HASIL DAN PEMBAHASAN Sarana Prasarana Air Bersih Kota Tangerang Selatan Standar Kebutuhan Air Domestik Kebutuhan air domestik atau rumah tangga meliputi minum, mandi, cuci dan memasak. Kegiatan rumah tangga diatas menjadi menjadi kebutuhan seharihari sehingga dapat dihitung jumlah air bersih yang diperlukan. Kebutuhan air tersebut dihitung berdasarkan jumlah penduduk dan standar air yang diperlukan dalam satu hari. Standar kebutuhan air disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9 Standard Kriteria Kebutuhan Air No. 1. 2. 3. 4. 5.
Kategori Kota Metropolitan Kota Besar Kota Sedang Kota Kecil Kecamatan
Jumlah Penduduk (Jiwa) > 1.000.000 500.000 – 1.000.000 100.000 – 500.000 20.000 – 100.000 3.000 – 20.000
Pemakaian Air (Ltr/org/hari) 150-200 120-150 100-120 90-110 60-100
Sumber: Direktorat Jenderal Cipta Karya, PU Non Domestik Kebutuhan air non domestik adalah kebutuhan air diluar rumah tangga, diantaranya industri, sarana prasarana (kantor pemerintah daerah, puskesmas, rumah sakit) dan cadangan air. Menurut Direktorat Jenderal Cipta Karya, PU besaran kebutuhan air non domestik sekitar 20% dari jumlah air domestik dan cadangan air sebesar 10% disesuaikan dengan luas wilayahnya. Identifikasi Sebaran Sarana Prasarana Air Kota Tangerang Selatan Berdasarkan data Instalasi Pengolahan Air Serpong (IPA) tahun 2010, Kota Tangerang Selatan memperoleh sumber air dari Kabupaten Tangerang melalui PDAM Tirta Kerta Raharja . Sumber air baku Kabupaten Tangerang diperoleh dari Sungai Cisadane dan Sungai Cidurian kemudian diolah di Instalasi Pengolahan Air minum. Instalasi air berfungsi mengolah air dari sumbernya sehingga di hasilkan air bersih sesuai standar pemakaian. Instalasi air Kota Tangerang Selatan di wakili IPA Serpong.
Produksi air PDAM Tirta Kerta
Raharja sebesar 5040 liter/detik, hasil pengolahan air didistribusikan ke DKI Jakarta, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, Bandara Soekarno Hatta dan Perumahan Lippo Karawaci. Instalasi Pengolahan Air Serpong (IPA). IPA
47
Serpong mempunyai kapasitas produksi sebesar 3000 liter/detik, sebanyak 2800 liter/detik distribusi langsung ke wilayah DKI Jakarta, sisa produksi sebesar 200 liter/detik di distribusi ke wilayah Tangerang Selatan. Wilayah distribusi IPA Tangerang Selatan disajikan dalam Tabel 10. Tabel 10 Wilayah Distribusi IPA Tangerang Selatan Sumber Air IPA Serpong
Water Treatment Plant
Wilayah Pelayanan
Pengelola
Kecamatan Serpong PDAM Tirta Kerta Raharja Perumahan Alam Sutera Perumahan Bintaro Jaya sektor 9 Perumahan Bumi Serpong Pengembang Perumahan Damai
Sumber: IPA Serpong, 2011
Tabel 10 memperlihatkan sumber air dikelola oleh IPA Serpong dan pihak swasta yang diwakili pengembang Perumahan Bumi Serpong Damai (BSD). Perumahan Bumi Serpong Damai mempunyai pusat pengelolaan air yang dikelola mandiri oleh pihak pengembang dan mengelola air curah dari IPA Serpong. Beberapa pusat pengelolaan air bersih BSD diantaranya berlokasi di Menara Air PUSPITEK kecamatan Setu bagian selatan wilayah Tangerang Selatan dan 5 titik lain tersebar di pusat-pusat perumahan penduduk. Titik-titik sebaran air disajikan Gambar 9. Sebaran pengolahan air digambarkan dengan warna kuning, 5 titik berlokasi di kecamatan Serpong, 1 titik di kecamatan Serpong Utara dan 1 titik di kecamatan Setu. Pengelola titik air di kecamatan Serpong terdiri dari: 1 titik dikelola PDAM, 4 titik lainnya dikelola pengembang perumahan BSD. Sebaran titik air di kecamatan Serpong dan Setu dikelola pengembang perumahan BSD. IPA Serpong melayani wilayah kecamatan Serpong, perumahan Alam Sutera dan perumahan Bintaro Jaya sektor 9 digambarkan dengan warna biru tua. Pengembang BSD khusus melayani kebutuhan internal perumahannya (warna biru tua). Wilayah pelayanan air bersih bersumber dari pengelolaan air digambarkan dengan warna biru tua pada Gambar 9. Wilayah kecamatan Pamulang, Setu, Pondok Aren, Ciputat dan Ciputat Timur memperoleh air bersih dengan memanfaatkan air tanah disajikan dengan warna biru muda pada Gambar 9
48
Gambar 9 Peta Sebaran Sarana Prasarana Air Kota Tangerang Selatan . Pemanfaatan ait tanah sebagai sumber air bersih sebesar 80%. Air tanah diperoleh dengan menggali sumur dengan kedalaman tertentu. Air tanah dikelola secara bersama didalam perumahan atau mandiri per rumah tangga. Penduduk memperoleh air bersih melalui sumur pompa dengan kedalaman 10-15 meter. Pemenuhan kebutuhan air bersih dilakukan melalui penggalian air tanah melalui pompa tangan dan pompa mesin berdasarkan laporan Fakta Analisa RTRW Kota Tangerang Selatan (BAPPEDA, 2010). Sebaran sarana prasarana air kota Tangerang Selatan per kecamatan di sajikan dalam Tabel 11. Tabel 11 Sebaran Pelayanan Sarana Prasarana Air Kota Tangerang Selatan tahun 2010 Kecamatan Setu Serpong Pamulang Ciputat Ciputat Timur Pondok Aren Serpong Utara
Sumber: Hasil Analisis, 2011
Sumber Pengolahan Air (titik)
Status Pelayanan 1 5 0 0 0 0 1
Tidak Terlayani Terlayani Tidak Terlayani Tidak Terlayani Tidak Terlayani Tidak Terlayani Tidak Terlayani
49
Tabel 11 menunjukkan di kecamatan Setu terdapat 1 titik lokasi sumber pengolahan air bersih tetapi sumber air tersebut tidak melayani wilayah Setu. Hasil pengolahan air didistribusikan ke wilayah kecamatan Serpong. Sumber pengolahaan air dikelola pihak swasta untuk konsumsi perumahan Bumi Serpong Damai. Di Kecamatan Serpong ada 5 titik lokasi sumber pengolahan air bersih, hasil pengolahan air digunakan untuk melayani seluruh wilayah kecamatan Serpong. Kecamatan Pamulang, Ciputat, Ciputat Timur dan Pondok Aren tidak mempunyai sumber pengolahan air bersih dan wilayah-wilayah ini tidak terlayani. Kecamatan Serpong Utara terdapat 1 lokasi sumber pengolahan air bersih. Hasil pengolahan air didistribusikan ke wilayah kecamatan Serpong untuk konsumsi perumahan Bumi Serpong Damai. Evaluasi Ketersediaan Sarana Prasarana Air Bersih Kota Tangerang Selatan Kebutuhan air bersih Kota Tangerang Selatan berkisar 120-150 liter/hari/jiwa disesuaikan dengan standar kriteria kebutuhan air Direktorat Jenderal Cipta Karya, PU. Analisis kebutuhan air bersih Kota Tangerang Selatan tahun 2010 di sajikan pada Tabel 12. Tabel 12 Kebutuhan Air Bersih Kota Tangerang Selatan tahun 2010 Kecamatan Setu Serpong Pamulang Ciputat Ciputat Timur Pondok Aren Serpong Utara Total Domestik Non domestik (20%) Cadangan (10%) Total
Jumlah Penduduk (jiwa) 64.985 137.398 288.511 195.900 183.330 307.154 126.291 1.303.569 260.714 130.357 1.694.640
Kebutuhan Air/hari (120l/hari) 7.798.200 16.487.760 34.621.320 23.508.000 21.999.600 36.858.480 15.154.920 156.428.280 31.285.656 15.642.828 203.356.764
Sumber: Hasil Analisis, 2011
Tabel 12 menunjukkan bahwa total kebutuhan air Kota Tangerang Selatan 2010 sebesar 203.356.764 liter/hari, terbagi atas kebutuhan air bersih untuk kegiatan rumah tangga (domestik) sebesar 156.428.280 liter/hari dan kebutuhan non domestik sarana prasarana umum diantaranya :pasar, rumah sakit, pompa umum sebesar 31.285.656 liter/hari.
50
Untuk mengetahui besarnya ketersediaan sarana prasarana air Kota Tangerang Selatan maka diperlukan perhitungan produksi air IPA Serpong disajikan dalam Tabel 13. Tabel 13 Produksi Air Kota Tangerang Selatan 2010 Indikator Produksi Air Total Produksi Air/hari Kehilangan air Jumlah produksi air
Satuan liter/detik 24 jam/hari 10%/hari liter/hari
Jumlah 200 17.280.000 1.728.000 15.552.000
Sumber: Hasil Analisis, 2011
Produksi IPA Serpong sebesar 15.552.000 liter/hari menunjukkan bahwa sarana prasarana air Kota Tangerang Selatan belum memenuhi kebutuhan air bersih penduduknya. Kebutuhan sarana prasarana air Kota Tangerang Selatan per kecamatan berdasarkan Tabel 11, kecamatan Setu membutuhkan 7.798.200 liter/hari. Kebutuhan air bersih kecamatan Setu 50% dari total produksi air IPA Serpong, dari ketersediaan produksi air dapat terpenuhi untuk wilayah Setu. Kecamatan Serpong membutuhkan 16.487.760 liter/hari sedangkan ketersediaan air IPA Serpong sebesar 15.552.000 liter/hari, jumlah tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan air kecamatan Serpong. Kebutuhan air kecamatan Pamulang, Ciputat, Ciputat Timur dan Pondok Aren secara total berkisar diantara 20.000.000-36.000.000 liter/hari, tidak dapat dipenuhi dari ketersediaan air hasil pengolahan IPA Serpong. Kebutuhan air kecamatan Serpong Utara sebesar 15.154.920 liter/hari, memerlukan seluruh ketersediaan air kota Tangerang Selatan. Hasil ketersediaan air PDAM Kota Tangerang Selatan tidak dapat memenuhi kebutuhan air wilayahnya. Kekurangan kebutuhan air menjadi permasalahan utama di wilayah Kota Tangerang Selatan. Produksi IPA Serpong tidak dapat memenuhi kebutuhan wilayah Kota Tangerang saat ini. Pemanfaatan air tanah melalui pompa menjadi alternatif pilihan untuk pemenuhan kebutuhan air bersih. Kekurangan ketersediaan air bersih dipenuhi melalui air tanah.
51
Akses Pencapaian Sarana Prasarana Air Wilayah pelayanan air bersih Kota Tangerang Selatan masuk dalam zona layanan PDAM kabupaten Tangerang. Produksi air IPA Serpong didistribusikan ke: 1. Langsung melalui pipa ke wilayah DKI Jakarta. 2. Wilayah layanan kecamatan Serpong. 3. Wilayah layanan perumahan Bintaro Jaya sektor 9 4. Pelayanan kerjasama bentuk air curah (dikelola mandiri) oleh Perumahan Alam Sutera di kecamatan Serpong Utara. Sebaran sumber pengolahan air yang dikelola pengembang BSD sebanyak 6 titik didistribusikan khusus untuk penghuni BSD. Hasil pengolahan air Kota Tangerang Selatan didistribusikan langsung melalui pemipaan terkait dengan jaringan jalan. Air bersih dari sumber pengolahan air di kecamatan Setu, Serpong dan Serpong utara disebarkan melalui jalan kolektor sekunder ke jalan lingkungan perumahan kemudian ke pipa kran meter ke masing-masing rumah pelanggan. Wilayah kecamatan Pamulang, Setu, Pondok Aren , Ciputat , Ciputat Timur dan Serpong Utara yang berada diluar wilayah pelayanan IPA Serpong tidak dapat mengakses fasilitas air bersih. Walaupun lokasi sumber pengolahan air berada di wilayah kecamatan Setu dan Serpong Utara tetapi wilayah pelayanannya tidak diperuntukkan untuk didalam wilayah. Jaringan distribusi air di 6 kecamatan tersebut diatas belum terpenuhi.
Sarana Prasarana Listrik Kota Tangerang Selatan Sumber Pembangkit Listrik Listrik digunakan untuk menunjang dan memudahkan kegiatan manusia sehari-hari. Energi diperlukan untuk menghasilkan listrik, beberapa energi penghasil listrik diantaranya: air, diesel, uap, gas dan nuklir. Wilayah penghasil listrik disebut pusat listrik dengan energi sebagai pembangkit. Pembangkit adalah bagian yang memproduksi dan membangkitkan tenaga listrik. Kota Tangerang Selatan memperoleh listrik dari Perushaan Listrik Negara (PLN) unit Jakarta Raya dan Tangerang. Khusus untuk wilayah Tangerang Selatan ada 3 kantor PLN di kecamatan Serpong, Pamulang dan Ciputat.
52
Sistem Distribusi Jaringan distribusi dan jumlah daya terpasang menjadi hal utama dalam pemenuhan energi listrik. Daya listrik yang diproduksi oleh pusat pembangkit tenaga listrik disalurkan ke gardu induk melalui jaringan transmisi selanjutnya diteruskan ke gardu-gardu distribusi kemudian disalurkan ke rumah-rumah penduduk. Identifikasi Sebaran Sarana Prasarana Listrik Kota Tangerang Selatan Sebaran gardu distribusi di kota Tangerang Selatan terdiri dari 71 titik disajikan Tabel 14. Tabel 14 Sebaran Sarana Prasarana Listrik Kota Tangerang Selatan Keterangan Gardu Listrik Kantor PLN Sambungan Listrik
Serpong 14 1 18.508
Serpong Utara 4
Pamulang
Ciputat
20 1 7.604
10 1 8.375
15.165
Ciputat Timur 11
Pondok Aren 8
8.944
47.070
Setu 4 9686
Jumlah 71 3 195.352
Sumber: BAPPEDA Tangerang Selatan, 2009
Tabel 14 menunjukan bahwa kantor pelayanan PLN berada di 3 kecamatan yaitu: Serpong, Pamulang dan Ciputat melayani 195.352 sambungan listrik. Pasokan daya listrik di sebarkan melalui gardu-gardu listrik, gardu listrik berfungsi menyebarkan daya listrik ke pelanggan (rumah tangga). Sebaran titik gardu listrik disajikan pada Gambar 10. Gambar 10 menggambarkan jumlah sebaran gardu listrik per kecamatan dan kepadatan masing-masing wilayah. Kecamatan Setu mempunyai 4 titik gardu dengan kepadatan penduduk 4.163 jiwa/km2 warna coklat muda, 4 gardu di kecamatan Serpong Utara warna abu-abu muda dengan kepadatan penduduk 6.700 jiwa/km2, 14 gardu di kecamatan Serpong warna kuning muda kepadatan penduduknya sebesar 5.525 jiwa/km2. Ketiga wilayah tersebut mempunyai kepadatan penduduk rendah. Wilayah dengan jumlah penduduk dan kepadatan tinggi terletak di kecamatan Pamulang warna oranye dengan kepadatan 10.431 jiwa/km2 dan 20 gardu, kecamatan Ciputat warna krem dengan kepadatan penduduk 10.566 jiwa/km2 jumlah gardu 10, kecamatan Pondok Aren warna coklat muda dengan kepadatan penduduk 10.654 jiwa/km2 jumlah gardu 8 dan
53
Gambar 10 Peta Sebaran Gardu Listrik Kota Tangerang Selatan 2010 Ciputat Timur warna abu-abu tua dengan kepadatan penduduk 11.165 jiwa/km2 jumlah gardu 11. Sebaran gardu listrik Kota Tangerang Selatan merata, setiap wilayah kecamatan mempunyai gardu listrik yang melayani wilayahnya.
Evaluasi Ketersediaan Sarana Prasarana Listrik Kota Tangerang Selatan Evaluasi ketersediaan sarana prasarana listrik dianalisis berdasarkan jumlah dan kepadatan penduduk di wilayah pelayanan. Besaran daya dalam wilayah layanan dipengaruhi jumlah dan kepadatan rumah tangga (KK) wilayah tersebut. Pasokan daya yang dibutuhkan disebar melalui jaringan transmisi (gardu listrik). Parameter ketersediaan sarana prasarana listrik disajikan dalam Tabel 15. Tabel 15 Kriteria KetersediaanSarana Prasarana Listrik Keterangan
Ketersediaan
Kebutuhan Daya Listrik Jaringan Distribusi Listrik
Daya Terpasang Sebaran Gardu
Sumber: Hasil Analisis, 2011
Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui kebutuhan listrik Kota Tangerang Selatan per Kepala Keluarga (rumah tangga) dan jumlah sebaran yang diperlukan.
54
Kebutuhan daya listrik mempengaruhi daya terpasang, jaringan distribusi mempengaruhi jumlah/sebaran gardu listrik. Tabel 16 Jumlah Sarana Prasarana Listrik Tangerang Selatan Kecamatan
Jumlah Penduduk (jiwa)
Kebutuhan Listrik (Watt)
Kapasitas Gardu Beton
Kebutuhan Gardu
Jumlah Gardu Terpasang
10 20 44
4 14 20
33 33
10 11
Setu Serpong Pamulang
58.422 113.430 252.474
12.852.840 24.954.600 55.544.280
Ciputat Ciputat Timur
189.871 188.317
41.771.620 41.429.740
Pondok Aren
249.472
54.883.840
44
8
Serpong Utara
87.484
19.246.480
15
4
1.139.470
250.683.400
199
71
2 x 630 kVA
Sumber: Hasil Analisis, 2011
Tabel 16 menunjukkan kebutuhan listrik Kota Tangerang Selatan tahun 2009 sebesar 250.683.400 watt, pasokan daya listrik kemudian didistribusikan melalui gardu beton sebanyak 199 gardu. Jumlah gardu listrik saat ini lebih rendah dari yang dibutuhkan. Kekurangan daya listrik tertinggi terjadi di kecamatan Pondok Aren yang hanya memiliki 8 gardu, sedangkan untuk memenuhi kebutuhan listrik di wilayah tersebut diperlukan 44 gardu listrik Ketersediaan daya listrik wilayah Pondok Aren kurang sehingga jumlah daya listrik yang dibutuhkan tidak terpenuhi. Rata-rata ketersediaan daya listrik di setiap kecamatan Kota Tangerang Selatan hanya terpenuhi sebesar 35.6% . Kekurangan daya listrik dengan meningkatkan kapasitas daya gardu, penambahan jumlah gardu listrik dan membagi zona wilayah pelayanan dengan wilayah tetangga terdekat diluar wilayah Kota Tangerang Selatan.
Akses Pencapaian Sarana Prasarana Listrik Parameter akses pencapaian distribusi listrik berdasarkan jarak gardu listrik (beton) ke pelanggan. Jarak tersebut mempengaruhi daya listrik yang diterima oleh pelanggan. Akses pencapaian dari gardu ke permukiman menjadi standar perhitungan wilayah pelayanan. Jarak gardu listrik dekat dengan pelanggan, maka
55
akses pelayanannya semakin baik. Analisis akses pencapaian disajikan dalam Tabel 17. Tabel 17 Analisis Akses Pencapaian Gardu Listrik Kecamatan Setu Serpong Pamulang Ciputat Ciputat Timur Pondok Aren Serpong Utara
Jarak Terjauh dari Gardu (km) 2,8 1,9 3,8 2,3 2,3 2,4 3,1
Jarak Terdekat dari Gardu (km) 1,50 1,00 1,06 1,04 1,20 1,00 2,30
Sumber: Hasil Analisis, 2011
Jarak terjauh 3.8 km dan jarak terdekat 1.06 km dari gardu ke permukiman di kecamatan Pamulang. Wilayah lain yang mempunyai jarak terjauh kecamatan Serpong Utara sejauh 3.1 km dan kecamatan Setu sejauh 2.8 km. Wilayah dengan jarak terdekat sejauh 1 km kecamatan Serpong dan Pondok Aren. Rata-rata jarak terdekat sejauh 1.5 km dari gardu dan rata-rata jarak terjauh 2.5 km. Wilayah dengan jarak terdekat memperoleh daya listrik lebih baik dibandingkan dengan wilayah dengan jarak terjauh mengalami kekurangan daya atau daya yang diterima buruk. Penambahan jumlah gardu listrik diperlukan untuk meningkatkan kekurangan daya listrik yang diterima. Kerjasama Perusahaan Listrik Negara dan Pemerintah Kota diperlukan untuk penyediaan lahan bagi pembangunan gardu listrik.
Sarana Prasarana Jaringan Jalan Kota Tangerang Selatan Jaringan jalan berfungsi sebagai sarana prasarana penghubung di dalam wilayah dan antar wilayah. Keterkaitan antara satu wilayah dengan wilayah lain secara hirarki dihubungkan oleh jaringan jalan. Jaringan jalan berfungsi sebagai pendukung akses pencapaian ke sarana prasarana di dalam dan antar wilayah. Jaringan jalan berfungsi sebagai pendukung roda perekonomian wilayah, jalan memghubungkan pusat-pusat kegiatan ekonomi sehingga kebutuhan barang dan jasa dapat tersebar. Hirarki jaringan jalan dari jenjang terendah yaitu: jalan lingkungan, jalan lokal, jalan kolektor dan jalan arteri.
56
Identifikasi Sarana Prasarana Jaringan Jalan Kota Tangerang Selatan Jaringan jalan membentuk pola transportasi antar wilayah dalam dan keluar wilayah Kota Tangerang Selatan. Jaringan jalan kota Tangerang Selatan secara berjenjang terdiri dari: 1. Jalan Arteri Primer, menghubungkan antar kota antar wilayah dari jenjang satu kota ke kota lainnya. Jalan arteri primer kota Tangerang Selatan adalah jalan Toll Jakarta – Serpong dengan panjang jalan 11,07 km. Lebar jalan minimal tidak kurang 8 meter dengan akses jalan masuk tidak boleh lebih pendek dari 500 meter. 2. Jalan Arteri Sekunder, menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder satu, kawasan sekunder satu dengan kawasan sekunder kedua. Lebar jalan tidak kurang dari 8 meter. Lalu lintas cepat pada jalan ini tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat. Akses langsung dibatasi tidak lebih pendek dari 250 meter. Panjang Arteri Sekunder di Kota Tangerang Selatan adalah 29,26 km. 3. Jalan Kolektor Primer, jaringan jalan dari batas propinsi DKI Jakarta – Ciputat Timur sampai batas wilayah Depok merupakan jaringan jalan nasional dengan ruang milik jalan (Rumija) 40 meter dan panjang ± 9 km. 4. Jalan Kolektor Sekunder, menghubungkan antar kawasan sekunder kedua, kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga. Lebar badan jalan tidak kurang dari 7 meter. Kendaraan angkutan berat tidak diizinkan melalui fungsi jalan ini di daerah permukiman. Jalan kolektor sekunder Kota Tangerang Selatan diantaranya adalah jalan yang menghubungkan batas Kota Tangerang – Serpong Utara – Serpong – Setu – Batas Kabupaten Bogor yang merupakan jalan provinsi dengan ruang milik jalan 40 meter dan panjang ± 16 km. Ruas jalan yang menghubungkan Serpong dan Setu dengan ruang milik jalan 30 meter dan panjang ± 6 km. Ruas jalan yang menghubungkan jalan raya Serpong dengan jalan raya Ciputat dengan Rumija 30 meter dan panjang ± 6,5 km. 5. Jalan Lokal Primer, dalam wilayah Kota Tangerang Selatan merupakan terusan jalan lokal primer luar Kota Tangerang Selatan melalui atau menuju
57
kawasan primer atau jalan primer lainnya. Kendaraan barang dan bus dapat diizinkan melalui jalan ini. Lebar jalan tidak kurang dari 6 meter. Termasuk dalam jalan ini diantaranya adalah ruas jalan Pamulang II – Rawa Buntu, ruas jalan Pondok Kacang – Jombang. 6. Jalan
Lokal
Sekunder, menghubungkan
antar
kawasan
ketiga atau
dibawahnya, kawasan sekunder dengan perumahan. Lebar badan jalan lokal sekunder tidak kurang dari 5 meter. Jalan lokal sekunder adalah jalan di kawasan perumahan-perumahan Kota Tangerang Selatan. Peta jaringan jalan Kota Tangerang Selatan disajikan Gambar 11.
Gambar 11 Peta Jaringan Jalan Kota Tangerang Selatan 2010 Gambar 11 menunjukkan jalan arteri primer disajikan dengan warna merah, jalan arteri sekunder disajikan dengan warna oranye dan kolektor sekunder di sajikan dengan warna abu-abu. Jaringan jalan kota Tangerang Selatan berfungsi sebagai pendukung akses pencapaian berpengaruh kepada jarak dan waktu tempuh di dalam dan antar wilayah. Jaringan jalan Kota Tangerang Selatan merata, terlihat dari hubungan keluar wilayah didukung jalan arteri primer, antar wilayah dalam kota didukung jalan kolektor sekunder dan antar permukiman didukung jalan lokal/lingkungan.
58
Evaluasi Ketersediaan Sarana Prasarana Jaringan Jalan Kota Tangerang Selatan Ketersediaan sarana prasarana jaringan jalan mengacu dari kondisi fisik jalan tersebut. Kondisi fisik adalah: keadaaan badan jalan secara fisik (mulus, cacat/rusak atau berlubang). Kondisi fisik terkait dengan pergerakan, perpindahan dalam wilayah dan antar wilayah, distribusi komoditi antar wilayah dan akses pencapaian antar permukiman dan dari permukiman ke sarana prasarana wilayah. Kondisi jalan Kota Tangerang Selatan di sajikan dalam Tabel 18. Tabel 18 Kondisi Jaringan Jalan Kota Tangerang Selatan 2010 Status Jalan Arteri Primer Arteri Sekunder
Kolektor Sekunder
Nama Jalan Jalan Toll Serpong Jl. Raya Serpong – Pahlawan Seribu Jl. Kapten Subianto – Rawa Buntu Jl. Otista – Pasar Ciputat Jl. Pajajaran – Pamulang Jl. Ir. H. Juanda – Pasar Jumat Jl. Ciater Raya – Bukit Indah Jl. Astek – Jombang Jl. Jombang Raya – Aria Putra Jl. Aria Putra – Pasar Ciputat Jl. Setia Budi – Cabe Raya Jl. Cabe Raya – Cirendeu Jl. Tegal Rotan – Cendrawasih – Ki Hajar Dewantara – Pasar Ciputat Jl. Rempoa – Gintung
Kondisi Jalan Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Agak Buruk
Sumber: Hasil Analisis, 2011
Tabel 18 menunjukkan kondisi jalan arteri primer baik, kondisi jalan arteri sekunder baik. Kerusakan banyak terjadi di jalan kolektor sekunder yang berlokasi yang menghubungkan antar wilayah. Kondisi jalan kolektor sekunder rusak akibat sistem drainase air kurang baik sehingga timbul genangan air pada hari hujan dan lubang pada jalan. Kerusakan jalan kolektor sekunder berdampak kemacetan di beberapa titik, terutama perbatasan antar wilayah kecamatan. Kemacetan akibat kerusakan di ruas jalan kolektor sekunder berdampak waktu tempuh menuju lokasi sarana prasarana menjadi bertambah. Perbaikan sistem drainase air, pengawasan dan pengelolaan jaringan jalan secara intensif dan terpadu diperlukan untuk mendukung penyebaran dan pergerakan barang dan jasa didalam dan diluar wilayah Kota Tangerang Selatan.
59
Akses Pencapaian Sarana Prasarana Jaringan Jalan Kota Tangerang Selatan Wilayah pelayanan jaringan jalan berjenjang mulai dari arteri primer, arteri sekunder, kolektor sekunder hingga jalan lokal/lingkungan. Dampak kerusakan di beberapa ruas jalan terutama jalan kolektor sekunder yang berfungsi sebagai penghubung di dalam dan antar wilayah, waktu tempuh menjadi bertambah. Akses pencapaian jaringan jalan di analisis berdasarkan kerapatan jalan yaitu hasil perbandingan luas wilayah dibagi panjang jalan. Semakin rapat jalan semakin mudah akses di dalam wilayah artinya jaringan jalan di wilayah tersebut mempunyai wilayah pelayanan dan jarak tempuh memadai. Panjang jalan wilayah Kota Tangerang Selatan di sajikan dalam Gambar 12. Total panjang jalan arteri sekunder dan kolektor sekunder wilayah kota Tangerang 190 km2.
Gambar 12 Peta Panjang Jalan Kota Tangerang Selatan tahun 2010 Kerapatan per wilayah kota Tangerang Selatan disajikan dalam Tabel 19 menunjukkan kecamatan Ciputat Timur dan Serpong mempunyai kerapatan jalan
penuh terlihat dari perbandingan luas wilayah lebih kecil dari panjang jalan. Akses pencapaian jaringan wilayah ini terpenuhi dan sangat rapat. Luas wilayah kecil, panjang jalan tinggi maka semakin rapat dan semakin mudah dicapai/diakses.
60
Tabel 19 Kerapatan Jalan Kecamatan
Panjang Jalan (km2)
Luas Wilayah (km2)
10,33 28,91 35,94 47,79 32,37 15,07 30,67 190,75
15,61 24,87 18,85 28,83 27,66 18,54 16,42 150,78
Setu Serpong Serpong Utara Pondok Aren Pamulang Ciputat Ciputat Timur
Rapat Jalan (km) 1,51 0,86 0,52 0,60 0,85 1,23 0,54
Sumber: Hasil Analisis, 2010
Gambar
13 menunjukkan jalan lokal/lingkungan di kecamatan Serpong
Utara. Rapat jalan 0.52 km menunjukkan perbandingan luas wilayahnya lebih kecil dari panjang jalan. Kerapatan jalannya sangat tinggi berdampak pada pergerakan/mobilitas moda transportasi di wilayah Serpong Utara cukup tinggi. Waktu tempuh ke sarana prasarana semakin cepat dan pencapaian menuju sarana prasarana menjadi lebih mudah.
Gambar 13 Jalan Lingkungan di Serpong Utara Gambar 14 menunjukkan menunjukkan jalan lingkungan di kecamatan Serpong, luas wilayahnya 24.87 km2 dengan panjang jalan 28.91 km2. Perbandingan luas wilayah dengan panjang jalan hampir sama, menunjukkan kerapatan jalan yang merata di kecamatan Serpong sebesar 0.82 km. Kerapatan
61
permukiman sama dengan kerapatan jalan lokal/lingkungan. Akses pencapaian dari dan ke sarana prasarana tinggi.
Gambar 14 Jalan Lingkungan di Serpong
Gambar 15 Jalan Lingkungan di Pamulang Gambar 15 menunjukkan jalan lokal/lingkungan di kecamatan Pamulang, luas wilayahnya 27.66 km2 dengan panjang jalan 32.37 km2. Perbandingan luas wilayah dengan panjang jalan hampir sama, menunjukkan kerapatan jalan yang merata di kecamatan Pamulang sebesar 0.85 km. Kerapatan permukiman sama dengan kerapatan jalan lokal/lingkungan. Akses pencapaian dari dan ke sarana prasarana tinggi.
62
Gambar 16 Jalan Lingkungan di Setu Gambar 16 menunjukkan jalan lokal/lingkungan kecamatan Setu. Panjang jalan 10.33 km2 dengan luas wilayah 15,61 km2, perbandingan panjang jalan dengan luas wilayah hampir sama dengan rapat jalan 1,51 km. Akses jaringan jalan kecamatan Setu cukup terlayani terlihat wilayah layanan jalan terpenuhi di seluruh wilayah.
Gambar 17 Jalan Lingkungan di Pondok Aren Gambar 17 memperlihatkan jalan lokal/lingkungan kecamatan Pondok Aren dengan panjang jalan 47.79 km2 dengan luas wilayah 28.83 km2. Perbandingan
63
panjang jalan dengan lebih besar dari luas wilayah dengan rapat jalan 0.6 km menunjukkan kerapatn jalan sangat tinggi. Akses jaringan jalan kecamatan Pondok Aren sangat terlayani berdampak kemudahan pencapaian dan waktu tempuh yang singkat. Gambar 18 memperlihatkan jalan lokal/lingkungan kecamatan Ciputat Timur dengan panjang jalan 30.64 km2 dan luas wilayah 16.42 km2. Panjang jalannya lebih besar dari luas wilayah maka akses pencapaian menjadi semakin mudah karena kerapatan jalannya sangat tinggi sebesar 0.54 km. Waktu tempuh semakin singkat menuju ke sarana prasarana.
Gambar 18 Jalan Lingkungan Ciputat Timur Gambar 19 memperlihatkan jalan lokal/lingkungan kecamatan Ciputat dengan panjang jalan 15.07 km2 dan luas wilayah 18.54 km2. Panjang jalan dan luas wilayah sama besar dengan kerapatan jalan 1.23 km. Jaringan jalan di wilayah Ciputat cukup terlayani. Kerapatan jalan wilayah Kota Tangerang Selatan terpenuhi tetapi jumlah kendaraan saat ini lebih banyak dari panjang jalan, sehingga jalan tidak dapat menampung kendaraan yang melintas. Dampak kelebihan jumlah kendaraan adalah kemacetan, kemacetan menimbulkan efek ganda (multiplier effect) terhambatnya penyebaran barang dan jasa sehingga menghambat kemajuan sektor
64
ekonomi. Pembangunan jalan lingkar luar dan jalan lintas (fly over) menjadi alternatif penyelesaian masalah kemacetan di ruas jalan kolektor sekunder.
Gambar 19 Jalan Lingkungan di Ciputat
Sarana Prasarana Pendidikan Dasar Kota Tangerang Selatan Pendidikan Dasar Pendidikan merupakan program nasional pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu elemen pendidikan formal di Indonesia adalah pendidikan dasar, dikenal dengan program wajib belajar 9 tahun. Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan awal masa sekolah anak-anak selama 9 tahun. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 50 tahun 2007, penyelenggaraan
pendidikan,
pengembangan
sistem
pendanaan
pendidikan,
pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan, serta penyediaan sarana dan prasarana pendidikan antar-kabupaten/kota menjadi kewajiban pemerintah provinsi. Pemerintah
propinsi
berkoordinasi
dengan
pemerintah
daerah/kota
untuk
menyelenggarakan program wajib belajar 9 tahun.
Perencanaan sarana pendidikan harus didasarkan pada tujuan pendidikan yang akan dicapai, dimana sarana pendidikan dan pembelajaran ini akan
65
menyediakan
ruang
belajar
harus
memungkinkan
siswa
untuk
dapat
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, serta sikap secara optimal. Jenjang Pendidikan Dasar Secara berjenjang pendidikan dasar terdiri dari pendidikan anak usia dini; taman kanak-kanak, raudhatul athfal, kelompok bermain lama pendidikan 2 – 3 tahun, pendidikan dasar 6 tahun; sekolah dasar, madrasah ibtidaiyah, kelompok belajar paket A, pendidikan dasar 3 tahun: sekolah menengah pertama, madrasah tsanawiyah dan kelompok belajar paket B. Penyedian sarana prasarana pendidikan di wilayah mempertimbangkan pendekatan ruang setiap unit dalam lingkungan, memperhatikan jangkauan radius area layanan dan kemampuan untuk melayani wilayah tertentu. Berdasarkan SNI-03-1733-2004 kebutuhan sarana prasarana pendidikan dianalisis dari jumlah penduduk secara berjenjang dari unit terkecil. Kebutuhan taman kanak-kanak per 1.250 penduduk dengan radius 500 meter di dalam lingkungan perumahan. Sekolah Dasar per 1.600 penduduk berada dalam lingkungan perumahan bergabung dengan taman dan ruang terbuka hijau dengan radius 1 kilometer. Sekolah Menengah Pertama per 4.800 penduduk dengan radius 1 km dapat bergabung dengan Sekolah Dasar dan akses pencapaian dengan kendaraan dan berlokasi di jalan lokal atau jalan lingkungan perumahan. Identifikasi Sarana Prasarana Pendidikan Dasar Kota Tangerang Selatan Sebaran sarana prasarana pendidikan dasar di wilayah Kota Tangerang Selatan tahun 2010 sebanyak, jumlah TK sebesar 340 unit, SD sebesar 322 unit, jumlah SMP sebesar 127 unit, jumlah Madrasah Ibtidaiyah 78 unit, jumlah Madrasah Tsanawiyah sebesar 43 unit. Sebaran sarana prasarana pendidikan dasar merata di masing-masing wilayah per kecamatan. Sebaran sarana prasarana pendidikan dasar pada setiap jenjang dikaitkan dengan jumlah peserta didik dan jumlah tenaga pendidik. Jumlah sarana prasarana pendidikan dasar di Kota Tangerang Selatan disajikan dalam Tabel 20. Jumlah peserta didik setiap jenjang Tangerang Selatan disajikan dalam Tabel 21.
per kecamatan di wilayah Kota
66
Tabel 20 Sarana Prasarana Pendidikan kota Tangerang Selatan 2010 Kecamatan
TK
Pamulang Setu Ciputat Ciputat Timur Serpong Pondok Aren Serpong Utara Jumlah Total
73 18 70 35 39 62 43 340
SD
SMP 68 15 58 33 44 75 29 322
24 25 23 19 20 20 127
Madrasah Ibtidaiyah 18 12 10 9 8 20 3 78
Madrasah Tsanawiyah 8 5 9 4 4 11 3 43
Sumber: Dinas Pendidikan Nasional Kota Tangerang selatan 2010.
Tabel 21 Jumlah Peserta Didik Kota Tangerang Selatan 2010 Jumlah murid TK 2.171 527 1.729 1.678 1.953 2.453 1.992 12.512
Kecamatan Pamulang Setu Ciputat Ciputat Timur Serpong Pondok Aren Serpong Utara Jumlah Total
Jumlah murid SD 17.261 5.677 22.920 11.674 16.537 23.340 5.677 66.052
Jumlah murid SMP 4.494 4.494 5.226 2.972 3.617 1.443 40.964
Sumber: Dinas Pendidikan Nasional Kota Tangerang selatan 2010
Tabel 20 dan Tabel 21 menunjukkan jumlah peserta didik wilayah Kota Tangerang Selatan tertampung di sebaran sarana prasarana pendidikan dukungan jumlah tenaga pendidik tercukupi. Jumlah murid TK Kota Tangerang 12.512 jiwa didukung jumlah tenaga didik (guru) terlihat dalam Tabel 22 untuk jenjang TK 2.131 jiwa (Pegawai Negeri Sipil dan Non Pegawai Negeri Sipil) dengan ratio perbandingan 1 guru untuk 6 murid secara teknis pengajaran tercukupi. Jumlah murid SD 66.052 jiwa dengan jumlah tenaga didik 3.951 jiwa. Ratio perbandingan antara tenaga didik dan murid 1:17, dari jumlah masih ada kekurangan tenaga pendidik untuk tingkat SD. Jumlah murid di jenjang SMP 40.964 jiwa, jumlah tenaga didik 2.015 jiwa. Ratio perbandingan tenaga didik dengan murid 1:21, terjadi kekurangan jumlah tenaga pendidik di jenjang SMP. Tabel 22 Jumlah Tenaga Pendidik Kota Tangerang Selatan 2010 Jenjang TK SD SMP
PNS
Non PNS 75 2.105 752
2.056 1.846 1.263
Sumber: Dinas Pendidikan Nasional Kota Tangerang selatan 2010
67
Jumlah sarana prasarana pendidikan dasar di Kota Tangerang Selatan tersebar merata, tidak ada sarana prasarana pendidikan pada jenjang SMP di kecamatan Setu berdampak peserta didik harus keluar wilayah untuk mendapatkan pendidikan. Peningkatan jumlah sarana prasarana pada jenjang SMP diperlukan ditiap wilayah Kota Tangerang Selatan untuk menampung peserta didik sekolah lanjutan. Evaluasi Ketersediaan Sarana Prasarana Pendidikan Dasar Kota Tangerang Selatan Parameter evaluasi ketersediaan sarana prasarana pendidikan dasar Kota Tangerang Selatan adalah jumlah sarana pendidikan. Analisisi deskriptif berdasarkan jumlah penduduk dan jenjang pendidikan adalah dengan membagi jumlah penduduk usia sekolah (Pendidikan Dasar 9 tahun) per kecamatan berdasarkan jumlah ratio standar berlaku sebagai berikut; TK/RA per 1.250 jiwa, SD per 1.600 jiwa, SMP per 4.800 jiwa, taman bacaan per 2.500 jiwa. 1. Jumlah sarana pendidikan dasar sesuai dengan ratio jumlah penduduk usia sekolah. 2. Jumlah ratio murid di tiap jenjang dengan sebanding dengan jumlah tenaga didik di tiap jenjang. Tabel 23 Jumlah Penduduk berdasarkan Jenjang Usia Sekolah tahun 2010 Kecamatan Ciputat Ciputat Timur Pamulang Pondok Aren Serpong Serpong Utara Setu
UMUR 0-4 17.549 15.343 25.163 27.619 12.753 12.668 6.191
UMUR 5-9 17.989 14.670 25.714 27.367 12.676 11.970 6.477
UMUR 10-14 16.448 13.358 24.530 25.269 11.638 9.804 6.006
Sumber: Data Sementara Sensus Penduduk BPS Kota Tangerang Selatan, 2010
Tabel 23 menunjukkan asumsi rata-rata jumlah usia 2-4 tahun sebesar 11.000 jiwa maka 1 unit sekolah dapat menampung 178 siswa didik. Setiap sekolah diasumsikan mempunyai murid 180 siswa. Hasilnya daya tampung sekolah jenjang TK cukup padat. Jumlah peserta didik jenjang SD terbanyak di kecamatan Pondok Aren sebesar 27.367 dengan jumlah sarana prasarana SD 75 unit dan Madrasah
68
Ibtidaiyah 20 unit jumlah total sarana prasarana SD di kecamatan Pondok Aren sebesar 95 unit.. Analisis ketersediaan sarana prasarana SD dengan asumsi 288 siswa persekolah dengan jumlah 6 kelas. Ketersediaan sarana prasarana SD terlayani. Ketersediaan sarana prasarana SMP sebesar 818 siswa per sekolah. Jumlah siswa SMP banyak tetapi daya tampung kurang. Kekurangan ketersediaan sarana prasarana SMP berdampak siswa tak tertampung bersekolah diluar wilayah diantaranya Tangerang, Bogor atau Jakarta. Sebaran sarana prasarana pendidikan dasar mulai dari jenjang TK, SD dan SMP disajikan di Gambar 20, 21 dan 22.
Gambar 20 Peta Sebaran TK Kota Tangerang Selatan 2010 Jumlah sarana prasarana pendidikan Kota Tangerang Selatan terpenuhi tetapi, daya tampung peserta didik setiap kelas masing-masing terlalu penuh/padat. Jumlah tenaga pendidik kurang untuk melayani jumlah peserta didik didalam kelas sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai. Peningkatan jumlah unit kelas dan penambahan sumber daya manusia tenaga diperlukan untuk mendukung tujuan pembelajaran sebagai bagian dari pelayanan sarana prasarana pendidikan .
69
Gambar 21 Peta Sebaran SD Kota Tangerang Selatan 2010
Gambar 22 Peta Sebaran SMP Kota Tangerang Selatan 2010
70
Akses Pencapaian Sarana Prasarana Pendidikan Dasar Kota Tangerang Selatan Sebaran sarana prasarana pendidikan di wilayah kota Tangerang Selatan secara spasial merata di tiap kecamatan. Program pendidikan dasar 9 tahun bagian dari program nasional di bawah kordinasi Kementerian Pendidikan Nasional, wilayah kordinasi di tingkat propinsi, kabupaten/kota di bawah Dinas Pendidikan Nasional. Jarak tempuh untuk mencapai sarana pendidikan dari permukiman terjangkau. Wilayah layanan jenjang TK dan SD berada dalam lingkungan permukiman
sehingga
pencapaian
lebih
mudah
didukung jalan
lokal/
lingkungan.Waktu tempuh terlama sekitar 30 menit berjalan kaki dan 5-10 menit dengan kendaraan bermotor. Wilayah layanan jenjang SMP Kota Tangerang Selatan terlayani, khusus kecamatan Setu dilayani keluar wilayahnya karena kecamatan Setu tidak mempunyai gedung SMP. Penduduk memanfaatkan layanan keluar wilayah yang berbatasan dengan kecamatan Setu diantaranya: kecamatan Serpong, Pamulang atau ke kabupaten Tangerang. Tabel 24 Akses Pencapaian Sarana Prasarana Pendidikan Kecamatan Setu Serpong Pamulang Ciputat Ciputat Timur Pondok Aren Serpong Utara
Radius Pencapaian TK (km) 1,0-2,0 1,5-2,0 1,0-2,0 1,0-1,5 1,0-1,5 1,0-1,5 1,0-1,5
Radius Pencapaian SD (km) 0,5 -1,0 1,5-2,0 1,5-2,0 1,0-1,5 1,0-1,5 1,0-2,0 1,0-1,5
Radius Pencapaian SMP (km) 2,0-2,5 (keluar wilayah) 1,0-1,5 1,5-2,0 1,0-1,5 1,0-1,5 1,0-2,0 1,5-2,0
Sumber: Hasil Analisis, 2011
Tabel 24 menunjukkan radius pencapaian terdekat
sarana prasarana
pendidikan jenjang TK sejauh 1 km dan jarak terjauh 2 km. Wilayah kecamatan Setu, Serpong dan Pamulang mempunyai radius pencapaian terjauh menuju TK. Rata-rata seluruh kecamatan di Kota Tangerang Selatan mempunyai radius pencapaian dekat menuju TK. Terlihat bahwa sarana prasarana TK berada dalam lingkungan perumahan dengan wilayah pelayanan lokal. Waktu tempuh menuju TK dilakukan dengan berjalan kaki selama 10-15 menit atau 5 menit kendaraan bermotor. Ketersediaan dan wilayah pelayanan sarana prasarana TK terpenuhi.
71
Radius pencapaian terdekat menuju lokasi SD sejauh 0.5 km dan jarak terjauh 2 km. Wilayah yang mempunyai radius pencapaian terjauh dari SD yaitu kecamatan Serpong, Pondok Aren dan Pamulang. Lokasi SD berada di lingkungan perumahan dengan wilayah pelayanan lokal. Waktu tempuh 10-15 menit dilakukan berjalan kaki atau 5 menit berkendaraan bermotor. Ketersediaan dan wilayah pelayanan sarana prasarana SD terpenuhi. Radius pencapaian terjauh menuju SMP sejauh 2.5 km karena sarana prasarana berada diluar wilayahnya, jarak terdekat sejauh 1 km. Kecamatan Setu tidak memiliki sarana prasarana SMP, sehingga peserta didik keluar wilayah untuk mendapat pelayanan. Radius pencapaian terjauh didalam wilayah berjarak 2 km di kecamatan Pamulang, Pondok Aren dan Serpong Utara. Ketersediaan dan wilayah pelayanan sarana prasarana SMP terpenuhi. Jaringan dan kerapatan jalan menjadi faktor penentu akses pencapaian menuju sarana prasarana. Sarana Prasarana Kesehatan Masyarakat Kota Tangerang Selatan Kesehatan Masyarakat Pelayanan kesehatan masyarakat menjadi wewenang pemerintah dan pihak swasta yang berperan aktif dalam menyelenggarakan kesehatan masyarkat. Sarana prasarana kesehatan masyarakat terdiri dari: 1.
Balai pengobatan warga.
2.
Balai kesejahteraan ibu dan anak (BKIA / Klinik Bersalin),
3.
Puskesmas dan balai pengobatan.
4.
Puskesmas pembantu dan balai pengobatan.
5.
Tempat praktek dokter.
6.
Apotik. Penyediaan sarana kesehatan berdasarkan jumlah penduduk. Penempatan
penyediaan fasilitas mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada area tertentu. Kebutuhan balai pengobatan warga ratio pelayanan per 2.500 jiwa dengan radius pelayanan 1 km2, balai kesejahteraan ibu dan anak (BKIA)/klinik per 30.000 jiwa dengan radius pelayanan 4 km2, puskesmas pembantu dan balai pengobatan per 30.000 jiwa dengan radius pelayanan 1,5 km2, puskesmas dan
72
balai pengobatan per 120,000 jiwa dengan radius pelayanan 3 km2, tempat praktek dokter per 5.000 jiwa dengan radius pelayanan 1,5 km2, Apotik per 30.000 jiwa dengan radius pelayanan 1,5 km2. Identifikasi Sarana Prasarana Kesehatan Masyarakat Kota Tangerang Selatan Sebaran sarana prasarana kesehatan masyarakat di Kota Tangerang Selatan: balai pengobatan swasta 176, rumah bersalin swasta 32, puskesmas pembantu 14, puskesmas 10, praktek dokter umum swasta 660, apotik 33 dan rumah sakit 13 disajikan dalam Tabel 25. Tabel 25 Sarana Prasarana Kesehatan Masyarakat Kota Tangerang Selatan 2010 Jenis
Serpong
Puskesmas Puskesmas Pembantu Balai Pengobatan Swasta Praktek Dokter Umum Swasta Apotik Rumah Bersalin Swasta Rumah Sakit
Serpong Utara
Pamulang
Ciputat Timur
Ciputat
Pondok Aren
Jum lah
Setu
1
1
1
3
1
2
1
10
2
1
1
2
3
3
2
14
30
22
44
14
31
24
11
176
113
131
167
71
93
65
20
660
6
5
10
9
25
18
2
75
2
1
4
5
9
10
1
32
3
2
1
2
3
2
0
13
Sumber: Profil Tangerang Selatan 2010
Tabel 25 menunjukkan sebaran sarana prasarana kesehatan wilayah Tangerang Selatan secara kasat mata merata di tiap kecamatan, terutama wilayah kecamatan Pondok Aren, Ciputat Timur dan Ciputat. Ketiga wilayah tersebut mampu melayani kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat. Wilayah kecamatan Serpong Utara, Serpong dan Setu sebarannya tidak merata. Kecamatan Setu yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bogor dan Tangerang tidak tersedia pelayanan rumah sakit. Praktek dokter, balai pengobatan swasta dan apotik tersebar merata di tiap kecamatan. Puskesmas dan puskesmas pembantu merupakan sarana prasarana kesehatan masyarakat wajib di setiap kecamatan dan merupakan standar pelayanan minimum kesehatan masyarakat. Sebaran sarana prasarana kesehatan masyarakat di sajikan dalam Gambar 23.
73
Gambar 23 Peta Sebaran Sarana Prasarana Kesehatan Kota Tangerang Selatan 2010 Evaluasi Ketersediaan Sarana Prasarana Kesehatan Masyarakat Kota Tangerang Selatan Ketersediaan sarana prasarana kesehatan masyarakat dianalisis berdasarkan ratio jumlah penduduk terlayani dalam wilayah pelayanannya. Khusus puskesmas merupakan sarana prasarana kesehatan masyarakat yang wajib ada di jenjang kecamatan. Jumlah sarana prasarana kesehatan masyarakat mengacu kepada SNI03-1733-2004 disajikan dalam Tabel 26. Evaluasi ketersediaan sarana prasarana kesehatan masyarakat berdasarkan jumlah layanan dari jenjang terendah yaitu puskesmas hingga jenjang tertinggi rumah sakit. Puskesmas berfungsi sebagai layanan terendah dan menjadi rujukan untuk ke jenjang layanan tertinggi. Tabel 26 menunjukkan bahwa terjadi kekurangan jumlah puskesmas di wilayah Pamulang, Ciputat Timur dan Pondok Aren. Jumlah puskesmas tidak sesuai dengan ratio perbandingan jumlah penduduk di wilayah tersebut. Dampaknya terjadi kepadatan pelayanan di wilayah-wilayah diatas.
74
Tabel 26 Evaluasi Ketersediaan Sarana Prasarana Kesehatan Masyarakat Kota Tangerang Selatan 2010 Jumlah Penduduk 64.985 137.398 288.511 195.900 183.330 307.154 126.291
Kecamatan Setu Serpong Pamulang Ciputat Ciputat Timur Pondok Aren Serpong Utara
Puskesmas (unit) 1 1 2 2 2 3 1
RSB (unit) 6 14 29 20 18 31 13
RS (unit) 6 14 29 20 18 31 13
Apotik (unit) 2 5 10 7 6 10 4
Sumber: Hasil Analisis, 2011
Jumlah rumah sakit bersalin di tiap wilayah Kota Tangerang Selatan mengalami kekurangan . Jumlah rumah sakit bersalin saat ini belum dapat memenuhi kebutuhan sarana prasarana persalinan. Kekurangan pelayanan persalinanan dapat dilayani di jenjang puskesmas kecamatan dan praktek bidan swasta yang tidak terdata. Kota Tangerang Selatan kekurangan jumlah rumah sakit, saat ini rata-rata jumlah rumah sakit di tiap wilayah kecamatan 2 yaitu Serpong, Ciputat dan Pondok Aren. Kecamatan Serpong dan Ciputat Timur memiliki 3 rumah sakit. Kebutuhan pelayanan gawat darurat dan rawat inap di jenjang rumah sakit mengalami kekurangan. Jumlah rumah sakit per kecamatan masih jauh dari standar pelayanan minimum berdasarkan jumlah penduduk. Jumlah sarana prasarana kesehatan merata di setiap wilayah tetapi perlu perluasan wilayah pelayanan dan peningkatan jumlah pada jenjang rumah sakit untuk layanan rawat inap. Pengobatan penyakit khusus yang memerlukan perawatan intensif dapat merujuk ke rumah sakit umum daerah/wilayah diluar Kota Tangerang Selatan. Akses Pencapaian Tangerang Selatan
Sarana
Prasarana
Kesehatan
Masyarakat
Kota
Akses pencapaian dari permukiman menuju sarana prasarana kesehatan didukung jaringan jalan dan lokasi sarana prasarana. Wilayah pelayanan puskesmas berjarak 1-1,5 km dari permukiman dengan waktu tempuh 15-30 menit. Jalan kolektor sekunder menjadi sarana pencapaian menuju sarana prasarana kesehatan. Kondisi jaringan jalan yang baik menjadi titik tolak terpenting untuk melayani pertolongan pertama/tindakan darurat kecelakaan.
75
Akses pencapaian ke sarana prasarana kesehatan berkaiatan erat dengan jaringan jalan dari jenjang jalan lingkungan hingga kolektor sekunder. Jarak pencapaian ke sarana prasarana kesehatan masyarakat disajikan dalam Tabel 27. Tabel 27 Jarak Pencapaian Sarana Prasarana Kesehatan Masyarakat Kecamatan Setu Serpong Pamulang Ciputat Ciputat Timur Pondok Aren Serpong Utara
Radius Pencapaian Puskesmas (km) 1,0-4,0 0,8-3,5 2,5-3,5 1,0-3,5 1,0-3,5 1,5-3,5 0,8-3,8
Radius Pencapaian RSB (km) 4,0-5,0 0,3-3,5 0,02-4,0 0,008-3,5 1,0-3,5 0,02-3,0 1,0-2,5
Radius Pencapaian RS (km) 4,0-5,0 0,3-3,5 0,02-4,0 2,0-4,0 2,5-4,0 1,0-2,0 1,5-2,5
Radius Pencapaian Apotik (km) 1,0-4,0 0,5-1,0 0,8-3,0 1,0-2,5 0,5-3,0 0,8-3,0 0,5-4,0
Sumber: Hasil Analisis, 2011
Tabel 27 menunjukkan radius pencapaian terjauh menuju puskesmas berjarak 3.8 km di wilayah kecamatan Serpong Utara sedangkan jarak terdekat 800 m di wilayah kecamatan Serpong Utara dan Serpong. Wilayah pelayanan puskesmas berlokasi di lingkungan perumahan bersifat lokal. Jarak yang dekat memudahkan akses pencapaian dan mempersingkat waktu tempuh. Waktu tempuh 10-15 menit berjalan kaki dan 5 menit berkendaraan bermotor. Rata-rata radius pencapaian rumah sakit bersalin terdekat berjarak 500 m. Jarak terdekat dengan rumah sakit bersalin berlokasi di kecamatan Ciputat yang berjarak kurang dari 10 m. Radius pencapaian terjauh berjarak 5 km di kecamatan Setu. Radius pencapaian terdekat menuju rumah sakit berjarak 200 m berlokasi di kecamatan Pamulang. Akses pencapaian dengan jarak terdekat 8 m di wilayah kecamatan Ciputat dari permukiman ke rumah sakit bersalin. Sebaran sarana prasarana kesehatan masyarakat rata-rata berjarak 1-2,5 km. Pencapaian dari permukiman ke sarana prasarana kesehatan masyarakat terlayani mulai dari lingkungan hingga ke jenjang kecamatan. Jarak pencapaian terpenuhi, kendala terjadi pada waktu tempuh menuju sarana prasarana karena jumlah kendaraan bermotor melintasi Kota Tangerang Selatan padat. Sarana Prasarana Persampahan Kota Tangerang Selatan Sistem pengelolaan sampah wilayah menjadi bagian penting pelayanan wilayah untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Pengelolaan sampah dilakukan
76
dari unit terkecil wilayah di jenjang Rukun Warga hinga ke jenjang tertinggi di Kota. Sistem pengelolaan sampah terdiri dari pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan dan pembuangan akhir. Sarana prasarana yang dibutuhkan untuk menunjang sistem pengelolaan sampah dari jenjang terendah terdiri dari: 1. Rumah Tangga : Bak Sampah 2. Rukun Warga : Bak sampah lingkungan dan gerobak sampah kecil (TPS). 3. Kelurahan
: Bak sampah lingkungan dan gerobak sampah besar (TPS).
4. Kecamatan
: Bak sampah besar dan mobil sampah (TPS lokal).
5. Kota
: Bak sampah akhir dan tempat pengelolaan sampah akhir (TPA).
Kebutuhan sarana prasarana sampah dihitung berdasarkan jumlah penduduk dengan acuan SNI-03-1733-2004, di jenjang Rukun Warga per 2.500 jiwa ada 1 Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dengan volume 6 m3, jenjang kelurahan per 30.000 jiwa, 1 TPS bervolume 12 m3 dan jenjang kecamatan per 120.000 jiwa, 1 TPS dengan kapasitas volume 25 m3 dan untuk wilayah kota per 480.000 jiwa diperlukan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang berfungsi untuk mengelola sampah wilayah. Identifikasi Sarana Prasarana Persampahan Kota Tangerang Selatan Sebaran sarana prasarana sampah kota Tangerang Selatan berdasarkan data tahun 2008-2009 tiap kecamatan mempunyai TPS. Sistem pengelolaan sampah saat ini adalah, diolah secara mandiri di lingkungan perumahan dan dikelola dinas terkait diwakili Dinas Kebersihan. Sebaran di tiap kecamatan wilayah Tangerang Selatan terlihat merata disajikan Tabel 28. Tabel 28 Sarana Prasarana Sampah Kota Tangerang Selatan 2008 No.
Jenis
1
TPS Water Treatment Plant
2
1
Serpong Utara 3
3
1
Serpong
Pamulang 3
Ciputat 3
Ciputat Timur 1
Pondok Aren 3
Setu
Jumlah
7
21
1
Sumber: Profil Kota Tangerang Selatan 2010 Tabel 28 menunjukkan sebaran tempat pembuangan sementara sampah
Kota Tangerang Selatan merata terlihat di setiap kecamatan. Wadah penampungan
5
77
sampah tersedia di setiap kecamatan. Kecamatan Setu mempunyai sebaran yang lebih banyak dari kecamatan lainnya. Data sebaran TPS tahun 2008 belum ada tempat pembuangan akhir (TPA) yang berfungsi mengumpulkan dan mengelola sampah. Sebaran TPS dan TPA dapat dilihat pada Gambar 24. Gambar 24 menunjukkan sebaran TPS dan TPA Kota Tangerang Selatan 2010 dari peta tematik rencana sarana prasarana persampahan sumber dari BAPPEDA Kota Tangerang Selatan. Titik sebaran TPS berwarna hijau dan warna merah muda untuk TPA. TPA Kota Tangerang Selatan berlokasi di Cipeucang kecamatan Setu. Jumlah TPS mengalami penambahan di beberapa wilayah yaitu Serpong, Pamulang, Ciputat, Ciputat Timur dan Pondok Aren. TPS di kecamatan Setu berkurang karena berubah fungsinya menjadi TPA. Gambaran ini mewakili TPS yang dikelola Dinas Persampahan dan tidak mewakili TPS-TPS yang dikelola secara mandiri oleh penduduk atau tempat pembuangan sampah liar di bantaran sungai. Warna hijau muda hingga biru laut tua melambangkan jumlah penduduk per kecamatan.
Gambar 24 Peta Sebaran Sarana Prasarana Sampah Kota Tangerang Selatan 2010 Jumlah TPS di wilayah Kota Tangerang Selatan merata, setiap wilayah mempunyai layanan tampungan sampah. Penampungan sampah mandiri yang
78
dikelola masyarakat tidak terdata, penampungan sampah yang tidak dikelola dengan baik menimbulkan timbunan-timbunan sampah baru. Evaluasi Ketersediaan Sarana Prasarana Persampahan Kota Tangerang Selatan Data sebaran dianalisis berdasarkan jumlah volume bangkitan sampah yang dihasilkan penduduk per hari. Kriteria ketersediaan sarana prasarana persampahan adalah: 1. Volume bangkitan sampah dari jumlah penduduk 2. Kapasitas tampung TPS/TPA Volume bangkitan sampah hasil dari perkalian jumlah penduduk masing-masing kecamatan. Bangkitan sampah yang dihasilkan 910 gr /jiwa/hari (Hartono, 2006). Volume bangkitan sampah dari jenjang terendah di tampung pada tempat sampah di lingkungan rukun tetangga kemudian di distribusikan ke TPS kecamatan. Frekuensi pengumpulan dan daya tampung TPS mempengaruhi kelayakan sarana prasarana persampahan. Hasil analisis jumlah penduduk, volume sampah yang dihasilkan dan kapasitas tampung TPS disajikan dalam Tabel 28. Tabel 29 Analisis Ketersediaan Sarana Prasarana Sampah Kota Tangerang Selatan 2010 Kecamatan
Setu Serpong Pamulang Ciputat Ciputat Timur Pondok Aren Serpong Utara Total
Jumlah Penduduk 64.985 137.398 288.511 195.900 183.330 307.154 126.291
Standar TPS per 120.000 (unit)
TPA per 480.000 (unit)
0,5 0,9 2,1 1,5 1,4 2,1 0,7
1.303.569
3
TPS saat ini 6 5 5 5 2 5 3 31
Jumlah Bangkitan /hari (ton) 59 125 263 178 167 280 115 1.186
Kapasitas Vol TPS (ton) /hari 300 250 250 250 100 250 150 1.550
Sumber: Hasil Analisis, 2011.
Tabel 29 menunjukkan ketersediaan TPS Kota Tangerang Selatan berjumlah 31 unit dengan kapasitas sebesar 1.550 m3. Berdasarkan bangkitan sampah yang ditimbulkan sebesar 1.118 ton, sesuai standar JICA jumlah bangkitan per jiwa sebesar 910 gram/hari atau 9x10-6 ton.
79
TPS di kecamatan Setu berjumlah 6 TPS dengan kapasitas sebesar 300 m3. Masing-masing sebaran dapat menampung 50 m3 sampah dengan berat sekitar 10 ton per TPS, sehingga cukup tersedia menampung sampah kecamatan Setu. Sebaran 5 TPS kecamatan Pamulang mampu menampung sampah sebesar 250 m3 dengan kapasitas berat 10 ton per TPS, kapasitas seluruh TPS Pamulang sebesar 50 ton per hari. TPS Pamulang tidak dapat menampung seluruh bangkitan sampah wilayahnya. Kekurangan ketersediaan TPS di kecamatan Ciputat, Ciputat Timur, Pondok Aren, Serpong, Serpong Utara dan Pamulang. Kekurangan kapasitas TPS dapat diatasi dengan penampahan jumlah TPS atau perluasan TPS disajikan dalam Tabel 30. Tabel 30 Analisis Ketersediaan TPS Kota Tangerang Selatan tahun 2010 Kecamatan Serpong Pamulang Ciputat Ciputat Timur Pondok Aren Serpong Utara Setu
Jumlah Bangkitan (ton) 125 263 178 167 280 115 59
Jumlah TPS kapasitas 10 ton 12 26 17 16 18 11 6
Sumber: Hasil Analisis, 2011
Sebaran TPS Kota Tangerang Selatan merata tetapi kapasitasnya tidak dapat menampung bangkitan sampah. Sistem pengelolaan sampah terpadu diperlukan dari jenjang terendah dengan menambah frekuensi pengangkutan, penambahan dan perluasan kapasitas kapasitas tampung TPS setiap kecamatan sehingga tidak terjadi bangkitan sampah tak terkelola. Pemberdayaan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan terkait pengelolaan sampah dan meningkat peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah menjadi barang-barang bernilai ekonomi. Akses Pencapaian Sarana Prasarana Persampahan Kota Tangerang Selatan Akses pencapaian dari pusat permukiman ke TPS kecamatan melalui pengukuran jarak wilayah pelayanan. Jarak wilayah pelayanan dihitung dari titik sebaran TPS per kecamatan. Tabel 31 menunjukkan radius pencapaian terjauh dari permukiman ke TPS
80
berada di kecamatan Serpong dan Pamulang dengan jarak tempuh 4,5 km. Jarak terdekat sejauh 1 km di kecamatan Setu dan Serpong. Jarak tempuh terjauh harus diimbangi dengan jumlah frekuensi pengangkutan sampah dari TPS ke TPA. Wilayah pelayanan dengan jarak terjauh dapat dilayani dari lokasi TPS terdekat di luar wilayahnya. Tabel 31 Analisis Akses Pencapaian TPS Kota Tangerang Selatan Kecamatan Setu Serpong Pamulang Ciputat Ciputat Timur Pondok Aren Serpong Utara
Radius Pencapaian TPS terdekat (km) 1,0 1,0 1,5 2,0 2,0 1,5 1,5
Radius Pencapaian TPS terjauh (km) 2,0 4,5 4,5 3,5 4,0 3,5 4,0
Sumber: Hasil Analisis, 2011
Pengelolaan sampah mandiri yang dilakukan bersama di beberapa perumahan menjadi alternatif. Pengangkutan dan pengumpulan sementara bangkitan sampah di TPS mempengaruhi kapasitas tampung dan frekuensi pengambilan sampah. Sistem pengelolaan sampah mandiri dari jenjang rumah tangga menjadi alternatif program yang dapat dilakukan pemerintah daerah. Sarana Prasarana Niaga dan Perdagangan Kota Tangerang Selatan Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya. Sarana prasarana niaga dan perdagangan di lingkungan perumahan dimulai dari unit terkecil dari jenjang terendah dengan radius pelayanan kecil. Urutan sarana prasarana perdagangan dari jenjang terendah adalah sebagai berikut: 1. Toko/warung. 2. Pertokoan, Rumah Toko. 3. Pasar di Lingkungan tingkat Kelurahan dan Kecamatan. 4. Mini Market/Swalayan kecil. 5. Supermarket/Pasar Swalayan. 6. Pusat Perbelanjaan/Plaza/Mall.
81
Kebutuhan sarana prasarana niaga berdasarkan SNI-03-1733-2004 di wilayah lingkungan hingga wilayah kota di hitung berdasarkan ratio jumlah penduduk terlayani dan radius pelayanannya. Kebutuhan toko/warung ratio per 250 jiwa dengan radius 300 m, pertokoan/ruko per 6.000 jiwa dengan radius 2 km berlokasi di pusat kegiatan sub lingkungan. Pasar ratio per 30.000 jiwa berlokasi di pusat lingkungan jenjang kelurahan atau kecamatan dengan radius pelayanan 510 km. Mini market/swalayan kecil ratio per 30.000 jiwa dengan radius pelayanan 500 meter dari pasar tradisional dijangkau dengan berkendaraan. Kebutuhan supermarket/pasar swalayan dan pusat perbelanjaan/plaza/mall ratio per 120.000 jiwa berlokasi di jalan utama dan pusat kegiatan dengan fasilitas parkir mandiri. Identifikasi Sarana Prasarana Niaga dan Perdagangan Kota Tangerang Selatan Pengelolaan sarana niaga dan perdagangan di bawah koordinasi BUMN atau Dinas Perdagangan bekerjasama pihak swasta salahsatunya pengembang perumahan. Berdasarkan data sarana prasarana niaga kota Tangerang Selatan tahun 2010 disajikan Tabel 32. Tabel 32 menunjukkan sebaran sarana prasarana niaga dan perdagangan Kota Tangerang Selatan dari jenjang terendah hingga tertinggi merata. Lokasi sebaran niaga dan perdagangan berlokasi di jalan arteri dan kolektor sekunder sehingga berperan aktif menunjang mobilisasi penduduk menuju layanan. Tabel 32 Sarana Prasarana Niaga dan Perdagangan Kota Tangerang Selatan 2010 Uraian Pasar Modern Pasar Tradisional Pusat Perbelajaan Kompleks Ruko Minimarket
Serpong 2 4 8 10 8
Serpong Utara 1 0 4 22 3
Pamulang
Ciputat
1 2 2 20 23
3 3 4 4 13
Ciputat Timur 1 1 0 15 13
Pondok Aren 2 2 2 6 4
Setu
Jumlah
1 2 0 0 7
7 6 12 40 48
Sumber: Profil Tangerang Selatan, 2010
Warung, toko di lingkungan perumahan tidak terdata dan tidak disajikan karena mempunyai layanan sama dengan minimarket. Perkembangan minimarket sangat pesat di wilayah Kota Tangerang Selatan terlihat dari sebaran dan lokasinya yang saling berdekatan.
82
Gambar 25 Peta Sarana Prasarana Niaga dan Perdagangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 Gambar 25 menunjukkan sebaran plaza/mall, pasar modern (pasar swalayan) dan minimarket berlokasi di jalan arteri sekunder berfungsi sebagai jalan utama penghubung antar wilayah. Radius pelayanan antar sarana prasarana terfokus di pusat-pusat kegiatan wilayah di masing-masing kecamatan. Kecamatan Setu terletak di bagian Selatan wilayah kota Tangerang Selatan dilayani oleh pasar tradisional dan mini market. Pusat perbelanjaan di kecamatan Setu saat ini tidak terlayani, penduduk memanfaatkan jalan lokal sekunder dan arteri sekunder untuk mencapai pusat perbelanjaan di wilayah lain. Waktu tempuh menuju pusat perbelanjaan sekitar 30-45 menit berkendaraan Sebaran pasar tradisional ada di tiap wilayah Kota Tangerang Selatan kecuali kecamatan Serpong Utara yang tidak terdata. Pemenuhan kebutuhan sembako dilayani pasar modern (pasar swalayan) mall/plaza Kota Tangerang Selatan terbanyak di wilayah Serpong sebanyak 8 unit berlokasi di jalan arteri sekunder terhubungi arteri primer. Sepanjang jalan arteri sekunder Jl. Pahlawan Seribu dan Jl. Kapten Subianto berlokasi mall/plaza, pasar modern dan minimarket. Sarana prasarana niaga dan perdagangan Kota Tangerang Selatan di wilayah lainnya berlokasi di jalan kolektor sekunder.
83
Evaluasi Ketersediaan Sarana Prasarana Niaga dan Perdagangan Kota Tangerang Selatan Data sebaran sarana prasarana perdagangan dianalisis membandingkan jumlah kebutuhan sarana prasarana niaga perdagangan setiap kecamatan dengan jumlah penduduk. Ratio standar pelayanan minimum dan radius pelayanan masing-masing sarana prasarana menjadi paramater ketersediaan sarana prasarana niaga dan perdagangan sesuai dengan SNI-03-1733-2004. 1. Standar pelayanan minimum berdasarkan jumlah penduduk 2. Radius pelayanan masing-masing sarana prasarana. Ketersediaan sarana prasarana niaga perdagangan Kota Tangerang Selatan berdasarkan standar pelayanan minimum penduduk sudah terpenuhi. Pasar tradisonal dan minimarket berada di lokasi sama. Wilayah pelayanan minimarket berdampingan dengan pasar tradisional. Jumlah sebaran minimarket melebihi jumlah layanan dengan jarak pencapaian berdekatan. Mall/plaza, pasar modern dan minimarket wilayah pelayanannya terpusat di satu lokasi. Tabel 33 Analisis Kelayakan Niaga dan Perdagangan Kota Tangerang Selatan 2010
2 4 2 3
2 5 9 7
1 2 1 3
Std.Per 120.000 jiwa (unit) 0 1 2 2
1
6
2
2
10
0
4
Std.Per Kec.
Pasar
30.000
jiwa Setu Serpong Pamulang Ciputat Ciputat Timur Pondok Aren Serpong Utara
7 8 23 13
Std.Per 30.000 Jiwa (unit) 2 5 9 7
2
13
2
3
1
1
Pasar Modern
Mini market
Mall/ Plaza
Std.Per 120.000 jiwa (unit)
0 8 2 4
0 1 2 2
6
5
2
4
10
2
3
3
4
4
1
Sumber: Hasil Analisis, 2011.
Tabel 33 menunjukkan ketersediaan sarana prasarana niaga dan perdagangan Kota Tangerang Selatan sesuai dengan SNI-03-1733-2004. Jumlah layanan minimarket padat dengan zona pelayanan saling berdekatan. Data warung dan ruko (rumah toko) tidak ditampilkan karena mempunyai jenis layanan sama. Sarana prasarana niaga perdagangan Kota Tangerang Selatan terpenuhi, lokasi sarana prasarana terpusat di satu lokasi menimbulkan kemacetan kendaraan
84
bermotor. Penyebaran sarana prasarana niaga perdagangan diperlukan untuk mencegah terjadinya kemacetan akibat antrian kendaraaan bermotor menuju sarana prasarana niaga dan perdagangan. Akses Pencapaian Sarana Prasarana Niaga dan Perdagangan Kota Tangerang Selatan Wilayah pelayanan pasar tradisional di pusat kegiatan permukiman ber jarak 0,5-4 km. Jarak tempuh berkisar antara 15-30 menit dari jalan lingkungan menuju menuju pasar. Wilayah pelayanan pasar dengan mini market terpusat dan berdekatan di satu lokasi sehingga penduduk mempunyai alternatif pilihan layanan yang dibutuhjan. Standar wilayah layanan antara pasar tradisional dan pasar modern sejauh 0.5-1 km dengan jenis penjualan sama. Akses pencapaian menuju pasar mudah dan terjangkau karena jarak antara satu layanan ke layanan lain berdekatan dan terpusat. Kepadatan jarak layanan minimarket berdekatan mulai dari jalan lingkungan hingga kolektor sekunder. Fenomena pesatnya pertumbuhan minimarket di wilayah Jabodetabek, termasuk Tangerang Selatan didukung kurang ketatnya kebijakan pemerintah untuk mengawasi perijinan dan pengaturan zona layanan mini market atau pasar swalayan kecil. Kemudahan mendapatkan ijin pengelolaan pasar swasta khusus minimarket berdampak kasus ijin Aspal (Asli Palsu) marak di Jabodetabek (SuaraPembaruan.com). Pelanggaran wilayah pelayanan minimarket membuat permasalahan tersendiri bagi sarana prasarana wilayah. Sebaran sarana prasarana niaga dan perdagangan wilayah kota Tangerang Selatan merata, hampir seluruh wilayah terlayani, kecamatan Ciputat Timur tak terdata, pasar tradisional karena dikelola di lahan swasta, pasar tradisional Situ Gintung sudah berubah menjadi permukiman. Wilayah kecamatan Setu dan Ciputat Timur tidak ada layanan pusat perbelanjaan. Tabel 34 Analisis Akses Pencapaian Sarana Prasarana Niaga dan Perdagangan Kategori Mall/Plaza Supermarket Pasar Minimarket
Radius Pencapaian Terdekat (km) 0,50 2,00 0,05 0,01
Sumber: Hasil Analisis, 2011
Radius Pencapaian Terjauh (km) 2 7 2 2
85
Tabel 34 menunjukkan radius pencapaian terdekat sejauh 10m dari permukiman ke minimarket, jarak terjauh minimarket 2 km. Jarak layanan minimarket berdekatan dengan pasar tradisional sejauh 3 m hasil pengambilan data dari GPS. Radius pencapaian terjauh berjarak 7 km dari permukiman ke pasar modern (supermarket). Lokasi sarana prasarana niaga perdagangan terpusat di satu lokasi memberikan kemudahan pencapaian dari permukiman. Berdampingannya pasar tradisional dengan mini market memberikan pilihan bagi masyarakat untuk menggunakan layanan yang diperlukan. Pengaturan zona pelayanan diperlukan agar tidak terjadi pemusatan sarana prasarana niaga dan perdagangan di satu lokasi.
Analisis SWOT Penyusunan strategi kebijakan pengembangan sarana prasarana dilakukan dengan melihat potensi kekuatan, kelemahan, kesempatan dan kendala yang akan muncul. Penelitian ini menggunakan Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threats). Pengumpulan dan klasisfikasi potensi kekuatan dan kelemahan/permasalahan sebagai faktor internal serta peluang dan ancaman sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi kelayakan sarana prasarana Kota Tangernag Selatan. Langkah-langkah yang dilakukan adalah: (1) analisis input data (input stage), (2) analisis pencocokan (matching stage), (3) analisis pengambikan keputusan (decision stage). Analisis data input dimulai dengan mengidentifikasi jumlah sarana prasarana, dilanjutkan dengan analisis faktor internal dan faktor eksternal. Proses analisis menghasilkan beberapa asumsi atau peluang strategis untuk tujuan keberhasilan kebijakan. Saat proses identifikasi penulis mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan yang menjadi faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang maupun ancaman. Kemudian dilakukan wawancara serta pengisian kuesioner terhadap penduduk pengguna layanan sarana prasarana. Hasil dari kegiatan ini teridentifikasinya faktor-faktor yang diperlukan untuk analisis SWOT yaitu sebagai berikut: 1. Kekuatan (Strength)
86
a. Kualitas pelayanan sarana prasarana. b. Area/wilayah pelayanan. c. Sumber daya alam (air, listrik dan lahan). 2. Kelemahan (Weakness) a. Sumber daya manusia (Pengelola) b. Perawatan dan pengelolaan sarana prasarana c. Kebijakan Pemerintah Daerah/Kota d. Kondisi fisik sarana prasarana. 3. Peluang (Opportunity) a. Waktu tempuh b. Kemudahan Akses pencapaian terhadap sarana prasarana c. Jarak tempuh 4. Ancaman (Threats) a. Kondisi jaringan jalan b. Transportasi Pembuatan matriks SWOT untuk melihat faktor internal dan eksternal kemudian kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman diberi bobot nilai untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan sarana prasarana. Penilaian bobot berdasarkan analisis penulis, pengamatan di lapangan, wawancara dan pengisian kuersioner. Tabel 35 menunjukkan bobot/nilai tingkat kepentingan SWOT. Tabel 35 Penilaian Tingkat Kepentingan SWOT Bobot Strategi 3 Kualitas pelayanan sarana prasarana 4 Area/wilayah pelayanan. 3 Sumber daya alam (air, listrik dan lahan). 3 Sumber daya manusia (Pengelola) 4 Perawatan dan pengelolaan sarana prasarana 3 Kebijakan Pemerintah Daerah/Kota 3 Kondisi fisik sarana prasarana. 3 Sumber daya manusia (Pengelola) 3 Waktu tempuh 4 Kemudahan Akses pencapaian terhadap sarana prasarana 4 O3 Jarak tempuh 2 T1 Kondisi jaringan jalan 2 T2 Transportasi Sumber: Hasil Olahan dari wawancara dan pengisian kuesioner, 2011
No. S1 S2 S3 W1 W2 W3 W4 W5 O1 O2
87
Analisis pencocokan: mencocokkan faktor-faktor dalam matriks SWOT untuk mendapatkan beberapa strategi alternatif untuk menentukan ketersediaan sarana prasarana. Matriks ini disajikan pada Tabel 36. Beberapa asumsi alternatif strategi yang dapat dilakukan, yaitu : 1. Strategi Strength-Oppurtunity, yaitu memanfaatkan kekuatan untuk meraih peluang. 2. Strategi Weakness-Oppurtunity, yaitu meminimalkan kelemahan untuk mencapai dan memanfaatkan peluang. 3. Strategi Strength-Threat, yaitu memanfaatkan kekuatan untuk mengurangi ancaman. 4. Strategi
Weakness-Threat,
yaitu
taktik
pertahanan
diarahkan
untuk
mengurangi kelemahan-kelemahan internal serta menghindar dari ancamanancaman lingkungan luar. Tabel 36 Matriks SWOT Internal
Kekuatan (Strenght) : 1. Kualitas Pelayanan Sarana Prasarana 2. Area / Wilayah Pelayanan 3. Sumber Daya Alam (Air, Listrik, Lahan)
Eksternal
Peluang (Oppurtunity) : 1. Waktu Tempuh 2. Kemudahan Akses Pencapaian terhadap Sarana Prasarana 3. Jarak Tempuh
Ancaman (Threat) : 1. Kondisi Jaringan Jalan 2. Transportasi
Kelemahan (Weakness) : 1. Sumber Daya Manusia (Pengelola) 2. Perawatan dan Pengelolaan Sarana Prasarana 3. Kebijakan Pemerintah Daerah/ Kota
4.
Kondisi Fisik Sarana Prasarana
A. Meningkatkan Radius/Area pelayanan B. Peningkatan Kualitas Pelayanan C. Memanfaatkan Sumber Daya Alam untuk Peningkatan Jumlah Sarana Prasarana.
D.
Peningkatan Keahlian Sumber Daya Manusia Peningkatan Kualitas Pengelolaan dan Fisik Sarana Prasarana Kebijakan Pemerintah Daerah/Kota yang mendukung Sarana Prasarana
G.
I.
H.
Perbaikan dan Pemeliharaan Sistem Jaringan Jalan Peningkatan Jalur Transportasi
E.
F.
J.
Kebijakan Pemerintah dalam Pengelolaan Jaringan Jalan Mendukung Pembukaan Jalur-Jalur Alternatif Transportasi
Sumber: Hasil Analisis, 2011
Langkah selanjutnya analisis pengambilan keputusan dengan memilih keputusan terbaik untuk dilaksanakan. Setiap alternatif strategis pada matriks SWOT diberi nilai sesuai dengan tingkat kepentingannya, kemudian diberi rangking. Pemberian nilai berdasarkan penjumlahan nilai-nilai dari faktor-faktor
88
yang membangun alternatif strategi. Pemberian ranking berdasarkan pada point nilai tertinggi. Penggambaran pengambilan tingkat prioritas ini dapat dilihat pada Tabel 37. Tabel 37 Pemilihan Analisis Prioritas No. 1. 2. 3.
4. 5. 6.
Alternatif strategi Meningkatkan Radius/Area pelayanan Peningkatan Kualitas Pelayanan Memanfaatkan Sumber Daya Alam untuk Peningkatan Jumlah Sarana Prasarana. Peningkatan Keahlian Sumber Daya Manusia Peningkatan Kualitas Pengelolaan dan Fisik Sarana Prasarana Kebijakan Pemerintah Daerah/Kota yang mendukung Sarana Prasarana
Keterkaitan (S1,2, O2,3)
Kepentingan 15
Ranking 1
(S1,O1) (S3, O2)
6 7
6 4
(W1,2,O2)
11
3
(W2,3,O2.3)
15
2
(W3,O2)
7
5
Sumber: Hasil Analisis, 2011
Hasil analisis peringkat kepentingan, prioritas kebijakan di posisi ranking pertama merupakan kebijakan yang pertama dilaksanakan. Prioritas kebijakan kuadran I, II selanjutnya kuadran III dan IV. Berdasarkan hasil dari Tabel 37 maka prioritas kebijakan yang direkomendasikan adalah: 1.
Meningkatkan radius/area pelayanan sarana prasarana.
2.
Peningkatan kualitas pengelolaan dan fisik sarana prasarana.
3.
Peningkatan keahlian sumber daya manusia.
4.
Memanfaatkan sumber daya alam untuk peningkatan jumlah sarana prasarana.
5.
Kebijakan Pemerintah Daerah/Kota yang mendukung Sarana Prasarana.
6.
Peningkatan kualitas pelayanan. Beberapa alternatif kebijakan untuk peningkatan kelayakan sarana prasarana
di Kota Tangerang Selatan dipengaruhi oleh berbagai aspek terkait diantaranya: aspek fisik, sosial dan budaya dan kebijakan pemerintah daerah/kota. Pemanfaatan aspek fisik yang memperhatikan kondisi dan penggunaan lahan, sumber energi alternatif yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan sarana prasarana. Aspek sosial budaya berkaitan dengan sumber daya manusia dan budaya masyarakat untuk merawat dan memelihara sarana prasarana. Kebijakan pemerintah
89
diperlukan mendukung kebutuhan peningkatan jumlah, kualitas dan wilayah pelayanan sarana prasarana di Kota Tangerang Selatan Rekomendasi Pengembangan Sarana Prasarana Wilayah Kota Tangerang Selatan Mengacu kepada Peraturan Pemerintah No.26 Tahun 2008, tentang Kota Tangerang Selatan yang menjadi bagian Pusat Kegiatan Nasional (PKN) metropolitan Jabodetabek maka rekomendasi pengembangan sarana prasarana: •
Meningkatkan akses pencapaian didalam dan antar wilayah dengan penataan fisik jaringan jalan dan peningkatan kapasitas pelayanan moda transportasi di sepanjang koridor Jakarta-Tangerang Selatan, Jakarta Tangerang, Jakarta Bogor, Jakarta Depok.
•
Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan sarana prasarana air bersih di setiap wilayah Kota Tangerang Selatan.
•
Meningkatkan kapasitas tampung dan perluasan wilayah pelayanan sarana prasarana persampahan.disetiap wilayah.
•
Meningkatkan wilayah pelayanan dan kualitas pengelolaan sarana prasarana kesehatan, pendidikan dan listrik.
•
Mengatur wilayah pelayanan sarana prasarana niaga perdagangan berdasarkan zona pelayanan.