BAB I PENDAHULUAN 1.1
Gambaran Umum Objek Penelitian
1.1.1
Profil Kelompok Usaha Bersama (KUB) Zocha Garut
KUB Zocha Graha Kriya merupakan perusahaan yang berbentuk Commanditaire Vennootschap (CV) dan berdiri pada tanggal 9 September 1999 di Garut oleh Bapak Franz Limiart dan Ibu Joanna. KUB Zocha Graha Kriya yang dalam bahasa Sunda berarti mata, merupakan perusahaan yang bergerak di bidang kerajinan dan seni. Perusahaan yang termasuk golongan Usaha Kecil menurut UU No 20 Tahun 2008 ini memiliki
produk
unggulan
yang
berbahan
dasar
akar
wangi.
(http://www.akarwangigarut.com). Adapun profil KUB Zocha Graha Kriya berdasarkan data sentra UMKM BI dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Profil Zocha Graha Kriya I.
DATA PERUSAHAAN
1. Nama Perusahaan
Zocha Graha Kriya
2. Nama Pemilik
Franz Limiarto PJ
3. Alamat Perusahaan
Jl. Pakuwon No. 10 Garut-Jabar
4. No. Telepon/Faksmili
0262-232695/ 233084
5. Email
[email protected]
6. Lama Usaha
12 Tahun 1. ASPEK PASAR
1. Jenis Produk
Kerajinan akar wangi (Bersambung) 1
(Sambungan Tabel 1.1) 1. ASPEK PASAR 2. Spesialisasi/ spesifikasi
Fungsional dan dekoratif
3. Merk Produk
Zocha
4. Cara Pemesanan
Langsung, email, telepon, fax
5. Cara Pembayaran
Tunai/transfer/EDC
6. Cara Pengiriman
Paket/langsung
7. Produk Standard/Pesanan
Standar Costum
2. ASPEK PRODUKSI 1. Kapasitas Produksi
2500 unit/bulan
2. Kapasitas yang digunakan
2500 unit/bulan
Sumber : http://www.bi.go.id/ Eksistensi KUB Zocha Graha Kriya selama lima belas tahun mengembangkan produk kerajinan akar wangi ditandai dengan beberapa prestasi yang diraih. Beberapa prestasi yang pernah diraih KUB Zocha Graha Kriya (http://www.akarwangigarut.com), antara lain: 1. Adhy Karya Pariwisata dari MPI (Masyarakat Pariwisata Indonesia) Jawa Barat sebagai Pengabdi dan Pengembang Kepariwisataan Jawa Barat tahun 2002. 2. Pengrajin Inovatif Kabupaten Garut tahun 2007. 3. PJI Award 2009 dari Persatuan Jurnalis Indonesia. 4. Garut Award 2010.
2
5. Penghargaan Pro-Mutu dari Kementrian Koperasi dan UMKM Republik Indonesia tahun 2011 atas keberhasilannya dalam menerapkan teknologi produksi secara kreatif dan inovatif. Menurut owner Zocha saat ditemui pada saat wawancara 27 September 2014 lalu, KUB Zocha Graha Kriya saat ini memiliki prospek yang menjanjikan. Kota Garut sebagai satu-satunya penghasil akar wangi di Indonesia menjadi sebuah keunggulan kompetitif yang utama. Keunggulan tersebut dimanfaatkan dengan baik oleh pasangan Franz Limiart dan Joanna sebagai owner dari KUB Zocha Graha Kriya dengan menciptakan berbagai produk souvenir yang kreatif. Menurut Joanna, seluruh produk yang dihasilkan dibedakan menjadi tiga jenis yaitu fashionable, fungsional dan dekoratif. Sebelum merintis usaha yang saat ini telah berjalan selama lima belas tahun, Franz Limiart dan Joanna melalui beberapa proses mulai dari pencetusan ide hingga dapat bertahan sampai saat ini. Ide dan gagasan pembentukan KUB Zocha Graha Kriya ini berawal dari ketertarikan Franz Limiart sebagai salah satu pendiri saat mengunjungi pameran kerajinan nasional di Jakarta pada tahun 1998. Pada saat itu, Franz tertarik pada salah satu stand yang memamerkan kerajinan unik yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Kerajinan tersebut dari susunan serabut akar dan wangi. Penjaga stand kemudian memberitahu nama kerajinan itu dibuat dari tanaman akar wangi (Vetiveria Zizanioides) yang berasal dari Garut. Berbekal informasi tersebut, Franz mulai melakukan studi tanaman akar wangi dan segala produksi ikutanya. Dari penelusuranya, Franz menemukan ternyata ada lima jenis akar wangi yang tumbuh di kawasan Garut. Tanaman itu dalam bahasa Sunda dikenal dengan nama usar. Lahan akar wangi yang dipercaya mulai ditanam sejak tahun 1918 itu tersebar di lima kecamatan yaitu Samarang, Pasirwangi, Cilawu, Leles dan Bayongbong. Dari sekian banyak kegunaan akar wangi, Franz akhirnya memilih kerajinan akar wangi yang merupakan salah satu sektor yang banyak dikembangkan di Garut. (http://sutarko.blogspot.com).
3
Untuk mendukung perkembangan KUB Zocha Graha Kriya, Franz Limiart mempelajari teknis pengolahan dan bahan pendukung yang tepat mulai tahun 2000 diantaranya memilih bahan akar yang tepat, alat yang tepat, serta teknis dan desain yang benar. Pemilihan desain kerajinan disesuaikan pada minat konsumen Asia. Beberapa diantaranya kerajinan Suvenir, sarung bantal, sajadah, hingga lukisan. Pada awalnya, layaknya usaha kerajinan baru lainya, sulit untuk mendapatkan tenaga kerja yang terampil. Oleh karena itu, Franz berinisiatif menggagas pelatihan bagi masyarakat Garut. (http://sutarko.blogspot.com) Pada saat melakukan wawancara 27 September 2014 lalu, owner Zocha juga mengungkapkan bahwa KUB Zocha Graha Kriya terdiri dari delapan kelompok usaha yang sering disebut sebagai plasma. Plasma-plasma tersebut diantaranya yaitu kelompok petani akar wangi, kelompok tenun, kelompok jahit, kelompok border, kelompok pengrajin batok, kelompok bamboo, kelompok pengrajin hiasan dan kelompok pengrajin box. Keberadaan plasma ini sendiri memberikan kontribusi yang sangat besar untuk keberlangsungan usaha Zocha. Hal tersebut dikarenakan, tantangan terbesar yang dihadapi oleh pemilik adalah ketersediaan SDM yang terbatas. Banyak diantara kelompok pengrajin tersebut yang dulunya pengangguran saat ini telah memiliki keterampilan tambahan dan penghasilan yang layak setiap bulan. KUB Zocha Griya Karya dikembangkan dengan promosi melalui beragam pameran kerajinan lokal, nasional dan internasional. Namun, meskipun sukses mengekspor kerajinan akar wangi ke sejumlah negara tidak membuat Franz bahagia. Franz justru merasa prihatin saat Indonesia justru dibanjiri barang sisa atau bekas ekspor pada tahun 2005. Hal tersebut mendorongnya untuk mengalihkan penjualan dari ekspor ke pasar lokal. Tujuannya agar masayarakat Indonesia bisa mendapat dan memiliki barang berkualitas. Meskipun berdampak pada omzet yang menurun tetapi harga per item produk lebih tinggi dari sebelumnya. Hal itu membuktikan bahwa warga Indonesia juga sangat menyukai barang berkualitas. Kebahagiaan terbesar bagi pemilik Zocha Graha Kriya bukan saat mendapatkan laba besar melainkan saat kerajinan akar wangi 4
mampu mengharumkan Garut melalui liputan media massa dan kunjungan wisatawan domestik dan internasional. (http://sutarko.blogspot.com). Keseluruhan cita-cita Franz Limiart dan Joanna di atas kemudian dituangkan dalam bentuk visi dan misi sebagai berikut : A. Visi Menjadi pusat bisnis kerajinan Garut yang dapat memberi nilai tambah bagi kota Garut, memberdayakan potensi tenaga kerja lokal, serta memperkenalkan karya kerajinan khas Garut kepada wisatawan yang datang ke kota Garut. B. Misi 1. Menghasilkan berbagai produk kerajinan dengan memanfaatkan potensi lokal (akar wangi) yang berkualitas tinggi. 2. Memakmurkan kehidupan orang banyak melalui penyerapan tenaga kerja lokal yang dibina secara intensif dan konsisten sehingga mampu memiliki kompetensi yang tinggi di bidang teknik kerajinan serta meningkatkan kerja sama dengan UKM-UKM di Garut. 3. Mempromosikan Kabupaten Garut (khususnya) dan Indonesia kepada masyarakat luas melalui keunggulan produk dan layanan yang diberikan.
1.1 Latar Belakang Penelitian Dinamika perkembangan ekonomi kreatif di Indonesia semakin memperlihatkan potensinya dari waktu ke waktu. Perkembangan tersebut salah satunya berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional yang meningkat secara signifikan. Ekonomi kreatif adalah sumber pertumbuhan baru ekonomi Indonesia yang diperlukan untuk mencapai target pembangunan jangka panjang. Ekonomi kreatif erat kaitanya dengan industri kreatif dimana industri kreatif merupakan bagian atau subsistem dari ekonomi kreatif. Industri kreatif merupakan penggerak penciptaan nilai ekonomi pada era ekonomi kreatif yang terdiri dari 15 subsektor diantaranya (1) arsitektur; (2) desain; (3) film, 5
video dan fotografi; (4) kuliner; (5) kerajinan; (6) mode; (7) musik; (8) penerbitan; (9) permainan interaktif; (10) periklanan; (11) penelitian dan pengembangan; (12) seni rupa; (13) seni pertunjukan; (14) teknologi informasi; dan (15) televisi dan radio (Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2014). Saat ini, produk kerajinan merupakan salah satu produk unggulan yang juga dapat disebut sebagai produk primadona dalam industri kreatif bagi UKM-UKM di daerah-daerah. (Sumber : http://www.majalahglobalreview.com) Salah satu UKM penghasil berbagai kerajinan berbahan dasar akar wangi yang terletak di kota Garut adalah Kelompok Usaha Bersama (KUB) Zocha Graha Kriya (Sumber: http://news.liputan6.com). Franz Limiart sebagai pendiri KUB Zocha memiliki cita-cita untuk memperkenalkan kota Garut mulai dari kancah nasional hingga internasional. Hal tersebut ditunjukkan dengan komitmen Franz untuk tidak membuka cabang di kota lain dengan harapan dapat mendatangkan pelanggan ke kota Garut sehingga turut mengangkat potensi kerajinan, kuliner dan wisata khas Garut. Cita-cita tersebut dapat terwujud dengan melakukan upaya sistematis salah satunya dengan mengoptimalkan value co-creation yaitu menciptakan nilai pada produk bisnis secara bersama antara dua atau lebih perusahaan. Menurut penelitian Alamanda (2011) dalam publikasi ilmiah Valuable Craft: A Cocreation as a factor of success in Zocha Vetiver Root Industry, saat ini KUB Zocha telah mengimplementasikan value co-creation tetapi hanya melibatkan plasmaplasmanya. Sementara itu, value co-creation memiliki peluang bisnis yang lebih besar dengan turut menggaet UKM-UKM seperti Batik Garutan, Chocodot, Jaket Kulit dan UKM potensial setempat dimana KUB Zocha sebagai inisiator. UKM-UKM yang tadinya bergerak sendiri-sendiri dapat bekerja sama dengan Zocha sebagai Value CoCreator/ wadah terciptanya kerja sama yang menghasilkan produk yang menciptakan nilai kolaborasi bisnis yang mengedepankan keterlibatan antar pihak termasuk konsumen (Prihastuti, 2015). Dengan adanya value co-creation, keterlibatan KUB Zocha dengan plasma-plasmanya dan UKM-UKM akan semakin besar sehingga 6
dibutuhkan sebuah strategi untuk menganalisis lingkungan bisnis yang ada. Terdapat strategi yang dapat digunakan untuk melakukan analisis seperti Business Model Canvas, model THE DART dan sebagainya. Namun, untuk mengoptimalkan value cocreation, pemetaan lingkungan bisnis yang dibutuhkan tidak hanya menekankan pada persaingan, tetapi juga kerja sama. Salah satu strategi dinamis yang memadukan keduanya adalah strategi koopetisi. Strategi koopetisi merupakan salah satu bagian dari teori permainan dimana teori ini merupakan suatu pendekatan yang mengilustrasikan permainan lingkungan bisnis yang melibatkan dua atau lebih perusahaan. Teori permainan membantu memodelkan, menganalisis, dan memahami perilaku pihak-pihak yang terlibat dalam bisnis (Erhun dan Keskinocak, 2003). Aplikasi teori permainan mampu mengubah bidang strategi bisnis salah satunya melalui strategi koopetisi, dimana perusahaan dituntut untuk bisa berkompetisi sekaligus bekerja sama untuk menciptakan dan mendapatkan nilai (Brandenburger & Nalebuff,1997). Pada dunia bisnis internasional, konsep koopetisi telah banyak diaplikasikan di berbagai kasus perusahaan. Sebagai contoh pada studi kasus aspartam untuk Coke dan pepsi oleh perusahaan NutraSweet dan Holland Sweetener pada tahun 1980-an, studi kasus Harnschfeger Industries dan Kranco untuk produksi mesin derek portal pada tahun 1987, studi kasus McCaw dan LIN Broadcasting Corporation untuk lisensi bisnis telepon selular pada tahun 1988, dan studi kasus distribusi batu bara di Florida antara CSX dan Norfolk Southern pada tahun 1990-an (Brandenburger dan Nalebuff,1997). Hal tersebut menunjukkan bahwa konsep koopetisi mampu diaplikasikan untuk menganalisis persaingan dan permainan bisnis industri. Di Indonesia, salah satu contoh penerapan konsep koopetisi yaitu pada industri perbankan. Sebagai ilustrasi, para nasabah Bank Mandiri tentunya sangat memahami, bahwa mereka dapat melakukan transaksi melalui anjungan tunai mandiri (ATM) milik Bank Mandiri, maupun ATM-ATM milik BRI, BNI, dan bank-bank lainnya. Begitu
7
pula yang terjadi dengan para nasabah bank lain, yang juga dapat memanfaatkan fasilitas ATM Bank Mandiri, BNI, BRI, dan bank lainnya yang terikat dalam suatu kerjasama kemitraan (Siregar, 2006). Aplikasi strategi koopetisi di Indonesia masih minim, padahal masih banyak sektor industri yang berpotensi untuk dikembangkan. Melihat cita-cita pemilik Zocha yang ingin memperkenalkan kota Garut melalui upaya value co creation, keterlibatan KUB Zocha dengan berbagai pihak yang nantinya akan semakin besar dan aplikasi konsep koopetisi di Indonesia yang masih minim. KUB Zocha meminta untuk menganalisa koopetisi di antara industri sejenis yang bergerak dibidang kerajinan kreatif. (Sumber: Hasil wawancara dengan narasumber pada tanggal 27 September tahun 2014). Permintaan Zocha untuk analisa koopetisi tersebut kemudian dijabarkan dalam proyek penelitian yang dilakukan oleh civitas Universitas Telkom yang terdiri dari Analisis Coopetition Zocha oleh Ayu Ardhillah Yuliartha, analisis value co-creation Zocha menggunakan Business Model Canvas oleh M.I.Atika Prihastuti, dan analisis value-co creation menggunakan model THE DART (Dialogue, Access, Risk Assesment, Transparency) oleh Ahmad Khoirudin Anwar. Berdasarkan Surat No.004/ZOCHA/A/VI/2014 penulis diminta untuk melakukan penelitian atas analisis koopetisi Zocha sehingga dapat membantu Zocha dalam menentukan langkah-langkah strategis dalam menghadapi persaingan industri UKM. Koopetisi yang merupakan bagian dari permainan bisnis digambarkan melalui sebuah alat yang dinamakan jaring nilai (Value Net) yang dikembangkan oleh Adam M. Brandenburger dan Barru J Nalebuff . Value Net merupakan alat yang digunakan untuk memetakan kelompok utama yang berpengaruh dalam lingkungan bisnis sehingga perusahaan dapat mengetahui siapa saja pelanggan, pemasok, komplementor dan pesaingnya. Untuk mengevaluasi hasil pemetaan melalui value net, penulis menggunakan analisis PARTS sebagai alat evaluasi untuk mendeteksi pemain (player) yang terlibat dalam lingkungan koopetisi, nilai tambah (Added Value) yang dimiliki
8
pemain, aturan (Rules) yang berlaku dalam permainan, taktik (Tactics) yang digunakan untuk menjalankan permainan dan cakupan (Scope) permainan bisnis. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka penulis bermaksud melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Strategi Coopetition Kelompok Usaha Bersama Zocha Garut Menggunakan Value Net”. 1.2 Rumusan Masalah Sehubungan dengan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Value Net Kelompok Usaha Bersama Zocha saat ini? 2. Bagaimana rancangan strategi KUB Zocha menggunakan Value Net dan PARTS sehingga memunculkan New Value Co-creation? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu: 1. Untuk memetakan Value Net Kelompok Usaha Bersama Zocha saat ini. 2. Untuk mengetahui bagaimana rancangan strategi KUB Zocha menggunakan Value Net dan PARTS sehingga memunculkan New Value Co-creation. 1.4 Manfaat Penelitian (Kontribusi Penelitian) 1.4.1
Manfaat Teoritis 1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada penelitian di bidang strategi bisnis untuk melakukan analisis dan pemetaan bisnis menggunakan tools Value Net Coopetition yang bisa digabungkan dengan tools lain sehingga bisa memberikan manfaat dan mempertajam analisis. 2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi gambaran bahwa identifikasi dan inovasi value net coopetition diperlukan bagi semua bisnis 9
khususnya dalam pengembangan UKM serta dapat memperkaya penelitian dan keilmuan mengenai bisnis UKM dan value net coopetition di Indonesia.
1.4.2
Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan berguna bagi : 1. Peningkatan peran KUB Zocha sebagai value co-creator kerajinan tangan di kabupaten Garut. 2. Pembentukan strategi baru untuk menggabungkan UKM-UKM di Kab Garut.
1.5 Sistematika Penulisan Penelitian ini akan disusun berdasarkan sistematika penulisan yang dibagi ke dalam lima bab, yaitu: BAB I PENDAHULUAN Bab ini memuat pengantar bagi peneliti seperti gambaran umum objek penelitian, latar belakan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian. BAB II TINJAUAN PUSTAKAN DAN LINGKUP PENELITIAN Bab ini berisi tentang landasan teori dan penelitian terdahulu yang akan digunakan sebagai acuan dalam memahami dan memecahkan masalah yang diteliti, kerangka pemikiran dan ruang lingkup penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini memaparkan mengenai metode penelitian yang akan digunakan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada meliputi jenis penelitian, variabel penelitian, tahapan penelitian, populasi dan sampel penelitian, pengumpulan data, uji validitas dan reabilitas, juga tekhik analisis data. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
10
Bab ini berisi analisis hasil pengolahan data dan pembahasan mengenai coopetition dan analisis PARTS value net KUB Zocha Garut.
BAB V PENUTUP Bab ini memaparkan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian dan rekomendasi rancangan strategi coopetition menggunakan value net berdasarkan analisis PARTS untuk peningkatan efektivitas KUB Zocha Garut.
11