SYLABUS Mata Kuliah Kearifan Timur Fakultas Psikologi - Universitas Pancasila “Karena ketidaktahuan seseorang, seluruh alam semesta menderita ; Karena pencerahan seseorang, seluruh alam semesta bergembira “
LATAR BELAKANG • Globalisasi telah mengagetkan peradaban kita ! Yang semula diharapkan bisa menyatukan umat manusia melalui ilmu pengetahuan, ekonomi, politik, pertahanan dan keamanan bersama, ternyata malah membuat diversity semakin menjadi-jadi. Nila-nilai yang selama ini sudah dikesampingkan seperti kearifan lokal, ternyata tidak bisa diabaikan begitu saja dan diperlukan kembali dalam membangun masa depan. • Telah terjadi emansipasi bukan hanya antar golongan saja, malah setiap individu dalam intern kelompoknya, bahkan dalam keluarga dengan adanya berbagai komisi nasional yang terkait dengan Perserikatan Bangsa Bangsa seperti perlindungan untuk wanita, anak dan sebagainya. • Mereka yang tidak mampu mengelola unity in diversity akan ditinggalkan dan menjadi part of the problem dalam membangun peradaban masa depan.
• Mengelola melalui membuat kontrak berdasarkan pengelompokan menurut ilmu sosial dan politik sudah tidak memadai lagi, bahkan diplomasi G to G tidak bisa menampung karena akhirnya yang menggerakkan bukan birokrasi tapi jejaring People to People. • Betapapun bagus suatu idea kalau masih memerlukan pra-kondisi menjadi anggota kelompoknya, tidak akan banyak yang mendukungnya. • Besaran suatu kelompok menjadi relatif: mayoritas di suatu daerah bisa menjadi minoritas di daerah yang lain atau jika dilihat secara keseluruhan penduduk dunia bisa berbeda pula. • Kalau demokrasi diartikan sebagai ‘ruling by majority and the winner will take all’, maka wajah dunia akan menjadi seperti telor yang kulitnya retakretak. • Ketika memperhatikan dengan seksama sekuntum bunga, kita sadar di dalamnya terkandung unsur awan (cikal bakal hujan), gunung (mengembun menjadi hujan), matahari dan tanah. Juga kupu-kupu, cacing, pupuk, petani dan sebagainya . Tanpa kehadirannya tidak akan pernah ada bunga. • Di dalam bunga ada unsur non-bunga - di dalam terang / siang ada unsur gelap / malam – Utara / Selatan / Barat / Timur baru bisa ditentukan setelah ditetapkan Pusatnya. • Bhinneka Tunggal Ika – Unity in Diversity yang diperlukan untuk membangun dunia dalam Era Konvergensi. Meski abad ke 21 ditandai dengan Era Globalisasi dan Post Nationalism, pada kenyataannya dunia masih terdiri dari beraneka bangsa dengan pemerintahan masing-masing yang berdaulat.
• Masa depan komunitas global akan sangat tergantung pada kemampuan bangsa-bangsa tersebut dan warganya masing-masing untuk saling memahami dan
bekerjasama yang mencakup semua aspek kehidupan
termasuk di bidang perdagangan, hak asasi manusia, identitas budaya, lingkungan, kesejahteraan sosial dan inovasi teknologi yang mencakup lintas negara bangsa. • Pada saat yang bersamaan, negara dan pemerintahan suatu bangsa akan menghadapi persoalan lokal seperti bencana alam, konflik bernuansa etnis dan agama, yang membutuhkan bantuan untuk mengatasinya. • Pembangunan peradaban bukan lagi merupakan hasil dari penjumlahan pembangunan masing-masing negara tapi sudah saatnya dipandang sebagai tarian bersama ‘nasionalisme di dalam tamansari internasionalisme”. Seperti planet-planet dalam cosmos membentuk jejaring kehidupan The Web of Life, menari bersama saling kait mengkait sehingga tidak terjadi chaos. • Kepala suku penduduk aseli Suquamish di Seatle/ Washington tahun 1850 juga sudah berpendapat: “We are all tied together – We humans, the World around us and everything else that lives in it. What befalls the earth, befalls all the sons of the earth All things are connected like the blood which unites all. Man didn’t weave the Web of Life He is merely a strand on it. Whatever he does to the web, he does to himself” “The Earth doesn’t belong to man – Man belongs to the Earth”
Karena itu sangat perlu dan relevan sekali membina kerjasama dan interaksi di abad ke 21 yang dimulai dari bidang pendidikan supaya transformasi mendasar ini bisa berjalan manageable dengan gesekan minimal ! Psikologi berdasarkan Cartesian (1596-1650) yang memisahkan secara tegas antara ‘fisik’ dan ‘spirit’ yang diberi tugas mengontrol fisik, dalam semangat ilmu pengetahuan sesuai F.Bacon (1561-1628), akan mengalami transformasi menuju pendapat C.G.Jung (1875-1961) : ‘Di dalam fisik ada unsur spirit – di dalam spirit ada unsur fisik’ ; ‘Dalam wanita ada gen pria yang berasal dari ayahnya - Dalam pria ada gen wanita yang berasal dari ibunya’ dan Fuad ‘Kami dan KITA’ Hassan (1960). Psikologi Transformatif / Transpersonal yang mengintegrasikan manusia sebagai mahluk individu - sosial – ekologis –metaphysis sehingga kehadirannya menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta. “Perhatikan pikiranmu, karena akan menjadi kata-kata ; Perhatikan kata-katamu, karena akan menjadi perbuatan. Perhatikan perbuatanmu, karena akan menjadi kebiasaan. Perhatikan kebiasaanmu, karena akan menjadi karakter. Perhatikan karaktermu, karena akan menentukan masa depanmu”
TARGET : • Selama satu semester mahasiswa diberi dasar-dasar untuk selanjutnya bisa terus mengembangkan sendiri sepanjang hidup.
• Gelar dan jabatan hanya pengakuan pada yang telah dicapai di masa lalu. Kalau berhenti belajar akan kehilangan kompetensinya.
METODE BELAJAR - MENGAJAR Active Learning melalui Dialog Interaktif–Kemampuan Menulis – Diskusi Kelompok.
WORK SHOP : 1. Latihan Presentasi untuk meningkatkan kemampuan berpikir Konseptual, Runtun dan memperluas Wawasan (deepening and broadening) 2. Kaligrafi : Mewujudkan pikiran menjadi gerakan yang terus menerus diperbaiki sampai tuntas. 3. Meditasi : Menyatukan Pikiran – Badan dan Nafas 4. Meditasi dalam Gerak : T’ai Chi 5. Brush Painting : melatih memahami gradasi dalam kepemimpinan sebagai seni menggunakan kekuasaan ‘the art of using the power’ Work Shop intensif ekstra – kurikuler untuk memupuk semangat andragogi supaya bisa terus diperdalam dan diperluas untuk memperbaiki nilai Ujian Akhir Semester sampai sebelum wisuda dan sesudah menjadi alumni karena almamater adalah pusat ilmu pengetahuan sepanjang kehidupan. “10 tahun untuk mendapat kayu yang baik – 100 tahun untuk generasi yang baik” “Membaca sepuluh ribu buku – Melangkah sepuluh ribu lie” Bahan Kuliah : Buku-buku karangan Jusuf Sutanto dan www.jusufsutanto.com
MENEBAR BENIH KEHIDUPAN: 1. HIDUP YANG PENUH ARTI Mengawali hidup Jam 05.00 dengan T’ai chi “Setiap bangun pagi saya selalu tersenyum karena di depan saya ada 24 jam yang sama sekali baru dan segar. Saya berjanji akan menjalaninya dengan sepenuh hati dan melihat semua mahluk hidup dengan mata welas asih” 2. MEMPUNYAI CITA-CITA TINGGI Gantungkan cita-cita setinggi langit dan tekun mengerjakan langkah demi langkah ‘perjalanan ribuan lie dimulai dengan langkah pertama’. Memupuk keyakinan seperti air menetes ke batu, sehingga tidak tergoda pada jalan pintas menggunakan kekerasan 3. THE MAN OF ACTION “Ketika berkata-kata ingat akan perbuatan; Ketika berbuat, ingat akan kata-kata” 4. MAJU BERSAMA ‘silih asah – asih – asuh’ “Barang siapa mau tegak, tegakkan orang lain; Barang siapa mau maju, majukan orang lain” 5. MAMPU MEMBINA DIRI SENDIRI “Ketika diam merenung (deepening); Belajar tidak pernah jemu (broadening); Mengajar orang lain tidak pernah capai (sharing); Apakah itu sudah ada di dalam diriku ? (introspection)” 6. MENGHORMATI GURU DAN LELUHUR “Kalau minum air, ingat akan sumbernya ; Kalau makan, ingat pada yang membuatnya”
7. MENCINTAI TANAH AIR DAN BANGSA “Dimana Bumi dipijak, di situ langit dijunjung” 8. RENDAH HATI ‘Di luar langit masih ada langit – Diluar diri kita masih ada orang yang lebih pintar” 9. MENGUASAI SENI MENGGUNAKAN KEKUATAN “Tidak menggunakan golok pemotong kerbau untuk memotong ayam” 10. MENANAM BENIH KEPEMIMPINAN MASA DEPAN “Di empat samudera dan lima benua, semua orang bersaudara’ sehingga akan melahirkan pemimpin yang sesuai dengan era ’nasionalisme di tamansari internasionalisme’ karena bisa menjadi ‘the specialist for the construction of the whole’ • Segenggam tanah, kalau sudah menjadi Bumi, mampu memikul gunung tanpa merasa lelah; menenteng air tanpa pernah bocor ; • Sesendok air, kalau sudah jadi lautan, bisa memberikan kehidupan pada demikian banyak penghuninya; • Sekeping batu, kalau sudah menjadi gunung bisa tumbuh flora dan fauna serta mengandung mineral di dalamnya; • Langit tak pernah mengeluh terlampau sempit untuk menampung planet yang ada dan selalu bertambah di dalamnya “