh keter-sediaan dan kemampuan tutor yang berasal dari unsur warga masyarakat desa Gandasari, selain jarak antara rumah dan lokasi PKBM yang dekat sehingga kinerja pendidikan keteram-pilan yang diberikan dengan disiplin waktu akurat sesuai dengan kesepa-katan tutor dan WB dirasakan efektif dalam proses penerimaan materi. PKBM sebagai tempat belajar yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat dalam rangka usaha meningkatkan pengetahuan, keteram-pilan, sikap, hobi dan bakat warga masyarakat yang bertitik tolak dari kebermaknaan dan kebermanfaatan program bagi WB dengan menggali dan memanfaatkan potensi sumber daya manusia dan sumber daya alam yang ada di lingkungannya, dalam hal ini potensi tutor dalam penyajian modul KF dan metode yang sesuai. K. Faktor yang mempengaruhi PKBM dalam memberdayakan masyarakat dalam program PBA Berdasarkan Efektifitas PKBM dalam memberdayakan masyarakat, maka perlu bagi pengelola untuk memfasilitasi WB dalam Program KF di PKBM Tunas Harapan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi upaya pencapaian pengembangan program KF. Faktor yang mempe-ngaruhi kinerja PKBM disebabkan oleh: 1. Faktor Pendidikan a. Peningkatan potensi pengetahuan Calistung di kalangan WB; b. Peningkatan keterampilan men-jahit WB; c. Peningkatan kemampuan tutor dalam pembimbingan materi ke-terampilan;
60
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam
untuk mengumpulkan dan mengklasifikasikan para warga yang menyandang buta huruf dan sebagian dari Drop Out, usia WB antar 14-44 tahun, jumlah WB sebanyak 186 orang yang dibentuk menjadi 20 kelompok. Jumlah penduduk seluruhnya adalah 3842 jiwa, terdiri dari perempuan 2156 jiwa dan lakilaki 1686 jiwa. Pendataan melalui identifikasi dan seleksi bahwa masyarakat Desa Gandasari usia 13-44 menghasilkan kesimpulan bahwa warga masyarakat Gandasari masih banyak yang buta huruf atau Niraksara. Jumlah penduduk keseluruhan warga masyarakat Desa Gandasari terdiri dari: a. Dusun Bina Jaya terdiri dari 346 jiwa Niraksara 89 orang. b. Dusun Gandasari terdiri dari 524 jiwa Niraksara 99 orang. c. Dusun Lakeya terdiri dari 440 jiwa Niraksara 20 orang. d. Dusun Molohu terdiri dari 390 jiwa Niraksara 47 orang. e. Dusun Polohungo terdiri dari 379 jiwa Niraksara 86 orang. f. Dusun Sidoarjo terdiri dari 437 jiwa Niraksara 98 orang. g. Dusun Sukamakmur terdiri dari 454 jiwa Niraksara 98 orang. h. Dusun Sukamakmur Utara terdiri dari 403 jiwa Niraksara 98 orang. i. Dusun Tamaila terdiri dari 469 jiwa Niraksara 98 orang.10 Pelaksanaan Identifikasi dan pendataan para WB dalam rangka Program KF tersebut di atas memperjelas adaya upaya kerjasama pro aktif dari pengelola PKBM bersama unsur desa dalam mengefektifkan program pendidikan keterampilan KF. 2. Peningkatan Kemampuan Mem-baca, Menulis dan Berhitung Dalam menyikapi tuntutan sosial budaya pada masyarakat desa Ganda-sari, pihak pengelola PKBM meng-efektifkan peranan tutor bersangkutan di dalamnya melalui disiplin dan etos kerja yang tinggi dalam upaya penyam-
Volume 4, Nomor 1 : Februari 2016
paian materi bahan ajar pendidikan dan keterampilan dengan berfokus pada pemanfaatan potensi minat bakat WB dalam pengetahuan Calistung. Penggunaan materi dan metode yang tepat sasaran yang diupayakan maksimal dari sumber belajar yaitu tutor kepada sasaran belajar dalam hal ini WB menjadikan proses interaksi di dalam program KF dapat tersosialisasi dengan baik. Suasana kondusif diupayakan oleh para tutor pada jam mengajar masing-masing dengan dinamika penggunaan alat permainan edukatif yang bervariasi dan dimaknai dengan pernyataan yang berterima dengan muatan bahasa dan budaya lokal. Berdasar realita tersebut, potensi minat bakat Calistung di kalangan WB sudah jelas dapat meningkat. Kemampuan WB dalam membaca, menulis dan berhitung yang memiliki konsep nilai sosioreligus, budaya kerja dan pendidikan keluarga tentunya akan memotivasi masyarakat niraksara lainnya yang masih cenderung untuk mengedepankan mata pencaharian mereka yang bersifat sementara daripada menambah wawasan ilmu pengetahuan yang akan dibawa untuk kemaslahatan di masa yang akan datang. 3. Pengembangan Kemampuan Me-ngajar Tutor Dalam rangka meningkatkan kualitas pelaksanaan program KF pada PKBM, dipandang perlu bagi pihak pengelola untuk memotivasi dan mengevaluasi para tutor yang masih perlu mengembangkan potensi belajar mengajar, utamanya dalam hal penggunaan alat permainan edukatif, materi dan metode belajar lainnya bagi para WB. Berdasarkan evaluasi hasil kegiatan program KF yang diarahkan untuk melihat dan mendeteksi berbagai hal, perlu adanya penyempurnaan dengan cara merekonstruksi komuni-kasi interaktif yang berkelanjutan antara pihak pengelola PKBM, tutor dan para WB. Mereka mengakui sangat bermanfaat mengikuti kegiatan pen-didikan pelatihan seperti: lokakarya, seminar, pelatihan dan melanjutkan jenjang pendidikan dari tingkat D-III ke tingkat S.1 bidang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
10
Papan Data Kantor Desa Gandasari, Data Jumlah Mata Pendidikan Penduduk, 2014-2015
61
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam
Manfaat terbesar yang dirasakan oleh para Tutor terutama dalam meningkat peran serta masyarakat dalam mendukung program Wajib Belajar Pendidikan Dasar (disingkat: Wajar Dikdas) 9 tahun bagi para warga masyarakat adalah mendapatkan tam-bahan pengalaman edukatif. Sosialisasi program tersebut meliputi validitas administrasi, kuri-kulum bahan ajar atau silabus mengajar para Tutor dalam PKBM Tunas Harapan, menjadi prioritas dalam rangka efektifitas dan pengembangan kualitas pendidikan pelatihan KF pada lembaga PKBM lainnya dan sasaran belajar, bahkan manfaatnya dirasakan sebagai upaya merintis pengentasan masyarakat Indonesia dari buta aksara. DAFTAR PUSTAKA Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya: Mahkota Depdiknas. 2003. Visi Media Kajian Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda (Mengembangkan Kemandirian Melalui Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: Ditjen Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda, Direktorat Tenaga Teknis Direktorat Pendidikan Masyarakat, 2003, Pedoman Pengelolaan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), Jakarta: Depdikbud Forum Komunikasi Indonesia, dikunjungi: 24 Oktober 2012, yahoo.com dan www.fkpkbm.or.id. Papan Data, 2014-2015, Kantor Desa Gandasari, Data Jumlah Mata Pendidikan Penduduk. Suwito, Wartono, 2012, Efektifitas PKBM dalam Pemberdayaan Masyarakat (Studi Tentang Program Pengentasan Buta Aksara Oleh PKBM Tunas Harapan di Desa Gandasari Kecamatan Tolangohula), Skripsi PAI, IAIN Sultan Amai Gorontalo
62
Volume 4, Nomor 1 : Februari 2016