Tadabbur ayat 5 surat Al Fatihah Lanjutan… IBADAH DAN CINTA Dari makna ibadah ini terkandung suatu ungkapan dari amal yang diberikan kepada orang lain dengan tujuan untuk pengagungan. Kata ini juga
ِ mengandung pengertian seseorang yang (ُادة َ َ)العب
merendahkan diri sendiri ketika berhadapan dengan orang lain karena cintanya. Pengabdian yang tulus ikhlas hanya dapat dilakukan dengan cinta, karena cinta membawa seseorang untuk melakukan suatu pengorbanan tanpa pamrih dan perhitungan. Dengan perasaan cinta maka setiap orang ingin mengabdikan dirinya untuk orang / dzat yang yang dicintai dalam konteks yang benar adalah “Allah SWT”. sehingga dalam suatu syair yang ditulis oleh Ibnu Athoillah dalam bukunya Al Hikam berbunyi:
ُع ْب ًدا ُِ َاُوه َوُال ُّ ُي َ تُ َش ْي ئًاُإِالَُّك ْن َ َحبَ ْب َ ِبُأَ ْنُتَك ُْو َنُلِغَ ِْْيه َ تُلَه ْ َماُأ َ ُع ْب ًد
Apa yang Engkau cintai dari sesuatu Pasti akan memperbudak kamu Padahal Ia ( Allah) tidak menyukai Kamu menjadi hamba selain-Nya 1
Dalam buku “taman orang-orang yang jatuh cinta dan memendam rindu” yang di tulis oleh Ibnul Qoyyim Al Jauzy dikutipkan pendapat dari seorang sufi ternama yaitu “Al Junaidi” yang berbicara mengenai cinta kepada Allah, ia mengatakan: “Orang yang jatuh cinta adalah hamba yang mengabdikan dirinya, selalu menyebut rabbnya, melaksanakan hak-haknya, memandang-Nya dengan hati, membakar hatinya dengan cahaya kehendak-nya, minumannya berasal dari bejana cinta-Nya, jika berbicara dengan menyertakan Allah, jika berucap dari Allah, jika bergerak menurut perintah Allah, jika diam bersama Allah, dia dengan Allah,milik Allah dan bersama Allah. 2 Demikian pula Allah pernah berfirman kepada Dawud :“ Wahai dawud, sesungguhnya Aku mengharamkan hati manusia dimasuki cinta kepada-Ku, dan cinta kepada selain Aku” Makna cinta seperti inilah yang dimaksudkan oleh Fakhru Rozy ketika menjelaskan makna ُُ إِ ََّّي َكُنَ ْعبدsebagai berikut:
ِ ُهللاُو َخوَف ِهْم ُِمَن ِ ِ ِ ِ ُُهللا َ ُ َُر ََجاُؤه ْْمُم ََن َ ُوََلُْيَلْتَفتواُإِ ََلُ ُغَ ِْْيُهللاَُفَ َكا َن َ َََلُْيَ ْعبدواُإِالَُّهللا َ ْ ِ ُهللاُوَر ْهب ت هْم ُِمَن ِ ُ َُُوََلُْيَ ْْستَ ِع ْي نواُإِ ُالَُّهللا َُ ََُج ََرََمُ ََلُْيَ ْعبدواُإِالَُّهللا ُ َُهللاَُف َ َل َ ُْوََُل َ ْ َ َ َ َوََر ْغبَ ت ه ْْم ُِِف Dan mereka tidak menyembah kecuali Allah Dan tidak memperhatikan kepada selain Allah Dan adalah harapan mereka dari Allah Dan ketakutan mereka karena Allah Kesenangan mereka dari Allah Dan ketakutan mereka kepada Allah Dan pasti mereka tidak akan menyembah kecuali kepada Allah
1 2
Ibnu Athoillah. Indahnya Tasawuf Al-Hikam. Cet. II hal: 162. 2003 Ibnul Qoyyim Al jauziyyah. Taman orang-orang jatuh cinta dan memendam rindu. Cet. VI. hal 357. 1420
Dan tidak minta pertolongan kecuali kepada Allah. Cinta yang berkonotasi ibadah kepada Allah memiliki kekuatan yang besar untuk melakukan tugas-tugas kekholifahan sebagaimana puisi Ali bin Abi Tholib, yang berbunyi: Cinta kepada Allah itu Api Apapun yang dilewatinya akan terbakar Cinta kepada Allah itu cahaya Apapun yang dikenainya akan ditutupinya Cinta kepada Allah itu angin Apapun yang ditiupkannya akan digerakkannya Cinta kepada Allah itu air Dengannya Allah menghidupkan segalanya Cinta kepada Allah itu bumi Dari satu Allah menumbuhkan semuanya Kepada siapa yang mencntai Allah Dia berikan kekuasaan dan kekayaan Dalam Ayat Al Qur’an juga dikatakan bahwa kecintaan orang-orang mukmin kepada Allah sangat dalam sebagiamana tertera dalam surat Al baqarah ayat 165
ِ َّ ُ )165 :اُلِلُ(البقرة َُِِّ ًُّآمنواُأَ َش ُّدُحب َ يَن َ َوالذ
“….. dan orang-orang yang beriman sangatlah kecintaan merka kepada Allah …“ (Q.S. Al baqarah, 2: 165)
Cinta yang terkandung dalam makna ibadah memberi arti luhur dan suci dari suatu pengabdian ketuhanan, hingga manusia dapat mencapai derajat sebagaimana disebutkan dalam ayat Al Qur’an yang berbunyi:
ِ ِ َُر ُي َُ بُال َْعالَ ِم َُِِّ ُوَمََ ِاِت َ ق ْلُإِ َّن َ ُلِل َ اي َ ُونْسك َ ُص َلِِت َ َيُو ََْمي
Katakanlah! Sesungguhnya shalatku Dan ibadahku , hidup dan matiku Hanya milik Allah semata (Q.S. Al An’am, 6: 162)
Hingga jika ingin mengetahui derajat kita di hadapan Allah maka lihatlah derajat Allah di hati kita sebagaimana hadist yang dikutip oleh Ibnu Athoillah dalam kitab Al Hikamnya yang berbunyi:
ِ َفُم ْن ِِزلَة ِ ِ ُ ُهللا ُِم َْنُقَُ ْلبِ ُِه َ َم َْنُاَ ََر َ َ ُم ْن ِِزلَتَهُع ْن َدُهللاَُفَُلْيَ ْنظَرُ َك ْي َ ادُأَ ُْنُيَ ْع َم َل
“Barangsiapa yang ingin tahu kedudukannya di hadapan Allah, maka lihatlah bagaimaan kedudukan Allah di hatinya.3 Abdul qodir jilani dalam buku Rahasia sufinya mengatakan bahwa: 3
Ibnu Athoillah. Indahnya Tasawuf Al-Hikam. Cet. II hal: 60 162. 2003
Orang yang cinta memiliki pandangan mata bashirah Orang yang tidak cinta, buta matanya tak menentu arah Cinta itu sayap, bukan daging atau darah boleh menerbangkannya ke alam malaikat dan berjumpa dengan Allah4
IBADAH DAN SYIRIK Pengenalan batas-batas syirik adalah suatu hal mutlak jika kita ingin memahami maknaُإِ ََّّي َك
ُ نَ ْعبدsebab ia merupakan lawan dari keikhlasan peribadahan kepada Allah, menyekutukannya dengan sesuatu apapun selain Allah mereupakan syirik padahal seluruh makhluk berposisi sebagi hamba dihadapan Allah sebagaimana firman-Nya yang berbunyi:
ِ َّ إِ ْنُك ُّلُمَن ُِِف ِ ُو ْاْلَ َْر ُصاه ُْْمُ َو َع َّده ْْم ُ ِ ضُإَِّال َّ ُُآِت َ الَر ْْح َِن ْ )ُلََق ْدُأ93(ُع ْب ًدا َ َح َْ َ ُالْس َم َاوات )95()ُ َوكلُّه ْْمُآتِ ِيهُيَ ْوََمُال ِْقيَ َام ِةَُفَ َْر ًدا94(َع ًّدا
Tidak ada seorangpun di langit dan dibumi Kecuali akan datang kepada Allah Yang Maha pengasih sebagai seorang hamba Sungguh Allah telah menentukan jumlah merekan Dengan hitungan yang teliti Dan setiap mereka akan datang kepada Allah Pada hari kiamat sendiri-sendiri (Q. S. Maryam: 93-95)
Oleh sebab itu ibadah adalah merupakn misi utama dari para nabi dan rasul, ibadah adalah hal yang mula-mula diperintahkan kepada manusia setelah mereka berimana kepada Allah. Hal tersebut tertera dalam firman-Nya yang berbunyi:
َّ إِنَِِّنُأ َََن ُ )14ُ:ك َِريُ(طه َّ ُوأَقِ ِْم ْ ُالص َلةَُلِ ِذ َ ُالِل َُالُإِلَهَُإَِّالُأ َََنَُفَا ْعب ُْدِِن
Sesungguhnya Aku adalah Allah tidak ada ilah selain Aku maka beribadahlah kepada-Ku dan dirikanlah sholat untuk mengingat-Ku. (Q. S. Thaahaa : 14) Untuk memperjelas misi utama para Nabi, Allah mencantumkannya dalam banyak ayat Alqur’an yang tersebut dalam mushaf sebagai berikut: QS. 7: 59, 65, 73, 85 QS. 16: 36, 23 QS. 27: 45 QS. 29: 12,36, 56 QS. 53: 62 QS. 21: 92 QS. 6: 102 4
Abdul Qodir Jaelani ,Rahsia Sufi , hal 22
QS. 11: 50, 61, 84 QS. 23: 32 QS. 29: 16 QS. 39: 15 QS. 71: 3 QS. 31: 51 QS. 19:36.
Oleh sebab itu larangan keras untuk syirik dan bersegera melepaskan diri dari berbagai macam sesembahan, kecintaan dan ketaatan kepada Allah sangat banyak kita jumpai dalam ayat Alqur’anul Karim misalnya dalam surat-surat berikut ini: QS. 14:35 QS. 51:52 QS. 43:26 QS. 13: 36, 22 QS. 22: 71 QS. 40: 22 QS. 25: 55 QS. 17: 23 QS. 41: 14 QS. 2: 83 QS. 12: 40 QS. 7: 70 QS. 16: 73.
QS. 26: 71 QS. 24:55 QS. 60: 4 QS. 11: 2, 26, 11, 40 QS. 39: 11, 60 QS.109: 2 QS. 18: 110 QS. 32:60 QS. 46: 21 QS. 5: 76 QS. 21: 66 QS. 11: 109
Bahkan juga terdapat larangan untuk menyembah selain Allah walaupun hanya untuk mendekatkan diri saja kepada Allah, sebagaimana firman-Nya dalam surat Az Zumar (39) ayat: 2 yang berbunyi sebagai berikut:
ِ ِِ ِ َّ ُاْلَالِصُوالَّ ِذ َِّ َُل َِِّ أ ََال ِ ُلِل َّ الِلُزلْ َفىُإِ َّن ْ ُالديَن َُُالِل َُ ِوَنُإ َ ُماُنَ ْعبده ْْمُإَِّالُلِي َق َِرب َ اء َ َ َ َيَنُاَّتَذواُم َْنُدونهُأ َْولي ِ ِ َّ َُيْتَلِفو َنُإِ َّن ٌُ بُ َك َّف اَر َ ُماُه ْْمَُفِ ِيه ٌ يُم َْنُه َوُ َكاذ َ ُالِلَ َُالُيَ ْهد َ َْيكْمُبَ ْي نَ ه ْْم ُِِف Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik) Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata) Kami tidak menyembah mereka Melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah Dengan sedekat-dekatnya Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka Tentang apa yang mereka berselisih padanya Sesungguhnya Allah tidak menunjuki Orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar (Q. S. Az Zumar : 2)
Selain itu terdapat juga larangan untuk menyembah Allah ketika sedang butuh saja, sebagaimana tersebut dalam Al Qur’an surta Al Hajj (22) ayat 11 yang berbunyi:
ٍ ُعلَىُحَر ِ ِ َّ فَُفَِإ ْنُأَصابهُ َخي َرُاطْمأ ِ َوِم ََنُالن َّ ُم َْنُيَ ْعبد ٌَُصابَ ْتهَُفِ ْت نَة َ ُوإِ ْنُأ َ َّاس َ َنُبه َ ٌْ َ َ ْ َ َ َُالِل ِ ُْالدنْ ياُوُا ِ ِ ْ كُه َو ُ )11ُ:ْس ََرانُالْمبِيُُ(ُاحلج َ ِآلخ ََرَةُذَل َ ب َ َ ُّ ىُو َْج ِههُ َخْس ََر َ َُعل ْ ُاْل َ َانْ َقل
Dan diantara manusia ada yang menyembah Allah Dengan berada di tepi Maka jika ia memperoleh kebajikan
Tetaplah ia dalam keadaan itu Dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana Berbaliklah ia kebelakang Rugilah ia di dunia dan di akhirat Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata (QS. Al Hajj: 11)
Oleh sebab itu Ibnu Athoillah di dalam kitab Al hikmahnya menulis
ِ ََكماُال ُُاُلْ َع َملُال ْشتَ ََرك,ُْبُالْم ْشتَ ََر َك ُّ كُ ُالَُ ِي ُّ ُي َ ِبُالٍ َع َم َلُالْم ْشتَ ََر َكُ َك َذال َ َ بُالْ َقل ُعلَْي ُِه َُ ُوالْ َقلْبُالْم ْشتَ ََركُالَُي ْقبَل َ الَيَ ْقبَ له
Seperti halnya Allah tidak suka terhadap amal orang yang musyruk Demikian pula Ia tidak menyukai hati yang bersekutu Amal yang bersekutu Ia tidak akan menerimanya Dan hati yang bersekutu Allah tidak akan menerimanya5
Menurut syaikh Muhammad bin Abdul wahab yang dikutip oleh Muhammad Sa’id Al Qatthan, dalam bukunya “Loyalitas Dan Anti Loyalitas” ada beberapa macam syirik yang dapat menimpa siapa saja baik muslim maupun non muslim, yaitu sebagai berikut: 1. Syirik Ad Du’a (syirik doa) sebagaimana tercantum dalam surat Al Ankabut (29) ayat 65.
ِ ِ واُِفُالْفل ِ َفَِإذَاَُركِب َّ ُد َعو ُاَُنَّاه ْْمُُإِ ََلُالْبَ َِرُإِذَاُه ْْم ُِ ِاُالِلَُُمْل َ يَنَُفَ لَ َّم َ ْك َص َ يُلَهُالد َ ُ ي ْش َِركو َُن
Maka apabila mereka naik kapal Mereka mendoa kepada Allah Dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat Tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah) (QS. Al Ankabut, 29: 65)
2. Syirk An Niyah wal qoshd wal hadaf (syirik niat, kehendak dan tujuan) sebagaimana tercantum dalam surat Hud (11) ayat 15-16.
ِ ِ َّ َ ِ)ُأولَئ15(اُالُيُب َخْسو َن ِ ِ ُّ َم َْنُ َكا َنُي َِريدُا ُْحلَيَا َة ُيَن ْ َ اُوه ْْمَُف َيه َ اُوِزينَ تَ َهاُن َوفُإُِلَْي ِه ْْمُأَ ْع َما ََل ْْمَُف َيه َ َُالدنْي َ كُالذ ِ طُماُصنَ عواَُفِيه ِ ِ ْ لَيسُ ََلْم ُِِف )16(ُماُ َكانواُيَ ْع َملو َن َ َ َ ُِو َحب َ اُوََبط ٌل ْ َ ْ َ َ َ ُاآلخ ََرةُإَِّالُالنَّاَر
Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya Niscaya Kami berikan kepada mereka Balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna Dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat Kecuali neraka Dan lenyaplah di akhirat itu Apa yang telah mereka usahakan di dunia Dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan (QS. Hud, 11: 15-16) 5
Ibnu Athoillah. Indahnya Tasawuf Al-Hikam. Cet. II hal: 159 2003
3. Syirk At Ta’ah (syirik keta’atan) sebagaimana tercantum dalam surat At Taubah (9) ayat 31.
ِ ُالِلُوالْم ِْس ي ُابَنُمَرَاُوماُأ ِمَرواُإَِّالُلِيُعبدواُإِ ََلاُو ِ ِ ِ َُاُالُإِلَه َ اح ًد َْ ْ َّاَّتَذواُأ ََ َ َْ َ ْ َ َ ً َ َ َّ ُوَرْهبَانَه ْْمُأ ََْرََب ًَبُم َْنُدون َ َحبَ َاَره ْْم ُ ُع َّماُي ْش َِركو َُن َ إَِّالُه َوُس ْب َحانَه
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka Sebagai tuhan selain Allah Dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putra Maryam Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia Maha Suci Allah Dari apa yang mereka persekutukan (QS. At Taubah, 9: 31)
Dalam suatu hadist disebutkan ketika mendengar ayat di atas Ady bin Hatim berkata: “sesungguhnya mereka tidak menyembah para orang alim dan rahib-rahib itu, lalu Rasul bersabda:
ِ َ ِب لَىُإِنَّهْمُح ََّرمواُعلَي ِهْمُا ْحللَ َلُوأَحُلُّواُ ََلْمُا ْحلَراَمَُفَاتَّب عوهْمَُفَذال ُ .ادت ه ْْمُإِ ََّّيه ْْم َ َكُعب َ َ َ ْ َْ َ ْ َ ْ َ َ ََ ْ
Memang ! tapi orang –orang alim dan rahib-rahib itu mengharamkan yang halal atas mereka dan menghalalkan yang haram bagi mereka, lalu merelka mengikutinya. Itulah penyembahaan ( ibadah) mereka kepada para orang alim dan rahib-rahib itu.
4. Syirk Al Mahabbah ( syirik cinta) sebagiamana dalam tercantum dalam surat Al Baqarah (2) ayat 165.
ِ ِ اُيبُّونَهْمُ َكح ِ ِ َّ ُالِل ِ َّاسُمَنُي ت ِ َّخذ ُِمَنُد ِ اد َُش ُّد َُِّ ون َ ُآمنواُأ ً ُالِلُأَنْ َد َ يَن َ ْ َ ِ َوم ََنُالن ْ َ َّ ب ْ َ ُوالذ َِِّ ََنُالْق َّوة َِِّ ًّحب ِ َّاُلِلُولَوُي َرىُال َِ ُلِل ِ َّ اُوأ َّ َّ َن ُُش ُِديد يع َُج أ ُ اب ذ ْع ل ُا ن و َر ُي ذ إ ُوا م ل ظ ُ يَن ذ َ َ ْ َ َ َ َُالِل ً َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ َ ُ اب ُِ ال َْع َذ
Dan di antara manusia Ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah Mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat lalim itu mengetahui Ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat) Bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya Dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal) (QS. Al Baqarah, 2: 165)
Kesimpulan Dengan memahami makna ibadah secara mendalam sebagaimana yang telah dibahas, maka ibadah dalam arti luas adalah “mendedikasikan seluruh sikap dan tindakan seseorang kepada Allah”. Dan seorang hamba Allah yang sebenarnya adalah manusia yang mampu menjadikan seluruh aktifitas dirinya untuk mendapatkan ridho Allah, dimana ia berarti telah melakukan suatu amal
ibadah yang amat besar artinya dalam mencapai tujuan hidup yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.6 Seorang hamba (ٌ َََََ َََََ )عadalah “orang yang memperjuangkan nilai-nilai luhur tanpa memikirkan untung rugi bagi dirinya sendiri karena didasari oleh perasaan cinta yang agung kepada Allah SWT. sebagai majikannya yang sesungguhnya”. Oleh sebab itu orang yang faham makna ibadah yang sebenarnya akan selalu memperbagus niatnya dalam setiap amalan, dan selalu menyibukkan dirinya dengan aktifitas yang berbau ibadah, dan akan berat untuk menyibukkan diri pada pekerjaan lain yang tidak bernilai ibadah misalnya: hura-hura, shopping dan lain-lain. Karena itulah Zamakkhsyari menulis dalam tafsirnya sebagai berikut:
ِ ِوِنَاُسعادةُاِ ْشتِغَالِ ِهُبِ ِعبادة ِ ْواَ ْكملُأَحو ِالُا ِإلن ِ ُوُأَق َْواتَ َه َُُفَِإنَّهُيَ ْْستَنِْيَُرُقَ لْبَهُبِنوَِر,ُهللا ََ َ َ َ ِ اُِفُ َك َ ْسان َْ َ َ َ ِ ِ ُِ ال ِ ِ ُهللا ِ ُالذ ْك َِرُوال ِْقَر ِ ش ََّرفُلِْسانَهُبِ َشَر ِ ف ِِ ِ ضاُؤه ُِِبَم َُح َو ِالُأَ ْش ََرف َ َويَت, َ ُوييَ تَ َج َّملُأَ ْع, ْ ُو َهذهُاْل َ ُخ ْد َمة َ َ اءة َ اإل ََليَّة ََ َ َ َ ِ ِ ْبُا ِإلن ِ الدَرَج ِ ِال َْم ََرات ُ 7ُ)252 .الرا ِزي ص َ َاتُالْب َّ ش َِريَُِّةُُ(تَ ْف ِس ْْي فَ ْخ ُر َ َ َّ ُو َ ْسانيَّة َ
“ Sesempurna-sempurna keadaan seorang manusia Dan seteguh-teguhnya ia dalam keadaannya adalah kebahagiaannya ketika ia sibuk beribadah kepada Allah Sebab hal itu akan menyinari hatinya Dengan cahaya ketuhanan Dan ia akan memuliakan lidahnya Dengan kemuliaan dzikir dan membaca (Al Qur’an) Dan ia akan memperindah anggota-anggota tubuhnya Dengan indahnya pengabdian kepada Allah Dan ini adalah ahwal (keadaan) Tingkatan yang paling mulia dari manusia (secara spiritual) Dan derajat yang paling mulia dari manusia (secara biologis)
Maka wajib bagi kita untuk memperbaharui makna ibadah sesuai dengan yang dikehendaki oleh Al Qur’an sendiri, hingga ia bisa menjadi paradigma berfikir dan beramal bagi seorang muslim, bukan hanya menjadi imajinasi intelektual yang kosong belaka. Dari makna ibadah yang demikian, di bawah ini ada beberapa faedah yang dapt dipetik di antaranya: Dapat memperkuat visi kehidupan untuk menjadi kholifah fil ardhi yang akan mengatur alam semesta berdasarkan prinsip ketuhanan dan kemanusiaan berdasarkan dienul Islam sebagai sebuah agama yang bersifat pribadi dan sosial (a religion of man dan society) Dengan memahami makna ibadah yang benar dapat mempertinggi ethos kerja muslim karena yakin bahwa semua amal baik besar maupun kecil akan dipertanggung jawabkan kepada Allah karena manusia hanyalah hamba-Nya yang diutus menjadi wakil-Nya di bumi ini. Dengan memahami makna ibadah yang bersifat progresif dan transformatif maka setiap muslim seharusnya menjadi pelopor perubahan sosial dan berusaha mewujudkan konsep tauhid ke dalam realitas empirik dan ikut terlibat melakukan revolusi sosial sebagaimana pendahulu-pendahulu mereka pada awal kedatangan Islam. Dengan memahami konsep ibadah yang benar dapat menjadi standar kemajuan Rohani yang diinginkan sebagai seorang hamba Allah yang seharusnya mencerminkan sikap-sikap ketuhanan dalam diri mereka. Makna ibadah yang demikianlah yang akan mampu memberi kekuatan spritual yang memiliki daya dobrak theologis dan psikologois untuk membangun peradaban baru di bawah naungan Al
6
Ensiklopedi Islam jilid 2 hal: 145
7
Muhammad Ar Rozy fakhrur Rozy bin ‘Alamah dhiyauddin Umar. Tafsir Al Fakhrur Rozy. Juz I 252
Qur’an. Jika makna ini hilang dan pudar maka fungsi agama akan menjadi kerdil dan kehilangan pengaruh untuk merubah kesadaran kolektif. Akhir dari pembahasan ayat karromallohu wajhah sebagai berikut:
ُإِ ََّّي َك ُنَ ْع ب د
marilah kita renungkan doa dari sayyidina Ali
ُكُإِ هَلًاُ َك َما ُْ ِ اُوَك َف ُْ ِ َك َف َ ُو ََج ْدت َ َىُبَُفَ ْخ ًَراُأَ ْنُأَكو َنُل َ ك َ ُِىُبُ َش ََرَفًاُأَ ْنُتَك ْو َن َ َُرًَُّبُاللَّه َّْمُإِِِن َ ُع ْب ًد ُت َُ ِْنُ َع ْب ًداُُ َك َماُأ َََر ْد ُ ِ اَج َعل ْ َأ َََر ْدتَُف
Cukuplah bagiku Kebanggaan menjadi seorang hamba bagi-Mu Dan cukuplah bagiku Kemulian ketika Engkau menjadi Rabb ( Tuhan Pemelihara) bagiku Ya Allah Sesungguhnya aku telah mendapati-Mu sebagai ILAH (Tuhan yang dicintai) Sebagaimana yang aku kehendaki Maka jadikanlah aku hamba Sebagaimana yang Engkau kehendaki
Wallohu A’lam bi showab