KO R A N T E G A S
D A N
B E R A N I
Edisi 2 | Vol. I | Tahun 2 /2015
G K I M O J O S O N G O D i i n g a t k a n P E M KO T A g a r Ti d a k B e r o p r a s i
BANJARSARI - Spanduk peringatan oleh pemerintah kota Surakarta akhirnya dipasang di depan pintu bangunan gereja Busukan. Menurut Kasi Kebangpol Teguh, pemasangan spanduk peringatan dilakukan Jumat lalu, 16 Januari 2015. Tujuan pemasangan ini agar warga masyarakat tahu dan mengerti bahwa status bangunan GKI Busukan Mojosongo belum bisa difungsikan karena sedang bersengketa dengan warga yang menolak. Spanduk dengan latar belakang merah bertuliskan,”Bangunan Belum dapat difungsikan, sedang dalam proses penyelesaian dengan pihak terkait, Kesbangpol.”
Senin lalu, 19 Januari 2015 pukul 13.00-15.00 diadakan pertemuan mediasi yang ke-3, antarawarga dan GKI Mojosongodi ruang sidang FKUB Balaikota Solo. Hadir dalam pertemuan iti adalah Wakil Walikota Solo Achmad Purnomo, Ketua NU Solo Helmy Achmad Sakdilah, Ketua Kepala Kesbangpol Suharso, Parno perwakilan warga, 6 orang selaku Ketua RT di RW 27 Busukan, Sutiman Ketua RW 27, Endro Sudarsono Perwakilan warga dan LUIS, Pdt. Paulus Hartono perwakilan GKI, Pdt. Bambang Bersambung ke hal. 4 . . .
Misionaris
Juga Praktekkan Thibbun Nabawi
BANJARSARI - Maraknya rumah yang dijadikan gereja merupakan sebuah cara yang ditempuh para misionaris untuk melakukan pemurtadan. Hal itu dilakukan karena gereja dan pendeta membutuhkan jemaat. Dengan adanya jemaat maka ada potensi untuk penggalangan dana yaitu dengan cara menghimpun uang persembahan dari jemaat. Karena para pendeta digaji dari dana tersebut. Bersambung ke hal. 7
02
KORAN PANJI 04 Desember 2014
Warga Sepakat, Gereja Kristen Indonesia Harus Ditutup! BUSUKAN -Diantara warga Kampung Busukan, Mojosongo, yang aktif menolak pendirian Gereja Kristen Indonesia (GKI) Mojosongo adalah Parno, SE. Ia mewakili suara masyarakat Busukan dalam berbagai dialog dengan unsur pemerintah terkait penolakan warga Busukan atas didirikannya GKI tersebut. Kepada Koran Panji, Parno menegaskan bahwa pendirian GKI tersebut sama sekali tidak mendapat dukungan warga Busukan. “Warga sudah sepakat, gereja itu harus ditutup,” ungkap Parno. Upaya penipuan persyaratan pendirian GKI ini menurut Parno telah dilakukan sejak lama, dengan mengelabui aparat pemerintah. “Jadi secara geografis dan administrasi sertifikat, surat pengantar dari kelurahan dan perijinan dari departemen agama, (bangunan GKI) menggunakan alamat RT 02 dan RW 27. Tetapi ketika pengurusan perijinannya itu, mereka (panitia pendirian GKI) tidak menggunakan institusi RT 02, tapi mereka menggunakan inst itusi RT 06. Barangkali karena di RT 06 itu prosentase warganya lebih besar dibanding di RT 02,” tamb ah
Parno yang merupakan warga asli Busukan. Padahal secara tata letak, bangunan GKI itu berada di wilayah RT 02. Sementara ketua RT 02 Wakidi, tidak pernah mengeluarkan surat ijin pendirian GKI di wilayahnya. Sehingga pendirian GKI di RT 02 tersebut jelas melanggar peraturan, karena tidak mendapat persetujuan dari ketua RT setempat. Peraturan yang dikeluarkan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) tentang pendirian rumah ibadah diantaranya adalah mendapat dukungan 60 orang dari warga setempat dan 90 orang jemaat tempat ibadah itu. Namun pada kenyataannya, GKI melanggar aturan tersebut. “Faktanya dari yang bertanda tangan disitu (syarat pendukung pendirian gereja) dari 125 orang jemaat itu tidak dari warga Busukan atau warga RW 27. Jemaatnya dari luar (kampung) semuanya,” terang Parno yang rumahnya tidak begitu jauh dari bangunan GKI. “Sementara dari 60 data (KTP) yang kita temukan itu, ada yang KTP mati dan KTP dari luar kampung Busukan,” katanya.
Memang bangunan GKI ini secara administratif memiliki Ijin Mendirikan Bangunan (IMB). Namun proses mendapatkan IMB tersebut diyakini dengan banyak memanipulasi datadata. Teror-Teror Setelah warga menyegel bangunan GKI dan memasang spanduk penolakan pendirian gereja pada akhir November 2014 lalu, kemudian muncul teror-teror terhadap warga yang menolak pembangunan GKI tersebut. Diantaranya ada pesan hasutan dan ancaman melalui SMS. “Yang terakhir itu, kakak saya mendapat pesan SMS yang isinya melarang ikut pengajian di masjid Al Bakrie (masjid satu-satunya di Busukan), karena masjid tersebut mencetak teroris,” ungkap Parno. Sebelum kasus pendirian GKI ini memanas, pihak gereja sudah menempuh sejumlah cara untuk mendapat dukungan. Diantara upaya mendapat dukungan itu, pihak gereja menawarkan perbaikan jalan kampung kepada warga RT 06. Akan tetapi upaya itu ditolak warga. Karena ditolak, warga malah mendapat ancaman. “Kalau susahsusah kami panggilkan orang-orang mabuk lho (maksudnya preman),” kata Parno berdasarkan penuturan warga RT 06. []
REDAKSI Pimpinan Redaksi : Ranu Muda I Redaksi : Muhammad Siddiq I Fotografer : Ahmad Faishal I Desain & Layout : Dwi Hamdan M Alamat : Jl. Kunir 2 No.7 Ngasinan, Solo Baru
KORAN PANJI 04 Desember 2014
03
Bukti Gereja Kristen Indonesia Palsukan Ijin BANJARSARI – Jum'at siang 28 November 2014, warga Kampung Busukan, Mojosongo mendatangi Kantor Kelurahan Mojosongo untuk berdialog dengan panitia pembangunan Gereja Kristen Indonesia (GKI). Warga Busukan diwakili Parno, SE , sedangkan pihak panitia pembangunan GKI diwakili oleh Sukarni. Saking pentingnya pertemuan siang itu, Kapolres Surakarta Kombes Pol Iriansyah dan Wakil Walikota Achmad Purnomo bahkan datang sejak awal dan mengikuti dialog hingga berakhir. Pihak GKI mengklaim bangunan gereja mereka telah memiliki ijin lengkap. Bahkan peletakan batu pertama pembangunan gereja dilakukan oleh Walikota Surakarta FX Hadi Rudiyatmo. Dialog siang itu cukup alot, akhirnya disepakati untuk dibentuk Tim Pencari Fakta untuk mengungkap permasalahan pembangunan GKI ini. Dan untuk pertemuan selanjutnya, pihak dari warga yang menentang pembangunan gereja harus membawa bukti yang menunjukkan bahwa GKI telah memanipulasi ijin. Sementara pihak panita pembangunan GKI juga harus bisa menunjukkan bukti bahwa mereka memiliki bukti syarat-syarat sah pembangunan sebuah rumah ibadah. Pertemuan 10 Desember 2014 Pada pertengahan bulan Desember 2014 diadakan pertemuan lagi di Kantor Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat (Kesbangpolinmas) di Komplek Balaikota. Tim Pencari Fakta dari warga Busukan yang menolak pembangunan membawa data-data tertulis yang disusun oleh Parno, SE, Dzulkifli dan Endro Sudarsono, S.Pd. Temuan ini dibacakan di hadapan Kepala Kesbangpolinmas Pemkot Surakarta, Suharso. Dalam pertemuan ini Lurah Mojosongo dan dua pendeta dari GKI juga hadir. Namun dari pihak gereja tidak mampu membawakan bukti tertulis
atau data-data yang mereka klaim sebelumnya bahwa bangunan GKI telah mendapatkan ijin. Berikut ini temuan warga Busukan terkait kejanggalan proses pendirian GKI: 1. Pendirian GKI Busukan Mojosongo tidak memenuhui unsur pasal 13 ayat (1) dan (2) Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomer 9 dan 8 tahun 2006 2. Pendirian GKI Busukan Mojosongo tidak memenuhui unsur pasal 14 ayat (2) b Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomer 9 dan 8 tahun 2006 3. Penerbitan Rekomendasi FKUB Nomor : 14/FKUB-SKA/IV/2012 tanggal 9 April 2012 kurang lengkap dengan tanpa menulis Alamat Obyek Tanah dan Bangunan 4. Putusan Walikota Surakarta Nomor : 601/0105/J-11/I/2013 tentang Izin Mendirikan Bangunan (IMB) bahwa Alamat Obyek Tanah Pendirian GKI Busukan Rt 06 Rw 27 beberbeda dengan akta jual beli, Keterangan. Notaris, SPPT
PBB maupun rekomendasi Kemenag. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) ini rancu, kabur, tidak jelas dan aneh. Dan berikut ini adalah data Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang digunakan sebagai syarat mendapat izin pembangunan dari Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB). Namun banyak dari data KTP yang dilampirkan, orangnya sudah meninggal dunia: Dari daftar Foto Copy KTP yang pemiliknya sudah mati adalah: Sintatiningsih meninggal dunia (28/01/2011), Sunarti, mati (31/12/2010), Joni Handoko, Mati,( 18/12/2011), Indah Hartanti, Mati,(21/08/2011), Phillip Ach,Mati (08/05/2012), Ruth Jeremi, Mati, (28/11/2010), Liem Hoo Tiong,Mati,(10/08/2011), Deni Asrini,Mati,(07/12/2009), Meeline S,Mati,( 30/04/2012), Timothius,Mati,(06/03/2012),Nugro ho Djati,Mati,( 17/12/2011), Supadi,Nusukan-Banjarsari, Antonius S, Mati, (07/08/2010),Hindarto Mati,(23/03/2011), Sri Rahayu,Nusukan-Banjarsari. Atas banyaknya kejanggalan dan manipulasi data, serta efek negatif
04
KORAN PANJI 04 Desember 2014
yang timbul apabila pendirian GKI tersebut dilanjutkan, maka masyarakat Busukan sepakat menolak pendirian gereja itu. Bukan dari warga yang beragama Islam saja, bahkan warga yang beragama non-Islam juga menolak pendirian GKI tersebut. Selama ini di Busukan Mojosongo sudah berdiri dua Gereja Kristen Protestan, yang sudah sangat cukup menampung peribadatan umat Kristen Protestan, tanpa konflik yang menyertai. Namun dengan pendirian GKI yang baru tersebut, selain ditolak warga juga membuat tidak nyaman sebagian warga, pemerintah kelurahan dan aparat keamanan. Karena berdasarkan investigasi, ternyata tidak ada satupun umat Kristen Protestan dari Busukan yang menjadi pengguna atau jemaat GKI
tersebut. Oleh sebab itu seluruh ketua RT, mulai dari RT 01, RT 02, RT 03 dan RT 05 serta Ketua RW 27 Mojosongo sepakat menandatangani surat pernyataan yang isinya menolak pembangunan GKI, dengan alasan: 1. Mayoritas warga Busukan adalah Muslim. 2. Keberadaan 2 gereja dan 1 masjid di kampung Busukan sudah mewakili bentuk toleransi yang selama ini hidup berdampingan rukun dan damai. 3. Keberadaan gereja ke 3 menimbulkan ketidaknyamanan dan meresahkan warga dalam kehidupan bermasyarakat di wilayah kampung Busukan, khususnya RW 27. []
GKI MOJOSONGO, .......Sambungan dari Hal. 1 perwakilan FKUB dan dari unsur Polri/TNI. Sidang mediasi yang ke-3 ini mengagendakan jawaban dari pihak GKI atas temuan warga yang sudah disampaikan pada sidang mediasi yang ke-2 lalu. Dari pihak GKI jawaban atas temuan warga dibacakan oleh Pdt. Paulus Hartono. Menurut Wakil Walikota Solo, Achmad Purnomo setelah membaca temuan warga, mendengarkan jawaban pihak GKI dan keterangan ketua RT dan ketua RW disimpulkan bahwa,” Ada persoalan administrasi dalam proses perijinan IMB untuk GKI Mojosongo. Dan saat inisedang diupayakan win-win solution. SedangkanPemkotsedikit dilematis karena IMB untuk GKI sudah diterbitkan Walikota.” Menurut Parno selaku salah satu anggota Tim Verifikasi Data, GKI Mojosongo tetap meminta bangunan GKI dialihfungsikan sebagai bangunan non tempat ibadah. Hal ini diperkuatdengan temuan Tim Verifikasi Data GKI bahwa setelah dikaji ditemukan persoalan dalam proses perijinan di GKI, sebagai berikut:
1. Pendirian GKI Busukan Mojosongo tidak memenuhi unsur pasal 13 ayat (1) dan (2) Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomer 9 dan 8 tahun 2006 yaitu bahwa pendiriaan GKI tidak didasarkan pada keperluan nyata dan sungguh-sungguh. Ini terbukti tidak ada 1 pun warga RW 27 yang menjadi jamaahnya. 2. Pendirian GKI Busukan Mojosongo tidak memenuhui unsur pasal 14 ayat (2) b Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomer 9 dan 8 tahun 2006. Hal ini dibuktikan dengan 15 KTP yang masa berlakunya sudah kadaluarsa dan 1 KTP yang tidak dilampirkan, sehingga jumlah pendukung kurang dari 60 orang. 3.
Penerbitan Rekomendasi FKUB Nomor : 14/FKUBSKA/IV/2012 tanggal 9 April 2012 kurang lengkap dengan tanpa menulis Alamat Obyek Tanah dan Bangunan
4.
Putusan Walikota Surakarta Nomor : 601/0105/J-11/I/2013 tentang Izin Mendirikan Bangunan (IMB) bahwa Alamat Obyek Tanah Pendirian GKI Busukan Rt 06 Rw 27 beberbeda dengan akta jual beli, KeteranganNotaris, SPPT PBB maupun rekomendasi Kemenag yang menyebutkan bahwa lokasi GKI busukan terletak di Rt 02 Rw 27.sehingga Izin Mendirikan Bangunan (IMB) ini rancu, kabur, tidak jelas dan aneh. []
KORAN PANJI 04 Desember 2014
Rusunawa Semanggi Jadi Tempat Judi dan Menjual CIU
SEMANGGI -Selasa dini hari (03/02/2015) puluhan Laskar Islam berkumpul di Masjid Majelis Ulama Indonesia (MUI) Semanggi, di selatan Pasar Klitikan. Puluhan laskar ini mencari preman bernama Bagor dan gerombolannya yang diduga menjual Ciu, dan menjadikan salah satu rumah di Rusun Semanggi sebagai tempat judi Ding-Dong. Kamar nomor 20 di lantai 3 Rusunawa
Semanggi bagian barat itu ternyata dipakai Bagor dan kawankawannya untuk judi kartu, judi mesin DingDong dan menjual CIU. Tempat ini sudah diawasi anggota laskar sejak lama. Akhirnya pada Senin malam (02/02/2015) sejumlah laskar mendatangi kamar nomor 20 tersebut. Namun kedatangan laskar ini disambut Bagor dengan tebasan pedang yang telah ia persiapkan sebelumnya. Sempat terjadi bentrokan, namun karena Bagor menggunakan senjata tajam, maka laskar keluar dari komplek Rusunawa untuk
Kajian Bahaya Syiah Terancam Dibubarkan
PASAR KLIWON – UmatSyiah perlahan mulai berani menampakkan batang hidungnya. Jika dulu masih menyembunyikan dalam segala kegiatan, kali ini mereka mulai berani membuka identitasnya.Kejadian ini terjadi menjelang diselenggarakannya Tabligh Akbar yang mengambil tema
“Syiah Menghantam Ahlusunnah Di Yaman, Akankah Terjadi di Indonesia” yang diselenggarakan pada hari Ahad (25/1/2015) di Masjid Sampangan Pasar Kliwon Solo. Menurut salah seorang panitia kajian, pada hari Jumat (23/1/2014) aparat kepolisian Polsek Pasar Kliwon mendatangi dan meminta agar acara tabligh akbar tersebut dibatalkan. Polisi beralasan bahwa acara tersebut mengandung unsur provokatif. Saat ditanya siapa yang melaporkan dan merasa keberatan atas kegiatan ini, petugas kepolisian tidak
05
menghimpun kekuatan. Sekitar pukul 00.30 WIB (Selasa 03/02/2015) puluhan laskar dari berbagai masjid berkumpul di Masjid MUI dan kemudian menuju Rusunawa Semanggi yang berjarak sekitar 200 meter. Tiba di Rusunawa, puluhan laskar yang akan naik ke kamar 20 di lantai 3 dihalang-halangi petugas kepolisian dan tentara. Setelah negosiasi beberapa saat, akhirnya sejumlah laskar dibolehkan naik, namun ternyata Bagor dan kawanan premannya sudah kabur. Di kamar nomor 20 tersebut terlihat ratusan botol plastik bekas air mineral yang biasa digunakan untuk berjualan CIU. Sementara sebuah mesin judi ding-dong juga terlihat dirusak. Karena tidak menemukan Bagor, puluhan laskar tetap menunggu di pintu masuk Rusunawa hingga menjelang Subuh. Namun preman kampung tersebut tak punya nyali menghadapi laskar. []
memberikan data yang rinci,ia hanya menyebutkan sebelumnya ada beberapa elemen masyarakat keberatan jika kegiatan tersebut diselenggarakan. Namun permintaan aparat kepolisian tersebut tak dituruti oleh panitia. Tabligh akbar tetap dilakukan dengan tertib dan lancar. Acara tersebut diisi oleh Ustadz Tengku Azhar. Dalam keterangannya ia memaparkan tentang sejarah Syiah mulai masuk di negeri Yaman beserta informasi terbaru tentang perkembangan Syiah yang mulai memasuki pemerintahan di Indonesia. Selain itu bahaya Syiah beserta kesesatannya juga disampaikan pada acara pagi itu.[]
06
KORAN PANJI 04 Desember 2014
Karena Tak Berijin Rumah yang Dijadikan Tempat Ibadah Itu Ditutup Pemkot
BANJARSARI -Munculnya keresahan dan protes masyarakat akan adanya rumah yang dijadikan sebagai tempat ibadah umat kritiani (gereja liar) menjadikan pemerintah kota Surakarta turun tangan. Keputusan penutupan diambil setelah adanya dialog pada hari Jumat (19/12/2014), antara pihak umat kristiani yang diwakili oleh Pendeta Kris Yeuda, tokoh masyarakat Islam dan sejumlah Muspida Kota Surakarta seperti Ustadz Dahlan (FKUB), Helmi Sakdilah (NU), Polresta diwakili oleh Kasat Intelkam M Fachrudin, Kodim dan Kesbangpol.Yang difasilitasi oleh Lurah Kadipiro. Dalam keputusan yang dibacakan oleh wakil dari kesbangpol menyatakan bahwa “Untuk menjaga kondusifitas maka rumah ibadah yang berada di wilayah Kadipiro Rt 5 Rw 4 mulai saat ini agar dihentikan.” Ujar Teguh Riyanto wakil dari Kesbangpol.Keputusan tersebut diambil setelah menerima
masukan dari seluruh unsur muspida yang hadir dalam pertemuan tersebut. Sebelumnya, Pendeta Kris terlihat tidak menerima jika rumahnya yang digunakan untuk ibadah ditutup.Ia beralasan bahwa sudah tinggal di rumah didaerah Kadipiro itu sudah sejak lama. “Saya tinggal disana sejak tahun 2000.Jika tidak boleh mengadakan acara ibadah dirumah tersebut lantas akan dipindah kemana jemaat yang yang selama ini saya bina?” ujarnya.Ia mengkalim bahwa jumlah jemaatnya sangat banyak. FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Kota Surakarta sendiri selama ini tidak berwenang memberikan ijin dikarenakan adanya penolakan dari warga sekitar.“FKUB tidak bisa memberikan ijin karena ada penolakan dari sejumlah warga
“Ujar ustadz Dahlan mewakili Ketua FKUB Ustadz Sholichan yang sedang sakit. Selain itu pihak FKUB sudah menyarankan agar jemaat diwilayah Kadipiro bisa digabung ke gereja terdekat. Keterangan bahwa jemaat dari GBI Pantekosta jumlahnya banyak dibantah oleh Muslih,ia adalah tokoh masyarakat yang tinggal tak jauh dari rumah pendeta Kris yang dijadikan sebagai rumah ibadah. “Bohong jika jemaatnya banyak.Saya mendapat informasi jemaatnya hanya berjumlah 30 orang tidak lebih,” ujarnya. Jika menurut pada aturan SKB dua mentri mengenai syarat mendirikan rumah ibadah maka harus memiliki jemaat minimal 90 orang dan persejutuan dari masyarakat sekitar 60 orang.[]
KORAN PANJI 04 Desember 2014
07
Misionaris,........Sambungan dari Hal. 1 “Untuk gaji pendeta diambil dari 1/10 dari pendapatan gereja. Atau uang persembahan seminggu sekali. Semua tergantung dari kebijakan gereja.” Keterangan ini disampaikan oleh Ustadzah Dewi Purnamawati saat diwawancara Koran Panji di rumahnya. Dewi Purnamawati adalah mantan penginjil yang kemudian masuk Islam dan kini menjadi aktifis anti pemurtadan. “Selain itu, agar orang bisa masuk ke gereja maka cara yang digunakan yaitu dengan cara pengadaan bakti sosial saat menjelang Natal. Ada yang menggunakan kupon tertentu untuk mendapatkan sembako,” Ujarnya. Dalam situasi ekonomi yang tidak stabil saat ini. dimanfaatkan oleh misionaris untuk menggaet orang–orang muslim.
Bekam Misionaris Selain modus bakti sosial, misionaris juga mengadakan pengobatan gratis dengan meniru ajaran Islam yaitu bekam. Mereka juga mempelajari tentang ilmu bekam atau hijamah. Misionaris bahkan memiliki pabrik herbal sendiri di daerah Jawa Barat.
“Saya tahunya saat mengisi (seminar anti kristenisasi) di Bandung, salah satu pegawainya (pabrik herbal) adalah anggota pemuda masjid. Dia bilang, saya kerja di situ dan perusahan tersebut milik orang gereja. Artinya, mereka mulai mempelajari produkproduk Muslim. Harapannya, umat Islam bisa digaet untuk pindah agama,” tambah Dewi. Misionaris sekarang ini juga gencar mengadakan acara Job Fair (Pameran Lowongan Pekerjaan) seperti yang dilakukan oleh GBI Gereja Allah. Dengan cara ini, misionaris menganggap orang mendapat pekerjaan dari acara Job Fair itu, memiliki hutang budi kepada gereja karena diberi pekerjaan. Pemurtadan Dengan Cara Try Out Untuk Pelajar Upaya pemurtadan juga digarap untuk kalangan remaja dengan mengadakan try out menjelang ujian naisonal. Yang
mencurigakan acara try out ini biasanya dilaksanakan di lingkungan gereja. Namun Ustadzah Dewi Purnamawati berpendapat program para misionaris tak ada yang baru, melainkan daur ulang saja. Kasus Gereja Busukan Mojosongo Terkait kasus gereja di Kampung Busukan Mojosongo, mantan biarawati tersebut menjelaskan bahwa daerah tersebut (Mojosongo) dari dulu telah menjadi target. Begitu juga dengan daerah Kadipiro, Jagalan dan Margorejo. “Sejak saya kecil disana sudah ada kritenisasi,” ungkap Dewi. Beberapa gereja yang gencar melakukan kristenisasi diantaranya adalah GBI Allah, GKJ dan Pantekosta. Menurut Dewi Purnamawati, modus terbaru para misionaris yaitu dengan pemberian hadiah sebesar 15 juta rupiah kepada jemaat gereja, jika bisa mengkristenkan tokoh masyarakat Islam. Sedangkan jika berhasil mengkristenkan orang biasa hanya diberi 5 juta rupiah saja.
08
KORAN PANJI 04 Desember 2014
Laskar Kristus Latihan Kemiliteran Jika umat Islam memiliki Laskar Islam, maka orang Kristen juga menyiapkan pasukannya. Menurut pengalaman ustadzah Dewi, orang Kristen melatih Laskar Kristusnya di daerah Tawangmangu, Karanganyar. “Beberapa tahun lalu mereka pernah latihan (Laskar Kristus) di Tawangmangu. Mereka dilatih oleh Kopassus. Pertanyaannya, untuk apa mereka latihan seperi itu?” tanyanya. Pendiri Forum Arimatea ini juga menambahkan, di Kota Semarang banyak aktifis gereja membuat latihan fisik dengan nama Kopasus yang diplesetkan menjadi Komando Pasukan Kristus. Ini menandakan bahwa dibentuknya laskar kristus adalah nyata bukan fitnah. “Mereka sudah mempersiapkan itu semua. Jika terjadi chaos maka gereja sudah mempersiapkannya. Mereka siap secara iman dan fisik,” tambahnya. Laskar Kristus di Solo Menurut penelusuran Koran Panji, gereja di Solo aktif berlatih militer dengan cara bermain softgun di sebuah pusat perbelanjaan atau mall. Ini dibuktikan dengan adanya
perkumpulan softgun yang diberi nama ESBC singkatan dari Elite Soldier Boot Camp. Beberapa waktu yang lalu mereka melakukan latihan bersama dengan mengambil tema “Menjadi Tentara Allah Yang Kuat Dan Memiliki Karakter Kristus”
bergerak di semua kalangan masyarakat. Para pelacur, Namun demikian masih banyak umat pengemis dan anak jalanan Islam yang memandang sebelah mereka dekati agar masuk mata tentang kristenisasi. Padahal Kristen. jika disamakan dengan penyakit “Karena gereja sangat kanker, kondisi kristenisasi saat ini memperhatikan orang-orang sudah stadium 5. Kristenisasi yang tersisihkan seperti itu tidak main - main. pelacur, pengemis, anak Secara politis mereka ingin jalanan dan anak punk menguasai negara. mereka urusi untuk merekrut Secara teologis, hati mereka agar mau masuk kedatangan Yesus yang Kristen,” ungkap ustadzah kedua kali diharapkan Dewi. telah 100 persen menjadi “Kondisi umat Islam di Solo ini tuhan, dengan syarat seperti macan ompong. Meski semua manusia sudah punya laskar tapi pihak gereja menjadi Kristen. terus gencar saja dalam “Saya berharap seluruh ulama dan mengkistenkan orang- orang. tokoh Islam Solo harus bersatu untuk Saya punya gagasan agar melawan kristenisasi. Bahwa para ulama dan tokoh Islam kristenisasi itu ada,” harap ustadzah Solo bersatu dan mau Dewi. mendatangi pihak gereja agar Untuk mengajak sebanyak mungkin tidak menggangu keyakinan manusia menuju Kristen, misionaris orang jika sudah memeluk agama lain,” pungkasnya.[]