EKSTRAKSI OLEORESIN DARI JAHE EMPRIT (Zingiber Officinale Rosc.) Sumarlin U.S Sekolah Tinggi Farmasi Bandung ABSTRAK Telah dilakukan penelitian ekstraksi oleoresin jahe (Zingiber Officinale Rosc.). proses pembuatan oleoresin dilakukan dengan cara mengekstraksi simplisia yang dihaluskan dengan ukuran mesh 10 dan mesh 20 yang direfluks selama 2 jam sampai 4 jam dengan pelarut etanol 95% dan metanol. Hasil refluks dengan pelarut etanol selama 4 jam, ukuran pada simplisia pada mesh 10 dan suhu yang digunakan 600 C menghasilkan rendeman ekstrak oleoresin sebanyak 10,4% b/v, kemudian di GC-MS dan diperoleh senyawa zingiberen sebanyak 14,76% b/b, gingerol 6,81% b/b dan shogaol 18,41% b/b. Hasil refluks dengan pelarut metanol selama 2 jam, ukuran simplisia pada mesh 10 dan suhu yang digunakan 400 C menghasilkan ekstrak oleoresin jahe sebanyak 3,01% b/v, kemudian di GC-MS dan diperoleh senyawa zingiberen sebanyak 11,84% b/b, gingerol 7,46% b/b, dan shogaol 14,90% b/b. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa pelarut yang cocok untuk penarikan oleoresin jahe (Zingiber Officinale Rosc.) adalah pelarut etanol yang menghasilkan ekstrak lebih banyak dibandingkan dengan pelarut metanol. Kata Kunci : Jehe emprit, oleoresin jahe, (refluks) ABSTRACT OLEORESINE EXTRACTION FROM SMALL GINGER (Zingiber Officinale Rosc.) The research on Extraction of ginger oleoresin (Zingiber Officinale Rosc.) has been done. Processing of oleoresin was done by extraction simplisia which in refining of the size mesh 10 and mesh 20 refluks during 2 hour and 4 hour with solvent ethanol 95% and methanol. Result of refluks with ethanol solvent during 4 hour, size simplisia at mesh 10 and temperature applied by 600 C gave rendement of oleroresin counted 10.4% w/v, then in GCMS and obtained compound zingiberen 14.76% w/w, gingerol 6.81% w/w and shogaol 18.41% w/w. Result of refluks with solvent methanol during 2 hour, size simplisia at mesh 10 and temperature applied by 400 gave rendement of extract oleoresin ginger counted 3.01% w/v, then in GC-MS obtained compound zingiberen 11.84% w/w, gingerol 7.46% w/w and shogaol 14.90% w/w. Based on the data was inferential that solvent which suited for ginger oleoresin withdrawal (Zingiber Officinale Rosc.) was ethanol 95% v/v solvent gave extract with more compared to methanol solvent. Keywords: Small ginger, ginger oleoresin, (refluks)
LATAR BELAKANG Jahe (Zingiber Officinale Rosc.) merupakan salah satu jenis rempah-rempah yang telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Kegunaan jahe antara lain untuk bumbu, campuran makanan/minuman, obat-obatan, minyak wangi dan kosmetik. Dalam perkembangannya, kebutuhan komoditas jahe untuk bahan baku industri meningkat terus, sehingga pengadaanya secara teratur, berkualitas baik, cukup dan berkesinambungan makin terasa menjadi suatu keharusan. Jahe merupakan rimpang dari tanaman bernama ilmiah Zingiber Officinale Roscoe. Tanaman jahe berasal dari Asia Pasifik dan tersebar dari India sampai Cina. Di dunia perdagangan, penanaman jahe berdasarkan daerah asalnya, misalkan jahe Afrika, jahe Chochin atau jahe Jamika. Tumbuhan ini berasal dari Asia selatan (India) dan RRC, kini ditemukan di wilayah tropis da subtropis, contohnya di Indonesia. Tanaman jahe biasanya ditanam di daerah beriklim panas, terutama di tanah gembur, kering dan subur. Jehe yang sangat baik dihasilkan di Jamaika. Sri Lanka dan Cina. Tanaman jahe bisa dipanen apabila daunnya telah menguning. Jahe juga dapat digunakan pada obat tradisional sebagai obat sakit kepala, obat batuk, masuk angin, untuk mengobati gangguan pada saluran pencernaan, stimulansia, diuretik, rematik, menghilangkan rasa sakit, obat anti mual dan mabuk perjalanan, karminatif (mengeluarkan gas dari perut, kolera, diare, sakit tenggorokan, difteria, neuropati, sebagai penawar racun ular dan sebagai obat luar untuk mengobati gatal digigt serangga, keseleo, bengkak serta memar. Produk-produk farmasi yang berasal dari alam sudah banyak tersebar di nusantara maupun dunia dengan bentuk sediaanya yang berfariasi diantaranya bentuk serbuk, cair/kental, maupun padat. Salah satu produk yang diambil dari bahan alam yaitu oleoresin jahe. Oleoresin adalah bagian dari minyak atsiri yang biasanya terdiri dari zingeron, zingeral mempunyai wangi yang khas. Oleoresin sebagai bahan baku flavor pada industri pengalengan daging, minuman segar, bahan baku obat, kosmetik, parfum, industri kembang gula dan roti. Jenis oleoresin di pasaran antara lain: oleoresin jahe, cabe, lombok, laos dan lain-lain. Pada skala penelitian berbagai oleoresin telah diteliti seperti : oleoresin temu putih, laos merah dan lain-lain. Berdasarkan beberapa referensi, baik jurnal ilmiah, dan majalah popular, disebut bahwa jahe dapat mencegah dan mengobati migrain, hepatotoksik, luka bakar, sakit kepala, menurunkan kadar kolestrol, obat rematik, tukak lambung, antidepresi dan mengobati impotensi. Meski demikian, semua khasiat jahe tersebut masih belum cukup bukti ilmiah, sehingga perlu dilakukan uji secara ilmiah pula.
METODOLOGI PENELITIAN Tahapan penelitian yang dilakukan meliputi penyiapan dan pengolahan bahan baku kemudian dilanjutkan dengan determinasi tanaman. Pemeriksaan karakteristik simplisia mencakup: pemeriksaan makroskopik dan indentifikasi serbuk. Penapisan fitokimia meliputi pemeriksaan alkaloid, flavonoid, saponin, tannin, kuinon dan steroid/triterpenoid. Proses pembuatan oleoresin dilakukan dengan cara mengekstraksi simplisia berbentuk rajangan yang dihaluskan dengan ukuran mesh 10 dan mesh 20 yang direfluks selama 2 jam dan 4 jam dengan pelarut 95% dan metanol. Metode yang dipakai untuk mendeteksi adalah kromatografi lapis tipis, dengan penampak bercak H2SO4 lalu plat yang sudah disemprot dengan penampakan bercak dipanaskan pada suhu 100-1050 C dengan GC-MS. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil determinasi tumbuhan menunjukan bahwa tumbuhan yang digunakan sebagai bahan baku simplisia adalah Zingiber Officinale Rosc. Dari hasil karakteristik simplisia diperoleh kadar air sebesar 6% yang sesuai dengan persyaratan umum kadar simplisia, yaitu dibawah 10%. Hasil susut pengeringan adalah 11%, hal ini mengindikasikan besarnya senyawa yang hilang selama preoses pengeringan. Dari hasil penapisan fitokimia didapat hasil yang positif untuk senyawa golongan flavonoid, saponin dan steroid/triterpenoid. Sedangkan untuk golongan alkaloid, tannin dan kuinon memberikan hasil negatif. Penarikan senyawa gingerol, shogaol, dan zingiberene dilakukan dengan refluks dengan pelarut etanol dan metanol. Ekstraksi yang dilakukan menggunakan dua pelarut yang berbeda untuk menentukan pelarut mana yang bagus dan cocok menghasilkan ekstrak kental/oleoresin yang paling banyak. Proses ekstraksi ini selain dipengaruhi oleh pelarut juga dipengaruhi oleh waktu, suhu dan ukuran mesh dari simplisia. Setelah diperoleh ekstrak kental kemudian dilakukan proses pemekatan dengan menggunakan alat evaporator baik ekstraksi dengan pelarut etanol maupun ekstraksi dengan pelarut methanol. Setelah diperoleh ekstrak yang kental kemudian dipantau dengan menggunakan kromotografi lapis tipis. Proses ekstraksi dilakukan dengan cara refluks menggunakan dua pelarut yang berbeda yaitu etanol dan metanol yang masing-masing pelarut dalam proses ekstraksinya menggunakan variasi suhu, waktu dan ukuran mesh. Proses ekstraksi dari kedua pelarut kedua tersebut menggunakan perlakuan yang sama yaitu shu yang digunakan 400 C dan 600 C, waktu ekstraksi 2 jam dan 4 jam serat ukuran simplisia yang di ekstraksi menggunakan ukuran mesh 10 dan mesh 20. Hasil yang diperoleh dari masing-masing pelarut yang digunakan, menghasilkan 32 botol dimana ekstraksi dengan pelarut etanol menghasilkan 16 botol dan ekstraksi dengan pelarut
metanol menghasilkan 16 botol. Setiap perlakuan pemekatan yang dilakukan hasilnya dimasukan kedalam vial yang sebelumnya sudah ditimbang terlebih dahulu, kemudian ekstrak kental dimasukan kedalam vial dan kemudian menghitung rendeman yang dihasilkan dalam persen (%). Dari proses pemekatan yang telah dilakukan kemudian diteliti proses ekstraksi mana yang menghasilkan ekstrak kental jahe yang paling banyak dan ekstrak kental jahe yang paling sedikit. Setelah diteliti ternyata ekstrak kental jahe/oleoresin yang paling banyak dihasilkan yaitu pada proses refluks dengan pelarut etanol, waktu ekstraksi 4 jam, ukuran simplisia pada mesh 10 dan suhu yang digunakan 600 C diperoleh rendeman oleoresin sebanyak 10,4%. Sedangkan ekstrak kental/oleoresin jahe yang paling sedikit dihasilkan, yaitu pada pelarut metanol, waktu 2 jam, ukuran simplisia pada mesh 10 dan suhu yang digunakan 400C diperoleh rendeman total sebanyak 3,01%. Hasil ekstrak kental/oleoresin yang diperoleh dari 32 vial tersebut kemudian dipantau dengan kromotografi lapis tipis dan hasil pemantauan tersebut diambil 2 buah yang hasil ekstrak kental yang paling banyak dan hasil ekstrak kental yang paling sedikit, masing-masing plat tersebut kemudian disemprot dengan larutan penampak bercak yaitu H2SO4 yang kemudian dilihat di lampu UV. Hasil yang diperoleh dari pemantauan tersebut ternyata pada ekstrak kental/oleoresin jahe emprit dengan ekstrak yang paling banyak mengandung gingerol ditunjukan dengan munculnya bercak warna violet/lembayung dengan Rf 0,3 dan zingiberen ditunjukan dengan munculnya bercak warna ungu gelap dengan Rf 0,7 yang sesuai dengan pustaka. Sedangkan hasil pemantauan untuk ekstrak kental/oleoresin paling sedikit mengandung gingerol ditunjukan dengan munculnya bercak warna violet/lembayung dengan Rf 0,3 dan untuk zingiberen dengan warna bercak ungu gelap dengan Rf 0,8 sesuai pustaka. Dari hasil refluks dengan pelarut etanol selama 4 jam, ukuran simplisia pada mesh 10 dan suhu yang digunakann 600C menghasilkan rendeman oleoresin sebanyak 10,4% dan merupakan rendeman yang paling banyak dibandingkan dengan hasil rendeman lainnya, kemudian GC-MS dan menghasilkan senyawa zingiberen 14,76%, gingerol 6,81%, dan shogaol 18,41%. Dari refluks dengan pelarut metanol selama 2 jam, ukuran simplisia pada mesh 10 dan suhu yang digunakan 400C menghasilkan rendeman ekstrak kental/oleoresin jahe sebanyak 3,01% dan merupakan rendeman yang paling sedikit dibandingkan dengan yang lainnya, kemudian di GC-MS yang menghasilkan senyawa zingiberen 11,84%, gingerol 7,46% dan shogaol 14,90 %.
KESIMPULAN Jahe merupakan rimpang dari tanaman bernama ilmiah Zingiber Officinale Rosc. Kegunaan jahe antara lain untuk bumbu, campuran makanan/minuman, obat-obatan, minyak wangi dan kosmetika. Salah satu produk farmasi yang diambil dari bahan alam yaitu jenis oleoresin jahe. Hasil penelitian yang telah dilakukan untuk proses penarikan ekstrak oleoresin jahe emprit ini proses ekstraksinya selain dipengruhi oleh pelarut juga dipengaruhi oleh waktu, suhu dan ukuran mesh dari simplisia, sehingga diperoleh nilai presentasi ekstrak yang berbeda dimana proses ekstraksi dengan pelarut etanol, suhu 600C, selama 4 jam dan derajat kehalusan simplisia pada mesh 10 sebanyak 10,4%. Sedangkan proses ekstraksi dengan pelarut metanol, suhu 400C, selama 2 jam dan derajat kehalusan simplisia pada mesh 10 sebanyak 3,01%. Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pelarut yang cocok untuk proses penarikan ekstrak oleoresin dari jahe (Zingiber Officinale Rosc.) adalah pelarut etanol yang menghasilkan ekstrak lebih banyak dibandingkan dengan pelarut metanol.
DAFTAR PUSTAKA
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Paimin, FB., Budidaya, Pengolahan, Perdagangan Jahe, Penebar swadaya, Jakarta, 1999 http: //ucupneptune.blogspot.com/2008/01/jahe-untuk-bahan-baku-obat.html Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2002, “Booklet Agribisnis Tanaman Jahe”., Jakarta, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. 1-2 Gunawan, D, dan Sri, M., 2004 ., Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I, Jakarta, 110-111, 118,126 Anonimous, 1989, Vademekum Bahan Obat Alam. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 411 Sujatmaka, Syarta Mutu Jahe Kerin, Info Agribisnis-Trubus, 5, hal. 27, Mei 1988 DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL HOLTIKULTURA, 2004, Buletin Teknopro Hortikultura., edisi 69, Jakarta Ditjen POM, Depkes RI., 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Depkes RI, Jakarta Murhananto, dan Paimin, B.Farry, 2006, Budidaya-Pngolahan-Perdagangan Jahe, jakarta Anonim, Mengenal Budidaya Jahe Dan Prospek Jahe, Koperasi Daar El-Kutub, Jakarta, 1999 Koswara, S., Jahe dan Hasil Olahannya, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1995 Santoso, HB, Jahe Gajah, Kanisius, Yogyakarta, 1994 Yoganimgrum, A.Paket Informasi Teknologi Budidaya dan Pasca Panen, Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah-LIPI, Jakarta 1999
14. DEPARTEMEN KESEHATAN RI, 1978, “Materia Medika Indonesia”. Jilid II, Depkes RI, Jakarta, 149-151 15. Heyne, K., Tumbuhan Berguna Indonesia, Badan Litbang Kehutanan, Jakarta, 32,285