SUATU TINJAUAN TENTANG MINI TRAWL DI MUARO ANAI KOTA PADANG DAN AIR HAJI KABUPATEN PESISIR SELATAN Bukhari Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta ABSTRAK Dalam sejarah perkembangan teknologi penangkapan ikan di dunia, trawl merupakan alat tangkap yang diyakini paling efektif. Namun demikian dalam pengoperasiannya, trawl juga merupakan alat tangkap yang dianggap paling besar memberikan tekanan terhadap sumberdaya. Sejak terbitnya Keppres No 39/tahun 1980 tentang penghapusan jarring trawl, di Indonesia telah dilakukan berbagai modifikasi oleh nelayan di Muaro Anai Kota Padang dinamakan Pukek osoh dan di Air Haji Kabpupaen pesisir selatan diberi nama lampara dasar, yang mana pada prinsip penangkapan adalah alat tangkap trawl. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang Pukek osoh di Muaro Anai Kota Padang dan Lampara Dasar di Air Haji Pesisir Selatan. Metode penelian dilakukan melalui survei lapanagan dan wawancara dengan nelayan di kedua lokasi . Materi penelitian meliputi kapal sarana penangkapan, metode pengoperasian alat tangkap, perlengkapan penangkapan, daerah penengkapan dan jenis ikan hasil tangkapan. Alat tangkap pukek osoh terdiri dari tali penarik, papan melayang dan jaring berkantong sedangkan alat tangkap lampara dasar terdiri dari 2 (dua) panel jaring, yaitu panel atas dan panel bawah. Panel atas terdiri dari empat bagian yaitu sayap, medang jaring atas, badan pukat dan kantong, sementara panel bawah terdiri dari tiga bagian yaitu sayap, badan pukat dan kantong. Sayap atas panjang 6,00 meter, lebar 3,44 meter, medang jaring atas panjang 0,58 meter, lebar 5,10 meter, badan pukat atas panjang 7,48 meter, lebar 4,98 meter, kantong panjang 7,50 meter, lebar 1,46 meter, sayap bawah panjang 6,58 meter, lebar 3,44 meter badan pukat bawah panjang 7,48 meter, lebar 4,98 meter, kantong bawah panjang 7,50 meter, lebar 1,46 meter. Sehingga panjang total keseluruhan tubuh lampara dasar adalah 21,50 meter. Kapal untuk operasi untuk operasi penangkapan dengan alat tangkap pukek osoh dan lampara dasar mempunyai ukuran panjang total 13,00 meter, lebar total 2,38 meter, dalam 1,10 meter dan draft 0,50 meter, mesin penggerak yang digunakan adalah mesin merk Dong feng dan Yanmar 16 PK. Alat tangkap Pukek osoh dan lampara dasar dioperasikan menelusuri permukaan dasar perairan yang ditarik di belakang kapal yang bergerak maju dengan kecepatan 1-2 knot selama 2-3 jam. Ditinjau dari konstruksi alat tangkap dan metode operasi penangkapan maka alat tangkap pukek osoh dan lampara dasar di kategorikan kedalam mini trawl. Daerah penangkapan pukek osoh lampara dasar berkisar 0,5 - 1,5 mil dari pantai, dengan kedalaman berkisar 15 - 30 meter, Substrat dasar perairan berlumpur atau lumpur bercampur pasir. Jenis hasil tangkapan pukek osoh dan lampara dasar adalah udang dan ikan demersal.
42
PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam sejarah perkembangan teknologi penangkapan ikan di dunia, trawl merupakan alat tangkap yang diyakini paling efektif.
Namun demikian dalam pengoperasiannya, trawl juga
merupakan alat tangkap yang dianggap paling besar memberikan tekanan terhadap sumberdaya. Sejak terbitnya Keppres No 39/tahun 1980 tentang penghapusan trawl, maka dilakukan berbagai modifikasi oleh nelayan dalam mencapai tujuan penangkapan. Sektor kelautan dan perikanan dalam perekonomian Sumatera Barat mempunyai peranan penting bagi masyarakat dan sebagai sumber lapangan kerja serta penghasil devisa. Dengan jumlah pulau sebanyak 391 buah (199 pulau belum bernama dan 192 pulau telah bernama) dan luas perairan teritorial berikut perairan Zona Ekonomi Eksklusif 186.580 Km² serta potensi ikan laut sebesar 289.930 ton, terumbu karang 25.984 ha serta hutan mangrove 39.832 ha Sumatera Barat potensial untuk pengembangan penangkapan ikan di laut (Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Barat, 2008). Kota Padang sebagai Kota yang terletak pada kawasan pesisir pantai Barat Sumatera yang berhadapan langsung dengan Samudera Indonesia, memiliki perairan laut seluas 720 km² dengan panjang pantai 68,126 km. Pantai dan perairan Kota Padang memiliki kekayaan laut yang potensial seperti keanekaragaman jenis ikan laut, jenis-jenis tumbuhan laut, bunga karang dan lain-lain. Pengelolaan sektor kelautan dan perikanan ini secara optimal, akan dapat mendorong perekonomian daerah, meningkatkan pendapatan masyarakat, memperluas lapangan kerja, menambah pendapatan daerah dan mempunyai multiplier efek bagi perkembangan sektorsektor lainnya. (DKP Kota Padang, 2007) Kabupaten Pesisir Selatan merupakan salah satu dari 19 kabupaten / kota di Propinsi Sumatra Barat, dengan luas wilayah 5.749,89 Km². Wilayah Kabupaten Pesisir Selatan terletak di bagian selatan Propinsi SumatraBarat, memanjang dari utara ke selatan dengan Panjang garis pantai 234 Km secara geografis Kabupaten Pesisir Selatan terletak pada 00˚00'59'' – 20˚28'06'' Lintang Selatan,10˚10'01" – 10˚10'30" Bujur Timur. Kabupaten Pesisir Selatan, sebelah Utara berbatasan dengan Kota Padang, sebelah Timur dengan Kabupaten Solok dan Propinsi Jambi, sebelah Selatan dengan Propinsi Bengkulu dan sebelah Barat dengan Samudera Indonesia.
43
Penduduk Kabupaten Pesisir Selatan (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pesisir Selatan, 2009). Potensi ikan tangkapan di Pesisir Selatan mencapai 95.000 ton per tahun yang tergarap nelayan hanya 25.704,72 ton per tahun.Luas perairan Pesisir Selatan 232,4 Km², jumlah nelayan 16.394 orang, dengan sentral tangkapan ikan berada di Kecamatan Koto XI Terusan, Linggo Sari Baganti dan Sutera. Alat tangkap digunakan nelayan berupa mesin long tail sebanyak 600 unit, mesin tempel 15 PK 100 unit, payang 200 unit, kapal tonda 150 unit dan kapal bagan 200 unit (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pesisir Selatan, 2009).
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang alat tangkap pukek osoh dan lampara dasar baik konstruksi maupun metoda pengoperasian di daerah penelitian mulai dari deskripsi alat tangkap, kapal sarana penangkapan, metode pengoperasian alat tangkap, daerah penangkapan, dan jenis ikan hasil tangkapan. Manfaat dari penelitian ini diharapkan sebagai sumber informasi bagi masyarakat perikanan dan intansi/lembaga yang terkait dalam pengambilan kebijakan untuk pengembangan perikanan dan menjaga kelestarian sumberdaya ikan.
MATERI DAN METODE PENELITIAN
Materi Penelitian Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tangkap Pukek Osoh di Muaro Anai Kota padang dan lampara dasar yang digunakan oleh nelayan di Nagari Air Haji Kecamatan Linggo Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat.
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan melakukan pengamatan langsung ke lapangan dan mengikuti secara langsung pengoperasian alat tangkap lampara dasar, melakukan wawancara dengan nelayan dan pengusaha lamparan dasar serta mempelajari secara 44
mendalam sehingga dapat memberikan gambaran tentang keadaan dan masalah yang akan diteliti. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara observasi langsung ke lapangan dan wawancara dengan nelayan serta pengusaha pukek osoh dan lampara dasar setempat, meliputi Kapal, Metoda penangkapan , Daerah penangkapan , Hasil tangkapan Data sekunder diperoleh dari laporan, data statistik dan data lain yang mendukung objek penelitian yang diperoleh pada Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Padang dan Kabupaten Pesisir Selatan serta instansi yang terkait dengan penelitian ini.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Potensi Sumber Daya Perikanan Potensi sumberdaya ikan di perairan Sumatera Barat tercatat sebanyak 289.930 ton. Jika ikan – ikan yang hidup diperairan pantai atau lepas pantai seperti tuna, kerapu, kakap, lobster, tenggiri dan ikan – ikan karang lainnya sudah dieksploitasi sampai mendekati daya dukung sumberdaya, tidak demikian halnya ikan – ikan yang berada di perairan Zona Ekonomi Ekslusif 200 mil yang relatif masih rendah tingkat pemanfaatannya (Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Barat, 2008). Jumlah hasil tangkapan ikan atau produksi perikanan tangkap di Sumbar tahun 2008 sebanyak 187.143 ton dengan uraian seperti pada Tabel 1.
Table 1: Produksi perikanan tangkap Sumatera Barat Tahun 2008 No 1 2 3
Kabupaten / Kota Mentawai Pasaman Barat Padang Pariaman
Produksi (Ton) 2.323,00 74.878,80 50.101,50 45
Persentase (%) 1,24 40,01 26,77
4 5 6 7
Agam Pariaman Pesisir Selatan Padang
2.425,50 8.923,60 29.275,90 19.214,70
1,29 4,76 15,65 10,28
Jumlah 187.143,00 100 Sumber : Laporan tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera Barat, (2008).
Alat Tangkap Trawl Kata “ trawl “ berasal dari bahasa prancis “ troler “ dari kata “ trailing “ adalah dalam bahasa inggris, mempunyai arti yang bersamaan, dapat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan kata “tarik “ ataupun “mengelilingi seraya menarik “. Ada yang menterjemahkan “trawl” dengan “jaring tarik” , tapi karena hampir semua jarring dalam operasinya mengalami perlakuan tarik ataupun ditarik , maka selama belum ada ketentuan resmi mengenai peristilahan dari yang berwenang maka digunakan kata” trawl” saja. Dari kata “ trawl” lahir kata “trawling” yang berarti kerja melakukan operasi penangkapan ikan dengan trawl, dan kata “trawler” yang berarti kapal yang melakukan trawling. Jadi yang dimaksud dengan jarring trawl ( trawl net ) disini adalah suatu jaring kantong yang ditarik di belakang kapal menelusuri permukaan dasar perairan untuk menangkap ikan, udang dan jenis demersal lainnya. Jarring ini juga ada yang menyangkut sebagai “jaring tarik dasar”. Pukat tarik lampara dasar alat adalah penangkap ikan berbentuk kantong yang terbuat dari jaring dan terdiri dari 2 (dua) bagian panel sayap, bagian badan serta bagian kantong jaring. Ada pula pukat tarik lampara dasar yang mempunyai bagian medan jaring atas (square) (Badan Standarisasi Nasional, 2006). Menurut Nedelec dalam Fauzi., dkk (1989), lampara dasar adalah jaring lingkar tanpa tali kerut yang dioperasikan di dasar perairan yang rancangan pokoknya dengan kantong tengah berbentuk sendok dan dua sayap samping menyebabkan alat ini dapat menahan ikan bila kedua sayap ditarik bersamaan dan biasa dioperasikan pada sebuah kapal terutama yang berukuran kecil. Ukuran besar kecilnya pukat tarik lampara dasar (panjang total x keliling mulut jaring) sangat beragam yang tergantung dari ukuran tonase kapal dan daya motor penggerak. Penarikan pukat tarik lampara dasar ke atas geladak dengan menggunakan permesinan bantu penangkapan (fishing machinery) yang berupa winch (kapstan-gardan). Pengoperasian pukat tarik lampara 46
dasar, kadang-kadang dilengkapi dengan danleno yang terbuat dari balok kayu atau pipa besi, pukat tarik lampara dasar tidak dihela di belakang kapal yang sedang berjalan (kapal dalam keadaan berhenti) (Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang, 1988). Klasifikasi alat tangkap yang ditarik menurut Ayodhyoa (1981), yaitu seine nets dibagi menjadi dua yaitu 1) jaring yang ditarik ke pantai disebut beach seine, 2) jaring yang ditarik keatas kapal (perahu) disebut boat seine. Spesifikasi konstruksi pukat tarik lampara dasar gambar 2, menurut Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang (1985), terdiri atas : 1) Sayap/kaki pukat (wing), bagian pukat yang terpanjang dan terletak di ujung depan dari pukat tarik lampara dasar. Sayap pukat terdiri dari sayap panel atas (upper wing) dan sayap panel bawah (lower wing). 2) Badan pukat (body), bagian pukat yang terpendek dan terletak di antara bagian kantong dan bagian sayap pukat. 3) Kantong pukat (cod end), bagian pukat yang terletak di ujung belakang dari pukat tarik lampara dasar. 4) Panjang total pukat, hasil penjumlahan dari panjang bagian sayap/kaki, bagian badan dan bagian kantong pukat. 5) Keliling mulut pukat (circumference of the net mouth), bagian badan pukat yang terbesar dan terletak di ujung depan dari bagian badan pukat. 6) Danleno, kelengkapan pukat tarik lampara dasar yang berbentuk batang atau balok kayu/pipa besi yang dipergunakan sebagai alat perentang sayap pukat (ke arah vertikal) dan dipasang tegak pada ujung depan bagian sayap pukat. 7) Tali ris atas (head rope), tali yang berfungsi untuk menggantungkan dan menghubungkan kedua sayap pukat bagian panel atas, melalui mulut pukat bagian atas atau melalui bagian square. 8) Tali ris bawah (ground rope), tali yang berfungsi untuk menghubungkan kedua sayap pukat bagian panel bawah, melalui mulut pukat bagian bawah. 9) Tali selambar (warp rope), tali yang berfungsi sebagai penarik pukat tarik lampara dasar ke atas geladak kapal.
47
10) Panel jaring (seam), lembaran susunan konstruksi pukat yang dapat dibedakan dalam gambar desain pukat tarik lampara dasar, yang terdiri dari 2 (dua) panel (seam) jaring, yaitu 1 (satu) panel atas (upper seam) dan 1 (satu) panel bawah (lower seam).
Gambar : Bentuk LamparaDasar Lampara dasar di nagari Air Haji mulai berkembang tahun 1990-an yang berasal dari Sibolga (Sumatera Utara), menurut perkembangannya alat tangkap lampara dasar mengalami beberapa modifikasi dari alat tangkap aslinya yaitu dengan memodifikasi bentuk dan cara pengoperasian seperti teknik operasi penangkapan yang ditarik di belakang kapal yang sedang berjalan dan memakai papan rentang sebagai alat pembuka mulut jaring. Lampara dasar di Nagari Air Haji di sebut juga dengan Hamparan Dasar. Namun sesuai klasifikasinya alat tangkap lampara dasar modifikasi di Air Haji tergolong kepada alat tangkap trawl (sesuai dengan standar bentuk baku konstruksi trawl). Menurut Sainsbury dalam Mukhtar (2008), trawl terlihat seperti kantong yang besar dengan bukaan mulut yang lebar, dengan bagian utamanya adalah badan jaring yang meruncing pada ujung bagian belakang dimana udang dan ikan masuk melalui mulut jaring dan terus menuju kantong. Sehingga pebedaan alat tangkap ini adalah ukuran jaring lampara dasar lebih kecil jika dibandingkan dengan trawl. Namun dalam kenyataannya larangan pengoperasianya trawl dan sejenisnya masih tidak dihiraukan nelayan. Sehingga menurut perkembangannya alat tangkap lampara dasar modifikasi di perairan Air Haji masih berkembang dengan jumlah 57 unit sehingga menimbulkan gejolak sosial, sehingga satu unit kapal lampara dasar dibakar oleh nelayan setempat. Alat Tangkap Pukek Osoh dan Lampara Dasar
48
Pukek osoh dan lampara dasar adalah alat penangkap ikan dari jenis pukat kantong yang terbuat dari jaring dan terdiri dari 2 (dua) bagian sayap, bagian medan jaring atas (square), bagian badan serta bagian kantong jaring.
Gambar 2 : Bentuk Lampara Dasar Bahan, jenis, ukuran dan bentuk komponen masing-masing bagian alat tangkap lampara dasar modifikasi, antara lain : 1.
Bahan jaring Tubuh pukek osoh dan lampara dasar terdiri dari dua yaitu panel atas dan panel bawah.
Panel atas terdiri dari empat bagian yaitu sayap, medan jaring atas, badan pukat, kantong dan panel bawah terdiri dari tiga bagian yaitu sayap, badan pukat dan kantong. Bahan terbuat dari benang nilon poly ethylene lazimnya disebut PE Ø 1 mm no. 12 dan warna biru tua. Akbar (2010). Ukuran panel atas dan panel bawah adalah sama, yang membedakan kedua panel tersebut hanya pada bagian panjang sayap dan pada panel atas terdapat bagian medan jaring atas. Berikut adalah uraian ukuran masing-masing bagian : a.
Sayap Sayap terbagi dua bagian sayap atas dan sayap bawah, panjang sayap atas 6,00 meter dan sayap bawah 6,58 meter. Bagian–bagian lain pada sayap atas dan sayap bawah memiliki ukuran yang sama yaitu lebar bagian depan 3,44 meter, lebar bagian belakang 3,72 meter, ukuran mata bagian depan dan belakang 2,50 inci, jumlah mata depan 70 buah, jumlah mata belakang 82 buah dan shortening 24, 4 persen.
b.
Medan jaring atas
49
Panjang medan jaring atas yaitu 0,58 meter, lebar depan 5, 10 meter, lebar belakang 4,98 meter, ukuran mata bagian depan dan belakang 2,50 inci, jumlah mata depan 125 buah, jumlah mata bagian belakang 119 buah dan shortening 35,24 persen. c.
Badan pukat atas dan badan pukat bawah Kedua panel badan pukat memiliki panjang yaitu 7,48 meter, lebar depan 4,98 meter, lebar belakang 1,46 meter, ukuran mata bagian depan 2,00 inci, ukuran mata belakang 1,00 inci, jumlah mata bagian depan 149 buah, jumlah mata bagian belakang 109 buah dan shortening 34,25 persen.
d.
Kantong atas dan Kantong bawah Kedua panel kantong memiliki panjang yaitu 7,50 meter, lebar depan 1,46 meter, lebar belakang 0,56 meter, ukuran mata bagian depan 1,00 inci, ukuran mata belakang ½ inci, jumlah mata bagian depan 109 buah, jumlah mata bagian belakang 56 buah dan shortening 47,26 persen. Namun pada pengoperasiannya bagian ujung belakang kantong dikerucutkan dan diikat dengan tali agar bagian ujung belakang kantong tertutup.
2.
Tali Tali dibutuhkan untuk membuat dan mengoperasikan lampara dasar, . Adapun tali yang
dibutuhkan serta bahan dan ukurannya adalah sebagai berikut : a. Tali ris atas Jenis tali ris atas adalah poly ethylene (PE) Ø 6 mm No. 6 warna biru tua, arah pilinan tali ke kanan dan panjang tali ris atas adalah 13,50 meter. b. Tali ris bawah Jenis tali ris bawah adalah poly ethylene (PE) Ø 6 mm No. 6 warna biru tua, arah pilinan tali ke kanan dan panjang tali ris bawah adalah 14,27 meter. c. Tali pelampung Jenis tali pelampung adalah poly ethylene (PE) Ø 10 mm No. 10 warna putih, arah pilinan tali ke kanan dan panjang sama dengan panjang tali ris atas 13,50 meter. d. Tali pemberat
50
Tali pemberet terdiri dari dua utas yaitu tali dengan jenis poly ethylene (PE) Ø 10 mm No. 10 dan jenis poly ethylene (PE) Ø 4 mm No. 4 dan masing-masing berwarna putih, arah pilinan tali ke kanan dan panjang tali sama dengan panjang tali ris bawah 14,27 meter. e. Tali penarik Tali ini adalah penghubung lampara dasar dengan kapal dengan jenis poly ethylene (PE) Ø 10 mm No. 10 warna putih, arah pilinan tali ke kanan dan panjangnya 150 meter. f. Tali danleno Tali antara ujung sayap depan dengan danleno Tali ini adalah penghubung antara ujung sayap depan dengan danleno, dengan jenis tali adalah poly ethylene (PE) Ø 10 mm No. 10 warna biru tua, arah pilinan tali ke kanan dan panjang 1,50 meter. Tali antara danleno dengan papan rentang Tali ini adalah penghubung antara danleno dengan papan rentang, jenis tali adalah poly ethylene (PE) Ø 10 mm No. 10 warna biru tua, arah pilinan tali ke kanan dan panjang 2,50 meter. 3.
Pelampung Pelampung yang dipakai adalah type Y-8 yang terbuat dari Jenis poly vinyilchloride (PVC)
yang dipasang pada bagian sayap dan mulut kantong. Jumlah pelampung yang dibutuhkan Y-8 sekitar 15 buah berbentuk oval dengan berat masing-masing 20 gram.
4.
Pemberat Pemberat terbuat dari timah hitam atau plumbum (Pb) dengan berat masing-masing ±80
gram dengan jumlah seluruhnya 82 buah dan berbentuk oval. 5.
Danleno Danleno terbuat dari balok kayu yang berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang
60 cm, lebar 5 cm dan tebal 3 cm. 6.
Papan rentang
51
Papan rentang terbuat dari kayu dan dilapisi dengan besi berbentuk persegi dengan ukuran panjang 75 cm, lebar 35 cm dan tebal 4,5 cm dengan berat ±10 kg. Menurut Badan Standarisasi Nasional (2006). Bahwa lampara dasar merupakan salah satu alat penangkap ikan dari jenis pukat kantong, yang pada awalnya dirancang oleh Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang, dengan karakteristik bentuk konstruksi jaring tertentu. Tetapi sekarang ini, lampara dasar yang berkembang di masyarakat perikanan, banyak mengalami perubahan atau modifikasi bentuk yang menyimpang dari bentuk konstruksi lampara dasar yang asli. Lampara dasar yang dimodifikasi (sesuai dengan standar bentuk baku konstruksi pukat hela/trawl net) banyak dipergunakan oleh para nelayan skala kecil di daerah perairan seluruh Indonesia. Penyebutan nama lain seperti pukek osoh dan lampara dasar merupakan salah satu bentuk modus operandi memperoleh ijin dan untuk mengelabui nelayan tradisional. Selain dengan mengganti nama, alatnya juga banyak dimodifikasi. Namun, sebagai pedoman di lapangan untuk membedakan alat penangkap ikan yang termasuk dalam klasifikasi trawl atau bukan dapat dicermati dari Surat Keputusan Direktorat Jenderal Perikanan Nomor IK.340/DJ.10106/97 yang pokok-pokok ketetapannya adalah sebagai berikut: a. Jaring trawl merupakan jenis –jenis jaring yang berbentuk kantong yang ditarik sebuah kapal bermotor dan menggunakan alat pembuka mulut jaring yang disebut gawang (beam) atau sepasang alat pembuka (otter board) dan jaring yang ditarik oleh dua kapal bermotor. b. Spesifikasi jaring trawl terdiri dari : tali penarik (warp), papan pembuka mulut jaring (otter board) atau gawang (beam), sayap jaring (wing), mulut jaring, badan jaring (body), kantong (cod end). c. Jaring trawl dengan spesifikasi seperti yang tersebut di atas tetap dilarang penggunaannya. d. Alat penangkap ikan berbentuk kantong yang telah diubah/dimodifikasi tersebut hanya boleh digunakan oleh nelayan usaha skala kecil yaitu nelayan yang memiliki sebuah kapal tidak bermotor atau bermotor luar atau bermotor tidak lebih dari 5 GT dan atau mesinnya berkekuatan tidak lebih dari 15 daya kuda, kecuali Lampara Dasar dapat menggunakan kapal berukuran panjang tidak lebih dari 12 meter dan atau mesin berkekuatan tidak lebih dari 36 DK dan ukuran panjang bentangan sayap tidak kurang dari 60 meter, seperti pada gambar berikut.
52
Kapal Lampara Dasar Modifikasi Kapal lampara dasar yang digunakan sebagai objek penelitian mempunyai panjang 13 meter, lebar 2,38 meter, dalam 1,10 meter dan draft 0,50 meter yang terbuat dari kayu rasak dan mulai dibangun pada tahun 2007. Untuk lebih jelasnya ukuran utama dan kondisi kapal lampara dasar modifikasi di Nagari Air Haji dapat dilihat pada Table 8. Akbar (2010) Kapal lampara dasar dilengkapi dengan mesin penggerak yang digunakan untuk membantu menggerakkan kapal. Mesin yang digunakan adalah mesin inboat (terletak dibagian dalam kapal) dengan merk Yanmar 16 PK tahun pembuatan 2004, mesin penggerak juga dilengkapi dengan propeller sepanjang 2 meter Ø 2,50 cm dan daun propeller dengan jumlah daun 3 buah Ø 19,25 cm. Untuk lebih jelasnya mesin tenaga penggerak kapal lampara dasar modifikasi di Nagari Air Haji dapat dilihat pada Tabel 9 dan Gambar 4. Tabel 8 : Ukuran Utama dan Kondisi Kapal Lampara Dasar Modifikasi di Nagari Air Haji Pesisir Selatan No
Uraian
Volume
Satuan
13,00 2,38 1,50
Meter Meter Meter
0,50
Meter
1 2 3
Panjang Total Lebar Total Dalam
4
Draft
5
Materia Utama Konstruksi
Kayu Rasak
_
6
Tahun Pembuatan
Tahun 2007
_
Table 9 : Mesin Tenaga Penggerak Kapal Lampara Dasar Modifikasi di Nagari Air Haji Pesisir Selatan No
Uraian
Volume 53
Satuan
1
Merk
Yanmar
_
2
House Power (HP)
16
PK
3
Panjang As propeler
2,00
Meter
4
Diameter As propeler
4,00
Cm
5
Jumlah daun propeler
3
Buah
6
Diameter daun propeler
38,50
Cm
7
Tahun perakitan
Tahun 2003
_
Gambar 4 : Mesin Kapal Lampara Dasar Metode Penangkapan Pengoperasian pukek osoh dan lampara dasar dilengkapi dengan kelengkapan alat pembuka mulut jaring
yang berupa papan
(otter board) dioperasikan menyelusuri dasar
perairan yang dihela di belakang kapal yang sedang berjalan. Penghelaan lampara dasar dengan kecepatan hela sekitar 1-2 knot selama 2-3 jam. Bukhari (2005) Teknik pengoperasian alat tangkap pukek osoh dan lampara dasar yang dimulai dari penurunan pukat, penghelaan pukat dan pengangkatan pukat adalah sebagai berikut : 1.
Penurunan pukat (Setting) Penurunan alat tangkap dilakukan dari buritan kapal dengan kecepatan perlahan-lahan dan setelah proses penurunan selesai maka kecepatan di tinggikan. Kapal bergerak maju dan tali selembar diikatkan pada kayu papan yang diletakkan masing-masing dikedua sisi kapal secara mendatar, dengan panjang masing-masing kedua kayu papan kurang lebih 3 (tiga) 54
meter yang digunakan untuk merentangkan posisi letak tali penarik. Panjang tali penarik disesuaikan dengan kedalaman perairan dan kecepatan hela. Penggunaan tali penarik dan pengaturan kecepatan hela dengan tujuan untuk mengatur kedalaman pukat agar dapat menyelusuri dasar perairan, (Gambar 4). 2.
Penghelaan pukat (Towing) Penghelaan alat tangkap dilakukan di belakang kapal yang sedang berjalan sehingga pukat lampara dasar modifikasi menyelusuri dasar perairan dengan mengikatkan tali penarik penghubung antara alat tangkap dengan kapal pada ujung balok kayu yang dipasang disisi kapal. Penghelaan pukat selama 2-3 jam operasi dengan kecepatan hela sekitar 1-2 knot, (Gambar 5).
3.
Pengangkatan pukat (Hauling) Pengangkatan alat tangkap lampara dasar modifikasi dilakukan dari buritan kapal dengan menarik tali penarik. Setelah tali penarik ditarik, kemudian pukat lampara dasar diangkat ke atas geladak kapal, (Gambar 6). Berdasarkan metode pengoperasian lampara dasar modifikasi di atas, maka metode
pengoperasian yang digunakan sama dengan metode pengoperasian trawl. Menurut Sainsbury dalam Mukhtar (2008), kecepatan kapal dalam menarik trawl di dasar perairan tergantung pada target dari tangkapan, penarikan yang terlalu lambat akan menyebabkan papan rentang (otter board) tertutup bersamaan, sehingga mulut trawl akan tertutup juga, sedangkan penarikan yang terlalu cepat akan menyebabkan jaring kelebihan daya angkat, sehingga tidak menyentuh dasar perairan, dan ini tidak baik dalam pengoperasian alat tangkap. Pengoperasian trawl yaitu menyelusuri dasar perairan dengan ditarik oleh kapal yang bergerak (berjalan). Permen 02/tahun 2011. Alat tangkap trawl dan sejenisnya baik yang menggunakan papan untuk membuka mulut alat tangkap maupun yang ditarik dengan dua kapal yang bergerak sejajar dilarang diseluruh WPP Indonesia dan pada semua jalur penangkapan ikan.
55
Gambar 5 : Setting Alat Tangkap
Gambar 6: Towing Alat tangkap
Berdasarkan hasil penelitian lampara dasar di Nagari Air Haji dan hasil studi alat tangkap lampara dasar dan trawl secara umum, maka didapatkan hasil perbandingan lampara dasar dengan lampara dasar dan trawl yaitu dari hasil lampara dasar di Nagari Air Haji sangat menyimpang dari bentuk aslinya dan lebih mengarah kealat tangkap trawl. Daerah Penangkapan Perairan laut di perairan wilayah Air Haji merupakan perairan yang subur yang di sebabkan pertemuan dua aliran muara sungai yaitu muara air haji dan muara gadang yang menyebabkan adanya pertemuan dua massa air yang berbeda, banyak sumber makanan yang dibawa oleh aliran sungai ke laut dan perairan pantai yang dangkal dan landai dapat terjadinya proses fotosintesis tiap tahunnya. Daerah penangkapan lampara dasar di Nagari Air Haji berkisar 0,5 - 1,5 mil dari pantai, dengan kedalaman berkisar 15 - 20 meter, suhu 26 - 28 ˚C dan salinitas 31 – 33 per mil. Substrat dasar perairannya adalah lumpur berpasir dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai daerah penangkapan sekitar ½ - 1 jam dengan kecepatan 2 – 3 mil per jam, karena jarak daerah penangkapan dengan tempat pendaratan (fishing base) yang tidak terlalu jauh. Bukhari (2005) menyatakan pengoperasian alat tangkap pukek osoh oleh nelayan di muaro anai dimana dilakukan pada perairan dekat pantai (kurang 1 mil) mengakibatkan terjadinya over eksploitasi terhadap sumberdaya ikan, sehingga nelayan yang menggunakan alat tangkap lain seperti pukat tepi dan gillnet dasar berkurang hasil tangkapannya.
56
Hasil Tangkapan Jenis hasil tangkap Pukek osoh dan lampara dasar adalah ikan-ikan campuran (ikan pelagis dan ikan demersal) yaitu jenis ikan pelagis antara lain udang putih, udang merah selar kuning (Selaroides leptolepis), kwee (Carangoides ciliarius), selar lazor (Mene maculata), alualu (Spyraena jello). Sedangkan jenis ikan demersal antara lain kapas-kapas (Gerres filamentosus), kurusi (Nemipterus hexodon), peperek (Leiognathus equulus) dan ikan kuro (Elautheronema tetradactylum). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Alat tangkap lampara dasar modifikasi terdiri dari 2 (dua) panel jaring, yaitu 1 (satu) panel atas dan 1 (satu) panel bawah. Panel atas terdiri dari empat bagian yaitu sayap, medan jaring atas, badan pukat, kantong dan panel bawah terdiri dari tiga bagian yaitu sayap, badan pukat dan kantong. Sayap atas panjang 6,00 meter, lebar 3,44 meter, medang jaring atas panjang 0,58 meter, lebar 5,10 meter, badan pukat atas panjang 7,48 meter, lebar 4,98 meter, kantong panjang 7,50 meter, lebar 1,46 meter, sayap bawah panjang 6,58 meter, lebar 3,44 meter badan pukat bawah panjang 7,48 meter, lebar 4,98 meter, kantong bawah panjang 7,50 meter, lebar 1,46 meter Dan panjang total keseluruhan tubuh lampara dasar adalah 21,50 meter. Pukek osoh dan lampara dasar menyimpang dari bentuk konstruksi lampara dasar yang asli. Lampara dasar yang dimodifikasi lebih mengarah dan memiliki kesamaan dengan alat tangkap trawl baik dilihat dari aspek konstruksi maupun cara pengoperasiannya. Jenis hasil tangkap Pukek osoh dan lampara dasar adalah ikan-ikan campuran (ikan pelagis dan ikan demersal) yaitu jenis ikan pelagis antara lain udang putih, udang merah selar kuning (Selaroides leptolepis), kwee (Carangoides ciliarius), selar lazor (Mene maculata), alualu (Spyraena jello). Sedangkan jenis ikan demersal antara lain kapas-kapas (Gerres filamentosus), kurusi (Nemipterus hexodon), peperek (Leiognathus equulus) dan ikan kuro (Elautheronema tetradactylum). Saran Diharapkan kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pesisir Selatan dan intansi/lembaga terkait lainnya agar dapat mengkaji ulang dan mengambil kebijakan yang jelas 57
tentang izin pengoperasiaan lampara dasar modikasi di Nagari Air Haji dan penentuan acuan standar bentuk baku konstruksi pukat lampara dasar modifikasi baik ukuran maupun karakteristik bentuk konstruksi pukat. DAFTAR PUSTAKA Akbar.V.L,2010. Lampara Dasar Modifikasi di Air Haji Kec. Linggo Saribaganti. Kabupaten Pesisir Selatan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta. Padang. Ayodyoa 1981. Metode penngkapan ikan. Fakultas Perikan Institut Pertanian Bogor Penerbit Yayasan Dwi Sri. Bukari 2005. Present StatusTrawl di Indonesia. Metode Penangkapan Pukek Osoh Di Muaro Anai Padang Sarai .Kota Padang. Makalah Seminar Departemen Kelautan dan Perikanan . Jakarta Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera Barat .2008. Statistik Kelautan dan Perikanan Sumatera Barat Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pesisir Selatan .2009. Satatik Kelautann dan Perikanan Kabupaten Pesisir selatan Mentri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 2011. Permen 02/2011. Jalur penangkapan Ikan dan Penempatan alat penangkapan Ikan dan alat bantu Penangkapan Ikan di Wilayah Pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia.
58