Kuliah 2
SUMBERDAYA LAHAN INDONESIA
Luas Wilayah
: 600 Juta Ha
Jumlah G.Api
: 130
Luas Daratan
: 191 Juta Ha
Luas Rawa
Luas Lautan
: 419 Juta Ha
Lahan Berlereng
: 88 Juta Ha
Jumlah Pulau
: 17 Ribu
Lahan Marginal
: 126 Juta Ha
Panjang Pantai
: 80 Ribu Km
Penduduk
: 29 Juta Ha
: 220 Juta
NERACA KAWASAN LINDUNG – BUDIDAYA DAN PENGGUNAAN TANAH DI INDONESIA DAN JAWAJAWA-BALI
Indonesia
Lindung Non Hutan 7%
Jawa Bali
Lindung Non Hutan 10%
Lindung Hutan 29%
Budidaya Hutan 37%
Budidaya Hutan 12%
Lindung Hutan 8%
Budidaya Non Hutan 27% Budidaya Non Hutan 70%
KARAKTERISTIK LAHAN MARGINAL DI INDONESIA (2003) No 1.
Kategori Sifat Lahan Lereng Curam -Perbukitan <500 m Sangat Tertoreh -Pegunungan <500 m Cukup Tertoreh -Pegunungan <500 m Sangat Tertoreh
Luas Lahan ( Juta Ha) Sumatera
Jawa/Bali
Kalimantan
Sulawesi
Maluku/NT
Papua
Jumlah 88,18
4,43
3,58
3,99
2,60
4,05
3,14
21,79
0,81
1,25
8,05
3,34
4,50
12,28
30,24
9,99
1,65
10,47
8,00
2,44
3,61
36,15
2.
Tanah Dangkal
0,05
0,24
0,52
0,37
1,33
0,32
2,83
3.
Drainase Buruk
6,09
2,36
4,27
1,69
0,85
6,78
22,04
4.
Tekstur Kasar
0,33
0,17
0,80
0,16
0,22
0,16
1,84
5.
Tekstur Liat Berat
-
0,59
-
0,04
0,21
-
0,84
6.
Kesuburan Rendah
14,85
1,72
17,74
1,29
0,45
6,60
42,65
7.
Salinitas
0,46
0,13
0,52
0,18
0,48
0,41
2,17
8.
Sulfat Masam
0,86
0,06
1,01
0,22
0,24
1,72
4,11
9.
Gambut
6,29
-
4,94
0,15
-
4,70
16,08
LUAS GOLONGAN TANAH DI INDONESIA (2003) NO.
GOLONGAN TANAH
LUAS (JUTA HA)
1.
HISTOSOLS
16,266
8,52
2.
ENTISOLS
25,815
13,52
3.
INCEPTISOLS
80,721
42,27
4.
ULTISOLS
38,669
20,25
5.
OXISOLS
8,140
4,26
6.
ALFISOLS
0,553
0,28
7.
MOLLISOLS
4,721
2,47
8.
SPODOSOLS
1,694
0,89
9
ANDISOLS
2,581
1,35
10.
VERTISOLS
0, 0,820 820
0,43
11.
LAINNYA
1,001
0,52
190,983
100,00
JUMLAH
%
LUAS RAWA DAN LAHAN KERING DI INDONESIA (2003) No.
Pulau
Rawa (Juta Ha)
1.
Sumatera
8,50
20,05
2.
Kalimantan
8,69
30,01
3.
Sulawesi
0,16
14,68
4.
Irian Jaya
11,51
21,82
28,86
86,20
Jumlah
Lahan Kering (>15%) (Juta Ha)
LUAS LAHAN MARGINAL (JUTA HA) DI INDONESIA (2003) KELAS KEMAMPUAN LAHAN NO.
PULAU
JUMLAH IV
V
VI
1.
JAWA/BALI/MADURA
0,21
2,47
3,52
6,20
2.
SUMATERA
7,78
26,30
5,21
39,29
3.
KALIMANTAN
1,32
23,29
13,26
37,87
4.
SULAWESI
1,97
2,11
3,43
7,51
5.
PAPUA
1,14
17,76
6,69
25,59
6.
NUSA TENGGARA
2,07
2,20
0,42
4,69
7.
MALUKU
1,11
3,43
1,21
5,75
15,51
77,54
33,73
126,77
J U M LAH
SISTEM PERTANIAN DI INDONESIA I. PERLADANGAN BERPINDAH
(EXTENSIVE SHIFTING CULTIVATION ) II. PERTANIAN INTENSIF MEMENUHI
KEBUTUHAN SENDIRI
(INTENSIVE SUBSISTANCE AGRICULTURE ) III. PERTANIAN KOMERSIAL
(COMMERCIAL AGRICULTURE )
I. Perladangan Berpindah (Extensive Shifting Cultivation) Pertanian ekstensif dg
merambah hutan. Sistem rotasi pada lahan kering berlereng. Pertanian primitif (tebang, tebas, bakar & tanam). Komoditas terbatas. Tanpa input pertanian. Tk. erosi tinggi menimbulkan lahan kritis.
II. Pertanian Intensif Memenuhi Kebutuhan Sendiri (Intensive Subsistance Agriculture) Pertanian dilakukan secara
intensif pd lahan basah atau kering. Pertanian secara intensif (monokultur atau tumpangsari). Menggunakan input pertanian. Komoditas umumnya terdapat di pasaran. Tingkat erosi relatif tergantung pengelolaannya.
III. Pertanian Komersial (Commercial Agriculture) Pertanian dilakukan sangat
intensif pd lahan kering dg areal luas. Pengelolaan secara modern dg input pertanian tinggi. Pertanian komersial dg komoditas bernilai ekonomi tinggi. Sistem pertanian berkelanjutan dg tingkat erosi rendah.
KONSERVASI TANAH Usaha penggunaan tanah secara efisien dan efektif sesuai dengan kemampuannya agar dicapai produktivitas pertanian secara optimal dan berkelanjutan.
Mencegah kerusakan tanah akibat erosi. - Memperbaiki tanah rusak & pemulihan tanah kritis. - Meningkatkan produktivitas tanah; pemanfaatan tanah rawa, pasang surut & reklamasi tanah bergaram. - Menetapkan kelas kemampuan lahan beserta dg tindakan / perlakuannya agar lahan dapat digunakan selama-lamanya. -
Usaha penggunaan air secara efisien dan efektif sesuai dengan penggu-naannya agar di-capai produktivitas pertanian yang berkelanjutan.
Memelihara
jumlah dan kualitas air me-lalui pengelolaan tanah dan tanaman yang baik. Pengaturan waktu ali-ran untuk mencegah banjir dan kekeringan. Pemanfaatan air secara maksimum dg cara yg efisien.
Kehilangan Tanah Akibat Erosi
Pengaruh Produktivitas Tanah (%) Terhadap Kedalaman Tanah Tererosi (cm)
Pengaruh Erosi Terhadap Hasil Padi Ladang (GKP) (100 Kg/Ha) 12 10 8 Slope8-15%
6
Slope15-25% 4 2 0 1
2
3
4
5
6
7
8
Th
Tanaman Semusim < 20 Cm Tanaman Tahunan > 50 cm
Muka Air Tanah/ Simpanan Air Tanah
Degradasi Tanah Penurunan produktifitas lahan akibat erosi yg merusak sifat fisik, kimia dan biologi tanah sehingga menimbulkan lahan-lahan kritis Degradasi Tanah
Sifat Fisik Tanah Rusak
Sifat Kimia Tanah Rusak
Sifat Biologi Tanah Rusak
LAHAN KRITIS FISIK--TEKNIS FISIK
LAHAN KRITIS HIDRO--OROLOGIS HIDRO
LAHAN KRITIS SOSIAL--EKONOMI SOSIAL EKONOMI
ASPEK KRITERIA
LAHAN KRITIS • Lahan tidak/kurang produktif dr segi pertanian. • Lahan dengan pengelolaan/penggunaan tidak mempermemperhatikan daya dukung, kemampuan dan konservasi tanah.
ASPEK TK. KERUSAKAN FISIK
LAHAN POTENSIAL KRITIS
LAHAN SEMI KRITIS
LAHAN KRITIS
DEGRADASI LAHAN 18 Juta Ha Degradasi Lahan (7 Juta Ha Potensial Kritis, 6 Juta Ha Semi Kritis dan 4,9 Juta Ha Kritis).
Deptan. :
13,2 Juta Ha Lahan Kritis (5,9 Juta Ha di Dalam Hutan dan 7,3 Juta Ha di Luar Hutan).
Dephut. :
BPS :
38,6 Juta Ha Lahan Terdegradasi.
Laju Degradasi Tanah
LAJU PENINGKATAN DAS KRITIS DI INDONESIA 1010 1100 1120 1130
1180 5090 4010 1260 2010 2020 2040 2050 2100 2080 2090
5150 5160 5170
22 DAS Kritis Super Prioritas (1984)
2120 21302140
1010 1100 1120 1130
1180 5090 4010 1260 2010 2020 2040 2050 2100 2080 2090
5150 5160
39 DAS Kritis Super Prioritas (1992)
5170
2120 21302140
62 DAS Kritis Super Prioritas (2005)