SUMBER SUMBER PERTUMBUHAN SEKTOR TRANSPORTASI DAN DISPARITAS EKONOMI WILAYAH DI INDONESIA
DISERTASI
BUDI HIDAYAT
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
i
SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam disertasi saya yang berjudul :
SUMBER SUMBER PERTUMBUHAN SEKTOR TRANSPORTASI DAN DISPARITAS EKONOMI WILAYAH DI INDONESIA merupakan gagasan atau hasil penelitian disertasi sendiri, dengan bimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan dengan rujukannya. Disertasi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di Perguruan Tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan dengan jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, Januari 2012
BUDI HIDAYAT Nrp. A 161040184
i
ABSTRACT
BUDI HIDAYAT. Sources of Growth of Transportation Sector and Regional Economic Disparities in Indonesia (ARIEF DARYANTO, as Chairman, MANGARA TAMBUNAN and HERRY SUHERMANTO, as a Members of the Advisory Committee). Indonesia consists of many islands and has an advantage of being located in a strategic region. However, this advantage will not increase balanced regional economic growth by itself. Due to increasing world trade liberalisation there is significant competition to Indonesian products in the global market. Therefore, the role of transportation to encourage connectivity between regions in Indonesia is important and requires identification of the sources of growth within the transport sector. The objective of this study is to analyze the role transportation plays in creating regional economic disparities and structural change by using interregional input-output analysis. Regions to be analysed include five regions namely Sumatra, Java-Bali, Kalimantan, Sulawesi, and the remaining areas which make up Indonesia (ROI). Data used in this analysis was from table IRIO 2000 and 2005, which was then aggregated into 9 sectors, while the transport data was disaggregated into 3 sectors. From the research conducted, it can be shown that: growth in the transport sector in Indonesia is still influenced by the magnitude of Final Domestic Demand (DFD), where the largest contribution to DFD is from domestic consumption. Impacts of exports (EE) showed an increase and so does import substitution (IS). However, the influence of technology shows that a variety of transportation sector as shown by the coefficient of technology (TC). But in general, in the Java-Bali, Sulawesi and ROI areas, technology for air transport coefficients show that the value of intermediate inputs was less. This indicates the efficiency of the sector. On the other hand, disparities tend to converge for land transportation or, in other words, more evenly. This study suggests that in order to enhance the role of transport, then the support of private investment should be increased. Also, the technology level should continue to support connectivity between regions in Indonesia. In addition, it should also proceed more detailed study of the sources of growth in transport sector Keywords: Transportation, Sources of Growth, Disparities, Structural Decomposition Analysis.
ii
RINGKASAN BUDI HIDAYAT. Sumber Sumber Pertumbuhan Sektor Transportasi dan Disparitas Ekonomi Wilayah di Indonesia (ARIEF DARYANTO, sebagai Ketua, MANGARA TAMBUNAN dan HERRY SUHERMANTO, sebagai Anggota Komisi Pembimbing). Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dan letak geografisnya yang sangat strategis, maka dalam menghadapi semakin liberalnya perdagangan dunia akan menuntut peningkatan daya saing produk Indonesia di pasar global. Namun keunggulan tersebut tidak akan terwujud dengan sendirinya. Satu hal yang harus diperhatikan adalah peran transportasi dalam menghubungkan pulau pulau tersebut yang mendorong konektivitas antar wilayah di Indonesia dan perlu dipahami dan dirumuskan sumber-sumber pertumbuhan dari sektor transportasi tersebut. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis peran transportasi terhadap disparitas ekonomi wilayah di Indonesia dan perubahan strukturnya dengan menggunakan analisis interregional input-output sedangkan untuk mengetahui sumber sumber pertumbuhannya digunakan extended decomposition analysis. Wilayah yang dianalisa terdiri dari lima wilayah yaitu Sumatera, Jawa-Bali, Kalimantan, Sulawesi dan Indonesia Timur lainnya atau Rest of Indonesia (ROI). Pada penelitian ini transportasi dibagi menjadi tiga sektor yaitu transportasi darat, transportasi laut dan transportasi udara. Data yang digunakan digunakan merupakan data tabel IRIO tahun 2000 dan tahun 2005, yang kemudian diagregasikan menjadi 9 sektor, sedangkan data transportasi didisagregasikan menjadi 3sektor, sehingga sektor yang digunakan sebanyak 12 sektor. Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa: (1) pertumbuhan sektor transportasi di Indonesia masih dipengaruhi oleh besarnya Domestic Final Demand (DFD), dimana kontribusi terbesar dari DFD tersebut merupakan konsumsi rumah tangga. Dampak ekspor (EE) menunjukkan peningkatan dan demikian juga impor substitusi (IS). Namun demikian pengaruh teknologi menunjukkan hal yang beragam terhadap sektor transportasi seperti yang ditunjukkan oleh koefisien teknologi (TC). Secara umum di wilayah Jawa-Bali, Sulawesi dan ROI, koefisien teknologi untuk transportasi udara menunjukkan penurunan, yang berarti bahwa nilai intermediate input mengecil. Hal ini mengindikasikan adanya efisiensi disektor tersebut. Di sisi lain, disparitas cenderung konvergen untuk transportasi darat atau dengan kata lain semakin merata. Penelitian ini menyarankan bahwa untuk meningkatkan peran tranportasi maka dukungan, infrastruktur, investasi, institusi dan sumber daya manusia ditingkatkan. Inovasi teknologi transportasi diperlukan untuk menunjang konektivitas antar wilayah di Indonesia. Selain itu perlu juga dilanjutkan penelitian yang lebih detil terhadap sumber sumber pertumbuhan sektor transportasi. Kata kunci: Transportasi, Sumber Pertumbuhan, Disparitas, Decomposition Structural Analysis
iii
©Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
1.
2.
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
iv
SUMBER SUMBER PERTUMBUHAN SEKTOR TRANSPORTASI DAN DISPARITAS EKONOMI WILAYAH DI INDONESIA
BUDI HIDAYAT
Disertasi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 v
Penguji Luar Komisi Pada Ujian Tertutup : 1. Dr. Ir. M. Parulian Hutagaol, MS Staf pengajar Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor 2. Dr. Ir. Nunung Nuryartono, MS Staf pengajar Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
Penguji Luar Komisi Pada Ujian Terbuka : 1. Dr. Ir. Arifin Rudiyanto, MSc Direktur Pengembangan Wilayah, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2. Dr. Max Antameng, MA Perencana Utama Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum
vi
Judul Disertasi
: Sumber Sumber Pertumbuhan Sektor Transportasi dan Disparitas Ekonomi Wilayah di Indonesia
Nama Mahasiswa
: Budi Hidayat
Nomor Pokok
: A161040184
Program Studi
: Ilmu Ekonomi Pertanian
Menyetujui, 1. Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Arief Daryanto, M.Ec Ketua
Prof. Dr. Ir. Mangara Tambunan, MS Anggota
Dr. Ir. Herry Suhermanto, MCP, MA Anggota
Mengetahui,
2. Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian,
3. Dekan Sekolah Pascasarjana, IPB
Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA
Dr.Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr
Tanggal Ujian : 30 Januari 2012
Tanggal Lulus :
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 9 September 1959 di Bengkulu. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari Bapak Soekarno dan Ibu Chaerani Elias. Pada tahun 1971, penulis menyelesaikan sekolah dasar di SD Santa Maria II Malang, kemudian melanjutkan pada SMP Santa Maria II Malang dan lulus pada tahun 1974. Selanjutnya pada tahun 1977 lulus dari SMA Negeri III Malang. Pada tahun 1979, penulis diterima untuk meneruskan studi ke jenjang S1 di Institut Teknologi Bandung dan mendalami Jurusan Teknik Sipil, dan dinyatakan lulus Sarjana Teknik Sipil pada tahun 1985. Pada tahun 1988, penulis melanjutkan studi S2 di University of New South Wales, Australia, dan lulus mendapat gelar Master of Engineering Science di bidang transport engineering tahun 1991. Pada tahun 2004, penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan studi program S3 pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian Sekolah Pascasarjana IPB Bogor. Riwayat pekerjaan penulis dimulai Direktorat Bina Program Jalan, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum. Pada tahun, 1993, penulis dialih tugaskan di Biro Perhubungan dan Transportasi, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Pada awal tahun 2007 menjadi Direktur Pengembangan Kerjasama Pemerintah dan Swasta, kemudian akhir tahun 2007, menjadi Direktur Pemukiman dan Perumahan, dan tahun 2010 dipercayakan menjadi Kepala Biro Sumber Daya Manusia di institusi yang sama. Tahun 1988, penulis menikah dengan Dra. Apt. Dyah Herawati dan dikarunia dua orang anak yaitu Chika Anindyah Hidayat (lahir tahun 1989), dan Dimas Fauzi Hidayat (lahir tahun 1993).
viii
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME, karena atas berkatNya penulis dapat menyelesaikan disertasi yang berjudul Sumber Sumber Pertumbuhan Sektor Transportasi dan Disparitas Ekonomi Wilayah di Indonesia. Topik yang diangkat dalam disertasi ini merupakan isu penting dalam pembangunan antar wilayah di Indonesia, khususnya terkait dengan permasalahan konektivitas domestik Indonesia dan khususnya keterkaitan dengan transportasi. Penyusunan disertasi ini bisa terlaksana baik karena adanya arahan dan bimbingan dari komisi pembimbing, dan bantuan dari pihak-pihak lainnya. Karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1.
Dr. Ir. Arief Daryanto, M.Ec selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan pada pengembangan rencana penelitian serta penyusunan dan perbaikan disertasi ini.
2.
Prof. Dr. Ir. Mangara Tambunan, MSc selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dalam penyusunan dan perbaikan disertasi ini.
3.
Dr. Ir. Herry Suhermanto, MCP, MA selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan koreksi dalam penyusunan disertasi ini.
4.
Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, M.A sebagai Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian Sekolah Pascasarjana IPB yang telah berkenan melakukan koreksi dan memberi saran perbaikan disertasi ini.
ix
5.
Dekan Sekolah Pascasarjana IPB dan Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
6.
Dr. Ir. M. Parulian Hutagaol, MS dan Dr. Ir. Nunung Nuryartono, MS sebagai penguji sidang tertutup.
7.
Dr. Ir. Arifin Rudiyanto, MSc (Bappenas) dan Dr. Max Antameng, MA (Ditjen Bina Marga) sebagai penguji sidang terbuka.
8.
Dr. Ardi, MSi , Dr. Muftia Anang, Ir. Budi Lystiawan, Dr. Ir. Ibnu Syabri (dosen Planologi ITB), serta rekan rekan EPN Khusus 2, Ruby dan Yani dari kesekretariatan EPN IPB dan juga rekan rekan Biro SDM Bappenas yang telah banyak memberikan dukungan dalam penyusunan dan perbaikan disertasi ini.
Penulis juga berterima kasih atas pengorbanan, dorongan semangat dan dukungan dari orangtua, istri dan anak-anak tercinta. Semoga disertasi ini memberi manfaat bagi kemajuan negara, khususnya industri agro Indonesia.
Bogor, Januari 2012
Penulis
x
xi
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xix I. PENDAHULUAN .........................................................................................
1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................
1
1.1.1. Fenomena Kesenjangan ................................................................
1
1.1.2. Fungsi dan Peran Transportasi .....................................................
6
1.2. Perumusan Masalah .................................................................................
9
1.3. Tujuan Penelitian .....................................................................................
9
1.4. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 11 II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 13 2.1. Tinjauan Teoritis Kinerja Ekonomi Wilayah .......................................... 13 2.1.1. Peran Transportasi Dalam Pengembangan Wilayah .................... 13 2.1.2. Transportasi dan Pertumbuhan Ekonomi Wilayah ....................... 17 2.2. Transportasi dan Perdagangan Antar Wilayah ........................................ 25 2.3. Transportasi dan Disparitas Wilayah ..................................................... 29 2.4. Perkembangan Pemikiran Transportasi dan Ekonomi Wilayah .............. 33 2.5. Tinjauan Metode Analisis Dampak ......................................................... 37 2.4.1. Beberapa Pendekatan dalam Analisis Ekonomi Sektor Transportasi .............................................................................. 37 2.4.2. Model Keseimbangan Umum....................................................... 41 2.4.3. Pentingnya Memahami Ekonomi Spasial ................................... 42 2.4.4. Pentingnya Menerapkan IRIO dalam Analisis Ekonomi Sektoral dan Spasial .................................................................... 45 2.4.5. Pentingnya Analisis Dampak dari Model IRIO ........................... 48 III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN HIPOTESIS ................. 51 3.1. Kerangka Pikir Penelitian ........................................................................ 51 3.2. Hipotesis Penelitian ................................................................................. 53 xi
3.3. Kerangka Interregional Input-Output ...................................................... 53 3.4. Dampak Pengganda Input-Output ........................................................... 55 3.4.1. Dampak Pengganda Total ............................................................. 56 3.4.2. Dampak Pengganda Sektoral ........................................................ 56 3.4.3. Dampak Pengganda Spasial .......................................................... 57 3.4.4. Dampak Pengganda Bersih ........................................................... 57 3.4.5. Dampak Balik dan Luberan ........................................................... 58 3.5. Perubahan Struktur Ekonomi .................................................................. 60 IV. METODOLOGI PENELITIAN ................................................................ 63 4.1. Metoda Analisis ....................................................................................... 63 4.1.1. Analisis Pengganda ....................................................................... 63 4.1.2. Konstruksi Tabel I-O antar Wilayah di Indonesia......................... 64 4.2. Model Input-Output Daerah .................................................................... 66 4.2.1. Kerangka Dasar ............................................................................. 66 4.2.2. Koefisien Input dan Pengganda Output ........................................ 70 4.2.3. Pengganda Pendapatan dan Kesempatan Kerja............................. 74 4.3. Model Input-Output Antardaerah (IRIO) ............................................... 76 4.3.1. Kerangka Dasar ............................................................................. 76 4.3.2. Koefisien Teknis dan Perdagangan dalam Model IRIO ................ 80 4.4. Dampak Pengganda Output, Pendapatan dan Kesempatan Kerja ........... 81 4.4.1. Dampak Pengganda Total atau Dampak secara Nasional ............. 83 4.4.2. Dampak Pengganda Intraregional ................................................. 83 4.4.3. Dampak Pengganda Interregional ................................................. 84 4.4.4. Dampak Pengganda Sektoral ........................................................ 84 4.4.5. Dampak Balik ................................................................................ 85 4.4.6. Dampak Bersih .............................................................................. 85 4.4.7. Dampak Pengganda Pendapatan ................................................... 87 4.4.8. Dampak Pengganda Pendapatan Total atau Secara Nasional ....... 88 4.4.9. Dampak Pengganda Kesempatan Kerja ........................................ 91 4.5. Efisiensi Sektoral ..................................................................................... 96 4.6. Perubahan Struktural Ekonomi ............................................................... 96 4.7. Asumsi dan Keterbatasan Model Input Output ....................................... 104 xii
xiii
4.8. Konsep dan Definisi Variabel ................................................................. 105 4.9. Pengukuran Disparitas dan Pengaruh ...................................................... 107 V. KONDISI PEREKONOMIAN REGIONAL INDONESIA ..................... 111 5.1. Gambaran UmumPerekonomian Regional .............................................. 111 5.2. Analisis Pengganda Regional .................................................................. 115 5.2.1. Pengganda Output ......................................................................... 115 5.2.2. Pengganda Nilai Tambah Bruto .................................................... 120 5.2.3. Pengganda Kesempatan Kerja ....................................................... 126 5.3. Analisis Perubahan Struktur Ekonomi .................................................... 130 5.3.1. Dekomposisi Perubahan Struktur Di Wilayah Sumatera .............. 131 5.3.2. Dekomposisi Perubahan Struktur Di Wilayah Jawa-Bali ............. 133 5.3.3. Dekomposisi Perubahan Struktur Di Wilayah Kalimantan........... 135 5.3.4. Dekomposisi Perubahan Struktur Di Wilayah Sulawesi ............... 138 5.3.5. Dekomposisi Perubahan Struktur Di Wilayah Indonesia Lainnya /ROI (Rest of Indonesia) .................................................. 141 VI. KONTRIBUSI TRANSPORTASI TERHADAP DISPARITAS EKONOMI REGIONAL DI INDONESIA ............................................. 145 6.1. Peranan Sektor Transportasi Terhadap Perekonomian ........................... 145 6.2. Keterkaitan Ekonomi Antarsektor Transportasi Regional ..................... 149 6.3. Peran Sektor Transportasi Terhadap Disparitas Ekonomi ...................... 154 6.4. Sumber-Sumber Pertumbuhan Sektor Transportasi Ekonomi Di Wilayah Indonesia................................................................................... 162 6.4.1. Sumber Sumber Pertumbuhan Sektor Transportasi Wilayah Sumatera ........................................................................................ 163 6.4.2. Sumber Sumber Pertumbuhan Sektor Transportasi Wilayah Jawa-Bali ....................................................................................... 166 6.4.3. Sumber Sumber Pertumbuhan Sektor Transportasi Wilayah Kalimantan ..................................................................................... 169 6.4.4. Sumber Sumber Pertumbuhan Sektor Transportasi Wilayah Sulawesi ......................................................................................... 172 6.4.5. Sumber Sumber Pertumbuhan Sektor Transportasi Wilayah ROI (Rest Of Indonesia) ............................................................... 175
xiii
VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN ................................ 179 7.1. Kesimpulan ......................................................................................... 179 7.2. Saran ................................................................................................... 182 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 185 LAMPIRAN ............................................................................................ 180
xiv
xv
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Matrix Gain from Trade dari Teori H-O..............................................
28
2. Kerangka Model Input-Output Daerah (Nasional) ...............................
68
3. Kerangka Dasar Model IRIO untuk Dua Daerah .................................
78
4. Total Distribusi Output Regional Tahun 2000 dan 2005 .....................
111
5. Sektor dengan Output Tertinggi Regional............................................
112
6. Sepuluh Sektor Penghasil Nilai Tambah Tertinggi Regional ..............
113
7. Sepuluh Sektor dengan Nilai Ekspor ke Luar Negeri Terbesar ...........
114
8. Sepuluh Sektor dengan Angka Pengganda Output tertinggi ................
116
9. Multiplier Output Sektor Transportasi Tahun 2000-2005 ....................
117
10. Sepuluh Sektor dengan Angka Pengganda Pendapatan Rumah Tangga tertinggi Berdasarkan Tabel IRIO tahun 2000 dan tahun 2005 ......................................................................................................
121
11. Pengganda Pendapatan Sektor Transportasi Tahun 2000-2005 ...........
122
12. Data pengganda tenaga kerja regional terbesar 2000 dan 2005 ...........
126
13. Sepuluh Sektor dengan Angka Pengganda Tenaga Kerja tertinggi .....
127
14. Multiplier Tenaga Kerja Sektor Transportasi Tahun 2000 – 2005 ......
127
15. Sumber-sumber Pertumbuhan Wilayah Sumatera ...............................
132
16. Sumber-sumber Pertumbuhan Wilayah Jawa-Bali...............................
134
17. Sumber-sumber Pertumbuhan Wilayah Kalimantan ............................
137
18. Sumber-sumber Pertumbuhan Wilayah Sulawesi ................................
140
19. Sumber sumber Pertumbuhan Wilayah RIO ........................................
142
20. Sepuluh Sektor dengan Pengganda Keterkaitan ke Depan dan ke Belakang, berdasarkan Tabel Interregional Input-Output Indonesia 2000 ...................................................................................................... 151
xv
21. Sepuluh Sektor dengan Pengganda Keterkaitan ke Depan dan ke Belakang, berdasarkan Tabel Interregional Input-Output Indonesia 2005. ..................................................................................................... 153 22. Pengganda Keterkaitan ke Depan dan ke Belakang Sektor Transportasi berdasarkan Wilayah Tahun 2000 dan 2005 . ................
154
24. Perubahan Disparitas Multiplier Output Antar Wilayah Menurut Sektor (Koefisien Variasi) .................................................................... 158 25. Perubahan Disparitas Multiplier Income Antar Wilayah Menurut Sektor transportasi (Koefisien Variasi) ................................................
158
26. Perubahan Disparitas Multiplier Tenaga Kerja Antar Wilayah Menurut Sektor (Koefisien Variasi) .....................................................
159
27. Sumber sumber pertumbuhan sektor transportasi dalam Wilayah Sumatera ...............................................................................................
165
28. Sumber sumber pertumbuhan sektor transportasi dalam Wilayah Jawa-Bali ..............................................................................................
168
29. Sumber sumber pertumbuhan sektor transportasi terhadap Wilayah Kalimantan ...........................................................................................
171
30. Sumber sumber pertumbuhan sektor transportasi terhadap wilayah Sulawesi ...............................................................................................
174
31. Sumber pertumbuhan sektor trasnportasi terhadap wilayah ROI ..........
177
xvi
xvii
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Distribusi PDRB atas harga berlaku .....................................................
3
2. PDRB sektor transportasi terhadap PDRB Nasional (tanpa migas, harga konstan tahun 2000) ...................................................................
7
3. Variasi sewa tanah dan tata guna lahan, von Thunen...........................
15
4. Keterkaitan antara biaya transportasi dan lokasi industri yang mendekati sumber material ..................................................................
16
5. Keterkaitan antara biaya transportasi dan lokasi industri yang mendekati pasar ....................................................................................
17
6. Keterkaitan biaya transportasi dan produksi ........................................
19
7. Perbedaan harga menurut Heckser-Ohlin.............................................
27
8. Alur Penghitungan Analisis Dampak dan Pola Perubahan Struktural Ekonomi ...............................................................................................
52
9. Kontribusi Output Regional yang di Ekspor ke Luar Negeri Tahun 2000 dan 2005 ......................................................................................
114
10. Pengganda Output Region Sumatera Tahun 2000 dan 2005 ................
118
11. Pengganda Output Region Jawa-Bali Tahun 2000 dan 2005 ...............
118
12. Pengganda Output Region Kalimantan Tahun 2000 dan 2005 ............
119
13. Pengganda Output Region Sulawesi Tahun 2000 dan 2005 ................
119
14. Pengganda Output Region ROI Tahun 2000 dan 2005 ........................
120
15. Pengganda Pendapatan Region Sumatera 2000 dan 2005....................
123
16. Pengganda Pendapatan Region Jawa-Bali 2000 dan 2005 ...................
124
17. Pengganda Pendapatan Region Kalimantan 2000 dan 2005 ................
122
18. Pengganda Pendapatan Region Sulawesi 2000 dan 2005 ....................
125
19. Pengganda Pendapatan Region ROI 2000 dan 2005 ............................
125
20. Pengganda Tenaga kerja Region Sumatera 2000 dan 2005 ................
128
xvii
21. Pengganda Tenaga Kerja Region Jawa-Bali 2000 dan 2005 ...............
128
22. Pengganda Tenaga Kerja Region Kalimantan 2000 dan 2005 .............
129
23. Pengganda Tenaga kerja Region Sulawesi 2000 dan 2005 ..................
127
24. Pengganda Tenaga Kerja Region ROI 2000 dan 2005.........................
130
25. Perubahan Kontribusi Sektor transportasi Terhadap Perekonomian Indonesia dari Tahun 2000-2005 .........................................................
146
26. Kontribusi Output Sektor Transportasi Region Sumatera Terhadap Total Output Indonesia ........................................................................
146
27. Kontribusi Output Sektor Transportasi Region Jawa Bali Terhadap Total Output Indonesia ........................................................................
147
28. Kontribusi Output Sektor Transportasi Region Kalimantan Terhadap Total Output Indonesia ........................................................................ 147 29. Kontribusi Output Sektor Transportasi Region Sulawesi Terhadap Total Output Indonesia ........................................................................
148
30. Kontribusi Output Sektor Transportasi Region ROI Terhadap Total Output Indonesia .................................................................................
148
31. Sektor Kunci IRIO Indonesia Tahun 2000 ...........................................
150
32. Sektor Kunci IRIO Indonesia Tahun 2005 ...........................................
151
33. Efek Output Intrawilayah, IRIO 2000 ..................................................
155
34. Efek Output Intradaerah Regional, IRIO 2005 ....................................
156
35 . Peta Perdagangan berdasarkan nilai Antarwilayah di Indonesia, IRIO 2000 ......................................................................................................
156
36. Efek output intra dan antar wilayah di ROI 2000 dan 2005 ................
157
37. Peta Perdagangan berdasarkan nilai Antarregion di Indonesia, IRIO 2005 ......................................................................................................
157
38. Koefisien Variasi Shock Output Regional Sektor Transportasi IRIO Indonesia Tahun 2000 dan 2005 .........................................................
160
39. Koefesien Variasi Shock Income Regional Sektor Transportasi IRIO Indonesia Tahun 2000 dan 2005 .........................................................
161
40. Koefesien Variasi Shock Tenaga Kerja Regional Sektor Transportasi IRIO Indonesia Tahun 2000 dan 2005 ................................................
162
xviii
xix
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Tabel Interregional Input Output Antar Pulau Indonesia Tahun 2000 Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen ...............................
194
2. Tabel Interregional Input Output Antar Pulau Indonesia Tahun 2005 Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen ...............................
200
3. Matrik Pengganda Tabel Interregional Input Output Antar Pulau Indonesia Tahun 2000 Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen ..............................................................................................
204
4. Matrik Pengganda Tabel Interregional Input Output Antar Pulau Indonesia Tahun 2005 Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen ..............................................................................................
xix
209
1
I. PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang
1.1.1. Fenomena Kesenjangan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia menghadapi fenomena sebaran penduduk yang tidak merata. Hal ini menjadi faktor yang mendorong tidak optimalnya pengelolaan dan pemanfaatan potensi sumberdaya alam dan manusia yang ada. Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya bagi peningkatan kesejahteraan secara berkelanjutan memerlukan strategi pembangunan lintas pulau (lintas wilayah), dan lintas sektor. Strategi ini diperlukan agar optimalisasi pemanfaatan sumberdaya berlangsung secara harmonis dengan pendekatan komprehensif yang memperhatikan keseimbangan fisik, ekonomi, sosial dan budaya. Kebijakan pembangunan di Indonesia hingga sekarang dianggap hampir identik dengan pemusatan perhatian kepada kebijakan pertumbuhan ekonomi baik pada tingkat regional maupun nasional dan cenderung bersifat parsial. Kebijakan pembangunan di Indonesia selama ini tampaknya terfokus pada kebijakan yang memacu pertumbuhan ekonomi. Disparitas sumberdaya baik antarpulau maupun antarwilayah di satu pulau menyebabkan dampak pertumbuhan yang tidak merata. Sementara itu, keterkaitan antarpulau dan antarwilayah kurang mendapat perhatian, yang mana mempertajam ketidakmerataan dalam pembangunan nasional. Strategi pembangunan yang selama ini menekankan kepada akumulasi dari kapital fisik (man-made capital) kiranya perlu dibenahi dengan mulai memperbaiki keterkaitannya dengan kapital-kapital lain, seperti kapital alami
2
(natural capital), kapital manusia (human capital) dan kapital sosial (social capital). Pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi selama ini tidak dikembangkan untuk memaksimalkan peningkatan nilai tambah pengelolaan sumber daya yang ada, sehingga cenderung menguras sumberdaya alam. Kurangnya
kesadaran
lingkungan
dan
tidak
diimbanginya
pengelolaan
sumberdaya alam dengan investasi untuk pemeliharaannya, berdampak pada rusaknya kelestarian (sustainability) dari sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Akibatnya terjadi ketidakmerataan pendapatan antar pulau, antar wilayah, dan antarkelompok dalam masyarakat, bahkan ketidakmerataan ini mengarah kepada kemiskinan. Seperti halnya siklus kemiskinan, pendapatan yang rendah di suatu daerah, menyebabkan rendahnya produktifitas daerah, yang mendorong terjadinya daya saing daerah yang rendah, yang dapat menyebabkan keterkaitan ekonomi antar daerah yang juga rendah. Kegiatan ekonomi cenderung terkonsentrasi hanya pada beberapa daerah tertentu saja dan belum termanfaatkan secara optimal. Seperti Gambar 1, konstribusi wilayah Jawa dan Bali terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sekitar 60 persen. Sulit untuk dikenali ikatan-ikatan fungsional perekonomian yang mana yang dapat dikembangkan untuk mendorong keterkaitan perekonomian daerah, khususnya antara daerah kaya dan daerah miskin. Salah satu implikasi terpenting dari kecenderungan ini, adalah apa yang dikenal dengan integritas pembangunan dimana pembangunan ekonomi hendaknya dilihat sebagai satu kesatuan ekonomi dalam kluster kawasan ataupun komoditasnya. Dari sudut pandang ini, arus lalu lintas perdagangan barang dan
3
jasa serta investasi antarwilayah, antarpulau, bahkan antarnegara akan semakin meluas, intensif, dan dinamis. Potensi sumber daya wilayah; produktivitas wilayah yang rendah; masih banyaknya wilayah-wilayah miskin seperti perbatasan, pesisir, dan kepulauan yang tertinggal; konversi lahan pertanian yang tinggi ke non pertanian; dan belum kondusifnya iklim untuk investasi di daerah menyebabkan beberapa sasaran atau target group tidak terlayani. Hal ini dapat terjadi karena adanya pembangunan yang bersifat parsial seperti pendekatan dengan pembangunan sektoral yang belum memanfaatkan hasil pembangunan tersebut.
Sumber : BPS(2009)
Gambar 1. Distribusi PDRB atas harga berlaku Blair (1991) menyebutkan tentang pentingnya tujuh aspek yang perlu diperhitungkan dalam pengembangan wilayah, yakni yang meliputi: 1. keterkaitan wilayah secara fisik (physical linkages) baik kondisi infrastruktur yang ada seperti jalan, kereta api, pelabuhan, dan bandara maupun jaringan interkoneksi yang menghubungkan berbagai infrastruktur tersebut.
4
2. keterkaitan
wilayah
secara
ekonomi
(economic
linkages)
terutama
ketersediaan sumberdaya, pola aliran barang dan jasa, keterkaitan produksi, komoditas unggulan maupun aliran modal dan pendapatan. 3. pergerakan dan perpindahan penduduk (population movement linkages) baik migrasi tetap maupun migrasi musiman terkait dengan kegiatan ekonomi. 4. keterkaitan teknologi (technological linkages) baik teknologi produksi, teknologi informasi, teknologi telekomunikasi. 5. keterkaitan sosial (social interaction linkages) dalam kehidupan budaya, agama dan kekerabatan. 6. keterkaitan layanan jasa (service delivery linkages) termasuk jaringan layanan energi, keuangan dan perbankan, pendidikan, kesehatan dan perdagangan. 7. keterkaitan administrasi, politik, pengorganisasian (political, administrative, and organizational linkages). Selain itu, keseimbangan dan keterkaitan lintas wilayah dan lintas sektor perlu dilakukan melalui penataan ruang sebagai salah satu instrumen utama dalam pengarusutamaan (mainstreaming) kebijakan pembangunan berbasis wilayah. Berdasarkan uraian Blair, pada dasarnya terdapat 2 dimensi spasial yang perlu dipahami yaitu: 1.
local specificity, dimana setiap lokasi dalam suatu ruang dapat diindikasikan pasti mempunyai kekhasan. Kekhasan ini bisa diartikan sebagai kekhasan alamiah seperti kandungan sumberdaya alam, dan bisa diartikan pula sebagai kekhasan buatan seperti sumberdaya manusianya
5
yang mampu mengembangkan wilayah-wilayah seperti: sentra produksi kerajinan, sentra bisnis dan sentra budaya; dan 2.
spatial interaction, dimana interaksi antara wilayah-wilayah dengan local specificity harus dibangkitkan agar bisa ditingkatkan efisiensi dan keberlanjutan pembangunan dari masing-masing wilayah yang terlibat. Selain itu, melalui pendekatan spasial ini juga dapat dilakukan pengembangan jaringan (networks), penguatan kolaborasi antar pelaku, dan pengembangan klaster. Pendekatan ini mengutamakan pada sikap, perilaku dan hubungan kerja para pemangku kepentingan yang saling melengkapi dalam pengembangan wilayah (Healey dan Liberry, 1990) Pemerintah
sebagai
pendorong
pembangunan,
juga
mempunyai
keterbatasan dalam penyediaan dan pengelolaan sumberdaya untuk pembangunan. Penyusunan skala prioritas, seperti pemilihan prioritas wilayah, prioritas pengembangan industri atau sektor usaha, dan prioritas kegiatan yang memiliki dampak pengganda paling besar baik secara sektoral (forward and backward linkages) maupun spasial (interregional linkages). Bagi pemerintah pendekatan pembangunan berbasis wilayah merupakan salah satu jawaban untuk menggalang kekuatan dan potensi lokal secara lebih efektif, guna mendorong keserasian dan keseimbangan pembangunan wilayah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional. Dalam konteks pemikiran tersebut, penyusunan model keterkaitan regional menjadi suatu keniscayaan guna melakukan antisipasi terhadap perubahan di masa depan, dan menjamin kesinambungan pembangunan nasional dan antarwilayah.
6
1.1.2. Fungsi dan Peran Transportasi Dengan latar belakang demografi, geografi, infrastruktur dan ekonomi yang tidak sama, serta kapasitas sumber daya yang berbeda, maka salah satu konsekuensi adalah pentingnya dikembangkan sarana penghubung antarpulau dari simpul-simpul pertumbuhan yang paling strategis. Kepulauan di Indonesia menuntut disediakannya sarana dan prasarana transportasi yang memadai sehingga berperan dalam menggerakkan perekonomian di Indonesia. Transportasi, baik transportasi udara, laut maupun darat, pada akhirnya dapat berfungsi sebagai katalisator dalam pembangunan di Indonesia. Transportasi dalam perkembangannya menjadi salah satu sektor ekonomi yang turut memberikan andil dalam penciptaan nilai tambah (value added). Penciptaan nilai tambah tersebut dapat terjadi karena sektor–sektor ekonomi mempunyai keterkaitan transaksi antar sektor, sehingga pembangunan suatu sektor akan mempengaruhi perkembangan sektor ekonomi lainnya. Oleh karena itu kaitan dalam pembangunan sektor transportasi perlu untuk memperhatikan pula keberadaan sektor–sektor ekonomi lainnya sehingga pembangunan perekonomian suatu wilayah termasuk pembangunan masing–masing sektor ekonomi dan keterkaitannya dengan sektor transportasi dapat diantisipasi. Peranan sektor transportasi terhadap PDB Nasional beberapa tahun belakangan ini sekitar 4.50 – 4.71 persen dari total PDB Nasional, kontribusi sektor transportasi terbesar berada di wilayah Jawa dan Bali, kemudian di wilayah Sumatera (lihat Gambar 2). Hal ini searah dengan peranan regional dalam pembentukan PDB serta sebaran penduduk regional Indonesia yang sebagian Besar berada di Jawa dan Bali.
7
Sumber: BPS (2007) Gambar 2: PDRB sektor transportasi terhadap PDRB Nasional (tanpa migas, harga konstan tahun 2000) Pada tahun 2000, PDRB sektor transportasi yang terbesar di Indonesia adalah propinsi JawaTimur, yaitu 8 179 489.46 juta rupiah (0.59 persen PDRB Nasional), dan dikuti oleh DKI Jakarta, yaitu 7 813 894.12 juta rupiah (0.56 persen PDB Nasional). Pada tahun 2006, PDRB sektor transportasi yang terbesar adalah DKI Jakarta yaitu sebesar 12 040 337.56 juta rupiah (0.65 persen PDRB nasional) dan dikuti oleh Jawa Timur sebesar 11 008 316.38 juta rupiah (0.60 persen PDRB Nasional). Sedangkan Kalimantan Timur, dari sisi PDRB lebih kecil dari kedua propinsi tersebut, namun justru Kalimantan Timur merupakan propinsi yang terbesar PDRB per kapita di Indonesia yaitu 985 644.09 juta rupiah pada tahun 2000, dan menjadi 1 366 485.35 juta rupiah pada tahun 2006 (BPS, 2007). Walaupun, PDRB Kalimantan Timur lebih besar dari DKI Jakarta, namun jumlah sumber daya manusia DKI yang lebih besar, tentunya mengindikasikan aktifitas yang besar juga. Bappenas (2007), menyebutkan bahwa perkembangan investasi di Indonesia saat ini belum menyebar secara merata antar daerah.
8
Dimana DKI Jakarta merupakan provinsi dengan nilai investasi tertinggi atau setara dengan 27.9 persen dari total investasi di Indonesia. Kebutuhan
akan
transportasi
dalam
menjembatani
pelayanan
pembangunan ekonomi juga menjadi perhatian pemerintah Indonesia dengan dikeluarkannya Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia atau MP3EI. Dalam MP3EI tersebut, dinyatakan bahwa “ Penyediaan infrastruktur yang mendorong konektivitas akan menurunkan biaya transportasi dan biaya logistik sehingga dapat meningkatkan daya saing produk, mempercepat gerak ekonomi. Termasuk dalam infrastruktur
konektivitas
ini
adalah
pembangunan jalur transportasi.........” (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Bappenas, 2011, hal. 19). Selain itu terdapat tiga pilar utama dalam MP3EI tersebut yaitu strategi peningkatan potensi wilayah melalui pusat pusat pertumbuhan didalam koridor ekonomi, strategi memperkuat konektivitas nasional, dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dan IPTEK. Dengan demikian secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat korelasi yang nyata antara sektor transportasi dengan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, seperti yang dapat digambarkan berikut : 1. Sektor transportasi akan berpengaruh pada kinerja pergerakan dan mobilitas orang dan barang. Jika kondisi sektor transportasi buruk maka kinerja transportasi juga cenderung akan menurun. Hal ini akan menyebabkan daerah-daerah yang telah berkembang aktifitas ekonominya menjadi berkurang tingkat aksesibilitasnya, yang pada gilirannya akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi daerah-daerah yang berstransportasi menjadi terhenti, bahkan menurun sama sekali. Dalam jangka panjang
9
kondisi ini akan menyebabkan daerah-daerah tersebut terisolasi yang pada akhirnya menjadi daerah yang tidak mampu berkembang. 2. Suatu wilayah yang mempunyai potensi ekonomi yang tinggi untuk berkembang, misalnya karena memiliki potensi sumber daya alam yang menjanjikan, tidak akan mampu berkembang seperti yang diharapkan jika sektor transportasinya terbatas. Sektor transportasi yang terbatas secara langsung akan berpengaruh pada tingkat aksesibilitas suatu wilayah, yang pada gilirannya akan menyebabkan tingginya biaya angkut. Biaya angkut yang tinggi menyebabkan sumber daya alam suatu wilayah menjadi tidak ekonomis ataupun tidak kompetitif untuk dieksploitasi. Hal ini pada gilirannya akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan ekonomi pada wilayah dimaksud. Namun demikian korelasi di atas masih memerlukan analisa, terutama untuk kasus Indonesia. Pemahaman yang lebih rinci dan jelas mengenai hubungan antara kondisi sektor transportasi dengan tingkat pertumbuhan ekonomi dan pemerataan sangatlah dibutuhkan. 1.2.
Perumusan Masalah Sektor transportasi memiliki kontribusi yang sangat penting dan
berdimensi stratejik bagi pembangunan nasional, mengingat sifatnya sebagai penggerak dan pendorong kegiatan pembangunan serta sebagai jembatan perekat kesenjangan yang membuat semakin penting perannya sebagai bagian integral dari infrastruktur pembangunan nasional (Departemen Perhubungan, 2005). Peranan sektor transportasi sangat tidak terlepas dari karakteristik wilayah, baik
10
karakteristik yang berkaitan dengan kondisi fisik meliputi kondisi topografi, sebaran penduduk, kondisi potensi sumber daya alam. Dengan demikian maka ketergantungan atau keterkaitan ekonomi antardaerah dipastikan akan terjadi. Karena keterkaitan antara satu sektor dengan sektor lain, maka dalam proses pertumbuhannya dapat saja terjadi perubahan struktur. Berdasarkan hal hal di atas maka terdapat permaslahan sebagai berikut: 1.
Karakteristik wilayah yang berbeda, menyebabkan perubahan struktural dalam waktu yang berbeda. Oleh sebab itu seberapa besar perubahan struktur ekonomi pada sektor transportasi pada suatu wilayah?
2.
Perubahan dalam struktur ekonomi terkait dengan komposisi permintaan dan penawaran produksi (produk antara) tidak terpolakan dengan baik. Dengan demikian, bagaimana keterkaitan ekonomi antar sektor transportasi antar wilayah?
3.
Sektor transportasi merupakan faktor pendorong dalam intrawilayah maupun interwilayah dalam usaha menghubungkan simpul simpul strategis. Oleh sebab itu seberapa besar peran sektor transportasi terhadap disparitas ekonomi?
1.3.
Tujuan Penelitian Dengan mengacu pada permasalahan studi yang telah diuraikan
sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1.
Menganalisis perubahan struktur ekonomi pada sektor transportasi terhadap wilayah di Indonesia.
2.
Menganalisis keterkaitan antar wilayah pada sector transportasi.
3. Menganalisis pengembangan transportasi terhadap disparitas wilayah.
11
1.4.
Ruang Lingkup Penelitian Kata kunci dalam penelitian ini adalah keterkaitan antar regional yang
dalam hal ini diwakili oleh : 1.
Lima wilayah besar di Indonesia yaitu 1. Jawa-Bali, 2. Sumatera, 3. Kalimantan, 4. Sulawesi dan 5. Indonesia lainnya atau ROI (Rest of Indonesia).
2.
Sektor transportasi dibatasi hanya pada sektor 1. transportasi darat, 2. sektor transportasi laut dan 3. transportasi udara.
3.
Sumber sumber pertumbuhan fokus pada Domestic Final Demand (DFD), Export Expansion (EE), Import Substitution (IS) dan Koefisien Teknologi (TC).
13
II. TINJAUAN PUSTAKA Pada dasarnya transportasi hanya salah satu dari faktor penting dalam pembangunan ekonomi di suatu wilayah. Walaupun sudah banyak yang mengkaji pentingnya peran transportasi dalam konteks pembangunan wilayah, namun demikian penelitian terhadap peran transportasi masih tetap berlanjut (Button, 1993), karena persoalan transportasi dan pembangunan ekonomi suatu wilayah merupakan hal yang rumit. Bagian ini akan mengkaji teori ekonomi wilayah dalam konteks keterkaitannya dengan transportasi dan melihat seberapa jauh berdasarkan teori tersebut dan perkembangan peran transportasi pada suatu wilayah dan keterkaitan antar wilayah. 2.1.
Tinjauan Teoritis Kinerja Ekonomi Wilayah Perbedaan potensi suatu wilayah dengan wilayah lainnya merupakan hal
yang
dibahas dalam ekonomi wilayah (regional economics). Selain itu ilmu
ekonomi regional tidak membahas kegiatan ekonomi secara individu melainkan melihat suatu wilayah secara keseluruhan (Tarigan, 2005). Ilmu ekonomi regional pada dasarnya adalah cabang dari ilmu ekonomi, baik mikro maupun makro dengan karakteristik khusus yang memasukkan unsur lokasi dan ruang. Oleh sebab itu salah satu unsur yang sering dimasukkan dalam ilmu ekonomi regional adalah transportasi. 2.1.1.
Peran Transportasi Dalam Pengembangan Wilayah Transportasi merupakan akar dari teori ekonomi (neo)-klasik yang
dilakukan melalui pertumbuhan, permintaan/penawaran (demand/supply) dan pendekatan industrialisasi (Pawson,1979; Simon, 1996,).
14
Sedangkan, pembangunan wilayah, lebih merupakan fungsi dari potensi sumber daya alam, tenaga kerja, prasarana dan sarana pembangunan, teknologi dan perdagangan antar wilayah (Adisasmita, 2005). Hubungan antara transportasi dan studi pembangunan pada awalnya merujuk pada buku ”An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nation”, pada tahun 1776 oleh Adam Smith. Smith menekankan pentingnya jejaring transportasi yang dikenal sebagai ’as greatest of all improvement’ dalam mengembangkan pasar dari perkotaan (urban) ke perdesaan (rural area) dan selanjutnya memfasilitasi adanya tenaga kerja. Dalam jangka panjang, proses tersebut akan berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan suatu wilayah. Akan tetapi, Smith tidak banyak memberikan penjelasan dengan cara bagaimana (proses) peningkatan transportasi dengan peningkatan produksi dan pembangunan ekonomi. Namun demikian pandangan dari Smith tersebut secara luas diterima oleh para peneliti sebagai dasar (foundation) dari studi yang terkait dengan permasalahan (isu) mengenai transportasi dan teori pembangunan hingga saat ini. Pandangan Smith tersebut, kemudian banyak diikuti oleh para peneliti dalam memberikan kontribusinya terhadap permasalahan transportasi, yang mana semakin memperluas makna (pengertian) mengenai jaringan transportasi sebagai hal yang sangat penting dalam menentukan besarnya ruang (wilayah) dari suatu produksi
maupun
jangkauannya
terhadap
pasar.
Von
Thunen,
1826
mengembangkan teori yang membandingkan tingkat aksesibilitas transportasi dengan tata guna lahan pertanian (Webber, 1984, Chapman dan Walker, 1987). Von Thunen berpendapat bahwa tingkat kesuburan tanah dapat digantikan dengan
15
tingkat aksesibilitas ke lahan tersebut. Model dari Von Thunen adalah sebagai berikut: R
Y p c
Yfm
di mana R = Sewa per unit lahan; Y = Hasil produksi per unit lahan; p = harga (pasar) per unit lahan; c = Rata rata biaya produksi per unit lahan; m = jarak ke pasar (km) dan f = ongkos angkut per unit lahan dan jarak. Seluruh lahan pertanian diusahakan agar memaksimalkan produktifitas (R), yang mana dalam hal ini tergantung pada lokasi dan jarak dari pusat penjualan (pasar). Peranan petani adalah memaksimalkan laba yaitu harga di pasar ( Y(p-c) ) dikurangi biaya transportasi (Yfm). Gambar 3 menunjukan keterkaitan antar jarak dan sewa lahan dari model von Thunen.
Sewa lahan (Rp)
j Bisnis k
Prod.susu l
Prod.gandum m
B
P
W
Jarak dari pasar
Jarak dari pasar
O
Sumber: Button (1993) Gambar 3. Variasi sewa tanah dan tata guna lahan, von Thunen
16
Tahun 1929, Alfred Weber menjelaskan keterkaitan antara biaya transportasi dengan lokasi industri di mana biaya transportasi dari material awal (raw material) dan produk akhir adalah minimum. Pada Gambar 4a menunjukkan letak pabrik yang berlokasi di antara sumber material dan pasar. Pada Gambar 4b, letak pabrik mendekati sumber material, dan berakibat pada menurunnya biaya transportasi, dan terus akan menurun apabila letak pabrik berada pada sumber material.
Sumber material
Pabrik
Unit Cost (Transport)
Unit Cost (Transport)
Unit Cost (Transport)
Pasar
Sumber material
Pabrik
Pasar
Pasar
- Sumber material -Pabrik
(a)
(b)
(c )
Gambar 4. Keterkaitan antara biaya transportasi dan lokasi industri yang mendekati sumber material Hal yang sama terjadi juga apabila pabrik bergerak kekanan seperti pada gambar 5a, 5b, 5c, di mana pada lokasi pabrik mendekati pasar, biaya transport akan terendah apabila lokasi pabrik terletak di dekat dengan pasar. Apa yang dilakukan oleh Von Thunen dan Weber kemudian diteliti lebih lanjut oleh oleh Isard (1956) dan Greenhunt (1956). Christaller (1933) menyusun suatu sistem yang mana biaya transportasi mempengaruhi aktifitas perkotaan (urban) dan perdesaan (rural). Losch (1954), selanjutnya menjelaskan bagaimana biaya transportasi mempengaruhi distribusi spasial dari suatu produksi.
17
Unit Cost (Transport)
Sumber material
Pabrik
Unit Cost (Transport)
Unit Cost (Transport)
Pasar
Sumber material
Pabrik
Pasar
Sumber material
Pasar Pabrik
(a)
(b)
(c)
Gambar 5. Keterkaitan antara biaya transportasi dan lokasi industri yang mendekati pasar Dengan demikian secara umum, dapat dikatakan bahwa para ekonom klasik telah menyiapkan kerangka ekonomi, sebagai dasar teori, terutama mengembangkan argumentasi bahwa jaringan transportasi yang sudah ada akan mempengaruhi lokasi dari suatu aktifitas ekonomi. Artinya dapat diasumsikan bahwa perubahan dalam sistem transportasi secara langsung
menyebabkan
perubahan suatu aktifitas. 2.1.2. Transportasi dan Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Munculnya paham baru yang kemudian dikenal sebagai ekonomi neoklasik (neoclassical economy) memberikan peran dari kapital dan teknologi di sebagai salah satu variabel di dalam pembangunan ekonomi (Kuznets,1995). Dari perspektif transportasi, hampir tidak ada perubahan yang signifikan antara ekonomi klasik dan neoklasik. Namun demikian, penggunaan teknologi menjadi hal yang utama dari model neoklasik, sehingga peningkatan teknologi dalam sistem transportasi memainkan peran dalam proses pertumbuhan ekonomi.
18
Penjelasan mengenai hubungan antara transportasi dan pertumbuhan ekonomi dalam era modernisasi dikenal dalam teori tahap pertumbuhan (”the stage of growth”) yang diperkenalkan oleh Walt Rostow, 1960. Dalam pandangan Rostow, peningkatan di sektor transportasi (melalui pembangunan rel kereta api) adalah hal yang utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, dan menjadikan perubahan pada masayarakat yang berbasis pertanian ke pasca industri. Rostow membagi tahapan pembangunan tersebut dalam 5 tahapan yaitu : (1) masyarakat tradisional, (2) tahap prasyarat tinggal landas, (3) tahap tinggal landas, (4) tahap menuju kedewasaan, (5) tahap konsumsi tinggi. Peran transportasi, menurut Rostow muncul pada tahap prasyarat tinggal landas. Dalam tahap ini terdapat syarat yang penting yaitu peningkatan investasi pada prasarana ekonomi terutama transportasi (Hess dan Ross, 1997). Dari penjelasan sebelumnya prinsip yang dikemukakan oleh Smith masih relevan dalam pemikiran ekonomi neoklasik. Penjelasan mengenai apa yang dikemukakan Smith terkait dengan permasalahan transportasi dapat dijelaskan oleh Button (1993). Button memberikan ilustrasi sederhana mengenai model permintaan/penawaran (demand/supply model), yaitu bagaimana peningkatan transportasi akan memperbesar (memperluas) pasar suatu barang melalui pengurangan biaya transportasi (lihat gambar 6). Dalam gambar 6 tersebut, menunjukkan bahwa pengurangan biaya transportasi (∆P) mengubah biaya penawaran (supply) dari Ps0 ke Ps1. Karena permintaan tetap, maka terjadi keseimbangan baru dari yang semula di titik 0o ke titik 01. Hal ini berarti bahwa dengan adanya penurunan biaya transportasi, produser dapat meningkatkan
19
produksinya. Peningkatan produksi ini berkaitan dengan perluasan pasar suatu barang. Ilmu ekonomi regional tidak terlepas dari induk ekonomi itu sendiri yaitu makroekonomi dan ekonomi pembangunan. Dalam ekonomi regional, materi materi ekonomi secara umum perlu disesuaikan dan dikembangkan berdasarkan karakteristik ilmu ekonomi regional. Permasalahan seperti stabilitas harga (price stability), tidak perlu dibahas apabila berkaitan dengan suatu wilayah dalam suatu negara, karena instrumen ini merupakan kebijakan pemerintah pusat. Sedangkan masih relevan untuk dibahas seperti full employment dan economic growth.
P
P : biaya transportasi
Ps0
Ps: biaya thd supply komoditas
Ps1
O0
P0 ΔP P1
Pd: biaya atas permintaan thd komoditas P0: biaya transportasi sebelum adanya peningkatan transportasi
O1 Pd
P1: biaya akibat adanya peningkatan transportasi
ΔQ
Q
Q: jumlah produksi
Sumber: Buton (1993) Gambar 6. Keterkaitan biaya transportasi dan produksi Modifikasi dari variabel-variabel ekonomi telah banyak dilakukan oleh peneliti ekonomi regional. Analisis ekonomi regional dengan menggunakan pendekatan makro ekonomi atau dengan menerapkan model-model pendapatan nasional serta menggunakan model-model pertumbuhan nasional dapat dinamakan
20
sebagai makroekonomi antarwilayah (interregional macroeconomic). Penerapan antarwilayah dengan demikian bermakna bahwa perekonomian adalah terbuka di mana arus barang, arus modal dan arus tenaga kerja antara daerah satu dengan lainnya mengalir tanpa hambatan. Pertumbuhan regional (wilayah) pada dasarnya menggunakan konsep konsep pertumbuhan ekonomi secara agregatif. Namun demikian, analisis pertumbuhan regional lebih ditekankan pada perpindahan faktor (factor movement). Arus modal dan tenaga kerja yang mengalir dari satu daerah ke daerah lain akan membuka peluang interaksi antar daerah dan pada akhirnya membuka peluang pertumbuhan antar daerah (Richardson, 2001). Dalam kaitan factor movement antar wilayah maka model pertumbuhan Harord-Domar dapat digunakan untuk menganalisis pertumbuhan regional. Model Harrod-Domar didasarkan asumsi asumsi bahwa: hasrat menabung atau (s), tingkat pertumbuhan penduduk (n), dan koefisien–koefisien dalam produksi adalah konstan. Pertumbuhan mantap (steady growth) akan dicapai apabila kedua macam input tersebut harus memenuhi syarat-syarat keseimbangan yaitu tingkat pertumbuhan modal (k) dan tingkat pertumbuhan penduduk (n) harus sama dengan tingkat pertumbuhan output (g) atau (g = k =n). Dalam kondisi keseimbangan maka tabungan yang direncanakan harus terus menerus sama dengan investasi yang direncanakan.Terkait dengan pertumbuhan modal (k) dapat dirumuskan sebagai berikut : I K
S K
S Y
. YK
s v
21
di mana: I= Investasi; S= Tabungan; K=Modal dan Y= Pendapatan, v adalah rasio modal-output (capital output ratio). Pertumbuhan mantap tercapai apabila terpenuhi syarat g=n= s/v. Karena s, v, n ditentukan secara independen maka pertumbuhan mantap hanya dapat tercapai secara kebetulan. Ketika hubungan antar wilayah terjadi, maka perekonomian tersebut dapat dikatakan sebagai perekonomian terbuka. Dengan demikian impor dan tabungan merupakan kebocoran, sedangkan ekspor dan investasi merupakan suatu suntikan (injection) yang dapat menutupi kebocoran tersebut. Kelebihan tabungan dapat disalurkan kedaerah lain, dalam bentuk surplus ekspor. Hal yang sama terjadi apabila pertumbuhan penduduk suatu daerah mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dari penyerapan tenaga kerja pada pertumbuhan yang sedang berlangsung. Hal ini akan berakibat terjadinya migrasi netto, yang dapat membantu menyeimbangkan n dan g. Syarat yang diperlukan bagi perekonomian terbuka adalah sebagai berikut : S+M=I+X kemudian dapat dirumuskan menjadi (s + m)Y = I + X
atau
I Y
(s
m)
X Y
dimana, S= Tabungan; M= Impor; I=Investasi dan X= Ekspor Dengan asumsi dua daerah yaitu i dan j, maka hubungan ekspor dan impor antara 2 daerah , dapat digambarkan sebagai berikut:
Xi
M ji j 1
mij Y j j 1
22
dimana: Xi Mji m Yj
= ekspor daerah i = impor daerah j dari daerah i = marginal propensity to import = pendapatan daerah j
Dengan demikian, persamaan pertumbuhan suatu daerah dapat dirumuskan kembali menjadi : I Y
(s
I Y
m)
S Y
g i .vi
si
X Y
s.v di mana g =s/v v si
mi
mi
( mij Y j ) / Yi
M ij Y j / Yi j 1
gi
vi
Berdasarkan rumus di atas maka suatu daerah akan dapat tumbuh dengan cepat apabila memiliki g (pertumbuhan ekonomi) yang tinggi dengan syarat daerah tersebut harus memiliki tabungan (s) yang tinggi; impor (m) tinggi; ekspor kecil; dan rasio modal output (capital output ratio= COR) kecil. Walaupun tabungan suatu daerah cenderung lebih besar dari investasi, namun tingkat pertumbuhan modalnya dapat tetap sama dengan tingkat pertumbuhan output, asalkan selisih tabungan - investasi tersebut diimbangi oleh surplus ekspor. Kelebihan tenaga kerja juga diimbangi oleh migrasi keluar dan kekurangan
tenaga
kerja
keseimbangannya adalah : gi
ni
ri
dipenuhi
melalui
migrasi
masuk.
Syarat
23
di mana r adalah tingkat migrasi yang merupakan jumlah netto dari migrasi keluar dan migrasi-masuk (Ri) dalam tiap periode waktu sebagai persentase dari jumlah penduduk daerah yang berstransportasi (Pi). Secara keseluruhan, dari sudut pandang sistem yang berstransportasi adalah :
ri
Ri Pi
Rij j 1
Pi
Pada perekonomian terbuka, pertumbuhan mantap masih lebih pada perkecualian
daripada
merupakan
kelaziman.
Pencapaian
syarat
syarat
keseimbangan disuatu wilayah dapat mengubah syarat syarat keseimbangan di wilayah lainnya dan hal ini dapat mempengaruhi keseimbangan pertumbuhan wilayah itu sendiri. Ada atau tidaknya kecenderungan kearah pertumbuhan mantap akan tergantung pada arus modal dan tenaga kerja antarwilayah (interregional) bersifat menyeimbangkan atau tidak, dan hal ini tidaklah ditentukan dalam model tersebut. Selain Harrod-Domar, model model pertumbuhan neo-klasik yang juga telah digunakan secara luas adalah Borts (1960), Bort dan Stein (1964), dan Romans. Namun demikian untuk beberapa hal model pertumbuhan tersebut mendapat kritikan terutama asumsi yang menyatakan full employment terjadi secara terus menerus. Hal ini seringkali tidak dapat diterapkan dalam sistem multiregional, karena persoalan regional timbul sebagai akibat dari adanya perbedaan geografis dalam tingkat penggunaan sumber daya. Selain itu asumsi persaingan sempurna tidak dapat diterapkan dalam perekonomian ruang (space economy) di mana oligopoli, monopoli murni, atau persaingan monopolistik adalah tipe tipe struktur pasar yang lebih mungkin (Richardson, 2001). Model
24
neoklasik, kemudian menarik perhatian para ahli teori perekonomian regional karena model tersebut mengandung teori tentang mobilitas faktor disamping teori pertumbuhan. Implikasi dari model tersebut adalah bahwa dengan asumsi persaingan sempurna maka modal dan tenaga kerja akan berpindah apabila balas jasa faktor tersebut berbeda-beda. Syarat pertumbuhan mantap yang dalam model ekonomi neoklasik relatif kurang restriktif apabila dibanding dengan model Harrod –Domar. Batasan yang terdapat pada Harrod–Domar, kemudian mendapat kritikan karena adanya kemungkinan substitusi antara modal dan tenaga kerja, yang berarti adanya fleksibilitas dalam rasio modal-ouput. Tingkat pertumbuhan dapat bersumber dari (Hayami, 2001; Johansson, 1993): (a) akumulasi modal, (b) pertumbuhan penawaran tenaga kerja,dan (c) kemajuan teknologi, yang mencakup segala sesuatu yang meningkatkan efisiensi dari sumber sumber yang stoknya sudah tertentu. Apabila diasumsikan bahwa tingkat kemajuan teknologi adalah fungsi dari waktu, maka persamaan fungsi produksinya adalah : Yi
Fi ( K , L, t )
di mana: K=Modal; L=Tenaga Kerja; t=Teknologi Persamaan pertumbuhan di atas dapat di derivasi menjadi : Yi
i
ki
1
i
ni
Ti
di mana Y = tingkat pertumbuhan output, k = tingkat pertumbuhan modal, n = tingkat pertumbuhan tenaga kerja dan T = kemajuan teknologi. Sedangkan α adalah bagian yang dihasilkan oleh faktor modal atau produk marginal dari modal
25
Y K
K dan dengan mengsumsikan skala pengembalian yang konstan (constant Y
return to scale) maka (1-α) = bagian pendapatan yang dihasilkan oleh tenaga kerja yaitu
Y L
L . Y
Pertumbuhan kapasitas penuh merupakan suatu hal yang dikehendaki dalam model neoklasik. Oleh sebab itu diperlukan suatu mekanisme untuk menyamakan investasi dengan tabungan dalam kondisi full employment. Dengan demikian syarat pertumbuhan mantap adalah : Yi Ki
MPK i
m,
di mana MPK adalah marginal productivity of capital. Apabila m sudah tertentu dan nilai α konstan, maka Y dan K harus tumbuh dengan tingkat yang sama. Syarat keseimbangan bagi keseluruhan sistem adalah : n
n
Ii i 1
Si i 1
di mana: I=Investasi dan S=Tabungan Namun demikian tabungan yang dihasilkan dalam suatu wilayah secara individual tidak mesti sama dengan investasinya, karena suatu daerah akan mengimpor modal apabila tingkat pertumbuhan modalnya lebih kecil dari rasio tabungan domestik terhadap modal. 2.2.
Transportasi dan Perdagangan Antar Wilayah Pembangunan wilayah tidak terlepas dari perdagangan antar wilayah.
Weber (1909) sudah memperkenalkan dampak lokasi terhadap biaya transportasi.
26
Namun Weber tidak menjelaskan analisis yang dihasilkan bagi komoditi di mana proses dari biaya transportasi terjadi. Proses tersebut dapat dijelaskan dalam teori perdagangan. Pada awalnnya Adam Smith meperkenalkan teori keuntungan absolut (absolute advantage) (Carbaugh, 2005). Teori ini lebih mendasarkan pada besaran/variabel riil, seperti misalnya nilai suatu barang diukur dengan banyaknnya tenaga kerja yang dipergunakan untuk menghasilkan suatu produk. Makin banyak tenaga kerja yang digunakan
akan makin tinggi nilai barang
tersebut. Kelemahan teori ini adalah apabila hanya satu negara yang memiliki keunggulan absolut, maka perdaganagn antar wilayah tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan. Teori Smith ini, kemudian di perbaiki oleh David Ricardo, yang kemudian dikenal sebagai keunggulan komparatif (Comparative Advantage). Tidak seperti Smith yang menekankan pada perbedaan biaya absolut antara dua wilayah, Ricardo’s teori lebih menekankan pada perbedaan biaya komparatif (relatif). Menurut keunggulan komparatif (labor efficiency), suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan antar wilayah jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang di mana negara tersebut lebih efisien dan mengimpor barang yang mana negara tersebut akan memproduksi kurang/tidak efisien. Kelemahan teori ini adalah mengapa terdapat perbedaan fungsi produksi antara dua negara. Heckser dan Ohlin (H-O) kemudian berusaha menjelaskan bahwa walaupun fungsi faktor produksi (tenaga kerja) di kedua negara sama, perdagangan antar wilayah (internasional) tetap terjadi. H-O kemudian menggunakan 2 kurva yaitu kurva isocost yang menggambarkan total biaya
27
produksi yang sama dan kurva isoquant yang menggambarkan total kuantitas yang sama (Hady 1998, Halwani, 2005, Fentra dan Taylor, 2011). Teori ini mendasarkan pada faktor pendukung (endownment) yang mengarisbawahi bahwa resources endownment merupakan faktor penentu dalam keunggulan komparatif. Dengan demikian harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki masing masing negara. Kedua kurva tersebut akan bersinggungan pada suatu titik optimal. Artinya, dengan biaya tertentu akan diperoleh produk yang maksimal atau dengan biaya yang minimal akan diperoleh sejumlah produk tertentu. Sesuai dengan konsep titik singgung antara Isocost dan Isoquant, maka masing masing negara tentu akan memeproduksi barang barang tertentu dengan kombinasi faktor produksi yang paling optimal sesuai proporsi/struktur faktor produksi yang dimilikinya (lihat gambar 7).
Tenaga Kerja
Isocost $400 (Negara X) Isocost $600 (Negara X)
A
Isoquant pakaian Isoquant televisi
B
Isocost $600C (Negara Y)
C D
Isocost $400 (Negara Y) Modal
Sumber: Hamdy (1998) Gambar 7. Perbedaan harga menurut Heckser-Ohlin
28
Teori Heckser-Ohlin menggunakan asumsi 2 x 2 x 2 yaitu : 1. Perdagangan terjadi antara dua negara 2. Masing masing negara memproduksi dua macam barang yang sama 3. Masing masing negara menggunakan
dua macam faktor produksi, yaitu
tenaga kerja dan mesin, tetapi dengan jumlah/ proporsi yang berbeda Asumsi di atas dapat dilihat melalui matrix manfaat perdagangan (Gain From Trade) dengan contoh pada tabel 1. Teori ini kemudian dipertanyakan, terutama apabila jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki masing masing negara relatif sama, maka harga barang yang sejenis akan sama pula sehingga perdagangan antar wilayah (negara) tidak akan terjadi. Pada kenyataannya, walaupun jumlah/proporsi faktor produksi yang dimiliki masing masing negara relatif sama, dan dengan demikian harga barang yang sejenis pun sama, ternyata perdagangan anatar wilayah tetap terjadi. Tabel 1: Matrix Gain from Trade dari Teori H-O Asumsi 2
Negara
Negara X
Negara Y
2
Barang
Pakaian
Televisi
Pakaian
Televisi
2
F.Produksi
T.Kerja
Modal
T. Kerja
Modal
Proses.Prod
P.Karya
P.Modal
P.Karya
P.Modal
Proporsi faktor Produksi
60 unit
15 unit
30 unit
60 unit
Isoquant
100 unit
20 unit
100 unit
20 unit
Isocost
$400
$600
$600
$400
Unit Cost
$4 (murah)
$30 (mahal)
$6 (murah)
$20 (mahal)
Wasily Leontief kemudian melakukan studi empiris di Amerika pada tahun 1953, dan menguji teori Heckser-Ohlin tersebut, dan mendapatkan hasil
29
yang berbeda dengan teori tersebut, sehingga disebut paradoks Leontief. Berdasarkan teori H-O, maka ekspor AS akan terdiri atas barang barang yang padat modal /kapital (capital intensive), sebaliknya impor AS akan terdiri dari barang barang yang padat karya. Berdasarkan studi empiris Leontif, ternyata ekspor AS justru terdiri atas barang barang yang padat karya (labor intensive). Sebaliknya, impor terdiri atas barang barang yang padat modal. Leontief berargumen bahwa pekerja di Amerika Serikat (AS) lebih efisien dari pada pekerja negara lain, di mana dengan kemampuan yang lebih tinggi maka AS dapat mengekspor tenaga kerja keluar wilayahnya. Hal ini dapat terjadi karena beberapa hal yaitu: intensitas faktor produksi yang berkebalikan (factors intensity reversals); tarif dan non tarif barrier; perbedaan dalam skill dan human capital; perbedaan dalam faktor sumber daya alam (natural resources). Dalam menguji kebenaran teori H-O tersebut, Leontief menggunakan Input-Output, yang kemudian menjadi salah satu alat dalam menguji kebijakan di suatu negara. 2.3.
Transportasi dan Disparitas Wilayah. Literatur mengenai perubahan kesenjangan pendapatan pada awalnya
dikenal sebagai hipotesis Kuznets, dimana peningkatan pendapatan rata rata perkapita dan tingkat ketimpangan dalam pembagian pendapatan berbentuk kurva U terbalik. Kuznets (1955), menggunakan data dari beberapa negara, dan menemukan korelasi antara kesenjangan pendapatan perkapita yang berbentuk U terbalik. Kemudian hal ini diintrepretasikan sebagai perubahan dari distribusi pendapatan dalam proses transisi dari perekonomian tradisional (perdesaan) ke perekonomian modern (industri).
30
Pada prinsipnya hipotesis tersebut menjelaskan bahwa pada awal proses pembangunan, ketimpangan pendapatan bertambah besar karena adanya urbanisasi dan industrialisasi. Kemudian dalam proses perjalanan waktu tejadinya proses pembangunan akan mencapai puncaknya dan kemudian terjadi ketimpangan menurun (mengecil), yaitu pada saat sektor industri sudah mampu menyerap sebagian besar dari tenaga kerja yang datang dari sektor peredesaan (sektor pertanian), atau pada saat pangsa pertanian lebih kecil dari didalam produksi dan penciptaan pendapatan (Tambunan, 2009) Beberapa studi menguji hipotesis tersebut dengan menggunakan data agregat dari sejumlah negara. Sebagian besar mendukung hipotesa tersebut, seperti Anand dan Kanbur, 1993 dan Ahlulwalia, 1976. Namun ada juga yang menolak atau tidak menemukan korelasi yang kuat seperti Ravallion dan Datt, 1996 dan Field dan Jakubson (Tambunan, 2001). Selain itu beberapa pandangan terkait dengan hubungan antara pertumbuhan dan disparitas, seperti Myrdal, 1957 (dalam Jhingan, 1983) yang menyatakan bahwa teori teori yang ada lebih melihat pada dunia barat dan tidak dapat diterapkan dinegara yang sedang berkembang. Myrdal berpendapat bahwa gejala dan perkembangan ekonomi di negara negara yang sedang membangun menunjukkan bahwa ada kesenjangan antara wilayah maju dan tertinggal yang semakin lama semakin besar. Hal ini sebagai akibat kekuatan pasar yang memainkan peranan pertumbuhan sehingga tidak membantu yang tertinggal namun justru sebaliknya membantu yang kuat. Makin melebarnya kesenjangan tersebut dikenal sebagai backwash- effect (efek menguras) dan spread effect (efek menyebar). Efek menguras terjadi karena penggunanaan input atau faktor
31
produksi antara unsaha yang satu dengan yang lainnya saling betentangan. Sebaliknya efek menyebar terjadi karena digunakannya faktor produksi yang satu dengan yang lainnya saling mendukung. Dinegara sedang berkembang pada umumnya efek menguras lebih kuat dibanding efek menyebar sehingga kesenjangan semakin melebar. Beberapa penulis juga meyebutkan peran keterkaian kebelakang (backward linkage) dan keterkaitan kedepan (forward linkages) dalam menghasilkan aglomerasi pada suatu wilayah. Myrdal dan Hirschman (dalam Soetrisno, 1992) berpendapat bahwa eksternalitas lebih terkait dengan penawaran atau permintaan daripada sekedar adanya teknologi, dimana eksternalitas tersebut dapat meyebabkan perubahan struktur. Oleh sebab itu dampak akhir dari pola keterkaitan kebelakang atau keterkaitan kedepan pada disparitas wilayah akan tergantung pada perubahan struktur ekonomi pada wilayah tersebut. Pada akhirnya, bagaimana ekonomi lokal terhubung dengan ekonomi wilayah lainnya akan menentukan dampak dari antar wilayah maupun dampak intrawilayah tersebut. Dalam perkembangan selanjutnya, muncul penelitian empiris dan dikenal sebagai new economic geography (NEG) yang dipelopori oleh Krugman (Kuncoro, 2012). Kontribusi Krugman yang paling pokok adalah penghematan eksternal dan aglomerasi industri dalam skala regional dengan perdagangan. Penekanan dari penelitian tersebut merupakan kombinasi model persaingan tidak sempurna dan peningkatan skala ekonomis, serta teori lokasi yang menekankan pentingnya biaya transportasi.
32
Dalam standar ekonomi pembangunan, proses pembangunan akan menyebabkan dualisme (Meier, 1995, Suman dan Joesoef, 2006). Dualisme ekonomi ini akan berdampak sosial sebab hal ini mencerminkan ketimpangan (inequality), artinya dualisme merupakan suatu keadaan di mana ada daerah yang mengalami tingkat pembangunan yang tinggi dari daerah lain. Perbedaan ini dapat saja disebabkan kurangnya aksesibilitas kepada suatu wilayah. Oleh sebab itu, hal inilah yang sering menyebabkan adanya disparitas atau kesenjangan. Dengan demikian meredakan tensi dualisme merupakan salah satu kebijakan ekonomi. Dalam meredakan tensi dualisme tersebut, salah satu hal penting adalah biaya transportasi. Dari beberapa model ekonomi geografi, yang dilakukan oleh Martin dan Rogers (1995), Puga (2005), Behrens dan kawan kawan (2007) menunjukkan bahwa infrastruktur transportasi pada suatu negara dapat meningkatkan ketimpangan apabila terjadi pasar asimetris antara suatu wilayah dengan wilayah lainnya yang menyebabkan relokasi aktifitas ke daerah yang lebih menguntungkan setelah menurunnya biaya transportasi. Persyn dan Algoed (2011), dari hasil penelitiannya menyarankan bahwa investasi sektor transportasi mempercepat pertumbuhan wilayah maupun mengurangi disparitas. Daryanto (2003), berpendapat bahwa disparitas pembangunan antar daerah dapat dilihat dari kesenjangan dalam hal : 1. pendapatan perkapita 2. kualitas sumber daya manusia 3. pelayanan sosial seperti kesehatan, pendidikan dan sebagainya 4. akses ke perbankan 5. ketersediaan sarana dan prasarana transportasi.
33
Ketersediaan sarana dan prasarana transportasi dapat saja akan berakibat pada kesenjangan yang menyebabkan distorsi perdagangan antar daerah. 2.4.
Perkembangan Pemikiran Transportasi dan Ekonomi Wilayah Pemikiran neoklasik terkait dengan transportasi terus berjalan hingga saat
ini. Akan tetapi perdebatan dalam perkembangannya terus terjadi. Robert Fogel, 1964 (dalam Button 1993), melakukan penelitian dengan menggunakan ekonometrik di Amerika bahwa pada abad ke sembilan belas kontribusi transportasi rel (kereta api) ternyata telah dihitung (dinilai) secara berlebihan (overvalued). Dari penelitian Fogel, didapat bahwa dimulainya jalan kereta api pada abad ke sembilan belas tersebut tidak memberikan kontribusi yang krusial terhadap pertumbuhan ekonomi. Fogel menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang terjadi lebih disebabkan oleh adanya inovasi (revolusi ilmu pengetahuan). Efektifitas dari inovasi yang terjadi lebih disebabkan atau difasilitasi secara politis, geografi dan sosial. Fogel, kemudian menyimpulkan bahwa, walaupun hubungan antara transportasi dan pertumbuhan ekonomi adalah penting, namun secara luas telah diabaikan oleh para ekonom. Dari perspektif ekonomi geografi baru (new economic geography), Kilkenny (1995), dalam konteks daerah perdesaan di negara berkembang, mempunyai argumen bahwa, peningkatan jaringan transportasi dapat merugikan kinerja ekonomi di daerah perdesaan. Pengurangan biaya transportasi akan meningkatkan keuntungan dari firma diperkotaan dan mempromosikan adanya konsentrasi diperkotaan, dan dengan demikian akan mengurangi perusahaan dalam berinvestasi di daerah perdesaan. Menurut Kilkenny, pembangunan perdesaan (rural) hanya dapat dipengaruhi oleh peningkatan transportasi jika biaya
34
yang terkait dengan produksi di daerah perdesaan dan biaya akibat adanya transportasi lebih rendah daripada biaya yang mendukung produksi diperkotaan. Banister dan Berechman (2000), mengembangkan kerangka konseptual terkait dengan investasi di bidang transportasi dan pembangunan ekonomi. Walaupun menyederhanakan keterkaitan antara transport dan pembangunan ekonomi di wilayah yang sedang berkembang, kedua penulis tersebut menggunakan pendekatan makroekonomi untuk menilai dampak yang terjadi akibat adanya investasi dibidang transportasi terhadap pertumbuhan ekonomi terutama dinegara maju. Keduanya menyatakan bahwa investasi disektor transportasi akan secara langsung meningkatkan aksesibilitas, namun tidak selalu menyebabkan pertumbuhan ekonomi. Campisi dan Bella (1987), melakukan evaluasi perencanaan transportasi dalam jangka pendek dengan pendekatan input output model. Pendekatan yang didasarkan interregional input output dengan mempertimbangkan dampak yang dipicu oleh adanya perubahan dalam sistem transportasi. Dari hasil evaluasi disimpulkan bahwa disekonomi sebagai akibat stuktur ruang dari produksi dan konsumsi dapat diuraikan kedalam komponen lokasi dan komponen transportasi untuk menentukan peta inefisiensi dari setiap regional maupun sektoral. Pada sistem transportasi yang efisien maka wilayah yang dipengaruhi akan menerima manfaat dan kesempatan ekonomi yang baik. Sebaliknya sistem transportasi yang tidak efisien akan meningkatkan biaya ekonomi dan dengan demikian kehilangan kesempatan untuk berkembang. Rodrigue, Comtois dan Slack (2006), menyatakan bahwa dampak ekonomi dari transportasi dapat dibagi menjadi :
35
1.
Dampak langsung yaitu berhubungan dengan perubahan asesibilitas di mana transport memperluas pasar distribusi dan mengurangi biaya dan waktu yang dapat dihemat (time saving).
2.
Dampak tidak langsung adalah sebagai akibat dari dampak berganda (multiplier effect), seperti turun/naiknya harga harga komoditas barang. Dampak ekonomi dari sektor tansportasi tersebut, dengan demikian dapat
mempengaruhi perkembangan suatu regional, dan pada akhirnya akan mempengaruhi pembangunan daerah tersebut. Ahmed dkk (dalam Button, 1993) berpendapat bahwa di negara yang sedang berkembang, salah satu permasalahan yang menyebabkan hambatan terhadap pembanguan sosio-ekonomi dan integrasi nasional adalah akibat dari kurangnya fasilitas transportasi. Hal ini berdampak terhadap pembangunan infrastrutur lainnya seperti pendidikan dan kesehatan. Demikian juga input terhadap produksi pertanian dengan sektor lainya. Pendapat Ahmed tersebut, memberi pengertian bahwa peranan transportasi dalam pembangunan merupakan hal yang sangat penting, baik dalam pembangunan ekonomi suatu wilayah maupun antar wilayah. Kajian atau studi mengenai hubungan transportasi dan pembangunan ekonomi di atas, lebih banyak didasarkan kondisi di Eropa Barat
maupun
Amerika Utara atau sering disebut sebagai negara Barat. Periode kolonialime yang terjadi pada negara dunia ketiga oleh negara Barat, mungkin menyebabkan kurangnya studi mengenai pembangunan di negara sedang berkembang pada periode sebelum tahun enam puluhan (Hoyle, 1973, Mahayni, 1977). Pembangunan sektor transportasi selama periode kolonialisme dilaksanakan dengan mengikuti pola pola pembangunan di negara barat. Lebih spesifik lagi,
36
pembangunan transportasi pada saat itu lebih untuk melayani keinginan negara Barat untuk memenuhi perekonomian dan politik kolonial rezim dengan tujuan lebih kepada kontrol terhadap teritorialnya. Selain itu, dengan satu tujuan yaitu pertumbuhan ekonomi, maka pembangunan transportasi lebih di fokuskan kepada pembangunan ekonomi dari pada pengurangan kemiskinan. Creghtney (1994), berdasarkan pengalaman di Afrika, mengatakan bahwa transportasi dapat membentuk struktur baru perekonomian. Tujuan dari pembentukan stuktur baru (stuctural adjustment) adalah mengurangi defisit neraca pembayaran
melalui pengurangan permintaan domestik agar konsumsi dan
investasi seimbang dengan produksi dan pendapatan. Disamping itu juga dimaksudkan mengubah tingkat produksi yang memungkinkan keluar batas wilayah dengan meningkatkan alokasi sumber daya dan penggunaan sumber daya yang efisien atau meningkatkan jumlah input. Gregory and Bumb (2006), World Bank (2008), bahkan melaporkan bahwa, dampak transportasi sangat berpengaruh terhadap pertanian di Afrika Tengah, karena biaya transportasi mencapai sepertiga dari harga pupuk. Beberapa studi terkait dengan transportasi dan pembangunan di Indonesia juga telah banyak dilakukan. Parikesit dan Magribi (2005) melakukan studi mengenai interaksi antara transportasi perdesaan (rural) dan pembangunan wilayah di Sulawesi Tenggara dan menunjukkan bahwa rural transport memberikan dampak yang signifikan terhadap pembangunan disekitarnya. Adanya rural transport telah memperkecil disparitas antar daerah. Deichman dkk (2005), menguji peran dari ekonomi geografi dan faktor faktor yang berhubungan dengan distribusi aktifitas industri di Indonesia. Hasil
37
studi tersebut mengindikasikan bahwa peningkatan infrastruktur transportasi hanya memberikan dampak yang terbatas terhadap relokasi industri ke luar pulau Jawa. Direktorat Transportasi Bappenas (2006), mengkaji investasi di sektor transportasi. Berdasarkan analisis yang dilakukan maka nilai ICOR untuk sektor transportasi ternyata kurang dari satu. Artinya untuk menghasilkan satu satuan Nilai Tambah Bruto (NTB) hanya diperlukan nilai investasi kurang dari satu. Hal ini mengindikasikan bahwa investasi pada sektor transportasi tersebut cukup efisien. Firman (2008), dengan menggunakan metoda input output analisis, melakukan investigasi dampak sektor transportasi terhadap sektor pertanian dan peternakan. Berdasarkan hasil analisis input ouput nasional 2005, maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan sektor transportasi sangat menunjang sektor sektor dalam mendistribusikan barang dan jasa. Khususnya sektor pertanian dan peternakan merupakan sektor yang menjadi salah satu sektor yang dapat memanfaatkan output sektor transportasi dalam mendistribusikan barang dan jasa. 2.5.
Tinjauan Metode Analisis Dampak
2.5.1. Beberapa Pendekatan dalam Analisis Ekonomi Sektor Transportasi Untuk dapat melakukan analisis ketergantungan atau keterkaitan ekonomi antarsektor dan antarwilayah yang terjadi maka dibutuhkan sebuah perangkat analisis yang memadai untuk mengidentifikasi, menganalisis dan mensimulasi keterkaitan antarwilayah dan antarsektor. Dengan perangkat analisis yang tepat, maka pola keterkaitan yang akan dibangun dapat disimulasi berdasarkan skenario-
38
skenario kebijakan tertentu. Dampak dari setiap kebijakan pembangunan transportasi di suatu wilayah akan dapat diketahui, bukan hanya terhadap perkembangan sektoral saja, namun yang lebih utama lagi dampaknya tersebut dapat ditelusuri lintas wilayah. Pada prinsipnya cukup banyak alat yang tersedia untuk menganalisa mengestimasi pembangunan transportasi. Benefit Cost Analysis (BCA), sudah banyak digunakan di Indonesia, terutama dalam proyek proyek transportasi (Bappenas dan JICA, 2004, Departemen Pekerjaan Umum, 2006, Korea Expressway Corporation dan Seoyong Engineering Co.ltd, 2007). Penggunaan BCA ini lebih sebagai alat pengambil keputusan dalam menentukan suatu prioritas suatu project dengan project lainnya. Salah satu kelemahan dari penggunaan BCA ini adalah sensitif terhadap penentuan discount rate (Burrel dan Haugen, 2000), karena tingkat discount rate dapat merubah analisa yang telah dibuat. Pendekatan lainnya yang juga sering digunakan dalam studi dampak antarwilayah, salah satunya adalah adalah interregional input-output. Dalam model ini hubungan keterkaitan antarwilayah dan antarsektor dituangkan dalam bentuk matriks input-output antarsektor dan antarwilayah. Meskipun model ini cukup mampu menjelaskan hubungan keterkaitan antarwilayah dan antarsektor, namun interaksi antarwilayah yang dapat direkam sebatas pada dua wilayah saja, dan mengabaikan efek multiplier interegion dari wilayah-wilayah lainnya. Untuk mengatasi hal ini akhirnya input-output interregion dikembangkan menjadi inputoutput multiregion. Model input-output ini sudah dapat memotret keterkaitan antarwilayah bukan hanya pada dua wilayah saja, namun yang lebih luas lagi bisa
39
lebih dari dua wilayah sebagaimana halnya yang digunakan dalam studi ini yang akan memotret dampak interregion tersebut pada 5 wilayah. Meskipun demikian tetap diakui bahwa input-output multiregion ini masih mengandung keterbatasanketerbatasan, diantaranya adalah tidak mampu menjelaskan secara lebih detail pengaruh keseimbangan distribusi nilai tambah perekonomian antarwilayah, antarsektor dan antar institusi (rumahtangga, pemerintah dan swasta). Model berikutnya yaitu multiregional SAM (Social Accounting Matrix) merupakan perluasan dari model multiregional input output. Model ini mampu menjelaskan pengaruh pemerataan distribusi antar wilayah, antarsektor dan antarinstitusi terhadap kinerja perekonomian. Model ini juga cukup mampu memberikan hasil yang lebih detil sehingga lebih berguna dalam merumuskan kebijakan-kebijakan pembangunan wilayah yang sudah harus fokus kepada wilayah, sektor dan institusi tertentu. Meskipun demikian model multiregional SAM juga memiliki keterbatasan mengingat bahwa model ini disusun berdasarkan asumsi bahwa faktor harga dianggap tetap. Akibatnya intervesi yang diberikan dari neraca eksogenous berpengaruh secara linier terhadap neraca endogenus (aktivitas produksi, faktor produksi, dan institusi). Dalam kenyataanya di lapangan, harga selalu berfluktuasi seiring dengan fluktuasi suplai dan demand. Selain itu kelemahan yang lain model multiregion SAM lebih bersifat statis sehingga hanya dapat memberikan gambaran pengaruh intervensi dalam jangka pendek. Untuk mengatasi kelemahan dari model multiregion SAM sebenarnya dapat disusun model berikutnya yaitu multiregion CGE (Computable General Equilibrium). Pada model ini disusun serangkain persamaan yang dapat
40
menjelaskan dinamika dari masing-masing komponen dalam multiregion SAM (Haddad, E.A dan Hewings, G.J.D, 1998, Ishiguro dkk, 2003). Persamaanpersamaan ini disusun di luar tabel multiregion SAM tersebut. Konsekuansinya adalah dibutuhkan data-data dan serangkaian persamaan yang cukup kompleks. Meskipun model multiregion CGE merupakan model yang cukup mampu untuk mempertajam model multiregion SAM, tetapi penyusunan persamaan yang relatif kompleks membutuhkan tenaga dan waktu yang tidak sedikit. Apalagi dengan cakupan multiregion wilayah provinsi yang terdiri dari 5 wilayah, maka susunan persamaannya menjadi sangat kompleks. Kompleksitas ini pada akhirnya akan membuat bias perhitungan karena terlalu banyak asumsi yang harus digunakan dalam mengaplikasikan parameter-parameter pada setiap persamaan CGE yang dibangun. Terkait dengan berbagai kelebihan dan keterbatasan alat-alat analisis interregion di atas, maka dalam studi ini akhirnya dipilih model input-output multiregion untuk menjawab permasalahan yang telah ditetapkan. Meskipun model input-output multiregion mengandung beberapa kelemahan, tetapi model ini cukup mampu mengakomodasikan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam studi ini. Bahkan dalam aplikasinya lebih lanjut jika memungkinkan untuk menganalisis lebih mendalam mengenai perubahan struktural perekonomian masing-masing wilayah melalui teknik dekomposisi struktural yang dapat menjelaskan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah itu apakah diakibatkan pertumbuhan suatu sektor pada wilayah sendiri atau dari sektor tertentu pada wilayah-wilayah lainnya, yang mana dalam hal ini ada lima wilayah yang ditelusuri. Pada saat ini penerapan dekomposisi struktural antarwilayah hanya
41
dapat diturunkan melalui model input-output multiregion saja. Bukan hanya itu, aplikasi input-output multiregion lainnya yang tidak dapat diturunkan melalui model SAM dan CGE antara lain multiplier product matrix analysis (MPM), dan field of influence, di mana semuanya ini sangat berguna sekali untuk mengamati perubahan-perubahan struktur perekonomian wilayah dengan lebih detail yang diakibatkan perkembangan sektor transportasi. 2.5.2. Model Keseimbangan Umum Semua unit ekonomi baik itu konsumen,
produsen atau
pemasok
merupakan faktor yang saling terkait. Teori keseimbangan umum berkenaan dengan masalah apakah tindakan yang saling bebas oleh para pembuat keputusan mendorong ke suatu posisi di mana keseimbangan tercapai oleh semua pihak. Keseimbangan umum didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana semua pasar dan semua unit pembuat keputusan berada dalam keseimbangan secara simultan. Keseimbangan umum ada jika di setiap pasar terjadi keseimbangan pada harga yang positif, setiap konsumem memaksimumkan kepuasan dan setiap produsen memaksimumkan keuntungan (Koutsoyiannis, 1982). Keseimbangan umum muncul dari solusi model persamaan simultan, yang terdiri dari berjuta-juta persamaan dan berjuta-juta hal yang tidak diketahui. Hal yang tidak diketahui adalah harga dan kuantitas (faktor atau komoditi). Persamaan-persamaan dalam sistem diturunkan dari upaya memaksimumkan perilaku konsumen dan produsen yang berbentuk persamaan perilaku yang menjelaskan fungsi permintaan dan penawaran di semua pasar oleh semua individu, serta persamaan market-clearing.
42
Model keseimbangan umum dikembangkan oleh ekonom Prancis, Leon Walras (1834-1910), yang memberikan argumen bahwa semua harga dan kuantitas di semua pasar ditentukan secara simultan melalui interaksi satu dengan lainnya. Secara umum dalam model keseimbangan Walras, jumlah pasar sama dengan jumlah komoditi dan faktor produksi. Untuk setiap pasar terdapat tiga fungsi, yaitu fungsi permintaan, penawaran dan keseimbangan pasar, yang mensyaratkan bahwa jumlah yang diminta sama dengan jumlah yang ditawarkan. Dalam pasar komoditi, banyaknya fungsi permintaan sama dengan banyaknya konsumen dan banyaknya fungsi penawaran sama dengan banyaknya perusahaan yang memproduksi komoditas. Dalam suatu pasar faktor, banyaknya fungsi permintaan sama dengan banyaknya perusahaan dikalikan dengan banyaknya komoditas yang diproduksinya. Namun
demikian,
Leon
Walras
sendiri
tidak
pernah
mampu
membuktikan keberadaan keseimbangan umum walaupun banyaknya persamaan sama dengan banyaknya hal yang tidak diketahui, tidak ada jaminan bahwa keseimbangan umum pasti terjadi. Disamping permasalahan keberadaan keseimbangan umum, dua hal yang berkaitan dengan persoalan ini adalah permasalahan kestabilan dan keunikan dari keseimbangan umum. Koutsoyiannis (1982) memberikan argumen bahwa analisis keseimbangan umum menjadi kurang berguna secara praktis, jika tidak diketahui apakah sistem ekonomi dapat mencapai atau menuju ke arah keseimbangan umum. Pendapat lainnya mengatakan bahwa model keseimbangan umum akan bermanfaat, walaupun tidak ada solusinya, karena menunjukkan kompleksitas dari keterkaitan antarpasar dan antarpembuat keputusan secara individual.
43
Model keseimbangan umum yang rumit dan tidak pernah ditemukan solusinya kemudian disederhanakan oleh Leontief menjadi model yang diterapkan secara empiris. Dengan menggunakan data data di Amerika Serikat, Leontief berhasil menyusun model Tabel Input–Output (Miller dan Blair, 1985). Model Input-Output (I-O) merupakan salah satu peralatan analisis yang banyak digunakan dalam berbagai disiplin ilmu, seperti ekonomi, geografi, regional science, engineering, dan sebagainya. Hal ini tidak terlepas dari kerangka dasar I-O itu sendiri yang intinya menunjukkan keterkaitan (interdependency) antara satu sektor dengan sektor lainnya dalam suatu perekonomian atau satuan sistem pada satu periode waktu tertentu. Selain itu model I-O mampu memprediksi dampak dari tindakan ekonomi yang direncanakan (misalnya pembangunan nasional). Fukuishi (2010), menjelaskan bahwa masih sedikit riset sektor transportasi yang menggunakan I-O. Dengan demikian model I-O nasional maupun daerah bermanfaat dalam perencanaan pembangunan dan evaluasinya untuk level agregat nasional atau daerah. 2.5.3. Pentingnya Memahami Ekonomi Spasial Dalam ekonomi spasial, sudah banyak dilakukan studi tentang model perkembangan ekonomi nasional secara agregatif, baik yang dilakukan secara individual maupun institusi. Salah satu tujuan studi studi tersebut adalah untuk melihat dampak perubahan variabel-variabel kebijakan atau variabel yang dieksogenkan ke dalam perekonomian. Namun, model-model ekonomi agregat demikian tidak lagi memadai karena tidak dapat menggambarkan aspek ruang
44
suatu perekonomian, baik dalam pelaksanaan kegiatan maupun dalam pemanfaatan hasil pembangunan (Muchdie, 1998b), Demikian pula dengan model I-O nasional atau daerah, yang digunakan untuk mengukur dampak perubahan permintaan akhir terhadap perekonomian, karena tidak mampu menggambarkan aspek ruang perekonomian nasional atau daerah. Akibatnya, model I-O tidak terlalu banyak manfaatnya bagi perencanaan pembangunan dan evaluasinya yang telah memasuki ke dalam dimensi ruang. Oleh karena itu dibutuhkan model yang mampu memberikan analisis tentang dampak langsung, tidak langsung dan yang terimbas (induced effect) dari kegiatan pembangunan yang memasukkan aspek keruangan. Model Interregional InputOutput (IRIO) memiliki kapasitas tersebut. Indonesia sebagai suatu negara yang terdiri atas beribu-ribu pulau dengan beragam sifat yang unik, tingkat teknologi dan perkembangan ekonomi yang berbeda antar-daerah, adalah sangat riskan untuk mengabaikan aspek ruang, aspek daerah dan wilayah. Uppal (1986) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi telah diikuti oleh semakin buruknya pemerataan pendapatan, merupakan suatu bukti pengabaian terhadap dimensi ruang dalam pembangunan. Kameo dan Rietvield (1987) mengatakan bahwa tidak ditemukan kecenderungan penurunan ketidakmeratan pendapatan per kapita antardaerah di Indonesia dalam periode 1975-1982. Muchdi (1998a), berpendapat bahwa dipandang dari sudut nasional, ketidakmerataan antardaerah merupakan hal yang sangat peka dengan cara apa pun harus dihindari.
45
2.5.4. Pentingnya Menerapkan IRIO dalam Analisis Ekonomi Sektoral dan Spasial Model
IRIO
selain
mampu
menggambarkan
tentang
struktur
ketergantungan sektoral (sectoral interdependency) juga mampu menunjukkan ketergantungan regional (regional interdependency), yaitu antara satu kegiatan ekonomi di suatu daerah dengan kegiatan ekonomi di daerah lainnya (BPS, 2000). Model I-O daerah hanya menangkap keterkaitan antarindustri lokal, tetapi model mengabaikan keterkaitan ekonomi antardaerah. Model I-O daerah bersifat terbuka, maksudnya hanya mampu menelusuri pengaruh dari perubahan permintaan akhir di daerah setempat. Model tersebut tidak memperhitungkan sistem antardaerah, yaitu tidak melihat asal perubahan permintaan akhir dan tidak melihat juga umpan balik (spill-over repercussion) dari perubahan di luar terhadap aktivitas ekonomi di daerah. Secara singkat, model I-O daerah hanya memungkinkan kita memperhitungkan feedback antarindustri di daerah saja tetapi tidak memperhitungkan feedback antardaerah. Richardson (1972), berpendapat bahwa kontribusi I-O bagi analisis daerah tidak akan pernah mencapai keadaan yang mendekati potensi sebenarnya, kecuali sistem menyeluruh dari tabel I-O antardaerah sudah disusun. Selanjutnya, Richardson berpendapat bahwa istilah interregional model (IRIO) dan multiregional model (MRIO) boleh dipertukarkan. Istilah pertama mengacu pada kasus di mana daerah-daerah dalam model menyempurnakan suatu sistem (misalnya komponen dari perekonomian). Sedangkan istilah kedua mengacu kepada sembarang kelompok daerah yang saling berkaitan yang sering membentuk sebagian dari perekonomian nasional.
46
Menganalisis model I-O antardaerah memberikan beberapa keuntungan, diantaranya dengan kerangka kerja yang konsisten menyajikan pengecekan terhadap data itu sendiri. Misalnya total ekspor harus sama dengan total impor antardaerah. Dengan tersedianya I-O antardaerah memberikan tekanan yang kuat bagi studi-studi I-O daerah secara sekuensial. Data dasar untuk menyusun I-O antardaerah adalah permintaan akhir, koefisien teknis dan perdagangan antardaerah tahunan. Tabel I-O antardaerah memiliki aplikasi yang lebih luas daripada I-O daerah. Rincian potensi penggunaan Tabel I-O antardaerah adalah sebagai berikut (Richardson, 1972): 1. Studi tentang pergeseran lokasi kegiatan industri dan tenaga kerja. 2. Estimasi perbedaan yang bersifat kedaerahan dan ciri industri dalam teknik produksi. 3. Menghitung neraca ekonomi antar daerah. 4. Studi dampak berlingkup daerah. 5. Studi program pembangunan ekonomi berlingkup daerah. 6. Perencanaan ketahanan masyarakat. Contoh nyata dari penggunaan Tabel I-O antardaerah adalah: 1. perhitungan pengaruh pada daerah yang berbeda atas perubahan pada pengeluaran pemerintah pusat. 2. Mengevaluasi pengaruh dari pergeseran antardaerah dalam lokasi industri. 3. Pengukuran dan peramalan pasar ekspor dari suatu daerah.
47
4. Pengukuran dampak kenaikan tarif transportasi barang antardaerah terhadap produksi daerah dan perdagangan. 5. Penghitungan dampak limpahan (spill-over effect) perluasan pembangunan di daerah kaya terhadap daerah miskin dan feedback antardaerah. Model IRIO membagi ekonomi nasional berdasarkan sektor dan daerah kegiatan (Hulu, 1990), sedang struktur dasar model IRIO secara rinci telah dibahas dalam Muchdie (1998a, 1998b). Walaupun IRIO adalah model yang paling ideal, menurut Muchdi (1998b), model ini mempunyai dua masalah yang serius. Pertama, berkaitan dengan asumsi bahwa suatu komoditi yang diproduksi di suatu daerah, secara teknis berbeda dengan komoditi sama yang dihasilkan oleh daerah lainnya. Kedua, untuk memperoleh estimasi nilai koefisien perdagangan diperlukan data arus perdagangan menurut daerah asal dan daerah tujuan serta menurut sektor produksi dan sektor konsumsi. Data seperti ini biasanya tidak tersedia, bahkan di negara yang statistiknya sudah maju sekalipun. Untuk dapat memperolehnya diperlukan survai yang akan membutuhkan biaya, tenaga dan waktu yang banyak. Hal-hal inilah yang menyebabkan sangat sedikit negara yang sudah menyusun tabel IRIO. Untuk mengatasi masalah-masalah itu, berbagai model I-O mengenakan asumsi bahwa barang yang sama tidak lagi perlu dibedakan dari daerah asalnya. Dalam penerapannya, ada yang menggunakan perkiraan titik (Chenery dan Moses), ada pula yang menggunakan teori gravitasi (Leontief dan Strout) dan ada yang menggunakan perumusan pemrograman linear (Moses) (Muchdie 1998a).
48
2.5.5. Pentingnya Analisis Dampak dari Model IRIO Menurut Muchdie (1998a), Daryanto dan Hafizrianda (2010) dengan model I-O antardaerah (IRIO), analisis struktur ruang dalam perekonomian Indonesia dapat dibahas. Bahasan tersebut dapat menggunakan analisis: 1. Dampak pengganda total (total multiplier effects) baik sektoral maupun spasial, 2. Dampak pengganda bersih sektoral dan spasial, 3. Dampak luberan (spill-over effects), dan 4. Dampak balik (feed-back effects). Angka pengganda merupakan ukuran kepekaan suatu perekonomian terhadap perubahan yang dinyatakan dalam hubungan sebab-akibat. Pengganda pada model I-O biasanya diasumsikan sebagai tanggapan (respons) terhadap meningkatnya permintaan akhir suatu sektor tertentu. Muchdie (1998a), mengingatkan bahwa konsep pengganda sering digunakan secara rancu sehingga menghasilkan interpretasi yang keliru. Oleh sebab itu beberapa pendapat menyatakan bahwa perlu membedakan kategori pengganda menjadi dampak awal (initial impact), dampak imbasan kegiatan produksi (production-induced impact) dan dampak imbasan konsumsi (consumption-induced effect). Selain itu, juga ada kategori lain yang disebut dampak luberan (flow-on impact), yang merupakan dampak bersih. Secara teoritis, pengganda dari model I-O daerah tunggal lebih kecil daripada pengganda model I-O antar daerah. Penegasan lebih jauh dilakukan oleh Miller (1985) melalui percobaan yang lebih komprehensif dalam menguji sistem
49
perekonomian tertutup. Kesimpulannya adalah bahwa umpan balik antardaerah bergantung kepada tingkat keterkaitan ekonomi antardaerah atau berlawanan dengan derajat kemandirian suatu daerah. Semakin mandiri suatu daerah, semakin kecil tingkat keterkaitan antardaerahnya. Miller bahkan mengusulkan aturan kasar untuk menentukan besaran umpan balik secara a priori: suatu daerah yang mensupplai 10 persen dari kebutuhannya akan menaksir terlalu rendah perubahan outputnya sebesar 10 persen bila mengabaikan konsep umpan balik. Sementara daerah yang mensupplai 90 persen kebutuhannya akan menaksir terlalu rendah perubahan outputnya sebesar 2 persen. Jadi untuk setiap kenaikan 10 persen kemampuan memsupplai kebutuhannya senndiri, akan menurunkan kesalahan sebesar 1 persen atas perkiraan perubahan output. Muchdie (1998a), merinci lebih jauh menjadi empat tipe pengganda, dua diantaranya relevan dengan kajian model antardaerah, yaitu pengganda khusus sektoral (sector-specific multipliers) dan pengganda khusus spasial (spatialspecific multipliers). Pengganda khusus sektoral menyatakan jumlah input yang dibutuhkan dari perekonomian secara keseluruhan (tanpa memandang ruang) untuk memenuhi bertambahnya satu unit permintaan akhir sektor yang dimaksud. Pengganda khusus spasial menyatakan jumlah input yang dibutuhkan dari semua sektor pada suatu daerah karena meningkatnya satu unit permintaan akhir daerah yang berhubungan dengan transportasi. Miller dan Blair (1985) telah mendefinisikan IDBAD (indeks dampak balik antardaerah atau interregional feed-back index) dan IDBTAD (indeks dampak balik dan luberan antardaerah atau interregional feed-back and spill-over index) untuk mengukur saling ketergantungan antardaerah. Berdasarkan kedua
50
indeks tersebut dapat dianalisis pentingnya keterkaitan antardaerah di Indonesia. Dampak balik pengganda total dapat dengan mudah diperlihatkan sebagai selisih antara pengganda total pada model daerah-tunggal dan pengganda total pada model antardaerah, yaitu pengganda total yang terjadi di daerah yang berstransportasi pada model antardaerah. Dampak luberan adalah pengganda total yang terjadi di daerah lain karena terjadinya peningkatan permintaan akhir pada daerah yang sedang dipelajari. Ini diukur dari perbedaan antara pengganda total dan pengganda yang terjadi hanya pada daerah yang dipelajari. Mengenai metode penghitungan akan dijelaskan dalam bab 3.
51
III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 3.1
Kerangka Pikir Penelitian Kerangka pikir merupakan suatu hal yang diperlukan dalam setiap
penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya perluasan bidang garapan yang dapat mengakibatkan penelitian menjadi tidak terfokus (Verschuren dan Dooreward, 1999; de Vaus, 2001). Secara umum, analisis yang dilaksanakan dalam penelitian ini dapat dijabarkan dalam dua tahapan. Tahapan pertama dilaksanakan untuk mengetahui keterkaitan ekonomi dan struktur ekonomi antar pulau dalam periode tahun 2000 dan 2005. Pada tahap ini, alur penghitungan keterkaitan ekonomi didasari oleh analisis model IRIO 2000. Model IRIO 2000 ini selain untuk mendapatkan acuan (benchmark) struktur perekonomian dan keterkaitan antarregion periode sebelumnya. Pola perubahan struktur ekonomi sektoral dan spasial digunakan untuk melihat dampak dari pembangunan sektor transportasi, sehingga melalui pola ini dapat tergambarkan fokus investasi. Selanjutnya, pola ini juga dapat menggambarkan produktivitas perekonomian antar-sektor dan antarregion. Tahapan kedua dilaksanakan untuk mengetahui peranan sektor transportasi dalam mengurangi disparitas ekonomi antar wilayah dengan integrasi intra wilayah dan antar wilayah. Hal ini dapat dilakukan dengan data dasar IRIO 2000 dan IRIO 2005. Dari sini diperoleh gambaran dampak sektor transportasi di masing-masing wilayah dalam mengurangi disparitas intra wilayah dan antar wilayah. Sehingga diperoleh gambaran dampak simulasi kebijakan sektor transportasi terhadap output, nilai tambah, dan kesempatan kerja regional. Lebih
52
jauh lagi, dari tahap ini diketahui dampak investasi infrastruktur transportasi dan hubungannya terhadap peningkatan perdagangan intra wilayah dan antar wilayah. Perekonomian Wilayah Indonesia
IRIO 2000
IRIO 2005
Aggregasi/Disaggregasi (12 sektor)
Aggregasi/Disaggregasi (12 sektor)
5 Wilayah
5 Wilayah Analisis
Perubahan Struktur Wilayah
Input Output Wilayah
DFD;EE;IS;TC Transportasi (darat, laut, udara)
Analisis deskriptif, keterkaitan dampak output, nilai tambah dan kesempatan kerja
Sumber-sumber Pertumbuhan Sektor Transportasi dan Disparitas Ekonomi di Wilayah Indonesia
Gambar 8 . Alur Penghitungan Analisis Dampak dan Pola Perubahan Struktural Ekonomi Pola perdagangan antar wilayah dianalisis dengan melihat angka ekspor, impor dan ekspor neto daerah, baik domestik maupun internasional. Kemudian nilai ekspor total domestik akan dipecah ke dalam nilai ekspor untuk permintaan antara dan permintaan akhir. Nilai ekspor dan impor tersebut diproksi dari model IRIO Indonesia tahun 2005 dan 2000. Untuk menganalisis derajat keterkaitan dan kemandirian suatu pulau terhadap pulau lainnya akan digunakan model I-O Daerah dan Input-Output Antardaerah (IRIO). Keterkaitan ekonomi dilihat dari aspek sektoral dan spasial. Dari aspek sektoral dianalisis keterkaitan ekonomi
53
antarsektor di suatu pulau. Sedangkan dari aspek spasial, dianalisis keterkaitan ekonomi antar-wilayah secara sektoral. Dari kedua tahapan umum yang dijabarkan di atas diharapkan adanya implikasi kebijakan, monitoring dan evaluasi, serta perencanaan progam sektor transportasi terhadap pengurangan disparitas ekonomi intra wilayah dan antar wilayah. Dampak secara sektoral dan regional digunakan untuk melihat implikasi kebijakan pembangunan sektor transportasi yang sudah dilakukan pemerintah. 3.2.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian literatur dan konseptualisasi penelitian, maka diperoleh hipotesis : 1. Untuk mempercepat perubahan struktural di sektor transportasi maka diperlukan dukungan Domestic Final Demand (DFD) dan Expansi Export (EE). 2. Terdapat pola saling ketergantungan antar sektor dalam ekonomi yang diikat oleh sektor transportasi sebagai katalisator. 3. Sektor transportasi merupakan faktor pendorong dalam intrawilayah/ interwilayah dalam usaha menghubungkan simpul simpul strategis. 3.3.
Kerangka Interregional Input-Output Sampai dengan saat ini, sudah banyak pihak yang melakukan studi tentang
model perkembangan ekonomi nasional secara agregat, baik yang dilakukan secara individual maupun institusi. Salah satu tujuan studi seperti ini adalah untuk menangkap dampak perubahan variabel-variabel kebijakan atau variabel yang
54
dieksogenkan ke dalam perekonomian. Menurut Muchdie (1998), model-model ekonomi agregat demikian tidak lagi memadai karena tidak dapat menggambarkan aspek ruang suatu perekonomian, baik dalam pelaksanaan kegiatan maupun dalam pemanfaatan hasil pembangunan. Demikian pula dengan model I-O nasional atau daerah, yang digunakan untuk mengukur dampak perubahan permintaan akhir terhadap perekonomian, tidak mampu menggambarkan aspek ruang perekonomian nasional atau daerah. Jadi, model I-O tidak terlalu banyak manfaatnya bagi perencanaan pembangunan dan evaluasinya yang telah merasuk ke dalam dimensi ruang. Oleh karena itu, sekarang dibutuhkan model yang mampu memberikan analisis tentang dampak langsung, tidak langsung dan, yang terimbas (induced effect) dari kegiatan pembangunan yang memasukkan aspek keruangan. Model Interregional Inputoutput (IRIO) memiliki kapasitas tersebut. Model IRIO menawarkan beberapa kelebihan tidak seperti model I-O regional. Pertama, model I-O suatu daerah mengabaikan dampak pengganda pada suatu perekonomian daerah yang didorong oleh aliran perdagangan antardaerah (Bulmer-Thomas, 1982). Model IRIO menyadari kelemahan ini dengan menambahkan (1) baris untuk mencatat impor daerah dan (2) kolom untuk mencatat tambahan ekspor daerah1. Struktur keterkaitan antarregion telah menjadi topik diskusi yang umum di dalam analisis regional, yang diarahkan pada permasalahan dampak timbal balik (feedback effect) antarregion dan derajat tingkat perubahan yang dimulai pada satu daerah yang mempengaruhi aktivitas ekonomi di daerah lain. Hal ini akan 1
dikutip dari Kuncoro (2002) hal 152.
55
mempengaruhi kembali aktivitas ekonomi di daerah asal. Sementara itu, Miller (1969) mengusulkan suatu perumusan proses feedback untuk menangani masalah ini yang sedikit berbeda dengan Miyazawa (1976) yang mengusulkan cara yang inovatif dengan membatasi sistem daerah yang dianalisis dengan menghasilkan identifikasi yang dikenal sebagai internal, eksternal multiplier interregional feedback effects. Dari waktu ke waktu, sistem model input-output telah menerapkan perkiraan keterkaitan ekonomi dengan lingkungan. Lebih lanjut, sistem model ekonomi interregional input-output dapat diterapkan di dalam analisis dampak residual yang dihasilkan oleh kegiatan ekonomi antardaerah (Raa, 2003). 3.4.
Dampak Pengganda Input-Output Matriks multiplier Input Output atau Leontief Inverse Matrix adalah
matriks (I-A)-1 yang sering diberi nama matriks B. Matriks ini digunakan untuk melihat bagaimana output terjadi jika terdapat perubahan di permintaan akhir. West dan Jensen (1980) membedakan kategori pengganda menjadi dampak awal (initial impact) dan dampak luberan yaitu akumulasi dari dampak pengaruh langsung (direct effect), dampak pengaruh tidak langsung (indirect effect) yang juga dikenal dengan pengaruh dukungan industri (industrial support effect), serta dampak imbasan konsumsi (consumption induced effect) terhadap pembentukan output, nilai tambah dan kesempatan kerja secara regional dan sektoral dalam model IRIO.
56
3.4.1
Dampak Pengganda Total Dampak pengganda total merupakan penjumlahan dari dampak awal,
dampak langsung, dampak tidak langsung dan dampak imbasan konsumsi. Dampak pengganda total dapat berupa dampak pengganda total output, pendapatan dan kesempatan kerja sebagai akibat terjadinya perubahan pada permintaan akhir. Sebagai contoh dapat diilustrasikan sebagai berikut: Apabila sektor Konstruksi di Jawa memiliki angka dampak pengganda total terbesar di antara sektor-sektor di 5 kelompok pulau, yaitu sebesar 2.866, maka arti dari angka ini adalah jika permintaan akhir terhadap output sektor konstruksi di Jawa meningkat sebesar Rp 1000, maka berdampak pada peningkatan output perekonomian keseluruhan (semua sektor dan pulau) senilai Rp 2866. Untuk pengganda total pendapatan, misalnya sektor jasa-jasa lainnya di Kalimantan memiliki nilai pengganda total sebesar 0.980. Artinya jika terjadi peningkatan permintaan akhir jasa-jasa lainnya di Kalimantan sebesar Rp 1000, maka akan meningkatkan pendapatan total sebesar Rp 980. 3.4.2. Dampak Pengganda Sektoral Pengganda sektoral adalah dekomposisi pengganda berdasarkan sektoral, yaitu dibedakan menjadi dampak yang terjadi pada sektor yang mengalami kenaikan permintaan akhir dan dampak yang terjadi pada sektor-sektor lainnya. Hasil studi Muchdie (1998a), menunjukkan bahwa pada beberapa sektor, pengganda pada sektor sendiri mencapai lebih dari 60 persen dari pengganda total karena besarnya dampak awal. Akan tetapi, ada beberapa sektor di mana dampak pengganda yang terjadi pada sektor lain lebih besar dibanding dengan yang terjadi
57
pada sektor sendiri. Ini terutama karena kuatnya keterkaitan antarsektorantardaerah melalui pembelian input. 3.4.3. Dampak Pengganda Spasial Pengganda spasial adalah dekomposisi pengganda berdasarkan keruangan, yaitu dibedakan menjadi dampak yang terjadi pada pulau sendiri dan pulau lain. Umumnya pengganda output yang terjadi pada pulau sendiri lebih besar dibandingkan dengan yang mengimbas ke pulau lain. Penyebabnya ada dua hal yaitu dampak awal yang terjadi pada pulau itu sendiri dan lemahnya keterkaitan antar-daerah.Tingginya persentase dampak pengganda yang terjadi di pulau sendiri menunjukkan bahwa pulau tersebut sangat mandiri, tetapi ini juga berarti bahwa keterkaitan spasial dengan pulau-pulau lainnya sangat lemah. 3.4.4. Dampak Pengganda Bersih Nilai pengganda total saja dapat menyesatkan jika analisis ditujukan untuk memilih sektor-sektor unggulan. Dampak bersih (flow-on effects) agaknya lebih tepat karena menunjukkan dampak bersih akibat berubahnya permintaan akhir. Dampak bersih mengukur dampak yang terjadi pada semua sektor-spasial sebagai hasil dari dampak awal. Dampak bersih diukur dari dampak langsung, dampak tidak langsung dan dampak imbasan. Dampak awal yang merupakan sebab telah dikeluarkan dalam perhitungan sehingga diperoleh dampak bersih.
Dalam
konteks antar-daerah, dampak bersih ini tersebar pada berbagai sektor dan juga pada berbagai pulau.
58
A.
Dampak Pengganda Bersih Sektoral Dampak bersih sektoral adalah dampak bersih akibat adanya perubahan
permintaan akhir terhadap perekonomian yang dilihat secara secara sektoral, atau tidak memperhatikan sisi spasial. Menurut hasil studi Muchdie (1998a), secara umum dampak bersih output yang diciptakan karena perubahan permintaan akhir dinikmati oleh tiga sektor dominan dalam perekonomian Indonesia, yaitu sektor Industri, Pertanian (peternakan, kehutanan dan perikanan) dan Perdagangan, hotel dan restoran. B.
Dampak Pengganda Bersih Spasial Dampak bersih spasial adalah dampak bersih akibat adanya perubahan
permintaan akhir terhadap perekonomian yang dilihat secara spasial, atau tidak memperhatikan sisi sektoral. Seberapa besar persentase dampak bersih akan terjadi di pulau sendiri sangat ditentukan oleh besarnya keterkaitan antarpulau melalui dampak luberan (spill-over effects) dan dampak balik (feed-back effects). Semakin besar dampak luberan, akan semakin besar dampak bersih yang terjadi di pulau lain dan semakin kecil dampak bersih yang terjadi di pulau sendiri. Semakin besar dampak balik, akan semakin besar persentase dampak bersih yang terjadi di pulau sendiri. Pada bagian berikut kedua hal tersebut akan dibahas secara lebih rinci. 3.4.5. Dampak Balik dan Luberan Persentase kesalahan total angka pengganda (overall percentage error) muncul karena mengabaikan keterkaitan spasial dengan menggunakan ukuran dan
59
definisi IDBAD dan IDBTAD2. Perhitungan ini didasarkan atas matriks Kebalikan Leontief tertutup yang secara total sudah mempertimbangkan dampak imbasan konsumsi. Pada tingkat nasional, nilai IDBAD adalah kecil untuk semua angka pengganda total (output, pendapatan dan kesempatan kerja). Akan tetapi, nilai IDBTAD cukup berarti mengingat besarnya dampak luberan. Pengabaian dampak balik dan dampak luberan antardaerah akan menyebabkan angka pengganda total lebih rendah. Nilai IDBTAD akan lebih relevan dalam analisis keterkaitan antardaerah karena indeks tersebut mencakup analisis yang lebih menyeluruh di mana diperhitungkan dampak luberan dan dampak balik secara bersama-sama. Nilai IDBTAD di atas menunjukkan pentingnya keterkaitan antarpulau dalam ekonomi kepulauan, seperti Indonesia. Pengabaian keterkaitan spasial akan menyebabkan nilai perkiraan dampak ekonomi wilayah lebih kecil dari yang sesungguhnya terjadi. Mengingat model daerah tunggal mengabaikan dampak luberan dan dampak balik, adalah kemudian menjadi penting untuk menggunakan model antardaerah. Pola keterkaitan spasial dampak bersih mirip dengan pola keterkaitan spasial pengganda total. Akan tetapi ukuran keterkaitan spasial dampak bersih lebih kecil dibandingkan dengan pengganda total karena dikeluarkannya dampak awal dalam perhitungan. Implikasinya, untuk merelokasikan kegiatan pembangunan diperlukan intervensi pemerintah mengingat bahwa luberan antarsektor dan luberan
2
IDBAD = Index Dampak Balik Antar Daerah IDBTAD = Index Dampak Balik Tumpahan Daerah
60
antarpulau tidak akan memadai. Adanya konsentrasi kegiatan pembangunan di suatu wilayah akan memperburuk masalah pemerataan dalam perekonomian Indonesia. Rendahnya dampak luberan dari suatu wilayah mengindikasikan bahwa dampak bersih di wilayah tersebut tidak mengalir secara memadai ke wilayah lain di Indonesia. Sebaliknya, dampak balik dari pembangunan di diluar wilayah tersebut akan mengalir kembali kewilayah asalnya. 3.5.
Perubahan Struktur Ekonomi Dalam proses pembangunan ekonomi, perubahan/pergeseran struktur
(structural change) menjadi penting untuk dianalisa (Guo and Planting, 2000, Sonis et al, 1995, West and Brown, 2003). Penelitian mengenai pergeseran struktur di dalam domain ekonomi pada umumnya berhubungan dengan proses diversifikasi yang mana berhubungan dengan produksi, konsumsi dan pola perdagangan. Analisis perubahan struktur dan pertumbuhan ekonomi dapat memberikan perspektif jangka panjang tentang arah perkembangan perekonomian ke depan. Chenery dan Syrquin (1975). Achyar, et al (2004) menyebutkan tiga macam proses yang menyebabkan perubahan struktur ekonomi yaitu : 1. Akumulasi proses yang diindikasikan oleh perubahan dalam investasi, pendapatan pemerintah dan pendidikan. 2. Akumulasi proses yang dindikasikan dengan perubahan struktur permintaan domestik, produksi dan perdagangan. 3. Demografi dan proses distribusi, perubahan alokasi sumber daya manusia, urbanisasi dan distribusi pendapatan.
61
Hewing et al, (1998a, 1998b) berpendapat bahwa pembangunan dapat saja terkait dengan besar kecilnya interaksi antar sektor. Ketika kondisi ekonomi dalam thap maturity, derajat (tingkat) produksi antara akan berubah, di mana salah satu yang diharapkan akan terjadi adalah arus perubahan didalam unsur perekonomian (intra economy flow) akan tumbuh cepat dari pada transaksi diluar sistem ekonomi itu sendiri. Hal ini dapat menunjukkan bahwa, tingkat antara mencapai batas atas dan kemudian dapat saja mengalami penurunan. Beberapa alat (tools) analisis telah dikembangkan dalam upaya untuk melakukan identifikasi perubahan struktur ekonomi seperti ” growth and size alasticity model” yang dikembangkan oleh Chenery dan Syrquin, 1975, dengan menggunakan cross section of the countries. Terkait dengan pengunaan Input Output model, maka perubahan struktur dapat terjadi karena perubahan output akibat dari perubahan permintaan akhir; perubahan output sebagai akibat dari kemajuan teknologi; dan perubahan output sebagai akibat dari sinergi antara perubahan permintaan akhir dan teknologi.
63
IV. METODOLOGI PENELITIAN Pada bagian ini dijabarkan tahapan metode yang digunakan dalam penelitian. Tahapan metode penelitian dikelompokkan dalam empat bagian. Pertama, metode analisis Input Output. Kedua, model Input Output Daerah. Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur ekonomi antar waktu. 4.1.
Metoda Analisis
4.1.1.
Analisis Pengganda Keterkaitan ekonomi antarsektor di suatu pulau diukur oleh dampak
pengganda output. Keterkaitan ekonomi antar-provinsi secara sektoral diukur oleh dampak pengganda output, pendapatan dan kesempatan kerja. Analisis dampak diperinci menjadi dampak awal (initial effect), dampak pengganda total (total multiplier effect), dampak pengganda bersih (flow-on multiplier effect), dampak pengganda balik (feedback multiplier effect) dan luberan (spill-over multiplier effect). Seluruh dampak pengganda diturunkan dari model I-O Daerah dan model IRIO Indonesia tahun 2005 dan tahun 2000. Untuk menunjukkan bahwa keunggulan relatif suatu pulau dalam kegiatan ekonomi yang produktif maka digunakan angka efisiensi relatif sektoral. Angka-angka tersebut dapat dihitung dari model IRIO Indonesia 2005 dan 2000. Perlu diketahui bahwa dalam Model IRIO 2005 dan 2000 sudah terintegrasi antara model ekonomi dan data empiriknya. Model Input-Output berisi data populasi, oleh karena itu dalam analisis tidak dilakukan upaya-upaya pengujian hipotesis secara statistika.
64
Lokasi dari suatu aktifitas merupakan hasil dari interaksi mekanisme pasar yang menyangkut tiga komponen dasar yaitu : komoditi, tanah dan transportasi. Secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat korelasi yang nyata antara sektor transportasi dengan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah (Nasution, 2008). Dengan demikian, perkembangan sektor transportasi akan berpengaruh terhadap aktifitas sektor-sektor lainnya. Transportasi dapat dibagi menjadi tiga sub sektor (atau moda) yaitu transportasi darat, laut dan udara3. Dalam hal ini agar dapat diketahui posisi dari sektor transportasi terhadap sektor lainnya maka dilakukan dekomposisi dengan maksud melihat pergeseran struktur ekonomi. Perubahan tersebut dapat dilakukan dengan melihat posisi I-O tahun 2005 terhadap I-O tahun 2000. 4.1.2.
Konstruksi Tabel I-O antar Wilayah di Indonesia
4.1.2.1 Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu tabel Input-Output antardaerah (IRIO) Indonesia tahun 2005 dan tahun 2000, PDRB setiap wilayah penelitian, PDRB sektor transportasi (darat, laut dan udara), yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan data penunjang lainnya dari instansi terkait lainnya. Tabel IRIO Indonesia tahun 2005 yang dibuat oleh Badan Pusat Statistik (BPS), tersusun atas 30 propinsi (wilayah) dengan jumlah sektor sebanyak 35 sektor. Jenis transaksi dalam model IRIO Indonesia 2005 adalah transaksi pada harga produsen secara domestik. Dari model IRIO 2005, dapat diturunkan 3
Dalam beberapa literature, ada juga yang menambahkan transportasi perpipaan, namun dalam penelitian ini, transportasi mengikuti pembagian yang umum digunakan di Indonesia yaitu transportasi darat, laut dan udara.
65
sebanyak 30 Tabel I-O daerah. Sedangkan untuk IRIO tahun 2000, disusun berdasarkan 27 propinsi, dengan sektor sebanyak 30 sektor. Untuk menyederhanakan analisis dalam pembahasan akan diuraikan juga pembahasan berdasarkan antarpulau (wilayah). Agregasi propinsi dilakukan dengan memperhatikan konsep daerah homogen dan daerah administrasi. Berdasarkan kriteria daerah homogen dan administratif tersebut, maka disusun 5 wilayah studi yaitu : Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Indonesia Timur (Rest of Indonesia). Sektor yang ada dalam tabel IO, kemudian juga di agregasi menjadi 12 sektor yaitu : (1) Pertanian (2) Pertambangan (3) Industri (4) Listrik, gas, dan air bersih (5) Bangunan (6) Perdagangan (7) Transportasi darat, (8) Transportasi laut (9) Transportasi udara (10) Komunikasi (11) Keuangan, dan (12) Jasa-jasa Lain. 4.1.2.2. Prosedur Penyusunan Tabel Input-Output Interregional Indonesia Secara garis besar, prosedur penyusunan Tabel I-O Multiregional adalah sebagai berikut (BPS, 2000b) : 1.
Penentuan klasifikasi sector.
2.
Agregasi klasifikasi sektor Tabel I-O wilayah.
3.
Membangun tabel I-O region tahun 2000 dan 2005.
4.
Penyusunan tabel I-O region atas dasar harga produsen.
5.
Menyiapkan tabel I-O region atas harga produsen.
6.
Penyusunan matriks impor luar negeri dan impor antarregion.
66
7.
Pemisahan total ekspor masing-masing region menjadi ekspor luar negeri dan antarregion.
8.
Rekonsiliasi impor dan ekspor luar negeri dari seluruh region dengan eskpor-impor luar negeri dari tabel I-O propinsi.
9.
Rekonsiliasi matriks perdagangan antarregion.
10. Menyusun estimasi impor antarregion ke dalam permintaan antara dan permintaan akhir. 11. Rekonsiliasi baris dan kolom. 12. Tabel I-O Multiregional Indonesia dapat diwujudkan. 4.2.
Model Input-Output Daerah
4.2.1.
Kerangka Dasar Secara sederhana model I-O daerah menyajikan informasi tentang
transaksi barang dan jasa serta saling keterkaitan antarsatuan kegiatan ekonomi untuk suatu waktu tertentu yang disajikan dalam bentuk tabel. Isian sepanjang baris menunjukkan alokasi output dan isian menurut kolom menunjukkan pemakaian input dalam proses produksi (BPS, 2000). Sebagai model kuantitatif, model I-O mampu memberi gambaran menyeluruh tentang: 1. Struktur perekonomian yang mencakup struktur output dan nilai tambah masing-masing kegiatan ekonomi di suatu daerah, 2. Struktur input antara (intermediate input), yaitu penggunaan barang dan jasa oleh kegiatan produksi di suatu daerah, 3. Struktur penyediaan barang dan jasa baik yang berupa produksi dalam
67
negeri maupun barang-barang yang berasal dari impor, dan 4. Struktur permintaan barang dan jasa, baik permintaan oleh kegiatan produksi maupun permintaan akhir untuk konsumsi, investasi dan ekspor. Model I-O pada dasarnya merupakan gambaran mengenai keterkaitan suatu sektor yang digunakan sebagai input, untuk menghasilkan output sektor itu sendiri maupun sektor lain. Dalam proses produksi, untuk menghasilkan output, suatu sektor memerlukan input baik berupa barang, jasa dan faktor produksi lainnya.
Keterkaitan antara Input dan Output tersebut digambarkan dalam
Kerangka Model I-O seperti tertera pada Tabel 2. Output yang diproduksi oleh sektor 1 (X1) didistribusikan ke dua macam pemakai. Pemakai pertama adalah sektor produksi yang terdiri dari sektor 1 sampai dengan sektor n. Sektor 1 sendiri menggunakan sebesar x 11, sektor 2 menggunakan sebesar x12, sektor 3 menggunakan sebanyak x13 dan seterusnya hingga sektor n menggunakan sebesar x1n. Bagi sektor produksi, output yang diproduksi oleh sektor 1 tersebut merupakan bahan baku atau Input Antara (intermediate input) yang digunakan dalam proses produksi lebih lanjut. Pemakai kedua adalah para pemakai akhir dan bagi mereka output sektor 1 digunakan sebagai Permintaan Akhir (final demand). Permintaan Akhir terdiri dari empat komponen yaitu: (1) konsumsi rumah tangga (C), (2) pembentukan modal tetap bruto atau investasi (I), (3) pengeluaran konsumsi pemerintah (G), dan (4) ekspor (X). Komponen F1 menunjukkan nilai Permintaan Akhir atas output sektor 1 dan Fn menunjukkan nilai Permintaan Akhir atas output sektor n.
68
Tabel 2. Kerangka Model Input-Output Daerah (Nasional)
Permintaan Antara Input
Permintaan
Total
Sektor
1
2
...
n
Akhir
Output
1
x11
x12
...
x1n
F1
X1
Input
2
x21
x22
...
x2n
F2
X2
Antara
...
...
...
...
...
...
...
...
...
....
-
-
n
xn1
xn2
...
xnn
Fn
Xn
Input Primer/NTB
V1
V2
....
Total Input
X1
X2
....
Vn Xn
Output suatu sektor seluruhnya habis digunakan untuk Input Antara dan Permintaan Akhir. Maka total output sektor 1 (X1) adalah sejumlah output sektor 1 yang digunakan sebagai Input Antara oleh sektor 1 sampai dengan n ditambah dengan Permintaan Akhir. Dengan demikian maka total output sektor i (Xi) adalah jumlah output sektor i yang digunakan sebagai input antara oleh sektor j (j = 1, 2, ... n) ditambah dengan Permintaan Akhir sektor i, yang dirumuskan dalam bentuk: x11
x12
.....
x1n
F1
X1
x 21
x 22
.....
x2n
F2
X2
.....
.....
.....
.....
.....
.....
x n1
xn2
.....
x nn
Fn
Xn
.............
(1)
Jika output suatu sektor tidak mencukupi kebutuhan untuk Input Antara dan Permintaan Akhir maka harus dilakukan impor.
Sehingga struktur
permintaan output dan penyediaannya menjadi: x11
x12
.....
x1n
F1
X1
M1
x 21
x 22
.....
x2n
F2
X2
M2
....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
x n1
xn 2
.....
x nn
Fn
Xn
Mn
................
(2)
69
Persamaan permintaan dan penyediaan sektor i di atas dapat ditulis dalam bentuk notasi: n
xij
Fi
Xi
M i .................................................................
(3)
j 1
dimana: xij = Fi = Xi = Mi =
nilai output sektor i yang digunakan sebagai input oleh sektor j Permintaan Akhir terhadap output sektor i total output sektor i total ouput sektor i yang diimpor
Merujuk pada konsep keseimbangan umum di dalam model I-O, Total Output suatu sektor harus sama dengan Total Input sektor tersebut.
Itulah
sebabnya Total Output sektor 1 bernilai sama dengan Total Input sektor 1 yaitu X1. Namun input yang diperlukan dalam proses produksi sektor 1 bukan hanya Input Antara, tetapi diperlukan juga input lain yang disebut Input Primer. Input Primer disebut juga sebagai Nilai Tambah Bruto (NTB) atau gross value added yaitu balas jasa yang diterima oleh faktor produksi yang terlibat dalam proses produksi. Jika dirinci, NTB terdiri lima komponen yaitu: (1) upah dan gaji, (2) surplus usaha (keuntungan), (3) depresiasi barang modal, (4) pajak tak langsung, dan (5) subsidi. Komponen V1 diartikan sebagai nilai tambah yang dihasilkan oleh sektor 1, kemudian nilai tambah yang dihasilkan oleh sektor n adalah Vn. Dengan demikian maka total input suatu sektor adalah jumlah seluruh Input Antara dan Input Primer, yang dirumuskan dalam bentuk:
x11
x 21
...
xn1
V1
X1
x12
x 22
...
xn 2
V2
X2
...
...
...
...
...
... ...............................
x1n
x2n
...
x nn ... Vn
Xn
(4)
70
Persamaan disederhanakan menjadi: n
xij
Vj
X j ...........................................................................
(5)
i 1
dimana: xij = nilai output sektor i yang digunakan sebagai input antara oleh sektor j Vj = Input Primer (nilai tambah) sektor j Xj = Total Input sektor yang digunakan oleh sektor j 4.2.2.
Koefisien Input dan Pengganda Output Untuk
dapat
diaplikasikan,
selain
memerlukan
tabel
transaksi
(sebagaimana dilukiskan pada Tabel 2) sebagai tabel dasar, model I-O juga memerlukan tabel koefisien input dan matriks kebalikan (inverse matrix) Leontief (Nazara, 2005 dan Miernyk, 1957). Dalam analisis I-O, koefisien input menjadi sangat penting, antara lain untuk menunjukkan komponen input (baik Input maupun Input Primer) yang paling dominan, peranan penggunaan bahan baku dan energi, tingkat pemakaian jasa bank, komunikasi, transportasi dan sebagainya. Proporsi Input Antara yang berasal dari sektor i terhadap total input sektor j disebut sebagai koefisien input antara yang diperoleh dengan rumus: a ij
xij
x ij X
.............................................................................
(6)
.............................................................................
(7)
j
a ij X j
dimana: a ij =
koefisien Input Antara (koefisien teknis) sektor i yang digunakan oleh sektor j,
xij = nilai output sektor i yang digunakan sebagai input oleh sektor j, dan
71
Xj = Total Input sektor yang digunakan sektor j. Secara lengkap koefisien input antara atau koefisien teknis dapat ditata ke dalam suatu matriks A dengan struktur:
A
a11 a 21 ... a n1
a12 a 22 ... a n2
... a1n ... a 2 n ... ... ... a nn
........................................................................
(8)
Koefisien Input Primer menunjukkan peranan dan komposisi dari upah dan gaji, surplus usaha (keuntungan), penyusutan, pajak tak langsung dan subsidi. Koefisien Input Primer dirumuskan sebagai:
vj
Vj Xj
.............................................................................
(9)
dimana: Xj = Total Input yang dibutuhkan sektor j (= Total Output sektor i, untuk i=j), Vj = input primer (nilai tambah) sektor j, vj = koefisien input primer. Berdasarkan persamaan di atas, jumlah koefisien Input Antara dan koefisien Input Primer sektor j adalah satu, yaitu
n i 1
a ij
vj
1.
Bila
n i 1
a ij
makin
besar maka vj menjadi kecil, demikian pula sebaliknya. Tinggi-rendahnya koefisien Input Antara merupakan salah satu indikator tingkat efisiensi proses produksi, di mana semakin rendah
n i 1
produksi sektor j semakin efisien.
a ij
, maka proses
Koefisien Input Antara menggambarkan
tingkat penggunaan teknologi dalam proses produksi sehingga koefisien ini
72
disebut juga sebagai koefisien teknis (technical coefficient). Koefisien teknis ini disebut
juga sebagai
kebutuhan langsung (direct
requirement),
karena
menunjukkan kebutuhan langsung suatu sektor akan output sektor lainnya (Isard et al., 1998). Matriks koefisien teknis merupakan dasar untuk perhitungan dampak pengganda (multiplier effect) yang menjadi salah satu inti dari analisis model I-O. Dampak pengganda diawali dengan mensubstitusikan persamaan (7) ke dalam persamaan (1). Sehingga diperoleh gugus persamaan berikut: a11 X 1
a12 X 2
...
a1n X n
F1
X1
a 21 X 1 ...
a 22 X 2 ...
... ...
a 2n X n ...
F2 ...
X2 ...
a n1 X 1
a n2 X 2
...
a nn X n
... Fn
Xn
........................... (10)
Jika susunan persamaan pada persamaam (10) disederhanakan ke dalam catatan matriks, maka diperoleh: AX + F = X
............................................................................. (11)
X - AX = F
............................................................................. (12)
(I - A)X = F
............................................................................. (13)
maka besarnya output dapat dihitung sebagai pengaruh induksi permintaan akhir adalah: X = (I - A)-1 F
........................................................................... (14)
dimana: X = matriks Total Output berukuran n x 1 I = matriks identitas berukuran n x n F = matriks Permintaan Akhir berukuran n x 1
73
A = matriks koefisien input berukuran n x n Matriks identitas berguna untuk memudahkan manipulasi matematis. Suatu matriks jika dikalikan dengan matriks identitas akan menghasilkan matriks itu sendiri. Persamaan (14) inilah yang menjadi inti dari model I-O, sedangkan (I-A)-1 disebut Matriks Kebalikan Leontief yang berfungsi sebagai pengganda output (output multiplier). Kenaikan permintaan akhir suatu sektor tidak hanya berpengaruh langsung terhadap kenaikan total output sektor itu sendiri tetapi juga sektor lainnya. Besar kecilnya dampak kenaikan total output akibat kenaikan permintaan akhir tergantung dari elemen-elemen matriks (I-A)-1. Jika ke dalam persamaan (11) dimasukkan impor (M), maka persamaan tersebut menjadi: AX + F = X + M
............................................................................ (15)
X = (I - A)-1 (F-M) ............................................................................ (16) Pada persamaan (16) dengan (F-M) tertentu tingkat output yang diperlukan dapat diestimasi. Namun perlu diketahui bahwa persamaan (16) hanya berlaku untuk analisis model I-O yang disusun dalam transaksi total.
Jika
transaksi dalam suatu model I-O adalah transaksi domestik, maka persamaan (16) menjadi X = (I - Ad)-1 Fd
........................................................................... (17)
Dimana: Ad
=
matriks Koefisien Teknis transaksi domestik, yaitu tanpa komponen impor dengan ukuran n x n dan
Fd
=
matriks Permintaan Akhir domestik yang berukuran n x 1.
74
Matriks (I-Ad)-1 adalah matriks pengganda output yang sangat sesuai digunakan untuk mengukur perubahan output domestik karena terjadi perubahan pada permintaan akhir atas output domestik. 4.2.3
Pengganda Pendapatan dan Kesempatan Kerja Matriks Kebalikan Leontief dapat digunakan untuk mengukur dampak
perubahan permintaan akhir terhadap pendapatan melalui income multiplier dan kesempatan kerja melalui employment multiplier. Suatu perusahaan tidak hanya membeli bahan baku dari perusahaan lainnya, melainkan juga dari masyarakat dalam bentuk tenaga kerja. Balas jasa dari tenaga kerja ini berupa upah dan gaji. Jadi kenaikan output berpengaruh langsung terhadap kenaikan pendapatan tenaga kerja (upah dan gaji) dan tambahan kebutuhan tenaga kerja. 4.2.3.1. Pengganda Pendapatan Komponen pendapatan merupakan salah satu unsur dari Input Primer atau NTB yaitu berupa upah dan gaji. Oleh sebab itu koefisien pendapatan merupakan rasio komponen upah dan gaji terhadap total input (atau total output). Hubungan linier antara perubahan output dan perubahan pendapatan akan memberikan bahwa implikasi jika permintaan akhir berubah, maka output berubah dan pada akhirnya pendapatan pun akan berubah. Besar-kecilnya dampak pendapatan bergantung pada pengganda pendapatan (income multiplier), yang dirumuskan sebagai : M
V (1 A d )
1
............................................................................. (18)
dimana: M
=
matriks Pengganda Pendapatan berukuran n x n,
75
(I-Ad)-1 V
= =
matriks Pengganda Output, dan matriks Koefisien Pendapatan berukuran n x n.
Matriks V merupakan matriks diagonal, dengan demikian Pengganda Pendapatan diperoleh dari perkalian matriks diagonal koefisien pendapatan dengan Pengganda Output (matriks Inverse Leontief). Kemudian dampak perubahan Permintaan Akhir terhadap perubahan pendapatan ( M) menjadi:
V(I A d ) 1 ΔFd .................................................................. (19)
ΔM
4.2.3.2. Pengganda Kesempatan Kerja Pengganda ini digunakan untuk melihat penambahan kesempatan kerja baru akibat peningkatan Permintaan Akhir di suatu sektor tertentu. Pengganda tenaga kerja dirumuskan sebagai:
E
L(I A d ) 1 ............................................................................. (20)
E L
= matriks Pengganda Tenaga Kerja dan = matriks Koefisien Tenaga Kerja yaitu berisi rasio tenaga kerja terhadap total input tiap sektor.
dimana:
Matriks L adalah matriks diagonal dengan komponennya diperoleh dengan rumus: l jj
TK j Xj
............................................................................. (21)
dimana: TKj Xj
= jumlah Tenaga Kerja sektor j = Total Input sektor j
Perubahan jumlah Tenaga Kerja ( E) yang dibutuhkan akibat perubahan Permintaan Akhir domestik dirumuskan sebagai berikut:
76
E
L(I A d ) 1 Fd ................................................................... (22)
4.3 Model Input-Output Antardaerah (IRIO) 4.3.1.
Kerangka Dasar Dalam melakukan analisis ekonomi, penggunaan model I-O nasional
belum dapat memperlihatkan peranan dari masing-masing daerah dan adanya saling ketergantungan antardaerah. Oleh karena itu, penjabaran model I-O nasional menjadi beberapa model I-O daerah dan harus dikembangkan lebih lanjut menjadi suatu model I-O agar dapat menganalisa adanya saling ketergantungan lintas daerah. Atas dasar itulah maka model I-O satu daerah berkembang menjadi model I-O antardaerah atau Interregional Input-Output (IRIO), yang di dalam aplikasinya bisa berwujud model I-O antarprovinsi atau antar wilayah (BPS, 2000a). Sebagai alat analisis, model IRIO sangat bermanfaat untuk memperoleh gambaran tentang karakteristik masing-masing daerah (pulau/wilayah) dan bentuk saling
ketergantungan
antardaerah.
Dengan
demikian,
bentuk
saling
ketergantungan ini menjadi masukan bagi perumus kebijakan ekonomi di tingkat regional. Perumusan tersebut terkait upaya mendorong laju pertumbuhan ekonomi yang mempertimbangkan potensi masing-masing daerah (pulau) dan mengukur spesialisasi daerah yang diarahkan untuk mendukung tujuan pembangunan nasional yang mengacu pada usaha peningkatan produktifitas (BPS, 2000b). Secara konseptual, model
IRIO merupakan alat analisis ekonomi
regional yang dapat diintegrasikan ke dalam subsistem perencanaan nasional dengan mempertimbangkan kondisi geografis dan potensi ekonomi regional yang
77
berbeda di setiap propinsi atau wilayah. Melalui pendekatan model model IRIO dapat direkam beberapa indikator ekonomi yang antara lain meliputi aspek: 1.
Peranan dan potensi daerah menurut lokasinya, seperti daerah Timur Indonesia.
2.
Konsentrasi industri menurut daerah yang memperlihatkan sebaran industri menurut ragam kegiatan lapangan usahanya.
3.
Tingkat saling ketergantungan antardaerah, baik yang mencakup sektorsektor produksi, seperti penyediaan bahan baku maupun yang berkaitan dengan sektor-sektor pengguna, seperti penyediaan barang/jasa permintaan akhir (final demand).
4.
Hubungan perdagangan lintas daerah yang dapat menjadi pola dasar bagi perumusan kebijakan ekonomi lintas sektoral yang mengacu kepada terciptanya mekanisme aktivitas distribusi barang yang memberikan nilai tambah optimal bagi sektor perdagangan.
5.
Keseimbangan antar industri (antar sektor) di berbagai daerah yang perlu terus ditata secara terencana agar aktivitas industri secara nasional bisa menghasilkan produktivitas tinggi. Dalam buku Kerangka Teori dan Analisis Model Input-Output (BPS, 2000)
model IRIO didefinisikan sebagai suatu daftar transaksi kegiatan ekonomi antarsektor dan antardaerah pada suatu negara selama satu periode tertentu. Untuk memahami ide dasar tentang model IRIO, pada Tabel 3, disajikan struktur model yang hanya melibatkan dua daerah dan sektor. Model IRIO di atas memperlakukan transaksi impor tidak bersaing (non competitive), maksudnya nilai transaksi yang berasal dari output domestik
78
dipisahkan dengan nilai transaksi dari output yang diimpor dari luar negeri. Adapun maksud dari simbol-simbol pada Tabel 3, adalah sebagai berikut: Tabel 3. Kerangka Dasar Model IRIO untuk Dua Daerah Permintaan Antara Daerah A: Sektor
Daerah B: Sektor
Permintaan Akhir Daerah A
Daerah B
Ekspor ROR*)
Total Output
1 … n 1 …. n sektor-1 ……….. sektor-n
X ijAA
X ijAB
FiAA
X ijBA
X ijBB
FiBA
Impor ROR
X MA j
X MB j
FMA
Total Input Primer
V jA
V jB
Total Input
XA j
XB j
Daerah-A
Input Antara
sektor-1 ……….. sektor-n
Daerah-B
Keterangan:
*)
FiAB
FiBB
E iA
X iA
E iB
X iB
FMB
ROR = Rest of the Region, atau Daerah-daerah Lainnya
X MA j
= input antara yang berasal dari sektor i daerah A, digunakan oleh sektor j di daerah A, = input antara yang berasal dari sektor i daerah B, digunakan oleh sektor j di daerah A, = input antara yang berasal dari sektor i daerah A, digunakan oleh sektor j di daerah B, = input antara yang berasal dari sektor i daerah B, digunakan oleh sektor j di daerah B, = nilai impor input antara oleh kegiatan sektor j di daerah A,
X MB j
= nilai impor input antara oleh sektor j di daerah B,
V jA
= input primer (nilai tambah bruto) yang diciptakan oleh kegiatan sektor j di daerah A, = input primer (nilai tambah) yang diciptakan oleh kegiatan sektor j di daerah B, = total input untuk kegiatan sektor j di daerah A,
X ijAA
X ijBA
X ijAB
X ijBB
V jB
X Aj
X Bj = total input untuk kegiatan sektor j di daerah B,
79
F MA
= nilai Permintaan Akhir terhadap ouput sektor i di daerah A, yang berasal dari daerah A, = nilai Permintaan Akhir terhadap output sektor i di daerah B, yang berasal dari daerah A, = nilai Permintaan Akhir terhadap output sektor i di daerah A, yang berasal dari daerah B, = nilai Permintaan Akhir terhadap output sektor i di daerah B, yang berasal dari daerah B, = nilai impor untuk permintaan akhir daerah A,
F MB
= nilai impor untuk permintaan akhir daerah B,
E iA
= = = =
FiAA FiAB FiBA FiBB
E iB
X iA X iB
nilai ekspor output sektor i dari daerah A, nilai ekspor output sektor i dari daerah B, nilai output sektor i dari daerah A dan nilai output sektor i dari daerah B,
Dari notasi-notasi di atas terdapat hubungan identitas total input di daerah A sebagai berikut: XA j
XB j
i
i
AA (Xij
BA ) MMA Xij j
AB (Xij
BB ) Xij
M MB j
VjA ...............................................
(23)
VjB . ................................................
(24)
Selanjutnya hubungan identitas alokasi output di daerah A dan B masing-masing adalah: XiA
XB i
j
AA (Xij
(X BA j ij
AB ) FAA Xij i
X BB ) ij
F BA i
FiAB
F BB i
EiA ...................................... (25)
E B ................................... (26) i
Agar model IRIO ini seimbang, maka diperlukan syarat: XA j
XA i
dan
XB j
XB, i
untuk i=j ................................................ (27)
80
4.3.2
Koefisien Teknis dan Perdagangan dalam Model IRIO Koefisien input langsung dalam daerah A dan B masing-masing
diperoleh dengan rumus: AA x ij
AA a ij
XA j
dan a ijBB
BB x ij XB j
, untuk i,j =1,2,…,n ..................... (28)
dimana: a ijAA
= koefisien input sektor i dari daerah A digunakan untuk sektor j di daerah A
a ijBB x ijAA x ijBB X Aj
X Bj
= koefisien input sektor i dari daerah B digunakan untuk sektor j di aderah B =
penggunaan input sektor i dari daerah A oleh sektor j di daerah A,
= penggunaan input sektor i dari daerah B oleh sektor j di daerah B, = total penggunaan input sektor j atau output sektor j di daerah A dan = total penggunaan input sektor j atau output sektor j di daerah B,
Kemudian rumus untuk mencari a ijAB dan a ijBA , yang mencerminkan koefisien input langsung antardaerah diperoleh dengan rumus: AB a ij
AB x ij XB j
dan a BA ij
BA x ij
.................................................... (29)
XA j
Koefisien a ijAB dan a ijBA , kadang-kadang disebut sebagai trade coefficient atau koefisien perdagangan antardaerah. Koefisien a ijAB mengandung arti nilai output dari sektor i yang berlokasi di daerah A yang digunakan sebagai input untuk menghasilkan satu satuan uang output sektor j di daerah B.
81
Dalam hubungannya dengan model model IRIO dua daerah maka matriks koefisien teknis (A) yang sebenarnya tersusun atas empat blok, yaitu:
A
A AA
A AB
A BA
A BB
............................................................................. (30)
dimana: A AA
A AB
4.4
AA a11 AA a 21
AA a12 ... a1AA n AA a 22 ... ...
... a nAA 1
... ... ... AA a nAA ... a nn 2
AB a11 AB a 21
AB a12 AB a22
... a nAB 1
... anAB 2
A BB
,
... a1AB n ... .a2AB n ... ... AB ... ann
dan
A BA
BB a11 BB a 21
BB a12 BB a 22
... a1BB n ... a 2BB n
... a nBB 1
... a nBB 2
... ... BB ... a nn
BA a11 BA a 21
BA a12 ... a1BA n BA a 22 ... a 2BA n
... a nBA 1
... ... ... BA a nBA ... a nn 2
,
.
Dampak Pengganda Output, Pendapatan dan Kesempatan Kerja Untuk menghitung ukuran keterkaitan ekonomi antarsektor dan
antardaerah terlebih dahulu harus ditemukan Matriks Inverse Leontief yang diperoleh dengan operasi ( I
A) 1 . Matriks ini sangat penting dan menempati
posisi sentral dalam hampir semua analisis model I-O. Dalam analisis model I-O, transaksi yang bersifat eksogen adalah Permintaan Akhir (F). Artinya penentuan besarnya komponen-komponen lain dalam model I-O seperti nilai output, input, impor, Nilai Tambah Bruto dan lainlain, ditentukan oleh Permintaan Akhir. Besarnya nilai output akibat Permintaan Akhir dirumuskan sebagai: X (I A) 1 F
dimana:
........................................................................... (31)
82
X
F
xA xB fA fB
= vektor output berukuran 2n x 1, sedangkan
= Vektor Permintaan Akhir berukuran 2n x 1, dan
I = matriks identitas berukuran 2n x 2n (I A) 1 = matriks Kebalikan Leontief berukuran 2n x 2n
Selanjutnya, andaikan M adalah Matriks Pengganda (multiplier) Output, sehingga: M (I A) 1
............................................................................. (32)
sedangkan dampak (effect) perubahan output akibat terjadinya perubahan. Permintaan Akhir dirumuskan dengan: ΔX
............................................................................. (33)
M F
dimana: X = vektor dampak perubahan output berukuran 2n x 1; M
= Matriks pengganda output berukuran 2n x 2n
F = Vektor perubahan Permintaan Akhir berukuran 2n x 1 Struktur matriks pengganda output untuk model IRIO, yang terdiri dari dua (2) daerah dan n sektor, yang dilambangkan oleh matriks M (Miller, 1985) adalah: m11AA m12AA .... ... mnAA1 mnAA2
.... .... ....
m1AAn ..... mnnAA
| | |
m11AB .... mnAB1
m12AB .... mnAB2
.... m1ABn .... .... .... mnnAB
m11BA m11BA .... ...... mnBA1 mnBA2
..... ..... .....
m1BAn ..... mnnBA
| | |
m11BB ..... mnBB1
m12BB ..... mnBB2
..... m1BBn ..... ..... ..... mnnBB
M
............................ (34)
83
Makna elemen-elemen matriks M adalah angka pengganda output antarsektor antardaerah. Berikut adalah contoh interpretasi elemen-elemen matriks M: AA m11 AA m12
m nAB 2
mnBA2 m1BB n
4.4.1.
besarnya penciptaan output pada sektor 1 di daerah A, akibat dari penambahan Permintaan Akhir sektor 1 di daerah A, besarnya penciptaan output pada sektor 1 di daerah A, akibat dari penambahan Permintaan Akhir sektor 2 di daerah A, besarnya penciptaan output pada sektor n di daerah A, akibat dari penambahan Permintaan Akhir sektor 2 di daerah B, besarnya penciptaan output pada sektor n di daerah B, akibat dari penambahan Permintaan Akhir sektor 2 di daerah A dan besarnya penciptaan output pada sektor 1 di daerah B, sebagai akibat dari tambahan Permintaan Akhir sektor n di daerah B.
Dampak Pengganda Total atau Dampak secara Nasional Adalah angka yang menunjukkan besarnya perubahan nilai output di
seluruh sektor dalam perekonomian nasional akibat perubahan satu satuan uang permintaan akhir output sektor j di suatu daerah.
Dampak pengganda ini
dirumuskan sebagai: OA j
n
n BA mijAA m i 1 i 1 ij
...................................................... (35)
dimana:
O jA
4.4.2.
penambahan nilai output sektor j secara nasional akibat penambahan satu satuan uang permintaan akhir atas output sektor j daerah A.
Dampak Pengganda Intraregional Adalah angka yang menunjukkan besarnya perubahan nilai output di
seluruh sektor di suatu daerah sebagai akibat dari perubahan satu satuan uang permintaan akhir atas output sektor j di daerah itu. Dampak pengganda ini dirumuskan sebagai:
84
O AA j
n
mijAA i 1
.................................................................. (36)
dimana :
O jAA = Penambahan nilai output seluruh sektor daerah A akibat tambahan satu satuan uang permintaan akhir output sektor j di A. 4.4.3.
Dampak Pengganda Interregional Adalah angka yang menunjukkan besarnya perubahan nilai output di satu
daerah akibat perubahan satu satuan uang permintaan akhir di daerah lain. Jika permintaan akhir terhadap output sektor j di A mengalami kenaikan sebesar satu satuan uang, maka besarnya dampak output yang muncul di daerah B sebesar: O BA j
n
mijBA i 1
......................................................................... (37)
Dimana: = penambahan nilai output seluruh sektor di B akibat penambahan O BA j permintaan akhir satu satuan uang atas output sektor j di A.
4.4.4.
Dampak Pengganda Sektoral Adalah angka yang menunjukkan besarnya dampak perubahan nilai
output sektor i di seluruh daerah, sebagai akibat penambahan satu satuan uang permintaan akhir output sektor j di suatu daerah. Jika terjadi kenaikan permintaan akhir satu satuan uang terhadap output sektor j di A, maka dampaknya sebesar: OijA
mijAA
mijBA ...........................................................................
dimana: OijA = perubahan nilai output pada sektor i di seluruh daerah akibat
penambahan permintaan akhir satu satuan uang output sektor j di A.
(38)
85
4.4.5.
Dampak Balik Kenaikan permintaan akhir yang terjadi di daerah A memberikan dampak
pada kenaikan output di daerah B. Kemudian kenaikan output di daerah B pada gilirannya berdampak balik pada kenaikan output di daerah A. Besarnya kenaikan nilai output di daerah A sebagai akibat dampak limpahan yang terjadi di daerah B disebut sebagai dampak balik untuk daerah A. Besarnya dampak balik sebagai selisih antara pengganda total yang diperoleh dari model IRIO dan pengganda total yang diperoleh dari model I-O daerah tunggal, yang dirumuskan sebagai: n
BO A j
i 1
m AA ij
n i 1
p ij
........................................................... (39)
simana: B O A = dampak balik nilai output bagi daerah A akibat penambahan j permintaan akhir sebesar satu satuan uang atas output sektor j di A. pij = elemen matriks P, yang mana matriks P adalah
P
(I
A AA ) 1 adalah matriks pengganda output dari model I-O daerah tunggal A.
Umumnya dampak balik dinyatakan dalam persen yang diperoleh dengan rumus: n i 1
n
mijAA n
i 1
pij x100 ........................................................................ (40)
AA ij
m i 1
4.4.6.
Dampak Bersih Dampak bersih (Flow-on effect) adalah dampak total dikurangi dampak
awal. Besarnya dampak awal sama dengan besarnya stimulus yang dimasukkan ke dalam perekonomian. Dalam hal ini besarnya stimulus sama dengan besarnya kenaikan permintaan akhir. Besarnya dampak bersih dirumuskan sebagai:
86
n N
n
O jA
mijAA i 1
mijBA 1 ............................................................... (41) i 1
dimana: N
O jA = dampak bersih perubahan output semua sektor di seluruh daerah akibat penambahan satu satuan uang permintaan akhir sektor j di A.
Jadi secara singkat dapat disimpulkan bahwa Permintaan Akhir terhadap output suatu sektor di suatu daerah berpengaruh terhadap penciptaan output pada sektor itu dan sektor-sektor lainnya di daerah itu dan daerah lainnya. Hubungan inilah digunakan untuk mengukur keterkaitan ekonomi antarsektor dan antardaerah. Sebagai gambaran vektor output X yang digunakan untuk menghitung dampak output memiliki struktur sebagai berikut: x1A ... x nA
................................................................................ (34)
X x 2B .... x nB
di mana elemen
xiA
dan
xiB
adalah output sektor i masing-masing di daerah A
dan B. Sedangkan struktur vektor Permintaan Akhir F sebagai berikut: f 1 AA ... f nAA
f 1 AB ... f nAB
f1 A ... f nA ............................................................. (35)
f 1 BA ... f 2BA
f 1 BB ... f 2BB
f1B ... f nB
F
di mana elemen
fi A
dan
f i B masing-masing
mewakili total Permintaan Akhir
terhadap output sektor i yang terjadi di daerah A dan B.
87
4.4.7.
Dampak Pengganda Pendapatan Pengganda pendapatan adalah suatu angka yang menggambarkan
besarnya penambahan pendapatan sebagai akibat terjadinya penambahan satu satuan uang Permintaan Akhir, yang diperoleh dari rumus: Z
V [I
A] 1
................................................................................ (42)
di mana: Z = matriks pengganda pendapatan, -1 [I-A] = matriks Kebalikan Leontief dan = matriks koefisien pendapatan (rasio upah dan gaji terhadap V total input). Matriks V yang berupa matriks diagonal dengan struktur sebagai berikut: v11AA 0 AA 0 v 22 0 0
....
0
|
0
0
....
0
.... ....
.0 v nnAA
| |
0 0
0 0
.... ....
0 0
0 ..... 0 .... ...... ..... 0 ..... 0
0 ..... 0
| | |
v11BB ..... 0
0 ..... 0
............................. (43)
V ..... 0 ..... ..... BB ..... v nn
Sedangkan elemen diagonal matriks V diperoleh dengan formula:
v AA jj
V jA X jA
,
v BB jj
V jB X
B j
.................................................................. (44)
Kemudian matriks pengganda pendapatan Z memiliki struktur sebagai berikut: AA AA z11 z12 .... ... z nAA z nAA 1 2
.... .... ....
z1AA n ..... AA z nn
| | |
AB z11 .... z nAB 1
AB z12 .... z nAB 2
.... .... ....
z1AB n .... AB z nn
BA BA z11 z11 .... ...... z nBA z nBA 1 2
..... ..... .....
z1BA n ..... BA z nn
| | |
BB z11 ..... z nBB 1
BB z12 ..... z nBB 2
..... z1BB n ..... ..... BB ..... z nn
Z
.................... (45)
88
Adapun makna dari elemen-elemen dalam matriks Z adalah angka Pengganda pendapatan antarsektor antardaerah. Contoh interpretasi elemen matriks Z adalah: z11AA =
z12AA =
z nAB2 =
z nBA2 =
z1BB n =
besarnya penciptaan pendapatan pada sektor 1 di daerah A, sebagai akibat dari penambahan Permintaan Akhir terhadap output sektor 1 di daerah A, besarnya penciptaan pendapatan pada sektor 1 di daerah A, sebagai akibat dari penambahan Permintaan Akhir sektor 2 di daerah A, besarnya penciptaan pendapatan pada sektor n di daerah A, sebagai akibat dari tambahan Permintaan Akhir sektor 2 di daerah B, besarnya penciptaan pendapatan pada sektor n di daerah B, sebagai akibat dari tambahan Permintaan Akhir sektor 2 di daerah A dan besarnya penciptaan pendapatan pada sektor 1 di daerah B, sebagai akibat dari tambahan Permintaan Akhir sektor n di daerah B,
A B Jika dalam V j dan V j hanya mengandung komponen upah dan gaji,
maka elemen matriks Z dalam persamaan (45) bermakna pengganda pendapatan (income multiplier) rumah tangga. Matriks Z berisi struktur pengganda pendapatan antarsektor dan antardaerah. Pembahasan pengganda pendapatan ke depan didasarkan pada asumsi bahwa Z sebagai pengganda pendapatan rumah tangga. 4.4.8.
Dampak Pengganda Pendapatan Total atau Secara Nasional Adalah angka
yang menunjukkan besarnya
dampak perubahan
pendapatan di seluruh sektor perekonomian nasional sebagai akibat dari perubahan permintaan akhir suatu sektor di suatu daerah. Dampak pengganda ini dirumuskan sebagai: HA j
n i 1
zijAA
n i 1
zijBA .................................................................
(46)
89
dimana:
H jA = dampak perubahan pendapatan secara nasional akibat penambahan satu satuan uang permintaan akhir atas output sektor j di daerah A. Dampak Pengganda Intraregional Adalah angka
yang menunjukkan besarnya
dampak perubahan
pendapatan seluruh sektor di suatu daerah sebagai akibat dari perubahan permintaan akhir atas output sektor j di daerah itu. Besarnya dampak dirumuskan sebagai: H AA j
n i 1
zijAA ............................................................................
(47)
dimana:
H jAA = dampak penambahan pendapatan dari seluruh sektor di daerah A sebagai akibat penambahan satu satuan uang permintaan akhir output sektor j di A. Dampak Pengganda Interregional (Spill-Over Effects) Adalah angka yang menunjukkan besarnya perubahan pendapatan di suatu daerah sebagai akibat penambahan permintaan akhir di daerah lain. Besarnya dampak dirumuskan sebagai: H BA j
n i
z ijBA 1
............................................................................. (48)
dimana: = penambahan pendapatan seluruh sektor di daerah B akibat H BA j penambahan satu satuan uang permintaan akhir output sektor j di A. Dampak Pengganda Sektoral Adalah angka yang menunjukkan besarnya perubahan pendapatan sektor i di seluruh daerah, sebagai akibat penambahan satu satuan uang permintaan akhir
90
output sektor j di suatu daerah. Jika terjadi kenaikan permintaan akhir sebesar satu satuan uang terhadap output sektor j di A, maka dampaknya sebesar: H ijA
zijAA zijBA ............................................................................... (49)
dimana: H ijA = dampak perubahan pendapatan pada sektor i di seluruh daerah
sebagai akibat dari penambahan permintaan akhir satu satuan uang output sektor j di A. Dampak Balik Besarnya dampak balik sebagai selisih antara pengganda total yang diperoleh dari model IRIO dan pengganda total yang diperoleh dari model I-O daerah tunggal, yang dirumuskan sebagai: n
H DA j
i 1
z AA ij
n q i 1
ij
...........................................................
(50)
dimana: H
D jA = dampak balik pendapatan bagi daerah A akibat penambahan permintaan akhir satu satuan uang output sektor j di A, q ij = elemen matriks Q baris i kolom j, di mana matriks Q adalah: AA 1 ˆ = V ( I A ) , adalah matriks pengganda pendapatan dari model I-O daerah tunggal A. Umumnya dampak balik dinyatakan dalam persen yang diperoleh dengan rumus:
Q
n i 1
n
z ijAA n i 1
i 1
qij x100 .............................................................................. (51)
z ijAA
Dampak Bersih Dampak bersih adalah dampak total dikurangi dampak awal. Besarnya dampak awal pengganda pendapatan suatu sektor adalah proporsional dengan
91
besarnya stimulus yang disuntikkan ke dalam perekonomian. Jika besarnya stimulus sama dengan satu satuan uang, maka dampak awalnya sama dengan koefisien input primer upah dan gaji sektor itu. Besarnya dampak bersih dirumuskan sebagai: HNA j
n i 1
zijAA
n
zijBA V jA .................................................... (52) i 1
dimana: H
N jA = dampak bersih pendapatan semua sektor di seluruh daerah akibat penambahan satu satuan uang permintaan akhir sektor j di A.
Besar-kecilnya angka pada elemen matriks Z menunjukkan besarkecilnya keterkaitan sektoral antardaerah dalam penciptaan pendapatan sebagai akibat dari penambahan permintaan akhir sektoral di suatu daerah. Hal ini berarti penambahan permintaan akhir terhadap output suatu sektor di suatu daerah dapat menciptakan pendapatan bukan hanya di daerah dan pada sektor pemicu saja, akan tetapi dapat memunculkan pendapatan pada sektor-sektor lain di daerah itu sendiri dan daerah-daerah lainnya. Sekali lagi, hubungan inilah yang berperan dalam keterkaitan ekonomi antarsektor dan antardaerah. 4.4.9
Dampak Pengganda Kesempatan Kerja Angka
pengganda
kesempatan
kerja
menggambarkan
besarnya
penambahan tenaga kerja yang dibutuhkan akibat terjadinya penambahan Permintaan Akhir, yang diperoleh dari rumus: E
L( I
A)
1
.............................................................................. (53)
dimana: E = matriks Pengganda Tenaga Kerja, (I-A)-1 = matriks Kebalikan Leontief dan
92
= matriks Koefisien Tenaga Kerja sebagai rasio antara jumlah fisik tenaga kerja dan total nilai input.
L
Matriks L yang berupa matriks diagonal dengan struktur sebagai berikut: l11AA 0 AA 0 l 22 0 0
....
0
|
0
0
....
0
.... ....
.0 AA nn
| |
0 0
0 0
.... ....
0 0
0 ..... 0
| | |
l11BB ..... 0
0 ..... 0
l
............................. (54)
L 0 ..... 0 .... ...... ..... 0 ..... 0
..... 0 ..... ..... ..... l nnBB
Sedangkan elemen diagonal matriks Lˆ diperoleh dengan formula:
l AA jj
L Aj X
A j
, l BB jj
LBj X Bj
........................................................................... (55)
dimana: L Aj = tenaga kerja yang dipekerjakan di sektor j di daerah A dan LBj = tenaga kerja yang dipekerjakan di sektor j di daerah B.
Kemudian matriks pengganda tenaga kerja E memiliki struktur sebagai berikut: AA AA e11 e12
....
e1AA n
|
AB e11
AB e12
....
e1AB n
.... ... AA enAA 1 en 2
.... ....
..... AA enn
| |
.... enAB 1
.... enAB 2
.... ....
.... AB enn
BA BA e11 e11 .... ......
..... .....
e1BA n .....
| |
BB e11 .....
BB e12 .....
..... .....
e1BB n .....
BA enBA 1 en 2
.....
BA enn
|
enBB 1
enBB 2
.....
BB enn
..................................... (56)
E
Adapun makna dari elemen-elemen dalam matriks E adalah angka Pengganda Tenaga Kerja antarsektor antardaerah. Contoh interpretasi elemen-elemen E: AA e11
=
besarnya penciptaan kesempatan kerja sektor 1 di daerah A, sebagai akibat dari penambahan Permintaan Akhir terhadap output sektor 1 di daerah A,
AA e12
=
besarnya penciptaan kesempatan kerja sektor 1 di daerah A, sebagai akibat dari penambahan Permintaan Akhir sektor 2 di daerah A,
93
e nAB 2
=
besarnya penciptaan kesempatan kerja sektor n di daerah A, sebagai akibat dari tambahan Permintaan Akhir sektor 2 di daerah B,
e nBA 2
=
besarnya penciptaan kesempatan kerja sektor n di daerah B, sebagai akibat dari tambahan Permintaan Akhir sektor 2 di daerah A dan
e1BB n
=
besarnya penciptaan kesempatan kerja sektor 1 di daerah B, sebagai akibat dari tambahan Permintaan Akhir sektor n di daerah B.
Dampak Pengganda Total atau secara Nasional Adalah angka yang menunjukkan besarnya perubahan kesempatan kerja di seluruh sektor perekonomian nasional sebagai akibat dari perubahan permintaan akhir suatu sektor di suatu daerah. Dampak pengganda ini dirumuskan sebagai: EA j
n
n BA .................................................................. eijAA e i 1 i 1 ij
(57)
dimana:
E jA = dampak perubahan kesempatan kerja secara nasional akibat penambahan satu satuan uang permintaan akhir terhadap output sektor j di daerah A. Dampak Pengganda Intraregional Adalah angka yang menunjukkan besarnya perubahan kesempatan kerja di seluruh sektor di suatu daerah sebagai akibat dari perubahan permintaan akhir atas output sektor j di daerah itu. Besarnya dampak dirumuskan sebagai: E AA j
n
eijAA i 1
............................................................................
(58)
dimana:
E jAA = dampak penambahan kesempatan kerja dari seluruh sektor di daerah A sebagai akibat penambahan satu satuan uang permintaan akhir output sektor j di A.
94
Dampak Pengganda Interregional Adalah angka yang menunjukkan besarnya perubahan kesempatan kerja di suatu daerah sebagai akibat penambahan permintaan akhir di daerah lain. Besarnya dampak dirumuskan sebagai: E BA j
n
eijBA i 1
............................................................................. (59)
dimana: = penambahan kesempatan kerja di seluruh sektor di daerah B E BA j sebagai akibat penambahan permintaan akhir satu satuan uang atas output sektor j di A. Dampak Pengganda Sektoral Adalah angka yang menunjukkan besarnya perubahan kesempatan kerja sektor i di seluruh daerah sebagai akibat penambahan satu satuan uang permintaan akhir atas output sektor j di suatu daerah. Jika terjadi kenaikan permintaan akhir satu satuan uang terhadap output sektor j di A, maka dampaknya sebesar:
EA j
eijAA e BA .............................................................................. (60) ij
dimana:
E jA = penambahan kesempatan kerja pada sektor i di seluruh daerah akibat penambahan permintaan akhir sebesar satu satuan uang atas output sektor j di A. Dampak Balik Besarnya dampak balik sebagai selisih antara pengganda total yang diperoleh dari model IRIO dan pengganda total yang diperoleh dari model I-O daerah tunggal, yang dirumuskan sebagai:
95
n
EDA j
i 1
e AA ij
n i 1
q ............................................................ ij
(61)
dimana: E
D jA = dampak balik kesempatan kerja bagi daerah A akibat penambahan permintaan akhir satu satuan uang output sektor j di A dan q ij = elemen matriks Q, yang mana matriks Q adalah Lˆ ( I
A AA ) 1
yaitu matriks pengganda kesempatan kerja dari model I-O daerah tunggal A. Q
Umumnya dampak balik dinyatakan dalam persen yang diperoleh dengan rumus: n i 1
n
eijAA n i 1
i 1
qij x100 .............................................................................. (62)
eijAA
Dampak Bersih Besarnya dampak awal pengganda kesempatan kerja suatu sektor adalah proporsional dengan besarnya stimulus yang disuntikkan ke dalam perekonomian. Jika besarnya stimulus sama dengan satu satuan uang, maka dampak awalnya sama dengan koefisien tenaga kerja.
Besarnya dampak bersih dirumuskan
sebagai: ENA j
n
n
eijAA i 1
eijBA
l jjA ............................................................... (63)
i 1
dimana
E N A = dampak bersih kesempatan kerja pada semua sektor di seluruh j daerah akibat penambahan satu satuan uang permintaan akhir atas output sektor j di A.
96
4.5.
Efisiensi Sektoral Besarnya nilai tambah bruto suatu sektor menunjukkan kemampuan
sektor tersebut menghasilkan pendapatan bagi masyarakat maupun pemerintah. Angka efisiensi sektoral pada dasarnya adalah perbandingan antara nilai tambah bruto dan nilai output dalam proses produksi suatu sektor (Samadhana, 1999). Rumus efisiensi sektoral ( ): A j
V jA V.A
/
X jA X .A
............................................................................... (64)
dimana A j
= efisiensi sektoral sektor j di daerah A, V = nilai tambah bruto sektor j di daerah A, V. A = total nilai tambah di daerah A, X jA = nilai ouput sektor j di daerah A dan X .A = total nilai output di daerah A. A j
4.6.
Perubahan Struktural Ekonomi Perkembangan ekonomi suatu negara atau wilayah dapat dilihat melalui
perubahan struktur perekonomian di negara atau wilayah tersebut, terutama selama proses industrialisasi. Selama proses industrialisasi, perubahan struktur terkait dengan perpindahan dari sektor pertanian (primer) ke sektor industri (sekunder) dan jasa (tersier) (Tambunan, 2009). Menurut Daryanto (1999), perubahan struktur ekonomi atau seringkali juga disebut sebagai transformasi struktural dapat didefinisikan sebagai perubahan bobot relatif dari suatu komponen penting yang secara aggregatif merupakan indikator ekonomi, seperti pendapatan nasional (output) dan tenaga kerja. Chenery (1960, 1980), Chenery dan Syrquin (1975) mendefinisikan perubahan struktur sebagai suatu perubahan dalam ekonomi yang berkaitan dengan komposisi permintaan perdagangan,
97
produksi dan faktor faktor lain yang diperlukan secara terus menerus untuk meningktkan pendapatan masyarakat melalui pendapatan perkapita. Dengan demikian pembangunan ekonomi disuatu wilayah dapat dilihat dari pendapatan perkapita masyarakat yang mengalami peningkatan secara terus menerus dan disertai terjadinya perubahan fundamental dalam struktur ekonomi. Struktur ekonomi menurut Thakur (2011), dapat didefinisikan sebagai komposisi dari bermacam macam komponen dari agregat makro, yang dapat mengalami perubahan relatif terhadap waktu dan terkait dengan perputaran arus pendapatan. Kawaz dan Qasem (2003), menyebutkan bahwa istilah struktur mengacu kepada komposisi internal sistem, yaitu sistem ekonomi, atau hubungan interaktif antara komponen sistem. Perubahan struktural sesuai dengan terkait dengan hal tersebut, mengacu pada perubahan dalam komposisi internal seperti dan atau pola saling ketergantungan. Kuznets (1959) mendefinisikan struktur sebagai kerangka dari suatu hubungan yang terkait satu dengan yang lainnya, dan setiap bagian mempunyai peran yang berbeda tetapi memanfaatkan satu dengan yang lainnya untuk mencapai suatu tujuan yang sama. Terminologi struktur sendiri merujuk pada komposisi (susunan) dari suatu sistem ekonomi seperti pertanian, pertambangan dan lain lainnya. Perubahan struktur dengan demikian dapat dikatakan sebagai perubahan internal dalam komposisi struktur ekonomi kare sebagai na adanya suatu interaksi dari komponen komponen struktur tersebut. Penggunaan tabel input-output dapat memberikan manfaat yang berbeda, yaitu : prospektif, deskriptif, dan taksonomi (Haddad, et al, 2002). Malecki
98
(1991), menjelaskan bahwa terdapat beberapa tipe tujuan dari analisis inputoutput, yaitu: 1. menyediakan kumpulan disagregasi multiplier yang dapat digunakan untuk meramal aktivitas ekonomi; 2. input-output memperkenankan untuk mengidentifikasi cluster dari keterkaitan industri dan sektor kunci; 3. input-output mencoba untuk memprediksi pola pembangunan ekonomi melalui pendekatan struktur fundamental ekonomi. Jensen, Hewings dan West (1987) menyatakan bahwa tabel input-output dari satu perspektif digunakan untuk tujuan taksonomi, sedangkan dalam perspektif yang lebih luas lagi merupakan kumpulan dari spatio-temporal “photographs” di mana menunjukkan suatu perekonomian yang ukurannya berbeda (sektoral dan spasial). Dalam studi ini, akan dilihat photographs struktur perekonomian wilayah di Indonesia. Penggunaan teknik input output dalam analisis perubahan struktural dapat dianalisa melalui Dekomposisi Perubahan Output (decomposition of output changes) atau Decomposition Structural Analysis (DSA). Penggunaan teknik Dekomposisi Perubahan Output (DPO) , pada awalnya dikembangkan oleh Chenery dan Syrquin (1979) dan diterapkan dalam rangka menguji pola pembangunan ekonomi yang berhubungan dengan strategi pembangunan. Beberapa study dengan menggunakan DPO telah di lakukan oleh Martin dan Holland (1992), di Amerika Serikat; Zakariah dan Ahmad (1999) di Malaysia; Chung dan Kim (2000) di Korea; Savona dan Lorenz (2006) di China,
99
Mohammadi dan Bazzazan (2007) di Iran dan Yamakawa dan Peters (2011) di Norwegia. Metoda Dekomposisi Perubahan Output tersebut juga sudah digunakan dalam studi di Indonesia antara lain oleh Akita dan Hermawan (2000), Daryanto (2000) dan Hayashi (2005). Menurut Chenery dan Syrquin (1975), ada empat faktor yang umum memepengaruhi pertumbuhan produk suatu sektor dari sisi demand (demand side), yaitu : 1. Ekspansi permintaan domestik atau domestik Final Demand (DFD) yaitu merupakan penjumlahan dari dampak langsung (direct effect demand) bagi produk suatu sektor dan dampak tidak langsung (indirect effect demand) dari kenaikan permintaan domestik untuk produksi sektor-sektor lainnya terhadap sektor tersebut 2. Ekspansi ekspor (EE), yaitu merupakan dampak total (total effect) dari kenikan jumlah ekspor terhadap produksi suatu sektor. 3. Substitusi impor (IS) yaitu dampak total dari kenaikan proporsi permintaan disetiap sektor yang dipenuhi oleh produksi domestik terhadap output suatu sektor. 4. Perubahan teknologi (TC ) yaitu merupakan dampak total dari suatu sektor akibat perubahan koefisien input output dalam perekonomian Metoda dekomposisi dari sumber sumber pertumbuhan dikemukakan oleh Chenery pada tahun 1960 (Chung dan Kim, 2000; Mohamadi dan Bazzazan, 2007) dengan menggunakan Input Output nasional. Mempertimbangkan bahwa pada kenyataannya suatu wilayah tidak dapat berdiri sendiri dengan
suatu
100
keterisolasian serta interaksi antar wilayah yang memainkan peranan penting dalam pertumbuhan suatu wilayah, maka Akita (1999, 2002), mengembangkan formula yang dikenal sebagai Extended Growth Factor Decomposition. Titik awal dalam menganalisa sumber sumber pertumbuhan adalah keseimbangan dari kerangka input-output. Dalam Input-Output analysis, total penawaran (supply) terdiri dari gross domestic output (X) dan import (M). Disisi lain, total permintaan (demand) terdiri dari intermediate demand (W) dan final demand, dimana final demand dapat dibagi lagi menjadi domestic final demand (D) dan export (E). Dengan demikian maka keseimbangan tersebut dapat ditulis sebagai berikut :
X
W
D
E
M .......................................................................(65)
Seperti diketahui bahwa import merupakan fungsi dari total demand, sehingga impor rasio (m) adalah besarnya impor terhadap total demand M1 D1 W1
m1
Dengan mempertimbangkan bahwa didalam penelitian ini dilakukan terhadap lima wilayah maka metoda extended growth factor decomposition dapat dijelaskankan sebagai berikut:
XL XR XS XJ XZ
A LL A RL ASL A JL AZL
K
K
i
i
m M
A LR A RR ASR A JR AZR
A LS A LJ A LZ A RS A RJ A RZ ASS ASJ ASZ A JS A JJ A JZ AZS AZJ AZZ
F LL F RL F SL F JL F ZL
F LR F RR F SR F JR F ZR
F LS F RS F SS F JS F ZS
F LJ F RJ F SJ F JJ F ZJ
F LZ F RZ F SZ F JZ F ZZ
EL ER ES EJ EZ
ML MR M S ....(66) MJ MZ
n
aijKK X Kj
/ j 1
Fi KK ..........................................................................(67)
101
XL XR XS XJ XZ
pˆ L ALL ARL ASL AJL AZL
ALR ALS pˆ R ARR ARS ASR pˆ S ASS JR A AJS AZR AZS
1 X I Pˆ Aa Ab Pˆ F a atau X B Pˆ F a F b E
, dimana B
Pˆ Aa
I
XL XR XS , E XJ XZ
X
Fb
Fb
pˆ L F LL F LR F LS F LJ F LZ F RL pˆ R F RR F RS F RJ F RZ F SL F SR pˆ S F SS F SJ F SZ F JL F JR F JS pˆ J F JJ F JZ F ZL F ZR F ZS F JZ pˆ Z F zz
EL ER E S ...(69) EJ EZ
E
1
Ab
Pˆ L
EL ER E S , Pˆ EJ EZ
F LR F LS F RR F RS F SR F SS F JR F JS F ZR F ZS
ALZ X L ARZ X R ASZ X S AJZ X J pˆ Z AZZ X Z
ALJ ARJ ASJ pˆ J AJJ AZJ
0
0
0
0 ˆ PS
0
0
0
0 0 Pˆ J
0
0
0
0
0 0
F LJ F RJ F SJ F JJ F ZJ
F LZ F RZ F SZ F JZ F ZZ
0 0 A SS 0 0
0 0 0 A JJ 0
0 Pˆ R
0 0 a 0 , F 0 ˆ PZ
F LL F RL F SL , F JL F ZL
dan A LL 0 0 0 0
Aa
X
Xt
0 A RR 0 0 0
Ft b
Fa
F0a , F b
X
Bt Pˆt F a
Karena Bt
0 A RL A SL A JL A ZL
A LR 0 A SR A JR A ZR
A LS A RS 0 A JS A ZS
A LJ A RJ A SJ 0 A ZJ
A LZ A RZ A SZ A JZ 0
X0
Bt Pˆt Ft a Ft a
0 0 b 0 , A 0 A ZZ
B0
B0 Pˆ0 F0a
Et
Ft b
Fb Bt B0
E 1
F0B
E0
F0b , AND
E
Bt Pˆt
Pˆ0 F0a
Bt
1
B0
Et
E0
Bt
B0 Pˆ0 F0a
F0b
E0
102
Bt Pˆt
Pˆ0 A0a
Pˆt Ata
A0a
A0b
A0b B0
E
E
Pˆ A0a X 0
B0 Pˆ0 F0a F0b E0 Bt Pˆt F a Fb
X0
X
BtLL BtRL BtSL BtJ L BtZL
Bt
BtLR BtRR BtSR BtJ R BtZR
BtLS BtRS BtSS BtJ S BtZS
Pˆt Aa
F0a
BtLJ BtRJ BtSJ BtJ J BtZJ
Ab X 0
BtLZ BtRZ BtSZ BtJ Z BtZZ
XL Pt L F LL
BtLL
F LR
ptL A LL X 0L
BtLR BtLS BtLJ BtLZ
F RL
F LS
A LR X 0R
Pt R F RR
A RL X 0L F SL A SL X 0L
A SR X 0R
A JL X 0L F ZL
F RS
F ZR
F SJ
F SZ
F ZS
A ZR X 0R
S
A0SS X 0S
P
ASJ X 0J
F0SS
ASZ X 0Z J
EJ
A0JJ X 0J
P
F0JJ
AJZ X 0Z
Pt Z F ZZ
A ZS X 0S
F0RR
ARZ X 0Z
ptJ AJJ X 0J
F ZJ
F0LL
A0RR X 0R
P
ES
F JZ
A JJ X 0J
R
ER
ARJ X 0J
Pt J F JJ
A JR X 0R
A ZL X 0L
A RS X 0S
A0LL X 0L
P
A LZ X 0Z
F RZ
ptS A SS X 0S
F JS
L
EL
A LJ X 0J
F RJ
Pt S F SS
F JR
F LZ
A LS X 0S
ptR A RR X 0R F SR
F JL
F LJ
Z
EZ
AZJ X 0J
P
A0ZZ X 0Z
ptZ AZZ X 0Z
XR BtR L
Pt L F LL
F LR
ptL A LL X 0L
BtRR BtRS BtRJ BtRZ
F RL F SL F JL A X
L 0
F ZL AZL X 0L
F RS
ASR X 0R F JS JR
A X F ZR
R 0
F ZS
AZR X 0R
F SZ
ptS ASS X 0S JJ
A X
J 0
F ZJ AZS X 0S
ES
F JZ J t
p
JJ
A X
Pt Z F ZZ AZJ X 0J
F0LL
A0RR X 0R
P
F0RR
ARZ X 0Z
ASJ X 0J
Pt J F JJ
R
ER
ARJ X 0J
F SJ
A0LL X 0L
P
A LZ X 0Z
F RZ
A RS X 0S
L
EL
A LJ X 0J
F RJ
Pt S F SS
F JR
F LZ
A LS X 0S
ptR A RR X 0R F SR
ASL X 0L
F LJ
A LR X 0R
Pt R F RR
A RL X 0L
JL
F LS
S
A0SS X 0S
P
F0SS
ASZ X 0Z EJ
J 0
J
A0JJ X 0J
P JZ
A X EZ
Z P
F0JJ
Z 0
A0ZZ X 0Z
ptZ AZZ X 0Z
F0ZZ
F0ZZ
103 X
S
Pt L F LL
BtS L
L t
p
A
LL
F LR X
F RL
BtSR
RL
A
L 0
A
SL
X
L 0
R t
p
X
X
SR
R 0
X
A
F
F ZR
A ZL X 0L
A
RS
X
p
A
Pt
J
SS
X
F
JJ
A
A
A ptJ
X
RZ
A
X
JZ
SZ
A J
E
A0RR X 0R
X
A0SS X 0S
X
Z 0
J
A0JJ X 0J
P
F0RR
Z 0
S P
J 0
AJJ X 0J
Pt Z
A ZS X 0S
R P
J 0
F0LL
Z 0
X
ES
SJ
F
LZ
ER
F SZ
F ZJ
AZR X 0R
X
A0LL X 0L
P
J 0
RJ
S 0
A JJ X 0J
F ZS
LJ
S 0
L
EL
F RZ
F SJ
S t
JS
S 0
F RJ
R 0
A JR X 0R
F ZL
BtSZ
RR
F LZ
X
F RS
JR
A JL X 0L
A
LS
Pt S F SS
A F
F LJ
R 0
X
A
F SR L 0
JL
F
BtSJ
A
LR
Pt R F RR
F SL
BtSS
F LS
F0SS F0JJ
AJZ X 0Z Z
F ZZ
EZ
P
A0ZZ X 0Z
AZJ X 0J
ptZ
AZZ X 0Z
F0ZZ
J
X BtJ L
Pt L F LL
F LR
p tL A LL X 0L F RL
BtJR
A SL X 0L
F JR
A JL X 0L F ZL
F ZR
A ZL X 0L
F SZ
p tS A SS X 0S A JJ X 0J
F ZS
A ZR X 0R
S
A ZS X 0S
J
A0JJ X 0J
P
Z P
A0ZZ X 0Z
p tZ AZZ X 0Z
XZ BtZ L
Pt L F LL
BtZR BtZS BtZJ BtZZ
L t
p
A
LL
F
RL
A
RL
F
SL
A
SL
F
JL
F LR L 0
X
X
Pt
p
JR
X
X
S
X
A
A J
X
A
RJ
X
F
SS
X
F
JJ
R 0
F ZJ A
ZS
F S 0
E
A ptJ
S 0
X
X
JZ
A
X
R
A
ALL
AL
ARL
ASL
A JL
AZL
ARR
AR
ALR
ASR
A JR
AZR
ASS
AS
ALS
ARS
A JS
AZS
A JJ
AJ
ALJ
ARJ
ASJ
AZJ
AZZ
AZ
ALZ
ARZ
ASZ
A JZ
X
A0SS X 0S
X
Z 0
J
A0JJ X 0J
P
A J
P
F0RR
Z 0
S SZ
F0SS F0JJ
AJZ X 0Z Z
EZ J 0
A0RR X 0R
P
S
AJJ X 0J ZJ
X
F0LL
Z 0
RZ
J 0
E
F ZZ
LZ
R
J 0
SZ SJ
F
A E
A
Pt Z
X
X
RZ
A0LL X 0L
P
J 0
RJ
SJ
L
EL
LJ
S 0
A JJ X 0J
F ZS ZR
S 0
RS
F
p
A JR X 0R
X
A
SS
Pt
F LZ
F
S t
JS
LS
RS
R 0
F
R 0
F
F ZR L 0
A F
RR
Pt SR
F LJ
R 0
X
A
SR
A F
F ZL A
R t
L 0
LR
RR
F
L 0
A JL X 0L ZL
A R
F X
F LS
Z t
p
F0SS F0JJ
AJZ X 0Z EZ
AZJ X 0J
F0RR
ASZ X 0Z
EJ
Pt Z F ZZ
A0SS X 0S
P
p tJ AJJ X 0J
F ZJ
F0LL
ARZ X 0Z
ES
F JZ
A0RR X 0R
P
ASJ X 0J
Pt J F JJ
A JR X 0R
R
ER
ARJ X 0J
F SJ
A0LL X 0L
P
A LZ X 0Z
F RZ
A RS X 0S
F JS
L
EL
A LJ X 0J
F RJ
Pt S F SS
A SR X 0R
F JL
BtJZ
F RS
p tR A RR X 0R F SR
F LZ
A LS X 0S
Pt R F RR
F SL
BtJJ
F LJ
A LR X 0R
A RL X 0L
BtJS
F LS
P ZZ
A
X
A0ZZ X 0Z Z 0
F0ZZ
F0ZZ
104
AL = matrix koefisien teknik untuk wilayah L (Sumatera) AR = matrix koefisien teknik wilayah R (Jawa-Bali) AS = matrix koefisien teknik untuk wilayah S (Kalimantan) AJ = matrix koefisien teknik untuk wilayah J (Sulawesi) AZ = matrix koefisien teknik untuk wilayah Z (ROI) L = Regional (wialayah) Sumatera R = Regional (wilayah) Jawa-Bali S = Regional (wilayah ) Kalimantan J = Regional (wialayah) Sulawesi Z = Regional (wilayah ) ROI
4.7.
Asumsi dan Keterbatasan Model Input Output Walaupun model I-O mampu memberikan gambaran menyeluruh
mengenai pengaruh perubahan variabel eksogen terhadap total output, namun secara metodologis model tersebut mempunyai beberapa keterbatasan. Hal ini antara lain disebabkan karena asumsi yang melandasi penggunaan model ini yaitu: 1. Keseragaman Setiap sektor hanya memproduksi satu jenis output yang seragam (homogenity) dari susunan input tunggal. Antara output suatu sektor dengan output sektor lainnya tidak dapat saling mensubstitusi. 2. Kesebandingan Kenaikan penggunaan input berbanding lurus dengan kenaikan output (proportionality), yang berarti perubahan tingkat output tertentu akan selalu didahului oleh perubahan pemakaian input yang sebanding. Dengan lain perkataan, setiap sektor hanya memiliki satu fungsi produksi di mana input
105
berhubungan secara fixed proportional. Asumsi ini menyampingkan pengaruh skala ekonomis, artinya makin banyak output yang dihasilkan, biaya produksi per unit makin kecil sehingga penggunaan Input Antara semakin efisien. 3. Penjumlahan Efek total dari kegiatan produksi di berbagai sektor merupakan penjumlahan (additivity) dari proses produksi masing-masing sektor secara terpisah. Ini berarti seluruh pengaruh di luar sistem input-output diabaikan.
4.8. Konsep dan Definisi Variabel 1.
Output Output ialah nilai produk yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi dengan memanfaatkan faktor produksi yang tersedia di suatu wilayah dalam periode waktu tertentu, tanpa memperhatikan asal-usul pelaku produksinya.
2.
Input Antara Input Antara adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk barang dan jasa yang digunakan habis dalam proses produksi. Komponen Input Antara terdiri dari barang tidak tahan lama dan jasa yang dapat berupa hasil produksi dalam negeri dan impor. Barang tidak tahan lama adalah barang yang habis dalam sekali pakai atau barang yang umur pemakaiannya kurang dari satu tahun. Contoh Input Antara adalah bahan baku, bahan penolong, jasa perbankan dan sebagainya.
106
3.
Permintaan Akhir Permintaan Akhir adalah permintaan atas barang dan jasa baik yang berasal dari produksi dalam negeri maupun impor untuk konsumsi akhir (bukan untuk proses produksi). Permintaan Akhir terdiri dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan ekspor.
4.
Input Primer Input Primer atau Nilai Tambah Bruto adalah input atau biaya yang timbul sebagai akibat dari pemakaian faktor produksi dalam kegiatan ekonomi. Faktor produksi antara lain terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal dan kewiraswastaan. Dalam praktek, nilai tambah yang dimaksud adalah merupakan selisih antara output dan Input Antara, yang terdiri dari: (1) upah dan gaji, (2) surplus usaha, (3) penyusutan barang modal, dan (4) pajak tak langsung neto. Penjelasan mengenai komponen input primer ini adalah sebagai berikut: a. Upah dan gaji Upah dan gaji mencakup semua balas jasa dalam bentuk uang ataupun barang dan jasa kepada tenaga kerja yang ikut dalam kegiatan produksi, (kecuali pekerja keluarga yang tidak dibayar), sebelum dipotong pajak penghasilan. b. Surplus Usaha Surplus usaha merupakan selisih nilai tambah bruto dengan jumlah upah dan gaji, penyusutan, pajak tidak langsung neto. Surplus usaha antara
107
lain mencakup keuntungan sebelum dipotong pajak penghasilan, bunga atas modal, sewa tanah dan pendapatan atas hak kepemilikan lainnya. c. Penyusutan Penyusutan atau depresiasi mencakup penyusutan barang-barang modal yang digunakan dalam proses produksi. Yang diartikan dengan penyusutan di sini adalah nilai penggantian (penyisihan) terhadap barang sebesar turunnya nilai barang modal oleh karena digunakan dalam proses produksi. d. Pajak Tak Langsung Neto Pajak tak langsung neto adalah selisih antara pajak tak langsung dengan subsidi. Pajak tak langsung mencakup antara lain pajak impor, pajak ekspor, bea masuk, pajak pertambahan nilai, cukai dan sebagainya. e. Subsidi Subsidi adalah bantuan pemerintah kepada produsen yang merupakan tambahan pendapatan bagi produsen, untuk mempertahankan harga pada tingkat tertentu. Oleh karena itu subsidi disebut juga sebagai pajak tak langsung negatif. 4.9.
Pengukuran Disparitas dan Pengaruh
Pengukuran disparitas dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode. Pengukuran disparitas adalah menunjukkan tingkat persebaran dari ratarata. Disparitas tinggi menunjukkan nilai dalam kelompok tersebut lebih bervariasi.
108
Metode berikut ini digunakan untuk mengukur disparitas, yaitu:
a.
IW
Indeks Williamson
(Yi Y ) 2 . f i / n . Y Keterangan: IW = indeks Williamson, nilai = 0 menunjukkan tidak ada disparitas. Y = variabel dimaksudkan fi/n = penimbang Nilai indeks Williamson = 0 menunjukkan tidak adanya disparitas pada variabel dimaksud. Sebaliknya bila Indeks Williamson semakin besar, menunjukkan tingkat disparitas yang semakin meningkat.
Dalam kaitannya dengan penelitian ini, disparitas yang akan diteliti adalah disparitas multiplier ekonomi dan pendapatan per kapita. Untuk keperluan tersebut digunakan angka penimbang nilai PDB pulau serta pendapatan per kapita atau PDRB per kapita menurut pulau.
b.
Koefisien Variasi (KV) Pengukuran berikutnya untuk disparitas adalah koefisien variasi. Untuk menyusunnya diperlukan informasi mengenai simpangan baku (S) dan rerata data (X). Nilai KV semakin kecil menunjukkan disparitas yang semakin kecil juga.
KV
s 100% x
Keterangan: KV = Koefisien variasi, nilai = 0% menunjukkan tidak ada disparitas.
109
s
= simpangan baku variabel dimaksud
x = rerata nilai variabel X Selanjutnya untuk menghitung besaran disparitas dalam penelitian ini, digunakan Koefisien Variasi seperti no. b.
111
V. Kondisi Perekonomian Regional Indonesia 5.1
Gambaran Umum Perekonomian Regional Pada bagian ini, sebagian besar analisis yang dilakukan berdasarkan pada
data tabel Interregional Input-Output Indonesia tahun 2000 dan 2005. Dari datadata tersebut, beberapa fakta mengenai struktur perekonomian Indonesia dalam dua periode tersebut adalah sebagai berikut. Tabel 4, memperlihatkan bahwa pada tahun 2000, distribusi output regional Jawa-Bali mencapai 63.96 persen dari total output Indonesia, kemudian diikuti oleh region Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan ROI (Rest of Indonesia). Demikian juga pada tahun 2005, tidak ada pergeseran yang berarti dari kontribusi output regional, kecuali di wilayah Sumatera di mana terjadi peningkatan sekitar satu persen dan di Jawa-Bali terjadi penurunan sekitar satu persen. Tabel 4. Total Distribusi Output Regional Tahun 2000 dan Tahun 2005 Tahun 2000 Wilayah Sumatera
Juta Rupiah
Tahun 2005 %
Juta Rupiah
%
531 423 247
19.66
1 060 328 181
20.87
Jawa & Bali
1 728 713 034
63.96
3 205 696 299
63.09
Kalimantan
237 723 689
8.80
448 244 705
8.82
Sulawesi
114 298 977
4.23
202 303 562
3.98
90 722 514
3.36
164 714 033
3.24
2 702 881 460
100.00
5 081 286 780
100.00
ROI Total Output
Sumber: IRIO tahun 2000 dan tahun 2005(diolah) Tabel 5 menunjukkan sektor dengan nilai output tertinggi regional pada tahun 2000 dan 2005. Dari tabel ini dapat dilihat bahwa sektor industri dan pertambangan merupakan sektor dengan nilai output tertinggi di masing-masing wilayah. Pada tahun 2000, sektor 26.55
industri di Jawa-Bali berkontribusi sekitar
112
persen dari total output yang tercipta di Indonesia. Sedangkan pada tahun 2005 sektor Industri di Jawa-Bali masih tetap merupakan kontributor tertinggi terhadap perekonomian Indonesia, yakni mencapai 26.39 persen. Sementara itu, sektor Pertambangan berkontribusi paling besar di wilayah Kalimantan dan Rest of Indonesia (ROI). Tabel 5. Sektor dengan Output Tertinggi Regional Tahun 2000
Tahun 2005
Wilayah
Sektor
Sumatera
Industri
168 551 716
6.24
362 953 751
7.14
Jawa & Bali
Industri
717 611 384
26.55
1 340 699 542
26.39
Kalimantan
Pertambangan
107 291 475
3.97
198 749 769
3.91
Sulawesi
Industri
32 156 246
1.19
51 156 140
1.01
ROI
Pertambangan
39 575 091
1.46
59 124 174
1.16
Juta Rupiah
%
Juta Rupiah
%
Sumber: IRIO Tahun 2000 dan Tahun 2005(diolah) Sepuluh nilai tambah tertinggi berdasarkan sektor di Indonesia pada tahun 2000 dan 2005 dapat dilihat pada tabel 6. Dari sepuluh sektor tersebut pada tahun 2000, sektor industri, perdagangan, jasa-jasa lainnya dan pertanian merupakan lima sektor dengan nilai tambah tertinggi, yang semuanya terletak di wilayah Jawa-Bali. Sektor-sektor ini berkontribusi sekitar 48.45 persen dari total nilai tambah Indonesia. Hal ini bearti bahwa, lima sektor ini merupakan sektor-sektor yang memberikan kontribusi yang paling besar kepada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Indonesia. Demikian juga pada tahun 2005, sektor-sektor tersebut di atas masih mempunyai peranan yang tertingi dalam pembentukan PDRB di Indonesia, walaupun mengalami penurunan peranan, yakni menjadi 40.17 persen dari nilai tambah total Indonesia.
113
Tabel 6. Sepuluh Sektor Penghasil Nilai Tambah Tertinggi Regional Wilayah
Kode Sektor
Tahun 2000 Juta Rupiah
%
Wilayah
Kode Sektor
Tahun 2005 Juta Rupiah
%
Jawa-Bali
3
259 613 346
18.58
Jawa-Bali
3
460 119 722
15.41
Jawa-Bali
6
160 706 721
11.50
Jawa-Bali
6
347 576 442
11.64
Jawa-Bali
12
155 607 697
11.14
Jawa-Bali
12
242 777 009
8.13
Jawa-Bali
1
10 1002 748
7.23
Jawa-Bali
1
178 969 672
5.99
Sumatera
2
77 483 016
5.55
Kalimantan
2
135 108 463
4.53
Kalimantan
2
70 062 912
5.02
Sumatera
1
129 445 903
4.34
Sumatera
1
59 603 329
4.27
Sumatera
2
128 954 549
4.32
Jawa-Bali
5
55 910 788
4.00
Sumatera
3
119 548 444
4.00
Sumatera
3
52 300 493
3.74
ROI
6
108 691 237
3.64
Jawa-Bali
11
46 176 667
3.31
ROI
3
105 964 070
3.55
Total
1 396 905 299
Total
2 985 813 141
Sumber: IRIO tahun 2000 dan tahun 2005(diolah) Tabel 7, menunjukkan sepuluh sektor yang mendominasi nilai ekspor ke luar negeri dari Indonesia. Pada tahun 2000, sektor industri di Jawa-Bali berkontribusi sekitar 37.85 persen dari total nilai ekspor Indonesia ke luar negeri. Kemudian diikuti oleh sektor pertambangan di Sumatera dan Kalimantan, peranan masing-masing wilayah sebesar 10.09 dan 9.45 persen dari total nilai ekspor Indonesia ke luar negeri. Pada tahun 2000, sekitar 23.85 persen output Indonesia di ekspor ke luar negeri, sedangkan pada tahun 2005 mengalami penurunan kontribusi ekpor ke luar negeri menjadi 17.01 persen. Dari gambar 9, bila diperhatikan berdasarkan wilayah, dapat dilihat bahwa pada tahun 2000 di wilayah Kalimantan sekitar 37.31 persen output diekspor ke luar negeri. Angka ini tentunya tinggi untuk sebuah wilayah. Hal ini disebabkan karena semua sektor utama di Kalimantan, seperti sektor gas alam cair dan pengilangan, juga merupakan sektor pengekspor ke luar negeri terbesar. Kondisi ini menunjukkan bahwa perekonomian Kalimantan dipengaruhi secara siginifikan oleh harga pasar dunia.
114
Tabel 7. Sepuluh Sektor dengan Nilai Ekspor ke Luar Negeri Terbesar Tahun 2000
Wilayah
Kode Sektor
Juta Rupiah
%
Jawa-Bali
3
243 950 743
Sumatera
2
Kalimantan
Tahun 2005
Wilayah
Kode Sektor
Juta Rupiah
%
37.85
Jawa-Bali
3
225 252 724
26.06
65 037 418
10.09
Sumatera
3
99 731 365
11.54
2
60 923 221
9.45
Sumatera
2
97 664 941
11.30
Jawa-Bali
6
47 619 508
7.39
Kalimantan
2
88 991 579
10.30
Sumatera
3
45 279 062
7.03
Jawa-Bali
6
84 235 565
9.75
Jawa-Bali
12
43 852 540
6.80
Jawa-Bali
11
40 035 589
4.63
Roi
2
28 436 880
4.41
Roi
2
36 252 780
4.19
Jawa-Bali
2
27 170 695
4.22
Jawa-Bali
12
26 682 784
3.09
3
20 796 997
3.23
Jawa-Bali
2
24 521 083
2.84
11
9 561 418 644 504 183
1.48
Sumatera
6
19 785 834 864 341 093
2.29
Kalimantan Jawa-Bali Total
Sumber: IRIO tahun 2000 dan tahun 2005(diolah)
Sumber: IRIO tahun 2000 dan tahun 2005(diolah) Gambar 9. Kontribusi Output Regional yang di Ekspor ke Luar Negeri Tahun 2000 dan 2005 (%) Dari penjelasan tersebut di atas, dapat diindikasikan bahwa perekonomian Indonesia secara regional dipengaruhi juga secara siginifikan oleh harga pasar dunia, terutama di wilayah Kalimantan, ROI, Sumatera dan Jawa-Bali, walaupun pada 2005 mengalami penurunan kontribusi output regional yang di ekspor. Sebaliknya ekspor wilayah Sulawesi yang hanya 9.23 persen dari total output pada 2000, kemudian mengalami peningkatan menjadi 11.01 persen pada 2005.
115
5.2.
Analisis Pengganda Regional Sebagai model kuantitatif, tabel IRIO selain memberikan gambaran
tentang struktur ketergantungan sektoral (sektoral dependency), juga mampu menunjukkan ketergantungan daerah/regional/spasial, antara satu kegiatan ekonomi di suatu daerah dengan kegiatan ekonomi lainnya di daerah lain.
5.2.1. Pengganda Output Pengganda output menunjukkan tambahan output ekonomi yang terjadi pada suatu wilayah apabila satu sektor tertentu mengalami peningkatan permintaan akhir satu satuan. Semakin tinggi multiplier (pengganda), maka menunjukkan bangkitan output ekonomi yang besar dari sektor tersebut. Pada tahun 2000 dan 2005, secara garis besar terdapat tiga sektor dengan pengganda output regional di Indonesia paling besar yaitu di sektor industri, transportasi udara dan bangunan. Pada tahun 2000 dari seluruh sektor di seluruh wilayah Indonesia, sektor yang memberikan multiplier output terbesar di Indonesia adalah sektor industri di wilayah Sulawesi, transportasi udara di Jawa-Bali, industri pengolahan di bagian ROI, Sumatera dan Kalimantan. Pada tahun 2005, kondisi tersebut mengalami perubahan. Multiplier sektor terbesar adalah sektor transportasi udara di Jawa-Bali, industri pengolahan di Sumatera, transportasi Udara di Kalimantan, bangunan di Sulawesi dan transportasi Udara di ROI. Pada tahun 2005 output multiplier terbesar masih di sektor industri untuk Sumatera dan transportasi Udara di Jawa-Bali, dan yang mengalami pertumbuhan terbesar adalah di Kalimantan dan Sumatera. Terjadi pergeseran output multiplier
116
terbesar di Kalimantan dan ROI ke sektor transportasi udara, sedangkan di Sulawesi sektor ke bangunan. Tabel 8. Sepuluh Sektor dengan Angka Pengganda Output tertinggi Tahun 2000 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tahun 2005
Sektor
Output Multiplier
Wilayah
Sektor
Output Multiplier
Sulawesi Jawa-Bali ROI Sumatera
3 9 3 3
2.2097 2.1966 2.0610 2.0607
Jawa-Bali Sumatera Kalimantan Kalimantan
9 9 9 8
2.4352 2.3522 2.2665 2.2272
Kalimantan Sumatera Kalimantan Sumatera Kalimantan ROI
3 5 5 4 4 4
1.9997 1.9917 1.9569 1.9555 1.9434 1.9330
Sulawesi ROI Sumatera ROI Sumatera Kalimantan
5 9 8 4 4 4
2.2063 2.1970 2.1309 2.1170 2.1056 2.0919
Wilayah
Sumber: IRIO tahun 2000 dan tahun 2005(diolah) Tabel 9, menunjukkan output multiplier pada sektor transportasi, di mana pada tahun 2000, sektor transportasi darat, multiplier terbesar adalah di wilayah Jawa-Bali, dan pada tahun 2005 adalah Sumatera. Namun yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah di wilayah Rest of Indonesia (ROI). Untuk sektor transportasi laut, multiplier terbesar pada tahun 2000 adalah wilayah Sumatera, sedangkan pada tahun
2005 adalah di Kalimantan, di mana di wilayah
Kalimantan ini juga terjadi tingkat pertumbuhannya yang tertinggi. Sementara itu, pertumbuhan negatif terjadi di Sulawesi. Pada sektor transportasi udara, baik untuk tahun 2000 dan tahun 2005, multiplier output terbesar terjadi di Jawa, namun pertumbuhan tertinggi justru terjadi di Kalimantan. Secara umum sektor transportasi termasuk memberikan multiplier output besar pada perekonomian bila dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya pada tahun 2000 dan tahun 2005, demikian pula dengan tingkat pertumbuhannya (lihat tabel 9)
117
Tabel 9. Multiplier Output Sektor Transportasi Tahun 2000-2005 Sektor
Tahun
Sumatera
JawaBali
Kalimantan
Sulawesi
Transportasi 2000 1.62 1.64 1.63 darat 2005 1.89 1.79 1.85 r (%) 16.50 9.35 13.40 Transportasi 2000 1.90 1.82 1.90 laut 2005 2.13 2.01 2.23 r (%) 12.03 10.08 17.28 Transportasi 2000 1.93 2.20 1.77 udara 2005 2.35 2.44 2.27 r (%) 21.83 10.86 27.85 Sumber : Tabel IRIO Tahun 2000-2005 (diolah) Keterangan : r = Pertumbuhan
1.56 1.76 12.94 1.87 1.86 -0.69 1.88 2.09 11.02
Rest of Indonesia 1.50 1.83 21.64 1.87 2.07 10.68 1.79 2.20 22.89
Apabila memperhatikan nilai output, maka nilai pengganda terbesar cenderung dimiliki kawasan timur Indonesia seperti Sulawesi pada sektor Industri tahun 2000, ini artinya daerah-daerah tersebut belum berkembang padahal mempunyai potensi yang besar sekalipun dibutuhkan usaha yang besar untuk mengembangkannya. Pada tahun 2005 sektor transportasi udara di beberapa wilayah merupakan sektor yang output multipliernya terbesar. Pengganda output regional tahun 2000 dan 2005, secara rata-rata mengalami peningkatan dari 1.59 pada tahun 2000 menjadi 1.70 pada tahun 2005. Hal ini mengindikasikan terjadinya peningkatan produktivitas dalam pembentukan output di Indonesia. Bila diperhatikan secara regional, wilayah Sumatera secara rata-rata meningkat dari 1.65 pada tahun 2000 menjadi 1,74 pada tahun 2005. Peningkatan pengganda output di sektor transportasi mengalami peningkatan dan yang terbesar terjadi pada pada sektor transportasi udara (9) dari 1.93 pada tahun 2000 menjadi 2.35 pada tahun 2005. (meningkat sebesar 21.8 persen).
118
Sumber: IRIO tahun 2000 dan tahun 2005(diolah) Gambar 10.Pengganda Output Wilayah Sumatera Tahun 2000 dan 2005 Pengganda output di wilayah Jawa-Bali secara rata-rata mengalami peningkatan dari 1.63 menjadi 1.69 pada tahun 2005. Peningkatan produktivitas output sektor transportasi udara merupakan yang terbesar yaitu dari 2.20 pada tahun 2000 menjadi 2.43 pada tahun 2005 ( meningkat sebesar 10.45 persen).
Sumber: IRIO tahun 2000 dan tahun 2005(diolah) Gambar 11. Pengganda Output Wilayah Jawa-Bali Tahun 2000 dan 2005 Pengganda output wilayah Kalimantan secara rata-rata meningkat dari 1,61 pada tahun 2000 menjadi 1,72 pada tahun 2005. Pengganda output di sektor transportasi juga terjadi peningkatan, dan yang terbesar pada sektor transportasi udara (9) dari 1.77 pada tahun 2000 menjadi 2.27 pada tahun 2005 (meningkat sebesar 28.2 persen).
119
Sumber: IRIO tahun 2000 dan tahun 2005(diolah) Gambar 12.Pengganda Output Wilayah Kalimantan Tahun 2000 dan 2005 Demikian juga dengan pengganda output wilayah Sulawesi secara rata-rata meningkat dari 1.55 pada tahun 2000 menjadi 1.66 pada tahun 2005. Pada sektor transportasi, sektor transportasi laut mengalami penurunan produktivitas dalam penciptaan output yang ditunjukkan dengan penurunan pengganda output dari pada tahun 2000 sebesar 1.87 menjadi 1.86 pada tahun 2005, sedangkan peningkatan pengganda output di sektor transportasi paling besar terjadi pada sektor transportasi udara (9) yaitu dari 1.88 pada tahun 2000 menjadi 2.09 pada tahun 2005 (meningkat sebesar 11.2 persen).
Sumber: IRIO tahun 2000 dan tahun 2005(diolah) Gambar 13. Pengganda Output Wilayah Sulawesi Tahun 2000 dan 2005 Pengganda output wilayah ROI secara rata-rata meningkat dari 1.56 pada tahun 2000 menjadi 1.69 pada tahun 2005. Pada sektor transportasi terjadi
120
peningkatan pengganda output, dan peningkatan pengganda output disektor transportasi paling besar terjadi pada pada sektor transportasi udara (9) dari 1.79 pada tahun 2000 menjadi 2.20 pada tahun 2005 (meningkat sebesar 22.9 persen).
Sumber: IRIO tahun 2000 dan tahun 2005 (diolah) Gambar 14.Pengganda Output Wilayah ROI Tahun 2000 dan 2005 5.2.2. Pengganda Nilai Tambah Bruto Memperhatikan nilai output dan pengganda nilai tambah, ternyata wilayah yang memiliki output multiplier besar juga memiliki pengganda nilai tambah besar. Pada tahun 2000, pengganda Nilai tambah terbesar dimiliki oleh ROI yaitu sebesar 0.8459 untuk sektor industri. Ini artinya wilayah tersebut belum berkembang padahal mempunyai potensi yang besar, walaupun dibutuhkan usaha yang besar dan mahal pula untuk mengembangkannya. Sedangkan pada tahun 2005 terbesar di wilayah Sumatera pada sektor Transportasi Udara. Pengganda pendapatan regional di Indonesia pada tahun 2000 paling besar berada di sektor industri, transportasi laut, keuangan, listrik, gas dan air minum, transportasi udara serta komunikasi, Sedangkan pada tahun 2005 paling besar di
121
sektor transportasi udara, industri, komunikasi, transportasi laut, dan listrik, gas dan air minun. Tabel 10.Sepuluh Sektor dengan Angka Pengganda Pendapatan Rumah Tangga tertinggi Berdasarkan Tabel IRIO tahun 2000 dan tahun 2005 Tahun 2000 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Wilayah ROI Sulawesi Sumatera Sumatera Jawa-Bali Kalimantan Sulawesi Sulawesi ROI Kalimantan
Sektor 3 3 8 3 4 11 9 8 11 10
Tahun 2005 Pengganda Pendapatan
Wilayah
0.8459 0.7484 0.6465 0.6061 0.6020 0.5938 0.5853 0.5823 0.5810 0.5528
Sumatera ROI Jawa-Bali ROI Sumatera Jawa-Bali ROI Kalimantan Sumatera ROI
Sektor 9 3 9 9 10 4 4 4 8 10
Pengganda Pendapatan 0.9732 0.9322 0.8843 0.8618 0.8371 0.8198 0.7788 0.7556 0.7086 0.7030
Sumber: IRIO tahun 2000 dan tahun 2005 (diolah)
Untuk sektor Industri pada tahun 2000, pengganda output terbesar secara berurut terdapat di wilayah ROI dan Sulawesi, di Sumatera pada sektor keuangan serta di Jawa-Bali pengganda pendapatan terbesar dari sektor listrik, gas dan air bersih dan di Kalimantan sektor komunikasi. Kondisi pendapatan multiplier terbesar pada tahun 2005 bergeser ke sektor Transportasi laut di Sumatera, Jawa-Bali dan Sulawesi, sedangkan di ROI masih pada sektor Industri dan Kalimantan bergeser ke sektor Listrik, Gas dan Air Bersih. Dari tabel 11, pengganda pendapatan untuk sektor transportasi, pada tahun 2000, adalah pengganda pendapatan sektor transportasi darat yang terbesar pada wilayah Sumatera yaitu sebesar 0.54, sedangkan pada tahun 2005 bergeser ke wilayah Jawa-Bali yaitu sebesar 0.61.
122
Tabel 11. Pengganda Pendapatan Sektor Transportasi Tahun 2000-2005 (%) Sektor
Tahun
Sumatera
JawaBali
2000 0.54 0.41 2005 0.51 0.61 r (%) -6.26 49.47 0.65 0.35 Transportasi 2000 2005 0.71 0.50 laut r (%) 9.62 39.59 0.42 0.46 Transportasi 2000 2005 0.97 0.88 Udara r (%) 129.57 91.25 Sumber : Tabel IRIO 2000-2005 (diolah) Keterangan: r= pertumbuhan Transportasi Darat
Kalimantan
Sulawesi
Rest of Indonesia
0.34 0.44 27.70 0.37 0.40 7.21 0.52 0.62 19.68
0.46 0.48 4.84 0.58 0.48 -17.82 0.59 0.67 14.89
0.39 0.51 31.10 0.55 0.67 21.90 0.55 0.86 57.13
Pertumbuhan terbesar untuk sektor ini terjadi di Jawa-Bali yaitu 49.47 persen. Sedangkan untuk transportasi darat di Sumatera mengalami penurunan sebesar 6.26%. Sektor transportasi laut, pada tahun 2000 pengganda pendapatan terbesar terjadi pada wilayah Sumatera, dan demikian juga pada tahun 2005, masih tetap pada wilayah Sumatera. Namun pertumbuhan tertinggi terjadi pada wilayah Jawa-Bali yaitu sebesar 39.59 persen. Sedangkan di wilayah Sulawesi, untuk sektor transportasi laut mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 39.59 persen. Semua sektor-sektor unggulan (yang mempunyai nilai multiplier besar) di tiap wilayah bila dikembangkan tidak hanya memberi dampak positif bagi wilayah tersebut tetapi juga bagi wilayah lainnya yang pada akhirnya menunjang pembangunan industri secara nasional. Berdasarkan pengganda pendapatan regional tahun 2000 dan 2005, secara rata-rata mengalami peningkatan dari 0.41 pada tahun 2000 menjadi 0.48 pada 2005. Hal ini mengindikasikan terjadinya peningkatan produktivitas dalam pembentukan pendapatan di Indonesia.
123
Sumber: IRIO tahun 2000 dan tahun 2005 (diolah) Gambar 15. Pengganda Pendapatan Wilayah Sumatera Tahun 2000 dan Tahun 2005 Bila diperhatikan secara regional, wilayah Sumatera secara rata-rata meningkat dari 0.41 pada tahun 2000 menjadi 0,52 pada tahun 2005. Secara umum, sektor transportasi udara (9) merupakan yang paling besar peningkatannya yaitu dari 0.42 pada tahun 2000 menjadi 0.97 pada tahun 2005. Sebaliknya di sektor Transportasi Darat mengalami penurunan pengganda pendapatan yaitu dari 0.54 pada tahun 2000 menjadi 0.51 pada tahun 2005. Pengganda pendapatan di wilayah Jawa-Bali secara rata-rata mengalami peningkatan juga dari 0.38 pada tahun 2000 menjadi 0.49 pada tahun 2005. Di sektor transportasi, terjadi peningkatan pengganda pendapatan dan peningkatan produktivitas pendapatan sektor transportasi udara merupakan yang terbesar yaitu 0.46 pada tahun 2000 menjadi 0.88 pada tahun 2005. Pengganda pendapatan wilayah Kalimantan secara rata-rata meningkat dari 0.38 pada tahun 2000 menjadi 0.40 pada tahun 2005. Pengganda pendapatan di sektor transportasi telah terjadi peningkatan dan yang paling besar pada sektor transportasi udara (9) yaitu dari 0.52 menjadi 0.62. Pengganda pendapatan terbesar terjadi pada sektor listrik, gas dan air bersih.
124
Sumber: IRIO tahun 2000 dan tahun 2005 (diolah) Gambar 16. Pengganda Pendapatan Wilayah Jawa-Bali Tahun 2000 dan 2005
Sumber: IRIO tahun 2000 dan tahun 2005 (diolah) Gambar 17. Pengganda Pendapatan Wilayah KalimantanTahun 2000 dan 2005 Akan tetapi, pengganda pendapatan wilayah Sulawesi secara rata-rata megalami penurunan dari 0.44pada tahun 2000 menjadi 0.43 pada tahun 2005. Pada tahun 2000 pengganda pendapatan terbesar terjadi pada sektor industri yaitu 0.75 dan mengalami penurunan pada tahun 2005. Di sisi lain, pengganda pendapatan sektor transportasi mengalami peningkatan untuk sektor transportasi darat dan transportasi udara. Namun demikian, terjadi penurunan pengganda pendapatan di sektor transportasi laut dari 0.58 pada tahun 2000 menjadi 0.48 pada tahun 2005.
125
Sumber: IRIO tahun 2000 dan tahun 2005 (diolah) Gambar 18. Pengganda Pendapatan Wilayah Sulawesi Tahun 2000 dan 2005 Pengganda pendapatan wilayah ROI secara rata-rata meningkat dari 0.44 pada tahun 2000 menjadi 0.57 pada tahun 2005. Pengganda pendapatan terbesar terjadi pada sektor industri yaitu sebesar 0.93. Peningkatan pengganda pendapatan di sektor transportasi terjadi peningkatan, dan yang paling besar terjadi pada sektor transportasi udara (9) dari 0.55 menjadi 0.86.
Sumber: IRIO tahun 2000 dan tahun 2005 (diolah) Gambar 19. Pengganda Pendapatan Wilayah ROI Tahun 2000 dan 2005 Pergerakan pengganda pendapatan dan pengganda output hampir di semua wilayah dan sektor searah, kecuali di wilayah Sulawesi, walaupun secara rata-rata pengganda output meningkat akan tetapi pengganda pendapatan mengalami penurunan. Hal ini mengindikasikan proporsi produktivitas output dan pendapatan berbeda secara nyata.
126
5.2.3. Pengganda Tenaga Kerja Pengganda tenaga kerja terbesar pada tahun 2000 berada di wilayah ROI yaitu sebesar 0.2397. Pada tahun 2005 pengganda tenaga kerja terbesar masih berada di wilayah ROI walupun terjadi penurunan nilai pengganda tenaga kerja menjadi 0.1601. Sektor pertanian merupakan sektor ekonomi yang mempunyai nilai pengganda tenaga kerja terbesar di semua wilayah. Hal ini disebabkan oleh sifat sektor ini yang merupakan labor intensive dalam proses produksinya. Pengganda tenaga kerja di setiap regional secara rata-rata mengalami penurunan dari tahun 2000 sebesar 0.059 menjadi 0.035 pada tahun 2005. Hal ini berarti bila permintaan akhir meningkat sebesar satu satuan akan menampung 0.059 tenaga kerja pada tahun 2000, dan mengalami penurunan penampungan tenaga kerja menjadi 0.035 pada tahun 2005. Tabel 12. Data Pengganda Tenaga Kerja Regional Terbesar Tahun 2000 dan 2005 Tahun 2000
2005
Wilayah Sumatera Jawa-Bali Kalimantan Sulawesi ROI Sumatera Jawa-Bali Kalimantan Sulawesi ROI
Sektor Dengan Pengganda Tenaga Kerja Terbesar Pertanian Pertanian Pertanian Pertanian Pertanian Pertanian Pertanian Pertanian Pertanian Pertanian
Nilai Pengganda Tenaga Kerja 0.1505 0.1823 0.1176 0.1503 0.2397 0.0733 0.1004 0.0718 0.0849 0.1601
Sumber: IRIO tahun 2000 dan tahun 2005( diolah) Sepuluh pengganda tenaga kerja di setiap wilayah paling besar pada tahun 2000 di dominasi oleh sektor pertanian, demikian juga pada tahun 2005 (lihat tabel 14). Untuk sektor transportasi, multiplier tenaga kerja baik di sektor transportasi darat, laut maupun udara merupakan sektor yang pengganda tenaga kerjanya cukup tinggi di wilayah ROI dalam dua periode penelitian. Namun demikian, multiplier tenaga kerja sektor transportasi ini mengalami penurunan
127
diwilayah tersebut. Walaupun mengalami penurunan, sektortransportasi udara sangat dominan dalam perekonomian wilayah ini. Tabel 13. Sepuluh Sektor dengan Angka Pengganda Tenaga Kerja tertinggi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Wilayah
Tahun 2000 Kode Pengganda Sektor tenaga kerja
ROI Jawa-Bali ROI Sumatera Sulawesi Kalimantan ROI ROI Sulawesi Jawa-Bali
1 1 3 1 1 1 8 6 6 10
0.2397 0.1823 0.1628 0.1505 0.1503 0.1176 0.1055 0.1021 0.0974 0.0960
Tahun 2005 Kode Pengganda Wilayah Sektor tenaga kerja ROI Jawa-Bali Sulawesi ROI Sumatera Kalimantan ROI ROI ROI Sulawesi
1 1 1 3 1 1 8 6 12 6
0.1601 0.1004 0.0849 0.0830 0.0733 0.0718 0.0659 0.0602 0.0517 0.0484
Sumber: IRIO tahun 2000 dan tahun 2005(diolah) Tabel 14. Multiplier Tenaga Kerja Sektor Transportasi Tahun 2000 – 2005 Sektor
Tahun
JawaSumatera Bali
2000 0.05 2005 0.03 r (%) -41.75 2000 0.05 Transportasi 2005 0.03 laut r(%) -41.37 2000 0.04 Transportasi 2005 0.03 Udara r (%) -34.30 Keterangan : r= Pertumbuhan Transportasi Darat
0.05 0.03 -43.28 0.05 0.03 -42.56 0.05 0.03 -36.53
Kalimantan Sulawesi
0.03 0.02 -31.38 0.03 0.02 -27.41 0.03 0.03 -18.23
0.05 0.04 -31.07 0.05 0.03 -51.92 0.04 0.03 -33.22
Rest of Indonesia
0.07 0.04 -39.79 0.11 0.07 -37.56 0.06 0.04 -39.42
Sumber : Tabel IRIO Tahun 2000-2005 (diolah) Pengganda Tenaga Kerja wilayah Sumatera secara rata-rata mengalami penurunan dari 0.053 pada tahun 2000 menjadi 0.029 pada tahun 2005. Penurunan terbesar terjadi pada sektor transportasi darat (7) dari 0.048 menjadi 0.028 pada tahun 2005 atau sebesar 41.75 persen. Peranan sektor primer dalam menampung tenaga kerja di wilayah Sumatera sangat besar, terutama sektor pertanian diikuti oleh sektor perdagangan dan komunikasi.
128
Sumber: IRIO tahun 2000 dan tahun 2005 (diolah) Gambar 20. Pengganda Tenaga kerja Wilayah Sumatera Tahun 2000 dan 2005 Pengganda tenaga kerja di wilayah Jawa-Bali secara rata-rata mengalami penurunan juga dari 0.057 menjadi 0.033 pada tahun 2005. Penurunan produktivitas penampungan tenaga kerja sektor transportasi laut (8) yang terbesar yaitu 0.054 pada tahun 2000 menjadi 0.031 pada tahun 2005.
Sumber: IRIO tahun 2000 dan tahun 2005 (diolah) Gambar 21. Pengganda Tenaga Kerja Wilayah Jawa-Bali Tahun 2000 dan 2005 Pengganda tenaga kerja wilayah Kalimantan secara rata-rata menurun juga dari 0.042 pada tahun 2000 menjadi 0.024 pada tahun 2005. Penurunan pengganda tenaga kerja di sektor transportasi paling besar pada sektor transportasi udara (9) dari 0.034 menjadi 0.025.
129
Sumber: IRIO tahun 2000 dan tahun 2005 (diolah) Gambar 22. Pengganda Tenaga Kerja Wilayah Kalimantan Tahun 2000 dan 2005 Pengganda tenaga kerja wilayah Sulawesi secara rata-rata mengalami penurunan dari 0.058 pada tahun 2000 menjadi 0.033 pada tahun 2005. Untuk sektor transportasi, penurunan pengganda tenaga kerja yang terbesar terjadi di sektor transportasi laut yaitu dari 0.053 menjadi 0.025 pada tahun 2005.
Sumber: IRIO tahun 2000 dan tahun 2005 (diolah) Gambar 23. Pengganda Tenaga kerja Wilayah Sulawesi Tahun 2000 dan 2005 Pengganda tenaga kerja wilayah ROI secara rata-rata mengalami penurunan dari 0.087 pada tahun 2000 menjadi 0.055 pada tahun 2005. Penurunan pengganda tenaga kerja terjadi di semua sektor transportasi. Transportasi laut dari 0.105 menjadi 0.066 pada tahun 2005.
130
Sumber: IRIO tahun 2000 dan tahun 2005 (diolah) Gambar 24 .Pengganda Tenaga Kerja Wilayah ROI Tahun 2000 dan 2005 Pengganda tenaga kerja sektor transportasi dari tahun 2000 ke tahun 2005 mengalami penurunan yang signifikan, walaupun terjadi peningkatan pengganda output dan nilai tambah. Hal ini mengindikasikan kondisi penyerapan tenaga kerja sektoral mengalami penurunan dengan penurunan produktivitas penyerapan tenaga kerja sektor transportasi. 5.3.
Analisis Perubahan Struktur Ekonomi Dari hasil yang diperoleh dari dampak perubahan struktur karena adanya
pertumbuhan ekonomi, khususnya transportasi dapat dilihat penjelasan dari penjelasan selanjutnya. Perubahan tersebut dibagi dalam komponen sumber sumber perumbuhan yaitu domestic final demand (DFD), koefisien input (TC), ekspansi eksport (EE) dan import subsititution (IS). Kemudian dari DFD sendiri, dapat dilihat komponen yang memberikan kontribusi pada pertumbuhan, dan juga dampak langsung maupun tidak langsung dari suatu wilayah terhadap suatu wilayah lainnya.
131
5.3.1. Dekomposisi Perubahan Struktur di Wilayah Sumatera Tabel 15, menunjukkan bahwa secara agregatif, domestic final demand (DFD), memberikan kontribusi sebesar 35.9 persen dari total output growth di wilayah Sumatera. Dari jumlah tersebut, sektor pertanian, bangunan, perdagangan dan jasa jasa lainnya memberikan kontribusi sebesar 18.99 persen. Selain itu, konsumsi rumah tangga menunjukkan pengaruh yang besar terhadap besaran dari DFD yaitu sebesar 25.52 persen dalam memainkan peranan terhadap pertumbuhan output di Sumatera. Efek dari Export Demand (EE), merupakan komponen kedua terbesar yang mempengaruhi pertumbuhan output yaitu 27.19 persen. Dampak Substitusi Import (IS) memberikan dampak positip terhadap pertumbuhan output yaitu sebesar 3.60 persen. Import substitusi yang positip menunjukkan bahwa strategi untuk seluruh perekonomian yaitu untuk mengganti barang import cukup berhasil. Sementara itu, dampak technological change (perubahan teknologi) memberikan dampak adanya penurunan (negatip) terhadap pertumbuhan output diwilayah Sumatera. Hai ini dapat terjadi kareana adanya penurunan proporsi input terhadap total demand dan dengan demikian dapat diindikasikan bahwa terjadi efisiensi dalam perekonomian di wilayah tersebut. Selain itu, dari hasil yang ditunjukkan pada tabel 16, wilayah Jawa-Bali, masih memberikan pengaruh (dampak) langsung maupun tidak langsung yang besar terhadap pertumbuhan wilayah Sumatera dibandingkan dengan wilayah wilayah lainnya. Dampak langsung wilayah Jawa-Bali tersebut adalah sebesar 9.87 persen, sedangkan dampak tidak langsung sebesar 19.53 persen.
No
Sektor
1 Pertanian 2 Pertambangan 3 Industri 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 5 Bangunan 6 Perdagangan 7 Transportasi Darat 8 Transportasi Air 9 Transportasi Udara 10 Komunikasi 11 Keuangan 12 Jasa-jasa Lain Total
Konsumsi Rumah Tangga
Konsumsi Pemerintah Pusat
Konsumsi Investasi Investasi Pemerintah Pemerintah Pemerintah Daerah Pusat Daerah
Investasi Perubahan Total DFD Swasta stok
% Jawa Bali
TC
EE
IS
Kalimantan
Sulawesi
ROI
Sub-Total 1
Total Direct
Indirect Sub total 2
Direct
Indirect Sub total 3
Direct
Indirect Sub Total 4
Direct
Indirect Sub Total 5
4,325
0,031
0,203
-0,011
-0,017
0,311
-0,180
4,66
-0,58
4,40
0,45
8,94
2,3029
4,5431
6,85
0,1193
0,2429
0,36
0,148
0,311
0,46
0,0641
0,1327
0,20
16,80
1,121
0,000
0,140
-0,003
-0,014
0,425
-0,430
1,24
-0,02
6,12
0,24
7,58
1,6238
3,1601
4,78
0,1749
0,3712
0,55
0,163
0,342
0,51
0,0241
0,0511
0,08
13,49
8,990
0,187
0,601
-0,020
-0,039
0,321
-0,135
9,90
-0,16
10,93
1,07
21,74
5,0889
10,0767
15,17
0,3945
0,8063
1,20
0,531
1,112
1,64
0,2254
0,4670
0,69
40,44
0,619
-0,020
0,062
-0,002
-0,002
0,016
-0,002
0,67
-0,24
0,11
0,09
0,63
0,0327
0,0652
0,10
0,0032
0,0065
0,01
0,003
0,007
0,01
0,0014
0,0029
0,00
0,76
0,355
-0,068
0,148
-0,033
-0,130
4,093
-0,008
4,36
-0,14
0,22
0,46
4,91
0,0564
0,1124
0,17
0,0059
0,0121
0,02
0,005
0,011
0,02
0,0019
0,0040
0,01
5,11
3,340
-0,112
0,375
-0,195
-0,132
0,991
-0,089
4,18
-1,11
2,93
0,62
6,62
0,3655
0,7457
1,11
0,0442
0,0908
0,14
0,047
0,099
0,15
0,0198
0,0414
0,06
8,07
0,998
0,220
0,191
0,042
0,014
0,265
-0,009
1,72
0,12
1,66
0,23
3,73
0,1477
0,3002
0,45
0,0309
0,0616
0,09
0,013
0,028
0,04
0,0050
0,0106
0,02
4,32
0,256
0,089
0,043
-0,009
-0,008
0,054
-0,003
0,42
-0,10
0,09
0,12
0,52
0,0414
0,0910
0,13
0,0067
0,0143
0,02
0,005
0,010
0,01
0,0010
0,0024
0,00
0,69
1,478
0,080
0,132
0,001
0,001
0,050
-0,002
1,74
0,06
0,13
0,05
1,98
0,1476
0,2951
0,44
0,0388
0,0774
0,12
0,004
0,008
0,01
0,0006
0,0016
0,00
2,55
0,735
-0,014
0,031
0,014
-0,001
0,012
-0,001
0,78
-0,13
0,04
0,02
0,70
-0,0130
-0,0245
-0,04
0,0002
0,0004
0,00
0,000
0,001
0,00
0,0001
0,0003
0,00
0,67
0,383
-0,025
0,054
-0,003
-0,003
0,037
-0,004
0,44
-0,39
0,15
0,06
0,26
0,0003
0,0027
0,00
0,0037
0,0077
0,01
0,004
0,007
0,01
0,0012
0,0025
0,00
0,29
2,923
-1,038
3,842
-0,014
-0,017
0,103
-0,009
5,79
0,08
0,42
0,19
6,47
0,0786
0,1620
0,24
0,0190
0,0385
0,06
0,010
0,021
0,03
0,0036
0,0077
0,01
6,81
25,52
-0,67
5,82
-0,23
-0,35
6,68
-0,87
35,90
-2,62
27,19
3,60
64,06
9,87
19,53
29,40
0,84
1,73
2,57
0,93
1,96
2,89
0,35
0,72
1,07
100,00
Sumber : IRIO Tahun 2000-2005 (diolah) Tabel 15. Lanjutan No
Sektor
1 Pertanian 2 Pertambangan 3 Industri 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 5 Bangunan 6 Perdagangan 7 Transportasi Darat 8 Transportasi Air 9 Transportasi Udara 10 Komunikasi 11 Keuangan 12 Jasa-jasa Lain
%
Konsumsi Konsumsi Konsumsi Investasi Investasi Investasi Perubahan Rumah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Total DFD Swasta stok Tangga Pusat Daerah Pusat Daerah
TC
EE
IS
Sumatera
Jawa Bali
Kalimantan
Indirect Sub total 2 Direct
Indirect Sub total 3 Direct
ROI
Sub-Total 1
Total Direct
Indirect Sub Total 4 Direct
Indirect Sub Total 5
29,68
-0,32
0,23
-0,10
-0,25
2,06
-0,15
31,15
-9,77
20,74
5,36
47,48
6,49
14,67
21,16
12,40
24,39
36,79
-0,73
-1,33
-2,06
-1,17
-2,20
-3,36
100,0
5,68
-0,16
0,78
-0,26
-1,19
6,71
0,18
11,74
4,76
24,04
4,77
45,31
4,80
9,40
14,20
12,45
28,98
41,43
-0,41
-0,73
-1,14
0,06
0,13
0,19
100,0
34,36
0,69
1,33
-0,26
-0,57
4,44
-0,14
39,85
-21,02
16,27
4,99
40,08
6,71
15,36
22,06
11,12
22,17
33,29
1,17
2,37
3,54
0,34
0,69
1,03
100,0
40,90
-3,49
12,45
-0,14
-0,23
3,80
-0,05
53,25
-32,34
4,74
48,05
73,69
2,67
5,43
8,09
5,39
11,85
17,24
0,26
0,56
0,82
0,05
0,10
0,15
100,0
5,85
-1,75
4,09
-1,82
-8,97
49,01
-0,01
46,41
-1,19
1,97
24,68
71,87
1,57
3,13
4,70
7,31
15,99
23,29
0,05
0,12
0,17
-0,01
-0,02
-0,04
100,0
33,61
-2,25
5,67
-0,20
-1,03
11,98
-0,11
47,67
6,91
0,38
8,38
63,35
2,63
5,53
8,16
8,44
19,24
27,68
0,23
0,51
0,74
0,01
0,05
0,07
100,0
25,83
0,34
12,08
-0,28
-0,90
8,04
-0,11
45,00
-0,65
5,28
12,94
62,58
1,97
4,29
6,26
9,42
20,90
30,31
0,29
0,67
0,96
-0,05
-0,06
-0,11
100,0
28,47
0,14
13,73
-0,21
-0,63
4,30
-0,09
45,71
-3,48
19,01
11,17
72,41
1,49
3,35
4,83
6,62
14,77
21,39
0,40
0,89
1,29
0,02
0,06
0,08
100,0
47,65
-5,45
21,83
0,06
3,89
1,57
-0,01
69,55
-0,48
3,92
11,36
84,35
0,33
1,31
1,64
4,30
9,43
13,74
0,07
0,16
0,23
0,01
0,03
0,04
100,0
50,00
-3,95
15,58
-0,14
-0,53
5,82
-0,05
66,72
0,11
2,38
6,37
75,58
1,78
3,67
5,45
5,57
12,81
18,38
0,16
0,36
0,52
0,02
0,05
0,07
100,0
39,85
-3,07
5,27
-0,11
-0,40
3,51
-0,03
45,03
-6,26
2,97
3,97
45,72
2,58
5,14
7,72
13,71
32,07
45,78
0,22
0,48
0,70
0,02
0,06
0,08
100,0
25,5
-48,9
92,4
-1,0
-0,9
5,2
-0,03
72,3
-2,4
2,7
6,7
79,3
1,6
3,1
4,7
4,8
10,9
15,7
0,1
0,3
0,4
-0,02
-0,02
-0,04
100,0
Sumber : IRIO Tahun 2000-2005 (diolah)
132
Tabel 15. Sumber-Sumber Pertumbuhan Wilayah Sumatera
133
Secara sektoral, Domestic Final Demand (DFD) pada sektor keuangan memberikan kontribusi yang terbesar yaitu sebesar 152.43 persen terhadap terhadap pertumbuhan pada sektor keuangan sendiri. Dari persentase tersebut maka konsumsi rumah tangga merupakan faktor yang siknifikan. Sedangkan dampak ekspor sebesar 51.76 persen, dan substitusi impor sebesar 20.28 persen. Yang juga terindikasi sangat signifikan adalah koefisien teknologi, dimana perubahan yang terjadi mencapai -134.57 persen. Pengaruh wilayah Jawa-Bali yang terbesar adalah sektor pertanian yaitu pengaruh langsung sebesar 13.71 persen dan tidak langsung sebesar 27.04 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa untuk sektor pertanian peran wilayah Jawa-Bali sangat siknifikan. 5.3.2. Dekomposisi Perubahan Struktur di Wilayah Jawa-Bali Secara agregatif, Domestic Final Demand (DFD), di wilayah Jawa-Bali, memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan output sebesar 72 persen. Yang merupakan kontribusi terbesar adalah dari sektor industri yaitu sebesar 28.76 persen. Selain itu, sebagian besar dari DFD tersebut merupakan kontribusi konsumsi rumah tangga yaitu sebesar 51.95 persen, dimana kontribusi konsumsi rumah tangga disektor industri adalah sebesar 23.17 persen. Selain itu investasi swasta juga menunjukkan kontribusi yang siknifikan yaitu mencapai 13.42 persen Dengan demikian peran konsumsi rumah tangga dan investasi swasta menjadi siknifikan sebagai sumber pertumbuhan. Dampak ekspor (EE) terhadap wilayah Jawa-Bali hanya mencapai 4.29 persen, sedangkan substitusi impor (IS) mencapai 4.85 persen. Import substitusi tersebut mengindikasikan bahwa beberapa barang import sudah dapat diproduksi di dalam negeri. Sedangkan koefisien teknologi (TC), memberikan perubahan positif sebesar 1.37 persen. Pertumbuhan teknologi
Tabel 16. Sumber-Sumber Pertumbuhan Wilayah Jawa-Bali Sektor
1 Pertanian 2 Pertambangan 3 Industri 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 5 Bangunan 6 Perdagangan 7 Transportasi Darat 8 Transportasi Air 9 Transportasi Udara 10 Komunikasi 11 Keuangan 12 Jasa-jasa Lain Total
Investasi Perubahan Total DFD Swasta stok
% Sumatera
TC
EE
IS
Kalimantan
Sulawesi
ROI
Sub-Total 1
Total Direct
Indirect Sub total 2 Direct
Indirect Sub total 3 Direct
Indirect Sub Total 4 Direct
Indirect Sub Total 5
4,539
0,016
0,087
0,041
0,002
0,359
-0,250
4,792
0,048
0,194
0,325
5,359
0,372
0,842
1,214
0,061
0,124
0,185
0,066
0,138
0,204
-0,009
-0,015
-0,024
2,098
0,035
0,192
0,045
0,005
0,357
0,008
2,740
1,147
-0,019
-0,139
3,729
0,066
0,157
0,223
0,176
0,366
0,542
0,189
0,386
0,575
0,018
0,037
0,055
6,937 5,124
23,173
0,237
0,752
0,447
0,015
4,366
-0,231
28,760
2,352
-1,161
2,241
32,192
1,930
4,270
6,200
0,563
1,168
1,731
0,775
1,603
2,378
0,128
0,278
0,406
42,908
2,485
0,095
0,141
0,009
0,000
0,101
-0,003
2,828
0,179
0,026
0,165
3,198
0,030
0,066
0,096
0,008
0,016
0,024
0,010
0,021
0,031
0,002
0,003
0,005
3,353
0,683
-0,050
0,191
0,715
0,104
4,385
-0,005
6,024
-0,884
0,096
0,476
5,711
0,055
0,122
0,177
0,015
0,031
0,047
0,016
0,032
0,048
0,002
0,004
0,006
5,989
9,625
-0,042
0,569
0,050
-0,037
1,594
-0,034
11,724
0,326
2,437
0,945
15,432
0,285
0,654
0,939
0,069
0,148
0,217
0,080
0,170
0,250
0,008
0,020
0,028
16,865
2,026
0,152
0,177
0,024
0,007
0,190
-0,004
2,573
0,294
0,665
0,155
3,687
0,039
0,088
0,127
0,033
0,067
0,100
0,014
0,030
0,044
0,002
0,005
0,007
3,965
0,362
0,148
0,029
0,001
-0,001
0,056
-0,001
0,593
0,023
0,407
0,035
1,058
0,019
0,041
0,059
0,013
0,027
0,040
0,006
0,013
0,019
0,001
0,001
0,002
1,179
0,871
0,007
0,092
-0,001
-0,002
0,030
-0,001
0,996
-0,167
0,101
0,128
1,057
0,023
0,050
0,072
0,008
0,017
0,025
0,002
0,004
0,006
0,000
0,000
0,000
1,161
1,197
0,012
0,090
0,014
0,001
0,091
-0,001
1,403
-0,162
0,084
0,037
1,363
0,044
0,096
0,140
0,005
0,011
0,016
0,006
0,013
0,020
-0,001
-0,003
-0,004
1,534
2,123
-0,040
0,173
0,024
0,002
0,219
-0,004
2,498
-0,267
2,201
0,113
4,544
0,163
0,349
0,512
0,053
0,110
0,163
0,032
0,068
0,100
-0,003
-0,004
-0,007
5,313
2,768
-0,731
3,327
0,044
-0,006
1,673
-0,009
7,066
-1,514
-0,739
0,366
5,179
0,066
0,157
0,223
0,043
0,091
0,135
0,029
0,060
0,089
0,014
0,032
0,046
5,672
51,95
-0,16
5,82
1,41
0,09
13,42
-0,53
72,00
1,37
4,29
4,85
82,51
3,09
6,89
9,98
1,05
2,18
3,23
1,23
2,54
3,76
0,16
0,36
0,52
100,00
Sumber : IRIO tahun 2000-2005 (diolah) Tabel16. Lanjutan No
Sektor
1 Pertanian 2 Pertambangan 3 Industri 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 5 Bangunan 6 Perdagangan 7 Transportasi Darat 8 Transportasi Air 9 Transportasi Udara 10 Komunikasi 11 Keuangan 12 Jasa-jasa Lain
%
Konsumsi Konsumsi Konsumsi Investasi Investasi Investasi Perubahan Rumah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Total DFD Swasta stok Tangga Pusat Daerah Pusat Daerah
Sumatera TC
EE
IS
Kalimantan
Sulawesi
ROI
Sub-Total 1
Total Direct
Indirect Sub total 2 Direct
Indirect Sub total 3 Direct
Indirect Sub Total 4 Direct
Indirect Sub Total 5
65,43
0,23
1,25
0,58
0,02
5,18
-3,61
69,08
0,69
2,79
4,69
77,25
5,36
12,13
17,50
0,87
1,79
2,66
0,95
1,99
2,94
-0,13
-0,22
-0,35
100,0
40,95
0,67
3,75
0,87
0,09
6,96
0,16
53,46
22,38
-0,37
-2,71
72,76
1,28
3,06
4,35
3,44
7,14
10,58
3,69
7,54
11,23
0,35
0,73
1,08
100,0
54,01
0,55
1,75
1,04
0,04
10,18
-0,54
67,03
5,48
-2,71
5,22
75,03
4,50
9,95
14,45
1,31
2,72
4,04
1,81
3,74
5,54
0,30
0,65
0,95
100,0
74,11
2,83
4,20
0,28
0,00
3,00
-0,09
84,33
5,33
0,78
4,92
95,37
0,89
1,97
2,86
0,23
0,48
0,71
0,30
0,62
0,91
0,05
0,10
0,15
100,0
11,40
-0,83
3,19
11,94
1,74
73,23
-0,08
100,59
-14,75
1,60
7,94
95,37
0,91
2,03
2,95
0,25
0,53
0,78
0,26
0,54
0,80
0,03
0,07
0,10
100,0
57,07
-0,25
3,37
0,30
-0,22
9,45
-0,20
69,52
1,93
14,45
5,60
91,50
1,69
3,88
5,57
0,41
0,88
1,29
0,48
1,01
1,48
0,05
0,12
0,17
100,0
51,09
3,84
4,46
0,60
0,18
4,80
-0,10
64,88
7,42
16,78
3,91
92,99
0,97
2,23
3,20
0,83
1,69
2,52
0,36
0,75
1,11
0,05
0,12
0,17
100,0
30,70
12,52
2,43
0,12
-0,12
4,76
-0,07
50,33
1,98
34,49
2,94
89,75
1,59
3,45
5,04
1,12
2,29
3,41
0,54
1,12
1,65
0,04
0,12
0,16
100,0
75,05
0,65
7,88
-0,07
-0,21
2,58
-0,07
85,80
-14,40
8,67
11,01
91,08
1,95
4,28
6,23
0,70
1,47
2,17
0,17
0,38
0,55
-0,02
-0,01
-0,03
100,0
78,00
0,80
5,86
0,92
0,04
5,90
-0,08
91,44
-10,55
5,50
2,41
88,81
2,85
6,25
9,10
0,33
0,74
1,07
0,41
0,87
1,29
-0,10
-0,17
-0,27
100,0
40,0
-0,7
3,3
0,5
0,0
4,1
-0,1
47,0
-5,0
41,4
2,1
85,5
3,1
6,6
9,6
1,0
2,1
3,1
0,6
1,3
1,9
-0,1
-0,1
-0,1
100,0
48,8
-12,9
58,7
0,8
-0,1
29,5
-0,2
124,6
-26,7
-13,0
6,5
91,3
1,2
2,8
3,9
0,8
1,6
2,4
0,5
1,1
1,6
0,3
0,6
0,8
100,0
Sumber : IRIO tahun 2000-2005 (diolah)
134
No
Konsumsi Konsumsi Konsumsi Investasi Investasi Rumah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Tangga Pusat Daerah Pusat Daerah
135
ini menunjukkan bahwa walaupun terjadi pertumbuhan output, namun demikian terjadi peningkatan input untuk produksi, terutama disektor industri. Wilayah Sumatera masih yang terbesar mempengaruhi wilayah Jawa-Bali apabila dibandingkan dengan wilayah lainnya. Wilayah Sumatera memberikan pengaruh langsung sebesar 3.09 persen dan pengaruh tidak langsung sebesar 6.89 persen. Sedangkan wilayah Kalimantan hanya berpengaruh langsung sebesar 1.05 persen dan tidak langsung sebesar 2.18 persen. Sementara itu Wilayah Sulawesi mempengaruhi langsung sebesar 1.23 persen dan tidak langsung sebesar 2.54 persen dan wilayah ROI hanya mempengaruhi langsung sebesar 0.16 persen dan tidak langsung sebesar 0.36 persen. Secara sektoral maka dapat ditunjukkan bahwa DFD sektor jasa merupakan komponen terbesar dengan kontribusi sebesar 124.6 persen terhadap sektor jasa itu sendiri. Besarnya perubahan sektor tersebut akibat dari komponen rumah tangga sebesar 48.8 persen dan investasi swasta sebesar 29.5 persen. Kemudian adalah sektor bangunan sebesar 100.6 persen. Besarnya perubahan output tersebut karena proporsi investasi swasta sebesar 73.32 persen. 5.3.3. Dekomposisi Perubahan Struktur di Wilayah Kalimantan Kontribusi terbesar untuk pertumbuhan output terhadap wilayah Kalimantan sendiri masih di dominasi oleh DFD, yaitu sebesar 43.37 persen dan sektor yang terbesar adalah dari sektor industri sebesar 12.26 persen. Dari DFD wilayah Kalimantan tersebut, yang merupakan komponen terbesar adalah konsumsi rumah tangga yaitu 26.75 persen diikuti investasi swasta sebesar sebesar 9.77 persen. Dampak ekspor juga memberikan kontribusi yang siknifikan
136
yaitu 19.91 persen, dimana sektor yang memberikan EE terbesar adalah sektor pertambangan. Sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap DFD adalah sektor industri yaitu sebesar 12.26 persen. Besar kemungkinan kontribusi terbesar dari industri perminyakan. Sektor pertanian dan pertambangan, juga memberikan kontribusinya yaitu sebesar 4.79 dan 3.97. Substitusi impor memberikan kontribusi sebesar 5.19 persen, dan yang terbesar adalah sektor pertambangan yaitu sebesar 2.16 persen. Hal ini menindikasikan bahwa dengan menunjukkan adanya perubahan positip, maka beberapa besar komponen ekspor sudah dapat digantikan dan diproduksi di wilayah kalimantan itu sendiri. Dari tabel 17, perubahan koefisien teknologi menunjukkan angka positif yaitu sebesar 4.32 persen, dan yang terbesar adalah koefisien teknologi dari sektor pertambangan yaitu sebesar 4.03 persen. Dengan demikian maka dapat diindikasikan bahwa terjadi peningkatan proporsi input terhadap total demand dalam menunjang sektor pertambangan. Perubahan struktur wilayah Kalimantan sangat dipengaruhi oleh oleh wilayah Jawa-Bali yaitu pengaruh langsung sebesar 7.59 persen dan tidak langsung sebesar 6.67 persen. Selain itu pengaruh wilayah Sumatera juga signifikan yaitu pengaruh langsung sebesar 3.44 persen dan tidak langsung sebesar 7.59 persen. Sedangkan pengaruh wilayah Sulawesi dan ROI sangat kecil. Pengaruh tersebut makin menunjukkan bahwa ketergantungan terhadap Jawa-bali dan Sumatera akan barang barang ekonomi sangat signifikan. Secara sektoral maka kontribusi DFD yang dominan adalah sektor bangunan yaitu sebesar 92.1 persen dan Jasa jasa lainnya yaitu sebesar 91.9 persen.
Tabel 17. Sumber-Sumber Pertumbuhan Wilayah Kalimantan No
Sektor
1 Pertanian 2 Pertambangan 3 Industri 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 5 Bangunan 6 Perdagangan 7 Transportasi Darat 8 Transportasi Air 9 Transportasi Udara 10 Komunikasi 11 Keuangan 12 Jasa-jasa Lain Total
Konsumsi Konsumsi Konsumsi Investasi Investasi Investasi Perubahan Rumah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Total DFD Swasta stok Tangga Pusat Daerah Pusat Daerah
TC
% EE
IS
Sumatera
Jawa Bali
Sulawesi
ROI
Indirect Sub total 2 Direct
Indirect Sub total 3 Direct
Indirect Sub Total 4 Direct
Sub-Total 1
Total Direct
Indirect Sub Total 5
4,1161
0,0599
0,1203
0,0205
0,0124
0,4572
0,0075
4,7939
-1,1421
0,9321
0,3884
4,9723
0,6404
1,4153
2,0557
1,4153
6,9701
8,3854
0,0498
0,1247
0,1745
0,0274
0,0577
0,0850
15,67
2,0822
-0,1224
0,6398
0,0789
-0,0071
1,2904
0,0118
3,9736
4,0264
18,3145
2,1636
28,4780
0,7564
1,6176
2,3740
1,6176
-9,3226
-7,7050
0,3990
0,8289
1,2279
-0,2756
-0,4879
-0,7635
23,61
10,8075
0,3031
0,3708
0,0068
0,0340
0,6000
0,1333
12,2555
1,8400
-1,7671
0,6810
13,0095
1,0064
2,2301
3,2365
2,2301
7,1172
9,3473
0,3263
0,7022
1,0285
0,0673
0,1435
0,2108
26,83
0,4271
-0,0185
0,0620
0,0001
0,0001
0,0152
0,0006
0,4865
-0,1429
0,0180
0,0449
0,4065
0,0282
0,0633
0,0915
0,0633
0,0337
0,0971
0,0020
0,0044
0,0064
-0,0003
-0,0005
-0,0008
0,60
0,2013
-0,0759
0,2229
0,3782
-0,0305
5,2626
0,0006
5,9592
0,0153
0,0976
0,1646
6,2367
0,0338
0,0758
0,1095
0,0758
0,0463
0,1220
0,0034
0,0076
0,0110
-0,0027
-0,0046
-0,0074
6,47
5,4233
-0,0916
0,4581
-0,0348
0,0184
1,6649
0,0124
7,4507
-0,1042
0,6534
0,5327
8,5325
0,4359
0,9939
1,4299
0,9939
0,6989
1,6929
0,0328
0,0766
0,1093
0,0002
0,0045
0,0047
11,77
0,6668
0,0727
0,0986
0,0034
-0,0041
0,2112
0,0021
1,0505
-0,0561
0,1566
0,2320
1,3830
0,2419
0,5439
0,7857
0,5439
0,2115
0,7554
0,0125
0,0279
0,0403
-0,0014
-0,0008
-0,0021
2,96
0,3255
0,3027
0,1212
-0,0157
-0,0252
0,1789
0,0024
0,8897
-0,2724
1,1688
0,4000
2,1861
0,1296
0,2871
0,4166
0,2871
0,3216
0,6087
0,0160
0,0365
0,0525
-0,0013
-0,0012
-0,0025
3,26
0,3659
0,0120
0,1115
0,0006
-0,0013
0,0608
0,0005
0,5500
0,0329
0,1686
0,2060
0,9575
0,0674
0,1369
0,2043
0,1369
0,3693
0,5061
0,0057
0,0117
0,0174
0,0003
0,0008
0,0011
1,69
0,3005
-0,0143
0,0899
0,0010
-0,0001
0,0173
0,0003
0,3947
0,0352
0,0271
0,0279
0,4850
0,0214
0,0466
0,0680
0,0466
0,0906
0,1372
0,0029
0,0061
0,0090
-0,0006
-0,0010
-0,0017
0,70
-0,0956
-0,0341
0,0854
0,0048
-0,0001
0,1052
0,0006
0,0661
0,0348
0,0599
0,0234
0,1844
0,0375
0,0842
0,1217
0,0842
0,0503
0,1345
0,0041
0,0089
0,0130
-0,0009
-0,0015
-0,0025
0,45
2,1261
-0,8313
4,3290
-0,0150
-0,0165
-0,0928
0,0009
5,5004
0,0485
0,0824
0,3230
5,9543
0,0451
0,1001
0,1452
0,1001
0,0798
0,1799
0,0084
0,0200
0,0284
-0,1163
-0,2092
-0,3255
5,98
26,75
-0,44
6,71
0,43
-0,02
9,77
0,17
43,37
4,32
19,91
5,19
72,79
3,44
7,59
11,04
7,59
6,67
14,26
0,86
1,86
2,72
-0,30
-0,50
-0,80
100,00
Sumber : IRIO Tahun 2000 – 2005 (diolah) %
Tabel17. Lanjutan No
Sektor
1 Pertanian 2 Pertambangan 3 Industri 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 5 Bangunan 6 Perdagangan 7 Transportasi Darat 8 Transportasi Air 9 Transportasi Udara 10 Komunikasi 11 Keuangan 12 Jasa-jasa Lain
Konsumsi Konsumsi Konsumsi Investasi Investasi Investasi Perubahan Rumah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Total DFD Swasta stok Tangga Pusat Daerah Pusat Daerah
TC
EE
IS
Sumatera
Jawa Bali
Sulawesi
ROI
Indirect Sub total 2 Direct
Indirect Sub total 3 Direct
Indirect Sub Total 4 Direct
Sub-Total 1
Total Direct
Indirect Sub Total 5
26,262
0,382
0,767
0,131
0,079
2,917
0,048
30,587
-7,287
5,947
2,478
31,725
4,086
9,030
13,116
9,030
44,472
53,502
0,318
0,796
1,114
0,175
0,368
0,543
100,0
8,819
-0,518
2,710
0,334
-0,030
5,465
0,050
16,829
17,053
77,566
9,163
120,611
3,203
6,851
10,054
6,851
-39,483
-32,632
1,690
3,511
5,201
-1,167
-2,066
-3,234
100,0
40,278
1,130
1,382
0,025
0,127
2,236
0,497
45,674
6,857
-6,586
2,538
48,484
3,751
8,311
12,062
8,311
26,524
34,836
1,216
2,617
3,833
0,251
0,535
0,786
100,0
71,100
-3,081
10,317
0,023
0,010
2,522
0,093
80,984
-23,785
2,999
7,474
67,672
4,692
10,542
15,234
10,542
5,618
16,160
0,339
0,731
1,070
-0,057
-0,079
-0,136
100,0
3,110
-1,172
3,443
5,843
-0,471
81,315
0,009
92,078
0,237
1,508
2,543
96,366
0,522
1,171
1,693
1,171
0,715
1,885
0,053
0,117
0,170
-0,042
-0,072
-0,114
100,0
46,080
-0,778
3,892
-0,295
0,156
14,146
0,105
63,306
-0,885
5,551
4,526
72,498
3,704
8,445
12,149
8,445
5,939
14,384
0,278
0,650
0,929
0,002
0,038
0,040
100,0
22,509
2,453
3,328
0,114
-0,139
7,129
0,071
35,463
-1,895
5,286
7,833
46,687
8,165
18,360
26,524
18,360
7,139
25,499
0,422
0,940
1,362
-0,046
-0,027
-0,072
100,0
9,979
9,281
3,716
-0,483
-0,772
5,485
0,073
27,279
-8,353
35,837
12,265
67,028
3,973
8,802
12,775
8,802
9,861
18,663
0,491
1,119
1,610
-0,039
-0,037
-0,076
100,0
21,697
0,715
6,609
0,037
-0,077
3,603
0,030
32,612
1,952
9,998
12,216
56,779
3,997
8,116
12,113
8,116
21,897
30,014
0,339
0,691
1,030
0,016
0,048
0,064
100,0
43,090
-2,053
12,892
0,138
-0,010
2,485
0,047
56,589
5,052
3,892
4,006
69,539
3,068
6,676
9,744
6,676
12,994
19,670
0,416
0,873
1,289
-0,093
-0,149
-0,242
100,0
-21,195
-7,567
18,925
1,072
-0,033
23,328
0,134
14,663
7,724
13,284
5,195
40,867
8,313
18,664
26,977
18,664
11,152
29,815
0,913
1,970
2,883
-0,205
-0,339
-0,543
100,0
35,5
-13,9
72,4
-0,3
-0,3
-1,6
0,0
91,9
0,8
1,4
5,4
99,5
0,8
1,7
2,4
1,7
1,3
3,0
0,1
0,3
0,5
-1,9
-3,5
-5,4
100,0
Sumber : IRIO Tahun 2000 – 2005 (diolah) 137
138
Disektor bangunan kontribusi investasi swasta sangat besar yaitu 81.3 persen, sedangkan disektor jasa yang memberikan kontribusi terbesar terhadap DFD adalah konsumsi pemerintahyaitu sebesar 72.4 persen.
Data terebut
memeberikan indikasi bahwa terjadi daya tarik pembangunan infrastruktur di wilayah Kalimantan. Disektor Jasa peran belanja pemerintah terutama untuk belanja barang dan gaji pegawai masih sangat besar terhadap sektor jasa tersebut. Konsumsi Rumaha Tangga masih dominan pada sektor Listrik, Gas dan Air bersih, yaitu sebesar 71.1 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa kebutuhan (demand) terhadap sektor ini sangat tinggi sebagai komponen penting dalam rumah tangga. 5.3.4. Dekomposisi Perubahan Struktur di Wilayah Sulawesi DFD pada wilayah Sulawesi masih merupakan kontribusi terbesar di wilayah ini. Secara agregatif, maka besar dampak dari DFD adalah sebesar 41.50 persen. Seperti wilayah lainnya maka besar DFD tersebut masih merupakan kontribusi dari konsumsi rumah tangga yaiyu sebesar 28.06 persen. Selain itu peran investasi swasta juga dipertimbangkan yaitu sebesar 9.49 persen. Secara agregatif maka dapat diindikasikan bahwa permintaan akan output dari wilayah tersebut masih tinggi dan merupaka sumber pertumbuhan yang paling dominan. Dampak ekspor (EE) juga memberikan kontribusi sebesar 12 persen dan subsitusi impor sebesar 8.59 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya peningkatan ekspor dari wilayah Suwesi sendiri dan adanya peningkatan dalam meproduksi sendiri barang barang yang sebelumnya dimpor.
139
Selanjutnya untuk koefisien teknologi memberikan besaran yang negatip terhadap wilayah Sulawesi yaitu sebesar -7.41. Hal ini mengindikasikan bahwa secara agregatif terjadi penurunan pada koefisien input dan terjadinya efisiensi. Pertumbuhan output di wilayah Sulawesi banyak dipengaruhi oleh oleh wilayah Sumatera yaitu pengaruh langsung sebesar 4.45 persen dan secara tidak langsung (indirect effect) sebesar 9.87 persen. Demikian juga pengaruh terbesar diperoleh dari wilayah Jawa-Bali yaitu sebesar 9.98 persen berupa pengaruh langsung dan 20.95 persen yang merupakan pengaruh tidak langsung. Sedangkan pengaruh langsung wilayah Kalimantan relatif kecil yaitu pengaruh langsung sebesar 0.18 persen dan pengaruih tidak langsung sebesar 0.42 persen. Kondisi ini memberikan indikasi bahwa secara proporsional wilayah Sumatera mempunyai peran yang relatif sama dengan wilayah Jawa-Bali dalam mempengaruhi pertumbuhan wilayah Sulawesi. Secara sektoral, kontribusi DFD yang dominan adalah sektor Jasa lainnya yaitu sebesar 72.3 persen terhadap sektor jasa tersebut. Komponen DFD yang memberikan kontribusi terbesar pada sektor jasa lainnya adalah konsumsi pemerintah daerah. Hal ini memberikan indikasi bahwa belanja barang dari pemerintah daerah sangat besar. Sektor lainnya yang memberikan kontribusi yang besar adalah sektor transportasi udara yaitu 69.5 persen, dimana kontribusi terbesar adalah komponen konsumsi rumah tangga. Nilai ini mengindikasikan bahwa adanya permintaan yang besar terhadap transportasi udara di Sulawesi.
NO
Sektor
1 Pertanian 2 Pertambangan 3 Industri 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 5 Bangunan 6 Perdagangan 7 Transportasi Darat 8 Transportasi Air 9 Transportasi Udara 10 Komunikasi 11 Keuangan 12 Jasa-jasa Lain Total
Konsumsi Konsumsi Konsumsi Investasi Investasi Investasi Perubahan Rumah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Total DFD Swasta stok Tangga Pusat Daerah Pusat Daerah
CT
% EE
IS
Sumatera
Jawa Bali
Kalimantan
Indirect Sub total 2 Direct
Indirect Sub total 3 Direct
ROI
Sub-Total 1
Total Direct
Indirect Sub Total 4 Direct
Indirect Sub Total 5
7,10
-0,08
0,06
-0,02
-0,06
0,49
-0,03
7,45
-2,34
4,96
1,28
11,36
1,55
3,51
5,06
2,97
5,83
8,80
-0,17
-0,32
-0,49
-0,28
-0,53
-0,80
0,36
-0,01
0,05
-0,02
-0,08
0,43
0,01
0,75
0,31
1,54
0,31
2,91
0,80
1,86
2,66
0,31
0,60
0,91
-0,03
-0,05
-0,07
0,00
0,01
0,01
23,92 6,41
8,89
0,18
0,34
-0,07
-0,15
1,15
-0,04
10,31
-5,44
4,21
1,29
10,37
1,74
3,97
5,71
2,88
5,74
8,61
0,30
0,61
0,91
0,09
0,18
0,27
25,87
0,36
-0,03
0,11
0,00
0,00
0,03
0,00
0,47
-0,29
0,04
0,43
0,65
0,05
0,11
0,15
0,02
0,05
0,07
0,00
0,00
0,01
0,00
0,00
0,00
0,89
0,57
-0,17
0,40
-0,18
-0,88
4,78
0,00
4,53
-0,12
0,19
2,41
7,01
0,71
1,56
2,27
0,15
0,31
0,46
0,00
0,01
0,02
0,00
0,00
0,00
9,75
4,46
-0,30
0,75
-0,03
-0,14
1,59
-0,01
6,32
0,92
0,05
1,11
8,40
1,12
2,55
3,67
0,35
0,73
1,08
0,03
0,07
0,10
0,00
0,01
0,01
13,27
1,26
0,02
0,59
-0,01
-0,04
0,39
-0,01
2,20
-0,03
0,26
0,63
3,05
0,46
1,02
1,48
0,10
0,21
0,31
0,01
0,03
0,05
0,00
0,00
-0,01
4,88
0,53
0,00
0,26
0,00
-0,01
0,08
0,00
0,85
-0,06
0,35
0,21
1,35
0,12
0,27
0,40
0,03
0,06
0,09
0,01
0,02
0,02
0,00
0,00
0,00
1,86
1,29
-0,15
0,59
0,00
0,11
0,04
0,00
1,88
-0,01
0,11
0,31
2,28
0,12
0,25
0,37
0,01
0,04
0,04
0,00
0,00
0,01
0,00
0,00
0,00
2,70
0,33
-0,03
0,10
0,00
0,00
0,04
0,00
0,44
0,00
0,02
0,04
0,50
0,04
0,08
0,12
0,01
0,02
0,04
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,66
1,14
-0,09
0,15
0,00
-0,01
0,10
0,00
1,28
-0,18
0,08
0,11
1,30
0,39
0,91
1,31
0,07
0,15
0,22
0,01
0,01
0,02
0,00
0,00
0,00
2,85
1,77
-3,39
6,40
-0,07
-0,06
0,36
0,00
5,01
-0,17
0,18
0,46
5,49
0,33
0,75
1,09
0,11
0,22
0,33
0,01
0,02
0,03
0,00
0,00
0,00
6,93
28,06
-4,04
9,80
-0,40
-1,32
9,49
-0,08
41,50
-7,41
12,00
8,59
54,68
7,42
16,86
24,29
7,00
13,96
20,96
0,18
0,42
0,60
-0,19
-0,33
-0,52
100,00
Sumber : IRIO Tahun 2000-2005 (diolah) Tabel 18. Lanjutan NO
Sektor
1 Pertanian 2 Pertambangan 3 Industri 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 5 Bangunan 6 Perdagangan 7 Transportasi Darat 8 Transportasi Air 9 Transportasi Udara 10 Komunikasi 11 Keuangan 12 Jasa-jasa Lain
%
Konsumsi Konsumsi Konsumsi Investasi Investasi Investasi Perubahan Rumah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Total DFD Swasta stok Tangga Pusat Daerah Pusat Daerah
CT
EE
IS
Sumatera
Jawa Bali
Kalimantan
ROI
Indirect Sub total 2 Direct
Indirect Sub total 3 Direct
Indirect Sub Total 4 Direct
Sub-Total 1
Total Direct
Indirect Sub Total 5
29,7
-0,3
0,2
-0,1
-0,3
2,1
-0,1
31,2
-9,8
20,7
5,4
47,5
6,5
14,7
21,2
12,4
24,4
36,8
-0,7
-1,3
-2,1
-1,2
-2,2
-3,4
100,0
5,7
-0,2
0,8
-0,3
-1,2
6,7
0,2
11,7
4,8
24,0
4,8
45,3
12,5
29,0
41,4
4,8
9,4
14,2
-0,4
-0,7
-1,1
0,1
0,1
0,2
100,0
34,4
0,7
1,3
-0,3
-0,6
4,4
-0,1
39,8
-21,0
16,3
5,0
40,1
6,7
15,4
22,1
11,1
22,2
33,3
1,2
2,4
3,5
0,3
0,7
1,0
100,0
40,9
-3,5
12,4
-0,1
-0,2
3,8
0,0
53,2
-32,3
4,7
48,0
73,7
5,4
11,9
17,2
2,7
5,4
8,1
0,3
0,6
0,8
0,0
0,1
0,2
100,0
5,9
-1,7
4,1
-1,8
-9,0
49,0
0,0
46,4
-1,2
2,0
24,7
71,9
7,3
16,0
23,3
1,6
3,1
4,7
0,0
0,1
0,2
0,0
0,0
0,0
100,0
33,6
-2,3
5,7
-0,2
-1,0
12,0
-0,1
47,7
6,9
0,4
8,4
63,3
8,4
19,2
27,7
2,6
5,5
8,2
0,2
0,5
0,7
0,0
0,1
0,1
100,0
25,8
0,3
12,1
-0,3
-0,9
8,0
-0,1
45,0
-0,6
5,3
12,9
62,6
9,4
20,9
30,3
2,0
4,3
6,3
0,3
0,7
1,0
0,0
-0,1
-0,1
100,0
28,5
0,1
13,7
-0,2
-0,6
4,3
-0,1
45,7
-3,5
19,0
11,2
72,4
6,6
14,8
21,4
1,5
3,3
4,8
0,4
0,9
1,3
0,0
0,1
0,1
100,0
47,7
-5,5
21,8
0,1
3,9
1,6
0,0
69,5
-0,5
3,9
11,4
84,3
4,3
9,4
13,7
0,3
1,3
1,6
0,1
0,2
0,2
0,0
0,0
0,0
100,0
50,0
-4,0
15,6
-0,1
-0,5
5,8
0,0
66,7
0,1
2,4
6,4
75,6
5,6
12,8
18,4
1,8
3,7
5,4
0,2
0,4
0,5
0,0
0,0
0,1
100,0
39,9
-3,1
5,3
-0,1
-0,4
3,5
0,0
45,0
-6,3
3,0
4,0
45,7
13,7
32,1
45,8
2,6
5,1
7,7
0,2
0,5
0,7
0,0
0,1
0,1
100,0
25,5
-48,9
92,4
-1,0
-0,9
5,2
0,0
72,3
-2,4
2,7
6,7
79,3
4,8
10,9
15,7
1,6
3,1
4,7
0,1
0,3
0,4
0,0
0,0
0,0
100,0
Sumber : IRIO Tahun 2000-2005 (diolah)
140
Tabel 18. Sumber-Sumber Pertumbuhan Wilayah Sulawesi
141
5.3.5. Dekomposisi Perubahan Struktur di Wilayah Indonesia Lainnya /ROI (Rest of Indonesia) Seperti keempat wilayah sebelumnya, secara agragatif dampak DFD memberikan kontribusi terbesar terhadap wilayah ROI tersebut, yaitu sebesar 44.24 persen, dan dari agregat tersebut, komponen yang terbesar masih pada konsumsi rumah tangga yaitu sebesar 28.40 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa peran rumah tangga dalam proses pertumbuhan di wilayah ROI meningkat. Dampak pertumbuhan ekspor (EE) juga mengalami peningkatan yaitu sebesar 13 persen dan demikian juga terjadi peningkatan substitusi impor sebesar 4.58 persen. Dengan demikian maka terjadi peningkatan ekspor dari wilayah Sulawesi, dan sebaliknya tingkat proporsi barang yang di impor sudah dapat digantikan oleh produksi dari wilayah Sulawesi sendiri. Koefisien teknologi (TC), memberikan penurunan pertumbuhan sebesar 4.03 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa secara agregatif, terjadi penurunan input terhadap total demand, dan berarti dapat juga diindikasikan terjadi pengaruh teknologi terhadap produksi di wilayah ROI. Dari sisi sektoral, maka dapat dilihat pada tabel 19 bahwa nilai DFD yang terbesar adalah pada sektor keuangan yaitu sebesar 170.4 persen. Kemudian adalah disusul oleh koefisien input yaitu sebesar -107.5 persen.
Sedangkan
dampak ekspor (EE) hanya sebesar 5.5 persen dan substitusi impor hanya 5.6 persen. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada sektor jasa keuangan, perubahan kebutuhan output sektor ini sangat tinggi, dan demikian juga dengan teknologi yang terjadi semakin efisien.
No
Sektor
1 Pertanian 2 Pertambangan 3 Industri 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 5 Bangunan 6 Perdagangan 7 Transportasi Darat 8 Transportasi Air 9 Transportasi Udara 10 Komunikasi 11 Keuangan 12 Jasa-jasa Lain Total
Konsumsi Konsumsi Konsumsi Investasi Investasi Investasi Perubahan Rumah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Total DFD Swasta stok Tangga Pusat Daerah Pusat Daerah
% TC
EE
IS
Sumatera
Jawa Bali
Kalimantan
Indirect Sub total 2 Direct
Indirect Sub total 3 Direct
Sulawesi
Sub-Total 1
Total Direct
Indirect Sub Total 4 Direct
Indirect Sub Total 5
8,2038
-0,0150
0,1560
0,0830
-0,0036
0,7881
-0,0683
9,1440
-7,3032
-0,3661
0,2978
1,7725
0,6893
1,5613
2,2506
2,1166
4,1821
6,2987
-0,3649
-0,7202
-1,0851
-0,2490
-0,4768
-0,7258
8,51
0,4114
-0,0051
0,0807
0,1116
-0,0085
0,3997
-0,4214
0,5683
-0,2542
10,7425
0,3011
11,3578
0,6250
1,4163
2,0413
12,1204
23,5577
35,6780
-0,7777
-1,4567
-2,2344
0,0963
0,1996
0,2959
47,14
11,3506
0,3122
0,0440
-0,1137
-0,0342
-0,1893
-0,1211
11,2485
-2,3952
1,1715
0,6935
10,7182
0,2200
0,4924
0,7124
0,8384
1,6882
2,5266
-0,0092
-0,0175
-0,0268
0,0997
0,2116
0,3113
14,24
0,2992
-0,0096
0,1048
0,0015
-0,0002
0,0123
-0,0012
0,4067
-0,2825
0,0321
0,0826
0,2390
0,0297
0,0662
0,0960
0,0398
0,0775
0,1173
-0,0020
-0,0037
-0,0057
0,0005
0,0011
0,0017
0,45
0,0613
-0,0599
0,2874
1,5614
-0,1188
5,5962
-0,0064
7,3212
-0,7776
0,1652
1,3592
8,0680
0,0851
0,1844
0,2695
0,2023
0,3938
0,5961
-0,0121
-0,0226
-0,0347
0,0015
0,0032
0,0047
8,90
3,1284
-0,3441
0,4324
0,1008
-0,0670
0,8588
0,0253
4,1346
-1,6302
0,6673
0,5515
3,7232
0,3761
0,8505
1,2266
0,4647
0,9352
1,3999
0,0458
0,0965
0,1422
0,0196
0,0449
0,0645
6,56
0,7962
0,1128
0,1943
0,1045
-0,0090
0,3103
0,0002
1,5094
-0,6029
0,2383
0,7866
1,9314
0,1109
0,2389
0,3498
0,1778
0,3549
0,5327
0,0093
0,0205
0,0298
0,0031
0,0072
0,0103
2,85
0,4415
0,1394
0,0897
0,0302
0,0003
0,0805
0,0247
0,8062
-0,3233
0,0935
0,2381
0,8145
0,0244
0,0528
0,0772
0,0839
0,1643
0,2482
0,0030
0,0069
0,0099
0,0015
0,0034
0,0049
1,15
0,9144
0,0929
0,1572
0,0535
0,0037
0,0389
0,0007
1,2612
-0,0221
0,1160
0,2447
1,5998
0,0150
0,0316
0,0466
0,1170
0,2777
0,3947
-0,0030
-0,0055
-0,0086
0,0011
0,0023
0,0034
2,04
1,1254
0,0160
0,1529
0,0025
-0,0003
0,0094
-0,0008
1,3050
-0,1835
0,0235
0,0094
1,1544
0,0064
0,0148
0,0212
0,0245
0,0485
0,0730
-0,0014
-0,0026
-0,0040
0,0003
0,0006
0,0008
1,25
0,5526
-0,0334
0,0874
0,0030
-0,0004
0,0117
-0,0007
0,6202
-0,3911
0,0200
0,0205
0,2697
0,0083
0,0187
0,0270
0,0237
0,0463
0,0700
-0,0012
-0,0022
-0,0035
0,0002
0,0005
0,0007
0,36
1,1173
-1,3151
6,0834
0,0125
-0,0261
0,0364
0,0030
5,9115
0,1368
0,0944
-0,0057
6,1371
0,0364
0,0834
0,1198
0,1016
0,1986
0,3003
-0,0049
-0,0089
-0,0138
0,0011
0,0023
0,0034
6,55
28,4020
-1,1090
7,8701
1,9508
-0,2640
7,9531
-0,5662
44,2368
-14,0290
12,9982
4,5794
47,7853
2,2267
5,0113
7,2380
16,3106
31,9248
48,2354
-1,1184
-2,1161
-3,2345
-0,0242
-0,0001
-0,0243
100,00
Sumber : IRIO Tahun 2000-2005 (diolah) Tabel 19. Lanjutan. No
Sektor
1 Pertanian 2 Pertambangan 3 Industri 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 5 Bangunan 6 Perdagangan 7 Transportasi Darat 8 Transportasi Air 9 Transportasi Udara 10 Komunikasi 11 Keuangan 12 Jasa-jasa Lain
%
Konsumsi Konsumsi Konsumsi Investasi Investasi Investasi Perubahan Rumah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Total DFD Swasta stok Tangga Pusat Daerah Pusat Daerah
TC
EE
IS
Sumatera
Jawa Bali
Kalimantan
Sulawesi
Indirect Sub total 2 Direct
Indirect Sub total 3 Direct
Indirect Sub Total 4 Direct
Indirect Sub Total 5
Sub-Total 1
Total Direct
96,39
-0,18
1,83
0,98
-0,04
9,26
-0,80
107,44
-85,81
-4,30
3,50
20,83
8,10
18,34
26,44
24,87
49,14
74,01
-4,29
-8,46
-12,75
-2,93
-5,60
-8,53
100,0
0,87
-0,01
0,17
0,24
-0,02
0,85
-0,89
1,21
-0,54
22,79
0,64
24,09
1,33
3,00
4,33
25,71
49,98
75,69
-1,65
-3,09
-4,74
0,20
0,42
0,63
100,0
79,70
2,19
0,31
-0,80
-0,24
-1,33
-0,85
78,98
-16,82
8,23
4,87
75,26
1,54
3,46
5,00
5,89
11,85
17,74
-0,06
-0,12
-0,19
0,70
1,49
2,19
100,0
66,76
-2,15
23,39
0,33
-0,05
2,75
-0,27
90,77
-63,03
7,16
18,43
53,33
6,64
14,78
21,42
8,88
17,29
26,17
-0,45
-0,83
-1,28
0,12
0,25
0,37
100,0
0,69
-0,67
3,23
17,54
-1,33
62,85
-0,07
82,23
-8,73
1,86
15,27
90,61
0,96
2,07
3,03
2,27
4,42
6,70
-0,14
-0,25
-0,39
0,02
0,04
0,05
100,0
47,72
-5,25
6,60
1,54
-1,02
13,10
0,39
63,06
-24,86
10,18
8,41
56,79
5,74
12,97
18,71
7,09
14,26
21,35
0,70
1,47
2,17
0,30
0,69
0,98
100,0
27,90
3,95
6,81
3,66
-0,32
10,87
0,01
52,89
-21,13
8,35
27,56
67,67
3,89
8,37
12,26
6,23
12,44
18,67
0,33
0,72
1,05
0,11
0,25
0,36
100,0
38,24
12,07
7,77
2,61
0,03
6,97
2,14
69,82
-28,00
8,09
20,62
70,54
2,11
4,58
6,69
7,26
14,23
21,49
0,26
0,59
0,86
0,13
0,29
0,42
100,0
44,91
4,56
7,72
2,63
0,18
1,91
0,03
61,95
-1,09
5,70
12,02
78,58
0,74
1,55
2,29
5,75
13,64
19,39
-0,15
-0,27
-0,42
0,05
0,11
0,17
100,0
90,36
1,29
12,27
0,20
-0,03
0,75
-0,06
104,78
-14,74
1,89
0,76
92,69
0,52
1,19
1,70
1,97
3,89
5,86
-0,11
-0,21
-0,32
0,02
0,05
0,07
100,0
151,86
-9,19
24,01
0,82
-0,10
3,22
-0,20
170,43
-107,47
5,50
5,65
74,11
2,28
5,14
7,42
6,51
12,72
19,22
-0,33
-0,62
-0,95
0,06
0,14
0,20
100,0
17,07
-20,09
92,92
0,19
-0,40
0,56
0,05
90,30
2,09
1,44
-0,09
93,74
0,56
1,27
1,83
1,55
3,03
4,59
-0,07
-0,14
-0,21
0,02
0,04
0,05
100,0
Sumber : IRIO Tahun 2000-2005 (diolah)
142
Tabel 19. Sumber-Sumber pertumbuhan wilayah RIO
143
Demikian juga untuk sektor komunikasi, dimana nilai DFD sektoral adalah sebesar 104.8 dengan komponen terbesar adalah konsumsi rumah tangga sebesar 90.4 persen. Hal ini menunjukkan bahwa proporsi penggunaan alat komunikasi sangat besar mengingat kondisi geografis ROI yang sangat luas. Lebih jauh lagi nilai EE dan TC yang cenderung kecil mengindikasikan bahwa kontribusi dampak ekspor dan substitusi impor masih belum signifikan. Dapat saja bahwa barang barang yang di ekspor masih dikirim dulu ke wilayah lainnya sebelum dilakukan proses ekspor. Seperti wilayah lainnya, wilayah ROI masih sangat dipengaruhi oleh wilayah Jawa-Bali yaitu dampak langsung sebesar 16.31 persen dan dampak tidak langsung sebesar sebesar 31.92 persen. Kemudian wilayah Sumatera masih memberikan dampak langsung sebesar sebesar 2.23 persen dan dampak tidak langsung sebesar 5.01 persen. Sebaliknya pengaruh dari wilayah Kalimantan mengalami penurunan, dan hampir tidak ada pengaruh dari wilayah Sulawesi. Pengaruh tersebut terutama disektor pertambangan karena barang barang tambang tersebut banyak diperlukan di wilayah Jawa-Bali dan Sumatera.
144
145
VI. KONTRIBUSI TRANSPORTASI TERHADAP DISPARITAS EKONOMI REGIONAL DI INDONESIA 6.1
Peranan Sektor Transportasi Terhadap Perekonomian Pengertian sektor transportasi pada I-O adalah aktivitas transportasi yang
dihitung dalam moneter value. Karena itu Monetary value transportasi mengindikasikan suatu aktivitas sektor transportasi. Semakin tinggi nilai transportasi, maka semakin besar monetary value, namun tingginya monetary value tidak menjadi indikasi bahwa terjadi efisiensi transportasi di suatu wilayah. Monetary value tidak mengindikasikan kondisi atau ketersediaan infrastruktur transportasi, walaupun pada umumnya diasumsikan bahwa tingkat aktivitas transportasi terkait dengan ketersediaan infrastrukturnya. Dengan demikian, walaupun ketersediaan infrastruktur transportasi tetap (tidak mengalami perubahan), aktivitas/monetary value transportasi bisa tinggi. Artinya dalam kondisi infrastruktur terbatas atau bahkan buruk, orang tetap beraktivititas karena mereka tidak ada pilihan lain. Hal ini menimbulkan peningkatan biaya transportasi, dan tercatat besar pula dalam tabel IO sebagai monetary value tinggi pula. Dengan demikian, diperlukan analisa yang baik agar tidak mencampurkan antara aktivitas transportasi dalam monetary value dengan investasi infrastruktur dalam sector transportasi. Selain itu, yang dilihat dari transportasi dalam disertasi ini adalah bukan value-nya, namun impact-nya pada sektor lain. Peranan sektor transportasi di Indonesia terhadap pembentukan output selama periode tahun 2000-2005
mengalami
peningkatan,
kecuali
pada
wilayah
Kalimantan,
transportasi laut dan transportasi darat mengalami penurunan, sedangkan
146
transportasi
udara
mengalami
peningkatan.
Peningkatan
peranan
sektor
transportasi terhadap pembentukan output Indonesia di Sumatera terbesar dibandingkan wilayah lainnya, yaitu mencapai 2.36 persen. Hal ini disumbang terbesar oleh sektor Transportasi Udara yang meningkat dari 0.50 persen menjadi 1.94 persen pada tahun 2005.
Gambar 25. Perubahan Kontribusi Sektor transportasi Terhadap Perekonomian Indonesia dari Tahun 2000-2005. Wilayah Jawa-Bali juga mengalami peningkatan konstribusi sektor transportasi sebesar 1.79 persen pada 2005, peningkatan terbesar disumbangkan oleh sektor Transportasi Darat dari 1.49 persen menjadi 2.85 persen.
Gambar 26. Kontribusi Output Sektor Transportasi Wilayah Sumatera Terhadap Total Output Indonesia.
147
Gambar 27. Kontribusi Output Sektor Transportasi Wilayah Jawa Bali Terhadap Total Output Indonesia. Wilayah Kalimantan mengalami penurunan konstribusi sektor transportasi sebesar 0.55 persen, penurunan peranan sektor Transportasi laut dan sektor Transportasi Darat, sedangkan sektor Transportasi Udara mengalami peningkatan yang tidak berarti. Untuk wilayah Sulawesi mengalami peningkatan peranan sektor transportasi dalam perekonomian sebesar 1.53 persen dalam 5 tahun. Peningkatan ini merata disumbangkan oleh sektor Transportasi Darat, Laut dan Udara.
Gambar 28. Kontribusi Output Sektor Transportasi Wilayah Kalimantan Terhadap Total Output Indonesia.
148
Wilayah ROI atau kawasan timur Indonesia mengalami peningkatan kontribusi sektor transportasi sebesar 1.01 persen. Peningkatan yang signifikan diperoleh dari sektor Transportasi Udara, sedangkan peningkatan sektor Transportasi Darat dan Laut tidak terlalu signifikan.
Gambar 29. Kontribusi Output Sektor Transportasi Wilayah Sulawesi Terhadap Total Output Indonesia
Gambar 30. Kontribusi Output Sektor Transportasi Wilayah ROI Terhadap Total Output Indonesia Peranan sektor transportasi menjadi dasar dalam mengetahui kontribusi sektor ini untuk mengurangi disparitas ekonomi antawilayah di Indonesia. Sektor-sektor yang berperan terhadap pertumbuhan regional di masing-masing wilayah berbeda satu dengan lainnya., Perkembangan sektor transportasi udara (9)
149
di Sumatera adalah yang terbesar dibandingkan dengan sektor transportasi lainnya, sedangkan di Kalimantan, sektor pertambangan dan penggalian (2) memberikan distribusi yang terbesar. Perkembangan sektor transportasi 2000-2005 hampir semuanya meningkat lebih tinggi dibandingkan sektor lainnya, walaupun konstribusinya di bawah 10 persen, hal ini sesuai dengan sifat sektor transportasi yang merupakan sektor antara dalam proses produksi dan menunjang perdaganan antarwilayah. Besarnya keterkaitan sektor transportasi terhadap perekonomian akan dijelaskan pada bagian akhir analisis ini. 6.2
Keterkaitan Ekonomi Antarsektor Transportasi Regional Sektor–sektor yang mempunyai derajat kepekaan (DK) atau sering disebut
dengan keterkaitan kebelakang (backward linkage) dapat dilihat pada sektorsektor yang mempunyai pengaruh besar terhadap perubahan permintaan akhir secara keseluruhan. Sektor–sektor yang mempunyai daya penyebaran (DP) tinggi yang juga sering disebut dengan keterkaitan ke depan (forward linkage) yaitu suatu sektor yang mempunyai pengaruh/dampak yang besar terhadap perubahan sektor secara keseluruhan. Sektor kunci didefinisikan sebagai sektor yang memiliki pengganda keterkaitan ke belakang dan ke depan di atas rata-rata dari angka-angka pengganda tersebut untuk semua sektor dalam perekonomian; atau di atas satu. Dari IRIO 2000, terlihat bahwa Industri (3), Bangunan (5) dan Perdagangan (6) merupakan sektor kunci Indonesia. Investasi yang dilakukan pada sektor-sektor ini seharusnya akan dapat menimbulkan peningkatan yang paling tinggi pada total output Indonesia.
150
Dilihat bedasarkan wilayah, Sektor Kunci di Sumatera adalah sektor Industri dan Perdagangan, di Jawa-Bali sektor Industri (3), Bangunan (5) dan Perdagangan (6), di Kalimantan sektor Industri, Sulawesi sektor Industri dan Bangunan serta di ROI hanya di sektor Industri.
Gambar 31. Sektor Kunci IRIO Indonesia Tahun 2000 Berdasarkan Tabel IRIO Tahun 2005, terlihat bahwa sektor Industri (3) dan Bangunan (5) masih merupakan sektor kunci di Indonesia, sedangkan sektor Perdagangan (6) mengalami penurunan nilai Backward linkages. Bila diperhatikan bedasarkan wilayah, maka sektor kunci di Sumatera masih dominan oleh sektor Industri, sedangkan sektor Perdagangan bukan lagi merupakan sektor kunci. Di wilayah Jawa- Bali, hanya sektor Industri (3) yang masih tetap sebagai sector kunci, sedangkan sektor Bangunan (5), Perdagangan (6) sudah tidak merupakan sektor kunci lagi. Untuk wilayah Kalimantan yang masih merupakan sektor kunci adalah sektor Industri, demikian juga di ROI, sedangkan di Sulawesi adalah sektor Industri dan Bangunan.
151
Gambar 32. Sektor Kunci IRIO Indonesia Tahun 2005 Tabel 20. Sepuluh Sektor dengan Pengganda Keterkaitan ke Depan dan ke Belakang, berdasarkan Tabel Interregional Input-Output Indonesia tahun 2000 No
Wilayah
Sektor
1
Jawa-Bali
Industri
Forward Linkage 2.6202
2
Kalimantan
Pertambangan
2.2563
Jawa-Bali
3
ROI
Pertanian
1.6705
ROI
Industri
1.2882
4
Jawa-Bali
Perdagangan
1.6632
Sumatera
Industri
1.2880
5 6
Sumatera Sulawesi
Industri Industri
1.6381 1.5740
Kalimantan Sumatera
Industri Bangunan
1.2499 1.2449
7
Jawa-Bali
Jasa-jasa lainnya
1.5074
Kalimantan
Bangunan
1.2231
8
Sumatera
Pertambangan
1.4815
Sumatera
9
Kalimantan
Industri
1.3300
Kalimantan
10
Sumatera
Perdagangan
1.3222
ROI
Wilayah
Sektor
Sulawesi
Industri Transportasi Udara
Listrik, Gas dan Air Minum Listrik, Gas dan Air Minum Listrik, Gas dan Air Minum
Backward Linkage 1.3812 1.3730
1.2222 1.2147 1.2082
152
Tabel 20, memperlihatkan daftar 10 sektor dengan angka pengganda keterkaitan ke depan tertinggi di Indonesia. Pengganda keterkaitan ke depan sebuah sektor didefinisikan sebagai seberapa banyak total produksi akan meningkat jika terjadi peningkatan satu unit produksi di sektor tersebut. Dari Tabel 20 dapat dilihat bahwa peningkatan satu unit produksi di sektor sektor Industri, Pertambangan, Pertanian, Perdagangan Hotel dan restoran serta sektor jasa-jasa lainnya tertinggi pada total produksi Indonesia. Peningkatan produksi sektor Industri sebanyak satu unit di Jawa-Bali akan meningkatkan total produksi Indonsesia dengan faktor sekitar 2.62 kali. Sementara itu, peningkatan satu unit produksi pada sektor Pertambangan di Kalimantan, Pertanian di ROI, Perdagangan, Hotel dan restoran di Jawa-Bali akan meningkatkan total produksi Indonesia dengan faktor pengali 2.25; 1.67 dan 1.66. Tabel di atas juga memperlihatkan daftar dari 10 sektor dengan angka pengganda keterkaitan ke belakang tertinggi di Indonesia. Berdasarkan Tabel Interregional Input-Output Indonesia Tahun 2000, pengganda keterkaitan ke belakang dari sebuah sektor tertentu didefinisikan sebagai seberapa banyak total produksi akan meningkat jika terjadi peningkatan satu unit permintaan di sektor tersebut. Dari tabel 20, dapat dilihat bahwa peningkatan satu unit permintaan Industri, Transportasi Udara, Bangunan dan Listrik, Gas dan Airminum mendorong terjadinya peningkatan total produksi tertinggi di Indonesia. Bila dilihat per region, Sulawesi merupakan wilayah yang mempunyai backward linkage terbesar, yakni 1.3812. Artinya bila terjadi peningkatan sektor industri di Sulawesi, maka akan meningkatkan total produksi di sektor lain sebesar 1.3812 kali.
153
Tabel 21. Sepuluh Sektor dengan Pengganda Keterkaitan ke Depan dan ke Belakang, berdasarkan Tabel Interregional Input-Output Indonesia Tahun 2005. No
Wilayah
Sektor
Forward Linkage
Wilayah
Sektor
Backward Linkage
1
Jawa-Bali
Industri
6.6078
Jawa-Bali
Transportasi Udara
1.4321
2
Sumatera
Industri
2.6172
Sumatera
Transportasi Udara
1.3833
3
Kalimantan
Industri
1.8823
Kalimantan
Transportasi Udara
1.3329
4
Jawa-Bali
Perdagangan
1.8674
Kalimantan
Transportasi Laut
1.3098
5
Kalimantan
Pertambangan
1.5135
Sulawesi
Bangunan
1.2975
6
ROU
Pertanian
1.3789
ROI
Transportasi Udara
1.2921
7
Jawa-Bali
Jasa-jasa lainnya
1.3255
Sumatera
8
Sumatera
Pertanian
1.3172
RoI
9
Jawa-Bali
Pertanian
1.2197
Sumatera
10
Sumatera
Perdagangan, Hotel dan Restoran
1.2038
Kalimantan
Transportasi Laut Listrik, Gas dan Air Minum Listrik, Gas dan Air Minum Listrik, Gas dan Air Minum
1.2532 1.2450
1.2383
1.2302
Kondisi forward pada Tahun 2005 sektor Industri di Jawa-Bali masih yang terbesar nilainya, sedangkan untuk backward linkage terjadi pergeseran dari sektor Industri di Sulawesi menjadi sektor Transportasi udara di wilayah JawaBali. Kondisi sepuluh besar keterkaitan ke belakang di dominasi oleh sektor transportasi, terutama sektor Transportasi Udara dan Transportasi Laut. Bila dilihat khusus pada sektor transportasi, terjadi peningkatan keterkaitan ke belakang dari tahun 2000 ke 2005. Hal ini mengindikasikan terjadinya peningkatan peranan sektor transportasi dalam meningkatkan output perkonomian.
154
Tabel 22. Pengganda Keterkaitan ke Depan dan ke Belakang Sektor Transportasi berdasarkan Wilayah Tahun 2000 dan 2005 . Tahun 2000 Forward Linkage
Backward Linkage
Forward Linkage
Backward Linkage
Sumatera
Transportasi Darat
0.7591
1.0124
0.7612
1.1097
Transportasi Laut
0.7133
1.1889
0.6533
1.2532
Transportasi Udara
0.7122
1.2068
0.7320
1.3833
Jawa-Bali
Transportasi Darat
0.7105
1.0249
0.7646
1.0545
Transportasi Laut
0.6682
1.1400
0.6530
1.1807
Transportasi Udara
0.9012
1.3730
0.7560
1.4321
Kalimantan
Transportasi Darat
0.7671
1.0194
0.7067
1.0876
Transportasi Laut
0.8514
1.1870
0.7599
1.3098
Transportasi Udara
0.7057
1.1080
0.6640
1.3329
Transportasi Darat
0.8010
0.9751
0.7277
1.0362
Transportasi Laut
0.7083
1.1681
0.6345
1.0915
Transportasi Udara
0.7243
1.1753
0.6632
1.2277
Transportasi Darat
0.7861
0.9399
0.7330
1.0758
Transportasi Laut
0.7350
1.1696
0.6624
1.2180
Transportasi Udara
0.7013
1.1174
0.6645
1.2921
ROI 6.3.
Sektor
Sulawesi
Wilayah
Tahun 2005
Peran Sektor Transportasi Terhadap Disparitas Ekonomi Efek intradaerah (intraregional effeck) merupakan angka pengganda
output yang terjadi pada daerah sendiri. Efek ini menunjukkan perubahan yang terjadi pada output sektor-sektor di daerah tertentu apabila terjadi perubahan dalam permintaan akhir dalam suatu sektor di daerah tersebut. Efek intradaerah diperoleh dengan menjumlahkan secara kolom untuk setiap sektor dari matriks diagonal transaksi antar daerah yang sama dalam matriks invers Leontief.
155
Gambar 33. Efek Output Intrawilayah, IRIO 2000 Pada gambar 33 dan 34 akan terlihat sektor transportasi yang paling tinggi dalam meningkatkan output perekonomian daerahnya masing-masing sehingga bisa diketahui berapa nilai output yang dihasilkan jika ada peningkatan permintaan akhir di daerah tersebut. Di Pulau Jawa- Bali pada tahun 2000 sektor TransportasiUdara (9) mempunyai nilai intradaerah terbesar 2,1565 artinya jika terjadi peningkatan dalam permintaan akhir di sektor transportasi udara di Pulau Jawa-Bali sebesar 1 (satu) satuan, maka hal tersebut akan meningkatkan output total perekonomian Pulau Jawa-Bali sebesar 2,1565 satuan. Sektor transportasi udara juga merupakan merupakan sektor yang paling tinggi dalam meningkatkan output perekonomian di Pulau Sumatera yaitu sebesar 1,8421,Sulawesi sebesar 1,7664 sedangkan di Kalimantan dan Rest of Indonesia (ROI) sektor Transportasi Laut (8) yang merupakan pengganda intra wilayahnya tertinggi. Sedangkan pada tahun 2005 terjadi perubahan perubahan effek intra daerah terutama di wilayah Kalimantan dan ROI yang sebelumnya effect intradaerahnya terbesar pada sektor transportasi Laut berubah menjadi sektor transportasi udara.
156
Gambar 34. Efek Output Intradaerah Regional, IRIO 2005 Efek antardaerah (interregional effect) merupakan angka pengganda output yang terjadi pada daerah lain. Efek ini menunjukkan perubahan yang terjadi pada output sektor-sektor di daerah lain apabila terjadi perubahan dalam permintaan akhir dalam suatu sektor di daerah tertentu. Efek ini sering disebut juga dengan efek tumpahan atau interregional spillover effect. Efek ini dihitung berdasarkan matriks kebalikan Leontief pada bagian interaksi antar daerah.
Gambar 35 . Peta Perdagangan berdasarkan nilai Antarwilayah di Indonesia, IRIO 2000 Gambar 35 dan 36 menyajikan perdagangan antarwilayah untuk sektor transportasi pada 2000. Pada periode tersebut, sektor transportasi udara (9) di ROI merupakan sektor yang secara signifikan dipercaya dapat meningkatkan output perekonomian ROI lebih tinggi daripada sektor-sektor lainnya.
157
Selain dapat meningkatkan output perekonomian di ROI sendiri ternyata sektor 9 juga dapat meningkatkan output perekonomian terbesar di wilayah JawaBali. Dampak peningkatan permintaan akhir sebesar satu satuan pada sektor 9 di ROI juga berdampak pada peningkatan output perekonomian di Jawa-Bali sebesar 0.0558 satuan atau 5.58 persen. (gambar 36)
Gambar 36. Efek output intra dan antarwilayah di IRIO Tahun 2000 dan IRIO Tahun 2005
Gambar 37. Peta Perdagangan berdasarkan nilai Antarwilayah di Indonesia, IRIO Tahun 2005 Sedangkan pada tahun 2005 nilai arus perdangan terbesar adalah intrawilayah di Pulau Kalimantan dan Sulawesi, terutama sektor transportasi laut (8) di Kalimantan dan sektor transportasi udara (9) di Sulawesi.
158
Tabel 23. Perubahan Disparitas Multiplier Output Antar Wilayah Menurut Sektor (Koefisien Variasi) Sektor Transportasi Darat Transportasi Laut Transportasi Udara
Tahun 2000 3.63 1.68 8.94
Tahun 2005 2.66 6.76 5.94
Pertumbuhan (%) -26.7 302.5 -33.6
Sumber : Tabel IRIO tahun 2000-2005 (diolah) Perubahan koefisien variasi sektor ekonomi menurut wilayah (region) menunjukkan bahwa multiplier output antar wilayah sektor transportasi darat, transportasi udara, semakin homogen atau konvergen, berarti bahwa pada sektor transportasi, disparitas multiplier output sektor transportasi darat dan udara, antar wilayah (region) semakin mengecil. Artinya perkembangan produktivitas output sektor tersebut antar wilayah di Indonesia semakin setara. Namun pada sektor transportasi laut, disparitas antar wilayah semakin meningkat. Tabel 24. Perubahan Disparitas Multiplier Income Antar Wilayah Menurut Sektor transportasi (Koefisien Variasi) Sektor Transportasi Darat Transportasi Laut Transportasi Udara
Tahun 2000 17.69 25.88 12.80
Tahun 2005 12.68 23.82 18.53
Pertumbuhan (%) -28.3 -8.0 44.7
Sumber : Tabel IRIO tahun 2000-2005 (diolah) Pada sektor transportasi, disparitas multiplier income sektor transportasi darat dan laut antar wilayah (region) semakin mengecil. Artinya perkembangan produktivitas income sektor tersebut antar wilayah di Indonesia semakin setara. Namun pada sektor transportasi udara, disparitas antar wilayah semakin meningkat. Perubahan koefisien variasi tenaga kerja sektor ekonomi menurut wilayah (region) menunjukkan bahwa multiplier tenaga kerja sektor Transportasi Darat,
159
Transportasi Udara semakin homogen antar wilayah atau konvergen. Pada sektor transportasi, disparitas multiplier income sektor transportasi laut antar wilayah semakin membesar. Artinya perkembangan produktivitas tenaga kerja sektor tersebut antar wilayah di Indonesia semakin meningkat. Namun hanya pada sektor transportasi udara, dan transportasi darat disparitas antar wilayah semakin mengecil. Tabel 25. Perubahan Disparitas Multiplier Tenaga Kerja Antar Wilayah Menurut Sektor (Koefisien Variasi) Sektor Transportasi Darat Transportasi Laut Transportasi Udara
Tahun 2000 23.79 46.70 27.53
Tahun 2005 21.86 50.15 18.55
Pertumbuhan (%) -8.1 7.4 -32.6
Sumber : Tabel IRIO 2000-2005 (diolah) Koefisien variasi sektor transportasi berdasarkan wilayah menggambarkan besar atau kecilnya dampak shock sektor transportasi regional terhadap wilayah lainnya di Indonesia. Semakin besar nilai koefesien variasi, menunjukkan distribusi dampak pada wilayah lain semakin besar dari sector tersebut bila dilakukan shock dalam perekonomian. Bila dilakukan shock pada final demand terhadap output pada tahun 2000 dan 2005, maka rata-rata dampak output intra regional menjadi lebih kecil, artinya hubungan perekonomian antar wilayah pada 2005 menjadi lebih besar, hal ini dapat dilihat dari rata-rata koefisien variasi output sektor transportasi regional meningkat dari 4. 73 (pada tahun 2000) menjadi 4. 95 pada tahun 2005. Peningkatan koefesien variasi terbesar pada sektor Transportasi Laut (8) di Rest of Indonesia (ROI) dari 4.1 (2000) menjadi 7. 54 pada 2005 dan penurunan
160
koefesien variasi terbesar pada transportasi udara (9) di Kalimantan dari 4. 48 (2000) menjadi 3,86 pada 2005.
Gambar 38. Koefisien Variasi Shock Output Regional Sektor Transportasi IRIO Indonesia Tahun 2000 dan 2005 Hal ini mengindikasikan peranan sektor transportasi di ROI meningkatkan hubungan perdagangan dengan wilayah lain di Indonesia dalam penciptaan output, sedangkan peranan sektor transportasi di wilayah Kalimantan lebih pada meningkatkan perdagangan intrawilayah di Pulau Kalimantan. Bila dilakukan shock pada final demand terhadap income pada tahun 2000 dan 2005, maka rata-rata dampak income intrawilayah menjadi lebih kecil juga, hal ini searah dengan dampak shock terhadap output, artinya hubungan perekonomian antar wilayah pada tahun 2005 menjadi lebih besar, hal ini dalpat dilihat dari rata-rata koefesien variasi income sektor transportasi wilayahal meningkat dari 3. 75 pada tahun 2000 menjadi 4. 14 pada tahun 2005. Peningkatan koefisien variasi income juga terbesar pada sektor Transportasi Laut (8) di Rest of Indonesia (ROI) dari 3,7 pada tahun 2000 menjadi 7,38 pada tahun 2005 dan penurunan koefesien variasi terbesar pada transportasi udara (9) di Sulawesi dari 3,17 pada tahun 2000 menjadi 2,52 pada tahun 2005.
161
Gambar 39. Koefesien Variasi Shock Income Regional Sektor Transportasi IRIO Indonesia Tahun 2000 dan 2005 Hal ini mengindikasikan peranan sektor transportasi di ROI meningkatkan hubungan perdagangan dengan wilayah lain di Indonesia dalam peningkatan income, sedangkan peranan sektor transportasi di wilayah Sulawesi lebih pada meningkatkan perdagangan intrawilayah dalam pulau Sulawesi. Shock pada final demand dan dampaknya terhadap penyerapan tenaga kerja intra regional menjadi lebih kecil pada tahun 2005 dibandingkan tahun 2000, artinya hubungan perekonomian antar wilayah pada tahun 2005 menjadi lebih besar walaupun tidak terlalu signifikan, hal ini dapat dilihat dari rata-rata koefesien variasi tenaga kerja sektor transportasi regional meningkat dari 4.13 pada tahun 2000 menjadi 4,47 pada tahun 2005. Peningkatan koefesien variasi terbesar pada sektor Transportasi Udara (9) di Rest of Indonesia (ROI) dari 2.29 pada tahun 2000 menjadi 6.05 pada tahun 2005 dan penurunan koefesien variasi terbesar pada transportasi darat (7) di JawaBali dari 5.41 pada tahun 2000 menjadi 4.25 pada tahun 2005. Hal ini mengindikasikan peranan sektor transportasi di ROI meningkatkan hubungan perdagangan dengan wilayah lain di Indonesia dalam penciptaan tenaga kerja,
162
sedangkan peranan sektor transportasi di wilayah Jawa-Bali lebih pada meningkatkan perdagangan intrawilayah di Pulau Jawa-Bali serta dampak penyerapan tenaga kerjanya lebih pada intraregional.
Gambar 40. Koefesien Variasi Shock Tenaga Kerja Regional Sektor Transportasi IRIO Indonesia Tahun 2000 dan 2005 Tabel. 26. Perubahan Koefisien Variasi dari sektor transportasi
Sumber: IRIO (diolah) Keterangan: -
Δ menunjukan perubahan koefisien variasi tanda negatif (-) menunjukan perubahan semakin konvergen, positif (+) semakin divergen
Ringkasan dari perubahan koefisien variasi (ΔKV) dari sektor transportasi dapat dilihat dari tabel 26. Dari tabel tersebut menunjukan bahwa sektor transportasi udara berpengaruh terhadap disparitas untuk nilai tambah bruto
163
(NTB), tenaga kerja (TK) dan output di wilayah Kalimantan, Jawa-Bali dan Sulawesi. Sektor tranportasi laut, berpengaruh terhadap disparitas untuk nilai tambah bruto (NTB), tenaga kerja (TK) dan output di wilayah Jawa-Bali dan Kalimantan, sedangkan sektor transportasi darat berpengaruh terhadap disparitas untuk nilai diatas di wilayah Kalimantan. 6.4.
Sumber sumber pertumbuhan sektor transportasi ekonomi di wilayah Indonesia.
6.4.1. Sumber-Sumber Pertumbuhan Sektor Transportasi Wilayah Sumatera Dari tabel 23, secara agregat, Domestic Final Demand (DFD) dari sektor transportasi , memberikan kontribusi sebesar 3.88 persen dari total output growth di Wilayah Sumatera. Dari jumlah tersebut, sektor transportasi udara memberikan kontribusi terbesar yaitu 1.74 persen, kemudian diikuti transportasi darat sebesar 1.72 persen dan transportasi laut sebesar 0.42 persen. Meningkatnya DFD tersebut mengindikasikan bahwa terjadinya peningkatan output atau produksi. Selain itu peningkatan juga terjadi di dampak ekspor (EE), Nilai terbesar adalah transportasi darat dengan nilai 1.66 persen, kemudian diikuti transportasi udara sebesar 0.13 persen dan transportasi laut sebesar 0.09 persen. Pertumbuhan tersebut mengindikasikan bahwa nilai ekspor dari wilayah Sumatera memberikan hal yang positip. Pertumbuhan positip juga terjadi pada impor substitusi yaitu transportasi darat sebesar 0.23 persen, transportasi laut 0.12 persen dan transportasi udara sebesar 0.05 persen. Besaran pada impor substitusi memberikan indikasi bahwa beberapa produk yang diekspor sudah dapat dipenuhi dari wilayah Sumatera.
164
Lebih lanjut, terkait dengan koefisien teknologi, maka transportasi laut memberikan suatu penurunan, yaitu sebesar -0.10 persen. Nilai ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan input terhadap total demand. Dengan demikian dapat diindikasikan bahwa telah terjadi efisiensi disektor transportasi laut. Kontribusi konsumsi rumah tangga masih dominan sebagai sumber pertumbuhan output. Dari ketiga sektor tersebut, kontribusi konsumsi rumah tangga pada sektor transportasi udara yang terbesar adalah 1.48 persen, diikuti oleh transportasi darat sebesar 1.00 persen dan transportasi laut sebesar 0.26 persen. Nilai ini mengindikasikan bahwa permintaan terhadap transportasi udara sangat besar pertumbuhannnya. Sektor transportasi di wilayah Sumatera secara agregat sangat besar dipengaruhi oleh wilayah Jawa-Bali yaitu secara langsung sebesar 0.34 persen dan tidak langsung sebesar 0.69 persen. Besarnya pengaruh tersebut
terdiri dari
Transportasi darat dan transportasi udara dipengaruhi secara langsung wilayah Jawa-Bali sebesar 0.15 persen, sedangkan transportasi laut hanya 0.04 persen. Dampak tidak langsung dari wilayah Jawa-Bali adalah transportasi darat dan udara sebesar 0.30 persen, dan transportasi laut sebesar 0.09 persen. Sedangkan pengaruh wilayah Kalimantan semakin mengecil, terus mengecil kearah wilayah timur Indonesia. Secara sektoral di wilayah Sumatera, maka rata rata kontribusi Domestic Final Demand (DFD) terhadap sektor transportasi adalah sebesar 56.34 persen dan komponen yang terbesar adalah konsumsi rumah tangga sebesar 39.34 persen. DFD pada transportasi udara yaitu sebesar 68.23, kemudian diikuti oleh transportasi laut sebesar 60.97 persen dan transportasi darat sebesar 39.83 persen.
Tabel 27. Sumber Sumber Pertumbuhan Sektor Transportasi Dalam Wilayah Sumatera Sektor Transportasi Darat Transportasi laut Transportasi Udara Total
Konsumsi Konsumsi Konsumsi Investasi Investasi Investasi Perubahan Rumah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Total DFD Swasta stok Tangga Pusat Daerah Pusat Daerah 0,998 0,256 1,478 2,732
0,220 0,089 0,080 0,390
0,191 0,043 0,132 0,366
0,042 -0,009 0,001 0,034
0,014 -0,008 0,001 0,007
0,265 0,054 0,050 0,369
-0,009 -0,003 -0,002 -0,014
1,722 0,422 1,740 3,883
% Sumatera
TC 0,117 -0,104 0,061 0,074
EE 1,656 0,086 0,129 1,870
Jawa-Bali
Sulawesi
ROI
IS 0,231 0,117 0,048 0,396
Total Direct
Indirect
Direct
Indirect
Direct
Indirect
Direct
Indirect
0,148 0,041 0,148 0,337
0,300 0,091 0,295 0,686
0,031 0,007 0,039 0,076
0,062 0,014 0,077 0,153
0,013 0,005 0,004 0,022
0,028 0,010 0,008 0,046
0,005 0,001 0,001 0,007
0,011 0,002 0,002 0,014
4,323 0,692 2,550 7,564
Sumber: IRIO tahun 2000-2005 (diolah) %
Tabel 27. Lanjutan Sektor Transportasi Darat Transportasi laut Transportasi Udara Rata rata
Konsumsi Konsumsi Konsumsi Investasi Investasi Investasi Perubahan Rumah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Total DFD Swasta stok Tangga Pusat Daerah Pusat Daerah 23,09 36,95 57,97 39,34
5,10 12,87 3,16 7,04
4,42 6,16 5,16 5,25
0,97 -1,30 0,04 -0,10
0,33 -1,14 0,03 -0,26
6,14 7,84 1,94 5,31
-0,22 -0,41 -0,08 -0,24
39,83 60,97 68,23 56,34
Sumatera TC 2,72 -15,09 2,38 -3,33
EE 38,30 12,39 5,06 18,58
Jawa-Bali
Sulawesi
ROI
IS 5,33 16,96 1,89 8,06
Total Direct
Indirect
Direct
Indirect
Direct
Indirect
Direct
Indirect
3,42 5,99 5,79 5,07
6,94 13,15 11,57 10,56
0,71 0,96 1,52 1,07
1,42 2,06 3,04 2,17
0,31 0,67 0,14 0,37
0,65 1,45 0,30 0,80
0,12 0,14 0,02 0,09
0,24 0,35 0,06 0,22
100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: IRIO tahun 2000-2005 (diolah)
165
166
Dengan demikian transportasi udara menunjukkan output yang besar dan dalam
hal ini kontribusi konsumsi rumah tangga merupakan yang paling
dominan. Sedangkan kontribusi terbesar untuk dampak ekspor (EE) adalah sebesar 18.58 persen, dimana transportasi darat yang terbesar yaitu sebesar 38.30 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan jasa transportasi untuk barang ekspor melaui transportasi darat lebih besar peningkatannya dibandingkan dua sektor transportasi lainnya. Demikian juga untuk substitusi impor (IS), menunjukkan hal yang positip yang berarti bahwa barang barang yang diimpor sudah dapat diproduksi didalam negeri untuk menggantikan barang ekspor sebesar 8.06 persen. 6.4.2. Sumber Sumber Pertumbuhan Sektor Transportasi Wilayah JawaBali Dari tabel 28, secara agregat, Domestic Final Demand (DFD) sektor transportasi di wilayah Jawa-Bali memberikan kontribusi sebesar 4.16 persen terhadap total pertumbuhan output di wilayah Jawa-Bali. Kontribusi terbesar dari DFD tersebut adalah Konsumsi rumah tangga yaitu 3.26 persen. Selain itu komposisi kontribusi DFD tersebut terdiri dari sektor transportasi darat sebesar 2.57 persen, transportasi udara 1 persen dan transportasi laut sebesar 0.59 persen. Dengan
demikian
transportasi
darat
memberikan
nilai
ouput
terbesar
dibandingkan sektor transportasi lainnya, yang berarti bahwa penggunaan transportasi darat masih dominan. Sumber pertumbuhan lainnya adalah dampak ekspor yaitu sebesar 1.17 persen, dan substitusi impor sebesar 0.32 persen. Walaupun tidak besar, dampak ekspor wilayah Jawa-Bali mengindikasikan suatu peningkatan, dan beberapa
167
barang yang dimpor sudah dapat diganti dengan produk dari wilayah Jawa-Bali sendiri. Namun demikian dari ketiga sektor tersebut, sektor transportasi darat memebrikan dampak ekspor terbesar yaitu 0.67 persen dan demikian juga substitusi impor sebesar 0.16 persen. Angka tersebut mengindikasikan bahwa nilai proprsi barang yang diekspor melalui transportasi darat masih besar. Koefisien teknologi tumbuh sebesar 0.15 persen, dengan demikian terjadi pertumbuhan input terhadap total demand di wilayah Bali. Hal ini dapat diindikasikan bahwa terjadi peningkatan kebutuhan barang namun disertai dengan kenaikan produktivitas. Dari ketiga transportasi tersebut, transportasi udara mengindikasikan penurunan input namun disertai peningkatan produktifitas, dan dengan demikian dapat dindikasikan terjadi suatu efisiensi pada transportasi udara tersebut. Wilayah Sumatera adalah wilayah yang paling besar mempengaruhi pertumbuhan di wilayah Jawa-Bali yaitu pengaruh langsung sebesar 0.08 persen dan pengaruh tidak langsung sebesar 0.18 persen. Sedangkan wilayah Kalimantan sangat kecil mempengaruhi wilayah Jawa-Bali, bahkan wilayah ROI dapat dikatakan tidak mempengaruhi wilayah tersebut. Secara sektoral, rata rata sumber pertumbuhan sektor transportasi yang paling dominan adalah DFD yaitu sebesar 67 persen, dengan komponen terbesar adalah konsumsi trumah tangga yaitu sebesar 52.28 persen. Hal ini menunjukkan bahwa peran penduduk wilayah Jawa-Bali dalam pemanfaatan jasa transportasi sangat dominan. Hal ini karena jumlah penduduk Jawa-Bali yang sangat besar di Indonesia.
168
Sektor Transportasi Darat Transportasi laut Transportasi Udara Total
Konsumsi Konsumsi Konsumsi Investasi Investasi Investasi Perubahan Rumah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Total DFD Swasta stok Tangga Pusat Daerah Pusat Daerah 2,0260 0,3618 0,8712 3,2590
0,1522 0,1475 0,0075 0,3072
0,1770 0,0286 0,0915 0,2972
0,0239 0,0014 -0,0008 0,0244
0,0072 -0,0015 -0,0025 0,0033
0,1903 0,0561 0,0300 0,2763
-0,0040 -0,0008 -0,0008 -0,0056
2,5727 0,5932 0,9960 4,1619
%
Sumatera TC 0,2943 0,0233 -0,1672 0,1504
EE 0,6655 0,4065 0,1007 1,1727
Jawa-Bali
Sulawesi
ROI
IS 0,1550 0,0347 0,1278 0,3175
Total Direct
Indirect
Direct
Indirect
Direct
Indirect
Direct
Indirect
0,0386 0,0187 0,0227 0,0800
0,0885 0,0406 0,0497 0,1788
0,0331 0,0132 0,0081 0,0544
0,0670 0,0270 0,0171 0,1111
0,0142 0,0063 0,0020 0,0225
0,0298 0,0131 0,0044 0,0473
0,0020 0,0005 -0,0002 0,0023
0,0049 0,0014 -0,0001 0,0061
3,97 1,18 1,16 6,30
Sumber: IRIO Tahun 2000-2005 (diolah) %
Tabel 28. Lanjutan Sektor Transportasi Darat Transportasi laut Transportasi Udara Rata rata
Konsumsi Konsumsi Konsumsi Investasi Investasi Investasi Perubahan Rumah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Total DFD Swasta stok Tangga Pusat Daerah Pusat Daerah 51,09 30,70 75,05 52,28
3,84 12,52 0,65 5,67
4,46 2,43 7,88 4,93
0,60 0,12 -0,07 0,22
Sumber: IRIO Tahun 2000-2005 (diolah)
0,18 -0,12 -0,21 -0,05
4,80 4,76 2,58 4,05
-0,10 -0,07 -0,07 -0,08
64,88 50,33 85,80 67,00
Sumatera TC 7,42 1,98 -14,40 -1,67
EE 16,78 34,49 8,67 19,98
Jawa-Bali
Sulawesi
ROI
IS 3,91 2,94 11,01 5,95
Total Direct
Indirect
Direct
Indirect
Direct
Indirect
Direct
Indirect
0,97 1,59 1,95 1,51
2,23 3,45 4,28 3,32
0,83 1,12 0,70 0,88
1,69 2,29 1,47 1,82
0,36 0,54 0,17 0,35
0,75 1,12 0,38 0,75
0,05 0,04 -0,02 0,03
0,12 0,12 -0,01 0,08
100,00 100,00 100,00 100,00
168
Tabel 28. Sumber Sumber Pertumbuhan Sektor Transportasi Dalam Wilayah Jawa-Bali
169
Selanjutnya proporsi dampak ekspor (EE) yang rata rata mencapai 19.98 persen yang menunjukkan adanya peningkatan ekspor. Dari komponen EE tersebut maka pada sektor transportasi laut yang terbesar yaitu mencapai 34.49 persen. Dengan demikian dapat diindikasikan bahwa proporsi ekspor yang terbesar adalah melalui transportasi laut. Substitusi impor rata rata mencapai 5.95 persen dan koefisien teknologi adalah sebesar -1.67 persen. Dengan demikian dapat dikatakan adanya penurunan input terhadap total demand atau dengan kata lain terjadi efisiensi di dalam wialayah Jawa-Bali. Sektor dengan prnurunan proporsi input tertinggi adalah sektor transportasi udara. Hal ini mengindikasikan bahwa peran teknologi dalam produktifitas transportasi udara semakin meningkat di wilayah Jawa-Bali. 6.4.3. Sumber Sumber Pertumbuhan Sektor Transportasi Wilayah Kalimantan Secara agregat tabel 29, memperlihatkan bahwa sumber pertumbuhan sektor transportasi yang paling dominan di wilayah Kalimantan adalah DFD yaitu sebesar 2.49 persen. Konsumsi rumah tangga merupakan komponen yang terbesar dari DFD yaitu sebesar 1.36 persen. Hal ini berarti bahwa kontribusi knsumsi rumah tangga dalam pembentukan output di wilayah Jawa-Bali yang paling dominan. Sektor transprtasi darat merupakan sektor dengan DFD yang terbesar yaitu 1.05 persen terhadap wilayah Kalimantan. Dampak ekspor (EE) menunjukkan pertumbuhan positip yaitu sebesar 1.49 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan ekspor dari sektor transportasi di wilayah Kalimantan. Sedangkan substitusi impor (IS) sebesar 0.84
170
persen mengindikasikan bahwa terdapat sejumlah nilai barang impor yang sudah dapat dipenuhi dari wilayah Kalimantan. Lebih lanjut, terjadi penurunan input terhadap total demand. Penurunan ini dapat dindikasikan bahwa terjadi efisiensi di sektor transportasi. Efisiensi terutama terjadi disektor transportasi darat dan laut. Sektor transportasi di Wilayah Kalimantan dipengaruhi oleh sektor transportasi dari wilayah lainnya yaitu pengaruh langsung wilayah Jawa-Bali sebesar 0.97 persen dan pengaruh tidak langsung sebesar 0.90 persen, diikuti oleh wilayah Sumatera sebesar 0.44 persen dan pengaruh tidak langsung sebesar 0.97 persen. Pengaruh wilayah lainnya sangat kecil yaitu pengaruh langsung dari wilayah Sulawesi sebesar 0.03 persen dan pengaruh tidak langsung sebesar 0.08 persen. Wilayah Kalimantan ini tidak dipengaruhi oleh ROI. Dari tabel 29 lanjutan , dapat dilihat bahwa secara rata rata, DFD merupakan komponen yang memberikan sumber pertumbuhan terbesar dalam sektor transportasi sendiri di wilayah Kalimantan yaitu sebesar 31.78 persen, dan komponen terbesar adalah konsumsi rumah tangga sebesar 18.06 persen. Investasi swasta pada sektor transportasi rata rata memberikan kontribusi sebesar 4.55 persen. Dengan demikian demand terhadap sektor transportasi meningkat dan juga investasi di sektor transportasi. Dampak ekspor (EE) untuk sektor transportasi rata rata memberikan kontribusi sebesar 17.04 persen dan substitusi impor (IS) sebesar 10.77 persen. Dengan demikian dalam sektor transportasi sendiri terjadi peningkatan ekspor dan terjadi pertumbuhan terhadap barang barang yang sudah dapat dihasilkan sendiri terhadap sektor transportasi. Sektor yang memberikan kontribusi terbesar adalah DFD pada sektor transportasi darat yaitu sebesar 35.46 persen.
Tabel 29. Sumber Sumber Pertumbuhan Sektor Transportasi Terhadap Wilayah Kalimantan Sektor Transportasi Darat Transportasi laut Transportasi Udara Total
Konsumsi Konsumsi Konsumsi Investasi Investasi Investasi Perubahan Rumah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Total DFD Swasta stok Tangga Pusat Daerah Pusat Daerah
%
Sumatera TC
EE
Jawa-Bali
Sulawesi
ROI
IS
Total Direct Indirect Direct Indirect
Direct
Indirect
Direct Indirect
0,667
0,073
0,099
0,003
-0,004
0,211
0,002
1,051
-0,056
0,157
0,232
0,242
0,544
0,544
0,211
0,012
0,028
-0,001
-0,001
2,96
0,325
0,303
0,121
-0,016
-0,025
0,179
0,002
0,890
-0,272
1,169
0,400
0,130
0,287
0,287
0,322
0,016
0,037
-0,001
-0,001
3,26
0,366
0,012
0,111
0,001
-0,001
0,061
0,001
0,550
0,033
0,169
0,206
0,067
0,137
0,137
0,369
0,006
0,012
0,000
0,001
1,69
1,358
0,387
0,331
-0,012
-0,031
0,451
0,005
2,490
-0,296
1,494
0,838
0,439
0,968
0,968
0,902
0,034
0,076
-0,002
-0,001
7,91
Sumber: IRIO Tahun 2000-2005 (diolah) Tabel 29. Lanjutan. Sektor Transportasi Darat Transportasi laut Transportasi Udara Rata rata
%
Konsumsi Konsumsi Konsumsi Investasi Investasi Investasi Perubahan Rumah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Total DFD Swasta stok Tangga Pusat Daerah Pusat Daerah
Sumatera TC
EE
Jawa-Bali
Sulawesi
ROI
IS
Total Direct
Indirect
Direct Indirect
22,51
2,45
3,33
0,11
-0,14
7,13
0,07
35,46
-1,89
5,29
7,83
8,16
18,36
18,36
Direct
Indirect
Direct
Indirect
7,14
0,42
0,94
-0,05
-0,03
100,00 100,00
9,98
9,28
3,72
-0,48
-0,77
5,49
0,07
27,28
-8,35
35,84
12,27
3,97
8,80
8,80
9,86
0,49
1,12
-0,04
-0,04
21,70
0,71
6,61
0,04
-0,08
3,60
0,03
32,61
1,95
10,00
12,22
4,00
8,12
8,12
21,90
0,34
0,69
0,02
0,05
100,00
18,06
4,15
4,55
-0,11
-0,33
5,41
0,06
31,78
-2,77
17,04
10,77
5,38
11,76
11,76
12,97
0,42
0,92
-0,02
-0,01
100,00
Sumber: IRIO Tahun 2000-2005 (diolah)
171
172
Hal ini mengindikasikan adanya kenaikan permintaan domestik yang memuat permintaan langsung (konsumsi rumah tangga dan lainnya). Selain itu peran investasi swasta juga meningkat yaitu sebesar 7.13 persen. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa dukungan infrastruktur jalan yang semakin baik di wilayah Kalimantan. Hal ini juga dapat dilihat dari perubahan koefisien teknologi yaitu -1.89 persen, dimana terjadi penurunan input namun tetap terjadi peningkatan produksi. Sedangkan transportasi laut memberikan kontribusi yang dominan untuk dampak ekspor (EE) sebesar 35.84 persen dan perubahan teknologi (IO) sebesar 8.35 persen. Dengan demikian terjadi perluasan ekspor yang menggunakan jasa transportasi laut dan adanya perubahan teknologi dalam menggunakan jasa transportasi laut tersebut, sehingga menyebabkan adanya efisiensi yang diindikasikan dengan menurunnya jumlah penggunaan input, yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi terhadap jasa transportasi laut. 6.4.4. Sumber Sumber Pertumbuhan Sektor Transportasi Wilayah Sulawesi Pada tabel 30, secara agregat peran DFD dalam pertumbuhan sektor transportasi di wilayah Sulawesi merupakan yang terbesar yaitu 4.92 persen, dengan komponen yang dominan dari DFD adalah konsumsi rumah tangga yaitu sebesar 3.08. Dengan demikian dapat dindikasikan bahwa demand terhadap transportasi mengalami peningkatan. Selain itu konsumsi pemerintah daerah juga meningkat
173
sebesar 1.43 persen. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan aktifitas pemerintah yang menggunakan transportasi dalam kegiatannya. Sumber sumber pertumbuhan lainnya adalah substitusi impor (IS) meningkat sebesar 1.15 dan dampak ekspor (EE) sebesar 0.72 persen.Sedangkan faktor teknologi atau koefisien teknologi (TC) sebesar -0.02 persen. Peningkatan subsitusi impor tersebut memberikan indikasi bahwa sektor transportasi di Sulawesi, sudah dapat menggantikan barang barang yang semula diekspor dengan produksi dalam negeri. Perubahan teknologi juga terjadi dan menunjukkan indikasi penurunan input atau peningktan output. Dengan demikian perubahan tersebut memberikan peran transportasi yang lebih efisien di wilayah Sulawesi . Sektor transportasi di wilayah Sulawesi juga dipengaruhi oleh wilayah lainnya. Sektor transportasi, dipengaruhi secara langsung oleh sektor transportasi Wilayah Jawa-Bali sebesar 0.70 persen dan secara tidak langsung sebesar 1.55 persen , diikuti oleh wilayah Sumatera sebesar 0.13 persen secara langsung dan 0.31 persen secara tidak langsung. Dengan demikian pengaruh wilayah jawa masih yang terbesar dari sektor transportasi dibandingkan wilayah lainnya. Secara sektoral, DFD
memberikan kontribusi rata rata sebesar 53.42
persen dari output sektor transportasi di wilayah Sulawesi. Sebesar 33.98 persen dari sektor transportasi tersebut merupakan kontribusi dari konsumsi rumah tangga. Dengan demikian dapat dindikasikan bahwa peran konsumsi rumah tangga sangat besar sebagai sumber pertumbuhan di sektor transportasi di wilayah Sulawesi. Konsumsi pemerintah daerah juga memberikan kontribusi dalam sektor transportasi juga signifikan yaitu 15.88 persen terhadap output.
174
Sektor Transportasi Darat Transportasi laut Transportasi Udara Total
Konsumsi Konsumsi Konsumsi Investasi Investasi Investasi Perubahan Total Rumah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Swasta stok DFD Tangga Pusat Daerah Pusat Daerah
%
Sumatera TC
EE
Jawa-Bali
Kalimantan
ROI
IS
Total Direct Indirect
Direct
Indirect Direct Indirect Direct Indirect
1,2601
0,0165
0,5893
-0,0138
-0,0437
0,3922
-0,0053
2,1954
-0,0315
0,2576
0,6313
0,4595
1,0193
0,0962
0,2090
0,0140
0,0327
-0,0023
-0,0029
4,8783
0,5293
0,0025
0,2553
-0,0040
-0,0117
0,0800
-0,0017
0,8497
-0,0648
0,3534
0,2076
0,1231
0,2745
0,0277
0,0622
0,0074
0,0166
0,0004
0,0011
1,8589
1,2874
-0,1474
0,5898
0,0017
0,1052
0,0425
-0,0002
1,8789
-0,0130
0,1060
0,3069
0,1162
0,2549
0,0088
0,0355
0,0020
0,0043
0,0004
0,0008
2,7018
3,0768
-0,1284
1,4345
-0,0161
0,0497
0,5147
-0,0072
4,9241 -0,1093
0,7170
1,1458
0,6988
1,5488
0,1327
0,3067
0,0234
0,0536 -0,0015 -0,0011
9,4389
Sumber : IRIO Tahun 2000-2005 (diolah) Tabel 30. Lanjutan.
Sektor
%
Konsumsi Konsumsi Konsumsi Investasi Investasi Investasi Perubahan Total Rumah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Swasta stok DFD Tangga Pusat Daerah Pusat Daerah
Transportasi Darat 25,83 0,34 12,08 -0,28 Transportasi laut 28,47 0,14 13,73 -0,21 Transportasi Udara 47,65 -5,45 21,83 0,06 Rata-rata 33,98 -1,66 15,88 -0,14 Sumber: IRIO Tahun 2000-2005 (diolah)
TC
EE
IS
Sumatera
Jawa-Bali
Kalimantan
ROI
Total
Direct Indirect Direct Indirect Direct Indirect Direct Indirect
-0,90
8,04
-0,11
45,00
-0,65
5,28
12,94
9,42
20,90
1,97
4,29
0,29
0,67
-0,05
-0,06
100,00
-0,63
4,30
-0,09
45,71
-3,48
19,01
11,17
6,62
14,77
1,49
3,35
0,40
0,89
0,02
0,06
100,00
3,89
1,57
-0,01
69,55
-0,48
3,92
11,36
4,30
9,43
0,33
1,31
0,07
0,16
0,01
0,03
100,00
0,79
4,64
-0,07
53,42
-1,54
9,41
11,82
6,78
15,03
1,26
2,98
0,25
0,57
0,00
0,01 100,00
174
Tabel 30. Sumber Sumber Pertumbuhan Sektor Transportasi Terhadap Wilayah Sulawesi
175
Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah daerah banyak menggunakan jasa transportasi, dan proporsi terbesar adalah konsumsi pemerintah daerah dalam transportasi udara yaitu sebesar 21.83 persen terhadap ouput transportasi udara. 6.4.5. Sumber Sumber Pertumbuhan Sektor Transportasi Wilayah ROI Secara agregat, maka sumber pertumbuhan yang terbesar dari sektor transportasi di wilayah ROI adalah DFD yaitu sebesar 3.58 persen, dan kontribusi terbesar dari DFD tersebut adalah konsumsi rumah tangga yaitu sebesar 2.15 persen. Selain itu konsumsi pemrintah baik pusat maupun daerah cukup dominan dalam DFD tersebut yaitu 0.35 persen untuk konsumsi pemerintah pusat dan 0.44 persen untuk pemerintah daerah. Hal ini mengindikasikan bahwa demand akan transportasi sangat besar. Selain itu dampak ekspor (EE) adalah 0.45 persen sedangkan substitusi impor adalah sebesar 1.27 persen. Hal ini memberikan indikasi bahwa dampak ekspor walaupun meningkat tidak terlalu signifikan apabila dibandingkan dengan barang impor yang sudah dapat diproduksi di wilayah ROI. Perubahan teknologi transportasi di wilayah ROI
dapat ditunjukkan
dengan adanya penurun koefisien teknologi yaitu sebesar -0.95 persen terhadap wilayah ROI. Dengan demikian terjadi penurunan input dengan output yang tetap terjaga. Dengan demikian dapat diindikasikan bahwa terjadi efisiensi dibidang transportasi. Selain itu apabila dilihat diantara ketiga sektor transportasi maka DFD yang terbesar adalah sektor transportasi darat yaitu sebesar 1.51 persen terhadap wilayah ROI. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan output
176
dari transportasi darat. Hal ini dikarenakan peran konsumsi rumah tangga sebagai komponen yang terbesar dari DFD yaitu 0.80 persen. Demikian halnya dengan DFD transportasi udara sebesar 1.26 persen, dimana sebesar 0.91 persen diantaranya adalah kontribusi konsumsi rumah tangga. Permintaan akan jasa transportasi sangat besar karena kondisi demografi ROI yang luas. Wilayah ROI dipengaruhi langsung (direct) oleh wilayah Jawa-Bali sebesar 0.38 persen dan pengaruh tidak langsung sebesar 0.80 persen. Selanjutnya adalah pengaruh wilayah Sumatera yaitu pengaruh langsung sebesar 0.15 persen dan pengaruh tidak langsung sebesar 0.32 persen. pengaruh wilayah lainnya dapat dikatakan tidak terlalu besar. Pengaruh dari sektor transportasi dari wilayah JawaBali lebih karena peranan wilayh jawa sebagai pusat pertumbuhan seperti terutama adalah industri. Secara sektoral, rata rata DFD adalah sebesar 61.55 persen dari total output transportasi. Substitusi impor merupakan bagian dari sumber pertumbuhan sektor transportasi yang mampu mendorong pertumbuhan output sektor transportasi yaitu rata rata sebesar 20.07 persen. Dampak ekspor hanya mencapai 7.38 persen. Disisi lain pengaruh teknologi memberikan dampak efisiensi transportasi di wilayah ROI.
Tabel 31. Sumber Pertumbuhan Sektor Trasnportasi Terhadap Wilayah ROI
Sektor
Konsumsi Konsumsi Konsumsi Investasi Investasi Investasi Perubahan Total Rumah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Swasta stok DFD Tangga Pusat Daerah Pusat Daerah
Transportasi Darat 0,7962 0,1128 0,1943 0,1045 Transportasi laut 0,4415 0,1394 0,0897 0,0302 Transportasi Udara 0,9144 0,0929 0,1572 0,0535 Total 2,1521 0,1150 0,1471 0,0627 Sumber: IRIO Tahun 2000-2005 (diolah)
-0,0090 0,0003 0,0037 -0,0017
0,3103 0,0805 0,0389 0,1432
0,0002 0,0247 0,0007 0,0085
1,5094 0,8062 1,2612 1,1923
%
Sumatera TC
EE
Jawa-Bali
Kalimantan
Sulawesi
IS
Total Direct Indirect Direct Indirect Direct Indirect Direct Indirect
-0,6029 -0,3233 -0,0221 -0,3161
0,2383 0,0935 0,1160 0,1493
0,7866 0,2381 0,2447 0,4232
0,1109 0,0244 0,0150 0,0501
0,2389 0,0528 0,0316 0,1078
0,1778 0,0839 0,1170 0,1262
0,3549 0,1643 0,2777 0,2657
0,0093 0,0030 -0,0030 0,0031
0,0205 0,0069 -0,0055 0,0073
0,0031 0,0015 0,0011 0,0019
0,0072 0,0034 0,0023 0,0043
%
Tabel 31. Lanjutan Sektor Transportasi Darat Transportasi laut Transportasi Udara Rata-rata
Konsumsi Konsumsi Konsumsi Investasi Investasi Investasi Perubahan Rumah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Swasta stok Tangga Pusat Daerah Pusat Daerah 27,90 38,24 44,91 37,02
2,8540 1,1548 2,0359 2,0149
3,95 12,07 4,56 6,86
6,81 7,77 7,72 7,43
3,66 2,61 2,63 2,97
-0,32 0,03 0,18 -0,03
10,87 6,97 1,91 6,58
0,01 2,14 0,03 0,73
Total DFD 52,89 69,82 61,95 61,55
Sumatera TC
EE
Jawa-Bali
Kalimantan
Sulawesi
IS
Total Direct Indirect Direct Indirect Direct Indirect Direct Indirect
-21,13 -28,00 -1,09 -16,74
8,35 8,09 5,70 7,38
27,56 20,62 12,02 20,07
3,89 2,11 0,74 2,24
8,37 4,58 1,55 4,83
6,23 7,26 5,75 6,41
12,44 14,23 13,64 13,44
0,33 0,26 -0,15 0,15
0,72 0,59 -0,27 0,35
0,11 0,13 0,05 0,10
0,25 100,00 0,29 100,00 0,11 100,00 0,22 100,00
Sumber: IRIO Tahun 2000-2005 (diolah)
177
178
179
VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Sebagai penutup dari disertasi ini, berikut disampaikan hasil temuan penelitian berupa kesimpulan dan saran yang mengacu pada permasalahan dan tujuan penelitian yang dibahas pada bagian sebelumnya.
7.1. Kesimpulan 1.
Penggunaan metoda extended decomposition structural analysis dapat mengidentifikasi sumber sumber pertumbuhan pada perubahan struktur perekonomian wilayah di Indonesia. Sumber sumber pertumbuhan tersebut adalah Domestic Final Demand (DFD), Ekspansi Eksport (EE), Substitusi Import (IS), dan Coefficient Technology (TC). Selain itu penggunaan metode tersebut memperlihatkan besarnya pengaruh langsung dan tidak langsung dari satu wilayah terhadap wilayah lainnya.
2.
Domestic Final Demand (DFD) merupakan sumber pertumbuhan yang paling dominan dalam mempengaruhi perubahan struktur pada sektor transportasi pada suatu wilayah. Salah satu komponen dalam DFD yang mempunyai nilai terbesar adalah konsumsi rumah tangga. DFD yang terbesar adalah di sektor transportasi darat di wilayah Jawa-Bali kemudian diikuti oleh Wilayah Sulawesi, Sumatera, ROI dan Kalimantan. Besarnya DFD di Jawa-Bali tersebut tidak terlepas dari besarnya kontribusi konsumsi rumah tangga di Jawa-Bali. Jumlah penduduk yang besar di Jawa-Bali mengindikasikan bahwa transportasi darat masih merupakan kebutuhan utama sektor transportasi di wilayah ini.
180
3.
DFD pada sektor transportasi laut yang terbesar adalah di wilayah Kalimantan, kemudian diikuti oleh Sulawesi, ROI, Jawa-Bali dan Sumatera. DFD sektor transportasi udara yang terbesar adalah wilayah Sulawesi, diikuti Sumatera, ROI, Jawa-Bali dan Kalimantan. Permintaan pada tranportasi udara di Sulawesi meningkat karena Sulawesi Selatan (khususnya Makasar) merupakan pintu masuk (hub) untuk wilayah Indonesia Timur
4.
Ekspansi ekspor (EE), merupakan sumber pertumbuhan yang terbesar (dominan) setelah DFD. Pada sektor transportasi darat, EE yang terbesar adalah di wilayah Sumatera. Hal ini dapat terjadi karena ekspor dari wilayah Sumatera pada umumnya adalah produksi sumber daya alam seperti pertambangan dan kehutanan. Demikian juga di wilayah Kalimantan, permintaan sektor transportasi laut sangat besar dalam ekspansi ekspor. Import substitusi, pada umumnya terjadi peningkatan pada semua wilayah. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian produk yang selama ini di impor sudah dapat digantikan dengan produksi dari dalam wilayah itu sendiri. Terkait dengan perubahan teknologi (TC), dapat diindikasikan bahwa di wilayah ROI, terjadi penurunan proporsi input terhadap total demand pada sektor transportasi sebagai akibat adanya perubahan teknologi.
5.
Setiap wilayah di Indonesia mempunyai keterkaitan antara satu dengan lainnya. Hal ini dapat diindikasikan bahwa sektor transportasi di wilayah Jawa-Bali masih dominan terhadap wilayah lainnya di Indonesia baik dampak langsung maupun tidak langsung. Wilayah Jawa-Bali juga memberikan dampak limpahan (spillover effect) maupun dampak balik (feedback effect) yang terbesar terhadap wilayah wilayah lainnya. Terjadi sedikit perubahan
181
dimana pada tahun 2000 dimana dampak balik yang terbesar dari sektor transportasi di Jawa-Bali, adalah ke wilayah Kalimantan, namun pada tahun 2005, untuk sektor transportasi darat dan laut, dampak balik yang terbesar adalah ke wilayah Sumatera dan untuk transportasi udara dampak balik terbesar masih ke wilayah Kalimantan. Dari keterkaitan ini maka wilayah Jawa_Bali masih dominan pengaruhnya terhadap wilayah lainnya dan masih terjadinya dampak backwash yang besar dari wilayah Jawa-Bali tersebut. 6.
Kondisi sektor transportasi secara umum mempunyai keterkaitan kebelakang (backward linkage) yang lebih besar dari satu satuan unit. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan output sektor transportasi akan meningkatkan permintaan input sektor transportasi itu sendiri. Input sektor transportasi akan menyebabkan permintaan output sektor lainnya, yang berarti bahwa harus ada peningkatan input sektor lain tersebut. Peningkatan output sektor lain tersebut pada gilirannya akan meningkatkan permintaan input sektor transportasi sendiri. Dengan demikian akan terjadi keterkaitan antara sektor transportasi dengan sektor lainnya baik dalam satu wilayah maupun dengan wilayah lainnya.
7.
Sektor transportasi juga berperan terhadap terjadinya disparitas di setiap wilayah. Hal ini dapat ditunjukkan melalui penurunan koefisien variasi di setiap sektor transportasi. Transportasi darat berperan terhadap penurunan disparitas di wilayah Kalimantan, sedangkan transportasi laut berperan terhadap berkurangnya disparitas di wilayah Jawa-Bali dan Kalimantan. Transportasi udara berperan terhadap berkurangnya disparitas di Jawa-Bali, Kalimantan dan Sulawesi. Sedangkan untuk wilayah ROI, masih terjadinya
182
peningkatan disparitas di wilayah tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa, wilayah ROI masih mempunyai ketergantungan yang besar terhadap wilayah lainnya. 7.2. Saran Beberapa hal yang disarankan dalam penelitian ini adalah: 1.
Disparitas yang terjadi di Indonesia, dapat dikatakan sebagai disparitas antara wilayah Jawa-Bali dengan wilayah lainnya. Oleh sebab itu kebijakan pemerintah dalam pembangunan sektor transportasi harus lebih mendukung wilayah di luar Jawa-Bali, terutama terkait dengan aksesibilitas ke pusat produksi.
2.
Mengingat penduduk wilayah Jawa-Bali yang tinggi, maka kebutuhan akan transportasi juga semakin tinggi. Dengan demikian efisiensi diperlukan dalam meningkatkan output diwilayah tersebut. Oleh sebab itu peran pemerintah dalam menunjang sebaran sektor transportasi menjadi penting. Salah satu kebijakan di sektor transportasi untuk wilayah Jawa-Bali, sebaiknya lebih ditekankan pada kerjasama pemerintah dan swasta (Public Private Partnership). Dengan demikian dana pemerintah dapat dialihkan ke wilayah yang terpencil atau belum berkembang Kebijakan tersebut akan mendorong terciptanya peningkatan output sektor transportasi serta berdampak pada peningkatan investasi di wilayah terpencil tersebut.
3.
Keterhubungan (connectivity) satu tempat dengan tempat lainnya merupakan prasyarat peningkatan kapasitas produksi suatu daerah dan merupakan perekat dalam rangka negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Disisi lain mengurangi intensitas konsentrasi penduduk, alokasi sumber daya dan
183
kegiatan ekonomi di wilayah Jawa-Bali bukanlah sesuatu yang dapat dilakukan dalam jangka pendek. Oleh sebab itu pemerintah harus lebih memperhatikan kepada peningkatan kapasitas produksi, daya tampung, dan alokasi sumber daya nasional ke luar Jawa-Bali. Sebagai dukungan terhadap peningkatan
tersebut
maka
perlu
dukungan
pemerintah
terhadap
pembangunan infrastruktur transportasi. 4.
Perlu diberikan insentif kepada operator sektor transportasi melalui kebijakan fiskal berupa subsidi tarif agar pembangunan didaerah tersebut menjadi terjaga. Selain itu untuk wilayah dengan kondisi geografi yang luas dan sebaran penduduk yang tidak merata seperti ROI, maka dukungan infrastruktur transportasi harus dipercepat. Percepatan tersebut sudah harus mempertimbangkan faktor antar moda, agar didapat sistem transportasi yang efisien.
5.
Mengurangi dampak menghisap (backwash efect) yang berakibat negatif pada suatu wilayah dengan melakukan injeksi atau perbaikan terhadap infrastruktur, investasi, institusi dan sumber daya manusia agar disparitas antar daerah dapat dikurangi.
6.
Model IRIO mempunyai keterbatasan karena tidak dapat memprediksi /proyeksi kedepan. Oleh sebab itu proyeksi tidak dilakukan dalam studi ini. Namun demikian perlu dilengkapi dengan tabel IRIO 2010 yang sampai dengan penelitian ini dilakukan belum tersedia. Kemudian dilakukan penelitian kembali untuk melengkapi perubahan struktur periode 2005 dan 2010.
184
7.
Perlu segera dilakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan sumber sumber pertumbuhan. Penelitian lebih lanjut tersebut, dengan menggunakan propinsi sebagai unit analisis, baik dengan menggunakan metoda lain maupun sejenis.
185
DAFTAR PUSTAKA
Achyar, N., M. Sonis, and G. J. D Hewing. 2004. Structural Changes in The Indonesian Economy: A Network Complication Approach. Discussion Papers REAL 04-T-1, University of Illinois, Urbana-Campaign. Adisasmita, R. 2005. Dasar Dasar Ekonomi Wilayah. Graha Ilmu, Yogyakarta. Akita, T.1999.The Role of the Kanto Region in the Growth of Japanese Regional Economies 1965-1985: An Extended Growth Factor Decomposition Analysis. In Understanding and Interpreting Economic Structure, edited by G.J.D. Hewing, M.Sonis, M. Madden dan Y.Kitamura, 155-166, Gerlin/Heidelberg. Springer-Verlag. Akita, T. and A. Hermawan.2000. The Source of Industrial Growth in Indonesia, 1985-95: An Input-Output Analysis. ASEAN Economic Bulletin, 17(3): 270-284. Akita, T. 2002. Interreginal Interdependence and Regional Economic Growth: An Interregional Input-Output Analysis of The Kyushu Region. RURDS, 14(1): 18-40 Akita, T and C.T.T. Hau. 2006. Inter-sectoral Interdependence and Growth in Vietnam: A Comparative Analysis with Indonesia and Malaya. Economic Development and Policy Series EDP06-1, Manila. BPS. 2000a. Kerangka Teori dan Analisis: Tabel Input-Output. Badan Pusat Statistik, Jakarta. BPS. 2000b. Teknik Penyusunan Tabel Input Output. Badan Pusat Statistik, Jakarta. BPS. 2007. Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Propinsi di Indonesia menurut lapangan usaha. Badan Pusat Statistik, Jakarta. Bappenas and JICA. 2004. The Study on Integrated Transportation Masterplan for Jabodetabek (phase II). Final Report, vol.2, Pacific Consultant Indonesia, Jakarta. Bappenas. 2007.Pengembangan Ekonomi Daerah dan Sinergi Kebijakan Investasi Pusat–Daerah. Kementerian Negara Pembangunan Nasional, Jakarta. Banister, D. and J. Berechman, 2000. Transport Investment and Economic Development. UCL Press, London.
186
Behrens, K , C.Gaigne, G.I.P.Ottaviano, J.F.Thisse.2007. Countries, Regions and Trade: On The Welfare Impacts of Economic Integration. European Economic Review, 51(5), 1277-1301. Blair, J.P. 1991.Urban and Regional Economics. Irwin Co, Illinois, Urbana. Blum, U.1982. Effect of Transportation Investments on Regional Growth: A Theoritical and Empirical Investigation. Papers of Regional Science Association, 49(15): 169-184. Borts, G.H.1960.The Equalisation of Returns and Regional Economic Growth”, American Economic Review, 50(3): 319-347. Bulmer-Thomas, V.1982. Input-Output Analysis in Developing Countries. Sources, Method and Application. John Wiley and Sons Ltd, Chichester. Burrel, T. and C. Haugen, 2000. Cost-Benefit Analysis Background, Limitation, and Alternatives. School of Engineering and Applied Science, University of Pennsylvania, Philadelpia. Button, K.J. 1993. Transportation Economics. Second Edition. Edwar Elgar, Brookfield. Carbaugh, R.J.2005. International Economic. Tenth Edition. Thomson, Ohio. Campisi, D and A. La. Bella.1987. An Input Output Based Approach to the ShortTerm Evaluation of Transportation Plans. Applied Math.Modelling, 11(2):127 – 132. Chapman, K. and D. Walker.1987. Industrial Location. Principles and Policy. Basil Blackwall, Oxford. Chenery, H.B. 1960. Pattern of Industrial Growth. The American Economic Review, 50(4): 624-654. Chenery, H.B. 1980. Interactions between Industrialization and Export. The American Economic Review, 70 (2): 281-287. Chenery, H.B. and M. Syrquin. 1975. Patterns of Development 1950-1970. Oxford University Press, London. Chenery, H.B. and M.Syrquin.1979. A Comparative Analysis of Industrial Growth. Dalam R.C.O. Mathews (ed).Economic Growth and Resources. Macmillan, New York. Chung, J. H. and Kim, C.G (2000). Analysis Structural Change in the Korean Economy: 1975 – 1995. 13th International Conference on Input-Output Techniques, Maurata.
187
Christaller, W.1933. Central Places in Southern Germany. Gustav Fisher, Jena. Creightney, C.D. 1994. Transport and Economic Performance: Linkages and Implications for Sector Policy. Findings, Africa Region, No.14, The World Bank. Daryanto, A.1999. Structural Change and Determinants of Agriculture’s Relative Decline. Journal of Agriculture and Resource Socio-Economic, 12(3): 7594. Daryanto, A. 2000.Growth and Structural Change in The Indonesian Economy: An Input-Output Perpective. Journal of Agriculture and Resource SocioEconomic, 13(3): 1-20. Daryanto, A. 2003. Disparitas Pembangunan Perkotaan-Perdesaan di Indonesia. AGRIMEDIA, 8 (2): 30-39. Daryanto, A. dan Y. Hafizrianda, 2010. Analysis Input-Output dan Social Accounting Matrix Untuk Pembangunan Ekonomi Daerah. IPB Press, Bogor Departemen Perhubungan, 2005.Sistem Transportasi Nasional (Sistranas). De Vaus, D. 2001. Research Design in Social Research. Sage Publication, London. Deichman, U. 2005. Agglomeration, Transport, and Regional Development in Indonesia. World Bank Policy Research Working Paper 3477, Washington D.C. Direktorat Transportasi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2006,”Kajian Program Pendanaan Sektor Transportasi: Strategi Pendanaan Program Pembangunan Sektor Transportasi”. Tidak Dipublikasikan. Direktorat Transportasi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Jakarta. Fenstra, R.C and A.M.Taylor.2011.Essensial of International Economics. Second edition, Worth Publisher, New York. Firman, A. 2008. Dampak Sektor Transportasi Terhadap Sektor Pertanian dan Peternakan di Indonesia. Journal Sosiohumaniora, 10(2): 81-92. Forkenbrock, D.J.1990. Putting Transportation and Economic Development in Perspective. Transportation Research Record, (1274): 3-9. Fukuishi, H. 2010.Input-Output Analysis for Transportation Economy and Logistics. Case in Thailand: Foundations and Extentionss. Lambert Academic Publishing, Saarbrucken.
188
Greenhunt, M.1956. Plant Location in Theory and Practice. University of North Carolina Press, Chapel Hill. Gregory , D.I. and Bumb, B.L. 2006. Factor Affecting Supply of Fertilizer in Sub. Sahara Africa. Agriculture and Rural Development Discussion Paper 24. World Bank, Washington. D.C. Guo, J. and M.A. Planting. 2000.Using Input Output Analysis to Meaure U.S. Economic Structural Change Over a 24 Year Period. Working Paper, WP2000-01, Bureau of Economic Analysis, U.S. Department of Commerce. Washington. D.C. Hady, Hamdy.1998.Ekonomi Internasional. Buku Kesatu, Ghalia Indonesia, Jakarta. Haddad, E.A.2002. Regional Effect of Economic Integration: the Case of Brazil. Journal of Policy Modeling, 24: 453-452. Haddad, E.A., and G.J.D., Hewings, 1998.Transportation Costs and Regional Development: An Interregional CGE Analysis. Paper on 38th European Congress of the Regional Science Assocoation, Vienna. Haddad, E.A., Domingues, E.P and Perrobelli, F.S, 2002.Regional effect of economic integration: the case of Brazil. Journal of Policy Modelling, 24; 453-482. Halwani, H.R. 2005. Ekonomi Internasional dan Gobalisasi Ekonomi. Edisi Kedua, Ghalia Indonesia, Jakarta. Han, X and Fang, B. 1998. Measuring Transportation in the U.S. Economy. Journal of Transportation and Statistic, 4 (1): 93-102. Hayashi, M (2005). Structural Changes in Indonesian Industry and Trade: An Input-Ouput Analysis. The Developing Economies, 43(1): 39-71. Hayami. 2001. Development Economic. Second edition, Oxford University Press, Oxford UK. Hess, P and Ross, C. 1997. Economic Development. Theories, Evidence and Policies. The DRYDEN PRESS, Forth Worth. Hewing G.J.D. M. Sonis, J. Guo, P.R. Israilevich and G.R. Schindler .1998a. The Hollowing Out Process in The Chicago Economy, 1975-2015. Geographical Analysis. 30: 217-233. Hewing G.J.D. , P.R. Israilevich, Y. Okuyama, D.K. Anderson, G.R. Schelinder, M. Roulkes and M. Sonis. 1998b. Return to scope , return to trade and the structure of spatial interaction in the US Midwest. Discussion Paper 98-P3, REAL, University of Illinois, Urbana.
189
Holland, D.W. dan Martin R.P.1993.Output Change in U.S. Agriculture: An Input-Output Analysis. Journal Agriculture and Applied Economy, 25(2). 69-91. Hoyle.B.S. 1973. Transport and Development. Macmillan, London. Hulu, E. 1990. Model Input-Output: Teori dan Aplikasinya. Pusat Antar Universitas– Studi Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Isard, W. 1956. Location and Space-economy. MIT Press, Cambridge. Isard, W., I. Azis, M. Drennan, R. Miller, S. Soetzman and E. Thorbecke. 1998. Method of Interregional and Regional Analysis. Ashgate publishing Company, Brookfield. Ishiguro, K.2003. Development of Multi-regional Computable General Equilibrium Model Taking Account of Ocean Carrires Behaviour and Scale Economy. Journal of Eastern Asia Society for Transportation Studies, 5: 2733-2742. Jhingan, M.L.1983. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Johansson, B.1993. Infrastructure, Acessibility and Economic Growth. International Journal of Transportation Economics, 20(2): 131-156. Kawaz, AA. dan J.Qasem,2003.Sources of Structural Change Within an InputOutput Analysis Framework: The Case of Kuwait 1983-1995. Economic Research Forum for The Arab Countries, Iran and Turkey, Cairo. Kilkenny, M. 1995. Transport Cost and Rural Development, Centre for Agriculture and Rural Development, Iowa State University, Working Paper 95-WP133, Ames. Korea Expressway Corporation dan Seoyong Engineering Co.Ltd .2007. Feasibility Study on the Gorontalo-Djalaludin Airport Road Construction Project. Final Report, Jakarta. Koutsoyiannis, A. 1982. Modern Microeconomics. The Macmillan Press Ltd, Hong Kong. Kuncoro, M. 2002. Analisis Spasial dan Regional. Studi Aglomerasi dan Kluster Industri Indonesia. UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Kuncoro, M. 2012. Perencanaan Daerah. Bagaimana Membangun Ekonomi Lokal, Kota, dan Kawasan?. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
190
Kuznets, S.1959.On Comparative Study of Economic Structure and Growth of Nations, dalam National Bureau of Economic Research. The Comparative Study of Economic Growth and Structure. NBER, New York. Koutsoyiannis. 1982. HongKong.
Modern
Microeconomics.
The
Macmillan
Press,
Lakshmana, T.R. 1989. Infrastructure and Economic Transformation. Advances in Spatial theory and dynamics, edited by Anderson, A, D.F. Botten, B. Johanssen and P. Nijkamp, North-Holland, Amsterdam. Leinbach, T.R. 1995. Transport and Third World Development: Review, Issues, and Prescription. Transport Research A, 29A(5): 337-344. Losch, A. 1954. The Economic of Location. Yale University Press, New Heaven. Mahayni, R.G. 1977. Reorienting Transportation Planning Rationale in Developing Countries. Traffic Quarterly, 31(1): 351-365. Malecki, E.J. 1991. Technology and Economic Development. Longman Pub. Group, London. Martin, P and C.A.Rogers.1995.Industrial location and public infrastructure. Journal of International Economics, 39(3), 335-351. Meier, G.M. 1995. Leading Issues in Economic Development. Six Edition, Oxford University Press, New York. Miyazawa, K. 1976. Input-Output Analysis and Structure of Income Distribution, Springer-Verlag, Heidelberg. Miller, R.E. 1969. Interregional feedback in input-output models: some experimental results. Western Economic Journal, 7: 57-70. Mohammadi, N and Bazzazan, F (2007). Source of Economic Growth and InputOutput Structural Decomposition Analysis: The case of Iran. 16th International Conference on Input-Output Techniques, Istanbul. Muchdie. 1998a. Pemodelan Struktur Ruang Ekonomi Indonesia: Penerapan Prosedur GIRIOT untuk Menyusun Tabel Input-Output Antardaerah. Ekonomi dan Keuangan Indonesia, 46(3): 279-305. Muchdie.1998b. Teknik Hibrida dalam Penyusunan Tabel I-O Antardaerah: Sebuah Prosedur untuk Ekonomi Kepulauan. Ekonomi dan Keuangan Indonesia, 46(1): 117-145. Moses, L.N. 1955. The Stability of Interregional Trading Pattern and Input-Output Analysis. American Economic Review, 45(5): 803-832.
191
Nazara, S. 2005. Analisis Input Output. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, edisi ke 2, Jakarta. Parikesit, D and M.L.O. Magribi. 2005. Development of dynamic model for investigating the interaction between rural transport and development: A Case of southeast Sulawesi, Indonesia. Journal of Eastern Asia Society for Transportation Studies, 6: 2747-2761. Pawson, E. 1979. Transport and Development: Perspectives from Historical Geography. International Journal of Transport Economics, 6: 125-137. Persyn, D and K, Algoed. 2011. The Effect of Interregional Redistribution on Regional Growth and Convergence. VIVES, Faculty of Economics and Business, K.U.Leuven. Puga, D.2002.European Regional Policies in Light of Recent Location Theories. Journal of Economic Geography 2(4), 373-406. Raa. 2005. The Economics of Input-Output Analysis. University Press, Cambridge. Republik Indonesia, 2011. Maspterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025. Kemenko Perekonomian dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Richardson, H.W 2001. Dasar Dasar Ilmu Ekonomi Regional. Terjemahan oleh P. Sitohang, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Rodrique,J.P, C. Comtois and B. Slack. 2006. The Geography of Transport Systems. Routlege, London. Samadhana, I. 1999. Identifikasi Pergeseran Sektor Kunci Menggunakan TabelInput Nasional, Tahun 1985 & 1995. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta. Simon, D. 1996. Transport and Development in third World. Routledge, London. Savona, M and A. Lorentz. 2006. Demand and Technology Contribution to Structural Change and Tertiation: An Input-Output Structural Decomposition Analysis. LEM, Sant Anna School of Advanced Studies, Genoa. Sonis. 1995. Linkages, Key Sectors, and Structural Change: Some New Perspectives. The Developing Economics, 33(3): 233-270. Soetrisno P.H. 1992. Kapita Selekta Ekonomi Indonesia. Andi Offset, Yogyakarta.
192
Suman, A dan J.R. Joesoef. 2006. Dualisme dalam sektor manufaktur Indonesia: Sebuah uji hipotesis dengan analisa input-output. Journal Manajemen dan Kewirausahaan, 8(1): 51-59. Tambunan, T.T.H . 2009. Perekonomian Indonesia. Ghalia Indonesia. Bogor. Tambunan, T.T.H. 2001. Perekonomian Indonesia. Teori dan Temuan Empiris. Ghalia Indonesia, Jakarta. Thakur, S.K.2011. Fundamental Economic Structure and Structural Change in Regional Economies: A methodological approach. Region et Developpement, 33:9-38. Uppal, J.S. and B.S. Handoko. 1986. Regional Income Disparities. Ekonomi dan Keuangan Indonesia, 34(3): 287-304. Verschuren, P. and H. Dooreward. 1999. Designing a Research Project, Uitgeverij LEMMA BV, Utrecht. Webber, M.J. 1984.Industrial Location. Sage Publications, Beverly Hills. West, G.R and R.C. Jensen. 1980. Some reflections on Input-Output Multipliers. Annals of Regional Science, 14 (2): 77-89. West, G.R and R.P.C. Brown. 2003. Structural Change, Intersectoral Linkage and Hollowing out in the Taiwanese Economy, 1976-1994. School of Economic, The University of Queensland, Brisbane. World Bank. 2008. Agriculture for Development. World Development Report, Washington D.C. Yamakawa, A. and P. Peters G. 2011. Structural Decomposition Analysis of Greenhouse Gas Emissions in Norway 1990-2002. Economic Systems Research, 23(3): 303-318. Zakariah, A.R. and Ahmad, E.E.1999. Source of Industrial Growth Using the Factor Decomposition Approach: Malaysia, 1978-87. The Developing Economies, 37(2):162-196.
193
LAMPIRAN
194
Lampiran 1. Tabel Interregional Input Output Antar Pulau Indonesia 2000 Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen PERMINTAAN ANTARA
OUTPUT
Sumatera 1
INPUT PRIMER
Jumlah Input Antara
KALIMANTAN Rest of Indonesia
Sulawesi
INPUT ANTARA
Jawa Bali
Sumatera
INPUT 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2
3
6.589.378
37.288
4
5
6
7
8
9
10
11
39.391.582
0
2.146.579
1.670.856
4.339
150.419
0
0
1.264.430
12
4.325
268.623
583.398
11.547.587
3.634.040
2.210.775
3.707.627
1.052.360
719.761
298.688
20.572
11.516
100.770
7.228.434
595.968
32.328.928
180.641
7.330.776
5.583.890
657.856 1.311.788
61.778
47.773
227.579
2.050.060
176.934
75.400
1.317.130
561.037
53.743
1.328.835
102.795
82.455
32.515
57.294
113.928
285.732
995.097
623.598
345.198
165.669
130.215
1.953.406
169.673
191.416
88.999
198.526
674.056
492.674
3.154.153
669.192
17.455.695
454.427
5.170.648
2.408.689
1.071.103
681.297
218.627
61.733
177.463
655.429
464.793
364.016
1.084.030
85.555
351.528
2.658.901
265.128
43.926
8.813
20.644
119.654
51.566
83.047
196.965
649.473
69.386
201.574
1.548.468
177.650
151.897
2.199
10.892
15.303
26.327
25.859
37.250
70.656
4.853
16.984
268.220
24.348
65.631
230.187
10.553
16.040
11.656
43.131
78.917
437.150
9.218
61.789
620.059
105.134
88.807
52.970
92.574
79.761
108.467
210.739
334.066
873.544
48.919
213.955
2.646.128
200.353
86.892
95.985
49.182
398.106
188.527
374.943
365.206
1.231.664
58.071
321.298
2.082.789
937.680
799.902
443.642
60.876
211.369
732.120
11.464
8
100.398
0
1.411
2.374
3
106
0
0
123
19.056
2.142.967
435.974
56.548
364.821
37.472
40.916
26.714
9.486
642
516
5.469
797.513
344.220
5.686.971
20.640
1.543.967
566.608
64.841
129.108
14.681
6.837
20.404
189.214
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
396
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
110.953
51.906
549.047
14.691
191.959
111.182
42.588
18.341
18.782
4.016
8.807
23.429
13.341
9.749
38.583
1.616
8.934
81.925
7.458
892
312
581
2.664
1.743
3.215
17.445
463
1.861
4.224
18.744
2.699
68
845
5.599
2.890
124
743
15.054
668
2.765
4.089
330
655
690
4.424
14.610
48.674
1.230
7.455
77.173
12.982
2.672
11.282
5.459
12.481
159
10.392
257
15.757
669
26.934
46.501
94.217
4.130
23.680
259.200
21.718
13.480
12.266
4.332
34.479
20.669
30.477
47.526
84.757
3.440
19.755
151.515
85.077
50.154
40.993
28.775
4.860
16.222
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
126
195
182
211
475
190
383
200
135
4
7
90
2.273
34
12.623
72
3.362
8.641
74
122
24
89
125
781
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
19.768
5.476
100.028
2.962
37.285
11.468
6.226
3.613
1.162
266
834
3.495
2.063
1.542
5.603
265
1.315
12.011
1.118
141
39
92
406
259
1.582
2.775
14.610
393
3.327
17.255
2.414
2.386
46
147
240
587
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
340
601
1.137
53
297
3.333
277
174
159
56
447
263
39
57
106
4
25
195
110
66
37
6
21
53
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3.631
21
30.582
0
26.269
12.085
25
9.127
545
2
851
5.470
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
9.349
2.419
47.504
1.409
17.740
5.170
2.878
1.712
462
111
368
1.633
1.220
904
3.309
156
777
7.110
663
84
23
55
241
153
225
394
2.086
56
473
2.465
345
342
7
21
34
84
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
58
102
193
9
51
567
47
30
27
10
76
45
91
132
246
10
57
453
256
154
85
15
50
123
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
64
0
387
0
0
209
0
163
10
0
15
97
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5.356
1.439
27.165
805
10.131
3.036
1.669
980
291
68
218
941
279
206
756
35
177
1.645
151
19
5
12
55
35
26
46
245
7
56
290
41
40
1
2
4
10
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
4
7
0
2
21
2
1
1
0
3
50
30
17
3
10
24
615.802 2.024.820
4.795.119
2
18
26
48
2
11
89
18.848.853
12.318.805
94.383.523
2.959.496
16.961.890
23.004.818
Domestik
2.144.434
5.289.320
11.741.341
998.384
5.013.607
2.225.263
Impor
2.140.277
2.099.732
10.126.359
575.628
5.035.476
4.154.176
Jumlah
23.133.565
19.707.856
116.251.224
4.533.509
27.010.973
29.384.257
12.960.554
7.635.773
14.059.479
480.355
5.053.119
8.704.524
44.608.185
64.919.360
32.978.075
775.135
4.374.747
26.246.210
1.450.599
2.187.269
3.853.924
318.694
698.911
2.883.022
747.313
352.980
92.791
445.050
466.239
1.759.560
583.991
2.740.615
2.187.537
49.997
418.238
2.087.273
147.276
37.378
8.379
23.456
187.365
310.537
0
0
-778.522
0
0
0
0
0
0
0
0
0
59.603.329
77.483.016
52.300.493
1.624.181
10.545.015
39.921.030
486.002 2.318.559 7.375.175
26.488.769
82.736.894
97.190.873
168.551.716
6.157.690
37.555.988
69.305.287
13.077.021 8.511.008 2.666.045 3.082.129 9.858.542
32.730.054
Lokal
Upah Gaji Surplus Usaha Penyusutan Pajak Tak Langsung Subsidi Jumlah Jumlah Input
4.692.415 4.150.762 1.427.272 498.352
204.124
50.017
122.802
2.000.010 1.478.934
583.727
548.647
97.752
335.745
956.161
7.276.153 6.128.048 2.180.043
763.571 2.483.366
6.241.284
1.564.154
675.357 1.925.288
18.607.955
251.642 1.174.696 4.796.283
5.810.718
618.162
3.342.126 1.374.440
5.800.868 2.382.960
133.190
490.005
195
Lampiran 1. Lanjutan PERMINTAAN ANTARA
OUTPUT
Jawa Bali 1
INPUT PRIMER
Jumlah Input Antara
KALIMANTAN Rest of Indonesia
Sulawesi
INPUT ANTARA
Jawa Bali
Sumatera
INPUT 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
11.541
5.225
206.467
0
58.233
60.285
1
114
1
0
0
2.767
15.138
9.263
440.043
148.942
223.822
122.639
109.915
46.199
32.239
2.178
4.117
119.611
218.013
27.991
1.711.889
20.852
493.337
543.681
10.174
21.635
5.681
811
16.647
111.617
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
32.309
10.019
971.686
22.453
416.146
186.355
20.671
6.412
10.606
2.166
20.212
101.283
9.225
5.704
209.292
5.633
31.578
110.014
7.337
3.180
1.040
670
3.013
17.019
2.436
11.903
218.810
2.065
27.190
66.738
7.941
14.936
1.168
5.449
417
14.527
746
7.392
67.884
5.631
12.402
50.179
493
686
17.034
2.746
13.524
45.063
470
2.331
40.619
4.647
31.184
43.027
1.294
1.457
1.244
10.595
6.886
20.907
6.833
6.226
69.062
4.355
25.262
75.041
3.643
2.925
2.649
1.671
33.845
15.427
4.686
174.661
10.613
72.281
143.425
26.551
14.229
8.798
4.470
19.390
80.546
5.835.662
51.426
55.774.335
0
356.248
9.010.127
1.653
37.513
844
0
2
592.312
212.291
3.670.851
3.265.196
1.931.198
4.659.165
1.304.087
1.138.108
579.947
383.942
18.208
16.370
497.933
8.825.798
617.087
186.689.014
1.736.985
23.852.772
27.713.709
1.330.446
1.218.399
1.503.616
143.542
644.005
11.084.245
38.930
26.032
4.779.743
1.382.409
45.268
36.000
34.773
63.833
166.857
1.359.078
1.045.782
1.273.111
3.559.523
1.071.141
3.345.433
8.533.041
598.341
310.907
55.229
1.866.625
1.345.976
18.146.026
1.964.010
668.019
60.796.318
1.730.244
24.710.366
17.625.114
1.793.843
455.070
3.107.125
203.401
1.590.910
7.533.857
214.724
149.821
5.389.696
118.575
909.934
3.043.128
248.531
66.433
28.830
37.722
96.547
496.757
40.219
133.036
2.251.979
24.753
292.252
677.917
78.676
159.133
14.406
59.421
4.288
68.203
144.803
1.678.161
86.452
224.312
1.199.261
11.963
22.577
4.536.827
73.152
202.502
649.763
22.245
111.150
2.712.658
269.016
1.963.730
3.539.195
104.629
91.908
59.086
1.091.774
813.517
2.109.046
362.296
558.237
6.026.785
391.214
3.174.872
7.897.128
447.917
299.732
271.988
166.124
4.135.023
5.983.382
670.797
22.017.184
1.400.112
4.147.022
2.028.348
1.332.442
698.900
3.032.422
12.475.686
1.811.939
963.563
2.869.304
52.822
195.942
10.422.312
20.222.301
39.899
16.979
572.937
0
22.904
146.437
20
691
20
0
0
7.576
72.896
3.072.797
4.714.073
681.387
1.590.856
628.106
603.432
173.566
93.877
8.018
10.797
349.702
19.595
5.003
348.378
6.568
111.905
76.277
8.970
6.214
1.838
872
4.217
42.693
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
22.997
4.955
601.121
10.888
230.399
81.215
15.301
3.026
5.686
1.273
6.006
40.800
4.205
2.747
74.141
2.499
14.055
48.629
3.754
1.515
419
423
1.230
7.500
3.207
13.370
158.389
1.316
17.286
60.881
9.156
11.164
573
4.597
300
11.081
6
6.492
30.606
916
17.247
23.142
347
105
706
2.510
22.446
70.901
1
6
2.272
37
377
3.500
52
84
3
1.398
1.134
2.747
1.207
1.182
11.001
383
4.722
13.521
859
515
446
303
6.115
9.465
1.456
49
2.545
529
1.868
7.392
3.345
1.731
6.091
136
700
2.486
26.365
1.255
162.245
0
168
81.461
0
196
5
0
0
1.101
0
817
6.349
102
16.824
0
0
0
0
0
0
0
56.737
13.728
877.907
6.024
321.106
290.696
420
2.673
976
239
1.100
10.959
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
10.934
2.288
284.741
4.954
109.620
36.285
7.124
1.425
2.256
587
2.530
18.834
2.475
1.619
43.640
1.474
8.297
28.697
2.224
893
248
249
727
4.422
456
1.900
22.501
188
2.465
8.668
1.316
1.587
81
653
43
1.579
2
1.995
9.408
282
5.302
7.114
107
32
217
771
6.900
21.795
0
0
133
2
22
205
3
5
0
82
67
161
205
201
1.871
65
803
2.299
146
88
76
51
1.040
1.609
137
80
318
1.416
2.961
513
227
22.120
377
745
150.096
0
281
48.856
10
312
8
0
0
3.379
222
4.177
102
2.498.864
3.568
421.714
223
2.420.250
1.993
3.815
673
460
31
82
85.652
1.422
14.487
2.289
158.553
1.505
20.392
60.828
145
724
227
60
256
4.645
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
6.243
1.325
163.115
2.898
62.549
21.407
4.109
818
1.419
340
1.538
10.911
584
383
10.331
356
2.001
6.797
515
207
58
60
174
1.052
54
223
2.647
22
290
1.020
155
187
10
77
5
186
3
2.892
13.635
408
7.684
10.310
155
47
315
1.118
10.000
31.587
3
1.156
19
192
1.780
26
43
2
1.397
711
577
8
8
70
2
30
86
5
3
3
2
39
74
20
702
44
279
583
101
45
27
16
63
280
16.810.872
6.966.430
308.641.418
9.298.566
64.849.003
91.750.691
8.924.792
4.236.612 11.392.744
57.195.318
Domestik
4.250.179
4.358.229
61.336.579
2.213.529
16.408.982
14.986.152
1.875.749
861.861
851.897
241.504
852.129
5.240.853
Impor
3.721.284
6.740.807
88.020.040
3.621.945
20.728.528
18.791.715
4.028.287
2.039.582
3.133.582
316.602
1.400.343
10.250.068
Jumlah
24.782.335
18.065.466
457.998.038
7.666.117 14.659.338
4.794.717 13.645.217
72.686.239
29.868.674 4.746.804 Upah Gaji 66.587.752 32.581.904 Surplus Usaha 2.466.725 3.404.937 Penyusutan 2.079.597 256.005 Pajak Tak Langsung 0 0 Subsidi 101.002.748 40.989.649 Jumlah 125.785.083 59.055.115 Jumlah Input
80.804.353
1.830.825
25.014.583
42.347.805
2.765.365
1.012.383
878.919
4.706.292 17.300.779
73.106.912
128.536.199
2.554.684
27.395.129
92.393.970
6.051.962
1.374.860
862.377
6.781.769 25.935.771
69.891.967
23.689.810
1.465.035
2.081.357
15.778.592
1.850.567
542.768
1.221.485
2.600.258
2.316.821
10.255.493
26.655.819
301.677
1.419.720
10.186.354
318.748
102.941
43.927
299.100
623.296
2.353.325
-72.835
-633.337
0
0
-2.594
0
0
0
0
0
259.613.346
5.518.885
55.910.788
160.706.721 10.984.048
3.032.952
Lokal
1
717.611.384
15.134.041 101.986.513
20.652.926 157.897.300
125.528.558 14.828.829
4.764.675 10.673.858
60
3.006.707 14.387.419 46.176.667 155.607.697
286.235.279 25.812.877 10.699.069 17.666.045 19.182.136 59.821.884 228.293.936
196
Lampiran 1. Lanjutan PERMINTAAN ANTARA
OUTPUT
Kalimantan 1
KALIMANTAN Sulawesi
INPUT ANTARA
Jawa Bali
Sumatera
INPUT
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
289
0
789
0
4
94
0
6
0
0
0
3
1.204
3.525
752
887
657
3.221
3.030
7.966
3.823
53
10
1.871
7.756
6.658
32.063
191
12.031
8.660
1.994
5.309
1.207
155
136
2.712
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4.315
5.258
25.273
452
6.105
3.980
1.105
2.741
2.099
127
165
2.373
891
2.548
3.198
64
873
1.973
399
151
36
25
52
249
2.085
4.750
5.063
60
1.589
4.455
747
1.691
190
87
30
506
1.076
2.948
2.107
815
563
4.312
268
320
2.435
343
477
710
125
1.363
643
126
132
1.092
497
576
240
459
67
1.018
268
683
93
21
518
620
66
90
51
15
84
54
189
513
259
27
283
645
379
1.541
407
18
17
106
27.392
13
102.815
0
1.433
32.217
295
16.472
0
10.108
145.285
85.680
57.512
178.405
10.392
13.969
30.090
19.305
324
71
10.866
360.703
195.979
901.336
4.637
334.714
368.648
47.862
238.194
39.779
4.405
4.672
108.771
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
54.680
85.102
270.091
4.769
72.772
72.156
12.623
39.000
30.592
1.807
2.093
35.917
8.345
23.099
29.273
605
8.276
18.466
3.791
1.427
341
229
499
2.305
4.946
11.322
12.044
143
3.770
10.576
1.783
4.036
451
206
71
1.202
2.223
6.699
4.986
1.526
1.141
9.528
665
758
4.728
784
1.075
1.454
2.551
27.877
13.156
2.561
2.689
22.329
10.150
11.774
4.902
9.385
1.376
20.823
25.949
66.143
50.170
0
0
1.348
9.059
2.073
60.071
6.410
8.768
4.923
1.495
8.124
5.044
13.696
6.925
717
7.546
17.228
10.122
41.163
10.877
493
444
2.841
1.464.781
6.170
11.542.365
0
718.703
382.704
9.937
81.976
0
0
0
19.370
5.205
174.970
23.726.953
939.808
535.929
1.611.597
719.198
453.255 1.853.608
377.196
3.558
874
86.626
1.001.465
286.858
5.900.054
27.430
1.720.311
1.156.676
347.581
809.922
135.804
36.855
70.830
170.997
27.659
106.994
315.910
87.545
5.609
174.831
11.994
28.149
2.172
16.244
11.313
46.689
138.419
260.395
10.245
19.948
78.795
679.725
51.394
61.473
13.744
42.927
60.196
176.280
597.988
594.371
4.353.617
58.004
966.873
872.603
220.749
622.550
230.182
23.353
33.626
205.170
268.848
492.672
680.651
22.867
249.534
425.904
123.277
39.455
13.413
4.218
18.702
52.964
513.288
552.610
716.233
13.505
346.255
997.832
130.341
325.835
17.615
9.402
6.991
63.442
37.796
141.271
112.591
19.507
19.407
207.215
16.445
17.550
70.423
16.767
23.273
24.966
8.161
80.350
39.512
3.553
7.183
95.550
20.181
30.002
15.533
41.518
4.143
55.648
96.652
159.659
26.738
8.247
227.532
312.138
25.956
21.880
9.239
5.285
39.033
11.707
30.848
120.910
52.217
2.342
53.261
113.699
95.981
467.065
117.134
2.697
2.270
30.279
71.863
99
232.773
0
574
78.698
15
7.431
0
0
0
1.418
967
9.533
1.936
2.971
44.787
0
0
169
0
0
0
0
71.090
918
67.170
136
49.923
56.341
1.805
48.086
4.614
109
469
11.442
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5.515
6.915
26.196
460
7.278
3.843
755
1.934
2.851
143
162
3.603
1.776
5.341
6.559
128
1.664
3.785
762
291
74
49
99
492
729
1.661
1.770
21
556
1.557
261
591
66
30
10
177
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
58
147
20
5
112
134
14
20
11
3
18
12
16
42
21
2
23
53
31
127
34
2
1
9
32.253
210
218.992
0
1.295
72.749
0
5.501
0
0
0
839
24.311
255.250
13.768
75.329
273.892
0
0
1
0
0
0
0
41
9
144
3
45
145
47
110
28
2
2
4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3.145
3.980
14.935
262
4.150
2.249
434
1.126
1.631
82
93
2.058
431
1.298
1.594
31
404
919
185
71
18
12
24
119
86
195
208
2
65
183
31
70
8
4
1
21
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
6
1
0
4
5
1
1
0
0
1
0
3
9
4
0
5
11
7
27
7
0
0
2
Lokal
4.074.235
25.904.801
22.436.517
368.609
4.998.760
5.351.106 1.107.868 2.590.174
742.178
199.593
268.103
916.461
Domestik
1.019.066
1.513.486
4.345.121
586.806
2.074.745
1.658.306
519.726 2.246.919
396.003
24.077
23.492
248.206
652.598
9.810.276
2.090.748
88.843
1.005.528
1.423.950
625.198 1.266.082
742.037
41.877
23.118
737.445
5.745.900
37.228.563
28.872.385 1.044.258
8.079.034
8.433.362 2.252.792 6.103.175 1.880.218
265.547
314.712
1.902.112
Rest of Indonesia Jumlah Input Antara INPUT PRIMER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2
Impor Jumlah
3.697.953 5.025.353 Upah Gaji 15.200.090 57.756.101 Surplus Usaha 607.815 4.927.326 Penyusutan 207.065 2.354.131 Pajak Tak Langsung 0 0 Subsidi 19.712.922 70.062.912 Jumlah 25.458.821 107.291.475 Jumlah Input
3.722.761
120.905
1.387.834
2.411.711
620.596
168.456
116.010
559.432
5.601.753
8.755.118
261.241
1.840.466
8.418.820 1.161.701 1.325.291
147.931
379.913 1.576.034
2.202.589
623.646
54.798
376.296
861.774
486.603 243.647
336.169
67.658
81.198
91.632
395.289
146.869
5.437
177.381
872.749
44.805
27.874
2.777
3.474
46.628
100.531
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
13.248.394
442.380
3.781.977 12.565.054 1.936.756 2.309.930
386.822
580.595 2.273.726
8.300.162
42.120.780 1.486.638 11.861.011 20.998.416 4.189.549 8.413.104 2.267.040
846.143 2.588.439 10.202.273
197
Lampiran 1. Lanjutan PERMINTAAN ANTARA
OUTPUT
Sulawesi 1
INPUT PRIMER
Jumlah Input Antara
KALIMANTAN Rest of Indonesia
Sulawesi
INPUT ANTARA
Jawa Bali
Sumatera
INPUT
Lokal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1.142
0
8.731
0
0
37
0
7
0
0
0
165
125
306
397
456
284
370
176
445
5
3
4
2.330
53
14.430
108
1.955
2.112
15
427
120
4
11
151
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1.657
156
10.668
153
11.937
1.346
3.096
446
556
25
139
165
351
61
607
34
1.100
607
250
97
37
7
22
45
488
89
2.215
51
2.441
1.183
436
1.285
76
99
81
223
110
158
1.724
23
413
1.387
27
35
1.956
42
38
63
44
18
400
54
325
1.754
210
224
121
219
149
224
56
17
94
23
130
529
89
54
46
6
63
24
124
31
198
22
181
371
855
330
371
10
47
185
18.368
5
80.723
0
3.777
3.862
105
595
0
0
0
938
3.008
1.801
7.440
6.343
12.204
4.981
6.270
3.195
5.224
93
70
815
217.948
8.285
576.190
15.080
178.999
107.967
33.737
25.951
5.982
409
1.040
46.989
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
13
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
18.435
2.425
92.928
2.091
140.050
21.180
31.755
6.312
11.147
420
2.200
2.670
3.540
626
6.246
352
11.385
6.172
2.576
1.011
383
71
223
450
1.114
211
5.244
121
5.736
2.804
1.025
2.972
178
236
181
528
241
359
3.378
63
1.098
3.193
80
131
4.460
88
524
151
898
355
8.137
1.102
6.608
35.794
4.272
4.553
2.466
4.477
3.013
4.557
5.466
1.629
9.070
2.198
12.635
51.231
8.637
5.201
4.424
629
6.067
2.370
3.319
834
5.293
596
4.827
9.913
22.837
8.823
9.915
261
1.268
4.953
78.217
71
58.419
0
48.925
28.888
1.229
4.494
0
0
0
1.190
1.509
685
5.736
7.106
16.379
3.420
4.676
2.802
2.230
98
90
1.255
56.523
1.695
68.586
4.159
17.540
21.027
599
1.544
540
43
158
2.502
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3.336
442
15.533
437
28.615
2.116
5.583
1.214
1.090
41
221
406
1.089
195
1.871
105
3.550
1.873
797
307
122
22
68
144
636
207
5.260
120
5.254
2.830
959
2.170
165
243
70
541
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
67
21
117
22
156
657
109
67
57
8
71
30
1.167
281
1.869
204
1.719
3.539
7.960
3.108
3.556
94
440
1.764
1.596.906
268
9.933.485
0
324.280
174.569
10.793
16.138
6
0
0
24.274
16
87.375
249.930
217.261
1.062.963
53
1.480
0
0
0
0
1.103
1.227.208
18.149
9.320.396
35.674
1.789.584
996.798
23.708
252.680
67.528
2.950
7.537
346.701
9.938
2.166
169.338
104.342
16.280
128.190
86.730
212.998
286.292
4.350
8.186
44.226
340.939
145.355
94.385
187.469
97.737
519.180
162.181
56.144
103.106
82.689
238.264
109.725
256.601
29.800
1.193.429
30.834
1.886.627
270.938
430.330
78.178
137.103
5.175
29.757
33.094
154.058
32.377
263.781
15.247
708.299
248.195
146.663
56.415
27.512
3.361
12.268
25.714
17.095
5.629
103.938
2.203
175.864
66.156
36.128
122.628
6.209
5.930
2.266
10.715
6.498
16.605
69.337
1.562
36.879
79.396
1.692
4.189
202.342
4.358
5.237
3.691
2.757
1.679
29.224
5.041
23.340
184.939
16.361
23.156
16.235
23.705
12.291
12.268
55.358
17.853
99.857
24.311
119.349
564.163
89.130
44.244
42.747
6.582
62.916
22.439
150.233
13.909
147.705
6.015
104.276
198.043
706.326
205.918
139.343
4.748
24.352
297.917
33.716
39
188.651
0
21.847
2.257
4
133
0
0
0
107
152
115
283
367
421
263
342
162
411
5
3
4
416
13
7.030
1
7.226
520
7
44
15
2
1
26
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
904
120
4.209
119
7.782
568
1.520
330
295
11
59
110
156
28
268
15
509
268
114
44
18
3
10
21
11
3
88
2
88
47
16
36
3
4
1
9
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
4
1
0
0
0
0
0
2
1
3
0
3
6
14
6
6
0
1
3
370.451 20.917.140
629.601
6.230.445
3.410.263 1.702.504 1.066.286 1.025.835
143.745
402.476
920.315
3.681.947 592.366
21.869
1.949.605
41.826
671.305
345.348
149.590
84.688
59.004
7.781
16.928
85.183
Impor
1.283.830
241.170
1.366.913
578.690
3.304.574
942.475
747.583
348.964
510.393
15.831
43.732
420.161
Jumlah
5.558.144
633.490 24.233.658 1.250.118 10.206.324
Domestik
4.109.351 984.236 1.953.138 113.866 Upah Gaji 15.176.004 1.998.709 4.693.297 210.115 Surplus Usaha 564.584 392.075 859.877 120.067 Penyusutan 136.721 143.739 416.277 4.429 Pajak Tak Langsung 0 0 0 0 Subsidi 19.986.659 3.518.759 7.922.589 448.478 Jumlah 25.544.803 4.152.249 32.156.246 1.698.596 Jumlah Input
4.698.086 2.599.677 1.499.938 1.595.232
167.356
463.136
1.425.659
1.989.564
1.725.383
566.289
211.207
109.034
171.951
284.944
9.271.171
1.763.500
4.802.562 1.253.661
1.036.954
356.011
133.179
284.409 1.082.204
309.454
407.291
216.558
115.898
160.082
139.563
218.409
775.584
150.764
381.686
37.549
20.389
3.499
7.602
68.390
36.933
0
0
0
0
0
0
0
0
7.316.922 2.074.057
703.505
405.793
603.524 1.653.947 11.120.643
14.419.607 12.015.008 4.673.734 2.203.443 2.001.025
770.880 2.117.083 12.546.302
4.213.283
198
Lampiran 1. Lanjutan PERMINTAAN ANTARA
OUTPUT
Rest of Indonesia 1
INPUT PRIMER
Jumlah Input Antara
KALIMANTAN Rest of Indonesia
Sulawesi
INPUT ANTARA
Jawa Bali
Sumatera
INPUT
Lokal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2
3
4
6
7
8
9
10
11
12
444
0
2.296
0
0
139
0
17
0
0
0
7
72
94
657
128
385
197
229
219
150
8
6
80
863
946
604
37
1.792
892
367
369
99
5
11
116
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
557
930
4.016
331
1.345
763
898
237
269
28
112
71
161
1.541
249
8
218
447
71
10
11
7
16
11
406
3.714
716
6
669
543
419
269
88
52
15
11
20
3.229
96
6
67
450
6
155
792
47
48
233
7
600
62
24
75
577
51
83
41
127
69
53
20
240
75
2
80
321
40
46
25
15
100
9
92
859
109
12
178
227
285
302
205
11
28
29
94.605
1.996
161.233
0
16.349
30.851
16.935
22.701
0
0
0
11.537
1.358
23.544
5.822
4.193
16.798
6.166
19.265
4.662
4.162
230
171
1.440
111.096
190.852
284.712
11.603
210.232
162.984
49.812
43.340
22.289
945
1.542
12.777
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
9.398
17.722
62.493
6.151
20.672
18.425
15.683
4.485
6.612
672
2.438
1.378
1.547
15.485
2.479
74
2.107
4.300
696
101
112
68
159
105
969
8.648
1.709
14
1.571
1.308
1.010
684
212
130
40
41
6.405
225
14
137
1.005
13
296
1.673
87
120
435
146
12.369
1.326
514
1.548
12.250
1.080
1.735
853
2.659
1.470
1.179
1.915
23.386
7.227
157
7.763
31.229
3.859
4.487
2.412
1.505
9.730
863
2.537
23.466
2.949
322
5.098
6.564
7.892
8.258
5.678
304
739
850
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
8.003
11.601
54.145
30.422
232.213
67.310
31.970
25.857
22.541
2.844
2.164
12.539
4.653
1.779
316
4.188
8.781
2.583
3.870
448
326
6
40
109
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1.690
2.532
12.599
915
4.275
1.793
2.662
674
583
69
289
200
412
4.650
736
21
625
1.190
207
27
33
19
46
28
882
432
79
10
533
808
706
350
5
20
2
21
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
25
305
88
2
101
397
50
59
31
20
126
11
28
0
4.492
208.732
15.633
107
21.258
25.740
8.917
3.657
18.942
1.754
5.804
351
118.453
5
235.245
0
380
19.632
3.655
19.022
0
0
0
11.378
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5.151
4.385
32.602
30
31.083
5.168
387
3.046
1.445
36
88
374
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1.148
1.214
7.420
865
2.195
2.152
1.650
551
668
77
305
164
243
2.724
432
12
370
703
122
16
20
11
27
17
126
62
11
1
77
116
101
50
1
3
0
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
52
15
0
17
67
9
10
5
3
21
2
39
1.795
134
1
183
221
77
31
163
15
50
3
2.243.514
170.884
3.857.933
0
573.461
365.319
248.197
278.868
0
0
0
132.352
587
3.231.857
417.534
191.088
415.054
449
786
272
579
15
12
123
174.692
677.667
1.141.852
3.799
280.067
280.926
66.100
93.735
65.207
1.535
6.544
19.705
3.347
128.100
30.075
27.163
5.912
145.230
10.203
14.307
1.880
4.463
6.206
15.835
54.492
673.197
9.315
23.739
159.351
354.321
70.631
23.926
6.529
30.267
80.192
22.578
199.470
240.125
608.568
93.519
527.296
218.454
235.858
68.171
61.738
3.980
15.139
27.494
92.773
374.026
128.891
6.281
250.453
342.108
57.179
6.382
3.862
2.818
4.728
8.628
65.751
184.623
64.117
1.182
57.053
80.270
35.476
63.242
9.520
8.564
4.265
2.201
902
113.215
6.002
395
2.633
38.869
322
7.004
52.854
2.441
4.166
11.150 14.410
65.059
7.961
6.416
11.147
91.594
10.963
12.175
5.024
22.128
8.816
9.513
93.573
33.738
873
32.203
148.725
17.857
24.914
11.099
6.168
42.480
26.634
1.223
102.775
15.140
2.001
41.480
44.335
38.676
38.569
26.268
1.149
2.517
6.663
2.784.219
6.052.500
6.090.732
351.984 2.331.936 2.086.276
747.505
616.897
241.841
83.369
174.656
252.863 68.453
Domestik
460.254
578.896
1.128.903
Impor
254.719
3.088.118
722.782
3.499.192
9.719.514
7.942.417
Jumlah
5
2.540.171 9.170.694 633.307 Upah Gaji 8.480.767 16.733.606 1.233.273 Surplus Usaha 377.465 2.192.819 178.717 Penyusutan 111.090 1.758.453 79.802 Pajak Tak Langsung 0 0 -242 Subsidi 11.509.493 29.855.573 2.124.857 Jumlah 15.008.685 39.575.086 10.067.274 Jumlah Input
64.638
3.766
613.348
431.845
217.739
160.919
93.167
11.935
26.187
72.724 1.140.721
477.677
645.628
234.852
240.575
9.278
27.308
66.706
489.346 4.086.005 2.995.797 1.610.872 1.012.668
575.583
104.582
228.151
388.021
47.715
787.076
835.533
303.450
116.397
38.048
117.893
158.644 4.331.801
80.235
841.049 3.440.574
765.662
142.377
33.293
217.417
537.428
419.633
38.416
127.464
255.636
206.145
80.606
44.475
53.263
31.685
253.980
3.069
100.687
132.668
17.087
7.189
5.427
4.179
4.348
15.214
-16.949
0
0
-250
0
0
0
0
0
152.485 1.856.276 4.664.411 1.292.094
346.569
121.243
392.752
732.106 5.020.628
641.831 5.942.280 7.660.208 2.902.966 1.359.236
696.825
497.334
960.257 5.408.649
Lampiran 1. Lanjutan OUTPUT Jumlah Pe rmintaan Antara
301
302 P
302 D
303 P
303 D
303 S
EKSPOR LUAR NEGERI
304
JUMLAH PERMINTAAN AKHIR
JUMLAH PERMINTAAN
KALIMANTAN Sulawesi Rest of Indonesia
INPUT ANTARA
Jawa Bali
Sumatera
INPUT 50.622.040
26.491.922
15.177
6.529
0
26.457.589
2.016.865
101.047
40.888
0
60.894.491
51.537.284
405.732
181.176
325.082
4.187.799
1.644.745
124.891
54.097
0
0
54.346
1.463.923
4.082.957
0
0
3.537.066
65.037.418
378.603
6.591.884
2.958.404
45.279.062
0
146.158
0
0
32.114.854
OUTPUT 82.736.894
PENYEDIAAN
82.736.894
0
70.733.283
97.190.873
0
97.190.873
97.190.873
107.657.226
168.551.716
0
168.551.716
168.551.716
82.736.894
1.969.891
6.157.690
0
6.157.690
6.157.690
6.028.527
89.048
407.241
310.397
4.497.847
4.136.929
22.085.999
0
0
31.527.460
37.555.988
0
37.555.988
37.555.988
34.072.669
20.763.632
1.027.797
455.913
1.491.937
928.389
2.068.293
485.839
8.010.816
35.232.617
69.305.287
0
69.305.287
69.305.287
5.938.684
5.290.371
343.364
155.121
97.002
60.150
220.428
64
971.838
7.138.337
13.077.021
0
13.077.021
13.077.021
3.543.589
3.670.516
147.294
64.585
92.967
51.096
151.642
202
789.117
4.967.420
8.511.008
0
8.511.008
8.511.008
1.033.518
623.604
181.926
82.284
2.412
2.243
8.708
22
731.329
1.632.527
2.666.045
0
2.666.045
2.666.045
1.954.487
886.457
113.849
49.485
0
0
0
5
77.845
1.127.643
3.082.129
0
3.082.129
5.635.396
3.172.124
238.746
102.746
0
0
0
4
709.524
4.223.145
9.858.542
0
9.858.542
9.858.542
8.204.083
6.397.699
9.950.414
7.080.673
83.197
84.488
147.146
351
782.003
24.525.971
32.730.054
0
32.730.054
32.730.054
8.765,51
-
-
72.422.969,82
45.464.752,93
21.006,94
21.519.138,53
8.774.908,01
128.020,28
64.192,35
279.675.081,81
136.747.710,88
1.423.914,14
534.668,54
11.765.788,31
8.553.714,98
244.653,21
88.769,75
7.147.944,50 -
3.155.810,16 -
2.070.937,18 32.240.530,72 -
4.864.825,62
931.824,95
1.398.160,38
27.170.694,97
12.734.980,99
243.950.742,68
-
125.785.082,94
-
125.785.082,94
125.785.082,94
37.535.975,99
59.055.114,53
-
59.055.114,53
59.055.114,53
437.936.302,61
717.611.384,42
-
717.611.384,42
717.611.384,42
-
8.887.137,93
20.652.926,24
-
20.652.926,24
20.652.926,24
-
41.151.135,49
1.869.420,89
797.756,36
289.457,24
6.297.698,26
4.722.814,34
102.769.017,76
116.746.164,84
157.897.300,33
-
157.897.300,33
157.897.300,33
124.503.321,64
92.685.743,20
3.126.533,09
1.032.091,63
3.077.373,80
1.894.271,39
12.234.442,86
61.993,61
47.619.507,86
161.731.957,43
286.235.279,07
-
286.235.279,07
286.235.279,07
11.125.417,87
6.916.876,72
656.030,71
355.465,60
126.453,97
96.549,49
798.969,08
649,13
5.736.464,41
14.687.459,12
25.812.877,00
-
25.812.877,00
25.812.877,00
4.071.723,23
1.851.238,93
348.576,30
141.421,85
50.825,93
34.236,20
332.139,22
470,31
3.868.437,15
6.627.345,89
10.699.069,12
-
10.699.069,12
10.699.069,12
8.992.209,88
3.244.781,07
604.197,87
317.970,76
59.480,54
44.553,48
425.231,91
39,70
3.977.579,63
8.673.834,96
17.666.044,84
-
17.666.044,84
17.666.044,84
13.352.809,48
4.851.991,34
286.620,98
107.889,05
-
-
-
0,48
582.824,86
5.829.326,71
19.182.136,19
-
19.182.136,19
30.728.782,26
18.800.711,45
536.665,96
194.305,96
-
-
-
0,02
9.561.418,25
29.093.101,65
59.821.883,90
-
59.821.883,90
59.821.883,90
81.077.606,13
60.950.051,82
26.851.918,54
14.479.675,01
563.470,45
246,76
43.852.540,07
147.216.329,52
228.293.935,65
-
228.293.935,65
228.293.935,65
15.254.902,16
8.099.613,97
5.056,94
2.453,16
64.207,75
785.677,07
1.246.910,37
10.203.919,27
25.458.821,43
-
25.458.821,43
25.458.821,43
43.032.868,38
1.758.967,17
252.331,40
172.407,24
1.151.680,05
60.923.220,81
64.258.606,68
107.291.475,05
-
107.291.475,05
107.291.475,05
12.527.548,56
6.204.639,96
132.966,52
67.250,92
1.073.865,94
20.796.997,03
29.593.231,26
42.120.779,82
-
42.120.779,82
42.120.779,82
324.552,31 78.726,36
66.753,25
835.108,82
589.665,46
41.947,56
19.916,51
(0,00)
-
651.529,53
1.486.638,35
-
1.486.638,35
1.486.638,35
109.521,06
136.780,92
64.943,04
1.119.747,73
1.325.992,44
7.510.483,70
0,00
-
10.267.468,88
11.861.010,65
-
11.861.010,65
11.861.010,65
10.082.650,85
5.426.830,57
266.485,21
126.472,68
194.489,93
190.838,76
1.721.086,80
4.052,27
2.985.509,04
10.915.765,25
20.998.416,10
-
20.998.416,10
20.998.416,10
2.596.614,02
976.173,66
54.247,76
27.808,11
14.571,65
16.692,54
69.687,88
200,78
433.552,27
1.592.934,65
4.189.548,67
-
4.189.548,67
4.189.548,67
4.052.729,70
1.948.234,80
97.077,50
44.521,77
57.741,41
63.105,14
277.090,78
54,80
1.872.548,57
4.360.374,77
8.413.104,48
-
8.413.104,48
8.413.104,48
882.634,91
870.222,11
87.960,59
36.934,84
2.020,87
7.410,67
9.155,24
370.700,61
1.384.404,95
2.267.039,86
-
2.267.039,86
2.267.039,86
412.946,33
379.992,10
31.508,23
15.019,91
-
-
-
0,00
6.675,95
433.196,19
846.142,52
-
846.142,52
1.003.518,10
1.424.365,57
76.460,20
36.564,03
-
-
-
0,00
47.530,81
1.584.920,60
2.588.438,70
-
2.588.438,70
2.588.438,70
1.458.839,77
2.882.920,12
3.157.384,84
2.246.501,66
375.691,37
1.467,96
5.504,25
8.743.433,43
10.202.273,20
-
10.202.273,20
10.202.273,20
13.154.156,68
10.605.556,28
154.527,61
161.018,49
11.556,14
552.065,05
905.923,23
12.390.646,80
25.544.803,48
-
25.544.803,48
25.544.803,48
3.440,68
2.438.433,50
2.447.611,03
4.152.249,02
-
4.152.249,02
4.152.249,02
568.929,14
4.452.803,62
16.000.262,46
32.156.246,49
-
32.156.246,49
32.156.246,49
-
625.560,21
1.698.595,60
-
1.698.595,60
1.698.595,60
-
1.704.637,99
5.736,85 10.524.032,41
83.735,53
40.248,20
1.073.035,39
564.178,01
43.976,26
17.405,86
2.137.174,83
-
-
-
38.540,41 44.073,11 -
-
1.172.031,28
35.422,81 58.274,75 -
-
19.182.136,19
1.593.541,77
16.155.984,04
-
193.874,57
-
53.362.113,12
3.082.129
228.165,69 -
(0,00)
0,08
163.395,89
56.756,42
1.822.552,42
1.807.203,65
8.432.525,93
12.282.431,95
14.419.606,78
-
14.419.606,78
14.419.606,78
5.032.261,41
4.748.721,55
375.477,38
170.236,81
48.491,95
37.232,04
175.899,84
26.319,90
1.400.367,02
6.982.746,48
12.015.007,90
-
12.015.007,90
12.015.007,90
1.829.264,14
1.523.102,87
660.811,24
351.473,23
12.221,31
8.132,17
27.518,53
11.095,82
250.114,88
2.844.470,06
4.673.734,21
-
4.673.734,21
4.673.734,21
610.709,41
747.152,26
155.180,78
62.681,03
2.617,14
1.968,75
8.942,94
3.331,23
610.859,70
1.592.733,84
2.203.443,25
-
2.203.443,25
2.203.443,25
485.710,50
694.603,38
346.246,37
137.225,40
651,34
342,73
2.858,71
270,74
333.115,90
1.515.314,57
2.001.025,07
-
2.001.025,07
2.001.025,07
351.677,96
355.984,37
37.825,67
14.884,07
-
-
-
10.508,04
419.202,16
770.880,12
-
770.880,12
1.159.375,94
757.537,35
90.530,22
35.830,68
-
-
-
73.811,25
957.706,80
2.117.082,74
-
2.117.082,74
2.117.082,74
2.014.875,70
1.395.261,16
5.477.627,48
3.318.697,74
75.411,58
10.531.426,20
12.546.301,90
-
12.546.301,90
12.546.301,90
8.676.352,04
5.590.902,21
1.944,51
853,71
89.786,49 -
-
300.457,29
394.580,61
6.332.786,76
15.009.138,80
-
15.009.138,80
15.009.138,80
782.068,23
28.436.880,48
29.233.721,59
39.575.091,43
-
39.575.091,43
39.575.091,43
207.400,19
1.153.661,87
6.974.811,09
10.067.577,99
-
10.067.577,99
10.067.577,99
1.259,04
439,39
20.139,74
10.588,65
392.721,56
219.304,39
20.874,52
8.944,29
54.067,19
29.165,23
874.402,00
695.882,00
2.781.102,94
-
-
-
770.880,12
44.048,44
13.074,46 4.834.723,37
115.998,81
(2,71) 380,13
3.092.766,90
137.435,34
-
105.303,02
10.341.369,84
1.508.537,40
-
68.958,61
(2,36)
846.142,52
494.863,11 -
-
-
249.123,20
641.844,76
-
641.844,76
641.844,76
-
-
4.434.619,36
5.943.156,77
-
5.943.156,77
5.943.156,77
2.679.215,55
3.075.240,06
302.087,50
198.043,12
90.643,94
72.548,77
253.582,07
10.218,92
978.708,24
4.981.072,61
7.660.288,16
-
7.660.288,16
7.660.288,16
1.310.584,33
689.311,19
359.423,85
286.503,83
23.015,15
18.759,00
16.629,82
6.844,02
191.921,83
1.592.408,68
2.902.993,01
-
2.902.993,01
2.902.993,01
583.089,23
358.993,68
58.432,90
30.077,97
14.861,50
12.007,13
22.417,61
8.515,35
270.941,86
776.248,01
1.359.337,24
-
1.359.337,24
1.359.337,24
318.105,58
214.387,06
68.027,48
39.175,56
1.553,29
1.073,92
2.529,17
582,62
51.396,29
378.725,39
696.830,97
-
696.830,97
696.830,97
262.821,64
196.787,00
21.109,42
10.673,22
-
-
-
5.942,91
234.512,55
497.334,20
-
497.334,20
425.301,34
480.164,98
26.586,92
14.589,72
-
-
-
0,00
13.615,27
534.956,89
960.258,22
-
960.258,22
960.258,22
348.890,42
955.606,47
2.056.506,67
1.911.729,87
478,61
42.090,73
5.059.772,06
5.408.662,48
-
5.408.662,48
5.408.662,48
25.438,49
19.803,76
48.117,47
-
497.334,20
199
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
JUMLAH PENYEDIAAN
IMPOR LUAR NEGERI
200
Lampiran 2. Tabel Interregional Input Output Antar Pulau Indonesia 2005 Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen PERMINTAAN ANTARA
OUTPUT
SUMATERA 1
KALIMANTA ROI
SULAWESI
INPUT ANTARA
JAWA BALI
SUMATERA
INPUT 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2
3
7.304.246
48.996
4
5
85.301.392
0
6
7
8
2.595.108
2.853.816
11.420
9
10
191.157
0
11 0
12 5.246
587.515
555.990
24.862.681
7.178.049
3.447.986
5.549.239
1.243.425
3.140.467
653.601
915.625
38.033
8.580
109.781
7.873.931
1.213.922
79.966.553
265.231
12.969.845
9.164.050
720.722
1.619.776
485.306
106.441
257.443
4.168.991
194.795
80.463
1.399.561
842.704
104.667
1.405.840
252.161
68.631
141.812
164.657
91.244
497.405
1.523.011
1.141.522
551.398
267.463
216.151
2.998.576
493.114
169.527
338.710
466.332
821.721
1.285.944
4.047.746
1.169.573
26.214.994
760.946
9.185.265
3.427.794
3.062.875
621.694
1.823.579
172.133
241.542
1.556.790
1.098.639
938.606
3.639.441
346.716
819.076
5.159.879
820.297
67.108
44.636
80.594
95.789
181.170
149.775
258.181
1.612.535
74.836
240.723
1.618.376
467.866
156.739
6.554
25.986
13.092
70.621
48.815
332.805
301.877
11.417
37.761
755.497
83.557
71.435
2.571.250
49.263
37.737
53.817
45.009
66.089
326.465
8.373
64.002
575.178
233.802
61.097
62.522
155.035
66.196
154.946
247.211
558.866
1.151.879
46.056
251.295
1.881.624
323.852
81.202
337.432
65.360
206.321
227.568
823.690
904.751
2.912.285
119.131
658.646
3.072.268
4.030.835
1.193.134
4.679.359
229.371
280.800
1.894.922
265
0
13.586
29.501
1.589.564
101.525
23.080
73.415
19.987
21.527
363
212.592
544.383
1.195.206
2.566.811
896.933
407.977
9.030
13.007.241
3.825.127
1.684.622
65.115
474.078
5.092
1.015.780
0
659.611
0
1.883.655
0
116.291
1
1.823.651
360.222
11.352.180
25.484
0
70.755
3.785
0
0
0
0
0
0
0
0
0
479.624
29.608
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1.323.688
82.778
835.068
36.611
9.051
20.897
5.187
52.615
1.817
56.189
6.537
260.922
73.995
17.701
122.085
11.069
3.968
3.043
1.056
11.302
313
17.807
2.049
83.989
3.999
10.959
98.863
8.529
4.141
2.480
700
7.447
182
3.147
5.289
122.194
22.185
111.371
92.773
6.908
955
707
500
6.412
77
4.152
543
82.975
9.613
7.946
235.405
34.756
4.567
25.902
3.414
47.983
251
34.573
4.539
369.272 1.701.814
29.637
12.142
757.023
59.600
21.425
107.284
1.702
25.896
1.872
78.413
17.997
225.963
19.271
164.957
5.897
2.935
9.112
5.085
15.231
512
9.567
2.071
90.066
597.645
31.627
117.496
35
6
0
0
0
7
545
0
203.265
0
38.265
370.143
23.009
5.218
16.614
4.525
4.879
82
48.019
178.387
270.071
522.638
78.842
806.506
157.988
52.116
33.513
3.024
10.592
614
108.883
4.582
83.095
48.413
9.926
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
15.364
9.110
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
630.270
10.240
303.711
9.641
1.564
4.139
1.760
21.711
582
21.484
2.326
65.071
141.317
471.129
27.521
2.540
910
554
242
2.594
70
4.040
467
18.548
7.018
59.606
71.527
6.179
3.000
1.602
507
5.395
131
2.270
3.830
88.494
1.364
5.141
60.998
4.542
627
567
329
4.216
52
2.744
358
54.086
13.422
117
6.245
941
124
355
92
1.302
7
859
109
9.522
27.339
15.131
7.294
579
208
912
17
252
17
751
174
16.475
319
320
13
6
4
11
33
1
21
4
173
1.633.239
57.568
3.264
137.165
1.230
0
0
0
0
0
2
0
177
60.409
1.339.559
2
0
4
8
2
0
0
52
0
259
1.652.299
933.781
148.254
1.559
144
742
2.371
311
83
635
45
40.697 0
17.003
10.664
0
0
0
0
0
0
0
0
0
501.260
591.307
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
730.330
619.579
167.120
5.056
635
2.035
943
12.172
317
11.909
1.287
31.888
456.474
234.457
8.081
746
267
163
71
762
21
1.186
137
5.446
81.337
96.534
6.200
536
260
139
44
468
11
197
332
7.671
3.817
173.059
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1.266
17.539
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
148.261
510.490
764
61
22
96
2
26
2
79
18
1.726
259.848
129.068
600
24
21
63
2
39
7
631.682
1.477
85
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5
391.255
217
0
395
12
747
8
157
0
1
4.928
0
24.442
325
183.987
3.402
2.684
1
0
0
0
12
0
77
0
15
23.704
8.054
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
75.676
6.240
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
123.549
14.477
218.223
6.791
1.000
2.843
1.250
15.724
416
15.485
1.675
44.610
95.016
7.704
4.930
455
163
99
43
465
13
724
84
3.325
8.169
3.335
3.240
280
136
73
23
244
6
103
173
4.008
9.943
1.086
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3.009
2.046
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5.876
479
108
9
3
13
0
4
0
11
3
244
25.364
7.838
244
10
5
3
9
26
1
16
3
132
31.009.382
201.978.984
5.119.116
30.736.194
32.361.608
12.749.205
4.599.672
10.969.697
1.488.314
2.060.551
10.203.761
8.200.205
2.633.102
33.005.045
2.209.374
12.024.036
8.993.919
7.609.404
2.868.314
4.773.783
365.879
447.219
3.821.923
Impor
2.129.064
665.643
8.421.278
218.180
4.106.298
1.344.306
2.070.817
999.554
1.312.442
24.558
66.164
572.131
Jumlah
32.807.955
34.308.127
243.405.307
7.546.671
46.866.528
42.699.834
22.429.426
8.467.540
17.055.922
1.878.752
2.573.934
14.597.815
Upah Gaji Surplus Penyusutan Pajak Tak Subsidi Jumlah Jumlah Input
29.665.672
11.963.586
28.213.954
1.196.774
12.599.417
15.905.498
4.946.223
1.001.471
826.145
1.733.228
2.180.322
42.756.085
94.756.279
109.025.703
72.653.703
1.943.362
10.855.432
48.560.977
10.628.752
2.042.225
1.846.707
3.108.778
5.935.543
15.979.988
3.671.237
3.430.250
8.477.184
795.098
1.676.626
5.663.563
2.359.323
504.983
807.125
1.095.909
460.240
4.916.565
1.352.715
4.535.010
10.332.695
129.331
1.074.886
3.583.613
427.962
57.946
44.494
65.138
304.512
877.541
0
0
-129.091
-1.097.554
0
0
-52.750
0
0
0
0
0
129.445.903
128.954.549
119.548.444
2.967.011
26.206.361
73.713.650
18.309.511
3.606.624
3.524.470
6.003.053
8.880.617
64.530.179
162.253.858
163.262.676
362.953.751
10.513.682
73.072.889
116.413.484
40.738.936
12.074.164
20.580.392
7.881.805
11.454.551
79.127.994
INPUT PRIMER
Jumlah Input Antara
22.478.686
Domestik
Lokal
201
Lampiran 2. Lanjutan PERMINTAAN ANTARA
OUTPUT
JAWA BALI 1
Jumlah Input Antara
KALIMANTA ROI
SULAWESI
INPUT ANTARA
JAWA BALI
SUMATERA
INPUT 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Lokal
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
130.627
693
5.874.810
1
444.632
1.055.976
35
1.393
146
0
1
61.292
1.268.832
1.616.026
4.484.773
919.278
339.833
619.462
141.268
248.443
17.153
3.574
93.260
1.983.778
133.550
10.560.805
221.445
5.077.068
7.579.605
612.617
1.259.784
132.585
40.669
128.635
2.798.398
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
14.047
2.528
484.259
42.795
134.523
190.682
51.597
4.789
32.376
3.619
15.292
51.855
13.787
6.136
2.461
11.064
27.467
5.141
397.268
18.110
64.703
217.448
24.837
5.725
2.521
1.465
229.469
9.857
60.431
84.680
10.110
21.360
377
6.862
990
12.877
4.613
29.969
219.374
20.551
98.112
279.565
4.842
3.460
95.327
26.634
175.627
160.502
19.333
60
233
4.150
990
2.305
3.307
144
58
130
585
135
397
1.166
1.037
19.507
2.080
4.354
9.271
840
269
1.043
321
2.148
2.178
4.970
2.854
69.938
13.112
33.154
64.675
21.483
9.969
7.343
3.678
15.468
21.426
8.593.333
7.238
105.667.776
2
731.279
12.793.806
7.942
53.238
5.063
0
4
673.081
873.136
7.489.007
16.265.013
13.539.243
10.571.108
7.293.013
11.376.159
2.365.566
4.531.127
134.009
93.791
3.823.761
19.316.614
666.991
407.529.226
3.188.599
39.467.987
45.517.102
8.812.988
4.725.055
6.415.654
311.776
844.486
13.810.261 1.539.844
70.189
49.904
13.193.565
6.686.200
1.102.016
6.918.074
113.303
81.289
54.513
170.116
325.288
2.170.847
3.592.539
7.497.535
2.968.207
3.642.915
10.162.842
3.117.408
686.675
80.121
2.637.453
2.200.865
8.332.349
3.818.833
907.650
130.529.119
5.345.215
35.421.845
30.260.269
7.033.889
1.255.512
5.639.520
528.887
1.849.180
11.064.054
476.621
200.396
17.041.955
535.859
2.270.408
6.765.526
918.275
168.840
483.061
116.746
329.331
637.703
61.230
431.415
3.839.168
148.466
666.636
1.850.374
290.462
356.138
15.553
139.769
13.336
222.872
79.038
63.333
2.118.094
436.181
302.268
2.255.807
26.700
37.178
5.688.475
187.964
407.308
460.296
42.232
273.902
3.346.349
850.490
2.293.845
5.769.234
242.165
255.978
139.245
2.710.956
2.632.541
1.824.420
382.229
373.502
10.037.985
898.997
5.506.929
10.006.746
824.978
1.099.206
512.851
404.935
14.521.562
5.507.901
1.900.119
916.335
20.583.566
3.962.105
16.589.805
27.585.896
5.877.566
4.226.441
2.380.722
1.728.238
9.066.846
11.699.990
94.073
1.978
4.779.391
1
1.348.981
383.543
102
1.153
0
0
0
8.809
45.024
152.516
634.362
807.745
468.601
249.631
454.954
103.777
182.508
12.600
2.625
67.354
425.710
24.571
2.385.449
31.721
1.324.276
1.376.325
56.115
154.920
11.082
12.708
59.704
396.184
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
16.442
2.476
404.844
20.100
93.299
107.248
46.817
2.026
14.829
2.820
4.209
25.625
4.108
1.858
83.692
5.357
17.750
61.482
7.398
1.588
1.709
733
2.636
5.263
2.544
1.403
211.789
8.497
55.390
73.068
9.186
18.697
327
5.999
910
12.898
1.408
10.096
88.108
9.440
63.962
116.362
2.193
1.481
30.901
14.481
132.158
108.872
200
833
16.061
3.882
10.377
25.254
996
1.139
556
12.265
11.959
8.144
1.813
1.697
27.118
3.207
7.050
14.485
1.435
384
1.726
459
3.255
3.333
596
130
2.578
642
1.663
4.354
2.116
606
1.743
161
523
1.289
33.156
247
2.440.492
0
102
482.117
0
607
46
0
0
5.443
0
3.155
88.938
18.747
90.692
5
45
0
0
0
0
577
30.914
2.077
413.408
1.252
3.724.621
456.743
3.391
112.656
361
462
741
71.242
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
9.158
656
220.823
8.963
49.439
46.108
24.704
977
3.754
1.197
957
10.629
1.206
546
24.574
1.573
5.212
18.053
2.172
466
502
215
774
1.545
221
122
18.359
737
4.802
6.334
796
1.621
28
520
79
1.118
0
180
3.678
513
5.516
5.099
116
66
201
1.031
12.718
9.714
0
0
22
3
18
113
3
8
0
85
95
56
190
178
2.841
336
739
1.518
150
40
181
48
341
349
405
224
4.083
795
1.933
4.449
582
302
334
196
634
1.214
80.113
422
1.244.099
0
30
360.139
11
848
130
0
0
13.304
23
303.324
5.601.827
1.768.169
6.790.835
425
4.234
0
0
0
0
54.480
70.435
636
255.990
261
166.903
271.289
474
47.745
363
264
498
48.591
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
11.875
1.392
289.849
13.293
65.993
69.979
33.060
1.380
8.251
1.832
2.278
16.508
751
335
15.332
984
3.259
11.262
1.338
289
314
134
485
964
115
64
9.593
385
2.509
3.309
416
847
15
272
41
584
1
639
13.087
1.826
19.627
18.144
412
235
714
3.668
45.253
34.563
0
0
351
49
281
1.771
40
123
2
1.337
1.496
876
27
25
401
47
104
214
21
6
26
7
48
49
165
91
1.662
324
787
1.811
237
123
136
80
258
494
33.399.864
14.012.238
687.847.343
33.719.300
100.794.930
148.994.274
32.296.933
12.327.187
19.630.796
8.683.118
31.361.193
53.165.696 10.528.599
Domestik
7.432.091
2.918.147
88.560.420
12.362.825
38.935.420
32.180.090
8.344.389
4.886.118
7.099.752
563.286
1.560.955
Impor
3.451.201
29.462.264
104.172.058
7.048.708
22.728.746
15.888.193
6.620.654
4.076.550
2.272.906
419.550
1.337.050
8.801.904
Jumlah
44.283.156
46.392.649
880.579.821
53.130.833
162.459.096
197.062.557
47.261.976
21.289.855
29.003.454
9.665.955
34.259.198
72.496.199
Upah Gaji Surplus Penyusutan Pajak Tak Subsidi Jumlah Jumlah Input
INPUT PRIMER
2
55.967.922
10.977.280
147.032.555
8.732.829
39.095.207
90.333.482
11.453.121
3.130.951
2.358.455
10.728.874
41.349.466
125.436.464
113.672.528
45.725.288
230.521.354
14.216.502
46.135.380
196.526.847
24.089.385
3.668.201
1.987.568
15.524.053
56.631.142
97.416.987
4.987.131
7.971.353
42.567.059
7.242.291
3.266.958
37.138.982
7.585.886
1.336.517
2.057.828
6.231.945
4.914.169
16.784.782
4.342.091
710.469
41.616.962
1.391.143
2.389.756
23.577.131
1.295.597
250.184
176.396
572.107
935.226
3.138.776
0
0
-1.618.209
-5.568.066
0
0
-194.750
0
0
0
0
0
178.969.672
65.384.390
460.119.722
26.014.698
90.887.301
347.576.442
44.229.239
8.385.853
6.580.246
33.056.978
103.830.002
242.777.009
111.777.039 1.340.699.542
79.145.531
253.346.396
544.639.000
91.491.215
29.675.708
35.583.700
42.722.933
138.089.200
315.273.207
223.252.828
202
Lampiran 2. Lanjutan PERMINTAAN ANTARA
OUTPUT
KALIMANTAN 1
KALIMANTA SULAWESI
INPUT ANTARA
JAWA BALI
SUMATERA
INPUT
4
5
6
7
8
9
10
11
12
8.440
3
73.938
0
14.792
4.397
0
1.440
0
0
0
1.013
20.740
33.467
56.475
55.861
68.830
212.562
115.740
402.369
92.751
1.100
348
10.656
294.596
203.588
389.010
17.127
175.890
648.113
24.555
314.302
30.819
17.545
49.091
155.728
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4.029
7.569
37.174
670
7.711
9.065
2.348
4.479
2.201
176
288
1.792
29.392
27.128
36.942
1.078
19.418
36.968
8.166
1.466
670
698
3.455
20.269
3.533
16.441
9.246
196
5.173
12.235
849
1.916
648
391
136
1.446
20.294
83.553
31.521
13.014
8.386
72.642
3.463
3.446
20.964
9.117
8.624
16.134
1
7
5
1
1
7
3
2
1
4
1
5
153
381
187
11
538
372
34
23
22
14
73
43
79
503
646
9
300
360
305
817
392
14
14
83
32.578
1
314.005
0
5.485
16.465
0
4.990
0
0
0
4.296
67.384
108.478
183.104
181.296
225.833
688.983
375.152
1.304.210
300.638
3.565
1.127
34.540
1.150.128
627.986
2.024.503
34.944
1.212.717
1.108.985
582.360
1.635.022
704.964
19.837
39.906
639.487
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
22.235
145.583
214.294
3.679
42.525
178.300
27.119
74.012
26.892
2.767
3.517
17.894
86.694
80.016
108.964
3.181
57.274
109.041
24.085
4.323
1.976
2.060
10.189
59.785
17.579
81.797
45.997
974
25.738
60.867
4.225
9.531
3.225
1.947
676
7.196
9.927
40.869
15.418
6.365
4.102
35.532
1.694
1.686
10.254
4.460
4.218
7.892
3.278
30.572
22.197
3.675
3.586
30.662
11.214
7.590
5.672
15.092
3.131
20.558
82.382
205.444
100.659
6.147
290.289
200.779
18.538
12.410
11.694
7.367
39.155
23.114
10.978
69.657
89.735
1.247
41.566
49.931
42.333
113.234
54.338
1.997
1.883
1.823.883
18.805
17.127.317
0
1.305.965
700.031
15.998
112.926
0
0
0
44.228
399.180
54.954.033
5.257.052
881.085
4.013.502
649.300
874.241
1.043.564
1.174.644
23.278
7.654
460.731
2.735.224
494.182
16.880.975
35.440
3.010.487
2.678.577
333.438
1.795.339
128.054
101.418
106.350
674.353
11.438
35.945
171.058
270.247
137.740
13.979
163.777
20.948
26.008
4.424
15.321
15.289
76.114
240.669
640.741
20.863
37.554
140.259
1.164.137
57.144
72.864
27.168
111.058
168.544
378.921
1.070.713
1.211.032
7.576.848
107.517
2.205.740
1.577.623
306.987
655.942
500.920
55.908
86.363
498.285
453.260
1.005.532
950.132
34.053
418.808
837.259
179.413
49.428
25.244
11.603
31.255
176.835
734.703
808.467
902.244
25.877
547.237
1.842.872
133.218
423.166
28.581
23.158
20.765
186.209
50.040
432.864
163.820
23.025
37.341
485.993
25.717
23.024
81.678
42.992
44.486
71.566
23.610
185.163
122.937
8.136
18.155
199.758
41.557
38.124
36.421
108.782
16.603
116.046
119.813
410.445
199.083
8.568
351.783
623.563
41.928
31.986
28.702
13.630
56.653
35.460
45.387
290.419
420.651
3.827
164.831
256.341
194.437
526.750
236.930
7.977
7.715
48.974
1.256
0
17.980
0
0
257
0
110
0
0
0
262
11
0
3
15
183
0
0
0
0
0
0
0
28.890
151
149.750
3
439.651
39.901
30
50.308
465
5
132
11.293
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3.685
3.461
31.737
577
7.003
3.543
1.281
1.511
1.387
91
179
1.373
5.843
5.393
7.344
214
3.860
7.349
1.623
291
133
139
687
4.030
1.104
5.137
2.889
61
1.617
3.823
265
599
203
122
42
452
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
84
209
103
6
296
205
19
13
12
8
40
24
45
287
369
5
171
205
174
466
224
8
8
47
4.772
0
56.715
0
0
2.398
0
822
0
0
0
814
1.013
0
308
1.456
17.266
0
0
0
0
0
0
0
7
0
2.110
0
24
162
9
12
2
1
3
23
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
8.758
41.086
739
9.110
9.731
2.134
3.719
2.374
189
306
2.121
3.668
3.385
4.610
135
2.423
4.613
1.019
183
84
87
431
2.529
577
2.684
1.509
32
845
1.997
139
313
106
64
22
236
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
12
30
14
1
42
29
3
2
2
1
6
3
19
118
151
2
70
84
71
191
92
3
3
19
Lokal
7.456.996
60.538.863
49.230.670
1.253.366
12.058.991
10.727.667
2.122.159
4.428.543
2.187.619
505.078
512.743
2.705.258
Domestik
2.195.639
1.876.537
4.732.194
382.179
2.861.809
4.002.129
1.351.819
4.326.384
1.358.351
98.914
216.624
1.119.058
300.099
1.225.907
879.737
31.068
1.631.449
940.405
289.057
490.673
491.241
24.386
25.188
274.115
9.952.735
63.641.307
54.842.601
1.666.614
16.552.250
15.670.201
3.763.036
9.245.600
4.037.211
628.378
754.555
4.098.430
Impor Jumlah
Upah Gaji Surplus Penyusutan Pajak Tak Subsidi Jumlah Jumlah Input
INPUT PRIMER
3
4.805
ROI Jumlah Input Antara
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2
6.474.227
11.937.926
7.747.776
290.655
3.560.177
4.836.234
922.266
1.045.469
455.771
287.557
562.214
12.972.316
27.001.833
108.945.030
15.787.987
629.417
4.702.436
16.939.575
2.204.093
2.201.706
388.916
943.238
1.701.862
4.635.525
807.809
9.679.564
1.637.780
96.712
956.732
1.785.256
454.456
574.041
154.097
206.846
95.575
1.285.100
305.709
4.545.943
1.710.750
11.539
445.304
1.725.213
84.995
47.941
7.435
9.248
75.952
205.472
0
0
-394.994
-296.893
0
0
0
0
0
0
0
0
34.589.578
135.108.463
26.489.300
731.430
9.664.649
25.286.278
3.665.811
3.869.157
1.006.219
1.446.889
2.435.603
19.098.413
44.542.312
198.749.769
81.331.901
2.398.043
26.216.899
40.956.479
7.428.846
13.114.757
5.043.430
2.075.267
3.190.158
23.196.843
203
Lampiran 2. Lanjutan PERMINTAAN ANTARA
OUTPUT
SULAWESI 1
Jumlah Input Antara
KALIMANTA ROI
SULAWESI
INPUT ANTARA
JAWA BALI
SUMATERA
INPUT 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
6.604
46
57.105
0
15.589
126
18
8
0
0
0
125
41.995
88.571
45.363
87.726
172.993
126.107
164.790
57.962
199.591
1.917
1.402
15.367
1.013.517
42.833
859.002
13.512
189.512
568.825
33.360
227.936
125.435
2.240
6.213
369.333
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
806
175
12.410
231
6.427
3.765
1.902
406
1.711
39
223
350
2.176
806
5.565
235
8.463
5.569
1.925
647
495
72
252
367
530
135
3.716
76
4.935
1.518
971
3.066
414
89
359
131
178
860
2.422
42
943
3.923
56
132
8.488
163
224
163
0
0
2
0
1
15
1
2
1
2
1
1
28
23
197
13
63
367
87
22
47
6
50
33
38
10
442
4
48
112
266
100
139
3
22
40
7.071
18
84.004
0
6.080
386
55
97
0
0
0
462
136.120
287.088
147.018
284.349
560.722
408.753
534.137
187.873
646.939
6.214
4.545
49.809
1.955.756
393.177
1.503.936
187.531
3.233.053
995.899
766.005
639.149
813.827
13.452
36.580
822.667
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5.395
2.144
78.399
1.264
35.661
48.064
15.249
3.288
26.889
773
4.043
3.256
6.419
2.378
16.414
693
24.961
16.426
5.677
1.908
1.460
212
742
1.082
2.720
675
18.657
383
25.100
7.595
4.940
15.465
2.123
442
1.873
657
87
420
1.184
20
456
1.913
27
64
4.120
80
102
79
686
673
8.608
1.449
5.811
63.273
5.011
8.127
5.362
7.668
6.203
4.700
15.158
12.583
106.066
7.171
34.173
198.249
47.157
11.875
25.324
3.217
26.801
17.654
5.267
1.356
61.304
594
6.584
15.586
36.878
13.877
19.330
449
3.033
5.604
3.767
166
102.372
0
54.338
154
10
1
0
0
0
78
30.850
65.065
33.322
64.444
127.081
92.639
121.056
42.579
146.621
1.408
1.030
11.289
217.845
15.206
183.778
6.990
66.113
158.759
7.046
34.598
33.629
3.573
15.442
106.693
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1.385
300
19.432
376
11.118
6.032
3.061
715
2.753
76
428
593
1.474
546
3.768
159
5.730
3.771
1.303
438
335
49
170
248
826
462
11.150
221
10.473
4.891
2.043
8.219
609
293
134
424
57
277
779
14
304
1.263
18
42
2.735
52
73
52
0
19
18
234
39
158
1.717
136
221
145
208
168
128
147
122
1.031
69
331
1.926
458
115
246
31
260
172
1.483
382
17.254
166
1.854
4.394
10.330
3.911
5.450
127
852
1.577
2.453.928
676
17.676.820
0
395.800
355.385
18.518
27.996
13
0
0
52.892
30
166.268
1.940.924
137.265
1.786.741
122
1.513
1
0
0
0
1.927
2.126.310
9.932
5.018.369
1.687
3.619.119
959.970
47.470
358.585
128.066
2.409
6.577
378.641
14.607
4.567
303.788
118.499
200.674
98.483
183.689
130.280
8.797
19.856
70.016
553.128
506.987
134.578
288.148
142.379
990.599
293.916
76.276
312.569
164.551
425.784
308.506
440.578
61.949
5.491.313
122.047
2.847.576
22.137
1.403.876
899.015
163.236
512.880
11.729
81.401
154.986
395.660
97.328
677.430
32.353
894.310
697.324
213.152
71.432
52.918
8.302
36.036
52.136
17.228
10.888
348.284
3.574
213.714
149.356
42.543
138.284
10.277
11.732
4.650
11.522
10.692
60.402
145.666
2.634
63.080
198.094
3.412
6.227
552.932
8.845
21.398
8.251
4.254
3.991
70.965
8.122
31.580
417.249
24.172
30.627
45.014
48.706
26.082
29.508
76.746
38.389
372.575
33.374
157.142
708.109
150.976
56.055
90.136
11.312
109.574
75.805
253.653
36.466
828.024
13.789
177.526
499.503
1.161.094
387.103
400.000
12.502
102.762
183.941
9.219
33
45.022
0
8.236
1.596
14
27
0
0
0
1.024
0
4
105
0
28
0
0
0
0
0
0
0
2.874
407
47.743
0
59.075
5.251
53
486
169
17
5
416
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
968
186
13.824
272
7.965
3.700
2.100
489
1.557
41
239
395
272
101
694
29
1.056
695
240
81
62
9
31
46
37
21
505
10
474
222
93
372
28
13
6
19
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
2
15
1
5
28
7
2
4
0
4
3
9
2
103
1
11
26
62
23
33
1
5
9
Lokal
6.310.961
997.376
32.872.888
761.299
9.997.715
6.562.710
2.952.779
1.490.701
2.231.070
288.821
833.909
1.317.552
Domestik
3.507.638
917.738
3.628.791
658.279
5.039.315
2.771.085
1.768.027
1.273.130
2.080.085
42.999
111.728
1.425.625
227.027
178.427
432.474
119.104
393.671
215.807
163.827
85.540
240.449
3.732
5.854
36.671
10.045.626
2.093.541
36.934.153
1.538.682
15.430.701
9.549.602
4.884.633
2.849.371
4.551.604
335.553
951.491
2.779.848
Impor Jumlah
Upah Gaji Surplus Penyusutan Pajak Tak Subsidi Jumlah Jumlah Input
INPUT PRIMER
2
7.243.238
1.953.135
6.473.164
340.185
3.265.121
3.727.010
2.989.706
812.909
729.099
749.768
983.939
13.054.230
27.405.971
3.725.766
13.922.281
884.667
2.785.981
9.779.443
2.023.582
1.760.856
1.445.177
1.656.492
3.011.801
4.551.543
930.222
689.206
2.354.379
362.605
540.795
889.916
504.635
315.176
585.578
358.705
486.767
1.360.829
289.528
290.357
1.620.027
17.707
254.109
782.554
67.383
84.768
57.462
62.763
170.093
185.399
0
0
0
-252.281
0
0
0
0
0
0
0
0
35.868.958
6.658.464
24.369.851
1.352.883
6.846.005
15.178.924
5.585.306
2.973.710
2.817.317
2.827.728
4.652.600
19.152.001
45.914.584
8.752.005
61.304.004
2.891.565
22.276.706
24.728.525
10.469.939
5.823.081
7.368.920
3.163.281
5.604.091
21.931.849
204
Lampiran 2. Lanjutan PERMINTAAN ANTARA
OUTPUT
ROI 1
Jumlah Input Antara
KALIMANTA ROI
SULAWESI
INPUT ANTARA
JAWA BALI
SUMATERA
INPUT 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
3.390
3 7.564
4
5
15.927
0
6 65.323
7
8
9
367
0
0
10
11
12
0
0
0
161
5.439
75.252
10.121
28.386
19.323
38.297
154.444
31.080
39.928
2.224
1.961
10.044
475.261
909.187
213.338
18.203
248.235
353.034
131.992
82.817
113.227
5.100
2.576
87.515
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1.704
2.852
22.353
785
6.925
2.579
3.053
578
1.489
155
253
359
1.086
10.744
2.736
57
2.326
3.777
739
67
229
108
89
155
524
2.739
1.571
27
1.250
1.375
538
850
398
637
35
54
104
6.806
1.172
41
508
917
27
263
2.796
210
71
414
0
1
0
0
0
2
0
0
0
1
0
1
8
36
29
0
19
56
12
5
10
10
18
3
71
1.996
149
1
369
471
138
36
478
64
36
28
2.805
103.674
0
24.223
965
615
4
0
0
17.630
243.917
32.804
92.007
62.633
124.134
500.605
100.741
129.420
7.210
6.356
32.555
714.359
9.431
1.800.593
722.079
55.669
897.155
522.127
339.519
278.348
433.416
7.787
41.802
0
130.303
77
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
8.455
32.065
97.627
3.710
33.942
28.858
18.031
3.089
17.944
1.133
1.663
2.220
3.312
32.170
8.547
177
7.409
11.829
2.261
209
693
320
271
478
2.667
13.389
7.919
143
6.171
6.980
2.682
4.431
2.030
3.302
180
51
3.339
575
20
248
443
13
133
1.361
102
35
208
152
3.516
684
981
1.593
10.220
1.206
1.459
868
3.377
1.949
2.314
4.265
19.213
15.732
247
10.119
30.293
6.464
2.567
5.583
5.196
9.962
1.698
9.811
277.284
21.118
186
51.648
65.981
19.393
5.251
66.807
8.834
5.052
4.035
1.281
2.866
5.247
0
23.279
133
0
0
0
0
0
60
3.996
55.281
7.435
20.852
14.195
28.133
113.456
22.832
29.331
1.634
1.441
7.378
68.724
85.651
76.668
815
37.170
44.059
1.956
8.652
10.355
1.975
2.349
7.510
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3.161
5.739
41.162
1.454
12.834
5.154
5.722
1.075
3.043
299
477
674
727
60
104
277
7.243
1.581
38
1.574
2.515
498
45
155
73
798
558
1.660
17
1.900
1.865
984
265
17
54
8
51
33
2.189
377
13
163
296
9
85
900
67
23
133 62
4
94
18
26
43
276
32
39
23
90
52
41
186
139
2
98
270
62
25
53
50
96
16
2.758
78.070
5.788
47
14.449
18.411
5.370
1.386
18.651
2.490
1.424
1.093
112
2
2.205
0
1.450
32
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
14.659
559
61.964
163
326.054
8.112
362
10.638
1.961
110
29
629
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1.757
2.291
23.455
811
7.148
2.108
3.054
588
1.124
145
247
359
213
2.127
464
11
462
738
146
13
45
21
18
30
69
48
144
1
165
162
85
23
1
5
1
4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
20
15
0
10
28
7
3
6
5
10
2
40
1.139
84
1
211
269
78
20
272
36
21
16
2.931.769
110.230
7.632.533
0
1.088.762
1.087.246
167.025
472.225
0
0
0
367.508
15.728
5.512.840
76.510
215.441
1.396.451
27.160
76.085
30.110
133.721
3.861
535
1.683
1.138.419
101.662
2.006.422
1.343
587.393
477.583
67.812
177.064
45.155
1.641
14.552
90.208
5.604
167.893
31.114
44.062
12.891
169.763
15.174
14.013
8.537
14.914
15.208
22.925
80.142
879.024
4.334
33.493
305.504
535.918
81.639
26.968
22.248
81.606
105.713
46.203
272.657
478.359
2.345.826
138.308
1.170.475
492.197
418.439
86.859
217.572
13.248
39.275
71.843
122.169
637.229
184.250
11.389
593.598
706.940
99.433
11.311
19.738
7.448
10.924
23.292
79.278
280.218
154.720
1.554
131.489
121.238
75.035
51.786
24.478
30.676
1.629
5.279
3.279
281.313
25.685
463
10.085
62.932
933
23.170
209.398
9.569
3.320
44.144
2.254
110.292
11.519
15.236
27.495
166.297
21.132
14.915
21.361
81.598
33.861
39.209
16.645
91.538
90.865
1.518
35.256
186.465
24.172
15.097
21.455
20.022
60.882
11.558
31.662
409.323
133.175
4.213
203.587
227.736
144.507
73.456
200.505
12.102
7.193
344.174
Lokal
4.688.456
9.048.571
29.665.912
2.092.448
3.192.313
9.839.265
21.170.117
52.539.884
11.031.742
54.219.676
2.421.797
11.815.572
Domestik
1.367.246
3.700.882
7.535.678
899.219
1.252.217
2.323.667
309.435
3.048.403
2.799.881
9.180.144
1.086.711
1.639.078
224.088
2.922.748
1.910.937
245.642
264.229
633.548
32.095
487.211
121.265
878.732
93.811
351.962
6.279.790
15.672.200
39.112.527
3.237.310
4.708.759
12.796.480
21.511.647
56.075.498
13.952.887
64.278.553
3.602.319
13.806.611
Impor Jumlah
Upah Gaji Surplus Penyusutan Pajak Tak Subsidi Jumlah Jumlah Input
INPUT PRIMER
2
4.620.050
13.214.847
25.765.083
2.424.851
3.414.899
8.502.386
3.461.200
5.658.649
1.106.505
6.569.665
826.292
2.339.670
15.706.821
24.405.625
74.903.914
10.902.288
12.880.725
93.241.519
15.784.184
16.645.933
5.128.923
12.433.834
1.422.801
4.557.880
661.587
3.263.033
3.006.432
701.635
609.688
3.098.774
331.476
1.742.834
187.343
2.284.470
246.495
517.450
178.332
2.568.468
2.288.643
218.173
176.343
3.848.558
686.452
1.423.953
927.602
5.578.273
32.450
138.679
0
0
-2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
21.166.790
43.451.974
105.964.070
14.246.947
17.081.654
108.691.237
20.263.312
25.471.369
7.350.373
26.866.242
2.528.039
7.553.678
27.446.580
59.124.174
145.076.597
17.484.256
21.790.413
121.487.717
41.774.959
81.546.867
21.303.260
91.144.795
6.130.358
21.360.289
Lampiran 2. Lanjutan OUTPUT
KALIMANTA SULAWESI ROI
INPUT ANTARA
JAWA BALI
SUMATERA
INPUT 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
JUMLAH PERMINTAAN ANTARA 106.711.054
Konsumsi Rumah Tangga
Konsumsi Pe me rintah Pusat
34.572
Inve stasi Pe me rintah Dae rah
JUMLAH PENYEDIAAN JUMLAH PERMINTAAN
IMPOR LUAR NEGERI
OUTPUT
405.058
492.755
14.748.601
55.542.804
162.253.858
0
162.253.858
162.253.858
0
4.261.362
0
313.037
0
0
0
1.015.507
97.664.941
103.254.846
163.262.676
0
163.262.676
163.262.676
0
1.917.847
1.442.621
377.565
420.197
2.224.720
2.348.905
99.731.365
205.200.035
362.953.751
0
362.953.751
362.953.751
1
5.243.941
4.942.229
28.128
218.838
0
0
80.545
0
0
5.269.741
10.513.682
0
10.513.682
10.513.682
10.273.469
339.857
124
780.565
4.274.916
3.140.278
54.263.679
0
0
62.799.419
73.072.889
0
73.072.889
73.072.889
53.462.327
36.068.297
149.753
1.815.563
128.413
134.249
4.868.239
809
19.785.834
62.951.157
116.413.484
0
116.413.484
116.413.484
14.312.297
10.637.254
2.154.900
1.363.301
506.314
239.835
1.530.047
486
9.994.501
26.426.639
40.738.936
0
40.738.936
40.738.936
5.214.431
4.812.206
877.464
288.553
38.955
5.824
322.773
379
513.578
6.859.733
12.074.164
0
12.074.164
12.074.164
5.795.888
11.460.127
799.230
1.017.299
20.531
16.965
289.800
110
1.180.441
14.784.504
20.580.392
0
20.580.392
20.580.392
1.831.279
5.688.783
19.361
177.157
101.577
0
0
0
63.646
6.050.525
7.881.805
0
7.881.805
7.881.805
5.425.875
4.818.610
68.538
305.979
0
0
0
0
835.549
6.028.676
11.454.551
0
11.454.551
11.454.551
21.075.848
21.767.644
2.424.869
33.200.329
0
0
51.037
33
608.235
58.052.146
79.127.994
0
79.127.994
79.127.994
40.550,01
-
1.003.542,90
-
15.513,24
20.182.193,35 391.849.960,90
4.381.430,33
4.878.934,80
30.304.300
44.964.223,66
1.943.229,25
1.933.778,11
1,56
1.344.185,15
19.010.832,87
6.609.976,72
179.291.642,12
-
10.468.083,46 -
-
1.158.585,89
94.161.503 621.116.576 47.089.758
-
6.969
JUMLAH PERMINTAAN AKHIR
Ekspor Luar Ne ge ri
96.736.815
-
0
Inve stasi Swasta Pe rubahan Stok
60.007.830
82.986.440,58
0
Inve stasi Pe me rintah Pusat
157.753.716
133.382.609
39.854.849
Konsumsi Pe me rintah dae rah
3.105.569,77 -
69.334.088,75 -
223.252.827,99
-
#########
223.252.827,99
1.638.778,70
24.521.083,01
47.345.597,96
141.507.101,35
-
#########
111.777.038,87
10.312.173,73
1.241.775,52
225.252.724,16
4.427.353,87
719.582.965,91
89.870.219,11
1.340.699.542,09
-
#########
##########
-
-
48.841.231,03
79.145.531,32
-
79.145.531,30
79.145.531,30
-
-
206.256.638,42
253.346.396,40
-
#########
253.346.396,40
236.746.104
194.979.416,71
2.171.227,77
5.701.413,12
1.350.882,40
1.019.449,51
18.431.681,85
3.259,49
84.235.565,31
307.892.896,17
544.638.999,68
-
#########
544.638.999,68
30.917.364
35.621.033,39
3.449.372,63
3.111.486,34
323.202,83
219.156,05
2.045.828,86
1.433,94
15.802.336,70
60.573.850,75
91.491.215,20
-
91.491.215,21
91.491.215,21
8.720.820
6.345.730,12
3.192.448,41
520.952,77
4.095,91
1.479,50
761.784,54
1.851,86
10.126.544,89
20.954.888,00
29.675.708,03
-
29.675.708,03
29.675.708,03
12.481.547
15.225.764,76
729.536,63
1.597.212,96
5.685,29
4.172,73
459.402,49
53,92
5.080.323,74
23.102.152,51
35.583.699,46
-
35.583.699,52
21.864.592
18.616.354,52
512.467,99
896.361,75
65.952,78
55.396.844
41.306.019,19
35.500,48
1.315.247,28
108.308.187
80.345.504,02
14.611.317,87
66.078.982,76
28.287.039
11.501.067,44
18.759,43
-
-
732.267,68
-
224.771,76
-
2.368.302,03
37.823.254
23.606.199,42
654.703,79
950.851
1.333.473,88
6.115,25
107.603,52
-
1.021,30
-
75.778.802
3.059.921
-
-
-
35.583.699,52
-
-
-
767.204,02
20.858.341,06
42.722.932,86
-
42.722.932,86
42.722.932,86
-
-
-
40.035.589,33
82.692.356,28
138.089.199,96
-
#########
138.089.199,96
26.682.784,23
206.965.020,11
315.273.207,24
-
#########
315.273.207,24
13.658,97 140.080,74 -
19.240.897,50 101.259,43 478.818,76 -
350.856,36
1.997.062,30
1.255.184,97
19.553.873,96
4.512,43 739.397,87
3.881.130,33
16.255.273,46
44.542.312,35
-
44.542.312,35
44.542.312,35
1.148.755,66
88.991.579,23
93.240.904,60
169.019.707,02
-
#########
198.749.769,49
1.306.465,30
17.097.606,83
43.508.646,59
81.331.900,88
-
81.331.900,88
81.331.900,88
-
-
1.447.192,66
2.398.043,22
-
2.398.043,22
2.398.043,22
-
-
23.156.977,59
26.216.898,81
-
26.216.898,81
26.216.898,81
4.186.705,44
23.740.050,32
40.956.478,80
-
40.956.478,80
40.956.478,80
17.216.428
14.405.231,40
15.038,60
717.116,12
43.301,35
233.613,13
4.137.557,83
1.486,45
4.461.385
1.805.995,02
245.215,42
123.301,93
7.994,29
6.267,49
239.823,35
329,16
538.535,09
2.967.461,74
7.428.846,47
-
7.428.846,47
7.428.846,47
6.338.388
1.525.857,04
851.282,38
154.502,26
1.813,94
646,96
187.518,55
77,47
4.054.670,02
6.776.368,62
13.114.756,91
-
13.114.756,91
13.114.756,91
2.243.321
1.648.249,58
136.630,24
302.962,99
2.785,46
2.947,91
88.485,43
35,45
618.011,77
2.800.108,84
5.043.429,97
-
5.043.430,00
5.043.430,00
1.041.385
870.469,58
8.150,64
144.069,72
1.782,97
-
-
-
9.408,77
1.033.881,69
2.075.267,03
-
2.075.267,03
2.029.235
920.155,11
8.601,97
170.759,88
-
-
-
-
61.406,05
1.160.923,01
3.190.158,13
-
3.190.158,13
3.190.158,13
2.419.565
7.417.165,63
1.217.704,36
12.122.601,76
-
-
24.114.255
16.496.544,44
39.512,30
-
-
4.237.487
21.231,92
18.831.921
21.252.662,29
468.439,84
151.498,76
478,54
1.175.392
986.104,12
14.176,89
126.326,86
-
-
-
80.479,06 -
1.273,14
4.788,31
20.777.278,48
23.196.843,01
-
23.196.843,01
23.196.843,01
42.614,34
519.594,92
5.681.713,92
22.785.103,27
46.899.358,14
-
46.899.358,15
46.899.358,15
22.162,66
4.310.723,82
525.766,60
9.361.855,83
483.038,37 -
0,03
9,18
411.925,23
1.515.994,63
273.707,77
16.676.359,65
12.912.134
9.233.006,00
18.344,06
878.147,24
58.176,09
30.171,14
1.269.002,98
11.617,33
3.344.736
2.979.003,91
726.887,71
1.186.291,47
5.313,29
6.236,78
227.472,39
1.032.299
1.433.381,88
166.779,23
440.997,27
157,25
56,08
30.486,64
1.120.466
2.763.730,88
102.455,04
1.121.883,62
5.433,23
188.365,53
14.338,03
740.674
658.756,37
17.177,22
115.522,60
-
-
-
1.891.970
1.970.311,92
1.859,88
146.058,33
-
-
-
4.077.974
3.147.084,32
711.347,62
12.151.012,54
-
-
15.687.177
11.046.125,55
-
11.061,52
-
-
44.716,36
4.197.421
-
-
5.123,35
22.064.507
312.646,33
5.694.985
14.210.162,87
294.100,05
11.037,58
522.098
477.848,34
13.849,22
96.486,58
35,58
291.981,18
2.402.928,95
2.202.790
-
1,08 -
4.637,28 -
2.075.267,03
13.745,28
8.591.605,66
-
8.591.605,66
8.591.605,66
51.156.139,79
-
51.156.139,79
51.156.139,79
1.126.607,91
2.301.999,67
-
2.301.999,68
2.301.999,68
-
18.877.996,45
23.075.417,40
-
23.075.417,40
23.075.417,40
772.083,97
12.270.548,81
25.182.682,55
-
25.182.682,55
25.182.682,55
4.351,72
428.671,46
5.564.228,72
8.908.965,15
-
8.908.965,15
8.908.965,15
1.189,82
1.042.162,81
3.115.211,00
4.147.509,90
-
4.147.509,90
4.147.509,90
108,77
435.297,47
4.631.612,56
5.752.078,24
-
5.752.078,24
5.752.078,24
-
16.643,19
808.099,38
1.548.773,04
-
1.548.773,04
-
114.726,33
2.232.956,46
4.124.926,52
-
4.124.926,52
4.124.926,52
410.241,43
277,97
116.167,46
16.536.131,34
20.614.105,53
-
20.614.105,53
20.614.105,53
389.657,19
256.407,47
51.513,51
11.759.402,53
27.446.579,99
-
27.446.579,99
27.446.579,99
449.524,45
36.252.780,03
37.059.667,17
107.057,01
2.072.577,87
1.548.773,04
59.124.174,09
-
59.124.174,10
59.124.174,10
16.954.735,67
22.649.720,87
-
22.649.720,87
22.649.720,87
5.722,82
-
-
593.906,96
1.116.005,12
-
1.116.005,12
1.116.005,12
579.887,15
8.256.132,03
-
-
11.530.964,89
13.733.754,67
-
13.733.754,67
13.733.754,67
90.084,18 -
-
-
4.354.118,40 32.324.219,28
-
169.715,03
6.718.273
5.488.983,84
9.077,52
529.514,00
103.373,32
21.497,58
718.617,43
37.259,24
1.419.716,27
8.328.039,19
15.046.312,31
-
15.046.312,31
15.046.312,31
2.500.825
1.428.936,56
480.691,52
467.243,07
84.656,72
13.397,51
165.829,67
12.201,19
283.037,17
2.935.993,40
5.436.818,26
-
5.436.818,26
5.436.818,26
995.513
744.401,72
194.185,60
112.153,86
34.011,46
13.201,65
62.447,97
34.730,50
303.114,44
1.498.247,21
2.493.760,12
-
2.493.760,12
2.493.760,12
812.462
1.314.031,26
184.436,28
213.694,93
64.886,53
5.814,98
43.562,38
3.905,16
101.944,49
1.932.276,01
2.744.738,34
-
2.744.738,34
2.744.738,34
551.493
1.106.542,69
36.636,38
124.985,78
-
-
-
-
7.281,93
1.275.446,78
1.826.940,21
-
1.826.940,21
577.194
916.226,77
5,01
82.017,23
-
-
-
-
14.469,90
1.012.718,92
1.589.912,81
-
1.589.912,81
1.589.912,81
1.799.829
1.816.058,01
1.003.352,68
6.776.669,01
52.567,86
9.705.486,50
11.505.315,85
-
11.505.315,85
11.505.315,85
22.089,68
-
29.337,93
5.411,34
1.826.940,21
205
206
Lampiran 3. Matrik Pengganda Tabel Interregional Input Output Antar Pulau Indonesia 2000 Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen PERMINTAAN ANTARA
OUTPUT
Sumatera INPUT
KALIMANTAN Sulawesi Rest of Indonesia
INPUT ANTARA
Jawa Bali
Sumatera
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1,1236
0,0050
0,3354
0,0245
0,1411
0,0662
0,0300
0,0863
0,0284
0,0183
0,0217
0,0350
0,0192
1,1380
0,0487
0,4627
0,1327
0,0456
0,1278
0,1212
0,1607
0,0298
0,0211
0,0146
0,1346
0,0140
1,2992
0,0732
0,2864
0,1372
0,0957
0,2373
0,0795
0,0488
0,0594
0,0932
0,0055
0,0016
0,0162
1,1045
0,0093
0,0260
0,0137
0,0178
0,0214
0,0233
0,0155
0,0118
0,0169
0,0085
0,0142
0,0387
1,0145
0,0382
0,0222
0,0338
0,0504
0,0713
0,0753
0,0186
0,0634
0,0121
0,1596
0,1065
0,1866
1,0696
0,1079
0,1258
0,1197
0,0422
0,0415
0,0373
0,0103
0,0052
0,0176
0,0230
0,0207
0,0450
1,0272
0,0140
0,0116
0,0106
0,0163
0,0045
0,0035
0,0028
0,0098
0,0170
0,0118
0,0263
0,0178
1,0231
0,0053
0,0058
0,0038
0,0025
0,0008
0,0006
0,0016
0,0019
0,0018
0,0051
0,0030
0,0096
1,0955
0,0043
0,0022
0,0007
0,0018
0,0013
0,0057
0,0040
0,0050
0,0117
0,0107
0,0139
0,0253
1,0322
0,0098
0,0043
0,0068
0,0049
0,0153
0,0165
0,0167
0,0457
0,0230
0,0197
0,0493
0,0204
1,0455
0,0087
0,0099
0,0059
0,0196
0,0208
0,0215
0,0429
0,0833
0,1087
0,1951
0,0261
0,0278
1,0262
0,0024
0,0008
0,0071
0,0017
0,0073
0,0024
0,0019
0,0039
0,0025
0,0012
0,0012
0,0015
0,0017
0,0271
0,0060
0,0228
0,0155
0,0034
0,0075
0,0081
0,0095
0,0023
0,0019
0,0013
0,0241
0,0081
0,0707
0,0170
0,0790
0,0250
0,0184
0,0412
0,0235
0,0121
0,0124
0,0154
0,0003
0,0001
0,0007
0,0002
0,0008
0,0003
0,0003
0,0005
0,0005
0,0002
0,0002
0,0002
0,0006
0,0009
0,0017
0,0013
0,0021
0,0013
0,0016
0,0019
0,0027
0,0011
0,0008
0,0006
0,0049
0,0022
0,0130
0,0063
0,0158
0,0063
0,0072
0,0091
0,0136
0,0040
0,0036
0,0031
0,0006
0,0003
0,0013
0,0008
0,0015
0,0017
0,0011
0,0009
0,0008
0,0005
0,0006
0,0003
0,0002
0,0001
0,0005
0,0003
0,0006
0,0005
0,0004
0,0006
0,0003
0,0002
0,0001
0,0001
0,0002
0,0002
0,0005
0,0003
0,0006
0,0005
0,0003
0,0008
0,0026
0,0003
0,0002
0,0001
0,0005
0,0004
0,0013
0,0009
0,0014
0,0019
0,0018
0,0024
0,0035
0,0048
0,0016
0,0008
0,0013
0,0012
0,0031
0,0025
0,0036
0,0056
0,0035
0,0039
0,0078
0,0024
0,0047
0,0014
0,0023
0,0017
0,0057
0,0034
0,0065
0,0056
0,0097
0,0103
0,0166
0,0034
0,0035
0,0026
0,0001
0,0000
0,0002
0,0001
0,0002
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0000
0,0001
0,0005
0,0020
0,0013
0,0019
0,0021
0,0008
0,0010
0,0013
0,0012
0,0004
0,0004
0,0003
0,0001
0,0000
0,0003
0,0002
0,0004
0,0003
0,0002
0,0002
0,0002
0,0001
0,0001
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0005
0,0001
0,0011
0,0008
0,0015
0,0005
0,0007
0,0009
0,0008
0,0003
0,0003
0,0003
0,0001
0,0000
0,0001
0,0001
0,0002
0,0002
0,0002
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0000
0,0001
0,0001
0,0003
0,0002
0,0003
0,0004
0,0003
0,0004
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0001
0,0000
0,0001
0,0001
0,0000
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0000
0,0003
0,0001
0,0005
0,0002
0,0001
0,0007
0,0002
0,0001
0,0001
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0002
0,0001
0,0007
0,0002
0,0015
0,0005
0,0002
0,0019
0,0006
0,0002
0,0003
0,0004
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0002
0,0001
0,0005
0,0004
0,0007
0,0002
0,0003
0,0005
0,0003
0,0001
0,0001
0,0001
0,0000
0,0000
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0000
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0000
0,0001
0,0000
0,0000
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0001
0,0003
0,0001
0,0004
0,0001
0,0001
0,0002
0,0002
0,0001
0,0001
0,0001
0,0000
0,0000
0,0001
0,0000
0,0001
0,0000
0,0000
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0000
0,0003
0,0002
0,0004
0,0001
0,0002
0,0002
0,0002
0,0001
0,0001
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
207
Lampiran 3. Lanjutan PERMINTAAN ANTARA
OUTPUT
Jawa Bali INPUT
KALIMANTAN Sulawesi Rest of Indonesia
INPUT ANTARA
Jawa Bali
Sumatera
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
0,0010
0,0004
0,0021
0,0011
0,0024
0,0015
0,0007
0,0015
0,0010
0,0004
0,0003
0,0006
0,0005
0,0005
0,0018
0,0097
0,0027
0,0014
0,0056
0,0061
0,0038
0,0007
0,0004
0,0012
0,0030
0,0011
0,0057
0,0034
0,0065
0,0041
0,0021
0,0049
0,0029
0,0011
0,0010
0,0019
0,0001
0,0000
0,0002
0,0001
0,0002
0,0001
0,0001
0,0002
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0002
0,0003
0,0003
0,0002
0,0002
0,0003
0,0003
0,0001
0,0001
0,0001
0,0009
0,0006
0,0031
0,0026
0,0045
0,0019
0,0018
0,0022
0,0022
0,0008
0,0008
0,0013
0,0002
0,0002
0,0007
0,0006
0,0007
0,0006
0,0005
0,0006
0,0004
0,0002
0,0002
0,0003
0,0001
0,0003
0,0006
0,0004
0,0005
0,0004
0,0005
0,0017
0,0003
0,0004
0,0001
0,0002
0,0000
0,0002
0,0002
0,0005
0,0002
0,0003
0,0001
0,0002
0,0016
0,0002
0,0003
0,0003
0,0000
0,0001
0,0002
0,0004
0,0004
0,0003
0,0002
0,0003
0,0003
0,0007
0,0002
0,0002
0,0002
0,0002
0,0004
0,0006
0,0006
0,0005
0,0004
0,0006
0,0006
0,0002
0,0007
0,0004
0,0003
0,0002
0,0008
0,0011
0,0011
0,0010
0,0015
0,0020
0,0015
0,0005
0,0006
0,0007
1,0588
0,0041
0,1185
0,0188
0,0304
0,0506
0,0132
0,0239
0,0275
0,0055
0,0046
0,0138
0,0035
1,0681
0,0108
0,1127
0,0375
0,0105
0,0517
0,0642
0,0366
0,0064
0,0027
0,0077
0,1100
0,0271
1,3943
0,1693
0,2549
0,1701
0,1105
0,2014
0,2143
0,0460
0,0350
0,1031
0,0018
0,0013
0,0122
1,0758
0,0118
0,0142
0,0055
0,0081
0,0088
0,0057
0,0047
0,0091
0,0131
0,0269
0,0202
0,0762
1,0425
0,0469
0,0465
0,0572
0,0296
0,1129
0,0339
0,0932
0,0316
0,0223
0,1378
0,1332
0,2057
1,0985
0,1025
0,0870
0,2858
0,0398
0,0438
0,0665
0,0032
0,0035
0,0127
0,0101
0,0108
0,0139
1,0127
0,0100
0,0077
0,0038
0,0029
0,0046
0,0008
0,0027
0,0050
0,0028
0,0036
0,0035
0,0042
1,0165
0,0028
0,0039
0,0005
0,0017
0,0015
0,0040
0,0058
0,0086
0,0049
0,0076
0,0028
0,0056
1,3489
0,0064
0,0057
0,0053
0,0016
0,0034
0,0089
0,0202
0,0194
0,0176
0,0093
0,0152
0,0120
1,0635
0,0175
0,0138
0,0064
0,0132
0,0203
0,0339
0,0352
0,0391
0,0303
0,0440
0,0384
0,0160
1,0790
0,0359
0,0244
0,0197
0,0649
0,1052
0,1038
0,0993
0,1909
0,2277
0,1439
0,0567
0,0668
1,0776
0,0006
0,0006
0,0017
0,0007
0,0010
0,0010
0,0005
0,0008
0,0006
0,0002
0,0002
0,0004
0,0026
0,0728
0,0149
0,0571
0,0204
0,0076
0,0369
0,0300
0,0159
0,0038
0,0020
0,0058
0,0004
0,0007
0,0013
0,0012
0,0016
0,0008
0,0010
0,0014
0,0007
0,0003
0,0003
0,0006
0,0000
0,0001
0,0000
0,0001
0,0001
0,0000
0,0001
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0002
0,0001
0,0002
0,0002
0,0001
0,0002
0,0001
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0004
0,0008
0,0017
0,0016
0,0024
0,0008
0,0013
0,0012
0,0011
0,0005
0,0003
0,0007
0,0001
0,0005
0,0003
0,0005
0,0004
0,0003
0,0004
0,0004
0,0002
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0008
0,0006
0,0006
0,0006
0,0004
0,0008
0,0015
0,0004
0,0004
0,0001
0,0002
0,0000
0,0003
0,0002
0,0002
0,0003
0,0002
0,0002
0,0002
0,0002
0,0002
0,0005
0,0004
0,0000
0,0001
0,0000
0,0001
0,0000
0,0000
0,0001
0,0001
0,0000
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0002
0,0001
0,0002
0,0001
0,0001
0,0001
0,0002
0,0001
0,0000
0,0001
0,0001
0,0000
0,0002
0,0001
0,0003
0,0002
0,0001
0,0003
0,0003
0,0006
0,0001
0,0001
0,0001
0,0006
0,0002
0,0015
0,0006
0,0016
0,0012
0,0003
0,0005
0,0006
0,0002
0,0001
0,0003
0,0000
0,0000
0,0001
0,0000
0,0002
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0010
0,0006
0,0030
0,0014
0,0041
0,0022
0,0007
0,0012
0,0011
0,0006
0,0003
0,0007
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0000
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0002
0,0001
0,0008
0,0005
0,0011
0,0004
0,0005
0,0004
0,0004
0,0002
0,0001
0,0003
0,0001
0,0001
0,0002
0,0002
0,0002
0,0002
0,0001
0,0002
0,0001
0,0000
0,0000
0,0001
0,0000
0,0000
0,0001
0,0000
0,0001
0,0001
0,0001
0,0002
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0000
0,0001
0,0001
0,0001
0,0002
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0000
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0004
0,0001
0,0008
0,0008
0,0007
0,0005
0,0002
0,0003
0,0003
0,0001
0,0001
0,0002
0,0007
0,0009
0,0060
0,0262
0,0188
0,0018
0,0017
0,0022
0,0017
0,0022
0,0008
0,0026
0,0002
0,0001
0,0006
0,0008
0,0007
0,0004
0,0001
0,0002
0,0002
0,0001
0,0001
0,0002
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0005
0,0004
0,0001
0,0000
0,0001
0,0000
0,0001
0,0000
0,0001
0,0001
0,0001
0,0005
0,0006
0,0008
0,0002
0,0003
0,0002
0,0003
0,0001
0,0001
0,0002
0,0000
0,0000
0,0001
0,0003
0,0003
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0000
0,0000
0,0001
0,0000
0,0000
0,0001
0,0002
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0001
0,0002
0,0002
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0002
0,0002
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
208
Lampiran 3. Lanjutan PERMINTAAN ANTARA
OUTPUT
Kalimantan INPUT
KALIMANTAN Sulawesi Rest of Indonesia
INPUT ANTARA
Jawa Bali
Sumatera
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
0,0002
0,0001
0,0006
0,0002
0,0006
0,0004
0,0004
0,0005
0,0005
0,0002
0,0001
0,0002
0,0002
0,0001
0,0004
0,0010
0,0005
0,0005
0,0011
0,0014
0,0025
0,0004
0,0001
0,0003
0,0008
0,0002
0,0019
0,0007
0,0022
0,0012
0,0012
0,0016
0,0016
0,0007
0,0003
0,0006
0,0000
0,0000
0,0001
0,0000
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0002
0,0001
0,0000
0,0000
0,0004
0,0001
0,0013
0,0007
0,0012
0,0006
0,0007
0,0009
0,0016
0,0005
0,0002
0,0004
0,0001
0,0000
0,0002
0,0001
0,0002
0,0002
0,0002
0,0001
0,0002
0,0001
0,0000
0,0001
0,0001
0,0001
0,0003
0,0001
0,0003
0,0003
0,0003
0,0003
0,0002
0,0002
0,0000
0,0001
0,0001
0,0001
0,0002
0,0007
0,0001
0,0003
0,0001
0,0001
0,0013
0,0005
0,0002
0,0001
0,0000
0,0000
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0002
0,0001
0,0002
0,0006
0,0000
0,0001
0,0001
0,0000
0,0001
0,0001
0,0002
0,0001
0,0001
0,0001
0,0002
0,0001
0,0001
0,0000
0,0001
0,0000
0,0002
0,0002
0,0002
0,0002
0,0002
0,0004
0,0006
0,0002
0,0001
0,0001
0,0039
0,0005
0,0087
0,0018
0,0064
0,0056
0,0033
0,0077
0,0045
0,0020
0,0009
0,0021
0,0013
0,0022
0,0045
0,0458
0,0183
0,0029
0,0055
0,0062
0,0113
0,0032
0,0011
0,0021
0,0270
0,0050
0,0521
0,0144
0,0576
0,0370
0,0281
0,0548
0,0395
0,0176
0,0071
0,0193
0,0003
0,0001
0,0006
0,0003
0,0007
0,0004
0,0004
0,0006
0,0006
0,0003
0,0001
0,0002
0,0007
0,0003
0,0016
0,0020
0,0021
0,0014
0,0015
0,0021
0,0025
0,0021
0,0005
0,0009
0,0063
0,0020
0,0159
0,0082
0,0161
0,0100
0,0088
0,0137
0,0223
0,0069
0,0028
0,0066
0,0008
0,0004
0,0018
0,0011
0,0018
0,0016
0,0016
0,0011
0,0011
0,0008
0,0004
0,0006
0,0004
0,0002
0,0008
0,0004
0,0008
0,0008
0,0007
0,0009
0,0006
0,0005
0,0001
0,0003
0,0003
0,0002
0,0007
0,0019
0,0007
0,0010
0,0006
0,0006
0,0034
0,0017
0,0007
0,0004
0,0006
0,0005
0,0014
0,0028
0,0015
0,0020
0,0035
0,0027
0,0036
0,0130
0,0009
0,0026
0,0020
0,0011
0,0026
0,0035
0,0070
0,0048
0,0032
0,0034
0,0049
0,0034
0,0040
0,0014
0,0023
0,0008
0,0047
0,0035
0,0058
0,0045
0,0056
0,0096
0,0100
0,0034
0,0013
0,0021
1,0795
0,0028
0,3522
0,0136
0,1246
0,0495
0,0397
0,0528
0,0299
0,0261
0,0142
0,0120
0,0256
1,2899
0,0674
0,5147
0,2105
0,0848
0,1709
0,3163
0,2427
0,0429
0,0152
0,0239
0,0580
0,0073
1,1979
0,0377
0,1943
0,0883
0,1167
0,1335
0,0898
0,0730
0,0414
0,0278
0,0023
0,0016
0,0116
1,0642
0,0039
0,0109
0,0055
0,0066
0,0038
0,0228
0,0054
0,0056
0,0078
0,0038
0,0083
0,0186
1,0134
0,0371
0,0174
0,0139
0,0132
0,0567
0,0251
0,0191
0,0369
0,0100
0,1448
0,0570
0,1179
1,0661
0,0780
0,1029
0,1265
0,0496
0,0232
0,0281
0,0140
0,0067
0,0278
0,0220
0,0306
0,0262
1,0361
0,0124
0,0128
0,0101
0,0097
0,0073
0,0264
0,0080
0,0375
0,0181
0,0450
0,0581
0,0421
1,0520
0,0195
0,0192
0,0064
0,0097
0,0025
0,0020
0,0059
0,0162
0,0045
0,0121
0,0061
0,0047
1,0345
0,0229
0,0100
0,0033
0,0008
0,0012
0,0024
0,0037
0,0021
0,0059
0,0063
0,0053
0,0088
1,0524
0,0021
0,0061
0,0051
0,0023
0,0050
0,0084
0,0228
0,0177
0,0088
0,0056
0,0073
0,0091
1,0164
0,0022
0,0036
0,0023
0,0059
0,0054
0,0095
0,0108
0,0274
0,0604
0,0562
0,0066
0,0023
1,0042
0,0056
0,0002
0,0109
0,0010
0,0050
0,0070
0,0019
0,0058
0,0028
0,0012
0,0007
0,0012
0,0001
0,0001
0,0002
0,0023
0,0041
0,0003
0,0001
0,0002
0,0001
0,0003
0,0001
0,0001
0,0054
0,0002
0,0061
0,0011
0,0086
0,0059
0,0022
0,0103
0,0047
0,0014
0,0008
0,0022
0,0001
0,0000
0,0001
0,0000
0,0001
0,0001
0,0000
0,0001
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0002
0,0000
0,0003
0,0001
0,0004
0,0002
0,0001
0,0002
0,0002
0,0001
0,0000
0,0001
0,0006
0,0001
0,0014
0,0006
0,0014
0,0007
0,0005
0,0010
0,0018
0,0004
0,0002
0,0005
0,0002
0,0001
0,0004
0,0002
0,0004
0,0004
0,0003
0,0003
0,0002
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0000
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0002
0,0001
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0000
0,0001
0,0001
0,0002
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0000
0,0002
0,0001
0,0002
0,0002
0,0001
0,0002
0,0001
0,0001
0,0000
0,0001
0,0023
0,0002
0,0088
0,0018
0,0028
0,0052
0,0012
0,0023
0,0013
0,0008
0,0004
0,0005
0,0017
0,0036
0,0021
0,0609
0,0268
0,0020
0,0014
0,0019
0,0015
0,0030
0,0010
0,0010
0,0001
0,0001
0,0002
0,0014
0,0007
0,0002
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0000
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0002
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0001
0,0001
0,0012
0,0006
0,0001
0,0000
0,0001
0,0001
0,0001
0,0000
0,0000
0,0002
0,0001
0,0007
0,0010
0,0009
0,0003
0,0003
0,0003
0,0009
0,0003
0,0001
0,0003
0,0001
0,0001
0,0002
0,0008
0,0004
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0004
0,0002
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0002
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0002
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0002
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
209
Lampiran 3. Lanjutan PERMINTAAN ANTARA
OUTPUT
Sulawesi INPUT
KALIMANTAN Sulawesi Rest of Indonesia
INPUT ANTARA
Jawa Bali
Sumatera
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
0,0002
0,0000
0,0008
0,0001
0,0003
0,0002
0,0001
0,0003
0,0002
0,0001
0,0001
0,0000
0,0001
0,0001
0,0002
0,0004
0,0002
0,0002
0,0002
0,0003
0,0006
0,0001
0,0001
0,0000
0,0003
0,0001
0,0013
0,0003
0,0008
0,0006
0,0004
0,0009
0,0005
0,0002
0,0002
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0000
0,0001
0,0000
0,0001
0,0001
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0002
0,0001
0,0009
0,0004
0,0013
0,0004
0,0009
0,0007
0,0008
0,0002
0,0003
0,0001
0,0000
0,0000
0,0001
0,0001
0,0002
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0002
0,0001
0,0003
0,0002
0,0002
0,0007
0,0001
0,0002
0,0001
0,0000
0,0000
0,0001
0,0001
0,0000
0,0001
0,0002
0,0000
0,0001
0,0012
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0001
0,0001
0,0002
0,0001
0,0002
0,0002
0,0003
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0000
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0001
0,0002
0,0001
0,0003
0,0003
0,0005
0,0001
0,0001
0,0000
0,0025
0,0005
0,0084
0,0021
0,0041
0,0027
0,0021
0,0037
0,0021
0,0007
0,0007
0,0009
0,0004
0,0006
0,0011
0,0048
0,0017
0,0010
0,0021
0,0028
0,0045
0,0005
0,0004
0,0002
0,0164
0,0048
0,0460
0,0199
0,0304
0,0208
0,0178
0,0300
0,0166
0,0057
0,0056
0,0073
0,0002
0,0001
0,0005
0,0002
0,0004
0,0003
0,0003
0,0004
0,0003
0,0001
0,0001
0,0001
0,0004
0,0002
0,0012
0,0008
0,0014
0,0012
0,0015
0,0017
0,0017
0,0010
0,0006
0,0002
0,0032
0,0019
0,0104
0,0057
0,0159
0,0062
0,0110
0,0089
0,0118
0,0032
0,0037
0,0014
0,0004
0,0003
0,0009
0,0007
0,0015
0,0009
0,0010
0,0011
0,0008
0,0003
0,0004
0,0001
0,0001
0,0001
0,0005
0,0003
0,0007
0,0004
0,0004
0,0017
0,0003
0,0005
0,0002
0,0001
0,0001
0,0002
0,0005
0,0003
0,0005
0,0006
0,0003
0,0004
0,0036
0,0003
0,0005
0,0001
0,0003
0,0003
0,0011
0,0013
0,0017
0,0039
0,0020
0,0033
0,0026
0,0067
0,0020
0,0005
0,0007
0,0008
0,0020
0,0026
0,0031
0,0058
0,0037
0,0044
0,0047
0,0016
0,0038
0,0005
0,0013
0,0008
0,0035
0,0023
0,0040
0,0033
0,0078
0,0078
0,0088
0,0016
0,0018
0,0010
0,0049
0,0005
0,0064
0,0020
0,0059
0,0044
0,0013
0,0042
0,0015
0,0008
0,0009
0,0005
0,0007
0,0005
0,0017
0,0070
0,0030
0,0014
0,0024
0,0039
0,0037
0,0008
0,0006
0,0004
0,0034
0,0007
0,0056
0,0039
0,0033
0,0032
0,0011
0,0027
0,0019
0,0006
0,0006
0,0005
0,0000
0,0000
0,0001
0,0001
0,0001
0,0000
0,0000
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0000
0,0001
0,0001
0,0002
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0008
0,0003
0,0018
0,0013
0,0031
0,0010
0,0018
0,0016
0,0014
0,0005
0,0005
0,0002
0,0002
0,0001
0,0004
0,0003
0,0005
0,0003
0,0003
0,0004
0,0003
0,0001
0,0001
0,0000
0,0003
0,0001
0,0007
0,0004
0,0009
0,0006
0,0005
0,0015
0,0004
0,0005
0,0002
0,0001
0,0000
0,0000
0,0001
0,0000
0,0001
0,0000
0,0000
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0000
0,0001
0,0000
0,0001
0,0001
0,0003
0,0003
0,0004
0,0005
0,0019
0,0018
0,0022
0,0002
0,0003
0,0002
1,0938
0,0067
0,4809
0,0249
0,0962
0,0639
0,0188
0,0772
0,0348
0,0143
0,0145
0,0171
0,0021
1,0248
0,0143
0,1498
0,0799
0,0076
0,0076
0,0203
0,0302
0,0103
0,0103
0,0019
0,0799
0,0163
1,4540
0,0636
0,2086
0,1400
0,0392
0,2014
0,0932
0,0331
0,0332
0,0442
0,0016
0,0021
0,0109
1,0679
0,0080
0,0158
0,0241
0,1131
0,1734
0,0094
0,0063
0,0045
0,0169
0,0387
0,0179
0,1302
1,0248
0,0583
0,0499
0,0520
0,0903
0,1169
0,1217
0,0109
0,0176
0,0150
0,0653
0,0436
0,1537
1,0417
0,1081
0,0607
0,1011
0,0266
0,0345
0,0066
0,0089
0,0109
0,0182
0,0196
0,0590
0,0277
1,0388
0,0359
0,0260
0,0122
0,0138
0,0035
0,0015
0,0022
0,0062
0,0041
0,0156
0,0079
0,0102
1,0614
0,0065
0,0104
0,0033
0,0013
0,0007
0,0049
0,0043
0,0027
0,0051
0,0085
0,0017
0,0038
1,1143
0,0072
0,0036
0,0006
0,0006
0,0009
0,0028
0,0046
0,0050
0,0174
0,0061
0,0136
0,0122
1,0327
0,0071
0,0013
0,0040
0,0061
0,0099
0,0205
0,0192
0,0529
0,0272
0,0290
0,0342
0,0123
1,0341
0,0027
0,0090
0,0065
0,0149
0,0104
0,0233
0,0255
0,1649
0,1112
0,0884
0,0117
0,0167
1,0256
0,0024
0,0002
0,0112
0,0008
0,0039
0,0015
0,0005
0,0018
0,0010
0,0005
0,0005
0,0004
0,0001
0,0001
0,0003
0,0004
0,0003
0,0002
0,0002
0,0003
0,0004
0,0001
0,0001
0,0000
0,0001
0,0000
0,0006
0,0001
0,0008
0,0002
0,0001
0,0002
0,0001
0,0001
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0000
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0001
0,0005
0,0002
0,0008
0,0002
0,0004
0,0003
0,0003
0,0001
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0000
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
210
Lampiran 3. Lanjutan PERMINTAAN ANTARA
OUTPUT
Rest of Indonesia INPUT
KALIMANTAN Sulawesi Rest of Indonesia
INPUT ANTARA
Jawa Bali
Sumatera
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
0,0001
0,0001
0,0005
0,0002
0,0003
0,0002
0,0002
0,0003
0,0003
0,0001
0,0001
0,0000
0,0001
0,0001
0,0003
0,0004
0,0003
0,0002
0,0002
0,0004
0,0007
0,0001
0,0001
0,0000
0,0002
0,0002
0,0007
0,0005
0,0009
0,0005
0,0005
0,0009
0,0009
0,0002
0,0002
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0001
0,0008
0,0008
0,0006
0,0004
0,0006
0,0006
0,0010
0,0002
0,0003
0,0001
0,0000
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0001
0,0002
0,0001
0,0002
0,0001
0,0002
0,0003
0,0002
0,0001
0,0001
0,0000
0,0000
0,0001
0,0000
0,0001
0,0001
0,0001
0,0000
0,0002
0,0014
0,0001
0,0001
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0001
0,0001
0,0000
0,0001
0,0001
0,0003
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0002
0,0001
0,0001
0,0000
0,0000
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0002
0,0004
0,0007
0,0001
0,0001
0,0000
0,0098
0,0020
0,0289
0,0059
0,0119
0,0104
0,0119
0,0282
0,0097
0,0021
0,0022
0,0031
0,0004
0,0011
0,0018
0,0088
0,0046
0,0023
0,0081
0,0051
0,0084
0,0013
0,0010
0,0004
0,0157
0,0116
0,0601
0,0426
0,0641
0,0421
0,0359
0,0635
0,0655
0,0106
0,0115
0,0052
0,0002
0,0001
0,0007
0,0006
0,0007
0,0005
0,0005
0,0007
0,0009
0,0002
0,0002
0,0001
0,0004
0,0004
0,0017
0,0017
0,0016
0,0014
0,0016
0,0025
0,0030
0,0012
0,0010
0,0002
0,0029
0,0024
0,0153
0,0170
0,0122
0,0089
0,0112
0,0129
0,0211
0,0039
0,0055
0,0011
0,0003
0,0006
0,0011
0,0010
0,0012
0,0012
0,0008
0,0010
0,0012
0,0004
0,0004
0,0001
0,0002
0,0003
0,0005
0,0004
0,0006
0,0004
0,0006
0,0009
0,0007
0,0004
0,0002
0,0000
0,0001
0,0003
0,0004
0,0005
0,0004
0,0005
0,0003
0,0008
0,0040
0,0004
0,0004
0,0002
0,0002
0,0006
0,0010
0,0020
0,0012
0,0025
0,0011
0,0024
0,0028
0,0063
0,0022
0,0003
0,0007
0,0012
0,0029
0,0029
0,0037
0,0061
0,0032
0,0062
0,0071
0,0043
0,0122
0,0004
0,0014
0,0018
0,0050
0,0047
0,0054
0,0045
0,0062
0,0117
0,0152
0,0024
0,0029
0,0006
0,0002
0,0002
0,0005
0,0028
0,0010
0,0005
0,0008
0,0006
0,0009
0,0002
0,0003
0,0001
0,0021
0,0030
0,0119
0,0719
0,0570
0,0189
0,0200
0,0318
0,0520
0,0136
0,0098
0,0039
0,0006
0,0004
0,0009
0,0092
0,0028
0,0012
0,0023
0,0013
0,0022
0,0005
0,0007
0,0001
0,0000
0,0000
0,0001
0,0002
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0003
0,0000
0,0001
0,0000
0,0000
0,0001
0,0002
0,0004
0,0003
0,0002
0,0002
0,0002
0,0008
0,0001
0,0002
0,0000
0,0003
0,0004
0,0020
0,0035
0,0020
0,0010
0,0017
0,0014
0,0027
0,0006
0,0008
0,0001
0,0001
0,0002
0,0003
0,0008
0,0006
0,0004
0,0003
0,0003
0,0006
0,0002
0,0002
0,0000
0,0001
0,0001
0,0003
0,0009
0,0007
0,0004
0,0006
0,0007
0,0008
0,0002
0,0002
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0002
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0002
0,0000
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0002
0,0000
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0002
0,0002
0,0001
0,0001
0,0001
0,0003
0,0001
0,0002
0,0000
0,0006
0,0062
0,0028
0,0033
0,0051
0,0045
0,0040
0,0040
0,0307
0,0045
0,0072
0,0002
0,0112
0,0012
0,0363
0,0021
0,0067
0,0061
0,0044
0,0230
0,0061
0,0012
0,0012
0,0028
0,0000
0,0000
0,0001
0,0000
0,0001
0,0000
0,0000
0,0001
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0016
0,0006
0,0087
0,0014
0,0090
0,0024
0,0014
0,0062
0,0050
0,0010
0,0012
0,0004
0,0000
0,0000
0,0001
0,0000
0,0001
0,0000
0,0000
0,0001
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0002
0,0000
0,0007
0,0001
0,0002
0,0001
0,0001
0,0004
0,0002
0,0000
0,0001
0,0000
0,0004
0,0001
0,0018
0,0017
0,0011
0,0007
0,0009
0,0012
0,0016
0,0003
0,0005
0,0001
0,0001
0,0001
0,0005
0,0002
0,0003
0,0002
0,0001
0,0003
0,0002
0,0001
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0000
0,0001
0,0000
0,0001
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0001
0,0000
0,0002
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,0002
0,0001
0,0000
0,0001
0,0000
0,0001
0,0001
0,0004
0,0001
0,0002
0,0001
0,0001
0,0003
0,0004
0,0001
0,0001
0,0000
1,1878
0,0225
0,5259
0,0338
0,1631
0,0973
0,1326
0,3049
0,0716
0,0202
0,0226
0,0329
0,0016
1,0931
0,0545
0,3461
0,0838
0,0140
0,0066
0,0114
0,0107
0,0094
0,0106
0,0018
0,0175
0,0243
1,1417
0,0258
0,0662
0,0514
0,0354
0,0920
0,1235
0,0113
0,0162
0,0056
0,0008
0,0042
0,0058
1,0492
0,0042
0,0217
0,0062
0,0138
0,0064
0,0108
0,0081
0,0033
0,0059
0,0209
0,0097
0,0564
1,0377
0,0558
0,0326
0,0276
0,0200
0,0691
0,0931
0,0053
0,0191
0,0130
0,0832
0,1697
0,1078
1,0485
0,0951
0,0713
0,1132
0,0204
0,0300
0,0075
0,0089
0,0126
0,0231
0,0247
0,0524
0,0521
1,0274
0,0131
0,0147
0,0106
0,0113
0,0026
0,0060
0,0062
0,0117
0,0071
0,0141
0,0141
0,0156
1,0525
0,0187
0,0204
0,0068
0,0009
0,0003
0,0036
0,0015
0,0029
0,0016
0,0062
0,0009
0,0066
1,0832
0,0059
0,0053
0,0023
0,0005
0,0023
0,0025
0,0141
0,0041
0,0142
0,0057
0,0115
0,0104
1,0475
0,0109
0,0030
0,0015
0,0035
0,0067
0,0068
0,0093
0,0228
0,0094
0,0227
0,0216
0,0151
1,0480
0,0011
0,0026
0,0036
0,0041
0,0063
0,0097
0,0082
0,0153
0,0318
0,0428
0,0041
0,0043
1,0016
211
Lampiran 4. Matrik Pengganda Tabel Interregional Input Output Antar Pulau Indonesia 2005 Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen PERMINTAAN ANTARA
OUTPUT
SUMATERA 1
KALIMANTA SULAWESI ROI
INPUT ANTARA
JAWA BALI
SUMATERA
INPUT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2
3
0,7630
0,0172
-3,0028
-0,0608
1,3009
-0,2512
0,0052
-0,0105
4
5
6
-2,9230
-4,6803
-1,1086
-0,9645
3,7222
-0,5431
-2,2321
-2,3305
-3,7654
0,0023
-0,1906
1,6977
0,0019
0,0150
-0,2398
-0,0687
0,0246
-0,0146 -0,0084
7
8
-1,4647
-3,4626
-0,0799
0,2940
-0,4129
-0,9062
-1,1618
-2,7132
-0,2214
-0,0042
0,0135
-0,1067
0,2315
0,7537
0,0108
0,0453
-1,3842
-0,0108
-1,1653
0,6647
0,0171
-0,3886
0,2157
-0,3879
0,0056
-0,1431
0,0332
-0,1508
0,0050
-0,0135
0,1164
-0,0227
-0,0023
0,0013
-0,0451
-0,0054
0,0065
-0,0077
-0,0115
0,0710
9 16,5458
10
11
12
-0,8393
-0,8814
-1,3069
-0,0680
0,0996
-0,0636
-0,1858
13,0895
-0,6676
-0,7012
-1,0305
-0,0799
0,0627
-0,0124
-0,0025
-0,0884
-0,5267
0,1360
0,1028
0,0276
-0,1220
-1,0976
2,0992
-0,1211
-0,2033
-0,3450
0,0127
1,0024
-0,3137
0,9610
-0,0100
-0,0500
-0,1014
0,0009
0,0170
0,9502
0,4085
-0,0079
-0,0237
-0,0399
0,1140
-0,0154
-0,0080
0,0086
-2,7993
-0,0251
0,0026
0,0280
0,0052
-0,0445
0,0028
0,0200
-0,0048
-0,0410
1,0470
0,0041
-0,0019
-0,1159
0,0254
-0,1124
0,0055
0,0115
-0,0704
-0,2502
0,0041
1,0134
-0,0187
-0,2063
0,0834
-0,2181
-0,0424
0,3523
0,2603
-6,5081
-0,0274
-0,0246
1,0585
0,0936
-0,0746
-0,4909
-0,1622
-0,0763
-0,2257
-0,6501
3,0119
-0,3010
-0,0777
-0,3978
0,0094
-0,0037
0,2607
-0,3555
0,3366
0,0518
-0,0234
-0,1553
0,2240
-0,1100
0,1441
-0,0938
0,1339
0,1640
0,1533
-0,6432
0,1861
-0,0220
-0,2486
-0,7818
3,6329
-0,4378
-0,0511
-0,5651
0,0312
0,0343
0,0224
-0,1622
0,0219
-0,0094
-0,0594
-0,1859
0,8269
-0,0997
-0,0119
-0,1230
0,0412
0,0404
0,0294
-0,2454
0,0242
-0,0141
-0,0793
-0,2560
1,0458
-0,1347
-0,0062
-0,1525
0,1605
0,1710
0,0883
-0,8715
0,0662
-0,0589
-0,3188
-0,9767
4,3833
-0,5103
-0,0642
-0,6402
0,0189
0,0212
0,0162
-0,1033
0,0167
-0,0054
-0,0366
-0,1142
0,5081
-0,0604
-0,0066
-0,0761
0,0042
0,0047
0,0069
-0,0285
0,0082
-0,0007
-0,0073
-0,0274
0,0899
-0,0183
0,0007
-0,0139
-0,0025
-0,0037
0,0012
0,0117
0,0022
0,0017
0,0048
0,0167
-0,0623
0,0088
0,0015
0,0084
0,0125
0,0143
-0,0005
-0,0624
-0,0033
-0,0058
-0,0194
-0,0685
0,2247
-0,0402
-0,0050
-0,0298
0,0214
0,0228
0,0067
-0,1566
0,0046
-0,0105
-0,0158
-0,1573
-0,0361
-0,0853
-0,0067
0,0152
0,0792
0,0830
0,0654
-0,4700
0,0622
-0,0246
-0,1495
-0,4887
1,9878
-0,2690
-0,0213
-0,2929
0,0120
0,0140
0,0457
-0,1522
0,0651
0,0093
0,0083
0,0285
-0,0377
-0,0558
0,0015
-0,0049
-0,0065
0,0038
0,0876
-0,1918
0,1279
0,0265
0,0534
0,1312
-0,7025
-0,0392
0,0819
0,0789
0,0037
0,0092
0,0487
-0,0827
0,0734
0,0142
0,0167
0,0560
-0,1258
-0,0284
0,0065
0,0034
0,0008
0,0008
-0,0009
-0,0066
-0,0013
-0,0005
-0,0003
-0,0002
0,0054
-0,0023
-0,0003
-0,0004
0,0012
0,0020
-0,0006
-0,0159
-0,0006
-0,0005
0,0006
0,0028
-0,0048
-0,0054
0,0000
0,0011
0,0089
0,0112
-0,0083
-0,1105
-0,0127
-0,0051
-0,0010
0,0136
0,0394
-0,0338
-0,0051
-0,0009
0,0018
0,0079
-0,0053
-0,0065
-0,0039
-0,0012
0,0013
0,0007
0,0032
-0,0064
-0,0007
-0,0005
0,0015
0,0040
0,0012
-0,0274
0,0030
0,0001
0,0040
0,0110
-0,0483
-0,0110
0,0008
0,0070
0,0005
0,0013
-0,0028
-0,0077
-0,0039
-0,0011
0,0004
0,0004
-0,0108
-0,0035
-0,0006
0,0027
0,0004
0,0007
-0,0006
-0,0051
-0,0007
-0,0003
0,0003
0,0012
-0,0045
-0,0019
-0,0001
0,0009
0,0008
0,0012
-0,0007
-0,0096
-0,0007
-0,0004
0,0005
0,0015
-0,0064
-0,0033
-0,0001
0,0013
0,0010
0,0020
0,0012
-0,0191
0,0020
0,0000
0,0022
0,0066
-0,0279
-0,0069
0,0004
0,0042
-0,2197
-0,3854
1,1560
0,0038
1,5525
0,3647
0,3953
1,2691
-5,4212
0,2939
0,2874
0,5091
-0,0630
-0,0814
0,3009
0,0843
0,4201
0,1002
0,1180
0,3513
-1,5358
0,0878
0,0790
0,1416
-0,1567
-0,2594
0,8109
0,0435
1,0977
0,2584
0,2852
0,8993
-3,8683
0,2104
0,2040
0,3619
-0,0156
-0,0247
0,0781
0,0090
0,1064
0,0252
0,0286
0,0893
-0,3843
0,0218
0,0199
0,0362
-0,0558
-0,0839
0,2737
0,0470
0,3756
0,0895
0,1030
0,3186
-1,3737
0,0795
0,0706
0,1292
-0,1751
-0,2770
0,8701
0,0988
1,1843
0,2813
0,3184
1,0014
-4,2882
0,2464
0,2219
0,4045
-0,0469
-0,0761
0,2348
0,0252
0,3191
0,0759
0,0859
0,2709
-1,1610
0,0669
0,0598
0,1101
-0,0130
-0,0203
0,0645
0,0089
0,0881
0,0210
0,0240
0,0747
-0,3231
0,0183
0,0166
0,0306
-0,0132
-0,0169
0,0626
0,0177
0,0874
0,0209
0,0246
0,0732
-0,3200
0,0183
0,0165
0,0295
-0,0113
-0,0175
0,0560
0,0074
0,0765
0,0182
0,0207
0,0645
-0,2771
0,0159
0,0143
0,0261
-0,0278
-0,0390
0,1339
0,0300
0,1852
0,0442
0,0515
0,1567
-0,6799
0,0393
0,0348
0,0635
-0,0595
-0,0962
0,2989
0,0316
0,4063
0,0965
0,1091
0,3433
-1,4728
0,0842
0,0761
0,1393
0,0071
0,0003
-0,0185
-0,0337
-0,0307
-0,0081
-0,0137
-0,0330
0,1594
-0,0112
-0,0067
-0,0155
0,0171
0,0246
0,0109
-0,0799
0,0132
-0,0051
-0,0311
-0,1075
0,4414
-0,0545
-0,0040
-0,0669
0,0010
-0,0019
0,0024
-0,0117
0,0014
-0,0001
-0,0021
-0,0038
0,0211
-0,0026
-0,0002
-0,0027
0,0003
0,0003
-0,0008
-0,0011
-0,0012
-0,0003
-0,0006
-0,0017
0,0076
-0,0006
-0,0003
-0,0008
0,0013
0,0010
-0,0023
-0,0055
-0,0037
-0,0012
-0,0025
-0,0072
0,0317
-0,0028
-0,0009
-0,0037
0,0007
0,0005
-0,0111
-0,0093
-0,0174
-0,0040
-0,0050
-0,0083
0,0592
-0,0002
-0,0031
-0,0048
0,0013
0,0008
-0,0031
-0,0054
-0,0049
-0,0014
-0,0025
-0,0068
0,0305
-0,0024
-0,0011
-0,0033
0,0003
0,0003
-0,0004
-0,0013
-0,0006
-0,0002
-0,0005
-0,0017
0,0066
-0,0008
-0,0002
-0,0008
0,0004
0,0004
-0,0002
-0,0019
-0,0003
-0,0002
-0,0007
-0,0023
0,0094
-0,0011
-0,0002
-0,0013
0,0001
0,0002
-0,0001
-0,0005
-0,0002
-0,0001
-0,0002
-0,0007
0,0031
-0,0003
-0,0001
-0,0004
0,0001
0,0001
-0,0002
-0,0006
-0,0003
-0,0001
-0,0003
-0,0008
0,0033
-0,0003
-0,0001
-0,0004
0,0006
0,0006
-0,0009
-0,0024
-0,0014
-0,0005
-0,0011
-0,0034
0,0146
-0,0014
-0,0004
-0,0018
212
Lampiran 4. Lanjutan PERMINTAAN ANTARA
OUTPUT
JAWA BALI 1
KALIMANTA SULAWESI ROI
INPUT ANTARA
JAWA BALI
SUMATERA
INPUT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
-0,0160
2
3
-0,0086
0,2380
-0,0154
0,0327
-0,0091
-0,0038
-0,0004
4
5
6
-0,1099
-0,0233
-0,0673
0,0181
0,7559
-0,0436
0,1950
-0,0620
-0,0050
-0,0017
0,0194
-0,0117
-0,0006
-0,0023
0,0244
-0,0045
-0,0089
-0,0018
7
8
9
10
11
12
-0,0376
-0,8303
-0,5882
-0,0012
0,0486
-0,0423
-0,0141
0,0174
-0,2766
-0,1022
-0,0069
-0,0038
-0,0193
-0,0460
-0,0150
-0,5786
-0,5052
0,0047
0,0422
-0,0249
-0,0043
-0,0058
-0,0028
-0,0529
-0,0097
-0,0031
-0,0023
-0,0049
-0,0100
-0,0071
-0,0079
-0,0040
-0,0683
-0,0001
-0,0051
-0,0050
-0,0072
0,1303
-0,0595
-0,0224
-0,0377
-0,0160
-0,3803
-0,1475
-0,0142
-0,0033
-0,0294
-0,0017
0,0327
-0,0069
-0,0059
-0,0093
-0,0038
-0,1078
-0,0491
-0,0028
0,0011
-0,0076
-0,0008
-0,0005
0,0111
-0,0016
-0,0014
-0,0033
-0,0013
-0,0338
-0,0182
-0,0002
0,0007
-0,0026
0,0017
-0,0028
-0,0016
-0,0204
-0,0064
-0,0015
-0,0024
0,0242
0,0843
-0,0068
-0,0129
-0,0036
-0,0001
-0,0004
0,0045
-0,0022
-0,0010
-0,0014
-0,0007
-0,0125
-0,0017
-0,0007
-0,0006
-0,0012
-0,0002
-0,0011
0,0119
-0,0050
-0,0034
-0,0038
-0,0019
-0,0330
-0,0006
-0,0024
-0,0023
-0,0034
0,0022
-0,0098
0,0402
-0,0625
-0,0244
-0,0168
-0,0110
-0,0715
0,1664
-0,0219
-0,0342
-0,0200
0,9909
-0,0560
-0,4085
-0,5153
-0,3904
-0,1092
-0,3119
-0,8754
1,0154
-0,1121
-0,0521
-0,1212
-0,0465
1,2178
-0,3858
2,1743
0,1337
0,0817
0,5364
0,6270
-1,1222
0,0699
0,0370
0,0659
-0,1665
-0,1274
-0,7154
-1,1897
-0,8990
-0,3688
-0,6571
-1,6955
2,1898
-0,2606
-0,1327
-0,2740
-0,0261
0,0029
-0,1667
1,8980
0,0071
0,0427
-0,0316
-0,1001
0,1570
0,0303
0,0240
0,0190
-0,0107
0,1207
-0,2436
0,7904
1,1601
0,0957
0,2005
0,3050
-0,0711
0,2753
0,1154
0,1243
-0,1020
0,0674
-0,8644
0,8569
0,4984
1,0544
0,1284
-0,3311
-0,4247
0,1522
0,1035
0,0858
-0,0141
0,0050
-0,1094
0,0620
0,0082
0,0162
1,0068
-0,0703
0,0134
0,0100
0,0091
-0,0035
-0,0048
0,0131
-0,0343
0,0464
0,0073
0,0077
0,0115
1,0840
0,0203
0,0144
0,0026
0,0015
0,0019
-0,0017
0,0153
-0,0412
-0,0052
-0,0068
0,0000
0,0002
-0,5448
-0,0104
-0,0075
-0,0035
-0,0114
0,0209
-0,0941
0,2494
0,0888
0,0488
0,0306
0,1127
-0,0376
1,2427
0,0936
0,0386
-0,0212
0,0384
-0,1983
0,3629
0,1814
0,0836
0,0767
0,4378
-0,1094
0,1017
1,3833
0,0973
-0,0411
0,1001
-0,4796
1,0988
0,5050
0,2090
0,3434
1,3543
-0,5689
0,3017
0,3168
1,1967
-0,0020
-0,0032
0,0204
-0,0379
0,0004
-0,0124
-0,0099
-0,0608
0,0443
-0,0103
-0,0170
-0,0111
-0,0055
0,0050
0,0209
0,2102
-0,0345
-0,0020
0,0413
-0,0029
-0,1719
-0,0017
0,0105
0,0012
0,0012
-0,0029
0,0347
-0,0268
-0,0086
-0,0066
-0,0007
-0,0184
0,0019
-0,0098
-0,0146
-0,0067
0,0000
-0,0001
0,0016
0,0001
-0,0004
-0,0003
0,0002
-0,0018
-0,0017
-0,0002
-0,0002
-0,0002
-0,0002
0,0000
0,0031
0,0021
-0,0005
-0,0006
0,0007
-0,0041
-0,0062
-0,0001
0,0002
-0,0002
-0,0009
-0,0010
0,0246
-0,0018
-0,0038
-0,0048
0,0034
-0,0301
-0,0328
-0,0031
-0,0019
-0,0028
-0,0003
-0,0001
0,0048
0,0041
-0,0018
-0,0010
0,0007
-0,0080
-0,0059
-0,0010
-0,0008
-0,0009
-0,0005
-0,0004
0,0066
0,0005
-0,0023
-0,0017
0,0007
-0,0054
-0,0047
-0,0010
-0,0015
-0,0014
-0,0004
0,0007
-0,0003
0,0062
0,0024
0,0008
0,0014
0,0002
-0,0140
0,0021
0,0044
0,0017
-0,0001
0,0001
0,0007
0,0021
0,0003
0,0001
0,0004
-0,0008
-0,0030
0,0012
0,0008
0,0002
-0,0001
0,0000
0,0019
0,0014
-0,0004
-0,0004
0,0004
-0,0027
-0,0039
-0,0002
0,0001
-0,0002
-0,0004
0,0001
0,0034
0,0040
-0,0006
-0,0004
0,0011
-0,0034
-0,0114
0,0004
0,0018
0,0003
0,0179
-0,0633
0,0647
-0,5578
-0,5034
-0,0304
-0,0858
0,0354
0,2125
-0,1261
-0,0705
-0,0415
0,0052
-0,0178
0,0235
-0,1421
-0,1509
-0,0097
-0,0238
0,0008
0,0521
-0,0374
-0,0204
-0,0125
0,0133
-0,0405
0,0454
-0,3585
-0,3224
-0,0177
-0,0507
0,0527
0,1331
-0,0806
-0,0462
-0,0244
0,0014
-0,0046
0,0060
-0,0389
-0,0380
-0,0024
-0,0060
0,0012
0,0131
-0,0094
-0,0051
-0,0031
0,0050
-0,0177
0,0246
-0,1443
-0,1475
-0,0099
-0,0235
-0,0042
0,0466
-0,0365
-0,0194
-0,0125
0,0154
-0,0527
0,0692
-0,4412
-0,4329
-0,0278
-0,0682
0,0060
0,1471
-0,1074
-0,0582
-0,0358
0,0043
-0,0151
0,0209
-0,1254
-0,1250
-0,0083
-0,0200
-0,0029
0,0397
-0,0310
-0,0165
-0,0106
0,0011
-0,0040
0,0054
-0,0331
-0,0330
-0,0021
-0,0052
0,0004
0,0111
-0,0082
-0,0044
-0,0028
0,0011
-0,0037
0,0047
-0,0296
-0,0313
-0,0019
-0,0048
0,0006
0,0105
-0,0076
-0,0037
-0,0024
0,0010
-0,0034
0,0044
-0,0282
-0,0279
-0,0018
-0,0044
0,0004
0,0095
-0,0069
-0,0037
-0,0023
0,0024
-0,0084
0,0116
-0,0683
-0,0706
-0,0046
-0,0111
-0,0011
0,0228
-0,0175
-0,0094
-0,0059
0,0054
-0,0187
0,0253
-0,1557
-0,1540
-0,0100
-0,0245
-0,0004
0,0503
-0,0381
-0,0204
-0,0128
-0,0007
-0,0007
-0,0064
-0,0037
-0,0050
-0,0005
-0,0048
-0,0179
0,0116
-0,0013
-0,0003
-0,0018
-0,0120
0,0302
-0,0997
0,4435
0,1960
0,0143
0,0177
-0,0066
0,0706
0,0501
0,0223
0,0195
0,0002
0,0002
-0,0039
0,0016
0,0004
0,0012
-0,0007
0,0103
0,0039
0,0003
0,0002
0,0004
-0,0001
0,0002
-0,0007
0,0032
0,0014
0,0001
0,0001
-0,0003
0,0004
0,0004
0,0002
0,0001
-0,0005
0,0011
-0,0036
0,0167
0,0074
0,0005
0,0006
-0,0011
0,0022
0,0019
0,0009
0,0007
-0,0005
0,0006
-0,0032
0,0114
0,0043
0,0001
0,0009
-0,0053
0,0006
0,0012
0,0007
0,0002
-0,0004
0,0008
-0,0027
0,0126
0,0054
0,0004
0,0004
-0,0014
0,0015
0,0014
0,0007
0,0005
-0,0002
0,0004
-0,0013
0,0054
0,0023
0,0002
0,0002
-0,0001
0,0010
0,0006
0,0003
0,0002
-0,0002
0,0005
-0,0018
0,0069
0,0033
0,0005
0,0005
0,0008
0,0004
0,0012
0,0016
0,0008
-0,0001
0,0002
-0,0005
0,0023
0,0010
0,0001
0,0001
0,0000
0,0003
0,0004
0,0002
0,0001
-0,0001
0,0001
-0,0004
0,0019
0,0008
0,0001
0,0001
-0,0001
0,0003
0,0002
0,0001
0,0001
-0,0003
0,0006
-0,0020
0,0089
0,0039
0,0003
0,0004
-0,0004
0,0012
0,0010
0,0005
0,0004
213
Lampiran 4. Lanjutan PERMINTAAN ANTARA
OUTPUT
KALIMANTAN 1
KALIMANTA SULAWESI ROI
INPUT ANTARA
JAWA BALI
SUMATERA
INPUT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2
3
4
5
10
11
12
-0,2503
1,4246
0,2030
0,0521
0,0175
0,0845
0,1367
0,3785
0,0055
-0,0129
-0,0112
0,0545
-0,1899
1,1588
0,1609
0,0435
0,0158
-0,0019
0,0058
0,0017
0,0221
0,0007
-0,0022
0,0004
0,0269
-0,0028
0,0081
0,0098
0,0021
-0,0038
-0,0049
-0,0001
0,0470
0,1076
-0,0111
0,0390
-0,0311
0,3271
0,0329
-0,0033
0,0036
0,0260
0,0225
-0,0035
0,0122
-0,0240
0,1091
0,0118
0,0017
0,0033
0,0002
0,0115
0,0086
-0,0008
0,0037
-0,0082
0,0449
0,0055
0,0005
0,0003
-0,0047
0,0468
-0,0838
0,0171
-0,0023
-0,0012
0,0446
-0,1935
-0,0308
-0,0126
-0,0025
0,0002
-0,0001
0,0038
-0,0016
0,0045
-0,0005
0,0014
0,0006
0,0037
-0,0001
-0,0006
0,0001
0,0007
-0,0004
0,0128
-0,0081
0,0131
-0,0013
0,0039
0,0047
0,0015
-0,0018
-0,0023
0,0000
0,0117
-0,0108
0,1385
-0,1982
0,0824
-0,0099
0,0123
0,1015
-0,3843
-0,0684
-0,0337
-0,0044
-0,0186
0,0261
-0,0656
0,4493
0,1378
-0,0067
0,0040
-0,0456
0,1625
-0,0151
0,0215
-0,0732
0,3620
0,0007
-0,0001
0,0154
0,0014
-0,0009
-0,0002 -0,0010
6
7
-0,0083
0,0662
0,0238
0,0077
0,0883
-0,0033
-0,0046
0,0186
0,0263
-0,0169
0,0033
0,0598
0,0017
-0,0001
-0,0006
0,0009
0,0046
8
9
0,0100
-0,0051
0,2613
0,0326
0,2200
0,0071
-0,0927
-0,1002
-0,6647
0,0450
0,0222
-0,0069
-0,0220
0,0098
-0,2545
0,4732
-0,1267
0,0538
0,1236
0,3541
0,3677
-0,0025
-0,0033
-0,0375
0,0294
-0,0071
0,5306
0,0411
0,4474
0,0414
-0,1442
-0,0766
-1,1723
0,0882
0,0517
0,0115
0,0044
-0,0006
0,0939
0,0202
0,0885
0,0094
-0,0264
-0,0164
-0,2350
0,0186
0,0111
0,0004
0,0017
0,0012
0,0722
0,0725
0,0907
0,0156
-0,0177
0,0002
-0,2394
0,0252
0,0145
-0,0029
0,0164
-0,0020
0,4237
0,1124
0,4158
0,0454
-0,1269
-0,0901
-1,1736
0,0826
0,0495
-0,0058
0,0019
-0,0001
0,0309
0,0127
0,0425
0,0025
-0,0130
-0,0401
-0,1727
0,0059
0,0084
0,0056
-0,0007
0,0012
0,0002
0,0088
0,0075
0,0019
-0,0043
-0,0096
-0,0377
0,0024
0,0003
-0,0018
0,0001
-0,0004
-0,0025
-0,0100
-0,0051
-0,0011
0,0022
0,0056
0,0028
-0,0045
-0,0023
-0,0002
0,0006
0,0007
0,0318
0,0222
0,0367
0,0056
-0,0054
-0,0115
-0,1033
0,0280
0,0075
0,0029
0,0016
0,0035
0,0465
0,0279
0,1250
0,0147
-0,0208
-0,0551
-0,2645
0,0195
0,0381
-0,0029
0,0023
0,0035
0,1390
0,0885
0,1906
0,0260
-0,0430
-0,0361
-0,4556
0,0463
0,0301
-0,0072
0,7576
-0,1446
-1,5497
-1,0582
-1,7437
-0,8520
-0,7819
-2,2629
-3,6498
-0,7763
-0,4857
-0,6863
-0,3083
2,0154
-2,7167
3,4837
-0,4143
-0,3981
0,3374
-1,6286
5,6726
-0,0487
-0,0596
-0,1819
-0,2616
-0,1269
-1,2295
-0,9333
-1,7122
-0,7697
-0,6709
-1,9137
-3,1633
-0,6876
-0,4353
-0,6034
-0,0083
0,0014
-0,0697
1,2673
-0,0536
-0,0105
-0,0040
-0,0553
-0,0259
0,0042
-0,0001
0,0028
-0,0117
0,0120
-0,1926
0,0950
0,9334
0,0382
0,0126
-0,1062
0,1772
0,1138
0,0913
0,0587
-0,1452
-0,0255
-1,2203
-0,1025
-0,6723
0,6856
-0,2181
-1,0772
0,1864
-0,2213
-0,1282
-0,2178
-0,0183
0,0105
-0,2548
0,0409
-0,1094
-0,0288
1,0260
-0,2397
-0,0694
-0,0428
-0,0147
-0,0199
-0,0211
0,0052
-0,4018
0,0052
-0,1617
0,0094
-0,0179
0,8240
-0,0997
-0,0533
-0,0354
-0,0404
-0,0106
0,0082
-0,1030
0,0621
-0,0524
0,0110
0,0001
-0,0779
1,2694
0,0461
0,0229
0,0014
-0,0069
0,0039
-0,0680
0,0238
-0,0372
0,0015
0,0145
-0,0347
0,1331
1,1242
0,0070
0,0177
-0,0094
0,0065
-0,1177
0,0241
0,0040
0,0138
0,0023
-0,0900
0,0858
0,0064
1,0295
-0,0083
-0,0225
0,0091
-0,2525
0,0353
-0,1103
-0,0049
0,0660
0,0492
0,6854
0,0019
-0,0025
0,9810
0,0292
-0,0084
0,2599
-0,2062
-0,4339
0,0155
0,0093
0,1576
-0,2643
-0,0770
-0,0332
0,0019
0,0084
-0,0022
0,0750
-0,0545
-0,1329
0,0046
0,0063
0,0487
-0,0558
-0,0222
-0,0102
0,0004
0,0194
-0,0058
0,1680
-0,1430
-0,2885
0,0107
0,0066
0,1100
-0,1846
-0,0540
-0,0226
0,0014
0,0021
-0,0006
0,0184
-0,0142
-0,0335
0,0011
0,0013
0,0114
-0,0150
-0,0056
-0,0025
0,0001
0,0079
-0,0020
0,0708
-0,0505
-0,1283
0,0040
0,0061
0,0434
-0,0461
-0,0204
-0,0096
0,0005
0,0235
-0,0064
0,2089
-0,1593
-0,3816
0,0110
0,0146
0,1267
-0,1654
-0,0637
-0,0291
0,0008
0,0067
-0,0016
0,0583
-0,0433
-0,1096
0,0032
0,0052
0,0344
-0,0409
-0,0175
-0,0079
0,0009
0,0017
-0,0004
0,0152
-0,0118
-0,0292
0,0009
0,0012
0,0093
-0,0115
-0,0047
-0,0023
0,0000
0,0017
-0,0005
0,0155
-0,0114
-0,0276
0,0009
0,0013
0,0099
-0,0119
-0,0046
-0,0021
0,0001
0,0015
-0,0004
0,0135
-0,0102
-0,0245
0,0007
0,0010
0,0083
-0,0106
-0,0041
-0,0019
0,0001
0,0038
-0,0010
0,0338
-0,0246
-0,0615
0,0019
0,0029
0,0212
-0,0234
-0,0100
-0,0047
0,0002
0,0083
-0,0021
0,0734
-0,0547
-0,1350
0,0042
0,0060
0,0445
-0,0530
-0,0219
-0,0100
0,0007
-0,0008
-0,0005
0,0000
-0,0006
-0,0045
-0,0030
-0,0041
-0,0112
-0,0172
-0,0010
-0,0012
-0,0025
0,0017
0,0000
0,0425
0,0272
0,0493
0,0064
-0,0108
-0,0021
-0,1164
0,0110
0,0065
-0,0003
0,0002
-0,0001
0,0039
-0,0001
-0,0023
0,0000
-0,0007
-0,0007
-0,0064
0,0000
-0,0001
-0,0003
0,0000
0,0000
0,0003
0,0003
0,0004
0,0000
-0,0001
-0,0001
-0,0005
0,0001
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0015
0,0014
0,0019
0,0002
-0,0004
-0,0004
-0,0033
0,0006
0,0003
0,0000
-0,0007
-0,0001
-0,0036
0,0015
-0,0023
-0,0015
-0,0012
-0,0066
-0,0020
-0,0006
-0,0006
-0,0013
0,0000
0,0000
-0,0002
0,0013
0,0009
0,0000
-0,0001
-0,0018
-0,0026
0,0003
0,0003
0,0002
0,0000
0,0000
0,0001
0,0004
0,0004
0,0000
-0,0002
-0,0004
-0,0013
0,0001
0,0000
-0,0001
0,0000
0,0000
0,0007
0,0005
0,0009
0,0001
-0,0002
-0,0001
-0,0020
0,0002
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0002
0,0002
0,0003
0,0000
-0,0001
0,0000
-0,0006
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0002
0,0001
0,0002
0,0000
0,0000
-0,0001
-0,0004
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0007
0,0007
0,0010
0,0001
-0,0002
-0,0002
-0,0017
0,0003
0,0001
0,0000
214
Lampiran 4. Lanjutan PERMINTAAN ANTARA
OUTPUT
SULAWESI 1
KALIMANTA SULAWESI ROI
INPUT ANTARA
JAWA BALI
SUMATERA
INPUT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2
3
4
5
10
11
12
0,3020
1,1282
2,1169
3,0985
6,5395
1,4414
6
2,5749
7
1,2596
8
4,4112
9
0,7581
1,1173
0,6069
0,0396
0,2522
0,3550
0,7607
1,2753
0,2780
0,5947
0,2320
1,0667
0,1503
0,2192
0,0837
0,2151
0,8152
1,5115
2,2373
4,7115
1,0360
1,8607
0,9034
3,1970
0,5465
0,8052
0,4342
0,0168
0,0643
0,1177
0,1772
0,3729
0,0808
0,1475
0,0709
0,2428
0,0431
0,0636
0,0341
0,0203
0,0787
0,1429
0,2178
0,4555
0,0983
0,1810
0,0863
0,2945
0,0526
0,0777
0,0414
0,1257
0,4806
0,8849
1,3233
2,7840
0,6065
1,1010
0,5304
1,8383
0,3222
0,4752
0,2551
0,0357
0,1370
0,2522
0,3775
0,7925
0,1733
0,3138
0,1506
0,5265
0,0918
0,1353
0,0721
0,0132
0,0507
0,0937
0,1398
0,2940
0,0643
0,1163
0,0576
0,1954
0,0341
0,0503
0,0267
-0,0141
-0,0529
-0,1008
-0,1449
-0,3025
-0,0690
-0,1198
-0,0595
-0,2251
-0,0354
-0,0520
-0,0278
0,0039
0,0152
0,0278
0,0419
0,0880
0,0191
0,0349
0,0168
0,0572
0,0102
0,0150
0,0080
0,0098
0,0379
0,0688
0,1049
0,2195
0,0474
0,0873
0,0415
0,1420
0,0254
0,0374
0,0199
0,0097
0,0407
0,0656
0,1145
0,2442
0,0455
0,0971
0,0428
0,0966
0,0273
0,0409
0,0218
0,3056
0,8117
1,9452
2,2428
4,9547
1,2075
1,8689
1,1332
3,1583
0,5730
0,8488
0,5735
-0,0578
-0,0531
-0,2526
0,0418
-0,7457
-0,1144
-0,0690
-0,1068
0,1306
-0,0775
-0,1206
-0,1245
0,5108
1,3244
3,2140
3,6550
8,1129
1,9904
3,0502
1,8807
5,1461
0,9378
1,3899
0,9577
0,1069
0,2820
0,6811
0,7835
1,7186
0,4245
0,6538
0,3995
1,1056
0,1995
0,2955
0,2000
0,1219
0,3343
0,7949
0,9482
1,9985
0,5028
0,7843
0,4710
1,3435
0,2341
0,3459
0,2265
0,5355
1,4219
3,4277
3,9594
8,6506
2,1403
3,3011
2,0068
5,5983
1,0045
1,4885
1,0005
0,0655
0,1740
0,4194
0,4837
1,0604
0,2623
0,4032
0,2443
0,6775
0,1230
0,1822
0,1219
0,0136
0,0376
0,0907
0,1070
0,2290
0,0571
0,0884
0,0607
0,1485
0,0269
0,0399
0,0248
-0,0096
-0,0260
-0,0617
-0,0722
-0,1569
-0,0389
-0,0602
-0,0362
-0,1041
-0,0183
-0,0271
-0,0179
0,0440
0,1201
0,2931
0,3406
0,7317
0,1916
0,2860
0,1729
0,4801
0,0911
0,1296
0,0827
0,0717
0,1977
0,4959
0,5620
1,2031
0,3279
0,4866
0,2750
0,7837
0,1428
0,2203
0,1332
0,2560
0,6867
1,6624
1,9249
4,1660
1,0428
1,6217
0,9847
2,7270
0,4863
0,7216
0,4762
0,0586
0,1777
0,3784
0,4842
1,0762
0,2355
0,4032
0,2303
0,6568
0,1203
0,1748
0,1049
-0,0173
0,0456
-0,0493
0,1887
0,0583
-0,0007
0,1237
0,0166
0,2996
0,0048
-0,0013
-0,0452
0,0421
0,1275
0,2629
0,3452
0,7627
0,1673
0,2921
0,1680
0,4732
0,0851
0,1236
0,0758
0,0022
0,0073
0,0143
0,0200
0,0427
0,0093
0,0169
0,0093
0,0280
0,0048
0,0069
0,0039
0,0052
0,0182
0,0355
0,0504
0,1061
0,0232
0,0425
0,0232
0,0710
0,0119
0,0172
0,0093
0,0400
0,1312
0,2633
0,3593
0,7757
0,1702
0,3028
0,1676
0,5023
0,0872
0,1264
0,0717
0,0069
0,0245
0,0467
0,0679
0,1425
0,0309
0,0569
0,0300
0,0937
0,0160
0,0231
0,0121
0,0101
0,0353
0,0691
0,0972
0,2086
0,0449
0,0817
0,0491
0,1328
0,0235
0,0335
0,0177
0,0040
0,0135
0,0272
0,0373
0,0784
0,0179
0,0312
0,0171
0,0556
0,0090
0,0130
0,0072
0,0020
0,0068
0,0134
0,0188
0,0397
0,0090
0,0159
0,0088
0,0267
0,0046
0,0065
0,0035
0,0032
0,0112
0,0219
0,0310
0,0653
0,0144
0,0262
0,0141
0,0436
0,0074
0,0107
0,0057
0,0041
0,0163
0,0311
0,0447
0,0947
0,0203
0,0422
0,0220
0,0673
0,0106
0,0153
0,0069
-0,2075
-3,8574
-6,7432
-10,5783
-21,9985
-5,3984
-9,2094
-5,3674
-15,5800
-2,5777
-3,8173
-2,6274
-0,3526
0,1080
-2,0494
-2,3873
-5,3267
-1,3722
-2,2880
-1,3892
-3,8566
-0,6260
-0,9285
-0,6727
-0,8765
-2,6144
-4,4771
-7,1716
-14,9114
-3,6782
-6,2539
-3,6274
-10,5530
-1,7472
-2,5878
-1,7801
-0,0886
-0,2460
-0,5130
0,4696
-1,4527
-0,3219
-0,5146
-0,2248
-0,8308
-0,1609
-0,2398
-0,1577
-0,3147
-0,7773
-1,9669
-2,1310
-4,3784
-1,1750
-1,9420
-1,2335
-3,2784
-0,5180
-0,7690
-0,5804
-0,9961
-2,7541
-5,8277
-7,4608
-15,9462
-2,8234
-6,1677
-3,9492
-10,7361
-1,8555
-2,7277
-1,9392
-0,2685
-0,7377
-1,6678
-2,0498
-4,3944
-1,0257
-0,7067
-1,0831
-3,0496
-0,5085
-0,7471
-0,5367
-0,0761
-0,2058
-0,4433
-0,5673
-1,1987
-0,2830
-0,4742
0,7787
-0,8375
-0,1324
-0,2057
-0,1462
-0,0732
-0,1754
-0,4251
-0,5426
-1,1655
-0,2540
-0,4691
-0,2869
0,8096
-0,1272
-0,1890
-0,1404
-0,0640
-0,1753
-0,3751
-0,4712
-1,0272
-0,2019
-0,3872
-0,2332
-0,6447
0,9113
-0,1662
-0,1181
-0,1591
-0,4346
-0,9433
-1,1752
-2,5897
-0,5513
-0,9471
-0,6040
-1,6742
-0,2934
0,5943
-0,2989
-0,3396
-0,9523
-2,0637
-2,6493
-5,6712
-1,2955
-1,6602
-1,1578
-3,4783
-0,6472
-0,9318
0,3508
0,0024
0,0069
0,0201
0,0194
0,0468
0,0096
0,0138
0,0063
0,0236
0,0052
0,0077
0,0036
0,0567
0,1530
0,3652
0,4300
0,9215
0,2293
0,3564
0,2155
0,6079
0,1073
0,1588
0,1058
-0,0071
-0,0181
-0,0399
-0,0496
-0,0997
-0,0265
-0,0461
-0,0291
-0,0776
-0,0118
-0,0176
-0,0138
0,0005
0,0014
0,0032
0,0039
0,0084
0,0020
0,0033
0,0019
0,0056
0,0010
0,0014
0,0009
0,0024
0,0068
0,0157
0,0190
0,0407
0,0100
0,0158
0,0093
0,0269
0,0047
0,0070
0,0045
0,0014
0,0051
0,0114
0,0146
0,0318
0,0072
0,0120
0,0053
0,0200
0,0037
0,0054
0,0025
0,0018
0,0053
0,0119
0,0147
0,0315
0,0076
0,0122
0,0069
0,0206
0,0037
0,0054
0,0034
0,0007
0,0018
0,0044
0,0052
0,0112
0,0027
0,0043
0,0027
0,0072
0,0013
0,0019
0,0012
0,0010
0,0029
0,0068
0,0080
0,0172
0,0043
0,0067
0,0040
0,0113
0,0020
0,0030
0,0019
0,0003
0,0009
0,0020
0,0024
0,0052
0,0013
0,0020
0,0012
0,0034
0,0006
0,0009
0,0006
0,0003
0,0007
0,0017
0,0020
0,0043
0,0011
0,0017
0,0010
0,0028
0,0005
0,0007
0,0005
0,0012
0,0034
0,0080
0,0096
0,0205
0,0050
0,0079
0,0047
0,0135
0,0024
0,0035
0,0023
215
Lampiran 4. Lanjutan PERMINTAAN ANTARA
OUTPUT
ROI 1
KALIMANTA SULAWESI ROI
INPUT ANTARA
JAWA BALI
SUMATERA
INPUT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2
3
-0,0987
-0,1226
-0,0155
-0,0349
-0,0411
-0,0728
-0,0896
-0,0059
4
5
6
-0,0064
-0,0103
-0,0117
-0,0061
0,0013
-0,0153
-0,0116
-0,0046
-0,0121
-0,0077
-0,0009
-0,0004
-0,0074
-0,0098
-0,0011
-0,0439
-0,0560
-0,0126
7
8
9
10
11
12
-0,0231
-0,0134
-0,0461
-0,0015
0,0002
-0,0633
-0,0036
0,0052
-0,0030
-0,0118
-0,0004
-0,0009
-0,0197
-0,0086
-0,0167
-0,0097
-0,0322
-0,0011
0,0005
-0,0464
-0,0010
-0,0007
-0,0014
-0,0008
-0,0032
-0,0001
0,0001
-0,0039
-0,0005
-0,0013
-0,0009
-0,0016
-0,0010
-0,0042
-0,0001
0,0001
-0,0050
-0,0066
-0,0028
-0,0068
-0,0052
-0,0100
-0,0059
-0,0223
-0,0007
0,0005
-0,0287
-0,0154
-0,0019
-0,0008
-0,0020
-0,0015
-0,0027
-0,0017
-0,0063
-0,0002
0,0001
-0,0081
-0,0047
-0,0058
-0,0007
-0,0003
-0,0008
-0,0005
-0,0010
-0,0006
-0,0023
0,0000
0,0000
-0,0030
0,0044
0,0046
0,0007
0,0002
0,0006
0,0005
0,0008
0,0006
0,0010
0,0000
0,0000
0,0025
-0,0014
-0,0018
-0,0002
-0,0001
-0,0002
-0,0002
-0,0003
-0,0002
-0,0008
0,0000
0,0000
-0,0009
-0,0036
-0,0047
-0,0006
-0,0002
-0,0006
-0,0004
-0,0008
-0,0005
-0,0020
-0,0001
0,0000
-0,0024
-0,0048
-0,0085
-0,0007
-0,0005
-0,0011
-0,0007
-0,0016
-0,0007
-0,0058
-0,0002
0,0002
-0,0041
-0,0221
-0,0445
-0,0034
-0,0033
0,0138
-0,0029
-0,0112
-0,0072
-0,0397
-0,0006
-0,0127
-0,0160
-0,0117
-0,0072
-0,0039
0,0086
-0,0229
0,0005
0,0328
0,0018
0,0046
0,0007
-0,0067
0,0016
-0,0297
-0,0662
-0,0072
-0,0053
0,0227
-0,0041
-0,0183
-0,0112
-0,0654
-0,0011
-0,0226
-0,0218
-0,0073
-0,0139
-0,0016
-0,0009
0,0045
-0,0008
-0,0030
-0,0024
-0,0130
-0,0001
-0,0042
-0,0050
-0,0109
-0,0170
-0,0023
-0,0003
0,0032
-0,0009
-0,0005
-0,0028
-0,0146
0,0003
-0,0045
-0,0063
-0,0386
-0,0713
-0,0072
-0,0041
0,0228
-0,0040
-0,0134
-0,0122
-0,0645
-0,0002
-0,0208
-0,0256
-0,0047
-0,0077
-0,0010
-0,0005
0,0029
-0,0004
-0,0018
-0,0016
-0,0086
0,0000
-0,0027
-0,0032
-0,0013
-0,0019
-0,0002
-0,0001
0,0004
-0,0001
0,0000
-0,0001
-0,0020
0,0003
-0,0007
-0,0008
0,0008
0,0013
0,0002
0,0001
-0,0003
0,0001
0,0002
0,0002
0,0011
0,0000
0,0003
0,0005
-0,0047
-0,0075
-0,0010
-0,0003
0,0004
-0,0003
-0,0010
-0,0012
-0,0065
0,0004
0,0000
-0,0023
-0,0095
-0,0149
-0,0019
-0,0008
-0,0013
-0,0005
-0,0021
-0,0026
-0,0131
0,0007
0,0049
-0,0057
-0,0203
-0,0200
-0,0040
-0,0014
0,0141
-0,0011
-0,0038
-0,0056
-0,0185
0,0013
-0,0049
-0,0120
-0,0058
-0,0073
-0,0022
-0,0005
0,0052
-0,0008
-0,0012
-0,0006
-0,0055
-0,0004
-0,0031
-0,0025
-0,0100
0,0000
-0,0035
0,0039
-0,0054
-0,0003
0,0152
0,0018
0,0100
-0,0002
-0,0022
0,0004
-0,0032
-0,0038
-0,0015
-0,0003
0,0033
-0,0005
-0,0006
-0,0001
-0,0028
-0,0003
-0,0021
-0,0011
-0,0003
-0,0002
-0,0001
0,0000
0,0002
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
-0,0001
-0,0001
-0,0008
-0,0003
-0,0002
0,0000
0,0006
-0,0001
0,0002
0,0000
0,0002
0,0000
-0,0001
-0,0003
-0,0052
-0,0044
-0,0010
0,0000
0,0038
-0,0005
0,0002
-0,0003
-0,0012
-0,0002
-0,0011
-0,0020
-0,0012
-0,0006
-0,0003
0,0000
0,0005
-0,0001
0,0002
-0,0001
-0,0002
0,0000
-0,0002
-0,0005
-0,0017
-0,0013
-0,0004
0,0000
0,0008
-0,0002
0,0002
-0,0001
-0,0004
-0,0001
-0,0005
-0,0006
-0,0006
-0,0004
-0,0001
0,0000
0,0002
-0,0001
0,0000
-0,0001
0,0000
0,0000
-0,0001
-0,0002
-0,0003
-0,0001
-0,0001
0,0000
0,0002
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
-0,0001
-0,0005
-0,0004
-0,0001
0,0000
0,0002
0,0000
0,0001
0,0000
-0,0001
0,0000
0,0000
-0,0002
-0,0009
0,0036
-0,0002
0,0001
0,0018
0,0001
0,0005
0,0000
0,0038
0,0002
0,0009
0,0000
0,0385
0,0509
0,0009
0,0008
-0,1423
0,0035
0,0042
0,0024
0,0222
-0,0007
-0,0093
0,0250
0,0100
0,0136
0,0001
0,0003
-0,0442
0,0009
0,0013
0,0006
0,0063
-0,0002
-0,0028
0,0066
0,0273
0,0362
0,0009
0,0007
-0,0931
0,0025
0,0033
0,0019
0,0160
-0,0004
-0,0059
0,0177
0,0026
0,0035
0,0000
0,0001
-0,0110
0,0002
0,0003
0,0002
0,0016
-0,0001
-0,0007
0,0017
0,0092
0,0125
0,0000
0,0002
-0,0426
0,0008
0,0011
0,0005
0,0058
-0,0002
-0,0026
0,0061
0,0294
0,0396
0,0007
0,0008
-0,1244
0,0026
0,0037
0,0017
0,0183
-0,0006
-0,0075
0,0193
0,0079
0,0108
0,0000
0,0002
-0,0360
0,0007
0,0009
0,0004
0,0050
-0,0002
-0,0022
0,0052
0,0022
0,0029
0,0000
0,0001
-0,0095
0,0002
0,0003
0,0001
0,0013
0,0000
-0,0006
0,0014
0,0021
0,0028
0,0000
0,0001
-0,0091
0,0002
0,0003
0,0001
0,0013
0,0000
-0,0006
0,0014
0,0019
0,0025
0,0000
0,0000
-0,0080
0,0002
0,0002
0,0001
0,0012
0,0000
-0,0005
0,0012
0,0045
0,0061
0,0000
0,0001
-0,0203
0,0004
0,0006
0,0002
0,0029
-0,0001
-0,0012
0,0030
0,0101
0,0137
0,0001
0,0002
-0,0444
0,0009
0,0012
0,0006
0,0063
-0,0002
-0,0027
0,0066
1,2419
0,0161
0,1308
0,0009
0,1196
0,0163
0,0158
0,0374
0,0068
0,0010
0,0117
0,1124
-0,0017
1,2919
0,0008
0,0260
0,1471
0,0010
0,0064
0,0015
0,0293
0,0015
0,0100
0,0002
0,0931
0,0101
1,0376
0,0006
0,0580
0,0069
0,0063
0,0140
0,0115
0,0006
0,0160
0,0312
0,0005
0,0093
0,0006
1,0043
0,0025
0,0019
0,0012
0,0009
0,0023
0,0013
0,0115
0,0056
0,0067
0,0489
0,0011
0,0043
1,0318
0,0063
0,0061
0,0021
0,0069
0,0070
0,0806
0,0123
0,0251
0,0323
0,0352
0,0138
0,1029
1,0067
0,0281
0,0067
0,0469
0,0019
0,0380
0,0218
0,0103
0,0367
0,0039
0,0021
0,0537
0,0082
1,0072
0,0012
0,0058
0,0010
0,0126
0,0073
0,0066
0,0158
0,0029
0,0005
0,0134
0,0015
0,0051
1,0034
0,0056
0,0026
0,0024
0,0022
0,0003
0,0158
0,0005
0,0004
0,0030
0,0008
0,0003
0,0015
1,0434
0,0009
0,0029
0,0110
0,0003
0,0065
0,0003
0,0016
0,0035
0,0019
0,0016
0,0010
0,0051
1,0067
0,0254
0,0096
0,0016
0,0055
0,0016
0,0003
0,0041
0,0022
0,0018
0,0011
0,0050
0,0017
1,0452
0,0032
0,0032
0,0255
0,0025
0,0010
0,0217
0,0030
0,0104
0,0051
0,0450
0,0013
0,0077
1,0828