Prosiding Seminar Nasional XII - FTI-ITS Surabaya, 29-30 Maret 2005
© FTI-ITS 2005 ISBN : 979-545-037-9
Studi Transesterifikasi berkatalis Asam Triglyceride dan Fatty Acid dari Minyak Mentah Dedak Padi menjadi Biodiesel Orchidea Rachmaniah Jurusan Teknik Kimia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya–60111 Kontak Person: Orchidea Rachmaniah Jurusan Teknik Kimia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya–60111 * Tel: 62-31-5995273 Fax: 62-31-5995273, E-mail:
[email protected]
Abstrak Biodiesel adalah bahan bakar terbaharui, biodegradable dari minyak atau lemak melalui transesterifikasi. Nonedible, low-grade oil ekonomis digunakan sebagai bahan baku biodiesel. Sejumlah minyak dan lemak berharga murah seperti minyak goreng bekas dapat digunakan sebagai bahan baku. Tingginya kandungan pengotor nonacylglycerides dalam minyak goreng bekas memerlukan pretreatment yang akan memperbesar biaya produksi. Minyak dedak padi berkandungan asam lemak tinggi menduduki peringkat pertama diantara minyak nonedible dan low-grade vegetable oils. Penggunaan minyak dedak padi sebagai bahan baku disertai recovery dan pemurnian senyawa-senyawa bioaktif sebagai produk samping dapat memberikan nilai tambah sehingga diharapkan akan menurunkan biaya produksi pembuatan biodiesel. Adanya lipase dalam dedak padi mengakibatkan tingginya kandungan fatty acid minyak dedak padi dibandingkan minyak mentah lain. Metode transesterifikasi berkatalis asam sesuai untuk memproduksi biodiesel dari minyak dedak padi berkandungan asam lemak tinggi. Pengaruh trigliserida dan free fatty acid terhadap konversi methyl ester guna memperoleh kondisi reaksi optimal. Hasil penelitian menunjukkan methanolisis fatty acid minyak mentah dedak padi berjalan lebih cepat dibandingkan trigliserida murni serta triglyserida+5% air. 99% fatty acid terkonversi menjadi fatty acid methyl ester dalam 20 menit reaksi sedangkan fatty acid methyl ester belum terbentuk selama 6 jam reaksi transesterifikasi trigliserida murni. Jumlah rantai karbon, kejenuhan, dan struktur kimia fatty acid tidak mempengaruhi laju esterifikasi demikian halnya dengan sumber fatty acid dan komposisi fatty acid. Kata kunci : biodiesel; dedak padi; minyak mentah dedak padi; fatty acid; transesterifikasi; acid-catalyzed. Abstract Biodiesel is a renewable, biodegradable and nontoxic fuel for diesel engines. It is derived from oils and fats by transesterification. Nonedible, inexpensive, low-grade oils with value added byproducts is utmost important to make the biodiesel production economical. There are several nonedible, inexpensive, low-grade oils such as waste cooking oil which can be used as raw material for biodiesel production. Nonacylglycerides contents in 501– 1
Orchidea Rachmaniah waste cooking oil need a pretreatment process which is increase a biodiesel product cost. Rice bran oil with high free fatty acid content ranks first among the non-conventional inexpensive, low-grade oils. Furthermore, rice bran oil is a rich source of high valueadded by product. Therefore, use of rice bran oil as raw material for the production of biodiesel not only makes the process economical but also generates value added bioactive compounds. Isolation and purification of these byproducts make the process attractive and renumerative. In the present investigation special attention was given to know the effects of triglycerides and fatty acid contents in biodiesel conversion in order to establish a optimal reaction condition for acid-catalyzed transesterification. It was found that fatty acid methanolysis is faster that pure triglyceride and triglyceride with 5% water. 99% fatty acid converted to fatty acid methyl ester in 20 minutes reaction times while 6 hour reaction times is needed for triglyceride transesterification. Fatty acids from different sources show a similar conversion and change in FA composition has no effect on rate of methanolysis. Keywords: biodiesel, rice bran, rice bran oil, fatty acid transesterification, acidcatalyzed. 1
PENDAHULUAN
Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif menjanjikan dari minyak tumbuhan, lemak binatang atau minyak buangan melalui proses transesterifikasi dengan alkohol. Biodiesel menghasilkan sedikit polusi dibandingkan bahan bakar petroleum, selain itu biodiesel dapat digunakan disemua mesin diesel tanpa modifikasi ulang. Harga biodiesel merupakan masalah utama dalam proses produksi biodiesel yang patut dicermati. Bahan bakar bio dari minyak tumbuhan berharga lebih mahal daripada bahan bakar petroleum. Tingginya harga biodiesel disebabkan mahalnya harga bahan baku. Harga bahan baku memberikan 6070% dari harga produk, biodiesel sehingga tidak mengejutkan jika biodiesel dari soybean oil lebih mahal daripada bahan bakar petroleum. Oleh sebab itu diperlukan suatu penelitian untuk mencari bahan baku alternatif yang murah dan menekan harga produksi.
2
TINJAUAN PUSTAKA
Minyak dedak padi Minyak dedak padi berkandungan nutrisi tinggi, berbagai macam fatty acid, senyawa-senyawa biologis aktif serta senyawa-senyawa antioxidant (-oryzanol, tocopherol, tocotrienol, phytosterol, polyphenol dan squalene). Minyak dedak padi diperoleh dari dedak padi yang belum banyak dimanfaatkan. Dedak padi banyak digunakan untuk campuran pakan ternak dan bahan bakar reboiler. Mengingat sebagian besar penduduk Asia, khususnya Indonesia, memanfaatkan beras sebagai bahan makanan pokok sehingga perlu dilakukan usaha peningkatan nilai ekonomi dedak padi (rice bran) sebagai by product usaha penggilingan padi. Minyak mentah dedak padi sulit dimurnikan karena mengandung asam lemak bebas, dan senyawasenyawa tak tersaponifikasikan. Adanya lipase dalam dedak menyebabkan kandungan asam lemak bebas minyak dedak lebih tinggi dari crude oil lain. Lipase berada dalam dedak padi secara alami dan akan aktif jika berkontak langsung dengan udara. Enzyme Lipase meningkatkan kandungan asam lemak bebas dalam dedak padi oleh sebab itu minyak dedak padi tidak dapat digunakan sebagai edible oil dan terjadinya proses oksidasi dan hidrolisis triglyserida. 2.2 Transesterifikasi Transesterifikasi/alkoholisis adalah reaksi antara lemak/minyak dengan alkohol membentuk methyl ester dan glycerol. Proses ini menggunakan katalis (basa atau asam) untuk meningkatkan konversi 2
Studi Transesterifikasi Berkatalis Asam Triglyceride dan Fatty Acid dari Minyak Mentah Dedak Padi menjadi Biodiesel
methyl ester. Reaksi transesterifikasi merupakan reaksi reversible sehingga penggunaan alkohol berlebih menggeser kesetimbangan kearah kanan. Methanol, ethanol, propanol, butanol dan amyl alcohol banyak digunakan dalam reaksi ini. Methanol lebih banyak dipilih karena berharga lebih murah daripada alkohol lainnya dan merupakan senyawa polar berantai karbon terpendek sehingga bereaksi lebih cepat dengan triglyserida serta melarutkan semua jenis katalis (baik alkali maupun asam). Transesterifikasi adalah reaksi berantai. Pertama, triglyserida (TG) direduksi menjadi diglyserida (DG), selanjutnya diglyserida direduksi menjadi monoglyserida (MG) yang akhirnya membentuk fatty acid methyl ester (FAME). 2.3 Faktor yang mempengaruhi transesterifikasi Faktor-faktor utama yang mempengaruhi proses transesterifikasi adalah : molar ratio (TG:alkohol), katalis yang digunakan, waktu reaksi, suhu reaksi dan kandungan asam lemak dan air dalam minyak atau lemak. Secara stochiometri diperlukan 1:3 molar ratio untuk TG:alkohol. Penggunaan alkohol berlebih menggeser kesetimbangan kearah kanan dan memperbesar yield methyl ester. Molar ratio 1:6 umum digunakan pada katalis basa. Katalis basa lebih direkomendasikan gunakan daripada katalis asam, jumlah basa yang ditambahkan antara 0,1-1%-berat minyak atau lemak. Semakin tinggi suhu reaksi, semakin cepat reaksi yang terjadi sehingga memperpendek waktu reaksi. Hanya minyak dan lemak anhydrous ( 0,06%-berat) dan bebas free fatty acid (> 0,5%-berat) yang digunakan dalam transesterifikasi [2, 7, 12]. Freedman et.al. (1984) melakukan transesterifikasi menggunakan soybean oil dengan 1%-berat H2SO4 (berat minyak), suhu reaksi 65oC, perbandingan molar ratio 1:30, dan waktu reaksi 69 jam diperoleh 90% konversi methyl ester. Ma, F., et. al. (1999) memperoleh yield ester yang sama dengan katalis asam pada soybean oil:buthanol = 1:30 dan 1:6 untuk katalis basa. Katalis asam sedikit digunakan dalam penelitian dan dalam industri biodiesel karena lambatnya laju reaksi. Dibalik kekurangannya, terdapat keunggulan yang tidak dimiliki oleh katalis basa. Penggunaan katalis asam tidak dipengaruhi ada tidaknya kandungan asam lemak dalam minyak selain itu pretreatment terhadap bahan baku yang akan digunakan tidak diperlukan [2,3, 7]. Tingginya kandungan asam lemak bebas pada minyak dedak padi (70%) menyebabkan katalis basa tidak dapat digunakan dalam proses transesterifikasi [5, 8]. Kandungan asam lemak dan air dalam minyak pada proses transesterifikasi berkatalis basa harus dihindari karena menyebabkan penyabunan trigliserida sehingga menurunkan yield methyl ester dan mempersulit proses pemisahan antara methyl ester dengan glycerol [7, 12]. Oleh sebab itu, dipilih proses transesterifikasi berkatalis asam untuk bahan baku minyak dedak padi. Proses berkatalis asam tidak dipengaruhi kandungan asam lemak sehingga minyak dedak padi tidak memerlukan pretreatment. Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh kandungan triglyserida (TG), free fatty acid (FFA), air, serta waktu reaksi terhadap yield methyl ester/biodiesel menggunakan metode transesterifikasi acidcatalyzed.
3 PROSEDUR PENELITIAN Transesterifikasi. Transesterifikasi berkatalis asam minyak dedak padi/substrat dilakukan dengan 1:20 molar ratio, minyak dedak padi/subrat terhadap methanol (MeOH) dan 10%HCl sebagai katalis (%berat). Reaksi dilakukan skala laboratorium menggunakan three-bottomed flask dilengkapi reflux kondenser dan termometer. Campuran reaksi direflux pada suhu konstan 70C menggunakan magnetic stirrer dalam oil bath. Setiap interval waktu tertentu, diambil 100 L campuran reaksi untuk keperluan analisa. 100 L campuran reaksi disimpan dalam botol sampel yang berisi 2 mL air dan 2 mL hexan. Selanjutnya larutan tersebut dikocok rata. Lapisan atas, fase organic, mengandung FAME, TG, DG dan MG sedangkan fase aqueous-nya mengandung sisa MeOH, glyserol dan katalis. Jalannya reaksi dimonitor secara kuantitatif menggunakan Thin Layer Chromatography (TLC). 1 L sampel hasil 501 – 3
Orchidea Rachmaniah
reaksi (fase hexane) di teteskan pada lempeng TLC dan selanjutnya di masukkan dalam sistem solvent n- hexane/ethylacetate/asam asetat (90:10:1, v/v/v). Analisa komposisi fatty acid. Komposisi fatty acid dianalisa menggunakan gas chromatography setelah terlebih dahulu dikonversikan menjadi FAME yang sesuai dengan menambahkan 20% BF3/methanol pada 60oC. Digunakan model Chromatography China 8700F (Taipei, Taiwan) dilengkapi FID. Kolom yang digunakan SP-2330 (30 x 0.25 mm i.d; Supelco, Bellefonte, PA). Suhu injektor dan detektor di set pada 250 dan 260oC. Suhu kolom dijaga pada 160oC selama 2 menit selanjutnya dinaikkan hingga 235 oC dengan laju konstan 15oC /menit, selama 8 menit. Menggunakan 1:50 sebagai split ratio.
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik minyak dedak padi Minyak dedak padi belum banyak dimanfaatkan hingga saat ini. Minyak ini memiliki kandungan nutrisi tinggi: fatty acids, senyawa-senyawa biologis aktif serta senyawa-senyawa antioxidant (oryzanol, tocopherol, tocotrienol, phytosterol, polyphenol dan squalene). Oleh karena itu, dicoba untuk memanfaatkan minyak tersebut sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. Terlebih dahulu dilakukan analisa GC untuk mengetahui komponen-komponen dalam minyak dedak padi guna menentukan tahap penelitian berikutnya. Gambar 1 menunjukkan khromatogram minyak mentah dedak padi, terlihat kandungan fatty acid yang tinggi dan senyawa-senyawa antioxidant (-oryzanol, tocopherol, tocotrienol, phytosterol, polyphenol dan squalene). Kandungan asam lemak minyak dedak padi ditunjukkan khromatogram Gambar 2 dan Tabel 1. Penggunaan minyak dedak padi sebagai bahan baku disertai recovery dan pemurnian senyawa-senyawa tersebut sebagai produk samping diharapkan dapat menurunkan biaya produksi pembuatan biodiesel. 2)6.235
450
400
As. Linoleat FA As. Oleat
350
TG
100
Vit E + tocopherol
50
As. Palmitat
Fatty Acid dari CRBO 8)19.463
150
5)18.057
DG MG
Oryzanol, waxes 3)14.422 4)15.015
200
1)5.035
mv
250
mV
6)18.532 7)18.978
300
Fatty Acid dari SBO 5
10
15
0
5
Gambar 1. Khromatogram minyak mentah dedak padi
10
15
minute
Retentiontime(min)
Gambar 2. Khromatogram fatty acids dalam CRBO dan SBO
Kedua khromatogram di atas menunjukkan kandungan nutrisi minyak dedak padi: asam lemak tak jenuh (As. Oleat dan As. Linoleat), senyawa-senyawa bioaktif serta senyawa-senyawa antioxidant.
501 – 4
Studi Transesterifikasi Berkatalis Asam Triglyceride dan Fatty Acid dari Minyak Mentah Dedak Padi menjadi Biodiesel
Tabel 1. Komposisi fatty acid pada minyak mentah dedak padi (CRBO) dan minyak kedelai (SBO) Komposisi FA (% luas area) Jenis Minyak CRBO SBO
C14:0 Asam Miristat 0.3366 -
C16:0 Asam Palmitat 17.2096 4.3401
C18:0 Asam Stearat 1.7112 11.3665
C18:1 Asam Oleat 45.7510 23.9698
C18:2 Asam Linoleat 33.4208 53.8682
C18:3 Asam Linolenat 0.3645 -
C20:0 Asam Arachidat 1.2063 6.4554
4.2. Transesterifikasi berkatalis asam minyak dedak padi Katalis basa lebih direkomendasikan untuk digunakan pada reaksi transesterifikasi daripada katalis asam [8]. Hanya minyak dan lemak anhydrous ( 0,06%-berat) dan bebas free fatty acid (> 0,5%berat) yang dapat digunakan dalam transesterifikasi [2, 7, 12]. Kandungan asam lemak dan air dalam minyak harus dihindari karena menyebabkan penyabunan trigliserida sehingga menurunkan yield methyl ester dan mempersulit proses pemisahan antara methyl ester dengan glycerol [7, 12]. Tingginya kandungan asam lemak bebas pada minyak dedak padi (70%-berat) menyebabkan katalis basa tidak dapat digunakan dalam proses transesterifikasi. Gambar 3 dan Gambar 4 menunjukkan penggunaan katalis basa pada minyak kedelai (~99%-berat TG) dan minyak dedak padi (~60%-berat FA) 100
100
FAME FA TG MG/ DG
90 80 70
90 80 70 60 (%-b)
(%-b)
60 50
50
40
40
30
30
20
20
10
10
FAME FA TG MG/ DG
0
0 0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
0
1
2
3
4
5
6
w aktu reaksi (jam)
waktu reaksi (jam)
Gambar 3. Methanolisis minyak kedelai (1:20 oil/methanol, 10%HCl, 70±2oC).
Gambar 4. Methanolisis minyak dedak padi (60%FA) (1:20 oil/methanol, 10%HCl, 70±2oC).
Gambar 3 menunjukkan transesterifikasi berkatalis asam minyak kedelai murni (~99%-berat TG). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa konversi FAME tidak dapat mencapai >65% setelah 45 jam reaksi. Sedangkan pada transesterifikasi minyak dedak padi (~60%-berat FA) diperoleh konversi FAME tinggi >90% dengan 6 jam waktu reaksi (Gambar 4). Hasil tersebut menunjukkan bahwa katalis asam lebih sesuai untuk low grade high fatty acid seperti minyak dedak padi. Tahap awal reaksi transesterifikasi minyak dedak padi berjalan cepat, untuk 1 jam reaksi kandungan FAME mencapai >85%. Peningkatan waktu reaksi lebih lanjut, tidak memberikan peningkatan konversi FAME yang bermakna. Pengaruh asam lemak dan triglyserida pada reaksi methanolisis berkatalis asam lebih lanjut diteliti dengan melakukan transesterifikasi komponen-komponen murninya. Hasil analisa kuantitatif thin layer chromatography tahap tersebut ditunjukkan Gambar 5 dan Gambar 6.
501 – 5
Orchidea Rachmaniah
B
A
C FAME FAME
TG TG
FFA FFA MG/DG
MG/DG 1
2
3
1
2
3
1
2
3
Gambar 5. TLC-khromatogram methanolysis berkatalis asam: TG (A), TG + 5%H20 (B), dan FA murni (C), lajur 1, 2 and 3 menunjukkan produk reaksi berturut-turut pada 0, 1 dan 6 jam reaksi.
Terlihat bahwa methanolisis TG berjalan lambat dan hingga 6 jam reaksi belum terbentuk FAME. Parsial-glyserida (DG dan MG) telah terbentuk dari hidrolisa TG (Gambar 5A, lajur 3). Gambar 5 menunjukkan laju reaksi FA lebih cepat dibandingkan laju reaksi TG, diperoleh konversi FAME tinggi dalam 1 jam reaksi pada substrat FA (Gambar 5A dan 5C, lajur 2). Penambahan 5% air diharapkan mampu meningkatkan hidrolisis TG menjadi komponen-komponen fatty acid-nya sehingga reaksi transesterifikasi berjalan lebih cepat dan konversi FAME meningkat. Laju pembentukan FAME lebih lanjut pada substrat TG+5% H2O dan FA ditunjukkan Gambar 6 (15 menit, 30 menit, dan 1 jam waktu reaksi).
A
B
A
B FAME
FAME TG
FFA FFA MG/DG
1 2 34
1
1 2 3 4
5
1
5
Gambar 6. TLC khromatogram methanolysis berkatalis asam: FA murni (A), TG + 5%H20 (B). Lajur 1, 2, 3, 4, dan 5 menunjukkan produk reaksi berturut-turut pada 0, 15 menit, 30 menit, 60 menit dan 23 jam reaksi. Gambar 6 menunjukkan bahwa reaksi FA murni berjalan lebih cepat dan ~99% FA telah terkonversi menjadi FAME yang sesuai dalam waktu kurang dari satu jam. Sedangkan reaksi TG murni berjalan relatif lambat hanya dicapai 2% konversi FAME selama 6 jam reaksi (Gambar 5A lajur 3). Penambahan 5% air meningkatkan hidrolisa TG dan menghasilkan FA, DG dan MG namun tidak memberikan peningkatan konversi FAME secara berarti. Methanolisis FA berjalan lebih cepat dibandingkan methanolisis TG ataupun TG+5% H2O. Hal tersebut disebabkan mekanisme esterifikasi dan transesterifikasi berbeda. Reaksi transesterifikasi berlangsung secara bertahap: secara berurutan, TG terkonversi membentuk DG, MG dan GL 501 – 6
Studi Transesterifikasi Berkatalis Asam Triglyceride dan Fatty Acid dari Minyak Mentah Dedak Padi menjadi Biodiesel
(glyserol). Disetiap tahapnya dihasilkan 1 mol FAME sedangkan reaksi esterifikasi berjalan sederhana (Gambar 7). 1. TG + ROH
Diglyserida (DG) + R’CO2R
2. DG + ROH
Monoglyserida (MG) + R’CO2R
3. MG + ROH
Glyserol (GL) + R’CO2R O
O H2C
1
R
C
O
O HC
CH 3
O
R
2
3 CH3
oH
R3
C
O
R1
H 2C
OH
C
R2
HC
O H
H 2C
O H
O
O H 2C
C O
Catalyst
C
O
CH 3
O
CH 3
Triacylglyserida
Methanol
O
R3
C
Fatty acid methyl esters
Glyserol
Gambar 7. Transesterifikasi triglyserida [10] 4.3. Pengaruh panjang rantai karbon dan tingkat kejenuhan fatty acid pada esterifikasi menggunakan methanol Pengaruh variasi komposisi FA terhadap derajat methanolisis dipelajari dengan melakukan esterifikasi campuran asam lemak hasil saponifikasi CRBO dan SBO (Gambar 8). Khromatogram (Gambar 2) menunjukkan asam oleat dan asam palmitat merupakan jenis fatty acid utama yang terkandung dalam CRBO dan SBO. Jenis fatty acid yang identik dijumpai dalam kedua jenis minyak tersebut dengan berbagai komposisi berat (Tabel 1). 100
110
90
100
80
90 80 content %
content %
70 60 50 40 ME-SBO
30
ME-CRBO FA-SBO
20
FA-CRBO
10
70 60 50 40
ME-PA
30
ME-OA
20
FA-PA FA-OA
10 0
0 0
10
20
30
40
50
60
0
10
20
30
40
50
60
Time (min)
Time (min)
Gambar 8. Methanolisis FA murni dari CRBO dan SBO (1:20 oil/methanol, 10%HCl, 70±2oC).
Gambar 9. Esterifikasi As. Palmitat dan As. Oleat (1:20 oil/methanol, 10%HCl, 70±2oC).
Gambar 8 menunjukkan esterifikasi fatty acid dari jenis minyak yang berbeda akan memberikan konversi FAME yang serupa. Perbedaan komposisi fatty acid tidak mengakibatkan perbedaan yang berarti pada laju methanolisis fatty acid. Lebih dari 99% FA terkonversi menjadi FAME yang sesuai dalam 20 menit waktu reaksi. As.Palmitat dan As.Oleat adalah jenis fatty acid yang dipilih untuk mempelajari pengaruh panjang rantai karbon dan kejenuhan fatty acid terhadap laju esterifikasi FA dengan methanol. As.Palmitat 501 – 7
Orchidea Rachmaniah
(C16:0) merupakan fatty acid berantai panjang yang jenuh, memiliki 16 atom karbon tanpa ikatan rangkap. Sedangkan As.Oleat (C18:1) merupakan fatty acid berantai panjang yang tak jenuh dengan 18 atom karbon dan satu ikatan rangkap. Perbedaan lain dari kedua jenis fatty acid tersebut: As.Palmitat berbentuk solid pada suhu ruangan sedangkan As.Oleat berbentuk liquid. ~99,1% As.Oleat dan ~97% As.Palmitat terkonversi menjadi FAME yang sesuai dalam 10 menit reaksi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa jenis dan kejenuhan fatty acid tidak mempengaruhi laju esterifikasi.
5 SIMPULAN Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh kandungan triglyserida (TG), free fatty acid (FFA), air, serta waktu reaksi terhadap yield methyl ester/biodiesel menggunakan metode transesterifikasi acidcatalyzed. Hasil penelitian tersebut disimpulkan sebagai berikut: 1. Transesterifikasi berkatalis asam sesuai untuk low grade high fatty acid oils seperti minyak dedak padi. 2. Laju reaksi fatty acid membentuk fatty acid methyl ester lebih cepat dibandingkan laju reaksi triglyserida. 3. Penambahan 5% air tidak meningkatkan laju reaksi transesterifikasi triglyserida. 4. 99% fatty acid terkonversi menjadi fatty acid methyl ester dalam 20 menit reaksi sedangkan fatty acid methyl ester belum terbentuk selama 6 jam reaksi pada transesterifikasi trigliserida murni. 5. Jumlah rantai karbon, kejenuhan, dan struktur kimia fatty acid tidak mempengaruhi laju transesterifikasi demikian halnya dengan sumber fatty acid dan komposisi fatty acid.
DAFTAR PUSTAKA [1] Feuge, R.O. and T. Grose., “Modification of Vegetable Oils. VII. Alkali Catalyzed Interesterification of Peanut Oil with Ethanol”, J. Am. Oil Chem. Soc, 26, pp. 97-102, 1949. [2] Freedman,B., E.H. Pryde and T.L. Mounts., “Variables Affecting the Yields of Fatty Esters from Transesterified Vegetable Oils”, J. Am. Oil Chem. Soc, 61, pp. 1638-1643, 1984. [3] Fukuda, H., A. Kondo, and H. Noda., “Biodiesel Fuel Production by Transesteification of Oils”, J. Biosci. Bioeng., 92, pp. 405-416, 2001. [4] Goffman, F.D., S. Pinson, and C. Bergman., “Genetic diversity for Lipid Content and Fatty Acid Profile in Rice Bran”, J. Am. Oil Chem. Soc. 80: 485-490, 2003. [5] Hargrove, K.L., Processing and Utilization of Rice Bran in the United States, in Rice Science and Technology, edited by W.E. Marshall and J.I. Wadsworth, Marcel Dekker, New York, pp.381404, 1993. [6] Knothe, Gerhard, Robert O. Dunn, Marvin O. Bagby, Biodiesel : The use of vegetable oils and their derivates as alternative diesel fuels. Oil Chemical Research, National Center for agricultural utilization research. Peoria. USA. [7] Ma, F. and M.A. Hanna, “Biodiesel Production : A Review”, Bioresour. Technol. 70, pp.1-15, 1999. [8] Orthoefer, F.T., Rice Bran Oil in Bailey’s Industrial Oils and Fat Products, Vol.2, Y.H.Hui (eds.) A Wiley-Interscience, pp 393-410, 1996. [9] Rogers, E.J., S.M. Rice, R.J. Nicolosi, D.R. Carpenter, C.A. Mc Clelland, and L. J. Romanczyk, J. Am. Oil Chem. Soc, 70, pp. 301-305, 1993 [10] Solomon, T.W. Graham, Fundamentals of organic chemistry, 3rd. ed. John Wiley & Sons. Canada, 1990. [11] Sridharan, R., and I.M., Mathai, “Transesterification Reactions”, J. Scient. Ind. Res, 33, pp. 178187, 1974. [12] Zhang, Y., Dube, M.A., McLean, D.D., Kates, M., “Review paper : Biodiesel production from waste cooking oil : 1. Process design and technological assessment”, Bioresour Technol., 89, pp. 1-16, 2003. 501 – 8