Pengaruh Keterlibatan Aktif dalam Kelompok Dukungan (Persadia) terhadap Tingkat Kepatuhan Pengobatan Penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Pakis Surabaya Syailendrawati S.P Endang R.S.S.Psi.,M.Apll.Psych. Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya
Abstract. This explanatory research aimed at knowing whether there is influence of active involvement on support group (Persadia) to diabetic's adherence. The research was conducted on patients of diabetes mellitus were treated in Puskesmas Pakis Surabaya about 32 people with the age of 4064.The result shows that acive involvement in support group (Persadia) has influence to diabetic’s adherence in Puskesmas Pakis Surabaya.
Keywords: support group, adherence, diabetes Abstrak. Penelitian ini adalah penelitian eksplanatori yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh keterlibatan aktif dalam kelompok dukungan (Persadia) terhadap tingkat kepatuhan pengobatan penderita diabetes mellitus. Subyek dalam penelitian ini adalah 32 orang penderita diabetes mellitus berusia 40-64 tahun yang berobat jalan di Puskesmas Pakis Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterliatan aktif dalam kelompok dukungan (Persadia) mempengaruhi tingkat kepatuhan pengobatan penderita diabetes mellitus di Puskesmas Pakis Surabaya.
Kata kunci: kelompok dukungan. kepatuhan pengobatan, diabetes
Korespondensi: Syailendrawati S.P, Departemen Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan Surabaya 60286, e-mail:
[email protected]
72
Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Vol. 1 No. 02 , Juni 2012
Syailendrawati S.P., Endang R.S.S.Psi., M.Apll.Psych.
Diabetes mellitus adalah penyakit yang dicirikan oleh tingginya kadar gula (glukosa) dalam darah yang disebabkan kerusakan dalam sekresi insulin, aksi insulin atau keduanya (WHO,2003). Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit kronis yang cukup banyak diderita oleh penduduk dunia. Indonesia sendiri menempati urutan keempat dalam daftar negara dengan penderita diabetes terbanyak, di bawah India, China dan Amerika (Wild dkk., 2004). Menurut data dari Departemen Kesehatan (Depkes) pada tahun 2008 prevalensi penderita diabetes mencapai 5,7% dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 12 juta jiwa (rumah diabetes on-line, 2009). Prevalensi tinggi juga ditemukan pada pre-diabetes (orang yang mempunyai kadar glukosa dalam darah tinggi tapi tidak cukup kuat untuk didiagnosa diabetes) yang mencapai dua kali lipatnya atau 11% dari total penduduk Indonesia. Akibat urbanisasi populasi diabetes tipe dua akan meningkat lima sampai sepuluh kali lipat karena terjadi perubahan perilaku pinggiran-tradisional menjadi perkotaan-modern (Soegondo, 2009 dalam Soegondo, dkk., 2009). Secara epidemiologi diperkirakan pada tahun 2030 prevalensi Diabetes Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang (Diabetes Care, 2004 dalam depkes online, 2009). Selain prevalensinya yang cukup banyak diderita oleh penduduk di dunia khususnya di Indonesia, diabetes seringkali tidak terdeteksi dan dikatakan onset atau mulai terjadinya diabetes adalah tujuh tahun sebelum diagnosis ditegakkan, sehingga morbiditas dan mortalitas dini terjadi pada kasus yang tidak terdeteksi ini (Soegondo, 2009 dalam Soegondo, dkk., 2009). Biasanya Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Vol. 1 No. 02 , Juni 2012
diagnosa pada sebagian besar kasus diabetes tipe dua muncul setelah penyakit komplikasi lain muncul (Jacobson & Weinger dalam Leahy, dkk., 2000). Penyakit komplikasi diabetes menurut Tripathi & Srivasta (2006) diantaranya Diabetes Ketoasidosis (DKA), NonKetotic Hyper-osmolar State (NKHS), retinopathy, neuropathy, neprhopathy, cardiovascular dan infeksi. Berkembangnya penyakit ini ke arah komplikasi berkaitan dengan tingginya kadar gula dalam penderita yang mempengaruhi kinerja organ tubuh lain. Kadar gula dalam darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan dinding pembuluh darah melemah. Penumpukan glukosa yang terjadi pada pembuluh darah mengakibatkan terjadinya luka pada jaringan pembuluh darah tersebut. Keadaan ini dapat menyebabkan kerusakan pada organ tubuh lain dan memunculkan penyakit komplikasi ( Co h e n & S a d l e r, 2 0 0 6 ) . S e l a i n menyebabkan komplikasi, diabetes juga termasuk dalam tujuh penyakit yang dapat mengakibatkan kematian di negara maju seperti Amerika Serikat (Center for Disease Control and Prevention, 2000 dalam WHO, 2003), menyebabkan amputasi pada anggota tubuh bagian bawah (WHO, 2003), disfungsi seksual baik pada perempuan (Enzlin, dkk., 2002) maupun laki-laki (Dunsmuir & Holmer, 1996), dan penurunan produktivitas kerja (Vijan, dkk., 2004). Pengontrolan diabetes yang bagus menjadi hal yang sangat penting dilakukan untuk mencegah komplikasi (WHO, 2003). Pengontrolan tersebut memerlukan kepatuhan pengobatan yang tinggi. Hentinen (1987 dalam WHO, 2003) menjelaskan kepatuhan pengobatan sebagai proses manajemen diri sendiri 73
Pengaruh Keterlibatan Aktif dalam Kelompok Dukungan (Persadia) terhadap Tingkat Kepatuhan Pengobatan Penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Pakis Surabaya
yang aktif, responsibel dan fleksibel dimana pasien berusaha untuk mencapai tingkat kesehatan yang baik dengan bekerja bersama staf layanan kesehatan, termasuk mengikuti aturan resep yang telah ditentukan. Meskipun memerlukan tingkat kepatuhan pengobatan yang tinggi, kenyataannya tingkat kepatuhan pengobatan pasien dalam menjalankan program manajemen penyakit tidak c u k u p b a i k . T i n g k a t ke p a t u h a n pengobatan pasien untuk proses terapi p a d a p e nya k i t k ro n i s d i n e g a ra berkembang rata-rata hanya 50% (WHO, 2003). Menurut data WHO (2003), rendahnya tingkat kepatuhan pengobatan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya karakteristik pengobatan dan penyakit (kompleksitas terapi, durasi penyakit dan delivery of care), faktor intrapersonal (umur, gender, self esteem, s e l f e f f i c a c y, s t re s, d e p re s i d a n penggunaan alkohol), faktor interpersonal (kualitas hubungan pasien dengan penyedia layanan kesehatan dan dukungan sosial), dan faktor lingkungan (situasi beresiko tinggi dan sistem lingkungan). Berdasarkan beberapa faktor di atas, peneliti akan membahas dukungan sosial (faktor interpersonal) dalam penelitian ini. Menurut Ruggieron (1990 dalam WHO, 2003), dukungan sosial yang besar telah diketahui dapat membuat tingkat kepatuhan pengobatan untuk diet dan a d m i n i s t ra s i i n s u l i n l e b i h b a i k . Dukungan dari orangtua yang besar juga diketahui akan membuat tingkat kepatuhan pengobatan yang lebih baik (Anderson, 1997 dalam WHO,2003), namun belum diketahui hasilnya jika dukungan sosial tersebut berasal dari 74
kelompok dukungan. Dukungan sosial dari kelompok dukungan bisa didapatkan melalui terlibat aktif dalam kelompok itu sendiri. Keterlibatan dalam kelompok merupakan keterlibatan individu dalam proses yang terkait dengan tugas kelompok seperti pertukaran informasi dan pembuatan keputusan kolaboratif dan seberapa banyak individu merasa dihormati dan didengarkan dalam kelompok (Hobman, dkk., 2004). Kelompok dukungan merupakan kelompok yang dibangun oleh organisasi maupun tenaga professional dimana anggotanya secara bersama-sama membangun kekuatan, minat umum dan kompetensi dari masing-masing anggota (Kottler & Brown, 1996). Peneliti melibatkan salah satu kelompok dukungan yang paling sesuai dengan tujuan penelitian ini, yakni Persadia ( Pe r s a t u a n D i a b e te s I n d o n e s i a ) . Kelompok ini mempunyai cabang di beberapa rumah sakit dan puskesmas yang cukup mudah dijangkau oleh masyarakat. Kelompok ini mempunyai beberapa program kerja yang dapat memfasilitasi pengobatan diabetes seperti pelatihan instruktur senam diabetes Indonesia, seminar, pandu diabetes dan perkemahan diabetes ( S u b e k t i 2 0 0 9 d a l a m S o e go n d o, dkk.,2009). Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif yang ditujukan untuk menjelaskan suatu fenomena yang m e l i p u t i p e n ge t a h u a n m e n ge n a i mengapa fenomena itu ada atau apa yang menyebabkan fenomena itu sendiri (Christensen, 1988). Penelitian ini menggunakan desain penelitian diferensial atau yang biasa disebut juga sebagai ex post facto. Desain ini Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Vol. 1 No. 02 , Juni 2012
Syailendrawat S.P., Endang R.S. S.Psi., M.Apll.Psych.
membandingkan hasil manipulasi suatu variabel dari dua kelompok yang sudah ada sebelumnya. Meskipun membandingkan hasil manipulasi namun manipulasi tidak berasal dari peneliti dan peneliti tidak mengontrol subyek mana saja yang masuk kelompok tertentu (Gravetter & Forzano, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah penderita diabetes mellitus berusia 40-64 tahun yang berobat jalan di Puskesmas Pakis Surabaya sejumlah 47 orang. Peneliti mengambil sampel sebesar 32 orang dari populasi tersebut dengan teknik accidental sampling. Alat ukur yang digunakan adalah Skala Keterlibatan Aktif dalam Kelompok Dukungan dan Skala Kepatuhan pada Treatment (Primasari, 2011). Data penelitian dianalisis dengan teknik regresi sederhana menggunakan program SPSS 16.0 for Windows. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa besarnya R = 0,504 dan nilai F = 10,197 dengan signifikansi sebesar p < 0,05. Hal ini menunjukkan hipotesis penelitian diterima dimana ada pengaruh keterlibatan aktif dalam kelompok dukungan terhadap kepatuhan pengobatan. Nilai R Square sebesar R2 = 0,254 yang artinya sebesar 25% variabel kepatuhan pengobatan dapat dijelaskan oleh variabel keterlibatan aktif dalam kelompok dukungan. 75% sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel yang digunakan. Hasil analisis menunjukkan bahwa model regresi yang dipakai dapat memprediksikan secara signifikan variabel kepatuhan pengobatan bila ditinjau dari keterlibatan aktif dalam kelompok dukungan. Adanya pengaruh keterlibatan aktif dalam kelompok dukungan terhadap tingkat kepatuhan Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Vol. 1 No. 02 , Juni 2012
pengobatan terkait dengan fungsi kelompok dukungan itu sendiri. Ketika penderita diabetes terlibat aktif dalam kelompok dukungan maka penderita tersebut mendapat keuntungan terkait fungsi kelompok, diantaranya mendapatkan dukungan sosial. Dukungan sosial tersebut dapat berupa dukungan informasional, emosional dan material. Dukungan informasional baik dari tenaga profesional Persadia maupun dari sesama penderita mengenai karakteristik penyakit diabetes dan cara manajemen dapat memberikan pemahaman kepada penderita mengenai pentingnya perilaku patuh terhadap pengobatan. Dukungan emosional muncul ketika anggota kelompok bisa saling memuji, saling menunjukkan rasa hormat terhadap kemampuan anggota lain, mendengarkan masalah anggota lain tanpa mengkritik atau mencoba memberi saran, dan saling berbagi perasaan (Shaw, 1981). Dukungan emosional dari sesama anggota tersebut dapat mengurangi perasaan selalu sendiri pada penderita. Dukungan material dapat berasal dari Persadia maupun sesama anggota. Pembagian susu diabetes dan makanan sehat dari Persadia dapat memfasilitasi perilaku diet penderita. Sesama anggota juga dapat saling memberikan dukungan material dengan memfasilitasi transportasi menuju Persadia untuk melakukan senam rutin kepada anggota lain, seperti yang dilakukan beberapa subyek dalam penelitian ini. Ke te rl i b a t a n d a l a m ke l o m p o k dukungan juga dapat meningkatkan keterbukaan diri penderita. Persamaan tertentu dengan anggota lain membuat mereka lebih bisa berbicara secara nyaman mengenai hal-hal yang tidak bisa diceritakan kepada orang lain ataupun 75
Pengaruh Keterlibatan Aktif dalam Kelompok Dukungan (Persadia) terhadap Tingkat Kepatuhan Pengobatan Penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Pakis Surabaya
bahkan kepada tenaga medis kepada sesama anggota (Cohen, dkk., 2000). Umpan balik yang diberikan anggota lain saat penderita bercerita mengenai penyakitnya dapat memberikan perasaan nyaman maupun memberikan inspirasi yang mengarah ke perilaku patuh terhadap pengobatan. Selain meningkatkan keterbukaan diri, penderita diabetes yang aktif terlibat dalam kelompok dukungan juga mendapatkan motivasi untuk melakukan perubahan. Melalui proses membandingkan diri dengan penderita diabetes yang mampu memanajemen penyakitnya dengan lebih baik, anggota lain dapat terinspirasi dan berubah menjadi lebih baik. Mereka dapat menemukan role model yang mampu bertahan dan mengatasi masalahnya ( Ya s kow i c h , 2 0 0 8 ) . P ro s e s membandingkan diri dengan pendeita yang mengalami gangguan akibat komplikasi juga memberikan wawasan bagi penderita mengenai pentingnya ke p a t u h a n p e n go b a t a n s e h i n g g a mendorong mereka untuk melakukan perilaku sehat. Beberapa subyek dalam penelitian ini mempunyai role model yang mampu memotivasi mereka untuk tetap patuh terhadap pengobatan. Kelompok dukungan juga menyediakan kegiatan terstruktur seperti senam, kontrol gula darah, dan seminar yang dapat memfasilitasi perilaku patuh terhadap pengobatan. Seperti yang dikemukakan pada penelitian sebelumnya pada kelompok dukungan penderita asperger oleh Jantz (2011), mereka berpendapat bahwa kegiatan tersebut lebih bermanfaat daripada hanya menghabiskan waktu di rumah dan membuat mereka melakukan sesuatu karena mereka banyak menghabiskan 76
waktu sendiri. Jadwal yang telah ditetapkan Persadia untuk beberapa kegiatan rutin tersebut membuat penderita terdorong untuk mengikutinya. Kegiatan seperti senam dan cek gula darah rutin membuat penderita lebih disiplin untuk melakukan olahraga maupun kontrol gula darah. Dorongan tersebut dipengaruhi oleh keikutsertaan anggota lain. Para anggota saling mengingatkan agenda kegiatan dan membuat perjanjian untuk pergi bersama ke kegiatan tersebut yang pada akhirnya membuat penderita mengikuti aturan manajemen penyakit diabetes. Beberapa keuntungan keterlibatan aktif dalam kelompok dukungan di atas memberikan pemahaman mengenai pentingnya kepatuhan pengobatan bagi penderita diabetes dan fasilitas untuk melakukannya. Pemahaman dan fasilitas yang mereka miliki mendorong terjadinya perilaku patuh terhadap pengobatan. Sebesar 25% variasi kepatuhan pengobatan dapat dijelaskan oleh keterlibatan aktif dalam kelompok dukungan, sedangkan 75% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain seperti kompleksitas terapi, durasi penyakit, delivery of care, umur, gender, self esteem, s e l f e f f i c a c y, s t r e s s , d e p r e s i , penyalahgunaan alkohol, kualitas hubungan pasien dengan penyedia layanan kesehatan, situasi beresiko tinggi dan sistem lingkungan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh keterlibatan aktif dalam kelompok dukungan terhadap tingkat kepatuhan pengobatan.
Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Vol. 1 No. 02 , Juni 2012
Syailendrawat S.P., Endang R.S. S.Psi., M.Apll.Psych.
PUSTAKA ACUAN Christensen, L.B. (1988). Experimental Methodology (4th ed).Massachusetts : Allyn and Bacon Inc. Cohen, S., Underwood, L.G., Gotlieb, B.H. (2000). Social Support Measurement and Intervention: A Guide for Health and Social Scientists. Oxford University Press Cohen, R.M. & Sadler, L. (2006, September). Complications of Diabetes. Net Wellness [on-line]. Diakses pada tanggal 27 Juni 2012 dari http://www.netwellness.org/healthtopics/diabetes/faq3.cfm. Dunsmuir, W.D. & Holmer, S.A.V. (1996). The Aetiology and Management of Erectile, Ejaculatory and Fertility Problems in Men with Diabetes Mellitus. Diabetic Medicine, 13 (8), 700-708. Enzlin, P., Mathieu, C., Bruel, A.V., Bosteels, J., Vanderschueren, D., Demyttenaere, K. (2002). Sexual Dysfunction in Women With Type 1 Diabetes. A Controlled Study. Diabetes Care, 25 (672-677). Gravetter, F.J., Forzano L.B. (2003). Research Methods for Behavioral Sciences. Belmont : Wadsworth. Hobman, E.V., Bordia, P., & Gallois, C. (2004). Perceived Dissimilarity and Work Group Involvement. The Moderating Effects of Group Opennes to Diversity. Journal of Group and Organization Management. 29, 560-587. Jantz, K.M. (2011). Support Group for Adults with Asperger Syndrome. Developmental Disabilities. 26 (2) 119 – 128. Kottler, J.A., Brown, R.W. (1996). Introduction to Therapeutic Counseling (3rd ed.). California : Brooks/Cole Publishing Company. Leahy, J.L., Clark, N. G., & Cefalu,W.T. (2000). Medical Management of Diabetes Mellitus.New York : Marcel Dekker Inc. McHorney CA. (2009). The Adherence Estimator: a brief proximal screener for patient propensity to adhere to prescription medications for chronic disease. Curr Med Res Opin. 25, 215–238 Primasari, K. (2011). Prediktor Kepatuhan pada Treatment Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Ditinjau dari Health Belief Model di Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya. Shaw, Marvin.(1981). Group Dynamics, The Psychology of Small Group Behavior (3rd ed.). New York : Mc Graw-Hill Soegondo, S., Pradana S., & Imam Subekti. (2009). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Panduan Penatalaksanaan Diabetes Melitus bagi Dokter dan Edukator. Jakarta : Balai Penerbit FKUI Tahun 2030 prevalensi diabetes mellitus di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. (2011). Depkes [on-line] diakses pada tanggal 30 Mei 2011 dari http://www.depkes.go.id/index.php/berita/pressrelease/414-tahun-2030-prevalensi-diabetes-melitus-di-indonesia-mencapai-213-jutaorang.html. Tripathi, B.K., & Srivasta, A.K.. (2006). Diabetes Mellitus : Complications and Therapeutics. Med Sci Monit. 12(7), 130-147. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Vol. 1 No. 02 , Juni 2012
77
Pengaruh Keterlibatan Aktif dalam Kelompok Dukungan (Persadia) terhadap Tingkat Kepatuhan Pengobatan Penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Pakis Surabaya
Vijan, S., Hayward, R.A., Langa, K.M. (2004). The Impact of Diabetes on Workforce Participation : Results from a National Household Sample. Health Service Research. 39 (6), 1653-1670. WHO. (2003). Adherence to Long-Term Therapies. Evidence for Action. Geneva: World Health Organization. Wild, Sarah, Gojka, R., Anders, G., Richard S., & Hilary K. (2004). Global Prevalencce of Diabetes. Estimates for the year 2000 and Projections for 2030. Diabetes Care. 27, 1047-1053. Yaskowich, K.M., & Stam, H.J. (2008). Cancer Narratives and the Cancer Support Group. Journal of Health Psychology. 8(6), 720–737
78
Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Vol. 1 No. 02 , Juni 2012