SUPLEMENTASI YODIDA PADA TELUR AYAM TERHADAP ASUPAN PROTEIN DAN ZAT GIZI IODUM SERTA KONSENTRASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR DON BOSCO KOTA BITUNG Daniel Robert, dan I Made Djendra Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado
[email protected]
ABSTRACT Background. Unbalancedfood consumptionandlongmaycausenutritional problems. Good nutritionallowsphysicalgrowth, brain development, employability andgeneral health. Children who aremalnourishedwill be impairedphysicalgrowth, mentaland intellectual. Purpose. Knowingthe influence ofiodidesupplementation, proteinandnutrientintakeof iodineto the concentration ofelementaryschoolstudents' learning. Method. The research is aquasi-experimentalpretest-posttest with. The sampleconsists ofthe treatment groupandthe controlgroupby the number of98samples, determinedpurposive. Data analysisusingSPSS18.0andtestdata usingindipendenttestandPairedSamples TestSamples Test. Results. Protein intakein the treatment groupbeforesupplementationwith an average of49.16gand50.93gthereafter, andprotein intakein the control group48.36g, thenafter giving48.37g. Concentrationstudentsbefore08.00hoursin the morningsupplementationin the treatment group52.12pointsand45.81pointsin the control group, thenthe concentration ofstudentsat10.00am50.16pointsin the treatment group, thecontrol group43.57points. Iodineintakebeforegivingsupplementationin the treatment groupis47.09g, andaftergiving78.73g, iodineintakein the control groupbeforesupplementation46.87g, 74.34gandafter being given. Conclusion. There is noeffect ofsupplementationon theintakeof iodizedeggprotein(P =0.771), no effect ofsupplementationoneggiodizediodineintake(p =0.000), andthere isthe effect ofsupplementationof iodizedeggsatthe concentrations studied(p =0.029).
Keywords. Iodidesupplementation, ElementarySchool Children
proteinintake,
PENDAHULUAN Almatsier dan Fallah (2004) menyatakan terhambatnya perkembangan fisik dan mental seorang anak, terutama pertumbuhan otak sejak dalam kandungan, akan mempengaruhi inteligensinya, walaupun otak bukan satu-satunya indikator tinggi rendahnya inteligensi. Pada proses metabolisme, glukosa merupakan bentuk karbohidrat yang beredar didalam tubuh dan didalam sel merupakan sumber energi. Sedangkan bentuk simpanan karbohidrat didalam tubuh adalah glikogen, memiliki struktur yang terdiri dari unit-unit glukosa dalam bentuk rantai lebih bercabang sehingga lebih mudah dipecah untuk digunakan sebagai sumber energi. Tubuh mempunyai kapasitas terbatas untuk menyimpan glikogen 350 gram, dimana 2/3 bagian disimpan dalam otot dan 1/3 dalam
SubstanceIodine,
ConcentrationLearning,
hati. Glikogen dalam otot hanya dapat digunakan untuk keperluan energi didalam otot tersebut, sedangkan glikogen dalam hati dapat digunakan sebagai sumber energi untuk keperluan semua sel tubuh. Bagi anak sekolah, status gizi akan mempengaruhi prestasi belajarnya. Apabila asupan gizi tidak terpenuhi akan mengakibatkan menurunnya kondisi tubuh secara keseluruhan sehingga gairah untuk belajar menjadi hilang (Soekirman, 2001). Hasil penelitian yang dilaksanakan pada anak sekolah dasar di Bogor, menunjukkan bahwa anak yang kadar hemoglobin (Hb) darahnya rendah mempunyai kesulitan dalam berfikir, kemampuan berkonsentrasi belajar turun sehingga hasil ujian lebih rendah dibanding anak yang normal (Djokomoeljanto, 2002).
Menurut Soemantri (2008), konsentrasi belajar dapat didefinisikan sebagai pemusatan fikiran terhadap suatu hal dengan menyampingkan semua hal lain yang tidak ada hubungannya. Dalam belajar, maka konsentrasi belajar berarti pemusatan fikiran terhadap suatu mata pelajaran dengan pelajaran tersebut. Penelitian ilmiah maupun pengalaman sehari-hari menunjukkan bahwa kemampuan konsentrasi belajar sesungguhnya merupakan kebiasaan seseorang yang dapat diperoleh dengan latihan, jadi bukan suatu bakat atau sesuatu yang diwariskan. Anak-anak yang kekurangan gizi akan mengalami gangguan pertumbuhan fisik, mental dan intelektual. Gangguan tersebut akan menyebabkan tingginya angka kematian dan kesakitan serta berkurangnya potensi belajar, daya tahan dan produktivitas kerja (Emilia, 2003). Almatsier (2001) menyatakan terhambatnya perkembangan fisik dan mental seorang anak, terutama pertumbuhan otak sejak dalam kandungan, akan mempengaruhi inteligensinya, walaupun otak bukan satu-satunya indikator tinggi rendahnya inteligensi. Pada proses metabolisme, glukosa merupakan bentuk karbohidrat yang beredar didalam tubuh dan didalam sel merupakan sumber energi. Sedangkan bentuk simpanan karbohidrat didalam tubuh adalah glikogen, memiliki struktur yang terdiri dari unit-unit glukosa dalam bentuk rantai lebih bercabang sehingga lebih mudah dipecah untuk digunakan sebagai sumber energi. Tubuh mempunyai kapasitas terbatas untuk menyimpan glikogen 350 gram, dimana 2/3 bagian disimpan dalam otot dan 1/3 dalam hati. Glikogen dalam otot hanya dapat digunakan untuk keperluan energi didalam otot tersebut, sedangkan glikogen dalam hati dapat digunakan sebagai sumber energi untuk keperluan semua sel tubuh. Masalah gizi tidak terlepas dari masalah makanan karena masalah gizi timbul sebagai akibat kekurangan atau kelebihan kandungan zat gizi dalam makanan. Empat masalah gizi kurang seperti gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY), anemia gizi besi (AGB),
kurang vitamin A (KVA), kurang energi protein (KEP) masih tetap merupakan gangguan khususnya di pedesaan. Permasalahan gizi yang menonjol pada siswa sekolah dasar adalah kekurangan zat besi mencakup sekitar 25-40%. Kondisi ini menurunkan daya tahan, siswa cepat lelah, lamban geraknya, kurang bergairah belajar dan tidak cepat tanggap. Keadaan diatas bila berlangsung lama akan berdampak kurang baik terhadap prestasi belajar anak, diperburuk lagi dengan dijumpainya gangguan kecacingan 40-70% (Emilia, 2003). Status gizi seseorang dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi. Konsumsi makanan yang tidak seimbang dan berlangsung lama dapat menimbulkan permasalahan gizi. Gizi yang baik memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum (Almatsier, 2001). Didukung oleh pernyataan Hadju (2001) keadaan kesehatan, seperti anemia dapat mempengaruhi konsentrasi belajar dan prestasi belajar. Konsentrasi belajar dipengaruhi oleh kadar gula dalam darah dan keadaan lambung terisi ataupun kosong. Iodium adalah suatu unsur gizi mikro dengan bilangan atom 53 dengan bobot atomnya 126.91. Kelarutan dalam air sangat rendah tetapi molekul Iodium berkombinasi dengan Iodida membentuk Poliyodida menyebabkan iodium mudah larut dalam air. Iodium diudara dikembalikan ke bumi oleh air hujan. Air laut mengandung jumlah total Iodium terbesar dalam bentuk Yodat.Sinar matahari dapat mengoksidasi Yodida menjadi Iodium, dan kira-kira 400.000 ton. Iodium setiap tahun menguap dari samodra ke udara. Kadar iodium dalam tumbuhan beragam sesuai dengan lingkungannya, tumbuhan darat miskin akan Iodium, sedangkan tumbuhan laut seperti ganggang coklat kaya akan iodium (Dunn, 2001). Unsur iodium merupakan unsur kimia yang sangat dibutuhkan oleh manusia untuk menghasilkan hormon tiroid. Hormon ini diproduksi oleh dua buah kelenjar tiroid atau kelenjar gondok yang terletak dileher bagian depan dibawah dagu. Hormon tiroid diangkut oleh pembuluh darah dari kelenjar
gondok keseluruh tubuh untuk mengatur proses kimiawai yang terjadi didalam sel-sel sebagai organ tubuh termasuk sel-sel otak dan susunan saraf pusat. Selain berpengaruh pada proses faal tubuh dalam metabolisme energi, juga sangat berperan dalam perkembangan otak dan system susunan saraf (Soekirman, 2001). Telur Ayam adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Telur Ayam mengandung energi sebesar 162 kilokalori, protein 12,8 gram, karbohidrat 0,7 gram, lemak 11,5 gram, kalsium 54 miligram, fosfor 180 miligram, dan zat besi 3 miligram. Selain itu di dalam Telur Ayam juga terkandung vitamin A sebanyak 900 IU, vitamin B1 0,1 miligram dan vitamin C 0 miligram. Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram Telur Ayam, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 90 %. Bahan makanan yang merupakan sumber iodium yang baik adalah bahan makanan yang berasal dari hasil laut seperti kerang, ikan, dan udang. Sedangkan produk hewani dan nabati antara lain susu, daging, ayam, dan sayur daun kandungan iodium sangat bervariasi tergantung kandungan iodium tanah (WHO, 2001). Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh suplementasi yodida, asupan protein dan zat gizi iodium terhadap konsentrasi belajar siswa sekolah dasar. BAHAN DAN CARA Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei untuk penelitian pendahuluan selanjutnya pada bulan Juni 2013 untuk pemberian suplementasi telur beriodium, bertempat di sekolah dasar Don Bosco Bitung. Populasi dalam penelitian ini adalah anak SD Don Bosco Bitung kelas IV dan V. Penetapan SD dilakukan secara Purposive Sampliing dengan memperhitungkan jumlah murid, jumlah murid kelas IV dan V yang drop out, dan jumlah murid kelas IV dan V yang tidak naik.Subyek penelitian ditetapkan dengan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut : 1. Kriteria inklusi : a. Murid kelas IV dan V di SD terpilih, b. Berumur antara 10-12 tahun, c. Ikut tes Konsentrasi belajar dan
recall konsumsi makanan, d. Tidak alergi terhadap asupan telur ayam. 2. Kriteria eksklusi : a. Sedang menderita sakit, b. Menderita kelainan atau cacat yang dapat mengganggu proses penelitian. Besar sampel dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus besar sample menurut Lemeshow, S dkk (1997) sebagai berikut :
Z α 2 2p1pZ β p 1p p 1p n n
2
1
1
1
1 2
p1 p2
2
1
2
2
Keterangan : p = (p1 + p2) / 2 = (0,48 + 0,24) / 2 = 0,36 p1 = (RR). P2 = 2. 0,24 = 0,48 p2 = prevalensi anak SD putus sekolah karena gangguan pertumbuhan (data Riskesdas 2007) = 24% = 0,24 Z1 – α/2 = nilai Z (kurva normal) pada tingkat kepercayaan 95% (α=0,05) yaitu 1,96 RR = Rasio Relative yang diperkirakan = 2 Z1 – β/2 = nilai Z (kurva normal) pada tingkat kepercayaan 80% (β=0,20) yaitu 0,842 n1 = jumlah sampel kelompok A n2 = jumlah sampel kelompok B Jumlah sampel dihitung memakai rumus di atas untuk masing-masing kelompok (kelompok A dan kelompok B) adalah 49 anak (minimal sampel). Berdasarkan jumlah sampel dibagi menjadi kelompok A dan kelompok B. Pengelompokan SD tersebut dengan memperhitungkan jumlah murid, jumlah ketidaklulusan, jumlah murid kelas IV dan V yang droup out dan jumlah murid kelas IV dan V yang tidak naik. Kelompok SD tersebut adalah:Kelompok A : Kelas IV dan V, Kelompok B : Kelas IV dan V Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan rancangan pretest-postest with cross over design. Kelompok A
:
Kelompok B
:
O1 O1
x
O2 03
O1
=
Asupan protein, dan zat Iodium,Konsentrasi belajar sebelum perlakuan untuk kelompok A dan kelompok B sebelum pemberian suplementasi
02
=
Pemberian suplemetasi telur beriodium selama 4 hari (seninkamis ) pada kelompok A.
O3
=
Asupan protein, dan zat Iodium, Konsentrasi belajar pada kelompok A dan kelompok B setelah pemberian Suplementasi telur beriodium.
Sebelum perlakukan kelompok A dan kelompok B dilakukan tes konsentrasi belajar selama 2 hari pada hari jumat dan sabtu. Tes konsentrasi belajar dikakukan 2 kali tiap hari, yaitu pada pagi hari jam 08.00 WIB dan pada siang hari jam 10.00 WIB. Dilanjutkan recall asupan makanan sehari, dan pengambilan urine. Setelah perlakuan pada kelompok A diberikan Suplemen telur beryodium, Protein selama 4 hari pada hari Senin sampaiKamis, sementara kelompok B hanya diberikan telur ayam tanpasuplementasi yodium. Kemudian pada hari jumat dan sabtu padakelompok A dan kelompok B dilakukan tes konsentrasi belajar pada jam 08.00 dan jam 10.00 Wita, dan dilanjutkan recall asupan makanan sehari, dan pengambilan urine. Pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan alat atau instrumen sebagai berikut: 1). Formulir kuesioner recall 24 jam, 2).Formulirkuesioner konsentrasi menggunakan Tes Digit Symboldari Subtest WAIS pada sampel terpilih, 3). Pengambilan sampel urine dan pengujian kadar Urin di Laboratorium.Data tentang nama, umur, kelas, jenis kelamin, tempat tinggal, nama orang tua, pendidikan dan pekerjaan orang tua diperoleh dari data yang tercantum pada buku induk kelas atau menanyakannya kembali pada anak yang bersangkutan.Data tentang asupan gizi makan pagi diperoleh dengan wawancara dengan anak yang bersangkutan oleh peneliti. Data konsentrasi dilaksanakan dengan menggunakan tes digit symbol dan tes digit span. Tes dilaksanakan sebanyak dua kali
yaitu pada jam 08.30 WIB dan 10.30 WIB. Waktu pelaksanaan tes digit span dimulai sejak 1 minggu setelah dilaksanakannya tes digit symbol.Data tentang kadar iodium diperoleh dengan mengambil urin sebanyak 3 cc yang dilakukan oleh petugas laboratorium dan dianalisis di laboratorium. Setelah dilakukan editing dan coding, data yang diperoleh diolah dengan beberapa metode. 1). Jenis kelamin anak, pendidikan kepala keluarga, pekerjaan kepala keluarga dianalisis berdasarkan kelompok dengan uji statistik frekuensi, 2). Asupan gizi, untuk mengetahui perbedaan antara saat perlakuan dan kontrol, dengan Paired Samples Test.3). Skor konsentrasi belajar, untuk mengetahui perbedaan antara saat perlakuan dan kontrol, dengan Paired Samples Test, sedangkan perbedaan skor konsentrasi belajar kelompok A dan B menggunakan Independent Samples Test. HASIL Penelitian Pendahuluan a.
Telur Ayam Langkah awal dalam penelitian ini adalah pemilihan telur ayam yang dilakukan secara porposif, yaitu telur ayam yang dipilih sebagai berikut ; Kondisi cangkang telur tidak retak, 1) ukuran telur tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar, 2) warna telur tidak pucat atau terlalu gelap, 3) bersih dari berbagai kotoran atau pun noda, 4) tekstur kulit telur halus mulus dan tidak kasar, 5) tenggelam di dalam air jika dimasukkan ke dalam air tidak terapung, 6) diteropong terlihat jernih dan kuning telur ada di tengah telur, 7) baunya normal tidak berbau busuk, 8) bentuk lonjong telur normal tidak bulat dan tidak ceper sekali kondisi cangkang. Dalam penelitian ini umur telur ayam 4 hari, serta berat rata–rata telur yang digunakan 75 gr/ butir. Jenis telur ayam yang digunakan dalam penelitian ini adalah telur ayam buras. Telur merupakan bahan pangan yang sempurna, karena mengandung zatzat gizi yang lengkap bagi pertumbuhan makhluk hidup baru. Protein telur memiliki susunan asam amino esensial yang lengkap, sehingga dijadikan standar untuk menentukan mutu protein dari bahan lain.
Keunggulan telur sebagai produk peternakan yang kaya gizi, juga merupakan suatu kendala karena termasuk bahan pangan yang mudah rusak (Winarno dan Koswara, 2002).
b.
Menguji perubahanfisik telur ayam Tabel 1. Hasil uji perubahan fisik dengan konsentrasi KY yang berbeda
No
Konsent rasi
1.
KY 5 %
2.
3.
KY %
KY %
10
15
Ber at Telu r (gr) 75
75
75
Suh u 37
37
37
Hasil pengamat an Tidak ada perubaha n warna, aroma, dan tekstur Tidak ada perubaha n warna, aroma, dan tekstur Tidak ada perubaha n warna, aroma, dan tekstur
Hasil uji perubahan fisik telur ayam pada penelitian ini menunjukkan tidak ada perubahan warna, aroma, dan tekstur pada telur, untuk semua konsentrasi yaitu KY 5%, KY 10%, dan KY 15%, hal ini disebabkan zat iodium mengandung antiseptic sehingga telur ayam dalam keadaan yang tidak tercemar dari kontaminan.
Proses perendaman telur ayam dalam laurutan KY dilasanakan dengan cara sebagai berikut : 1.1. Pembuatan konsentrasi larutan KY Pada penelitian ini pembuatan konsentrasi larutan KY terdiri atas tiga bagian yaitu konsentrasi KY 5%, konsentrasi KY 10 %, serta konsentrasi KY 15 %. 1.2. Proses perendaman Perendaman telur dalam larutan KY dilakukan selama tujuh hari, dimana setiap konsentrasi larutan ditempatkan pada wadah gelas kaca, dan untuk setiap wadah yang berisi larutan di isi oleh 5 butir telur ayam. 2. Analisa kandungan Iodium dalam telur ayam Hasil uji kandungan kadar iodium pada telur ayam diuji menggunakan alat UVVIS Thermo Scientific di laboratorium kimia Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado, yang telah di lakukan perendaman di peroleh hasil sebagai berikut :
N o 1. 2. 3.
Tabel 2. Rata kandungan iodium berdasarkan konsentrasi larutan Kandung Suh Konsentr an Absorb u asi Iodium an (˚C) (ppm) KY 5 % 16,84 420 37 KY 10 % 18,69 420 37 KY 15 % 16,18 420 37
1. Prosedur dan analisis konsentasi KY pada telur ayam
Hasil uji kandungan kadar iodium menunjukkan nilai tertinggi dari ketiga konsentrasi yaitu pada konsentasi KY 10% yaitu 18,69 ppm, selanjutnya konsentrasi KY 5% dan KY 15% kandungan iodium masing-masing 16,84 ppm dan 16,18 ppm. Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut diatas maka konsentrasi KY 10% inilah yang dipakai pada penelitian ini.
Pelaksanaan penelitian ini di awali dengan penelitian pendahuluan untuk mengetahui konsentrasi telur ayam yang disuplementasi dengan Kalium Yodida (KY) dengan cara perendaman pada konsentrasi KY 5%, KY 10%, dan KY 15%, selanjutnya di uji perubahan fisik, uji kandungan iodium.
3. Komposisi telur Ayam Telur secara umum mengandung komponen utama yang terdiri atas air, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Perbedaan komposisi kimia antara spesies terutama terletak pada jumlah dan proporsi zat-zat yang dikandungnya yang
dipengaruhi oleh keturunan, makanan dan lingkungan. Telur ayam dapat dikonsumsi 90 %, kandugan gizi telur Ayam dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3. Komposisi gizi telur ayam per 100 gr Komposisi kimia Energi Protein Lemak Karbohidrat Kalsium Fosfor Zat besi Vitamin A Vitamin B1
Nilai gizi (Satuan) 162 kkal 12,8 gr 11,5 gr 0,7 gr 54 mg 180 mg 3 mg 900 IU 0,1 mg
4.
Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Katolik Yayasan Don Bosko Bitung dengan NPSN, 40103165yang beralamat di Jl. P.M. Tangkilisan No. 17 Kelurahan Kadoodan dengan Status swasta, Kota Bitung dipimpin oleh Ibu. Dra. Els Maria Kumaunang. 5. a.
Kelas Kelas IV Kelas V Juml ah
Kelompok Penelitian Perla Kontrol kuan n % N % 25 25.51 24 24.49 24,49 25 25.51 24 49
50
49
50
Jum lah n 49 49
% 50.0 50.0
98
100
Hasil penelitian menunjukkan responden dalam penelitian ini yang duduk di kelas IV berjumlah 49 orang yang terdiri atas 25 orang (25,1%) sebagai kelompok kontrol dan 24 orang (24,29%) dalam kelompok perlakuan, selanjutnya yang duduk di kelas V, kelompok kontrol berjumlah 24 orang (24,94%), serta kelompok perlakuan sebanyak 25 orang (25,51%). 6. Pemberian suplementasi telur KY pada siswa Pemberian suplementasi diberikan kepada siswa melalui guru wali kelas kepada siswa yang bersedia menjadi
Karakteristik Responden Jenis Kelamin Tabel 5. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin berdasarkan kelompok penelitian
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah
Kontrol n 35 14 49
% 35.71 14.29 50
Hasil penelitian menunjukkan responden dalam penelitian ini berjumlah 98 orang yang terdiri atas 49 orang sebagai kelompok kontrol dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 35 orang (35.71%), dan perempuan 14 orang (14,29%), serta kelompok perlakuan jenis kelamin laki-laki 29 orang (29.59%), dan jenis kelamin berjumlah 20 orang (20,41%). b.
Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Kelas berdasarkan kelompok penelitian
Kelas Responden
Kelompok Penelitian Perlakuan Jumlah n % n % 29 29.59 64 65.3 20 20,41 34 34.7 49 50 98 100 kelompok kontrol dan kelompok perlakuan masing-masing 49 anak. Jumlah anak yang di jadikan sampel dalam penelitian ini berjumlah 98 anak. Siswa yang di masuk dalam kelompok kontrol anak menerima sebanyak 4 telur ayam tanpa di suplementasi dengan iodium. Selanjutnya pada kelompok perlakuan diberikansuplemetasi telur beriodium sejumlah 4 butir pula. Teknis pemberian yakni selama 4 hari, pada hari senin sampai hari kamis. Cara mengkonsumsi telur ayam pada kedua
kelompok yaitu setelah dimasak menjadi menu telur mata sapi, dan di konsumsi pada saat sarapan pagi di rumah jam 06.00 pagi. 7.
Konsentrasi siswa berdasarkan kelompok penelitian
Data hasil pengukuran konsentrasi siswa sebelum pemberian suplementasi telur beriodium yang terbagi atas jam 08,00 pagi diperoleh hasil yakni pada kelompok perlakuan rata-rata konsentrasi siswa 52,12 poin (SD=9,41), selanjutnya pada kelompok control konsentrasi siswa mencapai ratarata 45,81 poin (SD=10,69). Hasil pengukuran konsentrasi siswa pada jam 10.00 peroleh data sebagai berikut; pada kelompok perlakuan rata-rata 50,16 poin (SD=9,93), serta pada kelompok control rata-rata konsentrasi mencapai 43,57 poin (SD=9,11). Hasil pengukuran konsentrasi siswa baik pada jam 08.00 dan jam 10.00 diketahui terjadi penurunan poin konsentrasi dari siswa.
mengalami penurunan setelah 2 jam pelajaran. Data hasil penelitian sesudah diberikan intervensi berupa suplementasi telur beriodium, diketahui konsentrasi siswa pada jam 08.00 mencapai rata-rata 56,26 poin (SD=8,23) pada kelompok perlakuan, selanjutnya pada kelompok control poin rata-rata konsentrasi siswa mencapai 45,42 poin (SD=7,97). Data hasil penelitian memperlihatkan konsentrasi siwa pada jam 10.00 setelah diintervensi diketahui bahwa rata-rata konsentrasi siswa di kelompok perlakuan adalah 58,81 poin (SD=8,71), dan konsentrasi siswa yang berada di kelompok control yakni 45,48 poin (SD=7,29). Hasil diatas memberikan gambaran bahwa rata-rata poin konsentrasi siswa (08.00 dan 10.00) di ketahui mengalami peningkatan konsentrasi siswa yaitu 55,35 poin (SD=8,47) pada kelompok perlakuan, sementara pada kelompok kontrolrata-rata poin konsentrasi siswa yaitu 45,45 poin (SD=7,63).
Tabel 6. Rata-rata konsentrasi siswa berdasarkan kelompok penelitian Konsentrasi siswa
Kelompok Penelitian Perlakuan Mean
SD
Mean
SD
52,12 50,16
9,41 9,93
45,81 43,57
10,69 9,11
Rata-rata 1 Sesudah Perlakuan - Jam 08.00 - Jam 10.00
51,14
9,67
44,69
9,9
56,26 58,81
8,23 8,71
45,42 45,48
7,97 7,29
Rata-rara 2 Δ Rerata 1,2
55,35 6,39
8,47 -1,2
45,45 0,76
7,63 -2,27
Sebelum perlakuan - Jam 08.00 - Jam 10.00
Hasil penelitian juga diketahui juga rata-rata poin konsentrasi siswa (jam 08.00 dan 10.00) diketahui 51,14 poin (SD=9,67) pada kelompok perlakuan, dan pada kelompok control di ketahui bahwa rata-rata poin konsentrasi siswa yaitu 44,69 poin(SD=9,11). Hasil ini juga memberikan informasi bahwa konsentrasi siswa
Kontrol
Berdasarkan data konsentrasi siswa pada sebelum dan sesudah pemberian intervensi suplementasi telur beriodium baik jam 08.00 dan jam 10.00, diketahui rata-rata poin konsentrasi terjadi kenaikan sebanyak 6,39 poin (SD=-1,2) pada kelompok perlakuan, dan pada kelompok control poin rata-rata konsentrasi siswa yaitu 0,76 poin (SD=-
2,27), dengan demikian konsentasi siswa yang diberikan suplementasi telur beriodium lebih tinggi disbanding yang tidak diberi intervensi iodium. 8.
Asupan protein berdasarkan kelompok penelitian
Asupan protein siswa di peroleh dari data hasil recall 14 jam selama 2 hari sebelum dan sesudah pemberian intervensi suplemen telur beriodium pada kelompok perlakuan dan telur tanpa suplementasi iodium pada telur ayam. Hasil penelitian menunjukkan asupan protein siswa pada kelompok perlakuan sebelum pemberian pemberian suplementasi telur beriodium rata-rata asupan protein 49,16 gr (SD=8,88), dan sesudah asupan suplementasi telur rata-rata asupan protein 50,93 gr, selanjutnya pada kelompok kontrol asupan protein sebelum suplementasi ratarata 48,36 gr (SD=10,49), dan sesudah suplementasi asupan protein 48,37 gr. Hasil penelitian juga menunjukkan selisih rata-rata pada kelompok perlakuan yaitu 0,33 gr, serta 0,44 gr asupan pada kelompok kontrol. Hasil asupan protein antara kelompok perlakuan dan kontrol tidak berbeda jauh.
intervensi asupan zat iodium 74,34 μg (SD=5,15). Hasil penelitian memberi informasi bahwa selisih dari rata-rata asupan zat iodium sebelum perlakuan 31,64 μg (SD=0,07), dan selisih dari rata-rata asupan zat iodium sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol yaitu 27,47 μg (SD=-1,65). Hasil diatas menunjukkan hanya sedikit perbedaan antara kelompok perlakuan dan kontrol. Hal ini di sebabkan siswa mempunyai kebiasaan mengkonsumsi ikan laut, mengingat Kota Bitung merupakan daerah penghasil ikan. Tabel 8. Rata-rata Asupan zat iodium berdasarkan kelompok penelitian Asupan Zat Iodium Sebelum Sesudah Rerata
Kelompok Penelitian Perlakuan Kontrol Mean SD Mean SD 47,09 6,34 46,87 6,71 78,73 6,27 74,34 5,15 31,64 -0,07 27,47 -1,65
10. Konsentrasi iodium dalam urin siswa Data hasil penelitian menunjukkan rata-rata konsentrasi iodium dalam urin sebelum pemberian suplementasi telur
Tabel 7. Rata-rata Asupan protein berdasarkan kelompok penelitian Kelompok Penelitian Asupan Protein Sebelum Sesudah Rerata
9.
Perlakuan Mean 49,16 50,93 0,33
Asupan zat iodium berdasarkan kelompok penelitian
Data hasil analisis asupan zat iodium sebelum perlakuan pada kelompok perlakuan diketahui rata-rata 47,09 μg (SD=6,34), dan setelah perlakuan asupan zat iodium rata-rata 78,73 μg (SD=6,27). Hasil penelitian juga menunjukkan asupan zat iodium pada kelompok kontrol sebelum diberikan suplementasi telur beriodium ratarata 46,87 μg (SD=6,71), dan setelah
Kontrol SD 8,88 9,21 0,01
Mean 48,36 48,37 0,44
SD 10,49 10,93 0,44
ayam beriodium rata-rata 48,13 μg (SD=5,46), dan setelah pemberian suplementasi rata-rata konsentrasi menjadi 73,97 μg (SD=6,34). Selanjutnya pada kelompok kontrol di ketahui konsentrasi iodium dalam urin sebelum suplementasi rata-rata yakni 47,64 μg (SD=6,42), serta setelah perlakuan rata-rata 68,59 μg (SD=6,55).
Tabel 9. Rata-rata konsentrasi Iodium dal
Konsentrasi Iodium dalam urin
Perlakuan Mean Sebelum 48,13 Sesudah 73,97 Rerata 25,84 Hasil diatas juga menunjukan perbedaan rata-rata pada kelompok perlakuan yaitu 25,84 μg (SD=0,88), serta pada kelompok kontrol 20,95 μg (SD=6,13). Hasil tersebut diatas terdapat perbedaan antara konsentrasi iodium dalam urin antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
Kelompok Penelitian Kontrol SD Mean SD 5,46 47,64 6,42 6,34 68,59 6,55 0,88 20,95 6,13 12. Pengaruh suplementasi telur beriodium terhadap asupan zat gizi iodium Siswa Sekolah Dasar Don Bosco Bitung Hasil uji stastistik tentang pengaruh suplementasi telur beriodium terhadap asupan zat gizi iodium siswa sebelum dan
Tabel 10. Pengaruh suplementasi yodida pada telur ayam terhadap asupan zat iodium Suplementasi telur beriodium Sebelum Sesudah P*= uji Paired t-test
Asupan zat iodium Perlakuan Kontrol Mean ±SD Mean ±SD 47,09±6,34 46,87±6,71 78,73±6,27 74,34±5,15
11. Pengaruh suplementasi telur beriodium terhadap asupan protein siswa Berdasarkan uji statistik untuk mengatahui pengaruh suplementasi telur beriodium terhadap asupan protein pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol sebelum dan sesudah pemberian, dengan menggunakan uji Peired t-tes di peroleh hasil tidak terdapat pengaruh.
P* 0,000
setelah pemberian telur beriodium menggunakan uji Paired t-test di peroleh hasil yang sangat signifikan yakni p< 0,005 (p=0,000). Hasil ini menunjukkan suplementasi telur beriodium berpengaruh terhadap asupan zat iodium siswa. 13. Pengaruh suplementasi telur beriodium terhadap konsentrasi belajar Siswa Sekolah Dasar Don Bosco Bitung
Tabel 11. Pengaruh suplementasi yodida pada telur ayam terhadap asupan protein
Suplementasi telurberiodium
Asupan protein
Sebelum
Perlakuan Mean ±SD 49,19±8,88
Kontrol Mean ±SD 48,36±10,49
Sesudah
50,93±9,21
48,37±10,93
P*
0,771
Hasil data uji stastistik tentang pengaruh suplementasi telur beriodium terhadap konsentrasi belajar siswa sebelum dan setelah pemberian telur beriodium menggunakan uji Paired t-test di peroleh hasil yang sangat signifikan yakni p< 0,005
(p=0,029). Hasil ini menunjukkan suplementasi telur beriodium berpengaruh terhadap konsentrasi belajar siswa.
makanan laut dan ganggang laut adalah sumber iodium yang paling baik.
Tabel 12. Pengaruh suplementasi yodida pada telur ayam terhadap konsentrasi belajar Suplementasi telur beriodium Sebelum
Konsentrasi belajar Perlakuan Kontrol Mean ±SD Mean ±SD 51,4±9,67 44,69±9,99
Sesudah
55,35±8,47
P*
0,029 45,45±763
P*= uji Paired t-test PEMBAHASAN 1.
Pengaruh suplementasi telur beriodium terhadap asupan protein siswa
Hasil penelitian menjukkan terdapat perbedaan rata –rata asupan protein antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, akan tetapi pada pengujian statistik ternyata tidak terdapat pengaruh pemberian suplementasi telur beriodium terhadap asupan protein siswa, hal ini disebabkan baik kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol berdasarkan hasil Recall 24 jam masing-masing mengkonsumsi sumber protein yang berasal dari ikan. Hasil ini sesuai dengan fakta (kondisi di dalam keluarga) bahwa daerah Kota Bitung merupakan sumber penghasil ikan yang cukup banyak dan melimpah serta untuk mudah memperolehnya. Penelitian ini sesuai tulisan dari Kartono dan Soekarti (2004) yang menuliskan sebagian besar yodium berada di lautan, karena yodium (melalui pencairan salju dan hujan) pada permukaan tanah, kemudian dibawa oleh angin, aliran sungai, dan banjir ke laut. Khomsan (2003), menuliskan iodium dapat diperoleh dari berbagai jenis pangan dan kandungannya berbeda-beda tergantung asal jenis pangan tersebut dihasilkan. Kandungan iodium pada buah dan sayur tergantung pada jenis tanah. Kandungan iodium pada jaringan hewan serta produk susu tergantung pada kandungan iodium pada pakan ternaknya, pangan asal laut merupakan sumber iodium alamiah. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Kartono dan Soekerti (2002), bahwa
telur ayam merupakan sumber protein sempurna, protein adalah molekul yang terdiri atas rantai-rantai panjang asam amino yang terikat satu sama lain dalam ikatan peptida. Protein mempunyai fungsi khas yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh, dan sintesis porfirin nukleus hemoglobin. Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik, karena memiliki susunan asam amino yang paling sesuai untuk kebutuhan manusia dibandingkan dengan sumber protein dari bahan makanan nabati (Almatsier, 2004). Hasil penelitian ini juga sesuai dengan tulisan dari (Almatsier, 2004), yang menuliskan bahwa dinegara berkembang konsumsi protein dan iodium paling banyak diperoleh dari telur dan makanan yang berasal dari laut mengingat air laut mengandung iodium cukup tinggi. Laut merupakan sumber utama yodium, oleh karena itu makanan laut berupa ikan, udang, dan kerang serta ganggang laut merupakan sumber yodium. Di daerah pantai, air dan tanah mengandung banyak yodium sehingga tanaman yang tumbuh di daerah pantai mengandung cukup banyak yodium. Semakin jauh tanah itu dari pantai semakin sedikit pula kandungan yodiumnya sehingga tanaman di daerah tersebut, termasuk rumput yang di makan hewan sedikit sekali atau tidak mengandung yodium. 2.
Pengaruh suplementasi telur beriodium terhadap asupan zat gizi iodium siswa
Gizi adalah zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan yang mempunyai nilai sangat penting untuk dikonsumsi oleh tubuh. Yodium adalah sejenis mineral yang terdapat di alam, baik di tanah maupun di air. Yodium merupakan zat gizi mikro yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. Yodium diperlukan tubuh dalam pembentukan hormon tiroksin untuk mengatur pertumbuhan dan perkembangan mulai dari janin sampai dewasa. Dalam penelitian ini telur ayam telah di kondisikan dalam perendaman KY 10% yang menghasilkan iodium 18,68 ppm. Hasil uji statistic juga menunjukkan pengaruh suplementasi telur beriodium terhadap asupan iodium.Hal ini sejalan dengan penelitian dariSulistijani (2001) yang menuliskan iodium diserap sangat cepat oleh usus dan oleh kelenjar tiroid di gunakan untuk memproduksi hormon thyroid. Saluran ekskresi utama iodium adalah melalui saluran kencing (urin) dan cara ini merupakan indikator utama pengukuran jumlah pemasukan dan status iodium. Tingkat ekskresi (status iodium) yang rendah (25 – 20 mg I/g creatin) menunjukan risiko kekurangan iodium dan bahkan tingkatan yang lebih rendah menunjukan risiko yang lebih berbahaya. Hasil ini sesuai dengan penelitian Khomsan (2003), apabila mengkonsumsi iodium 500 mg/hari, hanya sebagian iodium (120 mg) yang masuk ke dalam kelenjar tiroid, dan dari kelenjar tiroid disekresikan sekitar 80 mg yang terdapat dalam T3 dan T4, yang merupakan hormon tiroid. Selanjutya T3 dan T4 mengalami metabolisme dalam hepar dan dalam jaringan lainnya. Sehingga dari hepar dikeluarkan sekitar 60 mg ke dalam cairan empedu, kemudian dikeluarkan ke dalam lumen usus dan sebagian mengalami sirkulasi yang lepas dari reabsorbsi akan diekskresikan bersama feses dan urin. 3.
Pengaruh suplementasi telur beriodium terhadap konsentrasi belajar siswa Data hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh suplementasi telur beriodium terhadap konsentrasi belajar siswa (P=0,029 <0,005). Hasil ini sesuai dengan tulisan Syah (2004) yang menuliskan faktor yang mempengaruhi
konsentrasi siswa dalam belajar secara garis besar dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri (internal) dan faktor dari luar diri (eksternal). Selanjutnya yang tergolong faktor internal adalah 1). Faktor jasmaniah (fisiologis), misalnya penglihatan atau konsentrasi, pendengaran, dan struktur tubuh. 2). Faktor psikologis yang meliputi (a) faktor daya pikir : faktor potensial yaitukecerdasan dan bakat, serta faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimilikinya, (b) faktor non daya pikir yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi dan penyesuaian diri. 3). Faktor kematangan fisik maupun psikis. Yang tergolong faktor eksternal yaitu : 1). Faktor sosial : lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan kelompok. 2). Faktor budaya, yang terdiri atas adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesehatan. Pendapat lain dituliskan oleh Suryabrata (2002), mengemukakan bahwa faktor yang penting dan mendasar yang ikut memberi kontribusi bagi keberhasilan siswa mencapai hasil belajar melalui konsentrasi belajar yaitu a), faktor dari individu meliputi kondisi psikologis yang mencakup minat, kecerdasan dan motivasi serta kondisi fisiologis seperti kesehatan, pendengaran dan penglihatan, b), faktor instrumen dapat berupa perangkat kelas seperti gedung, alat praktikum dan perangkat lunak seperti kurikulum dan program pedoman belajar, c), faktor lingkungan yang mencakup lingkungan alami seperti suhu, kelembaban udara dan sosial, d), bahan dan hal dipelajari meliputi : belajar, bahasa, rangkaian huruf, dan bahan belajar. Penelitian pada anak sekolah yang tinggal di daerah kekurangan yodium menunjukkan prestasi sekolah dan IQ kurang dibandingkan dengan kelompok umur yang sama yang berasal dari daerah yang berkecukupan yodium. Dari sini dapat disimpulkan kekurangan yodium mengakibatkan keterampilan kognitif rendah. Semua penelitian yang dikerjakan di daerah kekurangan yodium memperkuat adanya bukti kekurangan yodium dapat menyebabkan kelainan otak yang berdimensi luas, (Khomsan, 2003).
Ilmiah Nasional Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) 2001, Semarang, Jurnal GAKY Indonesia, Vol. 1, No. 1. April 2002, hal. 1 - 7.
SIMPULAN 1. Hasil uji fisik telur ayam pada saat perendaman dengan konsentrasi KY 10% tidak terdapat perubahan warna, aroma, tekstur telur. 2. Hasil uji kandungan iodium pada konsentrasi KY 10% yaitu 18,89 ppm. 3. Tidak terdapat pengaruh suplementasi yodida pada telur ayamterhadap asupan protein siswa. 4. Terdapat pengaruh suplementasi yodida pada telur ayamterhadap asupan zat iodium. 5. Terdapat pengaruh suplementasi yodida pada telur ayamterhadap konsentrasi belajar siswa.
5.
Depkes R.I, (1997). Pedoman Distribusi Kapsul Minyak Beryodium Bagi Wanita Usia Subur, Jakarta.
6.
Djokomoeljonto, (2002). Evaluasi Masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di Indonesia, Jurnal GAKY Indonesia, Vol.3, No. 2, Ed. Desember 2002, hal. 31-34.
7.
Emilia, E., (2003). Tiga Belas Pesan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) Sebagai Pedoman Untuk Hidup Sehat, Makalah Pengantar Falsafah Sains Program Pasca Sarjana, IPB, Bogor.
8.
Harini S., (2002). Manajemen PMT JPS-BK dan Dampaknya Terhadap Status Gizi Baduta, Studi Evaluasi Di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Pangan dan Gizi: Masalah, Program Intervensi dan Teknologi Tepat Guna, Penerbit; DPP Pergizi Pangan Indonesia bekerjasama dengan Pusat Pangan, Gizi dan Kesehatan UNHAS, Makasar.
9.
Gibson, R. S., (1990). Principles of Nutritional Assessment, New York: Oxford University Press.
SARAN 1.
2.
Hasil penelitian ini kiranya dapat diaplikasikanpada program penanggulangan masalah kekurangan zat gizi iodium melalui suplementasi KY pada telur ayam. Perlu penelitian lebih lanjut guna menganalisis sumbangan protein, pada asupan makanan normal dan diet.
DAFTAR PUSTAKA 1.
Almatsier, S., (2001). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
2.
Atmarita dan Fallah T.S. (2004). Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII, Direktorat Gizi Masyarakat, Departemen Kesehatan, Jakarta.
3.
4.
Aritonang, & Evawati Y., (2003), Dampak Defisiensi Yodium Pada Berbagai Tahapan Perkembangan Kehidupan Manusia dan Upaya Penanggulangannya, Program Pasca Sarjana/S3 ITP Bogor. Dunn, John, T. (2001). The Global Challenge of Iodine Deficiency, Kumpulan Naskah Pertemuan
10. Glasser, A. J., Zimmerman, I.L., (1972). Chemical Interpretation of the Wechler Intelligence Scale for Children (WISC), Genue and Stratton Inc, New York. 11. Hadju, V., (2001). Analisis Status Gizi Anak Sekolah Dasar yang Mendapat Program Pemberian Makanan Tambahan Pada Anak Sekolah (PMTAS) Di Sulawesi Selatan, Jurnal Epidemiologi Indonesia; 2001. 5 : 2 : 24 –30.
12. Hartati, S., (2000). Evaluasi Dampak Proram Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMTAS) Terhadap Status Gizi Di Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul, Tesis Pasca Sarjana Program Studi IKM Minat Utama Manajemen Pelayanan Kesehatan, UGM, Yogyakarta. 13. Kartono, D., & Soekarti, M. (2004). Angka Kecukupan Mineral : Besi, Yodium, Seng, Mangan, Selenium. Dalam : Prosiding Widyakarya Pangan dan Gizi VIII. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Jakarta : LIPI. p. 375-392. 14. Kapil, U. (2000). Assessment of Iodine Deficiency Disorders In Meerut District, Uttar Pradesh, Asia Pacific Jurnal Of Clinical Nutrition, Vol.9, No. 2, hal. 99 – 101. 15. Khomsan, A. (2003). Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 16. Lemeshow, S., Hosmer, Jr., D.W., Klar, J., (1990). Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. Pramono, D., (1997). (alih bahasa), Yogyakarta, Gadjah Mada University Press. 17. Prihartini S, dan Syarifudin Latinulu (2002). Pengaruh Status Gizi Terhadp Kadar Yodium Urin Setelah Pemberian Kapsul Yodium Pada Anak Sekolah Dasar Di Daerah Gondok Endemik, Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Food and Nutrition Research) Depkes R I, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Bogor. 18. Soekirman, (2004). Ilmu Gizi dan Aplikasinya Untuk Keluarga dan Masyarakat, Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
19. Saidin, S., Krisdinamurtirin, Y., Murdiana, A., Moecherdiyantiningsih, Karyadi, L.D., Murni,S., (1991). Hubungan Kebiasaan Makan Pagi Dengan Konsentrasi Belajar, (pp 60–73). 20. Sibuea, P., (2002). Perbaikan Gizi Anak Sekolah Sebagai Invests SDM, Artikel Perkembangan Anak, 9 September 2002, Jakarta. 21. Soeida, N.L., (2002). Kurang Gizi : Salah Satu Penyebab Menurunnya Tingkat Kecerdasan Dan Upaya Penanggulangannya, Makalah Pengantar Falsafah Sains Program Pasca Sarjana, IPB, Bogor. 22. Soemantri, A.G., (2008). Hubungan Anemi Kekurangan Zat Besi DenganKonsentrasi Dan Prestasi Belajar, UNDIP, Semarang. 23. Suryabrata,S. (2002). Psikologi Pendidikan. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Grafindo Persada 24. Sulistijani, (2001). Menjaga Kesehatan Bayi dan Balita. Jakarta: Puspa Swara 25. Syah, M. (2004). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya. 26. Thaha A. R, Dachlan, M.Dj. dan Jafar N. (2001). Analisis Faktor Risiko Coastal Goiter, Jurnal GAKY Indonesia, Vol.1, No.1, Ed. April 2002, hal. : 9 – 17. 27. WHO, (2001). Assessment of Yodione Deficiency Dicorders and Monitoring ther Elimination, a guide for programme managers, second edition. 28. Widyakarya, (1998). Pangan dan Gizi, LIPI, Jakarta.