PERAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANGGOTA DALAM INOVASI TEKNOLOGI PROGRAM HKm DI KABUPATEN KONAWE SELATAI\, SULAWESI TENGGARA Oleh: Puu Arimbawat) dan Dusmin SUt?
ABSTRACT The objective of the research was to identified the role of farmers group in increasing the members competence in adoption of innovation technology. The farmers group studied were members of "KUBE cooperative" in the social forestry program located in Kecamatan landono, south Konawe Regency of South East Sulawesi Provice. The hypothesis for this research was that the increase in the competence of group members is in fluenced by the role of groups based on the members knowledge and opinion. The sample consisted of fifty (50) people, all were members of the groups. The results showed that the most significant factor in increasing the competence of group was the knowledge and opinion of the members. The role of study groups has a significant impact in adaptation of inovatif technology as well as in marketing of the farmers products.
Key words: role group, member competence, innovasi technology
PENDAHULUAN
Peningkatan sumberdaya manusia (petani) sangatl penting dalam pembangunan pertanian ke depan. Petani harus diberdayakan dan bukan diperdayakan seperti programprogntm pemerintah selama ini, dimana petani hanya dijadikan sebagai alat pembairgunan
untuk
kepentingan sekelompok
orang.
Pemberdayaan menurut Bryant dan White (Puspadi K, 2002), dimaksudkan sebagai: (l)
pemberian kesempatan untuk secara bebas memilih berbagai alternatif dan pengambilan keputusan, sesuai dengan tingkat kesadaran, kemampuan dan keinginan mereka; dan (2) penlberian kesempatan belajar dari keberhasilan dan kegagalannya dalam memberi respon terhadap perubahan, sehingga mampu mengendalikan masa depannya. Pemberdayaan petani harus berawal dari potensi yang dimiliki untuk berbuat dalam mengembangkan usohatsninya. Petani perlu dilibatkan dalam suatu proses belajar agar mampu mengetahui dan memanfaatkan peluang-peluang untuk meningkatkan pendapatan dalam perbaikan kualitas hidupnya.
t'2)L{asing-moring
Berdasarkan konsep tersebut, pemberdayaan petani adalah menjadi trjuan utama pembangunan ke depan. Pemberdayaan petani akan mengarah pada kemandirian petani
dalam berusahatani. Hal ini sangat terkait dengan kemampuan petani dalam berusahatani, kemampuan petani dalam
p€nentuan keputusan dalam berbagai alternatif pilihan, dan kemampuan petani dalam pencarian modal usahatani untuk tujuan masa depan usahataninya. Berbagai kemampuan petani dapat ditumbuh kembangkan dalam
suatu kegiatan kelompok.
Menurut
Mardikanto (1993), bahwa kelompok dapat diartikan sebagai himpunan yang terdiri dari dua atau lebih individu (manusia) yang memiliki ciri-ciri: (l) memiliki ikatan yang nyat4 (2) memiliki interaksi dan interelasi sesama anggotanya, (3) memiliki struktur dan pembagian tugas yang jelas, (4) memiliki kaidah atau norma tertentu yang disepakati bersamq dan (5) memiliki keinginan dan tujuan bersama. Di dalam kelompok petani dapat saling menukar informasi dan pengalaman mengenai usahatani dengan dukungan
dari fasilitas kelompok yang ada, sehingga menjadi petani kreatif dan inovatif serta
Sta{ Petgaiar.lurusan Sosek l:akultas Pertanian Universitos Aaholeo,
ieruhii.
52
53
memiliki kemampuan dalam menghadapi kendala, tantangano peluang serta tangguh dalam berusahatani.
Menurut Abbas (1995), kelompok petani memiliki potensi berperan sebagai: (l) kelas belajar mengajar yaitu kelompok tani merupakan wadah bagi setiap anggota kelompok untuk berinteraksi guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam berusahatani yang lebih baik dan
menguntungkan, serta menumbuhkan dorongan urituk lebih mandiri., (2') unit produksi yaitu kelompok tani merupakan kesatuan unit usahatani untuk bertindak dalam
(a) meningkatkan produltivitas, (b) meningkatkan mutu hasil produksi, dan (c) mencapai skala ekonomi yang lebih menguntungkan dan
(3) wahana
kerjasama yaitu kelompok tani merupakan wadah untuk mempererat kerjasama di antara petani dalam kelompok dan antar kelompok dengan pihak lain untuk menghadapi berbagai ancaman tantangan hambatan dan gangguan pada prapanen, pascapanen, pemilsaran dan pemupukan modal
sehingga petani mempunyai kekuatan tawar (bargoining pos it ion).
Keberadaan suatu kelompok di-
bagi anggotanya. Kemanfaatan sutu kelompok dapat dilihat dari peningkatan kemampuan petani dalam berusahatani setelah meneka masuk menjadi anggota kelompok. Menurut Gibson et al. harapkan bermanfaat
(1996), kemampuan petani dapat dilihat dan
dilakukan dalam suatu lembaga atau kelompok yang mewadahi pembangunan masyarakat. Dalam rangka meningkatkan gairah para anggota kelompok perlu ditempuh
langkah-langkah yang dapat menggerakkan anggota kelompok ke arah peningkatan kemampuannya (Bimas, 1980). Karena itu, kehadiran suatu kelompok diharapkan dapat membantu anggota mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk mampu berkreasi dan berswadaya dalam memenuhi kehidupannya.
Kelompok yang mampu mengembangkan kemampuan anggota, maka kelompok tersebut akan selalu hidup menjadi kelompok yang kuat. Hal ini dapat terjadi karena semua anggota kelompok merasakan manfaat dari
hidup berkelompok atau menjadi
anggota
kelompok.
Salah satu kelompok petani adalah Kelompok Usaha Bersama (KUBE). KUBE adalah kumpulan dari para petani hutan yang dibentuk dalam program Hutan Kemasyarakatan (HKm). Program HKm bertujuan untuk memberdayakan masyarakat dengan mengikut sertakan masyarakat dalam kegiatan
usahatani pembangunan kehutanan yang bertmpat di Desa Amotowo Kecamatan Landono, Kabupaten Konawe Selatan, Propinsi Sulawesi Tenggara merupakan salah pengembangan HKm yang pengelolaan yang tergabung dalam KUBE Monapa (Anonimous, 2001). Keberadaan KUBE dalam program
satu daerah
HKm setidaknya mampu memberikan kontribusi kearah kemampuan anggotanya. Dari beberapa kenyataan ter-bentuknya kelompok dalam setiap kegiatan pem-
bangunan, cenderung tidak memperhatikan pengembangan kemampuan anggota akan tetapi lebih mementingkan terealisasinya program yang dilaksanakan, sehingga banyak dari anggota kelompok tetap tidak memiliki kemampuan dalam mengelola usahataninya bahkan justnr semakin mempertinggi tingkat ketergantungan p€tani terhadap pemerintah atau lembaga pemberi donor. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, maka dirumuskan permasalahan penelitian ini adalah bagaimana hubungan peran kelompok berdasarkan pendapat anggota dengan tingkat kemampuan anggota dalam penerapan inovasi teknologi usahatani program HKm? Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan hubungan peran kelompok berdasarkan pendapat anggota dengan tingkat kemampuan anggota dalam p€nerapan inovasi teknologi usahatani program HKm.
METODE Pf,NELITIAN
Penelitian yang dilaksanakan ini jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survai. penelitian ini dilaksanakan di Desa Amotowo Kecamatan Landono, Kabupaten Konawe Selatan, merupakan
AGRIPLUS, Volume 17 Nomor Lllanuari 2(M7, ISSN 0g14-012g
54
Propinsi Sulawesi Tenggara. Pemilihan lokasi
Data yang dikumpulkan, ditabulasikan
tersebut sengaja (purposive) dengan per-
dan kemudian dianalisis. Analisis data
timbangan bahwa: ( l) Desa Amotowo tersebut
digunakan dalam menjawab masalah dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan mengunakan analisis tabulasi silang dan uji korelasi peringkat Sperman dengan menggunakan tingkat signifikan pada taraf kepercayaan 0,05 dan 0,01 (Siegel, 1994):
menjadi daerah pengembangan kegiatan pembangunan HKm, (2\ terdapat satu kelompok usaha bersama dengan nama KUBE
Monapa tempat para petani dalam melaksanakan kegiatan usahatani program HKm. Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Agustus 2003.
Sampel penelitian ini diambil secara sensus yaitu semua petani yang menjadi anggota KUBE Monapa sebanyak 50 petaniData dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan menggunakan alat bantu kuesioner untuk memilih data tentang: peran kelompok berdasarkan pendapat anggota, dan tingkat
kemampuan anggota kelompok dalam penerapan inovasi teknologi usahatani program HKm. Data sekunder diperoleh dari:
(l)
hasil studi kepustakaan, (2) instansiinstansi lainnya yang terkait dengan
permasalahan penelitian. Instrumen pengum-
pulan data tersebut disusun
berdasarkan
defi nisi operasional masing-masing variabel.
Pengujian validitas
instrumen
diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian. Uji validitas instrumen yang dilakukan adalah dengan menggunakan validitas kontnrk, yaitu dengan mendasarkan pada konsep dan definisi operasional variabelnya. Realibilitas instrumen adalah ketepatan alat tersebut untuk mengukur apa yang diukurnya. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas belah dua ("split-half-test"), di-
kemukakan oleh Singarimbun ( 1995). lnstrumen yang diuji reabilitasnya adalah instrumen yang mengukur peran kelompok
berdasarkan pendapat anggota meliputi. kelas belqiar mengajar, unit produksi dan wahana
kerjasama dengan nilai reabiitas sebesar 0.979. dan kemampuan anggota kelompok dilihat dari penguasaan teknologi, pemenuhan
sarana produksi (saprodi) dan pemasaran hasil usahatani dengan reabilitas sebesar
nilai
0.861.
HASIL DAN PEMBAIIASAN Gambaran Umum Desa Amotowo Desa Amotowo sebelumnya berada pada Kabupaten Kendari, nilnun dengan adanya pemekaran daerah kabupaten, pada tahun 2003 Desa Amotowo dengan ibu kota Kecamatan Landono s@ara administratif resmi berada dalam wilayah kabupaten baru yaio Kabupaten Konawe Selatan dengan letak desa dari ibu kota kecamatan 2.65 Km, dari ibukota kabupaten 95 Km dan ibukota
propinsi
46 Km (data monografi Desa
Amotowo, 2003). Dilihat dari potensi alamnya Kecamatan Landono pada umumnya dan Desa Amotowo pada khususnya memiliki potensi areal pertanian dan perkebunan yang sangat mendukung baik dari segi iklim maupun topografinya, sehingga tidak mengherankan daerah ini menjadi salah satu daerah yang memberikan sumbangan yang cukup besar bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Prcpinsi Sulawesi Tenggara.
Berdasarkan data monografi Desa Amotowo tahun 2W3, luas keseluruhan
wilayah Desa Amotowo adalah 5.930,89 ha, dengan perincian penggunaan lahan: lahan pemukiman 3A0,74 ha (5,1%), perkebunan 750 ha (12,60/o'), pertanian sawah 154,14 ha (2,6yo) ladamltegalan 148,24 ha (2,5o/o), perikanan dant 2 ha (0,03%), dan sisanya adalah hUtan 4.576,25 (77,2%). Kategori tingkat kesuburan tanah, antam lain: sangat subur 1.100,35 ha (18,6%), subur 2.676,75 ha (45.lyo\, sedang 1.39E,25 ha (23,6%),kritis 557,04 ha Q.a%\ dan sangat kritis 200 ha
(3,4%). Desa Amotowo sebanyak 200
KK dengan
AGRIPLUS, Yctlume 17 Nomor MJanueri frOZ ISSN
1.097
08nU8
berpenduduk
jiwa
dengan
55
perbandingan 36% laki-laki dewas4 3l% perempuan dewasa dan
33%o
anak-anak.
Kualitas tenaga kerja yang ada di Desa Amotowo diketahui bahwa sebagian besar angkatan kerja di Desa Amotowo memiliki tingkat pendidikan tamat SD yaitu sebesar 34.5%. ini menunjukkan bahwa
kualitas angkatan kerja
berdasarkan
pendidikan yang diperoleh masih sangat rendah. Sehingga sangat diperlukan adanya pendidikan-pepdidikan tambahan baik melalui
pelatihan maupun kursus-kursus usahatani kepada masyarakat Desa Amotowo.
Desa Amotowo miliki
empat
kelompok tani yang dibagi berdasarkan jenis kegiatan usahatani yang dilakukan. Kegiatan usahatani yang dominan dilakukan di Desa Tabel
l.
perkebunan (perkebunan lada dan coklat).
Peran Kelompok
Peran kelompok adalah fungsi kelompok bagi anggota kelompok. Dalam hal ini fungsi/peran kelompok diamati berdasarkan pandangan anggota kelonipoknya selama mereka menjadi anggota kelompok. Adapun peran kelompok yang dimaksud meliputi: p€ran kelompok sebagai kelas belajar mengajaE sebagai unit produksi usahatani, dan sebagai wahana kerjasama. Untuk mengetahui lebih jelasnya tentang peran kelompok yang
telah dirasakan anggota kelompok selama ini dapat dilihat pada Tabel l.
Sebaran Peran Kelompok Oleh Anggota Kelompok Peran Kelompok Oleh Petani
Kategori
Min
Kelas Belajar
Unit Produksi Usahatani
3
Amotowo adalah usahatani padi sawah dan
Wahana Kerjasama
7
2l
MengeJar Peran kelompok sebagai kelas belajar mengajar yang diamati, meliputi: kelompok sebagai wadah belajar dengan indikatornya adalah anggota menggunakan kelompok untuk
aktif
berdiskusi, frekuensi hadir dalam
pertemuan kelompok; penggunaan kelompok sebagai sumber informasi yang dibutuhkan oleh para anggota kelompok; dan kelompok
mempunyai fasilitas ruangan dan prasarana yang menunjang para anggota untuk belajar.
Hasil penelitian (Tabel l) menunjukkan bahwa setengah (50%) dari jumlah petani anggota kelompok merasakan bahwa kelompok berperan/berfungsi sebagai tempat
("/"(n))
Rendah (skor, 6-10)
6 (3)
Sedang(skoa
ll-15) Tingei (skor. > 15
44 (22)
Rendah (skor, 7-10)
s4 (27)
Sedang(skor, ll-14) skor. l5-l Rendah (skoa 7-l l) Sedang(skor, 12-16)
20 (10)
Tinggi (skor,
Peran Kelompok Sebagai Kelas Belajar
Persentase Petani
50
34
(t7)
r0 (5) 56 (28)
17-21)
belajar dengan kecendrungan tinggi, sedangan 50% anggota kelompok yang lain menyatakan kelompok belum sepenuhnya berperan sebagai tempat belajar dengan kecendrungan rendah
dan sedang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian anggota kelompok menyatakan kelompok sudah berperan sebagai tempat belajar, dengan alasan bahwa mereka dalam setiap pertemuan kelompok selalu hadir dan aktif di dalamny4 karena para petani tersebut meyakini bahwa setiap pertemuan kelompok akan dibicarakan hal-hal yang belum pernah diketahuinya sehingga itulah yang mendorong
anggota kelompok
aktif dalam setiap
pertemuan kelompok disamping keinginan untuk berkumpul sesama petani lainnya.
AGRTPLUS, volume 17 Nomor Lllanuad 2(MZ, ISSN 0gs+012g
56
Untuk anggota kelompok yang sebagian lagi menyatakan kelompok belum begitu berperan sebagai wadah belajar, disebabkan apa yang menjadi kebutuhan tentang informasi atau materi yang dibutuhkan belum sepenuhnya
diperoleh melalui kelompok,
misalnya
iniormasi mengenai serangan hama/penyakit yang saat ini sedang menyerang tanaman lada para anggota kelompok, belum mengetahuinya tujuan pembentukan kelompok dan disamping itu, saat ini KUBE belum mempunyai wadah
berkumpul yang menetap dengan
sanana
belajar yang sangat minim'
Peran Kelompok sebagai Unit Produksi Usabatani Peran kelompok sebagai unit produksi usahatani yang diamati meliputi: penggunaan
ide-ide baru dalam berusahatani, terdiri dari penggunaan bibit, pupuk, pola tanam,
pengendalian
hama dan
PenYakig pemangkasan dan pemanenan; pengendalian faktor faktor produksi usahatani seperti penyediaan bibit, pupuk, pestisida alat iemprotlhand sprayer dan alat-alat usahatani
lainnya; dan peningkatan produktivitas
usahatani dengan pemanfaatan peluang usaha
lainnya.
Hasil penelitian (Tabel l)
menunjukkan bahwa sebagian besar (54%)
anggota kelompok menyatakan peran kelompok sebagai unit produksi usahatani cenderung rendah, dan 46% anggota kelompok menyatakan peran kelompok sebagai unit produksi usahatani terbagi dalam kategori sedang dan tinggi. Kecendrungan reidahnya peran kelompok yang dirasakan anggota kelompok disebabkan oleh beberapa
pendukung peran kelompok sebagai unit produksi usahatani tidak dapat dipenuhi di dalam kelompok. Sebagai contoh dalarn penyediaan sarana produksi (pupuk, obat-obatan dan alat sempro$ yang dirasakan oleh anggota kelompok belum dipenuhi secara dalam kelompok, walaupun maksimal
dari faktor
di
sebenarnya untuk bibit dan pupuk telah diberikan oleh pihak pengelola proyek saat
Wftama
kali proyek [lKm berjalan dan
disalurkan melalui kelompok pada tiaptiap
petak pengelolaan, namun hal itu tidak memberikan pengaruh signifikan kepada anggota kelompok s€cara berkesinambungan.
Faktor lainnya yang juga dirasakan
oleh
anggota kelompok adalah kelompok belum berfungsi s@ara penuh dalam hal peningkatan produktivitas usaha misalnya melalui usahatani terpadu, sehingga keadaan ini berimbas pada perluasan usaha yang kurang menjamin keberlangsungan hidup para
anggota kelompok
dan
keluarganyakeadaan para anggota yang masih saja menganggap usahatani HKm sebagai usaha sampingan, dimana jumlah waktu kerja para petani anggota KUBE lebih banyak digunakan untuk mencari rotan di hutan yang dianggap mencari merupakan Penghasilan utama
Fenomena
ini dapat dilihat dari
rotan
keluarganya.
Peran Kelompok
sebagai
Wahana
Kerjasama
Peran kelomPok sebagai wahana kerjasama yang dimaksud, meliputi: kerjasama dalam pencarian informasi usahatani; seperti pencarian komoditi usahatani, faktorfaktor produksi (pupuk dan obat-obatan) dan informasi mengenai keadaan pasar; kerjasama dalam perolehan modal dari pihak donor; dan
kerjasama dalam manajemen usahatani' meliputi penencanaan, pelaksanaan, evaluasi berbagai masalah usahatani program HKm. Hasil penelitian (Tabel 1) menun-
jukkan bahwa peran kelompok
sebagai
wahana kerjasama yang dirasakan sebagian besar (56%) anggo-ta kelompok kecenderungannya tinggi dn $a%) menyatakan kecendenrngan sedang dan rendah- Kecenderungan tingginya peran kelompok sebagai wahana kerjasama disebabkan anggota kelompok merasakan manfaatnya kelompok dalam hal pencarian bibit anaman, informasi tentang pasar dan perencanaan usahatani mereka. Dalam hal pencarian bibit disamping telah diberikan oleh pihak pengelola proyek, para anggota juga secara bersama-sama mencari bibit yang digunakan untuk mengantisipasi psds saat tanarnan msti dan dlri kelompok mendapatkan informasi tentang cara
AGRIPLIJ$ Volume 17 Nomor 0Il*nuui 20O7, ISSN 08gl'0&8
57
memilih bibit yang baik melalui pelatihan yang dilakukan oleh pihak pengelola proyek maupun sesama petani lainnya. Disamping itu, sebagian besar petani secara bersama-sama untuk melakukan penanaman kembali tanaman lad4 coklat yang mati dengan menggunakan bibit yang telah disepakati bersama. Namun demikian, pihak kelompok belum pernah mengadakan kerjasama dengan pihak terkait lainnya guna perolehan modal usaha untuk pemeliharaan tanaman lebih lanjut seperti perbankkan.
Disamping kelompok belum pernah mengadakan hubungan dengan pihak bank atau pihak-pihak donor lainnya, kelompok
jugu belum pernah mendaptkan sanana produksi setelah pihak HKm tidak lagi memberikan dana pemeliharaan pada tahun ke dua setelah tanam. Keadaan inilah yang
menjadikan sebagian anggota menyatakan kelompok kurang berperan dalam wahana
Tabel2.
kerjasama kelompok setelah bantuan dari pihak HKm berhenti.
Tingkat Kemempuan Anggota Kelompok Dalam Penerapan Inovasi Teknologi Usahatani HKm Kemampuan petani anggota kelompok dalam penempan inovasi teknologi usahatani
berarti para petani mampu menerapkan berbagai paket
dalam yang benar.
diperkenalkan dengan baik dan
Tingkat kemampuan para anggota kelompok dalam penerapan teknologi usahatani HKm
dapat dilihat dari berbagai keragaman kemampuan yang dimilikinya, meliputi: kemampuan di dalam penguasaan teknologi,
kemampuan di dalam pemenuhan sarana produksi dan kemampuan di dalam pemasaran hasil usahatani. Tingkat kemampuan anggota kelompok dalam penerapan inovasi teknologi usahatani HKm dapat dilihat pada Tabel 2.
Sebaran Kemampuan Angllota Kelompok dalam Penerapan lnovasi Teknoloei Kemampuan Anggota
Skor
Kategori
Kelompok
Persentase Petani
Rendah (skor, l4-18) Penguasaan Teknologi
2
di
teknologi
Pemenuhan Saprodi
l4
5
I
I
Sedang(skor, l9-23)
8 (4) 70 (35)
Tingsi (skor,24-28)
22
Rendah (skor, 5-7)
34 (t7) 58 (2e)
Sedang (skor, 8-10)
Tinggi (skor, >10) Rendah (skor, 4-5)
Pemasaran Hasil
Usahatani
Tingkat Kemempuan Anggota Kelompok dalem Penguasaan Teknotogi Usahatani
IIKn.
(7"(n))
E
(rtl
(4)
Sedang (skor, 6-7)
4 (2) 76 (38)
Tinesi (skor. >7)
20
flo)
tanaman terhadap air; pengendalian hama dan
penyakit; dan penguasaan tentang teknik pemangkasan yang tepat.
Kemampuan anggota kelompok dalam penguasaan teknologi usahatani HKm yang
diamati dalam penelitian ini, meliputi: kemampuan dalam pemilihan dan penanaman bibit seperti, daya tumbuhnya tinggi, pola tanam yang baik; pengolahan tanah yang baik, seperti tahu jenis tanah dan ketepatan penggunaan alat pengolahan tanah; keterampilan di dalam pemupukan baik dosis,
cara dan waktu pemupukan;
kebutuhan
Hasil penelitian (Tabel 2) menunjukkan bahwa sebagian besar (70%) anggota kelompok tingkat penguasaan teknologi tisahatani HKm berada dalam tingkat kategori sedang, dan hanya S% dan anggota kelompok mempunyai tingkat p€nguasaan teknologi dengan kategori tinggi
dan sisanya adalah tinggi. Penguasaan teknologi dengan kategori sedang yang dimiliki anggota kelompok disebabkan oleh
AGRIPLUS, Volume 17 Nomor Lltanuari 2(MZ ISSN 0854-0129
58
beberapa faktor yang menjadi tolak ukur penguasaan paket teknologi. Pemilihan dan
penanaman yang hampir seluruhnya dapat dilakukan oleh para petanianggota kelompok,
sedangkan indikator
yang lain
seperti
pengolahan tanah, pemupukan, pengendalian
hama dan penyakit hampir sebagian besar petani belum sepenuhnya trampil melakukannya. Disamping itu faktor pemangkasan menjadi permasalah yang menonjol yang dikalangan para petani. Hal ini dapat dilihat hampir semua petani kurang memahami arti pentingnya pemangkasan yang benar, sehingga tidak mengherankan hasil observasi yang dilakukan banyak tanaman terutama lada
dan coklat jarang sekali
mendapatkan ada cara pemangkasan yang dilakukan belum sesuai dengan anjuran yang ada. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh kurangnya waktu dan kesempatan petani pemangkasan, dan
jika
untuk mengelola usahataninya dengan baik akibat usaha mencari rotan yang menjadi pilihan utama para petani anggota kelompok dalam memenuhi kehidupan keluarganya
perolehan pupuk sebagian besar petani belum mampu mendapatkannya dengan beberapa alasan: (l) harga pupuk mahal yang belum dapat dijangkau oleh para petani, dan (2)
adanya pemahaman sebagian besar anggota kelompok menganggap areal lahan yang ditanaminya saat ini masih baru sehingga belum saatnya untuk diberikan pupuk. Kondisi lainnya adalah keberadaan sarana produksi yangjauh dari lahan usahataninya, sedangkan waktu petani anggota kelompok untuk keluar desanya sangat kurang.
Keadaan tersebut memberikan gambaran bahwa petani anggota kelompok belum begitu memahami p€ran sarana produksi bagi peningkatan produksivitas usahataninya. Sehingga sangat diperlukan adanya sosialisasi pemanfaatan sarana produksi yang lebih intensif lagi dalam suatu pembinaan kelompok baik melalui penyuluhan-penyuluhan maupun dalam kegiatankegiatan usahatani lainnya.
Tingkat Kemampuan Anggota
dibandingkan dengan berkebun.
Tingkat Kemampuan Anggota
alat usahataninya sendiri. Sedangkan untuk
dalam
Pemesarsn Hasil Usahatani
dalam
Pemenuhan Srrana Produksi Kemampuan anggota kelompok. dalam
pemenuhan sarana produksi yang diamati dalam penelitian iniadalah kemampuan petani dalam menyediakan sarana produksi usahatani pada lahan usahatani yang dikelolanya. Kemampuan petani itu meliputi: perolehan bibit, perolehan pupuk, perolehan pestisida dan alat-alat usahatani lainnya. Hasil penelitian (Tabel 2) menunjukkan bahwa sebagian besar (58%)
anggota kelompok memiliki kemampuan dalam pemenuhan sarana produksi dengan tingkat kategori sedang dan hanya 8o4 anggota kelompok termasuk dalam kategori tinggi dan sisanya termasuk dalam tingkat kategori rendah. Kemampuan petani dengan tingkat kategori sedang pada sebagian besar anggota kelompok dalam memenuhi kebutuhan sarana
produksi disebabkan dengan adanya kemampuan sebagian anggota kelompok untuk memperoleh bibit, obat-obatan dan alat-
anggota
Kemampuan dalam pemasaran hasil usahatani yang diamati dalam penelitian ini adalah kemampuan petani dalam perolehan kredit usahatani, kemampuan petani dalam memasarkan hasil usahatani,
dan
kemampuan petani dalam pemilihan tempat penj ualan hasi I usahatani.
Hasil penelitian (Tabel 2) menunjukkan bahwa sebagian besar (76Yo) anggota kelompok telah memiliki kemampuan memasarkan hasil usahataninya dengan tingkat kategori sedang ZV/o dengan tingkat kategori tinggi dan hanya 4olo kemampuan memasarkan hasil usahatani rendah. Berdasarkan gambaran tersebul dapat diketahui bahwa hampir semua petani anggota kelompok telah mempu memasarkan hasil usahataninya dengan baik. Namun, ada beberapa faktor yang menjadi kendalanya
adalah, banyak dari pctani anggots kelompok memasarkan hasil usahataninya kepada para pedagang pengumpul dan beberapa saja yang telah dapat memasar-kan hasil usahatani
AGRIPL(IS, Volume 17 Nomor 0ltanued 20O7, ISSN A8#U28
59
langsung di pasaran atau lembaga-lembaga pemasaran yang lebih baik. Kondisi ini dapat
yang lebih baik lagi, walaupun tidak dapat
dimaklumi karena para petani memilih untuk menjual hasil usahataninya pada pedagang pengumpul dengan beberapa kriteria; (l) harga yang di tawarkan tidak jauh berbeda dengan di pasar, (2) hemat waktu dan para petani tidak repot untuk membawa hasil usahataninya ke luar desanya, dan (3) tidak mengeluarkan ongkos yang besar. Hal lainnya yang belum .dapat dilakukan para petani anggota kelompok adalah belum mampunya para petani untuk memperoleh kredit usahatani baik melaluibank maupun lembagalembaga donor lainny4 sehingga keadaan ini menjadikan usahatani para petani kurang begitu berkembang. Fakta lain, juga dapat dibuktikan dari belum ada seorangpun dari petani dapat mengembalikan kedit usahatani yang telah diberikan oleh pihak proyek melalui hasil yang diperoleh.
pengetahuan,
dipungkiri perlu adanya berusahatani
Hubungan Peran Kelompok sebagai Kelas Belajar Mengajar dengan Tingkat Kemempuan Anggota Kelompok Tabel 3 dapat diketahui bahwa peran kelompok dengan tingkat kemampuan anggota
kelompok memiliki kecenderungan hubungan positif. Sebanyak 77o/o anggota kelompok yang menyatakan bahwa kelompok berperan sebagai kelas belajar mengajar dengan
kategori sedang memiliki
kemampuan penguasaan teknologi yang sedang pula. Hal serupa juga terjadi pada kemampuan memasarkan hasil usahatani. Keadaan yang sedikit berbeda adalah pada kemampuan anggota dalam pemenuhan saprodi, sebanyak 760/o anggota kelompok yang menyatakan
kelompok berperan tinggi tetapi memiliki
ini menjadi
kemampuan sedang dalam pemenuhan sarana produksi.
modal bagi para petani untuk berusahatani Tabel
3.
sikap dan keterampilan baik melalui kegiatan
penyuluhan-penyuluhan maupun pelatihanpelatihan yang frekuensinya lebih banyak lagi bagi para petanianggota kelompok.
Dari ketiga variabel kemampuan anggota dalam penerapan teknologi usahatani, dapat dinyatakan bahwa semua petani telah memiliki kemampuan yang cukup di dalam berusahatani. Sehingga keadaan
peningkatan
Sebaran Persentase Peran Kelompok Sebagai Kelas Belajar Mengajar dan Tingkat Kemampuan Anggota Kelompok Peran Kclompok
Kemampuan anggota
Kelas Belajar Mengajar Rendah
0 68 32
Rendah
66.7
9.1
Penguasaan
Sedang
JJ.J
77.3
Teknologi
Tinggi
0
13.6
r00 Pemenuhan Saprodi
33.3 66.7
100 50
100
Rendah Sedang
Tinggi
0
36.4 r 3.6
76 4
100
r00
r00
0
20
Pemasaran Hasil
Rendah Sedang
66.7
4.5 86.4
Usahatani
Tinggi
33.3
9.1
4 68 28
t00
100
100
Hasil
uji
statistik (Tabel
6)
menunjukkan
mengajar dengan tingkat kemampuan anggota
bahwa terdapat hubungan yang nyata antara
dalam penguasaan teknologi dengan nilai korelasi 0.302. Sedangkan kemampuan
peran kelompok sebagai kelas
belajar
AGRIPLUS, Volume 17 Nomor Oltanuari 2(MZ ISSN 085+0128
60
Tabel 4 menunjukkan bahwa peran kelompok sebagai unit produksi usahatani memiliki kecendrungan hubungan yang positif
anggota kelompok dalam pemenuhan sarana produksi dan kemampuan dalam memasarkan hasil usahatani tidak menunjukkan hubungan yang nyata dengan peran kelompok sebagai
dengan kemampuan anggota kelompok dalam penerapan teknologi. Sebanyak 90o/o dan 80%o
kelas belajar mengajar. Keadaan ini memberikan gamtnran bahwa melalui
anggota yang menyatakan peran kelompok
kelompok para petani dapat saling belajar tentang berbagai teknologi usahatani seperti, cara pemilihan bibit, pengolahan tanah, pola
sebagai
unit produksi
usahatani
memiliki kemampuan dalam
sedang penguasaan
teknologi dan pemenuhan sarana produksi
tanam dan
penanaman, pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama dan
(saprodi) juga sedang. Fakta lain, dapat dilihat bahwa tingginya peran kelompok sebagai unit
penyakit serta cara pemanenan usahatani.
Hubungan Peran Kelompok sebagai Unit Produksi Usahatani dengan Kemampuen
produksi usahatani tidak seorangpun dari anggota kelompok memiliki kemampuan yang rendah dalam penguasaan teknologi maupun kenampuan dalam memasarkan hasil
Anggota Kelompok
usahatani.
Tabel
4.
Sebaran Persentase Peran Kelompok sebagai tJnit Produksi Usahatani dan Tingkat Kemampuan Anggota Kelompok Peran Kelompok
Kemampuan Anggota Penguasaan
Teknologi
Unit Produksi Usahatani Rendah
t.l
Rendah
I
Sedang
63
Tinggi
25.9
Rendah
44.4 44.4
t00 Pemenuhan Saprodi
Sedang
'I'inggi
Pemasaran I lasil Usahatani
Rendah
'l'inggi
I-lasil uji statistik (Tabcl 6) memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara peran kelompok setragai unit produksi usahatani dengan kemampuan anggota dalam
pemasaran hasil usahatani dengan nilai korelasi 0,415 sedangkan untuk kemampuan
anggota kelompok dalam
90 0
0 69.2 30.8
r00 20
23.1
EO
100
69.2 7.7
il.1
0
100
23.t 100
8
r.5
I
t.t
r00 0 60 40
100
100
7.4
Scdang
Tingf
t0
r00 0
76.9
memberikan pengaruh pada giatnya para di dalam b€rtani sehingga akan berdampak pada kuantitas dan kualitas hasil yang diperoleh untuk di pasarkan pada tempattempat pemasaran yang lebih menguntungkan
petani
bagi petani.
penguasaan
teknologi dan pemenuhan sarana produksi tidak memiliki hubungan yang nyata dengan
Hubungan Perrn Kelompok
bahwa kelompok yang mampu memenuhi kebutuhan sarana produksi usahatani akan
kelompok sebagai wahana kerjasama dengan kemampuan anggotr kelompok memiliki
peran kelompok sebagai unit produksi usahatani. Keadaan ini menggambarkan
sebagai
Wabana Kerjasama dengan Kemampuan Anggota Kelompok 'tabel 5 menunjukkan bahwa peran
AGRIPLaS, Yolume 17 Nomor OlJznuad 2002, ISSN 08J(-I0US
6l
memiliki kemampuan rendah
kecendrungan hubungan positif. Semua (100%) anggota kelompok yang menyatakan peran kelompok sedang, kemampuan anggota kelompok dalam pemasaran usahatani juga
penguasaan teknologi
dalam pemasaran hasil usahatani. Sedangkan untuk kemampuan anggota kelompok dalam p€nguasaan teknologi dan pemenuhan sarana produksi memperlihatkan hubungan yang kecenderungannya I inier.
sedang. Fakta lainnya, tingginya peran kelompok oleh anggota kelompok ternyata tidak seoftmgpun anggota kelompok yang
Tabel 5.
dalam
dan kemampuan di
Sebaran Persentase Peran Kelompok sebagai Wahana Kerjasama 'dan Tingkat Kemampuan Anggota Kelompok Wahana Kerjasama
Peran Kelompok Kemampuan Anggota Rendah Sedang
23.5 64.7
0 60
Tinggi
r
t.8
40
r00
100
Rendah Sedang
52.9 29.4
82.t
Tinggi
17.6
80 20 0
r00
100
100
Pemasaran Hasil
Rendah
r 1.8
0
Sedang
100
Usahatani
0 67.9
Tinggi
82.4 5.9
0
32.t
r00
100
100
Penguasaan
Teknologi
Pemenuhan Saprodi
Hasil uji statistik (Tabel 6) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara peran kelompok sebagai wahana kerjasama
pemenuhan saranan produksi tidak menunjukkan hubungan yang nyata dengan peran kelompok sebagai wahana kerjasama. Hasil ini menunjukkan bahwa kelompok yang berperan di dalam melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga kredit usahatani dan
Korelasi Antara
Peran
3.6
informasi usahatani baik mengenai komoditi yang baik untuk ditanam maupun informasiinformasi mengenai perkembangan harga komoditi di pasar serta adanya kerjasama di dalam manajemen usahatani akan memberikan semangat bagi anggota kelompok di dalam kegiatan kelompok sehingga akan berdampak pada motivasi anggota dalam berusahatani yang lebih baik dan akhirnya mendapatkan
hasil usahatani dengan nilai korelasi 0.602, sedangkan untuk kemampuan anggota kelompok dalam penguasaan teknologi dan
6. Nilai
100 14.3
kelompok yang menyediakan informasi-
dengan kemampuan anggota dalam pemasaran
Tabel
0 75 25
hasil yang lebih baik untuk
memenuhi
kebutuhan keluarga.
Kelompok dengan Tingkat Kemampuan Anggota
Kelompok anggota
0.302
Unit Produksi Usahatani
0.232
Wahana Keriasama
*
Pemasaran Hasil
Penguasaan
T
Peran Ke Kelas Belai
0.208 0.183
Usahatani 0.232
0.243
Signifikan pada taraf alpha 0.05 ** Signifikan pada taraf alpha 0,01
AGRIPLUS, Volume 17 Nomor Oltanuari 2M7, ISSN 085*0U8
0.4r5 0.602
62
PEMBAHASAN UMUM Peran kelompok yang didasarkan pada pendapat anggota kelompok seperti kelompok sebagai kelas belajar mengajar, kelompok sebagai unit produksi usahatani, dan kelompok sebagai wahana kerjasama memiliki hubungan yang kuat dan berbanding lurus
dengan kemampuan anggota
dalam penguasaan teknologi dan kemampuan dalam
pemasaran
hasil
usahatani.
Hal
ini
kegiatan kelompok akan dapat memberikan kemampuan dan pemahaman bagi anggota kelompoknya tentang p€nguasaan teknologi usahatani baik yang telah diadopsinya maupun teknokogi-teknologi yang dirasakan baru bagi anggota kelompok secara baik dan benar. Penerapan teknologi baru dalam bidang pertanian akan sernakin mengalami kesulitan dan hambatan jika tingkat pendidikan dan pengetahuan petani yang dimiliki rendah (Raul 2003). Sehingga keberadaan kelompok
menunjukkan bahwa kelompok telah mampu memberikan sebagian besar pengetahuan dan keterampilan kepada p€tani dalam usahatani HKm, sehingga telah dapat merubah sikapnya
tani
dalam bertani ke arah yang lebih baik. Para petani sebagian besar telah menguasai teknik budidaya tanaman lada, kakao dan beberapa jenis tanaman kehutanan seperti sengon dan jati putih, juga telah memiliki pengetahuan tentang pemasaran hasil usahatani yang lebih baik yaitu menjual hasil usahataninya ke tempat penjualan yang dikehendaki. Dari peran kelompok sebagai kelas belajar mengajar, unit produksi usahatani dan wahana kerjasam4 ternyata peran kelompok sebagai wahana kerjasama yang memiliki hubungan yang paling kuat (0,602) dengan
kerjasama.
kemampuan anggota dalam pemasaran usahatani dari pada kemampuan anggota kelompok yang lainnya. Ini berarti bahwa kerjasama dalam suatu kelompok menjadi salah satu pilihan utama yang harus tetap dijaga fungsinya dalam kelompok. Peran kelompok sebagai unit produksi usahatani juga memiliki peran yang sama bagi kelompok
yaitu diharapkan suatu kelompok
dapat memberikan berbagai informasi mengenai kebutuhan-kebutuhan petani dalam berusahatani yang lebih baik dan menguntungkan
sehingga dapat menghasilkan produk pertanian yang dapat bersaing di pasar. Hal yangjuga tidak kalah pentingnya adalah peran kelompok sebagai kelas belajar mengajar. Kelompok yang sering mengadakan kegiatan belajar bagi anggota kelompok dalam setiap
diharapkan
dapat
menjembatani
peningkatan pengetahuan petani melalui peran
kelompok baik sebagai kelas belajar, unit produksi dan kelompok sebagai wahana
SIMPULAI\ DAN SARAN Dari ketiga variabel peran kelompok menurut pandangan anggota kelompok, yaitu kelompok sebagai kelas belajar mengajar, kelompok sebagai unit produksi usahatani dan kelompok sebagai wahana kedasam4 kesemuanya memiliki hubungan yang signifikan dan positif terhadap kemampuan anggota kelompok. Peran kelompok sebagai kelas belajar mengajar memiliki hubungan yang signifikan dengan kemampuan anggota dalam p€ngumaan teknologi, sedangkan peran kelompok sebagai unit produksi usahatani dan wahana kerjasama memiliki hubungan yang sangat kuat dan positif terhadap kemampuan anggota dalam p€masamn hasil usahatani.
Berdasarkan simpulan
tersebut,
disarankan kelompok sebagai kelas belajar mengajar dan wahana kerjasamq diharapkan ke depan, lebih difungsikan, sehingga para anggota kelompok memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk merubah sikapnya tentang berusahatani yang lebih baik sehingga para petani akan mampu mengelola usahataninya
secara
baik dan dapat
kesejahteraan hidupnya.
AGRIPLUS, Volume 17 Nomor LlJanued 2lX)7, ISSN 055*0Ug
meningkatkan
63
Puspadi, Ketut. 2A02. Rekontmksi Sistem Penyuluhan Pertanian. Disertasi.
DAFTAR PUSTAKA Abbas S. 1995. 90 Tahun Penyuluhan Pertanian di
Indonesia (1905-1995). Departemen Pertanian R.I. Jakarta.
Anonimous, 2001. Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor:31/I(pts-ll/2001
tentang Hutan Departemen
Penyelenggaraan
Kemasyarakatan. Kehutanan R. I. Jakarta.
Departemen Pertanian, 1980. Pengembangan dan
Tani
Program Pascasarjana IPB. Bogor.
Abdul Rauf L. 2003. Dampak Penggunaan Teknologi Terhadap Pengelolaan Usahatani
di
Kecamatan Landono
Kabupaten Kendari. Agriplus Vol.
XIII
(3):235-241
Siegel, S., 1994. Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Intensifikasi Tanaman Pangan: Satuan
M, dan Effendi. S. (editor),. 1995. Metode Penelitian Survai. LP3ES.
Pengendali Bimas. Jakarta
Jakarta.
Pembinaan Kelompok
Mardikanto
T.,
dalam
Singarimbun.
1993. Penyuluhan Pembangunan
Pertanian. Sebelas Maret University Press. Surakarta.
AGRIPLUS, Volume 17 Nomor QlJenued 2(M7, ISSN 0854-0128