SUPERMANPENKO UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN KEPALA SEKOLAH DALAM MEMPERSIAPKAN AKREDITASI DI SDN NUSOWUNGU WILAYAH BINAAN KECAMATAN NUSOWUNGU KABUPATEN CILACAP TAHUN 2014 Supandi Pengawas TK SD Kabupaten Cilacap Email:
[email protected] Abstract The formulation of this research is how the implementation process of supermenko improve the ability of principals in the management of school administration to prepare for accreditation, how to increase the ability of schools and teachers in the administration to prepare for accreditation, how to change the behavior of principals and teachers after using supermenko, how principals and teachers response after the implementation supermenko in management of administration to prepare the implementation of accreditation in the target area in academic year 2014/2015. This study consisted of two cycles. There is an increase in the ability of the principal in the administrative management of the accumulated results of the first cycle is 53% for the eight national education standards and the second cycle is 86%. There is change in the behavior of principals and teachers in preparing teaching administration. Keywords: managerial supervision, cooperative approach, the principal skills, accreditation. Di dalam Peraturan. Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) disebutkan bahwa setiap sekolah secara bertahap harus dikembangkan untuk menuju kepada pencapaian standar yang dijadikan patokan ini. Apabila sebuah sekolah telah mampu mencapai standar mutu yang bersifat nasional, diharapkan sekolah tersebut secara bertahap mampu mencapai mutu yang kompetitif secara Internasional. Untuk penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan maka Pemerintah Indonesia sejak tahun 2005 dan tertuang dalam Pasal 2 ayat 2 Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 Untuk penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan maka Pemerintah melakukan 3 cara :
evaluasi, akreditasi dan sertifikasi. 1) evaluasi, yang dilaksanakan upaya melakukan Ujian Nasional yang dilakukan oleh lembaga Independen yang dikenal dengan Badan Standar Nasional Pendidikan yang sering disingkat BSNP, (2) akreditasi yang pelaksanaanya dilakukan oleh Badan Akreditasi Nasional yang kemudian ditingkat propinsi dilaksanakan oleh Badan Akreditasi Sekolah, karena jumlahnya banyak maka tiap Kabupaten / Kota dilakukan oleh Unit Pelaksana Akreditasi (UPA) dan 3) sertifikasi untuk Pendidikan Dasar dilakukan oleh Perguruan Tinggi. Akreditasi satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah jalur formal dilakukan oleh Badan Akreditasi Nasional Sekolah / Madrasah (BAN-S/M), terhadap delapan komponen, yaitu : 1117
1118
JPPI, Jilid 7, Nomor10, Edisi Pebruari 2015, hlm: 1021-1147
(1) Standar isi (2) Standar Kelulusan (3) Standar Proses (4) Standar pendidik dan Tenaga kependidikan (5) Standar sarana prasarana (6) Standar pengelolaan (7) Standar Pembiayaan (8) Standar Penilaian. Untuk dapat mencapai sekolah sesuai standar yang diharapkan kepala sekolah dituntut memiliki kompetensi manajerial, yaitu kemampuan kepala sekolah yang baik dalam pengelolaan dan administrasi sekolah (Permendiknas No.13/2007), begitu pula staf dan guru yang mendapatkan tugas tambahan membantu kepala sekolah perlu memahami administrasi sekolah. Sekolah Dasar Negeri Nusowungu adalah sekolah yang jumlah siswanya termasuk gemuk dan jumlah gurunya cukup banyak karena SD Negeri Nusowungu merupakan sekolah yang terletak di wilayah Kecamatan Nusowungu yang akan menghadapi akreditasi tahun 2014 ini, sedangkan administrasi sekolah tersebut belum siap dengan perangkat sebagai data pendukung akreditasi, data yang dimaksud data tahun pelajaran 20102011, 2011-2012, dan program tahun 2013 Sudah banyak administrasi yang dilakukan guru-guru dan kepala Sekolah diwilayah Kabupaten Magelang dalam melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang sudah dilaksanakan sejak tahun ajaran 2011-2012, namun secara proses maupun prosedur masih belum mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. Melihat kondisi di atas maka sebagai pengawas diwilayah tersebut membantu meningkatkan kemampuan kepala sekolah, staf dan guru sebagai pembantu kepala
sekolah dalam pengelolaan dan administrasi, pengawas sekolah melakukan upaya pembinaan melalui kegiatan supervisi manajerial yang dilakukan dengan pendekatan kooperatif. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) bagaimanakah proses pelaksanaan supervlsl manajerial dalam upaya meningkatkan kemampuan Kepala Sekolah dasar Nusowungu dalam pengeloaan dan administrasi sekolah dalam mempersiapkan akreditasi sekolah? (2) bagaimanakah peningkatan kemampuan Kepala sekolah mampu meningkatkan kemampuan kepala sekolah dalam pengelolaan mengelola administrasi di Sekolah Dasar Negeri Nusowungu. (3) bagaimanakah perubahan perilaku kepala sekolah dan guru setelah dilakukan supervise manajerial. (4) bagaimanakah tanggapan guru dan kepala sekolah setelah dilaksanakan supervise manajerial. Penelitian bertujuan untuk (1) mendiskripsikan proses pelaksanaan Superman Penko dalam meningkatkan kemampuan Kepala Sekolah dalam pengelolaan administrasi sekolah. (2) Mengetahui peningkatan kemampuan kepala sekolah dalam pengelolaan administrasi sekolah. (3) Mendiskripsikan perubahan tingkah laku kepala sekolah dan guru setelah pelaksanaan superman Penko dalam pengelolaan administrasi sekolah. (4) Mendiskripsikan tanggapan kepala sekolah dan guru setelah dilaksanakan superman Penko. Melihat sejauhmana upaya meningkatkan kemampuan Kepala Sekolah Dasar Negeri Nusowungu dalam pengeloaan administrasi sekolah.
Supandi, Supermanpenko Untuk…
Apakah supervise manajerial dengan pendekatan kooperatif mampu meningkatkan kemampuan kepala sekolah khususnya, staf dan guru umumnya dalam pengelolaan administrasi di Sekolah Dasar Negeri Nusowungu Unit pelaksana tehnis pendidikan dan olah raga Kecamatan Nusowungu Kabupaten Cilacap dalam rangka mempersiapkan akreditasi sekolah. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana peran Kepala Sekolah dalam memberikan motivasi dan menggerakkan guru-guru dan tenaga kependidikan di satuan pendidikan dalam mempersiapkan administrasi sekolah. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Supervisi Manajerial: Supervisi adalah segala bantuan profesional dan para pemimpin sekolah, yang tertuju kepada perkembangan kepemimpinan guruguru dan personel sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Supervisi dilihat dari sumbyeknya dapat digolongkan menjadi dua yaitu supervisi manajerial dan supervisi akademis (Ngalim Purwanto, 1997 :76). Supervisi Manajerial adalah salah satu kompetensi pengawas untuk menguasai metode dan teknik supervisi dan aplikasinya dalam membina kepala sekolah dan staf sekolah agar dapat meningkatkan kualitas administrasi dan pengelolaan sekolah; membina kepala sekolah dalam pengelolaan dan penyelenggaraan satuan pendidikan berdasar manajemen peningkatan mutu pendidikan di sekolah; mendorong guru dan kepala sekolah dalam merefleksikan hasil-hasil yang
1119
dicapainya untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dalam melaksanakan tugasnya di sekolah; memantau pelaksanaan standar nasional pendidikan dan memanfaatkan hasil-hasilnya untuk membantu kepala sekolah untuk mempersiapkan akreditasi sekolah. Pendekatan Kooperatif: Supervisi dengan pendekatan kooperatif diadaptasi oleh peneliti dan model pembinaan sekolah oleh PPPG Tertulis Bandung yang dipadukan dengan pendekatan kolaboratif dan model pembelajaran kooperatif. Supervisi manajerial dengan pendekatan kooperatif dimaksudkan adalah supervisi pembinaan yang menyertakan warga sekolah secara aktif bersama-sama mencari kekurangan disekolahnya dan secara bersama-sama pula memperbaiki kekurangan tersebut. Kekurangan dicari menggunakan instrumen yang telah ditentukan. Pada pengawasan kooperatif warga sekolah bekerja dalam kelompok kelompok kecil terdiri dari yang 2-5 orang sesuai bidang tugasnya, untuk menuntaskan pekerjaan yang belum selesai, penuntasan pekerjaan dilakukan melalui beberapa tahap (siklus) yang berulang sampai seluruh pekerjaan dapat diselesaikan. Pengawas sekolah/ supervisor berfungsi sebagai nara sumber, dan konselor. Kegiatan pada pengawasan kooperatif dilakukan dengan Iangkah-langkah sebagai berikut: (a) melaksanakan Monitoring/ Evaluasi Awal untuk mengetahui kondisi awal sekolah, (b) menganalisis hasil ME awal, (c) membuat rencana tindakan / action plan, (d) melaksanakan pembinaan oleh nara sumber (pengawas), dan (e) melaksanakan tindakan oleh kelompok kerja, dan
1120
JPPI, Jilid 7, Nomor10, Edisi Pebruari 2015, hlm: 1021-1147
(f) merefleksi hasil kegiatan. Kegiatan dilakukan berulang dua kali (siklus) sehingga masalah / hal yang belum selesai dikerjakan dapat diselesaikan. Ketrampilan Kepala Sekolah: Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 13 tahun 2007 disebutkan bahwa kepala sekolah harus memiliki lima kompetensi yaitu: (a) kompetensi kepribadian, (b) kompetensi manajerial, (c) kompetensi kewirausahaan, (d) kompetensi sosial, dan (e) kompetensi sosial. Kompetensi manajerial / pengelolaan adalah kemampuan kepala sekolah dalam: (1) menyusun perencanaan sekolah, (2) mengembangkan organisasi sekolah, (3) memimpin sekolah, (4) mengelola perubahan dan pengembangan sekolah, (5) menciptakan budaya dan iklim sekolah. (6) mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal. (7) Mengelola sarana prasarana. (8) Mengelola hubungan sekolah dengan masyarakat. (9) Mengelola peserta didik. (10) Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran. (11) Mengelola keuangan sekolah sesuai dengan prinsip pengelolaan. (12) Mengelola ketata usahaan sekolah. (13) Mengelola system informasi sekolah, memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran. (14) Mengelola unit layanan khusus sekolah. (15) Melakukan monitoring evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah. Akreditasi: PP 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 86 : Perlu
dilakukan AKREDITASI terhadap kelayakan setiap satuan / program pendidikan. Sedangkan pasal 91 : untuk dapat menyelenggarakan pendidikan yang bermutu, setiap satuan / program pendidikan wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan. Penjaminan mutu pendidikan dilakukan oleh lembaga independen yang ditunjuk oleh pemerintah dan saat ini dikelola oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Indicator Operasional BAN-S/M telah menetapkan indikator untuk SMP/MTs dengan mengacu operasional 8 standar nasional pendidikan menjadi 169 instrumen yang dapat dijabarkan: (1) Standar isi yang dijabarkan menjadi 17 instrumen, (1 – 17). (2) Standar proses yang dijabarkan dalam 12 instrumen (18-29). (3) Standar kompetensi lulusan yang dijabarkan 20 instrumen (30-49). (4) Standar pendidik dan tenaga kependidikan 26 instrumen (50-75). (5) Standar sarana dan prasarana 28 instrumen (76-103). (6) Standar pengelolaan 20 instrumen (104-123). (7) Standar pembiayaan 25 instrumen (124-148). (8) Standar penilaian 21 instrumen (149-169) Hipotesis Tindakan: Diduga dengan melaksanakan supervisi manajerial dengan pendekatan kooperatif dapat meningkatkan kemampuan Kepala sekolah dan staf guru dalam pengelolaan dan administrasi sekolah untuk mencapai tujuan pembelajaran yang terarah dan terstandar. Kerangka Berpikir: Berdasarkan landasan teoritis yang telah dipaparkan diatas, dapat dikemukakan kerangka berpikir pada penelitian tindakan sekolah dimulai dengan pencermatan awal dengan
Supandi, Supermanpenko Untuk…
Monitoring Evaluasi pratindakan yang meliputi Komponen KBM, administrasi dan manajemen, administrasi kelembagaan tidak dilaksanakan seluruhnya. Penyebab adalah kemampuan pengelolaan dan administrasi kepala sekolah masih rendah. Dari data awal tersebut direncanakan tindakan dengan tahapan merencanakan tindakan 1 dengan melaksanakan supervise manajerial dengan pendekatan kooperatif, dimana tenaga yang ada disekolah dikelompokkan berdasar komponen untuk mencermati masing-masing standar, kemudian hasil dibahas dengan kepala sekolah dan penanggung jawab standar, setelah dirasa masih ada kekurangan maka direncanakan monitoring tahap II. METODE PENELITIAN Penelitian dan pembinaan dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Nusowungu, yang terletak di Kecamatan Nusowungu Kabupaten Cilacap. Subyek tindakan adalah Kepala Sekolah, Staf Tata Usaha dan Guru yang diberi tugas membantu kepala sekolah. Jumlah seluruh subyek tindakan 16 orang untuk tiap sekolahnya. Siklus I dilaksanakan pada 2 juni s.d. 9 juni 2014 ; siklus II dilaksanakan pada 11 juni s.d. 23 juni 2014; dan penyusunan laporan 25 Juli s.d 25 Nopemberber 2014. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam dua siklus adalah: Siklus I: (a) Rencana Tindakan (Planning), dalam tahap perencanaan disiapkan hal-hal sebagai berikut: (1) Melakukan kesepakatan-kesepakatan dengan pihak sekolah, tentang waktu peneiitian, dan menentukan jadwal kegiatan selanjutnya. (2)
1121
Menyiapkan instrumen-instrumen yang digunakan. (3) Menentukan pembagian kelompok kerja (pokja) sesuai dengan bidang yang akan dikerjakan. (4) Pengawas melaksanakan pembinaan awal tentang pengelolaan sekolah. (5) Pengawas menjelaskan cara pengisian Instrumen Monitoring Evaluasi. (6) Melaksanakan Monitoring Evaluasi (ME) I dengan instrumen yang telah ditentukan, ME dilakukan oleh kelompok kerja untuk mengetahui data awal sekolah. (b) Pelaksanaan Tindakan (Action), pada tahap ini dilaksanakan pendampingan pada kelompok kerja (pokja) untuk melaksanakan kegiatan sebagai berikut: (1) Menganalisis hasil ME I, (2) Menyusun rencana tindakan / action plan l. (3) Pengawas melaksanakan pembinaan substansi hasil ME. (c) Pengamatan (Observation), pada tahap pengawas sekolah mendampingi pokja dalam menetapkan hasil penilaian indikator; mengamati kegiatan-kegiatan yang dilakukan pokja dalam menyelesaikan yang tercantum dalam rencana kerja / action plan. Mencatat dan mendokumentasikan kejadian sebagai data-data penelitian. Pengawas berdiskusi dengan pokja tentang kesulitan yang dihadapi pokja dalam penyelesaian pekerjaan. (d) Refleksi (Reflection), pada akhir siklus diadakan refleksi hasil tindakan yang telah direncanakan sesuai rencana tindakan / action plan. Refleksi ini dimaksudkan agar peneliti dapat mengetahui kendala-kendala yang mungkin dihadapi pokja dalam menyelesaikan tugas-tugasnya sesuai rencana tindakan / action plan. Pada bagian ini pengawas melakukan
1122
JPPI, Jilid 7, Nomor10, Edisi Pebruari 2015, hlm: 1021-1147
pembinaan kepada anggota pokja, untuk tindakan selanjutnya. Siklus II: Kegiatan tindakan pada sikius II dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaanpekerjaan yang belum selesai pada siklus I. Tahapan yang dilakukan adalah sama seperti pada siklus I: (a) Rencana Tindakan (Planning), dalam tahap perencanaan disiapkan hal-hal sebagai berikut: (1) Menyiapkan instrumen-instrumen yang digunakan untuk ME II. Instrumen yang digunakan sama dengan instrumen pada ME I hanya indikatornya yang disesuaikan. (2) Menentukan petugas yang akan melakukan ME II, yaitu pengawas sekolah, kepala sekolah, dan salah satu guru senior serta membentuk kelompok menjadi delapan untuk mempersiapkan. (3) Pengawas melaksanakan pembinaan substansi ME II. (b) Pelaksanaan Tindakan (Action), peneliti / Pengawas sekolah bersama Kepala Sekolah dan dibantu seorang guru senior melaksanakan ME Il untuk mengetahui pekerjaanpekerjaan yang belum diselesaikan pada action plan l. Penyertaan kepala sekolah dan guru dimaksudkan agar mereka mengambil pembelajaran. Pada kegiatan ini juga dilakukan pembinaan-pembinaan. (c) Pengamatan (Observation), pada tahap ini pengawas sekolah dan kepala sekolah dibantu seorang guru senior melaksanakan analisis hasil ME II. Kegiatan selanjutnya sama dengan kegiatan pada siklus I. (d) Refleksi (Reflection), pada akhir kegiatan dilakukan refleksi, ini dimaksudkan agar peneliti dapat mengetahui kendala-kendala yang mungkin dihadapi pokja dalam menyelesaikan tugas-tugas sesuai
action plan Il. Pada bagian ini pula pengawas melakukan pembinaan kepada pokja. Kegiatan akhir melaksanakan ME III untuk menyimpulkan hasil penelitian Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumen dengan melihat bukti fisik yang ada dan wawancara. Alat pengumpulan data berupa instrumen Monitoring Evaluasi (ME) diadaptasi dari Instrumen Evaluasi Diri Akreditasi Sekolah BAN Sekolah/Madrasah. Instrumen terdiri dari delapan jenis, yaitu: (1) Instrumen ME Standar Isi (17 indikator). (2) Instrumen ME Standar Proses (12 indikator), (3) Instrumen ME Standar Kompetensi Lulusan (19 indikator). (4) Instrumen ME Pendidik dan Tenaga Pendidikan (25 indikator). (5) Instrumen ME Sarana dan Prasarana (28 indikator). (6) Instrumen ME Pengelolaari (19 indikator). (7) Instrumen ME Pembiayaan (24 indikator). (8) Instrumen ME Standar Penilaian (20 indikator) Instrumen menggunakan skor 4, 3, 2, 1, dan 0. Skor rata-rata dari petugas diinterprestasikan sebagai berikut: (1) skor 4: dilaksanakan dengan Iengkap. (2) skor 3: telah dilaksanakan. (3) skor > 2,5 - 2,9: katagori baik namun masih ada beberapa kekurangan. (4) skor 0 -:5 2,5: katagori kurang/ tidak Iengkap pengerjaannya. Validasi Data digunakan stratagi Trianggulation Data (trianggulasi data), menggunakan berbagai sumber data untuk meningkatkan kualitas penilaian, suasana, waktu, tumpat, dan jenis (Supardi, 2007). Data yang terkumpul ada dua bentuk yaitu kualitatif dan kuantitatif, sehingga yang berbentuk
Supandi, Supermanpenko Untuk…
data kuantitatif digunakan data analisis data menggunakan analisis diskriftif. Data kualitatif dianalisis dengan menggunakan analisis kategorial dan fungsional melalui model analisis interaktif (interactive model), yakni analisis yang dilakukan melalui komponen analisis: reduksi data, penyandian, dan verifikasi dilakukan secara simultan. Data untuk pengambilan data persiapan akreditasi diadopsi dari tiga instrument dari empat buku petunjuk akreditasi, petunjuk teknis akreditasi, yaitu instrumen pengumpulan data dan informasi pendukung akreditasi yang dikeluarkan oleh badan akreditasi nasional sekolah/ madrasah. Sedangkan tehnik penskoran dan pemeringkatan hasil akreditasi sekolah tidak kita gunakan karena untuk kepentingan akreditasinya. Keberhasilan penelitian tindakan sekolah ini akan menunjukkan terjadinya peningkatan yang signifikan dari ketrampilan kepala sekolah dalam mempersiapkan administrasi dari tiga sekolah untuk delapan standar setelah kondisi pra penelitian dihitung rata-rata hanya tersedia 34% dari administrasi yang diharapkan, dan setelah diadakan supervisi manajerial dengan pendekatan kooperatif data menjadi 53% pada siklus I, dan setelah diadakan supervisi manajerial dengan pendekatan kooperatif tahap 2 meningkat 86 % pada siklus II. HASIL PENELITIAN Pratindakan meliputi studi pendahuluan dengan pengamatan dan studi pencermatan dokumentasi sekolah dan penyusunan rancangan penelitian. Studi pendahuluan berupa
1123
observasi dengan monitoring evaluasi ke sekolah yang akanmelaksanakan akreditasi dengan mencermati pada administrasi yang bersifat komulatif (kumpulan) yang berupa perangkat persiapan pembelajaran yang mencakup program tahunan, program semester, pengembangan silabus dan rpp administrasi bukti pelaksanaan pembelajaran dari masing-masing guru yang dapat berupa catatan mengajar, norma penilaian, dan rancangan penilaian, proses penilaian, dan melakukan analisa penilaian serta melaksanakan tindak lanjut yang berupa perbaikan bagi peserta didik yang belum mencapai batas tuntas dan memberi pengayaan bagi peserta didik yang mencapai nilai tuntas. Melihat data-data sekolah tentang standar prasarana dan sarana yang ada disekolah dan standar pengelolaan yang mencakup persiapan, pelaksanaan, evaluasi program kerja, prosedur kerja dan mekanisme tata laksana kerja untuk standar pengelolaan, baik sekolah maupun ruang penunjang lainya seperti perpustakaan, laboratorium, ruang UKS, ruang tata usaha, ruang organisasi siswa intra sekolah, adminirtasi bimbingan konseling, extra kurikuler dan prosedur barang maupun administrasi yang ada disatuan pendidikan. Dari data yang terkumpul kita masukkan pada tabel dan kita bandingkan dengan tuntutan pada standar-standar yang menjadi tolok ukur akreditasi sekolah, dari administrasi yang ada ternyata dari tiga sekolah memperoleh hasil ratarata untuk standar Isi 35%, standar kompetensi lulusan 24%, standar proses 23,33 %, standar pendidik dan tenaga kependidikan 54,66 %,
1124
JPPI, Jilid 7, Nomor10, Edisi Pebruari 2015, hlm: 1021-1147
standar sarana 35%, standar pengelolaan 23%, standar pembiayaan 25%, standar penilaian 22,66%. Maka peneliti merancang penelitian tindakan sekolah dengan tahap awal mencermati instrumen akreditasi, Petunjuk teknis akreditasi, instrumen pengumpulan data dan informasi pendukung akreditasi, dan tehnik penskoran dan pemeringkat hasil akreditasi dengan cara bersamasama di salah satu sekolah. Penelitian tindakan sekolah ini dirancang untuk tiga (3) sekolah dan masing-masing sekolah dibagi delapan (8) kelompok, dan masingmasing kelompok bertanggung jawab untuk satu standar nasional pendidikan. Siklus satu pencermatan masing-masing standar disertai dengan merekap hasilnya, pada saat ini peran supervisi manajerial dengan pendekatan kooperatif pengawas kepada panitia kecil merekap dan melihat hasil dari capaian persipan administrasi serta membuat alternatif atau Iangkah-Iangkah pada tahap selanjutnya, waktu yang dibutuhkan tiga minggu. Pada sikius I (satu) diperoleh peningkatan persiapan masingmasing standar dibanding dengan sebelum dilakukan superman penko, standar Isi 45%, standar kompetensi lulusan 49%, standar proses 58 %, standar pendidik dan tenaga kependidikan 58%, standar sarana 45%, standar pengelolaan 68%, standar pembiayaan 57%, standar penilaian 52%. Sehingga rata-rata dari delapan standar dengan pendampingan dari sikius satu mencapai 54%, peneliti untuk mengoptimalkan administrasi dan kelengkapannya. Dari hasil sikius satu peneliti mencoba mencermati bersama
dengan kelompok kerja dan melakukan Iangkah-Iangkah kerja dengan melihat instrument akreditasi, petunjuk teknis akreditasi, instrumen pengumpulan data dan informasi pendukung akreditasi, dan tehnik penskoran dan pemeringkat hasil akreditasi dan kemudian menentukan Iangkah bersama dengan delapan kelompok kerja. Dengan bersama mencermati guru dan karyawan merasa Iebih tertantang mencari kelengkapannya karena merasa kerjanya dihargai dan tidak disalahkan tetapi merasa lebih mengerti tuntutan ideal dari yang seharusnya dilakukan. Dengan melakukan siklus 2 ternyata masing-masing standar instrumen pendukungnya lebih lengkap dan hasilnya cukup optimal sesuai dengan kemampuan dan kondisi tiga sekolah tersebut. Untuk hasil standar Isi 94%, standar kompetensi lulusan 88%, standar proses 86 %, standar pendidik dan tenaga kependidikan 78%, standar sarana 75%, standar pengelolaan 88%, standar pembiayaan 87%, standar penilaian 92%. Sehingga rata-rata dari delapan standar dengan pendampingan dari siklus dua mencapai 86%. Berdasar data dari pra siklus siklus I dan siklus II diperoleh hasil bahwa supervisi manajerial dengan pendekatan kooperatif ( Superman penko ) dapat meningkatkan administrasi dalam mempersiapkan akreditasi sekolah, agar nampak peningkatannya maka akan digambarkan didalam grafik untuk per standar pada prasikius, siklus I, siklus II sebagai berikut :
Supandi, Supermanpenko Untuk…
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
1125
standar 1 Standar 2 standar 3 standar 4 Standar 5 standar 6 standar 7 standar 8
Grafik diatas menggambarkan peningkatan data pendukung kelengkapan persiapan akreditasi untuk delapan standar pendidikan balk sebelum adanya supervisi manajerial dan setelah dilakukan.
Dan agar jelas peningkatan untuk keadaan pada prasikius, siklus I dan siklus II untuk rata-rata dari delapan standar akan ditampilkan grafik sebagai berikut :
administrasi 8 standar 100% 80% 60% 40% 20% 0% prasiklus
siklus I
Supervisi Manajerial dengan Pendekatan Kooperatif berdampak positif terhadap sekolah-sekolah yang mempersiapkan administrasi dalam mempersiapkan akreditasi sekolah. Hal tersebut terbukti dari peran aktif Kepala Sekolah, Guru dan tenaga pendidik dalam melaksanakan kegiatan tersebut. Pada pelaksanaan supervisi manajerial dengan pendekatan kooperatif ditemukan beberapa temuan yang ada, yaitu: (1) Supervisi
siklus II
manajerial tidak didominasi oleh pengawas satuan pendidikan saja (instruksi/perintah) atau komunikasi sepihak tetapi ada interaksi yang terjadi dengan kepala sekolah, kepala sekolah dengan guru, kepala sekolah dengan tenaga kependidikan yang lain, guru dengan guru, guru dengan tenaga kependidikan dan terjadi diskusi didalam kelompok kerja, mau pun kelompok kerja yang satu dengan yang lain. (2) Kepala sekolah, Guru dan Tenaga Ke-
1126
JPPI, Jilid 7, Nomor10, Edisi Pebruari 2015, hlm: 1021-1147
pendidikan keaktifpan dalam peran dan fungsinya dalam mempersiapkan akreditasi sekolah meningkat, biasanya dalam pembinaan mereka cenderung mendengarkan saja, tetapi dengan pendekatan kooperatif banyak guru yang saling memberi saran antar sesama untuk penyediaan kelengkapan maupun menyarankan Iangkah-Iangkah kedepan yang harus dan sebaiknya dilakukan di saat-saat mendatang. (3) Penerapan Supervisi Manajerial dengan pendekatan Kooperatif dalam mempersiapkan akreditasi sekolah mampu memberi gambaran yang seharusnya dilakukan guru dan tenaga kependidikan Iainya dalam mendukung tugas dalam melaksanakan kewajibannya. Sehingga para guru menyaclari
pentingnya data pendukung dan bukti bahwa kewajibanya telah dilakukan dengan benar dengan acuan pads peraturan yang ada. PEMBAHASAN Hasil pelaksanan siklus tindakan dari sikius I dan siklus II menunjukkan bahwa pelaksanaan supervisi manajerial dengan pendekatan kooperatif dapat meningkatkan kelengkapan dan tersedianya administrasi maupun data pendukung pada persiapan akreditasi di sekolah.Peningkatanya terjadi ditiga sekolah dan semua standar yang akan dipersiapkan. Dan peningkatan dapat dilihat pada grafik sebagai berikut :
Ketersediaan data 8 standar 90 80
standar 1
70
standar 2
60
standar 3
50
standar 4
40
standar 5
30
standar 6
20 10
standar 7
0
standar 8 awal siklus 1 siklus 2
Grafik diatas memberi infomasi bahwa terjadi peningkatan dari kondisi awal sebelum diterapkan supervisi manajerial dengan pendekatan kooperatif. Awalnya tiga sekolah yang akan diakreditasi data pendukungnya tersedia 30 % saja. Setelah dilakukan pelaksanaan Superman penko pada siklus I ratarata administrasi dari 3 sekolah untuk
8 standar menjadi 54 %, dan pada siklus II meningkat menjadi 86%. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dan masing-masing siklus melalui empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Deskripsi penelitian pada masing-rnasing siklus dapat dijelaskan bahwa sebelum pelaksanaan sikius I, peneliti mengadakan observasi awal/ pra
Supandi, Supermanpenko Untuk…
siklus dengan memonitor kelengkapan data yang ada, di tiga sekolah. Peneliti menemukan masalah di tiga sekolah swasta yang menjadi wilayah binaan yang kan melaksanakan akreditasi. Hal ini dapat dilihat pada kondisi awal yang kesiapan instrument pendukung ratarata dari tiga sekolah baru tersedia 30 %, padahal nilai akreditasi minimal 56 untuk kriteria suatu sekolah terakreditasi. Pada penerapan model pendekatan kooperatif siklus I peneliti akreditasi yang disampaikan bersama. Bahan pembinaan mencakup materi Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan peraturan menteri yang merupakan pedoman, dan materi ini disampaikan pada slang hari dengan pertimbangan guru tidak terganggu melaksanakan tugas pokoknya. Masing-masing sekolah terbagi dalam 4 kelompok besar dan kelompok terbagi lagi menjadi 2 kecil, jadi keseluruhan ada 8 kelompok kerja (pokja). Siklus 1 dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan, pertemuan pertama pencermatan IA, Petunjuk teknis, Data Pendukung. Pertemuan kedua mengisi penskoran untuk masingmasing standar, pertemuan ketiga merekap nilai 8standar kedalam skoring kenmudian dihitung bobot tertimbang untuk masing-masing komponen. SIMPULAN Supervisi manajerial tidak didominasi oleh pengawas satuan pendidikan saja (instruksi/perintah) tetapi ada interaksi yang terjadi dengan kepala sekolah, kepala sekolah dengan guru, kepala sekolah dengan tenaga kependidikan yang lain, guru dengan guru, guru dengan tenaga kependidikan dan terjadi
1127
diskusi didalam kelompok kerja, maupun kelompok kerja yang satu dengan yang lain. Dengan melakukan supervisi manajerial Kepala sekolah, Guru dan Tenaga Kependidikan aktif dalam peran dan fungsinya dalam mempersiapkan akreditasi sekolah meningkat, biasanya dalam pembinaan mereka cenderung mendengarkan saja, tetapi dengan pendekatan kooperatif banyak guru yang saling memberi saran antar sesama untuk penyediaan kelengkapan maupun menyarankan langkah-langkah kedepan yang harus dan sebaiknya dilakukan di saat-saat mendatang. Penerapan Supervisi Manajerial dengan pendekatan Kooperatif dalam mempersiapkan akreditasi sekolah mampu memberi gambaran yang seharusnya dilakukan guru dan tenaga kependidikan lainya dalam mendukung tugas dalam melaksanakan kewajibannya. Memberikan gambaran yang lebih konkrit tentang bentuk administrasi yang mendukung kelancaran tugas. SARAN Berdasarkan kesimpulan penelitian ini, penulis mengemukan dua saran: (1) Superman Penko (supervisi manajerial dengan pendekatan kooperatif) perlu diteruskan untuk meningkatkan ketrampilan kepala sekolah dalam mempersiapkan administrasi akreditasi sekolah. (2) Kepala Sekolah hendaknya selalu koordinasi dengan pengawas wilayahnya dalam mempersiapkan instrumen akreditasi lebih dini atau sekurang-kurangnya enam bulan sehingga mendapat pencermatan lebih teliti dan detail. (3) Supervisi manajerial dengan pendekatan kooperatif dapat
1128
JPPI, Jilid 7, Nomor10, Edisi Pebruari 2015, hlm: 1021-1147
dikembangkan dan dilakukan oleh kepala sekolah untuk menggerakkan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang ada di sekolah. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsini, 1996. Prosedur Penelidan suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta. Popham W.J dan Gronlund, ME (1995) Classroom Assessment, What Teachers Need to Know, Boston; Allyn & Bacon. Ngalim Purwanto, 1997. Supervisi, manajerial dan Supervisi Akademis. Peraturan Pemerintah no 19 tahun 2005 tentang Standar nasional Pendiikan.
Permendiknas No 22 th 2006, tentang Standar Isi, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. Permendiknas No 23 th 2006, tentang Standar Kompetensi Lulusan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta Permendiknas No 41 th 2007, tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan dasar dan Menengah, Badan Standar Nasioal Pendidikan. Permendiknas No 20 tentang Penilaian, Pendidikan
th
2007, Standar Menteri Nasional.